JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN SANITASI DENGAN STATUS BAKTERIOLOGI (STATUS Koliform DAN KEBERADAAN Salmonella sp) PADA JAJANAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KECAMATAN TEMBALANG, SEMARANG Ririh Citra Kumalasari1 1)
Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:
[email protected] Abstrak
Foodborne disease adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogen yang masuk bersama makanan. Produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan cemaran bakteri patogen dapat mengakibatkan terjadinya foodborne disease. Anak sekolah merupakan usia yang rentan terhadap infeksi bakteri dan membutuhkan makanan yang cukup secara kuantitas serta kualitas sehingga memiliki keadaan atau status gizi yang baik dan dapat memperkuat sistem imun dalam tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dengan kontaminasi bakteri pada makanan jajanan di kantin sekolah dasar yang berada Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jenis penelitian analitik observasional dan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sejumlah 48 jajanan yang dijual di sekolah dasar. Pemeriksaan kontaminasi bakteri didasarkan angka koliform dan Salmonella sp. Data dianalisis dengan Chisqure test. Hasil penelitian menunjukkan jajanan di kantin sekolah dasar yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 82,2% dengan status koliform tidak memenuhi syarat sebanyak 67,8% dan terkontaminasi Salmonella sp sebanyak 37,8%. Faktor yang berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan status bakteriologi jajanan di sekolah dasar diantaranya adalah pengetahuan penjual, praktik sanitasi penjual, serta sanitasi tempat berjualan. Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan makanan perlu diberikan pada penjual makanan di sekolah dasar. Kata Kunci: bakteri, jajanan, koliform, salmonella
PENDAHULUAN
peringkat pertama dari 10 besar
Insidensi foodborne disease
penyakit rawat inap di rumah sakit,
di dunia meningkat terus dan terjadi
yaitu
outbreak.Di
gastroenteritis
Indonesia,foodborne
penyakit
diare karena
dan infeksi
tertentu, dan juga untuk demam
disease pada tahun 2014 menduduki
98
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
typhoid dan paratyphoid menduduki
Jawa Tengah merupakan provinsi
posisi ketiga. Hasil Riset Kesehatan
dengan demam tifoid yang cukup
Dasar
2013
tinggi yaitu 2,16%.4 Profil Kesehatan
prevalensi
Indonesia tahun 2015 menyatakan
(Riskesdas)
menyatakan,
angka
nasional untuk diare adalah sebesar
demam
3,5%. Dimana provinsi Jawa Tengah
menempati urutan ke 3 dari 10
merupakan
provinsi
penyakit terbanyak pasien rawat
dengan prevalensi diare klinis >9%
inap di rumah sakit tahun 2015 yaitu
serta
sebanyak 41.(3) Pada tahun 2015
salah
menempati
satu
urutan
ketiga
tifoid
jumlah perkiraan kasus diare yakni
kasus
sebanyak 1.337.427 jiwa pada tahun
Kecamatan
2015.
(1)
atau
demam
paratifoid
tifoid
di
Tembalang
wilayah sebanyak
Jumlah penderita diare di
788 kasus dengan kasus pada usia
Kota Semarang pada tahun 2015
sekolah dasar (5-12 tahun) sebesar
sebanyak 42.349 penderita dengan
298 kasus.(4,1) Menurut penelitian
angka kesakitan sebesar 23 per
yang dilakukan oleh Dyah Puji pada
1000 penduduk. Dari angka tersebut
tahun 2015 di jajanan sekitar SD di
cakupan diare pada golongan umur
wilayah
>
E.coli positif pada makanan 61,3 %,
5
tahun
penderita.
sebanyak
Data
dari
26.264 Dinas
Semarang,
pada
minuman
kontaminasi
sebesar
52%
Kesehatan Kota Semarang tahun
sedangkan kualitas air bersih 68%
2015 menunjukkan bahwa diantara
yang tidak memenuhi syarat. (5) Pada
17 Kecamatan yang ada di Kota
penelitian yang dilakukan Endah
Semarang, Kecamatan Tembalang
Setyorini pada jajanan kantin SD di
memiliki angka kejadian diare yang
wilayah Gunung Pati Kabupaten
masih cukup tinggi yaitu 28-55 per
Semarang,
1000 penduduk.(2)
melebihi
Di Indonesia, demam tifoid merupakan
masalah
yang
batas
sekitar 69,2 %
kesehatan
yang
ditentukan
Anak di bangku Sekolah Dasar
termasuk
350-810
yang
rentan
per
MPN
(6)
masyarakat dengan kejadian antara kasus
memiliki
100.000
kelompok
terhadap
umur
kejadian
penduduk setiap tahun. Hasil riset
penyakit,maka perlu diperhatikannya
kesehatan
2013
asupan yang masuk dalam diri Anak.
