DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani) Volume 1, Nomor 2 (April 2017) ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print) http://www.sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis Submit: 04 April 2017
Accept: 25 April 2017
Published: 26 April 2017
(R)Evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa Bimo Setyo Utomo Prodi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Tinggi Teologi Bethany Surabaya
[email protected] Abstrak Jika kita melihat lebih dalam, salah satu permasalahan terpenting dalam dunia pendidikan sesungguhnya adalah kita (sebagai guru) tidak sedang melakukan tugas pendidikan dalam arti sesungguhnya, namun hanya sekedar mengajar secara formalitas. Transformasi yang terjadi hanya sebatas transfer ilmu yang hanya melibatkan peran keilmuan guru dan kebodohan murid. Dalam proses mengajar yang demikian, guru tidak memberikan pemahaman kepada anak didik, namun hanya memindahkan sejumlah rumusan atau dalil kepada siswa untuk dihafal yang kemudian akan dikeluarkan jika diperlukan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya r(evolusi) yang tidak hanya baik, tetapi yang lebih penting, yaitu dapat mentransformasi kehidupan siswa. Kita sadar sepenuhnya, bahwa saat ini, guru merupakan satu-satunya agen perubahan yang memiliki tugas baik secara institusional maupun non-institusional. Gurulah yang setiap hari mengajarkan nilai rohani, norma, moral, etika, serta pembiasaan karakter positif. Kata kunci: evolusi; guru; mengajar; revolusi; transformasi Abstract If we look deeper, one of the most important issues in the education world is that we (as teachers) are not doing the education in the real sense, but merely teach as a formality. Transformation happens only on transfer of knowledge that only involves the role of science teachers and students ignorance. So, the teacher does not give an understanding to the students, but only move a formula or proposition for students to memorize which then will be issued if necessary. Therefore, it is necessary to have r(evolution) which is not only good, but more importantly, can transform the lives of students. We are fully aware that this time, the teacher is an agent of change which has the task of both institutional and non-institutional. Teacheris a person who daily teach spiritual values, norms, morals, ethics, and positive character habituation. Keyword: evolution; revolution; teacher; teaching; transformation
1
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
Bimo Setyo – (R)evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa pembelajaran, tapi mereka yang hadir
PENDAHULUAN Empat
situasi
berikut
mungkin
terjadi dalam pelayanan para guru:
tidak mendengarkan apa yang disampaikan. Kalaupun mendengarkan, belum tentu
Pertama, ada sebuah kelas Sekolah
mereka mengerti, kalaupun mengerti belum
Minggu yang dipenuhi oleh 20 anak
tentu
mereka
melakukan,
kalaupun
berumur 6-7 tahun. Guru Sekolah
melakukan belum tentu mereka konsisten
Minggu sudah berdiri selama 20 menit
dengan perilaku tersebut.
dan dengan suara lantang menceritakan
Contoh-contoh di atas menunjukkan
kisah Alkitab, namun tak satupun anak
guru-guru yang berbicara tapi tidak
yang mendengar dan memperhatikan
didengar, atau didengar namun tidak
gurunya.
dipercaya, mengajar tetapi dilupakan,
Anak-anak
sibuk
dengan
aktivitas masing-masing.
dan dilihat tapi tidak diikuti. Setiap guru
Kedua, sebuah situasi di mana seorang
pasti mengharapkan agar mereka yang
guru agama di sebuah kelas tingkat
diajar meneladani hidupnya, mengalami
menengah berusaha menyelesaikan bahan
pembaharuan,
ajar yang sudah dipersiapkannya. Pada
dalam hidup, dan menjadi orang yang
akhir semester, ia memberikan ujian dan
lebih baik dari sebelumnya. Itulah yang
berhasil dikerjakan dengan baik oleh
dalam tulisan ini didefinisikan sebagai
murid-murid. Namun, di luar sekolah
(r)evolusi guru dalam mentransformasi
murid-murid
para siswa.
masih
terlibat
dalam
perkelahian, terikat video porno, dan memelihara perilaku buruk lainnya.
menemukan
inspirasi
Penggunaan kata (r)evolusi dalam konteks artikel penelitian ini merupakan
Situasi ketiga, ada kumpulan remaja
penggunaan
secara
teknis
untuk
di gereja beribadah dengan meriah di
menunjukkan satu paradoks yang dinilai
hari
dalam
menjadi tumpang tindih dalam proses
mempelajari firman Tuhan melalui
dan hasil belajar peserta didik. Penulisan
pendeta
mereka.
bentuk kata (r)evolusi disengaja penulis
Namun, ketika menghadapi kenyataan
di sepanjang penulisan artikel ini demi
hidup
menunjukkan tumpang tindih tersebut.
Tuhan
Minggu
dan
dan
pembimbing
sehari-hari, yang
bertekun
pemahaman
didapat
tidak
firman dapat
diaplikasikan.
namun
demikian,
penulis
memberikan pemahaman tentang kedua
Situasi keempat, bayangkan ketika
kata yang ditulis sedemikian.
seorang guru, pembimbing rohani, atau pendeta yang berusaha memberikan 2
akan
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
Kristen (formal maupun informal). Di
Evolusi Dan Revolusi: Dua Wajah Pembaharuan
dalam komunitas Kristen ada orang
Ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan
proses
yang secara khusus diangkat menjadi
pembelajaran,
guru karena kapasitas dan kompetensi
murid-murid,
mereka, misalnya pendeta, guru Injil,
ketersediaan sarana belajar, metode
guru Sekolah Minggu, dan pembina
belajar yang digunakan, dan peranan
remaja. Namun ada juga orang-orang
guru. Dari semua faktor tersebut, guru
yang secara struktur tidak diangkat
adalah komponen yang sangat penting
menjadi guru, namun menjalankan
dan
peranan mendidik dan membimbing
misalnya
kondisi
perlu
khusus.
