RESPON TANAMAN CAISIM (Brassica chinensis) TERHADAP PUPUK NPK (16–20–29) DI DATARAN TINGGI
Oleh GANI CAHYO HANDOYO A34102064
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
GANI CAHYO HANDOYO. Respon Tanaman Caisim (Brassica chinensis) terhadap Pupuk NPK (16-20-29) di Dataran Tinggi. (Dibimbing oleh Herdhata Agusta) Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pupuk NPK (16-20-29) pada tanaman caisim dan mengetahui dosis minimum dan optimum pupuk NPK (16-20-29).
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember 2007 yang berlokasi di kebun percobaan Pasir Sarongge, Kabupaten Cianjur dan laboratorium Ekofisiologi Faperta, IPB. Penelitian ini menggunakan bahan tanaman caisim varietas Christina. Model rancangan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor. Perlakuan terdiri atas satu faktor yaitu dosis pupuk, dengan 10 taraf perlakuan yaitu pupuk NPK (16-20-29) dosis 0, 5.625, 11.125, 16.875, 22.5, 33.75, 45, 67.5 kg/ha dan dua pupuk pembanding Hyponex Hijau dan Gandasil D dosis 4.5 kg/ha. Percobaan diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Aplikasi pupuk pada 6, 15 dan 31 HST dengan volume semprot 500 l/ha. Aplikasi pemupukan pupuk NPK (16-20-29) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, indeks luas daun, bobot basah tajuk dan akar sampel, serta bobot panen ubinan. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar berbeda nyata dimana bobot kering tajuk tertinggi pada dosis pupuk NPK (16-20-29) 33.75 kg/ha sedangkan bobot kering akar tertinggi pada dosis 5.625 kg/ha. Aplikasi pupuk daun dosis 22.5 kg/ha dan 33.75 kg/ha (konsentrasi 15 g/l dan 20 g/l) memberikan hasil yang mendekati atau lebih tinggi pada setiap peubah yang diamati daripada pupuk pembandingnya. Dosis pupuk NPK (16-20-29) 22.5 kg/ha menghasilkan panen tertinggi yaitu 7.26 ton/ha. Dosis optimum pupuk NPK (16-20-29) berdasarkan hasil panen adalah 46.75 kg/ha, sedangkan dosis optimum yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi yaitu berdasarkan B/C ratio adalah 28.125 kg/ha dan dosis minimum pada B/C ratio 1 atau Break Event Point (BEP) adalah 3.559 kg/ha.
RESPON TANAMAN CAISIM (Brassica chinensis) TERHADAP APLIKASI PUPUK NPK (16-20-29) DI DATARAN TINGGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh GANI CAHYO HANDOYO A34102064
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
: RESPON PENGARUH TANAMAN CAISIN (Brassica chinensis) TERHADAP PUPUK DAUN NPK (16-20-29) DI DATARAN TINGGI
Nama Mahasiswa
: GANI CAHYO HANDOYO
NRP
: A34102064
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr . Ir Herdhata Agusta NIP : 1959 0813 198303 1 003
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 1957 1222 198203 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Cilacap, pada tanggal 3 Juni 1984 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Soeparno dan Ibu Sri Rejeki. Pada umur 5 tahun, penulis memulai sekolah pada Taman Kanak-kanak Barunawati Kabupaten Cilacap. Pendidikan tingkat sekolah dasar dapat diselesaikan penulis pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 02 Tambakreja Cilacap. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SLTP Negeri 3 Cilacap. Pendidikan tingkat menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 1 Cilacap. Pada Tahun 2002 penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Tanaman Caisim (Brassica chinensis) terhadap Aplikasi Pupuk NPK (16-20-29) di Dataran Tinggi”. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh dosis minimum dan optimum pupuk daun NPK (16-20-29) yang mampu meningkatkan hasil dan kualitas hasil tanaman caisin. Penelitian ini terlaksana atas kerjasama dengan CV. Semeru 23 Grup sebagai produsen pupuk NPK (16-20-29). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Herdhata Agusta atas bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih juga penulis sampaikan atas kesediaan Bapak Dwi Guntoro, SP MSi. dan Ibu Juang Gema Kartika, SP. yang bersedia menjadi penguji pada saat ujian akhir penelitian.
Bogor, Januari 2010 Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
1.
Bapak, ibu, kakak, adik, keponakan tercinta beserta seluruh keluarga tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus serta dukungan moril dan materil kepada penulis.
2.
Bapak Dwi Guntoro atas nasihat dan bimbingan.
3
Peni Lestari tercinta atas dukungan dan semangatnya selama penelitian dan penyelesaian tulisan ini.
4.
Bapak Nana, beserta ibu, pak Asep, pak Dani, pak Misbah, kang Yana, pak Alex, dan buruh harian di Kebun Percobaan Pasir Sarongge atas kerjasama dan semangat yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.
5.
Pak Joko yang membantu kegiatan di laboratorium Ekofisiologi Tanaman.
6.
Ibu Puri, pak Wasta dan pak Kohar yang sudah membantu proses administrasi bisa berjalan cepat selama skripsi.
7.
Ery Bagus dan keluarga atas dukungan dan semangatnya.
8.
Teman-teman Agronomi 39 atas kebersamaan selama kuliah di IPB.
9.
Abay, Adi, Dyan, Engkus, Iin yang terus memberi semangat hingga akhir.
10. Teman-teman kosan Basecamp Agronomi: Dadang, Opik, teman-teman Regenstadt Computer atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi. 11. Adik-adik Nabila Anggrek, adik-adikku tercinta di IPB atas semangatnya, Lola untuk saran pengolahan statistik, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih bantuannya.
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang .................................................................................. Tujuan ............................................................................................... Hipotesis............................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Botani Caisim.................................................................................... Ekologi Caisim.................................................................................. Uji Efektivitas ................................................................................... Pupuk Daun....................................................................................... Hukum Penambahan yang Makin Berkurang ...................................
3 3 3 4 4 8
BAHAN DAN METODE ........................................................................... Tempat dan Waktu ............................................................................ Bahan dan Alat.................................................................................. Metode Penelitian ............................................................................. Pelaksanaan Percobaan ..................................................................... Pengamatan .......................................................................................
10 10 10 10 11 13
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... Kondisi Umum .................................................................................. Tinggi Tanaman ................................................................................ Jumlah Daun ..................................................................................... Warna Daun ...................................................................................... Indeks Luas Daun.............................................................................. Bobot Panen ......................................................................................
15 15 18 20 21 22 23
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... Kesimpulan ....................................................................................... Saran..................................................................................................
28 28 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
29
LAMPIRAN................................................................................................
33
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Unsur Hara yang Digunakan dalam Pemupukan Melalui Daun .....
7
2. Persen Serangan Akar Gada dari 30 Tanaman pada 45 HST..........
17
3. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Tinggi Tanaman......................................
19
4. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Jumlah Daun ...........................................
20
5. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Skor Warna Daun....................................
21
6. Pengaruh Dosis Pupuk Daun NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Indeks Luas Daun.............................
23
7. Pengaruh Dosis pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Bobot Panen 30 Tanaman ......................
24
8. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Bobot Panen per Hektar dan B/C Ratio.........................................................................................
25
Lampiran 1. Hasil Pengamatan Munsell Color Chart pada Daun Caisim...........
34
2. Skor SPAD ......................................................................................
40
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah..........................................
41
4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman ........................................................
42
5. Sidik Ragam Jumlah Daun..............................................................
43
6. Sidik Ragam Warna Daun...............................................................
45
7. Sidik Ragam Indeks Luas Daun......................................................
46
8. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ....................................................
46
9. Sidik Ragam Bobot Basah Akar .....................................................
46
10. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk...................................................
46
11. Sidik Ragam Bobot Kering Akar ....................................................
47
12. Sidik Ragam Bobot Panen Ubinan..................................................
47
13. Analisis Kimia Tanah Awal............................................................
49
14. Hasil Analisis Contoh Pupuk NPK (16-20-29)...............................
49
15. Data Iklim Penelitian ......................................................................
50
16. Data Curah Hujan Harian................................................................
50
17. Data Intensitas Cahaya....................................................................
51
18. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) ........................................................
51
19. Analisis Usahatani Caisim ..............................................................
53
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Susunan Permukaan Daun...............................................................
6
2. Hubungan Umum antara Nutrisi atau Faktor Pertumbuhan dengan Pertumbuhan Tanaman. ......................................................
