RINGKASAN Nur Aini. D24103025. Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr. Drosophila melanogaster (lalat buah) merupakan salah satu jenis serangga family Drosophilidae. Drosophila melanogaster berperan penting dalam perkembangan Ilmu Biologi dan dalam mempelajari dasar-dasar genetika. Selain itu, Drosophila melanogaster juga berpotensi sebagai makanan burung walet karena serangga ini memiliki protein cukup tinggi (63,25%). Pakan berprotein tinggi sangat berperan terhadap kualitas produksi sarang burung walet. Selain itu siklus reproduksi D. melanogaster sangat cepat. Sehubungan dengan hal tersebut untuk mencapai produktivitas Drosophila melanogaster optimal sangat penting didukung dengan pemberian makanan sesuai dengan kebutuhannya. Tingginya kebutuhan akan ketersediaan Drosophila melanogaster khususnya sebagai pakan walet menuntut adanya suatu pembudidayaan hewan ini secara efisien. Belum diketahuinya kebutuhan nutrisi Drosophila melanogaster merupakan salah satu aspek yang menjadi permasalahan dalam pembuatan pakan yang sesuai dengan kebutuhan Drosophila melanogaster, sehingga kajian terhadap kebutuhan nutrisi Drosophila melanogaster ini penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas Drosophila melanogaster melalui pendekatan kebutuhan nutrisi. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan sebagai rancangan percobaan dalam penelitian ini dengan lima taraf perlakuan dan tiga ulangan. Sidik ragam (ANOVA) digunakan untuk menganalisis data penelitian dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji kontras polinomial untuk menentukan taraf optimal. Pengamatan terhadap karakteristik fisik dan analisis kimia media perlakuan serta produksi Drosophila melanogaster adalah peubah dalam penelitian ini. Media perlakuan yang diberikan adalah M1 (terdiri dari 100% tepung ubi jalar), M2 (75% tepung ubi jalar + 25% pakan broiler starter), M3 (50% tepung ubi jalar + 50% pakan broiler starter), M4 (25% tepung ubi jalar + 75% pakan broiler starter), M5 (100% pakan broiler starter). Drosophila melanogaster dapat hidup dan berproduksi pada media ubi jalar kukus dengan atau tanpa fermentasi. Produktivitas Drosophila melanogaster pada media ubi kukus non fermentasi memberikan hasil lebih rendah dibandingkan dengan media ubi kukus fermentasi. Media perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) pada produksi larva, pupa dan imago. Rataan produksi D. melanogaster perlakuan M3 menunjukkan hasil sangat berbeda nyata, lebih besar dari perlakuan lainnya. Berdasarkan uji lanjut kontras polinomial dapat disimpulkan bahwa Drosophila melanogaster dapat tumbuh dengan baik pada media fermentasi dengan protein kasar 13,20% dan energi bruto 2263,89 kalori/gram. Kata-kata kunci : Drosophila melanogaster, kebutuhan nutrisi, media perlakuan, produktivitas
1
ABSTRACT STUDY NUTRIENT REQUIREMENTS OF Drosophila melanogaster Aini,N., Nahrowi, and M. Ridla Drosophila melanogaster is classified to Drosophilidae’s family which important for development Biology Science, study genetic and also have potency for walet’s feed. High necessity of Drosophila melanogaster especially for walet’s feed obligated to effective and efficient breeding. The research was conducted to measure production of Drosophila melanogaster with approximation of nutrient requirements. This experiment used Completely Randomized Design, consisting of five treatment diets and each treatment consisted of three replicates. Significant results will follow by Polinominal Contrast test. The treatment diets were M1 (diet which contains 100% sweet potato flour), M2 (diet which contains 75% sweet potato flour + 25% diet of broiler starter), M3 (diet which contains 50% sweet potato flour + 50% diet of broiler starter), M4 (diet which contains 25% sweet potato flour + 75% diet of broiler starter, M5 (100% diet of broiler starter). Drosophila melanogaster can alived and developed on steam sweet potato with fermentation or without fermentation diet. Productivity D. melanogaster on steam sweet potato without fermentation lower than fermentation. The result showed that dietary treatments significantly (P<0,01) influenced productivity of larva, pupa and imago of Drosophila melanogaster. Optimally production of Drosophila melanogaster is achieved on diet with crude protein 13,20% and 2263,89 calorie/gram. Keywords : Drosophila melanogaster, nutrient reqiurements, diets, productivity
2
KAJIAN AWAL KEBUTUHAN NUTRISI Drosophila melanogaster
NUR AINI D24103025
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
3
KAJIAN AWAL KEBUTUHAN NUTRISI Drosophila melanogaster
Oleh NUR AINI D24103025
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 27 Mei 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. NIP. 131 625 429
Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr. NIP. 131 849 384 Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. NIP. 131 955 531
4
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Agustus 1985 di Jakarta sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dalam keluarga Sanusi Harahap dan Sari Bulan Siregar. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 07 Pagi Jakarta Timur pada tahun 1997. Penulis lulus dari SLTPN 126 Jakarta Timur pada tahun 2000 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2003 di SMUN 51 Jakarta Timur. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, yang sekarang berubah menjadi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Selama menjadi mahasiswa Penulis aktif sebagai anggota, ketua biro kesekretariatan dan bendahara Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) Fakultas Peternakan selama tiga tahun, turut aktif dalam kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan dan terakhir penulis menjadi bendahara Dewan Perwakilan Mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006-2007.
5
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr wb Alhamdulillah puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah bagi Rasulullah SAW yang senantiasa selalu menjadi teladan bagi kita semua dalam menjalani hidup ini. Skripsi yang berjudul ”Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster” ini ditulis berdasarkan penelitian yang dilakukan mulai bulan September 2007 hingga Februari 2008 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Drosophila melanogaster memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu Biologi termasuk Ilmu Ternak dan berpotensi sebagai makanan burung walet. Tingginya kebutuhan akan ketersediaan Drosophila melanogaster khususnya sebagai pakan walet menuntut adanya suatu pembudidayaan hewan ini secara efektif dan efisien. Belum diketahuinya kebutuhan nutrisi D. melanogaster merupakan salah satu aspek permasalahan dalam pembuatan pakan yang sesuai dengan kebutuhan D. melanogaster. Penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu solusi untuk mengkaji dan mengetahui kebutuhan nutrisi Drosophila melanogaster. Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk semua kalangan yang membaca. Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih atas saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat, Amiin. Wassalamu’alaikum wr wb
Bogor, Mei 2008
Penulis
6
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ................................................................................................
i
ABSTRACT ...................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ix
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................ Tujuan Penelitian ...............................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Pengenalan Drosophila melanogaster ............................................... Fisiologi Drosophila melanogaster ................................................... Siklus Hidup Drosophila melanogaster ............................................ Telur ....................................................................................... Larva ...................................................................................... Pupa ....................................................................................... Imago ..................................................................................... Media Drosophila melanogaster ....................................................... Manfaat Drosophila melanogaster .................................................... Alat Pencernaan Serangga ................................................................. Pakan Ternak ..................................................................................... Fermentasi ..........................................................................................
3 3 5 6 6 6 7 8 9 9 9 10
METODE .......................................................................................................
13
Lokasi dan Waktu .............................................................................. Materi ................................................................................................. Rancangan .......................................................................................... Model Statistik ....................................................................... Peubah .................................................................................... Analisis Data .......................................................................... Prosedur Penelitian ............................................................................. Tahap Persiapan Media Penelitian .......................................... Ubi Fermentasi dan Non Fermentasi .......................... Pembuatan Tepung Ubi Jalar ...................................... Pembuatan Media .................................................................. Metode Pengukuran pH .........................................................
13 13 14 14 14 15 15 15 15 15 16 16 7
Metode Pengukuran Gula ...................................................... Pemeliharaaan dan Pengamatan ............................................. Metode Pemindahan Drosophila melanogaster ............ Metode Perhitungan Larva ........................................... Metode Perhitungan Pupa ............................................ Metode Perhitungan Imago .......................................... HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
17 17 17 18 18 18 19
Pengaruh Perlakuan Media terhadap Produktivitas D.melanogaster ... Kualitas Media Perlakuan .................................................................. Produksi Drosophila melanogaster ...................................................
19 20 25
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
30
Kesimpulan ........................................................................................ Saran ..................................................................................................
30 30
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
32
LAMPIRAN ...................................................................................................
35
8
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Karakteristik Fisik Media Perlakuan .......................................
20
2. Hasil Analisis Proksimat Media Perlakuan …………..……...
23
9
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Jantan dan Betina D. Melanogaster ...........................................................
5
2.
Siklus Hidup D. Melanogaster ...................................................................
7
3.
Dasar-dasar Biokimia Fermentasi ...............................................................
11
4.
Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar ..........................................................
16
5.
Rataan Jumlah Imago Media Fermentasi dan Non Fermentasi .................
20
6.
Fermentasi Glukosa oleh Yeast .................................................................
22
7.
Struktur Sukrosa Umbi-umbian .................................................................
24
8.
