RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : DEASY RISKY HANDANI 12.03.043
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015
i
RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh : DEASY RISKY HANDANI 12.03.043
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Gelar Ahli Madya Kebidanan di Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI Nama
: Deasy Risky Handani
Tempat Tanggal Lahir
: Medan, 22 Desember 1994
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan Budi Luhur Gg. Melati No. 1B kec. Medan Helvetia Kel. Dwikora
Nama Ayah
: Soesilo handoyo
Nama Ibu
: Usri Khairani
Anak Ke
:1
PENDIDIKAN •
Tahun 2000-2006 : SD IKAL Medan
•
Tahun 2006-2009: SMP Negeri 16 Medan
•
Tahun 2009-2012: SMA KARTIKA I-2 Medan
•
Tahun 2012-2015: Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia
v
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 Deasy Risky Handani Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015 viii + 45 halaman + 4 tabel + 6 lampiran
ABSTRAK Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan KB tanpa dipungut biaya apapun. Faktorfaktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia. Metode penelitian ini bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di wilayah Kelurahan Dwikora. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah persepsi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 46 responden (86,2%), Sikap PUS Tentang KB Gratis mayoritas negatif sebanyak 47 responden (87,0%), partisipasi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 50 responden (92,6%).Kesimpulan dari penelitian Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah negatif. Saran dari penelitian ini adalah Menyarankan PUS terutama kepada istri agar lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya ber KB dan meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang dilakukan petugas KB.
Kata Kunci : Respon, Pasangan Usia Subur, KB
vi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015”. Salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi D-III Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia 3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB Selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia 4. Agnes Purba, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
vii
5. Kesaktian Manurung, SST, M.Biomed, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Masriati Panjaitan M.Kes, selaku dosen Penguji 1 yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusuanan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Elsarika Damanik M.Kes, selaku dosen penguji II yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Seluruh Staff dan Dosen Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 9. Irfan Abdilla S.STP selaku Lurah di Kelurahan Dwikora Medan Helvetia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Kelurahan Dwikora. 10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Rekan-rekan yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari dengan segala keterbatasan penulis, Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan bahasa maupun dalam penyusunan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.
viii
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat. Medan, Juli 2015 Penulis
(Deasy Risky Handani)
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii v vii viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
1 6 6 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Respon ...................................................................... 2.2. Pasangan Usia Subur (PUS)........................................................ 2.3. Program Keluaga Berencana....................................................... 2.3.1. Sejarah dan Perkembangan Program KB.......................... 2.3.2. Pengertian KB ................................................................... 2.3.3 Tujuan Program KB ........................................................... 2.4. Kontrasepsi ................................................................................. 2.4.1. Pengertian Kontrasepsi ..................................................... 2.4.2. Jenis dan Metode Kontrasepsi .......................................... 2.5. Akseptor KB ............................................................................... 2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB 2.6.1. Faktor Budaya ................................................................... 2.6.2. Keluarga Kecil Bahagia dan Sejara .................................. 2.7. Penyuluhan Dalam Program KB ................................................. 2.8. Komunikasi, Informasi dan Edukasi ........................................... 2.9. Kerangka Konsep ........................................................................
8 10 11 11 12 12 13 13 13 21 24 24 25 28 29 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian............................................................................. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 3.2.1. Lokasi Penelitian............................................................... 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................... 3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 3.3.1. Populasi ............................................................................. 3.3.2. Sampel .............................................................................. 3.4. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
33 33 33 33 33 33 34 34
x
3.5. Defenisi Operasional ................................................................... 3.6. Aspek Pengukuran ..................................................................... 3.7. Pengolahan Data ......................................................................... 3.8. Analisa Data ................................................................................
34 35 37 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 4.2. Hasil Penelitian ........................................................................... 4.3. Pembahasan.................................................................................
38 38 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ................................................................................. 5.2. Saran ...........................................................................................
44 44
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ..................................
39
Distributor Frekuensi Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 ..................................
40
Distributor Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 .................................
40
Distributor Frekuensi Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 .................................
41
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner Lampiran 2 : Master Data Lampiran 3 : Output SPSS Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Pendidikan Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Kantor Lurah Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian Dari Kantor Lurah
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat
ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama. Hingga saat ini telah dilakukan berbagai usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, terutama melalui pengendalian angka kelahiran atau fertilitas. Upaya penurunan angka kelahiran ini dilakukan dengan cara pemakaian kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur. Dengan pemakaian kontrasepsi oleh pasangan usia subur yang semakin memasyarakat diharapkan semakin banyak kehamilan dan kelahiran yang dapat dicegah, yang kemudian akan menurunkan angka kelahiran atau fertilitas (BKKBN, 2005). Tingkat kelahiran kasar (crude growth rate) dan tingkat kematian kasar (crude death rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian per 1.000 penduduk per tahun, dengan demikian ada empat kemungkinan dari dua variabel ini, yaitu (1) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi, (2) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah, (3) tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah, (4) tigkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi. Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan keempat merupakan kombinasi yang paling membahayakan. (Sulistyawati, 2012)
2
Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi masalah besar di Indonesia. Untuk menangani hal tersebut maka terus dilakukan penanganan yaitu dengan program program Keluarga Berencana guna menurunkan laju pertumbuhan penduduk. (BKKBN, 2010) Banyak masalah yang dihadapi sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Manusia sadar akan bahaya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali sehingga gagasan pelaksanaan keluarga berencana telah dipikirkan. (Manuaba, 2011). Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah merupakan beban bagi negara. Apabila tidak diambil langkah-langkah pencegahan, akan terjadi berbagai masalah kesejahteraan penduduk oleh adanya perubahan
demografis
yang
seringkali
tidak
dirasakan.
