Vol.7.I.2017
1
2
Vol.7.II.2017
Salam Redaksi
Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi Vokasi Pasti!
Pembaca yang budiman, tak disangka dan dinyana waktu terasa sangat cepat, hingga tak kira kini majalah Ristekdikti sudah terbit lagi dengan edisi ke-1 di tahun 2017 ini. Kesinambungan ini tak lepas dari antusiasme pembaca yang menginginkan dan mengharapkan bahwa majalah ini akan terus muncul untuk berbagi mengenai informasi yang ada di bidang Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Tema pada edisi kali ini akan mengangkat mengenai “Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi”. Munculnya rencana program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi diawali karena pihak industri seringkali mengeluh karena lulusan dari perguruan tinggi belum cukup relevan dengan kebutuhan industri, baik dari segi kompetensi, maupun jumlahnya yang masih dianggap kurang. Program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi sendiri menjadi program prioritas dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di tahun 2017 dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan industri dan pemantapan program Nawacita yang digadang oleh Pemerintah. Tujuan akhirnya jelas, yaitu semua lulusan vokasi itu
harus mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya. Tidak boleh ada yang menganggur dan tidak boleh mendapatkan pekerjaan tetapi tidak sesuai kompetensinya. Industri harus mendapatkan pasokan tenaga kerja yang kompeten. Maka pada edisi ke-1 tahun 2017 ini, redaksi akan coba mengupas tuntas, sebenarnya bagaimana program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi akan dijalankan. Redaksi akan mengupas satu-persatu alasan mengapa program ini menjadi begitu penting baik dari sisi kebijakan maupun dari sisi pengguna lulusan pendidikan tinggi vokasi, ataupun opini dari sosok-sosok yang juga banyak berpengalaman di bidang vokasi. Mengutip pernyataan Presiden Amerika Serikat ke-16 Abraham Lincoln, “Kalau kita tidak merencanakan masa depan karena kita hidup pada jaman sekarang, maka kita akan tetap berada di masa lalu”, maka revitalisasi pendidikan tinggi vokasi ini adalah investasi. Investasi Sumber Daya Manusia Indonesia di masa depan. Selamat membaca. Vol.7.I.2017
3
Daftar Isi RUBRIK
Volume 7 | I | 2017
Pelindung
Mohamad Nasir
Pembina
Ainun Na`im
Penanggung Jawab Nada Marsudi
Pimpinan Redaksi
Kabar
Smartphone Rakyat Indonesia
Wawan Bayu Prasetya
6
Penyunting Naskah Penulis
Satya Herlina, Suryo Boediono, Lalang Saksono, Indriyani
Distribusi
Tinjau Progres Pesawat N219
Indonesia-Inggris Sepakati 10 Proyek Penelitian Kolaboratif, Memperkuat Kerjasama Riset dan Inovasi Yuk Intip Vlog Pertama Menristekdikti, Mohamad Nasir Bareng Dubes Inggris
8
Tokoh Bet El Silisna Lagarense, Srikandi Pariwisata Indonesia
10
Doddy Zulkifli
Dinna Handini, Yoggi Herdani, Firman Hidayat
Sepuluh Politeknik Negeri Tandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Industri
Tingkatkan Sinergi Ristekdikti Melalui Rakernas
Redaktur Pelaksana
M.S Fajri
7
Fotografer
Fatimah Larasti Ifan F. Harijanto Ardian Syaputra
Kontributor
Syarief Obaidillah Citra Larasati S. Sundari Neneng Zubaidah Rini Suryati
Sekretariat
Winda, Nita Nurita, Wicky B.P
Alamat Redaksi
Bagian Publikasi dan Dokumentasi Biro Kerjasama dan Komunikasi Publlik Setjen Kemenristekdikti Gedung. D Lt.8, Jl. Jendral Sudirman, Pintu 1 Senayan, Jakarta
Laporan Utama Tidak Boleh Ada Lulusan Politeknik Yang Menganggur Pendidikan Tinggi Vokasi diharapkan dapat Cetak Guru Vokasi yang Handal
16
Lulusan Manufaktur yang Sukses Mendirikan Pabrik
Aktual Politeknik Tidak Boleh Hanya Melamun
4
Vol.7.II.2017
Layout dan Grafis
Boni Agusta, Widiasmi Pangestika, Ageng Prasetyo Nomor ISSN : 2502-7344 SK ISSN : 0005.25027344/Jl.3.1/SK.ISSN/2017.03
Daftar Isi Ragam
18
Feature
22
Lulusan Poliseni Yogyakarta, Belum Lulus Sudah Diminati Industri
Menelisik Lebih dalam Universitas Mataram Untad Siap Mengejar Mimpi Jadi PTN WCU Geliat Amikom menjadi Percontohan di NTB
30
Opini Melahirkan Lulusan Siap Kerja dan Mandiri Revitalisasi Politeknik, Membangun Kemandirian dan Peradaban
34
Etalase Memajukan Pendidikan Tinggi Indonesia Dengan Program World Class Professor
36 42
Rana
Politeknik Negeri Medan
Sosok
Inovator Mentok Mengejar Paten dan Publikasi Pengembangan dan PembinaanPerguruan Tinggi Swasta Bidang Vokasi
Infografis
46
Updating jumlah PTN/vokasi/jumlah dosen/jumlah mahasiswa Updating Jumlah Publikasi Internasional
Inovasi
50
Mobil Berbahan Bakar Air, Mengapa Tidak?
52
Alat Pendeteksi Dini Penyakit Jantung
54
Buat Tanaman Berbicara
Vol.7.I.2017
5
Kabar
Smartphone Rakyat Indonesia CIKARANG – Peneliti Indonesia telah mampu menciptakan smartphone yang sebentar lagi akan diproduksi perdana secara massal. Produk ini dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Kemenristekdikti, Melalui skema pendanaan inovasi perguruan tinggi di industri, pada tahun 2016 memberikan pendanaan kepada ITB untuk mengembangkan dan menghilirisasikan produk smartphone 4G. Menristekdikti, Mohamad Nasir, di sela-sela kunjungannya ke PT. VS Technology Indonesia, Rabu (11/1), mengatakan riset-riset yang dihasilkan anak bangsa jangan sampai hanya berhenti di perspustakaan, tetapi harus dikomersialisasikan sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat. Dirinya merasa bangga dan berharap produk ini bisa mengambil pasar, bisa kompetitif, punya nilai tambah, dan menjadi kebanggaan.
Sepuluh Politeknik Negeri Tandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Industri YOGYAKARTA - Sebagai wujud nyata pelaksanaan program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi, 10 politeknik negeri menandatangani kerja sama dengan mitra industri dalam bidang energi, ketahanan pangan, dan perhubungan. Penandatanganan kerja sama tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Rakernas Kemristekdikti Tahun 2017 di UGM Yogyakarta dan disaksikan langsung oleh Menristekdikti dan jajaran pejabat Kemristekdikti. Pada kerja sama bidang energi ditandatangani perjanjian antara Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan PT LEN Industri (Persero) dan Politeknik Negeri Banjarmasin dengan PT Trakindo Utama. Pada bidang ketahanan pangan ditandatangani perjanjian kerja sama antara Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dengan PT Nusa Indah Kalimantan Plantations, Politeknik Negeri Jember dengan PT Benih Citra Asia, dan Politeknik Negeri Malang dengan PT Labtech International LTD.
Tinjau Progres Pesawat N219 BANDUNG – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir menyampaikan apresiasi kepada segenap personil PT Dirgantara Indonesia yang telah bersusah payah mengembangkan pesawat karya anak negeri. Hal ini disampaikan Menristekdikti pada saat meninjau kemajuan proses produksi Pesawat N219 di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung pada senin (27/2). Kemajuan proses produksi prototype Pesawat N219 saat ini memasuki fase basic airframe dan basic system installation. Setelah fase tersebut, N219 akan melakukan berbagai macam uji fungsi (functional test) untuk memastikan setiap komponen berfungsi dengan baik. Selain itu, pada saat ini juga tengah berlangsung pengujian wing static test.
6
Vol.7.II.2017
Kabar
Tingkatkan Sinergi Ristekdikti Melalui Rakernas YOGYAKARTA – Dalam rangka memperkuat sinergi antara Pendidikan Tinggi, Pusat Penelitian, Industri, dan lembaga terkait lainnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenristekdikti 2017 pada senin (30/1) di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Membuka acara tersebut, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir menyatakan tujuan utama kegiatan Rakernas tahun ini adalah untuk memperkuat sinergi antara Kemenristekdikti dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Balitbang Kementerian, dan lembaga terkait lainnya.
Indonesia-Inggris Sepakati 10 Proyek Penelitian Kolaboratif, Memperkuat Kerjasama Riset dan Inovasi Jakarta – Menandai ulang tahun ke-1 Newton UK-Indonesia Science & Technology Fund di 2017, Pemerintah Indonesia dan Inggris mengumumkan 10 proyek penelitian kolaboratif baru dalam berbagai topik yang memiliki relevansi dengan pembangunan sosial ekonomi Indonesia. Acara yang dihadiri oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik, diselenggarakan di Ruang Auditorium gedung D Kemenristekdikti pada Rabu (5/4). Pada kesempatan tersebut, Menristekdikti menyatakan bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi memaikan peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge based society).
Yuk Intip Vlog Pertama Menristekdikti Mohamad Nasir Bareng Dubes Inggris Internet dan media sosial semakin penting dalam mengkomunikasikan ide dan kebijakan pemerintah kepada masyarakat. Data Techinasia menyebutkan per Januari 2017 ada 132 juta pengguna internet di Indonesia dan 106 juta diantaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Artinya, sosialisasi kebijakan publik melalui media sosial menjadi sarana komunikasi publik yang efektif dan efisien. Lewat akun Youtube Mohamad Nasir, Menristekdikti Mohammad Nasir mengunggah video blog (vlog) pertamanya untuk menyapa dan lebih dekat dengan para netizen. Dalam vlog berdurasi 2 menit 20 detik ini, Menristekdikti dan Dubes Inggris mengumumkan kerjasama bidang riset dan inovasi antara pemerintah Indonesia dan Inggris. Vlog ini berlangsung dalam acara UK-Indonesia Science & Teknology Fund Anniversary 2017, bertempat di Ruang Auditorium Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta (05/04). (BiroKKP/Ristekdikti) Vol.7.I.2017
7
Tokoh
Bet El Silisna Lagarense, Srikandi Pariwisata Indonesia Oleh : Indriyani Foto : Indriyani
Indonesia sebagai negara Kepulauan, tidak dapat dipungkiri memiliki lokasi-lokasi wisata yang menarik untuk didatangi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Dampak positif dari kedatangan para wisatawan selain meningkatkan perekonomian juga memperkenalkan beragam budaya dan kesenian selain keindahan Indonesia. Namun, dampak negatif terhadap pertumbuhan pariwisata juga harus menjadi perhatian pemerintah, terutama terhadap keasrian lingkungan hidup di sekitarnya seperti menurunnya kualitas air, kualitas tanah, terganggunya ekosistem flora dan fauna serta memberikan pengaruh terhadap budaya dan lingkungan sosial budaya pada masyarakat setempat. Hal-hal itu menjadi perhatian dari seorang wanita berdarah Manado, tepat di usianya yang telah mencapai setengah
abad, telah berhasil mencapai jenjang akademik tertinggi sebagai Guru Besar Pariwisata Pertama di Indonesia dan juga Guru Besar Pertama untuk Politeknik di Indonesia. Melalui orasi ilmiahnya mengenai “Model Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dengan Pendekatan Pentahelix Berbasis Digital” pada saat inaugurasi pengukuhannya menjadi Guru Besar, Prof. Dr. Bet El Silisna Lagarense menyampaikan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan memiliki keseimbangan antara 3 (tiga) dimensi yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya. Banyak penelitian bidang ilmu kepariwisataan yang telah dilakukan terutama tentang perkembangan industri pariwisata, produk pariwisata, pemasaran dan promosi pariwisata serta sistem informasi pariwisata. “Program pengembangan pariwisata Indonesia, prinsipprinsip berkelanjutan hingga saat ini belum dapat diimplementasikan secara maksimal dikarenakan masih lemahnya koordinasi dan integritas dari semua pemangku
“Pariwisata sudah saatnya menjadi industri penting, sektor strategis dalam meningkatkan ekonomi negara yang harus dikelola sungguh-sungguh dengan sumber daya manusia profesional” - Prof. Bet
kepentingan sehingga pengembangan pariwisata dilakukan secara sektoral saja,” demikian ditekankan oleh Prof. Bet. Penelitian yang menjadi perhatian Prof. Bet selama melakukan disertasi dengan memfokuskan pada model pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan pendekatan pentahelix adalah sebagai upaya
8
Vol.7.II.2017
Tokoh
Sumber Foto : Google
untuk mengakselerasi pembangunan kepariwisataan. Menurutnya bukan hanya tanggung jawab Pemerintah saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab semua elemen dalam sistem pentahelix, dan bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang diimplemtasikan untuk percepatan pembangunan kepariwisataan Indonesia.
Dengan prestasi ini, Prof. Bet telah memberikan inspirasi, motivasi dan semangat bagi Dosen-Dosen Politeknik lainnya untuk dapat berani melangkahkan kaki melompat menuju batu loncatan yang lebih jauh lagi untuk menghasilkan karya yang berguna tidak hanya bagi anak didiknya, namun juga menjadi jawaban atas permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Melalui peluncuran bukunya “Tourism and Waterfront Development”, dirinya juga menekankan akan pentingnya pengendalian terhadap lingkungan perairan dan kelautan yang juga menjadi sektor pariwisata yang terpenting di Manado.
Sumbangsih Prof. Bet pada bidang ilmu pariwisata selain memicu motivasi bagi para akademisi, juga menjadi dukungan program Pemerintah dalam menaikkan target kunjungan wisatawan sebanyak 20 juta wisatawan asing ke Indonesia atau menaikkan pertumbuhan sebanyak 8 % hingga tahun 2019. Dimana hingga saat ini, sektor pariwisata yang telah menjadi salah satu program prioritas Pemerintah telah memberikan kontribusi sebesar 4 % dari total perekonomian Indonesia.
Prestasi besar yang di raih oleh wanita ini menarik perhatian seorang jurnalis senior Reymoond ‘Kex’ Mudami untuk menuliskan buku Biografi tentang dirinya “Melintasi Tantangan Meraih Anugerah”. Betapa tidak, prestasi dan kerja keras yang telah diraih oleh Prof. Bet membuktikan bahwa seorang wanita juga dapat meraih gelar akademik Profesor, gelar yang selama ini dianggap hanya menjadi tantangan dan permasalahan, sanggupkah para Dosen terutama mereka yang mengajar pada Politeknik untuk meraihnya.
Vol.7.I.2017
9
Laporan Utama
10
Vol.7.II.2017
Laporan Utama
Tidak Boleh Ada Lulusan Politeknik Yang Menganggur Oleh : Neneng Foto : Ardian
Pemerintah melakukan gebrakan dibidang Pendidikan dengan Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi. Menurut Dirjen Kelembagaan Iptekdikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Patdono Suwingjo, Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi ini dilakukan karena Pemerintah ingin semua lulusan Politenik bisa diterima kerja sesuai kompetensinya. Patdono menjelaskan, faktanya adalah saat ini jika mahasiswa Politeknik itu diuji kompetensi akan dapat diketahui bahwa banyak dari mereka yang tidak akan lulus. Banyak faktor yang menjadi penyebab, katanya, seperti kurikulKm yang tidak sesuai dengan industri inginkan, sistem pembelajaran yang belum teaching factory dan dosennya bukan lulusan Pendidikan Vokasi. Peraih gelar S3 bidang Strategic Performance Management dari University of Strathclyde, Glasgow ini menjelaskan, hanya ada 262 Politeknik dari total populasi Perguruan Tinggi di Indonesia yang mencapai 4.529. Sementara total jumlah mahasiswa Politekniknya hanya 746.000 saja. Bandingkan dengan Austria yang 78% mahasiswanya adalah jurusan Vokasi dan begitu pula Belanda yang mencapai 70%. Menurut pria kelahiran Kediri ini, data empiris ini menjadi bukti mengapa industri di tanah air belum bisa maju. Indonesia, kata dia, kekurangan tenaga terampil sebab sebuah Negara yang maju dapat dipastikan mahasiswa Politekniknya harus paling tidak 50%. “Maka pada 2017 ini kita akan Revitalisasi 12 Politeknik berbasis STEM dan satu Politeknik Kesehatan,” jelasnya. Sementara untuk meningkatkan jumlah Politeknik maka Kemenristekdikti akan membuat pilot project Pendidikan Jarak Jauh untuk kawasan 3T yang akan dilaksanakan oleh dua Institut Teknologi dan dua Politeknik. Menurut dia, Pendidikan Jarak Jauh ini akan sangat efektif dan efisien, sebab untuk mengembangkan Perguruan Tinggi Vokasi sangat mahal. Universitas Terbuka (UT) yang sudah malangmelintang dibidang Pendidikan Jarak Jauh akan turut serta dalam pilot project ini. Selain itu Kemenristekdikti juga akan berupaya untuk menghasilkan dosen produktif. Secara kelembagan, katanya, pihaknya mulai tahun depan akan mendirikan program studi Profesi Guru untuk mengakomodasi masih terbatasnya jumlah Guru produktif di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan. “Khusus Guru SMK ada program khusus dengan
prodi Profesi Guru. Inputnya bisa dari lulusan prodi Keguruan Poltek dan Teknik dari Universitas atau Institut Teknologi. Sebab untuk menjadi Guru Vokasi itu mereka harus memiliki pengalaman atau Pendidikan Vokasi yang baik,” terangnya. Selain itu Pemerintah juga akan menggandeng pihak swasta untuk pengembangan dan Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi ini. Hal ini berkaca dari Negara maju yang sudah melibatkan industri kedalam Pendidikan Vokasi. Maka mulai sekarang, katanya, Pemerintah akan mendorong supaya industri mempunyai kepedulian dan keterlibatan dalam Vokasi.