1
mendapatkan
sorotan
'Guru Kristen' yang baik
karena
kepercayaan
orang
lain
memberikan dampak besa r dalam
terhadap dirinya; karena ia dianggap
hidup murid-muridnya. Paradigma
bijak,
guru yang ‘tahu segala sesuatu’ dan
Mereka mengajar tidak di kelas atau di
murid
yang
‘hanya
dihormati,
dan
‘dituakan.’
menerima
mimbar, tapi melalui interaksi informal.
pengetahuan’ sudah lama ditinggalkan
Hill menjelaskan bahwa di dalam jemaat
dalam dunia pendidikan. Guru dan
mula-mula, yang disebut guru bukan
murid berperan penuh secara bersama
hanya
mewujudkan keberhasilan belajar.
memiliki
karunia
ditetapkan
oleh
Siapakah yang dimaksud dengan
mereka
yang
secara
khusus
mengajar komunitas
dan untuk
'guru Kristen’? Guru Kristen dapat
menjadi guru; semua orang percaya
berarti guru yang mengajar prinsip dan
dapat memainkan peranannya sebagai
praktis iman Kristen, atau guru yang
guru: setiap orang di dalam jemaat dapat
beragama Kristen yang mengajar
saling
pelajaran
guru
mengingatkan, menasehati dan menjadi
Kristen adalah seorang guru yang
teladan. 2 Dengan demikian bila guru
menjalankan
Kristen
apa
saja.
Seorang
kehidupannya
sebagai
`mengajar
adalah
dengan
seorang
cara
yang
aktualisasi dari imannya. Mereka dapat
menjalankan peranan sebagai aktualisasi
mengajar di mana saja: di sekolah--
iman percayanya, maka seorang guru
sekolah maupun dalam komunitas umat
Kristen harus belajar dari Kristus Sang master teacher.
1
A. Hasan Saragih, “Kompetensi Minimal Seorang Guru dalam Mengajar”, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5 No.1, Juni 2008: 27
3
2
Brian Hill, The Greening of Christian Education (Homebush West: Lancer Books, 1985), 30
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
Bimo Setyo – (R)evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa Jika dilihat dari segi cepat atau
bertujuan untuk melahirkan generasi-
lambatnya perubahan ke arah yang lebih
generasi yang memiliki nilai rohani,
baik,
bijaksana dan takut akan Tuhan.
maka
perubahan
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 'Evolusi' dan 'Revolusi' (perubahan lambat dan perubahan
cepat).
Evolusi
adalah
perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisikondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan revolusi
masyarakat.
adalah
Sedangkan
perubahan
mengenai
unsur-unsur kehidupan yang berlangsung relatif lebih cepat. Kedua hal tersebut, revolusi,
sangat
pengaruh
guru
evolusi dan
penting terhadap
mengingat peningkatan
kualitas pendidikan dan pembentukan karakter
sekaligus
kemampuan
pengembangan
akademik
para
siswa
sangatlah besar.3 Di sini, guru memainkan peran ganda. Di satu sisi para guru bekerja keras untuk mendampingi dan membimbing
para
siswa
agar
bisa
meningkatkan prestasi akademiknya. Di lain sisi guru juga menjadi orang tua kedua yang setia mendidik mereka dalam proses pembentukan karakter dan rohani. Guru sebagai pelita dalam kegelapan harus
terus
be(r)evolusi
untuk
memancarkan sinar pengharapan yang
Tuhan Yesus Sebagai Model Guru Tuhan Yesus datang bukan hanya untuk
menjadi
guru,
namun
sebagaimana yang diungkapkan oleh Pazmino: “Bagi orang Kristen, Yesus adalah satu-satunya model guru yang ideal untuk ditiru dan dihayati. 4 Ada hal yang berbeda antaraYesus dan guru-guru dl Palestina abad pertama. Tuhan Yesus mengajar dengan 'kuasa' yang membuat orang takjub (Mrk.1:22; Luk. 4:32; Mat. 7:28-29). Yesus mengajar dengan otoritas. Guru-guru pada jaman itu mengatakan “Allah berfirman...” Tetapi
Yesus
mengatakan,
“Aku
berkata...” (Mat. 5:22, 28, 32, 34, 39, 44). Apa yang dikatakan Tuhan Yesus berotoritas
dan
berkuasa
atas
pendengar-Nya. Otoritas adalah hal yang penting bagi seseorang yang ingin melakukan sesuatu yang berdampak bagi orang lain. Yesus pernah ditantang: “dengan kuasa apakah kamu melakukan hal ini?” Otoritas dan kuasa Yesus adalah dua hal
yang berkaitan. Pertama,
otoritas
Tuhan
Yesus
didasari
kenyataan bahwa Dia adalah Anak
3
Sabar Budi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, No. 3, Mei 2010: 234
4
4
Robert Pazmino, By What Authority Do We Teach? (Grand Rapids: Baker Books, 1994), 59.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
Allah. Kedua, kuasa yang melekat
(Luk.
