PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK), Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN HIDROLISAT PROTEIN BUNGKIL NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Antioxidant Activity of Protein Hydrolysate Isolated From Nyamplung Oilseed Press Cake
Ratih Restiani Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5 – 25, Yogyakarta 55224, Telp: 0274-563929 e-mail korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Meningkatnya kebutuhan manusia akan pemenuhan senyawa antioksidan alami yang lebih aman dalam bidang industri makanan dan kesehatan mendorong upaya eksplorasi lebih besar untuk dapat memperoleh sumber antioksidan baru. Salah satu alternatif senyawa antioksidan alami yang potensial saat ini adalah hidrolisat protein. Hidrolisis protein secara enzimatis telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas antioksidan hidrolisat protein. Besarnya derajat hidrolisis (DH) dalam proses hidrolisis protein mempengaruhi aktivitas antioksidan dari hidrolisat protein yang dihasilkan. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas antioksidan hidrolisat protein yang diperoleh dari hasil hidrolisis protein bungkil nyamplung menggunakan bromelain pada berbagai level derajat hidrolisis. Metode pengujian aktivitas antioksidan yang dilakukan terhadap hidrolisat protein bungkil nyamplung meliputi radical scavenging activity (RSA) menggunakan DPPH, reducing power dan pengukuran total fenol. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa semakin meningkatnya derajat hidrolisis (1,20 6,43 %) berpengaruh terhadap peningkatan radical scavenging activity (% RSA) yaitu sebesar 39,82% diikuti dengan peningkatan reducing power sebesar 0,382 dan total fenol (15,73 mg GAE/gr). Kata kunci: aktivitas antioksidan, bungkil nyamplung, hidrolisat protein ABSTRACT The increasing of human needs for fulfillment of natural antioxidant compounds in food and health industry leads the greater exploration efforts in order to obtain new sources of natural antioxidants. One of the potential alternatives is a protein hydrolysate. Enzymatic hydrolysis of proteins has been shown to increase the antioxidant activity of the protein hydrolysate. The increased level of the degree of hydrolysis (DH) in the process of hydrolysis of proteins affect the antioxidant activity of the resulting protein hydrolysate. Therefore, the purpose of this study was to determine the antioxidant activity of a protein hydrolysate obtained from protein hydrolysis using bromelain at various levels of the degree of hydrolysis. Methods of testing conducted on the antioxidant activity ofprotein hydrolysate obtained from nyamplung presscake includes radical scavenging activity (RSA) using DPPH, reducing power and measurement of total phenols. The results obtained that increasing the degree of hydrolysis (1.20 to 6.43%) effect on the increase in radical scavenging activity (% RSA) that is equal to 39.82%, followed by increase in reducing power of 0.382 and total phenol (15.73 mg GAE / g). Keywords: antioxidant activity, nyamplung presscake, protein hydrolysate,
Senyawa antioksidan sangat berperan penting baik dalam industri pangan maupun bidang kesehatan (Balti et al., 2011).Beberapa jenis senyawa antioksidan sintetik, yang umum digunakan dalam industri pangan adalah butylated hydro-xyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), propyl gallate (PG) and tert-butyl hydroquinone (TBHQ). Akan tetapi, saat ini penggunaan beberapa jenis senyawa antioksidan sintetik di beberapa negara sudah mulai dibatasi karena bersifat toksik dalam penggunaan jangka panjang. Alasan ini mendorong alternatif penggunaan senyawa antioksidan alami yang lebih aman sebagai zat aditif dalam produk makanan. Berbagai jenis senyawa antioksidan alami yang diisolasi dari tanaman telah banyak diidentifikasi seperti vitamin C, vitamin E, α tokopherol, karotenoid, komponen polifenol dan peptida bioaktif (Moure et al., 2006). Eksplorasi senyawa antioksidan alami dari berbagai sumber protein, khususnya protein nabati semakin banyak dilakukan didorong oleh meningkatnya
