1
RETURN ON EQUITY PADA PERBANKAN ASING PERIODE 2011 KUARTAL 1 – 2016 KUARTAL 2 (SEBUAH ANALISIS BERBASIS DUPONT PLUS)”
Propoosal-Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Manajemen
MICHAEL 2013-11-XXX
MAN JUDUL PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2017
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat menyebabkan peranan bank menjadi sangat dibutuhkan. Karena bank merupakan suatu perusahaan jasa yang berperan sebagai lembaga intermediasi atau financial intermediary, yaitu sebagai penengah antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana dan juga menghasilkan produk perbankan lainnya. Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi, bank akan menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dana melalui kredit. Di samping itu, bank juga berfungsi sebagai pelaksana stabilitas keuangan negara. Oleh karena itu, diperlukan keadaan bank yang sehat dan transparan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal tersebut turut dipertegas oleh Undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 10 Tahun 1998 yaitu bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (UU RI No. 10 Tahun 1998). Untuk dapat turut andil dalam meningkatkan perekonomian negara, perlu dilakukan pengukuran penilaian kinerja. Pengukuran penilaian kinerja keuangan merupakan suatu landasan yang penting bagi suatu perusahaan termasuk perbankan.
3
Hal ini diatur oleh Bank Indonesia dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR Tanggal 30 April 1997 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/277/KEP/DIR Tanggal 19 Maret 1998 mengenai tata cara penilaian kesehatan akan suatu bank, yang di antaranya adalah profitabilitas. Profitabilitas adalah seberapa besar perusahaan dapat menghasilkan keuntungan pada suatu periode waktu, hal ini juga penting bagi masyarakat atau pun investor sehingga mereka dapat memantau eksistensi perusahaan di masa yang akan datang. Suatu perusahaan dapat dipercaya oleh masyarakat apabila perusahaan mampu memaksimalkan kekayaan dari pemilik modal. Hal ini tercermin dari rasio Return on Equity (ROE), yaitu seberapa besar tingkat pengembalian atas setiap modal yang dimiliki. Semakin besar nilai ROE maka semakin besar pula keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kinerja merupakan suatu fondasi bagi perusahaan karena pada kinerja tercermin kemampuan perusahaan dalam mengelola setiap sumber daya yang dimilikinya. Penilaian kinerja perusahaan bagi manjemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai. Dalam hal ini laba dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan, baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka, tidak terkecuali perbankan, Regina (2013;345)
4
Ada berbagai jenis bank yang ada di Indonesia, yaitu: Bank BUMN, Bank Devisa, Bank Non Devisa, Bank Pembangunan Daerah, Bank Campuran, Bank Asing. Dalam penelitian ini akan menggunakan bank asing sebagai objek penelitian. Bank asing merupakan bank, baik milik pemerintah maupun swasta, yang dimiliki oleh asing dan beroperasi di suatu negara. Alasan pemilihan bank asing sebagai objek penelitian ini adalah kinerjanya dari tahun ke tahun selalu searah dengan kinerja bank umum, namun kinerja bank asing tetap di atas rata-rata dari bank umum yang ada di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari SPI (Statistik Perbankan Indonesia), kinerja bank asing dan bank umum adalah sebagai berikut: Perbandingan Antara ROE Bank Asing dengan Bank Umum Periode 2011-2015 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 2011
2012 ROE Bank Umum
2013
2014 ROE Bank Asing
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia
2015
5
ROE (Return on Equity) adalah suatu rasio yang digunakan sebagai alat ukur mengenai seberapa besar keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan per ekuitas yang dimiliki. Perbandingan Antara ROE dan FLM Bank Asing Periode 20112015 14
Perbandingan Antara ROE dan OPM Bank Asing Periode 20112015 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
13 12 11 10
0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 2011 2012 2013 2014 2015
2011 2012 2013 2014 2015 FLM Bank Asing
0.3
ROE Bank Asing
ROE Bank Asing
Perbandingan Antara ROE dengan Interest Burden Bank Asing Periode 2011-2015
0.25 0.2
1.25
0.3
1.2
0.25
1.15
0.15
1.1
0.1
1.05
0.05 0
1 2011
2012 2013 2014 ROE Bank Asing
2015
Interest Burden Bank Asing
OPM Bank Asing
Perbandingan Antara ROE dengan Tax Burden Bank Asing Periode 2011-2015
0.7 0.65
0.2 0.15
0.6
0.1
0.55
0.05 0
0.5 2011 2012 2013 2014 2015 ROE Bank Asing Tax Burden Bank Asing
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2011 – 2013 baik ROE bank umum maupun bank asing mengalami penurunan. Namun, pada tahun
6
2014, antara ROE bank umum dan asing bertolak belakang, yaitu ROE bank asing meningkat sedangkan ROE bank umum menurun. Disusul dengan tahun 2015, keduanya mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebagai kesimpulan, baik ROE bank umum maupun bank asing mengalami penurunan secara bertahap, walaupun demikian ROE Bank Asing tetap berada di atas rata-rata ROE Bank Umum. Pada grafik di atas menunjukkan hubungan antara ROE dan Financial Leverage Multiplier (FLM). Dari tahun 2011-2013 ROE bank asing mengalami penurunan, yaitu dari 22.6% menjadi 21.3%. Berbeda dengan FLM, dari tahun 20112013 mengalami peningkatan yang stabil yaitu dari 1149% ke 1359%. Di tahun 2014 ROE mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu menuju angka 23%, berbanding terbalik dengan FLM yang mengalami penurunan. Di tahun 2015, FLM kembali meningkat ke titik 1300% sementara ROE terus merosot tajam hingga mencapai 12%. Grafik ROE dan OPM menginformasikan bahwa pada tahun 2011-2014 pergerakan Operating Profit Margin (OPM) cenderung berlawanan arah dengan ROE. Di mana ROE mengalami peningkat secara berturut-turut 22.6%, 22.1%, 21.3%, 23.9% kemudian OPM mengalami penurunan secara berturut-turut 18.2%, 22.1%, 22%, 20%. Kemudian pada tahun 2015 secara bersamaan ROE dan OPM mengalami penurunan signifikan, yaitu secara berturut-turut 12.4%, 15.4%. Pada grafik ROE dan Interest Burden, dari tahun 2011-2013 baik ROE maupun Interest Burden bank asing mengalami penurunan yaitu secara berturut-turut: 22.6%, 21.1%, 21.3% dan 120%, 113%, 112%. Sementara itu, ROE bangkit menuju
7
angka 23.9% di tahun 2014 namun Interest Burden di tahun 2014 menurun ke titik 108.1%. Pada tahun 2015, ROE menurun ke titik 12.3% disusul oleh Interest Burden yang menurun hingga di titik 107% secara beruntun. Grafik antara ROE dan Tax Burden menunjukkan bahwa dari tahun 20112012 menurun yaitu : 22.6% ke 21.1% dan 60% ke 58.1%. Dari tahun 2012-2014 baik ROE maupun Tax Burden mengalami peningkatan secara berturut-turut, yaitu: 21.1%, 21.3%, 23.9% dan 58.1%, 61.1%, 69%. Dan pada tahun 2015 baik ROE maupun Tax Burden mengalami penurunan secara bersamaan yaitu: 12.3%, 66%.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusi et.al (2015) dengan judul “Evaluating Banking Profit Performance in Ghana during and post Profit Decline: A Five Step Du-Pont Approach” dengan variabel dependen: Return on Equity dan variabel independen: Operating Profit Margin, Asset Turnover, Leverage, Interest Burden, dan Tax Effect. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Equity Multiplier, Tax Effect Interest Burden, Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh secara positif terhadap ROE. Sementara itu Asset Turnover tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap ROE. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hamid dan Lina Kusrina (2015) yang berjudul “Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan variabel independen, yaitu Financial
8
Leverage. Dan variabel dependen, yaitu ROE dan EPS menemukan bahwa Financial Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Karena pentingnya kinerja yang baik bagi suatu perusahaan, maka diharapkan agar bank asing melakukan langkah strategis agar dari waktu ke waktu kinerjanya senantiasa terus meningkat sehingga ke depannya, bank asing dapat tetap terus bertahan di antara kompetitor yang ada. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Return on Equity pada Perbankan Asing Periode 2011 Kuartal 1 – 2016 Kuartal 2 (Sebuah Analisis Berbasis DuPont Plus)” 1.2 Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a. Persaingan kinerja antara bank umum dan bank asing sangat ketat, dibuktikan bahwa pergerakan ROE masing-masing bank selalu berirama. b. Pergerakan ROE masing-masing bank berusaha saling mendorong, namun bank asing berada di atas rata-rata bank umum. 1.2.2. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah-masalah yang diteliti, yaitu: a. Penelitian ini dibatasi pada perusahaan perbankan, yaitu Bank Asing. b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan periode 2011 Kuartal 1 sampai dengan 2016 Kuartal 2.
