1
RESPON PEMBERIAN AMPAS TAHU DAN PUPUK N (UREA) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KANGKUNG (Ipomea reptans P) Syafrizal Hasibuan Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di Jln. Durian Kisaran Naga, Tepatnya di Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara, dengan topografi datar dan berada pada ketinggian ± 12 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor. Pemberian ampas tahu (kadar air 50%) terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu : T0 = 0 kg/plot ; T1 = 0,75 kg/plot ; T2 = 1,50 kg/plot T3 = 2,25 kg/plot Faktor pemberian pupuk N (urea) terdiri atas 3 taraf perlakuan, yaitu : U0 = 0 g/plot ; U1 = 5 g/plot ; U2 = 10 g/plot Hasil penelitian pemberian ampas tahu hasil yang tertinggi pada semua parameter pengamatan diperoleh hasil yang terbaik dari perlakuan T3 untuk tinggi tanaman = 19,34 cm ; untuk jumlah daun = 8,31 helai ; untuk berat tanaman persampel = 18,08 g ; dan berat tanaman perplot = 1,72 kg. Sedangkan pada perlakuan pempeberian pupuk urea tidak memiliki pengaruh yang nyata sehingga berapapun dosis pupuk urea yang diberikan tidak menunjukan hasil yang berbeda nyata Kata Kunci : Timun, Herbafarm, keong Emas
PENDAHULUAN Latar Belakang Hampir dapat dipastikan masyarakat Indonesia sudah mengenal tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir). Tanaman ini berasal dari daerah tropis, terutama di kawasan Afrika dan Asia. Hasil rata - rata kangkung nasional masih rendah disebabkan oleh pola pengembangan usaha tani yang masih bersifat sampingan (sambilan). Menurut Hadiyanto, 2005. produksi tanaman kangkung baru mencapai 2,389 ton/ha (pada tahun 1985), 4,616 ton/ha (pada tahun 1988) dan 7,660 ton/ha (pada tahun 1990) (Purwandari, 2006). Dewasa ini kebutuhan sayuran daun, seperti kangkung, cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan naiknya pendapatan masyarakat rata-rata perkapita (Salam, 2006). Ampas tahu merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kedelai menjadi tahu yang kurang dimanfaatkan, sehingga apabila di biarkan dapat berakibat terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu cara agar limbah tersebut dapat memiliki nilai ekonomis adalah dengan memanfaatkan sebagai pupuk organik.
2
Ampas tahu merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengelolaan kedelai menjadi tahu yang kurang dimanfaatkan, sehingga apabila dibiarkan dapat berakibat terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu cara agar limbah tersebut bernilai ekonomis adalah memanfaatkan sebagai pupuk organik Keuntungan menggunakan amapas tahu sebagai pupuk adalah karena ampas tahu banyak tersedia dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Menurut Anggoro (1985) amapas tahu mengandung protein 43,8 %, lemak 0,9 % serat kasar 6 % kalsium 0,32 % fosfor 0,76 % magnesium 32,3 mg/kg dan bahan lainnya Tilman (1998) menyatakan ampas tahu mengandung N rata-rata 16 % dari protein yang dikandungnya Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan alam atau bahan sintesis. Pupuk organik memiliki keunggulan dari segi pemenuhan bahan bakunya, biaya produksi, dan kandungan senyawa organiknya. Pemanfaatan pupuk organik lebih menguntungkan petani karena kesuburan tanah dan hasil tanamannya akan lebih terjaga dari pencemaran bahan kimia akibat penggunaan pupuk kimia seperti urea. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik adalah limbah tahu, baik limbah padat maupun cair (Anonim, 2010). Limbah tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Berdasarkan analisis, bahan kering ampas tahu mengandung kadar air 2,69%, protein kasar 27,09%, serat kasar 22,85%, lemak 7,37%, abu 35,02%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 6,87%, kalsium 0,5%, dan fosfor 0,2%. Kandungan-kandungan tersebut memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman (Anonim, 2010). Kandungan bahan organik pada limbah tahu jika diolah dengan tepat menggunakan `campuran