Masalah-masalah
kesejahteraan tersebut menimbulkan berbagai keadaan, antara lain: bagaimana menyebarkan penduduk sehingga tercipta penduduk yang serasi untuk seluruh Indonesia, selanjutnya adalah bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran sehingga perkembangan kependudukan dapat diawasi dengan seksama. Masalah tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan suatu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB ini mengubah paradigma masyarakat selama ini bahwa dalam sebuah keluarga harus ada anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejalan dengan slogan KB bahwa dalam satu keluarga dua anak lebih baik, laki-laki maupun perempuan sama saja.
3
Tahun 2010 jumlah penduduk dunia telah mencapai sekitar 6 miliar jiwa dan jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat dunia yaitu 242 juta jiwa. Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 anak per wanita. Jumlah penduduk Indonesia setiap saat mengalami peningkatan, padahal pemerintah telah berupaya untuk menargetkan idealnya 2,1 anak per wanita. Meski begitu, masih ada saja dari keluarga Indonesia yang senang mempunyai anak banyak (BKKBN, 2009). Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, cenderung masih sangat mempercayai mitos-mitos terdahulu. Misalnya, banyak anak akan banyak rezeki. Banyak anak akan banyak kegembiraan di hari tua (jika semua anaknya bisa bergantian membahagiakannya). Bagi masyarakat kita, yang cenderung dinamis dalam bidang ekonomi dan sosial, atau makin meningkat kemakmuran hidupnya, jumlah anak sering dianggap bukan masalah yang memberatkan. Dalam hal ini, target program KB dengan semboyan "dua anak lebih baik" sering dianggap sebagai usang yang mungkin cuma cocok bagi masyarakat statis yang hidup dalam garis kemiskinan (BKKBN, 2010). Program KB ini mempunyai visi NKKBS dan telah dirubah menjadi keluarga berkualitas tahun 2015. Sehingga melalui program KB ini dapat dilakukan penilaian pelayanan KB yang berkualitas dengan mengikut sertakan menitikberatkan pada strategi agar pelayanan lebih mudah diperoleh dan peserta diterima oleh berbagai pasangan usia subur sehingga pasangan usia subur tertarik menjadi akseptor KB (Sarwono, 2005).
4
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum menjadi peserta KB. (BKKBN, 2010). Indonesia pada tahun 2012 tercatat jumlah peserta KB aktif dari 64.133.347 juta jiwa, dengan jumlah PUS 161.750.743 juta jiwa dan WUS 51.472.069 juta jiwa. Dari 64.133.347 peserta KB aktif, pengguna KB Suntik (54,35%), peserta Pil (28,65%), peserta IUD (5,44%), peserta Kondom (5,34%), peserta Implant (4,99%), peserta MOW (1,04%), dan peserta MOP (0,2%). (BKKBN, 2012) Data
kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
(BKKBN)
menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntikan (48,56%), pil (26,60%), implan (9,23%), Intra Uterine Device (IUD) (7,75%), Kondom (6,09%), Metode Operasi Wanita (MOW) (1,52%), Metode Operasi Pria (MOP) (0,25%). (BKKBN, 2013) Sumatra Utara pada tahun 2012 sebanyak 2.152.585 Pasangan Usia Subur (PUS), tercatat 153.925 IUD (7,2%), 8.212 peserta MOP (0,4%), 105.547 peserta Implant (7,2%), 478.494 peserta suntik (22,2%), 453.837 peserta pil (21,1%), 108.262 peserta kondom (5,0%). (Statistik Rutin BKKBN, 2012). Sumatra Utara tahun 2013 sebanyak 2.184.982 Pasangan Usia Subur (PUS), tercatat 161.274 peserta IUD (7,38%), 111.762 peserta MOW (5,1%), 10.766 peserta MOP (0,5%), 113.348 peserta kondom (5,2%), 169.387 peserta implant (7,8%),
5
497.670 peserta suntikan (22,8%), 455.447 peserta pil (20,8%), 1.519.654 total peserta KB aktif (69,55%). (Statistik Rutin BKKBN, 2013). Data yang diperoleh dari Kecamatan Medan Helvetia 2013, berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 23.296 Pasangan Usia Subur (PUS) dan 32.828 Wanita Usia Subur (WUS), 22.764 peserta IUD, 15.719 peserta MOW, 358 peserta MOP, 13.710 peserta implant, 57.353 peserta suntik, 46.691 peserta pil. Dan 12.227 peserta kondom. (Kecamatan Helvetia, 2013). Program KB gratis akan mendorong masyarakat usia subur (terutama penduduk miskin) dengan sukarela datang ke bidan atau puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu faktor keengganan masyarakat untuk ikut serta dalam program KB adalah karena mahalnya biaya program ini. Jadi, dengan diadakannya pelayanan KB gratis diharapkan kedepannya dapat lebih menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang berkualitas, sebagaimana sesuai dengan visi dan misi BKKBN yaitu mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Berdasarkan pengamatan oleh PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) Kelurahan Dwikora, selama ini penduduk khususnya PUS memberikan respon yang positif terhadap program KB. Terbukti bahwa beberapa tahun terakhir selalu terjadi peningkatan jumlah peserta program KB, khususnya KB gratis. Namun di samping itu juga terdapat beberapa PUS yang enggan mengikuti program KB ini. Penulis tertarik meneliti bagaimana respon masyarakat khususnya para PUS terhadap pelayanan program KB gratis yang diberikan oleh pemerintah di
6
Kelurahan Dwikora. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul “Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Madya Medan”. 1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia. 1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur
terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia. 1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu
dan aspek guna laksana: 1. Bagi Pasangan Usia Subur Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya KB untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. 2. Bagi Pelayan Kesehatan Bagi dinas dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pembuatan program untuk mencari solusi dalam upaya penekanan jumlah penduduk, dan upaya pembentukan keluarga sejahtera dan berkualitas.
7
3. Bagi Penulis Untuk meningkatkan pengetahuan dan sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan khususnya tentang respon pasangan usia subur tentang KB gratis. 4. Bagi Penulis lain Sebagai salah satu informasi bagi penulis lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di bidang Kesehatan, khususnya mengenai program KB.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Respon Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau
tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari program-program pembangunan tersebut. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu: 1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut. 2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan. 3. Tindakan, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut.