prevalensi
Jika kualitas makanan jajanan buruk
demam tifoid sebesar 1,6%. Provinsi
akan mempengaruhi proses belajar
menunjukkan
dasar
tahun
bahwa
99
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
mengajar
dan
berdampak
pada
makanannya sejumlah 96 sampel
prestasi belajar anak di Sekolah.
makanan. Penelitian dilakukan di
Selain itu, anak Sekolah Dasar
Laboratorium
masih
Kesehatan
dalam
masa
tumbuh
Terpadu
Fakultas
Masyarakat.
Metode
kembang. Berdasarkan hal tersebut,
yang digunakan adalah kultur. Untuk
maka perlu dilaksanakannya suatu
pemeriksaan
penelitian untuk mengetahui total
digunakan
kuman Koliform dan keberadaan
Enrichmen Broth dan Salmonella
Salmonella
sp
Shigella Agar (SSA). Sampelditanam
Sekolah
Dasar
pada
jajanan
di
Kecamatan
pada
Salmonella media
media
Selenith
sp
Selenith
Enrichmen
Tembalang, Semarang. Penelitian ini
Broth lalu diinkubasi selama 24 jam.
bertujuan untuk Menganalisis status
Hasil perbanyakan ditanam pada
mikrobiologis makanan yang dijual di
media SSA lalu diinkubasi kembali
sarana jajanan Sekolah Dasar di
selama 24 jam. Selanjutnyakoloni
Kecamatan Tembalang
tersangka
ditanam
ke
media
biokimia yang terdiri Simmon Citrate, Indol, Motil, dan TSIA lalu diinkubasi
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
24
merupakan
jam
kemudian
dilakukan
pembacaan
hasil.
Hasil
dengan desain studi cross sectional
laboratorium
dan
observasi
dengan sampel berupa makanan
analisis secara univariat dan bivariat
yang dijual di kantin dan luar kantin
dengan
menghubungkan
salah satu Sekolah Dasar di wilayah
variabel
bebas
Kecamatan
terikat dengan uji chi square.
penelitian
analitik
observasional
Tembalang.
Populasi
dengan
dari di
antara variabel
dari penelitian ini adalah 48 Sekolah Dasar
di
Tembalang
Wilayah
HASIL DANPEMBAHASAN
Kecamatan
dengan
Dalam
pengambilan
penelitian
ini,
teknik pengambilan total sampling.
mengambil sampel dari 48 Sekolah
Sampel
diperoleh
membeli
semua
dengan
cara
Dasar
makanan
yang
merupakan penjual gorengan dari 44
dijual di kantin dan di luar kantin
sekolah dan penjual cilok dari 46
berupa gorengan dan cilok dengan
sekolah, maka jumlah respon dalam
wadah
penelitian ini sebanyak 90 orang.
sesuai
pedagang
pada
yang saat
digunakan
dengan
Karakteristik
menjual
100
responden
responden
yang
dalam
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
penelitian ini meliputi umur, jenis
Berdasarkan
analisis
kelamin
pengetahuan
responden
dan
pendidikan
terakhir
frekuensi dengan
responden. Karakteristik responden
Mean 40,00 maka untuk menilai
secara ringkas dapat dilihat pada
pengetahuan baik atau tidak dengan
Tabel 4.1
melihat
nilai
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
status
pengetahuan
Menurut Umur, Jenis Kelamin dan
terlihat pada Tabel 4.2
Pendidikan Terakhir
Tabel 4.2 Pengetahuan Penjual di
No
Karakteristik
1
Umur
2.
3.
f
(%)
mean=40,00.
Maka
responden
Kantin No
1.
≥45
73
81,1
1
2.
<45
17
18,9
2.
Pengetahuan
Frekuensi
(%)
Kurang Baik
26
59,1
Baik
18
40,9
Jenis Kelamin 1.
Laki-laki
46
51,1
Penjual kantin Sekolah sebagian
2.
Perempuan
44
48,9
besar memiliki pengetahuan yang
Pendidikan terakhir
kurang
baik
mengenai
sanitasi
1.