bahan lain akan menghasilkan pupuk organik yang ramah lingkungan dan menyuburkan tanaman. Cara pembuatan dan bahanbahan dalam membuat pupuk organik dari ampas tahu cukup mudah sehingga dapat diproduksi mandiri oleh masyarakat (Desiana, dkk, 2013) Limbah ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk. Adanya proses pembusukan, maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada musim kemarau yang debit airnya berkurang. Ketidakseimbangan lingkungan baik fisik, kimia maupun biologis dari perairan yang setiap hari menerima beban limbah dari produksi tahu, akan memengaruhi kualitas air dan organisme yang hidup di perairan tersebut (Anonim, 2010). Limbah padat tahu merupakan sisa dari proses pencucian, perendaman, penggumpalan, dan pencetakan selama pembuatan tahu. Hernaman, dkk (2005) dalam Desiana dkk (2013) mengemukakan bahwa limbah tahu banyak mengandung bahan organik dibandingkan dengan bahan anorganik. Kandungan protein limbah tahu mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Bahan organik tersebut berpengaruh terhadap tingginya kandungan fosfor, nitrogen dan sulfur didalam air. Prasetya (2009) menjelaskan bahwa komponen terbesar dari limbah tahu adalah protein yaitu sebesar 226,06 mg/L sampai 434,78 mg/L
3
Dalam pengolahan industri kecil tahu, terdapat limbah padat yang berupa ampas tahu. Sepengetahuan masyarakat lokal, ampas tahu hanya digunakan sebagai pakan ternak dan bahan pembuatan tempe gembus yang dijual murah di pasaran. Ampas tahu sebenarnya memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi diantaranya adalah protein kasar 21,66%, lemak kasar 2,73%, serat kasar 20,26%, kalsium (Ca) 1,09%, fosfor (P) 0,88%, dengan energi metabolis sebesar 2.830 kkal/kg. Selain itu, kandungan asam amino lisin dan methionin serta vitamin B komplek yang cukup tinggi juga terdapat di dalamnya (Anonim, 2010). Sutanto (2002) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Sarief,. (2001) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2000). Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hatihati (Anonim, 2011). Keuntungan penggunaan ampas tahu sebagai pupuk bokashi adalah karena ampas tahu banyak tersedia dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Menurut Anggoro (2000) ampas tahu mengandung protein 43,8%, lemak 0,9%, serat kasar 6%, kalsium 0,32%, fosfor 0,67%, magnesium 32,3 mg/kg dan bahan lainnya. Tillman (2000) menyatakan ampas tahu mengandung unsur N rata-rata 16% dari protein yang dikandungnya. Hara nitrogen (N) merupakan hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman, hara N dapat diperoleh dari pupuk nitrogen seperti urea [CO(NH2)2], ZA [NH4)2SO4], ammonium cloride (NH4Cl), natrium nitrat (NaNO3), dan pupuk majemuk NPK. Pupuk urea merupakan pupuk tunggal yang hanya mengandung satu unsur hara primer yaitu 42% - 46% N. Proporsi dan waktu pemberian N berinteraksi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung seperti panjang tanaman, diameter batang, banyak buah dan produksi. (Sebayang, 2006). Dengan memberikan ampas tahu dikombinasikan dengan pupuk urea diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman kangkung. Kandungan Pupuk Urea adalah Nitrogen : 46.0%, Biuret : 0,5%, Moisture : 0,5%, Prill Size : 6-8 US Mesh : 95 %, Pass 25 US Mesh 2% (Pupuk Sriwidjaja Palembang, 2013). Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Urea merupakan persenyawaan kimia organik CO(NH2). Kadar N-nya 45%-56%. Untuk perhitungan praktisnya digunakan patokan 45% termaksud golongan pupuk yang higroskopis, dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kelembaban relatif 73% sudah mulai menarik air dari udara (Hanafiah, 2005). Reaksi Nitrogennya di tanah tidak mengandung kalsium pada tanaman dapat dikatakan sama dengan kalkammonsalpeter. Nitrogen didalam tanah
4
