RESPON PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) TERHADAP LUBANG RESAPAN BIOPORI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG
RIAN PRAKOSA WIJAYA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan Jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Lubang Resapan Biopori Pada Lahan Bekas Tambang adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014 Rian Prakosa Wijaya NIM E44100078
ABSTRAK RIAN PRAKOSA WIJAYA. Respon Pertumbuhan Jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Lubang Resapan Biopori pada Lahan Bekas Tambang. Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR. Pertumbuhan jabon (Anthocephalus cadamba) pada lahan bekas tambang tidak optimal dikarenakan tanah masam dan unsur hara yang sangat rendah. Pengapuran dan Lubang Resapan Biopori merupakan upaya dalam peningkatan pertumbuhan jabon. Kapur dapat menetralkan asam dan Lubang Resapan Biobori (LRB) dapat memperluas permukaan tanah dalam meresapkan air hujan, selain itu serasah dalam LRB dapat menambah unsur hara. Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan pertumbuhan jabon melalui pembuatan LRB serta mengetahui jenis isian LRB yang terbaik dari daun tumbuhan LCC (Legume Cover Crops), daun akasia (Acacia mangium), atau sampah dapur organik. Daun LCC merupakan serasah isian terbaik berdasarkan variabel diameter karena memiliki rataan tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan P2 (LRB berisi daun akasia) dan P0 (kontrol). Sampah dapur (P3) merupakan serasah isian LRB terbaik berdasarkan parameter tinggi karena berbeda nyata dengan kontrol (P0) dan memiliki rataan tertinggi. Kata kunci: jabon, pengapuran, lubang resapan biopori, daun LCC, sampah dapur
ABSTRACT RIAN PRAKOSA WIJAYA. Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) Growth Response in Application of Biopori Hole Infiltration on Postmining Area. Supervised by IRDIKA MANSUR. Growth of jabon (Anthocephalus cadamba) on postmining area is not optimal due to the acidic soil and nutrients are very low. Liming and Hole Infiltration of Biopori was an effort to improve Jabon growth. Lime can neutralize acid and Hole Infiltration of Biopori (LRB) can expand the ground to absorb water in the rain, in addition to the litter in the LRB can add nutrients. The purpose of this research is to improve jabon growth through making LRB and know the best of the LCC (Legume Cover Crops) plant leaves, leaf of Acacia mangium, or organic kitchen waste for LRB. Leaf litter stuffing LCC is best based on the variable diameter because it has the highest average and significantly different from treatment P2 (LRB containing acacia leaf) and P0 (control). Kitchen waste (P3) is the best litter LRB field parameters based high as significantly different from the control (P0) and has the highest average. Keywords: jabon, liming, hole infiltration of biopori, LCC leaf, kitchen waste
RESPON PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) TERHADAP LUBANG RESAPAN BIOPORI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG
RIAN PRAKOSA WIJAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Lubang Resapan Biopori pada Lahan Bekas Tambang Nama : Rian Prakosa Wijaya NIM : E44100078
Disetujui oleh
Dr Ir Irdika Mansur, MForSc Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2014 ini adalah reklamasi lahan bekas tambang, dengan judul Respon Pertumbuhan Tanaman Jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.) Terhadap Lubang Resapan Biopori Pada Lahan Bekas Tambang. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Hari Sutikno dan seluruh staf dan karyawan PT. Tunas Inti Abadi yang telah banyak membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, seluruh staf dan pengajar Departemen Silvikultur, teman-teman satu bimbingan (Riyan Dwi, Dimas N, Iqbal NA dan Elfina Y), teman-teman yang membantu dalam proses penelitian (Lastiti Sanubari, Sudirman, Putu dan Fatma Putri) serta teman-teman Silvikultur 47 lainnya yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, November 2014 Rian Prakosa Wijaya
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
KONDISI UMUM
6
Letak dan Posisi Geografis PT. Tunas Inti Abadi
6
Komponen Biotis
6
Kondisi Cuaca dan Iklim
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN
7 7 12 15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
21
DAFTAR TABEL 1. CH bulanan antara tahun 2004-2013 (dalam mm) 2. Hasil uji T terhadap variabel diameter pada setiap interaksi antar perlakuan 3. Hasil uji T terhadap variabel tinggi pada setiap interaksi antar perlakuan 4. Penambahan jumlah daun jabon 5. Hasil uji T terhadap variabel jumlah daun pada setiap interaksi antar perlakuan 6. Penambahan jumlah cabang jabon 7. Hasil uji T terhadap variabel jumlah cabang pada setiap interaksi antar perlakuan 8. Hasil pengujian sample tanah pada lahan penelitian
7 9 10 11 11 11 11 12
DAFTAR GAMBAR 1. Proses pembuatan LRB, A) Pengeboran tanah, B) Pengisian LRB dengan daun LCC, C) Pengisian LRB dengan sampah dapur, D) Pengisian LRB dengan sampah daun akasia (Acacia mangium) 2. Proses pengapuran, A) Penimbangan kapur, B) Penaburan kapur dalam piringan sekitar pohon 3. Layout pengambilan sampel tanah pada lahan penelitian 4. Layout pengacakan setiap perlakuan 5. Peta lokasi PT. Tunas Inti Abadi 6. Grafik pertumbuhan diameter jabon 7. Pertumbuhan diameter pohon setelah 8 minggu 8. Grafik pertumbuhan tinggi jabon 9. Pertumbuhan tinggi pohon setelah 8 minggu
3 3 4 5 6 8 8 9 10
DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Uji T pada variable diameter dan tinggi 2. Hasil Uji T pada variable jumlah cabang dan jumlah daun 3. Kriteria penilaian karakteristik tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Hardjowigeno 2010) 4. Hasil analisis tanah