Rataan Jumlah Larva D. melanogaster .....................................................
25
9.
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Larva (analisis regresi) .................
25
10.
Rataan Jumlah Pupa D. melanogaster .......................................................
26
11.
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Pupa (analisis regresi) ...................
27
12.
Rataan Jumlah Imago D. melanogaster .....................................................
27
13.
Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Imago (analisis regresi) ..................
28
10
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Hasil Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Larva ...........
36
2. Hasil Analisis Uji Lanjut Kontras Polinomial Larva .....................
36
3. Hasil Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Pupa ...........
36
4. Hasil Analisis Uji Lanjut Kontras Polinomial Pupa .....................
36
5. Hasil Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Imago ...........
36
6. Hasil Analisis Uji Lanjut Kontras Polinomial Imago .....................
37
7. Metode Pengukuran Energi bruto ....................................................
37
8. Metode Pengukuran Kadar Air ........................................................
38
9. Metode Pengukuran Gula Terlarut .................................................
38
11
PENDAHULUAN Latar Belakang Drosophila melanogaster (lalat buah) merupakan salah satu jenis serangga family Drosophilidae. D. melanogaster berperan penting dalam perkembangan ilmu Biologi termasuk Ilmu Ternak, terutama dalam mempelajari dasar-dasar genetika atas berbagai pertimbangan dan keunggulan yang dimilikinya. Selain itu, D. melanogaster juga berpotensi sebagai makanan burung walet karena serangga ini memiliki protein cukup tinggi (63,25%). Pakan berprotein tinggi sangat berperan terhadap kualitas produksi sarang burung walet. Selain itu siklus reproduksi D. melanogaster sangat cepat. Sehubungan dengan hal tersebut untuk mencapai produktivitas D. melanogaster optimal sangat penting didukung dengan pemberian makanan sesuai dengan kebutuhannya. Drosophila melanogaster memiliki ukuran tubuh relatif kecil dan umumnya banyak ditemukan pada buah-buahan ranum. Telah banyak digunakan berbagai komposisi makanan sebagai medium dalam pemeliharaan D. melanogaster di laboratorium. Komposisi makanan D. melanogaster biasanya terdiri dari campuran buah-buahan seperti pisang, pepaya, lemon dan srikaya (Seregeg, 1986). Namun media tersebut memiliki daya simpan rendah, tidak tahan lama, sehingga dalam jangka waktu panjang seperti untuk pemenuhan pakan walet tidak dapat digunakan. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan
dari
Stricberger
(1962)
dilakukan
perubahan makanan ke dalam makanan buatan. Shorrock (1972) menyatakan bahwa lalat ini memiliki ketertarikan terhadap variasi makanan dari campuran senyawasenyawa organik, seperti hasil senyawa fermentasi buah di alam. Penggunaan makanan buatan memberikan hasil pertumbuhan lalat yang baik sekali (Wiyono, 1986). Peluang Drosophila melanogaster sebagai alternatif pakan burung walet menuntut adanya ketersediaan hewan ini secara terus menerus. Produksi D. melanogaster secara berkesinambungan harus didukung dengan media makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi D. melanogaster. Tetapi kebutuhan nutrisi Drosophila melanogaster sejauh ini belum pernah dilaporkan. Terkait dengan hal tersebut, maka kajian awal terhadap kebutuhan nutrisi D.
melanogaster sangat
penting dilakukan.
12
Perumusan Masalah Serangga termasuk Drosophila melanogaster merupakan jenis pakan yang disukai walet. Burung walet termasuk hewan pemburu pakan ke tempat jauh guna mencari ketersediaan pakan memadai. Hal ini terjadi karena kurangnya ketersediaan pakan walet di sekitar rumah walet. Perburuan pakan ke tempat jauh akan merugikan pemilik rumah walet sebab kelelahan akan mengurangi naluri walet untuk membuat sarang. Kualitas sarang pun menjadi kurang baik. Bahkan tak jarang koloni walet tergoda untuk pindah ke tempat lain yang lebih dekat dengan daerah perburuan pakan. Tingginya kebutuhan akan ketersediaan Drosophila melanogaster khususnya sebagai pakan walet menuntut adanya suatu pembudidayaan hewan ini secara efektif dan efisien. Belum diketahuinya kebutuhan nutrisi D. melanogaster merupakan salah satu aspek permasalahan dalam pembuatan pakan yang sesuai dengan kebutuhan D. melanogaster ini, sehingga kajian terhadap kebutuhan nutrisi D. melanogaster sangat perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas Drosophila melanogaster melalui pendekatan kebutuhan nutrisi. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. membuat media sesuai dengan kebutuhan nutrisi D. melanogaster 2. mengetahui karakteristik fisik media perlakuan 3. mengetahui kadar gula, pH dan hasil analisis proksimat media perlakuan 4. mengetahui efek pemberian media perlakuan terhadap jumlah larva, pupa dan imago Drosophila melanogaster
13
TINJAUAN PUSTAKA Pengenalan Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster memiliki klasifikasi phylum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Diptera, Sub Ordo Cyclorrhapha, series Acalyptrata, Familia Drosophilidae dan Genus Drosophila (Strickberger, 1962). Drosophila melanogaster (lalat buah) adalah suatu serangga kecil dengan panjang dua sampai lima milimeter dan komunitasnya sering kita temukan di sekitar buah yang rusak/busuk (Iskandar, 1987). Drosophila melanogaster seringkali digunakan dalam penelitian biologi terutama dalam perkembangan ilmu genetika (Manning, 2006). Ada beberapa alasan Drosophila melanogaster dijadikan sebagai model organisme yaitu karena D. melanogaster ukuran tubuhnya kecil,mudah ditangani dan mudah dipahami, praktis, siklus hidup singkat yaitu hanya dua minggu, murah dan mudah dipelihara dalam jumlah besar (Iskandar, 1987), mudah berkembangbiak dengan jumlah anak banyak, beberapa mutan mudah diuraikan (King, 1962), memiliki empat pasang kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar saliva pada fase larva (Strickberger, 1962). Pada kondisi laboratorium lalat buah dewasa rata-rata mati dalam 6 atau 7 hari (Shorrocks, 1972). Keberadaan organisme di alam ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar termasuk lingkungan. Faktor luar meliputi faktor fisik, kimia dan biologis. Untuk hewan, faktor fisik termasuk didalamnya adalah makanan mempunyai peranan lebih besar dalam menentukan keberadaan hewan tertentu di suatu tempat dibandingkan dengan faktor kimia. Suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah. Ciri-ciri yang bersifat kuantitatif, panjang tubuh sangat sensitif terhadap perubahan faktor lingkungan seperti fluktuasi suhu atau perubahan baik secara kuantitas maupun kualitas jenis makanan ( Junitha, 1991). Fisiologi Drosophila melanogaster Lalat buah ini memiliki sifat dimorfisme. Tubuh lalat jantan lebih kecil dibandingkan betina dengan tanda-tanda secara makroskopis adanya warna gelap pada ujung abdomen, pada kaki depannya dilengkapi dengan sisir kelamin yang terdiri dari gigi hitam mengkilap (Shorrock, 1972). Banyak mutan-mutan Drosophila
14
melanogaster yang dapat diamati dengan mata biasa, dalam artian tidak memerlukan alat khusus. Drosophila melanogaster tipe liar mempunyai mata merah, tipe sepia mempunyai mata coklat tua dan tipe ebony mempunyai tubuh berwarna hitam mengkilap (Iskandar, 1987). Drosophila melanogaster tergolong serangga, pada umumnya ringan dan memiliki eksoskeleton atau integumen yang kuat. Jaringan otot dan organ-organ terdapat di dalamnya. Di seluruh permukaan tubuhnya, integumen serangga memiliki berbagai syaraf penerima rangsang cahaya, tekanan, bunyi, temperatur, angin dan bau. Pada umumnya serangga memiliki 3 bagian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen. Kepala berfungsi sebagai tempat dan alat masukan makanan dan rangsangan syaraf, serta untuk memproses informasi (otak). Lalat memiliki tipe mulut spons pengisap. Toraks yang terdiri atas tiga ruas memberikan tumpuan bagi tiga pasang kaki (sepasang pada setiap ruas), dan jika terdapat sayap, dua pasang pada ruas kedua dan ketiga. Fungsi utama abdomen adalah untuk menampung saluran pencernaan dan alat reproduksi. Ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk membedakan lalat jantan dan betina, yaitu bentuk abdomen pada lalat betina kecil dan runcing, sedangkan pada jantan agak membulat (Gambar 1). Tanda hitam pada ujung abdomen juga bisa menjadi ciri dalam menentukan jenis kelamin lalat ini tanpa bantuan mikroskop. Ujung abdomen lalat jantan berwarna gelap, sedang pada betina tidak. Jumlah segmen pada lalat jantan hanya 5, sedang pada betina ada 7. Lalat jantan memiliki sex comb, berjumlah 10, terdapat pada sisi paling atas kaki depan, berupa bulu rambut kaku dan pendek (Demerec dan Kaufmann, 1961). Lalat betina memiliki 5 garis hitam pada permukaan atas abdomen, sedangkan pada lalat jantan hanya 3 garis hitam (Wiyono, 1986).
