RESPONS AYAM BROILER TERHADAP TEKNIK PERTUMBUHAN KOMPENSASI : 4. PEMBERIAN SERBUK GERGAJI DIIKUTI PEMBERIAN SILASE IKAN ASIN-DAUN SINGKONG PADA PERIODE REALIMENTASI
SKRIPSI ROSITA IDA PURNAMA
PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN ROSITA IDA PURNAMA D24102013. 2006. Respons Ayam Broiler terhadap Teknik Pertumbuhan Kompensasi : 4. Pemberian Serbuk Gergaji Diikuti Pemberian Silase Ikan Asin-Daun Singkong pada Periode Realimentasi. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, MS Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, MSc. Biaya pakan merupakan biaya paling tinggi di sektor peternakan dibandingkan dengan biaya lain yaitu sekitar 60-70%, upaya penghematan perlu dilakukan. Penghematan dapat dilakukan dengan menurunkan biaya bahan baku pakan dan meningkatkan efisiensinya. Salah satu alternatifnya adalah memanfaatkan secara optimal sumber plasma nutfah Indonesia sebagai bahan baku pakan unggas. Sumber plasma nutfah itu diantaranya adalah daun singkong dan ikan asin sebagai sumber protein lokal serta mikroba yang berasal dari isi perut bekicot untuk memfermentasikan kedua bahan tersebut. Produk silase campuran ikan asin dan daun singkong dapat menjadi konsentrat protein yang murah. Produk silase campuran ikan asin dan daun singkong dapat diberikan pada ayam broiler diiringi dengan teknik pemberian pakan yang dapat memperbaiki efisiensi penggunaan ransum atau zat makanan yaitu tehnik pertumbuhan kompensasi. Teknik pertumbuhan kompensasi adalah pertumbuhan yang pesat yang terjadi setelah ternak mengalami periode pembatasan ransum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong yang dihasilkan dari proses fermentasi menggunakan mikroba bekicot pada periode realimentasi dengan tehnik pertumbuhan kompensasi terhadap performan ayam broiler dan kecernaan pakan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Unggas dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan untuk analisa bahan pakan selama bulan Juli 2005 sampai dengan Maret 2006. Kandang yang digunakan berukuran 1 m x 0,5 m x 0,5 m sebanyak 20 kandang. DOC strain Ross berasal dari PT Silga Perkasa sebanyak 200 ekor yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam 5 perlakuan, 4 ulangan yang masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor. Pada periode starter (02minggu) ayam diberi pakan komersil, pada periode grower (2-4minggu) ayam diberi pakan komersil + 25% serbuk gergaji, pada periode finisher (4-6minggu) ayam diberi pakan perlakuan berupa campuran jagung giling + konsentrat Gold Coin 803 (bungkil kedelai, tepung daging, DCP dan premix) + silase campuran ikan asin dan daun singkong yang difermentasi menggunakan mikroba bekicot. Perlakuan yang diberikan yaitu ; (P0) = 60% jagung kuning + 40% konsentrat Gold Coin 803 + 0% silase, (P1) = 60% jagung + 30% konsentrat Gold Coin 803 + 10% silase; (P2) = 60% jagung + 20% konsentrat Gold Coin 803 + 20% silase; (P3) = 60% jagung + 10% konsentrat Gold Coin 803 + 30% silase; (P4) = 60% jagung + 0% konsentrat Gold Coin 803 + 40% silase. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data dianalisis menggunakan Sidik Ragam ( analyses of variance ) dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal ( Steel dan Torrie, 1991).
ii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong nyata (P<0,05) mempengaruhi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Konsumsi ransum P1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Konsumsi ransum perlakuan periode 0-6 minggu pemeliharaan yaitu (P0) 2845,64 gram/ekor, (P1) 3420,03 gram/ekor, (P2) 3058,35 gram/ekor, (P3) 2892,80 gram/ekor dan (P4) 2859,88 gram/ekor. Pertambahan bobot badan selama 0-6 minggu pemeliharaan yaitu (P0) 1165,4 gram/ekor, (P1) 1208,5 gram/ekor, (P2) 1099,9 gram/ekor, (P3) 1033,2 gram/ekor, dan (P4) 964,9 gram/ekor. Konversi ransum selama 0-6 minggu pemeliharaan adalah (P0) 2,44, (P1) 2,83, (P2) 2,78, (P3) 2,8, (P4) 2,96. Kecernaan ransum dengan pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong rendah yaitu pada level pemberian 40%, hal ini dikarenakan kandungan serat kasar yang tinggi pada ransum perlakuan. Pemberian Ransum perlakuan sampai taraf 10 % masih bisa dianjurkan karena menghasilkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan kecernaan yang tinggi serta konversi yang rendah. Kata-kata kunci : ayam broiler, pertumbuhan kompensasi, silase campuran ikan asin dan daun singkong.
iii
ABSTRACT Respons of the Broilers to Compensatory Growth Technique :4. Using Sawdust followed fermented cassava leaf + salted fish at Realimentation period R.I. Purnama, I.K. Amrullah and Sumiati The experiment was conducted to apply a compensatory growth technique: using 25% sawdust in 2–4 weeks of age followed by feeding various levels of fermented cassava leaf + salted fish in the finishing period (4-6 weeks). Two hundred Day Old Chick (DOC) Ross strain were distributed into five treatment groups. Each treatment consisted of four replicates with ten broilers. The diets used in this experiment were : commercial broiler strarter diet fed to the chicks of 0-2 weeks of age and comercial broiler starter died mixed with 25% sawdust were fed to the chicks of age and 2–4 weeks of age. The diets treatment fed to the chicks of 4–6 weeks of age were : 60% yellow corn + 40% basal Consentrate + 0% Fermented consentrate(P0); 60% yellow corn + 30% basal Consentrate + 10% Fermented consentrate (P1); 60% yellow corn + 20% basal Consentrate + 20% Fermented consentrate (P2); 60% yellow corn + 10% basal Consentrate + 30% Fermented consentrate (P3) and 60% yellow corn + 0% basal Consentrate + 40% Fermented consentrate (P4). The data were analysed using analyses of variance and any significant different were further tested using contras orthogonal. The result showed that the treatment diets significantly (P<0.05) decreased feed consumption, body weigh gain and feed conversion.
Key word : Compensatory growth, salted fish-cassava leaf silage, performance, broiler
iv
RESPONS AYAM BROILER TERHADAP TEKNIK PERTUMBUHAN KOMPENSASI : 4. PEMBERIAN SERBUK GERGAJI DIIKUTI PEMBERIAN SILASE IKAN ASIN-DAUN SINGKONG PADA PERIODE REALIMENTASI
ROSITA IDA PURNAMA D24102013
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RESPONS AYAM BROILER TERHADAP TEKNIK PERTUMBUHAN KOMPENSASI : 4. PEMBERIAN SERBUK GERGAJI DIIKUTI PEMBERIAN SILASE IKAN ASIN-DAUN SINGKONG PADA PERIODE REALIMENTASI
Oleh ROSITA IDA PURNAMA D24102013
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 23 Agustus 2006
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, MS NIP. 130 871 923
Dr. Ir. Sumiati, MSc NIP. 131 624 182
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur. Sc NIP. 131 624 188
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surakarta, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 13 September 1983. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Drs. Purwadi dan Peny Astuti, SPd. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN Bareng Lor 1 Klaten, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP N 3 Klaten dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002. Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi daerah KMK (Keluarga Mahasiswa Klaten) di Bogor sebagai bendahara.
7
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Respons Ayam Broiler Terhadap Teknik Pertumbuhan Kompensasi : 4. Pemberian Serbuk Gergaji Diikuti Pemberian Silase Ikan Asin-Daun Singkong pada Periode Realimentasi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong yang dihasilkan dari proses fermentasi menggunakan mikroba bekicot pada periode realimentasi dengan tehnik pertumbuhan kompensasi terhadap performan ayam broiler dan kecernaannya. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2005 sampai dengan Maret 2006 di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Dalam budidaya ayam broiler terdapat berbagai permasalahan yang muncul antara lain biaya pakan yang mahal yaitu mencapai 70%. Di Indonesia banyak sumber plasma nutfah yang belum digunakan khususnya ikan asin dan daun singkong. Skripsi ini ditulis sebagai upaya mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Penerapan teknik pertumbuhan kompensasi dan pemanfaatan silase campuran ikan asin dan daun singkong sebagai pakan sumber protein diharapkan efektif mengurangi biaya pakan dan dapat meningkatkan penampilan ayam broiler. Skripsi ini menampilkan penelusuran pustaka dan pembahasan hasil penelitian pemberian silase ikan asin dan daun singkong yang diiringi dengan tehnik pemberian pakan yang dapat memperbaiki efisiensi penggunaan ransum atau zat makanan yaitu tehnik pertumbuhan kompensasi terhadap penampilan ayam broiler. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kalangan peternak ayam broiler yang ingin menggunakan silase ikan asin dan daun singkong sebagai sumber protein yang murah dan juga kalangan akademisi sebagai sumber referensi Bogor, Agustus 2006 Penulis
8
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................. i ABSTRACT..................................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
x
PENDAHULUAN .........................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................... Perumusan Masalah .............................................................................. Tujuan ...................................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Ayam Broiler dan Teknik Pertumbuhan Kompensasi........................... Tepung Daun Singkong (Cassava meal) ............................................... Tepung Ikan Asin .................................................................................. Bekicot (Achatina fulica) ...................................................................... Konsumsi Ransum ................................................................................ Pertambahan Bobot Badan .................................................................... Konversi Ransum .................................................................................. Mortalitas .............................................................................................. Kecernaan ..............................................................................................
3 4 5 6 7 7 7 8 9
METODE ...................................................................................................... 10 Lokasi dan Waktu ................................................................................. Materi ................................................................................................... Ternak .................................................................................... Ransum ................................................................................... Kandang dan Perlengkapan ................................................... Vaksinasi ................................................................................ Metode .................................................................................................. Prosedur .................................................................................. Pembuatan Tepung Daun Singkong........................................ Pembuatan Silase .................................................................... Rancangan Percobaan ............................................................ Perlakuan ............................................................................... Peubah yang Diamati ............................................................. Tahapan Percobaan .................................................................
10 10 10 10 11 11 12 12 12 12 12 13 13 14
9
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 16 Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian .......................................... Konsumsi Ransum ................................................................................... Konsumsi Energi Metabolis dan Protein ................................................. Kecernaan ................................................................................................ Efisiensi Penggunaan Zat Makanan (Energi dan Protein) ....................... Performa Ayam Broiler Penelitian .......................................................... Bobot badan Akhir ............................................................................. Pertambahan Bobot Badan................................................................. Konversi Ransum............................................................................... Mortalitas ...........................................................................................
16 19 20 22 23 25 25 26 29 31
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 32 Kesimpulan ............................................................................................... 32 Saran ......................................................................................................... 32 UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ 33 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34 LAMPIRAN..................................................................................................... 36
10
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Kandungan Zat Makanan Daun Singkong .............................................. 5
2.
Desain Ransum Selama Penelitian ......................................................... 11
3.
Kandungan Nutrisi Ransum Komersil yang Digunakan dalam Penelitian ................................................................................................ 11
4.
Komposisi Bahan Makanan Ransum Perlakuan Periode 4-6 Minggu .... 11
5.
Komposisi Kimia Serbuk Gergaji 1 (as fed dan Bahan Kering) ............. 16
6.
Hasil Analisis Ransum Broiler Starter (BS) dan Silase Ikan Asin-Daun Singkong (SIA-TDS)1(Bahan Kering) ......................... 17
7.
Kandungan Zat Makanan Ransum Umur 2-4 Minggu Berdasarkan Perhitungan ............................................................................................. 17
8.
Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan Umur 4-6 Minggu Berdasarkan Perhitungan ...................................................................... 18
9.
Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler untuk Setiap Perlakuan Selama Penelitian .................................................................................... 19
10. Konsumsi Energi Metabolis dan Protein Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu ................................................................................... 21 11. Nilai Kecernaan Ransum Ayam Broiler untuk Setiap Perlakuan ............ 22 12. Rasio Efisiensi Energi dan Protein terhadap Pertambahan Bobot Badan. ...................................................................................................... 24 13. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler selama Penelitian .................. 25 14. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Penelitian...... 27 15. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Untuk Setiap Perlakuan Selama Penelitian ..................................................................................... 29 16. Angka Mortalitas Ayam Broiler (Ekor) Selama 6 minggu Penelitian ..... 31
11
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Histogram Konsumsi Ransum Ayam Broiler Kumulatif (0-6 minggu) ........20 2. Histogram Nilai Kecernaan Ransum Ayam Broiler ......................................23 3. Histogram Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Selama Penelitian untuk Setiap Perlakuan ..................................................................................26 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan (PBB) Ayam Broiler Selama Penelitian (K + SG selama 17 hari) ..............................................................29 5. Histogram Konversi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian ....................30
12
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Konsumsi ransum 4-6 minggu ............................................................... 37 2. Sidik Ragam Konsumsi Ransum periode 4-6 minggu ............................ 37 3. Pertambahan Bobot Badan periode 4-6 minggu ..................................... 37 4. Analisa Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan 4-6 minggu. .............. 38 5. Konversi Ransum Periode 4-6 Minggu Pemeliharaan ........................... 39 6. Sidik Ragam Konversi Ransum periode 4-6 minggu Pemeliharaan ........................................................................................... 39 7. Pertambahan Bobot Badan periode 0-6 Minggu Pemeliharaan .............. 40 8. Sidik Ragam Bobot Badan periode 0-6 Minggu Pemeliharaan .............. 40 9. Sidik Ragam Kecernaan Ransum ........................................................... 40 10. Rataan Bobot Badan akhir ....................................................................... 41 11. Hasil Sidik Ragam Bobot Badan Akhir ................................................... 41 12. Konsumsi Protein 4-6 minggu ................................................................. 41 13. Analisa Sidik Ragam Konsumsi Protein 4-6 minggu .............................. 42 14. Konsumsi Protein 0-6 minggu ................................................................. 42 15. Sidik Ragam Konsumsi protein 0-6 minggu............................................ 42 16. Efisiensi Energi 4-6 minggu .................................................................... 43 17. Sidik Ragam Efisiensi Energi 4-6 minggu .............................................. 43 18. Efisiensi Protein 4-6 minggu ................................................................... 44 19. Sidik Ragam Efisiensi Penggunaan Protein............................................. 44 20. Berat Organ Dalam (gram) dan Bobot Badan Metabolik ....................... 45 21. Rataan Panjang dan Volume Organ Dalam Ayam Broiler Setiap Perlakuan ...................................................................................... 46 22. Persentase Berat Organ dalam Ayam Broiler Setiap Perlakuan (% Bobot Hidup) ...................................................................................... 46 23. Persentase Berat Organ Dalam ayam Broiler Setiap Perlakuan (% Berat Karkas) ..................................................................................... 46
13
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi telah menyebabkan kemunduran berbagai sektor industri. Salah satunya adalah industri perunggasan. Populasi unggas sampai tahun 2004 adalah 895,2 juta ekor. Kemunduran industri perunggasan ini antara lain disebabkan oleh mahalnya harga bahan baku pakan dan fluktuasi harga bibit ayam. Harga bahan baku pakan yang mahal tersebut menyebabkan industri pakan mengalami kemunduran karena hampir semua bahan baku diimpor dari luar negeri. Indonesia kaya sumber plasma nutfah yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku pakan unggas. Sumber plasma nutfah itu diantaranya adalah daun singkong dan ikan asin sebagai sumber protein lokal. Daun singkong sebenarnya memiliki potensi untuk diolah menjadi pakan unggas. Pemanfaatan daun singkong sebagai pakan unggas ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah daun tersebut. Demikian juga ikan asin jika dimanfaatkan secara optimal dapat mencukupi kebutuhan sumber protein pakan ternak unggas. Namun demikian, keterbatasan kemampuan tangkap dan ketidaktahuan tentang pengolahan ikan menjadi tepung ikan yang baik menyebabkan produksi tepung ikan lokal belum dapat menggantikan tepung ikan impor. Pengolahan daun singkong dan ikan asin menjadi pakan unggas sangat mempengaruhi kualitas protein kedua sumber tersebut. Mengingat hal tersebut, maka perlu dicari alternatif pengolahan yang mampu mempertahankan kualitas protein. Salah satu alternatifnya adalah penggunaan inokulan alami yang berasal dari isi perut bekicot (Achatina fulica) untuk memfermentasikan daun singkong dan ikan asin. Penelitian mengenai penggunaan inokulan bekicot untuk meningkatkan kualitas protein sampai saat ini belum banyak dilakukan. Penelitian ini diharapkan mampu memanfaatkan daun singkong dan ikan asin yang difermentasikan dengan inokulan tersebut sehingga menjadi silase yang memiliki protein tinggi. Penelitian ini diawali dengan teknik pertumbuhan kompensasi. Pertumbuhan kompensasi adalah pertumbuhan pesat yang terjadi setelah ternak mengalami periode pembatasan ransum.
14
Perumusan Masalah Biaya pakan merupakan biaya yang paling besar di sektor peternakan dibandingkan dengan biaya lain yaitu sekitar 60-70%, sehingga upaya penghematan perlu dilakukan. Penghematan dapat dilakukan dengan menurunkan biaya bahan baku pakan dan meningkatkan efisiensinya. Salah satu alternatifnya adalah memanfaatkan secara optimal sumber plasma nutfah Indonesia sebagai bahan baku pakan unggas. Sumber plasma nutfah itu diantaranya adalah daun singkong dan ikan asin sebagai sumber protein lokal serta mikroba yang berasal dari isi perut bekicot untuk memfermentasikan kedua bahan tersebut. Pemanfaatan daun singkong dan ikan asin sebagai pakan unggas ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah daun dan ikan asin tersebut. Sampai saat ini isi perut bekicot pun masih belum banyak dimanfaatkan. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bekicot. Pemanfaatan daun singkong dan ikan asin disertai dengan teknik pertumbuhan kompensasi dilakukan agar ayam mampu mencerna serat kasar yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut diatas diharapkan dengan penggunaan daun singkong dan ikan asin yang difermentasikan dengan mikroba bekicot disertai dengan teknik pertumbuhan kompensasi akan dapat memperbaiki performan ayam broiler dan kecernaannya. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong yang dihasilkan dari proses fermentasi menggunakan
mikroba
bekicot
pada
periode
realimentasi
dengan
tehnik
pertumbuhan kompensasi terhadap performan ayam broiler dan kecernaannya.
15
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler dan Teknik Pertumbuhan Kompensasi Ayam Broiler Ayam broiler sudah tumbuh lebih cepat dari nenek moyangnya, jika sebelumnya ayam broiler dipelihara selama 9 minggu untuk mendapatkan ayam berukuran besar untuk dipanggang, maka pada tahun 1999 hanya diperlukan waktu selama 8 minggu untuk mencapai bobot badan yang sama. Dalam kurun waktu 6-7 minggu ayam ini akan tumbuh 40-50 kali dari bobot awalnya. Pada minggu-minggu terakhir, broiler tumbuh sebanyak 50-70 gram per hari (Amrullah, 2003). Unandar (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan ayam broiler masa kini sangat pesat. Ayam broiler dalam waktu 35 hari dapat mencapai bobot lebih dari 1,5 kg/ekor dengan konversi pakan dibawah 1,8 dengan bobot DOC rata-rata 35-40 gram/ekor. Pertumbuhan Kompensasi Pertumbuhan kompensasi adalah pertumbuhan pesat yang terjadi setelah ternak mengalami periode pembatasan ransum. Hal ini diakibatkan oleh adanya peningkatan kapasitas organ pencernaan setelah periode pembatasan ransum karena berat, panjang dan tebal organ pencernaan berubah. Perubahan ini tentu disebabkan oleh jenis ransum yang diberikan. Jenis ransum yang dapat menyebabkan perubahan kapasitas organ pencernaan diberikan pada fase-fase awal hidupnya hingga organorgan itu mencapai ukuran maksimum lebih cepat. Ukuran relatif organ yang dapat berubah oleh ransum maka komposisi ransum yang diberikan juga harus berubah. Jika ayam mendapat sebagian dari ransumnya berupa bijian, atau ransum yang lebih banyak mengandung serat kasar selama lebih kurang dua minggu maka ukuran organnya berubah (Amrullah, 2003). Pertumbuhan kompensasi dapat terjadi secara sempurna bahkan lebih dari sempurna, tetapi yang paling sering terjadi adalah kompensasi tidak sempurna. Pada umumnya makin awal terjadinya stres karena kekurangan gizi dan makin lama periode kekurangan ransum, pertumbuhan kompensasi makin tidak sempurna (Sueparno, 1994). Penelitian Nurokhmah (2003) memperoleh hasil bahwa teknik pertumbuhan kompensasi dengan pemakaian serbuk gergaji sebanyak 25% dalam ransum ayam broiler umur 2-4 minggu yang diikuti dengan pemberian ransum finisher yang telah
16
ditingkatkan energi metabolisnya dengan mencampurnya dengan minyak ikan dapat menurunkan biaya ransum tanpa menurunkan efisiensi penggunaan ransum. Selanjutnya
Ilahi
(2004)
melakukan
penelitian
tentang
penerapan
teknik
pertumbuhan kompensasi dengan penggunaan serbuk gergaji 25% pada umur 2-4 minggu yang diikuti dengan pemberian ransum finisher yang dicampurkan dengan berbagai taraf jagung kuning + lisin 0,1% (0, 10, 20, 30 dan 40%) dengan ransum finisher pada umur 4-6 minggu. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa campuran tersebut dapat digunakan hingga taraf 40% tanpa mempengaruhi efisiensi penggunaan makanan, sehingga lebih menguntungkan. Tepung Daun Singkong (Cassava meal) Tanaman singkong adalah tanaman yang mudah ditanam di Indonesia. Tanaman singkong ini tidak mempunyai hambatan agronomis dan lahan yang ditanami nya tidak menggeser lahan persawahan. Singkong yang dihasilkan mencapai ± 80 ton per hektar. Salah satu hasil tanaman singkong selain singkong adalah daun singkong. Menurut BPS (2006) produksi singkong di Indonesia pada tahun 2006 adalah sekitar 20,054,634 juta ton. Protein daun singkong yang tinggi dan manfaat nutrisi dari daun singkong tersebut menjadi daya tarik untuk dimanfaatkan sebagai pakan unggas. Setiap tahun, sebanyak 4,6 ton daun singkong kering dapat dihasilkan dari 1 hektar lahan tanaman singkong (Ravindran dan Rajaguru,1988). Daun singkong rata – rata mengandung protein kasar 21%, sumber lain menyebutkan bahwa nilai protein kasar berkisar 16,7 – 39,9% (Eggum, 1970). Daun singkong merupakan sumber asam askorbat, vitamin A serta mineral, terutama Ca, Mg, Fe, Mn dan Zn. Disamping kelebihan tersebut diatas daun ini juga mengandung racun sianida, tanin dan bersifat amba (bulky). Racun sianida dalam daun singkong dapat dikurangi dengan memotong-motong, melayukan dan menjemur di bawah sinar matahari (Gomez dan Valdivieso 1985; Ravindran et al., 1987). Kandungan nutrisi yang terdapat dalam daun singkong dapat dilihat pada Tabel 1.