Tidak Sekolah
21
23,3
2.
Tamat SD
25
27,7
makanan
3.
Tamat SMP
37
41,1
sebanyak 26 orang (59,1 %).
4.
Tamat SMA
17
18,9
dan
makanan
sehat
Dari 10 item pertanyaan dengan Hasil
penelitian
ini
bahasan sub pengetahuan yang
menunjukkan bahwa sebagian besar
berbeda-beda
responden
berumur
didapatkan bahwa penjual kantin
sebanyak
73
<45
orang
tahun
(81,1%).
banyak
pada
setiap
ditemukan
item
kesalahan
Proporsi jenis kelamin hampir sama
jawaban
namun sedikit lebih banyak pada
terkait
laki-laki sebanyak 46 orang (51,1%)
sebanyak 32 responden (82,7 %)
dan pendidikan terakhir responden
dan makanan sehat sebanyak 28
paling banyak tamat SMP sebanyak
responden
37 orang (41,1%).
pengetahuan
A. Gambaran
Pengetahuan
dan
pertanyaan
dengan
sanitasi
(73,6
%),
tentang
yang tempat
maka sanitasi
tempat dan makanan sehat masih
Praktik Sanitasi Penjual
belum banyak yang mengetahui.
a. Pengetahuan Responden 1. Pengetahuan
pada
Sedangkan untuk pertanyaan yang
Responden
memiliki
Penjual Kantin
adalah
101
skor pada
benar
terbanyak
pertanyaan
terkait
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
b. Praktik Sanitasi Responden
tentang kebersihan diri sebanyak 41
1. Praktik Sanitasi Penjual Kantin
responden (93,2%). 2. Pengetahuan
Dalam penentuan praktik sanitasi,
Responden
peneliti
Penjual Cilok di Lingkungan
penggunaan
Sekolah Berdasarkan
analisis
pengetahuan
responden
mean=50,00.
status
pengetahuan
dalam
4.3
sanitasi
dikatakan baik apabila penjual telah
responden
menerapkan
lebih
dari
50
%
parameter yang telah ditentukan,
Pengetahuan
maka
hasil
kuesioner
Sekolah Pengetahuan
menerapkan
di kantin tersebut. Praktik sanitasi
Maka
Penjual Cilok di Lingkungan
No
responden
makanan khususnya pada gorengan
terlihat pada tabel 4.4 Tabel
kepada
serta
terkait kebiasaan yang dilakukan
dengan
pengetahuan baik atau tidak dengan nilai
observasi
alat-alat
menanyakan
frekuensi
Mean 50,00 maka untuk menilai
melihat
melakukan
Frekuensi
(%)
1
Kurang Baik
32
69,6
2.
Baik
14
30,4
dari
terkait
observasi praktik
dan
sanitasi
terlihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.4 Praktik Sanitasi Penjual Kantin No
Praktik Sanitasi
F
(%)
Penjual cilok di lingkungan Sekolah
1
Tidak Menerapkan
24
54,5
sebagian
2.
Menerapkan
20
45,5
besar
memiliki
pengetahuan kurang baik mengenai sanitasi
makanan
dan
Penjual kantin sekolah sebagian
makanan
besar belum menerapkan praktik
sehat sebanyak 32 orang (69,6 %).
sanitasi sebesar 24 orang (54,5 %).
Penjual cilok banyak salah dalam
Praktik sanitasi penjual kantin yang
menjawab pertanyaan yang terkait
belum
dengan sanitasi makanan sebanyak 36
responden
(78,3
%)
untuk
jawaban
adalah
pada
benar
ketentuan
kebiasaan mencuci tangan sebelum menangani makanan sebanyak 40
sedangkan
responden (90,9%) dan penggunaan
terbanyak
pertanyaan
dengan
pada item praktik sanitasi adalah
dan
penanganan makanan sebanyak 33 responden (76,0 %)
sesuai
lap yang bersih dan terpisah dari
terkait
gorengan
tentang kebersihan diri sebanyak 36
sebanyak
38
orang
(86,4%) sedangkan untuk praktik
responden (78,3%).
102
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
2. Kualitas
sanitasi yang banyak sesuai dalam penerapannya
adalah
Bahan
Tabel
(72,3%).