15
Gambar 1. Jantan (kiri) dan Betina (kanan) D. Melanogaster Siklus Hidup Drosophila melanogaster Ketika serangga ini ditetaskan dari telur, dihasilkan serangga yang tidak memiliki wujud sama dengan serangga dewasa. Drosophila melanogaster tergolong Holometabola, memiliki periode istirahat yaitu dalam fase pupa. Dalam perkembangannya D. melanogaster mengalami metamorfosis sempurna yaitu melalui fase telur, larva, pupa dan D. Melanogaster dewasa (Frost, 1959). Lalat betina setelah perkawinan menyimpan sperma di dalam organ yang disebut spermatheca (kantong sperma). Lalat jantan dan betina adalah diploid. Setiap kali pembelahan meiosis dihasilkan 4 sperma haploid di dalam testes lalat jantan dewasa sedangkan pada lalat betina dewasa hanya dihasilkan 1 butir telur dari setiap kali pembelahan (Wiyono, 1986). Lamanya siklus hidup Drosophila melanogaster bervariasi sesuai suhu. Rata-rata lama periode telur-larva pada suhu 20oC adalah 8 hari; pada suhu 25oC lama siklus menurun yaitu 5 hari. Siklus hidup pupa pada suhu 20oC adalah sekitar 6,3 hari, sedangkan pada suhu 25oC sekitar 4,2 hari. Sehingga pada suhu 25oC siklus hidup Drosophila melanogaster dapat sempurna sekitar 10 hari, tetapi pada suhu 20oC dibutuhkan sekitar 15 hari. Pemeliharaan Drosophila sebaiknya berada dalam suhu ruang dimana temperatur tidak dibawah 20oC atau diatas 25oC. Suhu tinggi atau diatas 30oC dapat mengakibatkan sterilisasi atau kematian, dan pada temperatur rendah keberlangsungan hidup dari lalat ini terganggu dan memanjangkan siklus hidup (contoh, pada suhu 10oC untuk mencapai tingkat larva dibutuhkan sekitar 57 hari dan pada suhu 15oC sekitar 18 hari). Hal yang perlu diingat adalah bahwa suhu di dalam biakan botol dapat lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan sekitar di luar botol, karena adanya peningkatan panas akibat fermentasi ragi (Demerec dan Kaufmann, 1961).
16
Telur. Telur Drosophila memiliki panjang kira-kira setengah millimeter. Bagian struktur punggung telur ini lebih datar dibandingkan dengan bagian perut. Telur lalat akan nampak di permukaan media makanan setelah 24 jam dari perkawinan (Wiyono, 1986). Perkembangan embrio, yang mengikuti pembuahan dan bentuk zigot, terjadi dalam membran telur (Demerec dan Kaufmann, 1961). Lensa tangan akan mempermudah untuk mengamati telur-telur lalat. Setelah fertilisasi acak telur berkembang kurang lebih satu hari, kemudian menetas menjadi larva (Wiyono, 1986). Larva. Sekitar satu hari setelah fertilisasi, embrio berkembang dan menetas menjadi larva (Manning, 2006). Larva yang baru menetas disebut sebagai larva fase (instar) pertama dan hanya nampak jelas bila diamati dengan menggunakan alat pembesar. Larva makan dan tumbuh dengan cepat (Demerec dan Kaufmann, 1961) kemudian berganti kulit mejadi larva fase kedua dan ketiga. Larva fase ketiga, dua sampai tiga hari kemudian berubah menjadi pupa (Wiyono, 1986). Setelah penetasan dari telur, larva mengalami dua kali molting (ganti kulit) (Demerec dan Kaufmann, 1961), memakan waktu kurang lebih empat hari untuk selanjutnya menjadi pupa (Wiyono, 1986). Fase terakhir dapat mencapai panjang sekitar 4,5 milimeter. Larva sangat aktif dan termasuk rakus dalam makan, sehingga larva tersebut bergerak pelan pada media biakan. Saat larva siap menjadi pupa, mereka berjalan perlahan dan menempel di permukaan relatif kering, seperti sisi botol atau di bagian kertas kering yang diselipkan ke pakannya (Demerec dan Kaufmann, 1961). Pupa. Pupa yang baru terbentuk awalnya bertekstur lembut dan putih seperti kulit larva tahap akhir, tetapi secara perlahan akan mengeras dan warnanya gelap (Demerec dan Kaufmann, 1961). Diatas dari empat hari, tubuh pupa tersebut sudah siap dirubah bentuk dan diberi sayap dewasa, dan akan tumbuh menjadi individu baru setelah 12 jam (waktu perubahan fase diatas berlaku untuk suhu 25 °C) (Manning, 2006). Tahap akhir fase ini ditunjukkan dengan perkembangan dalam pupa seperti mulai terlihatnya bentuk tubuh dan organ dewasa (imago). Ketika perkembangan tubuh sudah mencapai sempurna maka Drosophila melanogaster dewasa akan muncul melalui anterior end dari pembungkus pupa. Lalat dewasa yang baru muncul ini berukuran sangat panjang dengan sayap yang belum berkembang.
17
Waktu yang singkat, sayap mulai berkembang dan tubuhnya berangsur menjadi bulat (Demerec dan Kaufmann, 1961). Hari kelima pupa terbentuk dan pada hari kesembilan keluarlah imago dari selubung pupa (puparium) (Wiyono, 1986). Imago. Perkawinan biasanya terjadi setelah imago berumur 10 jam, tetapi meskipun demikian lalat betina biasanya tidak segera meletakkan telur sampai hari kedua. Lalat buah Drosophila pada suhu 25°C, dua hari setelah keluar dari pupa mulai dapat bertelur kurang lebih 50 sampai 75 butir per hari sampai jumlah maksimum kurang lebih 400-500 dalam 10 hari, tetapi pada suhu 20°C mencapai kira-kira 15 hari (Iskandar, 1987). Jumlah telur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik, temperatur lingkungan dan volume tabung yang digunakan (Mulyati,1985).Siklus hidup total terhitung dari telur sampai telur kembali berkisar antara 10-14 hari. Siklus hidup Drosophila melanogaster selengkapnya adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Siklus hidup Drosphila melanogaster Lalat dewasa dapat hidup sampai 10 minggu (Wiyono, 1986). Dalam kondisi menguntungkan lalat buah Drosophila dewasa dapat hidup lebih dari 40 hari. Sedangkan pada kondisi laboratorium banyak dilaporkan bahwa lalat buah dewasa rata-rata mati dalam 6 atau 7 hari (Shorrocks, 1972).
18
Media Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster banyak ditemukan di buah lembut (soft fruits) seperti anggur, pisang dan plum, terutama pada buah terlalu matang dan mulai terjadi fermentasi. Lalat ini dapat berkembang di media fermentasi lainnya. Di dalam laboratorium, Drosophila dapat dipelihara pada medium pendukung pertumbuhan ragi (Barnes dan Kearsey, 1973).
Drosophila lebih menyukai makanan yang
mengandung karbohidrat dengan variasi ragi. Dalam pertumbuhannya, ragi menyebabkan diperoleh larva yang besar-besar (Stricberger,1962 dan Shorrocks, 1972). Media lalat buah sebaiknya memiliki struktur yang cukup kuat, sehingga media tersebut tidak jatuh saat dilakukan penggoncangan media untuk pengujian lalat. Syarat bahan baku media drosophila adalah : 1) memiliki jumlah/kandungan gula untuk pakan larva dan mamicu kerja ragi, 2) mempunyai kekentalan yang sesuai (Demerec dan Kaufmann, 1961). Seregeg (1986) menyatakan bahwa medium Drosophila melanogaster yang digunakan adalah pisang pada kondisi ruangan 29°C tetapi empat sampai dengan lima hari ternyata tumbuh jamur pada permukaan medium. Ketika buah matang pati diubah menjadi gula. Buah matang hanya sedikit atau tidak mengandung pati. Senyawa gula dalam buah-buahan biasanya berupa campuran glukosa dan fruktosa. Kemudian dilakukan perubahan dengan menggunakan buah-buahan Indonesia seperti pepaya, lemon dan srikaya (Stricberger, 1962). Pepaya lebih dapat memancing lalat buah dibandingkan dengan pisang. Namun ada kekurangan dari pepaya bila digunakan sebagai media Drosophila melanogaster yaitu jika pepaya terlalu ranum, agak berair, sehingga lalat buah sering mati terendam di dalam cairan tersebut (Fithri dkk, 1995). Ternyata perubahan menggunakan buah selain pisang menimbulkan masalah sama, menyebabkan terjadinya kontaminasi. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan dari Stricberger (1962), dilakukan perubahan makanan ke dalam makanan buatan. Shorrock (1972) menyatakan bahwa lalat ini memiliki ketertarikan terhadap variasi makanan dari campuran senyawa-senyawa organik, seperti dijumpai di alam dalam fermentasi buah. Termasuk diantaranya etil alkohol, asam laktat, asetic, amilum dan etil asetat. Penggunaan makanan buatan memberikan hasil pertumbuhan lalat yang baik sekali (Wiyono., 1986).