17
Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Daun Singkong Komponen Nutrisi
Kadar (% BK) 7,29 24,10 6,57 15,38 1,02 0,35 2254,62 78,00 1,66 0,50
Lemak Protein Kasar Abu Serat Kasar Kalsium Fosfor Energi Metabolis (kkal/kg) **) CN (ppm) Lisin *) Metionin *)
Keterangan : - Dianalisis di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB oleh Eviyati (1993) *) LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) (1993) **) Hasil Penentuan Energi Metabolis dengan Metode Sibbald
Tepung Ikan Asin Tepung ikan merupakan bahan makanan hewani sumber protein utama dalam ransum ternak. Tepung ikan banyak digunakan untuk membuat ransum unggas dan ikan. Tepung ini memiliki fluktuasi harga yang tinggi. Selain itu, kualitas dan ketersediaannya pun tidak berkesinambungan. Mengingat hal tersebut, perlu dicari alternatif baru bahan sumber protein. Salah satu bahan itu adalah tepung ikan asin yang mempunyai kandungan protein yang hampir sama dengan tepung ikan. Tepung ikan asin memiliki beberapa efek merugikan. Efek merugikan dari adanya garam yang terlalu banyak dalam ikan asin akan menyebabkan peningkatan konsumsi air minum dan penurunan konsumsi pakan (Amrullah, 2003). Peningkatan konsumsi air minum menyebabkan keluarnya ekskreta yang encer sehingga litter menjadi basah (Leeson and Summers, 2001). Kejadian ini dapat ditanggulangi dengan mengekstraksi ikan asin dengan air untuk menurunkan kadar garam yang ada di dalam ikan asin tersebut. Ekstraksi dilakukan dengan merendam atau mengalirkan air. Kelemahan dari metode ini adalah adanya pengeringan ulang yang memerlukan biaya tambahan kecuali jika ikan asin tersebut digunakan dalam keadaan basah. Cara lain untuk menanggulangi efek negatif dari tingginya kadar garam adalah dengan merubah disain kandang menjadi kandang panggung (Amrullah, 2003). Penggunaan tepung ikan asin secara optimal dapat dilakukan dengan mengurangi kadar garam dan meningkatkan kembali kualitas proteinnya. Silase ikan
18
merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan kualitas protein. Teknologi ini memerlukan kadar air 70% sehingga ikan asin yang basah langsung dapat dibuat silase. Silase telah terbukti disukai oleh berbagai jenis hewan. Pembuatan silase dilakukan dengan menambahkan asam atau gula bebas berlebih untuk pertumbuhan bakteri asam laktat (Disney dan James, l980). Hal ini mengingat bahwa fermentasi membutuhkan sejumlah besar karbohidrat. Stabilitas silase ikan bergantung pada nisbah ikan dan karbohidrat, dengan atau tanpa penambahan bahan starter. Mollases dapat digunakan sebagai pengganti bahan starter, sekitar 100 g kg-1 (Kompiang et al., 1980). Bekicot (Achatina fulica) Klasifikasi bekicot dalam taksonomi termasuk binatang lunak (mollusca). Binatang ini termasuk divisio mollusca yang diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam kelas Gastropoda. Gastropoda artinya binatang yang menggunakan perut sebagai alat gerak. Binatang berkaki perut ini termasuk dalam genus Achatina (Santoso, 1991) Klasifikasi bekicot menurut Santoso (1991) adalah sebagai berikut. Divisio
: Mollusca
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Pulmonata
Famili
: Achatinidae
Genus
: Achatina
Spesies
: Achatina fulica Tubuh bekicot dapat dipisahkan menjadi dua bagian yaitu bagian cangkang
dan bagian badan. Cangkang berfungsi untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan kondisi iklim yang ekstrim. Hampir seluruh bagian cangkang terdiri atas zat kapur (Ca) sehingga cangkang menjadi keras. Bagian badan terdiri atas 3 sub bagian yaitu kepala, alat pencernaan dan kaki. Kaki bekicot terdapat dibawah badan atau dasar perut. Kaki inilah yang mengeluarkan sejenis lendir sebagai alat untuk memanjat atau melintasi jalan-jalan yang kasar (Santoso, 1991). Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih (1991), flora bakteri yang teridentifikasi pada lendir bekicot adalah Flavobacterium, Pseudomonas, Moraxella
19
– like corynebacterium, Stapylococcus spI, Streptococcus, Stapylococcus sp II, Enterobacteraceae, Microccocus sp II, dan tiga isolat lain yang tidak teridentifikasi. Flora
bakteri
yang
teridentifikasi
pada
daging
bekicot
mentah
adalah
Corynebacterium, Bacillus sp I, Lactobacillus, Staphylococcus sp I, Micrococcus, Enterobacteriaceae, Moracella-like, Eschericia coli, Basillus sp II, Streptococcus sp I, Streptococcus sp II dan Streptococcus sp III. Konsumsi Ransum Biaya ransum merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan. Keuntungan yang optimal dapat diperoleh jika mangetahui dua faktor penentu yaitu : (1) pengetahuan mengenai kandungan zat nutrisi yang tersedia dan, (2) besarnya kebutuhan ternak terhadap zat makanan (Amrullah, 2003). Besarnya konsumsi ransum pada berbagai umur tidak tetap. Jumlahnya bervariasi sesuai dengan laju pertumbuhan dan tingkat produksinya (Amrullah, 2003). Leeson dan Summers (2000) menyatakan bahwa suhu sangat mempengaruhi tingkat konsumsi ransum. Pada suhu yang tinggi akan terjadi penurunan konsumsi ransum, misalnya suhu 34° konsumsi ransum 130 gram, sedangkan pada suhu 24° terjadi peningkatan konsumsi ransum yaitu 170 gram. Hal tersebut terjadi karena pada suhu 34° ayam dalam kondisi stress sehingga mengurangi konsumsi ransum untuk menurunkan suhu tubuhnya. Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan ayam broiler yang sangat cepat dimulai dari menetas sampai umur 8 minggu. Setelah itu kecepatan pertumbuhan akan menurun. Pertumbuhan ayam broiler sangat sensitif terhadap tingkat nutrisi yang diperoleh sehingga keseimbangan zat nutrisi sangat penting. Sesuai kondisi fisiologis ternak, bobot ternak akan berubah kearah bobot badan dewasa. Perubahan bobot badan ini membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan-lahan kemudian cepat dan perlahan lagi lalu berhenti (Rose, 1997). Berdasarkan catatan yang dihimpun World Poultry (2004) selama kurun waktu 20 tahun terakhir, genetik ayam broiler telah mengalami perkembangan yang pesat. Pada tahun 1984 rataan berat badan pada umur lima minggu adalah 1345 gram dan pada umur tujuh minggu adalah 2160 gram. Tahun 2004 pada umur yang sama akan mendapatkan berat badan 1882 gram
20
dan 3052 gram. Perbaikan mutu genetik tersebut harus didukung dengan pemberian ransum yang baik dan manajemen yang memadai. Konversi Ransum Konversi ransum adalah perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama waktu tertentu. Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum berkualitas (Amrullah, 2003). Konversi ransum yang tinggi menunjukkan bahwa semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat, sedangkan konversi ransum yang semakin rendah berarti kualitas ransum semakin baik. Konversi ransum mempunyai hubungan antara jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan berat badan atau produksi telur (NRC, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah suhu lingkungan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan zat-zat nutrisi yang terdapat dalam ransum. Amrullah (2003) menyatakan bahwa konversi ransum juga dipengaruhi oleh kualitas ransum, teknik pemberian pakan dan mortalitas. Menurut catatan dari World Poultry (2004) perbaikan genetika selama kurun waktu 20 tahun telah berhasil memperbaiki efisiensi ransum. Pada tahun 1984 untuk menghasilkan berat badan 1345 gram/ekor/hari memerlukan waktu lima minggu dan konversi ransum 1,76, sedangkan pada tahun 2004 untuk pemeliharaan pada umur yang sama akan mendapatkan berat badan 1882 gram/ekor/hari dengan konversi ransum 1,59. Mortalitas Salah satu alat bantu untuk mendeteksi penyebab terjadinya suatu masalah dalam usaha peternakan ayam adalah dengan menggunakan ukuran-ukuran teknis, salah satunya adalah dengan menghitung angka mortalitas (Rasyaf, 1994). Angka mortalitas merupakan perbandingan antara jumlah seluruh ayam yang mati dengan jumlah total ayam yang dipelihara. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa pemeliharaan ayam broiler secara komersial dinyatakan berhasil jika angka kematian secara keseluruhan kurang dari 5%. Angka mortalitas besar hubungannya dengan program vaksinasi dan kejelian mendeteksi adanya penyakit secara dini (Amrullah, 2003). Untuk menekan tingkat kematian perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit.
21
Untuk lebih meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama yang disebabkan oleh virus dan bakteri perlu dilakukan vaksinsi. Menurut Abidin (2002) bahwa vaksinasi merupakan proses memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (vaksinasi aktif) kedalam tubuh ayam, baik secara injeksi, campuran air minum, maupun tetes mata. Pemberian pakan dan minum dalam jumlah yang cukup kuantitas dan kualitasnya merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mempertahankan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, selain itu ayam juga membutuhkan kondisi lingkungan yang nyaman sehingga bisa mencegah terjadinya stress (Abidin, 2002). Kecernaan Kecernaan adalah selisih antara zat-zat makanan yang terkandung dalam makanan yang dimakan dengan zat-zat makanan yang terkandung dalam feses atau jumlah yang tertinggal dalam tubuh hewan atau jumlah zat-zat makanan yang dicerna. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya (Anggorodi, 1979). Menurut Maynard et al. (1979) ada dua metode untuk menentukan koefisien cerna yaitu metode koleksi total dan metode indikator, dan perhitungannya berdasarkan analisa. Untuk memperoleh angka kecernaan suatu zat makanan, diperlukan data mengenai banyaknya zat-zat makanan yang dikonsumsi dan yang terdapat dalam feses.
22
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli 2005 sampai dengan bulan Maret 2006 di Laboratorium Nutrisi Unggas dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Pemeliharaan ayam dilakukan pada bulan Februari 2006 bertempat di Laboratorium Lapang Nutrisi Unggas. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 200 ekor ayam broiler strain Ross umur 1 hari (DOC) yang diperoleh dari PT. Silga Perkasa. Ayam-ayam tersebut dipelihara selama 6 minggu. Ransum Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah ransum komersil yang mempunyai kandungan protein kasar minimal 21%, konsentrat Gold Coin 803 (K803), dan silase campuran ikan asin dan daun singkong. Ransum Gold Coin 803 (K803) terdiri dari bungkil kedelai, tepung daging, DCP, dan premix. Ransum komersil diberikan dalam bentuk crumble pada periode starter (0-2 minggu), kemudian pada periode 2-4 minggu diberikan ransum komersil yang dicampur dengan serbuk gergaji 25%. Setelah itu, pada periode finisher (4-6 minggu) diberikan ransum finisher yang terdiri dari konsentrat Gold Coin 803 (K803) yang dicampur silase dan jagung giling. Ransum finisher ini berbentuk mash. Ransum finisher diberikan dengan cara mencampur 60% jagung dengan 40, 30, 20, 10, 0% K803 dan 0, 10, 20, 30, 40% silase. Konsumsi pakan diukur tiap minggu. Pakan diberikan ad libitum. Desain ransum, kandungan nutrisi ransum komersil dan komposisi ransum perlakuan umur 4-6 minggu dapat dilihat pada Tabel 2, 3 dan 4. Tabel 2. Desain Ransum Selama Penelitian Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
0-2 RK RK RK RK RK
Umur (minggu) 2-4 4-6 RK + 25% SG 60% JK+40% BC+0% Silase RK + 25% SG 60% JK+30% BC+10% Silase RK + 25% SG 60% JK+20% BC+20% Silase RK + 25% SG 60% JK+10% BC+30% Silase RK + 25% SG 60% JK+0% BC+40% Silase
Keterangan: RK (Ransum Komersil), SG (Serbuk Gergaji), BC ( Ransum Basal (K803)), JK (Jagung)
23
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Ransum Komersil yang Digunakan dalam Penelitian Zat Makanan Protein Serat kasar Lemak Air Abu Kalsium Phospor
% Min 21,0 Max 5,0 Min 5,0 Max 12,0 Max 8,0 0,9 – 1,2 0,7 – 1,0
Tabel 4. Komposisi Ransum Perlakuan Umur 4-6 minggu Bahan makanan Ransum Basal (K803): Bungkil Kedelai Tepung Daging DCP Top Mix Total Silase Campuran Ikan Asin dan Daun Singkong: Tepung Ikan Asin Tepung Daun Singkong DCP Top Mix Total Jagung Kuning
Kadar (%) 80 15 3,75 1,25 100 46 49 3,75 1,25 100 60
Kandang dan Perlengkapan Ayam dipelihara dalam kandang bertingkat yang berukuran 1 x 0,5 x 0,5 m. Kandang ini berjumlah 20 buah. Setiap kandang diisi 10 ekor ayam. Setiap kandang juga dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum serta dipasang bola lampu 40 watt. Pemasangan bola lampu ini berfungsi sebagai induk buatan dan penerangan dimalam hari. Lantai penampung kandang dialasi koran yang diganti setiap tiga hari sekali. Vaksinasi Vaksin yang diberikan pada penelitian ini adalah vaksin ND (Newcastle Desease). Vaksin ND diberikan 2 kali yaitu vaksin ND 1 yang diberikan pada saat ayam berumur 3 hari melalui tetes mata dan vaksin ND Killed yang diberikan pada umur 12 hari melalui suntikan.