“Sasaran Pemerintah ialah pada akhir 2019 tidak boleh ada satupun lulusan Politeknik yang menganggur” - Patdono
Patdono menjelaskan, untuk perusahaan yang sudah berskala besar akan didorong untuk mendirikan Politeknik. Kemenristekdikti pun akan turun tangan dengan membantu menyusun kurikulum, penyediaan dosen melalui Recognition Prior Learning (RPL) dan pendampingan pada saat penyusunan proposal. Menurutnya, sosialisasi sudah dilakukan dan mendapat apresiasi yang bagus dari industri. Dia mengungkapkan, dalam waktu dekat akan beroperasi Politeknik industri smelter di Morowali, Sulawesi Tengah. Lalu Petrokimia Gresik juga akan mendirikan Politeknik yang spesifik di bidangnya. Dia menyatakan, jika Kampus yang dikelola secara profesional dan langsung dari ahlinya pasti akan menghasilkan lulusan yang kompetensinya tinggi. “Jika indutri bergabung dalam Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi ini tentu akan meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) juga karena jumlah mahasiswa Vokasi akan bertambah,” katanya.
Vol.7.I.2017
11
Laporan Utama
Pendidikan Tinggi Vokasi Diharapkan Dapat Cetak Guru Vokasi yang Andal Oleh : Syarief Foto : Ardian
12
Vol.7.II.2017
Laporan Utama Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam salah satu programnya ingin menggenjot Pendidikan bidang Vokasi, yang bertujuan untuk mencetak sumber daya manusia yang siap bekerja pada sektor-sektor pembangunan. Dalam kaitan ini, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengimplementasikan programnya dengan memacu Pendidikan Vokasi antara lain dengan mencetak Guru-guru Vokasi yang andal. “Untuk mencetak siswa yang dapat memiliki kemampuan kompetensi tinggi, maka Gurunya harus memiliki kompetensi yang lebih baik dari siswanya. Untuk itu kami mendorong Pendidikan Politeknik agar dapat masuk ke LPTK atau Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan,” kata Direktur Pembelajaran Kemenristekdikti, Paristiyanti Nurwardani di kantornya beberapa waktu lalu. Para calon Guru ini mengikuti Pendidikan Politeknik atau LPTK dan setelah lulus pada jenjang Diploma Empat (D4), mereka menjalani uji kompetensi, maka otomatis mereka memiliki sertifikat kompetensi, sehingga ketika mereka mengajar pada jenjang SMK mesti lebih unggul dari siswanya. Arahnya agar siswa memiliki keterampilan, dan Gurunya juga bisa mengajar dengan terampil. “Artinya kita tidak berharap bahwa nantinya lulusan SMK memiliki kompetensi, namun ternyata Gurunya tidak kompeten,” cetusnya. Nah, untuk mendukung ini pada Pendidikan Politeknik, maka jenjang pendidikan Diploma juga di dorong dengan model pembelajaran tipe 3-2-1 yaitu sebanyak tiga semester berkuliah di Politeknik, dua semester melakukan magang di Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), lalu satu semester
Paristiyani
mereka kembali ke Kampus lagi. Sedangkan untuk tingkat SMK sendiri, mereka menempuh Pendidikan satu tahun di sekolah, satu tahun magang, dan satu tahun kembali lagi untuk ujian. “Yang jelas lulusan Diploma harus memiliki uji kompetensi yang lebih tinggi dari lulusan SLTA, terutama mereka yang diperuntukan menjadi Guru,” ujar Paristiyanti yang sempat menjabat sebagai Atase Pendidikan KBRI di Manila, Filipina ini. Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan, lanjutnya, disini juga mendorong tentang perubahan kurikulum, diantaranya Pendidikan Politeknik tersebut. Sebab menurutnya tidak semua LPTK memiliki kemampuan bidang studi yang dibutuhkan para siswa di SMK, sehingga mau tidak mau diperlukan disiplin ilmu seperti yang ada di beberapa Politeknik. “Kalau di LPTK sebagian sudah melakukan, yang jelas Politeknik itu kita harapkan setidaknya lulusan D3, kalau mereka lulus, mendalami uji kompetensi berarti mereka dapat memiliki sertifikat kompetensi level 5.Tapi kalau yang Diploma 4, mereka lulus dan mereka melakukan uji kompetensi, mereka akan memiliki sertifikat level 6,” terangnya. Kementerian juga mengupayakan agar nanti di Perguruan Tinggi, terutama yang terkait dengan Vokasi atau Politeknik, hal pertama yang harus dilakukan minimal adalah menerapkan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT). Kedua, harus diupayakan memenuhi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). “Kami bersama tim mensosialisasikan hal tersebut agar Perguruan Tinggi, terutama Politeknik, secara struktur mampu memenuhi dan bahkan melebihi standar minimal tersebut. Tetapi hal ini memiliki kekhususan sendiri. Adapun kekhususan dan keunggulan bisa terlihat dari karakter, dari prestasi, dan lain-lain. Maka kita lakukan sosialisasi ke Perguruan Tinggi, kita berharap Pendidikan Vokasi ini menjadi pilihan dari segmen yang berbeda. Sehingga kebutuhan industri bisa di penuhi. Ke depannya nanti dalam rangka pengembangan kurikulum kita akan melibatkan industri-industri,” terangnya. Kedepan lanjut Paris, Kementerian akan membantu Politeknik memiliki sarana dan prasarana yang baik. “Kita bantu Politeknik itu bisa memiliki teaching factory yang dapat dipergunakan siswa. Arahnya adalah selain sebagai uji coba juga mengarah kepada bisnis. Jadi mungkin dengan mata rantai ini, kerja sama dengan industri akan ditingkatkan, sehingga nanti Pendidikan bidang Vokasi memiliki model teaching factory yang terintegrasi dengan baik, yakni pembelajaran industri yang ada di Kampus dapat dilakukan,” tukasnya.
Vol.7.I.2017
13
Laporan Utama
Marlin Siagian, Lulusan Polman Bandung yang Sukses Mendirikan Pabrik Pengecoran Logam Oleh : Doddy, Neneng Foto : Yoggi
Marlin Siagian, Direktur PT Coppal Utama Indomelt datang terlambat ke kantornya di kawasan Gedebage, Bandung untuk sesi wawancara. Dia meminta maaf karena harus mengantar anaknya ke sekolah. Sebelumnya, Marlin mempercayakan supir untuk antar anak-anaknya ke sekolah. Tumben, adalah kalimat yang anaknya lontarkan ketika Marlin awal pertama mengantar. Kalimat sederhana yang membuatnya tersentak karena telah lalai memperhatikan keluarganya demi membesarkan pabrik pengecoran logamnya. Kini Marlin bertekad ingin berinvestasi sumber daya manusia untuk perusahaanya setelah dia sekian lama menginvetasikan hatinya, hartanya, pikiran dan raganya untuk perusahaannya itu. Marlin hanyalah seorang anak tentara pensiunan rendahan yang tidak ada niatan menjadi pengusaha pengecoran logam terkenal seperti saat ini. Marlin remaja tak mau menjadi tentara, dia ingin jadi pengusaha, hingga lulus SMA dia nekat ingin kuliah. Sampai pada akhirnya dirinya mendaftar di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (Polman) karena hanya di politeknik yang biayanya bisa dijangkau keluarganya. Tidak hanya disitu kenekatannya, dia juga memilih jurusan yang tidak ngetrend pada jamannya, Pengecoran Logam. “Saya milih jurusan yang ngga saya mengerti. Kalau teknik mesin itu sudah banyak kompetitornya. Dulu saya angkatan pertama tahun 1988 di jurusan saya. Disaat mahasiswa jurusan lain mempelajari mesin, kami disuruh pasang mesin. Mesinnya gede-gede. Kita bangun dari awal. Sekarang tuh saya dan teman-teman saya terkenal di Polman karena mesin yang ada disana yang masang itu ya kami,” katanya. Marlin tiada menyangka jika praktik pasang mesin selama 1,5 tahun itu menjadi modal dasar pekerjaannya saat ini. Marlin mengaku pengusaha kere. Mesin yang kini dipakainya bahkan dia beli bekas dari Denmark. Dia mengungkapkan, membeli mesin bekas dan ditambah dana bongkar pasang
14
Vol.7.II.2017
menghabiskan dana seharga Rp. 15 Miliar. Bandingkan dengan harga unit barunya Rp. 60 Miliar. Beli mesin barupun belum termasuk rogohan kocek senilai USD 2.000 perhari untuk membayar staf dari Denmark untuk pasang mesin. Marlin mengaku pernah bangkrut hingga dua kali. Bahkan istrinya yang seorang anak Guru Besar IPB pun pernah minta dipulangkan ke orangtuanya karena hidup sengsara dengan Marlin. Awalnya dia menyambi bekerja sambil buka workshop kecil-kecilan di Bandung. Tangga keberhasilan dia tapaki ketika ditawari satu perusahaan besar di Jakarta untuk membuat cetakan plafon (headlining) mobil salah satu merk ternama Jepang dan Jerman di medio 1999 lalu. Perusahaan itu sudah keliling Jawa namun tidak ada yang mampu membuat cetakan alumunium yang ketika dicor alumuniumnya tetap mencair dengan bagus. Waktu itu, katanya, untuk satu cetakan diperlukan 2,4 ton alumunium. Marlin pun didesak apakah bisa mengerjakan, dirinya menjawab bisa namun dia jujur tidak tahu bagaimana caranya. Saya pun mengajukan penawaran harga. Saya combine teknologi jerman dengan teknologi orang yang ngga punya uang. Waktu itu dengan standar teknologi Jerman harus ada modal Rp. 3 Miliar. Saya darimana modal sebanyak itu. Workshop saya saja ruangnya hanya 3x4. Lalu saya beri sketsa mesin yang saya buat, dan juga saya minta DP 80 %. Meski awalnya skeptis tapi saya pun dipercaya untuk
Laporan Utama
”Industri saya ini bertumbuh besar seperti saat ini karena konsep dasarnya kita yakin bisa dulu meski tidak tahu caranya bagaimana”
membuat cetakan headlining itu,” katanya yang pernah meminjam uang dari lintah darat ini sebagai modal usaha. Menurut bos yang mempekerjakan sekitar 200 orang ini, kesuksesannya bukan hanya dari kepiawaiannya memasang mesin namun juga dari pemasaran. Perihnya bangkrut hingga dua kali membuatnya mengevaluasi diri bahwa kejatuhannya karena dia tidak jago menjual. Marlin rela melepas jabatannya sebagai kepala gudang yang bergelimang fasilitas menjadi marketing produk di PT Kawan Lama Sejahtera. Rutenya Glodok-Tangerang dia susuri dengan motor. Penolakan demi penolakan dia alami selama berbulan-bulan. Sampai akhhirnya dia dinobatkan menjadi karyawan terbaik di perusahaanya. Dia mengaku salut dengan rekan-rekannya yang sudah mengajarkan bagaimana teknik dalam pemasaran. Lalu apa saja produk molding yang dia hasilkan dengan modal ilmu mesin dan pemasaran yang dia dapat. Marlin mengaku, selain headlining mobil dia juga memproduksi molding untuk cetakan jok mobil, lalu molding untuk jok sepeda motor, sparepart untuk industri semen, kelapa sawit, pertambangan hingga rokok dan baru saja teken MoU untuk membuat rumah lampu LED untuk penerangan jalan di Gedebage, serta sparepart eskavator.
Sebenarnya kapasitasnya bisa dinaikkan sampai 500 tapi karena ini mesin bekas saya tidak mau geber karena takut rusak,” ungkapnya sambil menuturkan banyak pekerjanya yang direkrut dari Polman. Berkaca dari pengalamannya, Marlin berharap pemerintah bisa membantu para pengusaha lokal untuk bisa merajai pasar lokal. Pertama alihkan dana riset yang hanya dialokasikan ke Perguruan Tinggi ke industri. Sebab Pemerintah bisa memaksa industri untuk melakukan riset ke tahap produksi dan penjualan. Bukan hanya menjadi prototipe saja yang terjadi saat ini. Dukungan kebijakan pendidikan untuk pendidikan vokasi menurutnya sudah bagus namun yang lebih penting ialah Pemerintah harus mendukung modal kerja dan keleluasan untuk bisa berperan dalam membangun Indonesia. Dia mencontohkan, kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bisa menjadi solusi dimana perusahaan disektor BUMN harus dipaksa untuk memakai produk lokal. Dia bercita-cita Merah Putih harus bisa berkibar di negeri sendiri tapi dia pesimis idealismenya itu bisa terwujud apabila masih banyak perusahaan yang memilih produk impor, daripada mempercayakan produk lokal sebagai komponen pendukungnya.
“Produk kita sudah banyak sekali. Kapasitas mesin yang saya punya itu untuk proses pengecoran logam 120 mold/jam. Vol.7.I.2017
15
Aktual
Politeknik
Tidak Boleh Hanya Melamun Oleh : Rini Foto : Ardian
16
Vol.7.II.2017
Aktual Lulusan Politeknik harus menghasilkan produk inovatif yang efisien, murah, kuat dan aman serta siap masuk ke pasar. Kalimat itu merupakan kalimat pertama yang diucapkan oleh Kokok Haksono Dyatmiko yang saat ini ditugaskan sebagai Pelaksana Ketua Pendirian dan Pengembangan Politeknik Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, saat tim Majalah Ristedikti menyambangi kantornya di kawasan Melawai, Jakarta. Karena kita tahu, Vokasi adalah Pendidikan yang menyiapkan mahasiswa menjadi profesional dengan keterampilan dan kemampuan kerja yang tinggi, ujar dosen yang mengajar Teknik Pemeliharaan Mesin di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung itu dengan lugas. Bahkan kini menurutnya Pendidikan Vokasi kini bisa ditempuh hingga jenjang Magister (S-2) dan Doktor terapan (S-3). Hal itu paparnya sudah tercantum dalam UU Nomor 12/ 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 22 ayat 1 dan Perpres No 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). ”Jalur Pendidikan Vokasi dapat ditempuh melalui Pendidikan SMK, Diploma satu hingga Diploma empat yang sama dengan Sarjana, Pendidikan Profesi, Magister, dan Doktor terapan,” ujarnya. Berdasarkan dua peraturan tersebut, penyelenggara Pendidikan Magister terapan dapat dilakukan oleh Politeknik. Namun untuk saat ini masih difokuskan pada Magister Sains dan Teknik, karena lulusannya masih sangat dibutuhkan, jelas dosen yang mengambil Pendidikan S-1 di Jerman itu.
secara profesional dalam keahlian tertentu. Politeknik memberikan pengalaman belajar dan latihan yang cukup untuk membentuk kemampuan profesional dan terampil di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tambah salah satu tokoh Politeknik ini. Kokok menyarankan sebaiknya Politeknik memiliki sistem seperti Politeknik yang ada di Jerman. “Disana dual system itu benar-benar menghasilkan seorang ahli,” terangnya. Jika terlambat masuk kuliah atau ketika magang di industri, maka keterlambatan tadi harus digantikan dengan hari berikutnya. Artinya disiplin seperti Negara itu sebaiknya dicontoh, selain itu lulusan Politeknik harus bisa membuat, merekayasa, mengelola produk iptek, dan juga harus bisa mengembangkan secara kreatif, sehingga produk iptek menjadi lebih sempurna. Dengan kata lain, tuturnya, bahwa Politeknik tidak boleh hanya melamun, hanya paparan konsep dan produk berupa jurnal, tapi juga harus menghasilkan produk inovatif yang efisien, murah, kuat dan aman serta siap masuk ke pasar. “Tidak hanya kesiapan teknologi saja, tetapi juga harus bergerak secara cepat mengembangkan pasar, menyiapkan organisasi dan tata-kelola, memperluas jaringan pasar, jaringan inovasi dan klaster industri, mengembangkan kerjasama serta mempu mengelola manajemen resiko. Kemampuan teknopreneurship juga menjadi faktor penting mendongkrak kapasitas Politeknik,” pungkasnya.
