REVITALISASI KAWASAN PECINAN SEBAGAI PUSAKA KOTA (URBAN HERITAGE) MAKASSAR KHILDA WILDANA NUR 3208203401 PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 1
Latar Belakang
• Sejarah artefak kota : wadah yang mengukir kehidupan kota dan telah membentuk nilai-nilai kekuatan dalam masyarakat yang dikenal sebagai ciri kota sebagai identitas yang dimiliki kota (Soetomo, 2009) • Perkembangan suatu kota tidak akan lepas dari kehadiran kawasan kota lama. Kota lama dalam suatu kota bernilai positif dan sebagai titik referensi (Rossi:1982). • Makassar : kota dengan jejak sejarah berpotensi untuk dikembangkan sebagai urban heritage tourism. • Tahun 2004 Makassar Great Expectation City, kota Makassar sudah mulai melakukan pembangunan sarana publik yang baru dan berkualitas . • Animo dan jumlah wisatawan terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan beragamnya tempat wisata & hiburan di Kota Makassar (Kosasih dlm Gobel ;2009) • Permukiman multi etnis di Kecamatan Wajo, berdampingan dengan Pelabuhan Makassar, cikal bakal perkembangan multi etnis. • Pecinan sebagai salah satu unsur perkotaan dapat menjadi suatu pembentuk citra kota dan aset yang dapat dikembangkan menjadi komoditas melalui pengembangan kawasan wisata. • Sebelum meresmikan kawasan Pecinan sbg objek wisata kota, yang pelu dilakukan terlebih dahulu mengaktifkan kegiatan yang berbudaya Cina, sehingga orang seakan-akan mereka berada di Cina. (Darwis, Riyanto, 2004)
Rumusan Masalah •Apakah Kawasan Pecinan Makassar ini telah memenuhi sebagai kawasan pusat orientasi kegiatan (nodes) sebagaimana karakteristik kondisi Pecinan pada umumnya ? •Bagaimana upaya-upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan vitalitas kawasan Pecinan di Makassar?
Tujuan Merumuskan panduan revitalisasi kawasan pusat orientasi (nodes) sebagaimana karakteristik Kawasan Pecinan serta meningkatkan vitalitas kawasan sebagai pusaka kota Makassar 2
Kawasan Pecinan sbg referensi Sejarah Pembentukan kawasan Pecinan Istilah
Pecinan berbeda setiap daerah, mis. Little Taipei di California, Little Shanghai di NSW, Little Hongkong di British Columbia Terbentuk dari migrasi para imigran Cina, Hongkong, Taiwan, Asia Tenggara,didasarkan pada ketidakstabilan politik dan orientasi prospek ekonomi Asia Tenggara Indonesia Daerah persinggahan jalur perdagangan India-Cina menunggu pergantian angin di coastal area singgah, berdagang, akulturasi dgn penduduk lokal EkspansiDinasti Ming (1364-1644) yang mengutus Laksamana Cheng Ho
Perancangan Kota Pendekatan
perancangan : kepadatan kota, urbanisasi dan topografi terestrial Priode perencanaan kota Cina : - Kota Tradisional (Dinasti Yao/Shun1930) - Kota Sosialis (1950-1060) - Kota Hibrid (1860-preset) - Kota Global (1990-sekarang)
Arsitektur Organisasi The Jian
ruang
Axial Planning Penekanan pada
bentuk atap yang
khas Elemen-elemen struktural yang terbuka & ornamen hias Penggunaan warna yang khas Peniggalan bangunan 3 Landscape
Pecinan di berbagai tempat
Singapore Di distrik Outram, dikonservasi oleh URA. •Terdapat ruko dengan arsitektur Eropa ; sulit u/ menyimpulkan gaya yang berpengaruh kuat •Ada kedai kopi, souvenir shop, game centre, & patung Cheng Ho, Patung Dewi Laut, Masjid Jame, Al Abrar Mosque Yokohama, Japan •di selatan Tokyo, Pecinan terbesar di dunia. Dipicu proses migrasi orang Cina (1859), pelabuhan Yokohama-ShanghaiHongkong dibuka, peristiwa gempa bumi Great Kanto dan perang antara Japan-China
Petaling, Malaysia •Di Jl Petaling, berkanopi u pedestrian. •Didirikan oleh perantau u melindungi kaum imigran perantauan, menjaga budaya dan usaha •Di Petaling Street ;stan dagangan;Kuil Sze YaCentral Market Old China Café.