kebutuhan senyawa antioksidan alami khususnya dalam industri makanan untuk menghambat terjadinya proses peroksidasi lemak yang menyebabkan penurunan kualitas nutrisi makanan dan pembentukan bau tengik selama proses penyimpanan, selain itu juga berperan penting dalam mengurangi terjadinya proses oksidasi dalam tubuh manusia yang disebabkan oleh ROS (reactive oxygen species) sehingga memicu munculnya penyakit kronis dan degeneratif (Samaranayaka & Chan, 2011). Salah satu limbah yang potensial untuk diteliti potensi antioksidannya adalah limbah bungkil nyamplung.Nyamplung (Calophyllum inophyllum) memiliki biji yang mengandung minyak cukup tinggi yaitu sebesar 40-73 % sehingga menjadikannya potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan biofuel. Limbah utama yang dihasilkan dari proses tersebut adalah bungkil biji nyamplung yang mengandung protein sebesar 5,6 – 11,76 % dan beberapa komponen asam amino esensial. Meskipun demikian, sampai saat ini pemanfaatannya masih terbatas sebagai pakan ternak dan
Restiani, Aktivitas Antioksidan Hidrosilat available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
fertilizer (Devapalin et al., 1982; Prima, 2010). Terbatasnya pemanfaatan protein bungkil biji nyamplung, membuka peluang untuk dapat mengolah limbah bungkil menjadi produk yang bernilai. Salah satu alternatif dalam mengolah protein bungkil sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi limbah bungkil tersebut adalah melalui hidrolisis protein secara enzimatis. Hidrolisis secara enzimatis berbagai sumber protein tanaman seperti protein tepung wijen defatted (Liu & Chiang, 2008), protein kedelai (Chen et al., 1995), protein gandum (Zhu et al., 2006), protein chickpea (Li et al., 2008), protein hordein barley (Bamdad et al., 2011) dan protein bungkil palm kernel (Zarei et al., 2012) menghasilkan hidrolisat protein dengan kemampuan antioksidan. Derajat hidrolisis protein sangat menentukan kemampuan antioksidan hidrolisat protein. Hidrolisat protein menunjukkan potensinya sebagai antioksidan melalui kemampuannya dalam menangkap radikal bebas (free radical scavenging), sebagai donor proton dan pengikat ion logam (Samaranayaka & Chan, 2011). Beberapa penelitian melaporkan pengaruh yang signifikan pada peningkatan derajat hidrolisis terhadap meningkatnya kemampuan penangkapan radikal bebas (% RSA) dan reducing power hidrolisat protein (Zarei et al., 2012; Balti et al., 2011), sedangkan beberapa peneliti lainnya melaporkan hasil yang sebaliknya, dimana peningkatan derajat hidrolisis menyebabkan penurunan kemampuan penangkapan radikal bebas DPPH dan reducing power (Klompong et al., 2007; Rajapakse et al., 2005; You et al., 2010). Masih terbatasnya informasi dan pemanfaatan bungkil biji nyamplung sebagai sumber antioksidan alami mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan untukmelihat pengaruh derajat hidrolisis terhadap aktivitas antioksidan dari hidrolisat protein bungkil nyamplung meliputi kemampuan Radical Scavenging Activity (DPPH), kemampuannya sebagai donor proton (Reducing Power) dan Total Senyawa Fenol.
dioperasikan pada kecepatan 2683 g dan freeze dryer (Christ, Alpha 1-2 LO), dan alat gelas untuk analisis. Analisis Aktivitas Antioksidan menggunakan DPPH Analisis aktivitas scavenging radikal bebas menggunakan substrat DPPH dilakukan berdasarkan metode Shimada et al., (1992) yang telah dimodifikasi. Sebanyak 1 ml sampel hidrolisat (0,001 gr/ml) yang dilarutkan dalam air terdeionisasi ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0.1 mM dalam methanol kemudian divortex. Larutan selanjutnya diinkubasi selama 30 menit dalam ruang gelap, peneraan dilakukan pada panjang gelombang 517 nm. Antioksidan pembanding menggunakan vitamin C pada konsentrasi 20 ppm (0,02 mg/ml).