17 18 19 20
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah. Salah satu SDA yang diproduksi Indonesia dan sebagai komoditi ekspor yang memberikan sumbangan besar kepada devisa negara yaitu dari sektor tambang batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batu bara terbesar di dunia dengan produksi 366 juta ton pada tahun 2013 (ESDM 2013). Lokasi pertambangan yang banyak berada pada kawasan hutan menuntut para pemegang peran dalam dunia pertambangan untuk mengembalikan lahan sesuai dengan peruntukannya. Reklamasi menjadi penting dilakukan dengan besarnya lahan yang terdegradasi dan terdeforestasi. Oleh karena itu pemerintah mengatur tentang reklamasi lahan dalam UU No.4 tahun 2009 pasal 26 reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Sedangkan menurut UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal 44 ayat 3 menyebutkan reklamasi hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c, meliputi usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Kesadaran yang tinggi terhadap upaya mengembalikan keadaan alam daerah bekas penambangan sangat diperlukan untuk tetap menjaga keseimbangan ekosistem hutan yang telah habis ditebang. PT Tunas Inti Abadi merupakan perusahaan pertambangan batubara yang memiliki komitmen dalam mengembalikan keadaan alam mendekati keadaan sebelumnya. Dengan komitmen yang tinggi maka upaya mengembalikan ekosistem hutan yang hilang itu akan menjadi lebih mudah. Hutan memiliki fungsi konservasi yang dapat melindungi segala macam plasma nutfah yang ada di dalamnya baik flora maupun fauna, fungsi lindung sebagai fungsi hidrologi yang mengatur sistem aliran air yang berguna dalam peyediaan air bersih untuk kehidupan manusia, bahkan fungsi produksi yang dapat memberikan keuntungan ekonomi tinggi bila dikelola dengan bijaksana dari hasil hutan kayu maupun hasil hutan non-kayunya. Selain itu fungsi hutan yang marak diperbincangkan yaitu potensi hutan yang dapat menyerap CO2 dimana unsur ini merupakan penyebab utama dari Green House Effect. Dengan fungsi yang luar biasa tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia sangat tergantung dengan adanya hutan hujan tropis yang sebagian besar berada di Indonesia yang memiliki kawasan hutan seluas 139 juta ha pada tahun 2009 (Kemenhut 2009). Lahan bekas tambang batubara, khususnya di PT. Tunas Inti Abadi memiliki lahan dengan tingkat keasaman yang tinggi ditunjukkan dengan pertumbuhan pohon jabon (Anthocephallus cadamba) yang kerdil dan gemuk. Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan jabon di area ini sangat perlu dilakukan. Pengapuran merupakan upaya dalam mengatasi keasaman tanah yang tinggi ditambah dengan pemberian Lubang Resapan Biopori (LRB) untuk menambah bahan organik bagi tumbuhan sebagai pasokan makanan.
2 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengukur 1. Pengaruh LRB pada jabon di lahan bekas tambang PT Tunas Inti Abadi (TIA) 2. Perbandingan isian LRB yang terbaik dari jenis isian tumbuhan LCC (Legume Cover Crops), daun akasia (Acacia mangium), atau sampah dapur organik
Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain 1. Peningkatan pertumbuhan jabon pada lahan bekas tambang PT. Tunas Inti Abadi 2. Mendapatkan jenis isian LRB yang paling mendukung pertumbuhan jabon, dengan pertimbangan lain yaitu stok yang mencukupi untuk diterapkan
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2014 sampai 11 Mei 2014 pada lokasi in pit dump (IPD) 2 pada lahan bekas tambang PT. Tunas Inti Abadi Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah bor tanah dengan diameter 10 cm, meteran 50 m, caliper digital, tally sheet, timbangan 2 kg, penggaris 100 cm, kantong plastik, karung, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah dari lahan yang ditanami Jabon dan akan diteliti, kapur (CaCO3), daun Acacia mangium, daun tumbuhan LCC, sampah organik dari dapur PT TIA (sampah dapur), dan tanaman jabon berumur 1 tahun yang telah berada di lokasi penelitian. Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan selama penelitian, menyiapkan bahan-bahan isian LRB yaitu daun akasia, sampah dapur, dan daun tumbuhan LCC yang dikumpulkan dalam karung dengan berat basah totalnya 16 kg/jenis. LCC yang digunakan yaitu dari jenis Pureria javanica, Centrocema pubescens, dan Calopogonium mucunoides. Selain itu juga disiapkan kapur yang telah ditimbang seberat 500 gram sebanyak 30 paket. Pembuatan Lubang Resapan Biopori Pembuatan Lubang Resapan Biopori dilakukan dengan menggunakan bor tanah manual yang memiliki diameter 10 cm. Tanah dilubangi menggunakan bor hingga mencapai kedalaman 40 cm. Setiap pohon memiliki 2 buah lubang yang
3 diisi daun akasia atau daun LCC atau sampah dapur. Berat setiap isian LRB yaitu 1kg/lubang. Bahan isian pada 2 buah LRB di setiap pohon memiliki jenis yang sama. A
B
C
D
Gambar 1 Proses pembuatan LRB, A) Pengeboran tanah, B) Pengisian LRB dengan daun LCC, C) Pengisian LRB dengan sampah dapur, D) Pengisian LRB dengan sampah daun akasia (Acacia mangium) Pengapuran Lahan Pengapuran dilakukan dengan cara membersihkan tumbuhan bawah dan menggemburkan tanah di sekitar pohon seluas 1 m2 dan kedalaman 10cm kemudian mencampurnya dengan kapur kalsit (CaCO3). Dosis kapur yang digunakan adalah sama pada setiap pohon yaitu 500 gram/pohon. A
B
Gambar 2 Proses pengapuran, A) Penimbangan kapur, B) Penaburan kapur dalam piringan sekitar pohon Pengambilan Sampel Tanah dan Analisis Tanah Pengambilan sampel tanah dilakukan pada minggu ke-7 dengan mengambil tanah dari 9 titik yang mewakili lahan yang diteliti. Terdapat 2 jenis sampel tanah yang diambil dari lapisan tanah atas setebal 10 cm dan lapisan tanah bawah diambil dari kedalaman 10 cm – 20 cm.
