Representasi Wanita Dalam Iklan ( Pada Kategori Produk Masakan Olahan )
Makalah Non-Seminar
Dibuat Oleh Abi Mangku Nagari 1006710262
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2014
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
1 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
2 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
3 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
4 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
5 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Representasi Wanita Dalam Iklan ( Pada Kategori Produk Masakan Olahan ) Abi Mangku Nagari, Hari Radiawan Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Republik Indonesia Email :
[email protected] ,
[email protected]
Abstrak Jurnal ini membahas bagaimana industri periklanan di Indonesia memberikan sebuah representasi dan juga membentuk sebuah pola pikir kita tentang bagaimana sosok wanita seharusnya. Dalam jurnal ini, penulis melakukan analisis konten untuk melihat isi iklan yang ditayangkan saat ini tentang wanita, lebih spesifik lagi di dalam kategori produk masakan olahan seperti produk penyedap rasa. Dalam jurnal ini penulis menemukan bahwa saat ini masih sangat kuat pengaruh iklan dalam membentuk sebuah gambaran mengenai wanita yang seharusnya, walaupun saat ini gerakan feminisme sangat kencang di suarakan. Hal ini berpengaruh kepada gerakan feminisme yang kurang berkembang baik di Indonesia karena pola pikir wanita yang masih sangat “Bekerja di dapur”.
Woman in Advertising ( In Processed Food Products Category ) Abstract This Journal is going to examine how indonesian Advertising industry gave such an impact to people’s mind about woman representation. In this journal, you can find some finding that reveals about how todays advertising, specificly in processed food product category reshaping some impression about how a real and proper woman should look like and should do in their life. In this Journal you’ll gonna find out how these advertising can gave such a very big impact in bad representation to woman, and also distracting the feminist movement because of all this advertising that make people believe in these advertising image. In this journal we gonna saw and find out how advertising create a “belongs in the kitchen person“ image to women in Indonesia. Keywords : Feminist, Advertising, Women in Advertising
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
6 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Pendahuluan Periklanan pada dewasa ini sudah menjadi sebuah tools wajib bagi brand-brand besar untuk mempromosikan jasanya atau produknya di target market nya. Selama beberapa dekade tren beriklan dunia pun terus berubah, ini terjadi karena perubahan social cultural dan juga teknologi yang terus berkembang di tengah masyarakat. Perubahan merupakan sebuah hal yang baik, karena berarti sebuah progress, yang seharunya selalu mengarah kepada suatu hal yang lebih baik. Iklan sudah menjadi sebuah ritual wajib bagi para pemilik brand untuk secara rutin memanfaatkan-nya untuk dapat tetap eksis di benak pangsa pasarnya, karena dengan beriklan tentu saja target yang dituju akan semakin sering melihat dan mendengar tentang brand yang diharapkan pula akan ber efek pada posisi brand yang dapat menjadi top of mind pada kategori produk tertentu. Dengan persaingan usaha yang semakin ketat karena baertambahnya jumlah pemain yang sama pada sebuah kategori produk, atau karena semakin jelinya konsumen memilih produk yang dibelinya membuat para pemilik merek juga semakin gencar dalam memanfaatkan tools iklan. Terkadang karena terlalu memperhatikan persaingan, banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan baik dalam hal etika periklanan maupun etika sosial demi mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat banyak, yang dalam artian banyak sekali eksekusi iklan yang ditayangkan hanya mementingkan kepentingan pribadi brand tanpa melihat bagaimana impact yang bisa dihasillkan di masyarakat luas. Melihat etika dalam iklan, bukan berarti hanya semata-mata apa yang dilihat “melanggar” oleh masyarakat. Bukan hanya melihat bagaimana sebuah iklan menampilkan adegan vulgar dan mengganggu masyarakat. Etika dalam iklan bisa juga melihat dari hal-hal yang bersifat tersirat yang secara tidak langsung mempengaruhi. Karena iklan memiliki efek psikologis yang kuat, dimana dalam waktu yang lama sebuah kegiatan atau kebiasaan yang ditampilkan dalam sebuah iklan lama kelamaan akan bertransformasi menjadi sebuah kebiasaan yang lumrah di masyarakat. Bayangkan jika kebiasaan yang ditampilkan merupakan suatu hal yang buruk, seperti mengganti makanan sayur mayur menjadi makan sereal setiap hari (yang dimana sereal merupakan makanan olahan yang tidak sehat), mungkin secara iklan tidak ada yang salah namun secara berkala bisa muncul kebiasaan baru yang belum tentu menguntungkan.