Keterangan: As = Absorbansi sampel Ac = Absorbansi blanko (pelarut sampel+DPPH)
METODE
Analisis Aktivitas Antioksidan menggunakan Reducing Power Aktivitas reducing power peptida dalam hidrolisat protein bungkil biji nyamplung dianalisis berdasarkan metode yang telah dilakukan Oyaizu (1986) yang telah dimodifikasi. Sebanyak 1 ml sampel hidrolisat (0,001 gr/ml) ditambahkan 2,5 ml larutan buffer phospat 0,2 M (pH 6,6) dan 2,5 ml potassium ferricyanide 1%. Campuran diinkubasi pada suhu 500C selama 20 menit. Selanjutnya sebanyak 2,5 ml larutan TCA 10% ditambahkan untuk menghentikan reaksi. Dari larutan tersebut, diambil sebanyak 2,5 ml ditambahkan dengan 2,5 ml akuades dan 0,5 ml FeCl3 0.1%. Setelah inkubasi selama 10 menit, dilakukan peneraan absorbansi larutan pada panjang gelombang 700 nm. Blanko mengandung semua reagen kecuali sampel. Nilai absorbansi hidrolisat protein pada panjang gelombang 700 nm menyatakan aktivitas reducing power hidrolisat protein. Peningkatan absorbansi reaksi mengindikasikan peningkatan aktivitas reducing power.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bungkil nyamplung yang diperoleh dari Pabrik Biodiesel di daerah Ketawangrejo, Purworejo, Jawa Tengah. Bungkil yang telah diperoleh tersebut selanjutnya disimpan dalam ruang pendingin pada suhu -200C sampai digunakan. Enzim yang digunakan adalah bromelain komersial Merck Germany. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH, HCl, Na2CO3, CuSO4.5H2O, K-Tartrat, TCA, reagen Folin Ciocalteau, Asam Askorbat, 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH), methanol 96%, potassium ferric cyanide, dan ferric chloride. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalahwater bath shaker(Julabo SW23), vortex, mikro pipet, oven, spektrofotometer (Shimadzu UV-visible spektrofotometer UV-1650 PC), spektrofotometer visibel (Genesys), sentrifuse (Damon/IEC Divisoin) yang
Analisis Aktivitas Antioksidan menggunakan Total Fenol Analisis kandungan total senyawa fenol dilakukan berdasarkan metode Mc Donald (2001) yang telah dimodifikasi. Sebanyak 2 mL sampel hidrolisat (0,001 gr/ml) ditambah dengan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu dalam tabung reaksi dan dicampur sampai homogen menggunakan vortex. Setelah didiamkan selama 1 menit pada suhu ruang ditambahkan 4 mL larutan Na-karbonat 15% kemudian dicampur hingga homogen dengan vortex. Inkubasi dalam gelap pada suhu ruang selama 2 jam. Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 760 nm menggunakan spektrofotometer. Kadar fenol dihitung berdasar kurva standar asam gallat konsentrasi (0, 5, 10, 15 dan 20) ppm. Total fenol dinyatakan sebagai mg galic acid equivalent (GAE) per gr berat kering sampel.
8
Restiani, Aktivitas Antioksidan Hidrosilat available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK), Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Perhitungan: Dari kurva standar diperoleh persamaan:
Dimana (Y) absorbansi, (a) slope, (b) intersep
HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas antioksidan hidrolisat protein bungkil nyamplung yang dihidrolisis menggunakan enzim bromelain komersial dengan variasi DH yang berbeda diukur melalui 3 tahap pengujian antioksidan secara in vitro yaitu pengujian terhadap kemampuan dalam menangkap radikal bebas menggunakan DPPH, aktivitas reducing power dan kandungan total fenol yang memiliki pengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Beberapa pengujian ini dilakukan karena setiap jenis antioksidan memiliki mekasinme yang berbeda dalam tiap jenis pengujian, maka untuk dapat mengkarakterisasi senyawa antioksidan diperlukan beberapa jenis pengujian yang menunjukkan mekanisme antioksidan yang berbeda pada setiap pengujian (Moure et al., 2006). Kemampuan hidrolisat protein dalam menangkap radikal bebas DPPH yang dinyatakan sebagai % RSA (Radical Scavenging Activity) ditunjukkan Gambar 1.