”Program ini diperuntukkan bagi lulusan program Sarjana terapan atau sederajat agar mampu mengembangkan dan mengamalkan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah,” katanya. Pendidikan Kejuruan Jerman Jadi Model di Negara Lain Kokok menjelaskan bahwa beberapa Negara Uni Eropa mencoba menerapkan sistem Pendidikan kejuruan Jerman untuk memerangi pengangguran kaum muda. Contohnya adalah salah satu pabrik mobil di Spanyol mencoba menerapkan ”dual system”, dimana Pendidikan di Kampus akan berkolaborasi erat dengan industri, dan praktik di industri akan lebih mendapat porsi lebih dari teori yang diberikan. Menurut Kokok, Indonesia bisa mencontohnya. Jika menerapkan Pendidikan Vokasi seperti Negara Eropa tersebut, maka masyarakat Indonesia bukan masyarakat pencari kerja, bukan masyarakat pencipta lapangan kerja (employee society) saja, atau masyarakat pewirausaha (entrepreneurship society) saja, tetapi masyarakat yang siap kerja dan kompeten. Kita tahu Politeknik adalah penyelenggara Pendidikan Tinggi dengan bidang pengetahuan khusus, bertujuan agar lulusannya dapat bekerja
Kokok Haksono
Vol.7.I.2017
17
Ragam
Lulusan Poliseni Yogyakarta, Belum Lulus Sudah Diminati Industri Oleh : Rini Foto : Ardian
“Rata-rata lulusan politeknik dari mulai waktu tunggu kelulusan sampai mendapat pekerjaan hanya dibutuhkan waktu tiga bulan, bahkan banyak yang di’ijon’,” ungkap Direktur Poliseni Yogyakarta Drs. Sardi, M.pd. Sardi mengungkapkan bahwa daya serap lulusan Poliseni Yogyakarta di dunia kerja cukup tinggi. Keterampilan para mahasiswa lulusan Poliseni Yogyakarta sangat diunggulkan. Pada perkuliahan, persentase praktek mencapai 60 persen dan teori maksimal 40 persen.
“Pada semester enam, mahasiwa politeknik akan mendapatkan training atau PKL ke berbagai perusahaan selama tiga bulan,” papar Sardi. 80 persen lulusan Poliseni Yogyakart telah bekerja di dunia Industri atau usaha. 10 persen menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sisanya bekerja BUMN. Selama menempuh studi di Poliseni Yogyakarta, mahasiswa wajib menerima pelajaran 40 jam per minggu dan mengikuti peraturan akademik. Para mahasiswa juga lebih difokuskan pada implementasi teknologi terapan sehingga tidak ada jurang antara ilmu dan teori yang dipelajari dengan apa yang dibutuhkan dunia kerja. “Poliseni Yogyakarta didirikan tahun 2001 atas inisiatif para senior Kami di Pusat Pengembangan Penataan Guru Kesenian Yogyakarta bersama para dosen di Fakuktas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung,” kata Sardi. Kala itu, langsung dilakukan studi kelayakan. Akhirnya, didirikan yayasan dan Poliseni Yogyakarta. Kala itu, Program Studi (Prodi) yang dibuka adalah Desain Kriya dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Kini terdapat lima Prodi, yaitu DKV Advertising, Animasi, Game Tech, Kriya Logam, dan Kriya Kayu. Setiap lulusan Poliseni Yogyakarta diharapkan menjadi pribadi yang terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu
18
Vol.7.II.2017
Ragam pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Selain itu, mereka juga harus menemukan solusi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan pelayanan langsung dalam bidang keahliannya dan memiliki kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian dalam bidang tertentu. Lulusan Prodi DKV dipersiapkan mampu mandiri dan bekeria sesuai kompetensinya, baik pada industri periklanan, penerbitan, percetakan, studio komunikasi visual, rumah produksi, dan studio animasi. Sedangkan lulusan Prodi
“Mahasiswa politeknik dituntut disiplin yang cukup ketat, agar mereka terbiasa dengan aturan-aturan yang diterapkan di dunia industri”
Kriya Kayu dipersiapkam untuk bekerja pada perusahaan mebel atau membuka wirausaha mandiri. Prodi Kriya Logam dipersiapkan bekerja sesuai kompetensinya pada perusahaan jewelry. Ke depan, Poliseni Yogyakarta akan membuka program desain interior, karena peluangnya sangat menjanjikan. Poliseni Yogyakarta sudah bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sehingga lulusannya bisa langsung melanjutkan ke S-1 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ataupun D-4 Fakultas Seni Rupa dan Design (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Kini, peminat Poliseni Yogyakarta semakin banyak. Hal ini juga membuat Poliseni Yogyakarta berencana membuka Prodi D-3 Angklung. Angklung dipilih karena berkaitan dengan kriya seni dan kayu. Mahasiswa diharapkan mampu membuat angklung dan memainkannya.
- Sardi.
Vol.7.I.2017
19
Ragam
Irwansyah Rachmatullah Dwi Putra
Disiplin Pada Ilmu dan Olahraga Oleh : Sundari Foto : Fatimah
MAHASISWA Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang ini memiliki prestasi di bidang olahraga, terutama bulutangkis. Irwan sudah bermain bulu tangkis sejak 2006. Saat itu ia masih duduk di kelas 5 SD. “Saya bermain bulu tangkis karena dorongan dari orang tua. Kalau dihitung saya sudah bermain bulu tangkis hampir 15 tahun hingga sekarang ini,” terang Irwan.
Irwansyah
Dengan berlatih awalnya lima kali dalam seminggu, kini ditingkatkan menjadi delapan hingga 10 kali dalam seminggu. Irwan sempat berhenti bermain bulu tangkis saat kelas dua SMP akibat cedera dan harus menjalani perawatan selama satu tahun. Namun ia bangkit lagi dengan meningkatkan latihan hingga dua kali lipat karena ingin mendapatkan juara. “Pascacedera saya akhirnya bisa memenuhi keinginan menjadi juara 1. Saya kemudian mengikuti banyak kejuaraan baik tingkat kota maupun sekolah. Bahkan Saya sudah dipercaya untuk mengikuti kejuaraan di tingkat regional yakni di Kota Malang sampai tingkat provinsi Jawa Timur. Prestasi bisa saya pertahankan hingga saya masuk kuliah,” jelasnya. Prestasi di bidang bulutangkis ini menjadi modal bagi Irwan untuk masuk ke Politeknik Negeri Malang. Saat menjadi mahasiswa, latihan bulutangkis menjadi terganggu karena padatnya kuliah. “Waktu latihan menurun. Pada 2014 saya ditunjuk mewakili kampus untuk mengikuti kejuaraan bulutangkis tingkat nasional di Pontianak. Persiapannya hanya tiga bulan, saya pulang membawa medali emas. Dan pada 2016 saya dikirim ke Manado untuk mengikuti kejuaraan yang sama, sayangnya hanya runner up karena cedera,” ungkapnya. Seluruh kejuaraan bulutangkis yang ia ikuti adalah kategori tunggal pria. Meski membawa prestasi di bidang olahraga, menurutnya apresiasi atau penghargaan dari Kampus memang tidak besar. Irwan selama ini menempuh kuliah ditopang oleh beasiswa karena nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas rata-rata. “Apresiasi di bidang non akademik masih kurang. Saat saya juara di Pontianak mendapat hadiah dari kampus Rp. 2,1 juta. Sedangkan di Manado, saya tidak mendapatkan apa-apa,” tuturnya. Diakuinya hampir semua Politeknik Negeri baik di Jakarta, Medan, Bandung, dan Jember masih minim memberikan apresiasi kepada mahasiswa berprestasi di bidang olahraga. Di Amerika Serikat, mahasiswa yang unggul di bidang olahraga selain mendapat penghargaan juga beasiswa. “Kalau bisa ditingkatkan agar memacu munculnya bibit-bibit baru di bidang olahraga,” harapnya. Di bidang akademik, Irwan menilai Pendidikan Vokasi sebagai Pendidikan yang komplit. Alasannya selain memperoleh ilmu, ia juga langsung mempraktikkan ilmunya. “Saya benar-benar dibimbing untuk menguasai teori di setiap mata kuliah dan siap bekerja di lapangan,” kata Irwan. Pendidikan Vokasi, lanjutnya juga sangat membantu membentuk kepribadian seorang mahasiswa lebih bertanggung jawab. “Selain tugas banyak, jam kuliah mirip dengan orang bekerja. Saya terbiasa menyesuaikan diri dalam Pendidikan Vokasi ini terutama pola kedisplinan. Dan ini juga cocok dengan saya yang juga atlet. Menjadi atlet itu kuncinya pada kedisiplinan.Saat kuliah ini saya malah bisa mengembangkan banyak hal selain olahraga. Keilmuan saya pun berkembang,” tambahnya.
20
Vol.7.II.2017
Ragam
Arrayan Firdaus
Menggagas Akuntasi Berwajah Pancasila MAHASISWA jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang ini menggagas pentingnya Akuntasi berlandaskan Pancasila. Model pengembangan Akuntasi seperti itu disebut juga Akuntansi multiparadigma. Menurutnya Akuntansi yang selama ini berjalan dan dilakukan banyak akuntan, hanya mencatat dan menghitung keuangan. Di dunia Akuntansi, uang satu perak pun memiliki arti. “Saya mencoba membuat sebuah paradigma bahwa Akuntansi itu bisa humanis, spiritual, dan tidak egois maupun individualis,” kata Arrayan. Bapak Akuntansi dunia, Luca Pacioli atau biasa disebut Paciolo dahulunya menciptakan ilmu Akuntansi dengan sentuhan keagamaan. Pacioli seorang biarawan dan pakar matematika. Biarawan Fransiskan asal Italia ini menuliskan buku Summa de Aritmetica, yang menggambarkan tentang pengeluaran dan pemasukan atau kredit dan debit. Ilmu itu dipakai para pedagang Venesia pada waktu itu untuk menghitung untung rugi. Hingga kini rumusan itu menjadi pegangan para akuntan. “Pacioli menciptakan ilmu Akuntansi sebagai sebuah seni. Matematika itu memiliki seni. Ada jiwa atau roh di dalamnya. Ada semangat spiritualnya. Apalagi dia seorang biarawan. Nah dalam perkembangannya sekarang ini tidak seperti itu,” terang Arrayan. Yang muncul adalah Akuntasi itu egois, individualis, bahkan tidak berperikemanusiaan. “Pengaruh kapitalisme Barat ini yang mempengaruhi perkembangan ilmu Akuntansi saat ini. Saya ingin mengembalikan lagi seperti dilakukan oleh Pacioli, bahwa Akuntansi itu sebuah karya seni yang ditujukan kepada Tuhan. Itulah saya sebut sebagai Akuntasi Pancasila. Saya lebih menekankan pada praktik filosofi keuangan yang lebih humanis seperti tertuang pada sila-sila pada Pancasila,” ujarnya. Dia mencontohkan laporan Akuntansi yang humanis adalah saat akuntan membuat laporan keuangan, dicantumkan kata-kata yang menyinggung kejujuran, integritas dan menyebut nama Tuhan.
sosial yang digarap dengan beberapa temannya. “Gendong ini lahir dengan tujuan untuk menjadi tempat memecahkan persoalan-persoalan seputar bullying yang belakangan ini banyak menimpa anak-anak di sekolah,” terang Arrayan. Gendong memiliki tiga program utama yakni Gendong Dongengin Taman, Gendong #goesto, dan Gebyar Dongeng. Dalam beraktivitas, Gendong memanfaatkan ruang publik yang banyak dikunjungi orangtua dan anak-anak. “Saya juga aktif mempromosikan Gendong imi ke dunia internasional. Alhamdulillah pada 2016 saya berhasil memperkenalkan Gendong lewat program ASEM (Asia and Europe Meeting) First Youth Entrepreneurial Meeting : Passion-Preneurs Challenge towards 20 Years of ASEM,” terang Co-founder sekaligus Chief Financial Officer Gendong ini. Dalam pertemuan ASEM 2016 ini, Gendong masuk dalam 20 proyek sosial terbaik. “Tahun ini saya akan berangkat ke Chicago, tepatnya di Northwestern University untuk memperkenalkan Gendong ke dunia internasional pada acara Global Engagemet Summit 2017,” ujar Arrayan bangga. Dalam waktu dekat, Arrayan juga akan mengembangkan social enterprises yakni bisnis sosial berbasis teknologi dengan fokus penitipan barang, yang dikenal dengan nama Nitipdongs. “Konsep ini seperti ojek online. Kalau ojek online itu menjemput penumpang. Sedangkan Nitipdongs ini, kami menjemput barang bawaan baik milik warga atau mahasiswa. Misalnya mahasiswa mau pindah kos, kami sediakan jasa Nitipdongs ini. Ada kurir yang akan membantu membawa barang-barang yang dititipkan,” jelas Arrayyan. Demikian juga di daerah-daerah wisata, Arrayan bersama teman-temannya menyediakan loker yang menggunakan koin. Para turis ingin menitipkan barang cukup disimpan di loker berkoin tersebut. Hingga saat ini aplikasi Nitipdongs ini masuk dalam 12 top finalis di ajang proyek sosial bernama Opportunity Desk Impact Challenge 2016, sekaligus mewakili Indonesia. ”Proyek ini berhak maju ke tahap Top 3 Best Social Project Category,” pungkasnya. Arrayyan
Pemikiran tentang Akuntansi Pancasila ini sudah dituangkan oleh Arrayan dalam dalam enam paper. Paper-paper tersebut mendorong Arrayyan untuk melanjutkan studi S2 di Wollongong University atau di Manchester Business School karena kedua Perguruan Tinggi ini memiliki beberapa periset, yang membangun konsep Akuntansi multiparadigma. “Saya bermimpi kedua Universitas ini akan mampu mewujudkan saya sebagai founder of Pancasila Accounting,” harapnya. Selain di bidang akademik, Arrayan juga aktif di komunitas Gendong (Gerakan Mendongeng). Ini merupakan proyek Vol.7.I.2017
21
Feature
Menelisik Lebih Dalam Universitas Mataram
Oleh : Doddy, Fatimah Foto : Ardian, Widiasmi
Lombok salah satu tujuan utama wisatawan mancanegara untuk berlibur di Indonesia. Hal tersebut berdampak pada tumbuhnya industri wisata. Permintaan bahan baku konsumsi sehari-hari pun kian bertambah. Universitas Mataram (Unram) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN), merasa bertanggung jawab untuk meningkatkan dan mengakomodir permintaan tersebut. Inovasipun dilakukan. Simak juga kiat-kiat UNRAM untuk menapak jejak menjadi World Class University (WCU) dalam wawancara antara Tim Majalah Ristekdikti (MR) dengan Rektor Unram (UNR) Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D berikut ini.