9
Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan kenyamanan seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu. 3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. (Hasanismailr, 2009) Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner disebut teori “S-O-R” atau StimulusOrganisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua proses: 1.
Respondent Response, atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
2.
Operant Response, atau instrumental response, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu. Stimulus ini disebut
10
reinforcing stimulation atau reinforce. Misalnya, apabila seseorang selalu ikut serta secara aktif dalam program KB, kemudian mendapatkan penghargaan dari pemerintah, maka orang akan lebih aktif lagi dalam mengikuti program KB tersebut. Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek merupakan seseorang atau sekelompok orang yang merespon, sedangkan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah PUS, sedangkan yang menjadi objeknya adalah program KB gratis. 2.2.
Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal
resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15–49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15–49, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45–49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45–49 tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).
11
2.3.
Program Keluarga Berencana
2.3.1. Sejarah Dan Perkembangan Program Keluarga Berencana Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu antara lain Maria Stopes pada tahun 1880-1950 yang mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger (1883-1966) merupakan pelopor KB modern di AS yang telah mengembangkan tentang Program Birth Control, bermula pada tahun 1917 mendirikan National Birth Control (NBC). Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International planned parenthood federation (IPPF) dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di Indonesia, yaitu Dr Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di DKI Jakarta mulai dirintis dibagian kebidanan dan kandungan FKUI/RSCM oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo. Pada tanggal 23 Desember 1957 PKBI diresmikan oleh dr.R.Soeharto sebagai ketua. Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB yang ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi oleh Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga sejahtera. Pada tanggal 29 juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan gerakan
12
pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga (Suratun, 2008). 2.3.2. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu yaitu dengan: a.
Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
b.
Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
c.
Mengatur interval di antara kelahiran
d.
Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, dan
e. 2.3.3
Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004) Tujuan Program KB Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan Pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai. Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.
13
2.4.
Kontrasepsi
2.4.1. Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan “Konsepsi” yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan. 2.4.2
Jenis dan Metode kontrasepsi Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat
diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal. Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain: A. Metode sederhana 1.
Tanpa alat a. Pantang berkala b. Metode kalender c. Metode suhu badan basal d. Metode lendir serviks e. Metode simpto-termal f. Coitus interruptus
14
2.
Dengan alat a. Mekanis (barrier) 1. Kondom pria 2. Barier intra vaginal antara lain: diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita. b. Kimiawi 1. Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film.
B. Metode modern 1. Kontrasepsi hormonal a.
Pil KB
b.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra Uterine Devices)
c.
Suntikan KB
d.
Susuk KB
2. Kontrasepsi mantap a.
Medis Operatif Pria (MOP)
b.
Medis Operatif Wanita (MOW)
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi: 1.
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP dan MOW.
15
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP. 1.
Pil KB Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja pil KB
adalah dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen dan Progesteron dan menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan relesing faktor yang dihasilkan otak Wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat. Sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1–5 kehamilan per 100. Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain: 1.
Keuntungan pil KB: a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama c. Reversibilitas tinggi d. Efek samping sedikit e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.
16
2.
Kerugian pil KB: a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual
2. Kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya mengandung Progestin dan diberikan tiap 3 bulan. Cara kerja kontrasepsi suntik yaitu dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lerndir serviks, dan menghambat perkembangan etapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain: 1.
Keuntungan pil KB: a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama c. Reversibilitas tinggi d. Efek samping sedikit e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.
17
2.
Kerugian pil KB: a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual
3. Susuk/implant Kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant. Susuk adalah kontrasepsi sub-dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi mungkin sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant memiliki efek mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghambat perkembangan siklis endometrium. Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai 0,051 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan Norplant <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan metode barier, pil KB, dan IUD. Keuntungan dan kerugian Norplant antara lain: 1.
Keuntungan Norplant: a. Norplant merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif b. Tidak merepotkan dan tidak mengganggu senggama
18
c. Resiko untuk lupa lebih kecil dibandingkan pil KB dan suntikan karena Norplant dipasang tiap 5 tahun d. Mudah diangkat dan segera setelah diangkat kesuburan akseptor akan kembali e. Pemasangan dapat dilakukan oleh petugas non medis yang terlatih f. Dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena Norplant tidak mengandung Estrogen g. Lebih efektif secara biaya karena walaupun harganya mahal tetapi masa pemakaiannya mencapai 5 tahun. 2.
Kerugian Norplant: a. Efektivitas dapat berkurang bila digunakan bersama obat-obatan tertentu b. Merubah siklus haid dan meningkatkan berat badan c. Tergantung pada petugas d. Tidak melindungi dari resiko tertularnya PMS
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD (Intra Uterine Devices) AKDR adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau paramedis lain yang terlatih. Mekanisme kerja AKDR belum diketahui tetapi kemungkinan AKDR menyebabkan perubahan-perubahan seperti munculnya sel-sel radang yang menghancurkan blastokis atau spermatozoa, meningkatkan produksi prostaglandin sehingga implantasi terhambat, serta bertambah cepatnya pergerakan ovum di tuba falopii. Efektivitas IUD mencapai 0,6–0,8 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaannya. Angka kegagalan IUD 1–3
19
kehamilan per 100 wanita per tahun. Keuntungan dan kerugian pemakaian AKDR antara lain: 1.
Keuntungan AKDR: a. Efektivitas tinggi b. Dapat memberikan perlindungan jangka panjang sampai dengan 10 tahun c. Tidak mengganggu hubungan seksual d. Efek samping akibat Estrogen dapat dikurangi karena AKDR hanya mengandung Progestin e. Tidak ada kemungkinan gagal karena kesalahan akseptor KB f. Reversibel g. Dapat disediakan oleh petugan non medis terlatih h. Akseptor hanya kembali ke klinik bila muncul keluhan
2.