4 Setiap sampel tersebut dicampur tiap jenisnya dan diambil 1kg tanah untuk kemudian di analisis di laboratorium SEAMEO BIOTROP. Penyampuran tanah menggunakan metode komposit sehingga didapat tanah yang mewakili lahan yang diteliti. Tanah yang telah tersisa 1 kg setiap sampelnya ini kemudian disimpan pada tempat yang sejuk sehingga dapat mencegah organisme lain untuk berkembang. Lama pengujian tanah di laboratorium adalah 34 hari.
Gambar 3 Layout pengambilan sampel tanah pada lahan penelitian Pengukuran Pengukuran dilakukan selama 8 minggu berturut-turut pada setiap minggunya. Pengukuran diameter menggunakan alat jangka sorong (caliper) pada setiap pohon pada ruas pertama pada batang pohon, sedangkan pengukuran tinggi pohon menggunakan meteran yang dibantu dengan tongkat kayu. Pengukuran tinggi dilakukan dengan mengukur panjang pohon dari pangkal batang pohon hingga tajuk yang paling tinggi. Selain itu juga dilakukan pengukuran jumlah cabang dan daun. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menghilangkan daun yang terkena patogen. Pemeliharaan ini dilakukan selama 8 minggu. Rancangan Penelitian Metode pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji T dengan bantuan software SPSS 21. Terdapat beberapa variabel yang diukur pada penelitian ini. Variabel tersebut adalah pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi, pertambahan jumlah cabang dan pertambahan jumlah daun pada setiap pohon jabon.
5 Setiap variabel ini diukur pada setiap minggu. Data yang didapat selanjutnya dianalisis untuk diketahui apakah antar perlakuan memberikan perbedaan sebaran nilai dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%. Dalam rancangan penelitian ini dilakukan pengacakan pada setiap perlakuan yang diberikan. Pengacakan dilakukan dengan dengan menggunakan kalkulator. Layout perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Layout pengacakan setiap perlakuan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Independent Sample T-Test dengan 6 kali ulangan pada kontrol dan 8 kali ulangan pada perlakuan 1,2, dan 3. Faktor P adalah faktor jenis bahan isian LRB dengan 4 taraf. Perlakuan yang diberikan adalah: Perlakuan P0 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 tanpa ada LRB (kontrol) P1 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 dengan LRB berisi daun Acacia mangium P2 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 dengan LRB berisi daun LCC (Legume Cover Crops) P3 : 500 gr/pohon kapur CaCO3 dengan LRB berisi sampah Organic Hipotesis yang digunakan adalah H0: Tidak terdapat perbedaan nilai yang nyata dalam kombinasi antar perlakuan H1: Terdapat perbedaan nilai yang nyata dalam kombinasi antar perlakuan
6 KONDISI UMUM Letak dan Posisi Geografis PT. Tunas Inti Abadi PT Tunas Inti Abadi ini memiliki luas wilayah pertambangan seluas 3.085 hektar yang merupakan areal konsesi pertambangan batu bara milik PT.Tunas Inti Abadi dengan potensi cadangan yang diperkirakan 50 juta ton dan produksi tahunan sekitar 2,5 juta ton selama tiga tahun. Areal konsesi beroperasi di wilayah administrasi Kecamatan Sungai Loban, Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan. Kemudian areal konsesi juga hanya berjarak 27 km dari pelabuhan, dimana terdapat juga lokasi peremukan batubara (crushing plant) yang berada di Desa Dermaga, Kabupaten Tanah Bumbu. Letak geografis PT. Tunas Inti Abadi ini berada pada 115o54’00”-115o57’30” BT dan 3o34’30”-3o37’00” LS.
Gambar 5 Peta lokasi PT. Tunas Inti Abadi Komponen Biotis Areal pertambangan PT. TIA sebagian besar merupakan daerah lahan kering yang didominasi oleh jenis pohon akasia (Acacia mangium) dan tumbuh secara invasif di areal pertambangan. Hal ini terjadi karena jenis kayu yang diproduksi pada awal penggunaan lahan PT. TIA yaitu jenis akasia sebagai HTI (Hutan Tanaman Indonesia).