22
Vol.7.II.2017
Feature
MR: Bagaimana perjalanan UNRAM dari mulai berdiri hingga kini? UNR: Unram mulai beroperasi tahun 1963. Namun demikian, Keputusan Presiden (Kepres-red) yang dikeluarkan Soekarno pada saat itu, mengaktifkannya pada 1 Oktober 1962, saat tersebut Kita jadikan patokan sebagai hari lahirnya UNRAM. Dalam Kepres 1962, Unram didirikan dengan empat fakultas, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Peternakan serta Kedokteran Hewan. Kemudian Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan hilang, walaupun pada Kepres awal, Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan ada. Dalam perjalanannya, kini fakultas bertambah banyak dan Program Pascasarjana berkembang dengan 12 Program, dan di tahun 2017 direncanakan akan bertambah lagi. Di Fakultas Peternakan bahkan sudah ada Program Magister yaitu Manajemen Peternakan (Terakreditasi A). MR: Dari sekian banyak Fakultas, mana yang menjadi unggulan? Mana yang paling berkontribusi bagi masyarakat NTB? UNR: Kalau Kita kaitkan dengan Sumber Daya Manusianya, Fakultas Ekonomi. Kira-kira ada 18 Doktor lulusan
Fakultas Ekonomi. Sehingga bisa Saya katakan, keunggulan yang ditonjolkan di ekonomi, dan termasuk fakultas yang cukup ketat masuknya karena peminatnya sangat banyak, khususnya Prodi Manajemen. Kemudian di Fakultas Hukum yang dari Program S-1 memiliki Akreditasi A, jadi konsentrasinya ada pada hukum-hukum adat/lokal, di Lombok ini banyak persoalan tanah adat dan sebagainya, oleh karena itu lebih berkonsentrasi pada itu. Untuk Fakultas Pertanian, yang menjadi persoalan besar di NTB adalah lahan kering. Karena sebagian besar di Sumbawa lahannya kering sehingga Kami buat center untuk kajian lahan kering termasuk di Lombok Utara, Bima dan sekitarnya yang sudah banyak risetnya dan mengarah pada riset lahan kering, termasuk untuk Program S-2 yang Kami buat, yaitu pengelolaan sumber daya lahan kering, itulah yang menjadi konsentrasi di Fakultas Pertanian. MR: Dari banyaknya riset yang telah dilakukan, adakah produk inovasi yang sudah diaplikasikan? UNR: Yang sudah ada dari riset terkait pengelolaan lahan kering ini adalah bagaimana sistem pengairan tetes dengan membangun sumur-sumur bor yang masing-masing ada di lahan kering, yang dikembangkan di lahan utara. Kemudian diteruskan oleh proyek yang namanya Innovative Agriculture Vol.7.I.2017
23
Feature Production. Program ini bekerja sama dengan Unram mulai dari tahun 2016, sasarannya yaitu bagaimana Lombok Utara bisa men-supply bahan baku perhotelan, semua bahan baku mulai dari telur, beras, sayur-sayuran, dan buahbuahan yang tidak ada di Lombok Utara. Maka fokus kami untuk mengembangkan sistem pertanian tetes dengan mencoba sumur bor sehingga pertanian efisien untuk masyarakat. Masyarakat akhirnya bisa menanam sayur dan buah-buahan. Ini yang sudah lama Kami kembangkan. Kami sudah membangun proyek yang bekerja sama dengan New Zealand dengan target 1.000 Kepala Keluarga yang Kami naikkan income-nya pada tahun 2016-2019. MR: Prestasi apa yang paling membanggakan yang pernah diraih Unram? UNR: Prestasi yang paling menonjol Unram ada di bidang kedokteran. Kami sudah lama mengetahui di NTB ini banyak yang memiliki penyakit hepatitis, karenanya kemudian yang paling menonjol adalah produksi Vaksin Hepatitis B yang sudah diperjualbelikan tidak hanya di dalam negeri, tetapi sampai ke luar negeri dalam bentuk obat antibodi, yang diinisiasi oleh Prof. Mulyanto. Laboratorium Kami sendiri mengembangkan vaksin itu yang mulai bergeser pada beberapa tahun terakhir ini mencoba memproduksi kit untuk deteksi malaria dan juga vaksin monogclonal antibodi untuk malaria, jadi ada pergeseran yang tadi pada penyakit hati (hepatitis) yang menghasilkan vaksin, menjadi monogclonal antibodi untuk malaria. MR: Terkait riset ini, bagaimana kerja samanya dengan industri? UNR: Sudah sampai ke industri, dan bekerja sama dengan Perusahaan Kobe di Jepang. Kemudian untuk lokalnya kami memakai laboratorium hepatika untuk penjualan keluar. Selain itu kerjasama antara Unram dengan Pemerintah Daerah yang penjualannya bahkan sudah sampai Benua Afrika dan Amerika Latin. Itu yang Kami kira sangat menonjol, dan kemudian dalam bidang peternakan, sudah ada 11 tahun membangun kerja sama yang cukup kuat dalam bidang peternakan dengan perusahaan di Brisbane, Australia (Sis
24
Vol.7.II.2017
Aero), sasarannya adalah bagaimana menyiapkan sperma beku untuk membuat inseminasi buatan yang unggul. Dengan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional-red) juga sudah sering melakukan riset yang berkesinambungan untuk teknologi itu, bahkan sekarang sudah dipakai oleh peternakan di Timor Leste sehingga ada kerja sama antara Unram dengan Timor Leste untuk membantu itu. Kemudian, bagaimana mencari bibit-bibit unggul peternakan dan juga bagaimana usaha penggemukan sapi, karena NTB salah satu punya unggulan utama dalam Proyek “Pijar” (Sapi, Jagung, dan Rumput Laut). Pada pola penggembalaan sapi juga Kami sedang kembangkan, dahulu sistemnya memerlukan kawasan yang luas dan diberikan pagar, sekarang Kami kembangkan dengan kawasan yang kecil dan tidak perlu dipagar, kemudian juga Kami berfokus pada penelitian penggemukan sapi, terutama sapi Bali. Kami juga membuat lima pusat pembelajaran untuk masyarakat di Dompu yang masing-masing pusat pembelajaran itu untuk 50 peternak. Ada sekitar 25 peternak dalam percontohan yang Kami sebut sebagai “Pengembangan Pertanian Petani Terpadu Berbasis Jagung dan Pakan”, untuk kami coba membuat pakan-pakan yang awet. MR: Bagaimana Unram menatap keinginan untuk menjadi World Class University? UNR: Terus terang, yang kami lakukan sekarang itu berawal dari kondisi yang sangat berat. Sejak Saya dilantik jadi Rektor pada 2009 lalu, Kami dihadapkan pada banyak sekali Prodi yang habis masa berlakunya. Akreditasi Prodi Kami yang menurun menjadi masalah terbesar Unram saat itu. Masa Prodi yang hampir melewati masa tenggang (lima tahun), yang artinya sudah tidak bisa lagi mengeluarkan ijazah sesuai peraturan waktu itu juga menjadi pokok persoalan Kami. Mulai 2010, Saya fokus untuk membenahi Unram ke arah yang lebih baik lagi, Kami perbaiki sarana dan prasarana UNRAM, visi-misi universitas juga Kami buat sederhana sehingga masing-masing akademika menjadi tahu Unram ingin dibawa kemana, sehingga dalam benak Kami semua sudah ditanamkan tentang visi misi Unram menjadi “Lembaga Pendidikan Tinggi yang Berbasis Riset Internasional pada 2025” pada 2010 lalu. Kami buat target agar Program Studi juga bertambah kualitasnya. Indikatornya adalah dari 54 Program Studi ini, minimal 80% Prodi di Unram
Feature harus terakreditasi B, kemudian institusi juga harus punya akreditasi B. Pada tahun 2014 lalu, akhirnya target bisa Kami capai, institusi Kami mendapatkan akreditasi B. Kemudian dalam rangka penguatan ke tingkat Asia dan kiat-kiat yang Kami lakukan adalah Kami perbaiki terus akreditasinya, sehingga tadinya akreditasinya B menjadi A. Komitmen ini yang Kami tanamkan pada semua Program Studi yang sekarang sudah sampai tahapan tim percepatan akreditasi Prodi dan akreditasi institusi dari B ke A. 2017 awal, Kami akan submit tentang pengurusan perbaikan akreditasi Prodi.
MR: Bagaimana dengan publikasi internasional Unram?
Penguatan WCU yang menjadi penting adalah bagaimana penguatan-penguatan riset yang berskala internasional. Sekaligus Kami bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di luar negeri untuk joint research atau Guru Besar dari luar negeri ikut mengajar di Unram, sehingga transfer ilmu dapat berjalan baik. Untuk yang dosen muda di Unram dan belum mempunyai pangkat tinggi, maka Kami akan belajarkan lagi hingga ke luar negeri, baik itu magang dan sebagainya ke Jepang, Korea, dan negara lainnya yang berdurasi mulai dari tiga sampai enam bulan. Harapan Kami, ini akan mempercepat mereka untuk bisa mempunyai gelar Ph.D disana. Dan disamping itu Unram juga menyiapkan insentif-insentif untuk membiayai paper-paper mereka yang sudah terbit dan tidak dikenakan biaya, setelah itu Kami juga memberikan insentif bagi mereka yang sudah berhasil mempublikasikan jurnalnya. Ini adalah cara-cara Kami untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah internasional di Unram.
MR: Bagaimana harapan Unram dengan melihat sinergi Kemenristekdikti dan daerah?
UNR: Baru ada sekitar 100-an publikasi, masih jauh dari yang Kami targetkan. Ini karena semenjak Saya menjadi Rektor di sini, dosen Unram 60% hanya menjadi seperti guru biasa saja yang setelah belajar habis itu selesai dan tidak melakukan penelitian. Pola pikir selama ini harus berubah, tugas dosen tidak hanya mengajar. Alhamdulillah, kalau sekarang dosen-dosen Unram hampir seluruhnya sudah melakukan penelitian, yang masih terus Kami tingkatkan untuk lebih baik lagi ke depannya.
UNR: Tentu harapan Kami mudah-mudahan sinergi ini semakin baik dan semakin baik lagi. Unram sebagaimana di bawah Kementerian, dan Kementerian juga terus memberikan support atau dukungan yang lebih baik dan lebih baik lagi, khususnya bagi Kami yang berada di kawasan timur dan jauh dari pusat. Pemerintah Daerah juga terus melakukan dukungan yang nyata. Kegiatan Pemerintah Daerah diharapkan tetap melibatkan Universitas, sehingga menjadi media pembelajaran, baik bagi para dosen maupun bagi mahasiswa, juga sekaligus untuk mengawal pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sehingga Kami yakin bahwa anggaran yang dilaksanakan bisa terealisasi dengan baik. Kemudian adanya kerja sama proyek-proyek dengan Pemerintah Daerah mulai dari Gubernur, Bupati, dan Walikota se-Nusa Tenggara Barat (NTB), Kami pikir dengan demikian PTN di wilayah timur Indonesia nantinya tentu akan menjadi semakin maju.
Vol.7.I.2017
25
Feature
Untad Siap Mengejar Mimpi Jadi PTN WCU Pemerintah telah melakukan berbagai upaya demi terwujudnya pemerataan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Salah satu program yang dilakukan pemerintah untuk menunjang cita ini adalah pembangunan daerah terluar. Universitas Tadulako (Untad) sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berada di poros Tengah-Timur Indonesia menjadi pengungkit pemerataan tersebut. Berikut wawancara Rektor Untad Prof. Dr. Ir. Muh. Basir Cyio, SE, MS (RU) dengan Tim Majalah Ristekdikti (MR) untuk menelisik kiprah Untad sebagai motor pembangunan poros TengahTimur Indonesia dan mengungkap mimpi Untad menjadi World Class University (WCU). Oleh : Suryo Foto : Wicky
Majalah Ristekdikti (MR): Bagaimana perjalanan Untad menjadi PTN? Rektor Untad (RU): Awal berdiri Untad didasarkan pada keinginan dan pemenuhan syarat berdirinya Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) lepas dari Sulawesi Utara Tengah (Sulutteng) tahun 1964. Itulah sebabnya Untad dicetuskan 1962 oleh para pejuang Sulteng yang status awalnya tentu saja swasta. Lalu akhirnya berubah menjadi Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar Cabang Palu dan Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Makassar Cabang Palu. Kedua cabang inilah yang akhirnya menjadi pondasi utama berdirinya Untad sebagai PTN yang tertuang dalam Kepres Nomor 36 tertanggal 18 Agustus 1981. MR: Dalam usia lebih dari 35 tahun, bagaimana upaya Untad menuju WCU? RU: Kami sadar betul bahwa Untad masih merayap. Ibaratnya, kalau merayap, modal utamanya itu hanya spirit dan harapan yang berenergikan doa. Tidak hanya itu, Kami juga menata secara internal dan membuka diri secara eksternal. Kerja keras, penataan ke dalam dan keterbukaan ke luar, menjadi cambuk, walau dengan situasi yang merayap. Artinya, sebesar apapun spirit yang Kami miliki, setinggi apapun harapan yang Kami gantungkan, hal-hal yang bersifat kondisional kewilayahan tetap sangat menentukan. Visi menuju WCU, bagi Untad masih berada pada rel yang berliku, jalan panjang yang berkerikil, dan lorong sempit yang remang.
26
Namun demikian, tantangan sekaligus hambatan segunung itu, tak pernah menyurutkan semangat untuk membuka wawasan. Itulah sebabnya, dengan digelindingkannya kebijakan Pak Menteri Ristekdikti Prof. Mohamad Nasir yang didukung oleh seluruh jajarannya di pusat perihal upaya Vol.7.II.2017
mendatangkan profesor dari luar negeri, Untad menyatakan sangat siap untuk dibina, dibimbing, dan dituntun oleh Profesor yang direkomendasikan oleh Pak Menteri. Kalaupun Pak Menteri tidak mau memberi Untad karena mungkin belum memenuhi banyak syarat, Kami akan tetap memohon agar spirit WCU itu tetap membara sekalipun bara api semangat itu belum memberi “nyala” sesuai dengan harapan. MR: Bagaimana upaya Untad untuk meningkatkan daya saing? RU: Melihat kemajuan dan prestasi yang dicapai banyak PTN di Pulau Jawa dan Sumatera, Kami pun terbangun dari tidur. Saatnya Kita untuk berubah. Upaya perubahan harus dimulai dari sikap membuka diri. Inilah suasana batin yang Kami gelindingkan dari tingkat rektorat hingga ke Prodi. Silahkan jika adaa yang mau melihat kemajuan, mendengar cerita keberhasilan, dan belajar cara sukses dari PTN lain. Untuk mendorong perubahan cara berpikir tersebut, tentu tidak sekadar keinginan tetapi Kami mulai dengan cara-cara sederhana yang tidak muluk-muluk. MR: Bagaimana menanamkan semangat kepada seluruh jajaran Untad dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan kampus? RU: Dalam menjalankan manajemen, dimensi leadership sangat dibutuhkan dan dari sana Kami memulainya. Siapapun yang ingin berpergian untuk melihat kemajuan dan belajar dari kesuksesan PTN lain ataupun PTS, Kami sangat mendukung. Selain dukungan finansial, Kami juga menghilangkan kegundahan mereka dengan tidak mewajibkan “minta izin” kepada rektor. Jika ada niat untuk tujuan di atas, silahkan berangkat, bismillah. Tidak usah ketemu rektor hanya untuk meminta ijin atau pamit,
Feature
siapapun mereka. Mulai dari Wakil Rektor hingga koordinator Prodi. Intinya cuma satu, saat sedang berada di PTN atau PTS yang menjadi tempat untuk melihat dan mendengar, harus ada oleh-oleh dibawa pulang. Minimal spirit bertambah, daya juang meningkat. Yang mau berangkat melihat dan mendengar kesuksesan, silahkan berangkat. MR: Untad yang posisi geografisnya berada pada poros Tengah-Timur dan masih berusia 35 Tahun, keberadaannya mulai diperhitungkan. Bagaimana Rektor melihat itu? RU: Bagi Kami, kondisi Untad tetap masih jauh dari ekspektasi yang terbangun dalam masyarakat, apalagi dibandingkan PTN yang telah maju di negeri Kita seperti UI, ITB, UGM, ITS, IPB, Unhas, Unair, Unpad, Undip, UNY, UNS, UB, UM, dan sederet PTN lainnya. Namun demikian, karena amanah tugas tambahan ini diberikan kepada saya, secara kolegial harus bertanggung jawab terhadap sebuah kepercayaan, maka Kami harus bekerja dengan cara melihat mereka, mendengar cerita mereka, dan tidak malu bertanya pada PTN yang sudah maju itu. Kami bangga, sebab MRPTNI menjadi wadah pemersatu dan kebersamaan. Pimpinan PTN yang maju itu tidak pernah menutup diri kalau Kami datang bertanya, apakah yang datang itu setingkat Warek, Dekan maupun Kajur. Inilah tanda-tanda kebaikan dan kebajikan yang ada dalam wadah MRPTNI. Apa yang Kami lakukan selama ini, adalah buah hasil belajar. Implementasinya Kami sesuaikan dengan kondisi yang ada, baik kekuatan finansial, SDM yang ada, dan juga kondisi Sosiogeokultural. MR: Terkait kondisi sosiogeokultural, penyesuaian apa saja yang Untad lakukan? RU: Untad bukan sekadar gedung yang berdiri di tengah komunitas yang pluralis. Beragam situasi dan kondisi ada di antara mereka. Baik latar belakang ekonomi, pendidikan, adat istiadat, terutama budaya yang selama ini tumbuh di tengah masyarakat lokal. Budaya lokal harus dijunjung tinggi sebagai kekayaan bangsa, tak berarti Untad tidak boleh membawa mereka untuk tetap berpikir maju.
Itulah mengapa masyarakat sekitar kampus Kami sangat berdayakan, mulai dari satuan pengamanan hingga petugas keindahan dan kebersihan, 99 persen dari mereka. Keterlibatan mereka, secara langsung atau tidak langsung akan membawa perubahan kualitas hidup. Tidak bisa disangkal bahwa letak geografi Untad ikut menentukan situasi dan perjalanan PTN ini ke depan. Kami sangat yakin bahwa “geonasibiah” adalah rahmat. Artinya bahwa Untad akan tampilkan jati dirinya sesuai dengan dimensi geografisnya, di mana Untad itu berada sebagai bagian dari kenyataan (nasib-red). Karena tumbuh dan berkembang di tengah wilayah yang bukan tempat industri maka dipastikan bahwa Untad tidak akan pernah sama dengan PTN yang tumbuh di sekitar Jabodetabek. Itu adalah dalil. Kalaupun ada yang bantah bahwa nasib suatu PTN tidak akan berubah jika bukan dia yang merubahnya, itu memang benar sebagai premis, tetapi kalaupun berubah, maka berubahnya adalah perubahan yang berkesesuaian dengan lingkungan. Tetap “geonasibiah”. MR: Apa harapan Rektor ke depan agar WCU untuk Untad dapat terwujud? RU: Harapan tentu saja akan membangun kebersamaan. Hal ini dimulai dengan merubah cara berpikir. Jadi pelayan yang baik dan memposisikan mahasiswa adalah tulang rusuk. Kita hadir karena mereka. Dan Kita digaji karena untuk melayani mereka. Biarkan orang yang menilai dan melihat jika sekiranya ada secuil nilai dari Kami. Yang pasti Kami hadir untuk berbuat. Kami melayani karena tanggung jawab. Untuk WCU, ke depan Kami akan meningkatkan jumlah publikasi baik secara nasional maupun internasional, infrastruktur Kami bangun dengan cepat, dosen-dosen juga Kami berdayakan dan Kami coba bakar semangat mereka agar menjadi doktor. Lainnya, Kami akan banyak “bergaul” dengan beberapa perguruan tinggi di luar negeri, sehingga Kami pun bisa mendapat ilmu dari mereka untuk menjadi WCU. Kami siap mengejar mimpi menjadi PTN WCU. Vol.7.I.2017
27
Feature
Geliat Amikom menjadi Percontohan di NTB
Oleh : Doddy Foto : Ardian
Seiring dengan program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi yang dicanangkan oleh Kemenristekdikti, maka peningkatan mutu akademipun ditingkatkan. Salah satu yang mendukung program tersebut adalah Akademi Manajemen Informatika Komputer (Amikom) Mataram. Mereka kini bergeliat meningkatkan kualitas 1.500 mahasiswanya. Simak wawancara Tim Majalah Ristekdikti (MR) dengan Direktur Amikom Mataram (AM) Ir. Lalu Darmawan Bakti, M.Sc, M.Kom, berikut ini MR: Mengapa Amikom sejak awal tertarik bergelut di bidang vokasi? AM: Dulu awalnya Saya membuka kursus komputer, kemudian Alhamdulillah berkembang menjadi Akademi Sekretaris dan Manajamen Mataram, kemudian berkembang menjadi Akademi Manajemen Informatika Komputer Mataram seperti sekarang ini. Jadi, di bawah yayasan Kami ada dua perguruan tinggi. Kemudian Kami punya program studi yang pertama teknik komputer, kedua manajemen informatika, dan yang ketiga komputerisasi akuntansi. Pada Akademi Sekretaris ada sekretaris dan manajemen administrasi. Kalau untuk ukuran NTB, alhamdulillah Kami bagus. Dari lima Program Studi yang ada, di antaranya empat Prodi mendapat status B untuk akreditasinya. Walaupun perguruan tinggi ini baru berjalan, alhamdulillah punya prestasi untuk akademiknya, sementara untuk institusinya belum. Kami saat ini sedang menguliahkan 12 orang sebagai persyaratan institusi, mudah-mudahan akhir 2017 kembali, hingga sudah lengkap, saat itulah Kami akan ajukan untuk akreditasi institusinya. MR: Bagaimana upaya Amikom dalam meraih prestasi?