Kerugian AKDR: a. Perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebelum pemasangan b. Butuh pemerikasaan benang setelah periode menstruasi jika terjadi kram bercak atau nyeri c. Akseptor tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun ia mau
5. Metode Operatif Pria (MOP) MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor yang aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi relatif singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. MOP dilakukan dengan cara memotong vas deferens sehingga sperma tidak dapat mencapai air mani dan air mani yang dikeluarkan tidak
20
mengandung sperma. Efektivitas sangat tinggi mencapai 0,1–0,15 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan <1 kehamilan per 100 wanita. Keuntungan dan kerugian MOP antara lain: 1.
Keuntungan MOP: a. Sangat efektif b. Tidak mengganggu senggama c. Tidak ada perubahan fungsi seksual d. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan jiwanya
2.
Kerugian MOP: a. Permanen dan kesuburan tidak dapat kembali normal b. Efek tertunda sampai 3 bulan atau 20 kali ejakulasi c. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi d. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih e. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS
6. Metode Operatif Wanita (MOW) MOW adalah tindakan operasi minor untuk mengikat atau memotong kedua tuba falopii sehingga ovum dari overium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan bertemu dengan spermatozoa. Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP. Keuntungan dan kerugian MOW antara lain:
21
1.
Keuntungan MOW: a. Sangat efektif b. Segera efektif c. Permanen d. Tidak mengganggu senggama e. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan jiwanya f. Pembedahan sederhana dan hanya perlu anestesi lokal g. Tidak ada efek samping jangka panjang h. Tidak ada gangguan seksual
2.
Kerugian MOW: a. Permanen b. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi c. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih d. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS e. Meningkatkan resiko kehamilan ektopik (Sarwono, 2003).
2.5
Akseptor Keluarga Berencana
A.
Akseptor KB Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004).
22
B.
DDQJenis-Jenis Akseptor KB 1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. 2. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik
dengan
cara
yang
sama
maupun
berganti
cara
setelah
berhenti/istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut dan bukan karena hamil. 3. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat
kontrasepsi
atau
pasangan
usia
subur
yang
kembali
menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus. 4. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus. 5. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus. 6. Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BkkbN, 2007).
23
C. Akseptor KB menurut sasarannya 1. Fase menunda kehamilan Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. 2. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan. 3. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi.
24
2.6
Faktor-faktor yang Memengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB Faktor-faktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah faktor
pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan). Selain faktor-faktor di atas, ternyata pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan juga tergantung dari kebutuhan masing-masing akseptor. Kebutuhan akseptor tersebut disesuaikan dengan Masa Reproduksi Sehat. Masa Reproduksi Sehat wanita dibagi menjadi 3 periode yaitu: kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan, kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untuk menjarangkan kehamilan dan kurun reproduksi tua (36-45) tahun merupakan tahap untuk mengakhiri kehamilan. (BkkbN, 2003). 2.6.1
Faktor Budaya (Kepercayaan) Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan–perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang
25
kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010). 2.6.2
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Keluarga adalah suatu lembaga dasar yang cenderung untuk tetap bertahan
hidup melawan serangan-serangan yang sedang berlangsung dan masa datang. Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap pengaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama dari masyarakat. Kualitas keluarga Indonesia pasca krisis ekonomi 1997 kondisinya makin memprihatinkan, baik dilihat dari besarnya jumlah keluarga miskin (Pra-Sejahera dan Keluarga Sejahtera I alasan ekonomi), maupun melemahnya ketahanan keluarga yang ditandai oleh tidak dapat dilaksanakannya fungsi-fungsi keluarga secara optimal. Program KB Gratis Program pelayanan KB gratis merupakan salah satu komitmen BKKBN dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan pemerintah mengadakan program KB gratis adalah agar masyarakat PUS khususnya yang tergolong masyarakat Pra-Sejahtera dapat mengikuti program KB. Selama ini masyarakat enggan mengikuti program KB salah satu faktornya adalah biaya yang cukup mahal . Maka dari itu, pemerintah mengadakan program KB gratis setiap tahun sekali atau pada setiap perayaan hari-hari besar ke setiap tingkat kecamatan sampai pada tingkat kelurahan. Sehingga nantinya akan tercapai
26
terbentuknya keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu dengan mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa. Adapun sasaran dari program KB gratis adalah: 1. Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu keluarga yang belum memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, sandang, pangan, kesehatan, dan KB. 2. Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. 3. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi. 4. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangannya secara teratur kepada masyarakat sekitarnya, misalnya dalam bentuk sumbangan materil dan keuangan, serta secara aktif menjadi pengurus lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungannya. (Hartanto, 2004; 21) Program pelayanan KB gratis yang diberikan pemerintah ini dilaksanakan pada perayaan hari-hari besar, antara lain : 1. Hari Bulan Bakti Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
27
Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti IBI ini diberikan mulai bulan Januari sampai bulan Mei. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III). 2. Hari Bulan Bakti TNI Manunggal Program Pelayanan KB gratis pada peringatan hari bulan bakti TNI Manunggal ini diberikan mulai bulan Juni sampai bulan Oktober. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III). 3. Hari Bulan Bakti PKK Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti PKK ini diberikan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III). Dari ketiga Pelayanan KB gratis ini dapat disimpulkan bahwa sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah PUS yang tergolong dalam keluarga PraSejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III.
28
Alat kontrasepi yang disediakan antara lain pemberian berupa mini pil, suntikan, spiral, implant, Intra Uterine Devices (IUD) dan kondom. Semua diberikan secara gratis oleh pemerintah. Peserta KB hanya tinggal memilih jenis alat kontrasepsi apa yang diinginkan. Pelayanan KB gratis bisa didapat di puskesmas, posyandu, kantor kelurahan, atau bahkan bidan desa setempat. 2.7.