7 Spesies yang ditemukan di areal penambangam dianggap penting karena ada beberapa yang dilindungi, terancam kepunahan, dan memiliki habitat khusus di tempat tersebut. Spesies yang ditemukan terdiri dari jenis mamalia, aves dan reptilian. Kondisi Cuaca dan Iklim Lokasi penambangan PT. TIA memiliki iklim tropis basah dengan ciri khas yaitu curah hujan yang cukup tinggi dan penyebaran merata sepanjang tahun. Data Curah Hujan (CH) bulanan tertinggi di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan sekitarnya adalah 544.4 mm per bulan dan jumlah Hari Hujan (HH) tertinggi adalah 28 hari. Data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandar Udara Stagen Kotabaru serta data CH PT.TIA tersebut dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (tahun 2004 hingga 2013) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 CH bulanan antara tahun 2004-2013 (dalam mm) Tahun Bulan 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
2011*
2012*
2013*
Jan
221
283
137
197.9
182
345.0
273.1
303.8
171.0
324
Feb
149
178
394
291
232
217.8
262
210
144.5
168
Mar
288
180
202.8
216.4
333
182.8
510.5
198.8
186.5
158
Apr
137
213
209.5
257.6
137
119.9
399.5
381.5
195.5
87
Mei
130
305
318.6
243.3
388
105.6
235.5
142.5
124
131
Jun
144
406
447.1
500.7
180
74.0
160.5
95
199.5
202
Jul
223
10
26
544.4
398
57.9
400.8
349.5
375.5
202
Agst
2
9
14.4
91.5
336
11.3
331
32.5
97.5
250
Sept
212
0
56.7
107.7
261
1.5
387
169.5
14
286
Okt
233
0
1.5
147.5
248
100.3
344.5
82.5
98.5
13
Nov
85
0
112.4
177.3
166
345.8
212
269.5
51
179
Des
236
0
80.6
128
139
291.0
210.9
249
388.5
184
Total
2060
1584
2001.5
2903.5
3000
1852.9
3727.3
2484.1
2046
2184
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Stagen Kotabaru;*) Data Curah Hujan PT TIA (2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Pengukuran pertumbuhan diameter Pengukuran pertumbuhan diameter dilakukan secara rutin setiap minggu selama 8 minggu. Hasil pertumbuhan diameter dapat diperhatikan pada Gambar 6,
8
PENINGKATAN PERTUMBUHAN DIAMETER (MM)
diagram pertumbuhan setelah 8 minggu pada Gambar 7, sedangkan hasil pengaruh antar perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada grafik yang ada dalam Tabel 2. 18 16 14 12 10 8 6 4 2
0 1
2
3
4
5
6
7
8
MINGGU (P0) Tanpa LRB
(P1) LRB berisi LCC
(P2) LRB berisi daun akasia
(P3) LRB berisi sampah dapur
PERTUMBUHAN DIAMETER SETELAH 8 MINGGU (MM)
Gambar 6 Grafik pertumbuhan diameter jabon Pada Gambar 6 perbedaan pertumbuhan cukup mencolok ditunjukkan perlakuan P1 yang pertumbuhannya dari minggu kedua hingga minggu kedelapan terus meningkat menjauhi grafik pertumbuhan diameter dari 3 perlakuan yang lain. Pada perlakuan P0, P2 dan P3 pertumbuhan diameter dari minggu pertama hingga minggu ke-3 memiliki tingkat pertumbuhan yang hampir sama atau hanya memiliki perbedaan angka yang tidak terlalu besar. Minggu keempat hingga minggu terakhir menunjukkan bahwa pertumbuhan ketiga perlakuan tersebut mulai menunjukkan perbedaan. 18 15.62
16 14
12.1
12 10
9.93
9.05
8 6
4 2 0 (P0) Tanpa LRB
(P1) LRB berisi LCC
(P2) LRB berisi daun akasia
(P3) LRB berisi sampah dapur
PERLAKUAN
Gambar 7 Pertumbuhan diameter pohon setelah 8 minggu
9 Gambar 7 merupakan hasil pengukuran pertumbuhan jabon selama 8 minggu pada setiap perlakuan. Jabon dengan perlakuan P1 memiliki pertumbuhan yang paling tinggi, sedangkan perlakuan P0 memberikan pertumbuhan yang paling rendah. Tabel 2 Hasil uji T terhadap variabel diameter pada setiap interaksi antar perlakuan (Lampiran 1) No Antar perlakuan Perbedaan 1 P1-P3 tn 2 P1-P2 * 3 P1-P0 * 4 P3-P2 tn 5 P3-P0 * 6 P2-P0 tn (tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
PENINGKATAN PERTUMBUHAN TINGGI (CM)
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 3 macam interaksi perlakuan yang menunjukkan perbedaan pada taraf 95%. Perlakuan tersebut adalah antara LRB berisi sampah dapur dengan kontrol, LRB berisi LCC dengan daun akasia, dan LRB berisi LCC dengan kontrol. Sedangkan antar perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Pengukuran pertumbuhan tinggi Variabel selanjutnya yang diukur adalah pertumbuhan tinggi pohon jabon. Pertumbuhan tinggi jabon ini juga diukur selama 8 minggu pada setiap minggunya. Grafik peningkatan tinggi jabon dapat dilihat pada Gambar 7. 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
MINGGU (P0)Tanpa LRB
(P1)LRB berisi LCC
(P2)LRB berisi daun akasia
(P3)LRB berisi sampah dapur
Gambar 8 Grafik pertumbuhan tinggi jabon Gambar 8 menunjukkan adanya perubahan pola peningkatan pertumbuhan. Pada minggu pertama hingga minggu keempat menunjukkan bahwa pertumbuhan terjadi namun tidak terlalu tinggi, berbanding terbalik dengan pertumbuhan tinggi jabon pada minggu keempat hingga minggu kedelapan yang memiliki peningkatan pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini secara umum dapat dibaca pada perlakuan P1, P2, dan P3. Sedangkan pada perlakuan P0 peningkatan pertumbuhan tinggi cenderung lebih konstan dan tidak terlihat perbedaan pola.