9
3. Gejala Penyakit; a. Penyakit dumping off, b. Penyakit Akar Gada ....................................................................................... 17 4. Hama; a. Crocidolomia binotalis, b. Plutella xylostella, c. Aphid sp....................................................................................... 17 5. Gejala Serangan Alternaria sp, Bintik Hitam Konsentris............... 18 6. Grafik Hubungan antara Dosis Pupuk NPK (16-20-29) dengan Hasil Panen per Hektar.................................................................... 26 7. Grafik Hubungan antara Dosis Pupuk NPK (16-20-29) dengan B/C Ratio......................................................................................... 26
Lampiran 1. Layout Percobaan............................................................................ 48 2. Pemupukan dan Penebaran Benih pada Lahan Persemaian............ 54 3. a. Bibit Umur 5 Hari, b. Pengurugan Benih.................................... 54 4. Pengolahan Lahan Tanam ............................................................... 54 5. Tanaman Umur 5 HST .................................................................... 55 6. Tanaman Umur 22 HST .................................................................. 55 7. Tanaman Umur 30 HST .................................................................. 55 8. Pengendalian Hama dengan Pestisida............................................. 56 9. Penyemprotan dengan Pestisida dan Aplikasi Pupuk 6 HST......... 56 10. a. Pupuk NPK (16-20-29), b. Pengamatan Warna Daun Menggunakan Munsell Color Chart ............................................... 56
11. Pengaruh Berbagai Taraf Pemupukan NPK (16-20-29) terhadap Hasil Panen Sampel pada Ulangan 1 (Umur 45 HST) ..... 57 12. Hasil Panen Sampel pada Ulangan 2 (Umur 45 HST).................... 58 13. Hasil Panen Sampel pada Ulangan 3 (Umur 45 HST).................... 59 14. Hasil Panen Sampel pada Ulangan 4 (Umur 45 HST).................... 60
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Komoditas hortikultura masih memiliki peranan yang cukup penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan petani di Indonesia adalah caisim, produksi caisim mencapai 548 453 ton pada 2005 menjadi 565 636 ton pada tahun 2008 (BPS 2009). Caisim (Brassica chinensis) atau biasa disebut sawi bakso banyak digunakan masyarakat Indonesia sebagai salah satu bahan campuran makanan terutama seperti mie rebus, capcay, bakso, mie ayam dan lain-lain. Sumaryono dan Rismunandar (1981) menyatakan hampir semua orang gemar makan caisim karena rasanya segar, enak dan banyak mengandung vitamin A, B dan sedikit vitamin C. Haryanto et al. (2003) menambahkan selain harganya terjangkau, rasanya yang khas dan renyah menjadikan produk ini cukup digemari berbagai kalangan. Tanaman caisim merupakan tanaman semusim yang banyak diusahakan orang karena selain mudah dalam budidayanya juga banyak manfaatnya. Tanaman caisim termasuk tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga dapat dibudidayakan sepanjang tahun asalkan pada musim kemarau tetap tersedia air yang cukup. Rukmana (1999) menambahkan bahwa tanaman caisim juga tahan terhadap suhu yang tinggi. Masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas merupakan daya tarik untuk mengusahakan caisim. Daya tarik lainnya adalah harga yang relatif stabil dan mudah diusahakan (Hapsari 2002). Konsumsi caisim diduga akan mengalami peningkatan sesuai pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya daya beli masyarakat, kemudahan tanaman ini diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan budidaya yang sudah ada agar hasilnya meningkat, salah satunya melalui pemupukan. Hal ini selaras dengan program ketahanan pangan tahun 2007 yaitu peningkatan produksi sayur 9.27 juta ton dan peningkatan kualitas dan standar buah dan sayuran (Deptan 2007).
2
Di sisi lain masalah lingkungan juga turut menjadi perhatian publik. Pertanian diduga menjadi salah satu penyebab masalah lingkungan akibat banyaknya pupuk anorganik yang digunakan petani. Sisa pupuk pertanian lainnya yang terbawa air hujan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan serta menyebabkan tanah menjadi keras dan bertambah masam (Sutedjo 1994). Pada kondisi khusus pemberian pupuk melalui daun lebih efisien dibandingkan pemberian pupuk melalui tanah. Pemberian pupuk melalui daun merupakan teknik yang menjanjikan dalam mengurangi penggunaan pupuk kimia pada lingkungan dalam rangka pertanian yang berkelanjutan (Toselli dan Tagliavini 2004).
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pupuk NPK (16-20-29) pada tanaman caisim dan mengetahui dosis minimum dan optimum pupuk NPK (16-20-29).
Hipotesis 1. Terdapat pengaruh dosis pupuk NPK (16-20-29) terhadap perkembangan vegetatif tanaman caisim. 2. Terdapat perbedaan hasil produksi antara tanaman caisim yang dipupuk menggunakan
pupuk
NPK
(16-20-29)
dengan
menggunakan
pupuk
pembandingnya. 3. Diperoleh dosis optimum pupuk NPK (16-20-29) yang dapat meningkatkan produksi caisim dan dosis minimum yang dapat memberikan keuntungan dalam skala usahatani.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Caisim Di Indonesia, sayuran yang termasuk dalam famili kubis-kubisan (Brassicaceae) ini telah berkembang sejak abad ke 15, yakni mulai penjajahan belanda, hingga lebih dikenal sebagai sayuran Eropa. Dalam klasifikasi tumbuhan, caisim termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, sub kelas Dicotyledonia, ordo Rhoeodales atau Brassicales, famili Brassicaceae atau Cruciferae, genus Brassica, spesies Brassica juncea ( L.) Czernj. & Coss. (Rubatzky dan Yamaguchi 1998), sedangkan menurut Williams et al. (1991) caisim atau sawi cina berbunga termasuk spesies Brassica chinensis var. parachinensis). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) Brassica juncea merupakan tanaman setahun yang menyerbuk sendiri, tahan terhadap suhu rendah, juga dikenal luas sebagai sawi india, sawi coklat, atau sawi kuning, kadang-kadang disebut juga sawi cina. Masing-masing karakteristik dari Brassica juncea telah diidentifikasi melalui subdivisi sebagai varietas botanis. Sedangkan menurut Haryanto et al. (2003) caisim atau disebut juga sawi cina memiliki ciri-ciri tangkai daunnya panjang, langsing, dan berwarna putih kehijauan, daunnya lebar, memanjang, tipis, dan berwarna hijau, rasanya renyah dan segar dengan sedikit rasa pahit. Produksinya mencapai 20-30 ton/ha
Ekologi Caisim Menurut Haryanto et al. (2003) daerah penanaman yang cocok untuk caisim adalah mulai dari 5-1200 m dpl (di atas permukaan laut). Tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta drainase baik. pH tanah yang optimum untuk pertumbuhan caisim adalah 6-7. Tanaman membutuhkan cukup air selama masa pertumbuhannya.
4
Uji Efektivitas Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.140/2/2007, uji efektivitas pupuk an-organik adalah pengujian untuk menilai manfaat atau efektivitas pupuk anorganik terhadap pertumbuhan, mutu tanaman dan atau hasil serta nilai ekonomisnya. Pengujian efektivitas pupuk diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.140/2/2007, hal ini dilakukan sebelum pupuk dapat dilepas ke pasaran. Uji efektivitas terbagi menjadi dua yaitu uji laboratorium atau uji kandungan kimia dan uji lapangan.
Pupuk Daun Pupuk daun adalah pupuk yang diberikan pada tanaman dengan cara disemprot pada bagian tanaman seperti daun. Aplikasi pupuk daun sangat efisien dalam keadaan tertentu dan cocok untuk unsur unsur hara mikro dibandingkan dengan unsur hara makro, karena kebanyakan daun hanya menyerap hara dalam jumlah yang sedikit. Unsur-unsur mikro di dalam tanah seperti Fe, Mn, Zn, Cu sering dijerap oleh partikel tanah sehingga sedikit tersedia pada akar tanaman (Agustina 2004). Pemupukan melalui daun dilaksanakan untuk dapat memberikan unsurunsur hara yang keperluannya dalam jumlah sedikit (seperti unsur-unsur mikro), Untuk jenis-jenis pupuk yang tidak merusak daun dan harus diberikan dengan konsentrasi rendah. Pemupukan melalui daun hanyalah sebagai pelengkap dari pemupukan biasa dan tidak dimaksudkan untuk memenuhi keperluan unsur hara untuk seluruh pertumbuhan tanaman (Setyamidjaja 1986). Penyemprotan pada saat sejuk atau sore hari serta penggunaan konsentrasi yang rendah dapat mengurangi kerusakan daun karena terbakar atau gosong akibat evaporasi yang tinggi pada hari yang panas. Serapan hara oleh jaringan daun akan lebih efektif jika semakin lama larutan hara tersebut tinggal dalam bentuk lapisan pada permukaan daun (Mengel dan Kirkby 2001). Menurut Agustina (2004) sel-sel penting yang berperan di dalam mekanisme serapan unsur hara melalui daun adalah epidermis, sel penjaga, stomata, me sofil dan seludang pembuluh. Pupuk daun yang disemprotkan masuk ke dalam stomata secara difusi dan selanjutnya masuk ke sel-sel kloroplas baik yang ada di
5
sel-sel penjaga, mesofil maupun seludang pembuluh dan selanjutnya berperan dalam fotosintesis. Mekanisme serapannya secara aktif, penyemprotan pupuk melalui daun juga diduga dapat langsung masuk ke dalam sel melalui ektodesmata. Peningkatan hasil panen karena penyemprotan larutan hara mungkin disebabkan karena peningkatan penyerapan nutrisi dan air, meningkatkan fotosintat dan peningkatan akumulasi karbohidrat pada buah buahan (Guievence dan Badem 2000; Batra et al. 2002). Respon yang sama dilaporkan pada tanaman tomat oleh Palaniappan et al. (1999). Menurut Burkhardt dan Schroth (1999) penyerapan unsur hara N melalui daun terutama melalui stomata, difusi melalui kutikula. Deposit mineral masuk ke dalam kutikula dan dinding epidermis melalui difusi dan diserap di permukaan membran plasma kemudian masuk ke sitoplasma. Terdapat pula transport aktif melalui plasmalema ke sel daun dan juga jalur simplas ke jaringan vaskuler masuk mengisi bagian kosong dan sebagai deposit atau masuk pembuluh. Efektivitas tinggi, respon tanaman yang cepat, ketepatan dan pengurangan gejala keracunan seperti pada akumulasi pemberian unsur hara berlebihan melalui tanah membuat pemberian hara lewat daun dapat lebih diandalkan (Janick 1984). Menurut Toselli dan Tagliavini (2004) dalam sebuah review menyatakan bahwa jumlah hara yang dapat masuk melalui daun adalah sebuah persamaan dari jumlah unsur hara yang tertahan oleh daun, tergantung pada total luas daun yang dapat terkena larutan hara dan konsentrasi larutan. Sebelum tanaman mencapai ILD yang dikehendaki, unsur hara dalam jumlah yang signifikan dapat diberikan melalui daun. Larutan berbasis air tidak efisien untuk membasahi dan menyebar pada permukaan daun yang memiliki lapisan lilin karena memiliki tegangan permukaan yang tinggi (pada 20oC, tegangan permukaan daun antara udara dengan air 72.8 m/Nm). Surfaktan diperlukan untuk mengurangi tegangan permukaan daun dan meningkatkan luas daun yang tertutup oleh larutan hara. Volume semprot yang digunakan tergantung pada jenis tanaman dan teknik budidaya yang digunakan. Pada tanaman buah-buahan volume semprot antara 150-1500 l/ha. Jika volume rendah diterapkan, jumlah larutan hara yang sama diberikan per unit area, konsentrasi hara yang diberikan harus lebih tinggi dibandingkan dengan volume
6
tinggi. Bukovac et al. (2002) menambahkan penyemprotan memainkan peran penentu dalam kinerja senyawa yang diaplikasikan melalui daun pada tanaman buah.
