sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume, XXVI, Nomor 2, 2001 :17-24
REPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS Oleh Fahmi 1)
ABSTRACT REPRODUCTION OF MARINE TROPICAL FISHES. Fishes have many ways to do their reproduction in various environment. There are different environmental factors between temperate and tropical zone that affect the reproductive stage of fish. The environmental factors make fishes have many strategies in their reproduction process. This article gives information about reproduction of marine tropical fishes including fertilization. reproductive strategies, hermaphroditism and fish adaptation to complete the last article about fish reproduction. PENDAHULUAN Reproduksi pada ikan merupakan salah satu topik yang cukup menarik dalam mempelajari ilmu tentang ikan (iktiologi). Ikan memiliki pola dan tingkah laku reproduksi yang beraneka ragam, tergantung dari jenis, habitat, atau kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan di daerah tropis berheda dengan di daerah sub tropis. Berdasarkan kondisi lingkungan tersebut arus dan angin merupakan faktor-faktor yang berperan penting dalam reproduksi ikan-ikan di laut tropis (JOHANNES 1978). Menurut FLOYD (1993), aktifitas pemijahan terbaik pada ikan terjadi ketika angin tidak bertiup kencang dan kondisi arus yang tenang. Melanjutkan tulisan mengenai tingkah laku reproduksi ikan, pada tulisan kali ini akan diuraikan dengan lebih jelas mengenai
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
reproduksi pada ikan-ikan laut tropis yang meliputi proses fertilisasi, strategi reproduksi pada ikan-ikan laut tropis, hermaproditisme, dan adaptasi ikan sebagai suatu stratrgi reproduksi. FERTILISASI Fertilisasi merupakan suatu proses kompleks. dimana terjadi penggabungan antara gamet jantan (sperma) dan gamet betina (sel telur). Pada dasamya, fertilisasi mempunyai dua fungsi, yaitu menyebabkan telur berkembang menjadi embrio, dan untuk memasukkan inti jantan yang haploid ke dalam sitoplasma sel telur (BERRIL, 1971). Proses fertilisasi dimulai apabila sperma benar-benar telah melekat pada telur. Masuknya sperma diikuti oleh suatu
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
perubahan cepat dan dramatik dalam telur itu sendiri. Meskipun banyak sperma dapat masuk ke dalam telur, namun hanya satu sel sperma yang memberikan nukleusnya (inti) pada bakal zigot. Peristiwa terakhir dalam fertilisasi adalah pembentukan inti zigot yang diploid, dilanjutkan dengan pembelahan mitosis yang pertama dari sel, untuk kemudian dimulai tahap perkembangan embrio (KIMBALL 1994). Fertilisasi pada ikan-ikan laut tropis terjadi melalui suatu proses reproduksi yang bervariasi antar jenis ikan. Setiap kelompok ikan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam bereproduksi, yang dikenal dengan strategi reproduksi pada ikan. STRATEGI REPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS Strategi reproduksi merupakan suatu cara bagi ikan-ikan dalam berproduksi untuk dapat mempertahankan keturunannya. Strategi reproduksi tersebut dapat berupa tingkah laku ikan dalam meminang (courtship), kawin (mating), perlakuan terhadap telur-telurnya, ataupun pola adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya agar proses reproduksi dapat berlangsung dengan sukses. Menurut FLOYD (1993), secara umum terdapat tiga jenis strategi reproduksi pada ikan laut tropis berdasarkan tipe telurnya. yaitu jenis telur pelagis (Pelagic eggs). telur-telur demersal (Demersal eggs), dan jenis telur yang ditetaskan dalam tubuh, untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh induk dalam bentuk larva atau ikan-ikan muda (Live, Free-swimming young). Cara yang terakhir i n i dikenal juga dengan melahirkan anak (Live bearers). 1. Telur Pelagis Strategi reproduksi yang sering terjadi pada ikan-ikan laut tropis adalah strategi
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