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
7 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Salah satu yang menarik dari periklanan, di Indonesia dan juga di dunia adalah gender. Permasalahan gender adalh permasalahan yang mungkin paling sering dibahas di isu-isu periklanan. Isu yang sering dibahas adalah bagaimana representasi wanita yang tidak sepowerful pria. Pria adalah manusia yang suka berpetualang dan wanita adalah manusia yang memasak didapur, mengurus anak, dandan, dan melayani suami. Representasi ini banyak dibahas dan di protes oleh banyak pihak, khususnya para wanita yang menganut faham feminisme. Wanita ingin punya hak yang sama dengan para pria, wanita bukanlah manusia yang aktif dalam kehidupan lokal rumah atau bahkan dapur, wanita adalah manusia yang juga bisa memimpin, membangun karir sama hal nya dengan para pria. Di Indonesia sendiri isu jender sudah banyak dibahas, apalagi karena memang khususnya budaya wanita Indonesia (khususnya jawa) adalah wanita yang pasif, mengikuti apa kata pria, tidak bisa lebih superior dari pria, dan seterusnya. Hal ini banyak dibahas dengan masuknya faham feminisme di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Di Indonesia sendiri sebetulnya representasi wanita di Iklan tidak se frontal dengan apayang diperlihatkan di dunia barat, dimana wanita (pada saat itu) di representasikan sangat berada di bawah kontrol pria. Di Indonesia sosok wanita lebih banyak digambarkan sebagai sesosok ibu yang mengurus keluarga, sedangkan ayah bekerja di luar rumah. Ibu adalah seorang yang membersihkan pakaian di rumah, memasak, mengepel, menyiapkan seragam sekolah dan baju kantor. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah bagaimana representasi seorang ibu dirumah dari iklan-iklan produk bumbu dapur seperti kecap, penyedap makanan, dan bumbu masak instan yang memperlihatkan sosok ibu yang bersifat lokal, yang berarti ibu adalah orang yang memasak untuk ayah dan anak, selain memasak pun harus mengurus pekerjaan rumah lainnya. Banyak sekali iklan iklan kategori produk ini yang menampilkan sosok ibu yang “kuno”, dimana saat ini gerakan feminisme sedang gencar-gencarnya di suarakan sepertinya representasi seperti ini sudah seharusnya tidak diperlihatkan lagi. Dari insight ini, saya ingin melihat lebih dalam lagi representasi wanita di dalam keluarga yang diperlihatkan oleh iklan-iklan dalam kategori produk – produk keperluan masak, dalam kategori ini saya mengambil 3 jenis produk yaitu : Kecap, Penyedap makanan, dan bumbu instant. Dari ketiga jenis produk ini saya ingin melihat secara keseluruhan peran ibu dirumah.