pada Tuhan Yesus tidak digunakan
perjumpaan spiritual dengan Saulus
untuk
(Kis.
mendominasi
atau
memaksa
24:27)
9:4).
bahkan
Pertanyaan
dalam
membuat
orang,sebaljknya untuk menyerahkan
orang
diri-Nya sebagai hamba, membuka
menggerakkan orang untuk mencari;
jalan bagi manusia untuk datang
pencarian akan Tuhan memimpin dan
kepada Allah. Ketiga, kuasa Yesus
menolong
mewakili kuasa Allah Tritunggal; di
jawaban yang sejati.
dalam Yesus, seluruh kehendak Allah atas manusia dipenuhi.
5
berpikir;
berpikir
manusia
J.M.
Price
menemukan
mengungkapkan
kekagumannya terhadap pribadi dan
Seluruh dampak yang terjadi di
praktek
Yesus
khususnya
sebagai
dalam pelayanan Yesus membuktikan
pengajar. Ada empat hal yang menarik
otoritas
sebagai
yang dikemukakan oleh Price dari
Anak Allah dan relasi-Nya dengan
studinya terhadap hidup dan pekerjaan
Allah
Yesus
yang
dimiliki-Nya
Bapa.
Pazmino
menjelaskan
sebagai 7
bahwa di dalam otoritas dan kuasa-
yakni:
Nya, Yesus tidak pernah memaksa
sebagai pengajar. Wewenang Yesus
melainkan bersikap persuasif. Yesus
sebagai pengajar nyata dari pernyataan-
mengajar dengan penuh kuasa, namun
Nya,
tidak bersifat otoriter. Tuhan Yesus
pengakuan
memberikan kesempatan kepada para
Nikodemus seorang tokoh Farisi (Yoh
murid-Nya
dan
3:1-2). Wewenang itu nyata pula dalam
dan
perbuatan
untuk
menyimpulkan pengajaran-Nya, mereka
untuk
berpikir.
6
berpikir
jawaban-jawaban serta lebih
mendorong dalam
lagi
Yesus mengajar dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan:
pertama,
pengajar,
pernyataan
wewenang
Yesus
murid-murid
orang
lain,
kasih-Nya
bagi
dan
seperti
banyak
orang. Dia mengajar atas dasar Firman Allah serta secara cakap membaca hati orang-orang yang dihadapiNya. Kedua,
kehebatan
Yesus
dalam
kepada Filipus (Yoh. 14:9), kepada
menghadapi murid-murid-Nya dengan
Petrus
dua
latar belakang yang berbeda. Murid-
orang murid dalam perjalan ke Emaus
murid yang Dia latih dan bina, menurut
(Yoh.
5
21:15),
kepada
Robert Pazmino, God Our Teacher: Theological Basics in Christian (Grand Rapids: Baker Books, 2001), 25 6 Richard Osmer, The Teaching Ministry of Congregations (Louisville: John Knox Press, 2005), 92
5
Price ialah pribadi dan kelompok yang belum berkembang, impulsif, berdosa, 7
J.M. Price, Yesus Guru Agung (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1975), 35
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
Bimo Setyo – (R)evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa kacau pikiran, bodoh, berprasangka dan
diintegrasikan dengan peristiwa alam
tidak stabil.
dan peristiwa yang hangat yang sedang
Ketiga,
Price
menyimak
Yesus
terjadi.
Dia
menggunakan
pepatah,
sebagai pribadi yang mengajar secara
ilustrasi, perumpamaan dalam memulai
terus terang dengan tujuan yang jelas
atau dalam menjalankan pengajaran.
pula. Tujuan Yesus dalam mengajar
Bagi
ialah membentuk cita-cita luhur dalam
pengajaran,
sehingga
diri
disampaikan
Yesus
para
murid-Nya,
keyakinan
yang
hubungan
membentuk
teguh,
dengan
memiliki
Allah
dan
yang
Price,
susunan
amat
pendahuluan,
pengajaran apa
yang
menjadi
sesutu
menarik; isi
dan
diawali kesimpulan.
sesamanya. 8 Para murid didorongNya
Singkatnya,
agar kreatif menghadapi masalah hidup
Yesus amat variatif karena mencakup
sehari-hari dan memiliki watak yang
cerita, ceramah dan tanya jawab.
bagus
dalam
menjalankan
tugas
pelayanan. Pengajaran Yesus berhasil dalam rangka mengangkat derajat para murid, mengubah kehidupan mereka agar percaya kepada-Nya. Keempat, Yesus adalah pengajar dengan visi yang jelas dan besar yakni berkaitan
dengan
Menurut
Price,
Kerajaan Yesus
Allah.
senantiasa
menyesuaikan pengajaran-Nya dengan keadaan dan kebutuhan para murid. Dia menyentuh suara hati mereka serta merangsang berbuat.
mereka
Bahan
untuk
pengajaran
aktif Yesus
diambil dari Perjanjian Lama yang
menurut
price,
metode
METODE Penelitian ini menggunakan metode deskripsi-analitis tentang fenomena yang berkaitan dengan guru Pendidikan Agama Kristen yang ideal menurut profil Yesus sebagai Guru Agung. Penelitian didasarkan atas fenomena sosial pendidikan yang terjadi di lingkup pendidikan dasar dan menengah, di mana peran guru sangat signifikan dalam keberhasilan proses belajar murid. Peneliti mendeskripsikan keadaan riil di lingkungan proses belajar, baik mata pelajaran umum maupun mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen, bagaimana seorang guru Kristen menjalani fungsinya dalam proses belajar di kelas (sekolah).