Keterangan : Lapisan lilin (jagged symbol), kutin (segitiga), pektin (titik), dan selulosa (garis strip) tersusun menjadi layer yang berbeda. Fraksi hidrofilik (pektin) dapat membentuk pori-pori yang dapat mempercepat penetrasi larutan hara (Toselli dan Tagliavini 2004).
Gambar 1. Susunan Permukaan Daun
Cahaya juga dapat meningkatkan penyerapan hara melalui daun, efeknya tergantung pada tingginya permeabilitas pada membran kutikula diatas sel penjaga pada stomata. Intensitas cahaya yang tinggi tidak cocok dalam penyerapan hara melalui daun karena meningkatkan ketebalan kutikula dan jumlah lilin pada kutikula seperti pada beberapa spesies Brassica dan Prunus serta beberapa tanaman serealia. Peningkatan suhu hingga batas tertentu meningkatkan pergerakan senyawa polar masuk ke kutikula, tergantung tingkat kekerasan lilin (Toselli dan Tagliavini 2004). Larutan yang memiliki tegangan permukaan dibawah 15-20 m/Nm dapat langsung masuk melalui stomata. Surfaktan seperti alkil-poliglukosida, pada konsentrasi 0.2 g/l meningkatkan penyerapan Ca. Sedangkan surfaktan berbasis protein dan sodium EDTA (kelat sintetik) menurunkan penyerapan CaCl2. Pada beberapa kasus surfaktan dapat pula bersifat toksik seperti polimer fluorocarbon dan octilphenoxy poliethoxyethanol. Untuk pupuk non ionik, penetrasi dapat
7
ditingkatkan dengan plasticizer seperti tributil phosphat dan dietil sebactate yang mampu meningkatkan fluiditas lapisan lilin pada kutikula (Toselli dan Tagliavini 2004).
Tabel 1. Unsur Hara yang Digunakan dalam Pemupukan Melalui Daun Unsur Hara
Senyawa
Kandungan Unsur (%) Boric acid (H3BO3) 10 B Polyborate (Na2B4O7) 20 27 CaCl2 . 2H2O Ca 15.5 Ca(NO3)2 . 4H2O FeSO4 37 Fe FeDTPA/EDTA 4-6 9.6 MgSO4 . 7H2O Mg 25 MgCl2 . 6H2O Mg(NO3)2 16 Mn MnSO4.H2O 32.5 Urea (CO(NH2)2) 46.6 NH4NO3 26-27 N KNO3 13 13 Ca(NO3)2 . 4H2O NH4PO4 26.6 P KH2PO4 22.7 KH2PO4 29 K KNO3 38.7 ZnSO4 58 Zn ZnCl2 50 ZnEDTA 2.5 Keterangan: DTPA, diethylenetriaminepentaacetic acid; EDTA, (Toselli dan Tagliavini 2004)
Dosis Konsentrasi (kg/ha) aplikasi (g/l) 3-12 0.6-1.5 3-6 0.6-1 2-5 2-3.5 4-8 5-6 0.75-2 0.5-1.5 3-5 3 7.5-15 5-12 1.5-4.5 1-3 4.5-9 3-6 1-3 0.5-2 2.5-15 2-40 4 2-4 7.5 5 7.5 5 0.5-1 0.5 1-1.5 0.6 10 8-10 7.5 5-8 0.3-2 1-2 0.4-2.4 1-2 0.6-1 0.6-0.8 ethylenediaminetetraacetic acid.
Kecepatan penetrasi ion dari permukaan daun awalnya tinggi kemudian cenderung datar dari waktu ke waktu. Penelitian eksperimen dilakukan dengan isotop, yang memungkinkan akurasi yang tinggi, menunjukkan bahwa waktu paruh dari penetrasi 45Ca(NO3)2 (6 g/l) dalam daun pir adalah 18 jam, sementara sebagian besar dari garam Ca diserap dalam waktu kurang dari 100 jam. Dalam kasus N, urea diambil lebih cepat daripada garam N lainnya (KNO3) karena merupakan senyawa polar. Penetrasi paruh waktu urea
15
N di daun pohon buah-
buahan (seperti apel, anggur, dan raspberi merah), adalah sekitar 30-50 jam, dan sebanyak 90% dari N urea ditemukan dalam daun setelah 5 hari. Efektivitas penetrasi foliar juga tergantung pada garam: misalnya, daun apel menyerap P menurut urutan berikut: H3PO4> K2HPO4>NaH2PO4>KH2PO4>Ca(H2PO4)2. pH
8
larutan yang disemprotkan mempengaruhi tingkat penetrasi tergantung pada jenis tumbuhan dan senyawa terlarut (Toselli dan Tagliavini 2004). Menurut penelitian Toselli dan Tagliavini (2004) pH (2-10), nilai pH rendah dianggap optimal untuk ion logam (Zn), pH 5.4-6.6 untuk pupuk urea, sementara pH 7-10 adalah optimal untuk kalium fosfat. Volume larutan semprot (dan konsentrasi hara yang diterapkan) dapat mem-pengaruhi laju penetrasi di kutikula. Volume semprot yang lebih tinggi (yakni, 1000-1500 l/ha) lebih basah dan menunda waktu pembentukan deposit. Volume rendah lebih baik bila surfaktan ditambahkan ke larutan semprot, dalam hal ini nutrisi tetap akan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dan deposit akan lebih merata didistribusikan pada daun. Pada pohon apel tingkat penyerapan N-urea pada konsentrasi 2 g/l lebih tinggi dibandingkan dengan 20 g/l dan 40 g/l. Tabel 1 merupakan daftar senyawa yang cocok untuk aplikasi pada daun.
Hukum Penambahan Hasil yang Makin Berkurang Jacob dan Uexkűll (1960) menyatakan prinsip yang menggarisbawahi pemilihan dosis pupuk adalah the Law of Diminishing Returns atau Hukum Penambahan Hasil yang Makin Berkurang. Ini berarti produksi per unit pupuk yang diaplikasikan akan berkurang setelah produksi maksimum dicapai. Hal ini juga mendasari persamaan matematika oleh E. A. Mitscherlich : Atau diasumsikan y = 0, ketika x = 0 dy = ( A − y )C dx Keterangan :
y = A(1 − e − Cx )
A = maksimum produksi y = hasil produksi x sampai sebelum excess x = dosis pupuk C = konstanta untuk tiap pupuk tergantung tanaman, jenis tanah dan kondisi lainnya. Dengan kata lain persamaan ini berarti bahwa berubahnya hasil produksi y, dari berbagai level hasil, dengan berubahnya jumlah perlakuan x, sebanding perbedaannya antara produksi maksimum A, dan penambahan hasil y. Persamaan
9
ini digunakan oleh Prescott di Australia, untuk menghitung dosis pupuk superphospat pada gandum yang paling menguntungkan (Teakle dan Boyle 1958). Ide yang sama digunakan dalam persamaan matematika yang diajukan Bray, persamaan ini digunakan untuk menghitung kebutuhan pupuk dalam tanah yang sudah diketahui ketersediaan haranya.
log( A − y ) = log A − (c1b1 + cx) Keterangan : A = produksi maksimum diambil dari 100% y = hasil produksi tanpa pupuk c1 = konstanta proporsional untuk rata-rata tanah dan tanaman b1 = faktor ketersediaan hara yang dipertanyakan c = konstanta pupuk (konstanta Mitscherlich) x = dosis pupuk Persamaan ini sangat baik digunakan untuk melihat secara umum hasil detail dari percobaan pupuk. Crowther dan Yates menggunakan metode ini untuk menentukan dasar kebijakan pupuk di Inggris selama perang dunia kedua.(Teakle dan Boyle 1958) Secara grafik dapat digambarkan sebagai kurva sigmoid (bentuk S), dimana pada dosis pupuk berlebihan justru berbahaya bagi tanaman. Situasi ini dapat diilustrasikan oleh kurva yang dipublikasikan oleh Russell dalam Teakle dan Boyle (1958) (Gambar 2). Persamaan Mitscherlich cocok digambarkan pada bagian antara y dan A.
Gambar 2. Hubungan Umum antara Nutrisi atau Faktor Pertumbuhan dengan Pertumbuhan Tanaman (Teakle dan Boyle 1958)
10
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September 2007-November 2007, dilanjutkan penghitungan ILD, dan bobot kering di laboratorium Fisiologi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB pada bulan Desember 2007.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih caisim varietas Christina, pupuk NPK (16-20-29), Hyponex Hijau (20-20-20), Gandasil D (20-1515), dolomit (CaMg(CO3)2), dan pestisida (Furadan 3G, Antrakol 70 WP, Buldox 25 EC , Decis 2.5 EC). Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah klorofil meter (SPAD), Munsell Color Chart, knapsack sprayer, penggaris, timbangan.
Metode Penelitian Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan 10 taraf perlakuan, yaitu : A0 = Kontrol (tanpa pupuk)
= 0 kg N/ha
A1 = Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 5.625 kg/ha
= 0.9 kg N/ha
A2 = Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 11.25 kg/ha
= 1.8 kg N/ha
A3 = Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 16.875 kg/ha
= 2.7 kg N/ha
A4 = Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 22.5 kg/ha
= 3.6 kg N/ha
A5 = Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 33.75 kg/ha
= 5.4 kg N/ha
A6 = Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 45 kg/ha
= 7.2 kg N/ha
A7 = Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 67.5 kg/ha
= 10.8 kg N/ha
Pupuk pembanding A8 = Aplikasi pupuk Gandasil D dosis 4.5 kg/ha
= 0.9 kg N/ha
A9 = Aplikasi pupuk Hyponex Hijau dosis 4.5 kg /ha
= 0.9 kg N/ha
11
Keterangan : 1. Dosis rekomendasi pupuk NPK (16-20-29) (konsentrasi 15g/liter), volume semprot 500 l/ha adalah 22.5 kg/ha dibagi dalam 3 kali aplikasi. 2. Dosis pupuk pembandingnya adalah dosis rekomendasi yang dihitung berdasarkan konsentrasi pupuk tersebut untuk tanaman sawi yaitu 9 g/liter, dibagi dalam 3 kali aplikasi, volume semprot 500 l/ha. Waktu aplikasi dilakukan pada 0 HST, 15 HST dan 30 HST. Perlakuan ini diulang sebanyak 4 kali sehingga dalam percobaan terdapat 40 petak perlakuan. Masing-masing petak perlakuan terdiri dari 500 tanaman yang diambil 30 tanaman contoh. Ulangan berfungsi sebagai kelompok.