PERTUMBUHAN TINGGI SETELAH 8 MINGGU (CM)
10 60 49.56
50 41.34 40 30
33.75 25.83
20 10 0 (P0) Tanpa LRB
(P1) LRB berisi LCC
(P2) LRB berisi daun (P3) LRB berisi sampah akasia dapur
PERLAKUAN
Gambar 9 Pertumbuhan tinggi pohon setelah 8 minggu Dari hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa pada variabel tinggi, LRB berisi sampah dapur memberikan pertumbuhan yang paling tinggi. Hal ini berbeda dengan variabel diameter. Sedangkan kontrol tetap menjadi perlakuan yang memberikan pengaruh paling rendah bersama LRB berisi daun akasia yang sedikit lebih tinggi. Tabel 3 Hasil uji T terhadap variabel tinggi pada setiap interaksi antar perlakuan (Lampiran 1) No Antar perlakuan Perbedaan 1 P3-P1 tn 2 P3-P2 tn 3 P3-P0 * 4 P1-P2 tn 5 P1-P0 * 6 P2-P0 tn (tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Analisis data dengan uji T menunjukkan bahwa hanya ada 2 interaksi yang memberikan perbedaan nilai. Yaitu antara perlakuan kontrol dan LRB berisi LCC serta perlakuan kontrol dan LRB berisi sampah dapur. Pengukuran Jumlah Daun Pengukuran jumlah daun pada jabon yang diteliti merupakan salah satu variabel yang diukur dari hasil yang ditampilkan pada Tabel 4, ditunjukkan bahwa penambahan jumlah daun yang dihasilkan jabon selama 8 minggu memiliki peningkatan yang relatif sama, tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok. Semua perlakuan rata-rata menumbuhkan daun sebanyak 1-5 daun. Hal yang sama juga ditunjukkan dari hasil analisis statistik berdasarkan data pertumbuhan jumlah daun jabon yang menunjukkan bahwa pada semua perlakuan tidak ada yang memberikan perbedaan signifikan, hal ini ditunjukkan Tabel 5.
11 Tabel 4 Penambahan jumlah daun jabon Pertambahan daun pada Minggu kePerlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 P0 0 1 2 4 4 4 4 4 P1 0 1 2 1 3 3 4 4 P2 0 1 1 1 4 5 5 5 P3 1 2 2 2 4 4 5 5 Tabel 5 Hasil uji T terhadap variabel jumlah daun pada setiap interaksi antar perlakuan (Lampiran 2) No Antar perlakuan Perbedaan 1 P0-P1 tn 2 P0-P2 tn 3 P0-P3 tn 4 P1-P2 tn 5 P1-P3 tn 6 P2-P3 tn (tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Pengukuran Jumlah Cabang Variabel yang terakhir diukur dalam penelitian ini adalah jumlah cabang yang juga di ukur setiap minggu selama 8 minggu. Dari hasil yang di dapat, jumlah cabang yang dihasilkan tidak banyak bahkan hanya tumbuh rata-rata 1 cabang di setiap minggunya. Pertumbuhan cabang yang hanya 1 buah ini ditunjukkan oleh semua perlakuan bahkan hampir serentak di minggu ke-5 kecuali pada kontrol yang telah tumbuh dari minggu ke-3 (Tabel 6). Sama dengan variabel jumlah daun, pada variabel jumlah cabang juga semua perlakuannya tidak memberikan perbedaan nilai yang signifikan (Tabel 7). Tabel 6 Penambahan jumlah cabang jabon Pertambahan cabang pada Minggu kePerlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 P0 0 0 1 1 1 1 1 1 P1 0 0 0 0 1 1 1 1 P2 0 0 0 0 1 1 1 1 P3 0 0 0 0 1 1 1 1 Tabel 7 Hasil uji T terhadap variabel jumlah cabang pada setiap interaksi antar perlakuan (Lampiran 2) No 1 2 3 4 5 6
Interaksi perlakuan P0-P1 P0-P2 P0-P3 P1-P2 P1-P3 P2-P3
Perbedaan tn tn tn tn tn tn
(tn): tidak berbeda nyata, (*): berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
12 Hasil Analisis Tanah Selain ke-4 variabel di atas, pengujian juga dilakukan terhadap sample tanah yang diambil secara komposit di area penelitian (Tabel 8). Hasil analisis tanah terhadap 2 sample tanah menunjukkan bahwa tanah tersebut pada umumnya memiliki tingkat kesuburan yang hanya pada rentang rendah atau sangat rendah, hanya ada 1 nilai pengujian yang memiliki nilai sedang yaitu pada jumlah Mg. Tabel 8 Hasil pengujian sample tanah pada lahan penelitian (Lampiran 3 dan 4) Parameter No Satuan Sample 1 Kriteria Sample 2 Kriteria Pengujian 1 pH Sangat H2O (1:1) 4.4 4.5 Masam masam Sangat Sangat CaCl2 (1:1) 3.7 3.8 masam masam Sangat Sangat 2 C org % 0.59 0.52 rendah rendah Sangat Sangat 3 N Total % 0.07 0.06 rendah rendah 4 Rasio C/N 8.4 Rendah 8.7 Rendah Sangat Sangat 5 P2O5 ppm 1.3 1.3 rendah rendah Sangat Sangat 6 Ca cmol/kg 0.34 0.40 rendah rendah 7 Mg cmol/kg 0.82 Rendah 1.18 Sedang 8 K cmol/kg 0.17 Rendah 0.16 Rendah 9 Na cmol/kg 0.30 Rendah 0.26 Rendah 10 KTK cmol/kg 8.01 Rendah 6.04 Rendah 3+ 11 Al me/100g 3.67 2.60 12 H+ me/100g 0.89 1.37 Sampel dianalisis di Laboratorium SEAMEO BIOTROP; *) Kriteria penilaian sifat kimia tanah Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2010) Pembahasan Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan pertumbuhan Jabon pada lahan bekas tambang yang memiliki unsur hara rendah dan keasaman yang tinggi. Jabon merupakan jenis pohon pionir asli Indonesia yang memiliki penyebaran alami yang luas dari Aceh sampai Papua. Jenis pohon ini banyak dijumpai di tempat-tempat terbuka bekas tebangan atau di kanan-kiri jalan logging. Jabon juga banyak dijumpai pada lahan bekas tambang khususnya di Kalimantan dan tumbuh alami di tempat terbuka maupun sela-sela tegakan. Jabon memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis-jenis pohon kehutanan cepat tumbuh lainnya yang saat ini telah dikenal masyarakat luas, antara lain : 1) Jenis pohon asli Indonesia dengan penyebaran yang luas, 2) mudah diperbanyak, 3) budidayanya (produksi bibit, penanaman, dan pemeliharaan) mudah, 4) kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan. (Mansur 2010)