24
Metode Prosedur Pemberian ransum starter komersil dimulai sejak ayam datang sampai umur 2 minggu. Pada umur 2-4 minggu ayam broiler diberikan serbuk gergaji sebanyak 25%. Untuk periode realimentasi (umur 4-6 minggu) semua kelompok ayam broiler diberikan ransum perlakuan ad libitum. Pengukuran konsumsi pakan dilakukan tiap minggu. Penimbangan dilakukan tiap minggu untuk mengetahui data pertambahan bobot badan. Pembuatan Tepung Daun Singkong Daun singkong segar dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari, setelah kering daun singkong tersebut digiling untuk mendapatkan tepung daun singkong. Daun singkong segar mengandung ± 20% sehingga setiap 1 kg daun singkong segar menghasilkan 0,2 kg tepung daun singkong. Pembuatan Silase Silase dibuat dengan cara merendam ikan asin dalam air yang ditempatkan pada drum bekas bahan kimia berukuran 220 liter. Perbandingan antara ikan asin dan air adalah 1:3 (kg : vol). Kemudian campuran ini dibiarkan selama satu malam. Setelah itu pada keesokan harinya air dibuang. Selanjutnya ikan asin basah yang diperoleh dikeringkan dan digiling menjadi bentuk tepung. Kemudian sebanyak 46% tepung ikan asin dicampurkan dengan 49% tepung daun singkong; 3,75% DCP dan 1,25% premix. Setelah homogen ransum tersebut kemudian ditambahkan air yang berisi mikroba isi perut bekicot (2 bekicot dalam 6 liter air) dengan perbandingan 1 : 1 Campuran tersebut kemudian dimasukkan dalam plastik dan ditutup untuk memperoleh kondisi anaerob. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor ayam broiler. Model matematika yang digunakan untuk analisa statistik (Steel dan Torrie, 1991): Yij = μ + τi + εij
25
Keterangan : Yij
= Nilai respon dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= Pengaruh umum atau Rataan Umum
τi
= Pengaruh dari perlakuan ke-i
εij
= Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i
= Perlakuan
j
= Ulangan
Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada periode 4-6 minggu adalah: P0 = 60% JK + 40% BC (K803) + 0% Silase (SIA+TDS) P1 = 60% JK + 30% BC (K803) + 10% Silase (SIA+TDS) P2 =60% JK + 20% BC (K803) + 20% Silase (SIA+TDS) P3 =60% JK + 10% BC (K803) + 30% Silase (SIA+TDS) P4 =60% JK + 0% BC (K803) + 40% Silase (SIA+TDS) Keterangan : JK
= Jagung
BC
= Ransum Basal (K803)
SIA+TDS = Silase Campuran Ikan Asin dan Tepung Daun Singkong Peubah yang diamati Peubah yang diamati meliputi: 1. Performan ayam, terdiri dari: a) Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/minggu) b) Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu) c) Konsumsi Energi Metabolis (kkal/ekor) yang dihitung berdasarkan jumlah konsumsi ransum tiap hari dikalikan dengan energi metabolis ransum. d) Konsumsi Protein (gram/ekor) yang dihitung berdasarkan jumlah ransum tiap hari dikalikan dengan kandungan protein ransum. e) Konversi
Ransum
yang
dihitung
berdasarkan
konsumsi
ransum
(gram/ekor/hari) dibagi Pertambahan Bobot badan
26
f) Efisiensi penggunaan zat makanan (energi dan protein) yang dihitung berdasarkan jumlah konsumsi energi metabolis dan protein dibagi dengan pertambahan bobot badan g) Mortalitas 2. Kecernaan Metode yang digunakan untuk mengukur kecernaan adalah metode indikator internal yaitu pengambilan feses secara acak selama tiga hari terakhir pemeliharaan. Rumus yang digunakan : 1 -
[abu ransum]
x 100%
[ abu feses ] Tahapan Percobaan Persiapan Kandang. Sebelum digunakan, kandang dibersihkan dengan cara menyapu dan mencucinya dengan air bersih, kemudian dilakukan pengapuran. Tempat pakan dan air minum serta perlengkapan kandang lainnya juga dibersihkan dan disucihamakan. Ayam broiler dipelihara dalam kandang kawat dan dibagi menjadi 20 petak. Pembagian ayam dilakukan secara acak dan setiap kandang mendapatkan perlakuan ransum yang acak pula. Sebelum DOC dimasukkan ke kandang, tempat pakan dan minum serta bola lampu sudah dipersiapkan. Persiapan Ransum. Ransum yang digunakan pada periode 2-4 minggu adalah ransum awal komersil yang ditambah serbuk gergaji 25%. Sebelum dilakukan pencampuran, serbuk gergaji diayak dan dikeringkan terlebih dahulu. Ransum yang digunakan pada periode 4-6 minggu adalah pencampuran antara jagung giling dengan ransum basal (K803) dan silase campuran ikan asin dan daun singkong. Campuan tersebut diaduk secara merata sesuai dengan perlakuannya masing-masing. Penanganan Anak Ayam. Untuk memulihkan kondisi DOC akibat stres pengangkutan, DOC diberi air minum yang dicampur gula pasir sebagai sumber energi. Cara pembuatannya adalah 1 kg gula pasir dimasak dalam 1 liter air sampai mendidih, kemudian didinginkan, setelah dingin larutan gula tersebut diberikan pada DOC, kemudian DOC ditimbang untuk mendapatkan bobot awal. Sebagai penerangan dan penghangat tubuh untuk DOC digunakan bola lampu 40 watt untuk setiap kandang yang sudah dinyalakan 12 jam sebelum DOC tiba.
27
Pemeliharaan Ayam. Untuk anak ayam sampai umur sepuluh hari, ransum perlakuan diberikan dengan menggunakan tempat ransum berbentuk nampan. Setelah itu digunakan tempat ransum yang terbuat dari bonet sampai akhir (umur 6 minggu) penelitian. Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Anti stres diberikan 2 hari sebelum dan sesudah penimbangan serta vaksinasi. Kotoran ayam dan koran diganti setiap 3 hari sekali untuk menghindari bau amoniak yang dapat mencemari kandang sehingga sanitasi kandang terganggu. Vaksinasi. Vaksin ND diberikan dua kali selama pemeliharaan yaitu pada umur 3 hari melalui tetes mata dan umur 12 hari melelui suntikan. Cara melakukan vaksinasi ND melalui tetes mata adalah vaksin dilarutkan dalam pelarut kemudian satu persatu (0,05 ml) anak ayam dipegang dengan tangan kiri kemudian vaksin diteteskan pada salah satu mata. Anak ayam dilepas setelah vaksin terserap semua. Vaksin ND Killed dosis 500 ekor dilarutkan dalam 500 ml aquades, kemudian disuntikkan melalui bagian dada dengan dosis 1 ml untuk tiap ekor ayam.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Komposisi kimia serbuk gergaji yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Kimia Serbuk Gergaji 1 (as fed dan Bahan Kering) Komponen
% BK
% As Fed
Bahan Kering
-
87,33
Protein Kasar
3,08
2,69
Serat Kasar
79,27
69,23
Lemak
2,23
1,95
BETN
13,86
12,103
Abu
1,56
1,36
-
3541
Energi Bruto (kkal/kg) Keterangan : - sumber: 1. Nurokhmah (2003)
Berdasarkan Tabel 5, kandungan serat kasar serbuk gergaji adalah 69,23%, penggunaan 25% dalam ransum akan menyumbangkan kandungan serat kasar sebesar 17%. Penggunaan serbuk gergaji dalam ransum akan mengubah kandungan zat makanan menjadi lebih rendah. Serbuk gergaji digunakan dalam penelitian ini dikarenakan mudah didapatkan, lebih murah, tidak berbahaya bagi ternak dan belum banyak dimanfaatkan (Jalaludin, 2005). Komposisi kimia ransum broiler starter dan silase ikan asin dengan daun singkong, kandungan ransum perlakuan periode 4-6 minggu serta susunan dan kandungan zat nutrisi ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8.
29
Tabel 6. Hasil Analisis Ransum Broiler Starter (BS) dan Silase Ikan AsinDaun Singkong (SIA-TDS)1(Bahan Kering) Zat Makanan
Ransum BS
SIA-TDS
88
94,67
Protein Kasar (% BK)
23,86
38,64
Serat Kasar (% BK)
4,55
6,71
Lemak Kasar (% BK)
5,68
-
Abu (% BK)
9,09
20,91
Ca (%BK)
1,19
-
P (% BK)
0,97
-
-
3,05
Energi Bruto (kkal/kg)
4150
4060
Enegi Metabolis (kkla/kg)
2988
2923,2
Bahan Kering (%)
NaCl (% BK)
Keterangan : Energi metabolis didapat dari mengkalikan energi bruto dengan 0,72 (Amrullah, 2003)
Tabel 7.Kandungan Zat Makanan Ransum umur 2-4 minggu Berdasarkan Perhitungan Zat makanan Bahan Kering Protein Kasar Serat Kasar Lemak Abu Ca P NaCl Energi Metabolis
% BK 18,70 23,97 4,82 7,22 -
% As Fed 87,83 16,42 20,31 4,24 6,34 2241
Keterangan : Energi metabolis didapat dari mengkalikan energi bruto dengan 0,72 (Amrullah, 2003)
Tabel 6. memperlihatkan kandungan nutrisi ransum pada periode pembatasan pakan (2-4 minggu), dimana ayam kekurangan nutrisi dan kelebihan serat kasar. Serat kasar yang tinggi ini akan membuat tembolok lebih besar sehingga ayam dapat mentolerir serat kasar yang tinggi. Menurut Amrullah (2003), serat kasar yang tinggi akan memaksa organ pencernaan bekerja keras dalam penyerapan nutrisi sehingga berdampak terhadap jumlah vili atau jonjot usus yang meningkat dan organ pencernaan menjadi besar dan memanjang.
30
Tabel 8. Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan umur 4-6 minggu Berdasarkan Perhitungan Zat Makanan Bahan Kering (%) Protein Kasar (% BK) Serat Kasar (% BK) NaCl (% BK) Energi Bruto (kkal/kg) E M (kkal/kg)
P0 87,4 24,96 7,95 0,21 3965,69 2855,3
Ransum Perlakuan P1 P2 P3 88,37 89,33 90,3 24,01 23,07 22,13 8,15 8,34 8,53 0,47 0,73 1 4078,19 4190,68 4303,18 2936,3 3017,29 3098,29
P4 91,27 21,19 8,72 1,26 4415,67 3179,28
Keterangan : P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan silase campuran ikan asin dan daun singkong maka semakin tinggi kandungan zat makanan terutama kandungan energi metabolis, serat kasar dan NaCl akan tetapi kandungan proteinnya menurun. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan kering, serat kasar, energi metabolis dan NaCl silase campuran ikan asin dan daun singkong yang tinggi. Tinggi rendahnya kandungan energi ransum mempengaruhi konsumsi ransum. Leeson
dan
Summers
(2001)
menyatakan
bahwa
ayam-ayam
cenderung
meningkatkan konsumsinya kalau diberi ransum yang rendah nilai energinya. Menurut Wahju (1997) pemberian ransum yang rendah kadar energinya seperti ransum yang mengandung serat kasar tinggi yang tidak dapat dicerna dapat mengakibatkan defisiensi energi.