menghasilkan telur-telur pelagis (Pelagic eggs). Telur-telur yang bersifat pelagis ini mempunyai berat jenis yang sama atau lebih ringan dari berat jenis air laut, sehingga telur tersebut dapat melayang di kolom perairan atau mengapung di permukaan (THRESHER dalam FLOYD 1993). Sedangkan larva yang menetas dari jenis telur ini akan hidup secara planktonik selama beberapa jam sampai berbulan-bulan, tergantung dari jenis ikannya. Jenis telur pelagis dibagi menjadi dua tipe, yaitu yang melepaskan telur di kolom perairan (Pelagic spawners) dan yang melepaskan telurnya di dasar perairan (Benthic broadcasters). Ikan-ikan pelagic spawners lebih sering ditemui daripada ikan-ikan benthic broadcasters. Hal ini disebabkan karena pada ikan-ikan yang berukuran kecil, ketika memijah cenderung berenang di kolom perairan untuk melepaskan telur-telur tersebut kemudian akan mengapung di permukaan atau melayang-layang di kolom perairan. Telurtelur tersebut kemudian dihanyutkan ke lepas pantai (off-shore) ataupun disebarkan ke tempat lain dengan bantuan arus dan angin. Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh ikan-ikan yang cenderung hidup tidak jauh dari sarang atau teritorialnya, karena dapat mengurangi kemungkinan mendapat ancaman dari predator ketika melepaskan telur-telurnya ke kolom perairan (JOHANNES 1078). Ikan-ikan yang melepaskan telurnya dari dasar perairan (Benthic broadsasters), tidak perlu berenang di kolom perairan untuk melepaskan telur-telurnya, melainkan tetap berada di dasar perairan. Telur-telur yang dilepaskannya akan melayang ke kolom perairan atau mengapung di permukaan. Sebagai contoh adalah belut laut (Anguiliformes) yang hidup di terumbu karang, merupakan jenis ikan yang melepaskan telur-telurnya dengan cara seperti ini. Akan tetapi pada beberapa jenis belut melakukan migrasi jauh ke lepas pantai
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
terlebih dahulu sebelum memijah (THRESHER dalam FLOYD 1993). 2. Telur Demersal Strategi reproduksi kedua yang umum terjadi pada ikan-ikan laut tropis adalah jenis telur demersal (Demersal eggs). Jenis telur ini mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada berat jenis air laut sehingga dapat tenggelam di dasar perairan. Ikan-ikan yang melakukan hal seperti ini dibedakan lagi menjadi dua kategori, yaitu yang memijah di
dasar (Demersal spawners) dan yang melepaskan telurnya di kolom perairan (Egg scatterers). Pada ikan-ikan yang memijah di dasar perairan. umumnya melakukan penjagaan terhadap telur ataupun anak-anaknya. Beberapa tipe penjagaan induk yang dilakukan seperti persiapan dan penjagaan sarang, atau dengan menyimpan telur-telurnya di dalam mulut induk (Mounth broading). Sedangkan pada ikan-ikan yang melepaskan telurnya di kolom perairan, tidak melakukan penjagaan terhadap telur-telurnya. Ikan-ikan ini berenang
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
di kolom perairan l a l u melepaskan telurtelurnya. Telur-telur tersebut kemudian tenggelam dan bertebaran di dasar perairan (THRESHER dalam FLOYD 1993).
3. Melahirkan Anak Strategi reproduksi ketiga pada ikan-ikan laut tropis adalah menetaskan telur di dalam tubuh induk betina, untuk kemudian dikeluarkan dalam bentuk larva ikan atau juvenil ke kolom perairan. Cara ini merupakan cara yang tidak umum terjadi pada ikan-ikan laut tropis, terutama pada ikan-ikan bertulang sejati. Menurut JOHANNES ( 1 9 7 8 ) . melahirkan anak pada ikan-ikan laut tropis diduga lebih jarang terjadi dibandingkan dengan ikan-ikan yang hidup di perairan tawar. Hal ini mungkin disebabkan cara tersebut kurang menguntungkan apabila dilakukan di laut, lkan yang mempunyai cara seperti ini mempunyai fekunditas yang rendah dan kondisi induk betina yang sedang mengandung anaknya sangat rentan dari bahaya lingkungan di sekitarnya.
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
*) PATENT (1976)
Hermaproditisme adalah kondisi dimana pada satu individu hewan yang mempunyai dua organ reproduksi yaitu jantan dan betina (COUSTEAU) 1975). Hermaproditisme dapat juga merupakan kemampuan organisme untuk merubah jenis kelaminnya (Sex inversion). Menurut REINBOTH (1980), terdapat tiga tipe hermaproditisme ikan-ikan bertulang sejati,
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
yaitu hermaprodit simultan, protoginous dan protandrous. Hermaprodit simultan terjadi apabila satu individu dapat menghasilkan sperma dan sel telur, sehingga memungkinkan untuk dapat membuahi dirinya sendiri. Hermaprodit protoginous adalah ikan yang mengalami perubahan kelamin dari betina menjadi jantan, dimana gonadnya semula berfungsi sebagai ovari kemudian berubah fungsi menjadi testes. Sedangkan hermaprodit protandrous merupakan kebalikan dari
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
protoginous, yaitu ikan yang mengalami perubahan kelamin dari jantan menjadi betina. Hermaprodit protoginous dan protandrous disebut juga dengan hermaprodit sekuensial. Hermaproditisme merupakan ha1 yang umum pada ikan-ikan laut tropis, terutama ikan-ikan karang. Kebanyakan ikan-ikan laut tropis tersebut merupakan ikan hermaprodit sekuensial, sedangkan jenis ikan yang mengalami hermaprodit simultan antara lain adalah beberapa jenis ikan dari suku Serranidae.