Model matematika yang digunakan yaitu: Yij = µ + αi + Pj + εij Yij
= Rata-rata hasil pengamatan setiap perlakuan percobaan
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh ulangan ke-i
Pj
= pengaruh perlakuan pemupukan ke-j
βij
= pengaruh galat perlakuan
i
= 1, 2, 3, 4
j
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Jika hasil uji F berpengaruh
nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% dan 1%.
Pelaksanaan Percobaan Persiapan Lahan Setiap taraf diaplikasikan pada petak dengan luasan 25 m2, terdapat 38 petak kecil berukuran 5 m x 5 m, dan dua petak kecil berukuran 4 m x 6.5 m (pada petak besar ulangan 1) yang dibagi menjadi 3 bedeng. jarak antar petak kecil 0.5 m sehingga terdapat 4 petak besar dengan luasan masing-masing 305.5 m2. Untuk pembibitan menggunakan lahan berukuran 10 m x 9 m. Total lahan yang dipersiapkan adalah 1267 m2. Jarak antar petak besar tidak sama karena lahan
12
yang tersedia merupakan lahan terasering, dengan minimal jarak antar petak besar 1 m. Dolomit diberikan sebanyak 66.25 kg pada petak ulangan 1, 78 kg pada petak ulangan 2, 42.25 kg pada petak ulangan 3, dan 114 kg pada petak ulangan 4.
Penyemaian Benih Penyemaian benih dilakukan bersamaan dengan persiapan lahan. Benih disemai dalam lahan persemaian seluas 90 m2, diberi pupuk kotoran ayam dosis 5 ton/ha dan diberi insektisida berbahan aktif karbofuran dengan dosis 20 kg/ha. Penyiraman dilakukan dua kali yaitu setelah semai selesai dengan mengalirkan air hingga kondisi jenuh air dan pada 7 hari setelah semai. Pengendalian hama menggunakan insektisida berbahan aktif deltamethrin (konsentrasi 2-4 ml/l). Penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif propineb dengan konsentrasi 3 g/l pada 9 hari setelah semai.
Penanaman Transplanting dilakukan 12 hari setelah semai yang sudah berdaun 3-4 helai, dilakukan dengan tugal satu bibit per lubang. Jarak tanam 25 cm x 20 cm. Penyulaman dilakukan pada 3-4 HST. Pemupukan pertama pupuk NPK (16-2029) dan pupuk pembanding diaplikasikan saat 6 HST dengan dosis 1/3 dosis perlakuan. Aplikasi pupuk dilakukan dengan cara disemprotkan pada permukaan daun dengan volume semprot 500 l/ha. Karena hanya ada 2 knapsack sprayer maka penyemprotan dilakukan dari dosis rendah (4.5 kg/ha) ke dosis tertinggi (67.5 kg/ha). Aplikasi pupuk yang seharusnya pada 0 HST menjadi 6 HST disebabkan oleh tanaman yang masih layu karena cuaca yang sangat terik dan tidak turun hujan.
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman setelah tanaman di-pindah tanam berupa penyiraman sebanyak 2 kali yaitu 3 HST dan 19 HST. Pengendalian penyakit terutama Alternaria sp. menggunakan fungisida berbahan aktif propineb pada tanaman yang telah di-pindah tanam (konsentrasi 3 g/l) satu minggu sekali. Pengendalian hama menggunakan insektisida berbahan aktif beta cyfluthrin (konsentrasi 2-4
13
ml/l), sedangkan, frekuensi penyemprotan dua kali seminggu. Penanggulangan gulma secara manual, yaitu dicabut dengan tangan. Aplikasi pupuk kedua pada 15 HST dan ketiga pada 31 HST dilakukan masing-masing 1/3 dosis perlakuan dengan volume semprot 500 l/ha. Mundurnya aplikasi pupuk pada 30 HST menjadi 31 HST disebabkan oleh hujan turun pada 30 HST.
Pemanenan Pemanenan dilakukan pada 45 HST dengan memotong pangkal batang saat sore hari. Pemanenan dilakukan pada seluruh petak perlakuan. Penimbangan hasil panen dilakukan untuk panen ubinan ukuran 2 m x 2 m, panen petakan dan panen sampel.
Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap 30 tanaman sampel per petak percobaan yang ditentukan secara acak tidak termasuk tanaman pinggir. Pengamatan tersebut meliputi : 1. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada seluruh tanaman dalam satuan perlakuan yang diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada 3 HST kemudian dilanjutkan seminggu sekali. 2. Jumlah daun per tanaman Daun yang dihitung adalah daun hidup yang telah terbuka secara sempurna. Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai 1 MST hingga 6 MST 3. Warna Daun Pengukuran warna daun dilakukan menggunakan klorofil meter (SPAD) dan Munsell Color Chart dilakukan pada 6, 14, 22 dan 34 HST. 4. Indeks Luas Daun Pengukuran dilakukan satu kali pada saat panen yaitu 45 HST, diukur menggunakan metode gravimetri.
14
5. Bobot panen Bobot yang ditimbang adalah brangkasan, meliputi bobot panen sampel dan bobot panen ubinan. Dihitung juga bobot kering akar dan tajuk sampel, dan kadar air sampel. 6. B/C Ratio Dihitung berdasarkan analisis usahatani yang dilakukan berdasarkan harga saat panen yaitu Rp. 1000/kg dan asumsi harga satu bungkus pupuk NPK (16-2029) ukuran 100 gram Rp. 7500,-
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama kegiatan di lapang mulai dari penanaman sampai dengan panen. Tahap kedua kegiatan pengukuran kadar air dilaksanakan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan. Kegiatan di lapang dilakukan di Kebun Percobaan IPB Pasir Sarongge, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian memiliki ketinggian sekitar 1 124 m diatas permukaan laut. curah hujan harian rata rata berkisar antara 3.25-22 mm, suhu harian rata rata berkisar antara 21.50-24.02o C dengan kelembaban rata rata antara 80.50-84.10 %. Berdasarkan hasil pengukuran, intensitas cahaya matahari harian berkisar antara 5 069-26 150 lux pada pukul 07.00-09.00, 5 973-39 380 lux pada pukul 10.00-12.00, 4 981-40 400 lux pada pukul 13.00-15.00 dan 6 771-37 190 lux pada pukul 16.00-17.00. Kondisi iklim ini sesuai untuk pertumbuhan tanaman caisim. Tanah yang digunakan tergolong masam dengan pH antara 5.2-5.8. Tanah memiliki kandungan partikel pasir 43.24-54.75 %, debu 28.52-39.37 % dan liat 12.34-18.41 %. Berdasarkan segitiga tekstur, tanah ini termasuk dalam kategori lempung berdebu yang cocok untuk pertumbuhan caisim. Kandungan N total tergolong sedang, yaitu 0.22-0.29 %. Kandungan P bervariasi tiap ulangan dari sangat rendah hingga tinggi, yaitu 2.0-8.6 ppm. Kandungan K tergolong rendah, yaitu 0.20-0.25 me/100g. Kandungan C-organik tinggi, yaitu 3.29-3.93 %. KTK tanah tinggi, yaitu 25.89-34.78 %. Kejenuhan basa sangat rendah sampai rendah, yaitu 11.0-20.6 %. Kandungan Ca rendah, yaitu 2.20-3.08 me/100g. Kandungan Na rendah, yaitu 0.26-0.35 me/100g. Hara mikro yang terkandung diantaranya 0.76-2.24 ppm Fe, 2.52-4.64 ppm Cu, 8.40-16.40 ppm Zn, dan 11.72-20.52 ppm Mn. Nilai-nilai kandungan hara ini berdasarkan analisis tanah seperti pada Tabel lampiran 11. dan penggolongannya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (1987) seperti pada Tabel lampiran 18. Bahan tanaman sebagai benih merupakan varietas Christina, benih disemaikan terlebih dahulu pada lahan persemaian sebanyak 150 gram. Pada saat penyemaian bibit terkena gejala penyakit pekung atau damping off yang disebabkan
16
cendawan Pythium debaryanum yaitu pangkal batang membusuk dan mengering berwarna abu-abu. Dari penyemaian hingga bibit di-pindah tanam, tanaman telah mulai terkena penyakit akar gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassica, hal ini karena pemberian dolomit yang tidak merata sehingga pH tanah masih masam, serta cuaca yang sangat panas dan kelembaban tanah yang tinggi. Akar gada menyebabkan tanaman caisim menjadi kerdil dan mati. Penyemprotan pestisida di persemaian satu kali dilakukan yaitu pada 9 hari setelah semai, guna mencegah perluasan serangan Pythium debaryanum, Plasmodiophora brassica dan serangan belalang serta ulat. Hama dan penyakit yang menyerang pertanaman caisim setelah dipindah tanam adalah Plutella xylostella, Crocidolomia binotalis, belalang, dan Aphid sp., sedangkan penyakit yang menyerang pertanaman caisim adalah cendawan Alternaria sp., gejala Alternaria sp. disebut sebagai penyakit bintik hitam karena terdapat bintik hitam konsentris pada permukaan daun. Plutella xylostella menyerang daun muda, terutama epidermis bagian atas sehingga lama-kelamaan daun memutih dan berlubang. Crocidolomia binotalis menyerang daun yang masih kuncup dan daun yang agak tua, menyebabkan daun berlubang dan daun yang membuka menjadi rusak, bersembunyi pada daun yang masih kuncup dan ketiak daun. Pengendalian dan pencegahan dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida, ditambahkan surfaktan agar dapat melekat lebih lama pada tanaman. Aplikasi insektisida dua kali dalam satu minggu dari 2 MST hingga 4 MST, setelah 4 MST dilakukan penyemprotan insektisida untuk pencegahan 1 kali seminggu hingga 35 HST. Alternaria sp. ditanggulangi dengan aplikasi fungisida 1 kali seminggu. Lingkungan sekitar lahan penelitian banyak ditumbuhi gulma dari jenis rumput seperti Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Cyperus rotundus dan dari jenis gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides dan Daucus carota. Pembersihannya dilakukan secara manual pada 2 MST dan 4MST.