28
Vol.7.II.2017
AM: Kalau Kami pergi lomba itu belum, namun kalau dari hasil mahasiswa yang membuat laporan tugas akhir cukup banyak, salah satunya ditampilkan di pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) tahun 2016 di Lombok. Telah banyak sistem informasi yang diciptakan untuk informasi, restoran, minimarket. Itu hasil inovasi mahasiswa, kemudian dikembangkan kembali oleh dosen, kemudian diinovasi lagi. Sudah banyak sebenarnya kalau dari manajemen informatika, banyak yang sudah diterapkan. Misalnya, Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau tugas akhir di sekolah membuat web portal sekolah, ada juga yang membuat sistem informasi pengolahan nilai di sekolah dan sebagainya. MR: Apakah sudah ada kerja sama atau produk yang dijual ke industri? AM: Sudah banyak, yang paling mencolok adalah sistem informasi akademik Kami, beberapa perguruan tinggi lain mengadopsinya. Kami membuat sendiri, tidak seperti beberapa kawan yang ke perguruan tinggi lain lalu minta dibuatkan disana, itu mahal. Kami buat sendiri, yang penting adalah wajar dan menurut Kami baik walaupun belum sempurna. BAN-PT sendiri, timnya pernah ke sini dan mereka senang melihat sistem Kami. Kan ada sembilan item di akreditasi yang dinilai, ya semuanya sudah berjalan online. Misalnya penilaian akreditasi itu dapat dilihat mulai dari sistem informasi akademik, sistem keuangan, e-learning, e-perpustakaan. Nah, sistem-sistem itu kami buat sendiri. MR: Bagaimana dengan upaya peningkatan prestasi mahasiswa secara nasional? AM: Kami belum mengirim sampai sejauh itu. Kalau yang lokal sekitar sini saja pernah ada lomba membuat web se-NTB. Juara satunya mahasiswa Kami. Namanya Chairul, Wina dan Gun, salah satu yang dinilai adalah keamanannya.
Feature Menurut juri yang menilai, ini sudah selevel dengan yang ada di google. Saya terkaget-kaget, luar biasa. MR: Keunggulan apa yang paling Amikom tonjolkan? AM: Kalau di teknik komputer Kami unggulnya di jaringan, salah satunya karena Kami local academy untuk sistem jaringan Cisco. Kami punya lab-nya, dan pertama kali yang punya di NTB. Kalau manajemen informatika, Kami unggulnya di pembuatan web dan multimedia. Kemudian komputerisasi akuntansi, gabungan dari akuntansi dan sistem komputer. MR: Bagaimana pengembangan Amikom untuk mencetak lulusan siap kerja? AM: Kami bekerja dengan serius, serius dari semua sisi. Pertama, dosen harus rajin masuk. Kalau dosen rajin masuk otomatis mahasiswa rajin masuk. Tingkat masuknya dosen di sini secara keseluruhan itu mencapai 96%, jadi sangat rajin dosen itu. Sanksinya kalau dosen tidak masuk akan dipanggil oleh Direktur, jadi begitu Saya tahu ada yang tidak masuk, ya Kita langsung tegur. Kemudian ada kelebihan Kami dan bisa dilihat, yaitu seragam. Tiap angkatan berbeda-beda. Kemudian begitu masuk kelas secara spiritual mulai dengan berdoa, sehingga hati dan pikiran akan lebih tenang dalam belajar dan mengajar. Jadi Kami amat menanamkan disiplin yang amat ketat disini. Dengan disiplin yang kuat, Kami yakin mencetak lulusan yang disiplin juga dalam mengaplikasikan ilmunya. Apalagi bila sudah di tempat kerja, Kami sudah biasakan itu di perkuliahan.
kebetulan Saya Ketua APTISI NTB. Tahap kerjasama Kami itu saat ini dalam bentuk seminar, ada seminar di Belanda dan Belgia ketika itu. Kendalanya adalah karena Kita beda level, disana sudah profesor dan ilmunya sudah tinggi-tinggi. Sedangkan Kita masih rendah jadi butuh penyesuaian yang lebih baik lagi. Untuk publikasi sendiri, untuk internasional ada beberapa yang sudah menjangkau itu di tempat Kami. MR: Sebagai penutup, apa harapan dari Amikom Mataram ke depan? AM: Kami kan dari Indonesia Timur, barangkali ada “perhatian lebih” untuk Kita yang berada di agak timur atau provinsi yang masih berada di level ada di bawah itu. Beda dengan Jakarta, Jogja, Bali yang tinggal disentuh sedikit saja langsung lari. Kalau Kami di sini, mungkin karena baru lulus SMA saja sudah dianggap belajar paling maksimal, jadi ketika kuliah Kami harus lebih genjot atau lebih perhatikan. Butuh perhatian lebih dari Kementerian untuk kawan-kawan yg berada di kawasan yang agak terbelakang ini.
MR: Bagaimana dengan upaya peningkatan kompetensi dosen? AM: Dosen-dosen selalu di-upgrade pengetahuannya. Contohnya, dosen-dosen pergi untuk pelatihan sistem java. Mulai level 1,2,3,4,5,6 berikut untuk pemrograman java juga kami upgrade, kemudian juga Cisco, pelatihannya itu 1 level bisa 2 minggu di beberapa perguruan tinggi ternama. Alhamdulillah, dosen-dosen ini rajin dan pintar, ini yang ditularkan kepada mahasiswa Kami. Dosen bekerja dengan serius, mengajarnya serius, lab-nya harus bagus, lab komputer sejak lima tahun yang lalu sebisa mungkin ditingkatkan sarana dan prasarana. Di kampus Kami ada beberapa unit kegiatan mahasiswa yang di bidang keilmuannya, contohnya website learning community dan Amikom update software community. Dengan begitu kompetensi mereka secara informal pun Kami bantu asah lewat unit-unit itu. Selain itu, Praktek Kerja Lapangannya dilakukan dua kali. Yang PKL1 itu mereka di dunia usaha, dunia industri selama 40 hari, PKL2 mereka di instansi atau sekolah. Biasanya, mereka dari PKL1 sudah banyak yang langsung diminta kerja di sana.
Ir. Lalu Darmawan Bakti
MR: Apakah Amikom sudah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri? AM: Sampai tahap MoU ada dua dengan China, dan tiga dengan Eropa. Dua tahun yang lalu Kami ke Eropa bersama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), Vol.7.I.2017
29
Opini
Melahirkan Lulusan Siap Kerja dan Mandiri Oleh : Sundari Foto : Fatimah
PENDIDIKAN Vokasi selain memiliki knowledge juga kompetensi serta behavior yang menjadi satu kesatuan. Hal itu ditegaskan Pudir Kemahasiswaan Politeknik Negeri Malang, Sidik Ismanu menanggapi banyaknya prestasi yang diorbitkan dari Pendidikan Politeknik. “Saat kegiatan ekstrakurikuler, banyak mahasiswa yang memiliki kemampuan dan behavior yang menghasilkan beragam inovasi. Bahkan mengantarkan mereka juara,” terang Sidik sebagai Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan. Setiap calon mahasiswa yang masuk ke pendidikan vokasi, memang digembleng untuk menjadi lulusan siap kerja. Sebab kurikulum yang ada di dalam Pendidikan Vokasi mengarah pada lulusan yang siap kerja, berkompetensi,
“Ya kalau mengikuti perkembangan zaman, lablab dan peralatan sudah ketinggalan dibandingkan di luar negeri. Saya berharap dengan adanya Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi, peralatan dan laboratorium bisa diremajakan lagi“
Sidik Ismanu
serta memiliki jiwa kepemimpinan. “Kurikulum yang ada 70% disiapkan untuk industri,” tambahnya. Namun di era sekarang ini, Politeknik tidak melulu mendorong lulusannya siap bekerja. Ada juga program untuk menjadikan para lulusan Politeknik menjadi wirausaha. “Kami memiliki mata kuliah kewirausahaan yang isinya memang untuk penguatan, penggemblengan, dan menggodok para mahasiswa untuk bisa mengembangkan dunia usaha,” kata Sidik. Selain itu daya dukung untuk menggairahkan mahasiswa tertarik pada dunia kewirausahaan melalui sejumlah kegiatan yang digelar di Politeknik Negeri Malang ini. Salah satunya Pekan Kreativitas Mahasiswa. “Para mahasiswa bisa mengajukan proposal yang nantinya bisa mendapat pembiayaan dari Kemenristekdikti, untuk pengabdian masyarakat. Umumnya pengabdian ini banyak diisi dengan kegiatan kewirausahaan,” terangnya. Diakuinya bahwa menjadi wirausaha di kalangan mahasiswa Politeknik Negeri Malang belumlah banyak. Sebab kebiasaan orangtua menginginkan anak mereka lulus kuliah langsung bisa mendapatkan pekerjaan. “Ya rata-rata masih seperti itu. Tapi kami tetap mendorong anak-anak agar tertarik pula menjadi wirausaha,” tuturnya. Bahkan kampus Politeknik Negeri Malang pun mengadakan festival kewirausahaan sebagai bagian mendorong para mahasiswa bisa berkreasi, dan menciptakan hal-hal baru yang nantinya bisa dikomersialkan. Sidik menjelaskan pula bahwa Pendidikan Vokasi di Indonesia masih tergolong baru. Usianya baru 34 tahun. Pendidikan vokasi dahulunya merupakan pengembangan dari induknya yakni Perguruan Tinggi Negeri. Untuk Politeknik Negeri Malang sebelumnya menginduk pada Universitas Brawijaya Malang. Belakangan ini animo calon mahasiswa yang masuk ke Politeknik Negeri Malang cukup tinggi. Tahun lalu dari 34 ribu pendaftar hanya diterima 3.000 orang. Minat mahasiswa mengambil studi di Politeknik, sayangnya tidak didukung dengan laboratorium yang ada di kampus. Alasannya, saat para mahasiswa telah lulus dan bekerja di industri bisa langsung mempraktikkannya. “Kalau industrinya selalu lari, lab yang ada masih jalan di tempat. Kami senang dengan adanya Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi ini. Apalagi Pendidikan Vokasi ini sangat perspektif sekali. Lulusanya siap kerja tanpa harus training. Ada penghematan biaya bagi industri yang menyerap tenaga kerja lulusan Politeknik,” pungkasnya.
30
Vol.7.II.2017
Opini
REVITALISASI POLITEKNIK, Oleh : Dr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng. Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bidang Relevansi dan Produktivitas Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa peran Politeknik semakin mengemuka ketika sebuah negara menuntut hasil karya nyata dari suatu penelitian berbasis teknologi dan inovasi Perguruan Tinggi, teristimewa ketika negara menghadapi persaingan bebas dalam suatu kawasan perdagangan tanpa batas, seperti Indonesia. Nusantara yang penuh dengan mutu manikan di dalam perut buminya, membentang diatas garis khatulistawa, dan berada diantara dua samudera dan dua benua menjadikan namanya memiliki makna strategis dalam pembangunan ekonomi kawasan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah itu, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara termaju didunia, tidak hanya di tingkat Asia tetapi mampu melampaui negara maju di manapun saat ini. Dan sumberdaya alam yang melimpah semestinya tidak diobral untuk memperoleh keuntungan sesaat, tetapi diolah menjadi barang jadi yang bernilai tambah tinggi. Penduduk yang berjumlah besar semestinya menjadi market bagi dirinya sendiri. Dengan tren perkembangan itu, akibatnya Indonesia selalu dilemahkan oleh kekuatan politik kawasan, bertujuan agar Bumi Nusantara ini tidak bisa melompat dari jurang kemelaratan, membangun dirinya menjadi negara yang kuat dan penting di kawasan Asia Pasifik ini. Bung Karno bahkan pernah “mengingatkan” lewat pidatonya dalam peringatan Proklamasi 17 Agustus 1963 dengan mengungkapkan :
“ . . . dan sejarah akan menulis: di sana di antara benua Asia dan Australia, antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup satu bangsa yang mula-mula mencoba untuk kembali hidup sebagai bangsa, tetapi akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa, kembali menjadi bangsa kuli dan kuli dari bangsa-bangsa (een natie van koelies, en een kolie onder de naties) . . .”.
Membangun Kemandirian dan Peradaban
dikancah pembangunan ekonomi dan daya saing saat ini karena kepadanya mampu menciptakan sumberdaya manusia terampil menengah dan mampu bekerja secara profesional, membuat prototipe dan peralatan yang siap jual. Merujuk data terkini, saat ini di Indonesia terdapat 262 Politeknik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 166 Politeknik berstatus swasta. Adapun Politeknik Negeri berjumlah 43. Sebanyak 53 lainnya merupakan Politeknik kedinasan. Politeknik paling banyak berada di Pulau Jawa dengan jumlah 128 Politeknik. Berikutnya, sebanyak 60 Politeknik tersebar di wilayah Sumatera, Kepulauan Riau, serta Bangka Belitung. Sementara itu, Papua dan Papua Barat hanya memiliki sembilan Politeknik. Potensi besar Politeknik ini sudah saatnya dirapatkan dalam satu barisan untuk mendukung pembangunan ekonomi bangsa dan daya saing bangsa. Untuk itu Revitalisasi Politeknik perlu dilakukan bertujuan melihat kembali peran yang dulu hanya sebatas pencetak sumber daya manusia menengah terampil dan prototipe untuk pendidikan tetapi kini harus dapat, menjadi agen perubahan ekonomi, menciptakan nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat serta mampu melakukan aliansi strategis dengan pihak lain untuk membangun ekonomi, daya saing dan peradaban bangsa.