8
Band. Imanuel Agung dan Made Astika, “Penerapan Metode Mengajar Yesus Menurut Injil Sinoptik Dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen Di Sma Gamaliel Makassar”, Jurnal Jaffray, Vol. 9, No. 2, Oktober 2011: 168 (http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/ viewFile/99/_20)
6
Peneliti menggunakan beberapa teori belajar dan pencapaian hasil belajar, di mana pada akhirnya keterlibatan guru begitu berperan dalam kehidupan siswa. Peneliti
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
menggunakan metode idealisasi, di mana
lembaga-lembaga pendidikan tinggi
Yesus sebagai patron guru yang ideal bagi
yang mempersiapkan calon guru. Guru
para guru Kristen. Guru Kristen yang
yang berkualitas bukan hanya pandai
dimaksud adalah guru yang mengajar mata
dan
pelajaran
Kristen
kekuatan spiritual dan pesona, sehingga
maupun guru umum yang beragama Kristen.
murid-murid terdorong melakukan apa
Dalam menjalankan fungsinya, guru Kristen
yang
harus melihat pada patron ideal dan biblikal,
seperti
ini
disebut
yaitu Yesus.
charismatic
teacher.
Pendidikan
Agama
PEMBAHASAN DAN HASIL Dimensi Penting (R)evolusi: Otoritas dan Kuasa Proses
pembelajaran
menghasilkan
tapi
diajarkannya;
seorang
charismatic
meliputi
persepsi
karakter
dan
memiliki
umumnya dengan 10
guru istilah
Aspek-aspek teacher
diri,
kualitas
juga
kekuatan
pesan
yang
disampaikan. yang
(r)evolusi
berpengetahuan,
baik
yang baik
Ada juga guru-guru yang baik dalam
menyampaikan
pelajaran,
pula. Guru adalah komponen penting
mempesona
dalam
proses
menimbulkan minat belajar yang besar,
pembelajaran. Kualitas guru adalah
sayangnya semua berhenti hanya pada
hal yang utama. Sidjabat melihat bahwa
‘kekaguman’tanpa diikuti perubahan
kualitas guru berkaitan dengan iman,
dalam diri murid-murid. Ada juga
spiritualitas,
watak,
pengetahuan,
guru
kemampuan,
dan
keterampilan
berkualitas, tapi tidak banyak yang
Dimensi yang luas ini
mengenalnya, sehingga tidak ada
keberhasilan
mengaja.
9
menunjukkan
bahwa
guru
yang
ketika
yang
berbicara,
sangat
baik
dan
dan
kesempatan baginya untuk menjadi
berkualitas tidak hanya ditentukan
inspirasi
oleh kemampuan mengajarnya, tapi
menyinggung bahwa profesionalisme
juga
Keterampilan
guru harus mendapat pengakuan dari
dan kemampuan mengajar dapat dilatih
konteks dan budaya lokal yang berlaku,
dan
kepribadiannya.
dipersiapkan
melalui
bagi
orang
banyak.
proses
pendidikan guru. Tapi kualitas watak, spiritualitas dan iman tidak tersentuh 10
9
B.S. Sidjabat, Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 30.
7
Sarah Andrianti, “Pendidikan Kristen: Keseimbangan Antara Intelektual dan Spiritualitas”, Jurnal Antusias, Vol. 2, No. 2, September 2012: 27-30
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
Hill
Bimo Setyo – (R)evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa sehingga dia dipandang sebagai seorang
perkataannya. Guru yang demikian
yang berotoritas. 11
berpotensi
memberikan
pengaruh
Kita melihat ada tiga komponen
kuat dalam keputusan hidup orang lain.
penting dalam diri seorang guru: apa
Kedua, otoritas berkaitan dengan
yang
dia
miliki;
dari
mana
dia
legitimasi individu dalam komunitas
dia
untuk bertindak. 12 Segala kemampuan
pertama
dan kapasitas yang dimiliki oleh
berkaitan dengan kuasa, yang kedua
seseorang dapat dilaksanakan jika
berkaitan dengan otoritas, dan yang
orang tersebut diijinkan oleh konteks
terakhir
mendapatkannya;
bagaimana
menggunakannya.
Yang
dengan
dampak
dan
kuasa
tersebut.
seseorang memiliki kapasitas mengajar
Hubungan antara kuasa dan otoritas
yang balk, dia memerlukan pengakuan.
harus
Bila tidak, semua kapasitasnya tidak
yang
berkaitan dihasilkan
diperhatikan
untuk
melihat
dampak seorang guru bagi hidup orang lain.
budaya
setempat.
Meskipun
efektif. Ketiga, otoritas berkaitan dengan
Beberapa
hal
diperhatikan otoritas
yang
berkaitan
adalah:
Pertama,
perlu
arena dimana otoritas itu dijalankan. Di
dengan
kelas, seorang guru memiliki otoritas
otoritas
mengajar
murid-murid.