New York •pusat komersial, quarter 60.000 Cina-Amerika & 50.000 imigran, Luas lahan 1 juta sqft gudang, retail, restoran. Peak hours dijalani >5000 pedestrian&dilalui 400 mobil •Direkonstruksi 2004,pasca 11-9-1998,(America’s
Chinatown:Community Plan) •sekuen trip wisata patung Liberty & Time Square,Vendor
Semarang •Terkait dgn pantai atau perdagangan dan Arsitektur Belanda, dihuni komunitas campur antara Tionghoa, Arab terbukti adanya kuburan Islam – Arab. •Pasar dan menjadi obyek wisata. Terkenal 1001 klenteng,
Glodok, Jakarta •di Kaw. Kota Tua Jakarta : pusat perniagaan, pusat elektronik, kuliner cagar budaya •Berdekatan dengan kawasan Beos, terdapat bangunan arsitektur Belanda dan Cina 4
Precedent peneliti
Pratiwo 2010 di Jawa dan Jackson, 1975 di Malaya & Asia Tenggara ; hasil kesimpulan karakteristik Pecinan dalam dua perspektif yang berbeda
Karakteristik Kawasan Pecinan secara umum • Memiliki peran dan kedudukan yang cukup penting dalam sebuah kota • Memiliki pola permukiman dan karakter bangunan yang khas • Pemerintah setempat melakukan tindakan penataan dan peremajaan kawasan sebagai obyek wisata (urban heritage tourism). • Berkonsep jalur pejalan kaki terbuka (open mall, city walk) • Terdapat landmark berupa patung, klenteng, pintu gerbang, kuil dan bangunan arsitektural lainnya . • Adanya akulturasi budaya seperti Arab, India dan kaum pribumi. • Ukuran luasan kawasan (district) tidak menjadi tolak ukur pembentukan dan perkembangan kawasan Pecinan. • Eksistensinya sangat dipengaruhi dari ekspansi external dan proses pergolakan internal kota setempat, misalkan perkolonialisme, intervensi Negara lain, kebijakan pemerintahan atau kerajaan, dan lain sebagainya. 5
Pemahaman Revitalisasi Peremajaan Kota Peremajaan kota (urban renewal) sebagai upaya atau pendekatan dalam proses perencanaan guna menata kembali suatu kawasan tertentu dalam kota yang bertujuan mendapatkan nilai tambah yang memadai untuk kawasan tersebut sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh lahan kawasan. (Danisworo, 1996).
Redevelopment, gentrifikasi, konservasi, rehabilitasi, preservasi, renovasi, restorasi, rekonstruksi (Triyosoputri dlm Zahnd, 1999)
Konservasi ICOMOS -The Burra Charter konservasi : istilah yang menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian.
- Feilden (1994) ; Kode etik konservasi - Holland - Adhisakti (2002) -Wieland (1997) ; respek terhadap eksisting tata ruangmelibatkan intervensi fisik. - Antariksa (2008) ; usaha2 preservasi Sidharta, 1989) ; Lingkup Konservasi, Satuan konservasi, Sasaran konservasi, Kriteria konservasi, Motivasi konservasi
Revitalisasi Tahap Revitalisasi : - Intervensi fisik - Rehabilitasi ekonomi - Revitalisasi sosial/institusional
Juliarso (2009), Juwono (2010) : Permasalahan kawasan yg perlu direvitalisasi : - Matinya aktivitas ekonomi - Menurunnya kualitas spasial dan fisik bangunan - Buruknya citra kawasan - Tidak memadainya infrastruktur Revitalisasi obyek life monument & dead monument
Ichwan (2004) - Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)/Local Economic Development (LED). - Pendanaan Bersama (Cost Sharing). - Pembangunan yang Berkelanjutan - Konsep keberlanjutan (sustainability).