Lingkungan Sekolah No
2. Praktik Sanitasi Penjual Cilok di Lingkungan Sekolah Tabel 4.5 Praktik Sanitasi Penjual
4.7
(%)
1
Tidak Baik
20
43,5
2.
Baik
26
56,5
sekolah memiliki kualitas makanan
f
(%)
yang baik sebesar 26 orang (56,5%).
36
78,3
2.
Menerapkan
10
Dari 21,7
2 kriteria kualitas makanan
pada Penjual cilok di lingkungan Sekolah memiliki
di
f
Tidak Menerapkan
besar
Cilok
Praktik Sanitasi
1
sebagian
Kualitas
Sebagian besar cilok di lingkungan
Cilok di Kantin Praktik Sanitasi
di
Lingkungan Sekolah
menjaga
kebersihan kuku sebanyak 32 orang
No
Cilok
cilok
pengawet
praktik
yaitu
dan
penambahan
penambahan
air
dalam saos dinilai baik.
sanitasi yang kurang baik sebesar d.
36 orang (78,3 %).
Sanitasi Tempat
1. Sanitasi
Tempat
di
Kantin
Sekolah Dalam penentuan sanitasi tempat,
c. Kualitas Bahan Makanan Kualitas dikategorikan memenuhi
peneliti
makanan baik
lebih
dari
mengamati
lingkungan
apabila
sekitar kantin dan peralatan sanitasi
50
penunjang.
%
Sanitasi
dikategorikan
parameter yang telah ditentukan
baik
tempat apabila
memenuhi lebih dari 50 % parameter
1. Kualitas Bahan Gorengan di Kantin Sekolah
yang telah ditentukan, maka hasil
Tabel 4.6Kualitas Gorengan di
dari
Kantin
tempat terlihat pada Tabel 4.8
No
Kualitas
f
observasi
terkait
sanitasi
Tabel 4.8 Sanitasi Tempat Penjual
(%)
Gorengan di Kantin
Makanan 1
Tidak Baik
15
34,1
2.
Baik
29
65,9
No
Sanitasi
Frekuensi
(%)
Tempat
Sebagian besar gorengan di kantin sekolah memiliki kualitas makanan yang baik sebesar 29 orang (65,9%). 103
1
Tidak Sesuai
28
64,0
2.
Sesuai
16
36,0
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Penjual kantin Sekolah sebagian
kapasitas yang cukup merupakan
besar
tempat
sanitasi tempat yang masih banyak
berjualan yang tidak sesuai dengan
belum sesuai 30 orang (65,0%) dan
standart yang telah ditetapkan dalam
jarak
sanitasi lingkungan untuk makanan,
banyak yang sesuai yaitu 22 orang
yaitu sebesar 28 orang (64,0 %).
(47,8%).
memiliki
Kondisi
sanitasi
tempat
sampah
Jumlah
ditemukan
Sekolah
banyak
di
telah
tidak
tereliminasi
ditemukannya
oleh peneliti yaitu gorengan pada kantin
Tempat
Dasar
sampel makanan yang dimaksud
yang
sesuai yaitu 34 orang (77,3%). 2. Sanitasi
yang
dikarenakan
orang (52,3%) dan jarak sumber sudah
Sekolah
Sekolah Dasar. Namun terdapat 2
belum
sesuai dengan standar yaitu 23
pencemar
sudah
Kecamatan Tembalang sebanyak 48
merupakan sanitasi tempat yang banyak
pencemar
yang
tertutup dan memenuhi kapasitas
masih
sumber
di
sekolah
pedagang
PKL
dan
kaki
cilok
lima.
pada
Sehingga
didapat jumlah sampel cilok 46 dan
Lingkungan Sekolah Sanitasi tempat dikategorikan baik
sampel gorengan 44, maka jumlah
apabila memenuhi lebih dari 50 %
sampel keseluruhan sebanyak 90.
parameter yang telah ditentukan,
Sebagian besar sampel makanan
maka hasil dari observasi terkait
yang diambil dari kantin dan PKL di
sanitasi tempat terlihat pada Tabel
lingkungan sekolah tidak memenuhi
Tabel 4.9 Sanitasi Tempat Berjualan
syarat MPN Koliform (67,8%).Cilok
Cilok di Lingkungan Sekolah
lebih
No
Sanitasi
f
besar
memenuhi
(%)
Tempat
dengan
1
Tidak Sesuai
28
60,0
2.