19
Pemeliharaaan di laboratorium dapat menggunakan makanan campuran antara yeast dan buah-buahan masak (Wiyono, 1986). Drosophila melanogaster dapat menggunakan bahan makanan diantaranya adalah media pisang, tepung jagung, tepung jagung-molases-media gandum, tepung terigu (Demerec dan Kaufmann. 1961), tepung-tetes tebu-agar, ragi-gula-agar (Shorrock, 1972), ubi jalar rebus dicampur ragi (Erlina, 1985), campuran bahan air, sirop ”karo”, agar, pisang dan penambahan alkohol 90-95%; air, agar, sirop karo (putih), hancuran pisang, Dried Brewers Yeast dan Moldex (15 % larutan dalam 95% etanol); campuran pisang dan tape singkong dengan perbandingan 6:1 (Wiyono, 1986), pisang-tape, tepung gula-pisang-ragi (Iskandar, 1987), Pemakaian Moldex berguna untuk menghalangi pertumbuhan jamur pada permukaan media makanan. Penambahan alkohol 90-95% dapat digunakan sebagai bahan sterilisasi pada media pemeliharaan lalat. (Wiyono, 1986). Daya tarik lalat buah pada variasi bahan makanan tergantung pada kondisi lingkungan dan speciesnya. Makanan akan mempengaruhi jumlah telur pada lalat buah betina dan perkembangan larvanya ( Shorrock, 1972). Manfaat Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster seringkali digunakan dalam penelitian biologi terutama dalam perkembangan ilmu genetika (Manning, 2006) dan juga sebagai pakan alami burung walet (Redaksi Trubus, 2002). Alat Pencernaan Serangga Saluran pencernaan serangga terbagi menjadi tiga wilayah yaitu stomodaeum, proctodaeum dan mesenteron. Saluran pencernaan tersebut terbentuk pada saat embrio. Stomodeum terdiri dari pharing, esophagus, crop, proventrikulus dan kelenjar ludah. Mesenteron terdiri dari gastric kaeka, ventrikulus, membrane peritropik. Proktodeum terdiri dari tabung malphigi, ileum, colon, rektum dan anus (Davies, 1988). Pakan Ternak Informasi umum mengenai makanan didapatkan dari hasil analisis berupa komposisi kimia makanan yang merupakan hasil penggunaan sistem analisa
20
proksimat yang telah digunakan lebih dari 100 tahun lalu. Sistem analisa proksimat membagi makanan ke dalam enam fraksi zat makanan yaitu : kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (McDonald et al., 2002). Ensminger (1991) menyatakan bahwa komposisi hasil analisis kimia pakan merupakan acuan mendasar untuk evaluasi pakan. Kebanyakan penetapan hasil analisis tersebut berdasarkan bahan kering (dry matter basis). Hal tersebut dikarenakan secara alamiah kandungan air (moisture) dari bahan pakan, jaringan tubuh hewan dan sampel bahan yang dianalisis beragam (Church dan Pond, 1988). Makanan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap di dalam saluran pencernaan makanan serta digunakan (McDonald et al., 2002). Pakan adalah segala bahan atau makanan, diberikan ke ternak untuk kelangsungan hidupya. Bahan tersebut dapat terdiri dari satu atau lebih kandungan nutrisinya, selain itu terdapat bahan bukan nutrisi seperti bahan pewarna, peningkat aroma dan faktor lain yang berhubungan dengan peningkat palatabilitas atau pengawet makanan ternak (Ensminger et al., 1990). Nutirisi adalah komponen di dalam makanan, dapat digunakan dan penting untuk kebutuhan hidup pokok, produksi serta kesehatan ternak (Ensminger, 1991). Faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi (feed intake) hewan ternak antara lain palatabilitas, feed preference, level energi ransum, komposisi makanan, suhu lingkungan, masa bunting dan menyusui serta ukuran metabolis tubuh. Metode untuk mengevaluasi pakan diantaranya dengan dilakukan dengan pengujian mikroskopis, analisis pakan, energi pakan dan kecernaannya (Cheeke, 2005). Fermentasi Fermentasi yaitu reaksi oksidasi-reduksi, di mana zat yang dioksidasi (pemberi elektron) maupun zat yang direduksi (penerima elektron) adalah zat organik dengan melibatkan mikroorganisme (bakteri, kapang dan ragi). Zat organik yang digunakan umumnya glukosa yang dipecah menjadi aldehida, alkohol atau asam. Fermentasi terbagi dua tipe berdasarkan tipe kebutuhan akan oksigen yaitu tipe aerobik dan anaerobik. Tipe aerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya memerlukan oksigen. Dengan adanya oksigen maka mikroorganisme dapat mencerna glukosa menghasilkan air, karbondioksida dan sejumlah besar energi. Sedangkan tipe 21
anaerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya tidak memerlukan oksigen. Jadi hanya sebagian bahan energi itu dipecah, yang dihasilkan adalah sebagian dari energi, karbondioksida dan air, termasuk sejumlah asam laktat, asetat, etanol, asam volatile, alkohol dan ester (Afrianti, 2004). Fermentasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan mikroba yaitu suhu, udara (oksigen), kelembaban, garam, asam. (Afrianti, 2004). Perubahan dalam proses fermentasi dapat terjadi berupa rasa, warna, bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya (Margono, et al., 1993). Ubi jalar mengandung karbohidrat dan sebagian besar terdiri dari pati (Widjajaseputra, 1992). Zat pati dalam ubi jalar diubah menjadi bentuk sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir (Afrianti, 2004).
Gambar 3. Dasar-dasar Biokimia dari Proses Fermentasi pada Umumnya Sumber : Muchtadi, 1989
Pati dalam bentuk siap dicerna akan diubah menjadi maltosa selama proses pengolahan seperti perebusan, penggorengan ataupun pengeringan. Proses ini menjadikan ubi jalar lebih banyak mengandung senyawa gula dibanding sumber pati lainnya. (Collins et al., 1985) Selain pati ubi jalar juga mengandung gula bebas
22
dalam bentuk disakarida yaitu Sukrosa (Widjajaseputra, 1992). Senyawa gula paling banyak dijumpai pada ubi jalar mentah adalah sukrosa sedang fruktosa dan glukosa terdapat dalam jumlah lebih kecil. (Collins et al., 1985). Enzim dari khamir dapat memecahkan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa yang lebih mudah diserap oleh tubuh. (Afrianti, 2004) Dalam tubuh monosakarida langsung diserap oleh dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam aliran darah. Semua Karbohidrat dalam tubuh akhirnya akan diubah menjadi glukosa (Muchtadi, 1989). Ragi termasuk ke dalam kelompok mikroba. Melalui proses fermentasi anaerob ragi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH ) dengan menggunakan substrat gula (C6H12O6) . Persamaan Reaksi Kimia C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol) Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP) Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton (Wikipedia, 2008). Untuk melakukan metabolisme, mikroorganisme membutuhkan sumber energi berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat-zat gizi yang terdapat dalam bahan pangan. Bahan energi yang paling banyak digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa. (Afrianti, 2004). Mikroba yang bersifat fermentatif dapat mengubah karbohidrat dan turunannya menjadi alkohol, asam dan karbondioksida. Disusul dengan mikroba proteolitik dapat memecah protein dan komponen nitrogen lainnya, sehingga menghasilkan bau busuk yang tidak diinginkan. Sedangkan mikroba lipolotik akan menghidrolisa lemak, fosfolipid dan turunannya dengan menghasilkan bau tengik (Afrianti, 2004).
23
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2007 sampai dengan Februari 2008, di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Drosophila melanogaster bermata merah diambil dari stok Laboratorium Genetika, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dengan media biakan adalah ubi jalar. Botol Biakan Botol steril berukuran 12 cm x 8 cm digunakan sebagai botol biakan dalam penelitian ini. Botol dilengkapi dengan tutup kapas dibungkus kain kasa dan kertas yang ditancapkan ke media. Semua alat tersebut disterilkan dengan menggunakan autoclave. Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lalat buah Drosophila melanogaster bermata merah, ubi jalar (Ipomoea batatas), tepung ubi jalar (Ipomoea batatas), pakan broiler periode starter, alkohol 70%, ether, aquadest, ragi, H2SO4, fenol, larutan glukosa standar. Penelitian ini menggunakan peralatan meliputi botol biakan, kapas, kain kasa, kertas buram, botol film, kuas kecil, label, lidi, timbangan, gelas ukur, corong bius, termometer, pemanas air, tabung reaksi, vortex, sentrifuse, spektrofotometer. Media Perlakuan Media perlakuan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari campuran tepung ubi jalar (Ipomoea batatas) dan pakan broiler periode starter, dengan perbandingan sebagai berikut : M1 M2
100% tepung ubi jalar 75% tepung ubi jalar + 25% pakan broiler periode starter
24
M3
50% tepung ubi jalar + 50% pakan broiler periode starter
M4
25% tepung ubi jalar + 75% pakan broiler periode starter
M5
100% pakan broiler periode starter
Rancangan Model Statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan sebagai rancangan percobaan dengan lima taraf perlakuan dan tiga ulangan. Model matematik yang digunakan adalah : Yij = µ + τi + ∑ij Yij
: Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
: Nilai rataan umum
τi
: Pengaruh perlakuan ke-i
∑ij
: Pengaruh galat perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
i
: perlakuan ke-i
j
: perlakuan ke-j
Peubah Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah : 1.