UU No. 5/1992: -Kawasan mati -Kawasan hidup tapi kacau -Kawasan hidup tapi kurang terkendali
Kwanda, 2004 Brent, 1980 Von Moiss dalam Mahendra, 2007; Sistem infill dan new building 6dlm revitalisasi fisik
PROGRAM REVITALISASI DI BERBAGAI TEMPAT
Revitalisasi Kawasan Kota Lama Jakarta •Penyusunan rencana pembangunan + pemugaran kawasan •Koordinasi instansi lain yang menyangkut kawasan kota lama •Pendekatan dgn pemilik tanah, system insentif •Pemasyarakatan perlunya pemugaran, •Penciptaan iklim pelayanan kpd masyarakat, pengembang, investor Revitalisasi Kaw. Segi Empat Tunjungan •Menitikberatkan pada bentuk penggunaan lahan campuran vertical dalam mengantisipasi minimnya lahan di kota •Perlunya kerjasama pemilik lahan, pemerintah, investor •Kajian ulang kebijakan pemerintah : pemanfaatan lahan •Perlunya kajian spasial, analisa dimensi dlm jaringan jalan dan drainase •Perlunya kajian analisa budaya, sosial &keragaman karakter masyarakat •Pengaplikasian metode pembobotan kelayakan bangunan di kampung
Revitalisasi Kawasan Bukit Tinggi •Adanya organisasi yang mengelola langsung revitalisasi. •Dokumentasi dan presentasi yang selalu terbarui, •Promosi •Mewujudkan roh kegiatan kawasan pusaka tumbuh vitalitas •Meningkatkan rancangan fisik kawasan (desain) •Mengembangkan/menciptakan ekonomi kawasan Revitalisasi Kawasan Laweyan •Melibatkan masyarakat dari awal perancangan kawasan. •Penyepakatan perubahan bangunan dan susunan tata ruang kawasan , •Penyesuaian ruang yang disesuaiakan dengan kebutuhan sekarang, •Pemerintah mencarikan mitra kerja masya rakat -usahanya (batik), Peningkatan strata kehidupan masyarakat, •Ide gagasan, tatanan hidup, keyakinan spiritual dibiarkan apa adanya 7
Perancangan Kota Kota : tempat bermukim manusia dgn segala kehidupannya, sehingga bagian dari Human Settlement Ruang (container) dan Manusia di dalamnya (Content) (Soetomo, 2008) Perancangan Kawasan dalam Kota:Anatomi Distrik (Spreiregen,1985) -Pusat dlm kota besar -Rancangan dgn lay out grid : jalan & blok -Kota tua sbg bagian kota
Konsep Dasar Perancangan Kota & Arsitektur (Moughtin,1992) -Tatanan -Kesatuan -Proporsi -Skala -Harmoni -Simetri, keseimbangan, ritme -Ritme, harmoni, kontras Ching (1991), Darmawan (2005) -Wujud -Dimensi -Warna -Tekstur -Posisi -orientasi
Perancangan Kota (Shirvani,1985) -Penggunaan lahan -Bentuk & massa bangunan -Sirkulasi & parkir -R.terbuka -Pejalan kaki -Pendukung kegiatan -Penandaan -Preservasi
Perancangan Kota (Trancik,1986) -Figure ground -Linkage -Place
Teori Kontekstual dr bbrbgai precedent : -Struktur ruang (Krier, 1975) ; urban square & street difulfill dr tipologi bngunan -Strategi garis (IM.Pei dlm Wijanarka, 2004) -Datum (Ching, 1991) ; penghubung garis, bidang atau komposisi garis
Teori Citra Kota (Lynch,1959) -Jalur (path) -Tepi (edge) - District -Simpul (node) -Tengeran (landmark)
8
Rossi (1982) menulusurinya pengidentifikasian urban artefak, tangible dan intangible. Artifak kota dalam kawasan bersejarah berperan dalam pembentukan kota, memberikan karakteristik kultural yang telah memberikan interelasi komunikasi dan secara visual telah memberikan inspirasi terhadap penyelamatan obyek, artefak pusaka, untuk dikembangkan serta dimanfaatkan sebagai sumber daya terbatas yang peka terhadap ekologis (Juliarso, 2001).