9
c. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan antara bank umum dan bank asing dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, yaitu: FLM, TATO, OPM, Interest Burden, Tax Burden, LAR, dan DAR. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Financial Leverage Multiplier (FLM) memengaruhi secara signifikan terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2? 2. Apakah Total Asset Turnover (TATO) memengaruhi secara signifikan terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2? 3. Apakah Operating Profit Margin (OPM) memengaruhi secara signifikan terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2? 4. Apakah Interest Burden (IB) memengaruhi secara signifikan terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2? 5. Apakah Tax Burden (TB) memengaruhi secara signifikan terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2?
10
6. Apakah Loan to Asset Ratio (LAR) memengaruhi secara signifikan terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2? 7. Apakah Debt to Asset Ratio (DAR) memengaruhi secara signifikan terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang dipaparkan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage Multiplier (FLM) terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. 2. Untuk mengetahui pengaruh Total Asset Turnover (TATO) terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. 3. Untuk mengetahui pengaruh Operating Profit Margin (OPM) terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. 4. Untuk mengetahui pengaruh Interest Burden (IB) terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 2016 Kuartal 2.
11
5. Untuk mengetahui pengaruh Tax Burden (TB) terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. 6. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. 7. Untuk mengetahui pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap ROE pada Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan penulis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja bank asing. 1.5.2 Bagi praktisi Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber data sekunder untuk penelitian selanjutnya terkait dengan kinerja bank asing. 1.5.3 Bagi perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempertahankan kinerja bank asing dan juga sebagai acuan perbaikan jika ada hal yang belum baik.
12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Bank Menurut Sigit dan Totok (2006:5) bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana. Penghimpunan dana secara langsung berupa simpanan dana masyarakat yaitu tabungan, giro dan deposito dan secara tidak langsung berupa pinjaman. Penyaluran dana dilakukan dengan tujuan modal kerja, investasi dan deposito dan untuk jangka panjang dan jangka menengah Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 10 Tahun 1998, pengertian perbankan adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dengan tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain itu, menurut PSAK Nomor 31 (Revisi Tahun 2000) mengenai akutansi perbankan, perbankan adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga kegiatan utama perbankan, yaitu menghimpun dana masyarakat melalui tabungan, giro, dan deposito. Selain itu, menyalurkan dana kepada masyarakat melalui kredit. Sedangkan produk
13
perbankan layanan lainnya, seperti kartu kredit, adalah untuk memperlancar kegiatan utama perbankan. 2.1.1.1 Asas, tujuan dan fungsi bank Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, asas perbankan adalah melaksanakan kegiatan usaha yang berasaskan demokrasi dengan diiringi prinsip kehati-hatian. Sementara itu, tujuan dari perbankan adalah menjadi penopang dalam pembangunan nasional dalam rangka pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah yang lebih baik. Dan memiliki fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana kepada masyarakat. 2.1.1.2 Jenis-jenis bank Adapun jenis-jenis bank ditinjau dari berbagai macam segi, yaitu: A. Bank dilihat dari segi fungsinya 1. Bank Umum 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) B. Bank dilihat dari segi status 1. Bank devisa Bank devisa merupakan bank yang mempunyai izin untuk melakukan transaksi ke luar negeri atau menggunakan mata uang asing dalam transaksinya. 2. Bank non devisa Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi ke luar negeri atau menggunakan mata uang asing dalam transaksinya.
14
C. Bank dilihat dari segi kepemilikan 1. Bank pemerintah 2. Bank swasta nasional 3. Bank asing 4. Bank campuran D. Dilihat dari segi cara menentukan harga 1. Bank konvensional Dalam menentukan harga, bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu: a. Spread sheet adalah metode yang digunakan dalam menentukan besarnya bunga yang dikenakan baik untuk simpanan maupun pinjaman. b. Dalam menetapkan besarnya biaya-biaya dalam jasa perbankan, seperti biaya administrasi, sewa, iuran dan biaya lainnya digunakan metode fee based. 2. Bank syariah Dalam menentukan harga, bank syariah menggunakan hukum Islam, yaitu: a. Pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musharakah) b. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) c. Pembiayaan berdasarkan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina) d. Pembiayaan modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) e. Prinsip jual barang dengan keuntungan (murabahah) 2.1.1.3 Jenis usaha bank
15
Berdasarkan Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pasal 6, disebutkan jenis-jenis usaha bank, yaitu: A. Menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk tabungan, giro, deposito, sertifikat berjangkan dan bentuk lainnya yang serupa. B. Memberikan surat pengakuan atas hutang C. Memberikan pinjaman/kredit D. Menjual, menjaminkan atau membeli atas risiko baik untuk sendiri, kepentingan maupun atas perintah nasabahnya sendiri. E. Melakukan pemindahan uang baik untuk kebaikan atau kepentingan bank maupun kepentingan nasabahnya. F. Meminjam dana dari, meminjam dana kepada, atau menempatkan dana pada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan cek atau sarana lainnya. G. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan antar pihak ketiga. H. Sanggup menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga bank. I. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati di awal. J. Melakukan penempatan dana dari nasabah satu kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga. K. Melakukan kegiatan piutang, usaha kartu kredit.
16
L. Menyediakan fasilitas pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. M. Melakukan kegiatan lain yang sebagaimana telah dilakukan oleh setiap bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. 2.1.1.4 Sumber dana bank Dana bank terdiri atas modal dan hutang, dicatat di neraca pada sisi pasiva yang kemudian digunakan sebagai modal operasional dalam menjalankan aktifitasnya. Dana tersebut bersumber dari: A. Dana masyarakat (dana pihak ketiga) 1. Giro (demand deposit) Giro adalah simpanan masyarakat dalam bentuk rupiah atau valuta asing dalam suatubank yang penarikannya dapat menggunakan cek atau surat perintah lainnya dengan melalui pemindah bukuan. 2. Tabungan (saving deposit) Tabungan adalah simpanan masyarakat dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada suatu bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang berlaku dari masing-masing bank penerbit. 3. Simpanan Berjangka (time deposit) Deposito berjangka adalah simpanan masyarakat dalam bentuk rupiah atau valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank bersangkutan dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
17
nasabah dengan pihak bank yang bersangkutan. Simpanan berjangka termasuk deposit on call yang jangka waktunya relatif lebih singkat dan dapat ditarik sewaktu‐ waktu dengan pemberitahuan sebelumnya. B. Dana pinjaman (dana pihak kedua) 1. Pinjaman bank Indonesia Pinjaman yang dilakukan oleh suatu bank saat sedang mengalami kesulitan likuiditas. 2. Call money Pinjaman harian yang bersumber dari bank lain yang dilakukan saat bank membutuhkan dana yang mendesak untuk kegiatan operasionalnya. 3. Pinjaman biasa antar bank Pinjaman yang bersumber dari bank lain dengan jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan call money. Bank pemberi pinjaman akan memberikan bantuan keuangan kepada bank peminjaman dengan persyaratan dan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. 4. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank Setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank lebih banyak berupa surat berharga yang dapat diperjual belikan di pasar sebelum jatuh tempo. C. Dana sendiri (dana pihak pertama) 1. Modal disetor
18
Yaitu uang yang disetor oleh para pemegang saham pada saat perusahaan pertama kali berdiri. Di kemudian hari, modal dapat bertambah ketika perusahaan menjadi go public. 2. Cadangan Dana yang bersumber laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal. 2.1.2 Bank Asing 2.1.2.1 Pengertian umum Menurut PP nomor 3 tahun 1968, bank asing adalah bank yang dimiliki oleh pihak asing dan beroperasi di wilayah Indonesia berdasarkan ketentuan UU Perbankan 1967 Pasal 19 dan 20. 2.1.2.2 Pendirian bank A. Bank asing diperbolehkan menjalankan usahanya di wilayah Indonesia setelah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan keputusan dari Bank Indonesia. B. Tata cara pengajuan izin usaha bank asing akan diatur dan ditentukan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. C. Bank Asing yang berusaha dalam bidang Bank Umum hanya dapat didirikan dalam bentuk cabang dari Bank yang sudah ada diluar negeri atau merupakan suatu Bank Campuran antara Bank Asing dan Bank Nasional di Indonesia, yang berbadan hukum Indonesia dan berbentuk Perseroan Terbatas.