Uji Fisik ransum meliputi tekstur, bau dan warna
2.
Uji Kimia ransum meliputi pH, gula terlarut dan analisa proksimat
3.
Produksi Drosophila melanogaster meliputi : - Jumlah larva Drosophila melanogaster Bentuk larva seperti ulat dan berwarna putih kekuningan. Jumlah larva Drosophila melanogaster dihitung pada hari ke keempat. -
Jumlah pupa Drosophila melanogaster Pupa
merupakan
fase
diam
dalam
metamorphosis
Drosophila
melanogaster. Awalnya pupa berwarna cokelat bening, tetapi makin lama warna pupa berubah menjadi coklat kehitaman. Jumlah pupa Drosophila melanogaster dihitung pada hari kedelapan. -
Jumlah imago Drosophila melanogater Jumlah imago Drosophila melanogaster dihitung pada hari keduabelas. 25
Analisis Data Sidik ragam (ANOVA) digunakan untuk menganalisis data penelitian dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji kontras polinomial untuk menentukan taraf yang optimal (Steel dan Torie, 1993). Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Media Penelitian Ubi Fermentasi dan Non Fermentasi.
Perlakuan media fermentasi dan non
fermentasi ubi jalar kukus dilakukan untuk mengetahui media yang cocok untuk pertumbuhan Drosophila melanogaster. Ubi Jalar (Ipomoea batatas) yang digunakan adalah ubi jalar merah. Ubi dikupas, dicuci dan dikukus hingga matang. Kemudian ubi dilumatkan dan ditimbang sebanyak 10 gram dan didiamkan hingga dingin lalu dicampurkan dengan ragi. Ragi dipersiapkan dengan cara melarutkan ragi ke dalam air bersuhu 40oC. Setelah ragi tercampur rata maka ubi dimasukkan ke dalam botol dan dibentuk miring dengan posisi 45o, kertas dibentuk menjadi sebuah corong kecil dan ditancapkan ke media. Drosophila melanogaster siap dimasukkan ke media yang sudah jadi. Prosedur pembuatan media ubi non fermentasi secara umum sama dengan pembuatan media ubi fermentasi, tetapi tidak menggunakan ragi. Pembuatan Tepung Ubi jalar. Ubi jalar terlebih dahulu dibersihkan dan dicuci hingga bersih. Kemudian dicacah tipis kemudian dimasukkan ke dalam oven 600C. Setelah proses pengeringan selesai, ubi kering digiling dengan ukuran saringan 2 mm hingga menjadi tepung (Gambar 1).
26
Ubi Jalar
Dibersihkan
Dicuci, dicacah Oven 600C
Digiling (ukuran saringan 2 mm)
Tepung Ubi Jalar Gambar 4. Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Pembuatan Media Media perlakuan Drosophila melanogaster terdiri dari campuran tepung ubi jalar dan pakan broiler starter. Perlakuan yang digunakan adalah media fermentasi. Media yang digunakan sejumlah 4 gram sebagai media pertumbuhan dan produktivitas Drosophila melanogaster. Metode pembuatan media yaitu tepung ubi jalar dan pakan broiler starter masing-masing ditimbang sesuai dengan formulasi perlakuan lalu dicampur. Kemudian ransum tersebut ditambahkan air sampai kadar air media perlakuan mencapai 60% kemudian dikukus selama lima menit. Setelah itu, media perlakuan didinginkan hingga suhu kira-kira 40oC lalu dicampur dengan ragi cair. Kemudian dimasukkan ke dalam botol, dibentuk dengan kemiringan 45o. Kertas buram dibentuk menjadi sebuah corong kecil dan ditancapkan ke media. Metode Pengukuran pH Derajat keasaman diukur dengan menggunakan pH meter. Terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer yaitu buffer pH 4 dan pH 7. Kemudian sampel yang ingin diukur disiapkan, diukur pH nya dan dibaca hasil pengukurannya (Apriyantono dkk, 1989).
27
Metode Pengukuran Gula Kandungan total gula diukur dengan menggunakan preaksi asam sulfat pekat dan fenol 5%. Kemudian diukur menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 490 nm dengan D-glukosa sebagai standar, seperti yang dijelaskan oleh Dubois et al.,1956. Pemeliharaan dan Pengamatan Drosophila melanogaster yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor dengan perbandingan 50% jantan dan 50% betina untuk pengamatan larva dan pupa imago. Penelitian untuk menghitung jumlah larva menggunakan botol biakan yang berbeda dengan perhitungan jumlah pupa imago. Sedangkan untuk perhitungan jumlah pupa menggunakan botol biakan yang sama dengan imago. Satu pasang Drosophila melanogaster dimasukkan ke dalam satu botol biakan setiap perlakuan. Lalat tersebut dipelihara selama dua hari setelah itu dikeluarkan. Pengamatan terhadap larva yang dihasilkan dilakukan pada hari ke 4, pupa pada hari ke 8 dan pengamatan imago pada hari ke 12. Dalam penelitian ini suhu ruang diukur menggunakan termometer.
Penelitian
kajian
kebutuhan
nutrisi
Drosophila
o
melanogaster ini dilakukan di ruangan yang memiliki suhu rata-rata 25 C. Metode Pemindahan Drosophila melanogaster. Metode ini digunakan untuk memindahkan stok Drosophila melanogaster dari media biakan lama ke media biakan baru. Pemindahan D. melanogaster biasanya dilakukan dengan beberapa alasan diantaranya karena media biakan lama sudah tidak bagus, populasi Drosophila yang padat dan untuk memperbanyak stok D. melanogaster. Cara yang dilakukan dalam memindahkan lalat dari media biakan yang lama ke media biakan yang baru yaitu dengan menghentakkan botol pemeliharaan (stok awal) ke meja yang telah dilandasi dengan landasan yang tebal (landasan karet, kain dll). Hentakan ini mengakibatkan lalat terjatuh ke permukaan medium. Setelah tidak ada lalat yang berada di sekitar mulut botol, segera tutup botol dibuka untuk kemudian ditutup dengan telapak tangan kiri. Botol pemeliharaan yang baru, tutupnya dibuka dengan menggunakan tangan kanan. Botol yang berisi lalat di tangan kiri dihentakkan beberapa kali agar lalat jatuh kembali ke permukaan medium. Setelah itu dengan cepat medium yang baru mulutnya disatukan dengan mulut botol yang berisi lalat.
28
Dalam keadaan ini botol medium yang baru berada di atas botol pemeliharaan yang lama, kemudian botol dibalik sambil dihentakkan di meja. Setelah lalat pindah ke botol baru, segera botol dipisahkan untuk ditutup dengan tutup botol biakan tersebut. Metode Perhitungan Larva.
Larva dihitung dengan cara botol biakan dibuka
tutupnya, kemudian media yang terdapat di dalam botol biakan dikeluarkan, lalu larva dihitung satu persatu. Metode Perhitungan Pupa. Perhitungan pupa dilakukan dengan cara menandakan serta menghitung pupa yang menempel di dinding botol biakan dan di dalam kertas dalam botol biakan. Metode Perhitungan Imago. Untuk menghitung Imago diperlukan bahan pembius seperti eter yang kemudian diteteskan ke kapas dalam botol. Di mulut botol bius diletakkan corong yang ujungnya dilapisi kain kasa agar lalat tidak terjatuh ke dalam kapas bius. Cara untuk menghitung Imago Drosophila melanogaster yaitu dengan menghentakkan botol pemeliharaan ke meja yang telah dilandasi dengan landasan yang tebal (landasan karet, kain dll). Hentakan ini mengakibatkan lalat terjatuh ke permukaan medium. Setelah tidak ada lalat yang berada di sekitar mulut botol, segera tutup botol dibuka untuk kemudian disatukan dengan mulut corong botol bius. Dalam keadaan ini botol pemeliharaan berada di atas mulut corong botol bius. Setelah semua lalat pingsan kemudian lalat dikeluarkan dan dihentakkan dari corong botol bius ke kertas kemudian dihitung.