Penyuluhan dalam Program KB Kenyataan yang dengan mudah terlihat sehari-hari bahwa pertumbuhan
penduduk di negara-negara yang sedang berkembang merupakan masalah yang di sadari harus dapat dipecahkan secara cepat, tetapi rasional. Pertambahan penduduk yang tidak terkendali memang sangat merupakan penghalang besar ke arah kemajuan dalam mengejar ketinggalan dalam kesejahteraan sosial, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat nasional. Memang benar bahwa pertambahan penduduk secara tidak terkendali mudah terjadi, baik karena tingkat kelahiran yang tinggi maupun karena tingkat kematian yang rendah, disamping angka harapan hidup yang lebih lama. Tingkat kematian yang rendah dan harapan hidup yang lama memang merupakan hal-hal yang diinginkan terjadi, maka sasaran dalam hal pengendalian pertambahan penduduk terutama ditujukan pada pembatasan jumlah anak dengan segala teknik dan metodenya. Dalam menyusun program pembangunan untuk sektor ini, nampaknya semakin disadari baik oleh para perencana dan penyusun program maupun oleh para pelaksananya di lapangan, bahwa mengendalikan penduduk melalui pembatasan kelahiran anak, tidak bisa dilihat dari teknik dan metodenya saja,
29
akan tetapi harus dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis yang bersumber dari nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat tertentu. Berdasarkan keadaan tersebut di atas, maka sangat diperlukan adanya upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain sebagainya. Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB, dimana dalam pelaksanaan penyuluhan
tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam
masyarakat wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta, perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan. 2.8.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam
memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB. Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan meletakkan
dasar
bagi
mekanisme
sosio-kultural
yang
dapat
menjamin
berlangsungnya proses penerimaan. Bila sebelum krisis jumlah keluarga miskin di Indonesia hanya sekitar 11,5 juta keluarga, di tahun 2006 telah bertambah menjadi 24 juta keluarga. Selanjutnya berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2007 yang dilakukan oleh BKKBN menunjukkan bahwa 46,7% dari 57,7 juta keluarga di Indonesia berada dalam kondisi Pra-Sejahtera dan Kelurga Sejahtera I. Sedangkan dalam hitungan kuantitas, Badan
30
Pusat Statistik (BPS) di tahun 2008 lalu mencatat bahwa tidak kurang dari 35 juta penduduk indonesia di garis kemiskinan. (Mardiya, 2009) Dalam hal di atas berarti tugas berat terkait upaya pemberdayaan keluarga harus segera dituntaskan agar tidak menjadi beban pembangunan, mengingat dimensi kualitas selalu menjadi persoalan yang menggelayuti bangsa kita. Selain itu, di era globalisasi ini, keluarga-keluarga Indonesia mengalami tantangan yang sangat berat. Derasnya arus informasi dan budaya buruk dari luar seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan ketahanan keluarga mulai goyah. Bila kita mau merefleksi diri, dahulu keluarga merupakan lembaga yang ampuh sebagai wahana pembentukan dan pengembangan karakter, kepribadian, etika, moral dan sopan santun. Keluarga juga menjadi institusi pendidikan yang handal bagi setiap anggotanya dalam penanaman nilai-nilai sosial dan religi. Namun semenjak informasi dan budaya luar yang negatif mudah sekali diadopsi oleh para remaja yang notabene adalah anggota keluarga, maka keluarga tidak dapat lagi menjaga eksistensinya sebagai keluarga berketahanan yang mampu membendung pengaruh negatif dari luar. Buktinya sekarang ini banyak sekali peristiwa kenakalan remaja yang kelewat batas, tidak sekedar berperilaku buruk seperti merokok dan konsumsi minuman keras, tetapi sudah merambah pada perilaku premanisme, suka menipu, mencuri, merampok dan membunuh untuk memenuhi kepuasan sesaat. Belakangan, kasus penyalahgunaan narkoba dan perilaku seks bebas oleh anak dan remaja menjadi fenomena tersendiri yang sangat memprihatinkan. Ini masih
31
ditambah dengan kasus-kasus ketidakharmonisan keluarga saat ini, seperti tingginya angka perselingkuhan, perceraian, kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan lain sebagainya. Atas dasar hal tersebut di atas, sangat tepat mana kala visi dan misi baru program KB dimunculkan. Dengan membangun keluarga kecil bahagia dan sejahtera, diharapkan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan insan berkualitas yang mampu mendukung pembangunan berkelanjutan dapat segera terwujud. Kedelapan fungsi keluarga yang dimaksud adalah: 1. Fungsi keagamaan 2. Fungsi sosial budaya 3. Fungsi cinta kasih 4. Fungsi melindungi 5. Fungsi reproduksi 6. Fungsi sosialisasai dan pendidikan 7. Fungsi ekonomi, dan 8. Fungsi pembinaan lingkungan Dalam operasionalisasinya di lapangan, pemerintah bersama segenap komponen masyarakat telah melakukan banyak hal dalam upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program dan kegiatannya tidak hanya menyangkut pelayanan kontrasepsi yang notabene sasarannya PUS saja, tetapi menyangkut semua aspek kehidupan berkeluarga dengan sasaran seluruh anggota keluarga dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Bahkan bayi dalam kandungan pun telah menjadi bidang garapan KB.
32
Secara implisit, luas garapan KB yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat sekarang ini dapat terbaca dari pengertian KB menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang keberadaannya telah disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 16 April 1992 dan diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 35 Tahun 1992, TLN 3475. Dalam undang-undang tersebut KB diterjemahkan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (mardiya, 2009) Dalam pelaksanaannya, upaya yang dilakukan pemerintah tersebut masih banyak mengalami kendala-kendala. Misalnya, masih ada PUS yang tidak mau mengikuti program KB, alasannya antara lain karena apabila mengikuti program KB berarti harus membayar. Maka dari itu pemerintah saat ini membuat program KB gratis bagi PUS yang tergolong ke dalam Keluarga Pra-Sejahtera ataupun Keluarga Sejahtera I. Namun KB gratis ini juga tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III. 2.8.