19
D. Bank asing yang berusaha dalam Bidang Bank Pembangunan Daerah hanya dapat didirikan dalam bentuk suatu Bank Campuran antara Bank Asing dan Bank Nasional di Indonesia yang berbadan hukum Indonesia dan berbentuk Perseroan Terbatas. E. Bank asing hanya dapat beroperasi pada tempat yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan keputusan Bank Indonesia. 2.1.2.3 Modal bank asing A. Bagi bank asing yang merupakan cabang dari suatu bank yang sudah ada diluar negeri, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Memasukkan dana ke rekening Dana Devisa sejumlah minimal US$ 1.000.000 yang nilainya dalam Rupiah akan dipergunakan sebagai dana usaha dari cabang yang didirikan tersebut. Setengah dari jumlah tersebut harus sudah dimasukkan ke rekening Dana Devisa pada saat pemberian izin usaha cabang tersebut; sisanya harus sudah dimasukkan paling lambat satu tahun terhitung sejak tanggal pemberian izin usahanya. B. Bagi bank asing yang merupakan suatu Bank Campuran dan yang menjalankan usaha Bank Umum, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Pihak asing wajib untuk memasukkan ke rekening Dana Devisa paling sedikit US$ 500.000 yang nilainya dalam Rupiah akan menjadi bagiannya dalam modal yang dibayar. Setengah dari jumlah tersebut, harus sudah dimasukkan ke rekening Dana Devisa pada saat pemberian izin usaha Bank Asing tersebut; sisanya harus dimasukkan paling lambat satu tahun terhitung sejak tanggal pemberian izin usahanya.
20
2. Bank Nasional sebagai peserta diharuskan menyetor sekurang-kurangnya 40% dari jumlah tersebut dalam Rupiah. Setengah dari jumlah tersebut harus sudah disetor pada saat pemberian izin usaha bank asing tersebut; sisanya harus sudah disetor paling lambat satu tahun terhitung sejak tanggal pemberian izin usahanya. C. Bagi Bank Asing yang merupakan suatu bank campuran dan yang menjalankan usaha bank pembangunan, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Pihak asing diwajibkan untuk memasukkan ke rekening Dana Devisa sejumlah paling sedikit US$. 1.000.000 yang nilainya dalam Rupiah akan menjadi bagian dalam modal yang dibayar. Setengah dari jumlah tersebut harus sudah dimasukkan ke rekening Dana Devisa pada saat pemberian izin usaha bank asing tersebut, sisanya harus sudah disetorkan paling tidak satu tahun terhitung sejak tanggal pemberian izin usahanya. 2. Bank Nasional sebagai peserta wajib menyetor sekurang-kurangnya 40% dari jumlah nilai lawan Rupiah dari jumlah valuta asing yang dimasukkan ke rekening Dana Devisa oleh pihak lainnya. Setengah dari jumlah tersebut harus sudah disetor pada saat pemberian izin usaha bank asing tersebut; sisanya harus sudah disetor paling lambat satu tahun terhitung sejak tanggal pemberian izin usahanya. D. Saham-saham dari Bank Asing yang dimaksud dalam peraturan ini hanya boleh dikeluarkan dengan menggunakan "atas nama" setiap pemindah-tanganan saham
21
dan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Keuangan setelah mempertimbangkan keputusan dari Bank Indonesia. E. Menteri Keuangan dapat menetapkan jumlah Dana Usaha atau Modal minimum yang lebih tinggi menurut perkembangan keadaan dengan memperhatikan kondisi yang terjadi. 2.1.2.4 Bidang usaha bank asing Di samping usaha-usaha yang sudah ditetapkan dalam Undang-undang Perbankan 1967, kepada setiap Bank Asing yang telah mendapat izin usaha Bank Umum dari Menteri Keuangan dapat ditunjuk oleh Bank Sentral sebagai Bank Devisa. 2.1.2.5 Tenaga kerja bank asing A. Bank Asing diwajibkan untuk menggunakan tenaga kerja warganegara Indonesia selama tenaga yang dibutuhkan ada di Indonesia B. Anggota pimpinan Bank Asing harus memenuhi syarat-syarat keahlian pada bidang perbankan serta memiliki kepribadian yang baik C. Bank Asing berkewajiban menyelenggarakan atau menyediakan pelatihan dan pendidikan di dalam baik di dalam maupun di luar negeri secara konsisten bagi warganegara Indonesia yang menjadi tenaga kerjanya. 2.1.2.6 Perpajakan dan Hak Transfer A. Bank Asing tidak diberikan pembebasan pajak.
22
B. Bank Asing diberikan hak transfer untuk laba dan dividen, dan juga untuk melakukan pembayaran biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang menjadi pekerja di Indonesia. C. Transfer yang bersifat repatriasi modal akan diizinkan apabila Bank Asing yang bersangkutan menghentikan usahanya di wilayah Indonesia. D. Pelaksanaan dari hal-hal yang berhubungan dengan hak transfer Bank Asing diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan keputusan dari Bank Indonesia. 2.1.3 Kinerja Keuangan Bank 2.1.3.1 Kinerja keuangan Menurut Jumono (2017), kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik menyangkut penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas. Sedangkan menurut Rosada (2013), kinerja keuangan didefinisikan menjadi performing measurement, yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi atau dapat diartikan sebagai usaha mengevaluasi efisiensi dan efektifitas perusahaan dari aktivitas yang telah dilaksanakan pada periode waku tertentu. 2.1.3.2 Tujuan penilaian kinerja keuangan bank Menurut Munawir (2002), tujuan dari penilaian kinerja keuangan adalah: A. Mengetahui tingkat solvabilitas
23
Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi. B. Mengetahui tingkat likuiditas Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dibayar pada saat jatuh tempo. C. Mengetahui tingkat rentabilitas Rentabilitas
atau
profitabilitas
adalah
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dalam periode tertentu. D. Mengetahui tingkat stabilitas Mengukur kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan stabil, hal ini dapat diukur dengan mempertimbang kemampuan perusahaan dalam membayar hutang serta membayar beban bunga tepat pada waktunya. 2.1.4 Analisis Laporan Keuangan 2.1.4.1 Laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, 2012, laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Menurut Munawir (2010:5), laporan keuangan terdiri atas neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan jumlah
24
aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan laporan laba-rugi menunjukkan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang dikenal secara umum adalah neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan laporan posisi keuangan. 2.1.4.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank Menurut Siamat (2005), jenis laporan keuangan adalah sebagai berikut: A. Neraca Merupakan sebuah laporan yang menggambarkan posisi perusahaan, yaitu aktiva yang terdiri atas harta, dan pasiva yang terdiri atas kewajiban dan modal. B. Laporan komitmen dan kontinjensi Merupakan suatu ikatan kontrak yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Contoh dari laporan komitmen adalah komitmen pinjaman, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat (repurchase agreement). Sedangkan laporan kontinjensi merupakan kewajiban bank yang kemungkinan terjadinya tergantung pada peristiwa di masa yang akan datang. 2.1.4.3 Catatan atas laporan keuangan
25
Merupakan catatan berisi devisa netto menurut mata uang dan aktivitas lainnya. 2.1.4.4 Laporan arus kas Merupakan laporan dari semua aspek yang berkaitan dengan perusahaan baik yang memiliki pengaruh maupun tidak memiliki pengaruh terhadap kas. 2.1.4.5 Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi Laporan keuangan gabungan merupakan laporan keuangan yang dikumpulkan menjadi satu dari seluruh cabang, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan keuangan yang berhubungan dengan seluruh anak perusahaannya. 2.1.4.6 Tujuan laporan keuangan Menurut Kasmir (2008), tujuan penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut: A. Memberikan informasi terkait perusahaan mengenai jumlah aktiva, kewajiban dan modal yang dimiliki. B. Memberikan informasi mengenai jumlah dan jenis biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. C. Memberikan informasi terkait perkembangan usaha perusahaan yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh. D. Memberikan informasi terkait kinerja manajemen dari suatu perusahaan. E. Memberikan informasi terkait perubahan aktiva, kewajiban dan modal perusahaan.
26
2.1.4.7 Pengguna laporan keuangan Menurut Irham Fahmi (2012), pihak yang menggunakan laporan keuangan adalah sebagai berikut: A. Kreditor Kreditor merupakan pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa. B. Investor Investor merupakan pihak yang membeli saham atau komisaris perusahaan. Seorang investor wajib mengerti secara detail mengenai perusahaan di mana ia akan berinvestasi. Dalam hal ini, investor dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan sebagai sumber informasi. C. Akuntan publik Merupakan orang yang ditugaskan untuk melakukan audit atau penilaian atas suatu perusahaan. D. Karyawan Merupakan orang yang bergantung penuh kepada perusahaan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan mengetahui posisi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan, maka karyawan dapat mengambil keputusan bagi masa depannya. 2.1.5 Rasio keuangan Kasmir (2010:110) mengungkapkan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu perusahaan. Penggunaan masingmasing rasio tergantung pada kebutuhan perusahaan yang artinya bahwa tidak semua
27
rasio akan digunakan oleh analis. Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Irawati (2005) Rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu, atau pun hasil-hasil usaha dari suatau perusahaan pada satu periode waktu tertentu melalui cara membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi. Sedangkan menurut Jumono (2015), analisis rasio keuangan adalah alat yang paling bermanfaat untuk menentukan berbagai aktivitas usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Pengamatan dan analisis yang sesuai atas hasil analisis rasio keuangan dapat membantu manajemen untuk menemukan kelemahan dan keunggulan atas perusahaan. 2.1.5.1 Fungsi rasio keuangan A. Menetapkan tujuan dari analisis, hasil dari perhitungan rasio keuangan dapat dijadikan sebuah acuan untuk menentukan strategi yang harus dilakukan dengan tujuan memperbaiki kondisi keuangan. B. Mengevaluasi strategi untuk peningkatan profit di periode selanjutnya, meninjau kembali keputusan yang telah diterapkan pada periode sebelumnya apakah membawa dampak baik atau buruk pada kinerja keuangan perusahaan.