29
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Pengaruh Perlakuan melanogaster
Media
terhadap
Produktivitas
Drosophila
Berdasarkan penelitian Drosophila melanogaster dapat tumbuh di media non fermentasi, seperti ubi kukus tanpa penambahan ragi. Pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas D. melanogaster hasil media non fermentasi lebih rendah dibandingkan dengan media fermentasi, karena ketersediaan gula bebas untuk digunakan oleh D. melanogaster lebih rendah dibandingkan dengan media fermentasi. Hasil rataan produksi imago D. melanogaster media fermentasi adalah 182,5 sedangkan untuk media non fermentasi 109,5 (Gambar 5). Media ubi kukus non fermentasi tidak ditambahkan ragi, sehingga proses penguraian pati ubi jalar untuk menjadi gula sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh D. melanogaster pun tidak terjadi. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan D. melanogaster menjadi lambat. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebagian besar terdiri dari pati (Widjajaseputra, 1992) yaitu 60-80% dalam bahan kering (Flach dan Rumawas, 1996). Zat pati dalam ubi jalar diurai menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir. Selain itu enzim dari khamir dapat memecahkan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa yang lebih mudah diserap oleh tubuh (Afrianti, 2004). Dalam tubuh, monosakarida langsung diserap oleh dinding usus halus, kemudian masuk ke dalam aliran darah. Semua Karbohidrat dalam tubuh akhirnya akan diubah menjadi glukosa (Muchtadi, 1989). Drosophila melanogaster lebih menyukai makanan berkarbohidrat dengan berbagai jenis ragi yang ada di dalamnya (Stricberger,1962 dan Shorrocks, 1972). Drosophila melanogaster merupakan hewan yang umumnya hidup dan berkembang di media fermentasi. Seperti di alam, D. melanogaster banyak ditemukan di buah ranum dan lembut (soft fruits) seperti anggur, pisang dan plum, terutama pada buah terlalu matang dan mulai terjadi fermentasi (Barnes dan Kearsey, 1973). Pemeliharaan D. melanogaster dalam skala lab umumnya melibatkan ragi dalam pembuatan media fermentasi atau menggunakan bahan media yang cepat terfermentasi.
30
Gambar 5. Rataan Jumlah Imago Fermentasi dan Non Fermentasi Media yang sudah digunakan dalam pemeliharaan D. melanogsater diantaranya campuran pisang, agar dan yeast; tepung jagung, molasses dan yeast; krem terigu, tepung jagung, molasses dan media gandum (Demerec dan Kaufmann. 1961), tepung, tetes tebu dan agar; ragi,gula dan agar (Shorrock, 1972), ubi jalar rebus dicampur ragi (Erlina, 1985), campuran pisang dan tape singkong dengan perbandingan 6:1 (Wiyono, 1986), pisang dan tape; tepung gula, pisang dan ragi (Iskandar, 1987), campuran antara yeast dan buah-buahan masak (Wiyono, 1986). 2. Kualitas Media Perlakuan Tabel 1. Karakteristik Fisik Media Perlakuan Perlakuan
Parameter
Tekstur
M1
M2
M3
M4
M5
Agak kasar
Agak kasar
Agak kasar
Agak halus
Halus Alkohol,
Bau
Alkohol
Alkohol
Alkohol
Alkohol
Agak busuk Coklat
Warna Keterangan :
Krem
Krem
Coklat muda
Coklat tua
kehitaman
Pengindraan dilakukan hari pertama media terfermentasi M1 : 100% tepung ubi jalar M2 : 75% tepung ubi jalar dan 25% pakan broiler starter M3 : 50% tepung ubi jalar dan 50% pakan broiler starter M4 : 25% tepung ubi jalar dan 75% pakan broiler starter M5 : 100% pakan broiler starter
31
Kualitas fisik media perlakuan dapat diperkirakan melalui pengamatan karakteristik fisik diantaranya pengamatan terhadap tekstur, bau dan warna. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, semakin tinggi jumlah pakan broiler starter yang terdapat pada media perlakuan menunjukkan bahwa tekstur media perlakuan semakin halus. Tekstur perlakuan M1 lebih kasar dibanding dengan perlakuan M5. Hal ini karena ukuran partikel tepung ubi jalar yang diolah dalam penelitian ini (2 mm) lebih besar dibandingkan dengan ukuran partikel pakan broiler starter. Drosophila tergolong serangga, sensitif terhadap bau, karena di seluruh permukaan tubuhnya, integument serangga memiliki berbagai syaraf penerima rangsang bau (Fardiaz, 1989). Media perlakuan secara umum berbau alkohol setelah didiamkan satu hari, karena sudah mulai terjadi proses fermentasi. Ragi yang diberikan ke dalam media perlakuan merupakan mikroba yang sangat berperan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dengan menggunakan substrat gula. Perlakuan Ragi adalah perlakuan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol (Afrianti, 2004). Berbeda dengan perlakuan lainnya, media perlakuan M5 selain bau alkohol juga memiliki bau agak busuk. Hal ini karena M5 memiliki kandungan gula yang rendah dan protein yang tinggi sehingga ragi sebagai mikroorganisme tidak memiliki cukup energi untuk mengubah protein menjadi asam amino. Sebaliknya, protein yang terdapat pada M5 didekomposisi menjadi amonia yang menimbulkan bau busuk. Berikut adalah urutan proses fermentasi penghasil produk utama alkohol :
32
Gambar 6. Fermentasi Glukosa oleh Yeast Sumber : McDonald et al., 1991
Ragi pada umumnya hidup dalam suasana asam sampai sedikit netral (Hariyum, 1986). Perlakuan 100% pakan broiler starter memiliki kandungan protein paling tinggi dibandingkan dengan media perlakuan yang lain sehingga kemungkinan laju pertumbuhan mikroorganisme fermentatif menjadi kalah bersaing dengan mikroba pendegradasi protein. Mikroba proteolitik dapat memecah protein dan komponen nitrogen lainnya, sehingga menghasilkan bau busuk yang tidak diinginkan. Selain itu mikroba lipolitik akan menghidrolisa lemak, fosfolipid dan turunannya dengan menghasilkan bau tengik (Afrianti, 2004). Warna media perlakuan menunjukkan warna semakin kehitaman dengan meningkatnya jumlah penggunaan pakan broiler starter dalam media perlakuan. Warna pada perlakuan pertama hingga keempat berwana krem hingga coklat tua dan pada perlakuan media kelima berwarna coklat kehitaman. Perubahan warna ini diakibatkan oleh terjadinya denaturasi protein. Denaturasi adalah suatu perubahan
33
atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa terjadi pemecahan ikatan-ikatan kovalen (Winarno, 1992). Selain itu M5 memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga tingkat pertumbuhan mikroba pada M5 lebih tinggi. Mikroba membutuhkan zat-zat nutrisi untuk sintesa komponen sel dan menghasilkan energi. Selain karbohidrat dan protein, mikroba juga membutuhkan mineral dan beberapa faktor pertumbuhan diantaranya asam amino, purin dan vitamin (Fardiaz, 1989). Tingginya jumlah mikroba yang tumbuh pada perlakuan M5 juga dapat mengakibatkan perubahan warna media karena adanya reaksi dari produk-produk sekunder yang dihasilkan dalam fermentasi yang dilakukan mikroba. Perubahan yang terjadi pada proses fermentasi dapat berupa rasa, warna, bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya (Margono et al., 1993). Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Media Perlakuan (% BK), Gula dan pH Perlakuan
Analisis
M1
M2
M3
M4
M5
Bahan Kering (%)
37,61
37,45
35,79
35,08
35,23
Protein Kasar (%)
3,19
8,87
13,89
19,33
25,09
Energi Bruto (kal/g))
4355,22
4229,64
4252,58
4184,72
4303,15
Gula (ppm) pH
720601,23 6,21
489988,17 304936,44 252534,39 6,34 6,27 6,19
122262,18 6,36
Drosophila melanogaster termasuk serangga yang menyukai tempat yang lembab. Media perlakuan dalam pemeliharaan D. melanogaster ini berkadar air cukup tinggi yaitu sekitar 60%. Perlakuan M1 yaitu terdiri dari 100% tepung ubi jalar memiliki kadar air tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu 37,61%. Protein terendah terdapat pada M1 1,2% sedangkan tertinggi pada perlakuan M5 yaitu 8,84%. Semakin besar jumlah pakan broiler yang terkandung pada media perlakuan menunjukkan protein media perlakuan semakin tinggi. Pakan broiler starter terdiri dari campuran bahan baku pakan, memiliki sumber protein tinggi jika dibandingkan dengan ubi jalar. pH media perlakuan berkisar di pH 6 dan secara umum pH tidak berbeda nyata pada seluruh perlakuan. Energi bruto tertinggi terdapat pada perlakuan M1. Sumber energi yang dibutuhkan serangga adalah
34
karbohidrat, sama halnya dengan ternak ruminansia maupun non ruminansia. Karbohidrat yang dapat dimanfaatkan langsung oleh Drosophila melanogaster adalah gula sederhana seperti glukosa. Perlakuan makanan yang umum diberikan sebagai media pemeliharaan D. melanogaster adalah pati dengan penambahan ragi. Gula merupakan karbohidrat memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut dalam air. Rasa manis yang biasa dijumpai pada tanaman terutama disebabkan oleh tiga jenis gula, yaitu sakarosa, fruktosa dan glukosa ( Food-Info.net, 2008). Senyawa gula yang paling banyak dijumpai pada ubi jalar mentah adalah sukrosa (gambar 1) sedang fruktosa dan glukosa terdapat dalam jumlah lebih kecil. (Collins et al., 1985). Berdasarkan analisa proksimat Ubi jalar mentah mengandung Bahan kering 24,27%, dengan protein kasar 4,12%, serat kasar 6,43 %, Beta-N 85,66% dan energi bruto 3897,82 kalori/gram.