ADAPTASI IKAN SEBAGAI SUATU STRATEGI REPRODUKSI Selain berdasarkan tipe telurnya, strategi reproduksi ikan laut tropis juga dapat berupa adaptasi ikan terhadap lingkungannya untuk dapat melangsungkan proses reproduksi. Adaptasi tersebut dapat berupa kemampuan telur ikan untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang ekstrim, ataupun perubahan bentuk tubuh ikan sebagai cara beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai contoh adalah ikan-ikan yang hidup di laut dalam, mereka mempunyai cara-cara khusus agar dapat mempertahankan hidupnya, termasuk dalam hal reproduksi. Langkanya sumber makanan yang ada di laut dalam mengakibatkan sangat rendahnya kepadatan organisme, Juga menimbulkan masalah sulitnya memperoleh pasangan dari jenis kelamin yang berbeda untuk keperluan reproduksi dalam habitat yang sangat luas dan gelap gulita tersebut. Salah satu adaptasi yang dilakukan tampak pada ikan-ikan pemancing (Ang1erfishes) dari bangsa Ceratoidea. Pada
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
bangsa ikan ini, ikan betina mempunyai ukuran tubuh yang jauh lebih besar daripada ikan jantan. Anglerfish jantan membuahi betinanya dengan cara hidup menempel sebagi parasit pada ikan betina (NYBAKKEN 1 9 8 2 ) . Sebelumnya, ikan-ikan j a n t a n tersebut berenang bebas di perairan sampai ia menemukan betinanya. Ikan jantan muda mempunyai mata yang berbentuk seperti pipa dan organ olfaktori yang membesar. Organ reproduksinya berkembang dengan cepat, hingga mereka siap bererproduksi dan mulai berenang mencari pasangannya (COSTEAU 1975). Menurut NYBAKKEN (1982), ikan-ikan jantan tersebut menemukan pasangannya melalui indra olfaktorik. Ketika ikan jantan tersebut menemukan betinanya, ia langsung menempelkan mulutnya di tubuh ikan betina dengan gigi-giginya yang tajam dan tidak pernah melepaskannya lagi. Kulit ikan jantan lambat-laun bersatu dengan tubuh ikan betina. Sistem sirkulasinya juga ikut bersatu, sehingga tubuh ikan jantan menjadi tergantung pada ikan betina. Ikan jantan akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai parasit dengan menempel pada tubuh ikan pasangannya, ia mendapatkan makanan dengan menyerap dari tubuh betina tersebut. Ketika ikan betina tersebut memijah, maka telurtelurnya akan segera dibuahi oleh ikan jantan. Tidak jarang pada satu betina terdapat lebih dari satu individu jantan (Gambar 1 ) . Telur-telur yang dihasilkan ikan ini kemudian akan mengapung di permukaan, dan ketika menetas, larvanya terbungkus oleh gelatin yang membuat larva tersebut terlihat lebih besar dibanding kebanyakan hewan planktonik lainnya (COSTEAU 1975).
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
DAFTAR PUSTAKA BERRIL, N.J. 1971. Developmental biology. Mc Graw-Hill Book Company, New York : 535 pp. COUSTEAU, J.Y. 1975. The ocean world of Jacquest Cousteau. Vol 2: The a c t of life. The Danbury Press, Canada: 144 PP. FLOYD. R.F. 1993. Reproduction of marine tropical fishes In : M.K. STOSKOPF (ed.). Fish Medicine. W.B. Saunders Company. Harrcount Brace Jovanovich lnc. North Carolina: 628 - 634.
Oseana, Volume XXVI no. 2, 2001
JOHANNES, R.E. 1978. Reproductive strategies of coastal marine fishes in the tropics. Environ. Biol. Fish. 3 (I1): 65 84. KIMBALL, J.W. 1994. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta: 755 hal. PATENT. D.H. 1976. Fish and how they how re-produce. Holiday House. New York: 128 pp.