13 Penelitian ini menggunakan pohon jabon yang telah berumur 2.5 tahun namun memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu bagus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Adiwicaksono (2013) yang menyebutkan bahwa tanah di PT. Tunas Inti Abadi memiliki pH yang rendah sehingga tanah sangat masam. Tanah yang masam dan kesuburan yang rendah diduga menjadi penyebab utama tidak sempurnanya pertumbuhan jabon. Akan tetapi, Safriati (2012) menyebutkan jabon merupakan tanaman yang dapat bertahan hidup pada tanah yang masam. Berdasarkan pengamatan secara visual di lapang, jabon dapat bertahan hidup namun pertumbuhannya tidak terlalu baik. Sebagian besar pohon jabon yang ditemukan di PT. Tunas Inti Abadi pendek dan gemuk. Hasil evaluasi tanah menunjukkan kesuburan sampel 1 sedikit lebih rendah daripada sampel 2 terutama pada parameter pH tanah dan jumlah Mg, hal ini diduga karena terjadi pencucian unsur hara pada tanah lapisan atas oleh air hujan. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Selain meningkatkan kandungan Ca dan Mg tanah, pengapuran bermanfaat bagi tanaman secara tidak langsung. Manfaat tidak langsung pengapuran antara lain meningkatkan ketersediaan P, mengurangi keracunan unsur Fe, Al dan Mn, memacu kegiatan jasad renik yang terlibat dalam reaksi-reaksi penting di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen terbawa tanah (soil-borne pathogens) (Munawar 2011). Bahan kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalsit (CaCo3). Berbeda dengan hasil penelitian Wicaksono (2014) bahwa kapur (CaCo3) dan pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jabon yang tumbuh pada lahan bekas tambang hanya pada faktor diameter. Penelitian ini menunjukkan bahwa kapur dan LRB memberikan perbedaan yang nyata antar beberapa perlakuan terhadap variabel tinggi dan diameter. Hal ini disebabkan karena perbedaan sumber hara tambahan, lokasi penelitian yang tidak sama, umur tanaman jabon yang juga berbeda jauh, dan intensitas cahaya yang lebih kecil. Berdasarkan hasil analisis tanah, Mg menunjukkan jumlah yang lebih besar daripada Ca sedangkan tanaman membutuhkan komposisi Ca lebih besar daripada Mg untuk dapat tumbuh dan tidak stagnan. Tumbuhan membutuhkan Ca sebanyak 0.5% dari berat basah totalnya dan hanya membutuhkan Mg sebesar 0.04% dari berat basah totalnya (Barchia 2009). Sedangkan kalsit memiliki 40 % Ca dan tidak mengandung Mg sehingga dapat meningkatkan nilai Ca dalam tanah (Munawar 2011). Dengan pemberian kalsit yang mengandung banyak Ca ini diharapkan terjadi peningkatan Ca dan tanaman jabon dapat tumbuh dengan baik. Selain pengapuran yang di aplikasikan dalam penelitian ini juga dibuat Lubang Resapan Biopori (LRB). Lubang Resapan Biopori atau yang biasa disingkat LRB adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan keci) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (Brata dan purwakusuma 2008). Tim Biopori IPB (2007) menjelaskan bahwa biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat aktivitas berbagai organisme di dalamnya seperti cacing, perakaran tanah, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
14 Dengan lubang tersebut diharapkan kemampuan sebidang tanah dalam meresapkan air juga akan meningkat sehingga akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Mulyadi (2008) menyatakan bahwa teknik LRB ini dikembangkan atas dasar prinsip ekohidrologis, yaitu dengan memperbaiki kondisi ekosistem tanah untuk perbaikan fungsi hidrologis ekosistem tersebut. Pemanfaatan sampah organik ke dalam lubang yang kecil dan dalam, ternyata dapat menciptakan habitat yang baik bagi beraneka ragam organisme tanah, khususnya cacing tanah. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik pertambahan jumlah sel, volume dan bobot. Seluruh ciri pertumbuhan dapat diukur, cara pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran volume atau massa (Salisbury dan Ross 1995). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran pertambahan volume dengan cara mengukur jumlah cabang, jumlah daun, tinggi, dan diameter tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. (Sitompul dan Guritno 1995). Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dapat dikelompokkan menjadi faktor lingkungan di atas tanah dan unsur penyusun tanah (Sitompul dan Guritno 1995). Faktor lingkungan yang berada di atas tanah antara lain sinar matahari, suhu, udara, dan air (Hardjowigeno 2010). Terdapat 3 jenis serasah yang dimasukkan dalam LRB yaitu tumbuhan LCC, daun akasia, dan sampah dapur. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga serasah tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap 4 variabel yang diamati. Pada variabel diameter, jenis-jenis serasah dalam LRB memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini dibuktikan dalam analisis data yang dilakukan. Berdasarkan uji T, diameter pohon dengan LRB yang berisi LCC memberikan perbedaan yang signifikan terhadap pohon kontrol dan pohon dengan LRB berisi daun akasia. Pohon dengan LRB berisi LCC memiliki perbedaan yang tidak signifikan terhadap pohon dengan LRB berisi sampah dapur. Sedangkan pohon dengan LRB berisi daun akasia tidak berbeda signifikan dengan pohon kontrol dan pohon dengan LRB berisi sampah dapur. Hal ini menunjukkan bahwa pohon jabon dengan LRB berisi LCC dan sampah dapur merupakan pilihan yang paling baik dalam memilih jenis serasah yang dimasukkan dalam LRB pada jabon di lahan bekas tambang PT. Tunas Inti Abadi berdasarkan variabel diameter. Gardner et al (1985) menyebutkan bahwa penyinaran yang kuat akan menurunkan hormon auksin dan mengurangi tinggi tanaman. Faktor ini merupakan salah satu penyebab stagnannya pertumbuhan jabon pada area bekas tambang PT. TIA. Namun, pemberian LRB telah meningkatkan pertumbuhan tinggi. Hal ini dibuktikan pada variabel tinggi, pohon jabon dengan LRB berisi sampah dapur dan LCC memiliki perbedaan yang signifikan dengan pohon kontrol. Sedangkan antar perlakuan yang lain tidak memberikan perbedaan yang signifikan. Pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang pada semua perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini karena memang tidak terlalu banyak daun dan cabang yang bertambah selama pengukuran dan pengamatan selama 8 minggu. Pertumbuhan jumlah cabang dan daun yang tidak terlalu bagus ini dikarenakan adanya cabang yang patah baik disengaja maupun tidak disengaja oleh manusia. Berdasarkan pertumbuhan diameter (Gambar 7) dan pertumbuhan tinggi (Gambar 9) dapat ditentukan bahwa jenis serasah pengisi LRB yang terbaik dan
15 dapat diterapkan pada PT Tunas Inti Abadi adalah LRB berisi daun LCC dan LRB berisi sampah dapur. Kedua jenis ini tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap semua parameter.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa LRB dapat meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi jabon pada lahan bekas tambang batubara dengan kondisi tanah yang marjinal. Beberapa jenis serasah dalam LRB memberikan perbedaan yang nyata terhadap variabel tinggi dan diameter, namun antar semua perlakuannya tidak ada yang memberikan perbedaan nyata terhadap variabel jumlah daun dan jumlah cabang. Daun dari tumbuhan LCC dan sampah dapur merupakan bahan pengisi LRB yang baik dan tersedia di lokasi PT. Tunas Inti Abadi. Saran 1. Pembuatan LRB dapat menggunakan serasah daun akasia sebagai isiannya karena lebih banyak tersedia, lebih mudah pengangkutannya daripada sampah dapur dan memberikan pengaruh nyata terhadap diameter serta tinggi jabon. 2. Pengapuran dapat diaplikasikan dengan menggunakan kapur kalsit (CaCO3) yang tidak mengandung unsur Mg. 3. Pemupukan lanjutan seperti NPK juga diperlukan sebagai pendukung dalam meningkatkan unsur hara selain LRB.
DAFTAR PUSTAKA Adiwicaksono R. 2013. Pertumbuhan Jabon Merah, Jabon, Dan Sengon Buto Di Lahan Bekas Tambang Batubara PT. Tunas Inti Abadi, Kalimantan Selatan [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Brata RK dan Purwakusuma W. 2008. Teknologi peresapan air tepat guna untuk perbaikan kualitas lingkungan perkotaan. Bogor (ID): Penebar Swadaya Barchia MF. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Yogyakarta (ID): UGM Press [ESDM] Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2013. Surat Keputusan No.2934 K/30/MEM/2012 Tentang Penetapan Kebutuhan dan Presentase Minimal Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri tahun 2013. Jakarta (ID): ESDM Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Presindo Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta: Kementerian Kehutanan.
16 Mansur I, Taheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Martawijaya A, Kartasudjana I, Mandang YI, Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas kayu Indonesia JIlid II. Bogor (ID): Litbanghut. Mulyadi I. 2008. Analisis efektivitas lubang resapan biopori. [Internet]. [diunduh 20 September 2013]. Tersedia pada http://www.tarumanegara.ac.id Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Press [PT TIA] PT Tunas Inti Abadi. 2010. Laporan Rencana Penutupan Tambang PT Tunas Inti Abadi Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Banjarmasin (ID): PT Tunas Inti Abadi [RI] Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009. Jakarta (ID): RI [RI] Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009. Jakarta (ID): RI Safriati. 2012. Respon pertumbuhan jabon terhadap sumber benih dan dosis pupuk yang berbeda pada daerah bekas tambang batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung (ID): Penerbit ITB Bandung. Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Tim Biopori IPB. 2007. Biopori. [Internet]. [diunduh 20 September 2013]. Tersedia pada: http://www.biopori.com Wicaksono. 2014. Respon pertumbuhan tanaman jabon (Anthocepalus cadamba (Roxb.) Miq.) terhadap pengapuran di areal bekas tambang [ Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
17 Lampiran 1 Hasil Uji T pada variable diameter dan tinggi Independent Samples Test t-test for Equality of Means t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
95% Confidence
tailed)
Difference
Difference
Interval of the Difference Lower
Upper
Diameter P1 dan P3
1.748
14
.102
3.49750
2.00046
-.79306
7.78806
Diameter P1 dan P2
2.277
14
.039
5.67500
2.49263
.32885
11.02115
Diameter P1 dan P0
3.119
12
.009
6.54792
2.09942
1.97367
11.12216
Diameter P3 dan P2
1.059
14
.308
2.17750
2.05661
-2.2334
6.58849
Diameter P3 dan P0
2.334
12
.038
3.05042
1.30681
.20313
5.89771
Diameter P2 dan P0
.402
12
.695
.87292
2.17201
-3.8595
5.60533
Independent Samples Test t-test for Equality of Means t
df
Sig.