Agus Puji Prasetyono
Apakah itu akan terjadi di Indonesia??? Jawaban atas pertanyaan itu ada dalam diri kita. Melalui Politeknik, akankah Indonesia menjadi Negara besar dan maju ? Telah banyak kita lihat, jika Negara hanya bertumpu kepada sumber daya alam, tidak akan pernah menjadi Negara maju. Bukti itu nyata ketika kita melihat belahan dunia yang diterpa kemiskinan dan kemelaratan akibat mengandalkan hidupnya dari sumber daya alam yang sangat terbatas. Sementara itu Negara yang berhasil mensejahterakan rakyatnya, umumnya merupakan Negara yang mengandalkan sumberdaya manusia terampil dan inovasi yang dibangkitkan dari Perguruan Tinggi dan lembaga litbang secara konsisten. Karena itu peran Politeknik menjadi sangat strategis, Vol.7.I.2017
31
Opini Peran strategis Politeknik saat ini Menjadi Middle Skil Workforce dengan keterampilan tinggi, tersertifikasi dan produktif sangat diperlukan di era MEA, tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, ahli robotika, ahli telekomunikasi, ahli pembuat software, super programmer Android, ahli perancang grafis dan animasi, dan ahli-ahli khusus lainnya. Artinya, tenaga kerja di Indonesia akan menghadapi persaingan dari Asia Tenggara. Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat semestinya diantisipasi dengan melakukan formulasi ulang arah dan kebijakan strategis Politeknik saat ini, terutama tenaga kerja yang berkecimpung pada sektor keahlian khusus. Dalam menghadapi persaingan di pasar MEA, seorang yang belajar di Perguruan Tinggi semestinya belajar teori dan praktik yang cukup, agar kelak ketika lulus menjadi unggul dan mampu bersaing di dunia kerja nyata. Menjadi Inovator yang mampu menciptakan system improvement untuk keberlanjutan sistem produksi yang berdaya saing tinggi. Sudah semestinya Politeknik menghasilkan produk yang bisa dijual ke pasar, dengan tingkat kesiapan teknologi TRL (Technology Readiness Level) level 9 sehingga sebuah teknologi sudah dianggap proven atau terbukti andal, lulus uji lapangan, uji fungsi, serta bisa diterima pasar. Hal itu sangat mungkin dilakukan karena Politeknik memiliki infrastruktur yang lebih lengkap dibanding Universitas. Menjadi Enterpreneur dan Technopreneur yang handal, berarti selama belajar di Politeknik menuntut ilmu, mahasiswa semestinya dibekali kemampuan berwirausaha dan Technopreneurship yang tinggi, sehingga ketika lulus mampu menciptakan lapangan kerja baru berbasis teknologi, Industri Pemula Berbasis Iptek perlu terus ditingkatkan agar pengusaha-pengusaha baru yang mampu meningkatkan nilai tambah bermunculan di Negeri yang memiliki sumberdaya alam melimpah. Terlebih jika melihat wilayah 3T (Terdepan, Tertinggal dan Terluar) yang saat ini memiliki sumberdaya manusia terampil yang jauh panggang dari api, maka dipandang perlu mengirim lulusan politeknik yang memiiki jiwa mengabdi dan berdedikasi tinggi untuk menggerakkan roda perekonomian dan pembangunan di wilayah itu. Terdapat sejumlah 3.000 lulusan sarjana mengajar di wilayah 3T semestinya dibarengi dengan 3.000 tenaga terampil lulusan Politeknik memanfaatkan sumberdaya alam di wilayah 3T untuk menggerakkan pembangunan berkelanjutan. Memiliki kemampuan untuk melakukan Aliansi
32
Vol.7.II.2017
dengan Industri serta sumber-sumber investasi ekonomi produktif dalam kerjasama Built Operate Transfer, Joint Operation, Foreign Direct Investment. Hal ini memungkinkan untuk mencegah tenaga terampil dari luar Negeri membanjir ke dalam Negeri, yang dapat mengakibatkan tenaga kerja dalam Negeri hanya menjadi penonton berkiprahnya tenaga kerja terampil luar Negeri. Sungguh hal ini sangat mengkhawatirkan kita semua. Memiliki kemampuan menjadi Asesor dalam Audit Technology. Penerapan teknologi yang tidak relevan dapat menimbulkan dampak negatif, seperti inefisiensi, ketergantungan, dan keterpurukan bangsa akibat salah dalam memilih teknologi dan bisa menjadi malapetaka bagi masyarakat. Upaya untuk mengurangi dampak negatif dari pemanfaatan teknologi melalui Audit Technology, yang bertujuan untuk mencocokan atau membandingkan aset teknologi dengan kriteria/standar yang telah ditentukan. Bencana gagal teknologi adalah semua kejadian yang disebabkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi atau industri. Untuk melakukan mitigasi akan terjadinya kegagalan teknologi tersebut, maka audit teknologi dapat menjadi solusi sebagai alat bantu untuk menentukan analisa risiko, sehingga dapat membantu kelanggengan dunia usaha ke depan dan juga mengurangi risiko bisnis jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perlu dipisahkan antara lembaga yang melaksanakan audit teknologi dengan lembaga yang melakukan pembangunan atau mensuplai teknologi (kontraktor) termasuk lembaga yang memerankan fungsi konsultan teknologi, ketiga peran tersebut tidak dilakukan oleh satu lembaga untuk menjaga independensi. Menjadi Punggawa Reverse
Opini Engineering. Sebagaimana kita ketahui, Reverse Engineering adalah sebuah proses untuk mencari dan menemukan teknologi yang bekerja di balik suatu sistem, perangkat atau objek, melalui sebuah proses analisa mendalam pada struktur, fungsi dan cara kerja dari sistem, perangkat atau objek yang di teliti. Reverse Engineering adalah proses penemuan prinsip-prinsip teknologi dari suatu perangkat, objek, atau sistem melalui analisis strukturnya, fungsinya, dan cara kerjanya. Reverse Engineering sudah dilakukan pada zaman ketika analisis perangkat keras masih bertujuan memperoleh keuntungan komersial. Tujuannya adalah mengetahui cara atau metoda merancang produk akhir dengan sedikit atau tidak ada informasi tambahan benda aslinya karena, informasi pembuatan produk asli tersebut tidak tersedia karena memang dirahasiakan, hilang atau rusak. Teknik yang sama kini diteliti untuk diterapkan pada sistem perangkat lunak turunan, bukan untuk keperluan industri, melainkan untuk menggantikan dokumentasi yang salah, tidak lengkap, atau belum tersedia. Inilah yang harus bisa dilakukan oleh lulusan politeknik yang sangat paham tentang bagaimana membuat produk teknologi meskipun dokumen pendukung tidak lengkap atau bahkan tidak ada..
Langkah-langkah Strategis yang harus dilakukan Politeknik di Indonesia perlu segera beraliansi dengan pelaku industri. Selaku pencetak sumber daya manusia berketrampilan menengah, politeknik diharapkan bisa memetakan dengan baik kebutuhan industri. Dengan begitu, peluang lulusan Politeknik di pasar kerja semakin besar. Saat ini ada 262 penyelenggara Politeknik Negeri dan swasta di Indonesia. Dengan jumlah tersebut, Politeknik berpotensi besar untuk berkontribusi dalam perkembangan industri. Membuat Peta jalan, merupakan langkah awal untuk mewujudkan aliansi ini adalah dengan membuat peta jalan atau road map Politeknik di Indonesia. Masing-masing Politeknik harus bisa mengenali potensinya dan memahami masalah yang dihadapi industri. Dari situlah, Politeknik bisa mulai membenahi kurikulum pendidikannya agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja. Memperkuat kelembagaan, sumberdaya dan jaringan, dalam hal ini, seluruh Politeknik berstatus Negeri didorong menjadi Politeknik berbadan hukum sehingga dapat menghasilkan produk teknologi yang memiliki nilai jual di pasar secara kompetitif. Untuk tahap awal, Kemenristekdikti menantang sepuluh Politeknik Negeri untuk bisa menjadi Politeknik unggulan yang nantinya bisa berstatus badan hukum. Kontribusi terhadap Built Operate Transfer dan Joint Operation. Salah satu jenis perjanjian yang mulai marak saat ini adalah “Build, Operate and Transfer” yang sering sekali oleh banyak pihak disebut transaksi Build, Operate and Transfer, yaitu bangun, guna dan serah, yaitu membangun, mengelola dan menyerahkan ialah suatu bentuk hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam rangka pembangunan suatu proyek infrastruktur. Ketentuan yang
perlu diketahui dalam BOT adalah (a). Bentuk perjanjian kerjasama antara pemegang hak atas tanah dengan investor, (b). Pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa perjanjian, (c). Setelah masa perjanjian berakhir, investor mengalihkan kepemilikan atas bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah. Dan (d). Bangunan yang didirikan investor dapat berupa gedung perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan, rumah toko, hotel, dan/atau bangunan lainnya. Sedangkan Joint Operation (Kerjasama Operasi) merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih di mana masingmasing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risik. Karena itu middle skill workforce sangat penting untuk didorong menjadi penggerak dalam kerjasama ini mengingat substansi dari kerjasama ini sebagian besar merupakan kompetensi lulusan Politeknik. Perlu penyelarasan terhadap perkembangan global, yaitu bahwa tanpa kecuali dihadapkan kepada tantangan universal seperti globalisasi, kemajuan iptek, kecenderungan kepada ekonomi pengetahuan dan ekonomi berjaringan, serta bagaimana faktor lokalitas semakin menentukan posisi masing-masing dalam tata persaingan global. Ketidakwaspadaan dan ketidaksiapan dapat mengancam kemajuan yang dicapai dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, pengembangan kemandirian dan pemajuan peradaban bangsa. Melihat fenomena di sekitar kita, pasar semakin dibanjiri oleh produk-produk impor, sementara produk dalam Negeri tergusur, dan tak sedikit industri kecil dan menengah bangkrut. Industri semakin tergantung pada teknologi asing, diperparah dengan mindset yang sudah teracuni bahwa produk luar selalu lebih baik dari karya bangsa sendiri, menjadi tantangan nyata. Karena itu Indonesia perlu meningkatkan pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan (KBE, knowledge based economy) dan masyarakat berpengetahuan (KBS, knowledge based society) . Keduanya saling menopang satu sama lainnya, dan pembaruan adalah keniscayaan, KBE sangat ditentukan oleh sistem inovasi yang efektif. Status Politeknik berbadan hukum menjadi hal penting, karena dengan status itu, sebuah Politeknik Negeri bisa mengelola sumber daya manusia dan keuangannya secara mandiri atau otonom. Dengan kelebihannya itulah, Politeknik Negeri berbadan hukum bisa melakukan banyak terobosan. Meski memiliki otonomi, Politeknik Negeri berbadan hukum tetap harus tunduk terhadap kebijakan pemerintah, diantaranya tetap harus menerima 20 persen mahasiswa dari kalangan miskin dan harus menerima calon mahasiswa baru dari wilayah pedesaan dan wilayah perbatasan. Dengan ketentuan seperti itu, Politeknik Negeri berbadan hukum tetap diharuskan memberikan layanan pendidikan bagi mahasiswa yang kurang mampu. Marilah kita sambut persaingan bebas dalam masyarakat ekonomi Asean dengan meningkatkan peran Politeknik di segala sektor pembangunan. Jika Politeknik maju, maka Negara sejahtera. Walahualam. Vol.7.I.2017
33
Etalase
Memajukan Pendidikan Tinggi Indonesia Dengan Program
World Class Professor Oleh : Indriyani foto : Indriyani
Tantangan Perguruan Tinggi di Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi adalah kemampuan institusi Pendidikan untuk menempatkan diri sejajar dengan Universitas terkemuka di dunia. Dalam rangka menjawab tantangan tersebut maka segenap sistem nilai yang menjadi kunci untuk mencapai tingkatan sebagai Universitas bertaraf internasional (World Class University) harus dikembangkan dengan sungguh-sungguh, baik instrumen legal sampai terbentuknya budaya berkualitas global dari setiap komponen Perguruan Tinggi. World Class University merupakan Perguruan Tinggi yang siap dan berhasil dalam menghadapi kompetisi di era globalisasi, serta memiliki visi yang tidak hanya berkaitan dengan staf pengajar, peneliti, dan mahasiswa, tetapi juga berkaitan dengan institusi dan mitra global. Dengan demikian, upaya untuk memanfaatkan sumber-sumber daya lokal, Nasional maupun internasional akan memberikan kesempatan untuk menjadikan Perguruan Tinggi di Indonesia sebagai institusi berkelas dunia. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2016 Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti telah menyelenggarakan Program Visiting World Class Professor. Dengan mendatangkan ilmuwan Indonesia yang lama berdomisili di luar Negeri dan selama kurang lebih 4 (empat) hari mereka ditempatkan pada Perguruan Tinggi di berbagai daerah di Indonesia. Para ilmuwan Diaspora tidak hanya dituntut untuk mampu menuntun keinginan para ilmuwan di Perguruan Tinggi Indonesia dalam aktivitas penelitian dan penulisan publikasi,
34
Vol.7.II.2017
namun mereka juga dituntut peka dalam membaca persoalan yang terjadi di tiap wilayah. Terlihat bahwa senyaman apapun fasilitas yang ditawarkan di Negara luar, para ilmuwan Diaspora seakan memberitahu kita untuk segera menilik kembali pada kedalaman diri, tentang apa sebetulnya yang kita miliki. Ilmuwan Diaspora, mengajarkan kita bahwa dalam berinovasi, semestinya atas dasar kebutuhan bukan teori semata. Teori digunakan sebagai pendukung dari penciptaan kebutuhan. Bukan kebutuhan digunakan sebagai keinginan mengejawantahkan teori yang ditemukan. Tahun 2017 ini, Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti kembali meluncurkan program yang sama dengan konsep yang sedikit berbeda. Jika tahun kemarin difokuskan mendatangkan ilmuwan Diaspora Indonesia yang berdomisili di luar Negeri, maka pada tahun ini dengan adanya 2 (dua) skema memungkinkan Profesor yang berdomisili di dalam Negeri untuk turut serta. Kendati demikian, Program World Class Professor 2017 yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kinerja dosen, khususnya produktivitas riset akademis di Perguruan Tinggi, meningkatkan publikasi ilmuwan Indonesia di jurnal internasional bereputasi, meningkatkan peringkat Perguruan Tinggi Indonesia menuju QS World University Ranking 500 dunia, juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses interaksi akademik global antara sesama Dosen yang berada di dalam maupun di luar Negeri. “Program World Class Professor 2017 ini merupakan langkah melakukan percepatan budaya akademis di Perguruan Tinggi, yang hilirnya adalah pengembangan ilmu pengetahuan,
Etalase inovasi teknologi dan peningkatan daya saing bangsa,” tegas Ghufron.
diajukan ke Pemerintah atau penyandang dana internasional”, tambah Ghufron.
Salah satu upaya percepatan budaya akademis di Perguruan Tinggi ini dilakukan dengan mentransformasi Universitas pengajaran (teaching university) menjadi Universitas riset (research university) yang didukung penuh oleh Pemerintah melalui skema World Class Professor for Global Satellite Lab (GSL). Untuk dapat mengikuti program ini diutamakan Profesor yang telah memiliki rekam jejak (track record) sebagai mentor berkelas dunia dalam membangun Global Satellite Laboratory atau Research Center sehingga mampu menawarkan program kerja yang jelas dengan indikator capaian terukur.
Skema B yaitu Visiting World Class Professor dapat diusulkan oleh Perguruan Tinggi Dalam Negeri dengan melibatkan LPNK. Program Skema B ini diutamakan bagi Profesor Indonesia yang dapat memberikan cost sharing dalam pelaksanaan, tidak harus berbentuk uang, baik dari Perguruan Tinggi pengusul maupun dari sumber lain.
“Skema A ditujukan sebagai fine tuning atau perbaikan kualitas publikasi internasional pada jurnal bereputasi bertaraf Q1 SJR-Scimago, peningkatan jumlah Doktor lulusan dalam negeri dengan publikasi berkelas minimal Q3 SJR-Scimago dengan melaksanakan joint supervision dan joint research dengan Dosen muda maupun Dosen senior, peningkatan reputasi akademik dan sitasi per dosen, peningkatan kompetensi Dosen dalam penelitian dan publikasi di jurnal berkelas dunia, serta menggali potensi Dosen dan sumber daya Indonesia untuk kontribusi pengembangan Iptek Indonesia dan global,” jelas Ghufron. “Sedangkan, skema B selain sebagai fine tuning atau perbaikan kualitas publikasi internasional pada jurnal bereputasi, meningkatkan jumlah HaKI, memperluas jejaring internasional dengan menjadi peer review untuk jurnal internasional yang diterbitkan di Indonesia, juga membantu PUI-PT dalam pembuatan proposal untuk memperoleh dana penelitian atau pengembangan proyek pendidikan yang akan
“Intinya, semua bermuara pada peningkatan daya saing bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan dunia,” tutur Ghufron. Dengan adanya Program World Class Professor 2017 ini diharapkan ke depan tidak lagi didapati seorang Profesor yang berkinerja tidak sesuai dengan kewajiban kinerja Profesor. Sekiranya hal ini dapat diwujudkan maka dalam jangka panjang, para Profesor Indonesia ini dapat berkontribusi pada terwujudnya kinerja kelembagaan secara keseluruhan mulai dari tingkat Perguruan Tinggi hingga tingkat Kementerian dan Lembaga.
“Program World Class Professor ini bukan mendatangkan Profesor asing ke Indonesia, namun semua Profesor kita yang berdiaspora dan semua Profesor kita yang berada di dalam Negeri, yang tentunya memiliki reputasi internasional, kami harapkan dapat turut serta memberi sumbangsih terhadap jalannya program ini” - Ali Ghufron.
Vol.7.I.2017
35
Rana
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
36
Vol.7.II.2017
Rana
Vol.7.I.2017
37
Rana
Pada tahun 1979 Universitas Sumatera Utara ditetapkan sebagai salah satu dari 6 Universitas/ Institut yang mendapat proyek pembangunan Pendidikan Politeknik Tahap I dari DIKTI, dengan nama Politeknik Universitas Sumatera Utara (Politeknik USU) Medan. Pembangunan Politeknik USU dibiayai oleh Bank Dunia (World Bank). Pada tahap I yang dibangun adalah pendidikan bidang keteknikan yang pelaksanaannya mendapat bantuan tenaga ahli dari Swiss yang ditempatkan di Medan .
Selanjutnya pada tahap II dibangun pendidikan bidang tata niaga yang didukung oleh bantuan tenaga ahli dan fasilitas dari Australia. Pembangunan pendidikan bidang tata niaga mulai diselenggarakan pada tahun 1986 dan dibantu seorang tenaga ahli dari Australia.
38
Vol.7.II.2017
Rana
Pembangunan Politeknik USU dan Politeknik lainnya, merupakan proyek pemerintah melalui Depdikbud Ditjen DIKTI yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik dikenal dengan singkatan PEDC (Polytechnic Education Development Center) di Bandung.
Melalui Surat Keputusan Mendikbud No. 084/O/1997 tentang Pendirian Politeknik Negeri Medan, maka Politeknik USU Medan secara resmi menjadi Politeknik mandiri dengan nama Politeknik Negeri Medan (Polmed) yang isinya telah diperbaharui dengan SK Mendiknas No.: 130/O/2002 tentang organisasi dan tata kerja Politeknik Negeri Medan.