Gambar 7. Struktur Sukrosa sebagai Penyusun Karbohidrat pada Umbiumbian Sumber : McDonald et al., 1995
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa jumlah total gula terbesar terdapat pada media perlakuan M1 yaitu 100% tepung ubi jalar. Ubi jalar merupakan sumber energi yang tinggi kadar patinya, sehingga mudah larut dibandingkan dengan perlakuan lain yang mengandung pati rendah. Karbohidrat ubi jalar sebagian terdiri dari pati (Widjajaseputra, 1992), yaitu 60-80% dalam bahan kering (Flach dan Rumawas, 1996). Perlakuan M5 memiliki total gula terendah dibandingkan perlakuan lainnya.
35
3
Produksi Drosophila melanogaster
Gambar 8. Rataan Jumlah Larva D. melanogaster
Gambar 9. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Larva (analisis Regresi) Keterangan : Level Penambahan Pakan Broiler Starter 0% = M1 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 25% = M2 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 50% = M3 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 75% = M4 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 100% = M5
Drosophila melanogaster tergolong hewan holometabola yaitu hewan mengalami metamorfosis sempurna. Setelah mengalami fertilisasi, telur berkembang menjadi larva. Larva bergerak aktif dan memakan makanan untuk pertumbuhannya. Drosophila lebih menyukai makanan yang mengandung karbohidrat dengan variasi ragi. Dalam pertumbuhannya, ragi menyebabkan diperolehnya larva besar 36
(Stricberger,1962 dan Shorrocks, 1972). Perlakuan M5 memiliki rataan jumlah larva terendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini karena jumlah gula pada perlakuan M5 paling rendah sehingga kurang tersedianya jumlah karbon yang dapat dimanfaatkan oleh ragi untuk diubah menjadi komponen sel dan menghasilkan etanol dalam fermentasi yang terjadi. Selain itu jumlah gula yang rendah mengakibatkan energi yang digunakan mikroorganisme ragi untuk metabolisme protein menjadi asam amino tidak terjadi. Sebaliknya mikroba melakukan dekomposisi menjadi amonia yang menghasilkan bau busuk yang tidak disukai oleh D. melanogaster. Berdasarkan analisis regresi tingkat produktivitas larva optimal terdapat pada level penambahan pakan broiler starter 47.66% dengan protein kasar 11,96% dan energi 2050,88 kal/gram.
Gambar 10. Rataan Jumlah Pupa D. melanogaster
37
Gambar 11. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Pupa (analisis Regresi) Keterangan : Level Penambahan Pakan Broiler Starter 0% = M1 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 25% = M2 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 50% = M3 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 75% = M4 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 100% = M5
Rataan hasil produksi pupa tertinggi dihasilkan oleh perlakuan M3, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M4. Pupa yang baru terbentuk awalnya bertekstur lembut dan putih seperti kulit larva tahap akhir, tetapi secara perlahan akan mengeras dan warnanya gelap (Demerec dan Kaufmann, 1961). Berdasarkan analisis regresi produksi pupa optimal terdapat pada perlakuan dengan protein 10,99% dan energi 1884,61 kal/g.
Gambar 12. Rataan Jumlah Imago D. melanogaster 38
Gambar 13. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Imago (analisis Regresi) Keterangan : Level Penambahan Pakan Broiler Starter 0% = M1 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 25% = M2 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 50% = M3 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 75% = M4 Level Penambahan Pakan Broiler Starter 100% = M5
Rataan produksi imago terbesar terdapat pada perlakuan M3. Kandungan energi perlakuan M3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M4 dan M5. Perlakuan M5 memiliki jumlah gula terendah sehingga mikroba tidak bisa mengurai protein menjadi asam amino tetapi menjadi amoniak yang memiliki bau busuk. Nutrisi perlakuan M3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M1 dan M2, karena jumlah pakan boiler starter perlakuan M3 lebih besar. Berdasarkan hasil analisis statistik produksi imago terbesar dihasilkan oleh media 47,39% tepung ubi jalar + 52,61% pakan broiler starter dengan protein 13,20% dan dengan energi 2263,89 kal/g. Bahan makanan utama bagi lalat buah dewasa adalah ragi hidup. Bahan energi yang paling banyak digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa. Pakan broiler periode starter mengandung protein, asam amino dan vitamin lebih lengkap dibandingkan dengan tepung ubi jalar. Mikroorganisme membutuhkan sumber energi berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat-zat gizi yang terdapat dalam bahan pangan lebih tersedia. Monosakarida dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh tanpa dicerna terlebih dahulu. Hal ini sangat membantu dalam proses pencernaan, karena energi 39
yang terkandung di dalamnya bisa langsung dimanfaatkan oleh tubuh ternak untuk proses metabolisme zat-zat makanan lainnya. Monosakarida langsung bisa digunakan oleh ragi untuk melakukan fermentasi. Laju pertumbuhan ragi meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah pakan broiler periode starter pada ransum.
40
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Drosophila melanogaster dapat hidup, tumbuh kembang dan berproduksi pada media ubi jalar kukus dengan atau tanpa fermentasi. Drosophila melanogaster dapat tumbuh dengan baik pada media fermentasi dengan energi bruto 2263,89 kalori/gram dan protein kasar 13,20%. Saran Pemeliharaaan
Drosophila
melanogaster
seyogyanya
dilakukan
menggunakan media dengan kadar air minimal 60%, protein kasar 13,20% dan energi bruto 2263,89 kalori/gram.
41
UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. sebagai dosen pembimbing utama dan sebagai pembimbing akademik, Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr. sebagai dosen pembimbing anggota atas segala bimbingan, nasehat, motivasi dan pengarahan yang diberikan selama penelitian hingga akhir penulisan skripsi. Penulis ucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Rita Mutia, M.Agr dan Ir. Hotnida C.H. Siregar M.Si yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada papa Sanusi Harahap dan mama Sari Bulan Siregar, kakakku Yulyana Rachmawati Harahap, abangku Andrian Ali Harahap, adikku Harlanto Pandapotan Harahap, keluarga besar Ompung Haji Ja Pandapotan Harahap, keluarga besar (Alm) Ompun Sutan Doli Siregar, atas dukungan, doa, motivasi dan kasih sayang yang tiada henti diberikan. Tidak lupa ucapan terima kasih Penulis kepada Ri Dzikriyah Vanis, SPt., Ratih W., Maripah R., Pak Yatno, Bu Pipih, Bu Dian, Evrin S., Dekri, Henry, Wahyu, Akramumuzein, Ka Len, Bang Anwar, Pak Windu, Pak Heru, Bu Sofi,Pak Yusmadi, Pak Saharudin,Suri A., Galih, F3, saudara/i Famm Al An’aam, atas do’a, motivasi dan kerjasama yang baik selama penelitian hingga selesai skripsi ini, kepada rekan-rekan seperjuangan INTP 40 atas persahabatan, do’a dan kebersamaannya. Mungkin ada banyak pihak yang telah memberikan bantuan namun tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk itu Penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2008
Penulis
42
DAFTAR PUSTAKA Afrianti, L.H. 2004. Keunggulan Makanan Fermentasi. Program Doktor Jurusan Farmasi.http://www.pikiran rakyat.com/cetak/0604/cakrawala/lainnya02.htm. Apriyanto, A. et al. 1989. Analisis Pangan, Petunjuk Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Barnes, B.W. and M.J. Kearsey, 1973. An Introduction to Drosophila melanogaster Genetics. In Practical Genetics, edited by P.M. Sheppard. John Wiley and Sons, New York. Cheeke, P. R. 2005. Applied Animal Nutrition Feeds & Feeding. 3rd Ed. Pearson Prentice Hall, America. Church, D. C. and W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutirition and Feeding. 3rd Ed. John Wiley & Sons, New York. Collins, Wanda W. and W. M. Walter. 1985. Jr. Fresh Roots for Human Consumption. Sweet Potato Products: A Natural Resource For The Tropics, Bouwkamp, J. C. Ed., CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida, page 219-233). Davies, R. G. 1988. Outlines of Entomology. 7th Ed. Chapman & Hall, London-New York-Tokyo-Melbourne-Madras. Demerec dan Kaufmann. 1961. Drosophila Guide. Introduction to the Genetics and Cytology of Drosophila melanogaster. Carnegie Institution of Washington, Washington D.C. Dubois,M. et al.,. 1956. Colorimetric method for determination of sugars and related substances. Analytical chemistry. Volume 28, No. 3, 350-356. Division of Biochemistry, University of Minnesota, St. Paul, Minn. Ensminger, M. E., I. E. Oldfield and W. W. Heinemann. 1990. Feed and Nutrition : Formerly, Nutrition, Complete. 2nd Ed. The Esminger Publishing Company, California. Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. 9th Ed. Interstate Publishers, Inc., Danville. Erlina, S. 1985. Respons seleksi untuk jumlah bulu sternopleural selama empat generasi serta pengaruhnya terhadap lebar thorax pada lalat buah (Drosophila melanogaster). Skripisi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fardiaz, S. 1989. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas IPB bekerjasama dengan Lembaga Sumberdaya Informasi-IPB. Fithri,A., C.N,S. Nazlie dan Suwarno. 1995. Inventarisasi lalat buah Drosophila sp. Di kotamadya Banda Aceh. Laporan hasil penelitian. Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.