31
Konsumsi Ransum Laju pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler diimbangi dengan konsumsi makanan yang tinggi. Rataan konsumsi ransum menurut fase pemberian makanan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler untuk Setiap Perlakuan Selama Penelitian. Perlakuan P0
0-2 630,8
Umur Ayam (minggu) 2-4 (K+SG)1) 2-4 (K-SG)2) 1364,1
1023,04
4-6 1191,8
0-6 b a
2845,64
P1 P2
604,8 536,3
1840,6 1753,8
1380,45 1315,35
1434,8 1206,7b
3420,03 3058,35
P3 P4
551,8 546,8
1580,1 1587,3
1185,08 1190,48
1155,9b 1122,6b
2892,80 2859,88
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); 1) konsumsi ransum semu atau dengan serbuk gergaji (selama 17 hari); 2) konsumsi ransum sejati (konsumsi ransum semu atau dengan serbuk gergaji dikurangi konsumsi ransum tanpa serbuk gergaji); P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa konsumsi ransum perlakuan (periode 4-6 minggu) berkisar antara 1191,8 - 1434,78 gram/ekor. Pemberian silase ikan asin dan daun singkong sebagai ransum perlakuan pada periode 4-6 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransum pada perlakuan P1 nyata lebih tinggi (P<0,05) dari P0, P2, P3, P4 (1434,78 vs 1191,8 gram/ekor) ) hal ini disebabkan karena pemberian silase yang tidak terlalu tinggi (sebesar 10%), warna ransum P1 tidak terlalu gelap, bau asam juga tidak terlalu terasa. Penerimaan unggas terhadap makanan dipengaruhi oleh rasa dan tekstur, bau, akibat yang dirasakan setelah makanan ditelan dan tingkah lakunya. Meskipun jumlah titik perasa lebih sedikit dibandingkan hewan lain akan tetapi sensitifitasnya lebih tinggi (Amrullah, 2003). Unggas cenderung lebih suka mengkonsumsi ransum yang lebih terang dibandingkan yang gelap (Leeson and Summers, 2001). Konsumsi ransum perlakuan pada P2, P3, P4 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol yaitu (P0) 1191,8 gram/ekor, (P2) 1206,7 gram/ekor, (P3) 1155,93 gram/ekor dan (P4) 1122,6 gram/ekor.
32
Rataan konsumsi kumulatif (6 minggu) perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol yaitu berkisar antara 2845,64 -3420,03 gram/ekor. Konsumsi ransum per hari pada periode 4-6 minggu ini berkisar antara 70,11-84,4 gram/ekor/hari. Hasil ini lebih rendah dari penelitian Ilahi (2004) bahwa konsumsi ransum pada periode 4-6 minggu berkisar antara 94,07-101,14 gram/ekor/hari gram/ekor. Pola konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian pada periode 0-6 minggu dapat dilihat pada Gambar 1.
Konsumsi Ransum (gram/ekor)
4000 3500 3000
P0
2500
P1
2000
P2 P3
1500
P4
1000 500 0 Umur Ayam (0-6 minggu)
Gambar 1. Histogram Konsumsi Ransum Ayam Broiler (0-6 minggu).
Kumulatif
Konsumsi Energi Metabolis dan Protein Konsumsi energi dan protein merupakan salah satu faktor untuk mengetahui efisiensi penggunaan energi dan protein. Konsumsi energi metabolis dan protein ayam broiler pada periode 4-6 minggu pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa konsumsi energi metabolis pada periode 2-4 minggu berkisar antara 2292,54-3093,59 kkal/ekor. Jumlah konsumsi energi metabolis per hari pada penelitian ini berkisar antara 134,86 kkal/ekor/hari, hasil ini lebih besar dari jumlah energi metabolis dari Jalaluddin (2005) yaitu berkisar antara 49,93 kkal/ekor/hari-54,83 kkal/ekor/hari. Pada periode 4-6 minggu terlihat bahwa konsumsi energi metabolis semua perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol, yaitu berkisar antara 3402,95-4212,92 kkal/ekor. Begitu juga
33
dengan konsumsi energi metabolis kumulatif semua perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol yaitu berkisar antara 7580,31-9113,65 kkal/ekor. Tabel 10. Konsumsi Energi Metabolis dan Protein Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu Konsumsi Energi Metabolis (kkal/ekor)
Konsumsi Protein (g/ekor)
Umur (minggu)
Umur (minggu)
Perlakuan 0-2
2-4
4-6
0-6
0-2
2-4
4-6
0-6 b
P0
1884,83
2292,54
3402,95
7580,31
132,47
168,98
260,05
561,5b
P1
1807,14
3093,59
4212,92
9113,64
127,01
226,67
304,46a
658,14a
P2
1602,46
2947,7
3640,96
7844,49
112,62
215,98
248,7c
577,3b
P3
1648,78
2655,76
3581,41
7885,95
115,88
194,59
230,95c
541,42c
P4
1633,84
2667,87
3569,06
7870,77
114,83
195,48
217,11c
527,42c
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05), P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Konsumsi protein pada periode 4- 6 minggu berkisar antara 217,11-304,46 gram/ ekor. Pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong pada periode 4-6 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi protein. Konsumsi protein pada perlakuan P1 nyata (P<0,05) lebih tinggi dari P0, P2, P3, P4 (304,46 vs 260,05 gram/ekor) hal ini disebabkan karena penggunaan silase campuran ikan asin dan daun singkong yang tinggi kandungan energinya, sehingga kandungan protein ransum perlakuan rendah. Tingginya pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong ke dalam ransum menyebabkan zat makanan lainnya menurun kecuali serat kasar dan dan energi metabolis ransum. Menurut Suci dan Abdelsamie (1991) perbedaan tingkat energi dan protein akan mempengaruhi konsumsi energi dan protein disamping jenis kelamin, kepadatan ransum, bentuk ransum, pembatasan konsumsi air minum dan temperatur. Konsumsi protein yang rendah kecuali P1 juga disebabkan karena konsumsi ransum yang rendah sehingga konsumsi protein untuk pertumbuhan ayam broiler rendah pula. Berdasarkan hasil analisis ragam, konsumsi protein komulatif (0-6 minggu) berbeda nyata (P<0,05). Pada perlakuan P1 nyata (P<0,05) lebih tinggi dari P0, P2, P3, dan P4 (658,14 vs 527,42 gram/ekor). Konsumsi ransum kumulatif berkisar antara 527,42-658,14 gram/ekor.
34
Kecernaan Kecernaan adalah selisih antara zat-zat makanan yang terkandung dalam makanan yang dimakan dengan zat-zat makanan dalam feses atau jumlah yang tertinggal dalam tubuh hewan atau jumlah zat-zat makanan yang dicerna. Faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah suhu, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya (Anggorodi, 1979). Nilai kecernaan ransum ayam broiler untuk setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Kecernaan Ransum Ayam Broiler untuk Setiap Perlakuan Perlakuan
Kecernaan (%)
P0
62,58a
P1
57,54a
P2
32,89b
P3
34,04b
P4
17,75c
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG+ 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase;P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Metode yang dipakai untuk mengetahui nilai kecernaan ini adalah metode indikator internal yaitu pengambilan feses secara acak selama tiga hari terakhir pemeliharaan. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa pemberian silase ikan asin dan daun singkong kecernaannya nyata (P<0,05) lebih rendah dari kontrol kecuali P1. Kisaran kecernaan ransum adalah 17,75 - 62,58%. Kecernaan yang paling rendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu 17,75% hal ini disebabkan karena kadar garam yang tinggi dalam ransum perlakuan, sehingga ayam perlu minum yang banyak untuk mengeluarkan kadar garam yang tinggi tersebut. Kadar garam yang tinggi dalam saluran pencernaan menyebabkan keadaan yang hipertonis dalam usus sehingga air tubuh yang seharusnya digunakan untuk absorpsi zat-zat makanan akan digunakan untuk mengelurkan garam tersebut, maka adalam saluran pencernaan tidak terjadi penyerapan zat makanan secara optimal, sehingga banyak zat makanan
35
yang langsung keluar melalui feses tanpa dicerna dahulu. Kadar garam yang optimal dalam ransum adalah sekitar 0,5% Bearse dan Berg (1946) dalam Ewing (1963). Selain kadar garam serat kasar juga berpengaruh terhadap penyerapan zat-zat makanan dalam saluran pencernaan. Serat kasar dalam ransum perlakuan berkisar antara 7,95-8,72%. Menurut Wahyu (1997) serat kasar yang ideal dalam ransum ayam broiler yaitu 2-3% dan maksimum diberikan sampai 6%. Serat kasar yang tinggi menyebabkan penyerapan zat-zat makanan terganggu sehingga zat-zat makanan akan ikut terbuang bersama dengan feses. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1999) bahwa kandungan serat kasar yang tinggi dapat mengakibatkan kecernaan ransum menurun karena lebih banyak nutrisi penting yang dikeluarkan melalui feses sebelum mengalami absorbsi sehingga mengakibatkan pertumbuhan terhambat. Serat kasar diduga kaya akan lignin dan selulosa sehingga sulit dicerna (Amrullah, 2003) Histogram nilai kecernaan ransum ayam broiler dapat dilihat pada Gambar 2. 70
Kecern aan (% )
60 50 40 30 20 10 0 P0
P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 2. Nilai Kecernaan Ransum Ayam Broiler Efisiensi Penggunaan Zat Makanan (Energi dan Protein) Nilai efisiensi zat makanan (energi dan Protein) pada periode realimentasi (4-6 minggu) disajikan pada Tabel 12.
36
Tabel 12. Rasio Efisiensi Energi dan Protein terhadap Pertambahan Bobot Badan Perlakuan
Efisiensi Penggunaan Zat Makanan Energi (kkal/g)1) 2-4 mgg
Protein (gram/ekor) 2)
4-6 mgg
0-6 mgg
2-4 mgg
4-6 mgg
0-6 mgg
P0
0,26
0,08a
0,15
3,5
1,11a
2,08
P1
0,22
0,06a
0,13
3,0
0,84a
1,84
P2
0,22
0,03b
0,14
2,96
0,48b
1,91
P3
0,21
0,04a
0,13
2,93
0,66a
1,91
0,22
b
b
1,83
P4
0,02
0,12
3,0
0,37
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05);.1) Rasio konsumsi energi dengan pertambahan bobot badan; 2) rasio konsumsi protein dengan pertambahan bobot badan; P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Pada periode 2-4 minggu, efisiensi penggunaan energi berkisar antara 0,21-0,26 kkal/g. Nilai efisiensi penggunaan energi tersebut lebih kecil dari nilai efisiensi penggunaan energi hasil penelitian Nurokhmah (2003) , Ilahi (2004) dan Jalaluddin (2005) yaitu 7,86 kkal/g, 2,24-2,65 kkal/g dan 2,48-2,67 kkal/g. Pada periode 4-6 minggu, efisiensi penggunaan energi berkisar antara 0,02-0,08 kkal/g. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap efisiensi penggunaan energi. Perlakuan P1 dan P3 efisiensi penggunaan energi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, sedangkan untuk P2, P4 nilai efisiensi penggunaan energinya nyata (P<0,05) lebih rendah dari kontrol. Nilai efisiensi penggunaan energi yang rendah ini dikarenakan konsumsi energi yang tinggi tidak disertai dengan pertambahan bobot badan yang tinggi pula.. Penggunaan silase campuran ikan asin dan daun singkong juga menyebabkan kandungan energi ransum tinggi sehingga efisiensi penggunaan energi semakin tinggi. Begitu juga dengan efisiensi penggunaan energi kumulatif, efisiensi penggunaan energi kumulatf tidak berbeda nyata antar perlakuan, yaitu berkisar antara 5,05-7,63 kkal/gram. Hal ini juga memperjelas bahwa pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong pada periode realimentasi menurunkan efisiensi penggunaan energi pada ransum.