mudah hialng dan kurang Efektif karena mudah diserap oleh tumbuhan lain yang tidak diinginkan, mudah hanyut dari tanah akibat erosi dan pencucian, mudah terbakar oleh sinar matahari, sedangkan akar tanaman belum sempat menghisapnya, mudah hancur karena dipergunakan oleh mikroorganisme dalam tanah (Hanafiah, 2005). Mekanisme absorsi unsur hara dimulai dengan proses difusi melalui kutikula dan kedua melalui proses transportasi aktif keseluruhan tubuh tanaman. Transportasi aktif ion akan berjalan didalam sel dengan bantuan energi metabolisme, sedangkan protoplasma akan membantu transport yang bersifat pasif (Munawar, 2011). Unsur hara yang dilarutkan dalam bentuk cairan dapat masuk ke dalam daun baik melalui mulut daun atau stomata maupun kutikula. Disamping unsur hara dapat hilang dikarenakan kegagalan semprotkan mencapai permukaan daun karena menetes sendiri dari daun atau sebab lain yang dapat menyebabkan menguapnya larutan (Risnema, 2000). Keuntungan menggunakan Pupuk Urea adalah : (Anneahira, 2012). 1. Pupuk Urea membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah, tanaman akan lebih muda melakukan fotosintesis. 2. Pupuk Urea juga mempercepat pertumbuhan tanaman. Kondisi tanaman akan makin tinggi, dengan jumlah anakan yang banyak. 3. Urea juga mampu menambah kandungan protein dalam tanaman. 4. Pupuk Urea bersifat universal. Pupuk ini dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Urea dapat ditambahkan untuk tanaman darat maupun air. Urea juga baik untuk tanaman pangan. Tanaman holtikutura tanaman usaha perkebunan, tanaman disekitar peternakan dan juga tanaman disekeliling usaha perikanan. Pupuk urea mengandung unsur nitrogen (N) dengan kadar 46%. Artinya, setiap 100 kilogram pupuk urea, mengandung 46 kilogram nitrogen didalamnya. Zat nitrogen membantu metabolisme tanaman. Pupuk urea mudah larut dalam air. Hal ini mempermudah para petani untuk menggunakan pupuk urea bersamaan dengan penyiraman tanaman. Pupuk ini termasuk termasuk jenis pupuk yang bisa dengan mudah berikatan dengan air (higroskopis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pemberian kompos ampas tahu dan pupuk N terhadap pertumbuhan dan produksi kangkung (Ipomoea reptans Poir).
III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di JL. Durian Lingkungan I Kelurahan Kisaran Naga, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara dengan tofografi datar berada pada ketinggian ± 30 m dpl dan ± 1 km dari Universitas Asahan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2013.
5
B. Bahan dan Alat 1. Bahan yang digunakan : Benih kangkung (Kangkung Bisi) ; Pupuk N (urea) ; Ampas tahu ; Insektisida Decis 2,5 EC (bahan aktif Delta Metrin) ; Fungisida Victory 80 WP (bahan aktif Manzokeb) 2. Alat yang digunakan : Parang, cangkul, gergaji dan lain-lain. ; Papan, kuas dan cat. ; Ember dan gembor. ; Handsprayer. ; Meteran. Schalifer ; alat-alat tulis dan alat-alat lainnya yang mendukung. C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan dua faktor yang diteliti, yaitu : 1. Faktor pemberian pupuk kompos ampas tahu (kadar air 50%) terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu : T0 = 0 kg/plot ; T1 = 0,75 kg/plot ; T2 = 1,50 kg/plot ; T3 = 2,25 kg/plot 2. Faktor pemberian pupuk N (urea) terdiri atas 3 taraf perlakuan, yaitu : U0 = (0 g/plot ; U1 = 55 g/plot ; U2 = 10 g/plot
Hasil dan pembahasan Hasil Dari hasil penelitian dan analisi sidik ragam terhadap tinggi tanaman dapat dilihat bahwa pemberian ampas tahu menunjukan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kangkung 21 mst hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 1 hasil uji beda rataan pengaruh pemberian ampas tahu dan pupuk urea terhadap tinggi tanaman umur 21 mst U1 U2 Rataan T/U U0 T0 18,10 18,13 17,93 18,06 a T1 19,87 19,67 17,53 19,02 a 17,37 13,90 18,50 16,59 a T2 T3 19,43 18,17 20,43 19,34 b Rataan 18,69 a 17,47 a 18,60 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (BNJ 0,05= 0,11) dan kolom (BNJ 0,05= 0,14) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. KK = 2,40%