17
a b Gambar 3. Gejala Penyakit; a. Penyakit dumping off, b. Penyakit Akar Gada
Tabel 2. Persen Serangan Akar Gada dari 30 Tanaman pada 45 HST Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Serangan Penyakit Akar Gada (%) U1 U2 U3 U4 33.3 20.0 13.3 13.3 26.7 20.0 10.0 23.3 30.0 23.3 13.3 13.3 30.0 30.0 10.0 10.0 30.0 16.7 20.0 13.3 33.3 30.0 16.7 6.7 26.7 23.3 6.7 20.0 30.0 6.7 13.3 6.7 20.0 13.3 16.7 6.7 23.3 26.7 13.3 10.0
Rata-Rata (%) 20.0 20.0 20.0 20.0 20.0 21.7 19.2 14.2 14.2 18.3
a b c Gambar 4. Hama; a. Crocidolomia binotalis, b. Plutella xylostella, c. Aphid sp.
18
Gambar 5. Gejala Serangan Alternaria sp., Bintik Hitam Konsentris
Pemulihan tanaman setelah bibit dipindah tanam, pemulihannya berjalan sangat lambat dan pada setiap ulangan banyak yang disulam, dikarenakan tanaman layu, karena selama satu minggu hujan tidak turun dan hanya mengandalkan air irigasi yang terbatas serta tingginya suhu pada siang hari sehingga pemupukan pertama diundur 6 hari saat tanaman segar kembali dan telah dilakukan penyulaman. Aplikasi pupuk kedua sesuai jadwal pada 15 HST sedangkan aplikasi ketiga mundur satu hari dari 30 HST menjadi 31 HST karena hujan yang turun pada pagi dan sore hari.
Tinggi Tanaman Perlakuan Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman caisim pada analisis sidik ragamnya. Sejalan dengan penelitian Guievence dan Badem (2000) menyatakan bahwa efek pupuk daun tidak berbeda nyata pada parameter pertumbuhan dan hasil panen selada. Meskipun pada penelitian yang dilakukan oleh Baloch et al. (2008), pemberian pupuk daun dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai hingga konsentrasi 8 ml/liter. Menurut Premsekhar dan Rajashree (2009) pertambahan tinggi tanaman mungkin disebabkan oleh peningkatan pembelahan dan pemanjangan sel pada pemberian dosis N yang meningkat.
19
Tabel 3. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Tinggi Tanaman Dosis Pupuk NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) Gandasil D Hyponex Hijau
0 kg/ha 5.625 kg/ha 11.25 kg/ha 16.875 kg/ha 22.5 kg/ha 33.75 kg/ha 45 kg/ha 67.5 kg/ha 4.5 kg/ha 4.5 kg/ha
Tinggi Tanaman (cm) 3 HST 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 12.03 12.00 13.34 16.78 19.47 11.65 12.55 14.54 15.51 18.77 12.13 12.28 14.41 16.81 19.31 11.45 11.46 13.18 15.47 17.58 11.38 12.49 14.42 17.06 20.22 12.58 14.66 15.15 18.22 21.06 12.30 12.59 14.74 17.62 20.42 11.53 12.44 13.31 15.32 17.80 12.36 12.53 14.52 17.54 20.94 12.66 12.27 13.98 16.36 19.32
5 MST 22.33 19.99 22.25 20.24 23.52 24.78 24.04 20.29 24.20 22.35
Tanaman tertinggi pada aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 33.75 kg/ha yaitu 24.78 cm (Tabel 3), sedangkan tinggi caisim varietas Christina dapat mencapai 40 cm. Penyebab utama adalah serangan Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis yang cukup berat pada 10 HST serta penyakit akar gada. Hal ini juga terjadi pada penelitian Mya Win (1997). Dalam penelitian Neumann (1979) efek terbakar yang disebabkan oleh tingginya konsentrasi pupuk mengurangi kemampuan daun berfotosintesis. Pupuk N mulai menyebabkan rusaknya membran sel dan stomata pada konsentrasi 3.5-31 g/liter, P pada konsentrasi 3.8-11 g/liter, K pada konsentrasi 12.2-22 g/liter serta S pada konsentrasi 6.4-8.2 g/liter pada tanaman jagung. Sedangkan pH, molaritas, konduktivitas maupun potensial osmotik larutan tidak berpengaruh pada kerusakan membran. Badillo et al. (1977) menambahkan waktu aplikasi yang tidak tepat, rusaknya stomata dan membran berpengaruh pada ion N yang dapat diserap tanaman. Selain karena faktor fisiologi dan hama, diduga faktor lingkungan seperti suhu dan intensitas cahaya yang tinggi dan kekeringan pada awal tanam membuat tanaman stress.
20
Jumlah Daun Daun merupakan organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis. Kedudukan batang caisim pada poros utamanya menyebar secara merata. Oleh karena itu jumlah daun yang optimum memungkinkan distribusi (pembagian) cahaya antar daun lebih merata. Distribusi cahaya yang lebih merata antar daun mengurangi kejadian saling menaungi antar daun (Sulistyaningsih et al. 2005). Daun dengan jumlah yang lebih banyak memungkinkan pupuk lebih banyak yang menempel pada daun, serta penyerapan hara yang lebih optimum.
Tabel 4. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Jumlah Daun Dosis Pupuk NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) Gandasil D Hyponex Hijau
0 kg/ha 5.625 kg/ha 11.25 kg/ha 16.875 kg/ha 22.5 kg/ha 33.75 kg/ha 45 kg/ha 67.5 kg/ha 4.5 kg/ha 4.5 kg/ha
Jumlah Daun (helai) 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 4.08 4.58 4.63 4.56 4.95 3.99 4.51 4.60 4.71 5.28 3.92 4.48 4.68 4.94 5.28 3.98 4.46 4.41 4.52 5.15 4.27 4.59 4.88 5.24 5.74 4.52 4.87 5.14 5.33 5.94 4.07 4.59 4.82 4.97 5.55 4.19 4.72 4.88 5.08 5.70 4.23 4.66 4.84 4.99 5.78 4.22 4.79 4.76 5.07 5.72
Peubah Jumlah daun tidak berbeda nyata dalam berbagai taraf pemupukan pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau pada analisis sidik ragamnya. Jumlah daun pada 1 MST, aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 11.25 kg/ha, 22.5 kg/ha, 45 kg/ha dan pupuk pembanding mengalami penurunan, hal ini disebabkan daun pertama mati. Sedangkan pada 3 MST Aplikasi pupuk NPK (1620-29) dosis 16.875 kg/ha dan pupuk Hyponex Hijau mengalami penurunan karena daun kedua mati. Jumlah daun yang sama dengan atau lebih tinggi dibandingkan pupuk pembandingnya adalah dosis 22.5 kg/ha dan 33.75 kg/ha (Tabel 4). Jumlah daun tertinggi dihasilkan oleh aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 33.75 kg/ha yaitu 5.94 helai.
21
Warna daun Klorofil meter (SPAD) dan Leaf Color Chart (LCC) merupakan alat yang dapat digunakan untuk memonitor warna daun dan jumlah klorofil. Klorofil meter menggunakan spektrum warna yang dipantulkan oleh daun (Balasubramanian et al. 1999). Nilai SPAD dan LCC berkorelasi tinggi dengan kandungan ekstak klorofil telah dilaporkan untuk beberapa spesies tanaman (Dwyer et al. 1991; Uddling et al. 2007). Sejalan dengan pendapat Sulistyaningsih et al. (2005), salah satu pendekatan untuk mengetahui jumlah klorofil daun adalah dengan mengukur tingkat kehijauan. Daun yang lebih hijau diduga memiliki kandungan klorofil yang tinggi. Pengukuran warna daun dapat menggunakan klorofil meter dan leaf color chart. Anand dan Byju (2008) menambahkan LCC dan SPAD dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan klorofil dan sebagai indikator N pada daun. Pada penelitian Judkins dan Wander (1949) warna daun memiliki korelasi positif terhadap jumlah N pada daun apel, peach dan anggur.
Tabel 5. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Skor Warna Daun Dosis Pupuk NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) Gandasil D Hyponex Hijau
0 kg/ha 5.625 kg/ha 11.25 kg/ha 16.875 kg/ha 22.5 kg/ha 33.75 kg/ha 45 kg/ha 67.5 kg/ha 4.5 kg/ha 4.5 kg/ha
6 HST 0.905 0.887 1.045 0.957 0.957 0.967 1.005 0.987 0.955 0.942
Warna Daun 14 HST 22 HST 1.185 1.330 1.187 1.380 1.242 1.365 1.215 1.310 1.232 1.315 1.235 1.380 1.200 1.345 1.255 1.387 1.230 1.322 1.167 1.357
34 HST 1.410 1.402 1.420 1.410 1.420 1.432 1.435 1.452 1.447 1.405
Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) maupun pupuk pembanding tidak berbeda nyata meningkatkan warna daun pada analisis sidik ragamnya. Secara umum warna daun perlakuan masih pucat, karena angka yang didapatkan masih dibawah standar angka pada klorofil meter adalah 1.55. Warna daun tertinggi pada dosis
22
67.5 kg/ha yaitu 1.452 pada 34 HST (Tabel 5), hal ini bertentangan dengan penelitian Anand dan Byju (2008) yang menyatakan pemupukan N berpengaruh nyata meningkatkan warna hijau daun pada daun muda tanaman ubi kayu, posisi daun juga menentukan warna daun. Air hujan yang turun pada sore hari setelah aplikasi pupuk diduga mengakibatkan proses pencucian atau leaching pupuk pada permukaan daun meskipun larutan pupuk telah dicampur surfaktan. Warna daun berdasarkan Munsell Color Chart semua daun caisim hingga 5 MST memiliki warna pigmen (hue) yang sama yaitu 2.5 GY (25% Green, 75% Yellow), akan tetapi ada perbedaan pada tingkat kebersihan warna (value) yang ditandai gelap ke terang dan kekuatan atau kemurnian warna (chroma). Semakin tua umur daun, semakin gelap dan murni warnanya. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.