Sesuai
18
40,0
MPN
syarat
jajanan
yang
tidak
jika
dibanding
kantin
(70,0%).
Besar sampel yang terkontaminasi Salmonella sebanyak 37,8% dan
Penjual cilok di lingkungan Sekolah
kemudian
sebagian besar memiliki sanitasi
Salmonella yang ditemukan 4 jenis
tempat yang belum sesuai dengan
Salmonella
ketentuan yaitu sebesar 28 orang
Sehingga
(60,0 %). Kondisi tempat sampah
bakteriologi pada jajanan disekitar
yang
Dapat diketahui bahwa sebagian
tertutup
dan
memenuhi
104
diidentifikasi
yang didapatkan
spesies
ditemukan. status
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sampel
makanan
tertata,
terkontaminasi
lantai
bersih,
bakteri yaitu Koliform dengan MPN
beberapa
tidak
pencahayaan yang kurang serta
memenuhi
syarat
dan
kantin
namun memiliki
ditemukannya Salmonella sebesar
berdekatan
82,2 %.
kontaminasi seperti tempat sampah
Tabel
4.10Jenis
sumber
utama dan kamar mandi. Gorengan
spesies
mendoan akan digoreng sebelum
Salmonella No
dengan
Jenis Salmonella
f
(%)
1
Salmonella choleraesius
17
50,0
2.
Salmonella parathypi A
8
23,5
3.
Salmonella parathypi B
8
23,5
4.
Salmonella gallinarum
1
3,0
siswa
istirahat
sehingga
siap
dijajakan saat pengambilan sampel. kantin adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di sekolah dimana
menyediakan
makanan
Terdapat Empat jenis Salmonella
pilihan yang sehat untuk siswa yang
yang
dilayani oleh petugas kantin. (17)
ditemukan
dan
spesies
Salmonella yang banyak ditemukan pada
sampel
adalah
Dari 90 sampel makanan
jenis
yang terdiri dari 44 gorengan tempe
Salmonella choleraesius sebanyak
mendoan dan 46 cilok ditemukan
50%.
koliform sebanyak 68 %. Hal ini selaras
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Dyah Puji pada tahun 2015 di jajanan sekitar SD di wilayah
PEMBAHASAN Di
wilayah
Semarang, kontaminasi E.coli positif
Kecamatan
Tembalang terdapat 48 Sekolah
pada
Dasar
Di
minuman sebesar 52% sedangkan
lingkungan sekitar sekolah banyak
kualitas air bersih 68% yang tidak
sekali dijumpai makanan jajanan
memenuhi syarat.(10) Pada penelitian
baik yang disediakan oleh kantin
yang
sekolah maupun pedagang kaki lima
pada jajanan kantin SD di wilayah
yang tidak menetap dan umumnya
Gunung Pati Kabupaten Semarang,
rutin
yang memiliki MPN melebihi batas
Negeri
dan
dikonsumsi
Swasta.
oleh
sebagian
makanan
dilakukan
61,3
%,
Endah
pada
Setyorini
yang ditentukan sekitar 69,2 % (11)
besar anak usia SD. Kondisi kantin
Salmonella
sekolah sebagian besar berada di dalam lingkungan sekolah dengan
bakteri
kondisi
tongkat yang menyebabkan tifus,
bangunan
yang
sudah
105
gram-negatif
merupakan berbentuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
paratifus, dan foodborne disease.
lap.
Salmonella terdiri dari sekitar 2500
tempat terdiri dari jarak sumber
serotipe yang kesemuanya diketahui
pencemar
bersifat patogen baik pada manusia
penyimpanan.
Sedangkan
atau hewan.
untuk
sanitasi
dan
sanitasi
Hal ini disebabkan karena
Dari 90 sampel, sebanyak
kontaminasi bakteri melalui udara
38 % terkontaminasi Salmonella
sangat
dengan 4 spesies Salmonella yang
lingkungan adalah salah satu media
berbeda
tumbuh kembang bakteri.
diantaranya
Salmonella
mungkin
choleraesius, Salmonella parathypi
KESIMPULAN
A, Salmonella parathypi B, dan
Sampel
Salmonella gallinarum.
