PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN STRUKTUR DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Industri Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2013)
RIATNO WIBOWO NIM.090462201286
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI 2016
ABSTRAK
Asimetri informasi terjadi karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki antara manajemen dan pihak lain yang tidak memiliki akses informasi mengenai perusahaan. Dalam teori keagenan disebutkan bahwa jika antara pihak principal dan agent memiliki kepentingan yang berbeda sehingga muncul konflik yang dinamakan konflik keagenan. Penelitian ini menguji pengaruh asimetri informasi, kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris terhadap manajemen laba. Asimetri informasi, kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen. Asimetri informasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan bid-ask spread, kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusional dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan struktur dewan komisari diukur dengan
perbandingan komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris perusahaan. Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals. Hasil pengujian terhadap 12 perusahaan manufaktur sektor Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu tahun 2010 – 2013, menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan struktur dewan komisari tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata kunci : Asimetri informasi, kepemilikan institusional, struktur dewan komisaris dan Manajemen laba.
PENDAHULUAN Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan (Ujiyantho, 2007). Salah satu komponen penting dalam laporan keuangan adalah laporan Laba/Rugi, hal ini dikarenakan dalam laporan laba/rugi tersebut memuat informasi laba yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan guna mengetahui kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Statemen of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1, informasi laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Schipper (1989) dalam Restie (2010) manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba. Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang
seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Rahmawati, dkk (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan. Principal memberikan kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (earning management) (Richardson, 1998 dalam Adhika, 2010). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk. (2006). Berdasarkan saran dari Rahmawati, dkk (2006) yaitu dengan menjadikan perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian. penelitian tersebut menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitian praktik manajemen laba pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Asimetri Informasi, Kepemilikan Institusional dan Struktur Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba”. (Penelitian pada Perusahaan di Sektor Industri Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2013).
KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) dalam Rahmawati, dkk. (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Theresia Christian (2011) yaitu hubungan antara principal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agen. Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran
yang
dikehendakinya.
Adanya
perbedaan
kepentingan
antara
manajemen dan pemilik tersebut dapat dipengaruhi kebijakan yang diputuskan manajemen.
Asimetri Informasi dan Teori Bid-Ask Spread Asimetri informasi terjadi karena manajer mengetahui lebih banyak informasi tentang perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham atau pemilik perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri (Herawaty, 2008). Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Ricardson (1998) dalam Restuwulan (2013), berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba. Asimetri informasi diukur dengan menggunakan Relative Bid-ask Spread, dimana asimetri informasi dilihat dari selisih harga saat ask dengan harga bid saham
perusahaan atau selisih harga jual dan harga beli saham perusahaan selama satu tahun (Healy,1999 dalam Ilham Firdaus,2013). SPREADi,t = ((aski,t – bidi,t) / ((ask + bidi,t)/2) x 100) SPREAD
: selisih harga ask dengan harga bid perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1 tahun.
Ask i,t
: harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1 tahun.
Bid i,t
: harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1 tahun
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Menurut Siregar dan Utama (2005) dalam penelitiannya mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Sedangkan menurut Rizae (2007) mendefenisikan kepemilikan institusional adalah perusahaan-perusahaan asuransi, dana pensiun publik dan privat, investment trust, mutual funds, dan kelompok-kelompok manajemen investasi.
Struktur Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi. Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Egon Zehnder International, 2000 dalam FCGI, 2001 dalam Palestin, 2009).
Menurut Muntoro, 2006 bahwa jumlah anggota dewan komisaris yang pas tergantung pada industri dimana perusahaan berada karena akan turut menentukan jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh dewan komisaris secara menyeluruh. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi sekaligus memberikan nasehat kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Sedangkan direksi sendiri bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Yang perlu diperhatikan adalah mengenai independensi dewan komisaris. Independensi yang dimaksud adalah anggota dewan komisaris tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan manajemen maupun dengan perusahaan melalui transaksi-transaksi yang jumlahnya signifikan, hubungan keluarga, dan hubungan-hubungan lainnya yang dapat menyebabkan komisaris independen tidak dapat berpikir secara objektif.
