HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT SIMPLEKS DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD 1 GENUK KECAMATAN UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Resti Anggraeni*), UmiAniroh**), Mona Saparwati***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang sering terjadi pada anak-anak. Pola konsumsi makanan jenis karbohidrat simpleks, frekuensi gosok gigi, teknik gosok gigi, dan waktu gosok gigi yang salah diduga dapat meningkatkan kejadian karies gigi pada anak. Tujuan ini untuk membuktikan bahwa adanya hubungan asupan karbohidrat simpleks dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SD 1 Genuk. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak SD 1 genuk kelas 5-6. Sampel sebanyak 76 anak. Pengambilan sampel dengan metode total sampling. Data tentang asupan karbohidrat simpleks dan kebiasaan menggosok gigi diperoleh dari kuesioner dan data karies gigi diperoleh dari observasi DMF-T. penelitian ini dianalisis menggunakan uji Kendall Tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92.2% anak memiliki kebiasaan konsumsi karbohidrat simpleks yang tinggi, 81.6% anak melakukan kebiasaan menggosok gigi dengan kategori cukup, karies didapatkan 52.3% anak dengan kategori karies sedang. Uji kendall tau menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat simpleks dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies pada anak usia sekolah di SD 1 Genuk (p=0.032 dan p=0.008). Disarankan bagi orang tua dan sekolah agar membatasi makan karbohidrat yang bersifat merusak gigi kemudian lakukan perawatan gigi dan mulut yang baik dan benar. Kata kunci: karbohidrat simpleks, kebiasaan menggosok gigi, karies gigianak
ABSTRACT Dental caries is a tooth tissue disorder that often occurs in children. The consumption of foods contains simplex carbohydrate, frequency of tooth brushing, teeth brushing techniques and wrong time of brushing teeth are suspected to increase the incidence of dental caries in children. The purpose is this study is to find the correlation between simplex carbohydrate intake and teeth brushing habits toward the incidence of dental caries in school-age children at SD 01 Genuk. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was the fifth and sixth graders at SD 01 Genuk. The samples were 76 respondents. The data sampling used total sampling technique. The data of simplex carbohydrate intake and teeth brushing habits obtained from the questionnaires and the data of dental caries obtained by DMF-T observation. The data analysis used Kendall Tau test. The results of this study indicate that there are 92.2% of children have the habit of simplex carbohydrate consumption in the category of high, 81.6% of children have the habit of teeth brushing in the category of sufficient, and found that 52.3% of children have dental caries in the category of medium. The result of Kendall tau test indicate that there is a significant correlation between simplex carbohydrate intake and tooth brushing habits toward the incidence of dental caries in school-age children at SD 01 Genuk with p-value of 0.032 and 0.008. The parents and schools are recommended to control the children in consuming the teeth-destructive carbohydrate and teach the children to make the proper dental and oral care. Keywords: simplex carbohydrate, teeth brushing habit, dental caries children
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Zelvya (2003) penyakit gigi dan yang paling banyak terjadi adalah karies gigi. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala awal suatu penyakit seringkali tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini juga terjadi pada penyakit gigi termasuk penyakit karies gigi. Karies gigi ini adalah penyakit infeksi yang telah dikenal sejak dulu. Penyakit ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Bahkan dapat menyebabkan nyeri, gigi tanggal, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan kematian. Status kesehatan seseorang atau masyarakat secara umum dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan fisik maupun sosial budaya,
2
perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penduduk Indonesia pada usia 10 tahun keatas, sebanyak 46% mengalami penyakit gusi dan 71,2% mengalami karies gigi, sedangkan kelompok umur 12 tahun sebanyak 76,2% mengalami karies gigi atau gigi berlubang. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko penyakit lain (Depkes, 2007). Karies gigi ini banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah karena anak-anak kurang dalam melakukan kebiasaan menggosok gigi dan anak-anak cenderung lebih menyukai makanan yang rasanya manis dan , hal tersebut yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Karies gigi cenderung menyerang anan-anak yang mempunyai gigi susu ataupun permanen,
Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks dan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
anak usia 6-12 tahun merupakan kelompok usia yang kritis khususnya dalam masa transisi /pergantian dari gigi susu ke gigi permanen (Wong, 2003). Menurut Sandjaja dkk (2009), ada dua jenis karbohidrat, yakni karbohidrat simpleks dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat simpleks merupakan jenis karbohidrat yang cepat diserap tubuh, karena sudah berupa butiran-butiran gula yang mengandung glukosa dan mudah diserap (Sandjaja, dkk 2008). Karbohidrat kompleks ini diserap perlahan oleh tubuh, sehingga kadar gula darah dalam tubuh naik perlahan. Karbohidrat jenis ini juga mengandung banyak serat dan vitamin. Produk karbohidrat kompleks seperti yang terdapat pada nasi, roti, kentang, jagung, ubi, pasta, dan singkong. Kebiasaan menggosok gigi yang masih sangat kurang dapat menyebabkan gangguan gigi dan mulut karena menurut (Potter & Perry, 2005), menggosok gigi setelah makan dipagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel dan sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan malam. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya berbagai penyakit dirongga mulut salah satunya adalah karies. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Oktober 2015 di SD 1 Genuk siswa anak usia sekolah (6-12 tahun), dari 10 anak yang sudah diwawancarai, semua anak mengatakan suka sekali makan jajanan yang manis seperti permen, minuman kemasan, coklat, kue dan jajanan lainnya. Mereka memberikan alasan bahwa selain rasanaya manis harganya juga murah, menurut mereka permen juga dijual dengan bentuk dan warna yang sangat menarik. Anak-anak setelah makan makanan manis tersebut tidak langsung kumur dengan air. Pada saat dirumah mereka mengatakan hanya saat mandi
menggosok gigi, belum ada kesadaran penuh dalam melakukan gosok gigi dengan tepat waktu dan tata cara yg benar. Dari 10 anak yang sudah diamati 7 anak mengalami karies gigi yang berat maupun sedang, diantaranya yaitu 5 anak mengatakan bahwa mereka menggosok gigi 2 kali setiap hari yaitu pada waktu mandi pagi dan mandi sore, dan 5 anak mengatakan bahwa mereka rutin menyikat gigi setiap hari tetapi mereka sering menyikat gigi satu kali pada waktu pagi hari saja, karena kalau malam mereka mengatakan malas untuk menggosok gigi dan sore hari mereka juga jarang melakukan. Disisi lain peneliti tidak menemukan informasi dilingkungan sekolah seperti adanya leaflet atau poster berisi tentang cara menggosok gigi dan cara perawatan kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar. Rumusan Masalah “Apakah ada hubungan antara asupan karbohidrat simpleks dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SD 1 Genuk?” Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan karbohidrat simpleks dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SD 1 Genuk. Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada siswa mengenai pola kebiasaan menggosok gigi yang baik, dan pencegahan terjadinya karies gigi. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit karies gigi dan perawatan gigi sejak anak – anak.
METODOLOGI PENELITIAN
Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks dan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
3
Jenis dan Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak kelas 5 dan 6 di SD 01 Genuk yang mengalami karies gigi maupun tidak yang bejumlah 76 siswa. Sampel Karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 100 orang, maka peneliti mengambil sampel 100% dari jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 76 anak. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD 01 Genuk pada bulan Januari 2016.