37
Efisiensi penggunaan protein ayam broiler pada periode 2-4 minggu berkisar antara 2,93-3,5 gram/ekor. Nilai efisiensi penggunaan protein tersebut lebih tinggi dari pada penelitian Jalaluddin (2005) yaitu berkisar antara 0,21-0,22 gram/ekor. Berdasarkan hasil analis ragam menunjukkan bahwa silase campuran ikan asin dan daun singkong dalam ransum nyata (P<0,05) mempengaruhi nilai efisiensi penggunaan protein. Perlakuan P1 dan P3 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, sedangkan untuk perlakuan P2 dan P4 nyata (P<0,05) lebih rendah dari kontrol, hal ini disebabkan karena konsumsi protein yang rendah serta pertambahan bobot badan yang rendah pula. Efisiensi penggunaan protein pada periode 4-6 minggu dengan pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong berkisar antara 0,9-2,68 gram/ekor. Efisiensi penggunaan protein kumulatif (0-6 minggu) tidak berbeda nyata dengan kontrol, berkisar antara 1,14-1,25 gram/ekor, hal ini berarti bahwa pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong pada ransum menghasilkan efisiensi penggunaan protein yang tidak jauh berbeda dengan kontrol. Performa Ayam Broiler Penelitian Bobot Badan Akhir Bobot badan akhir yang tinggi merupakan tujuan dari budidaya ayam broiler yang diusahakan oleh peternak, hal ini sangat berpengaruh terhadap nilai jual produk daging ayam broiler yang dihasilkan. Rataan bobot badan akhir pada akhir pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Selama Penelitian Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
Rataan Bobot Badan Akhir (gram/ekor) 1198,0a 1241,1a 1132,7a 1066,6b 998,4b
Ketrrangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa pemberian ransum perlakuan silase campuran ikan asin dan daun singkong nyata (P<0,05) menurunkan bobot badan akhir kecuali pada perlakuan P1 dan P2. Rataan bobot badan akhir pada
38
perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol yaitu sebesar 1241,1 dan 1132,7 vs 1198 gram/ekor. Rataan bobot badan akhir yang dihasilkan dari pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong 30% dan 40% lebih rendah dibandingkan rataan bobot badan akhir tanpa pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong (P0) yaitu P3 sebesar 1066,6 gram/ekor dan P4 sebesar 998,4 gram/ekor. Hal ini berhubungan dengan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Konsumsi ransum dengan pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong nyata (P<0,05) menghasilkan bobot badan yang rendah kecuali P1 dan P2, sehingga konversi ransum yang dihasilkan menjadi lebih besar dibandingkan dengan kontrol (P0). Angka konversi yang besar ini menghasilkan bobot badan akhir yang lebih rendah. Pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong sampai taraf 20% masih dianjurkan melihat bobot badan akhirnya relatif sama dengan kontrol. Histogram rataan bobot badan akhir ayam broiler selama penelitian untuk
Rataan Bobot Badan Akhir (g/ekor)
setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3. 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 P0
P1
P2
P3
P4
Ransum Perlakuan
Gambar 3. Histogram Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Selama Penelitian Untuk Setiap Perlakuan Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Faktor pendukung pertumbuhan ayam adalah kualitas dan kuantitas makanan, temperatur dan pemeliharaan (Rasyaf,1999). Rataan
39
pertambahan bobot badan untuk setiap fase penberian makanan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Penelitian Perlakuan
Umur Ayam (minggu) 0-2
2-4 1)
4-6
0-6
P0
302,98
593,7
288,6a
1165,4a
P1
271,5
681,7
255,45a
1208,5a
P2
312,1
638,71
157,65b
1099,9a
P3
312,2
P4
332,55
569,41 587,01
151,6c 80,95c
1033,2b 964,9b
Keterangan : 1) pemberian serbuk gergaji selama 17 hari, superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Pemberian serbuk gergaji sebanyak 25% pada periode 2-4 minggu menghasilkan pertambahan bobot badan berkisar antara 569,41-681,7 gram/ekor. Pertambahan bobot badan per hari pada penelitian ini berkisar antara 33,49-40,1 gram/ekor/hari, hasil ini lebih besar dari pertambahan bobot badan hasil penelitian Jalaluddin (2005) dan Nurokhmah (2003) yaitu berkisar antara 18,71-21,45 gram/ekor/hari dan 28 gram/ekor/hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan silase campuran ikan asin dan daun singkong dalam ransum pada periode 4-6 minggu memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Dimana pertambahan bobot badan P1 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, sedangkan untuk P2, P3 dan P4 nyata (P<0,05) lebih rendah dari kontrol (255,45 (P1); 157,65 (P2); 151,6 (P3); 80,95 (P4) (P0) vs 288,6 gram/ekor). Dengan demikian penggunaan silase campuran ikan asin dan daun singkong nyata (P<0,05) menurunkan pertambahan bobot badan pada perlakuan P2, P3, dan P4. Tingginya pertambahan bobot badan pada P1 disebabkan karena konsumsi ransum P1 lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Penurunan pertambahan bobot badan setelah diberikan silase campuran ikan asin dan daun singkong pada perlakuan P2, P3 dan P4 ini disebabkan adanya kadar garam yang tinggi pada ransum perlakuan akibat pemakaian dari tepung ikan asin.
40
Bearse dan Berg (1946) dalam Ewing (1963) melaporkan bahwa pemakaian garam yang bagus adalah 0,5% pada umur 3-8 minggu. Level tersebut sudah termasuk optimum. Tingginya kadar garam dalam ransum perlakuan menyebabkan ayam banyak minum, akan tetapi air minum yang diberikan pada penelitian ini kurang, karena aktifitas ayam yang banyak sehingga air banyak yang tumpah. Kadar garam yang tinggi pada saluran pencernaan jika tidak dibuang akan menyebabkan keadaan hipertonis pada usus sehingga air tubuh yang seharusnya untuk absorpsi zat-zat makanan akan digunakan untuk membuang garam yang tinggi pada tubuh ayam melalui feses yang encer. Hal ini akan menyebabkan terganggunya penyerapan zatzat makanan dalam saluran pencernaan. Zat-zat makanan yang ikut terbuang tersebut mengakibatkan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan menjadi tidak tercukupi. Rendahnya konsumsi energi dan protein juga dapat mengakibatkan pertambahan bobot badan yang rendah, karena dengan konsumsi energi dan protein yang rendah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok saja, sehingga kebutuhan lain seperti pembentukan daging tidak terpenuhi. Kecernaan ransum yang rendah juga mengakibatkan pertambahan bobot badan rendah, karena banyak zat-zat makanan yang terbuang melalui feses. Lamanya waktu pembatasan nutrisi juga mempengaruhi pertambahan bobot badan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan hewan untuk menunjukkan pertumbuhan kompensasi adalah (1) faktor genetik, (2) awal waktu pembatasan nutrisi (3) lamanya waktu pembatasan nutrisi (4) jenis ransum yang digunakan (Wilson dan Osbourn, 1960 ; Nurokhmah, 2003 ; Ilahi, 2004). Pada penelitian ini waktu pembatasan ransum adalah 17 hari, sehingga ayam tidak dapat mengejar kelambatan tumbuhnya. Rendahnya pertambahan bobot badan ini terjadi karena waktu yang dibutuhkan untuk mengkompensasikan pertumbuhannya sedikit yaitu 11 hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan kumulatif (0-6 minggu), berbeda nyata (P<0,05). P1 dan P2 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, pertambahan bobot badan kumulatif nyata (P<0,05) menurun pada perlakuan P3 dan P4 (1033,2 (P3), 964,9 (P4) vs 1165,4 (P0) gram/ekor), kisaran rataan pertambahan bobot badan kumulatif yaitu 964,9-1208,5 gram/ekor. Pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong sampai taraf
41
20% masih bisa dianjurkan karena memiliki pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Grafik pertambahan bobot badan ayam broiler selama periode pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4. 1400
PBB (gram/ekor)
1200 P0
1000
P1
800
P2
600
P3
400
P4
200 0 1
2
3
4
5
6
Umur (minggu)
Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan (PBB) Ayam Broiler Selama Penelitian (K + SG selama 17 hari) Konversi Ransum Konversi ransum sangat penting diperhatikan karena erat hubungannya dengan biaya produksi, semakin rendah konversi ransum maka semakin efisien karena semakin sedikit jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Nilai konversi ransum ayam broiler untuk setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Untuk Setiap Perlakuan Selama Penelitian Perlakuan
0-2
P0 P1
2,08 2,23
2-4 (K+SG) 2,3 2,7
P2 P3 P4
1,72 1,77 1,64
2,8 2,8 2,7
Umur Ayam (minggu) 2-4 4-6 (K-SG) 1,73 4,13a 2,03 5,62a
2,44 2,83
8,93b 7,62a 13,87c
2,78 2,8 2,96
2,06 2,08 2,03
0-6
Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60%JG+0% BC + 40% Silase
42
Pemberian serbuk gergaji sebanyak 25% pada periode 2-4 minggu menghasilkan konversi ransum sejati 1,73-2,08. Nilai konversi ransum tersebut lebih besar dari pada nilai konversi ransum hasil penelitian Ilahi (2004) dengan pemakaian serbuk gergaji 25% yaitu 1,03-1,23. Namun nilai konversi ini lebih kecil dari pada konversi ransum penelitian Nurokhmah (2004) yaitu 2,16. Konversi ransum pada periode 4-6 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan, pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong taraf 10% (P1) dan 30% (P3) mempunyai nilai konversi yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pemberian ransum perlakuan yaitu silase campuran daun singkong dan ikan asin pada taraf 20% (P2) dan 40% (P4) mempunyai nilai konversi yang nyata (P<0,05) lebih tinggi dari kontrol. Pada perlakuan P4 konversi ransumnya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Konversi yang tinggi ini disebabkan karena konsumsi tinggi namun tidak disertai dengan pertambahan bobot badan yang tinggi pula, hal ini disebabkan pemakaian ikan asin dalam pembuatan silase dimana kadar garam ikan asin saat perendaman masih ada. Nilai konversi ransum kumulatif selama 6 minggu penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua perlakuan. Nilai konversi ransum kumulatif (0-6 minggu) berkisar antara 2,44-2,96. Histogram nilai konversi ransum ayam broiler selama periode pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5. 3.5
Konversi Ransum
3 2.5
P0
2
P1 P2
1.5
P3
1
P4
0.5 0 Umur Ayam (0-6 minggu)
Gambar 5. Histogram Konversi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian
43
Mortalitas Mortalitas merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Batas mortalitas yang masih ditolerir oleh peternak berkisar antara 3–5%. Angka mortalitas ayam broiler tiap minggu selama 6 minggu penelitian dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Angka Mortalitas Ayam Broiler (Ekor) Selama 6 minggu Penelitian Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Jumlah %
0-2 6 5 3 2 1 17 8,25
Minggu ke 2-4 1 6 3 0 1 11 5,34
4-6 0 1 1 0 0 2 0,97
Total (ekor) 7 12 7 2 2 30 14,56
% 3,4 5,83 3,4 0,97 0,97 14,56
Keterangan : P0 : 60% JG + 40% BC + 0% Silase; P1 : 60% JG + 30% BC +10% Silase; P2 : 60% JG + 20% BC + 20% Silase; P3 : 60% JG + 10% BC +30% Silase; P4 : 60% JG + 0% BC + 40% Silase.
Angka mortalitas selama penelitian cukup tinggi yaitu 14,56% (30 ekor). Pada periode starter (0-2 minggu) terdapat 8,25 (17 ekor), periode 2-4 minggu terdapat 5,33% (11 ekor), sedangkan pada periode finisher (4-6 minggu) terdapat 0,97% (2 ekor). Angka mortalitas sebelum ayam-ayam mendapat perlakuan selama dua minggu pertama lebih banyak dibandingkan dengan fase-fase sesudahnya. Kematian yang tinggi ini disebabkan karena ayam terkena penyakit CRD, begitu juga dengan periode 2-4 minggu dan 4-6 minggu ayam mati bukan karena perlakuan tapi ayam terkena penyakit berak darah dan berak hijau. Menurut Amrullah (2003) minggu ketiga dan keempat adalah periode dimana peluang terjadi kematian lebih tinggi, karena pada periode tersebut antibodi bawaan telah berkurang. Kematian ayam broiler selama pemeliharaan lebih banyak disebabkan oleh penyakit.
44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong sebanyak 10% kedalam ransum masih dianjurkan karena menghasilkan konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan yang tinggi dan konversi ransum yang rendah. Kecernaan ransum dengan pemberian silase campuran ikan asin dan daun singkong rendah, hal ini dikarenakan adanya kandungan kadar garam yang tinggi dalam ransum perlakuan. Kandungan garam yang tinggi dalam saluran pencernaan akan mengganggu penyerapan zat-zat makanan. Saran Desain air minum perlu diganti supaya kebutuhan minum ayam broiler selalu tersedia dengan adanya kadar garam yang masih tinggi dalam ransum perlakuan.