28
C. Mengevaluasi laporan keuangan, menilai keadaan perusahaan dengan melihat laporan keuangan dan memeriksa kinerja keuangan pada periode sebelumnya. D. Membantu pimpinan perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan, dengan hasil perhitungan rasio keuangan, bagian direksi dan manajemen perusahaan dapat mengetahui kondisi perusahaan dan mengambil keputusan yang tepat untuk memperbaiki hasil dari rasio keuangan yang buruk atau mempertahankan dan meningkatkan hasil dari rasio keuangan yang baik di periode mendatang dengan cara mengimplementasikan pada kegiatan perusahaannya. E. Melihat perkembangan usaha perusahaan selama beberapa waktu, dengan melihat perbedaan hasil rasio keuangan yang sama dalam periode yang berbeda, manajemen dapat melihat perkembangan apa saja yang terjadi dalam perusahaan dari segi modal, aset, pendapatan dan lainnya sebagai referensi untuk keputusan di masa yang akan datang. F. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan perusahaan, hasil dari perhitungan rasio keuangan dapat menunjukkan dengan jelas kelemahan dan kekuatan dari sisi keuangannya, sehingga dapat segera mengetahui apa yang harus diperbaiki dan dipertahankan. G. Membantu dalam pengawasan perusahaan, rasio keuangan dapat mendeteksi jika adanya pemakaian biaya yang kurang tepat, penggunaan modal yang salah dan mengontrol penggunaan aset serta modal agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
29
H. Mengetahui kinerja perusahaan, rasio keuangan dapat mendeteksi bagaimana aktivitas perusahaan berjalan, mulai dari operasional, pemasaran, penjualan hingga pendapatan dan pengeluaran perusahaan dalam upaya menjaga keberlangsungan perusahaan. 2.1.5.2 Jenis rasio keuangan Menurut Jumono (2016), rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu: A. Rasio likuiditas (liquidity ratio) Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Kasmir, 2008). Dalam rasio likuiditas, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan rasio sebagai berikut : 1.
Current ratio (CR) Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimilikinya. 2.
Quick ratio atau acid test ratio (QR / ATR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. 3.
Working capital to total assets ratio (WCTAR)
30
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja/netto. 4.
Cash ratio Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. 5.
Interest coverage ratio (ITR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk melakukan pembayaran bunga utang pada waktu yang tepat. 6.
Account payable turnover ratio (APTR) Merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi rekening yang dibayar dengan membandingkan pembelian kredit bersih dengan utang selama periode.
B. Rasio solvabilitas Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun rasio yang digunakan dalam rasion solvabilitas, yaitu: 1. Times interest earned ratio (TIE) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga utang jangka panjang. 2. Debt to equity ratio (DER)
31
Merupakan perbandingan antara utang-utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal internal perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. 3. Debt to assets ratio (DAR) Merupakan perbandingan antara utang lancar dan utang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva yang tercatat. 4. Debt to total capital assets (DTCA) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk meminjam keseluruhan utang. 5. Long term debt to equity ratio (LTDER) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan sebagai barang jaminan untuk utang jangka panjang. 6. Tangible assets debt coverage (TADC) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap berwujud yang digunakan sebagai jaminan utang jangka panjang. 7. Equity ratio (ER) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah aset yang dibiayai oleh investasi sendiri dengan membandingkan total ekuitas dengan total aset. C. Rasio aktivitas Menunjukkan tingkat efektifitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan. Dalam Rasio Aktivitas atau Rasio efisiensi, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan rasio sebagai berikut :
32
1. Assets turnover ratio (ATR) Merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan antara pendapatan yang diterima dengan seluruh aktiva yang digunakan dalam suatu periode waktu. 2. Inventory turnover ratio (ITR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan yang ada (dalam perusahaan manufaktur), atau merupakan rasio yang digunakan untuk menilai penjualan menurut harga pasar dan mengukur perputaran persediaan dalam kas. 3. Fixed assets turnover ratio (FATR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap dalam rangka menghasilkan pendapatan. 4. Working capital turnover ratio (WCTR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh untuk tiap rupiah modal kerja. 5. Account receivable time average (ARTA) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi manajemen piutang perusahaan dan menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang. 6. Account receivable turnover ratio (ARTR) Merupakan rasio yang digunakan untuk melihat posisi piutang dan perkiraan waktu pelunasannya.
33
7. Days’ sales in inventory (DSI) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat nilai saham yang ada dapat terjual. D. Rasio profitabilitas Menunjukkan perbandingan antara keuntungan dengan penjualan. Dalam rasio profitabilitas, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan rasio sebagai berikut: 1. Gross profit margin (GPM) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan. 2. Earning before interest and taxes / operating income ratio / operating profit margin / net operating income (EBIT / OIR / OPM / NOI) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. 3. Operating ratio (OR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur biaya operasi perusahaan. Semakin kecil angka rasio berarti kinerja perusahaan semakin baik. 4. Net profit margin / sales margin (NPM / SM) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang didapatkan oleh perusahaan. Semakin besar angka rasio, maka kinerja perusahaan semakin baik. 5. Earning power of total investment (EPTI)
34
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor dan pemangku kepentingan perusahaan. 6. Return on equity (ROE) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. 7. Return on assets (ROA) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. 8. Account receivable turnover (ART) Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai perputaran piutang perusahaan. 9. Profit margin ratio (PMR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh dari penjualan yang dihasilkan dengan membandingkan laba bersih dan penjualan bersih. Menunjukkan berapa persen dari penjualan yang tersisa setelah seluruh biaya dibayar oleh bisnis. 10.
Return on capital employed (ROCE) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien sebuah
perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dari modal yang digunakan.
35
11.
Earning before interest, taxes, depreciation and amortization margin
(EBITDA) EBITDA digunakan untuk mengukur profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi (seperti bunga dan beban lainnya) dan depresiasi serta amortisasi. E. Rasio investasi Menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi. Dalam rasio investasi, analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan rasio sebagai berikut: 1. Earning per share (EPS) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh dari per lembar saham yang telah beredar. 2. Price earning ratio (PER) Merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung nilai pasar saham relatif terhadap pendapatan dengan membandingkan harga pasar per saham dengan laba per saham. 3. Dividend payout ratio (DPR) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih yang didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dalam periode waktu tertentu 4. Dividend yield ratio (DYR)
36
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah dividen tunai kepada pemegang saham umum didistribusikan relatif terhadap nilai pasar per saham. Hasil dividen digunakan oleh investor untuk menunjukkan bagaimana investasi mereka berjalan, baik dalam arus kas dalam bentuk dividen atau kenaikan nilai aset oleh apresiasi saham.
2.1.6 Sistem DuPont Analisis DuPont adalah metode pengukuran kinerja yang pertama kali diterapkan oleh perusahaan DuPont pada tahun 1920. Dengan metode ini, aset diukur pada nilai kotor daripada nilai bersih buku untuk menghasilkan pengembalian ekuitas yang tinggi (ROE) ini juga dikenal sebagai pengidentifikasian DuPont. Menurut Weston et.al (1994), analisis DuPont adalah analisis yang mencakup seluruh rasio aktivitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menunjukkan bagaimana rasio ini mempengaruhi profitabilitas. Adapun rasio-rasio yang digunakan dalam Sistem DuPont, antara lain: Return on Equity (ROE), Financial Leverage Multiplier (FLM), Total Asset Turnover (TATO), dan Net Profit Margin (NPM). Namun, menurut Bodie (2004), Net Profit Margin dapat diturunkan menjadi Operating Profit Margin (OPM), Interest Burden (IB) dan Tax Burden (TB). Penelitian yang dilakukan oleh Kusi et al., (2015) dengan judul “Evaluating Banking Profit Performance in Ghana during and post Profit Decline: A Five Step
37
Du-Pont Approach” menyatakan bahwa variabel OPM, Leverage, Interest Burden, Total Equity berpengaruh secara positif terhadap ROE. Sedangkan Asset Turnover tidak berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROE. Miadalyni et al., pada penelitiannya yang berjudul ” Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali kantor pusat Denpasar” menunjukkan bahwa secara simultan; loan to deposit ratio, loan to asset ratio, capital adequacy ratio, dan kualitas aktiva produktif berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar. Sementara itu, berdasarkan uji parsial menunjukkan bahwa loan to deposit ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, loan to asset, capital adequacy ratio dan kualitas aktiva produktif berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Imadudin et al., dengan judul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan” menujukkan bahwa DAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE. Selain itu, penelitian dengan judul “Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” yang dilakukan oleh Hamid et.al (2015) menemukan bahwa variabel Financial Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROE.