karbohidrat simpleks, kebiasaan menggosok gigi, dan lembar observasi menggunakan kartu diagnosa karies gigi DMF-T. Analisa Data Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya mengasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Analisa Bivariate Analisa biavariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisa biavariat pada penelitian ini menggunakan analisa uji Kendall Tau tetapi sebelumnya dilakukan tests normalitas data terlebih dahulu. Berdasarkan tests normalitas KolmogorovSmirnov karena sampel > 50. HASIL PENELITIAN Analisa Univariat
Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang disiapkan peneliti untuk responden supaya dijawab dan data tentang pemeriksaaan karies gigi pada anak SD 01 Genuk saat observasi. Data Sekunder Data sekunder yang didapatkan peneliti adalah data yang diberikan oleh institusi SD 01 Genuk berupa nama siswa kelas 5 dan 6, jenis kelamin siswa kelas 5 dan 6 dan jumlah siswa kelas 5 dan 6.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Simpleks pada Anak Usia Sekolah di SD 1 Genuk Kecamatan Ungaran Asupan Karbohidrat f % Simpleks Tinggi 70 92.1 % Rendah 6 7.9 % Jumlah 76 100 % Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kebiasaan Menggosok f % Gigi Cukup Baik 62 81.6 % Kurang 14 18.4 % f % f
Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi, yang memuat kuesioner tentang makanan
4
Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks dan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD 1 Genuk Kecamatan Ungaran Kejadian Karies Gigi f % Tidak Karies 1 1.3 % Karies Sedang 42 55.3 % Karies Berat 33 43.4% Jumlah 76 100 %
Analisis Bivariat Tabel 4 Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks terhadap Kejadian Karies Gigi Sekolah di SD 1 Genuk Kecamatan Ungaran Karies Gigi Asupan Tidak Karies Karies Karbohidrat Simpleks Karies Sedang Berat f % f % f % Tinggi 1 1,4 38 54,3 31 44,3 Rendah 0 0 4 66,7 2 33,3 Jumlah 1 1,3 42 55,3 33 43,4 Sig. (2-tailed 0.032 Pearson Correlation 0.195
Pada Anak Usia
Total f 70 6 76
% 100 100 100
Tabel 5 Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran
Kebiasaan Menggosok Gigi Cukup Baik Kurang Total Sig. (2-tailed Pearson Correlation
Tidak Karies f % 1 1,6 0 0 1 1,3
PEMBAHASAN Analisa Univariat Gambaran Asupan Karbohidrat Simpleks pada Anak Usia Sekolah di SD 1 Genuk Kecamatan Ungaran Anak usia sekolah tidak hanya berhubungan dengan guru tetapi juga dengan keluarga dan teman-teman sebayanya. Karena lingkungan tempat mereka menentukan pekembangan dari anak itu sendiri. Konsumsi makanan yang manis telalu banyak dapat mengakibatkan terjadinya karies yang tinggi. Dimana makanan yang manis merupakan makanan
Karies Gigi Karies Sedang f % 34 54,8 8 57,1 42 55,3
Karies Berat F % 27 43,5 6 42,9 33 43,4 0.008 -0.138
Total F 62 14 76
% 100 100 100
yang disebut juga makanan kariogenik yang merusak email gigi. Makanan manis baik bentuknya berupa padat, cair maupun lengket sangat cepat sekali menempel didalam rongga mulut, khususnya dipemukaan. Apabila setelah makan makanan manis anak tidak langsung membersihkan gigi maka makanan manis tesebut akan cepat terfermentasi dalam rongga mulut, kemudian pH asam dalam rongga mulut akan naik. Asam mengikis email gigi atau permukaan gigi, dan otomatis gigi menjadi keropos dan terjadi karies gigi.
Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks dan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
5
Jenis makanan simpleks yang sering dikonsumsi menurut hasil penelitian, yaitu: permen, jelly, makanan ringan (snack), biscuit, susu, syrup dll. Makanan-makanan tersebut bersifat manis dan menarik, sehingga anak menyukai makanan tersebut. Hal ini sama dengan penelitian yang di lakukan pada anak SDN di Medan tahun 2008 tentang kesehatan gigi anak pada usia sekolah , bahwa sebagian anak sekolah sangat suka makanan yang manis, lumak, melekat, dan makanan yang bentuknya menarik. Meningkatnya konsumsi makanan-makanan tersebut yang kebanyakan mengandung gula, maka sering sulit bagi anak untuk menghindari konsumsi gula yang banyak. Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD 1 Genuk Kecamatan Ungaran. Kebiasaan menggosok gigi yang baik dan benar arus memperhatikan waktu yang tepat, tehnik yang tepat, alat bahan, dan frekuensi. Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa, menggosok gigi setidaknya dua kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur malam) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Silvia dkk, 2005 mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut, dimana siswa yang menyikat gigi dengan frekuensi 4 kali dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut baik presentasenya lebih tinggi (25%) responden dibandingkan dengan frekuensi menyikat gigi 1-2 kali (22%) responden. Selain frekuensi dan waktu menggosok gigi, cara menggosok gigi yang baik merupakan salah satu hal yang penting. Cara menggosok gigi yang baik dan benar adalah membersihkan seluruh bagian gigi, gerakan vertikal dan gerakan lembut. Banyak cara dalam menggosok gigi yaitu gerakan vertikal, horizontal, gerakan memutar dan gerakan vibrasi/bergetar (Wong, 2005).