Gambar 1. Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas DPPH (%RSA) hidrolisat protein bungkil nyamplung pada berbagai level DH
Gambar 1 menunjukkan bahwa peningkatan besarnya DH pada hidrolisat protein bungkil nyamplung diikuti dengan peningkatan aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam % RSA secara signifikan. Peningkatan aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal bebas DPPH tersebut terlihat pada hidrolisat protein dengan kisaran DH (2,31 - 6,43) % yaitu sebesar (34,98– 39,82) %dibandingkan dengan protein bungkil nyamplung yang tidak dihidrolisis menggunakan bromelain (p<0,05), sedangkan pada DH yang lebih rendah yaitu 1,20 % tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh protein yang tidak dihidrolisis (p>0,05). Namun demikian, jika dibandingkan dengan kontrol(vitamin C 20 ppm), kemampuan dalam menangkap radikal bebastertinggi pada sampel hidrolisat protein bungkil nyamplung ( 39,82 %) masih lebih rendah dibandingkan kontrol vitamin C 20 ppm (89,80 %). Rendahnya kemampuan dalam menangkap radikal bebas ini sangat mungkin disebabkan karena rendahnya kemampuan difusi antara larutan DPPH dengan hidrolisat protein yang memiliki ukuran yang masih relatif besar karena derajat hidrolisis yang sangat rendah (1,20%) sehingga hal ini membatasi penangkapan radikal bebas DPPH oleh peptida dalam hidrolisat protein bungkil biji nyamplung (Bamdad et al., 2011). Sedangkan pada DH yang relatif lebih tinggi, hidrolisat protein yang dihasilkan cenderung berukuran sedang dan lebih mampu berdifusi dengan seimbang terhadap larutan DPPH dan hidrofobisitas yang dimiliki hidrolisat protein berukuran sedang membuatnya lebih mampu menangkap radikal bebas DPPH dengan baik. Xia et al. (2012), melaporkan bahwa aktivitas antioksidan hidrolisat protein sangat ditentukan oleh komponen asam amino penyusun protein substrat, spesifisitas enzim yang digunakan selama hidrolisis, kondisi proses selama hidrolisis, dan derajat hidrolisis yang dihasilkan. Peningkatan aktivitas antioksidan yang dipengaruhi oleh peningkatan DH juga dihasilkan oleh peptida sardinella yang dihidrolisis menggunakan berbagai jenis protease sehingga dihasilkan variasi DH sebesar (2-8) %, dimana peningkatan DH ini diikuti dengan peningkatan kemampuannya dalam menangkap radikal bebas DPPH ( 47,5 - 53,76)% (Bougatef et al., 2010). Selain itu Liu et al. (2010), juga melaporkan bahwa peningkatan DH hidrolisat protein plasma porcine pada kisaran (0 – 17,6) % yang dihidrolisis oleh alkalase menunjukkan peningkatan aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH sebesar (21,43 - 76,53) %. Aktivitas antioksidan protein porcine ini masih lebih rendah dibandingkan dengan protein bungkil nyamplung yang tidak dihidrolisis (29,4 %). Jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan hidrolisat protein bungkil nyamplung, hidrolisat protein biji wijen yang dihidrolisis menggunakan bromelain menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH yang relatif lebih rendah yaitu sebesar 1,78 % pada DH yang lebih besar yaitu 16,78% (Liu & Chiang, 2008). Hasil pengujian kemampuan reducing power hidrolisat protein bungkil nyamplung (Gambar 2.), menunjukkan bahwa peningkatan derajat hidrolisis (1,20 – 6,43)% secara signifikan meningkatkan kemampuan hidrolisat protein bungkil nyamplung dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ (reducing power). Peningkatan aktivitas reducing power secara signifikan (p<0.05) ditunjukkan pada DH 1,20 % dan 6,43% (0,271 dan 0,382) berturut-turut. Peningkatan aktivitas reducing power hidrolisat protein pada masing-masing DH ini sangat mungkin disebabkan karena DH yang berbeda
Restiani, Aktivitas Antioksidan Hidrosilat available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
menyebabkan variasi level ukuran peptida dan komposisi asam amino serta sekuens asam amino penyusun hidrolisat protein sehingga mengakibatkan adanya perbedaan pemaparan elektron yang dibawa oleh gugus samping asam amino penyusun peptida seperti gugus polar atau non-polar (Bamdad et al., 2011).