Vol.7.I.2017
39
Rana
40
Vol.7.II.2017
Rana
Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Utara, Politeknik Negeri Medan saat ini menjadi pusat pendidikan vokasi yang berfokus pada pengembangan kemampuan sumber daya manusia dan memiliki visi global untuk turut serta meningkatkan angka partisipasi kasar pendidikan di Indonesia. Dengan 16 program studi yang ada dan fasilitas kampus seluas 8.5 ha, Politeknik Negeri Medan mempersiapkan kurikulum berbasis kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Politeknik Negeri Medan juga memberikan beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu dan turut serta mengembangkan jiwa wirausaha bagi para peserta didik. Saat ini Politeknik Negeri Medan mendidik lebih dari 5.500 mahasiswa dan telah menamatkan lebih dari 20.000 alumni yang telah bekerja di berbagai sektor industri. Politeknik Negeri Medan secara aktif juga terlibat dalam berbagai penelitian terapan. Selain itu para dosen Politeknik Negeri Medan juga ikut serta dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat sebagai rasa tanggung jawab sosial. Selain itu dalam rangka pengembangan jaringan, Politeknik Negeri Medan juga melakukan berbagai kerjasama dengan berbagai pihak baik regional maupun internasional
Vol.7.I.2017
41
Sosok
Inovator
Mentok Mengejar
Paten & Publikasi Oleh : Sundari Foto : Fajri
42
Vol.7.II.2017
Sosok PARA periset dan peneliti di kalangan perguruan tinggi hingga saat ini masih terfokus pada penelitian untuk mendapatkan paten, dan publikasi baik di dalam dan luar negeri. Mereka melupakan pentingnya hasil inovasi perlu ada standardisasi, agar mudah dipasarkan, produknya aman digunakan, dan menambah nilai ekonomi. Kepala Badan Standardisasi Nasional, Prof. Dr. Bambang Prasetya, M.Sc., menyampaikan hal itu terkait masih minimnya kesadaran para periset ataupun inovator di kampus perguruan tinggi tentang produk yang telah terstandar. “Selama ini mentok pada hasil penelitian untuk kepentingan publikasi dan paten. Sedangkan standarnya masih dilupakan. Padahal produk yang dihasilkan dan akan dipakai konsumen, harus sesuai standar yang ditetapkan untuk perlindungan konsumen,” kata Bambang saat ditemui di ruang kerjanya. Diakuinya bahwa paten dan publikasi penting bagi kalangan dosen, peneliti dan periset, termasuk mahasiswa. Namun standardisasi sering terlupakan. Ia menyebutkan sejumlah inovator dari kalangan perguruan tinggi di Indonesia, yang telah mengeluarkan produk untuk digunakan oleh konsumen masih melupakan soal standar yang digunakan dalam produk tersebut. Alasannya, dengan adanya standardisasi maka konsumen pun akan semakin yakin dan aman bila memakai produk dengan label SNI. “Bahkan di luar negeri produkproduk tanpa ada standarnya akan sulit diterima. Untuk itu sangat penting bagi kalangan inovator di pendidikan tinggi vokasi untuk menyadari pentingnya standardisasi ini,” tambah Bambang. Sebetulnya BSN sudah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia, baik swasta maupuyn negeri untuk melahirkan para ahli di bidang standardisasi. Apalagi perguruan tinggi merupakan gudangnya inovator atau kalangan intelektual yang setiap saat bisa menciptakan bermacam inovasi. Demikian juga dengan perguruan tinggi vokasi seperti politeknik, juga dikenal gudangnya inovator. Bambang berharap di era globalisasi ini, sudah tidak zaman lagi bagi inovator melupakan standardisasi. Diakuinya telah lama BSN menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang erat kaitannya dengan kebutuhan dunia industri, sebagai pengguna standar dan perguruan tinggi sebagai penyedia sumber daya manusia di bidang standardisasi.
Dengan banyaknya ahli di bidang standardisasi sangat membantu untuk menggerakkan kalangan inovator di kampus, untuk menyertakan produk inovasinya agar diberi standar sesuai kebutuhan industri. “Keuntungan hasil inovasi yang sudah ada standarnya cepat diterima industri. Bahkan mempermudah para inovator mendapatkan kepercayaan karena hasil inovasinya diserap industri dan dipasarkan. Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri juga begitu,” ujar Bambang. Di luar negeri, persoalan standardisasi sudah menjadi kewajiban. Untuk itu kantor pusat standardisasi biasanya berdekatan dengan kampus. Bambang siap mendukung hasil-hasil inovasi dari kampuskampus politeknik untuk melalui proses standardisasi. Caranya cukup beragam. Mulai dari memberikan mata kuliah standardisasi satu atau dua SKS hingga praktek. Dengan mengenalkan ilmu standardisasi maka para inovator, mahasiswa, peneliti akan semakin memahami pentingnya standardisasi. Bambang pun mengaku prihatin di era serba terbuka ini, banyak sekali produk-produk dari luar masuk tanpa dilihat bagaimana standarnya. “Maka standardisasi ini penting untuk melindungi produk dalam negeri. Kalau produk luar masuk tidak bisa bebas. Harus memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah Indonesia. Ini tujuannya melindungi produk dalam negeri,” terang Bambang. Contoh yang paling gamblang ban impor yang akan masuk ke Indonesia harus menjalani tes tusuk. Tujuan tes tusuk ini untuk melihat kekuatan ban saat melintas di jalan berbatu, licin, berlubang, hingga jalan yang mulus. “Struktur jalan di dalam dan luar negeri berbeda. Untuk itu tes tusuk ini bagian dari standardisasi yang harus dipenuhi. Ini juga bagian dari melindungi produk dalam negeri,” ungkapnya. Demikian juga dengan beragam produk dari luar yang ingin bersaing dengan produk lokal, melalui standardisasi membawa nilai lebih bagi produk dalam negeri. Selain memproteksi dari serbuan produk luar, produk atau inovasi dalam negeri bisa merebut pasar lebih luas . Untuk itu, lanjutnya hasil inovasi harus didukung dengan standardisasi selain paten dan publikasi. “Sudah saatnya dilakukan. Dengan ada standardisasi maka hasil inovasi ini memiliki nilai plus dibandingkan lainnya. Bahkan lebih mudah dipasarkan,” pungkasnya. Vol.7.I.2017
43
Sosok
Mengubah Mindset
Harus Jadi Sarjana
Oleh : Sundari Foto : Ardian
PENDIDIKAN Vokasi bila digarap serius, maka di masa mendatang akan mengubah wajah Pendidikan Tinggi di Indonesia. McCansey Global Institute meramalkan bahwa Indonesia akan menjadi 7 negara besar dunia di 2030, dan memerlukan 113 juta pekerja terampil. Belum lagi menurut Presiden Joko Widodo, untuk menjalankan Nawa Citanya memerlukan tenaga terampil untuk membangun infrastruktur yang super hebat sampai dengan 2019. Dr. Illah Sailah, Koordinator Kopertis Wilayah III Jakarta menyampaikan hal itu saat diwawancarai Majalah Ristekdikti di ruang kerjanya. “Sebab yang terjadi sampai sekarang ini orang tua di Indonesia lebih suka menyekolahkan anaknya di Universitas karena orientasinya ingin anaknya menjadi Sarjana. Sangat sedikit orang tua yang menyekolahkan anaknya di Politeknik atau Akademi yang menawarkan program Diploma untuk membekali lulusannya menjadi sumberdaya manusia yang terampil untuk melakukan keahlian tertentu,” ujar Illah. Masalah gengsi ini menjadi kendala berkembangnya Pendidikan Vokasi di Indonesia. Illah menyebutkan bahwa hingga kini jumlah mahasiswa yang menimba ilmu pada Pendidikan Vokasi kalah jauh dibandingkan mereka yang belajar di Universitas. “Untuk program studi Pendidikan Vokasi di Perguruan Tinggi Swasata (PTS) di lingkungan Kopertis Wilayah III saja hanya 24%, sedangkan untuk program studi S1 (Sarjana) mencapai 59%. Kemudian jumlah mahasiswanya tidak sampai 100 ribu orang. Tapi kalau S1 mencapai 510 ribu mahasiswa. Lihat perbandingannya cukup mencolok,” jelasnya. Menurutnya jumlah program studi Vokasi di PTS jauh lebih banyak dibandingkan hitungan Nasional hanya 15%. Padahal di lapangan kerja, industri atau perusahaan lebih
44
Vol.7.II.2017
Sosok menginginkan lulusan dari Pendidikan Vokasi D3 atau D4. Alasannya lulusan Politeknik ini jauh lebih siap bekerja karena lebih terampil. “Sebab dalam kurikulumnya hampir 70% adalah praktik di dalam laboratorium ataupun di lapangan, sisanya memahami teori. Untuk menjadi seorang yang dianggap profesional di bidangnya, mahasiswa Politeknik di beberapa bidang harus lulus uji kompetensi. Itulah yang disukai dunia industri. Ketika lulus, mereka langsung bekerja tanpa harus banyak dilatih terlebih dahulu,” ungkap dosen yang mengajar IPB ini. Pendidikan Vokasi di Luar Negeri, sudah berkembang cukup jauh. Bahkan banyak para ahli yang mengajari transfer teknologi di Indonesia, merupakan lulusan Pendidikan Vokasi. “Pendidikan yang diterapkan di Luar Negeri menggunakan block system. Misalnya mahasiswa disuruh membuat mur atau baut, setiap hari selama delapan jam sampai mahasiswa itu mahir membuatnya. Block system ini sudah diterapkan juga di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dan Politeknik ATMI Solo,” katanya. Diakui untuk PTS di DKI Jakarta yang fokus untuk Pendidikan Vokasi dalam bentuk Politeknik memang tidak banyak. Illah memberikan gambaran bahwa saat ini para lulusan D3 dan D4 langsung diserap perusahaan atau industri. Sementara itu bagi yang akan melanjutkan ke jenjang S2 dan S3 terapan, -- demikian sebutan untuk jenjang lebih tinggi lagi dalam Pendidikan Vokasi - programnya belum tersedia. Kekurangan program pascasarjana terapan ini lantaran dosen yang akan mengampu dengan kualifikasi yang tepat dibidangnya belum tersedia. “Nah selama ini masih kesulitan mendapatkan kualifikasi itu,” terang ahli bela diri Taekwondo itu. Illah menyarankan untuk dosen yang berkualifikasi Magister atau Doktor filosofi agar menempuh sertifikasi di bidang yang akan diampunya untuk meningkatkan kompetensi substansi dalam pembelajaran pada Pendidikan Vokasi. Itulah sebabnya sekarang ini untuk menjawab kekurangan SDM lulusan Politeknik, perusahaan-perusahaan mendirikan Sekolah/Politeknik sendiri. Seperti PT PLN mendirikan STT PLN, PT Telkom mendirikan Universitas Telkom, kemudian PT Astra yang bergerak di industri otomotif juga membuka Politeknik Astra. Lulusan sekolah-sekolah Vokasi itu langsung bisa berkoneksi dengan induknya. “Kalau lulusan Astra ya bekerja di industri otomotif, PLN demikian juga dan seterusnya,” tuturnya. Untuk itu, bila Pendidikan Vokasi bisa bersinar dan meningkat peminatnya, perlu banyak pembenahan termasuk mengubah cara berpikir masyarakat . “Mindset bahwa anak harus jadi Sarjana harus diubah. Pendidikan Vokasi bukan second class. Apalagi untuk D4 atau Sarjana terapan Itu sama dengan S1. Kementerian Ristekdikti pun sudah menetapkan bahwa untuk gelar lulusan D4 adalah Sarjana Terapan. Ini bagian upaya untuk menarik minat masyarakat beralih ke Pendidikan Vokasi,” ujar mantan Direktur Belmawa Ditjen Pendidikan Tinggi itu.
Agar Pendidikan Vokasi di Indonesia tidak ketinggalan, lanjut Illah alangkah baiknya Perguruan Tinggi membuka dialog dengan DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri), agar diketahui kompetensi apa saja yang kini dibutuhkan di sektor industri. Kemudian, dosen dan mahasiswa diberi peluang dengan mudah untuk magang di perusahaan. Mahasiswa praktik lapang atau magang jangan dijadikan beban perusahaan. “Dosen perlu magang agar bisa mengetahui perkembangan teknologi di industri saat ini. Dosen bisa menjadi problem solver bagi perusahaan saat menghadapi masalah. Intinya ada win-win solution antara Politeknik dengan perusahaan. Perusahaan dapat menjadi tempat magang, praktik, dan wahana mengembangkan riset, sekaligus tempat menerapkan inovasi para dosen dalam skala industri, dan sebagainya,” paparnya. Illah mengusulkan perusahaan yang sudah bekerja sama dengan Politeknik atau Akademi, bisa mendapat insentif seperti keringanan pajak dari Pemerintah. Sedangkan perusahaan-perusahaan kecil bisa diberi kemudahan mendapatkan modal. Selain itu tentang isu SDM, Pemerintah harus memiliki peta kebutuhan dosen Vokasi. Dengan adanya peta itu maka Perguruan Tinggi bisa mengetahui berapa banyak dosen yang dibutuhkan untuk memperkuat dan mengembangkan Pendidikan Vokasi di Indonesia. Sekaligus juga Kementerian perlu menentukan program studi Diploma apa saja yang saat ini dibutuhkan oleh industri yang harus dibuka di Indonesia. Agar pendidikan Vokasi berkembang, Kementerian Ristekdikti perlu membuat klaster Pendidikan Vokasi yang mendesak untuk dibuka, dan memberikan mandat kepada Politeknik atau Akademi yang sudah memenuhi standar minimal. “Kedua membuat peta kebutuhan dosen, dan memberikan afirmasi untuk melanjutkan studi kepada para dosen pada jenjang Magister dan Doktor terapan. Ketiga meremajakan peralatan laboratorium di berbagai Politeknik dan Akademi untuk PTS melalui PP-PTS. Dan keempat melakukan promosi yang terus menerus di berbagai media agar terjadi perubahan mindset masyarakat untuk mengarahkan anaknya masuk ke Politeknik atau Akademi atau program Diploma pada umumnya. Menjadi Sarjana bukan segalanya. Mari kita gaungkan ‘Pendidikan Vokasi, Solusi!’,” tegasnya.
Vol.7.I.2017
45
Infografis
46
Vol.7.II.2017
Infografis
Vol.7.I.2017
47
Infografis
48
Vol.7.II.2017
Infografis
,
Vol.7.I.2017
49
Inovasi
Aplikasi Smart Green House (SGH) : Buat Tanaman “Berbicara”
Oleh : Doddy Foto : Fatimah dan Budhi Gandana
Bagaimana mungkin bisa? Mungkin itu yang terfikirkan oleh kita saat melihat judul diatas. Hal seperti itu hanya ada di dunia khayal atau film fiksi belaka, kemungkinan hal itu yang banyak tersirat di logika banyak orang. Tapi tidak dengan produk riset prototipe yang sedang dikembangkan oleh Program Studi Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang (Polines). Dengan aplikasi berbasis web yang sedang dibuat, seolaholah tanaman akan dibuat berbicara kepada kita seperti orang tua yang sedang menerima aduan dari anak-anak kita. Aplikasi yang rencana kedepannya akan bernama aplikasi Smart Green House (SGH) ini membuat cerita-cerita di dunia fiksi akan menjadi kenyataan. Terlebih lagi dengan era teknologi yang semakin maju di jaman modern ini. Menurut Helmy dan Arif, dosen sekaligus peneliti yang mengembangkan aplikasi ini, nanti produk ini akan menjadi satu paket, yaitu aplikasi sekaligus sensor. “Caranya adalah kita menaruh sensor di sekeliling tanaman, nanti dari sensor-sensor tersebut akan memberikan notifikasi melalui email kepada pemegang aplikasi dari hasil monitor tanaman. Pada aplikasi tersebut akan muncul notifikasi tentang kebutuhan air/larutan, kelembaban, temperatur, dan kebutuhan nutrisi untuk tanaman. Jadi seolah-olah masing-masing tanaman akan melaporkan dirinya masingmasing kepada kita tentang kehidupan mereka, dengan kata
50
Vol.7.II.2017
lain mereka seperti berbicara atau mengadu kepada kita, aplikasi ini bisa kita gunakan di Handphone. Saat ini kita baru mencoba pada tanaman hidroponik” ucap Helmy dengan mantap. Menurutnya pengembangan aplikasi ini berawal dari hobi, dimana di kota lahan juga semakin sempit, terutama kesibukan hidup yang tidak memungkinkan untuk memonitor langsung tanaman yang sudah ditanam. Helmy menjelaskan bahwa sementara berfokus kepada tanaman hidroponik karena pangsa pasar tanaman hidroponik semakin meningkat. “Tanaman hidroponik ini sekarang sudah menggeliat masuk ke dalam pasar yang besar, permintaan dari restoran dan supermarket sangat tinggi, terutama selada. Namun kendalanya adalah, tanaman hidroponik ini rentan bila tidak dirawat baik, oleh karenya diperlukan monitoring yang cepat untuk mengatasinya, yaitu dengan aplikasi SGH yang sedang dikembangkan” jelasnya. Untuk penelitian saat ini, Helmy mengungkapkan bahwa penelitian ini juga didukung oleh penelitian mahasiswa. Penelitian aplikasi ini dijadikan Tugas Akhir oleh mahasiswa, karena ketentuan di Polines saat tugas akhir, setidaknya mahasiswa sudah menghasilkan satu produk, dan penelitiannya dilakukan dalam satu tim.