6
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Sary (2014) yang berjudul hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan tingkat keparahan karies pada anak sekolah di SD 4 Banjar, dimana ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan p value 0,346 (Depkes, 2007). Gambaran Frekuensi Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD 1 Genuk Kecamatan Ungaran Karies gigi banyak terjadi pada anak usia sekolah dikarenakan kepatuhan dan pengetahuan tentang perawatan gigi dan mulut yang sangat kurang dan juga tingkat konsumsi makanan manis sangat tinggi. Berdasarkan analisa yang dilakukan bahwa responden yang terlibat dalam penelitian ini sebagian besar memiliki karies gigi sedang (55,3%). Hasil tersebut sesuai teori yang menjelaskan bahwa masalah gigi yang paling utama terjadi pada usia sekolah adalah karies gigi (Edelmen & Mandle, 2006; Wong, Eaton-Hockenberry, & Wilson,2008). Analisa Bivariat Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Dalam hal ini, penelitian didapatkan suatu hubungan yang bermakna pada asupan karbohidrat simpleks dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran. Hasil uji hubungan asupan karbohidrat dengan kejadian karies gigi pada siswa SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran dengan menggunakan Uji Kendall tau dan diinterpretasi, didapatkan bahwa semakin tinggi asupan karbohidrat jenis simpleks maka sebesar 19,5% resiko terjadinya karies gigi pada anak usia sekolah di SD 01 Genuk. Dalam kaitannya dengan penelitian yang dilakukan pada anak usia sekolah di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran, dimana usia sekolah merupakan salah satu tahapan
Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks dan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
kehidupan yang masih mengalami pertumbuhan dan rentang terhadap suatu penyakit salah satunya adalah karies gigi. Karies gigi dapat dicegah dengan memperhatikan kebersihan mulut dan gigi pada anak. Pada usia anak sekolah (6-12) tahun sering disebut sebagai masa-masa laten yang rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh. Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi permanen bersama-sama di dalam mulut, menandai masa gigi campuran pada anak, gigi yang baru tumbuh belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan. Selain faktor tersebut diatas. Kebiasaan menggosok gigi kurang baik merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian khususnya bagi orang tua dalam mengajarkan anak-anaknya, tentunya dengan mengaplikasikannya dengan benar akan menghindari kerusakan pada gigi atau terjadinya karies gigi. Upaya pemeliharaan gigi dan mulut sebaiknya di lakukan sejak usia dini. Keterampilan menggosok gigi harus diajarkan dan diterpakan pada anak disegala umur terutama usia anak sekolah karena usia itu mudah menerima dan menanamkan nilai-nilai dasar. Kebiasaan menggosok gigi yang baik memang dapat turut mencegah terjadinya karies gigi karena gigi menjadi bersih dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak yang merusak gigi. Gigi sebaiknya disikat setelah makan, setelah makan kudapan, dan sebelum tidur (Wong, Hockeberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008). Berbagai teori dan hasil penelitian tersebut diatas diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Anwar (2011) mengenai hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SD Negeri 04 Pasa Gadang di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan, disimpulkan bahwa sebagian besar responden (64,9%) memiliki kebiasaan menggosok gigi dalam kategori tidak baik, dan sebagian besar responden (63,6%) menderita karies gigi.