Kerangka Konsep Respon PUS PROGRAM KB GRATIS
1. Positif 2. Negative
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, yang bertujuan mengetahui respon pasangan usia subur tetang KB gratis di Kelurahan Dwikora Tahun 2015 3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dwikora, Kecamatan Helvetia Medan. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kelurahan Dwikora merupakan salah satu kelurahan yang mendapatkan program pelayanan KB gratis dari pemerintah. 3.2.2
Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan Memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di wilayah Kelurahan Dwikora.
34
3.3.2. Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jika jumlah sampel lebih dari 100, maka diambil sampelnya antara 10% -15% atau 20%25% dari jumlah populasi. Karena jumlah populasi di Kelurahan Dwikora sangat besar serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka peneliti menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi, yaitu 10%x544 = 54,4 dibulatkan menjadi 54 PUS. 3.4.
Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer Data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada Pasangan Usia Subur kemudian diberikan penjelasan kepada Pasangan Usia Subur bagaimana cara pengisian kuesionernya. 3.4.2. Data Sekunder Data ini mencakup data umum Pasangan Usia Subur yang diperoleh dari bagian Puskesmas Kecamatan Helvetia dan Posyandu dan Klinik. 3.5.
Defenisi Operasional Definisi konsep berisi uraian singkat dari variabel yang akan diteliti.
(digilib.petra.ac.id). Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:
35
1.
Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.
2.
PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
3.
KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan KB dan kesehatan gratis yang tidak dipungut biaya kepada PUS sebagai upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
3.6.
Aspek Pengukuran
1.
Aspek pengukuran persepsi Untuk mengukur persepsi PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8 pertanyaan kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak Setuju skor 0. Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori persepsi dihitung dengan rumus (Sudjana, 2011). Panjang kelas =
Rentang Kelas Banyak Kelas
=
8-0 2
=
4
Jadi, persepsi PUS tentang KB gratis dikategorikan : 1.
Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4
2.
Negatif : Jika < 50% dengan menjawab < 4
36
2.
Aspek pengukuran sikap Untuk mengukur sikap PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8 pertanyaan kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak Setuju skor 0. Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori sikap dihitung dengan rumus (Sudjana, 2011). Panjang kelas =
Rentang Kelas Banyak Kelas
=
8-0 2
=
4
Jadi, sikap PUS tentang KB gratis dikategorikan : 1.
Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4
2.
Negatif : Jika < 50% dengan menjawab < 4
3. Aspek pengukuran partisipasi Untuk mengukur partisipasi PUS tentang KB gratis Peneliti memberi 8 pertanyaan kepada responden dengan alternatif jawaban Setuju skor 1, Tidak Setuju skor 0. Maka skor tertinggi 8 dan skor terendah 0. Kategori partisipasi dihitung dengan rumus (Sudjana, 2011). Panjang kelas =
Rentang Kelas Banyak Kelas
=
8-0 2
=
4
37
Jadi, partisipasi PUS tentang KB gratis dikategorikan : 1. Positif : Jika > 50% dengan menjawab soal > 4 2. Negatif : Jika < 50% dengan menjawab < 4 3.7.
Pengolahan Data Dalam pengolahan data dilakukan beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
•
Editing Memastikan data yang diperoleh adalah data lengkap sehingga dapat diolah dengan memeriksa kelengkapan dan ketepatan pengisian kuesioner/angket.
•
Coding Yaitu Proses ppemberian kode pada jawaban kuesioner untuk memudahkan data ketika dimasukkan kedalam computer. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.
•
Tabulating Proses menghitung data dari kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
3.8.
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat persentase data
yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Dwikora ini adalah salah satu daerah yang mendapatkan fasilitas
KB untuk para Pasangan Usia Subur tanpa dipungut biaya apapun dengan cara mengadakan “Pemasangan KB Gratis”. Pemasangan KB Gratis ini dilakukan setiap sebulan sekali ditiap kelurahan, kader melakukan home visite dan memberikan penyuluhan pada setiap PUS yang belum menjadi akseptor untuk datang ke fasilitas pelayanan KB. 4.2
Hasil Penelitian Karakteristik Frekuensi Umur, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan Hasil penelitian mengenai Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga
Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 diperoleh 54 responden, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sesuai masing-masing variabel yang diteliti.
39
4.2.1 Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 No 1
2
3
Karakteristik Umur 15-20 Tahun 20-30 Tahun >30 Tahun Jumlah PendidikanTerakhir SD SMP SMA Lainnnya Jumlah Pekerjaan Wiraswasta Karyawan IRT Jumlah
(F)
(%)
16 31 7 54
29.6 57.4 13.0 100.0
6 21 22 5 54
11.1 38.9 40.7 9.3 100.0
17 13 24
31.5 24.1 44.4
54
100.0
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui dari 54 responden bahwa mayoritas Pasangan Usia Subur yang berumur 20-30 tahun yaitu 31 responden, pendidikan terakhir PUS mayoritas SMA yaitu 22 responden dan pekerjaan yaitu IRT (Ibu Rumah Tangga) yaitu 24 responden.
40
4.2.2 Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 Tabel 4.2. Distributor Frekuensi Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 No. Kategori 1. Positif 2. Negatif Total
(F) 8 46 54
(%) 14.8 86.2 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dari 54 responden yang diteliti persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 46 responden. Tabel 4.3. Distributor Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 No. Kategori 1. Positif 2. Negatif Total
(F) 7 47 54
(%) 13.0 87.0 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dari 54 responden yang diteliti sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 47 responden.
