Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM (The Response of Ongole Grades and Their Crossbred on the Use Corn Tumpi in Diet) HARTATI, MARIYONO dan D.B. WIJONO Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan No. 2 Grati, Pasuruan
ABSTRACT The optimalization on the use of non conventional agro-industrial waste have price less was expected increase the profit of feedlot. This research aimed to know the respons of PO grades and their crossbred at level substitution of commercial concentrate by tumpi. This research was conducted at Loka Penelitian Sapi Potong station, 85 days by using 22 animals of 2 – 3 year of age, which were consisted of 14 head PO cattle with body weight of 288,6 ± 43,5 kg and 8 head crossbred with body weight of 321,88 ± 54,65 kg. The diet give on consisted rice of straw as of 1,5% body weight, 3 kg elephant grass and 3 % concentrate. The substitution of tumpi to concentrate at different level as of T1 = 1 : 3 ; T2 = 2 : 2 T3 = 3 : 1 dan T4 = 0 : 4. The statistical design used were factorial 2 x 4. The parameters were daily weight gain, feed consumption, feed convertion and benefit cost rate. The result showed that within cattle breed there wasn’t significantly differences in consumption of dry matter, feed conversion, daily gain and their interaction. The substitution of tumpi as of 75% gave the best profit as of Rp. 9.572 /head/days. The conclusion that PO grades gave the best respons on the use of tumpi in diet. Key Words: PO Grades and Crossbred, Tumpi ABSTRAK Optimalisasi pemanfaatan bahan inkonvensional hasil ikutan agroindustri pertanian yang berharga murah diharapkan dapat meningkatkan keuntungan usaha penggemukan sapi potong. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respons sapi PO dan silangannya terhadap tingkat substitusi konsentrat komersial dengan tumpi jagung. Penelitian ini dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong, selama 85 hari menggunakan 22 ekor sapi jantan umur 2 – 3 tahun, terdiri atas 14 ekor sapi PO dengan bobot badan awal 288,6 ± 43,5 kg dan 8 ekor dan sapi silangan dengan bobot badan awal 321,88 ± 54,65 kg. Ransum yang diberikan terdiri atas jerami padi kering 1,5% dari bobot badan, 3 kg rumput gajah dan 3% konsentrat. Substitusi tumpi jagung terhadap konsentrat sapi potong komersial pada perbandingan T1 = 1 : 3 ; T2 = 2 : 2 ; T3 = 3 : 1 dan T4 = 0 : 4. Rancangan yang digunakan adalah faktorial 2x4; bobot badan awal sebagai covariate. Paramater yang diamati adalah PBHH, konsumsi bahan kering (BK) ransum, konversi pakan dan Benefit Cost ratio (B/C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangsa sapi dan perlakuan pakan tidak memberikan pengaruh nyata (P > 0,05) terhadap konsumsi BK ransum, konversi ransum, PBHH dan interaksinya. Substitusi tumpi terhadap konsentrat komersial sebesar 75% pada sapi PO memberikan keuntungan tertinggi yaitu sebesar Rp. 9.572 /ekor/hari dengan BC ratio 4,8. Sapi PO memberikan respons yang baik terhadap pemanfaatan tumpi jagung dalam ransum. Kata Kunci: Sapi PO dan Silangannya, Level Tumpi
PENDAHULUAN Minat peternak terhadap sapi silangan sangat tinggi, ini terbukti dari banyaknya sapi PO induk yang disilangkan dengan sapi Eropa dari bangsa Bos taurus, sehingga dihasilkan sapi silangan antara induk PO dengan pejantan
88