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
8 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Dengan melihat pengertian media, gender, serta periklanan sendiri saya berharap anda sebagai pembaca dapat mengetahui dan paham terlebih dahulu mengenai permasalahan dan kenyataan yang dihadapi. Tinjauan Teoritis Media Media merupakan suatu kata yang diambil dari bahasa latin medium yang punya artian penengah. Media banyak diberikan pengartian yang berbeda oleh beberapa orang, karena memang pengertian media sendiri bisa sangat luas. Menurut Hamidjojo dalam Latuheru (1993), memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju, sehingga dari tulisan nya ini bisa di artikan media merupakan segala bentuk perantara yang dapat memberikan dan mentransformasikan pesan dari suatu benda yang bisa berbentuk apa saja. Bahkan dalam perkembangan teknologi dan tren iklan saat ini, hampir seluruh fasilitas umum di perkotaan dapat dimanfaatkan sebagai media beriklan, termasuk orang (human) dan bahkan zebra cross di persimpangan jalan. Melihat definisi media, jika dilihat dari kamus besar bahasa Indonesia : media di artikan sebagai komunikasi koran, radio, majalah, televisi, pster, film, dan spanduk yang terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb). Definisi media yang digunakan oleh kamus besar bahasa Indonesia masih bersifat sangat konvensional, dalam artian masih dibagi-bagi per kategori jenis media komersial yang memang paling populer digunakan sebagai media beriklan atau memberikan suatu gagasan atau ide kepada khalayak banyak. Pada perkembangannya saat ini media telah berubah ke dalam berbagai macam bentuk, dengan perkembangan teknologi Internet manusia telah merubah pola pemanfaatan media. Media saat ini lebih bersifat interaktif, dimana berbeda dengan bentuk media beberapa dekade yang lalu media Internet memungkinkan penggunanya untuk bisa berkomunikasi dua arah realtime membuat tingkat interaktif yang lebih tinggi dibandingkan media-media lama atau konvensional. Saat ini dikenal dua istilah media yang banyak digunakan, yaitu media baru dan media konvensional. Dimana media baru berarti adalah media media yang memanfaatkan jaringan online atau internet dalam proses pemanfaatannya. Media baru banyak dikaitkan dengan Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
9 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
social media. Media baru era digital ini dimanfaatkan banyak sekali orang untuk saling berinteraksi dengan orang lain, dengan adanya jejaring sosial manusia kini lebih mudah dan variatif dalam melakukan proses komunikasi dua arah. Yang paling signifikan dalam kehadiran media baru adalah bahwa setiap orang (user) yang memanfaatkan media baru bisa menjadi pembuat konten dan penerima konten di saat yang bersamaan, karena kemampuan interaktif yang dimilikinya membuat hal ini dapat dimungkinkan terjadi. Berbeda dengan media baru, media konvensional yang saat ini ada masih memiliki proses pemanfaatan yang sama, yaitu audience hanya bisa bersifat sebagai penerima isi konten. Pembuat konten di media-media konvensional seperti TV, radio, koran, majalah adalah orang-orang yang memang berada di belakang layar dalam membuat isi konten dari media-media tersebut. Mencari dan menemukan isi konten yang ingin dinikmati pun merupakan salah satu kelebihan lain yang dimiliki oleh media baru, dalam perkembangannya Internet memungkinkan penggunanya untuk melakukan streaming video, streaming radio, membaca konten berita tertulis, dan masih banyak hal lain yang bisa dilakukan. Dengan adanya kemampuan internet yang interaktif pengguna dapat dengan bebas mengkonsumsi konten konten yang ingin mereka nikmati, berbeda dengan media konvensional yang audience “dipaksa” untuk menikmati konten yang telah disediakan oleh pembuat konten (produser). Dalam iklan kemampuan audience dalam memilih konten yang mau dikonsumsi dapat menjadi masalah, karena semua orang tidak mau melihat iklan, mereka menolak untuk di paksa melihat iklan. Dengan kemampuan media baru yang memberi keleluasaan di pihak pengguna untuk memilih konten, akan semakin sedikit orang yang akan melihat iklan di media. Gender Tumbuhnya industri periklanan pada tahun 60-an di Amerika membuka sebuah perubahan yang cepat dalam industri, pencarian ide dan inovasi baru dalam iklan menjadi sebuah hal yang wajib melihat persaingan yang ketat pada saat itu. Dalam tahun keemasan tersebut muncul banyak sekali inovasi-inovasi yang di perlihatkan oleh banyak legenda periklanan. Salah satu hal yang paling terlihat pada periklanan, khususnya Amerika pada tahun 60-an adalah penggunaan model iklan wanita pada iklan-iklan yang di publish.
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
10 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Iklan pada tahun 1960-an sangat menggambarkan kekuasaan lelaki, dimana wanita selalu digambarkan sebagai sosok manusia yang lemah dan tak berdaya. Dari penggambaran tersebut muncul istilah “Dunia milik lelaki” karena laki-laki digambarkan memiliki kecerdasan
kekuatan yang
penuh cukup
dan dalam
menjalankan segala hal, tidak seperti wanita yang digambarkan pasif dan bersikap lokal, alias hanya memiliki kepentingan di dapur saja untuk memasak atau membereskan rumah. Di Indonesia sendiri wanita di dalam iklan banyak digambarkan sebagai wanita yang bersifat lokal mengurus masakan dan membereskan rumah. Secara kultur saat ini memang wanita di Inonesia masih banyak yang lebih memilih sebagai wanita rumah tangga yang mengurus rumah, sehingga pergerakan memprotes penggambaran wanita yang bersifat pasif belum banyak dilakukan. Salah satu ciri khas penggambaran iklan pada era 1960an sampai 1980-an adalah memperlihatkan kesuperioran pria yang mengesankan bahwa wanita bukanlah siapa-siapa tanpa kehadiran pria. Margaret Lazarus seorang aktivis pembela hak wanita menerbitkan sebuah video bentuk protes berjudul killing us softly pada tahun 1987. Di film dokumenter tersebut Margaret lazarus mempresentasikan keynote speech sambil memperlihatkan puluhan iklan yang memojokkan kaum wanita, Margaret (1999) mengatakan dalam film tersebut “ I think we know by now the image of women is primarily negative. However, just about everyone has the illusion of being personally exempt from the influence of advertising. So wherever I go what I hear more than anything else is, "well I of course don't pay any attention to ads, I just tune them out. They don't have any effect on me”
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
11 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Pembahasan Dalam pembahasan iklan yang akan saya kaitkan dengan representasi wanita di dalam iklan Indonesia saya akan memanfaatkan studi kasus 3 iklan dari brand yang berbeda. Brand yang akan saya bahas iklannya adalah : 1. Lafonte (2011) 2. Sajiku saus tiram (2012) 3. Royco Saya memilih iklan dari ketiga brand ini karena ketiga iklan ini punya representasi yang berbeda beda, saya akan mencoba membahas iklan yang memberikan sisi positif sesuai dengan bentuk bentuk feminisme yang saat ini dianggap sesuai. Dua iklan lainnya yang saya bahas adalah iklan yang lebih merepresentasikan wanita yang masih bersifat lokal dan pasif, belum memperlihatkan bentuk wanita modern yang seharusnya. Analisis yang dibahas akan memanfaatkan peraturan-peraturan dari EPI yang diterbitkan oleh PPPI sebagai salah satu badan yang mengawasi etika yang ada di dalam iklan Indonesia. Iklan juga akan dibahas menggunakan aturan-aturan yang ada di dalam KPI sebagai badan pengawas isi konten yang ada di dalam siaran media massa di Indonesia. Selain melihat dari aturan-aturan tertulis dari beberapa badan resmi yang mengawasi, iklan juga akan dibaha menggunakan prinsip-prinsip teori gender yang telah dibahas dan dijelaskan di dalam bab teori sebelumnya, dengan melihat teori gender, saya akan berusaha melihat bagaimana iklan Indonesia yang khususnya mengiklankan bumbu bumbu keperluan dapur merepresentasikan bentuk wanita sesungguhnya yang ideal. Sisi pembahasan akan lebih melihat pada sisi audio visual dan juga jalan cerita dari iklan yang ditayangkan, namun untuk bagian masukan atau solusi yang diberikan, penulis akan lebih memberikan masukan pada sisi dialog saja karena dianggap lebih mudah dan masuk akal sebagai masukan untuk iklan-iklan kedepannya untuk menunjukkan kesetaraan gender melalui dialog.
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
12 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Pembahasan iklan 1 : Sajiku adalah salah satu produk dari ajinomoto yang memberikan kepraktisan dalam memasak, karena produk yang dijual merupakan produk-produk bumbu yang instan. Konsumen tidak dibebankan dalam hal memasak jika menggunakan bumbu instant ini, cukup dengan memasukkan bumbu dan nasi secara bersamaan konsumen sudah bisa menghasilkan nasi goreng yang tidak hanya lezat namun juga praktis dan mudah dibuat. Dalam iklan yang ditayangkan pada tahun 2011 ini memperlihatkan sebuah cerita dimana kesibukan rumah pada pagi hari. Sang ibu harus mengurus baju seragam suami, memasangkan sepatu anak, mengeringkan rambut anak (bahkan rambut sang ibu sendiri sampai tidak dikeringkan). Dalam iklan ini ibu diperlihatkan sangat berperan penting dalam mengurus keperluan anggota keluarga lain sampai-sampain keperluannya sendiri tidak terpenuhi. Berikut beberapa screen shot dari iklan tersebut.
Terlihat sekali sang ibu diperlihatkan sagat kewalahan dalam mengurus keperluan anak dan suami di pagi hari. Sang ibu pun digambarkan sebagai wanita yang memang sangat pasif, yaitu ibu rumah tangga. Dalam dunia yang modern saat ini, akan lebih baik lagi jika Ibu lebih digambarkan sebagai sosok manusia yang lebih aktif, dalam artian punya kegiatan yang lebih dibandingkan hanya Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
13 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
sekedar mengurus keperluan rumah tangga dan keluarga. Wanita seharusnya bisa lebih digambarkan seperti wanita karir ataupun wanita yang lebih memiliki kegiatan yang banyak, seperti olahraga misalnya, tidak hanya duduk di ruang tamu sambil bersantai seperti yang digambarkan di akhir iklan ini. Pasal EPI Dalam iklan yang digambarkan ada beberapa hal yang bisa sedikit banyak disangkut pautkan dengan peraturan yang telah dituliskan, diantaranya : 3.3.5 Perbedaan; bahwa pria dan wanita di segala tingkat usia memiliki kesempatan yang sama dalam berperan atau berprestasi. 3.3.6 Bahasa bias gender; bahwa tidak boleh terdapat kesan penggunaan istilah atau ungkapan yang dapat disalahartikan atau yang dapat menyinggung perasaan sesuatu jender, maupun yang mengecualikan pria atau wanita Dan dalam poin pendahuluan pun dalam EPI ditegaskan bahwa seharusnya industri (iklan) Mengukuhkan paham kesetaraan jender, bukan sekadar persamaan hak, perlindungan, ataupun pemberdayaan terhadap perempuan. Jika dilihat dari aturan aturan yang sudah ditulispun iklan ini sudah memperlihatkan sebuah gambaran yang salah mengenai wanita Indonesia. Mungkin secara facts dan insight kejadian ini benar benar umum terjadi di negara ini, namun sudah seharusnya dan sebaiknya iklan yang ditayangkan memperlihatkan sebuah hal positif dimana dapat mengarahkan sebuah kefahaman sikap yang lebih baik. Apa yang diperlihatkan oleh iklan Sajiku ini dari segi anak juga bisa dikatakan kurang baik, dalam iklan terlihat sang anak sangat tergantung oleh ibunya, bahkan dalam hal mengikat sepatu. Seharusnya penggambaran anak tentu saja harus dibuat lebih mandiri. Penayangan iklan yang dilakukan pada waktu pagi hari masih memungkinkan bagi anak-anak menonton iklan tersebut, dan secara tidak langusng terkena efek dari iklan dan menangkap penggambaran dirinya yang seharusnya diurus oleh sang ibu tanpa harus adanya usaha untuk bisa lebih mandiri.
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
14 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Efek yang mungkin dihasilkan : 1. Tumbuh pemikiran bahwa Ibu (wanita) adalah seorang yang mengurus segala kebutuhan dan keperluan rumah tangga, tanpa perlu bantuan anggota keluarga lainnya. 2. Wanita berkeluarga adalah wanita yang berdiam diri dirumah dan tidak berkerja atau mengejar karir di luar rumah 3. Anak-anak yang menonton iklan ini bisa menangkap kesimpulan bahwa anak anak seumur mereka tidak seharusnya menjadi mandiri, mereka punya Ibu yang siap membantu mereka dalam melakukan pekerjaan, bahkan walaupun hanya dalam hal mengikat sepatu. Solusi : 1. Dialog yang dibuat di dalam iklan tidak menunjukkan seolah olah ibu sedang kesulitan saat mengurus rumah, bisa diganti dengan memasukkan sebuah dialog seperti “Ibu juga harus buru-buru ke kantor”, atau juga “Ibu juga abis pakein kamu sepatu mau ketemu client diluar”. Dengan dialog yang memperlihatkan sesosok Ibu yang lebih aktif, akan menambahkan kekuatan posisi wanita atau Ibu di dalam sebuah keluarga. 2. Bisa dibuat walaupun kesibukan dipagi hari sangat merepotkan, Ibu mengeluarkan kata kata seperti “ Ayo bantu Ibu masak dulu buat sarapan kalian “, sehingga lebih menguatkan sebuah kebiasaan bekerja sama di dalam sebuah keluarga dalam mengurus keperluan diri di rumah, tidak hanya mengandalkan ibu saja untuk masak.
Pembahasan iklan 2 : Iklan Kedua yang dibahas adalah iklan produk Saori saus teriyaki. Pada iklan ini digambarkan seorang kaisar jepang yang meminta sebuah makanan tahu sempurna, Pada awal diberikan makanan tahu pertama sang kaisar marah karena ternyata tahu yang dimakannya tidak enak
Setelah itu pula kasiar meminta sang juru masak untuk membuat sebuah makanan tahu baru Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
15 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
yang lebih enak dengan menggunakan nada bicara tinggi. Saat itu juga seorang juru masak (seorang wanita) dengan senyum dan merasa terhormat memasak masakan yang diminta oleh kaisar dengan nada tinggi tersebut, seolah olah menerima suruhan itu dengan suka cita.
Secara ide iklan yang ditayangkan ini mungkin cukup menarik karena menggunakan latar cerita seolah olah berada di negeri Jepang. Dengan menggunakan kaisar dan orang orang jepang dalam iklannya, ada daya tarik tersendiri dari iklan ini. Namun yang membuat iklan ini kurang sesuai adalah karena menonjolkan superioritasan pria yang sangat kental di budaya jepang, dimana di jepang wanita memang sangat tunduk dan patuh terhadap pria. Penggunaan kultur ini sangat disayangkan. Wanita dalam iklan ini pun terlihat sangat senang menerima perintah sang kaisar untuk memasak masakan yang disuruhnya untuk dibuat. Pasal EPI & KPI Dalam iklan yang digambarkan ada beberapa hal yang bisa sedikit banyak disangkut pautkan dengan peraturan yang telah dituliskan, diantaranya : 3.3.5 Perbedaan; bahwa pria dan wanita di segala tingkat usia memiliki kesempatan yang sama dalam berperan atau berprestasi. 3.3.6 Bahasa bias gender; bahwa tidak boleh terdapat kesan penggunaan istilah atau ungkapan yang dapat disalahartikan atau yang dapat menyinggung perasaan sesuatu jender, maupun yang mengecualikan pria atau wanita Secara pasal yang bisa dikaitkan dengan iklan ini, tidak berbeda dengan iklan sebelumnya. Jika melihat KPI sendiri iklan ini sebetulnya menyinggung : Pasal 7 Lembaga penyiaran dilarang merendahkan suku, agama, ras, antargolongan dan/atau Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
16 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
melecehkan perbedaan individu dan/atau kelompok, yang mencakup, usia, gender, dan kehidupan sosial ekonomi Pasal 8 Lembaga penyiaran harus berhati-hati agar tidak merugikan dan menimbulkan efek negatif terhadap keberagaman khalayak baik dalam agama, suku, budaya, usia, gender dan/atau latar belakang ekonomi. Pasal 49 Program siaran iklan dilarang menayangkan: a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/ atau merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, gender atau kelompok lain; Efek yang mungkin dihasilkan : 1. Memperlihatkan bahwa pria diperbolehkan meminta sesuatu kepada wanita melalui cara yang tidak halus, seperti berteriak atau sambil mengolok-olok 2. Memperlihatkan bahwa wanita harus sepenuhnya tunduk dan patuh kepada apa yang dikatakan oleh pria Efek yang dihasilkan dari iklan ini mungkin tidak akan besar, ini hanya sebuah iklan. Satu buah. Namun bisa berbahaya jika ada ratusan iklan lain yang punya format sama dengan iklan ini, bisa jadi ada klarifikasi dan persetujuan bersama untuk mengadopsi budaya yang ada di dalam iklan tersebut, dan tentu saja berakibat buruk kepada pemberdayaan perempuan kedepannya.