38
Menurut Bodie et al., (2004;458-459), Sistem Du Pont dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE = FLM x TATO x NPM ROE = FLM x TATO x OPM x IB x TB ROE =
x
x (1-
)x
x
Menurut Harahap (1998:333), adapun keunggulan dari penggunaan Sistem DuPont, yaitu: A. Sebagai teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen dapat mengetahui seberapa efektif dari penggunaan aktiva yang ada. B. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. C. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih integratif dan menggunakan laporan keuangan sebagai alat analisisnya.
39
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1.
Judul Evaluating Banking Profit Performance in Ghana during and post Profit Decline: A Five Step Du-Pont Approach
Penulis Kusi et al., (2015)
Variabel Independen: Operating Profit Margin, Asset Turnover, Leverage, Interest Burden, dan Tax Effect. Dependen: ROE
Hasil OPM, Leverage, IB, TE berpengaruh secara positif terhadap ROE. Sedangkan Asset Turnover tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap ROE.
2.
Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Hamid et al., (2015)
Independen: Financial Leverage Dependen: ROE dan EPS
Financial Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROE.
3.
Financial Performance Analysis of the Jordanian Arab Bank by Using the DuPont System of Financial Analysis
Almazari (2012)
Independen: FL, TATO, Dependen: ROE
Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio Dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Profitabilitas Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar Analisis Tingkat Keuntungan Modal Sendiri Pada Bank Pemerintah (Persero) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Putu Desi Miadalyni
Independen: LDR, LAR, CAR, KAP Dependen: ROE
LDR = positif signifikan LAR, CAR, KAP = negatif, tidak signifikan
Pertama Wiko Setiyawan
Independen: BOPO, NIM,dan LAR Dependen: ROE
BOPO = negatif, tidak signifikan NPM = positif, signifikan LAR = positif, tidak signifikan
4
5
No. 6.
Judul Pengaruh Leverage (DAR, DER, Dan TIER) Terhadap ROE Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2014
Penulis Jihan Salim (2015)
Variabel Independen: DAR, DET, TIER Dependen: ROE
NPM
FL, TATO, dan NPM signifikan mempengaruhi ROE
Hasil DER, TIER = positif DAR = tidak berpengaruh
40
7.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Barus et al., (2013)
Independen: CR, TATO, DER, DR Dependen: ROA
TATO, DR = signifikan CR, DER = tidak signifikan
8.
Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Debt To Assets Ratio Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Transformasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Julita
Independen: DAR, DER Dependen: ROA
DAR = signifikan DER = tidak signifikan
Sumber: Diolah Penulis 2.3 Hubungan Antar Variabel 2.3.1 Hubungan antara Financial Leverage dengan ROE FLM berbicara mengenai kemampuan manajemen dalam mendapatkan aset perusahaan. Semakin tinggi rasio FLM maka semakin besar pula likuditas bank tersebut karena proporsi dana masyarakat yang masuk ke dalam bank lebih tinggi daripada total modal yang dimiliki. Semakin tinggi dana yang diterima oleh bank, membuat aset yang dimiliki semakin tinggi sehingga bank memiliki peluang untuk menyalurkan kredit dengan sumber aset yang dimiliki. Tentunya, dengan menyalutkan kredit kepada masyarakat, bank akan mendapatkan pendapatan bunga dari hasil peminjaman kredit tersebut. Hal ini akan berimplikasi kepada meningkatnya profitabilitas perbankan. 2.3.2 Hubungan antara Total Asset Turnover (TATO) dengan ROE TATO berbicara mengenai perputaran aset, yaitu seberapa maksimal manajemen perusahaan dapat memanfaatkan aset yang dimiliki untuk diperdagangkan agar menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi nilai dari perputaran aset
41
mengindikasikan setiap aset dimanfaatkan secara maksimal dengan tidak dibiarkan mengendap tanpa menghasilkan imbalan bagi perusahaan, yaitu diperdagangkan melalui produk perbankan sehingga pendapatan yang diterima akan lebih maksimal pula. Hal ini akan berimplikasi kepada meningkatnya profitabilitas perusahaan. 2.3.3 Hubungan antara Operating Profit Margin (OPM) dengan ROE OPM berbicara mengenai efisiensi biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio OPM menunjukan semakin besar pula laba operasional perusahaan yang diperoleh yang diakibatkan dari penekanan terhadap biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini akan berimplikasi kepada meningkatnya profitabilitas perusahaan. 2.3.4 Hubungan antara Interest Burden (IB) dengan ROE Interest Burden berbicara mengenai OI/OE suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio Interest Burden menunjukkan Other Income (OI) yang lebih tinggi daripada Other Expense (OE). Semakin tingginya OI pada suatu perusahaan maka pendapatan sebelum pajak pun akan turut meningkat yang akan linier terhadap meningkatnya pendapatan bersih perusahaan. Hal ini akan berimplikasi kepada meningkatnya profitabilitas perusahaan. 2.3.5 Hubungan antara Tax Burden (TB) dengan ROE Tax Burden berbicara mengenai pengaruh beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Semakin besar nilai dari rasio Tax Burden berarti semakin kecil pula pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Pajak bersifat mengurangi pendapatan, apabila pengurang semakin mengecil maka pendapatan akan semakin meningkat.
42
Meningkatnya pendapatan akan berimplikasi kepada meningkatnya profitabilitas perusahaan. 2.3.6 Hubungan antara Loan to Asset Ratio (LAR) dengan ROE Menurut Martono (2004:82) Loan to Asset Ratio berbicara mengenai kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan total asset yang dimiliki. Semakin banyak aset yang dimiliki maka kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit nasabah akan semakin besar pula. Kredit yang diberikan kepada nasabah tentunya akan mendatangkan pendapatan bunga bagi bank. Hal ini akan berimplikasi kepada meningkatnya profitabilitas perusahaan 2.3.7 Hubungan antara Debt to Asset Ratio (DAR) dengan ROE Menurut Kasmir (2014:156), Debt to Asset Ratio mengukur mengenai seberapa besar aset yang dimiliki dibiayai oleh Dana Pihak Ketiga atau Utang. Semakin tinggi nilai DAR maka semakin tinggi pula nasabah yang menyetorkan uangnya kepada bank yang menyebabkan jumlah aset bank meningkat. Semakin banyak aset yang dimiliki oleh bank maka kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit nasabah akan semakin besar pula. Kredit yang diberikan kepada nasabah tentunya akan mendatangkan pendapatan bunga bagi bank. Hal ini akan berimplikasi kepada meningkatnya profitabilitas perusahaan 2.4 Hipotesis Berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik dugaan sementara, yaitu: H1 : Diduga secara parsial Financial Leverage Multiplier berpengaruh secara positif terhadap Return on Equity pada Bank Asing periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2.
43
H2 = Diduga secara parsial Total Asset Turnover berpengaruh secara positif terhadap Return on Equity pada Bank Asing periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. H3 = Diduga secara parsial Operating Profit Margin berpengaruh secara positif terhadap Return on Equity pada Bank Asing periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. H4 = Diduga secara parsial Interest Burden berpengaruh secara positif terhadap Return on Equity pada Bank Asing periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. H5 = Diduga secara parsial Tax Burden berpengaruh secara positif terhadap Return on Equity pada Bank Asing periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. H6 = Diduga secara parsial Loan to Asset Ratio berpengaruh secara positif terhadap Return on Equity pada Bank Asing periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. H7 = Diduga secara parsial Debt to Asset Ratio berpengaruh secara positif terhadap Return on Equity pada Bank Asing periode 2011 Kuartal 1 - 2016 Kuartal 2. 2.5 Model Penelitian
FLM (X1)
TATO (X2)
OPM (X3) ROE (Y) IB (X4)
TB (X5)
LAR (X6) DAR (X7) Gambar 2.1 Model Penelitian
44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Riset Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu penelitian untuk melihat pengaruh antara variabel satu dengan variabel lainnya. Data yang diuji menggunakan analisis statistik dengan metode regresi data panel. 3.2 Jenis dan sumber data 3.2.1 Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang dikumpulkan berupa laporan keuangan kuartal bank asing dan Statistik Perbankan Indonesia. 3.2.2 Sumber data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun dari website resmi bank yang terkait. 3.3 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah bank asing yang terdaftar di Bank Indonesia, yaitu:
45
Tabel 3.1 Daftar Bank Asing yang Tercatat di Bank Indonesia Daftar Bank Asing di Indonesia No
Nama
1
Bank Of America, N.A
2
The Royal Bank Of Scotland N.V
3
Bangkok Bank Pcl
4
Citibank N.A
5
The Hongkong & Shanghai B.C, LTD
6
Bank Of China Limited
7
Deutsche Bank Ag
8
JP. Morgan Chase Bank, NA
9
The Bank Of Tokyo-Mitsubishi UFJ LTD
10
Standard Chartered Bank
Sumber: www.bi.go.id
3.3.2 Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan yang termasuk ke dalam jenis bank asing yang terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-2016. 2. Menerbitkan laporan keuangan secara rutin selama periode 2011-2016. 3. Terus beroperasi pada industri perbankan selama periode 2011-2016.