43
Flach, M. dan F. Rumawas. 1996. Plants yielding non-seed carbohydrates. Plant Resources of South-East Asia. No. 9. LIPI Bogor. Food-info. 2008. Gula. http://www.food.info.net/id/product/sugar/chemistry.htm [17 Maret 2008]. Frost, S.W. 1959. Insect Life and Insect Natural History. Second Revised Edition. Dover Publication, INC., New York. Hariyum, A. 1986. Penentuan Kondisi Optimum dari Konsentrasi Sumber Karbon Glukosa, pH dan Aerasi untuk Pertumbuhan Protein Sel Tunggal. PT Waca Utama Pramesti bekerjasama dengan PEMDA DKI Jakarta. Iskandar, D.T. 1987. Petunjuk Praktikum Genetika. Pusat Antar Unversitas Bidang Ilmu Hayati, ITB Bandung. Junitha, K. 1991. Kemampuan reproduksi Drosophila bipectinata dalam kondisi laboratorium. Karya Ilmiah. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya. King, R.C. 1962. Genetics. 2nd Edition. Oxford University Press, New York. Manning, G. 2006. A quick and simple introduction to Drosophila melanogaster. http://www.ceolas.org/fly/intro.html [ 1 Oktober 2006]. Margono, T., D. Suryati dan S. Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation McDonald, P., N. Henderson, S. Heron. 1991. The Biochemistry of Silage. Chalcombe Publications. McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Ashford Colour Press, Ltd., Gosport. Muchtadi, Tien R. 1989. Teknologi Pengolahan Pangan. Mulyati, M.A.S. 1985. Pengaruh silang dalam terhadap heritabilitas dan keragaman lebar thorax, jumlah bulu sternopleural dan jumlah anak pada lalat buah. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Redaksi Trubus. 2002. Budi Daya Walet Pengalaman langsung para pakar & praktisi seri 2. Penerbit : Penebar Swadaya. Seregeg, G.W. 1986. Effect of The Environment on Sex Determination in Drosophila. FP MIPA. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. Shorrocks, B. 1972. Drosophila, Ginn and Company Limited, London. Hal 31-48; 71-76; 103-116.
44
Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Strickberger, M.W. 1962. Experiments in Genetic with Drosophila. John Wiley and Sons Inc, New York. Tarumingkeng,R.C. 2008. Serangga dan http://tumoutou.net/SERANGGA_LINGK.htm. [4 Mei 2008].
Lingkungan.
Widjajaseputra, A.I. 1992. Sifat fisik dan kimiawi tepung ubi jalar : Kajian suhu penyimpanan umbi dan varietas. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, program KPK Universitas Brawijaya. Wikipedia Indonesia. 2008. Kecap Ikan. http://id.wikipedia.org/wiki/Kecap_ikan. [13 Mei 2008]. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wiyono, H.T. 1986. Studi mengenai pentingnya lalat buah Drosophila Melanogaster sebagai bahan praktikum genetika di SMA. Tesis. Fakultas Pasca sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Malang.
45
LAMPIRAN
46
Lampiran 1. Hasil Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Larva Analysis of Variance for larva, using Adjusted SS for Tests SK Perlakuan Error Total
db 4 8 12
JK Adj SS 22316.5 22316.5 1533.8 1533.8 23850.3
KT 5579.1 191.7
F Hitung 29.10
P 0.000
Lampiran 2. Hasil Analisis Uji Lanjut Kontras Polinomial Larva SK perlakuan linear kuadratik kubik kuatrik Error Total
db 4 1 1 1 1 8 12
JK 22316.47 454.5455 18801.3 2056.371 1004.255 1533.84 23850.31
KT 5579.118 454.5455 18801.3 2056.371 1004.255 191.73
F 29.09882 2.370758 98.06135 10.72535 5.237859
F0.05 3.837853 5.317655 5.317655 5.317655 5.317655
F0.01 7.006077 11.25862 11.25862 11.25862 11.25862
** t.n ** * t.n
Lampiran 3. Hasil Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Pupa Analysis of Variance for pupa, using Adjusted SS for Tests Source Perlakuan Error Total
db 4 6 10
JK 4120.4 302.5 4422.9
Adj SS 4120.4 302.5
KT 1030.1 50.4
F hitung 20.43
P 0.001
Lampiran 4. Hasil Analisis Uji Lanjut Kontras Polinomial Pupa ANOVA SK perlakuan linear kuadratik kubik kuatrik Error Total
PUPA db 4 1 1 1 1 6 10
Polinomial JK 4120.41 405 2661.668 1051.25 2.491379 302.5 4422.91
KT 1030.103 405 2661.668 1051.25 2.491379 50.41667
F 20.43179 8.033058 52.79341 20.85124 0.049416
F0.05 4.533677 5.987378 5.987378 5.987378 5.987378
F0.01 9.148301 13.74502 13.74502 13.74502 13.74502
** * ** ** t.n.
Lampiran 5. Hasil Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Imago Analysis of Variance for imago, using Adjusted SS for Tests Source Perlakuan Error Total
DF 4 8 12
Seq SS 25661.0 1783.0 27444.0
Adj SS 25661.0 1783.0
Adj MS 6415.2 222.9
F 28.78
P 0.000
47
Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Lanjut Kontras Polinomial Imago ANOVA SK perlakuan linear kuadratik kubik kuatrik Error Total
IMAGO db 4 1 1 1 1 8 12
Polinomial JK KT 25661 6415.25 1413.76 1413.76 29493.03 29493.03 1102.24 1102.24 2657.851 2657.851 1783 222.875 27444
F 28.78407 6.343287 132.3299 4.945552 11.9253
F0.05 3.837853 5.317655 5.317655 5.317655 5.317655
F0.01 7.006077 11.25862 11.25862 11.25862 11.25862
** * ** t.n **
Lampiran 7. Metode Pengukuran Energi Bruto
Sample dalam bentuk pellet ditimbang 0,5 – 1 gram
Sample dimasukkan kedalam cawan kecil, kemudian diletakkan kawat platina sepanjang 10 cm dan dimasukkan kedalam Bomb Calorimeter
Sebelum diisi gas O2 sebanyak 25 atm, Bomb Calorimeter diisi dengan aquades sedikit
Bomb Calorimeter dimasukkan ke dalam jaket yang sudah diisi air dan ditutup. Suhu distabilkan, setelah stabil dicatat sebagai suhu
Sample dibakar dengan menekan tombol (5 menit). Kemudian suhu distabilkan kembali, setelah stabil dicatat sebagai suhu akhir
Cawan dan bomb dibilas (aquadest) yang telah dicampur dengan indikator methil orange. Air bilasan dititrasi dengan Na2CO3
Kawat platina yang terbakar diukur sebagai k cm
Energi Bruto
= ( b – a ) x 1348 – k – ti
= X kalori/gram
berat sample b = Suhu akhir oF a = Suhu awal oF k = kawat platina terbakar ti = volume Na2CO3 yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi
48
Lampiran 8. Metode Pengukuran Kadar Air
Botol
Sampel
Timbang
Timbang (Y)
Oven dengan suhu 105°C Dinginkan dengan eksikator
Botol Timbang Oven pada suhu 105°C (4-6 jam)
Timbang (X)
Eksikator
Timbang (Z)
Kadar Air = (X + Y – Z)/Y x 100% Bahan Kering = (100 – Kadar air)% Lampiran 9. Metode Pengukuran Gula Terlarut 1. Ransum yang akan dianalisis ditimbang 2. Dicampur dengan 20 ml aquades dan diaduk selama tiga menit sampai media larut 3. Timbang setara 4. Sentrifuse 5000 rpm selama 15 menit 5. Sampel yang telah disentrifus diambil 0,1 ml kemudian diencerkan 100x lalu di vortex 6. Masukkan larutan glukosa standar dengan deret 0, 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm dengan volume 5 ml ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 0,5 ml fenol dan 2,5 ml H2SO4 7. Masukkan 0,5 ml sampel yang telah diencerkan (poin 5) ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 0,5 ml fenol dan 2,5 ml H2SO4 49
8. Kemudian membaca absorban dengan spektrofotometer. ppm Sampel dihitung dengan memasukkan nilai absorban ke persamaan matematika yang terbentuk. Kemudian dicari % gula terlarut dengan rumus : % Gula terlarut = [(ppm sampel x Faktor Pengencer)/(gram/BK)]
x 100
1000000
50