45
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sebagai salah satu syarat penulis mendapatkan gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, MS. selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Ir. Sumiati, MSc. selaku dosen pembimbing anggota yang telah membimbing, memberi pengarahan dan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan pada Ir. Dwi Margi Suci, MS selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Aminuddin P, MSc. selaku pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu, dan dua adikku Yohan dan Dedi atas do’a, perhatian dan kasih sayangnya. Drh. Andriyanto yang insya Allah akan menjadi imam bagi penulis di dunia dan akhirat, terima kasih atas do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis. Doharni Pane, Suprayitno, Ratih Puspa Hapsari dan Gunadi teman dalam suka dan duka selama penelitian, terima kasih atas kerjasamanya. Anak-anak Pondok Adinda yang selama ini membantu penulis, terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Terima kasih kepada Widiarti, Ika Christina Damayanti, Siti Hadiyatun Sholikhah, Nurbaeti Putri Utami dan Ningrum Astuti untuk semua bantuannya. Teman-teman INTP angkatan 39, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah bagi kita untuk melakukan yang terbaik dalam hidup kita. Bogor, Agustus 2006 Penulis
46
DAFTAR PUSTAKA Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka, Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2006. Production of Secondary Crops in Indonesia. Http: //www.bps.go.id (09/07/2006) Disney, J.G. and James, D. 1980 Fish Silage Production and its use. FAO Fish. Rep.No. 230, FAO, Rome, 105 pp. Eggum, O. L.1970. The Protein Quality of Cassava Leaf. British. J. Nut. 24:761-769. Ewing, W. R. 1963. Poultry Nutrition. 5 Passadenia, California.
th
Edition. The Ray Ewing Company.
Eviyati. 1993. Pemberian tepung daun singkong dalam ransum dan pengaruhnya terhadap performans ayam broiler. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gomez, G and Valdiveso, M. 1985. Cassava Foliage: Chemical Composition, Cyanide Content and Effect of Drying on Cyanide Elimination. J. Sci. food. Agric. 36:433-441. IIlahi, W. 2004. Respon ayam broiler terhadap teknik pertumbuhan kompensasi : 2. penggunaan serbuk gergaji dan berbagai taraf jagung kuning + lisin terhadap performans ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Jalaluddin, A. 2005. Respon ayam broiler terhadap teknik pertumbuhan kompensasi : 3. penggantian sebagian ransum realimentasi dengan jagung kuning. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Kompiang, I.P., Yushadi, S. and Cresswell, D.C., 1980. Microbial fish silage: chemical composition, fermentation characteristics and nutritional value. FAO Fish. Rep. No. 230, FAO, Rome, pp. 38-43. Leeson, S and J.D. Summers. 2000. Broiler Breeding Production. University Books, Guelph, Ontario, Canada. Leeson, S and J.D. Summers. 2001. Nutrition of The Chickens. 4th Edition. University Books, Guelph, Ontario, Canada. Lubis, A. H. 1992. Respons ayam broiler terhadap penurunan tingkat protein dalam ransum berdasar efisiensi penggunaan protein dan suplementasi asam amino metionin dan lisin. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F. Hintz, and H.G. Wanner. 1979. Animal Nutrition. 3 rd Edition. McGraw Hill Publising Co Ltd. New York. Nurrokhmah. 2003. Respon ayam broiler terhadap teknik pertumbuhan kompensasi : 1. taraf pemakaian serbuk gergaji dan minyak ikan terhadap performans ayam broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
47
North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. The 4th Ed. AVI Publishing Co. Inc. Wesport Connecticut. Oluyemi, J.A. and F.A. Robert. 1980. Poultry Production in Warm Wet Climates. The Macmillam Press Ltd. London and Basingstoke. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansi. UI Press, Jakarta. Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia Pustaka, Jakarta. Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-14 Gramedia Pustaka, Jakarta. Ravindran, V. and Rajaguru, A. S. B.1988.Effect of Stem Pruning on Cassava Root Yield and Leaf Growth. Sri Lankan. J. Agric. Sci. 25(2):32-37. Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. CAB International. Biddles Ltd, Guildford. Santoso, H.B. 1991. Budidaya Bekicot. Kanisius. Yogyakarta. Suci, D. W, dan R. E. Abdelsamie. 1991. Pengaruh berbagai tingkat lisin dan metionin yang dibutuhkan puyuh jepang ( Coturnix-coturnix Japonica) terhadap Produksi Telur. Bull Mater 11 (1) : 67-74. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Setyaningsih, I. 1991. Perubahan flora bakteri pada bekicot selama proses pembekuan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. Steel, R. G. D, dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrika. Terjemahan: B. Sumantri. Cetakan 3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Unandar, T. 2002. Ada Apa dengan Broiler. Poultry Indonesia. Edisi September, No. 269. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. World Poultry. 2004. 20 years of Information. 20: 42-43.
production enhancemen. Feed Business
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. Konsumsi Ransum 4-6 minggu Perlakuan PO P1 P2 P3 P4 Jumlah
1 1236 1383,8 1389,3 1203 1201,7
2 1158,9 1243,4 1178,8 1059,1 1058
3 1304,1 1458,4 1065,5 1157 1002,2
4 1068 1653,5 1193,3 1204,5 1228,5
∑ Xi 4767 5739,1 4826,9 4623,6 4490,4 24447
∑ Xij^2 5712046,02 8321938,81 5878979,07 5358371,06 5077063,98 30348398,94
(∑ Xi)^2/4 5681072,25 8234317,203 5824740,903 5344419,24 5040923,04 30125472,64
Lampiran 2. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Periode 4-6 Minggu Pemeliharaan. FK = JK (T)= JK(P)= JK (E)= ANOVA SK perlakuan eror total
29882057,04 465702,6855 242691,578 223011,1075 DB 4 15 19
JK KT 242691,6 60672,8945 223011,1075 14867,4072 465702,69
F hit 4,08*
F0,05 3,06
F0,01 4,89
Hasil Uji Kontras Ortogonal Konsumsi Ransum 4-6 Minggu Pemeliharaan SV Perlakuan Po P2 P3 P4 vs P1 Po P2 Vs P3 P4 P4 Vs P3 Po Vs P2 eror total Superskrip P0 P1 11911,8 1434,8 b a
DB 4 1 1 1 1 15 19 P2 1206,65 b
JK 242691,6 225653,8 14376,01 2211,13 444,02 223011,1 465702,7 P3 1155,9 b
KT 60672,89 225653,8 14376,01 2211,13 444,02 14867,41
F hit F0,05 F0,01 4,08* 3,06 4,89 15,18** 4,54 8,68 0,97 4,54 8,68 0,15 4,54 8,68 0,03 4,54 8,68
P4 1122,6 b
50
Lampiran 3. Pertambahan Bobot Badan Periode 4-6 Minggu Pertambahan Bobot Badan perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Jumlah
1 315,3 257,5 201,4 139,3 72,2
2
3
4
∑ Xi
276,6 281,8 158,8 127,2 86,5
346,8 243,9 68,8 175,5 102,6
215,5 238,5 201,6 164,3 62,5
1154,2 1021,7 630,6 606,3 323,8 3736,6
∑ Xij ^2
(∑ Xi)^2/r
342632,14 262086,95 111155,4 93379,07 27128,1 836381,66
333044,41 260967,72 99414,09 91899,92 26211,61 811537,75
Lampiran 4. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Periode 4-6 Minggu Pemeliharaan. FK =
698108,978
JK (T) =
138272,682
JK (P) =
113428,777
JK E =
24843,905
Anova SK
DB
JK
KT
perlakuan
4
113428,777
28357,1943
eror total
15 19
24843,905 138272,682
1656,26033
F hit 17,12**
F0,05 3,06
F0,01 4,89
Hasil Uji Kontras Ortogonal pertambahan bobot badan 4-6 minggu pemeliharaan. SV Perlakuan Po P1 Vs P2 P3 P4 P2 Vs P3 P4 P4 vs P3 P1 Vs P0 eror total Superskrip P0 P1 288,55 255,42 a a
DB 4 1 1 1 1 15 19 P2 157,65 b
JK 113428,8 96690,66 14469,77 73,81 2194,53 24843,91 138272,7 P3 151,58 c
KT 28357,19 96690,66 14469,77 73,81 2194,53 1656,26
F 17,12** 58,38** 8,74** 0,04 1,32
F0,05 3,06 4,54 4,54 4,54 4,54
F0,01 4,89 8,68 8,68 8,68 8,68
P4 80,95 c
51
Lampiran 5. Konversi Ransum Periode 4-6 Minggu Pemeliharaan konversi ransum Perlakuan 1 P0 3,92 P1 5,37 P2 6,9 P3 8,64 P4 16,64 Jumlah
2 4,19 4,41 7,42 8,33 12,23
3 3,76 5,98 15,48 6,59 9,76
4 4,96 6,93 5,92 7,33 19,66
∑ Xi 16,83 22,69 35,72 30,89 58,29 164,42
∑ Xij ^2 71,6 132,07 377,34 241,2 908,23 1730,51
(∑ Xi)^2/r 70,81 128,71 318,97 238,55 849,43 1606,48
Lampiran 6. Sidik Ragam Konversi Ransum Periode 4-6 Minggu Pemeliharaan. FK = JK T = JK P = JK E = Anova SK perlakuan eror total
1351,69682 378,80958 254,78308 124,0265
DB 4 15 19
JK 254,78308 124,0265 378,80958
KT F hit F0,05 63,69577 7,703487** 3,06 8,26843333
F0,01 4,89
Hasil Uji Kontras Ortogonal Konversi Ransum Periode 4-6 minggu Pemeliharaan. 4,39 5,76 11,07 8,6 16,36 Po P1 P2 P3 P4 a a b a c Lampiran 7. Pertambahan Bobot Badan periode 0-6 Minggu Pemeliharaan Pertambahan Bobot Badan 0-6 minggu Perlakuan 1 2 3 P0 1216,55 1140,16 1277,15 P1 1134,46 1254,18 1189,68 P2 1173,7 1162,1 968,8 P3 1038,5 936,08 1051 P4 895,07 962 1020,5 total
4 1131,05 1256 1124,2 1106,94 1012,5
∑ Xi 4764,91 4834,32 4428,8 4132,52 3890,07 22050,62
∑ Xij^2 5690344,953 5852841,466 4930447,18 4284645,18 3793170,805 24551449,58
(∑ Xi)^2/4 5676091,827 5842662,466 4903567,36 4269430,388 3783161,151 24474913,19
52