Manajemen Laba (Earnings Management) Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Badruzaman (2010) mendefiniskan manajemen laba adalah suatu cara yang ditempuh manajemen dalam mengelola perusahaan melalui pemilihan kebijakan akuntansi tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan laba bersih dan nilai perusahaan sesuai dengan harapan manajemen. Manajemen laba diduga muncul dan dilakukan oleh manajer atau para penyusun laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan tersebut. Schipper (1989) dalam Restie (2010) manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba. Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan.
Rahmawati, dkk (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan. Principal memberikan kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (earning management) (Richardson, 1998 dalam Adhika, 2010).
Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang meneliti tentang asimetri informasi, kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris terhadap
manajemen
laba.
Sehingga
penulis
menjadikan
referensi
dalam
menyelesaikan penelitian ini. Adapun beberapa penelitian terdahulu dapat terlihat dari tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Judul Siregar dan Pengaruh Struktur Utama (2005) Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba
Variabel Kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, praktek Corporate Governance (Ukuran KAP,
Hasil Kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional dan tiga variabel praktek Corporate
2
Rahmawati, dkk (2006)
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
3
Halima Sathila Analisis Struktur Palestin (2006) Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba.
4
Nasution Setiawan (2007)
5
Restie Ningsaptiti (2010)
dan Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia
Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur 20062008.
proporsi dewan komisaris, keberadaan komite audit) Asimetri Informasi, variabel control varian, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan Manajemen Laba Struktur Kepemilikan, komposisi dewan komisaris, komite audit dan auditor independen dengan proksi ukuran auditor, kompensasi bonus. Komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit dan ukuran perusahaan
Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen dan kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit dan KAP tidak berpengaruh terhadapa manajemen laba. Komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba. Komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran Ukuran Perusahaan, Perusahaan, Konsentrasi Konsentrasi Kepemilikan, Kualitas kepemilikan, Audit dengan proksi Komposisi spesialisasi industri anggota dewan KAP berpengaruh komisaris, signifikan terhadap spesialisasi manajemen laba. industri KAP, Komposisi dewan komposisi komisaris, komposisi
komite audit.
6
7
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ni Ketut Pengaruh Asimetri Asimetri Asimetri informasi Muliati (2011) Informasi dan informasi dan berpengaruh positif Ukuran Perusahaan ukuran pada manajemen laba, pada praktik perusahaan sedangkan ukuran manajemen laba di perusahaan perusahaan berpengaruh negatif perbankan yang pada manajemen laba terdaftar di BEI Theresia Pengaruh Asimetri Asimetri Asimetri Informasi, Christina Informasi, Corporate informasi, komposisi dewan Tarigan (2011) Governance, dan Corporate komisaris, keberadaan Ukuran Perusahaan Governance, komite audit dan terhadap praktik Ukuran ukuran perusahaan manajemen laba Perusahaan. berpengaruh (Perusahaan signifikan terhadap Manufaktur di manajemen laba. Bursa Efek Indonesia 20082010)
METODOLOGI PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam sector industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2013. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 16 perusahaan di sector industri food and beverages. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sampel tidak secara acak tetapi dengan menggunakan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti. Metode purposive sampling dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013. 2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember mulai tahun 2010-2013.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah.
DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earnings
management.