Simmental, Limousin dan Angus (SIREGAR et al., 1999). Dilihat dari keragaman dan daya adaptasinya terhadap pengaruh lingkungan terutama pakan, sapi PO dan silangan memiliki keragaman dan adaptasi yang berbeda sehingga dibutuhkan strategi pemberian pakan yang tepat untuk menunjang potensi genetiknya.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tersedianya pakan murah adalah sangat penting, namun kenyataan di lapang menunjukkan bahwa dalam memproduksi pakan tidak hanya harus murah hingga terjangkau oleh peternak tetapi harus terjamin kualitasnya (DIWYANTO et al., 2003). Limbah pertanian merupakan salah satu bahan produk samping dari suatu proses biologis sistem pertanian atau industri pengolahan hasil pertanian yang belum dimanfaatkan sebagai pakan, diantaranya jerami padi, jerami dan tumpi jagung, kulit kopi, kulit kacang dll. Pemanfaatan biomas lokal terutama limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal merupakan alternatif pilihan, untuk dijadikan pakan. Penggunaan konsentrat komersial pada prinsipnya tidak efisien bila di suatu wilayah terdapat limbah pertanian yang melimpah. PANDEANGAN (1989) mengatakan bahwa penggunaan limbah industri pertanian sebagai bahan pakan lokal yang murah dan mudah di dapat merupakan strategi terbaik untuk menekan biaya pakan. Tumpi jagung merupakan limbah agroindustri perontokan jagung pipilan. Bagi usaha pemipilan jagung, keberadaan tumpi pada jagung pipil kering sawah dapat memperlambat proses pengeringan jagung. Jumlah tumpi pada jagung pipilan di industri pakan diperkirakan sebanyak 2%. Pada awalnya, disamping sebagai limbah, tumpi jagung juga menimbulkan masalah pada industri pakan unggas, karena tumpi dapat terkumpul dan membentuk suatu lapisan tebal di dalam silo. Pemanfaatan tumpi jagung dalam ransum perlu diteliti efisiensinya terutama pada sapi PO dan silangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons sapi PO dan silangannya terhadap tingkat substitusi konsentrat komersial dengan tumpi jagung.
MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Sapi Potong selama 85 hari. Materi yang digunakan adalah 22 ekor sapi jantan umur 2 – 3 tahun, terdiri atas 14 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dengan bobot badan awal 288,6 ± 43,5 kg dan 8 ekor sapi silangan, dengan bobot badan awal 321,88 ± 54,65 kg. Bahan pakan yang digunakan terdiri atas jerami padi kering 1,5% dari bobot badan, 3 kg rumput gajah dan 3% konsentrat. Substitusi tumpi jagung terhadap konsentrat menggunakan perbandingan T1 = 1 : 3 ; T2 = 2 : 2 ; T3 = 3:1 dan T4 = 0:4. Kandungan nutrien bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pakan konsentrat diberikan pada pagi hari sedangkan jerami dan hijauan diberikan pada sore hari. Penimbangan sisa dilakukan sehari sekali pada pagi hari. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap 21 hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot hidup harian (PBHH), konsumsi bahan kering (BK) ransum, konversi ransum dan benefit cost ratio (BC Ratio). Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 4, dengan bobot badan awal sebagai covariate. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan model linear menurut prosedur SPSS, apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi ransum Rataan konsumsi BK ransum, penelitian disajikan pada Tabel 2.