46
Berikut ini adalah sampel bank yang diambil dalam penelitian ini: Tabel 3.2 Daftar Bank Asing yang Digunakan Sebagai Sampel Sampel Penelitian No
Nama
1
Bangkok Bank Pcl
2
Bank Of China Limited
3
Citibank N.A
4
Deutsche Bank Ag
5
The Hongkong & Shanghai B.C, LTD
6
Standard Chartered Bank
7
The Bank Of Tokyo-Mitsubishi UFJ LTD Sumber: diolah oleh penulis
3.4 Unit Analisis Unit analisis yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Asing Periode 2011 Kuartal 1 – 2016 Kuartal 2 yang meliputi neraca, laporan laba rugi, dan rasio keuangan. 3.5 Definisi Operasional Variabel Menurut Sugiyono (2010) variabel yang digunakan di dalam penelitian adalah suatu nilai dari orang, kegiatan, maupun obyek yang memiliki tingkat variasi tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dilakukan analisis lebih lanjut kemudian ditarik kesimpulan.
47
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Definisi variabel operasional yang digunakan secara lengkap sebagai berikut : 1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Profitabilitas dalam DuPont System : ROE ROE adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki (Tambun, 2007:146). ROE = f (Leverage, Perputaran Asset, Efisiensi Biaya, OI/OE, Pajak, Proposi Kredit, dan Proporsi DPK )………..……………………..…………………....…..(3.1) 2. Variabel Bebas (Independent Variable) a. Financial leverage multiplier (FLM) Financial leverage multiplier adalah seberapa besar perbandingan komposisi aktiva dibandingkan dengan ekuitas dalam suatu perusahaan. FLM dapat dirumuskan sebagai berikut: FLM =
…………………………………………...…….............……...(3.2)
b. Total Assset Turn Over (TATO) TATO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan per aktiva yang dimiliki. TATO dapat dirumuskan sebagai berikut:
48
TATO =
……................………………………………………..(3.3)
c. Operating profit margin (OPM) OPM berbicara efisiensi biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan. OPM dapat dirumuskan sebagai berikut: OPM = 1 - ………...……………………………………..........................(3.4) d. Interest Burden (IB) Interest burden adalah rasio yang mengukur seberapa besar OI/OE yang dihasilkan oleh perusahaan. Semakin besar rasio, berarti keuntungan perusahaan juga ikut meningkat. Interest Burden dapat dirumuskan sebagai berikut: IB =
………………………………………………………………....(3.5)
e. Tax Burden (TB) Tax Buden adalah rasio yang mengukur pengaruh beban pajak terhadap keuntungan perusahaan. Semakin besar rasio, berarti keuntungan perusahaan juga ikut meningkat Tax Burden dapat dirumuskan sebagai berikut TB =
…………………………………………………………............(3.6)
f. Loan to Asset Ratio (LAR) Loan to Asset Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar kredit yang dapat disalurkan kepada nasabah dari total aset yang dimiliki. LAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
49
LAR =
………………………………….……………………………..(3.7)
g. Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Asset Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa banyak proporsi dana masyarakat yang masuk ke dalam aset. DAR dapat dirumuskan sebagai berikut: DAR =
……………………………………………………...……….(3.8)
3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Model estimasi panel data Model ini menggabungkan antara runtun waktu (data time series) dengan observasi lintas sektor (cross section) sehingga jumlah observasi yang dilakukan akan meningkat. Estimasi panel data akan meningkatkan derajat kebebasan dan juga mengurangi kolinearitas antara variabel penjelas dan memperbaiki efisiensi estimasi. Formulasi dari data panel dapat dibuat persamaan sebagi berikut: Yit = α + βXit +εit …………………………………………………….....…(3.9) Keterangan : N
= Banyaknya observasi
T
= Banyaknya waktu
N x T = Banyaknya data panel Jika panel data diterapkan ke dalam model penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu ROE menurut sistem DuPont Plus, maka persamaannya adalah sebagai berikut:
50
ROEt= α0 + α1FLM + α2TATO + α3OPM + α4IB + α5TB + α6LAR + α7DAR + εit
…………………………………………………………………...(3.10)
Keterangan : ROEt = mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham dari modal yang dimiliki. FLM = Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukurleverage perusahaan. TATO = Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran aset perusahaan. OPM = Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi biaya perusahaan. IB
= Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur OI/OE perusahaan.
TB
= Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi pajak
perusahaan. LAR
= Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kredit
yang dapat disalurkan perusahaan. DAR
= Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar proporsi
dana masyarakat yang masuk dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. εit
= Standar Error Menurut Gujarati (2012), kelebihan dari data panel di bandingkan dengan data
runtun waktu (time series) dan data lintas sektor (cross section) (Damodar Gujarati, 2012) adalah :
51
a. Data panel dapat mengontrol heterogenitas individual. Individu, perusahaan, ataupun daerah yang bersifat heterogen dan data panel mampu mengontrol ke empat varian tempat dan waktu tersebut, sedangkan data runtun waktu dan lintas sektor tidak mampu. Sehingga hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan studi data runtun waktu dan lintas sektor menjadi bias. b. Data panel dapat memberikan informasi, variabilitas, derajat kebebasan (degree of freedom), dan meminimalisir adanya kolinearitas antar variabel. c. Data panel mampu mengidentifikasi dan mengukur dampak yang tidak terdeteksi dalam data runtun waktu dan lintas sektor. d. Data panel memiliki kemungkinan untuk membangun dan menguji model perilaku secara lebih lengkap daripada data runtun waktu dan lintas sektor. Pada model yang mengandung variabel senjang, dapat dilakukan pembatasan yang sedikit. Prosedur Analisis Prosedur analisis inferensial mengikuti pola penelitian Jumono (2025, 2016 dan 2017). Pada model Statik, dalam mengestimasi model regresi data panel terdapat tiga kategori model yang bisa digunakan, yaitu model Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect. 1. Common effect Model Common Effect adalah model regresi data panel yang paling sederhana. Model ini pada dasarnya merupakan model yang mengabaikan struktur panel dari data, sehingga dapat diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu atau dengan kata lain pengaruh spesifik dari masing-masing individu
52
yang diteliti diabaikan atau dianggap tidak ada. Dengan demikian, dihasilkan sebuah persamaan regresi yang sama untuk setiap unit Cross Section. Model ini sangat jarang dipergunakan dalam analisis data panel karena secara realisasi model ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Persamaan regresi model Common Effect dapat ditulis sebagai berikut : Yit = α + βitX + εiti …………………………………………………..….(3.11) Keterangan : Y = variabel dependen α = koefisien regresi X = variabel independen β = estimasi parameter εit = error term N = jumlah individu T = jumlah periode waktu Menurut Ekanada (2005), berdasarkan asumsi dari struktur matriks varianscovarians residual, maka dalam model Common Effect, terdapat empat metode estimasi yang dapat digunakan, yaitu : a. Pooled Least Square (PLS), digunakan apabila struktur matriks varians-kovarians residualnya diasumsikan memiliki sifat homoskedastik dan tidak ada Cross Sectional Correlation.