Indeks Luas Daun (ILD) ILD merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman, ILD juga merupakan gambaran radiasi sinar matahari yang dapat ditangkap untuk proses fotosintesis. (Gardner et al. 1991). Lebih lanjut Yoshida (1981) menyatakan bahwa tanaman yang memiliki ILD optimum mampu melakukan fotosintesis maksimum sebesar 450-500 kg CO2/ha. Ntar (1992) menjelaskan bahwa kegiatan fotosintesis yang maksimum karena ILD akan meningkatkan produksi asimilat, namun belum tentu meningkatkan hasil produksi. Hal ini berkaitan dengan transpor asimilat menuju organ yang akan dipanen, juga tergantung dari kapasitas penerimaan organ tersebut, pengaruh nutrisi, faktor fisik dan zat pengatur tumbuh. Semakin tinggi ILD maka semakin luas penampang daun yang berarti semakin besar peluang pupuk menempel pada permukaan daun dan diserap oleh tanaman melalui stomata maupun kutikula.
23
Tabel 6. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Indeks Luas Daun Dosis Pupuk NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) Gandasil D Hyponex Hijau
Indeks Luas Daun
0 kg/ha 5.625 kg/ha 11.25 kg/ha 16.875 kg/ha 22.5 kg/ha 33.75 kg/ha 45 kg/ha 67.5 kg/ha 4.5 kg/ha 4.5 kg/ha
0.80 0.74 0.94 0.91 1.04 1.10 0.98 0.97 1.04 0.96
ILD terbesar pada dosis NPK (16-20-29) 33.75 kg/ha, dosis ini memiliki ILD sama dengan pupuk gandasil D sebagai pupuk pembandingnya yaitu 1.04 pada 45 HST (Tabel 6). Nilai ILD masih lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Sulistyaningsih et al. (2005) tanaman caisim memiliki nilai ILD 1.98 caisim berumur 28 HST. Diduga serangan Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis pada daun yang masih kuncup menyebabkan daun menjadi rusak.
Bobot Panen Bobot Panen Sampel Aplikasi pupuk antasari tidak berbeda nyata meningkatkan bobot basah tajuk dan akar. Bobot tajuk segar meningkat seiring dengan pertambahan dosis pupuk NPK (16-20-29) hingga dosis 22.5 kg/ha. Dosis NPK (16-20-29) 22.5 kg/ha menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi 922.5 g. Bobot tajuk yang aplikasi pupuk NPK (16-20-29) yang mendekati pupuk pembandingnya adalah dosis 22.5 kg/ha dan 33.75 kg/ha (Tabel 7). Bobot kering Tajuk dan bobot kering akar berbeda nyata terhadap dosis aplikasi NPK (16-20-29) pada analisis sidik ragamnya. Bobot kering tajuk tertinggi pada dosis 33.75 kg/ha yaitu 113.13 gram, bobot ini tidak berbeda dengan hasil aplikasi pupuk Gandasil D yaitu 84.38 gram pada uji Duncan 5%.
24
Bobot kering akar yang sangat bervariasi karena terdapat tanaman contoh yang terkena akar gada, namun secara umum aplikasi pupuk NPK (16-20-29) meningkatkan berat kering tajuk dan berat kering akar hingga dosis tertentu. Bobot kering akar tertinggi pada aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 5.625 kg/ha, diduga terdapat akar yang terkena penyakit akar gada sehingga meningkatkan bobot kering akarnya. Disamping pupuk, menurut Sulistyaningsih et al. (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan caisim adalah ketersediaan air. Semakin optimum air yang tersedia, maka semakin maksimal pertumbuhan tanaman semakin tinggi hasil panen yang didapat.
Tabel 7. Pengaruh Dosis pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Bobot Panen 30 Tanaman Dosis Pupuk
NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) Gandasil D Hyponex Hijau
0 kg/ha 5.625 kg/ha 11.25 kg/ha 16.875 kg/ha 22.5 kg/ha 33.75 kg/ha 45 kg/ha 67.5 kg/ha 4.5 kg/ha 4.5 kg/ha
Bobot Basah Bobot Kering (g) (g) Tajuk Akar Tajuk Akar 545.00 340.00 27.3d 15.75e 565.00 285.00 48.25bcd 128.25a 565.00 270.00 67.88bcd 46.50cde 477.50 170.00 32.63d 42.63de 922.50 305.00 74.63bc 38.38de 907.50 430.00 113.13a 50.25cde 772.50 312.50 63.13bcd 93.50abc 770.00 342.50 60.25bcd 61.75bcde 917.50 337.50 84.38ab 103.00ab 662.50 477.50 40.75cd 84.75abcd
Kadar Air (%) Tajuk 94.93 91.42 88.38 93.13 91.83 87.62 91.80 92.01 90.87 93.81
Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda pada taraf 5% Uji Duncan.
Perlakuan pupuk berpengaruh pada biomassa tanaman yang terlihat pada kadar air yang lebih rendah dibandingkan tanpa pupuk. Kadar air tertinggi pada perlakuan pupuk NPK (16-20-29) dosis 0 kg/ha yaitu 94.93 %, sedangkan terendah pada perlakuan pupuk NPK (16-20-29) dosis 33.75 kg/ha yaitu 87.62 %. Pada penentuan panen,bobot kering tajuk tidak terlalu menjadi perhatian, karena yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah dalam kondisi segar. Bobot Panen per Hektar Bobot panen ubinan yang diambil adalah bobot panen ukuran petak 2 m x 2 m, Hal ini dilakukan agar tidak ada pengaruh dari border effect dan tanamannya
25
dianggap lebih seragam. Bobot ini kemudian dikonversi untuk mendapatkan panen per hektar.
Tabel 8. Pengaruh Dosis Pupuk NPK (16-20-29), Gandasil D dan Hyponex Hijau terhadap Bobot Panen per Hektar dan B/C Ratio Dosis Pupuk NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) NPK (16-20-29) Gandasil D Hyponex Hijau
0 kg/ha 5.625 kg/ha 11.25 kg/ha 16.875 kg/ha 22.5 kg/ha 33.75 kg/ha 45 kg/ha 67.5 kg/ha 4.5 kg/ha 4.5 kg/ha
Panen Ubinan (kg) (2 m x 2 m)
Panen (ton/ha)
1.15 1.61 1.77 1.92 2.91 2.73 2.21 1.87 2.63 2.10
2.87 4.03 4.41 4.79 7.26 6.83 5.51 4.68 6.56 5.24
B/C Ratio 0.92 1.14 1.11 1.08 1.49 1.19 0.83 0.56 1.95 1.47
Perlakuan pupuk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot panen ubinan pada analisis sidik ragamnya. Aplikasi pupuk NPK (16-20-29) dosis 22.5 kg/ha menghasilkan panen tertinggi yaitu 7.26 ton/ha. Hasil ini lebih tinggi daripada aplikasi pupuk pembandingnya yang hanya menghasilkan 6.56 ton/ha dan 5.24 ton/ha. B/C ratio merupakan salah satu cara untuk menentukan kriteria kelayakan usaha pada analisis usaha tani, yaitu dengan membandingkan jumlah pendapatan (benefit) dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (cost). Bila nilai B/C lebih besar dari 1, usaha tersebut dapat dikatakan layak, atau dengan kata lain tidak akan mengalami kerugian, karena penerimaan lebih besar daripada biaya. Dari keseluruhan perlakuan, hanya tanpa pupuk dan dosis pupuk NPK (16-20-29) 45 kg/ha dan 67.5 kg/ha yang dapat dikatakan tidak layak. Nilai B/C tertinggi pupuk NPK (16-20-29) diperoleh pada Dosis 22.5 kg/ha yaitu 1.49 (Tabel 8). Dalam hal efektivitas, dengan dosis yang lebih rendah, pupuk Gandasil D dan Hyponex Hijau lebih efektif meningkatkan hasil panen. Diduga unsur mikro yang terkandung dalam pupuk Gandasil dan Hyponex meningkatkan asimilat,
26
karena sebagian besar fungsi unsur mikro berperan dalam proses fotosintesis. Dari segi efisiensi, pupuk NPK (16-20-29) kurang efisien jika dibandingkan pupuk pembandingnya yang dapat dilihat dari B/C ratio. Semakin besar nilai B/C semakin besar keuntungan yang didapatkan.
Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Dosis Pupuk NPK (16-20-29) dengan Hasil Panen per Hektar
Melalui regresi grafik hubungan antara hasil panen dengan dosis pupuk dihasilkan persamaan kuadratik Y= -0.002x2 + 0.187x + 2.983 dengan R2 = 0.643 (Gambar 6), hasil perhitungan persamaan kuadratik didapatkan dosis optimum 46.75 kg/ha.
Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Dosis Pupuk NPK (16-20-29) dengan B/C Ratio
27
Regresi hubungan antara dosis pupuk dengan nilai B/C dari analisis usaha taninya dihasilkan persamaan kuadratik Y = -0.0004x2 + 0.0225x + 0.92 dengan R2 = 0.697 (Gambar 7), dari hasil perhitungan didapatkan dosis optimum 28.125 kg/ha dengan B/C ratio 1.24. sedangkan dosis minimumnya adalah 3.559 kg/ha pada B/C ratio 1 atau pada saat Break Event Point (BEP).
28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan aplikasi pupuk NPK (16-2029) tidak memberikan pengaruh pada tinggi tanaman, jumlah daun, ILD, warna daun dan hasil panen. Dosis 67.5 kg/ha memberikan nilai tertinggi pada warna daun. Dosis NPK (16-20-29) 22.5 kg/ha memperoleh hasil panen tertinggi dan B/C ratio tertinggi. Dosis minimum pupuk NPK (16-20-29) berdasarkan B/C ratio adalah 3.559 kg/ha dan dosis optimum berdasarkan B/C ratio adalah 28.125 kg/ha, sedangkan dosis optimum berdasarkan hasil panen adalah 46.75 kg/ha.
Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan varietas yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit serta penanggulangan hama penyakit yang lebih baik agar terdapat pengaruh pemupukan terhadap komponen vegetatif dan hasil panen lebih maksimal, sehingga didapatkan dosis optimum yang dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi petani. Perlu diadakan penelitian lanjutan yaitu membandingkan aplikasi pupuk tunggal dengan kombinasi pupuk tunggal ditambah pupuk NPK (16-20-29) dalam berbagai dosis dan selang waktu pemupukan. Agar didapatkan dosis optimum dan selang waktu pemupukan yang tepat agar hasil yang didapatkan lebih maksimal.