Mean
Std. Error
95% Confidence
(2-
Difference
Difference
Interval of the
tailed)
Difference Lower
Upper
Tinggi P3 dan P1
.904
14
.381
8.25000
9.12977
-11.3314
27.83141
Tinggi P3 dan P2
1.851
14
.085
15.87500
8.57673
-2.52025
34.27025
Tinggi P3 dan P0
2.557
12
.025
23.79167
9.30557
3.51657
44.06676
Tinggi P1 dan P2
1.158
14
.266
7.62500
6.58377
-6.49577
21.74577
Tinggi P1 dan P0
2.305
12
.040
15.54167
6.74304
.84984
30.23349
Tinggi P2 dan P0
1.396
12
.188
7.91667
5.66922
-4.43550
20.26883
18 Lampiran 2 Hasil Uji T pada variable jumlah cabang dan jumlah daun
Independent Samples Test t-test for Equality of Means t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
95% Confidence
tailed)
Difference
Difference
Interval of the Difference Lower
Upper
Cabang P2 dan P0
.391
12
.703
.37500
.95946
-1.71549
2.46549
Cabang P2 dan P3
.572
14
.576
.50000
.87372
-1.37395
2.37395
Cabang P2 dan P1
1.288
14
.219
1.00000
.77632
-.66505
2.66505
Cabang P0 dan P3
.140
12
.891
.12500
.89389
-1.82263
2.07263
Cabang P0 dan P1
.820
12
.428
.62500
.76177
-1.03476
2.28476
Cabang P3 dan P1
.698
14
.497
.50000
.71651
-1.03677
2.03677
Independent Samples Test t-test for Equality of Means t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
95% Confidence
tailed)
Difference
Difference
Interval of the Difference Lower
Upper
Daun P3 dan P2
.058
14
.954
.12500
2.14382 -4.47305
4.72305
Daun P3 dan P0
.498
12
.628
1.08333
2.17613 -3.65804
5.82471
Daun P3 dan P1
.617
14
.547
1.00000
1.62019 -2.47495
4.47495
Daun P2 dan P0
.393
12
.702
.95833
2.44130 -4.36079
6.27746
Daun P2 dan P1
.466
14
.648
.87500
1.87738 -3.15158
4.90158
Daun P0 dan P1
-.046
12
.964
-.08333
1.81030 -4.02765
3.86098
19 Lampiran 3 Kriteria penilaian karakteristik tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983 dalam Hardjowigeno 2010) Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
C -Organik (%)
< 1,00
1,00 - 2,00
2,01 - 3,00
3,01 - 5,00
> 5,00
Nitrogen (%)
< 0,10
0,10 - 0,20
0,21 - 0,50
0,51 - 0,75
> 0,75
C/N
<5
5 - 10
Nov-15
16 - 25
> 25
P2O5 HCl (mg/100g)
< 10
Oct-20
21 - 40
41 - 60
> 60
P2O5 Bray-1 (ppm)
< 10
Oct-15
16 - 25
26 - 35
> 35
P2O5 Olsen (ppm)
< 10
Oct-25
26 - 45
46 - 60
> 60
K2O HCl 25% (mg/100g)
< 10
Oct-20
21 - 40
41 - 60
> 60
KTK (me/100g)
<5
May-16
17 - 24
25 - 40
> 40
K (me/100g)
< 0,1
0,1 - 0,2
0,3 - 0,5
0,6 - 1,0
>1,0
Na (me/100g)
< 0,1
0,1 - 0,3
0,4 - 0,7
0,8 - 1,0
>1,0
Mg (me/100g)
< 0,4
0,4 - 1,0
1,1 - 2,0
2,1 - 8,0
> 8,0
Ca (me/100g)
< 0,2
2-5
6 - 10
Nov-20
> 20
Kejenuhan Basa (%)
< 20
20 - 35
36 - 50
51 - 70
> 70
Aluminium (%)
< 10
10 - 20
21 - 30
31 - 60
> 60
Sifat Tanah
Susunan Kation :
pH H2O
Sangat Masam < 4,5
Masam 4,5 - 5,5
Agak Masam 5,6- 6,5
Netral 6,6-7,5
Agak Alkalis 7,6-8,5
Alkalis > 8,5
20 Lampiran 4 Hasil analisis tanah
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Madiun, 24 Desember 1992 dari pasangan Sugeng Riyanto dan Itri Sulistyowati sebagai putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Madiun pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Selama masa perkuliahan di IPB penulis juga aktif di berbagai kegiatan nonakademis antara lain sebagai anggota PASKIBRA MENWA IPB pada tahun 20102011, penulis juga aktif sebagai ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Sedulur Madiun (OMDA PASMAD) pada tahun 2011-2012. Selain itu penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Tree Grower Community sebagai anggota Human Reaserch and Development pada tahun 2012 dan sebagai anggota Scientific Improvement pada tahun 2013. Pada kepanitiaan, penulis juga pernah menjadi ketua komisi disiplin dalam Masa Perkenalan Departemen (MPD) Silvikultur pada tahun 2011 serta menjadi ketua panitia Canvasing IPB untuk Madiun, Magetan, dan Ngawi pada tahun 2013. Pengalaman penulis dalam hal akademis, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Indramayu-Ciremai (2012), Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) (2013), dan Praktek Kerja Profesi di PT. Tunas Inti Abadi site Sebamban, Kalimantan Selatan (2014).