Earnings management merupakan intervensi manajer dengan tujuan tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh keuntungan pribadi (Schipper,1989 dalam Restie,2010). Manajemen laba diproksikan dengan discretionary accruals. Untuk mengukur discretionary accruals terlebih dahulu akan mengukur total akrual. Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary (Midiastuty, 2003), dengan tahapan : a. Mengukur total accrual dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi. Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating). b. Menghitung nilai accruals yang dietimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) : TACt/ At-1= α1(1/ At-1) + α2((ΔREVt - ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt/ At-1) +e Dimana : TACt
: total accruals perusahaan i pada periode t
At-1
: total asset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1
REVt
: perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
RECt
: perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt
: aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun
t c. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut : NDAt = α1(1/ At-1) + α2((ΔREVt - ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt/ At-1) Dimana NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t
α
: fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals
d. Menghitung discretionary accruals DACt : (TACt/ At-1) – NDAt Dimana : DACt
: discretionary accruals perusahaan i pada periode t
Asimetri informasi diukur dengan menggunakan Relative Bid-ask Spread, dimana asimetri informasi dilihat dari selisih harga saat ask dengan harga bid saham perusahaan atau selisih harga jual dan harga beli saham perusahaan selama satu tahun (Healy,1999 dalam Ilham Firdaus,2013). SPREADi,t = ((aski,t – bidi,t) / ((ask + bidi,t)/2) x 100) SPREAD : selisih harga ask dengan harga bid perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1 tahun. Ask i,t
: harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1 tahun.
Bid i,t
: harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t selama 1 tahun Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
institusi atau perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Fathoni, Haryetti, Wijaya dan Muchsin, 2014). KI = Jumlah saham yang dimiliki institusional x 100% Total saham beredar Variabel struktur dewan komisaris dihitung dengan membagi jumlah komisaris independen terhadap jumlah total anggota komisaris. SDK = Jumlah komisaris independen x 100% Jumlah anggota komisaris
Analisis regresi linier berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang dikembangkan untuk hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan : Y
=
Manajemen laba
X1
=
Asimetri informasi
X2
=
Struktur dewan komisaris
X3
=
Kepemilikan institusional
β0
=
Konstanta
β1- β3
=
koefisen regresi
e
=
error
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur di sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2010 – 2013 yang di pilih dengan purposive sampling method. Berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan diperoleh jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 – 2013 dengan data observasi sebanyak 48 data.
Analisis Data Statistik Deskriptif Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Manajemen Laba
48
-1.0337293
.8745745
-.379617365
.4094334756
Asimetri Informasi
48
2.1978022
4.8780488
3.178566550
.7632810278
K_Institusional
48
.3306513
.9609115
.707014483
.2045478805
SDK
48
.3333333
.5000000
.373983115
.0517415194
Valid N (listwise)
48
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai minimum variabel asimetri informasi adalah 2,1978022 dan nilai maksimum 4,8780488 dengan nilai rata-rata sebesar 3,178566550 sedangkan standar deviasinya adalah 0,7632810278 dengan jumlah observasi (n) sebesar 48. Nilai minimum variabel kepemillikan institusional dengan nilai minimum sebesar 0,3306513 dan nilai maksimum 0,9609115 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,707014483 dan standar deviasi sebesar 0,2045478805 dengan jumlah observasi (n) sebesar 48. Pengukuran statistik deskriptif berikutnya yaitu terhadap struktur dewan komisaris dengan nilai minimum sebesar 0,3333333 dan nilai maksimum sebesar 0,5000000 dengan nilai rata-rata 0,373983115 sedangkan standar deviasinya sebesar 0,517415194 dengan jumlah observasi (n) sebesar 48. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif menggarmbarkan bahwa dari 48 data observasi dalam penelitian ini menunjukkan nilai minimum variabel manajemen laba sebesar -1.0337293 dan nilai maksimum sebesar 0,8745745 dengan nilai rata-rata -0,379617365 serta nilai standar deviasi sebesar 0,4094334756.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas a. Uji Normalitas dengan analis grafik plot Dari hasil pengujian dengan menggunakan grafik plot terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Normalitas data berdistribusi normal, karena titik dalam gambar menyebar di sekitar garis diagonal dan arahnya mengikuti garis diagonal. Gambar 4.1 Uji Normalitas Normal P=P Plot
Sumber : Output SPSS
b. Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Dari hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov terlihat bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,506 dan memiliki nilai probabilitas sebesar 0,960 berada jauh diatas α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal, hasil uji Kolmogorov-Smirnov tersebut konsisten dengan pengujian menggunakan grafik plot. Tabel 4.3 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal
Parametersa,b
Most Extreme Differences
48 .0000000 .35928317 .073 .073 -.067 .506 .960
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Uji Heteroskedastisitas Dari pengujian dengan uji glejser diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen (asimetri informasi, kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris) lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05. Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser Model
(Constant) 1
Asimetri Informasi K_Institusional SDK
Sumber : Output SPSS
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .634 .343 .014 -.072 -.938
.051 .183 .681
.046 -.065 -.214
t
Sig.