53
b. Generalized Least Square (GLS), digunakan jika struktur matriks varianskovarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan tidak ada Cross Sectional Correlation. c. Feasible Generalized Least Square (FGLS), digunakan apabila struktur matriks varians-kovarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan ada Cross Sectional Correlation. d. Feasible Generalized Least Square (FGLS) dengan proses Autoregressive (AR) pada Error Term nya, digunakan apabila struktur matriks varians-kovarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan ada korelasi antar waktu pada residualnya. 2. Fixed effect Apabila dalam model Common Effect cenderung mengabaikan struktur panel dari data dan pengaruh spesifik masing-masing individu, maka dalam model Fixed Effect, terdapat efek spesifik dari individu yang kemudian diasumsikan berkorelasi dengan varibel penjelas yang teramati. Secara matematis, model Fixed Effect dapat ditulis sebagai berikut : Yit = α + βXit + γ2W2i + γ3 W3i+ ...... + γN Wni + σ2 Zi2 + σ3 Zi3 + .... + σi ZiT + εit ....................................................................(3.12) Keterangan : Yit
= variabel terikat untuk individu bank ke-i dan tahun ke-t
Xit
= variabel bebas untuk individu bank ke-i dan tahun ke-t
Wit dan Zit, adalah variabel Dummy yang dapat didefinisikan sebagai berikut :
54
Wit
= 1; untuk bank i;
i = 1, 2,....N = 0; lainnya
Zit
= 1; untuk tahun t;
t = 1, 2,....T = 0; lainnya
Berdasarkan model Fixed Effect di atas, dapat dilihat bahwa sebenarnya model Fixed Effect sama dengan regresi yang menggunakan Dummy Variable sebagai variabel bebas, sehingga data dapat diestimasi dengan menggunakan OLS. Dengan estimasi model menggunakan OLS, maka akan diperoleh estimator yang tidak bias dan lebih konsisten. 3. Random effect Adanya keputusan untuk memasukkan variabel peubah Dummy dalam model Fixed Effect dapat menimbulkan konsekuensi tersendiri yaitu mengurangi banyaknya derajat kebebasan yang pada akhirnya dapat mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dapat digunakan model Random Effect. Dalam model Random Effect, parameter yang memiliki perbedaan antar inividu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam Error, karena alasan inilah model Random Effect sering disebut sebagai Error Component Model. Dari persamaan diatas, dapat dinyatakan bahwa model Random Effect menganggap efek rata-rata dari data Cross Section dan Time Series direpresentasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data Time Series direpresentasikan dalam νt dan deviasi untuk data Cross Section dinyatakan dalam ui.
55
Model Random Effect dapat diestimasi dengan OLS bila σ u2 = σv2 = 0. Jika tidak demikian, model Random Effect diestimasi dengan metode Generalized Least Square (GLS). Asumsi dalam model Random Effect adalah Error secara individual tidak saling berkorelasi, dan begitu pula dengan Error kombinasinya. Pendekatan Random Effect dapat menghemat derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada pendekatan Fixed Effect. Hal ini berimplikasi pada parameter hasil estimasi dapat menjadi efisien. Semakin efisien, maka model akan semakin baik. Terkait dengan beberapa pilihan teknik untuk permodelan panel data, sebelum model diestimasi dengan menggunakan model yang tepat, terlebih dulu dilakukan uji spesifikasi apakah Common Effect, Fixed Effect, atau Random Effect memberikan hasil yang sama. 4. Penyeleksian model estimasi data panel Penyeleksian model estimasi data panel, antara lain : a. Chow test Signifikansi model Fixed Effect dapat dilakukan dengan uji statistik F. Uji F dipergunakan untuk mengetahui F=
(
/(
)/ (
)
)
…………………………………………….(3.13)
model ini lebih baik dari regresi data panel tanpa variabel Dummy (Common Effect) dengan melihat Residual Sum Squares (RSS). Chow =
(
/(
)/ (
)
)
……………………………………...(3.14)
56
Dimana
:
RRSS : Restricted Residual Sum Squares URSS : Unrestricted Residual Sum Squares
Keterangan : n = jumlah individu T = periode waktu k = parameter dalam model Fixed Effect RSS1 dan RSS2 merupakan Residual Sum Squares teknik tanpa variabel Dummy dan teknik Fixed Effect dengan variabel Dummy. Nilai statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat bebas sebanyak (n-1) untuk numerator dan (nT-n-k) untuk denumerator. Apabila nilai statistik F hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis nul ditolak, yang berarti koefisien intersep dan slope tidak berlaku, sehingga teknik regresi data panel dengan Fixed Effect lebih baik dari Common Effect. b. Hausman test Hausman test adalah pengujian untuk memilih apakah model penelitian akan dianalisis dengan menggunakan metode Random Effect atau Fixed Effect. Hipotesis yang digunakan pada uji spesifikasi hausman adalah sebagai berikut : H0
= Model Random Effect
H1
= Model Fixed Effect (unrestricted) Dengan perbandingan terhadap Chi Square tabel dan α = 0.05, jika Hausman
Statistics lebih besar dari Chi Square tabel atau lebih kecil dari α = 0.05 (< α = 0.05),
57
maka hipotesis nol ditolak, sehingga model yang terpilih atau lebih sesuai dalam menjelaskan permodelan data panel tersebut adalah model Fixed Effect. c. The breusch-pagan LM test LM Test dipergunakan untuk pengujian dalam memilih model yang dianalisis, apakah model yang terpilih Random Effect atau Pooled Least Square. Hipotesisnya sebagai berikut : H0
= Model Pooled Least Square (restricted)
H1
= Model Random Effect Penolakan H0 menggunakan statistik LM Test, didasarkan dari distribusi Chi
Square. Jika LM Statistics lebih besar dari Chi Square tabel atau lebih kecil dari α = 0.05, maka H0 ditolak, dan model yang lebih sesuai dalam menjelaskan permodelan data panel adalah model Random Effect, begitu pun sebaliknya. d. Uji postestimation (diagnostic testing) Model yang terpilih akan diuji menggunakan beberapa uji postestimation untuk mengetahui apakah model tersebut valid sebagai estimator untuk menjawab hipotesis penelitian. e. Uji heteroskedastisitas Variasi dari Error diharapkan konstan untuk setiap observasi. Asumsi ini disebut dengan Homoscedasticity. Ketika variasi dari Error tidaklah konstan, maka akan ditemui Heteroscedasticity di dalam Error. Menurut Suliyanto (2011), heteroskedastisitas adalah varian variabel pada model regresi yang tidak sama (Suliyanto, 2011). Apabila varian variabel pada model
58
regresi
memiliki
nilai
yang
sama
atau
konstan,
maka
disebut
dengan
homoskedastisitas. Hal yang diharapkan dari model regresi adalah adanya homoskedastisitas. Heteroskedastisitas biasanya terjadi pada data yang bersifat Cross Section. Terdapat beberapa alasan munculnya heteroskedastisitas (Sarwoko, 2005), yaitu : 1. Database dari satu atau lebih variabel mengandung nilai-nilai dengan suatu jarak (range) yang besar. 2. Perbedaan laju pertambahan antara variabel dependen dan variabel independen adalah signifikan dalam periode pengamatan untuk data runtun waktu tertentu. 3. Dalam data itu sendiri ternyata terdapat heteroskedastisitas, khususnya pada data seksi silang. Menurut Gujarati et al,. (2009) Heteroskedastisitas tidak menghilangkan sifatsifat ketidakbiasan dan konsistensi dari estimator OLS, tetapi heteroskedastisitas tidak lagi efisien, bahkan tidak asimtotis (pada sampel yang besar) (Gujarati dan Porter, 2009). Persoalan heteroskedastisitas seringkali ditangani dengan dua cara. Pertama, mentransformasi data dengan suatu faktor yang tepat. Kemudian menggunakan prosedur OLS terhadap data yang telah ditransformasi. Prosedur dengan dua langkah ini dikenal dengan nama General Least Square (GLS). Cara kedua transfomrasi data dalam bentuk Translog (Sarwoko, 2005). Heteroskedastisitas memiliki konsekuensi antara lain :
59
a. Estimator yang dihasilkan tetap konsisten, tetapi tidak lagi efisien. Ada estimator lain yang mempunyai Variance lebih kecil dari pada estimator yang memiliki Error yang Heteroscedastic. b. Standard Error yang dihitung dari OLS memiliki Error Heteroscedastic yang tidak lagi akurat. Hal ini menyebabkan inferensi (uji hipotesis) yang menggunakan Standard Error tidak akurat. Cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dilakukan dengan metode informal maupun uji formal. Pengamatan informal dilakukan dengan cara mem-plot residual kuadrat dengan ŷ atau dengan mem-plot residual kuadrat dengan salah satu variabel independen. f. Uji autokorelasi Pada uji autokorelasi, diharapkan Error tidak berkorelasi (Uncorrelated) antar satu observasi dengan observasi lainnya. Adanya korelasi Error antar observasi menimbulkan autokorelasi. Autokorelasi merupakan keadaan dimana kesalahan pengganggu dari periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari priode sebelumnya. Dalam kondisi ini, kesalahan pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain berhubungan, intisari dari autokorelasi adalah Error Term pada periode-periode waktu lain. Untuk menguji ada atu tidaknya atukorelasi, dapat menggunakan uji formal. Uji formal dengan DW (Durbin-Watson) Statistics.