Inovasi Menurut Helmi, kedepannya dengan aplikasi SGH ini, seluruh tanaman di dunia ini dapat melaporkan dirinya sendiri untuk optimasi pertumbuhan. Terkait dengan pertumbuhannya dan perawatannya. Akan timbul data-data dari tanaman itu sendiri untuk langsung ditanggulangi oleh pemilik tanaman lewat notifikasi yang muncul,” katanya. Menariknya, meskipun produk ini masih prototipe, namun sudah banyak dipesan oleh beberapa pemilik lahan pertanian di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. “Sudah ada yang pesan, namun tahapnya masih uji coba saja, karena masih prototipe, dan pengembangannya masih jauh karena sebenarnya akan ada tahap monitoring, controlling, dan penambahan fitur,” ujar Helmy sambil tersenyum. Selain itu menurut Tito, dengan teknologi yang digunakan akan semakin efisien dan mempersedikit pengeluaran para petani. “Pada penelitian ini saya lebih mengembangkan sisi monitoring dan controlling dengan menggunakan alat yan bernama Arduino. Yaitu alat microcontroller dari Italia, sehingga kita tinggal memasukkan program dan mengkoding untuk data-data dari sensor. Jadi kita atur keluarannya sesuai keinginan kita, tinggal nanti diaplikasikan di website dan aplikasi berbasis android,” jelas mahasiswa semester akhir Polines itu.
Tito mengutarakan bahwa sebenarnya produk SGH ini memang sudah siap dilempar ke pasaran, hanya saja masih terbentur pada alat sensor yang terbatas, karena produknya hanya baru bisa didapat di luar negeri dan harga masih terlampau mahal. Tapi kedepannya menurut Tito akan dicoba memproduksi sendiri untuk alat sensor pendukung aplikasi SGH. Di masa depan bidang pertanian akan sangat terbantu dengan hadirnya aplikasi ini. Namun yang paling penting adalah bahwa teknologi di dunia fiksi belum tentu hanya menjadi khayalan, namun kita bisa merealisasikannya di dunia nyata lewat riset dan inovasi.
“Dimasa depan aplikasi ini akan membantu pemilik tanah dan petani meningkatkan taraf ekonomi kehidupannya” -Helmy & Tito
Vol.7.I.2017
51
Inovasi
Oleh : Doddy Foto : Ardian
Pernahkah kita melihat beberapa film fiksi ilmiah dimana sebuah mobil bahan bakarnya hanya diambil dari air yang biasa kita dapat di sekeliling kita? Atau pernahkah kita bermimpi mempunyai alat-alat transportasi lainnya hanya dengan menggunakan bahan bakar air? Seperti kita tahu selama ini minyak bumi sebagai bahan dasar seperti bensin dan solar yang dibuat agar kendaraan berfungsi, telah mengalami penurunan luar biasa dalam produksinya, sehingga harga bahan bakar tersebut menjadi mahal di pasaran. Dengan demikian diperlukan energi terbarukan (renewable energy) yang didapatkan dari hasil penelitian dan inovasi. Dengan semangat menciptakan energi terbarukan tersebut, Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) berusaha menciptakan alat yang dapat merealisasikan hal tersebut. Alat tersebut kini bukan hanya impian, alat tersebut sudah diciptakan oleh dosen dan mahasiswa dari program Teknik Energi Polsri.
52
Vol.7.II.2017
Menurut Ahmad Zikri, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia sekaligus dosen yang mengembangkan alat tersebut, cara kerja dari alat ini adalah memisahkan antara hidrogen dan oksigen yang merupakan senyawa dari air. “Salah satu inovasi mahasiswa program teknik energi adalah menghasilkan energi yang sifatnya renewable/ bisa terbaharui. Jadi yang awalnya berupa air, bisa di konversi menjadi gas hidrogen. Gas hidrogen disini bisa kita manfaatkan langsung sebagai gas bahan bakar,” jelasnya. Keunggulan dari produk ini menurut Zikri adalah meskipun inovasi hidrogen ini sudah lama dikenal, tetapi rata-rata gas hasilnya dalam kondisi tercampur, selain hidrogen, alat ini juga menghasilkan oksigen. Kalau keadaannya tercampur, riskan akan terjadinya ledakan pada saat proses pembakaran, kalau memang murni hidrogen, maka dapat dikatakan aman untuk bisa dimanfaatkan. “Disini kami menginovasikan agar alat ini bisa memisahkan antara molekul hidrogen dan molekul oksigen tersebut. Terdapat 2 jalur produk disini yang merah itu jalur produk
Inovasi
Mobil Berbahan Bakar Air, Mengapa Tidak?
industri yang memesan alatnya. Namun, dirinya ingin agar alat ini dapat diterapkan langsung di masyarakat, karena menurutnya alat ini dapat dibilang sangat sederhana dan dalam pembuatannya tidak menelan biaya yang terlalu mahal. “Untuk rencana kedepan, kendala yang ada di kami adalah produksinya masih terbatas, jadi kami ingin ada peningkatan skala sehingga bisa diterapkan langsung pada masyarakat. Kalau ke industri mungkin kami harus membuat MoU atau semacamnya terlebih dahulu, tetapi kalau ke masyarakat kami hanya ingin bisa menguntungkan untuk mereka karena disini hanya modal awal berupa alat sederhana saja yang dibutuhkan, dan selanjutnya tidak butuh pendanaan lebih lanjut, karena energi listrik yang dipakai alat ini berasal dari sel surya kemudian di konversi menjadi energi hidrogen,” jelas pria yang mendapat hibah dosen pemula 2016 dari Kemenristekdikti ini. Menurut Tahdib, Kepala Laboratorium di Jurusan Teknik Kimia, Program Studi Tehnik Energi Polsri, inilah pentingya Pendidikan Tinggi Vokasi, terutama Politeknik. Tahdib menuturkan kalau Kemenristekdikti sekarang sedang meningkatkan Pendidikan Tinggi Vokasi, dirinya setuju bahwa mutu Politeknik semestinya harus lebih di tingkatkan lagi, karena Pendidikan Vokasi mahasiswanya mendapatkan pengetahuan mulai dari teori, teknik, teknologi, dan praktik di lapangan juga mendapat porsi yang sama rata. “Lulusan kami juga ada yang beberapa sudah diterima bekerja di luar Negeri pada industri minyak di Qatar, dan di dalam Negeri sudah ada beberapa yang diterima di perusahaan besar seperti Pertamina. Kami memiliki grafik yang bagus untuk mahasiswa lulusan dari Politeknik Negeri Sriwijaya, dari tahun ke tahun naik dan lulusannya cepat diserap industri,” pungkasnya.
oksigen sedangkan yang biru itu jalur produk hidrogen,” terangnya sambil menunjuk struktur alat tersebut. Zikri menambahkan, meskipun masih dalam bentuk prototipe, namun alat ini, dalam pengembangannya hasil gas hidrogen tersebut sudah dapat digunakan untuk pengelasan (proses las). Bahkan terang Zikri alat ini akan coba digunakan pada kendaraan/transportasi saat Asian Games di Palembang 2018 nanti. “Saat ini Pemerintah Provinsi sudah meminta kami untuk memasang alat tersebut pada beberapa kendaraan di Asian Games nanti di 2018, tinggal proses resmi kerjasamanya saja yang akan dilakukan sebentar lagi. Perencanaannya juga kami akan membuat mobil untuk gelaran Asian Games, tetapi mobil ini dengan bahan bakar hidrogen.
Ahmad Zikri
Bentuknya seperti apa yang jelas nanti dianggap itu sudah menjadi kendaraan khusus Asian Games,” ungkapnya. Zikri pun memiliki angan yang sangat besar di masa mendatang. Ia mengakui memang saat ini belum banyak Vol.7.I.2017
53
Inovasi
Alat Pendeteksi dini
PenyakitJantung Oleh : Citra, Wawan Foto : Ifan
Sarjana Teknik Sipil sekaligus Doktor bidang Teknik Biomedis ini mengkombinasikan dua disiplin ilmu yang ia dalami ke dalam sebuah alat medis pendeteksi dini penyakit kardiovaskular. Memindahkan prinsip kerja mekanik ke tubuh manusia. Ditemui di lantai 3 gedung Labtek 8, Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) di jalan Ganesha, Bandung, Dr. Hasballah Zakaria, ST, M.Sc menceritakan banyak tentang hasil temuannya yang diberi nama NIVA (Non Invasive Vascular Analyzer). Sebuah alat hasil penelitiannya yang berangkat dari keprihatinannya terhadap tingginya harga peralatan medis untuk menangani pasien penyakit kardiovaskular. “Peralatan medis untuk menangani pasien penyakit kardiovaskuler memiliki harga yang mahal dan masih didominasi produk luar negeri (impor),” kata Pria yang menempuh S2 di University of Pittsburg ini. Padahal menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menjadi salah satu Negara yang potensi kematian akibat penyakit jantung dan persoalan pembuluh darahnya tinggi. Berdasarkan data WHO, lebih dari 80 persen kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah terjadi pada Negara dengan tingkat penghasilan rendah-menengah seperti Indonesia.
54
Vol.7.II.2017
Jika tidak ada terobosan untuk mengatasi kondisi ini, maka kata Hasballah, dapat dipastikan akan menjadi salah satu beban yang cukup tinggi bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan di berbagai Negara berkembang, terutama Indonesia. Menurut Hasballah, potensi kematian akibat penyakit ini dapat ditekan secara signifikan, dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif. Hal itu yang kemudian mendorongnya untuk mengembangkan metode dan perangkat deteksi dini penyakit kardiovaskular. “Deteksi dini akan lebih efektif dan murah untuk menghadapi kenyataan dan kondisi tingginya potensi kematian akibat penyakit kardiovaskular tersebut,” kata Hasballah. Lebih jauh Hasballah memaparkan, penyakit kardiovaskuler diawali dari munculnya “plaque‟ pada pembuluh darah koroner yang menjadi penyebab utama terjadinya penyumbatan. Plaque akan terbentuk pada pembuluh darah yang kurang sehat karena adanya kelainan pada sel endotel (sel pada lapisan terdalam yang langsung bersentuhan dengan aliran darah). Pembuluh darah secara fungsional mempunyai aktivitas mengembang dan kembali ke diameter normal secara teratur dan fungsi ini diatur oleh Nitric Oxide (NO) yang diproduksi oleh lapisan endotel pembuluh darah. “Jadi, dengan mengukur ‘tingkat kesehatan’ fungsi endotel
Inovasi (pembuluh darah), risiko munculnya ”plaque‟ dapat dikurangi dan diketahui sejak dini,” terang Hasballah. Perangkat deteksi dini penyakit kardiovaskuler yang dikembangkan pada penelitian ini pun sebenarnya memiliki prinsip kerja dasar yang sederhana. Lulusan terbaik Teknik Sipil ITB ini mencoba memindahkan prinsip kerja mekanik ke dalam tubuh manusia. Hasballah mencoba mengukur tubuh manusia, dengan mengukur kualitas aliran darahnya. Secara umum, jika pembuluh darah tidak bisa kembang kempis, berarti ‘pipa’ (pembuluh darah) tersebut sudah kaku atau tidak normal lagi. “Kalau darah mengalirnya terlalu cepet berarti pembuluh darahnya sudah kaku, sebaliknya jika alirannya lambat artinya masih lentur. Itu yang bagus,” jelas Dia. Cara menggunakan alatnya pun mudah, hanya dengan menjepitkan alat sensor fotopletismografi pada jari tangan dan sensor tekanan yang digunakan untuk mengukur tekanan darah di lengan dan kaki. Sensor fotopletismografi ini mampu mendeteksi perubahan volume darah mikrovaskuler secara optis dengan hasil pengukuran objektif (tidak tergantung operator). Pengukuran perubahan volume darah mikrovaskuler secara kuantitatif berkorelasi dengan jumlah NO (secara tidak langsung) yang diproduksi oleh sel entodel yang terkait dengan fungsinya terhadap pembuluh darah. Dengan mengembangkan model matematika “tingkat kesehatan pembuluh darah‟ yang tepat, sinyal yang didapatkan dari sensor PPG (photoplethysmograph) ini, dapat diproses lebih lanjut untuk mendapatkan parameterparameter yang dibutuhkan.
digunakan untuk menggambarkan kondisi kesehatan pembuluh darah. “Sensor tekanan digunakan untuk mengukur tekanan darah sistol,” imbuhnya. Terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat kesehatan pembuluh darah yang diolah dari nilai sistol. Termasuk gelombang tekanan yang dihasilkan sensor tekanan ketika melakukan pengukuran tekanan darah juga dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kesehatan pembuluh darah. “Semua parameter baik dari sensor PPG maupun sensor tekanan darah didapat secara non-invasif,” terang Hasballah. Ia berharap, pendekatan ini merupakan tindakan preventif yang lebih efektif untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler, dimana perangkat yang dihasilkan akan mudah diproduksi secara massal oleh industri dalam negeri. Sistem yang akan digunakan untuk melakukan berbagai eksperimen dan pengukuran awal (development system) terdiri atas sensor PPG dan akuisisi sinyal, pengukur tekanan darah (tensimeter), vascular doppler yang tersambung ke stetoskop elektronik, dan elektrokadiograf (EKG). Semua alat tersebut akan dikendalikan oleh sebuah komputer untuk melakukan sinkronisasi dan pengolahan sinyal secara digital. Setelah menentukan model matematika yang tepat disertai pengembangan algoritma yang dibutuhkan, pada akhir penelitian akan dihasilkan suatu perangkat deteksi dini penyakit kardiovaskuler sebagai target sistemnya.
“Setelah alat sensor dijepit, Kemudian diukur kira-kira tujuh menit, untuk versi lengkap bisa 30 menit. Kemudian nanti akan keluar hasil dalam bentuk kertas,” ujar Hasballah sembari mempraktikkan NIVA kepada salah satu staf di laboratorium tersebut. Hasil dalam kertas itulah yanh akan dianalisis dokter, untuk melihat sejumlah parameter. Termasuk rasio tekanan darah sistolik, di tulang kaki dibandingkan dengan pergelangan tangan. “Jadi kalau ada penyumbatan bisa ketahuan, apakah di pembuluh darah selangkangan, pembuluh darah leher karotit atau aorta,” sebut Hasballah. Pendalaman mengenai korelasi antara sinyal PPG yang diukur dengan parameter-parameter yang menggambarkan “kelenturan pembuluh darah” akan menghasilkan suatu indeks (arterial stiffness index) yang digunakan sebagai ukuran objektif (tanpa operator) untuk menggambarkan “tingkat kesehatan pembuluh darah‟. Sama halnya dengan sensor fotopletismografi, sensor tekanan juga dapat
Vol.7.I.2017
55
Inovasi
Hasballah menjelaskan, kegiatan penelitian ini merupakan kolaborasi antara tim dokter jantung dan pembuluh darah. Bekerja sama dengan tim instrumentasi dan pengolahan sinyal yang diawali dengan pemilihan sensor, dilanjutkan pengembangan model dan algoritma untuk mendapatkan parameter-parameter yang dibutuhkan. Selain itu, tim akan bekerja sama dengan mitra pelaku industri untuk melakukan berbagai optimasi, baik dari sudut kualitas, biaya, dan kecepatan produksi (quality, cost, and delivery) sehingga dapat secepatnya dilanjutkan ke tahap produksi oleh industri dalam negeri. “Tahun ini dilempar ke industri. Harapannya dapat menyediakan prototype dulu,” tegas Hasballah. Terkait desain dan implementasi produk sistem deteksi dini penyakit kardiovaskular ini dilakukan dengan
56
Vol.7.II.2017
“Kalau ada alat ini, produksi dalam Negeri, mungkin biayanya bisa hanya 50 ribu Rupiah per orang, sama mudahnya seperti memiliki blood presure di rumahrumah”
mempertimbangkan aspek ergonomis. Pada tahun ketiga penelitian ini, implementasi produk dibuat dengan bahan yang lebih ringan, sehingga memudahkan untuk dipindah agar dapat disesuaikan dengan kondisi sekitar.
Inovasi
“Tempat penyimpanan perangkat juga disesuaikan dengan bentuk dan ukuran perangkat keras, baik tempat pengontrol, laptop, maupun printer,” sebut Hasballah. Perjalanan NIVA untuk dapat dijual dan dimanfaatkan untuk masyarakat terbilang masih panjang. Berdasarkan pengalaman pada alat-alat medis lain, paling tidak masih dibutuhkan waktu sekitar 5 tahun lagi terhitung dari sekarang. “Berdasarkan pengalaman, dari mulai masuk industri masih sekitar 5 tahun lagi, karena harus buat prototype lagi, uji Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) setelah itu baru diuji di RS, kemudian minta izin edar dari Kemenkes. Ya sekitar 5 tahun lagi dari sekarang,” papar Hasballah.
luas, dapat menggeser penyakit jantung agar tidak menjadi penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia lagi. “800 ribu orang setiap tahun. Kalau kita bisa tangkap setengahnya saja, sudah berkurang banyak orang yang beresiko meninggal karena jantung,” serunya. Saat ini, kata Hasballah, teknologi preventif jantung belum ada sama sekali. Padahal mencegah itu murah sekali jatuhnya, dibanding harus pengobatan, operasi pasang ring. Ia menambahkan, di luar Negeri teknologi preventif juga belum banyak berkembang. Hanya Amerika yang paling perhatian dalam pengembangan alat sejenis ini. “Namun cukup mahal harganya. Jepang juga sudah memproduksi,” tutup Hasballah.
Ia berharap, jika alat ini sudah dapat digunakan masyarakat Vol.7.I.2017
57
58
Vol.7.II.2017
Vol.7.I.2017
59
60
Vol.7.II.2017