1.849
.071
.269 -.390 -1.377
.789 .699 .175
Uji Multikolinearitas Dari hasil uji multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel independent yaitu asimetri informasi sebesar 0,736 dan variabel kepemilikan institusional sebesar 0,787 serta variabel struktur dewan komisaris sebesar 0,891 menunjukkan nilai lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari variabel independent yaitu asimetri informasi sebesar 1,359 dan variabel kepemilikan institusional sebesar 1,271 serta variabel struktur dewan komisaris sebesar 1,123 menunjukan nilai tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independent dalam model regresi. Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) 1
Asimetri Informasi K_Institusional SDK
.736 .787 .891
1.359 1.271 1.123
Sumber : Output SPSS
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Dari pengujian dengan menggunakan Durbin Watson, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.6 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .507a
R Square .230
Adjusted R Square .177
Std. Error of the Estimate .3713295050
Durbin-Watson 1.779
Sumber : Output SPSS
Dari pengujian statistik (tabel 4.6)
diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar
1,779 (du= 1,674; 4-du=2,326). Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi yang ditunjukkan dengan angka
Durbin-Watson berada
diantara du tabel dan 4-du tabel, oleh karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini : Gambar 4.2 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW test) Autokorelasi Positif 0
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
kesimpulan
Autokorelasi
kesimpulan
du 1,674
Dl 1,421
4 - dU 2.326
Autokorelasi Negatif 4 - dL 2.579
4
1,779
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson statistik berada di daerah bebas autokorelasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.
Pengujian Hipotesis dengan Regresi Linier Berganda Analisa regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Pengujian Regresi Model
(Constant) 1
Asimetri Informasi K_Institusional SDK
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.084 .558 .221 -.896 1.696
.083 .299 1.109
Standardized Coefficients Beta
.412 -.448 .214
T
Sig.
-1.941
.059
2.674 -3.000 1.529
.010 .004 .133
Sumber : Output SPSS
Model Regresi yang terbentuk : Y = -1,084 + 0,221 Asimetri Informasi – 0,896 K_Institusional + 1,696 SDK + e Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan :
1. α = konstanta sebesar -1,084 artinya apabila variabel independen yaitu asimetri informasi, struktur dewan komisaris dan kepemilikan institusional dianggap konstan (bernilai 0), maka variabel dependen yaitu manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 1,084 satuan. 2. Koefisien asimetri informasi sebesar 0,221 artinya apabila variabel asimetri informasi mengalami kenaikan sebesar 1 (satu) satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka variabel dependen yaitu manajemen laba akan mengalami kenaikan sebesar 0,221. 3. Kepemilikan institusional sebesar -0,896 artinya yaitu apabila variabel kepemilikan institusional mengalami penurunan satu satuan, maka variabel dependen akan mengalami penurunan sebesar 0,896. 4. Struktur dewan komisaris 1,696 artinya apabila variabel struktur dewan komisaris mengalami kenaikan satu satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka variabel dependen yaitu manajemen laba akan mengalami kenaikan sebesar 1,696.