Dalam uji Durbin Watson,
apabila DW > 2 atau DW < 2 (tidak mendekati 2) maka dapat dikatakan adanya
60
indikasi autokorelasi. Tetapi pengujian menggunakan DW sering menimbulkan ambiguitas sehingga diperlukan pengujian formal. Pengujian formal dilakukan dengan menggunakan uji Breusch- Godfrey Serial Correlation LM Test. Apabila p value < α, maka terdapat indikasi adanya autokorelasi pada model tersebut. untuk mengatasi autokorelasi, dapat menggunakan cara menambah variabel AR (Autoregressive) atau MA (Moving Average), menambah lag pada variabel terikat atau menambah lag pada variabel bebas, serta melakukan Differencing atau melakukan regresi nilai turunan. g. Uji multikolinieritas Uji multikolinieritas dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dimana terjadi hubungan linear antar variabel independen. Hal ini melanggar asumsi regresi di mana disyaratkan untuk sebaliknya, yaitu tidak terjadi hubungan linear antar variabel independen. Konsekuensi dari adanya multikolinieritas, yaitu apabila terjadi multikolinieritas, parameter yang diestimasi akan bersifat Blue tetapi estimator akan memiliki Variance dan Standard Error yang besar sehingga dalam uji hipotesis kurang akurat. Karena Standard Error yang besar, maka interval pengujian akan besar sehingga hipotesis nol akan sering ditolak. 1.
T-stat akan banyak yang tidak signifikan walaupun R2 tinggi.
2.
Estimator OLS akan sensitif terhadap perubahan kecil pada data. Cara mendeteksi multikolinieritas antara lain : a.
Menghitung koefisien korelasi antar variabel independen
61
b.
Melihat apabila R2 tinggi tetapi tidak ada atau sedikit t-stat yang signifikan.
c.
Melakukan regresi antar satu variabel independen dengan variabel independen lainnya. Apabila terdapat hasil regresi R2 tinggi, kemungkinan ada multikolinieritas.
Pengujian untuk melihat secara pasti jenis multikolinieritas yang terjadi, belum ada didalam literatur. Cara-cara yang telah disebutkan diatas, merupakan cara sederhana yang masih memiliki banyak kekurangan. Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen. Multikolinieritas juga bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi yang terbentuk, ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Apabila di dalam model regresi terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas, maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. 5. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : a. Uji t Analisis uji t secara parsial digunakan untuk melihat signifikan dari variabel bebas secara parsial. Pada uji t, variabel bebas secara individual dapat menjelaskan variabel terikat pada model dengan hipotesis nol (H0 : β = 0) yang artinya, nilai koefisien sama dengan nol, dan hipotesis alternatif (H1 : β ≠ 0) yang artinya, nilai koefisien berbeda dengan nol. Signifikan ini secara jelas dapat dilihat dari besarnya
62
angka probabilitas. Jika p-value (t-statistik) lebih kecil dari α (α = 0.05 atau 0.10), maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya atau H0 ditolak. b. Koefisien Determinasi (R2) Masalah yang bisa terjadi ketika melakukan pengujian dengan R2 adalah apabila variabel bebasnya ditambah. Ketika hal itu terjadi, maka nilai R2akan bertambah besar. Pengujian dengan Adjusted R2 secara obyektif melihat adanya pengaruh dari penambahan variabel bebas, apakah variabel tersebut mampu memperkuat variasi penjelas dari variabel terikat. Perhitungan nilai Adjusted R2 adalah sebagai berikut : Adjusted R2 = 1 – (1 - R2) Dimana :
………………………………………….. (3.15)
N = banyaknya observasi K = banyaknya variabel bebas
63
DAFTAR PUSTAKA
Almazari, Ahmed. 2012. Financial Performance Analysis of the Jordanian Arab Bank by Using the DuPont System of Financial Analysis. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4: 86-94. Barus, Andreani Caroline, Leliani. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, Vol. 3 Nomor 02 Oktober 2013. Hal 111-121 Bodie, Zane; Alex Kane; Alan J. Marcus, 2004. Essentials of Investments, 5th ed. McGraw-Hill Irwin 458–459. Budisantoso, Totok, Triandaru Sigit,
2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta : Salemba Empat Dahlan Siamat, 2005. Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Fahmi, Irham, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta Gitman, Lawrence. 2009. Principles of Manajerial Finance. United States: Pearson Addison Wesley Hamid, Abdul, dan Lina Kusrina, 2015. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Harahap, Sofyan Syafri, 1998. Akuntansi Islam. Jakarta : Bumi Aksara
64
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Irawati, Susan .2005.Manajemen Keuangan. Bandung : Penerbit Pustaka Julita. Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Debt To Assets Ratio Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Transformasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Fidaus, M. (2015). Market Concentration, Market Share, and Profitability (Study at Indonesian Commercial Banking in the Period of 2001-2012). Asian Social Science, 11(27), 18. Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Firdaus, M. (2015). The Impacts of ALMA Primary Variables on Profitability An Empirical Study of Indonesian Banking, International Research Journal of Business Studies (IRJBS), 8(1), 13. Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Fidaus, M. (2016). The Effect of Loan Market Concentration on Banking Rentability: A Study of Indonesian Commercial Banking, Dynamics Panel Data Regression Approach. International Journal of Economics and Financial Issues, 6(1). Jumono, S., Adhikara, M.F.A., Mala, C.M.F. (2016). Profit Structure of Indonesian Banking Industry (An Empirical Study Based on Du Pont Model). Journal of Emerging Issues in Economics, Finance and Banking, 5 (2), 1938. Jumono, S., Abdurrahman, A., Mala, C.M.F. (2017). Market Concentration Index and Performance: Evidence from Indonesian Banking Industry. International Journal of Economics and Financial Issues, 7 (2), 249.
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kusi, Baah Aye, Kwadjo Ansah-Adu, dan Albert Agyei, 2015. Evaluating Banking Profit Performance in Ghana during and post Profit Decline: A Five Step DuPont Approach. Research Gate, Vol 5 No 2
65
Jumono, Sapto, Noer, Achsani, DB Hakim, dan Muhammad Firdaus, 2016. The Effect of Loan Market Concetration on Banking Rentability: A study of Indonesian Comercial Banking, Dynamics Panel Data Regression Aproach. International Journal of Economics and Financial Issues, ISSN : 2146-4138. Vol. 6:207-213. Jumono, Sapto; Noer, Achsani; DB Hakim, Muhammad Firdaus, 2015. The Impact of ALMA Primary Variables on Profitability, An Empirical study of Indonsian Banking. International Research Journal of Business Studies, Vol. 8:1-20. Martono dan Harjito, D. Agus, 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia Mewengkang, Yves Regina, 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah Dan Bank Umum Swasta Nasional Yang Tercatat Di BEI. Jurnal EMBA, Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 344-354 Mala, C.M.F. (2017). The Prospect of Dual Unit Banking System in Indonesian
Regional Banking. Account and Financial Management Journal, 2(1). Miadalyni, Putu Desi, Sayu. Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio, Capital
Adequacy
Ratio
Dan
Kualitas
Aktiva
Produktif
Terhadap
Profitabilitas Pada Pt Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, hal 1542-1558 Nurhidayati, Rosada, 2013. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Jurnal Ekonomi dan Informasi akuntansi (Jenius), Vol. 3 No. 1. Peraturan Pemerintah Nomor: 3 Tahun 1968 tentang bank asing, 1968. Permatasari, Anindita, 2012. Analisis Pengaruh CAR, LDR, NIM, NPL, BOPO, GWM, dan Institutional Ownership Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank Umum Konvensional Go Public di Indonesia Periode 2009-2011). Karya Ilmiah. Semarang: Program Sarjana Universitas Diponegoro.
66
Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) no. 31, tentang Akuntansi Perbankan (revisi 2000), 2002. Jakarta : Salemba Empat Rahardjo. Budi. 2007. Keuangan Dan Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu. S. Munawir, 2002. Akuntansi Keuangan Dan Manajemen (Edisi Revisi). Yogyakarta: BPFE. S. Munawir, 2010. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Salim, Jihan 2015. Pengaruh Leverage (DAR, DER, dan TIER) Terhadap ROE Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2014. Jurnal Perbanas, Vol.1 Nomor 1 November 2015, Hal 19-34. Sawir, Agnes, 2003. Analisis kinerja keuangan dan perencanaan keuangan perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Setiyawan, Pertama Wiko, Sukasmanto 2014. Analisis Tingkat Keuntungan Modal Sendiri Pada Bank Pemerintah (Persero) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal EBBANK, Vol. 5 No 2 Desember 2014, hal 13-22. Setyorini, Winarti, 2012. Analisis Faktor-faktor yang memengaruhi Kinerja Keuangan pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Statistik Perbankan Indonesia, 2013. Bank Indonesia. (http://www.bi.go.id), diakses pada tanggal 9 November 2016 pukul 20.23 WIB Sugiyono, 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. 1997 Undang-undang Negara Republik Indonesia nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. 1998
67
Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Bayu Media, Jilid I Edisi ketiga. Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F., 1994. Dasar-dasar Manajemen Keuangan edisi 9, Jakarta: Erlangga.