Urban heritage : kawasan yang pernah
menjadi pusat-pusat daripada kompleksitas fungsi kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, mengakumulasikan makna historis Urban Heritage mengakumulasikan nilainilai makna cultural (cultural significance). Kwanda, 2004, Heru, 2008), www.unesco.org)
The Recommendation concerning the Safeguarding and Contemporary Role of Historic Areas (UNESCO, 1976), The Washington Charter (1987), dan The World Heritage City Management Guide (UNESCO, 1991) begitu juga dengan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia (2003). World Bank
Kriteria konservasi & revitalisasi : a.Tematik, kabur b.Land Use, c.Bentuk kota, kabur karena tepian kota (urban fabric) dan relasi solid void)tidak terdeferensi, tidak terstruktur dan kurang dihargai lagi. d.Ruang Terbuka (square), kehilangan perannya sebagai communicative central, e.Tepian Air/Sungai, tidak dihargai sebagai salah satu komponen estetis pembentuk urban heritage sebagai salag satu prasarananya. f.Lansekap kurang peka pemanfaatan g.Place konsep & nilai ruang tradisionalnya memudar h.Arsitektur, elemen bangunan, gaya, detail ornament, material, warna, morfologi dan skyline kurang dipresentasikan.
Urban Heritage Makassar
Pemahaman Pusaka Kota (Urban Heritage)
(Goodey, 1979 ; town trail., bernilai edukatif dan memiliki persuasive yang lebih mendalam terhadap pengunjung.
Monumenten Ordonnantie 1931 M.O ;UU No.5/1992 tentang Benda Cagar Budaya
9
Metode Penelitian Pendekatan Penelitian • Penelitian deskriptif membuat pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, aktual, mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu • Pendekatan historis (sejarah) membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan buktibukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat (Darjosanjoto, 2006).
Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif Variabel muncul kemudian ; membuka jalan agar dapat menginterpretasikan realitas dari kehidupan sosial dengan memberi pemahaman akan pengalaman hidup seseorang. Strategi kualitatif berusaha untuk merakit bersama data yang mendalam (in-depth account) ttg konteks sosial dengan menggunakan berbagai taktik (Wang, 2002).
Pengumpulan Data
1. Data Primer : data yang diperoleh langsung dari lapangan Observasi : pengamatan langsung data, gambar, sketsa, dll. Materi Visual : foto, video Wawancara : terstruktur dan tidak tersturktur 2. Studi Literatur :
- buku, jurnal, karya ilmiah, dokumen terkait
Instansi : peraturan, standar
10
Indikator Penelitian
Komponen yang mengalami penurunan vitalitas kawasan
•Perannya dan kedudukan •Karakter bangunan •Penanganan pemerintah setempat •Konsep jalur pejalan kaki •Landmark •Adanya akulturasi budaya Kondisi kawasan : tata guna lahan ; spasial bentuk dan massa bangunan sirkulasi (pedestrian, kendaraan, jalan, blok, parkir) ruang terbuka (open space, green space) jaringan sarana infrastruktur
Kondisi Non fisik : •Nilai sosial •Nilai budaya •Nilai ekonomi
Tipologi
Morfologi
Karakteristik umum Pecinan pada umumnya
Kondisi bangunan : •Arsitektural •Kultural
• Wujud • Dimensi dan proporsi • Warna dan tekstur • Posisi dan orientasi • Skala • Irama • Estetika • Kejamakan • Kelangkaan • Peranan sejarah • Memperkuat kawasan • Keistimewaan
11
Analisa mengidentifikasi kondisi kawasan pusat orientasi kegiatan (nodes) sebagaimana kondisi kawasan Pecinan pada umumnya • Synchronic reading : melakukan interpretasi secara sinkron, menyelaraskan berbagai informasi yang didapat pada saat yang sama. • Diakronik reading : penelusuran asal-usul sejarah yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. (Darjosanjoto, 2006). • Pembacaan diakronik : perhatian pada perbandingan kasus2 berdasarkan proses keberadaannya. • Pembacaan sinkronik merupakan perhatian pada perbandingan kasus secara langsung tanpa perhatian langsung pada proses perkembangan masing-masing ( Zahnd, 2007) . Model penelusuran ini penting, karena analisis ruang kota khususnya di Asia didasarkan pada pengertian ruang kota Asia. Gagasan pure Asia ini lebih relevan dalam konteks studi (Frick dalam Zahnd, 2007), dan Di Indonesia memiliki nilai-nilai sosial lebih kuat dibanding fisik, sehingga penataan fisik tidaklah cukup (Juwono, 2009)
Analisa identifikasi komponen yang mengalami penurunan vitalitas Urban Design Toolkit : “… urban morphology … • studi bentuk permukiman dan proses formasi dan transformasinya • memfokuskan perhatian pada bentuk fisikal kawasan perkotaan dari penggunaan lahan, system jaringan jalan, bangunan, townscape, urban spawl, dan pola jaringan jalan sebagai indikator morfologi kota (pontoh, 2009). • kualitas figurasi dalam konteks bentuk dari pembatas ruang (Schultz dan Loeckx dalam Wijanarka, 2005). • as an analytical process of understanding the evolving form of a specific place can reveal the evolutionary
patterns of the city; an urban archaeology, an urban DNA (Sanders, 2008:8).