Uji Statistik T Dari hasil statistic t pada tabel 4.8 variabel asimetri informasi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,010, variabel kepemilikan institusional nilai signifikansi sebesar 0,004 dan variabel struktur dewan komisari nilai signifikansi sebesar 0,133. Dari pengujian tersebut, maka dapat dilihat bahwa terdapat 2 variabel independen, yaitu asimetri informasi dan kepemilikan institusional memiliki tingkat signifikansi di bawah 0,05 sedangkan variabel lainnya yaitu struktur dewan komisaris memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis Uji T Model
(Constant) Asimetri Informasi K_Institusional SDK
1
Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.084 .558 .221 -.896 1.696
Standardized Coefficients Beta
.083 .299 1.109
.412 -.448 .214
T
Sig.
-1.941
.059
2.674 -3.000 1.529
.010 .004 .133
Sumber : Output SPSS
4.2.3.2 Uji Statistik F Pengujian ini untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (simultan) akan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui hasil uji ANOVA atau F test di peroleh nilai F hitung sebesar 4,380 dengan signifikansi sebesar 0,009. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen asimetri informasi, kepemilikan institusional dan struktur dewan komisaris berpengaruh dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Tabel 4.9 Tabel Uji Statistik F (Simultan) Model Regression 1
Residual Total
ANOVAa Sum of Squares Df Mean Square 1.812 3 .604 6.067 44 .138 7.879
F 4.380
Sig. .009b
47
Sumber : Output SPSS
4.2.3.3 Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,177 yang berarti bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu asimetri informasi, struktur dewan komisaris dan kepemilikan institusional dalam penelitian ini adalah sebesar
17,70% sedangkan sisanya sebesar 82,30% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian. Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square
.507a
1
230
Adjusted R Square .177
Std. Error of the Estimate .3713295050
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Asimetri informasi
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor food and beverages periode 2010 – 2013. 2. Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor food and beverages periode 2010 – 2013. 3. Struktur dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor food and beverages periode 2010 – 2013.
SARAN Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. Model yang digunakan untuk mendeteksi manajemen laba pada penelitian ini mungkin belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik sehingga diperlukan
justifikasi
dengan
discretionary accrual nya.
model
lainnya
terutama
untuk
mencari
2. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan hanya 3 variabel dengan Adjusted R Square sebesar 17,70%. Dimungkinkan ada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap manajemen laba. 3. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri food and beverages sebagai sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada jenis perusahaan lain seperti transportasi, real estate dan telekomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA Barus, Andreani Caroline dan Setiawati, Kiki. 2015. Pengaruh Asimetri Informasi, Mekanisme Corporate Governance, dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Volume 5, Nomor 01 Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Chancera, Dhiba Meutya. 2011. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2009. Semarang. Universitas Diponegoro. FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II, Edisi 2. Firdaus, Ilham. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Padang. Universitas Negeri Padang. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Herawaty, Vinola. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. I Guna, Welvin dan Herawaty, Arleen. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.12, No.1 Kusumaningtyas, Metta. 2012. Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba. STIE Bank BPD Jateng. Prestasi Vol.9 No.1 – Juni 2012.
Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis S2. Magister Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar. Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Artikel Ilmiah dalam Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar Ningsaptiti, Restie. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Semarang. Universitas Diponegoro. Palestin, Halima Shatila. 2006. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. (Studi Empiris di PT. Bursa Efek Indonesia). Pujiningsih, Andiany Indra. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus. Rahmawati, dkk, 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Restuwulan. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Bandung. Universitas Widyatama. Richardson, V. J., 1998. Information Asymmetry and Earnings Management: Some Evidence. http /www.ssrn.com.. Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 15, No. 4. Sulistyanto,Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris. Grasindo. Jakarta. Suranta, Eddy dan Pratana dan Puspa Midiastuty. 2004. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Praktek Manajemen Laba. Konferensi Nasional Akuntansi 2004. Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI. 2005. Tarigan, Theresia Christina (2011) Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba. Yogyakarta. Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Theresia Dwi Hastuti. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI. 2005. Ujiyantho, Arief Muh dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Wirartha, I Made. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : Andi Offset www.idx.co.id