Gambar 2. Aktivitas Reducing Power hidrolisat protein bungkil nyamplung pada berbagai level DH
Pengaruh besarnya DH terhadap peningkatan aktivitas reducing power beberapa jenis hidrolisat protein juga dilaporkan oleh beberapa peneliti. Bougatef et al. (2010), melaporkan bahwa pada peningkatan DH sebesar ( 2-8 %) hidrolisat protein sardinella yang dihidrolisis oleh crude protease viscera sardinella menunjukkan peningkatan derajat aktivitas reducing power (0,3 – 1,43) pada konsentrasi hidrolisat 2 mg/ml. Selain itu, peningkatan aktivitas reducing power yang disebabkan karena peningkatan DH juga dilaporkan oleh Cumby et al. (2008), dimana peningkatan DH hidrolisat protein canola yang dihidrolisis menggunakan alkalase menyebabkan peningkatan aktivitas reducing power.Selain itu, beberapa penelitian yang dilaporkan oleh (Klompong et al.,2007), menunjukkan bahwa peningktan DH yang menghasilkan peptida dengan berat molekul rendah cenderung menyebabkan penurunan aktivitas reducing power pada hidrolisat protein. Hasil ini menjelaskan bahwa selain ukuran peptida yang rendah dan sifat kelarutannya sebagai hasil dari derajat hidrolisis yang tinggi, faktor penting lain yang menentukan aktivitas reducing powerpeptida dalam hidrolisat protein adalah komposisi dan sekuens asam amino penyusun peptida. Xie et al.(2008), meneliti bahwa aktivitas reducing power peptida dalam hidrolisat protein disebabkan karena adanya residu asam amino tirosin, methionin, sistein, histidin, lisin dan triptofan yang menyusun peptida sehingga peptida tersebut mampu menjadi donor elektron bagi radikal bebas untuk membentuk senyawa yang lebih stabil sehingga dapat memutus rangkaian proses oksidasi oleh radikal bebas. Aktivitas antioksidan hidrolisat protein sangat mungkin dipengaruhi oleh beberapa asam amino yang memiliki gugus phenol sehingga dapat memberikan kontribusi dalam mendonorkan gugus hidroksilnya untuk
10
menstabilkan radikal bebas (Samaranayaka & Chan, 2011). Sehingga untuk dapat mengkarakterisasi kemampuan antioksidan hidrolisat protein biji nyamplung, diperlukan pengujian terhadap kandungan senyawa fenol dalam mereduksi reagen FC untuk mengetahui peranannya terhadap aktivitas antioksidan dalam hidrolisat protein biji nyamplung.
Gambar 3. Total Senyawa Fenol (mg GAE/gr) dalam hidrolisat protein bungkil nyamplung pada berbagai level DH
Gambar 3. menunjukkan bahwa peningkatan DH hidrolisat protein yang dihidrolisis menggunakan bromelain komersial menunjukkan peningkatan kandungan total fenol dalam hidrolist protein secara signifikan (11,48 – 15,73 mg GAE/gr sampel) (p<0.05). Kandungan total fenol dalam hidrolisat protein biji nyamplung ini masih relatif lebih rendah dibandingkan kandungan total fenol yang terdapat dalam peptida yam bean yang dihidrolisis menggunakan pepsin (4,75 – 35,26 mg GAE/gr) (Ajibolaet al., 2012). Pengaruh peningkatan DH terhadap kandungan total fenol ini memiliki pola peningkatan yang sama dengan peningkatan kemampuan antioksidan yang lain (kemampuan dalam menangkap radikal bebas DPPH dan aktivitas reducing power), sehingga peningkatan total fenol pada masing-masing hidrolisat protein memberikan kontribusi pada kemampuan hidrolisat protein sebagai senyawa antioksidan. Senyawa fenol dikenal luas dapat berperan sebagai senyawa antioksidan karena reaktivitasnya yang sangat tinggi sebagai pendonor hidrogen atau elektron untuk menstabilkan struktur radikal bebas dan memutuskan rantai oksidasi oleh radikal bebas serta mengikat ion logam PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar nilai derajat hidrolisis (DH) hidrolisat protein bungkil nyamplung menunjukkan peningkatan dalam hal kemampuannyamenangkap radikal bebas DPPH melalui nilai % RSA sebesar 39,82 %, kemampuan reducing power sebesar 0,382 dan kandungan senyawa fenol sebesar 15,73 mg GAE/gram sampel.
Restiani, Aktivitas Antioksidan Hidrosilat available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK), Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,dapat membuka peluang baruuntuk meneliti komposisi asam amino hidrolisat protein bungkil nyamplung agar dapat memberikan informasi mengenai asam amino yang berperan dalam menyumbang aktivitas antioksidan. Selain itu, perlu dilakukan analisis aktivitas antioksidan hidrolisat protein bungkil biji nyamplung secara in vivo agar dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai tingkat keamanannya sebagai sumber antioksidan alami. DAFTAR RUJUKAN Ajibola, Comfort F., Joseph B. Fashakin, Tayo N. Fagbemi & Rotimi E. Aluko. (2012). Effect of Peptide Size on Antioxidant Properties of African YamBean Seed (Sphenostylis stenocarpa) Protein Hydrolysate Fractions. Int. J. Mol. Sci., 12, 66856702 Balti, R., Bougatef, A., Ali, N.E.H., Jellouli, K., Arroume, N.N., Dhulster, P., & Nasri, M. (2011). Comparative Study on Biochemical Properties and Antioxidative Activity of Cuttlefish (Sepia officinalis) Protein Hydrolysates Produced by Alcalase & Bacillus licheniformis NH1 Proteases. Journal of Amino Acids, 1-11.