terjadi
makanan
maka
yang
memiliki
Probable
Number
angka
Most
Status bakteriologi jajanan
(MPN)
Koiform
di Sekolah Dasar yang diukur dari
syarat
MPN
keberadaan
kontaminasi bakteri Salmonella sp
Salmonella ditemukan hasil 82 %
pada jajanan di Sekolah Dasar
jajanan
Kecamatan
Koliform
dan
sekolah
memiliki
status
bakteriologi yang terkontaminasi. Faktor-faktor
sebanyak
sehingga
memenuhi
67,8%
Tembalang status
dan
37,8%
bakteriologi
diuji
makanan jajanan di Sekolah Dasar
secara statistik dan mendapatkan
yang terkontaminasi sebanyak 82,2
hasil
%
yang
yang
(46)
tidak
signifikan
adalah
pengetahuan, prakti, dan sanitasi
Dalam
tempat.
penanaman
Pengetahuan
merupakan
penelitian bakteri
mikrobiologi Salmonella
tonggak awal praktik, tanpa didasari
ditemukan 4 jenis Salmonella pada
pengetahuan yang cukup seseorang
jajanan
akan sulit untuk menerapkan suatu
Salmonella choleraesius, Salmonella
praktik.
parathypi A, Salmonella parathypi B, Praktik sanitasi yang diukur
dan
mendapatkan
yaitu
dan Salmonella gallinarum. Pada
yang
penelitian ini dapat membuktikan
dengan
ada hubungan bermakna antara
status bakteriologi pada jajanan SD
pengetahuan sanitasi, penggunaan
adalah
celemek, kegiatan mencuci tangan
signifikan
hasil
kontaminan,
berhubungan
penggunaan
celemek,
kegiatan mencuci tangan sebelum
sebelum
menangani makanan, dan kondisi
kualitas penyimpanan makanan, dan 106
menangani
makanan,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
jarak status
sumber
pencemar
bakteriologi
dengan
gorengan
dan D. I. Yogyakarta. Widyakarya
di
Nasional
Khasiat
Makanan
kantin Sekolah Dasar Kecamatan
Tradisional. Jakarta: Kantor Mentri
Tembalang.
Negara Urusan Pangan Republik
Sehingga
dapat
disarankan untuk Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kecamatan
Indonesia;1995. 6. Direktorat
Jendral
Pembinaan
Tembalang agar bekerjasama untuk
Kesehatan
mengatur
Bina Gizi Masyarakat Depkes RI.
sentra
lingkungan
pedagang
di
sekolah
mengusahakan
atau
agar
Masyarakat
Pedoman
melakukan
pengelolaan
penyehatan
penataan serta pemeriksaan jajanan
Direktorat
makanan
dan warung
sekolah. Jakarta 2004.
di sekolah dasar secara rutin, dan
7. Fardiaz
Penyuluhan kepada Penjual Jajanan
Pangan
agar meningkatkan Perilaku Hidup
Keamanan Pangan di Industri. Bogor
Bersih dan Sehat (PHBS)
: Yayasan Srikandi untuk keamanan
S.
Riset untuk
Mikrobiologi Peningkatan
Pangan.2000. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementrian
8. Supardi,
Kesehatan
Republik
Sukamto.
dalam Pengolahan dan Keamanan
Indonesia. Profil Data Kesehatan
Pangan.
Indonesia. Jakarta, 2012.
Alumni.2009.
2. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil
Data
Kesehatan
P.
Penerbit
Analisis
Faktor
Penyebab Kontaminasi Bakteri pada
Semarang. Semarang:DKK. 2013.
Mikrobiologi
Bandung
9. Rahmawati
Kota
3. Syahrurachman.A.Buku
Mikrobiologi
Jajanan
di
Sekolah
Dasar
Ajar
Kecamatan Banyumanik, Semarang.
Kedokteran:
Skripsi tidak diterbitkan: S1 FKM
Jakarta.Bina Rupa Aksara.2010. 4. World Health Organization. Penyakit
UNDIP. 2011. 10. Rosania. Pengaruh Higiene dan
Bawaan Makanan Fokus Pendidikan
Sanitasi
Kesehatan. Jakarta:EGC. 2005.
Salmonella pada Jajanan Sekolah
dengan
Kontaminasi
5. Hidayat TS, Mujianto TT, Susanto D.
Dasar Kecamatan Mejobo, Kudus.
Pola Kebiasaan Jajan Murid Sekolah
Skripsi tidak diterbitkan. Semarang :
Dasar dan Ketersediaan Makanan
S1 IKM UNNES. 2015.
Jajanan Tradisional di Lingkungan Aekolah di Propinsi Jawa Tengah
107