41
Tabel 4.4. Distributor Frekuensi Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 No. Kategori 1. Positif 2. Negatif Total
(F) 4 50 54
(%) 7.4 92.6 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dari 54 responden yang diteliti partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 50 responden. 4.3
Pembahasan Dari hasil penelitian mengenai Respon Pasangan Usia Subur Tentang
Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 maka pembahasannya adalah sebagai berikut: 4.3.1
Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 Hasil dari penelitian terhadap 54 responden yang diteliti persepsi Pasangan Usia
Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 46 responden. Responden kurang memahami bahwa mendapatkan pelayanan KB yang mudah dan untuk membantu masyarakat menurunkan laju pertumbuhan penduduk yang menjadi masalah besar di Indonesia. Hal ini diketahui dari jawaban kuesioner responden, mengatakan KB tidak ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
42
4.3.2
Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 54 responden diketahui bahwa
sikap PUS tentang KB gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 mayoritas negatif sebanyak 47 responden. Hal ini dapat diketahui dari hasil jawaban PUS yang tidak setuju bahwa sikap dokter dan pelayan KB gratis di pelayanan KB terhadap pasien KB gratis tidak ramah, pelayanan nya tidak sigap, ketidak pedulian pelayan program KB terhadap pasien KB gratis, petugas KB kurang mampu memberi penjelasan tentang KB, dan kebanyakan PUS KB gratis tidak cukup puas dengan pelayanan yang diberikan di pelayanan KB gratis. KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB. Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan. Negatifnya sikap PUS terhadap pelayanan KB gratis ini kebanyakan dikarenakan pelayanan yang diberikan petugas KB tidak sesuai dengan harapan, tidak ramah, tidak peduli dan kurang memberi penjelasan tentang KB gratis. 4.3.3 Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 54 responden diketahui bahwa partisipasi PUS tentang KB gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia
43
Kota Medan Tahun 2015 mayoritas negatif sebanyak 46 responden. Hal ini dapat diketahui dari kuesioner yang di jawab oleh responden, yang dimana suami mengetahui informasi tentang
pelayanan KB gratis hal mengagetkan ternyata suami tidak
mengetahui sama sekali dan tidak pernah mengingatkan istri untuk kunjungan ulang ke pelayanan KB gratis. Berdsarkan keadaan tersebut diatas, maka sangat diperlukan adanya upaya menumbuhkan kesadaran mayarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain sebagainya. Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB gratis, dimana dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam masyarakat wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta, perkumpulanperkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan Menurut asumsi penulis bahwa partisipasi PUS tentang keluarga berencana gratis masih kurang, dapat dilihat dari hasil kunjungan masyarakat masih sedikit pada kegiatan KB gratis dan dilihat dari sikap masyarakat yang masih negatif, dikarenakan PUS tidak tahu tentang informasi pelayanan KB dan suami juga tidak ikut berpartisipasi terhadap KB dimana suami tidak pernah mengingatkan istri untuk melakukan kunjungan ulang ke pelayayan KB. Oleh karna itu hendaklah suami ikut berpartisipasi dalam perencanaan KB sehingga nantinya terbentuk keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu dengan mengurangi angka kelahiran untuk meningkatkan taraf hidup.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang Respon Pasangan Usia
Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 46 responden. 2. Sikap PUS Tentang KB Gratis mayoritas negatif sebanyak 47 responden. 3. Partisipasi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 50 responden. 5.2.
Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Respon Pasangan
Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 maka peneliti menyarankan: 1.
PUS (Responden) a.
Menyarankan PUS terutama kepada istri agar lebih meningkatkan kesadaran
diri
akan
pentingnya
ber
KB
dan
meningkatkan
pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang dilakukan petugas KB. b.
Bagi suami disarankan umtuk ikut berpartisipasi dalam melancarkan program KB.
45
2. Petugas KB Gratis a. Agar meningkatkan pertemuan dengan mensosialisasikan tentang KB kepada PUS. b. Melakukan KIE dalam melaksanakan pelayanan KB dan bersikap ramah agar penjelasan dari petugas KB diterima baik oleh PUS. c. Melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat sekitar untuk melakukan sosialisasi KB dan upaya pembentukan keluarga sejahtera dan berkualitas sehingga program KB yang dilakukan pemerintah dapat berjalan dengan baik dan aman.
DAFTAR PUSTAKA Adrina, dkk. 1998. Hak-Hak Reproduksi Perempuan yang Terpasung. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta BKKBN, 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia. (Medan tanggal 12 Maret 2015) BKKBN, 2005. Badan Kebijaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional. (Diakses tanggal 12 Maret 2015) BKKBN, 2007. Kamus Istilah Program Keluarga Berencana Nasional. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015) BKKBN, 2009. Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Berencana di Desa dari Kelurahan. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015) BKKBN. 2010. Badan Pelazanan Kontrasepsi & Pengendalian Lapangan Program KB Nasional. ( Diakses tanggal 12 Maret 2015) BKKBN, 2013. Pembangunan Kependudukan dan Angka pertambahan Penduduk, Nasional. Cunningham, F., Garry. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan kontrasepsi, cetakan V. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Manuaba, IAC. Manuaba, IBGF. Manuaba IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Maryani, H., 2013, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi Wanita. www.tempo.co.id (dikutip 28 desember 2014). Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Stright, Batubara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. EGC. Jakarta Sudjana, 2011. Metode Penelitian, Tarsito, Bandung. Sulistyawati, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakata: Salemba Medika. Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wirosuhardjo, K. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia. http://www.bkkbn.go.id (diakses pada Senin, 02 Februari 2015) http://www.koransuroboyo.com/index.php (diakses pada Senin, 02 februari 2015) http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/ (diakses pada Senin, 02 Februari 2015) http://www.datastatistik-indonesia.com/com (diakses pada Selasa, 03 Februari 2015) http://www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/sip4 (diakses pada Jum’at, 06 Februari 2015) http://www.khoirulilmawan.com/10/2010 (diakses pada Senin, 02 maret 2015) http://www.tentangkb.wordpress.com/2010/04 (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015) http://www.tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11 (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015) http://www.nasional.kompas.com/read/2010/06/23 (diakses pada Rabu, 04 Maret 2015) http://mardiya.wordpress.com/2009/08/07/membangkitkan-kembali-pembangunankependudukan-dan-kb (diakses pada Selasa, 03 Maret 2015) http://www.hasanismailr.blogspot.com/2009/06( diakses pada Senin, 02 Maret 2015)
KUESIONER RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN 2015
Petunjuk Pengisian 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh pilihan jawaban 2. Pililah jawaban yang paling sesuai menurut dan berilah tanda silang ( √ ) pada jawaban yang anda pilih. 3. Jika ada pertanyaan yang kurang dipahami, Tanyakan langsung kepada peneliti. 4. Mohon semua pertanyaan diisi dengan jujur, benar, dan tidak ada ynag terlewatkan. 5. Atas kesediaan anda membantu penelitian mengisi kuesioner ini, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
I.