Ketika
berada
rumah
berkaitan dengan yang dimiliki oleh
murid-murid
seorang
tertentu
bersama orangtua, maka guru tidak
memiliki kuasa (power) tertentu pula.
lagi memiliki otoritas. Demikian juga
Seseorang
individu.
Otoritas
sesuai
dengan
dengan orangtua yang menjalankan
melekatpada
dirinya.
otoritas terhadap anak-anaknya di
Dalam proses pembelajaran, seorang
rumah, otoritas tersebut tidak dapat
guru
dilakukan di rumah orang lain dan
otoritas
bertindak
di
yang
dapat
formal,
memiliki
pengetahuan
pendidikan yang
luas,
kemampuan
berkomunikasi,
dan
keterampilan
mengajar.
tersebut
membuat
berotoritas,
sehingga
Kapasitas
seorang dia
guru
terhadap anak orang lain. Otoritas berkaitan
dengan
arena
menyangkut pengakuan dari orangorang
yang
ada
di
12
Brian Hill, That They May Learn Towards a Chistian View of Education (Homebush: Lancer Books, 1990), 70.
8
arena
itu.
ditiru,
didengar pengajarannya, dan dikutip 11
dan
Isnarmi Moeis, Al Rafni, Junaidi Indrawadi, “Otoritas Guru Dalam Konteks Pendidikan Kritis di SMA Negeri Kota Padang”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 201: 393 (http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jp nk/article/viewFile/470/316)
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
Pengakuan
sering
merupakan
berdampak, bila guru tidak meyakini
perasaan yang sifatnya subyektif, yang
pelayanan yang dilakukannya adalah
menyangkut ‘likeness’dan ‘dislikeness’;
respon kepada Allah. Yesus memilikl
ada guru-guru favorit, ada guru-guru
otoritas yang mewakill otoritas Allah
yang tidak difavoritkan.
Tritunggal,
sehingga
kepenuhan
Keempat, otoritas berkaitan dengan
kehendak Allah ada pada diriNya. Guru
sumber yang memberikannya. Sejauh
yang berotoritas adalah guru yang taat
mana kuasa seseorang tergantung dari
kepada Allah dan yang difirmankan-Nya.
sumber
otoritas
yang
dimilikinya.
Dalam pandangan Alkitab, Allah adalah sumber atas segala otoritas. Semua otoritas manusia bersifat subordinasi dan berasal dari Allah (Rm. 13:1). Semua
diskusi
tentang
dalam
komunitas
'otoritas'
Kristen
tidak
lepas dari pengertian otoritas Allah. Dalam Perjanjian Lama, belajar adalah respon
bangsa
Israel
terhadap
perjanjian dengan Allah. Mengajar juga adalah respon kepada Allah, supaya perjanjian dengan Allah terpelihara dari generasi ke generasi (Ul.6:6-9).
Bila guru yang be(r)evolusi adalah guru yang memiliki kuasa dan otoritas dalam mengajar, maka ada potensi bahaya manipulasi otoritas dan kuasa tersebut.
Guru
dapat
memanipulasi
murid-muridnya dalam mengajar. Yesus dalam menggunakan kuasa-Nya tidak pernah mengajar dengan memaksa tapi mempengaruhi.
Perbedaan
antara
tindakan manipulasi dan mempengaruhi adalah sangat jelas. Hill memberikan kritik terhadap praktek pendidikan di
Apa yang telah dibahas adalah faktor yang diandalkan guru dalam menjalankan tugasnya. Guru dapat mengandalkan
Mewaspadai Penyalahgunaan Kuasa dan Otoritas
kompetensi,
gereja yang bersifat ‘indoktrinasi’ dan bukan
‘edukasi’
(mendidik).
Hill
menjelaskan manipulasi yang dilakukan pendidik
Kristen
dalam
bentuk
.
legitimasi , pengakuan dari manusia, atau relasinya dengan Allah. Faktor yang terakhir (relasi dengan Allah sebagai sumber otoritas dan kepada siapa guru seharusnya berkomitmen) adalah yang paling penting untuk diandalkan.
Kompetensi
The attempt to fix certain beliefs in the minds of learners without making them aware of the dissentient views held by others in their community, and without equipping them to examine the evidence for themselves.13
dan
pengakuan manusia tidak efektif dan 9
indoktrinasi:
13
Hill, Op.cit.,73.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
Bimo Setyo – (R)evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa Dari
kutipan
perbedaan
di
yang
‘manipulasi’
atas
mencolok
eksploitasi,
adalah
obyek.
sehingga mereka sadar betul hingga pada konsekuensinya. Proses
pendidikan
yang
sehat
usaha
harus dapat diperlihatkan oleh seorang
dan
guru kepada murid-muridnya. Seorang
yang dilihat
guru Kristen berupaya untuk mengajar
memanfaatkan,
mengontrol orang lain sebagai
antara
‘mempengaruhi’.
dan
Memanipulasi
terlihat
hanya
dengan cara yang tidak memaksakan
dimanfaatkan saja dalam konteks ini.