Liu, B.L., & Chiang, P.S. (2008). Production of Hydrolysate with Antioxidative Activity and Functional Properties by Enzymatic Hydrolysis of Defatted Sesame (Sesamum indicum L.). International Journal of Applied Science and Engineering, 6, 2, 73-83. McDonald S, Prenzler PD, Antolovich M, Robards K (2001). Phenolic content & antioxidant activity of olive extracts. Food Chemistry, 73, 73-84. Moure, J. Sineiro, H. Domíngeuez & J. C. Parajó. (2006). Funcionality of oilseed protein products: A review. Food Research International 39, 945-963. Oyaizu, M. (1986). Studies on products of browning reaction: Antioxidative activities of products of browning reaction prepared from glucosamine. Japanese Journal of Nutrition, 44, 307-315. Prima, M.M. (2010). Isolasi dan Karakterisasi Protein Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum). Thesis. Fakultas Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. FTP Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rajapakse, N., E. Mendis, H.G. Byun & S.K. Kim. (2005). Purification and in vitro antioxidative effects of giant squid muscle peptides on free radical-mediated oxidative systems. J. Nutr. Biochem., 16, 9, 562-569.
Bamdad, F., Wu, J., & Chen, L. (2011). Effects of Enzymatic Hydrolysis on Molecular Structure and Antioxidant Activity of Barley hordein. Journal of Cereal Science, 54, 20-28.
Samaranayaka, A.G.P., & Chan, E.C.Y. (2011).FoodDerived Peptidic Antioxidants: A review of their production, assesment, and potential applications. Journal of Functional Foods, 3, 229-254.
Chen, H., K. Muramoto, F. Yamauchi & K. Nokihara, (1995). Antioxidant activity of designed peptides based on the antioxidative peptide isolated from digests of a soybean protein. J. Agric. Food Chem., 449,9, 2619-2623.
Shimada, K., Fujikawa, K., Yahara, K., & Nakamura, T. (1992). Antioxidative properties of xanthan on the antioxidation of soybean oil in cyclodextrin emulsion. Journal of Agricultural & Food Chemistry, 40, 945-948.
Cumby, N., Zhong, Y., Naczk, M. & Shahidi, F., (2008). Antioxidant activity and water-holding capacity of canola protein hydrolysates. Food Chemistry, 109, 144–148.
Whitaker, J.R. (2003). Effect of temperature on rates of enzyme-catalyzed reactions, In O.R. Fennema, M. Karel & G.W. Sanderson (Eds.). Principles of Enzymologyfor the Food Science. 2nd ed . Marcel Dekker, Inc. Atlanta, Georgia.
Devapalin, V., R. Tachorarux & K. Arai. (1982). Chemical Composition of Some Oil Seeds in Thail&. JARQ, 16 ,3, 224-227. Klompong, V., Benjakul, S., Kantachote, D. & Shaidi, F.(2007).Antioxidative activity and functional properties of protein hydrolysates of yellow stripe trevally (Dearoides leptolepis) as influenced by the degree of hydrolysis & enzyme type. Food Chemistry, 102, 1317–1327. Li, Y., B. Jiang, T. Zhang, W. Mu & J. Liu. (2008). Antioxidant and free radical-scavenging activities of Chickpea Protein Hydrolysate (CPH). Food Chem., 106, 2, 444-450.
Whitaker, J.R. (2003). Effect of temperature on rates of enzyme-catalyzed reactions, In O.R. Fennema, M. Karel & G.W. Sanderson (Eds.). Principles of Enzymologyfor the Food Science. 2nd ed. Marcel Dekker, Inc. Atlanta, Georgia. You, L., Zhao, M., Regenstein, J. M., & Ren, J. (2010). Purification & identification of antioxidative peptides from loach (Misgurnus anguillicaudatus) protein hydrolysate by consecutive chromatography and electrospray ionization-mass spectrometry. Food Research International, 43, 1167–1173.
Restiani, Aktivitas Antioksidan Hidrosilat available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
11
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Zarei, M., Ebrahimpour, A., Hamid, A.A., Anwar, F., & Saari, N. (2012). Production of Defatted Palm Kernel Cake Protein Hydrolyste as a Valuable Source of natural Antioxidants. International Journal of Molecular Science, 13, 8097-8111.
12
Zhu, K., H. Zhou & H. Qian, (2006). Antioxidant & free radical-scavenging activities of wheat germ protein hydrolysates (WGPH) prepared with alcalase. Process Biochem., 41,6, 1296-1302.
Restiani, Aktivitas Antioksidan Hidrosilat available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/