typo-morphology dengan dibedakan dalam beberapa priode. Tipologi terkait dengan beberapa aspek sosial ekonomi, budaya, dan teknologi. Budaya merupakan penggerak utama, dan teknologi menjadi komponen budaya dalam suatu komunitas sosial.
Panduan Revitalisasi Kawasan Pecinan sbg pusaka kota Makassar (urban heritage) 12
Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Makassar dibagi dalam 4 priode : •Zaman Pra Kolonial. •Zaman Kolonial. . •Zaman Jepang (1942-1945). •Zaman Kemerdekaan (1945-1980an).
Vlaardingen ; alokasi Kampung Multi etnis Peta kota lama. Arsip dinas pariwisata & Nas (1987)
Kawasan Pecinan Makassar
Kampung Melayu, -- Arab
Kec. Wajo
Kec. Wajo kel. Pattunuang, Kel. Melayu Baru, Kel. Ende
Peta BWK Kota Makassar. (2009)
Kampung Pecinan
13
Identifikasi kaw. Pecinan Makassar sbg nodes selayaknya Pecinan di tempat lain Indikator
1
2
3
4
5
Sub Indikator
Peran dan kedudukan dalam sebuah kota
•Sebagai permukiman khusus •Sebagai sentra perniagaan dan hiburan
Tingkat rendah
Pola permukiman dan karakter bangunan yang khas
• Lay Out Bangunan
Tingkat sedang
• Fasade Bangunan •Arsitektur Tradisional Cina
•Penanganan Intern dalam Kawasan : penetapan pusaka kota, RTBL •Penanganan Ekstern Kawasan : publikasi, agenda promosi kawasan Berkonsep jalur •Konsep jalur pedestrian pedestrian berupa open mall, city walk •Gerbang (Paifang) Landmark Penanganan Pemerintah sbg urban heritage
• Bangunan Peninggalan Arsitektural Khusus • Perabot Jalan (street
furniture)
6
Penanganan
Akulturasi budaya
• Hubungan lintas etnis
Tingkat tinggi
Ex : Pecinan tempat lain
Pecinan Makassar
Fungsi dominan komersial : tampilan fasade tetap memperhatikan aspek estetika dan keharmonisan sekitarnya.
Fungsi komersial direspon dengan tampilan spanduk, reklame yang mempromosikan tiap ritel bangunan. Papan reklame bahkan menutupi bangunan
Gerbang merupakan unsur pelengkap yang tak terpisahkan dari area batas (territory) Pecinan
Gerbang Pecinan di Jalan Jampea, : satu-satunya penanda yang mengarahkan ke kawasan Pecinan Makassar. Minimnya gerbang : kawasan ini tidak mudah dikenali secara langsung.