Dalam hal ini terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan p value 0,010 (<0,05). Dengan demikian, pengajaran kebiasaan baik dalam menggosok gigi perlu diajarkan oleh orang tua agar anak memiliki kebiasaan baik dalam menggosok gigi. Tentunya selain menggosok gigi yang baik, pentingnya ornag tua untuk memperhatikan asupan makan yang baik bagi anak untuk mencegah kerusakan gigi atau pencegahan terjadinya karies gigi pada anak. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD 01 Genuk Secara umum penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak gigi. Plak timbul dari sisa-sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dirongga mulut, seperti Streptococcus Mutan. Plak merupakan momok bagi mulut dan tidak terlihat oleh mata. Plak akan bergabung dengan air liur yang mengandung kalsium, membentuk endapan garam mineral yang keras. Pertumbuan plak dipercepat dengan meningkatkan jumlah bakteri dalam mulut dan terakumulasi bakteri dan sisa makanan. Jika tidak dibersihkan, maka plak akan membentuk mineral yang disebut karang gigi yang meningkatkan resiko karies gigi Keterbatasan Penelitian Hambatan yang ditemui oleh peneliti adalah sulitnya mengatur anak-anak untuk mendengarkan penjelasan, duduk secara tenang pada saat peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan saat peneliti melakukan observasi, jadi peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan penelitian. Ada beberapa anak yang awalnya tidak bersedia dilakukan observasi gigi, karena takut apabila nanti gigi mereka akan dicabut, tetapi dengan memberikan
Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks dan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang
7
penjelasan yang baik mereka semua bersedia untuk diobservasi. KESIMPULAN Sebagian besar anak SD 01 Genuk kelas 5 dan 6, yaitu berjumlah 42 anak (55%) mengalami karies sedang, 33 anak (43.4%) karies berat dan 1 anak (1.3%) tidak mengalami karies. Sebagian besar anak SD 01 Genuk, mengkonsumsi karbohidrat simpleks yang tinggi dengan persentase sebanyak 92.1% dan rendah sebanyak 7.9%. Sebagian besar anak SD 01 genuk mempunyai kebiasaan menggosok gigi cukup baik dengan persentase 81.1% dan kurang baik sebanyak 18.4%. Ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan karbohidrat simpleks dan kebiasaan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SD 01 Genuk dengan nilai Uji Kendall tau 0.032 dan 0.008. SARAN Pihak sekolah agar lebih membatasi jajanan yang bersifat merusak gigi dan meningkatkan minat guru dalam upaya promosi kesehatan pada murid kelas 5 dan 6 dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Adanya tindak lanjut penelitian tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan karies gigi, misalkan ras, umur, keadaan geografi dll. khususnya faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak. DAFTAR PUSTAKA [1] Angel. 2005. Keterampilan Perawatan Gigi dan Mulut. Surabaya: airlangga. [2] Anwar. (2010). Hubungan antara Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa SD Negeri 04 Pasa Gadang di Wilayah
8
Kerjasa Puskesmas Pemancungan Padang Selatan. [3] Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. [4] Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta [5] Koerniati, I. (2006). Perkembangan Perawatan Gigi Masa Depan. Padang: Andalas University press. [6] Machfoedz, I dan Asmar, Y. (2005). Menjaga Kesehatan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya. [7] Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta:Media Aesculapius. [8] Notoatmodjo, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [9] Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta : EGC [10] Sari. 2014. Hubungan kebiasaan menggosok gigi terhadap penyakit karies gigi di SD 05 situbondo. Skripsi. Universitas airlangga. [11] Surywati. (2010). 100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta: Dian Rakyat. [12] Susi. 2012. Pengaruh Kebiasaan Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi. Skripsi. [13] Widya, Y. (2008). Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung: Yrama Widya. [14] Wong, D. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essential of Pediatric Nursing). Edisi 6. Jakarta : EGC [15] Wong, DL. dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC, 2008 [16] Yuwono. (2003). Faktor-Faktor Yang Memungkinkan Terjadinya Karies. Jakarta: EGC.
Hubungan Asupan Karbohidrat Simpleks dan Kebiasaan Menggosok Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Di SD 01 Genuk Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang