BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TERBANG (Hirundiclrthys oxycephaJus) DI LAUT FLORES
Oleb:
NIKO ARI WIBOWO
SKRIPSI
DEPARTEMENMANAJEMENSUMBERDAYAPERAU FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUT}/ INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
/
r PERNY AT A.AN MENGENAI SKRIPSI
{)engan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TERBANG (l£aunJfich1ltYs oxycephalus)
DI LAUT FLORES
basil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk: apapun kepada perguruan tinggi manapUll- Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dik-utiP dari kar)'a yang diterbitkan maupun kan tidak ditetbitkan oleh penulis lain telab disebutkan dalam teks dan dicantum dalam Daftar Pustaka di Bagian Akhir Skripsi ini
Adalab benar merupakan
Bogor, Agustus 2007
NIK.O ARI WlBQWO 04103081
I,
-------------.~---
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Dengan ini saya menya takan bahwa Skripsi yang be1judul :
BIOLOGI REPRODUKSIIKAN TERBANG (Jruwutidztkys oxycepludlls) DI LAUT FWRES Adalah benar menrpaka n basil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantmnkan dalam Daftar Pustaka di Bagian Akhir Skripsi ini
BogoT, Agustus 2007
N1KO ARI WIBOWO
04103081
(
A8STRAK
NIKO ARI WIBOWO. Biologi Reproduksi Ikan Terbang (Kuun.dicktItys oxycepbalus) di Laot FIo~ Di bawah bimbingan M. MIlkIlm Kamal dan Asikin Djama1i
Penelitian ini dilakukan di Laut Flores pada bulan Oktober sampai Desember 2005. Ikan contob merupakan basil tangkapan nelayan yang ditangkap dengan menggunakan drift gillnet. Analisis laborntorium meliputi identifikasi, pengukuran panjang dan penimbangan berat ikan contoh, pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG), fekunditas, dan pengukuran diameter telur. Analisis data meliputi perbitungan kelas ukuran, rasio kelamin, bubungan panjang dad berat, faktor kondisi, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematmgan gonad, dan fekunditas. Ikan terbang (H oxycephalus) yang djamati berjumlah 221 ekor terdiri dari 123 ekor (55,66%) ikan jantan dan 98 ekor (44,34%) i.kan betina. Berdasarkan analjss hubungan panjang dan berat, diperoleb pola pertumbuhan i.kan terbang (H oxycephalus) jantan dan betina adalah allometrik negatif. Berdasarkan pengamatan tingkat kematangan gonad diperoleb basil bahwa kematangan gonad ikan terbang terjadi secara serentak pada selang panjang total 1n-l82 mm. Tidak ditemukannya gonad dalam fuse salin (TKG V) ditambah dengan perkembangan nilai IKG yang positif pada setiap bulannya, menimbuIkan dugaan bahwa ikan terbang (H oxycephalus) sedang berada dalam masa memasuki musim pem.ijahan. Jumlah telur ikan terbang (H oxycephalus) yang ditemukan berkisar antara 3224-9309 butir telur. Distribusi diameter telur memperlihatkan lebih dari satu modus 'yang menggambarkan bahwa ikan terbang (H orycephalus) memj)iki pola pemijahan yang bersifat parsial (pemijahan dilakukan lebih dari satu kali selama satu musim· pemijahan).
\
OIeb: N1KO ARI WlBOWO 04103081
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untnk Memperoleb GeIar Sarjana Pacla FaknItas Perikanan dan limn Kelan1an
DEPARTEMEN MANA.J£MEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN llMU KELAUTAN mS~PERT~BOGOR
2007
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: Biologi Reproduksi Ikan oxycepha/us) Di Laut Flores
T erbang
Nama Mahasiswa
: Niko Ari Wibowo
NomorPokok
: C24103081
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
(Hirundichthys
Disetujui: L Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Asikin Djamali NIP. 320001093
Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, MSc NIP. 132 084 932
Mengetahui:
Tanggal Ujian : 14 Agustus 2007
II
PRAKATA
Segala puji syu1rur kepada Allah
swr yang telah memberikan berkah. rahrnat, dan
kanmia-Nya sebingga skripsi yang betjudul "Biologi Reprodnksi Ikan Terbang
(Hirundichthys oxyaphallls) di Laot Flores" dapat diselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun sebagai salah
saw syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Faku1tas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempat;m
ini. penulis mengucapk.an terima k.asih kepada : I. Alrnamater tercinta, Institut Pertanian Bogor (IPS), yang telah memberi banyak ilmu, pengetahuan. dan wawasan.
2. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, Msc dan Prof. Dr. Ir. Asikin Djamali selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan. araban dan nasebat. 3. Dr. Ir. Unggul Aktani M.Sc selaku pembimbing akademik alas segala araban dan nasehatnya 4. Dr. Ir. Yuni7.ar Emawati, MS. dan Ir. Zairion, MSc. yang telah memberikan banyak masukan dan saran sehingga tulisan ini dapat tersaji dengan baik. dan lebih informatif. 5. SelW1lh dosen serta staf karyawan Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan serta Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan atas bantuannya
6. Keluarga Besar yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi
semangat
7. Ternan-ternan MSP angkatan 36, 37, 38, 39 dan 40, 41, 42 atas dukungannya dan doanya 8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak mlmgkin disebutkan satu persa1U.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2007
Penulis
VI
1
DAFfARISI
Halaman
DAFfAR lSI ..................................................................................................
V11
DAFf AR GAMBAR .....................................................................................
IX
DAFTAR T ABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
XI
L PENDABULUAN 1.1. Latar Be1akang ................................................................................. 12. Pennnusan Masalah ......................................................................... 1.3. Tujuan...............................................................................................
1 2 2
D. TlNJAUAN PUST AKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Ikan Terbang ......................................... 2.2. Habitat dan sebaran geografis ....................... ................................... 2.3. Aspek Reproduksi ............................................................................ 2.3.1. Nisbah Kelamin .................................................................... 2.3.2. Tingkat Kematangan Gonad ([KG) ..................................... 2.3.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ........................................ 2.3.4. Faktor Kondisi ...................................................................... 2.3.5. Fekunditas ............................................................................. 2.3.6. Diameter Telur ...................................................................... 23.7. Histologis Telur ....................................................................
3 4 6 6 7 7
8 8 8 9
DL METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 11 3.2. Alat dan Bahan ................................................................................. 12
33. Metode Ketja .................................................................................... 3.3.1. Pengambilan contoh ikan di lapangan .................................. 3.32. Proses ketja di laboratorium ................................................. 3.32.1. Identifikasi ikan contoh ........................................... 3.3.22. Pengukuran panjang berat dan pengamatan TKG ......................... ...................... ..... 3.32.3. Fekunditas dan diameter.telur ................................. 3.4. Analisa Data ..................................................................................... 3.4.1. Perhitungan kelas ukuran ....................................................... 3.42. Rasio Kelamin ....................................................................... 3.4.3. Panjang berat dan faktor kondisi ........................................... 3.4.3.1. Hubunganpanjangberat .........................................•
vii
12 12 12 12 13 14 14 14 15 15 15
3.4.32. Faktor kondisi .......................................................... 3.4.4. Tmgkat Kematangan Gonad (TKG) ................................. ___ .. 3.4.5. Indeks Kematmgan Gonad (IKG) ... ______ ..... ___ ... ___ ........ ___ ... ___ . 3.4.6. Fekunditas .................. ............................................................
17 17 18 18
IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi tangkapan dan nisbah kelamin .... ___ ......................... ___ .... Hubungan panjang berat ................................................................... Faktor kondisi ................................................................................... Aspek Reproduksi ............................................................................. 4.4.1. Tingkat Kematangan Gonad .................................................. 4.42. Indeks Kematangan Gonad ....... ___ ....... ___ .. ___ ..... ___ ... ___ ... ___ ....... 4.4.3. Fekunditas .............................................................................. 4.4.4. Diameter telur dan pola pemijahan ........................................ 4.5. Pengelolaan .......................................................................................
4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
v.
19 22 24 26 26 35 36 38 40
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .............~.......................................................................... 42 52. Saran .................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43 LAMPIRAN ................................................................................................... 47
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 69
VJJI
"
1
DAFfARGAMBAR
Halaman I. HinmdichJhys oxycephalus .............. ........ ............................... .........................
3
2. Balas sebaran ikan terbang ... ............................... .......................................... ...
5
3. Jumlah danjenis ikan terbang yang ditemukan (di perairan indonesia) selama tahun 2004-2006.................................................................
5
4. Proses pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis) ...................................
10
5. Proses pembentukan Ovwn (Oogenesis).........................................................
10
6 Peta perairan Laut Flores.................................................................................. 11 7. Diagram gonad ikan dan bagian-bagian yang dihitung telumya......................
14
8. HinmdichJhys oxycephalus ................................................ ......... ..................... 19 9. Sebaran frekuensi panjang ikan terbang (Hoxycephalus) jantan dan betina di Laut Flores ............................. ..................................................... 20 10. Nisbah kelamin ikan terbang (Hoxycephalus) setiap bulan Pengamatan ................................................... .................................................. 21 11. Nisbah kelamin ikan terbang (Hoxycephalus) berdasarkan kelas ukuran panjang total.................. .... .... ..... .................................... ............ 22 12. Hubungan panjang berat ikan terbang (Hoxycephalus) ................................. 23 13. Faktor kondisi ikan terbangjantan dan betina berdasarkan bulan .................. 24 14. Faktor kondisi TKG ill dan TKG IV .............................................................. 26 IS. Persentase kematangan gonad ikan terbang (Hoxycephalus) setiap bulan pengamatan di Laut Flores .......................................................... 28 16. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (Hoxycephalus) jantan dan Betina di Laut Flores ................................................................................ 28 17. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (Hoxycephalus) berdasarkan selang kelas panjang total ........................................................... 31 18. a Struktur histologis gonad ikan terbang (Hoxycephalus)jantan................. 33 b. Struktur histologis gonad ikan terbang (Hoxycephalus) betina............ ... 34 19. Indeks kematangan gonad ikan terbang (H.oxycephalus) setiap bulan pengamatan ............................................................................................ 35 20. Indeks kematangan gonad ikan terbang (H.oxycephalus) setiap seIang panjang ................................................................................................. 36 21. Hubungan fekunditas dengan panjang total ikan terbang (H.oxycephalus) di Laut Flores ....................................................................... 37 22. Sebaran diameter telm ikan terbang (H.oxycephalus)..................................... 39
IX
!.
1
"r-~~-~-~-~.~~-===--=-=--~~.=-~--~----~---.----------------------------------------------------~
DAFfAR TABEL
HaIaman
Tabell. K1asifikasi tingkat kematangan gonad ibn terbang (Hennawati, 2006) ................................................................. ................. 13 Tabe12. Tingkat kematangan gonad ibn terbang (Hoxycephalus) berdasarkan basil pengamatan morfologi gonad ..................................... 27 Tabe13. Beberapa fenomena penting tentang ibn terbang di Selat Makassar dan Laut Flores (Sihotang.2004) ............................................. 29 Tabe14. Indeks kematangan gonad rata-rata ibn terbang (Hoxycephalus) pada setiap bulan pengamata n ...................................... 35
x
DAFfAR LAMPmAN
Halaman 1. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap i.kan danlatau telm i.kan terbang (Hoxycephalus) di Laut Flores ...................................... 48 2. Metode identifikasi i.kan terbang (Hoxycephalus) ...................................... 50 3. Gambar perbandingan diameter telm i.kan terbang (Hoxycephalus) (TKG II, TKG Ill, TKG IV) ............................................ 52
4. Metode pembuatan preparat histologis gonad i.kan terbang (Hoxycephalus) menurut Banks (1986) in Hermawati (2006) ..............,..... 53 5. Sebaran frekuensi i.kan terbang (H oxycephalus) jantan dan betina di Laut Flores pada setiap bulan pengamatan ................................... 55 6. Uji Chi-square terbadap nisbah kelamin i.kan terbang (Hoxycephalus) jantan dan betina di Laut Flores ....................................... 56 7. TKG ikan terbang (H.oxycephalus) ............................................................ 58
8. IKG ikan terbang (Hoxycephalus) .............................................................. 59 9. Pend:ugaan ukuran i.kan pertama kali matang gonad berdasarkan metode Spearman-Karber ....................................................... 60 10. Diameter telur ikan terbang (Hoxycephalus) .............................................. 62 II. Data pengamatan ikan terbang (Hoxycephalus) jantan dan betina di Laut Flores selama tiga bulan pengamatan .................................. 63
Xl
if
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Bdakang
Ik.an terbang merupakan salah sam swnberdaya ibn pelagis kecil yang mempunyai eiri khusus berupa kemampuan untuk dapat terbang eli atas permukaan air. Ikan terbang menghuni lapisan pennukaan perairan tropik dan subtropik dari samudera Pasiiik, Hinelia, Atlantik dan laut-laut disekitarIlya Paling sedikit telah diketahui 18 species ibn terbang yang tersebar eli perairan Indonesia (Weber dan de Beaufort,I922). Ditinjau dari segi ekonomi, ibn terbang merupakan swnberdaya hayati
ibn dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di daerah timur Indonesia seperti eli Sulawesi Selatan, dari seluruh komoditi ekspor basil perikanan eli daerah tersebut, telur ibn terbang menempati urutan kedua setelah udang baik elitinjau dari volume maupun nilainya (Hutomo el aJ.,1985). Pada mulanya hanya ibn terbang yang elinsahakan, tetapi sejak tahun 1970 telah dimulai ekspor telurnya ke
Jepang (R.api, 2005). Berdasarkan informasi dari nelayan yang ditemui dari tahun ketahun ekspor telur ibn terbang semakin meningkat, dan akhir-akhir ini ada kecenderungan menurun.. Pamanfaatan telur dan induk ibn terbang yang tidak terkendali telah mengaru:am kelestarian ibn terbang eli Selat MakaS8T dan Laut Rores (Nessa el
aJ., 1977; Nessa 1978; Ali 1981; Nessa el aJ., 1993; Ali el oJ., 2004a; 2004b; 2005 in Ali el aJ., 2005) sehingga dalam rangka pemllJibannya diperlukan suatu rencana
pengelolaan dan konservasi agar pemanfaatan ibn terbang dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian swnberdaya ibn terbang khususnya mengenai aspek biologi reproduksi ibn terbang. dengan harapan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya nelayan mengenai pola
reproduksi ibn terbang sebingga dapat menjadi acuanJpedoman kegiatan penangkapan yang lestari.
f!
I,
r-;;;';--;;,;;-=-,;;;-~:,;;;-~:,;;;-:,;;;--;;;;-;;;;-.::,-.::."-:....:;--;;::....:;··-:,;;;-;,;;;-,,-.-'.... -iiiii-iiii-.·-iili·--iiii-_.--.--._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _..,,--, 2
1.2 Perumusan Mwtla h Perikanan ibn terbang sebenarnya Irurang mengunllmgkan dilihat dari kelestarian sumbernya Saat penangkapan ibn ini bersamaan dengan sam ibn ini memijah, dan bahkan telumya mempakan komoditi ekonomis yang cukup tinggi nilainya (Hutomo el ai., 1985), dengan eksploitasi telur ibn terbang yang demikian tinggi dan berlangsung terns menerus, dikhawatirkan akan terjadi
recruitment over fishing, yaitu penurunan populasi ikan yang disebabkan oleh berkurangnya input individu bam dalam populasi tersebut akihat adanya tekanan penangkapan yang besar (terutama penangkapan yang dilakukan bersamaan dengan musim pemijahan). Ditambah lagi dengan diperkenalkannya penangkapan dengan jaring insang, maka tekanan penangkapan terbadap populasi ikan ini
semakin kuat, dengan demikian untuk menjaga ketersediaan ibn ini agar tetap lestari hendaknya IOta hams selalu berbati-bati dalam menjalankan kegiatan penangkapan. Perbitungan dan pengendalian yang cenna1 terbadap penambahan upaya penangkapan mutlak diperlukan. Pengetahuan tentang biologi reproduksi mempakan salah satu a1at yang dapat digunakan dalam rangka pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ibn terbang.
1.3 Tojoan Tujuan penelitian ini ada1ah mengkaji aspek biologi reproduksi ibn
terbang yaitu tingkat kemat;mgan gonad (fKG), indeks kemataDgan gonad (IK.G), ukuran ibn pertama kali matang gonad, fekunditas, serta diameter telur dan pola
pemijahan. Informasi aspek biologi reproduksi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya pengelolaan perikanan yang lestari.
I,
-:.;:;-;::,;-.=---o-"""--...- .......
~====-:;;;--=-=-
-iiiii-iiiiiiiiliiiiI-iiiii--iiii--iiii-. -._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _- ,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Terbang Klasifikasi ikan terbang menurut Parin (1999) adalah sebagai berikut : Filum
: Chordata
Subfilum
: Vert.ebrata
Kelas
: Osteichthyes
Subkelas
: Actinopterigii
Ordo
: Beloniformes
Famili
: Exocoetidae
Genus
: Hirundichlhys
Species
: Hirundichlhys oxycephalus (Bleeker, 1852)
: Cypse/urus oxycephalus (Blekeer, 1852), Exocoetus oxycepalus
Synonim
(Bleeker, 1852), Hirundichlhys
affinis (non
Gunther, 1886) in
Fujiami (2007). Nama lnggris : Bony flying fish (www.fishbase.com). Flying fish (Parin. 1999 in www.fishbase.com) . Nama lokal
: ikan Siloar (Binuangeun), ikan terbang (femate dan Pelabuhan
Raw), Antoni (Bitung) (www.pipp.dkp.go.idin Fujiami, 2007), tuing-tuing (Bugis), Torani (Makassirr), Tourani (Mandar), antoni (Minahasa, Sangir, Talaud) (Syahailarua, 2004).
Gambar 1. Hirundichlhys oxycephalus (www.fishbase.com)
4
Menwu Syahajlarua,2OO6 Ikan terbang (Exocoetidae) mempunyai delapan marga, yaitu Cheilopogon (30 jenis), Cypselurus (11), Exocoetus (2), Fodiator
(2), HinmdichJhys (7), Oryporhampus (3), Parexocoetus (3), dan PrognichJhys (4). Di perairan Pasifik barat hanya ditemukan 6 marga dengan jumlah jenis sebanyak 31 (parin, 1999), 18 jenis diantaranya terdapat di perairan Indonesia (Weber &
Beaufort,
1922). Selanjutnya, revisi taksonomi i.kan terbang
memisahkan marga Cypselurus dan Cheilopogon (Parin, 1999; Syahailatua, 2004
in Syahai1atua, 2006), dan juga memindahkan beberapa jenis ke marga yang lain, sehingga jenis-jenis yang umum dikenal di Indonesia mengalami pergantian nama ilmiahnya, seperti Cypselurus orycephalus menjadi HinmdichJhys oxycephalus (Syahailatua, 2006). Species ikan terbang memilik:i ciri berupa bentuk tubuh yang bulat memanjang seperti cerutu (oblong), agak termampat pada bagian samping. Bagian
atas tubuh dan kepala berwama gelap, bagian bawah tubuh mengkilap, hal ini dimaksudkan untuk mengbindari pemangsa baik dari air seperti ikan lumba-lumba maupun dari udara yaitu bwung pemaka n i.kan. Kedua mhangnya sarna panjang. Memilild duri-duri lemah pada sirip dorsal berjumlah 10-12, sirip anal berjumlah
11-12, dan pada sirip pektoral sebanyak 14-15 dengan sirip pertama tidak bercabang (Parin, 1999). Sirip pektoral panjang yang diadaptasikan untuk melayang. Sirip ventral panjang atau pendek, tertancap pada bagian abdominal dengan enam buah duri lemah yang bercabang. Sirip ekor bercagak dengan bagian bawah lebih panjang. Garis latera1 terletak pada bagian bawah tubuh (Hutomo et
oJ., 1985) (Gambar I). 2.2 Habitat dan Sebaran ~ Ikan terbang mempak an ikan pelagis kecil yang menghuni lapisan permukaan perairan (laut) tropik dan subtropik pada kedalaman 0-20 m (www.fishbase.com). Ikan ini tersebar dari Samudera Pasilik, Hindia, dan Atlantik serta laut-laut disekitamya (Gambar 2). Sebaran dari ikan ini dibatasi oleh isotherm 20·C. Jumlah species terbanyak terdapat di wilayah khatulistiwa, makin ke utara dan selatan makin sedikit speciesnya (Hutomo eloJ., 1985).
"
I
--------- -
--~- --~-
-.--::~-."-------~---~---"
----
5
Lebih dati 20 species ikan terbang ditemukan di bagian tengah Samudera
Pasifik (Oseania), Dua betas sampai tiga betas species ditemukan di perairan pulau-pulau Hawaii, Perairan pantai Australia dihuni oleb 10 species dan perairan Selandia Barn oleb 6 species, Di pantai Amerika bagian Samudera Pasifik dilaporkan ditemukan lebih dari 12 species (Hutomo et 01.,1985). Samudera Pasifik mempakan daerah yang kaya ikan terbang dengan sekitar 40 species yang menghuninya, terutama di perairan Indonesia, Filipina,
Jepang bagian selatan dan ()cP;ania Dengan kata lain perairan ini merupakan pusat penyebaran ikan terbang (Hutomo et 01.,1985).
...
.
•
..
:12
...
It.
..
Gambar 2. Batas sebaran ikan terbang (Patin, 1960 in Hutomo el 01., 1985) Angka yang dilingkari pada daerah yang diarsir menerangkan jumlah species yang telah ditemukan diperai.ran tersebut.
Gambar 3. Jumlah danjenis ikan terbang yang ditemukan (di perairan Indonesia) selama tabun 2004-2006. Angka pada gambar ada1ah jumlah dan jenis ikan terbang yang teridentifikasi pada lokasi sampel
(Syahailarua, 2006).
..
------~-----~--::::=---.-------~-
6
Ikan terbang banyak elijwnpai eli perairan timur Indonesia, eliantaranya adalah: Selat Makasar, LalIt Flores, Laut Natuna, Laut Am, Laut Arafura Papua, bagian utara Sulawesi Utara, Perairan selatan Bali dan Jawa timur, pantai barat Sumatera barat, Laut Halm.ahera, Laut Banda, perairan Sabang
tYUDg Banda Aceh
dan laut utara Papua. Di Indonesia terdapat 18 jenis ikan terbang (distribusi dan jwn1ah species yang telah ditemukan, disajikan pada Gambar 3). Sedangkan eli Sulawesi selatan dan Laut Flores elitemukan sebelas jenis ikan terbang (Syabaj1atua, 2006). Menurut Parin, 1996 in www.fishbase.comikan terbang jenis
Hirundichthys oxycephaJus tersebar eli beberapa wilayah perairan yaitu : IndoWest Pacific: Arabian Sea (Laut Arab) to southern Japan (Selatan Jepang), New Guinea and New South Wales, Australia Menurut Ali (2005), ikan terbang jenis
Hirundicthys oxycephaJus merupakan jenis ikan terbang dominan eli Laut Flores, sedangkan berdasarkan laporan Hennawati (2006), ikan terbang
je1tis ini
juga
elitemukan eli perairan Binuangeun, Banten, Jawa Barat. Menmut Sihotang (2004), ikan terbang eli Sulawesi Selatan melakukan ruaya untuk kebetbasilan penetasan telur dan ketersediaan makanan anaknya, dan ruaya pemijahan ini memiliki pengaruh langsung terbadap proses rekruitmen dan mortalitas. Ikan terbang bukan tipe ikan peruaya jarak jauh, ikan ini hanya beruaya debt pantai dan kemah laut. Ikan terbang merupakan jenis ikan
oseanodrom, artinya ikan yang seluruh daur bidupnya berada eli laut, memijah eli laut, mulai dari telur, kemudian menetas menjadi larva, lalu juvenile, dan dewasa eli laut serta melakukan ruaya eli laut.
2.3. Aspek Reproduksi 2.3.1 N'lSbah Kelamin Nisbah kelamin mempakan perbandingan jwn1ah ikan jantan dengan jwn1ah ikan betina dalam suatu populasi, nisbah 1:1 yaitu 50010 jantan dan 50% betina merupakan kondisi ideal (Ball dan Roo, 1984). Pada kenyataannya konelisi ideal tersebut sering menyimpang yang disebabkan oleh faktor tinglcab laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas, dan pertumbubannya Keseimbangan nisbah kelamin dapat berubah menjelang pemijahan (Nikolsky, 1963), atau juga dapat
r 1
7
disebabkan karena adanya perubahan kelamin (furner. 1986) misalnya yang terjadi pads species yang hermaphrodite.
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (fKG) Sesuai
dengan
umur.
organ
reproduksi
ikan
memiliki
proses
perkembangan penting yang disebut tingleat kematangan gonad (TKG). yaitu
tahap perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijab·(Effendie,I979). Pengetabuan kematangan gonad ikan diperlukan ootuk mengetahui perbandingan antara ikan yang telab matang gonad dengan ikan yang belum matang gonad dari stok yang ada di perairan. ukuran atau umur ikan saa1 pertama kali matang gonad. mengetahui waktu pemijaban, lama pemijaban, dan frekuensi pemijabaan dalam
satu taboo (Effendie, 1997). Salah satu cars ootuk mengukur tingleat kematangan gonads ikan Malah dengan mengulrur perbandingan panjang gonad dengan rongga tubuh (body caviJy). Selain itu dapat pula dilakukan dengan mengamati warna gonad, pembuluh darah dan butir-butir telur didalamnya (Effendie. 1979). Ada dua faldor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan mencapai matang gonad yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang berpengaruh adalab perbedaan species. umur, ukuran, serta sifat-sifat fisiologis masing-masing individu. Sedangkan faktor luar yang sangat mempengaruhi adalab ketersediaan makanan (Lagler et aI,I997). Royce (1972) menyatakan bahwa proses perkembangan telur dan sperma serta proses pengeluarannya membutuhkan energi
ekstra dan kondisi makanan yang baiL
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad Dalam proses reproduksi terjadi pertambahan berat gonad yang sejalan
dengan bertambah besarnya ukuran diameter telur. Perkembangan bera1 gonad akan mempengaruhi bera1 tubuhnya Tahapan perkembangan tingleat kematangan gonad dapat dinyatakan dengan indeks kematangan gonad (IKG), yaitu sebagai
hasi1 perbandinganantara bera1 gonad dengan bera1 tubuhnya dikalikan 100010. Nilai indeks kematangan gonad (IKG) akan mencapai kisaran maksimum ketika akan memijab kemudian akan menUflID dengan cepat selama pemijaban
(i
t
8
sedang berlangsung sampai selesai. Perbandingan nilai {KG ini lebih besar oilainya pada ikan betina dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie, 1997).
2.3.4 Faktor Kondisi Faktor kondisi (K) memmjukan kP1ldaan ikan dilihat dari segi kapasitas
fisik untuk pertabanan bidup dan reproduksi (Effendie, 1979). Faktor kondisi biasanya
dig.makan
untuk
menentukan
kecocokan
lingkungan
dan
membandingkan berbagai tempat bidup. Perhitungan faktor kondisi didasarkan
pada panjang dan berat ikan. Faktor kondisi ini dapat dig.makan sebagai indikator kondisi pertwnbuhan ikan diperairan. Nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan,jenis kelamin dan TKG (Effendie, 1997).
2.35 Fekonditas Fekunditas adalah jumlah telur masak sebehmi dikeluarkan pada waktu
ikan memijah dan disebut juga sebagai fekunditas individu atau mutlak (Effendie, 1979). Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang mempakan fekunditas oisbi (Nikolsky, 1%3). Species ikan yang memiliki fekunditas besar pada umumnya memijah di daerah permukaan., sebaliknya species yang fekunditasnya keciJ biasanya melindungi telurnya pada tanaman atau substrat lainnya Lingkungan sangat mempengaruhi fekunditas ikan yaitu bila keadaan lingkungan lebih lambat pertwnbuhannya pada ukuran pada ukuran yang sarna felrunditasnya bertambab (Nikolsky, 1%3) dan berkaitan pula dengan ketersediaan makanan (Wotton, 1979
in Susilawati, 2000). Meningkatnya ukuran panjang tubuh ikan diilruti dengan peningkatan jumlah fekunditas bingga mencapai ukuran tertentu dan kemudian akan menurun (Suwami, 1998).
2.3.6 Diameter Telnr Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya kematangan gonad ikan
sam
mendekati pemijahan (Effendie, 1979). Ovarium
yang mengandung telur ikan masak berukuran sarna semua menunjukan waktu pemijahan yang pendek, sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terns
- i
Ir========--.--.---.---.--.--------------------------------------------10
dengan sel telur berwama kuning tua yang menandakan telur siap untuk dikeluarkan (Gambar 5). Pada selaput luar telur (membrane), diliputi oleh umbaiumbai yang berbentuk benang yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada algae atau benda-benda terapung saat sudah dikeluarkan (Parin. 1960 in
Hermawati, 2006). Pada TKG V terdapat adanya ruang-ruang kosong tempat ovum yang telah dikeluarkan pada saat ikan memijah..
Gambar 4. Proses pembentukan Spermatozoa (Spermatogenesis) (sumber : www.fix.cox miami.edu)
Gambar 5. Proses pembentukan Ovum (Oogenesis) (sumber : www.fix.cox.miami.edu)
" m. METODE PENELITlAN 3.1 Waktu dan Tempst Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, dimulai pada bulan Oktober bingga bulan Desember 2005. Sampel ikan didapatkan dari basil penangkapau
ikan oleh para nelayan di sekitar perairau Laut Flores (Gambar 6) yang kemudian didaratkau di pelabuhan perikanan Gondol. Sampel tersebut selanjutnya dibawa
ke Bogor untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis ikan dilakukan di laboratorium ekobiologi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3"40' S
.,
.\
"!iI
.::..
.. •
,~ '.
117"20" E
peusngkapan'
,'",
-ej ".1
(aut Roms -
121°E
•. 124"40' E
128"20' E
132" E
(J.'
7"20' S
1~O'E
Gambar 6. Peta perairan Laut Flores. Daerah yang dilingkari merupakan lokasi Pengambilan sampel ikan terbang (H o:rycephalus) (sumber: www.wikipediacom)
II 12
3.2 Alat dan bahan Alat yang digtmakan dalam penelitian ini adalah satu set alat bedah yang digunakan untuk membedah ikan, penggaris untuk mengukur panjang total dan panjang baku, baki dan penampung ikan, timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,0001 g yang digunakan untuk menimbang berat tubuh dan gonad ikan
, tissue, cawan Petri, gelas ukur, botol film, plastik ldip untuk menyimpan gonad yang telah diawetkan, mikroskop dengan micrometer okuler dan objektif (model
CHS-213EM bilogycal microscope no. 400391 ; code number F2-OO7 ; manufacture by Olympus), kamera digital (model EX-Z60; 6 megapixel; exilim optical 3X; manufacture by Casio), serta gelas objek yang diglIDaka n untuk
meoganalisis diameter telur ikan contoh. Adapun bahan yang digunaka n ooalah ikan terbang itu sendiri, formalin
10010 untuk mengawetkan ikan contob, Formalin 4% untuk mengawetkan gonad dan larutan Bouin untuk mengawetkan gonad ikan yang akan dihistology.
3.3. Metode Kerja 3.3.1
PengambiJan contoh ikan di lapangan Ikan contoh diperoleh dari basil tangkapan nelayan. Waktu penangkapan
ikan dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2005 dengan frekuensi
penangkapan sebanyak satu bulan sekali. Alat tangkap yang digunakan adalah
jaring insang hanyut (drift gillnet) yang dioperasikan dengan kapal Pattorani (Lampiran l.b). Ikan contoh yang tertangkap kemudian dimasukan ke dalam wadah dan diawetkan dengan formalin 10010.
3.3.2
Proses kerja di laboratorium
3.3.2.1 Identifikasi ibn contoh Identifikasi ikan terbang dilakukan di laboratorium Biomakro I. Mengacu kepada Hutomo et ai., (1985) dan Carpenter dan Volker (1999) (Lampiran 2), bagian utama dari tubuh ikan yang diamati dalam pengidentifikasian antara lain adalah bentuk tubuh, sirip pektoral, sirip dorsal, sirip ventral. sirip anal, sirip ekor dan sungut.
ti
I,
~~========~
____--_-__-_-______________________________________
~~
13
3.3.2.2 Pengulmran panjang berat dan peogamatao TKG Pada analisis di laboratorium dilakukan penguIruran panjang total dengan menggunakan penggaris dengan tingkat ketelitian 1rom, selanjutnya dilakukan pula penimbangan bera1 individu i.kan. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pengamatan gonad ikan contoh.. Penentuan TKG ikan mengacu kepada metode
klasifikasi tingkat kematangan gonad yang dilakukan oleh Hermawati (2006) (Tabell).
Tabel 1. KJasifikasi tingkat kematangan gonad ikan terbang (Hermawati, 2006)
TKG
Betina
I
Ukuran gonad pendek dan terbungkus selaput wama hitam, warna coklat muda, mengisi 113 rongga tubuh. butiran tetur masih sangat kecil dan berwama putih di bagian anterior.
II
Ukuran lebih besar dari TKG 1 dan selaput pembungkus wama hitam masih ada, wama gonad Iruning putih dan mulai tampak butiran telur wama Iruning dibagian anterior.
ill
Ukuran mulai membesar mengisi Yo bagian ronga tubuhnya, selaput hitam mulai memudar, warna gonad kuning, butiran tetur lebih banyak.
Ukuran mulai membesar dan selaput pembungkus gonad mulai memudar, warna makin putih.
IV
Butiran nampak jelas dan makin banyak, gonad mengisi seluruh bagian rongga tubuh dan berwama Iruning tua
TKG m, permukaan testes nampak bergerigi, wama
Gonad mengempis dan keriput, dibagian pelepasan terlihat sisa-sisa telur.
Kantung gonad mulai mengempis dan keriput bila diawetkan.
Jantan Ukuran kecil dan pendek, wama putih krem. Gonad terbungkus selaput hitam.
Ukuran lebih besar dari TKG 1, wama putih susu dan masih terbungkus selaput hitam. Bentuk lebih jelas dari TKG 1.
Ukuran lebih besar dari
v
:
;
makin putih dan mengisi seIuruh rongga tubuh..
____
"r=========~---~-~~---~~-~-~~--"-.~----------------------------~--,
II
14
3.3.23 Fekunditas dan diameter telur Perbitungan fekunditas dilakukan dengan metode gravimetrik. dari telur ikan betina yang memiliki TKG ill, IV. Jwnlah telur contoh dig.makan untuk menduga jwnlah total telur yang ada pada gonad melalui perbandingan berat gonad contoh dengan berat gonad totalnya Pembuatan preparat histologis gonad ikan terbang mengacu pada metode .
yang dilakukan Banks (1986) in Hermawati (2006) (Lampiran 4), sedangkan
analisis histologi gonad pada setiap TKG dilakukan dengan mengacu pada Hennawati (2006). Diameter telur ikan contoh diukur dari gonad dengan fase TKG II, TKG
ill, dan TKG IV. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sampel telur dari masing-masing gonad pada setiap TKG dari bagian anterior, median dan posterior
gonad ikan betina yang diamati dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer (Gambar 7).
Gambar 7. Diagram gonad ikan dan bagian-bagian yang dihitung telurnya (sumber : Djamali et oJ., 1975)
3.4
Anstiss Data
3.4.1 _ Perbitungan kelas nkuran Jumlah kelas interval (kelas ulruran) dapat dihitung dengan menwmakan
rumus Sturges seperti berikut (Sugiyono, 2003): •
Menghitung jwnlah kelas interval :
K = 1+(3,3 X Log n)
I,
.
.._._--_--_. ________________________________
~~~======-=.~~-~--_.-_-_-_-
--~~~-
I'
15
Keterangan: K
= Jumlah kelas interval = Jumlah data observasi
n •
Mm~gremmg~~ah:
wilayah = Data terbesar - data terkecil •
Mengbi1ung lebar kelas : Lebarkelas=
Wilayah Jumlahkelas
3.4.2 Rasio keJamjn Rasio kelamin dihitung dengan cam membandingkan jumlah ikan jantan dan ikan betina Rasio kelamin = M F Keterangan: M
F
= =
jumlah ikanjantan (ekor) jumlah ikan betina (ekor)
Keseragaman sebaran nisbah kelamin dilalrukan dengan uji "Chi-
I
,I
Square" (Steel dan Torrie, 1980).
~(Oi -ei) 2
x2=~L....~__~
ei I
keterangan :
0;
= frekuensi ikan jantan dan betina yang djamati ke-i
ej
= frekuensi harapan yaitu frekuensi ikan jantan +
frekuensi ikan betina dibagi dua = nilai peubah acak
X2 yang sebaran penarikan
contohnya menghampiri sebaran Chi-square
3.4.3
Panjang herat dan faktor kondisi
3.4.3.1 Bobungan panjang herat
Hubungan panjang dengan berat dapat menentukan pola pertumbuhan ikan dan dihitung dengan menggunakan rumus (Effmdie, 1979), yaitu : W=aL b
\, ~~~~~~==~~=-------------------------------------------~-,I , 16
Keterangan:
W
=
Bernt i.kan
L
=
Panjang i.kan
a dan b = Konstanta
Transfonnasi ke dalam logaritma mempunyai persamaan (Walpole, 1992):
LogW = Logo + LogL atau Y = a + bx Log 0=
LogWxL(LogL)2 - LLogLxL{LogLxLogW) NxL(LogL2)-(LLogL)2 b = LLogW -(NxLoga)
LLogL
: Jumlah ikan
Keterangan : N W
: Berat total (g)
L
: Panjang total (mm)
I
It
adanb : Konstanta Untuk menguji dalam penentuan nilai b maka perlu dilakukan uji 1, dimana terdapat usaha untuk melakukan penolakan atau penerimaan hipotesa yang dibuat. Hipotesa
Ho
: b=3
HI
: b;t3
T hit =
Dimana
P. - Po SP. Sp,
adalah simpangan koefisien b yang dapat ditentukan dari
model ruums sebagai berikut : S2fJ.
=
L(X.KIG - Xrata)
serlangkan SfJ.
=~S2fJ.
dan KTG dicari melalui
analisis covarian.· Untuk penarikan keputusan yang membandingkan T hit dengan T tabel pada selang kepercayaan 95 0/0, Jika nilai T hit > T tabel maka keplltllsannya adalah menolak hipotesa nol., dan jika T hit < T tabel maka keplltllsannya adalah meneri.ma hipotesa nol (Ricker in Fujiarni. 2007).
1
"
..
r---~~.~-~==-=-=--~=--~-----=-~~-------- -.----------------------~
17
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara panjang dengan berat maka dig'makan koefisien korelasi (r) dengan rumus :
r
L (LogLxLogW) ./t(LogL)2
XL (LogWi
Bila r mendekati +1 atau -1 maka hubungan antara kedua peubah kuat dan terdapat korelasi yang tinggi diantara keduanya
3.4.3.2 Faktor kondisi Faktor kondisi (K) berdasarkan pada panjang dan berat ikan contob. Ikan memililO pertumbuhan yang bersifat isometrik apahila nilai b = 3, maka faktor kondisi menggunak.an rumus dengan persamaa n (Effendi 1979) : K(Ti)
Keterangan:
I
KmJ
= faktor kondisi
W
=
L
= panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm)
berat rata-rata ibn dalam satu kelas (g)
Pada ikan yang mempunyai pertumbuhan yang bersifat allometrik (b :f. 3), maka persam aan yang dignnakan adalah :
W K=-
aI!
Keterangan: K
=
faktor kondisi
W =
berat rata-rata ikan satu kelas (g)
L =
panjang total rata-rata satu kelas (mm)
a dan b= konstanta dari regresi 3.4.4 Tingkat kematangao gonad (fKG) Metode yang dig'makan untuk menduga u1ruran rata-rata ikan terbang pertama kali matang gonad yaitu metode Spearman-Karber (Udupa in Hermawati, 2006):
II
18
Keterangan: M = log panjang ibn pada kematangan gonad pertama
xJc = log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ibn telah matang gonad
x = pi
=
log pertambahan panjang pada nilai tengah
proporsi ibn matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ibn pada selang panjang ke-i
ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i qi =
I-pi
m =
panjang ibn pertama kali matang gonad sebesar antilog In,
3.4.5 Indeks kematangBn gonad Nilai
indeks
kematangan
gonad
(IKG)
dapat
diketahui
dengan
menggunakan rumus menurut Effendi (1979):
IKG = Bg xl000Al W
Keterangan:
[KG
=
indeks kematangan gonad
Bg
=
berat gonad (g)
W
=
berat tubuh total (g)
3.4.6 J?eknndUhbls Fekunditas dihitung dengan menggunakan metode gravimetrik dan rumus yang dipakai menurut Effendi (1979) in Hermawati (2006) adalah : F= Bg xN g
Keterangan :
F = fekunditas
Bg= berat gonad (g) g = berat telur contoh (g)
N = jwnlah telur (butir)
IV. BASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Komposisi tangkapan dan nisbah kelamin Ikan terbang (H. oxycephaJus) (Gambar 8) yang ditangkap selama penelitian
betjumlah 221 ekor yang terdiri dari 123 ekor ikan jantan dan 98 ikan betina dengan ukuran panjang total pada ikan jantan yang berkisar antara 177 - 240 mm (196 ± 11,75 mm) dengan berat berkisar antara 39,91 - 102,2 g (60,57 ± 11,39 g). Sedangkan ukuran panjang total pada ikan betina berkisar antara 150 - 245 mm (203 ±11,45 mm) dengan berat tubuh berkisar antara 44,6 - 102,8 g (67,96 ± 9,75 g). Berdasarkan ukuran panjang, ikan terbang pada penelitian ini dikelompokan menjadi 9 kelas ukuran panjang total. Kuantitas tangkapan
ikaJ:I jantan
banyak ditemukan pada selang panjang 183 - 193 mm sebanyak
?1
paling ekor,
sedangkan kuantitas tangkapRll ikan betina paling banyak ditemukan pada selang
panjang 194 - 204 mm sebanyak 40 ekor (Gambar 9).
Gambar 8. Hinmdichlhys oxycephaJus (Sumber: Ali, 2005 dan www.fishbase.com) Kisaran panjang total tubuh ikan terbang yang ditemukan di perairan Laut
Flores ini mempunyai ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kisaran panjang total tubuh ikan terbang yang ditemukan oleh Hermawati (2006) di
perairan Binuangeun, Banten yang berkisar antara 215 - 277 mm (dengan species yang sarna). Namun jika dibandingkan dengan kisaran panjang total tubuh ikan
20
terbang yang ditemukan di Sulawesi Selatan oleh Ali (1981) yang berkisar antara 118 - 223 nun, k:isaran total panjang tubuh ikan terbang di Laut Flores ini mempunyai ukuran yang lebih besar. Kondisi ini diperkirakan teJjadi karena pengaruh tingkat pemanfaatanJeksploitasi ikan terbang yang besar yang dilakukan di Laut Flores. Menurut Hermawati (2006) status pemanfaatan ikan terbang di
perairan Binuangeun masih rendah sehingga ukuran individu-individu penyusun populasi ikan terbang masih relatifbesar. Sedangkan pemanfaatanleksploitasi ikan terbang di
Sulawesi Selatan sudah berlangsung
lama dan sudah ada
kecendenmgan penurunan populasi (Ali, 2005) sehingga dapat mengakibatkan ukuran ikan yang tertangkap menjadi lebih kecil. 60
51
-::- 50
gJantan
~40
wBetina
~
c
~ 30 S!
'" 20
E
~ 10
o
o
1
0
3
0
2
1
1
+-.~-~-..,.
Kelas ukuran panjang total (mm)
- !
Gambar 9. Sebaran fiekuensi panjang ikan terbang (H orycephe/us) jantan dan betina di Laut Flores Berdasarkan komposisi tangkapan, perbandingan ikan jantan dan ikan betina adalah 1,3:1 atau 55,66 % ikan jantan dan 44,34 % ikan betina. Secara keseluruhan maupun tiap bulan kecuali pada basil tangkapan bulan November (perbandingan jantan : betina = 1: 1), perbandingan ikan terbang yang tertangkap tidak seimbang, yaitu ikan jantan lebih banyak dibandingkan dengan ikan betina.
Berdasarkan uji Chi-square pada taraf nyata (0,05) nisbah kelamin antara jantan dan betina pada tiap bulan pengamatan tidak seimbang (X
binmg
>
~,
maka
tolak Ha) (Lampiran 6). Menurut Hermawati (2006), nisbah kelamin ikan terbang
(Horycephalus) di perai:ran Binuangeun yang ditangkap menggllnakan Gil/net adalah 2:1 (tidak seimbang). Sedangkan menurut Ali (1981), menyatakan bahwa ikan Terbang di Laut Flores yang ditangkap dengan bubu hanyut memiliki nisbah kelamin 1: 1. Perbedaan dari ketiga basil penelitian ini diduga teJjadi akibat
21
adanya
perbedaan alat tangkap
penangkapan
yang
yang digtmaka n
memungkinkan
teIjadinya
dan
perbedaan
perbedaan
w3ktu
komposisi
ikan
Gantanlbetina) akihat adanya ruaya secara berkala pada masa sebelurn atau sesudah musim pemijahan (Sihotang, 2004). Selain itu perbedaan dari ketiga basil penelitian tersebut dapat pula dikaitkan dengan pemyataan dari Ball dan Rao (1984) yang menyatakan bahwa perbedaan komposisi kelamin dapat dipengaruhi oleh laju mortalitas, pertumbuhan, dan tingkah laku ikan Gantanlbetina). Ketidakseimbangan rasio kelamin ikan jantan dan betina ini diduga teIjadi karena proses alamiah dari strategi reproduksi ikan tersebut, yaitu jumlah ikan jantan yang lebih banyak dibutuhkan untuk. memenuhi kuantitas spenna dalam menunjang keberhasilan reproduksi, meskipun belurn diketahui secara pasti
berapa perbandingan komposisi jantan dan betina dalam pemijahan. Jika dikaitkan dengan proses reproduksi ekstemal yang memiliki faktor penghamhat fertilisali yang sangat besar seperti faktor lingkungan dan predator, maka kuantitas spenna yang dibutuhkan untuk. membuahi sel telur hams berada dalam jumlah yang besar. Pada waktu penelitian ini (Oktober-Desember) ditemukan bahwa jumlah ikan jantan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan betina (Gambar 10), diduga kondisi ini teIjadi karena pada bulan Oktober hingga Desember merupakan waktu memasuk.i masa musim pemijahan. Ali (2005) menya takan bahwa musim pemijahan ikan terbang (H oxycephalus) di Laut Flores diperlcirakan teIjadi pada bulan Februari-Maret, dengan puncak pemijahan Juni-Juli dan berakhir pada bulan September-Oktober. Sedangkan Dwiponggo et al (1990) in Andamari dan Zubaidi (1994) menyataka n bahwa musim pemijahan ikan terbang di Selat Makassar dan Laut Flores berlangsung pada bulan April sampai September.
.,~ 2,5 ~
~ ~
r.
2 1,5 1
.! 0,5 Z 0 III
+---------~--------~------November Oktober Desember Bulan
Gambar 10. Nisbah kelamin ikan terbang (H oxycephalus) setiap bulan pengamatan
I,
... - -...-_____ iiiiii... --iiii-iiiiiiliiii--ioi-.- .-ioi-"-"'-_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _~
r-"';';;;-~::"-=~-==-;;;;-;;;;-"';;-===-=-;=-;;;;;.o.-
-1' 22
Berdasark.an kelas uIruran panjang, nisbah kelamin atau komposisi jumlah ikan jantan dan ikan betina berfluktuasi paLla setiap selang uIruran panjang. Nisbah kelamin yang paling tinggi terdapat pada selang 172-182 mm dan yang paling rendah terdapat paLla selang 150-160 mm. Pada selang kelas 238-248 mm nisbah kelamin seimbang dengan jumlah ikan jantan dan betina masing-masing I ekor (Gambar 11). Berdasark.an penelitian yang dilakukan oleb Hermawati (2006) di perairan Binuangeun, nisbah kelamin yang paling tinggi terdapat pada selang panjang 222-228 mm dan yang terkecil terdapat paLla selang panjang 271-277 mm. Perbedaan antara nilai nisbah kelamin di Laut Flores dan di perairan Binuangeun diduga akihat adanya pengaruh overfishing di Laut Flores yang menyebabkan terjadinya perubahanlketidakseimbangan
komposisi
kel.amin,
karena paLla saat dilakukan kegiatan penangkapan bisa saja hanya ikan jantan yang tertangkap lebih banyak ataupun sebaliknya hanya ikan betina yang tertangkap lebih banyak. Selain itu tingginya tingkat eksploitasi di Laut Flores meyebabkan menurunnya jumlah ikan-ikan yang berukuran besar, sehingga hanya dapat ditemukan ikan-ikan yang beruIruran kecil yang menyusun komposisi kelamin ikan terbang (H orycephalus) di Laut Flores.
m
~1~) E 6J
~
a;
'.c" 24 j
~
~ z
0
i
~._~ •
.
' • •: : ; :
-
150 - 161 - 172 - 183 - 194 - 205 - 216 - 227 - 238160 171 182 193 204 215 226 237 248 Selang panjang (mm)
Gambar II. Nisbah kelamin ikan terbang (H orycephalus) berdasarkan kelas uIruran panjang total (mm)
4.2
Hobungan panjang berat Dari bubungan panjang berat ikan terbang (H orycephalus) diperoleb suatu
model pertumbuhan yaitu W = O.OOO9L2.lon paLla ikan jantan dan W = O,0268 L I.4735 paLla ikan betina (Gambar 12). Model pertumbuhan tersebut menunjukan bubungan yang cukup erat dengan nilai koefisien korelasi (r) ikanjantan dan betina yang mendekati 1, yaitu
..
1
23
nilai (r) jantan sebesar 0,72 dan nilai (r) betina sebesar 0,59. Dari model pertwnbuhan tersebut diperoleh nilai b sebesar 2,11 untuk ikan jantan dan 1,47 untuk ikan betina Hal ini menunjukan bahwa ikan terbang memiliki pola pertwnbuhan allometrik. negatif (b<3) yang berarti pertwnbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan berat tubuhnya (Effendie, 1979). Namun
pola pertwnbuhan ikan terbang yang tergolong allometrik negatif ini belurn diketahui secara pasti faktor-faktor penyebabnya. Jantan 120 ] 1:
~
y=O.~I072
~ = 0.5158
60
,.....
CD ....,
... CiI
I-
40 -1 20J
o!
100
0
tI 200
300
Betina
GI
= 1~ 1 100 80
60
Y = O. 0268x 1.4T35 W= 0.3529
:1
0, 0
100
•••
.J 200
300
PanJang (mm)
Gambar 12. Hubungan panjang berat ikan terbang (H oxycephalus)
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor dalam (internal) meliputi urnur, ukuran, genetik, jenis kelamin,
keta~anao
tubuh dan tingka t kematangan gonad. SedangJ
luar (eksternal) meliputi ketersediaan makanan di alam, stock ikan yang ada di perairan dan faktor linglrungan seperti kondisi perairan dan kualitas perairan
(Effendie, 1997).
I
I,
11 24
43
Faktor kondisi Faktor kondisi ikan jantan dan ikan betina berfluktuatif. Nilai kisaran rata-
rata faktor kondisi ikan jantan 1,00-1,08 dengan rata-rata nilai faktor kondisi tertinggi pada bulan Olctober, sffiangkan kisaran rata-rata faktor kondisi ikan
betina adalah 0,9-1,02 dengan rata-rata nilai faktor kondisi tertinggi pada bulan Desember (Gambar 13).
'.2
'.' u
:a ."
s::
...
...
Q
..::c
D.l
- -
... '.2
'.'
...
... ...
-
~----~------~----~----~
Bulan Gambar 13. Faktor kondisi ikan terbangjantan dan betina berdasarkan bulan Fluktuasi nilai faktor kondisi ini dapat disebabkan oleh pengaruh perbedaan umur ikan dan pembahan pola makan ikan saat ikan tumbuh. Faktor lain yang diduga mempengaruhi adalah kondisi Lingkungan dan ketersedian makanan Dilihat dari nilai k.isaran rata-rata, faktor kondisi ikan jantan memang lebih tinggi dari faktor kondisi ikan betina, namun dilihat dari perkembangan faktor kondisi
setiap bulan., faktor kondisi ikan jantan mengalami perkembangan yang negatif (menurun) setiap bulannya namun penurunannya .tidak signifikan pada interval antara bulan November dan Desember, sedangkan faktor kondisi ikan betina mengalami perkembangan yang positif (naik) setiap bulannya Kenaikan nilai faktor kondisi ikan betina setiap bulan diduga terjadi berkaitan dengan
fi
1
I,
It 25
perkembangan diameter telur dan volume telur ikan. betina yang berpengaruh terhadap perkernbangan gonad. Sedangkan penunman faktor kondisi ikan jantan
yang kontra dengan perkembangan IKG-nya yang positif pada setiap bulannya diduga terjadi akihat rnenW1.IIlDya asupan makanan yang dikonsumsi oleh ikan tersebut.
Hal tersebut didulrung oleh laporan Nurmawaty (2007), yang
rnenyebutkan bahwa Indeks Stomach Content (ISC) ikan terbang (H oxycephalus) jantan yang diteliti dari lokasi dan waktu pengamatan yang sarna menunjukan perkembangan yang secara garis besar relatif rnenurun setiap bulannya, namun belum dapat diketahui secara pasti faktor-faktor penyebahnya
Berdasarkan hubungan antara faktor kondisi dengan tingkat kematangan gonad (Ill dan IV) setiap bulannya diperoleh data yang berf1uktuasi (Gambar 14). Pada ikan jantan, nilai rata-rata faktor kondisi pada TKG IV lebih kecil daripada faktor kondisi pada TKG III. Selain itu nilai faktor kondisi pada TKG III dan TKG IV rnengalami penunman pada setiap bulannya, namun pada TKG IV rnengalami kenaikan lagi pada interval antara bulan November-Desember. Kondisi ini diduga terjadi berkaitan dengan kebiasaan ikan yang pada umumnya cenderung rnengurangi aktifitas makannya seiring dengan semakin rneningkatnya kematangan gonad ikan tersebut. Hal ini dapat djarnati dengan rnelihat hubungan panjang berat yang nilai koefisien korelasinya semakin kecil setiap bulannya, artinya secara berkala (Oktober-Desember) setiap pertambahan panjang tidaklagi diikuti oleh pertambahan bobot ikan. Menurut Effendie (1997) Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada panjang dan berat ikan, selain itu faktor kondisi dapat diglIDakan sebagai indikator kondisi pertumbuhan ikan diperairan. Kondisi ini juga diduga berkaitan dengan faktor ketersediaan makanan yang diperkirakan berada dalam kondisi yang kurang baik, sehingga berdampak pada terganggunya
kondisi pertumbuhan ikan di perairan. Sihotang (2004) rnelaporkan bahwa kondisi cuaca yang buruk (musim hujan) tetjadi pada bulan November hingga Januari di sebagian Laut Flores dan perairan Sulawesi Selatan. Hal ini diduga sebagai salah satu faktor penyebah penurunan ketersediaan rnakanan
(Effendie, 1997)
rnenyatakan bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, rna kanan, jenis kelamin dan TKG. Pada ikan betina secara umum rata-rata nilai faktor kondisi pada TKG IV lebih tinggi dari pada TKG III dan kurva mengalami
·
1,
26
peningkatan secara konstan pada setiap bulannya (Oktober-Desember) kecuali
pada TKG ill yang mengalami penunman kondisi pada interval November Desember. Perkembangan kurva faktor kondisi yang positif (meningkat) pada TKG IV di setiap bulannya diduga tetjadi berkaitan dengan strategi reproduksi
ikan dalam rangka mempersiapkan pemijahan, salah satunya dengan earn menambah konsumsi makanan untuk memperbanyak cadangan energi guna melepaskan telur. Sedangka n nilai faktor kondisi yang fluktuatif pada TKG ill diduga berkaitan dengan ketersediaaan makanan yang semakin menurun setiap bulannya Betina
Jantan
1,3
u T
1 f ~~ l' I
\.
I
I
u
-
-
T
I I I i~
~ I- ~ 1
I
I
!
Ii -....
~~----~----~----~----~
Bulan
Gambar 14. Faktor kondisi TKG ill dan TKG IV
4.4
Aspek reproduksi
4.4.1
Tingkat Kematangan Gonad Perkembangan gonad dapat diketahui dari pengamatan morfologi dan
histologi. Parameter yang diamati untuk mengidentifikasi TKG pada ikan jantan dan ikan betina adalah warna, bentuk dan ulru:ran, serta volume telur dan testes di dalam gonad (Tabel 2).
I
1I 27
Tabe12. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (H. oxycephalus) berdasarkan basil pengamatan morfologi gonad TKG
Jantan
I
Ukuran kecil, pendek, berwama
putih seperti benang.
II
m
IV
Betina
Ukuran kecil, panjang dan tran.sparan. butir telur tidak dapat terlihat dengan mala telanjang.
Ukuran lebih panjang daripada TKG L berwama putih.
Ukuran gonad lebih panjang dari TKG L wama putih kelmningan, di ujung anterior terdapat bagian gonad yang lebih besar dibandingkan pada bagian tengah dan posterior.
Ukurannya lebih besar dari TKG IL berwama putih, permukaan gonad (bagian luar) bergelombang dan mudah putus, mengisi sebagian (± 40-60 %) rongga tubuh.
Ukuran gonad lebih besar dari TKG IL wama gonad kuning kemerahan, butir telur terlihat jelas dengan jurnlah yang lebih banyak dan mengisi sebagian (± 50-70 %) rongga tubuhnya
Ukuran gonad besar, permukaan gonad bergelombang, mengisi bampir sebagian besar (± 60-7(010) rongga tubuh.
Ukuran gonad besar, wama kuning kemerahan, butir telur dapat dipisahkan dan mengisi hampir sebagian besar (± 70-85 %) rongga tubuh.
Pada pengamata n baik ikan jantan maupun betina, TKG
m dan
IV
ditemukan pada setiap bulannya (Gambar 15). Tingkat kematangan gonad yang ditemukan antara bulan Oktober hingga Desember secara umum terdiri dari ikan terbang dengan karakteristik berupa fuse gonad muda (TKG I), fase mulai matang (TKG 11), fase matang (TKG ID), dan fase meroijah (TKG IV), sedangkan gonad
dalam fase salin (TKG V) tidak ditemukan pada setiap bulan pengamatan, hal tersebut menandakan bahwa tidak ada pemijahan yang terjadi pada waktu sebelum bulan pengamatan (Oktober-Desember). Dari pola ini dapat diduga bahwa ikan
terbang (H. oxycephalys) sedang berada dalam kondisi memasuki musim pemijahan (Gambar J6).
I, 28
Jantan (N
=123)
Ell TKG IV
100%
80% BTKG III
60%
40% -
~
~
20%
QTKGII
0% -l--...........' - - r - - - - ' - , . - -.....- - - - . Olctober (51)
g o)
C
~
:s
November
Oesember
(32)
(40)
Betina (N
.:.:
t
=98)
Ell TKG I
100% ~ 80%
60%
40% 20% 0% -l----!!!!!!l-,---'"""i!""'L--,,--Olctober(47)
November
Oesember
(32)
(19)
Bulan Gambar 15. Persentase kematangan gonad ikan terbang (H. orycephaJus) setiap bulan pengamatan di Laut Flores. Angka yang berada pada diagram batang menunjukanjumlah ikan (ekor)
,
I,i
I I
, I
,
\ 'I
,
, fl' (Jantan)
(Setina)
Gambar 16. Tingkat kematangan gonad ikan terbang (H. oxycephaJus) jantan dan betina di Laut Flores. Angka pada gambar menunjukan tingkat kematangan gonad ikan.
Berdasarkan pengamata n setiap bulan, ikan jantan maupun ikan betina dengan komposisi TKG ill dan TKG IV terbanyak ditemukan pada bulan Desember, yaitu TKG ill sebesar 42 % dan TKG IV sebesar 58 % pada ikan
betina Pada ikanjantan ditemukan TKG ill sebesar 38 % dan TKG IV sebesar 55 %. Namun jumlah ikan dengan fase TKG ill pada ikan jantan paling banyak ditemukan pada bulan Oktober sebesar 71 %. Temuan ini menimbulkan dugaan
I, 29
bahwa masa pemijahan ikan terbang di Laut Flores diperkirakan tetjadi setelah bulan Desember (sekitar awal tabun). Hal ini dapat dilihat dari tidak ditemukannya gonad dalam fase salin (TKG V) pada setiap bulan pengamatao yang
mengindikasikan
belurn terjadinya pemijahan pada reotang
bulan
peogamatao (Oktober-Desember), dugaan tersebut juga diperkuat dengan masih kecilnya ukuran diameter telur pada fase gonad mataog yang ditemukan dalam penelitian ini dibandiogkao dengan ukuran telur mataog pada penelitian yang dilakukan oleb Ali (1981). Selain itu perkembangan nilai £KG yang positif (meningkat) pada setiap bulannya baik pada ikan jantan maupun ikan betina merupakan indikasi kuat bahwa ikan terbang (H orycephalus) sedang berada dalam fase memasuki musim pemijahan pada interval bulan Oktober-Desember. Kondisi ini sesuai dengan apa yang diperoleb Ali dan Nessa (2005) yang menyatakao bahwa ikan terbang diperkirakan sudah mulai memijah pada bulan Februari-Maret dangan puncak pemijahan Juni-Juli dan berakbir SeptemberOktober. Hipotesa lain yang memperkuat dugaan diatas dapat pula dilihat dari basil pengamatan yang dilaporkan oleb Sihotang (2004) seperti yang tersaji pada Tabe13. Tabe13. BebeIapa fenomena pentiog tentang ikan terbang di Selat Makassar dan Laut Flores (Sihotang, 2004) No I
2
3 4
5
6 7
Kejadian ikan terbang di Selat Makassar dan Laut Flores Musim bertelur Induk ikan terbang pergi ke SG (! . ground) Induk meninggalkan daerah SG T elur menetas terbawa arus menjadi juvenile Setelah berumur 12 bulan menetas Effektif menangkap ikan dengan Gil/net Efektif tangkap telur ikan terbang dengan Bale-bale, Pakkaja
J
F
Jumlah bulan per tabun M A M J J A S 0 N 0 x x x x x x x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x x x x x
x
x
x x x x
x
x
x .
I' 30
Berdasarkan basil pengam atan , diperoleb basil bahwa i.kan jantan pertama
kali matang gonad paLla ukuran 177 mm atau berada paLla selang 172-182 mm, dan i.kan betina pertama kali matang gonad juga paLla ukuran yang sarna yaitu 177 mm atau berada paLla selang keIas panjang total 172-182
IllIIl-
Data pengamatan
(Gambar 11) menunjukan bahwa i.kan terbang sedang berada dalam tahap
memasuki musim pemijahan, karena tingkat kematangan gonad paLla i.kan terbang jantan dan i.kan terbang betina berlangsung secara serentak (paLla ukuran panjang total 177 mm), dengan perkembangan TKG dalam fase matang yang hampir seragam (paLla selang 183-215 mm), dan komposisi kelamin antara
i.kan jantan
dan i.kan betina yang secara umum berada dalam kondisi siap memijah Gumlah
i.kan jantan > i.kan betina). Berdasarkan analisa data dengan menggtmakan metode
Spearman-Karber diperoleb basil bahwa i.kan terbang (H oxycephalus) jantan pertama kali matang gonad paLla ukuran 208 mm, dan i.kan terbang betina pertama
kali matang gonad paLla ukuran 201 mm (Lampiran 9). Perbedaan basil yang diperoleb berdasarkan basil pengamatan dengan ana lisa statistik, disebabkan
karena perolehan basil tangkapan yang tidak merata paLla setiap ukuran panjang total (Gambar 9) (Kamal, 2007 komunikasi pnbadi). sehingga tidak mewakili distribusi TKG paLla setiap keIas panjang (Gambar 11). SeIain itu metode statistik cenderung menggambarkan kondisi ukuran ideal i.kan saat pertama kali matang gonad. Menurut Hermawati (2006) i.kan terbang (H oxycephalus) jantan pertama
kali matang gonad paLla ukuran 237 mm dan i.kan betina 238 mm sedangkan Ali (1981) melaporkan bahwa i.kan jantan pertama kali matang gonad paLla ukuran 180 mm dan betina 170 mm, namun dalam penelitian terbanmya Ali (2005) meIaporkan bahwa rata-rata panjang cagak saat pertama kaIi ikan terbang (H
oxycephalus) matang gonad adalah 151,1 mm paLla proporsi populasi 50 %. Perbedaan ukuran i.kan saat pertama kali berada dalam fase produktifImatang gonad paLla ketiga penelitian tersebut diduga berkaitan dengan tingkat eksploitasi
ikan terbang yang ada di masing-masing perairan tersebut
!t
"
~---
.---,----- -----
--
--~- ----~~
31
Jantan (N
=123)
100%
9 l1CG IV
90% 80%
~
9~ru
60% SO% 40% 30%
~l1CGII
20% 10% 0% -l---,---,-
9 l1CG I
150- 161160 171
172- 183182 193
194204
2OS215
216- 227226 237
238248
Betina (N = 98)
150- 161- 172- 183160 171 182 193
194- 2OS- 216- 227- 238204 215 226 237 248
SeIang keIas (mm)
Gambar 17_ Tingkat kematangan gonad ikan terbang (H oxycepholus) berdasarkan selang kelas panjang total Adanya penangkapan yang berlebihan (overfishing) yang teJjadi di Laut Flores diduga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan ikan terbang di lokasi tersebut menerapkan stIategi reproduksi alamiah yaitu dengan mempercepat kematangan gonadnya pada ukuran panjang yang lebih kecil demi menjaga kelangsungan hidupnya Menurut Ali (2005), terdapat kecenderungan awal musim pemijahan ikan terbang di sekitar Laut Flores berlangsung lebih awal yaitu Februari-Maret dan berakhir September-Oktober dibandingkan dengan dua dekade lalu. Menmutnya kejadian ini mlmgkin disebabkan karena perubahan kematangan gonad ikan yang berlangsung lebih cepat Kematangan lebih cepat
dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti suhu dan radiasi matahari yang dapat memacu kematangan. Selain itu perubahan lingkungan seperti melimpahnya
makanan
karena penurunan populasi ikan terbang akibat
penangkapan berlebihan, kemlIDgkinan dapat meningkatkan pertumbuhan dan mempersingkat kematangan dan waktu pemijahan (PUt, 1975 in Ali, 2005).
II 32
Perubahan musim reproduksi yang lebih cepat merupakan adaptasi terhadap tekanan lingkungan dan menjadi strategi reproduksi sehingga populasi ikan terbang masih tetap bertahan (Ali, 2005). Menurut Kamler (1992) in Ali (2005), ikan yang mengalami tekanan penangkapan kem1mgkinan melakukan proses
adaptasi dengan memperJihatkan perubahan strategi reproduksi berkaitan dengan kematangan, pemijahan, fekunditas, pertumbuhan dan sebagainya Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terutama ketersediaan makanan, oleh karena itu ukuran ikan saat pertama kali matang gonad tidak selalu sarna (Effendie, 1997) (Gambar 17). Berdasarkan basil histologi pada testes ibn terbang (H oxycephalus)
jantan, pada TKG I terlihat adanya spermatogonium yang terikat dengan jaringan ikat kuat. Pada saat memasuki TKG II gonad mulai berkembang dan kantung-
kantung tubulus seminiferi berisi spermatosit primer. Memasuki TKG IlI, spermatosit primer mengalami pembelahan secara mitosis menjadi spermatosit sekunder. Pada TKG IV mulai berkembang membentuk spermatid yang kemudian akan mengalami metamorfosa (spenniogenesis) menjadi spermatozoa yang siap untuk dikeluarkan saat pemijahan (Gambar lSa). Berdasarkan basil histologi pada gonad ikan terbang (H oxycephalus)
betina, pada TKG I terlihat bahwa ukuran telur sangat kecil dan tidak memiliki kuning telur dan terlihat nukleus dengan jelas. Pada TKG II oogonia akan
membelah secara mitosis menjadi oosit dan mulai terjadi pengendapan kuning telur. Pada TKG
m oosit akan berkembang menjadi ootid dengan jumlah kuning
telur yang semakin banyak. Pada TKG IV ootid akan berkembang menjadi ovum dengan ukuran diameter telur yang lebih besar dari TKG dikeluarkan pada waktu memijah (Gambar 18b).
m
yang akan
1,
-------~- --"--~-~--------~---
33
TKGI Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (60-70 em)
TKGU Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)
TKGID Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)
TKGIV Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)
Gambar 18a Struktur histologis gonad i.kan terbang (H oxycephalus) jantan
Keterangan Sg
: spermatogonium
Sp
: Spermatosit primer
Ss
: Spermatosit sekunder
St
: Spermatid
I
I,
34
TKGI
TKGO
Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (60-70 em)
Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)
TKGm
TKGIV
Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (60-70 em)
Perbesaran mikroskop (IOxIO) Perbesaran kamera (40-60 em)
Gambar I8b. Struktur histologis gonad ikan terbang (Hoxycephalus) betina Keterangan
.!'
Og
: oogoruwn
Os
: oosit
Nu
: nukleus
Yg
: yolk egg (lruning telur)
Ov
: ovum
Flk
: folikel (kantung telur)
.I
I 35
4.4.2
Indeks Kematangan G1lnad (IKG)
Tabe14. Indeks kematangan gonad rata-rata ikan terbang (H oxycephalus) pada setiap bulan pengama tBn
Bulan
Jenis kelamin
Oktober 0,46 2,12
Jantan Betina
November 0,57 3,50
Desember 0,97 4,92
Jantan 2..S
2.0
',5
'.0 Q.5
,....
T
r
0.0
~
<)
'-'
Retina ...~ . ~
'2 .0
• • • 2 0
Bolan Gambar 19. Indeks kematangan gonad ikan terbang (H oxycephalus) setiap bulan pengamatan
K.isaran rata-rata nilai IKG ikan terbang jantan berdasarkan bulan adalah 0,46 0/0-0,97 % sfflangkan ikan terbang betina berkisar antara 2,12 %-4,92 % (Tabel 4). Nilai kisaran rata-rata IKG ikan jantan lebih kecil dibandingkan ikan betina, hal ini terjadi karena proporsi herat gonad ikan betina terbadap berat tubuhnya lebih besar dibandingka n ikan jantan. Menurut Effendie (1997), nilai IKG akan menurun pada waktu memijah dan setelah memijah. Dari Gambar 19,
dapat dilihat nilai IKG semakin meningkat setiap bulannya, hal ini dapat mengindikasikan akan terjadinya pemijahan pada bulan Desember atau pada
t
II 36
bulan-bulan berilrutnya Ali (2005) menyatakan bahwa musim pemijahan ikan
terbang (H. oxycephaJus) di Laut Flores diperkirakan terjadi pada bulan FebruariMaret, dengan puncak pemijahan Juni-Juli dan berakhir pada bulan SeptemberOktober. Indeks kematangan gonad ikan berdasarkan ukuran panjang dapat dilihat
pada Gambar 20. Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai IKG bertIuktuasi berdasarkan selang panjang. Secara umum nilai IKG pada ikan jantan dan ikan betina cenderung mengalami perkembangan yang seragam, dimana setiap perkembangan IKG betina diiringi pula dengan perkembangan IKG jantan. Nilai IKG ikan betina yang lebih tinggi disebabkan karena proporsi berat gonad ikan betina terhadap berat tubuhnya lebih besar dibandingkan ikan jantan. Tingkat kematangan gonad pada ikan terbang jantan dan ikan terbang betina juga terjadi
secara serentak, yaitu pada selang ukuran panjang total 172-182 rom. Hal-hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa ikan terbang (H. oxycephaJus) yang diamati
pada waktu pengamatan in.i (Oktober-Desember) sedang berada dalam masa memasuki musim pemijahan. -+-Jantan
6 5
--- Selina
~4
:;3 ~
2 1
o+---~~~~~~~--~--~~~~~~ 150 - 161 - 172 - 183 - 194 - 205 - 216 - 227 - 238160 171 182 193 204 215 226 237 248 Kelas panjang tG1aJ (mm)
Gambar 20. Indeks kematangan gonad ikan terbang (H. oxycephaJus) setiap selang panjang
4.4.3
Fekunditas Fekunditas ikan terbang diperoleb dari 70 ekor ikan betina dengan ukuran
panjang total berlcisar antara 150-220 rom dan berat antara 44,6-80,49 g dan telah
berada dalain fuse matang dengan 30 ekor ikan berada pada fase TKG ill dan 40 ekor ikan pada fase TKG IV. Jumlah telur yang diperoleb selama penelitian
I.
..
~~~~==~.~-~-
_-_.-_.~~
__-__. __________________________ ___ ~
II 37
berkisar antara 3224-9309 (x= 6702±1356,56) butir telur. Felrunditas terkecil dijwnpai pada ikan terbang betina dengan panjang total 198
mID
dan berat tubuh
63,79 g dengan jumlah telur sebanyak: 3224, sexiangkan jumlah jumlah telur paling banyak: dijwnpai pada ikan terbang be1ina dengan ukuran panjang 201 mID
dan berat tubuh 70;1.6 g sebanyak: 9309 butir telur. Felrunditas sering dihuh1mgkan dengan panjang daripada berat karena penyusutan panjang ikan relatif kecil dibandingkan penyusutan pada berat tubuh yang berubah dengan mudah (Effendie, 1997). Jika dilihat dari koefisien korelasi yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 0,4021, maka memberi arti bahwa tidak: terdapat hubungan antara panjang total ikan dan felrunditas (Gambar 21).
Hal ini teIjadi diduga karena selang ukuran panjang yang diperoleh hampir seragam dan tidak: mewakili seroua ukuran panjang.
y
=0.8853x1.S778 R2 = 0.1617
o
50
100
150
200
250
panjang total tu~uh
Gambar 21. Huhungan felrunditas dengan panjang total ikan terbang (Hoxycephalus) di Laut Flores. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Nessa el al., (1977) in Hutomo et al. (1985) diperoleh data bahwa felrunditas ikan terbang (c.
oxycephalus) di Selat Makassar berkisar antara 3293-6293 butir, sexiangkan felrunditas ikan jenis yang sarna di Laut Flores berkisar antara 3700-6915 butir. Hasil perhitungan
f~lrunditas
oleh Ali (1981) terhadap C. oxycephalus lebih
tingggi daripada perhitungan felrunditas yang dilakukan oleh Nessa et al. (1977) yaitu berkisar antara 4933-9220 butir telur. Sedangkan menurut Hermawati (2006), fekunditas ikan terbang berkisar antara 767-9213 butir. Perbedaan tersebut menunjukan .bahwa felrunditas ikan terbang cenderung memiliki k.isaran yang
I,
__ --_-. ._-. . _-_-_.______________________
~~~~~~~-~-~--~-
~
___
I 38
relatif menurun dibandingkan beberapa tahun silam (dibandingkan
deng~
penelitian Nessa (1977) dan Ali (1981». Perubahanlpenurunan diameter telur dan peningkatan fekunditas diduga terjadi karena respon dari perubahan lingkungan,
perubahan genetik., serta dampak tekanan penangkapan yang besar. Menurut Cnshing (1968); Nikolsky (1969); Ware, (1975); Mann (1984) in Pankhurst dan .
I
.-
Conroy, (1987) perubahan fekunditas (penurunan/kenaikan) dari suatu species dipengaruhi oleh habitat (lokasi dan ketinggian), dan juga dipengaruhi oleh waktulperiode pemijahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa overfishing dapat berpengaruh terhadap penurunan fekunditas, karena dengan adanya tekanan
penangkapan yang besar maka waktulperiode pemijahan ikan dapat terganggu, sehingga ikan akan memijah lebih cepat dari waktu ideal pemijahannya yang akan berpengaruh terhadap terhentinya perkembangan fekunditas ikan tersebut.
4.4.4
Diameter telor rum pola" pemijahan Diameter telur ikan terbang pada TKG II berada pada kisaran diameter
0,18-0,58 mm dengan puncak berada pada selang diameter 0,28-0,38 mm
d~
jumlah sebanyak 187 butir, diameter telur ikan terbang pada TKG ill berada pada kisaran 0,48-0,99 mm dengan puncak berada pada selang diameter. 0,78-0,89 mm dengan jwnlah telur sebanyak 197 butir, sedangkan diameter telur,pada TKG IV
berada pada kisaran 0,69-1,4 mm dengan puncak berada pada selang 1,11-1,30
mm dengan jumlah telur sebanyak 141 butir telur (Gambar 22). Menurut Hermawati (2006) diameter telur pada TKG ill ikan Terbang di perairan Binuangitin, Banten berkisar antara 0,981-2,358 mm, sedangkaJi pada TKG IV diameter telur berkisar antara 0,875-2,252 mm. Menurut Ali· (1981) diameter telur yang matang berlcisar
aDtanJ 1,49-1,79 mm yang akan dikeluarkan pada saat
pemij$lp,. Sedangkan
~"pen~litian
terbarunya Ali (2005) memperoleh data
diameter. telur yang dikelompokan kedalam tiga kelompok ukuran telur yaitu; ~h~
muda 0,"03-0,49' mm, telur mulai berkembang 0,50-0,99' mm, dan telur
matang 1 00--1 75 mm. ........\\' ' ,
.\
Jilai
dibandin~an
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawati
(2006), jelas ierlihat bahwa diameter telur ikan terbang pada penelitian ini mempunyru ~ y~ jauh lebih kecil, hal ini terjadi karena tekanan
f
39
peonangkapan di perairan Binuangeun tidak sebesar tekanan penangkapan yang terjadi di Laut Flores, sehingga masih dapat ditemukan ikan dalam ukuran yang
besar dengan ukuran diameter telur yang besar pula Ukuran diameter telur yang diperoleh dalam penelitian ini lebih kecil apabila dibandingka n dengan data yang diperoleh Ali (1981) di lokasi penelitian yang sarna (Laut Flores) (telur matang
pada penelitian ini berkisar antara 0,69-1,4 IllIIl, sedangkan telur matang menurut Ali (198l) berkisar antara l,49-l,79 mm), namun secara garis besar diameter telur
pada penelitian ini mempunyai ukuran, .yang tidak jauh berbeda dengan ukuran diameter telur yang dilaporkan oteb Ali (2005) di lokasi penelitian yang sarna (Laut Flores). Kondisi ini menunjukan bahwa telah terjadi penurunan ukuran
diameter telur dibandingkan dengan 24 tahun silam, dan diduga penurunan ukuran diameter telur ini terjadi karena respon dari perubahan lingkungan, perubahan genetik, serta dampak tekanan penangkapan yang besar di Laut Flores. TKGII
200
1SO 100 50
-...= ":C
---...= .J:>
.
tl I
\
1 :.-
t -
250 200
~
-
1SO ~ 100 .=. CIS SO-
=
..."
,
F
40
S
.
,
,
,
--.
0, • TXG III':
'
,I.j!
! , TKGIV o
, R. ,
,
U "
Ell
I
I
150 100 50 C-,
. . .en
T
•
ll-
III •
en en en 00 en .....
0
00 ..... q- "l ~ ...... m00 00 ,....; 900 900 9en 9en 9 9 9 9 en en 00 00 00·
00
......
N
m
t;i-::o 0
q-
&1'1
0
0
0
..... 0
00
0
0
m
q-
.
,....; ,....; ,....; 6 m N 0 ,....; en ..... ,....; ..... 0
. . N
Selang kelas (mm)
Gambar:p. Sebaran diameter telur ikan terbang (H oxycephalus)
, ! 40
Distribusi diameter telur memperlihatkan lebih dati satu modus yang menggambarkan pola pemijahan ikan terbang (H orycephalus) yang bersifat parsial (Gambar 18b). Data ini juga didukung oleh basil histologi yang menunjukan adanya 3 fase perkembangan telur (Gambar 18b). Menurut Ali (2005) ikan terbang memijah lebih dari satu kali atau sekitar 34 kali dalam satu musim pemijahan dengan perkiraan musim pemijahan mulai bulan Februari-Maret hingga September-Oktober. Kejadian yang sarna juga terjadi pada ikan terbang H
affinis di perairan Barbados Karibia yang melakukan pemijahan 34 kali (Khokkiattiwong et al,. 2000 in Ali, 2005). Sedangkan Hermawati (2006) melaporkan bahwa ikan terbang (H orycephalus) di perairan Binuangeun melakukan pemijahan satu kali selama satu musim pemijahan (Total spawner).
4.5
Pengelolaan Ikan terbang mempaka n
salah satu sumberdaya perikanan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Permintaan akan telur ikan terbang yang mempunyai nilai jual tinggi terus meningkat dari tabun ke tabun, sehingga memacu nelayan untuk melalrukan penangkapan/eksploitasi besar-besaran. Pada tabun 1~8, saat penangkapan ikan terbang dilalrukan di daerah spawning graund di Laut Flores dan Selat Makassar jumlah kapal penangkap telur ikan terbang sebanyak 112 unit dengan basil tangkapan sekitar 3,8 ton. Saat itu tenaga penggerak berupa layar dengan alat tangkap Pakaja Namun pada tabun 2001
jumlah kapal yang beropernsi untuk mengumpulkan telur ikan terbang bertambah menjadi 1500 unit dengan melibatkan sekitar 10.000 nelayan dan total produksi telur sekitar 420,20 ton (Sihotang, 2004). Tmgginya tingkat eksploitasi tersebut dapat berdampak pada penurunan stock ikan. Penurunan ukuran ikan basil tangkapan (panjang total), penurunan ukuran diameter telur, serta penurunan fekunditas ikan terbang (Hoxycephalus) dalam penelitian ini dibandingkan dengan tabun-tabun sebelumnya merupaka n indikasi kuat bahwa ikan terbang telah mengalami over exploitation, oleh karena itu diperlukan suatu langkahlangkah pengelolaan yang bertujuan untuk memulihkan kondisi perikanan ikan
terbang dengan tujuan memaksim1lD1kan basil secara biologis, memaksimalkan
I
I, 41
basil secara ekonomi, memelihara ukuran stock, mencegah penurunan rekruitmen tahunan dalam tingkat yang rendab dan menjaga ukuran minimum stock pemijah, agar tujuan pemanfaatan secara berkelanjutan dapat tercapai. I.angkah-Iangkah
yang dapat dilakukan dalam nmgka mewujudkan tujuan tersebut antara lain, melaIrukan sosialisasi kepada seluruh stakeholder mengenai status ikan terbang di Laut Flores yang kualitas (ukuran tubuh, ukuran telur, jumlah telur) dan
kuantitasnya
(populasi
ikan
terbang)
semakin
menurun
akihat
tekanan
penangkapan yang besar, membuat rencana pengelolaan perikanan ikan terbang yang terintegrasi dengan mengilrutsertaka seluruh stakeholder untuk terlihat dalam proses pembuatan kebijakan. Adapun hal-hal yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan rencana pengelolaan perikana n ikan terbang antara lain, pengendalian kegiatan penangkapan ikan terutama menjelang masa pemijahan, membuat zona perlindungan ikan terbang untuk melindungi
ikan-ikan pada saat memijah danlatau dalam perjalanan memijah, sehingga ikanikan yang akan memijah memiliki kesempatan untuk melaIrukan pemijahan.
I
v.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpnlan Ikan jantan yang tertangkap pada bulan Oktober hingga Desember 2005 di Laut Flores lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan betina Nilai rata-rata IKG jantan lebih kecil dibandingkan dengan ikan betina, dan perkembangan nitai IKG jantan dan betina positif (naik) pada setiap bulan pengamata n Kematangan gonad teIjadi secara serentak antara ikan jantan dan ikan betina, dan tidak ditemukan TKG dalam fase saliIL Ukuran diameter telur dan fekunditas mengalami penurunan dibandingka n tahun-tahun sebelumnya, serta berdasarkan nitai koefisien korelasi (r) ikan terbang dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang era! antara panjang total dengan fekunditas.
Ikan terbang yang tertangkap pada bulan Oktober-Desember sedang memasuki masa pemijahan. Pola pemijahan ikan terbang adalah partial spawner, artinya ikan terbang melakukan pemijahan lebih dari satu kali selama satu tahun. Pota pertumbuhan ikan terbang (H oxycephaJus) adalah allometrik negatif (b<3) artinya pertambahan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan
berat.
5.2 Saran Disarankan adanya penelitian mengenai ikan terbang jenis ini yang dilakukan setiap bulan berturut-turut dalam jangka waktu satu tahun di lokasi pengambilan sampel yang sarna dengan jumlah ikan yang lebih banyak, sehingga perubahan yang terjadi pada ikan terbang terutama dilihat dari beberapa aspek reproduksi (ukuran pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, ukuran diameter telur dan fekunditas) dapat terlihat jelas, sehingga informasi mengenai strategi .reproduksi ikan terbang dapat lebih akuraL Selain itu dalam kaitannya dengan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan Ali (2005) disarankan adanya penelitian yang dilakukan pada bulan lanuari-Maret, untuk membuktikan adanya pemijahan yang berlangsung pada interval bulan tersebut.
.
I
I, 43
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S. A 1981. Kebiasaan makan, Pemijahan, Hubungan Bernt Panjang dan Faktor Kondisi Ikan Terbang, Cypse/urus oxycephaJus (Blkr) di Laut Flores, Sulawesi Selatan. Tesis. Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian. Universitas Hasanuddin. 49 halaman. Ali, S. A dan M. N. Nessa 2005. Status Ilmu Pengetahuan Ikan terbang di Indonesia Prosiding Lokakarya Nasional Perikanan Ikan Terbang. Universitas Hasanuddin. Makasar. 22 halaman.
Ali, S. A, M. N. Nessa, A Djamali dan A Syahailatua 2005. Hubungan Antara Kematangan Gonad Ikan Terbang (HirundichJhys oxycephaJus, Bleeker, 1852) Dengan Beberapa Parameter Lingkungan di Laut Flores, Sulawesi Selatan. Jumal Ilmu Kelautan dan Perikanan Makassar. Vol 15: halaman 403410.
Universitas Hasanuddin.
Aij, S. A, M. N. Nessa, A I Djawad dan Sharifuddin. 2005 a Distribusi Diameter Telur dan Frekuensi Pemijahan Ikan Terbang (HirundichJhys oxycephalus Bleeker, 1852). Jumal Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. HaIaman 96-402. Ali, S. A, M. N. Nessa, A I Djawad dan Sharifuddin. 2005 b. Strategi Reproduksi Ikan Terbang (HirundichJhys oxycephalus, Bleeker 1852) Berdasarkan Kajian Fekunditas. Jumal Ilmu· Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. Vol 15 : halarilan 411415.
Ali, S. A 2005. Perkembangan Kematangan Gonad dan Musim Pemijahan Ikan Terbang (Hirwuficthys oxycephaJus Bleeker, 1852) di Laut Flores, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu KeIautan dan Perikanan Makassar. HaIaman 416-424.
Universitas Hasanuddin.
Andamari, R. dan T. Zubaidi. 1994. Aspek Reproduksi Ikan Terbang di Desa Rangas, Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan. Jumal Penelitian Perikanan Lauf Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. JakartaHaIaman 11-22 -:.'
. ~~
'.
Ball, D. V. dan K.. V.Ran. 1984. Marine Fisheries. Tata Megraw - Hill Publishing Company, Limited. New Delhi. 470 halaman Carpenter, K.. E. dan H. N. Volker. 1999. FAD Species Identification Guide For FisheryrPurpose the ~¥ng Marine Resources ofthe Western Central Pacific. Bony fishes vol. 4 ~t~~F;ood and Agriculture of the United Nation. Rome.
II 44
Djamali, A dan Burbanuddin. 1975. Pene1aahan Fekunditas Ikan Kembung Lakilab, Rastrelliger Kanagurla (cuvier) Di Perairan Pulau Panggang, Pulaupulau Seribu, Dengan Catatan Tentang Musim Memijah. Lembaga Oseanologi NasionaI-LIPI. Jakarta.
Effendie, M. I. 1979. Melode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor 112 halaman. Effendie, M. !. 1997. Biologi Perilwnan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 halaman. Fujiarni, L. 2007. Biologi Reproduksi Ikan Terbang (HinmtiichJhys oxycephaJus) Pada Bulan April-JUDi 2006 di Laut Flores. Skripsi. Fakultas Perikanan dan I1mu Kelautan, IPB. Bogor. Hermawati, L. 2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Terbang (HinmtiichJhys . oxycephaJus) di Perairan Binuangeun Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten. Skripsi. Fakultas Perikanan dan I1mu Kelautan, IPB. Bogor. Hutomo, M. Burhanuddin., dan S. Martosewdjo. 1985. Sumberdaya Ikon Terbang. CV. Bina Karya.. LIP!. Jakarta. Lagler, K. F. 1996. Freshwater Fishery Biology. 2 CoQlpany, Dubuque. Lowa.. 421 halaman.
th
eli. W.M.C. Brown
Lagler, K. F., J.E. Bardach., ILIL Miller., dan D. Passino. 1997. JchJiology. John Willey and SODS. Inc. New York.. 545 halaman. Lumbanbatu, D. T. F. 1979. Aspek Biologi Reproduksi Jenis Ikan di Waduk Labor, Jawa Timur. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 169 halaman Tidak dipublikasikan. Nikolsky, G. V. 1963. The EcoLogy of Fishes. Academic Press. London and New York.. 352 halaman. Nurmawaty, A. 2007. Siudi Kebiasaan Makanan Ikan Terbang (H oxycephaJus) di Laut Flores. Skripsi. Oepartemen MSP, FPIK.. IPB. Bogor. Pankhurst., N. W. dan A. M. Conroy. 1987. Size-Fecundity Relationship in the Orange Roughy, HopLoslelhus atlanticus. New Zealand Journal of Marine and Freshwater Research. Fisheries Research Centre, Ministry of Agriculture and Fisheries. Wellington. New Zealand. Vol 21 : halaman 295-300. Pernnginangin, IL -2005. TeJawlogi Pengolahan Telzu Ikon Terbang. Lokakarya NasionaJ Perikanan Ikon Terbang. DKP, UNHAS, P20 - LIPI.
II 45
Rapi, G. 2005. Peluang Ekspor Ikan Terbang, Telur Ikan Terbang dan Pengolahannya Lokakarya Nasional Perikanan Ikan Terbang. DKP, UNHAS, P20 - LIPl. Royce, W. F. 1972. Introduction to the Fishery Sciences. Academic Press. New York. 351 halaman. Sihotang, S. 2004. Pengembangan Perikanan Ikan Terbang (Cypselurus spp.) di Sulawesi Selatan. Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 286 p. Steel, R. G. D. dan J.H. Torie. 1980. Principle and Procedure of Statistic. Second Edition. Me Graw - Hill. Book Company, Inc. New York. 748 halaman. Sugiyono. 2003. StatistiJca Untuk Penelitian. CV Alfabeta Bandung.306 halaman. Susilawati, R. 2000. Aspek Biologi Perikana n , Makanan , dan Pola Pertumbuhan Ikan Biji Nangka Ureneus moluccensis Blkr. Di perairan Teluk Labuan, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Dmu Kelautan. IPB. Bogor. 65 halaman. Tidak dipublikasikan. Suwami. 1998. Hubungan Kelompok Panjang Ikan Belosoh Glossogobius giuris dengan K.arakteristik Habitat di Danau Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Tesis Program Pasca Srujana Institut Pertanian Bogor. Bogor. tidak dipublikasikan. 82 halaman. Syahailatua, A 2004. Ikan Terbang Antar Marga Cypselurus dan Cheilopogon. Jurnal. Oseana Vol 19: 1-7 halaman. Syahailatua, A 2006. Perikanan Ikan Terbang di Indonesia : Riset Menuju Pengelolaan. Jurnal. Oseana Vol 19: 21-31 balaman Tamsil, A 2000. Studi Beberapa Karakteristik Reproduksi Prapemijahan dan Kemungkinan Pemijahan Buatan Ikan Bungo Glassogobius CF. Aureus. Di Danau Tempe dan Danau Sidenreng. Sulawesi Selatan. Disertasi. Program Pasca Srujana IPB. Bogor. 130 hal. Tumer, G. F. 1986. Teleost Mating Behavior. H. 307 - 331 in TJ Pitcher (ed), Behavior of Teleost Fishes 21h cd. Chapman and Hall. London. 715 p. Walpole, R. V. E. 1992. Pengantar Statistika Edsi ke-3. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Weber, M dan L. F. De Beaufort. 1992. The Fishes of the Indo - Austrolian Archipelago. EJ. Brill, Leiden: 4: 410 balaman
46
Yahya, M. A. 2006. Studi Tentang Perikanan Ikan Terbang Oi Selat Makassa r Melalui Pendekatan Oinamika Biofisik. Musim, dan Daerah Penangkapan Disertasi. Bogor. Sekolah Pasca SaIjana Institut Pertanian Bogor. http://www.fishbase.com. 2 Juni 2007. 13.00 WIB http://www.fix.cox.miami.edu. 18 Juli 16.07 WIB http://www.pipp.dkp.go.id. 20 Juni 2007. 14.22 WIB http://www.wikipediacom. 19 Apri12007. 15.35 WIB
I
LAMP IRAN
I
!
..
~~~~~~-~-~~-~-~=---------------~ -------------------------------~~-48
Lampiran 1. Alat tangkap yang digJmaka n untuk menangkap ikan danltelur ikan terbang (H oxycephalus) di Laut Flores
---
------,
,I
.
a
b.
--~-
Kapal penangkap ikan terbang (kapal Pattorani) (sumber: dokumentasi Djamali, 2006)
Gillnel (Jaring insang) (Sumber : dokumentasi Djamali, 2006)
,\f
I.
1t 49
Lampiran 1. Oanjutan)
30m
.... - - - - -- - - -SO"cin-- - -- - - - -- --- -- - - -
~ CID¢
Pjg5an
Diameter 2 an _ Pembetat dari bahan Trnah (Ptl)
"'Diameter 3 an Petampung dari bahan
<e~ J(:wcI~
c. Bagian-bagian jaring insang (gillnet) (sumber : Yahya, 2006)
BHP
i
Bale-bale .
ii
d_ (i) Pakkaja, merupakan alat yang diglIDakan untuk menangkap ikan danlatau telur ikan terban.g, (ii) Bale-bale, merupakan alat yang digtmakan untuk mengurnpulkan telur ikan terbang
._-----.- -
...
50
Lampiran 2. Metode identifikasi ikan terbang (H oxycephaJus)
a
Metode identifikasi berdasarkan Carpenter dan Volker (1999) Exoc:oetidae (flying fishes) Diagnostic character: elongate fish, their bodies broadJy cilindrical (round or elliptical in cross-section), flattened ventraly in some species. Head short, snout blunt, shorter than eye in all western central paififc species. Mouth small, jaws of equal size. Jaw teeth absent or very small. Gill racker well developped. Upper pharyngeal bones of third gill arches close together, but not fused into a single plate. No spines in fin. Dorsal and anal fin set equally far back on body , their bases short and opposed. Pectoral fin high on sides, strikingly long, always extending beyond dorsal-fin origia Pelvic fin original in position, and greatly enlarged in many but not all species. Caudal fin deeply forked, is lower lobe longer than the upper. Lateral line low on body. Scales large, cycloid (smooth to touch), easilly shed. Swimbladder large, extending posteriorly beyond body cavity. Young stages (to about 10 em) quite different apearance from adult, with pectoral fins shorter, dorsal fin often higher than in adult, color patterns variable, and spots and bars often developed; single or paired chin barbels conspicuous in many species. Colour: dark above, pale beloW; dark colours usually iridecent blu or green life; pectoral fin in some species with dark spots or pale stripes; dorsal fin in some species with black pigment Habitat, biology and fisheries: inhabit surface waters of the open ocean as wall as neritic and inshore areas. Well known for their habit of leaping out of the water and gliding ove long distances. Schooling, do not undertake extensive migrations. Feed on Zooplankton, larger species also on small fishes. Very abundant in most tropical seas but are object of only small-scale fisheries in philippines, Indonesia, VietnaD:l, Thailand, Kiribati, and yerly catch of Exocoetidae (and Hemiramphidae) of around 25900 to 67200 t from the Western Central Pasific. Main fishing gear are traps, gillnet, and purse seines. Marketed mostly fresh and dried salted, also as fermented fish paste. Langkah pengamatan identifikasi (key to genera and species of Exocoetidae occuring in the area) : I. Pectoral fin very long, reaching anal-fin base to, or almost to, caudal-fin base; Pectoral branch of lateral line absent; upper jaw not protusible. 2. Pelvic fins long, reaching well beyond anal-fin origin, inserted nearer to anal-fin origin than to pectoral fin insertion. 3. Origin of anal fin slightly before, under or not more than 2 rays behind origin of dorsal fin;darsal fin usually with less, or equal number of rays than anal fin;juveniJes not barbeled....(Hirundichthys). 4. Only the first pectoral finray unbranhced. 5. No palatine teeth; pectoral fin without distinct cross band. ... (H oxycephalus)
I
I, 51
Lampiran 2. Oanjutan)
b. Metode identifikasi berdasark.an Hutomo et 01., (1985) Kunci ke genera family Exocoetidae
1. Sirip pectoral biasanya mencapai di belakang dari hagian akhir pangka l sirip dorsal, babkan seringka1i mencapai pangkal sirip ekor. Sirip dorsal berwama keabu-abuan, ~g-kadang dengan sebuah bercak hitam pada bagian posterior, bagian anterior paling tinggi. Sirip ventral dapat mencapai jauh di belakang permulaan sirip anal atau tidak. Kedua rahang biasanya berukuran sarna; tidak ada proses penulangan pada rahang bawah. 2. Pangkal sirip ventral lebih dekat ke pangkal sirip ekor daripada ke ujung moncong. Sirip ventral panjang, mencapai jauh di permulaan sirip anal. 3. Duri lemab pertama sirip pectoral tak bercabang, duri kedua bercabang.......(CypseJurus SWAlNSON) Genus CypseJurus SWAlNSON Sirip pektoral panjang, biasanya mencapai bagian belakang dari sirip dorsal. Duri lemab petama sirip pektoral tidak bercabang, lainnya bercabang, Sirip ventral panjang, mencapai pertengahan sirip anal, kadang-kadang sampai jauh kebelakang. Pangkal sirip ventral lebih dekat ke pangkal sirip ekor daripada ke ujung moncong. Sirip dorsal seragam atau dengan bintik gelap pada bagian posterior, duri-duri anterior terpanjang. Individu muda kadang-kadang dengan satu atau lebih dari dua sungut dengan struktur yang beragam; kadang-kadang juga tidak. Individu muda dan dewasa seringkali berbeda warDa, panjang relatif dari sirip-sirip pektoral dan ventral, posisi sirip ventral dan sebagainya.. Pada individu muda sirip ventral seringkali sangat melebar sehingga spesimen tersebut seringka1i dinamakan four winged atau bersayap empat. Pada beberapa species karakter "muda" (juvenile characters) tertentu mlmgkin tetap untukjangka waktu lama.. Karena itu haruslah sangat berhati-hati dalam penggunaan karakter tersebut dalam identifikasi species. Kunci identifikasi species CypseJurus : 1. Permulaan sirip anal dibawah atau di depan duri lemab ketiga sirip dorsal. Duri lemab sirip anal sarna atau lebih banyak daripada duri lemab sirip dorsal. Gigi tidak tumbuh pada palatine. P.L 14-15 (sebuah duri lemah tak bercabang dan 14-15 duri lemah bercabang pada sirip pektoral), jalur sepanjang samping tubuh terlihat agak: nyata.. ........................................................... C. (HirundichJhys) oxycephalus
,, 52
Lampiran 3. Gambar perbandingan diameter telur ikan terbang (H orycephalus) (fKG II, TKG III, TKG IV)
."
",
c
Ukuran telur (mm) = 0,9mm Perbesaran mikroskop 4xlO Perbesaran kamera 30-50 em
Ukuran telur (mm) = 0,33 mm Perbesaran mikroskop lOx I 0 Perbesaran kamera 40-60 em
(b)
(a)
Ukuran telur (mm) = 0,7 mm Perbesaran mikroskop lOx I 0 Perbesaran kamera 40-60 em
(c)
Keterangan : (a) gambar telur TKG II. (b) gambar telur TKG III, (c) gambar telur TKG IV (sumber: dokumentasi pribadi. 2007)
53
Lampiran 4. Metode pembuatan preparat histologis gonad ikan terbang (H orychepalus) menurut Banks (1986) in Hennawati (2006)
Fiksasi Gonad ikan difiksaSi dengan larutan Bouin selama 24 jam setelah itu dipindabkan ke alkohol 70 % selama 24.iam.
Dehidrasi Gonad direndam dalam alkohol 70 % (24 jam), alkohol 80 % (2 jam), alkohol9O % (2 iamtalkohol95 % (2 iam). alkohol 100 % 02 iam).
~ Oearing (penjeroihan) Gonad direndam dalam alkohol 100 % + xylol (I : I) selama 30 menit, kemudian direndam dalam Xylol I, Xylol Il, Xylol ill masing - masing 30 menit.
J Embedding (penyusnpan I infiltrasi) Gonad direndam dalam parafin - xylol (1:1) selama 45 menit dalam oven suhu 65 - 75° C, selanjutnya direndam dalam parafin I, parafin II, parafin ill selama masing - masing 45 menit yang dipanaskan dalam oven suhu 65 - 75° C dan kemudian jaringan diCetak dalam Cetakan selama 12 jam (proses blocking).
Pemotongan Gonad dipotong dengan ketebaIan 4 - 6 ~ dengan mikrotom, diaplmgkao dalam air suam kuku dan diletakkao di atas hot plate 40° C sampai agak kering.
Deparafinasi Preparat direndam berturut - turut dalam xylol I, xylol II masing - masing selama 5 menit.
Dehidrasi n
Preparat direndam secara berurutan dalam alkohol 100 % I, alkohol 100 % II, alkohol 95 %, alkohol 90 %, alkohol 80 %, alkohol 75 %, alkohol 71 %, alkohol 50 % masing - masing selama 2 menit, setelah itu preparat dicuci dengan aquades sampai putih
54
Lampiran 4. (lanjutan)
Pewarnaan Preparat direndam dalam larutan baemotoxylin selama 5 - 7 menit selanjutnya direndam dalam larutan eosin selama 3 menit dan cuci dengan air mengalir.
Debidrasiill Preparat direndam berturut - turut dengan alkohol 50 %, alkohol 70 %, alkohol 80 0/0, alkohol 85 0/0, alkohol 90 0/0, alkohol 95 0/0, alkohol 100 % I, alkohol 100 % II masing - masing selama 2 menit.
OearingD Preparat direndam xylol I, xylol II, dan xylol III masing-masing selama 2 menit.
Mounting Preparat diberi?at perekat entelanlcanada balsam kemudian ditutup dengan gelas penutup (cover glass) dan dibiarkan selama 12 jaIIL
55
Lampiran 5. Sebaran frelruensi ikan terbang (H orycephalus) jantan dan betina pada setiap bulan pengamatan Frelruensi (ekor)
Selang Panjang (mm)
Jantan
Betina
150 - 160
0
1
161 - 171
0
0
172-182
8
1
183 - 193
51
14
194 - 204
42
40
205 - 215
14
32
216 - 226
4
7
227 - 237
3
2
238 - 248
1
1
Jumlah
123
98
Persentase (%)
55,66
44,34
i.
__ --_-. .._-_--_ _________________________
~========;=~
~~_
56
Lampiran 6. Uji Chi-square terbadap nisbah kelamin ikan terbang (H oxycephalus) jantan dan betina yang diamati 1. Nisbah kelamin total Jenis kelamin Betina Jantan Total Frekuensi harapan
Jmnlah (ekor)
98 123 221 110,5
Hipotesis : Ho : jantan : betina = 1 : 1 (nisbah kelamin seimbang) HI : jantan : betina = 1 j 1 (nisbah kelamin tidak seimbang)
= (98-1I0,5}2 + (123-1I0,5}2
X 2hiJun
11 0,5
'g
11 0,5
=2,828
XZ tabel
= Xo.OS(V=2-1) =
3,841 < ~, maka gaga! tolak flo
Keputusan
: X
Kesimpulan
: Nisbah kelamin ikan Terbang total seimbang.
binmg
2. Berdasarkan bulan pengambilan sampel Bulan Oktober November Desember Total
Betinal eko!l
Jantan (ekor)
47(49) 32(32J 19(29,5) 123 98 Keterangan : angka dalam kurung IDenUDJukan frekueDSl harapan
flo: PI
51(49) 32(32) 40(29,5)
TotalJekor)
98 64
59
221
= P2 = P3
HI : PI j P2 j P3
X 2hitung
=[(51- 4W + (47 49
49)2] + ..... + [...:..( 4O_-_29...:..,5}...:..2_+_(:.-19_-_2_9:....;,5}=-2] ~ 29,5
= 7,6378 XZtabel =
X20.OS (V = (3-1)(2-1»=
Keputusan : Xmnmg >
5,991
~ , maka tolak
flo
Kesimpulan : Nisbah ke1amin ikan terbang selama penelitian tidak seimbang
57
Lampiran 6. (lanjutan)
3. Berdasarkan kelas ukuran panjang total Frekuensi (ekor) Jantan Setina 0(0,5) 1(0,5) 150 - 160 161 -171 0 0 1(4.5) 172-182 814.5J 183-193 51(32,5) 14 (32,5) 42 (41) 40 (41) 194-204 205 - 215 32 (23) 14(23J 216- 226 4 (5,5) 7 (5,5) 227 -237 3 (2,5) 2 (2,5) 1(2) 1 (2) 238-248 Ketemngan : angka dalam kunmg mempakan freJruensI harapan Selang Panjang (mm)
Ho: PI= P2 = P3 = P4 = P5 HI : PIt P2 t P3
t
P4 t P5
X 2hiJung = [(O-O,5YO;(I-O,5Y]+ ... +[ (1- 2Y ;(1- 2 Y ]
= 36,569
X- label = X 2 0,05 (V= (9-1)(2-1» = 15,507 Keputusan : X- hitung > X- label. Maka tolak Ho Kesimpulan : Secara keseluruhan nisbah kelamin tidak seimbang
NK 1 0 5,4 21,06 0,049 7,04 0,82 0,2 1
I,
58
Lampiran 7. TKG i.kan terbang (H oxycephalus)
a Ikan terbang Jantan Frelruensi (ekor)
Selang panjang (rom)
TKGI
TKGll
TKGID
TKGIV
150 - 160 161 - 171 172-182
0 0 0
0 0 0
0 0 6
0 0 1
183 -193
1
9
31
194 - 204 205 -215 216-226 227 -237 238- 248
2 0 1 0 0 4
7 0 2
16 7 1
11 17 7 0
I
I
I
0 19
0 62
1 38
Total
b. Ikan ~1 ~ betina Selang panjang (rom)
150 -160 161 - 171 172-182 183 - 193 194-204 205 -215 216 - 226 227-237 238-248 Total
Frelruensi (ekor)
TKGI 0 0 0 0 0 I
0 0 0 1
TKGll 0 0 0 7 10 4 3 2 1 27
TKGID 0 0 I
4 15 8 2 0 0 30
TKGIV I
0 0 3 15 19 2 0 0 40
,,
59
Lampiran 8. IKG ikan terbang (H oxycephalus) a Berdasarkan bulan pengamatan
Betina
Jantan
Bulan
SIDEV
Rata-rata
SIDEV
Rata-rata
Oktober
0,46
0,26
2,11
2,07
November
0,57
0,471
3,50
2,95
Desember
0,97
0,55
4,92
3,68
b. Berdasarkan selang panjang total Jantan
Betina
selang panjang
SIDEV
Rata-rata
SIDEV
Rata-rata
150 - 160
0
0
4,95
0
161-171
0
0
0
0
172-182
0,51
0,10
2,20
0
183 - 193
0,62
0,38
1,70
1,35
194 - 204
0,72
0,53
3,02
2,91
205 - 215
0,92
0,69
4,19
3,24
216 - 226
0,19
0,12
2,54
2,85
227 - 237 238 - 248
0,28 0,52
0,15 0
0,38 0,37
0,10 0
1
60
Lampiran 9. Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad berdasarkan metode Spearman-Karber Ik _. -----
.--------
Selang Panjang (mm) 150-160 161- 171 172 - 182 183 - 193 194 - 204 205 - 215 216 - 226 227 - 237 238 - 248 Total Rata-rata
nt (mm)
Log nt (Xi)
155 166 177 188 199 210 221 232 243
2,190332 2,220108 2,247973 2,274158 2,298853 2,322219 2,344392 2,365488 2,385606
L ikan
L ikan matang
(Ni)
(Nb)
° °
8 51 42 14 4 3 1
° °
7 42 33 14 1 2 1
NblNi (Pi)
I-Pi (Qi)
X(I+I)-Xi
Pi·Qi
° °
1 1 0,125 0,176471 0,214286
° °
0,75 0,333333
0,029776 0,027865 0,026185 0,024695 0,023366 0,022173 0,021096 0,020118
°
°
0,875 0,823529 0,785714 1 0.25 0,666667 1 5,40091
°
3,59909
0,195275 0,021697
M ::: 2,385606 + (0,021697/2) - (0.021697 x 3,59909) ::: 2,318365 Panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) == antilog M ::: 208 mm Oengan limit selang kepercayaan 95 % : 2,318365 ± 1,96 J(0,021 697)2 xO,196249 = 2,318365 ± 0,018839
0,109375 0,145329 0,168367
°
0,1875 0,222222
°
Ni-l
° °
7 50 41 13 3 2
°
Pi·QilNi-1
° °
0,015625 0,002907 0,004107
°
0,0625 0,111111
°
0,196249' 0,021805
I
_I I
1
61
Lampiran 9. (lanjutan) b. Ikan betina Selang Panjang (mm)
I
I I
150 - 160 161-171 172 - 182 183 - 193 194 - 204 205 - 215 216 - 226 227 - 237 238 - 248 Total Rata-rata
nt (mm)
Log nt (Xi)
155 166 177 188 199 21O 221 232 243
2,190332 2,220108 2,247973 2,274158 2,298853 2,322219 2,344392 ·2,365488 2,385606
L
L ikan matang
ikan (Ni)
(Nb)
1
I
°
1 14 40 32 7 2 1
°
1 7 30 27 4
° 0
NbINi (Pi) 1
°
1 0,5 0,75 0,84375 0,571429
° °
4,665179
I-Pi (Qi)
° ° 1
0,5 0,25 0,15625 0,428571 I I
X(I+ 1)Xi
0,029776 0,027865 0,026185 0,25 0,024695 0,023366 0,1875 0,022173 0,131836 0,021096 0,244898 0,020118
° ° °
°
4,334821 0,195275 0,021697
I
i II I
M = 2,385606 + (0,021697/2) - (0,021697 x 4,334821)
I.
, I
c
Pi-Qi
2,302401
Panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) = antilog M = 201 mm Oengan limit se1ang kepercayaan 95 % : 2,302401 ± 1 ,96 J(0,021 697)2 xO,069 I 08 =2,302401 ± 0,011179
° °
Ni-l
° ° °
Pi·QiINi1
° ° °
13 39 31 6
0,019231 0,004808 0,004253 0,040816
I
° °
°
-
,
I
I
I
I
0,069108 ' 0,007679
62
Lampiran 10. Diameter telur ikan terbang (H. oxycepha/us) Selang kelas (mm) 0,18-0,28 0,28-0,38 0,38-0,48
OL48- O,58 0,58-0,69 0,69-0,79 0,79-0,89 0,89-0,99 0,99-1,10
I Ii 1'1
\: i
---
1,10-1,20 1,20-1,3 1,3-1,4
Jurn\ah
TKGIJ Frekuensi 129 187 177 7 0 0 0 0 0 0 0 0 500
%
25,8 37,4 35,4
lA 0 0 0 0 0 0 0 0
TKO III Frekuensi 0 0 0 22 172 170 197 39 0 0 0 0 600
%
0 0 0 3,67 28,67 28J3 32.83 6.5 0 0 0 0
TKO IV Frekuensi 0 0 0 0 0 20 73 114 108 118 141 26 600
%
0 0 0 0 0 3,33 12,17 19 18 19.67 23.5 4,33
I
.._-____.._-_-__________________________
~~~~~====~-~--=-~--_--_-
~~_
63
Lampiran 11. Data pengamatan ikan terbang (H oxycephalus) jantan dan betina di Laut Flores selama tiga bulan pengamatan
PT{rom) 177
W{g) 44,6
190 191 191 192 192 193 193 196 198 198 198 198 200 200 200 200,5 200,8 200,9 202 202 203 203 203 205 205 205 205 207 207 208 208 210 210 210 210 213
63,42 55,62 59,97 74,9 52,13 56,72 47,96 70,13 69,41 64,53 63,79 72,87 69,44 64,84 67,25 74,19 69,85 74,11 64,56 76,24 66,11 67,87 71,78 61,57 76,39 68,2 74,57 71,31 72,43 73,85 76,57 68,97 69,11 77,18 80,07 76,09
JK B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
OKTOBER Bg(g) TK.G 0,98 3 0,58 2 0,24 2 4 1,75 0,62 2 0,18 2 0,28 2 1,24 3 0,97 3 0,5 2 1,04 3 0,36 3 3,43 4 1,15 3 1,5 3 0,9 3 1,41 3 0,61 3 1,23 3 0,5 2 2,69 4 0,51 2 0,53 2 3,48 4 0,21 2 1,52 3 1,18 3 4,33 4 4,03 4 5,32 4 0,95 3 2,86 4 0,61 2 0,57 2 4,55 4 7,1 4 1,04 3
IKG 2,197309 0,914538 0,431499 2,918126 0,82777 0,345291 0,493653 2,585488 1,383146 0,720357 1,611653 0,564352 4,707012 1,656106 2,313387 1,33829 1,900526 0,8733 1,659695 0,774473 3,528332 0,771442 0,780905 4,848147 0,341075 1,989789 1,730205 5,806625 5,651381 7,345023 1,286391 3,735144 0,884443 0,824772 5,89531 8,867241 1,366802
K 0,840173 1,016517 0,880895 0,949789 1,lm13 0,815854 0,741759 0,877243 1,04718 0,941524 1,063209 0,930727 1,012726 0,990222 0,924625 0,958992 1,051954 0,987048 1,046058 1,062815 0,899991 0,911285 0,989443 0,935546 1,029724 0,829953 0,919324 1,00519 0,940212 0,954979 0,963066 0,998537 0,98478 0,880024 0,881811 1,021655 0,93999
64
Lampiran 11. (lanjutan)
213 213 213 215 216 218 220 230 235 245 179 180 182 183 183 184 184 185 185 187 187 188 188 188 188 189 190 191 191 191 192 192 192 192 192 193 193 194 194 195 195 195
78,6 63,21 76,03 80,59 78,8 73,93 72,73 93,7 lOO,46 102,8 53,03 47,58 53,58 49,56 57,92 53,88 51 64,31 53,78 54,47 55,95 57,7 54,35 55,53 56,19 50,85 52,31 59,82 55,8 60,06 54,15 54,55 71,45 53,7 61,96 57,45 61,86 61,74 62,59 74,23 58,32 59,84
B B B B B B B B B B J J J J J J J
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
J J J
0,78 0,78 4,32 2,08 0,16 0,7 0,7 0,29 0,45 0,38 0,31 0,17 0,24 0,24 0,24 0,18 0,25 0,07 0,33 0,12 0,9 0,26 0,29 0,39 0,23 0,71 0,14 0,14 0,24 0,35 0,24 0,16 0,32 0,14 0,25 0,33 0,41 0,4 0,31 0,33 0,21 0,34
3 3 4 4 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
0,992366 1,233982 5,681968 2,580965 0,203046 0,946842 0,962464 0,309498 0,447939 0,36965 0,584575 0,357293 0,447928 0,484262 0,414365 0,334076 0,4901% 0,108848 0,613611 0,220305 1,608579 0,450607 0,533579 0,702323 0,409326 1,396264 0,267635 0,234035 0,430lO8 0,582751 0,443213 0,293309 0,447866 0,260708 0,403486 0,574413 0,662787 0,647878 0,495287 0,444564 0,360082 0,568182
0,970998 0,780875 0,939249 0,974602 0,94293 0,866268 0,834654 0,971713 0,991988 0,923129 1,14608 1,013433 1,108748 1,010981 1,181517 1,083564 1,025645 1,066342 1,275129 1,050098 1,07863 1,096971 1,033282 1,055716 1,068264 0,953432 0,967374 1,017856 1,091186 1,095564 0,981569 0,974371 1,285666 0,966274 1,114904 1,019813 1,098096 1,081264 1,096151 1,034003 1,282655 1,007738
I,~~~========~-------~-----------------------------------65
Lampiran 11. (lanjutan)
196 197 199 200 200 200 200 200 207 210 213 215 222 225 226 230 230 231 240
61,35 71,54 61,98 58,03 n,11 63,58 71,05 65,41 70,94 78,58 95,45 75,13 85,11 92,57 96,37 86,16 96,12 102,2 101,43
PT(mm) 150 191 192 193 194 194 195 195 197 197 198 200 200 200 200 201 202 202 202 203 203 204
W(g) 63,41 57,68 61,23 59,16 62,78 73,63 61,19 56,96 64,6 67,19 63,8 68,47 64,91 63,09 50,01 70,26 59,97 64,52 64,31 67,92 78,38 77,38
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
JK. B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
0,38 0,35 0,18 0,25 0,32 0,33 0,33 0,38 0,33 0,26 0,38 0,31' 0,07 0,09 0,33 0,11 0,26 0,44 0,53
3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 4 4
NOVEMBER Bg(g) TKG 3,14 4 0,4 2 4 2,9 0,47 2 0,71 2 8,19 4 2,92 4 2,05 4 0,28 2 1,7 3 3,15 4 2,03 3 0,86 3 5,91 4 1,16 4 6,5 4 0,56 2 0,27 2 0,28 2 4,06 4 4,46 4 0,93 2
0,619397 0,489237 0,290416 0,430812 0,443766 0,519031 0,464462 0,580951 0,465182 0,330873 0,398114 0,412618 0,082247 0,097224 0,34243 0,127669 0,270495 0,430528 0,522528
IKG 4,9519 0,693481 4,73624 0,794456 1,130933 11,12318 4,772022 3,599017 0,433437 2,530138 4,937304 2,964802 1,324911 9,36757 2,319536 9,251352 0,9338 0,418475 0,435391 5,977621 5,690227 1,201861
1,046019 1,203645 1,015635 0,,938533 1,166253 1,028295 1,149109 1,057892 1,048688 1,118761 1,309493 1,005852 1,047948 1,100514 1,13249 1,078935 0,967135 1,13425 1,018702
K 1,127383 0,905183 0,958306 0,923428 1,146226 0,97732 0,950042 0,884366 1,037714 0,997713 0,982784 1,049261 0,994706 0,966815 0,766372 1,073921 0,914292 0,983661 0,980459 1,032859 1,191924 1,173734
66
Lampiran 11. (lanjutan)
205 205 205 210 210 212 216 218 219 220 177 180 183 185 186 186 186 187 188 188 191 192 192 192 194 194 195 195 196 196 197 197 199 199 200 200 201 201 202 202 204 205
49,61 68 73,84 69,9 75,26 51,92 67,95 78,18 77,61 73,74 56,68 52,39 43,06 53,91 56,1 56,1 49,54 57,62 55,19 59,23 56,58 54,72 53,57 40,11 56,98 54,58 53,44 59,35 58,91 55,42 60,12 66,51 43,17 60,96 62 60,43 57,67 70,98 56,09 39,91 63,11 55,48
B B B B B B B B B B J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
0,25 1,58 4,65 0,47 2,19 2,07 2,46 2,15 0,68 6,19 0,28 0,34 0,26 0,09 0,19 0,21 0,34 0,05 0,13 0,37 0,27 0,1 0,24 0,3 0,15 0,35 0,86 0,76 0,19 0,54 0,1 0,48 0,02 0,17 0,2 0,26 0,12 0,31 0,57 0,93 0,43 0,21
1 4 4 2 4 4 4 3 2 4 3 4 3 2 3 3 4 1 2 4 3 2 3 4 2 4 4 4 3 4 2 4 1 2 3 3 2 3 4 4 4 3
0,503931 2,323529 6,2974 0,672389 2,909912 3,986903 3,620309 2,750064 0,876176 8,394359 0,494001 0,648979 0,603809 0,166945 0,338681 0,374332 0,686314 0,086775 0,23555 0,624683 0,4772 0,182749 0,448012 0,747943 0,26325 0,641261 1,609281 1,280539 0,322526 0,974377 0,166334 0,721696 0,046328 0,278871 0,322581 0,43025 0,20808 0,436743 1,016224 2,330243 0,68135 0,378515
1,028852 0,750608 1,117213 1,124613 1,044518 0,772053 1,000712 1,145903 1,134863 1,075739 1,096458 1,00089 0,812601 1,009171 0,923659 1,045969 1,045969 1,070037 1,095585 1,020856 1,034327 0,730403 0,996451 0,975509 0,986277 1,029646 0,961995 1,068383 1,056439 0,993853 1,074069 1,188229 1,080931 0,765482 1,095285 1,06755 1,249286 1,015023 0,98358 0,699852 1,098608 0,962284
, \
67
Lampiran 11. (lanjutan) _
PT(mm) 190 192 192 193 198 , / 198 I 198 200 203 204 205 205 205 208 210 212 215 215 215 180 182 183 183 185 185 185 . 187 187 188 188 189 190 190 190 192 192 193 195 196 197 200 200 .";
:
--~-
-
W(g) 55,02 55,35 63,87 60,39 58,82 68,58 68,88 57,85 59,29 69,2 63,33 69,7 80,15 57,7 67,98 59,64 57,87 77,89 71,83 55,3 54,93 56,27 54,44 56,58 48,7 55,71 52,18 54,33 53,94 53,07 70,54 53,08 55,35 56,69 49,18 57,8 53,48 61,43 54,77 64,96 43,23 67,81
JK. B B B B B B B B B B B B B B B B B B B J J J J J J J J J J J
J J J J J J J J J
J J J
DESEMBER Bg(g) TKG 1,05 3 1,54 3 0,66 3 1,97 4 1,04 3 4 7,88 4 1,86 4 2,22 1,05 3 1,08 3 3 0,98 4 7,36 3,5 4 1,03 3 4,92 4 4 5,86 4 5,96 4 7,12 4,7 4 0;28 3 0,3 3 0,45 3 4 0,62 0,31 3 0,21 3 0,61 4 0,14 2 0,62 4 0,3 3 0,53 3 0,38 3 0,49 3 4 0,76 4 0,66 0,52 3 0,92 4 4 0,6 0,98 4 4' 0,73 0,3 3 0,31 3 0,75 4
IKG 1,908397 2,782294 1,033349 3,262129 1,768106 11,49023 2,700348 3,837511 ' 1,770956 1,560694 1,54745 10,55954 4,366812 1,785095 7,237423 9,82562 10,29895 9,141096 6,543227 0,506329 0,54615 0,799716 1,138868 0,547897 0,431211 1,094956 0,268302 1,141174 0,556174 0,998681 0,538701 0,923135 1,37308 1,164226 1,05734 1,591696 1,121915 1,595312 1,332846 0,461823 0,717095 1,106032
K 0,926663 0,921164 1,062958 0,99911 0,945183 1,102018 1,106838 0,919011 0,926042 1,07479 0,978153 1,07654 1,237944 0,876564 1,021535 0,886582 0,846605 1,139486 1,050832 1,032588 1,014584 1,033743 1,000124 1,028377 0,885153 1,012564 0,938419 0,977085 0,964992 0,949428 1,255396 0,939767 0,979957 1,003681 0,86179 1,01284 0,93236 1,060147 0,940463 1,109863 0,727692 1,141449
68
Lampiran 11. (lanjutan)
200 200 202 203 204 204 204 205 205 206 207 207 208 210 210 213 218
59,5 70;12 63,29 66 58,68 55,08 54,8 66,48 69,92 53,29 57,85 60,58 64,69 63,81 61,74 61,48 64
Keterangan : PT W JK Bg TKG lKG K
J J-
J J J J J J J J J J J J J J J
1,17 0,65 1,18 0,04 0,13 0,47 0,5 0,32 1,6 1,1 0,36 0,45 0,77 0,25 0,87 1,07 0,14
4 4 4 4 I 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 1
: panjang total tubuh (mm) : berat tubuh (g) : jenis kelamin : berat gonad (g) : tingkat kematangan gonad : indeks kematangan gonad : faktor kondisi
1,966387 0,925662 1,864434 0,060606 0;121541 0,853304 0,912409 0,481348 2,28833 2,064177 0,622299 0,742819 1,190292 0,391788 1,409135 1,740403 0,21875
1,001566 1,182016 1,05498 1,094818 0,968696 0,909267 0,904645 1,09219 1,148705 0,87131 0,94137 0,985794 1,047693 1,023752 0,990541 0,972694 0,9897
I ,
RIWAYAT HIDUP
, Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 01 Januari 1984, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan bapak , . Agus Saptono Slamet dan ibu Sri Indratiningsib. Pendidikan . formal pertama
di~wali
dari TK Nmul Islam Depok (1989),
! SON Mekarjaya 11 Depok (1990), SMPN 4 Oepok (1996), .,.:\. SMUN 3 Depok (1999). Pada rabun 2003 penulis diterima di
--~~
IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Bam). Penulis memilih program studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi HIMASPER
.
(Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan) periode 2005-2006
pada bidang'sosial
~
lingkungan, BEM FPIK periode 2004-2005 pada bidang
kewinmsabaan, kefua bidang olahraga bola basket MSP (MSP Squard) periode 2004-2006, serta sebagai panitia dari beberapa kegiatan yang diselenggarakan di lingkurigan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan dan berbagai kegiatan eksternal kampus, seperti menjadi anggota dalam sebuah event organizer di Jakarta dan Bogor. Penulis juga pemah menjadi asisten praktikum mata lruliah Avertebrata air
pada periode 2005-2006 dan asiten praktikum mata kuliah Biota air pada periode 2005-2006. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar saIjana pada Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penuJis menyusun skripsi dengan judul "BiOLOGI REPRODUKSI IKAN TERBANG (Hirundkhthys
oxycepbaJus) DI LAlIT FLORES".
I
II