rintik,
titik temu Permulaan [7], Rindu [9], Selamat Datang [13], Tujuan [15], Berproses [18], Lebih Baik [21], Jauh [27], Kembali [30], Pulang [34], Menuju Rumah [38], satukan Harap [40], Patah [42], Siapa Yang Tahu? [44], Sekiranya Kamu Baca Tulisan Ini [48], Titik [50], Temu [54], Doa [56], Pertanyaan [58], Titik Temu [61]
1
titik temu
Layaknya kata yang menuju titik. Begitu juga rindu, penantian, cinta dan hidup. Hanya waktu yang memberi jawaban kapan, di mana, dan dengan siapa titik itu dipertemukan.
azura zie’
rintik,
Permulaan
F
a, lama sekali aku tak menyapamu. Menyapa dalam artian yang sebenarnya. Sebab doa bentuk lain dari menyapa bukan? Untuk doa, namamu sudah menjadi kebiasaan, kusebut tanpa ketinggalan. Untuk kali ini aku tak akan menanyakan kabar. Sebab, aku sedang tidak ingin banyak bertanya. Biar aku yang memberimu kabar. Kamu hanya perlu duduk manis membacanya. Aku yang akan bercerita banyak hal. Tentang keresahan-keresahan dalam pikiran. Tentang segala macam bentuk uneg-uneg yang segera ingin dimuntahkan. Tentang perasaan-perasaan yang sudah memohon untuk segera di merdekakan. Tentang suasana yang belakangan ini membuatku jenuh. Tentang rutinitias monoton yang hampir membuatku lelah. Dan aku ingin menceritakan itu agar semangatku kembali penuh. 3
titik temu Kamu tahu, membaca dan menulis bagiku salah satu ‘obat’ untukku mengusir gundah. Sebagai sarana katarsis. Semacam penyalur melepas emosi. Bahkan aku sudah berencana ketika usia menua nanti, dua kegiatan itu yang akan mengisi hari-hari selain ibadah. Kala senja sembari menikmati cemilan dan secangkir teh. Aku harap kamu tidak akan keberatan. Sebab aku memang ingin sekali banyak bercerita kepadamu. Menghabiskan banyak waktu bersamamu. Dengan menyita perhatianmu. Membaca keresahan-keresahanku. Fa, rangkaian tulisan ini seperti halnya sebuah perjalanan. Perjalanan yang mengikutsertakan harapan. Dengan membacanya anggap saja aku sedang memintamu menjadi teman seperjalanan. Bersama kita melangkah menuju titik tujuan. Dan akan aku mulai dengan alasan paling masuk akal ketika kembali menyapamu. Apalagi kalau bukan, rindu. azura zie’
rintik,
Rintik, Tiap tetesnya menyimpan kisah yang harus segera diceritakan. Sebelum semuanya kembali memuai ke awan. Setelah semuanya menggenang dalam kenangan.
5
titik temu
Rintik, Hujan [71], Rinai & Deras [74], Siklus [77], Klandestin [80], Kulanico [83], Dersik [88],, Sepelemparan Batu [91], Mencari Udara Segar [93], Orang Menyebalkan [98], Melepas Lelah, Pergi Jauh [102], Terekam Dengan Baik [107], Menyimpan Kenangan [110], Kata-kata Dalam Lacimu [114], Pinjamkan Aku Pena [116], Hari Dengan Lebih Banyak Doa [118], Selalu Ada Cerita [123], Kedatangan Rasa [126], Mangata [129], Percakapan Kita [136], Ada Kepentingan Masing-Masing [141], Sebagai Pembersih [146], Bergerak [150], Nantikanku Dibatas Waktu [153], Masa Depan [162], Terlihat Istimewa [167], Ketika Azalia Jatuh Cinta [176], Seseorang Yang Dikenal [183], Rintik [185
azura zie’
rintik,
Rinai & Deras Hujan pertama setelah berbulan-bulan kemarau adalah sesuatu yang spesial di nanti kehadirannya. Termasuk oleh Deras dan Rinai.
Deras tersenyum melihat siluet kilat di antara awan hitam yang berarak. Dari balik jendela kantornya. Ini pertanda baik. Batinnya membenak. Hujan yang telah lama ditunggu akhirnya datang bertamu. Di waktu bersamaan. Di kota yang sama. Kota Hujan. Di gedung kantor yang berdekatan - hanya terpisah oleh sepetak tanah lapangan bola. Rinai tidak kalah manis senyumnya. Wajahnya sumringah 7
titik temu ketika melihat beberapa tetes rintik gerimis jatuh sempurna di kaca jendela ruangannya. Ini pertanda baik. Ia bergumam. Hujan yang setelah lama tidak turun juga, hari ini akan kembali menyapa. Deras dan Rinai. Seandainya saja mereka tahu sedang merasakan hal yang sama belakangan ini. Ini akan menjadi kisah yang menarik. Seandainya mereka tahu sedang berada di kota yang sama. Sedang termenung di bingkai jendela gedung yang sama tingginya. Sedang sama-sama menarik napas perlahan. Mencoba membaui aroma tanah kering yang diterpa hujan. Meskipun mereka tahu itu mustahil. Dinding bangunan dan ketinggian menyekat petrikor itu. Satu hal yang sama-sama sedang mereka tunggu kala hujan turun. Dan ingin dipastikan kepastiannya segera. Pesan apa yang akan di sampaikan hujan kali ini. Harapankah? Atau sekedar kenangan? Seperti halnya genting-genting bangunan. Pucuk-pucuk dedaunan. Yang sudah rata disirami oleh rintik hujan. Deras dan Rinai pun mulai kebasahan. Hujan yang telah lama dirindu sedang azura zie’
rintik, benar-benar sesuatu.
datang
bertamu,
Dan perlahan-lahan kebanjiran perasaan.
membawakan
keduanya
sudah
Rahasia kecilnya. Sejauh ini Deras dan Rinai hanya saling mengenal lewat tulisan. Hanya sebatas nama pena pemilik rumah maya. Tidak ada alamat rumah. Apalagi gambaran bentuk wajah. Dan tulisan yang berperan membuat keduanya nyaman. Mulai saling berasumsi perasaan. Lucunya terkadang rindu itu ada, tidak peduli keduanya pernah bertemu sebelumnya ataupun tidak.
9
titik temu
Kunjungi azura-zie.com & titiktemu.tumblr.com untuk membaca tulisan lainnya.
azura zie’