Identitas Responden 1.
Nomor Responden
:
2.
Umur
:
3.
Pendidikan terakhir
4.
a. SD
c. SMA
b. SMP
d. Lainnya …..
Pekerjaan a. Wiraswasta b. Karyawan
c. IRT
Respon Pasangan Usia Subur Terhadap KB Gratis A.Persepsi No.
Pernyataan
1
Menurut anda Program KB gratis adalah Program yang dibuat pemerintah tanpa dipungut biaya apapun.
2
Menurut anda tujuan dari Program KB gratis adalah mempermudah masyarakat yang kurang mampu dalam bidang ekonomi.
3
Menurut anda Program KB gratis ini diinformasikan oleh masyarakat sekitar.
4
Menurut anda pasangan usia subur perlu mendapatkan Program KB gratis.
5
Menurut anda kualitas alat-alat KB yang diberikan sudah baik. Menurut anda fasilitas yang tersedia di Puskesmas/Pustu Dwikora sudah baik.
6 7 8
Menurut anda pelayanan Program KB gratis ini cukup baik untuk dilakukan. Menurut anda KB ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Setuju
Tidak setuju
B. Sikap No.
Pernyataan
Setuju
Tidak Setuju
1
Pelayanan Program KB gratis ini dapat membantu masyarakat.
2
Pelayanan Program KB gratis dapat dilakukan di Puskesmas/Pustu Dwikora.
3
Pustu Dwikora membantu dalam mensukseskan Program KB gratis Kelurahan Dwikora.
4
Sikap Dokter dan pelayan KB di Puskesmas/Pustu terhadap pasien KB gratis cukup ramah.
5
Dokter dan pelayan KB selalu sigap dalam melayani KB gratis.
6
Pelayan Program KB gratis kurang peduli terhadap pasien KB gratis.
7
Pemberi pelayanan KB kurang mampu memberi penjelasan tentang KB.
8
Pengguna KB gratis mengatakan cukup puas dengan pelayanan yang dilakukan di Puskesmas/Pustu Dwikora.
C. Partisipasi No.
Pertanyaan
1
Apakah anda ikut dalam sosialisasi KB gratis yang diberikan BKKBN melalui Puskesmas/Pustu Dwikora? a. Ya b. Tidak
2
Apakah anda memanfaatkan Program KB gratis jika anda ingin melakukan KB? a. Ya b. Tidak Seringkah anda memanfaatkan pelayanan Program KB gratis? a. Ya b. Tidak
3
4
Apakah suami mau mengantarkan istri ke pelayanan KB gratis?
5
a. Ya b. Tidak Apakah suami mengetahui informasi tentang pelayanan KB gratis?
6
7
8
a. Ya b. Tidak Pernahkah anda mengajak ibu-ibu untuk ikut serta dalam pelayanan KB gratis? a. Ya b. Tidak Apakah ada biaya tambahan yang diberikan suami anda selama mengikuti pelayanan KB gratis? a. Ya b. Tidak Pernahkah suami mengingatkan anda untuk melakukan kunjungan ulang ke pelayanan KB gratis? a. Ya b. Tidak
Frequency Table
Umur Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
15-20
16
29.6
29.6
29.6
20-30
31
57.4
57.4
87.0
>30
7
13.0
13.0
100.0
Total
54
100.0
100.0
pendidikan terakhir Cumulative Frequency Valid
sd
Percent
Valid Percent
Percent
6
11.1
11.1
11.1
smp
21
38.9
38.9
50.0
sma
22
40.7
40.7
90.7
5
9.3
9.3
100.0
54
100.0
100.0
lainnya Total
Pekerjaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Wiraswasta
17
31.5
31.5
31.5
Karyawan
13
24.1
24.1
55.6
IRT
24
44.4
44.4
100.0
Total
54
100.0
100.0
Frequencies persepsi PUS terhadap KB Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<4
46
86.2
86.2
86.2
>4
8
14.8
14.8
100.0
54
100.0
100.0
Total
sikap PUS terhadap KB
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<4
47
87.0
87.0
87.0
>4
7
13.0
13.0
100.0
54
100.0
100.0
Total
partisipasi PUS terhadap KB Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<4
50
92.6
92.6
92.6
>4
4
7.4
7.4
100.0
54
100.0
100.0
Total
PERBAIKAN KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN Pada hari Kamis, 16 Juli 2015 telah diadakan persentasi Karya Tulis Ilmiah : Nama : Deasy Risky handani NIM : 1203043 Judul : Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015 Karya Tulis Ilmiah ini telah diperbaiki dan diperiksa :
No 1
Tanggal
Pertanyaan/ Saran/ Kritik
DosenPenguji Pembimbing
(Kesaktian Manurung, SST, M.Biomed) 2
ABSTRAK - Cara penulisan ( spasipenulisan ) - Abstrak dominan membahas hasil Kata Pengantar - Penulisan gelar - Penyusunan kata - SusunanDaftarLampiran Bab III - Jumlah sampel dalam penelitian V
Penguji I
( Masriati Panjaitan M.Kes ) -
3
Tambahkan gambaran lokasi penelitian - Penulisan di pembahasan Bab V - Kesimpulan hanya membahas hasil ABSTRAK - Abstrak minimal 250 Bab VI
Penguji II
( ElsarikaDamanikM.Kes)