LAMPIRAN
34
Tabel Lampiran 1. Skor Munsell Color Chart pada Daun Caisim Perlakuan
Kisaran Warna 20 HST
2 HST
7 HST
A0U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A0U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5
A0U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12 2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12 2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
A1U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
A1U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12 2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
A0U4
A1U1
A1U4
35 HST
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY V 7/12; 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; ;2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY L.4 6/6.5; 2.5GY Dl.3 5/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L4 6/6.5 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.2 4/4 ; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY Dl.1 5/4.5; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5
35
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Kisaran Warna
Perlakuan
2 HST
7 HST
20 HST
35 HST
A2U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.1 7/4; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.4 6/6.5
A2U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A2U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A3U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A3U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY Dl.2 4/4; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
A2U3
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
A3U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.3 7.5/6
36
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Perlakuan
Kisaran Warna 20 HST
2 HST
7 HST
A3U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
A4U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A4U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5
A4U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A4U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A5U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
A5U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
35 HST
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.4 6/6.5
37
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Perlakuan
Kisaran Warna 20 HST
2 HST
7 HST
A5U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
A5U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8
A6U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
A6U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
A6U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
A6U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A7U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A7U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
35 HST 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.4 6/6.5
38
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Perlakuan
Kisaran Warna 20 HST
2 HST
7 HST
A7U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A7U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A8U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY B.2 8/12; 2.5 GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY Dp.2 6/10
A8U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
A8U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8
A8U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A9U1
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10
35 HST
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.3 5/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dl.3 5/6.5
39
Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Perlakuan
2 HST
7 HST
Kisaran Warna 20 HST
A9U2
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
A9U3
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
A9U4
2.5GY B.1 8/9 ; 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY B.2 8/12; 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5
2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10 2.5GY V 7/12; 2.5GY S.1 7.5/10; 2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.1 5/8; 2.5GY Dp.2 6/10
35 HST 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.2 5.7/4; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY Dl.4 4/6; 2.5GY L.4 6/6.5
2.5GY S.2 7/10.5; 2.5GY Dp.2 6/10; 2.5GY Dl.3 5/6.5; 2.5GY L.3 7.5/6; 2.5GY L.4 6/6.5
40
Tabel Lampiran 2. Skor SPAD Perlakuan
6 HST
14 HST
22 HST
34 HST
A0U1 A0U2 A0U3 A0U4 A1U1 A1U2 A1U3 A1U4 A2U1 A2U2 A2U3 A2U4 A3U1 A3U2 A3U3 A3U4 A4U1 A4U2 A4U3 A4U4 A5U1 A5U2 A5U3 A5U4 A6U1 A6U2 A6U3 A6U4 A7U1 A7U2 A7U3 A7U4 A8U1 A8U2 A8U3 A8U4 A9U1 A9U2 A9U3 A9U4
0.77 0.96 1.00 0.89 0.95 0.91 1.02 0.67 1.04 1.18 1.00 0.96 0.96 1.00 1.01 0.86 0.96 0.96 0.98 0.93 1.03 0.93 1.01 0.90 1.04 0.95 1.03 1.00 1.01 1.04 1.00 0.90
1.07 1.10 1.32 1.25 1.08 1.14 1.32 1.21 1.08 1.21 1.34 1.34 1.06 1.19 1.28 1.33 1.05 1.13 1.35 1.40 1.12 1.14 1.22 1.46 1.11 1.12 1.33 1.24 1.12 1.18 1.35 1.37
1.11 1.25 1.50 1.46 1.15 1.29 1.48 1.60 1.15 1.26 1.52 1.53 1.13 1.26 1.47 1.38 1.19 1.26 1.49 1.32 1.20 1.33 1.30 1.69 1.13 1.20 1.51 1.54 1.20 1.30 1.50 1.55
1.21 1.33 1.59 1.51 1.22 1.32 1.56 1.51 1.20 1.31 1.65 1.52 1.16 1.34 1.61 1.53 1.24 1.34 1.61 1.49 1.29 1.42 1.34 1.68 1.18 1.27 1.68 1.61 1.28 1.38 1.58 1.57
0.90 1.00 1.00 0.92 0.93 0.90 0.98 0.96
1.07 1.13 1.32 1.40 1.09 1.07 1.18 1.33
1.16 1.23 1.52 1.38 1.21 1.20 1.35 1.67
1.27 1.33 1.67 1.52 1.31 1.26 1.45 1.60
41
Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah Peubah Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
3 HST
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
tn
tn
tn
tn
tn
tn
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
tn
tn
tn
tn
tn
tn
14
22
34
HST
HST
HST
tn
tn
tn
6 HST Warna Daun
tn
45 HST ILD
tn
Bobot Basah Tajuk
tn
Bobot Basah Akar
tn
Bobot Kering Tajuk
**
Bobot Kering Akar
**
Bobot Panen Ubinan
tn
Keterangan : * **
= Berbeda nyata pada uji Duncan 5% = Berbeda sangat nyata pada uji Duncan 1% tn =Tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5% MST = Minggu Setelah Transplanting HST =Hari Setelah Transplanting
42
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 HST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 13.505 9 8.126 27 17.278 39 38.910
F Hitung
Pr>F
7.03** 1.41tb
0.0012 0.2324
KK (%) 6.66
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
1 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 4.847 9 24.458 27 47.805 39 77.112
F Hitung
Pr>F
0.91tb 1.53tb
0.4479 0.1861
KK (%) 10.62
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
2 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 31.252 9 16.467 27 34.261 39 81.981
F Hitung
Pr>F
8.21** 1.44tb
0.0005 0.2199
KK (%) 7.95
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
3 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 77.837 9 35.720 27 90.679 39 204.237
F Hitung
Pr>F
7.73** 1.18tb
0.0007 0.3455
KK (%) 10.99
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
43
Tabel Lampiran 4. (Lanjutan) 4 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 119.369 52.140 167.804 339.314
F Hitung
Pr>F
6.40** 0.93 tb
0.0020 0.5139
KK (%) 12.79
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
5 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 222.426 111.144 262.603 596.174
F Hitung
Pr>F
7.62** 1.27tb
0.0008 0.2975
KK (%) 13.92
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Daun 1MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 5.126 9 1.237 27 1.879 39 8.243
F Hitung
Pr>F
24.54** 1.98tb
0.0001 0.0830
KK (%) 6.43
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
2 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 0.305 9 1.153 27 3.463 39 4.922
F Hitung
Pr>F
1.00tb 0.79tb
0.5086 0.4641
KK (%) 8.63
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
44
Tabel Lampiran 5. (Lanjutan) 3 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 1.578 9 0.656 27 4.938 39 7.173
F Hitung
Pr>F
2.88tb 0.40tb
0.0545 0.9248
KK (%) 9.24
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
4 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 1.899 9 1.397 27 6.457 39 9.754
F Hitung
Pr>F
2.65tb 0.65tb
0.0692 0.7455
KK (%) 10.26
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
5 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 4.662 9 2.616 27 8.079 39 15.358
F Hitung
Pr>F
5.19** 0.97tb
0.0058 0.4843
KK (%) 11.07
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
6 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 4.478 9 3.787 27 9.115 39 17.381
F Hitung
Pr>F
4.42* 1.25tb
0.0118 0.3095
KK (%) 10.54
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
45
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Warna Daun 6 HST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 0.060 9 0.074 27 0.121 39 0.256
F Hitung
Pr>F
1.85* 4.52tb
0.0108 0.1050
KK (%) 6.97
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
3 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Jumlah Bebas Kuadrat 3 0.436 9 0.029 27 0.078 39 0.545
F Hitung
Pr>F
49.82** 1.13tb
0.0001 0.3773
KK (%) 4.45