Lampiran 8. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan 0-6 Minggu Pemeliharaan FK = JK (T)= JK (P)= JK (E)=
24311492,1 239957,465 163421,072 76536,3929
Anova SK DB perlakuan eror total
JK KT F hit F0,05 F0,01 4 163421,0722 40855,2681 8,007028** 3,06 4,89 15 76536,39295 5102,4262 19 239957,4652
Hasil Uji Kontras Ortogonal (Superskrip) 4764,91 P0 a
4834,32 P1 a
4428,8 P2 a
4132,52 3890,07 P3 P4 b b
Lampiran 9. Sidik Ragam Kecernaan Ransum FK = JK T= JK P= JK E= anova SK perlakuan eror total
32117,708 6936,87186 6462,33273 474,539125 DB 4 15 19
JK KT F hit 6462,33273 1615,58318 51,06797** 474,539125 31,6359417 6936,87186
F0,05 3,06
F0,01 4,86
Hasil Uji Kontras Ortogonal SV Perlakuan PP2, P3 P4 vs P0 P1 P2 P3 Vs P4 P2 vs P3 P0 vs P1 eror total P0 250,31 a
P1 230,17 a
DB 4 1 1 1 1 15 19 P2 131,57 b
JK 6462,332 5326,14 1082,86 2,63 50,70 474,54 6936,87
KT 1615,58 5326,14 1082,86 2,63 50,70 31,64
P3 136,16 b
P4 53,26 c
F 51,06** 168,34** 34,22** 0,08 1,602
F0,05 3,06 4,54 4,54 4,54 4,54
F0,01 4,89 8,68 8,68 8,68 8,68
53
Lampiran 10. Rataan Bobot Badan Akhir Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
1 1249 1164,5 1205,7 1072 927,2
2 1147,8 1287,2 1195 969,1 965,5
3 1231,2 1221,7 973 1084 1055,2
4 1164 1288 1157,2 1141,1 1045,5 jumlah
∑ Xi 4792 4961,4 4530,9 4266,2 3993,4 22543,9
∑ Xij^2 5748195,28 6164438,98 5167578,33 4565504,02 3998407,38 25644124
(∑ Xi)^2/4 5740816 6153872 5132264 4550116 3986811 25563879
Lampiran 11. Hasil Sidik Ragam Bobot Badan Akhir FK= JK T= JK P= JK E=
25411371,4 232752,6 152507,3 80245,3
anova
SK perlakuan eror total
DB 4 15 19
JK KT F hit 152507,3 38126,83 7,126928** 80245,3 5349,687 232752,6
F0,05 3,06
F0,01 4,86
Hasil Uji Kontras Ortogonal SV DB JK KT F F0,05 Perlakuan 4 152507,3 38126,83 7,126928** 3,06 P0,P1,P2 vs P3,P4 1 119688,2003 119688,2 22,37294** 4,54 P0, P1vs P2 1 19929,60667 19929,61 3,725378 4,54 P1 vs P0 1 3587,045 3587,045 0,670515 4,54 P3 vs P4 1 9302,48 9302,48 1,738883 4,54 eror 15 80245,3 5349,687 total 19 232752,6 Superskrip P0 P1 P2 P3 P4 4792 4961,4 4530,9 4266,2 3993,4 a a a b b
F0,01 4,86 8,68 8,68 8,68 8,68
Lampiran 12. Konsumsi Protein 4-6 minggu Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 jumlah
1 269,70 293,64 286,33 240,36 232,41
2 252,87 263,85 242,95 211,61 204,62
3 284,55 309,47 219,60 231,17 193,83
4 233,04 350,87 245,94 240,66 237,59
∑ Xi 1040,16 1217,84 994,82 923,80 868,44 5045,06
∑ Xij^2 271957,59 374727,25 249722,63 213906,39 189900,27 1300214,13
(∑ Xi)^2/4 270482,89 370781,75 247418,74 213349,43 188548,47 1290581,29
54
Lampiran 13. Analisa Sidik Ragam Konsumsi Protein 4-6 Minggu FK = JK T= JK P= JK E= anova SK Perlakuan eror total
1272631,091 27583,03656 17950,19455 9632,842003 DB 4 15 19
JK KT F hit F0,05 F0,01 17950,19455 4487,54864 6,987889** 3,06 4,86 9632,842003 642,189467 27583,03656
Hasil Uji Kontras Ortogonal SV Perlakuan P0 P1 Vs P2 P3 P4 P2 Vs P3 P4 P3vsP4 P1 Vs P0 eror total P0 P1 b a 1040,2 1217,837
DB JK KT F 4 17950,2 4487,549 6,987889** 1 11999,7 11999,71 18,68563** 1 1623,77 1623,772 2,528494 1 382,979 382,9794 0,596365 1 3946,17 3946,167 6,144864* 15 9632,84 642,1895 19 27583 P2 P3 P4 c c c 994,8241 923,7953 868,4434
F0,05 3,06 4,54 4,54 4,54 4,54
F0,01 4,86 8,68 8,68 8,68 8,68
Lampiran 14. Konsumsi Protein 0-6 Minggu Perlakuan PO P1 P2 P3 P4 jumlah
1 598,23 638,60 638,44 550,41 538,22
2 562,06 555,47 579,14 488,68 511,65
3 648,31 694,00 533,79 540,67 473,64
4 ∑ Xi 559,42 2368,02 744,39 2632,47 557,83 2309,20 585,85 2165,61 520,70 2044,21 11519,51
∑ Xij^2 1407046,23 1752118,35 1339112,65 1177303,92 1046932,13 6722513,28
(∑ Xi)^2/4 1401878,97 1732468,38 1333099,43 1172466,84 1044701,06 6684614,67
Lampiran 15. Sidik Ragam Konsumsi Protein 0-6 Minggu FK = JK T= JK P= JK E= anova SK perlakuan eror total
1272631,091 27583,03656 17950,19455 9632,842003 DB
JK KT 4 17950,19455 4487,55 15 9632,842003 642,19 19 27583,03656
F hit F0,05 F0,01 6,987889** 3,06 4,86
55
Hasil Uji Kontras Ortogonal SV DB perlakuan 4 P0 P1 P2 Vs P3 P4 1 P3 vs P4 1 p1vsP0,P2 1 P0 Vs P2 1 eror 15 total 19 Superskrip P0 P1 P2 b a b 2368,02 2632,47 2309,20
JK 49664,1 32997,5 1842,18 14391,9 432,487 37898,6 87562,7
KT 12416,02 32997,48 1842,178 14391,93 432,4873 2526,574
P3 c 2165,61
F Hit 4,914171** 13,06017** 0,729121** 5,696222 0,171175
F0,05 3,06 4,54 4,54 4,54 4,54
F0,01 4,86 8,68 8,68 8,68 8,68
P4 c 2044,21
Lampiran 16. Efisiensi Energi 4-6 Minggu Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Jumlah
1 11,19 15,78 20,81 26,76 52,92
2 11,96 12,96 22,40 25,80 38,98
3 10,74 17,56 50,39 20,43 31,06
4 14,15 20,36 17,86 22,71 62,49
∑ Xi 48,04 66,65 111,46 95,69 185,44 507,29
∑ Xij^2 583,92 1139,54 3793,07 2314,56 9188,96 17020,05
(∑ Xi)^2/4 577,05 1110,57 3105,96 2289,32 8596,99 15679,88
Lampiran 17. Sidik Ragam Efisiensi Energi 4-6 Minggu FK = JK T= JK P JK E= Anova SK Perlakuan eror total
12867,15 4152,894 2812,73 1340,164 DB 4 15 19
JK KT F hit 2812,73 703,1825 7,8704831** 1340,164 89,34426 4152,894
F0,05 3,06
F0,01 4,86
Hasil Uji Kontras Ortogonal SV perlakuan P2,P4 vsP0,P1,P3 P2 vs P4 P0,P1vsP3 P1vsP0 eror total
DB 4 1 1 1 1 15 19
JK 2812,730013 1840,289057 684,0873463 245,0782175 43,27539239 1340,163927 4152,89394
KT F F0,05 F0,01 703,182503 7,870483** 3,06 4,86 1840,28906 20,59773** 4,54 8,68 684,087346 7,656757* 4,54 8,68 245,078218 2,743077 4,54 8,68 43,2753924 0,484367 4,54 8,68 89,3442618
56
Superskrip P0 48,04 a
P1 66,65 a
P2 111,46 b
P3 P4 95,69 185,44 a b
Lampiran 18. Efisiensi Protein 4-6 Minggu Perlakuan PO P1 P2 P3 P4 Jumlah
1 0,86 1,14 1,42 1,73 3,22
2 0,91 0,94 1,53 1,66 2,37
3 0,82 1,27 3,44 1,32 1,89
4 1,08 1,47 1,22 1,46 3,80
∑ Xi 3,67 4,82 7,61 6,17 11,28 33,55
∑ Xij^2 3,41 5,95 17,70 9,63 34,00 70,69
(∑ Xi)^2/4 3,37 5,80 14,49 9,52 31,81 64,99
Lampiran 19. Sidik Ragam Efisiensi Penggunaan Protein FK=
56,29121
JK T= 14,39644 JK P 8,703585 JK E= 5,692852 anova SK DB JK KT F hit perlakuan 4 8,703585 2,175896 5,7332326** eror 15 5,692852 0,379523 total 19 14,39644
F0,05 3,06
F0,01 4,86
Hasil Uji Kontras Ortogonal SV DB Perlakuan 4 P2,P4 vsP0,P1,P3 1 P2 vs P4 1 P3 vsP1,P0 1 P1vsP0 1 eror 15 total 19 Superskrip P0 P1 3,67 4,82 a a
JK 8,703584964 6,23994107 1,680853377 0,618854748 0,163935768 5,692851838 14,3964368 P2 7,61 b
KT 2,176 6,240 1,681 0,619 0,164 0,380
P3 6,17 a
Fhit 5,733233** 16,44152** 4,428852 1,63061 0,431952
F0,05 3,06 4,54 4,54 4,54 4,54
F0,01 4,86 8,68 8,68 8,68 8,68
P4 11,28 b
57
Lampiran 20. Berat Organ Dalam (gram) dan Bobot Badan Metabolik Peubah yang diamati Bobot hidup (gram) Organ dalam (gram) Hati Jantung Rempela kotor Rempela bersih Empedu Ginjal Limfa Usus Pankreas Lemak abdominal Lemak total
P0 1165
P1 1250
P2 1140
P3 1082,5
P4 995
27,195 5,41 29,78 25,35 1,71 9,97 1,74 56,14 3,62 2,17 4,14
28,995 5,65 25,56 23,59 2,05 9,16 1,68 57,9 3,53 4,92 6,31
27,47 4,74 32,01 23,91 1,95 9,33 1,46 59,42 3,28 5,31 7,82
23,49 4,42 23,68 21,59 1,47 9,37 1,01 49,83 2,99 5,68 7,22
23,51 4,02 28,86 23,82 1,89 7,06 1,05 53,66 2,62 2,96 4,32
Satuan Bobot Badan Metabolik Hati 0,136 Jantung 0,027 Rempela kotor 0,149 Rempela bersih 0,127 Empedu 0,009 Ginjal 0,050 Limfa 0,009 Usus 0,103 Pankreas 0,018 Lemak abdominal 0,011 Lemak total 0,021
0,138 0,027 0,122 0,112 0,010 0,044 0,008 0,100 0,017 0,023 0,030
0,140 0,024 0,163 0,122 0,010 0,048 0,007 0,109 0,017 0,027 0,040
0,124 0,023 0,125 0,114 0,008 0,050 0,005 0,099 0,016 0,030 0,038
0,133 0,023 0,163 0,134 0,011 0,040 0,006 0,112 0,015 0,017 0,024
58
Lampiran 21. Rataan Panjang dan Volume Organ Dalam Ayam Broiler Setiap Perlakuan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
Duodenum (cm) 34 30 32 26,5 33
Jejenum (cm) 74 71,75 72,75 59,75 72,75
Ileum (cm) 71 73,5 70,25 62,25 73,25
Colon (cm) 9,5 12 11,5 10 9
Seka 1 (cm) 15,5 15,75 16 16,75 19
Seka (2) 15,5 15,75 16 16,75 19
Isi/volume tembolok (ml) 162,5 150 94 51 55
Lampiran 22. Persentase Berat Organ dalam Ayam Broiler Setiap Perlakuan (% Bobot Hidup) Perlakuan
Hati
Jantung
P0 P1 P2 P3 P4
2,33 2,32 2,41 2,17 2,36
0,46 0,45 0,42 0,41 0,40
Rempela Kotor Bersih 2,56 2,18 2,04 1,89 2,81 2,1 2,19 1,99 2,9 2,39
Empedu
Ginjal
Limfa
Usus
Pankreas
0,15 0,16 0,17 0,14 0,19
0,86 0,73 0,82 0,9 0,71
0,15 0,13 0,13 0,1 0,11
4,82 4,63 5,21 4,60 5,39
0,31 0,28 0,29 0,28 0,26
lemak Abdominal 0,19 0,39 0,47 0,52 0,29
Total 0,36 0,50 0,69 0,67 0,43
lemak Abdominal 0,29 0,62 0,72 0,83 0,48
Total 0,55 0,79 1,06 1,05 0,7
Lampiran 23. Persentase Berat Organ Dalam ayam Broiler Setiap Perlakuan (% Berat Karkas) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4
Hati 3,63 3,62 3,71 3,43 3,79
Jantung 0,72 0,71 0,64 0,65 0,65
Rempela Kotor Bersih 3,97 3,38 3,2 2,95 4,33 2,23 3,46 3,15 4,65 3,84
Empedu 0,23 0,26 0,26 0,21 0,31
Ginjal 1,33 1,15 1,26 1,37 1,14
Limfa 0,23 0,21 0,2 0,15 0,17
Usus 7,49 7,24 8,03 7,27 8,65
Pankreas 0,48 0,44 0,44 0,44 0,42