hasil
Tabel 1. Kandungan zat nutrien bahan pakan penyusun ransum Bahan
BK
PK
SK
TDN
---------------------------------% BK ------------------------------Tumpi
88,28
8,04
11,70
51,16
Konsentrat
90,47
11,41
20,72
64,69
Jerami padi
74,52
4,27
34,60
37,46
Rumput Gajah
20,29
7,26
32,60
52,20
Hasil analisis laboratorium pakan Loka Penelitian Sapi Potong
89
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 2. Konsumsi BK ransum selama penelitian Pakan kg/ekor/hari
Bangsa T1
T2
T3
T4
Rataan
PO
11,3
12,0
11,0
11,4
11,5
Silangan
14,4
11,7
11,9
15,3
13,3
Rataan
12,3
11,9
11,4
13,4
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bangsa sapi dan perlakuan pakan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P > 0,05) terhadap konsumsi BK ransum. Konsumsi BK ransum pada sapi PO dan silangan masing-masing sebesar 11,5 kg dan 13,3 kg. Konsumsi BK ransum pada penelitian ini telah memenuhi standar kebutuhan yang direkomendasikan oleh RANJHAN (1981) sebanyak 8,10 kg/ekor/hari untuk target PBHH 0,90 kg pada rataan bobot badan yang sama. Pemanfaatan tumpi sebagai bahan substitusi konsentrat komersial dalam ransum telah memenuhi kebutuhan BK kedua bangsa sapi sehingga faktor bangsa memberikan respons yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa sapi PO dan sapi silangan ternyata memiliki kemampuan yang sama dalam mengkonsumsi tumpi untuk memenuhi kebutuhan BK ransum. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bangsa sapi dan perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap tampilan PBHH. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tumpi dalam ransum memberikan respons yang sama terhadap laju pertumbuhan. Konsumsi BK ransum yang tidak berbeda antara kedua bangsa sapi, ternyata juga diikuti oleh tampilan PBHH, yaitu pada sapi PO sebesar 0,85 kg dan sapi silangan 0,82 kg. Hal ini menunjukkan bahwa sapi PO dan sapi silangan memiliki kemampuan yang sama dalam memanfaatkan tumpi sebagai campuran ransum. Pertumbuhan sapi PO dan Silangan disajikan pada Gambar 1. PBHH sapi PO pada penimbangan pertama, kedua dan ketiga mengalami peningkatan, tetapi pada penimbangan keempat mengalami penurunan. PBHH sapi silangan berfluktuasi, yaitu pada penimbangan pertama PBHH lebih rendah
90
dibandingkan dengan sapi PO, tetapi pada penimbangan kedua mengalami peningkatan dan kembali turun pada penimbangan keempat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya masa adaptasi terhadap ransum. Namun pada akhir penelitian memberikan dampak PBHH yang sama. PBHH yang dihasilkan berkisar antara 0,58 – 1,06 kg. PBHH yang dicapai pada penelitian ini, lebih baik dari hasil penelitian SUHARTANTO et al. (2003) bahwa sapi PO yang diberi pakan komplit berbahan dasar tongkol jagung menghasilkan PBHH 0,6 kg. Konversi ransum Konversi ransum dihitung berdasarkan rasio antara tampilan PBHH dengan konsumsi BK ransum. Konversi ransum merupakan salah satu gambaran kebutuhan BK pakan untuk menghasilkan setiap kg PBHH ternak. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bangsa sapi dan perlakuan pakan memberikan perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05) terhadap konversi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tumpi sebagai bahan substitusi dalam ransum mampu meningkatkan efisiensi nilai gizi pakan guna pemenuhan kebutuhan untuk pertumbuhan. Perbedaan yang tidak nyata ini erat kaitannya dengan konsumsi BK ransum dan tampilan PBHH yang tidak berbeda nyata pula. Rataan konversi pakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4. Benefit Cost Ratio (BC Ratio) BC Ratio dihitung berdasarkan biaya pakan dan nilai tambah ternak berdasarkan PBHH. BC Ratio pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5. BC Ratio pada sapi PO sebesar 2,9 sedangkan pada sapi silangan 2,5. Hal ini
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 3. PBHH hasil penelitian Pakan (kg/ekor/hari)
Bangsa T1
T2
T3
T4
Rataan
PO
0,98
0,72
1,06
0,65
0,85
Silangan
0,96
0,58
0,91
0,82
0,82
Rataan
0,98
0,67
1,00
0,74
2,50
PBHH (kg)
2,00 1,50
1,00 0,50 0,00 1
2
3
4
Periode penimbangan BB awal : T1PO = 280,3 ; T2PO = 311,8 ; T3PO = 283 ; T4PO = 267,5 T1Cross = 368,5 ; T2Cross = 276,5 ; T3Cros = 306 ; T4Cross = 336,5 T1PO T1Cross
T2PO T2Cross
T3PO T3Cross
T4PO T4Cross
Gambar 1. Pertumbuhan sapi PO dan silangan selama penelitian
Tabel 4. Konversi ransum selama penelitian Pakan (kg/ekor/hari) Bangsa
T1
T2
T3
T4
Rataan
PO
1,88
1,35
2,28
1,17
1,70
Silangan
1,43
1,20
1,80
1,24
1,42
Rataan
1,73
1,30
2,10
1,42
menunjukkan bahwa tingkat efisiensi penggunaan tumpi sebagai pakan basal yang murah dalam ransum memberikan respons yang sangat baik terhadap laju pertumbuhan ke dua bangsa sapi. Berdasarkan hasil perhitungan, estimasi pendapatan kotor tertinggi terdapat pada perlakuan T3 masing-masing sebesar Rp. 9.572/ekor/hari pada sapi PO dan Rp. 6.925/ekor/hari pada sapi silangan.