kehendak, mendikte, terlebih memanipulasi
Manipulasi mengandung penipuan yang
pengetahuan. Seorang guru sebaiknya
tidak
yang
bersifat mempengaruhi, membimbing,
dimanipulasi. Terkadang orang yang
memberikan inspirasi dan stimulasi, serta
diajar hanya menerima, terkesan dengan
menjadi teladan bagi murid-muridnya.
pola
Guru harus dapat mengupayakan serta
disadari
yang
Obyek
oleh
digunakan
orang
atau
bahkan
kemampuan orang tersebut tanpa melihat
menggunkan
beragam
metode
yang
ada sesuatu yang diselewengkan di sana.
menimbulkan stimulasi (membuat orang
Manipulasi membimbing orang kepada
aktif berpikir), sekalipun membutuhkan
sesuatu yang dia sendiri sebenarnya
waktu dan tenaga yang besar.
tidakmengerti dan percaya. Ini hal yang
Guru Kristen yang baik mengajar
membahayakan kedua pihak, baik yang
bukan untuk memuaskan diri sendiri (self-
mengajar maupun yang diajar.
fulfillment), tetapi sebagai respon untuk
Sementara itu, penggunaan kuasa
memberikan yang terbaik kepada Allah.
yang benar akan mengikutsertakan
Sebagai orang percaya, guru Kristen
tindakan mempengaruhi. Tindakan ini
memberikan
sangat
berbeda
Tindakan
tempat
kepada
secara
mendasar.
pekerjaan Roh Kudus yang mem -
mempengaruhi
melibatkan
bimbing,
mengubah,
dan
pengetahuan yang timbal batik, dan
memperbaharui
manusia.
memberikan kebebasan kepada orang
seperti
dilakukan
lain untuk memilih dan memutuskan.
sebagai seorang Guru, bergantung
Mempengaruhi
penuh pada Roh Kudus. 14 Elemen ini
berarti
memberikan
yang
Hal
ini
Yesus
ruang yang cukup bagi seseorang untuk
menjadikan pendidikan Kristen
mengambil keputusan mengenai suatu
Di dalam pendidikan sekular semua bisa
kebenaran. Seorang murid dibawa untuk menyadari
apa
yang
dialkukannya
termasuk dalam mengambil keputusan, 10
14
unik.
Daniel Sutoyo, “Yesus Sebagai Guru Agung”, Jurnal Antusias, Vol. 3, No. 5, Juni 2014 (http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/antusias/article/view/13/12)
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
dijelaskan dalam psikologi perkembangan
Pertama, guru melihat pekerjaan
tanpa ada tempat bagi pekerjaan Roh
atau pelayanannya sebagai panggilan
Kudus.
hidup. 16 Kalau kita memahami bahwa
Penyalahgunaaan
otoritas
atau
otoritas
tertinggi
yang
membuat
kuasa dari Allah adalah kesalahan
seseorang menjadi guru adalah Allah,
besar. Yesus tidak memakai kuasa
maka guru seharusnya melihat profesi
untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk
mengajar sebagai panggilan hidup yang
menyelamatkan orang lain.Seperti itulah
diberikan
seharusnya kuasa dipakai oleh pendidik
respon otentik guru terhadap panggilan
Kristen: bukan untuk
tapi
Allah. Profesi guru bukanlah sekedar
mengalami
respon terhadap kondisi jaman. Banyak
perubahan hidup. Mengajar adalah
guru rnenjalankan profesinya bertahun-
tanggung jawab yang tinggi. Surat
tahun dengan
Yakobus mengingatkan kita bahwa
terhadap
guru akan dihakimi dengan ukuran
demikian dibutuhkan komitmen yang
yang lebih berat.
muncul bukan hanya karena situasi
supaya
orang
dirinya
lain
Untuk dapat menjadi menjadi guru be(r)evolusi,
dalam
rangka
mewujudkan transformasi positif dalam kehidupan siswa, maka dibutuhkan tidak hanya
sekadar
kemampuan
dan
keterampilan, namun juga karakter.
15
Guru perlu memiliki sikap dan cara pandang
yang
benar,
supaya
kemampuannya dapat dipakai dengan efektif dan maksimal. Beberapa prinsip yang harus dimiliki adalah:
Mengajar
adalah
setia sebagai
kondisi
sekitarnya.
respon Namun
zaman ini, tapi komitmen terhadap
Tujuh Model (R)Evolusi Transformatif
yang
Allah.
panggilan Allah. Kedua, guru menguasai apa yang diajarkannya;
Kemampuan
mengajar
mencakup pengetahuan yang dimiliki, metode
yang
kemampuan
digunakan,
dan
berkomunikasi.
Pengetahuan yang tidak cukup membuat proses
pendidikan
tidak
efektif.
Namun,pengetahuan yang cukup tidak cukup untuk memberikan stimulasi bagi murid-murid, bila tidak disertai dengan metode
mengajar
dan
teknik
berkomunikasi yang baik. Penjelasan 15
Rifai, “Pendidikan Kristen Dalam Membangun Karakter Remaja di Sekolah Menengah”, Jurnal Antusias, Vol. 2, No. 2, September 2012: 179-193 (http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/antusias/article/view/42/41)
11
materi pelajaran yang mudah dipahami 16
Sri Wahyuni, “Profesi Guru Adalah Panggilan Ilahi”, Jurnal Antusias, Vol. 3, No. 5, Juni 2014:147-160 (http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/antusias/article/view/18)
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
Bimo Setyo – (R)evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa siswa merupakan bagian penting dalam
terus. Aset pribadi ini hendaknya dapat
proses pembelajaran, oleh sebab itu guru
dimanfaatkan oleh guru menjadi salah
diharapkan mampu mengorganisasikan
satu dasar strategi dalam pengelolaan
materi pelajaran dengan perencanaan
kelas yang harus dikuasai oleh guru dalam
yang
peranannya
sistematis,
dipahami
sehingga
oleh
siswa.
mudah
Komponen
belajar.
sebagai
Guru
fasilitator
dalam
diharapkan
mampu
penyajian juga merupakan hal yang
menghidupkan,
penting,
bahasa,
memelihara harga diri siswa karena
istilah,
pengangkatan harga diri siswa ini akan
seperti:
berbicara,
kejelasan
mendefinisikan
penggunaan
contoh
dan
ilustrasi,
membuat
mengangkat,
siswa
dan
menjadi
pemberian tekanan pada bagian-bagian
bersemangat,
yang penting, dan umpan balik tentang
mempunyai motivasi diri yang tinggi
penjelasan yang disajikan dengan melihat
dalam belajar. Selain itu, guru yang
mimik
mampu mengangkat
siswa
saat
mengajukan
pertanyaan.
antusias,
lebih
dan
akhirnya
dan memelihara
harga diri siswa juga akan memberi rasa
Ketiga, guru menghargai muridmurid. Guru tidak melihat muridnya
aman secara psikologis. Keempat,
guru
konteks
bejana yang harus diisi sampai penuh.
mentransformasi bagi murid-murid tidak
Guru harus mampu melihat betapa
bisa
berharganya
Diperlukan relasi yang sehat untuk
Menghargai
murid
memanipulasi
murid.
berarti
atau
tidak
memaksakan
Menjadi
dalam
sebagai obyek belaka; seperti sebuah
seorang
relasi.
mengajar
dilakukan
membuat dekat
dari
dampak
jarak
terasa.
hubungan
yang
yang
jauh.
Semakin terbangun,
kehendak, tetapi mendorong terciptanya
semakin
dialog yang dewasa, serta memberikan
halnya teladan yang hanya bisa diamati
inspirasi dan dorongan. Sebagaimana
dari dekat, relasi yang jauh hanya akan
diketahui bahwa setiap manusia memiliki
menghasilkan kekaguman. Untuk dapat
harga diri (self esteem). Harga diri setiap
memahami anak didik dengan baik,
pribadi
seorang guru harus dapat memahami
merupakan
komponen
yang
terasa
guru
dampaknya.
bersifat emosional dan paling menentukan
hakikat
sikap
diri
perkembangan mereka serta memahami
merupakan kunci keberhasilan dalam
karakteristik anak didiknya. Hal ini
hidup dan '’aset pribadi'’ siswa yang harus
disebabkan
dikembangkan, diolah, dan dihidupkan
manusia
kepribadian
12
kita.
Harga
pertumbuhan
Seperti
karena
dan
siswa
mengalami
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
sebagai
perubahan-
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
perubahan
fisik,
interaksi
sosial,
kemampuan
mengingat,
kemampuan
emosional,
kemampuan
intelektual,
kemampuan
kognitif,
kemampuan
afektif,
psikomotor.
dan
Dengan
manusia; kuasa Roh Kudus memampukan menghadapi masa dan masalah sulit. Keenam, guru melihat proses belajar sebagai
proses
transformasi
hidup.
Seorang guru harus mampu melihat
dikuasainya pemahaman anak didik
pertumbuhan
oleh guru, akan memudahkan guru
'helicopter view.'17Proses ini melihat dari
tersebut dalam melaksanakan proses
mana
pembelajaran sebab guru akan dapat
pembelajaran
memberikan materi yang sesuai dengan
Bagaimana
masa pertumbuhan dan perkembangan
transformasi hidup, kalau proses belajar
siswa. Ada orang dalam hidup kita yang
dilihat dengan sempit? Ketika murid-
relasinya mempengaruhi dan berdampak
murid sedang belajar sastra, guru yang
lama. Orang tersebut mungkin hanya kita
baik tidak membuat mereka menghafal
kenal dalam waktu tertentu (mungkin
bait-bait pusi, tetapi menanamkan rasa
sangat singkat), tapi hubungan dengan
dalam hati, sehingga mereka memahami
orang tersebut telah membawa dampak
bahasa dan bertutur yang lebih balk.
dan
muridnya
menuju
dengan
ke
mana
cara
arah
bagi
murid-murid.
mungkin
mengupayakan
yang besar. Di dalam Alkitab, Tuhan
Ketujuh, guru selalu belajar. Guru yang
memakai relasi-relasi yang hangat menjadi
hidupnya mentransformasi tidak berhenti
sesuatu yang berdampak besar: Elia dan
belajar dan membangun diri; ia tetap
Elisa, Naomi dan Rut, Yonatan dan
memiliki kehidupan studi mandiri yang
Daud, Ester dan Mordekhai, Paulus
baik dari buku-buku yang dibacanya,
dan Timotius,serta Barnabas dan Paulus.
seminar yang diikutinya, dan usaha
Kelima, guru mengandalkan kuasa Roh Kudus; orang yang percaya bahwa
belajar
dari
setiap
orang
yang
ditemuinya.Betapa senangnya memiliki
Roh Kudus bekerja memiliki pandangan yang
optimis.