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat pemberian ampas tahu terbaik pada perlakuan T3 (2,25 kg/plot) memiliki tinggi yaitu 19,43 cm dibandingkan dengan perlakuan T0 ; T1 : T2 dan perlakuan pupuk urea Dari hasil penelitian dan analisi sidik ragam terhadap jumlah daun dapat dilihat bahwa pemberian ampas tahu menunjukan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kangkung 21 mst hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2 hasil uji beda rataan pengaruh pemberian ampas tahu dan pupuk urea terhadap jumlah daun umur 21 mst U1 U2 Rataan T/U U0 T0 7,63 8,27 8,30 8,07 a
6
T1 T2 T3 Rataan
7,10 7,67 8,30 7,68 a
6,70 6,87 7,97 7,45 a
8,30 7,00 8,67 8,07 a
7,37 a 7,18 a 8,31 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (BNJ 0,05= 0,11) dan kolom (BNJ 0,05= 0,14) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. KK = 2,40%
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat pemberian ampas tahu terbaik pada perlakuan T3 (2,25 kg/plot) memiliki memiliki jumlah daun terbanyak yaitu 8,31 helai dibandingkan dengan perlakuan T0 ; T1 : T2 dan perlakuan pupuk urea Dari hasil penelitian dan analisi sidik ragam terhadap produksi tanaman persample dapat dilihat bahwa pemberian ampas tahu menunjukan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman persample tanaman kangkung 21 mst hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 3 hasil uji beda rataan pengaruh pemberian ampas tahu dan pupuk urea terhadap produksi tanaman persampel umur 21 mst T/U U0 U1 U2 Rataan T0 14,93 16,17 17,17 16,09 a T1 15,87 14,67 16,73 15,76 a 16,23 15,83 17,27 16,44 a T2 17,37 18,37 18,50 18,08 b T3 Rataan 16,10 a 16,26 a 17,42 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (BNJ 0,05= 0,11) dan kolom (BNJ 0,05= 0,14) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. KK = 2,40%
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat pemberian ampas tahu terbaik pada perlakuan T3 (2,25 kg/plot) memiliki jumlah produksi tanaman persampel tertinggi yaitu 18,08 gr. dibandingkan dengan perlakuan T0 ; T1 : T2 dan perlakuan pupuk urea Dari hasil penelitian dan analisi sidik ragam terhadap produksi tanaman perplot dapat dilihat bahwa pemberian ampas tahu menunjukan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman perplot kangkung 21 mst hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4 hasil uji beda rataaan pengaruh pemberian ampas tahu dan pupuk urea terhadap produksi tanaman perplot umur 21 mst U1 U2 Rataan T/U U0 T0 1,53 1,53 1,60 1,56 a T1 1,60 1,57 1,43 1,53 a 1,60 1,43 1,60 1,54 a T2 T3 1,67 1,67 1,83 1,72 b Rataan 1,60 a 1,55 a 1,62 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (BNJ 0,05= 0,11) dan kolom (BNJ 0,05= 0,14) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. KK = 2,40%
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat pemberian ampas tahu terbaik pada perlakuan T3 (2,25 kg/plot) memiliki memiliki jumlah produksi tanaman perplot tertinggi
7
yaitu 1,72 kg dibandingkan dengan perlakuan T0 ; T1 : T2 dan perlakuan pupuk urea
Pembahasan Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian ampas tahu menunjukan berbeda nyata terhadap tinggri tanaman, jumlah daun pada umur 14 hst, dan 21 mst serta berbeda nyata dengan umur 21 hst berpengaruh nyata pada produksi persampel dan perplot. Hal ini disebabkan karena kandungan hara yang terdapat dalam ampas tahu berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman cukup optimal Hal ini sesuai dengan setyowati (2011) menyatakan bahwa limbah tahu selain mengandung N dalam bentuk anorganik dan organik. Yang dapat dipergunakan pada waktu cepat dan juga waktu yang lama Limbah tahu dalam bentuk larutan lebih cepat di serap oleh tanaman karena terdapat senyawa N dalam bentuk N – organik, N- nitrit (NO2), N- nitrat (NO3), N amonium (NH4). (Sutedjo, 2010) menurut handajani 2006 hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian limbah dengan dosis berbeda memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan relatif populasi spirulina. Nitrogen merupakan penyusun utama protein dan sebagai bagian dari krikil yang mempunyai peranan penting pada fotosintesis (tisdale, dkk 2003) fotosintat yang dihasilkan dalam fotosintesis dapat digunakan tanaman untuk proses pembelahan sel tanaman sehingga tanaman mengalami pertambhan tinggi. N juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak terutama saat pertumbuhan vegetatif. Pada parameter produksi pertanaman sampel terberat yaitu T3 18,08 g berbeda nyta dengan T0 = 16,09 g, sedangkan pada produksi perpot T3 1,72 g berbeda nyata dengan T0 = 1,56 Pengaruh pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung Dari analisis sidik ragam dapat dilihat tidak ada pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanman jumlah daun produksi tanaman perplot dan peersampel pada 14 dan 21 mst. Hal ini disebabkan dosis pupuk yang di lakukan tidak menyerap dengan sempurna terhadap tanaman kangkung dengan demikian proses metabolisme tanaman menjadi tidak baik sehingga pertumbuhan tanaman kurang sempurna. Pada saat penelitian curah hujan sangat tinggi sehingga perlakuan pupuk urea tercuci dengan cepat hadi 2004 mengatakan bahwa pengaruh lingkungan sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, diantaranya faktor cahaya, suhu, curah hujan dan unsur hara. Pada paramter produksi pertanaman sampel terbaik U2 = 17,42 g Dari hasil analisis penelitian ampas tahu di peroleh C organik = 9,57 dan N = 0,71 sehingga pada perlakuan semua parameter diperoleh hasil terbaik yaitu perlakuan T3 hal ini sesuai dengan hartatik 2006 bahwa persyaratan minimal pupuk organik >12 karena hasil diperoleh C organik = 9,57 mendekati dengan persyaratan dan jumlah N pun yang dibutuhkan mencukupi persyaratan
Kesimpulan dan saran Kesimpulan
8
1. Pemberian kompos ampas tahu terbaik diperoleh dosis (T3) yaitu 2,25 kg/plot menghasilkan tinggi tanaman 19,34 cm 2. Pemberian pupuk urea pada berbagai dosis tidak berbeda nyata tetepi diperoleh hasil produksi terbaik 10 g/plot (1,62) 3. Pemberian pupuk ampas tahu dan pupuk urea tidak memberikan interaksi nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung Saran Pada perlakuan pemberian ampas tahu dan pupuk urea terhadap tanaman kangkung menunjukan bahwa perlakuan pemberian ampas tahu dan pupuk urea diterapkan secara terpisah tidak dapat disatukan
PUSTAKA Anonim,2011.manfaat ampas tahu. http://wongkentir.blogdetik.com/2011/03/11/historical-tour-at-trowulan Anonim,2010. http://sinaukimia 2010.blogspot.com/2012/12/05 /pemanfaatanlimbah-tahu-ampas-dan-cair.html diakses tanggal 15 november 2013. Desiana, I S Banua, R Evizal dan S Yusniani,2013. Pengaruh pupuk organik cair urin sapi dan limbah Tahu terhadap tumbuhan Bibit kakao (Theobroma cacao L). Jurnal Agrorek Tropika.Vol 1 No. I. 133-119.Fakultas pertanian universitas Lampung. Lampung. Gomez K.A And A.A Gomez 2007.prosedur statistik untuk penelitian pertanian,edisi ke dua.UI-PRESS.jakarta. hal:13-14 Hanafiah, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Rajawali Press. Jakarta. Hadiyanto,I.2005.Bertanam Kangkung. PT Musi Perkasa Utama. Jakarta Munawar A.2011.kesuburan tanah dan nutrisi tanaman IPB pres. Bogor. Purwandari, A.W.2006.budidaya tanaman kangkung.Azka press.jakarta. Pupuk sriwijaya palembang. 2013. Brosur pupuk urea. 9-januari-2013 Palembang indonesia. Prasetya, B.,S, kurniawan,dan febrianingsih.2009. pengaruh dosis dan prekuensi pupuk cair terhadap serapan dan pertumbuhan sawi (Brassica junsea L.) pada entisol. Univ.Brawijaya.malang Salam, A. 2006 . bertanam kangkung dengan media arang skam.PT sinergi pustaka indonesia. Bandung. Sarif, E. S.2001,kesubursn dan pemupukan tanah, pustaka buana: bandung Sebayang, H.M. 2006. Azolla, suatu kajian produksi dan potensinya dalam bidang pertanian. Majalah Ilmiah Habitat. Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Tim penulis penebar swadaya. 2000, sayuran komersil.penebar swadaya.jakarta