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
4 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 0.826 0.029 0.189 1.046
F Hitung
Pr>F
39.20** 0.47tb
0.0001 0.8796
KK (%) 6.21
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
5 MST Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 0.835 0.011 0.162 1.009
F Hitung
Pr>F
46.17** 0.21tb
0.0001 0.9911
KK (%) 5.45
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
46
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam ILD Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 0.016 0.005 0.009 0.030
F Hitung
Pr>F
15.36** 1.59tb
0.0001 0.1669
KK (%) 19.74
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Bobot Segar Tajuk Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 1465970 1041240 2382580 4889790
F Hitung
Pr>F
5.54** 1.31tb
0.0043 0.2770
KK (%) 41.80
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Bobot Segar Akar Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 196700 341740 822200 1360640
F Hitung
Pr>F
2.15tb 1.25tb
0.1168 0.3094
KK (%) 52.40
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 12803.768 24036.931 16522.293 53362.993
F Hitung
Pr>F
6.97** 4.36**
0.0013 0.0014
KK (%) 40.39
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
47
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 5633.525 43322.350 25892.600 74848.475
F Hitung
Pr>F
1.96tb 5.02**
0.1441 0.0005
KK (%) 46.58
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Bobot Panen Ubinan Sumber Keragaman Ulangan Dosis Pupuk Galat Umum
Derajat Bebas 3 9 27 39
Jumlah Kuadrat 17.640 10.705 29.250 57.596
F Hitung
Pr>F
5.43** 1.10tb
0.0047 0.3967
KK (%) 18.58
**= berpengaruh nyata pada taraf 1% Uji Duncan, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% uji Duncan, tb = tidak berpengaruh
48
A5 A0 A8 A9 A4
A3
A2 A6
Utara
A7 A1
Ulangan 1
Ulangan 2 A2
A8
A0
A9
A3
A1
A7 A4
A6 A5
A4
A8
A2 A7
A3
A9
A1 A6
A0 A5
A1 A9
A5 A7
A3
A4 A8
Ulangan 3
Ulangan 4 A0
A2 A6
Gambar Lampiran 1. Layout Percobaan 48
49
Tabel Lampiran 13. Analisis KimiaTanah Awal (Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, IPB) NO LAP
U1 U2 U3 U4
Ph 1:1 H20
KCL
5.60 5.50 5.80 5.20
4.80 4.50 4.90 4.30
Walkley & Black C-org (%) 3.29 3.53 3.93 3.85
Kjeldahl N-Total (%) 0.22 0.26 0.29 0.28
Bray I
HCL 25%
P ----Ppm---3.7 42.70 2.0 34.50 5.5 60.20 8.6 96.30
N NH4OAc pH 7.0 Ca Mg K Na KTK --------------(me/100g)--------------3.08 1.37 0.20 0.26 26.27 2.39 1.15 0.25 0.35 25.89 3.15 1.89 0.25 0.35 27.43 2.20 1.13 0.20 0.30 34.78
KB (%) 18.7 16.0 20.6 11.0
N KCL
0.05 N HCL
Tekstur
Al H (me/100g) TR 0.20 TR 0.24 TR 0.24 TR 0.20
Fe Cu Zn Mn ---------------ppm-------------2.24 2.52 8.40 13.56 1.68 3.80 12.60 11.72 0.76 4.64 16.40 12.88 0.96 3.36 11.96 20.52
Pasir Debu Liat -------------%----------49.64 38.02 12.34 54.75 28.52 16.73 43.24 39.37 17.39 45.28 36.31 18.41
Tabel Lampiran 14. Hasil Analisis Contoh Pupuk NPK (16-20-29) (Laboratorium Balai Penelitian Tanah) N
Total
N-Organik N-NH4 N-NO3
Total
P2O5
K2O
Ca MgO S Fe Mn Cu Zn B Mo Co Pb Cd As
Hg
------------------------------------------%---------------------------------------- --------------------------------Ppm----------------------------5.10
10.69
0.17
15.96 20.26 29.20
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
td
td
td
0.01
Kadar air % 1.10
49
50
Tabel Lampiran 15. Data Iklim Penelitian
Bulan September 2007 Oktober 2007 November 2007
Suhu (oC) Rata18:00 Rata
RH (%)
Max
Min
CH (mm)
24.02
32.26
16.46
6.5
90.70
70.10
86.40
82.40
20.96
21.50
30.99
15.42
485
90.80
75.90
85.50
84.10
21.22
21.41
30.22
15.29
464
88.40
72.20
80.80
80.50
7:00
13:00
19.92
30.22
21.91
19.90
23.76
19.60
23.40
7:00
13:00
18:00
Rataan
Tabel Lampiran 16. Data Curah Hujan Harian (Data Stasiun Klimatologi Sarongge) Bulan
Tanggal Rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Rata ------------------------------------------------------------------------------------------------mm---------------------------------------------------------------------------------------- (mm)
September - 4.5 2 2007 Oktober - -* - 49 15 31 27 31 18 18 21 28 - 2007 November 35 16 42 12 31 4 8 18 26 38 31 37 31 31 10 14 2007 Keterangan: = Pembibitan, = Transplanting, * = penyiraman, = Aplikasi pupuk
-
-
-*
11
14
-*
-
-
4
-
-*
-
-
-
14
-
38
27
20
21
18
-
-
-
-
-
-
-
-
29
31
32
31
-
16
-
-
21
3.25 25 22
50
51
Tabel Lampiran 17. Data Intensitas Cahaya Waktu
Minimum 5 069 5 973 4 981 6 771
07.00-09.00 10.00-12.00 13.00-15.00 16.00-17.00
Intensitas Cahaya (Lux) Maksimum 26 150 39 380 40 400 37 190
Rata-Rata 15 610 22 677 22 691 21 981
Tabel Lampiran 18. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) Penilaian Sifat Tanah C-Organik (%) N-total (%) C/N P2O5 HCl (mg/100g) P-Bray-1 (mg/100g) KTK (me/100g) K Mg Ca Na KB (%) Kej. Al (me/100g) Sangat Masam < 4.5
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
< 1.00
1.00 – 2.00
2.01 – 3.00
3.01 – 5.00
> 5.00
< 0.10 < 5.0
0.10 – 0.20 5.0 – 10.0
0.21 – 0.50 11.0 – 15.0
0.51 – 0.75 16.0 – 25.0
> 0.75 > 25.0
< 15.0
15.0 – 20.0
21.0 – 40.0
41.0 – 60
> 60.0
< 4.0
4.0 – 7.0
8.0 – 10.0
11.0 – 15.0
> 15.0
< 5.0
5.0 – 10.0
11.0 – 20.0
21.0 – 40.0
> 40.0
< 0.1 < 0.3 < 2.0 < 0.1 < 20.0
Basa-Basa Dapat Ditukar 0.1 – 0.3 0.4 – 0.5 0.6 – 1.0 0.3 – 1.0 1.1 – 2.0 2.1 – 8.0 2.0 – 5.0 6.0 – 10.0 11.0 – 20.0 0.1 – 0.3 0.4 – 0.7 0.8 – 1.0 20.0 – 40.0 41.0 – 60.0 61.0 – 80.0
> 1.0 > 8.0 > 20.0 > 1.0 > 80.0
< 5.0
5.0 – 10.0
> 40.0
Masam 4.5 – 5.5
11.0 – 20.0
21.0 – 40.0
Reaksi Tanah (pH H2O) Agak Agak Netral Masam Alkalis 5.6 – 6.5 6.6 – 7.5 7.6 – 8.5
Alkalis > 8.5
52
Contoh cara perhitungan analisis usahatani caisim, misal pada perlakuan tanpa pupuk: A. Biaya produksi a. Variabel tetap (belum termasuk pupuk daun) 1. Sewa lahan 1 hektar
Rp.
500 000,-
2. Benih 400 g (@ 25 g Rp. 6 000,-)
Rp.
96 000,-
- Kaptan 1 karung (50 kg)
Rp.
15 000,-
- Pupuk Kandang 4 karung @ Rp. 10 000,-
Rp.
40,000,-
Rp.
40 000,-
- Pembuatan bedengan persemaian 2HOK @ Rp. 20 000,- Rp.
40 000,-
- Semai 1 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
20 000,-
- Pengendalian hama 1 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
20 000,-
- Pengolahan lahan penanaman 10 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
200 000,-
- Pembuatan bedengan 10 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
200 000,-
- Kaptan 13 karung @ Rp. 15 000,-
Rp.
195 000,-
- Insektisida
Rp.
250 000,-
- Fungisida
Rp.
200 000,-
- Perekat pupuk
Rp.
100,000,-
- Pindah tanaman 3 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
60 000,-
- Penyulaman 3 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
60 000,-
- Penyiangan 8 HOK @ Rp 20 000,-
Rp.
160 000,-
- Pemupukan 4 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
80 000,-
- Pengendalian hama 4 HOK @ Rp. 20 000,-
Rp.
80 000,-
8. Panen dan pascapanen
Rp.
300 000,-
9. Tenaga Tetap
Rp.
300 000,-
3. Persemaian
- Pengolahan tanah persemaian 2 HOK @ Rp. 20 000,-
4. Penyiapan Lahan
5. Pestisida
6. Penanaman
7. Pemeliharaan
Jumlah
Rp. 2 956 000,-
53
b. Pupuk daun - Tanpa pupuk
Rp.
0,-
- Pupuk NPK (16-20-29) @ 100 g Rp. 7 500,- Pupuk Gandasil D @ 500 g Rp. 27 500,- Pupuk Hyponex Hijau @ Rp. 10 000,Jumlah
Rp. 2 956 000,-
c. Biaya Tak Terduga 5%
Rp.
Total biaya produksi
Rp. 3 103 800,-
B.
C.
147 800,-
Pendapatan 2.87 ton x Rp. 1 000,-
Rp. 2 870 000,-
Keuntungan
Rp – 233 800,-
B/C Ratio
=
0.92
Tabel Lampiran 19. Analisis Usahatani Caisim Biaya (rupiah) Biaya Tak Pupuk Terduga 5% 0 147 800
Total
Pendapatan (rupiah)
B/C Ratio
A0
Variabel Tetap 2 956 000
3 103 800
2 870 000
0.92
A1
2 956 000
421 875
168 893
3 546 768
4 023 000
1.14
A2
2 956 000
843 750
189 987
3 989 737
4 410 000
1.11
A3
2 956 000
1 265 625
211 081
4 432 706
4 790 000
1.08
A4
2 956 000
1 687 500
232 175
4 875 675
7 270 000
1.49
A5
2 956 000
2 531 250
274 362
5 761 612
6 830 000
1.19
A6
2 956 000
3 375 000
316 550
6 647 550
5 520 000
0.83
A7
2 956 000
5 062 500
400 925
8 419 425
4 680 000
0.56
A8
2 956 000
247 500
160 175
3 363 675
6 570 000
1.95
A9
2 956 000
450 000
170 300
3 576 300
5 240 000
1.47
Perlakuan
Keterangan : Biaya tak terduga 5 % = 5 % x (Biaya pupuk + Biaya variabel tetap) Pendapatan = total panen x harga caisim saat panen, harga saat panen 1 kg @ Rp.1 000,
54
Gambar Lampiran 2. Pemupukan dan Penebaran Benih pada Lahan Persemaian
Gambar Lampiran 3. a. Bibit Umur 5 Hari, b. Pengurugan Benih
Gambar Lampiran 4. Pengolahan Lahan Tanam
55
Gambar Lampiran 5. Tanaman Umur 5 HST
Gambar Lampiran 6. Tanaman Umur 22 HST
Gambar Lampiran 7. Tanaman Umur 30 HST
56
Gambar Lampiran 8. Pengendalian Hama dengan Pestisida
Gambar Lampiran 9. a. Penyemprotan dengan Pestisida b. Aplikasi Pupuk 6 HST
a b Gambar Lampiran 10. a. Pupuk NPK (16-20-29), b. Pengamatan Warna Daun Menggunakan Munsell Color Chart
57
Gambar Lampiran 11. Pengaruh berbagai Taraf Pemupukan NPK (16-20-29) terhadap Hasil Panen Sampel pada Ulangan 1 (Umur 45 HST)
58
Gambar Lampiran 12. Hasil Panen Sampel pada Ulangan 2 (Umur 45 HST)
59
Gambar Lampiran 13. Hasil Panen Sampel pada Ulangan 3 (Umur 45 HST)
60
Gambar Lampiran 14. Hasil Panen Sampel pada Ulangan 4 (Umur 45 HST)