Karena
Roh
Kudus,
manusia bisa berubah, anak-anak yang malas bisa menjadi rajin. Dengan mengandalkan Roh Kudus, ketahanan dan kesabaran menghadapi situasi sulit dan anak-anak bermasalah menjadi lebih panjang. Guru Kristen percaya pada
kuasa 13
yang
melebihi
kuasa
17
Helicopter view adalah sebuah istilah yang sering digunakan di dunia manajemen. Intinya adalah bagaimana kita melihat suatu hal dari sisi yang lebih general, seperti kita melihat dari atas helikopter. Konsep ini dipakai agar kita melihat sebuah permasalahan secara sistemik. Karena suatu masalah di sebuah bagian, bisa jadi berhubungan dengan bagian lainnya, yang baru dapat diketahui jika kita melihat secara general. Dengan helicopter view pun kita dapat tahu dengan lebih baik mengenai langkah apa yang sebaiknya dilakukan dalam menyelesaikan suatu masalah atau ketika membuat perencanaan tertentu.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
Bimo Setyo – (R)evolusi Guru Pendidikan Agama Kristen dalam Mentransformasi Kehidupan Siswa guru yang
selalu gemar membaca dan
belajar. Hal ini akan terlihat dalam setiap aktivitasnya tanggap
di
sekolah
terhadap
yang
selalu
persoalan
baru.
Sekarang ini jika guru tidak senang membaca dan belajar
bukan tidak
mungkin guru akan ketinggalan oleh murid-muridnya. KESIMPULAN Untuk
menjadi
be(r)evolusi nilai
dan
yang
pembelajaran
guru
yang
mentransformasikan
positif
dalam
yang
proses
dipimpinnya,
seseorang harus membangun dirinya sedemikian rupa dalam pengetahuan, karakter,
keterampilan,
kerohanian.
Lebih
dari
iman
dan
semua
itu
transformasihanya terjadi dalam proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru yang menyadari bahwa sumber otoritas dan kuasa yang ada pada dirinya datang sepenuhnya dari Allah.
Trasformasi
dalam pemahaman kristen adalah sebuah komitmen iman yang didukung dengan adanya
pertobatan,
perubahan
yang
yang baikdan hubungan yang penuh kasih kepada Allah dan sesama. DAFTAR PUSTAKA Daniel Sutoyo, “Yesus Sebagai Guru Agung”, Jurnal Antusias, Vol. 3, No. 5, Juni 2014 (http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/i ndex.php/antusias/article/view/13/12) Hill, Brian. That They May Learn Towards a Chistian View of Education, Homebush: Lancer Books, 1990. _________. The Greening of Christian Educatio, Homebush West: Lancer Books, 1985. Imanuel Agung dan Made Astika, “Penerapan Metode Mengajar Yesus Menurut Injil Sinoptik Dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen Di Sma Gamaliel Makassar”, Jurnal Jaffray, Vol. 9, No. 2, Oktober 2011: 168 (http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJ V71/article/viewFile/99/_20) Isnarmi Moeis, Al Rafni, Junaidi Indrawadi, “Otoritas Guru Dalam Konteks Pendidikan Kritis di SMA Negeri Kota Padang”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 201: 393 (http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/i ndex.php/jpnk/article/viewFile/470/31 6)
menyeluruh dan menuntun kepada suatu pembaharuan pandangan hidup yang total sehingga menjadi serupa dengan Kristus. Tentu
saja
perlu
diingat
bahwa
transformasi sejati tidak hanya sebatas komitmen iman dan cara pandang kristen saja, melainkan yang terpenting adalah harus menghasilkan perbuatan-perbuatan
14
Osmer, Richard. The Teaching Ministry of Congregations, Louisville: John Knox Press, 2005. Pazmino, Robert. By What Authority Do We Teach, Grand Rapids: Baker Books, 1994. ___________. God Our Teacher: Theological Basics in Christian, Grand Rapids: Baker Books, 2001. Price, J.M. Yesus Guru Agung, Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1975.
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)
DUNAMIS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani), Vol. 1, No. 2, April 2017
Saragih, A. Hasan “Kompetensi Minimal Seorang Guru dalam Mengajar”, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5 No.1, Juni 2008: 27 Sidjabat, B.S. Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani, Bandung: Kalam Hidup, 1993. Rifai, “Pendidikan Kristen Dalam Membangun Karakter Remaja di Sekolah Menengah”, Jurnal Antusias, Vol. 2, No. 2, September 2012: 179193 (http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/antusias/article/vie w/42/41)
15
Sabar Budi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, No. 3, Mei 2010 Sarah Andrianti, “Pendidikan Kristen: Keseimbangan Antara Intelektual dan Spiritualitas”, Jurnal Antusias, Vol. 2, No. 2, September 2012: Sri Wahyuni, “Profesi Guru Adalah Panggilan Ilahi”, Jurnal Antusias, Vol. 3, No. 5, Juni 2014:147-160 (http://www.sttintheos.ac.id/ejournal/index.php/antusias/article/vie w/18)
Copyright© 2017, DUNAMIS, ISSN 2541-3945 (online), 2541-3937 (print)