Rendahnya estimasi pendapatan kotor pada sapi silangan disebabkan oleh PBHH yang diperoleh juga lebih rendah, sedangkan pengeluaran biaya pakan lebih tinggi dibandingkan dengan sapi PO. Semakin tidak efisien biaya pakan terhadap perolehan PBHH, maka pendapatan yang diperoleh semakin rendah.
91
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 3.Benefit cost ratio selama penelitian Bangsa sapi
Parameter
PO
BB awal (kg)
T2
T3
T4
311,8
283,0
267,5
363,8
375,3
373,3
306,0
Harga bakalan
4.273.813
4.754.188
4.315.750
4.079.375
Biaya ransum
450.082
403.638
284.004
512.577
Total biaya
4.723.894
5.157.826
4.599.754
4.591.952
Harga jual
5.274.375
5.404.875
5.413.333
4.676.250 992
BB akhir
6.476
2.906
9.572
BC Ratio
2,8
2,3
4,8
1,6
BB awal
368,5
276,5
306,0
336,5
Pendapatan kotor Silangan
T1 280,3
450,5
325,5
383,5
382,0
Harga bakalan
5.619.625
4.216.625
4.666.500
5.131.625
Biaya ransum
581.838
363.067
305.607
639.003
Total biaya
6.201.463
4.579.692
4.972.107
5.770.628
Harga jual
6.532.250
4.719.750
5.560.750
5.894.250
3.892
1.648
6.925
1.454
2,1
2,2
3,8
1,7
BB akhir
Pendapatan kotor BC Ratio Harga jerami padi Rp. 100/kg Harga tumpi Rp. 175/kg Harga konsentrat Rp. 650/kg Harga rumput gajah Rp. 250/kg Harga bakalan per kg bobot hidup Rp. 15.250 Harga jual per kg bobot hidup Rp. 14.500 Biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan
KESIMPULAN 1.
2.
Tumpi jagung berpotensi digunakan sebagai bahan substitusi konsentrat komersial pada usaha penggemukan. Sapi PO memberikan respons lebih baik terhadap substitusi konsentrat komersial dengan tumpi jagung dibandingkan dengan sapi silangan. Keuntungan tertinggi diperoleh pada level substitusi tumpi jagung terhadap konsentrat komersial sebesar 75%.
PANDEANGAN, H. 1989. Pengawetan Onggok Basah melalui Proses Fermentasi dan kemungkinan Pemanfaatannya sebagai Bahan Makanan Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. RANJHAN, S.K. 1981. Animal Nutrition in Tropics. Second Revised Edition. Vikas Publishing House. PVT LTD, New Delhi.
DAFTAR PUSTAKA
SIREGAR, A.R., J. BESTARI, R.H. MATONDANG, Y. SANI dan H. PANJAITAN. 1999. Penentuan sistem breeding sapi potong program IB di Propinsi Sumatera Barat. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 September 1999. Puslitbang Peternakan, Bogor.
DIWYANTO, K., D.E. WAHYONO dan RULY HARDIANTO. 2003. Program Pengembangan Agribisnis Sapi Potong Lokal dan Pakan Murah Untuk Meningkatkan Daya Saing Pasar (Studi Kasus Sapi Sumba Ongole di P. Sumba). Makalah Rapim Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Peternakan, Bogor.
SUHARTANTO, B., B.P. WIDYOBROTO dan R. UTOMO. 2003. Produksi ransum lengkap (complete feed) dan suplementasi undegraded protein untuk meningkatkan produksi dan kualitas daging sapi potong. Laporan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan (hibah Bersaing X/2). Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.
3.
92