Tingkat tinggi Tingkat tinggi Tingkat tinggi Tingkat tinggi
Tingkat rendah
14
Identifikasi upaya peningkatan vitalitas kawasan
KONDISI FISIK
A. Kondisi Kawasan
1 Pola spasial (land use & konfigurasiny a)
Sub Indikator
• Path • Nodes • Landmark • District
Penang anan
Tingkat tinggi
2 Bentukan hirarki lingkungan sekitar
• Sirkulasi • Jalan, Jalur pedestrian
Tingkat sedang
3 Tatanan, bentuk dan massa bangunan
• Bangunan Umum
Tingkat rendah
• Bangunan Arsitektur Cina
• R.publik komunal 4 Ruang terbuka (open space) • R.terbuka hijau
5 Ketersediaan sarana dan prasarana
• Jar. air bersih • Jar. air kotor limbah
• Jar. telepon • Jar. listrik • Persampahan
Tingkat tinggi
Tingkat sedang Tingkat tinggi Tingkat tinggi
Tingkat rendah
Sub Indikator Makna Arsitektur dan Fungsi Bangunan
B. Kondisi Bangunan
Indikator
Nilai Kultural Bangunan Peninggal an di Pecinan Makassar
Parameter Wujud Posisi, Orientasi Warna, Tekstur Dimensi, Proporsi Irama
Skala Estetika Kejamakan
Deskripsi Bangunan berkesan paling kuat : klenteng, Mesjid Kampung Melayu, PGS Butung, dan bangunan dengan land use lain seperti bank bernilai rendah. Kesan yang ditimbulkan klenteng krn keberadaannya kontekstual dgn Pecinan.
nilai tertinggi : bangunan peribadatan (klentengmesjid), rumah AbuKelangkaan Keluarbiasaan pusat pendidikan informal-Yayasan Sosial, Peranan bangunan rumah tinggal Sejarah dan terakhir adalah Memperkuat bangunan dengan fungsi 15 kawasan komersil (bank, hotel).
Urban corridor Koridor Sulawesi sebagai jalan kolektor dan sentra aktivitas
Urban gate Pertigaan Jl. Sulawesi dan Jl. A.Yani
Urban gate Pertigaan Jl. Sulawesi dan Jl. T. Pelajar
Hall Gate
Gate
Koridor
Untuk meningkatkan vitalitas kawasan digunakan pendekatan teori Tange (1971), Lynch (1973), Peterson dalam Wijanarka (2004) dan Ashihara (1983). Merespon pola spasial kawasan, maka akan ditentukan zona utama dan strategis sekaligus untuk menciptakan kognisi spasial (cognitive map). Peralihan hirarki jalan berdampak : pengorganisasian fungsi bangunan-bangunan . : komersial strategis, privasi atau standar keamanan dan kenyamanan penghuni.
Ex :
Upaya peningkatan vitalitas kawasan dalam bentuk
penataan spasial Sense of enclosure
kawasan 16
Sub KONDISI NONParameter FISIK indikator
Deskripsi
1
Kondisi Sosial
• Hubungan internal sosial komunitas • Hubungan eksternal sosial komunitas
System sosial Cina : Cina Totok dan Cina Peranakan memperagaruhi kehidupan sosial kemasyarakatannya. Perubahan dalam bentuk akulturasi lebih dominan pada hubungan sosialnya, Akulturasi tersebut berupa perkawinan hybrid, beragamnya agama yang mereka anut dan hubungan sosial di kehidupan sehari-hari. social mapping, program partipatif dan kegiatan publikasi dan diskusi,agar terjadi kesinambungan antara intervensi fisik sebelumnya.
2
Kondisi Ekonomi
• Aktivitas ekonomi • Wujud aktivitas ekonomi
Aktivitas perekonomian terlihat dengan tampilan suasana kawasan yang berupa daerah perdagangan. peningkatan laju perekonomian kawasan +penataan intervensi fisik kawasan, pengembangan potensi koridor Pecinan - zonasi jenis industri dan perdagangahome industry di kawasan diwadahi dalam bengkel, dapur /studio (workshop), dan mengekspose kegiatan sehingga sehingga dapat melibatkan pengunjung berpartipasi dalam proses produksinya.
3
Kondisi Budaya
• Bahasa • Sistem Kepercayaan • Kesenian • Ilmu pengetahuan
Kondisi khas budaya Cina jelas terlihat di Pecinan Makassar. hal ini dapat dilihat dengan berbagai artefak intangible, misalnya penggunaan aksara dan bahasa Cina dalam sosialita kota Makassar, praktik Feng Shui pada bangunan, adanya klinik Tabib dan toko oban ramuan khas Cina dan perayaan hari raya Cina setiap tahunnya. pengadaan ruang publik untuk perayaan kegiatan, & penambahan aksara sbg ornamentasI yg memberi sense of place yang kuat pada kawasan. 17
Panduan Revitalisasi Pecinan Makassar daerah ekslusif (exclusive district) khususnya di kawasan kota Lama Makassar. Suatu distrik yang tetap dipertahankan eksistensinya sebagai kampung multi etnis (Cina, Arab dan Melayu), sebagai pusat konsentrasi kegiatan komunitas Cina di Makassar dan pengoptimalan fungsi komersial dengan spesfikasi perniagaan khusus di pusat kota. Dalam penanganannya akan dilihat 2 aspek Aspek fisik : • Pola spasial kawasan Pecinan • Tatanan dan bentuk bangunan • Penanganan dengan linkage eksternal kawasan • Landmark kawasan • Ruang terbuka (open space) Aspek non fisik : • Aspek sosial • Aspek ekonomi • Aspek budaya
Zona 1 : area mix used Zona 2 : area permukiman;pelayanan jasa Zona 3 : area kampung multi etnik; shopping street (commercial and culture centre) Zona 4 : area kampung Pecinan;shopping street (commercial and entertainment centre)
18
1. Penataan Pola Spasial
Nodes
Nodes Nodes Nodes pada Sulawesi-Jl. Tentara Pelajar
Path Path Path
Nodes Jl. Sulawesi & Jl. Lembeh
Ruang transisi antara bangunan - jalan (margin) (margin) (margin) Bangunan baru
Pusat wisata home industry sebagai daya tarik path Bacan
Pemunduran (set back) bangunan baru
Bangunan baru tidak terlihat dari jalan di arah seberang (opposite side)
Pusat Kuliner yang terintegrasi dengan home industry di koridor Bacan
Panduan penataan margin dalam 19 penambahan bangunan baru
2. Tatanan dan bentuk bangunan Jendela
Cornice & Parapet Cornice
Parapet
Parapet sebagai tempat menggantungkan atribut atau dekoratif yang bersifat temporer, pada event-event tertentu, seperti saat Imek dan festival budaya. ‘Hanger’ pada cornice dibentuk
seperti swallow’s tail (ekor burung layanglayang) yang merupakan bentuk yang serupa dengan atap khas nok Cina yang melengkung ke atas.
Pintu
Jendela display dari kaca Kanopi ; arcade
Arcade-Kanopi Portable Arcade Permanent Arcade
Pintu dari kaca (penambahan pintu harmonica diperbolehkan) pada lapisan pintu terdepan.
20
3. Penanganan dengan Linkage Eksternal kawasan Koneksi akses ; tram, rute wisata kota lama ; penyediaan booklet/informasi di tiap spot
Panduan desain Ruko Pelabuhan
Adaptasi bentuk terhadap land use di Pecinan Makassar
Kawasan Pecinan
Fort Rotterdam
Panduan desain Kampung Melayu di Jl. Bacan
Karebosi Link
Pantai Losari
21
4. Landmark Bangunan peninggalan arsitektural khas (distinctive buildings)
Gerbang
Mesjid As Saad Gerbang Primer
(Main gate)
Gerbang Sekunder
Pemanfaatan ruang publik
Mesjid Makmur Kampung Melayu
Perabot Jalan Penggunaan penanda berupa pembatas fisik (gerbang) dan pembatas
softscape ; greenbelt.
Rambu lalu lintas ; Pengatur pergerakan yang mengalihkan view utama ke mesjid kampung Melayu
Mesjid Kampung Melayu Penguatan arsitektural ; penggunaan tekstur, warna, bentuk irama bangunan
Sense of enclosure ; Desain bentuk trotoar dan jalan
22
5. Ruang Terbuka
Pasar Tradisional Bacan
Ruang terbuka publik
RTH transisi space (margin)
Di depan Makassar China Town Heritage Centre
Koridor Lembeh – Bacan
23
24
Peta Town Trail Pecinan Makassar (Town Trail Map)
Gerbang Primer Utara Mesjid Kampung Melayu
Pasar Tradisional Bacan
Makassar China Town Heritage Centre
Gerbang Sekunder Barat Rumah Abu Tun Abadi
Vihara Istana Naga Sakti
Gerbang Sekunder Timur Mesjid Arab AsSaad
Klenteng Kwang Kong Klenteng Ibu Agung Bahari Gerbang Primer Selatan
25