Solusi : 1. Bisa dibuka dengan sebuah kalimat kebosanan dari sang raja, seperti kata kata
“ Saya bosan
makan seperti ini terus “ sambil berbicara dengan nada halus dengan aksen jepang, sehingga baru selir datang dengan solusi dari masakan yang dia buat untuk Raja.
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
17 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Pembahasan iklan 3 : Iklan ketiga yang akan dibahas adalah produk La Fonte yang disiarkan pada tahu 2010. La Fonte adalah produk pasta instant yang diperuntukan untuk pasar kelas menengah ke atas. Sejak pertama kali di luncurkan Lafonte sudah mendapatkan respon yang sangat baik dari pasar karena harganya yang tidak terlalu mahal, serta kepraktisan yang ditawarkan oleh produk itu sendiri. Iklan yang di tayangkan ini merupakan iklan untuk produk lafonte pasta dengan bumbu pasta. Dalam iklan ini diperlihatkan ada dua orang pasangan suami Istri ya g terlihat baru saja pulang dari kerja. Karena pasangan tersebut merupakan pasangan yang sama sama berkarir, tidak ada waktu itu sang istri untuk menghidangkan makanan, sehingga dengan La fonte istri masih dapat menghidangkan makanan dengan cepat tanpa memerlukan waktu yang lama.
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
18 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Yang positif dari iklan ini adalah, dimana wanita di representasikan sebagai wanita yang tidak hanya memberikan caring dan perhatian kepada suami, namun juga wanita yang mengejar cita cita dan impiannya dalam berkarir. Diperlihatkan pula selama memasak sang istri masih mengenakan seragam kantornya, dan setelah memasak kedua pasangan tersebut makan secara bersama sama. Sedikit berbeda dengan iklan-iklan produk masakan lainnya, sang ibu biasanya hanya menonton anggota keluarga lain untuk makan makanan yang telah dimasaknya, dimana di iklan Lafonte ini sang istri ikut duduk makan bersama suaminya. Dampak Baik 1. Iklan dengan representasi wanita di dalam iklan Lafonte dapat memberikan suatu dalampak positif dimana wanita dapat dilihat sebagai sosok yang bisa mengurus keluarga namun tetap peduli kepada cita-cita yang ingin dicapai oleh dirinya. 2. Dengan adanya format iklan yang digunakan oleh Lafonte ini, bisa terjadi perubahan tren iklan yang cenderung berubah kearah representasi wanita yang lebih aktif dalam menjalani kehidupan. Kesimpulan Periklanan di Indonesia saat ini nampaknya masih jauh dari hal mendukung image wanita menuju kearah yang lebih baik, lebih baik disini adalah wanita yang punya peran lebih dari sekedar bekerja di dapur memasak untuk pria atau keluarga. Ini terlihat dari beberapa eksekusi cerita iklan-iklan kategori produk masakan dapur masih banyak memanfaatkan ide yang memojokan kaum wanita di Indonesia. Wanita masih di representasikan sebagai seorang yang pasif dan menerima suatu hal apa adannya. Wanita juga digambarkan sebagian besar dari iklan iklan sebagai wanita rumah tangga yang tidak mengejar karir. Dialog yang diberikan antara pria dan wanita juga masih penuh dengan penekanan dari pria jika berbicara kepada wanita. Akan lebih baik lagi jika ada penggambaran posisi wanita yang lebih kuat diantara pria disekitarnya dengan dialog dialog yang memperkuat posisinya bahwa setara dengan pria, sama seperti pada konen iklan antara kaisar dan selir, akan lebih baik jika ada dialog yang dibaut dari selir yang memberikan solusi masakan kepada kaisar, sehingga selir tidak terlihat sebagai seorang yang tunduk kepada raja, melainkan peduli kepada raja. Dengan semakin majunya gerakan feminisme di Dunia, sudah seharusnya representasi wanita yang baru sudah mulai diterapkan di iklan iklan yang beredar di TV Indonesia, demi Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
19 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
memajukan wanita Indonesia. Saat ini masih banyak pengiklan (tampaknya) masih memanfaatkan fakta bahwa wanita di Indonesia saat ini tidak bekerja dan masih sangat mengikuti apa yang dikatakan oleh suami. Periklanan di Indonesia pun masih jauh dari penetapanperaturan-peraturan yang memojokkan jender tertentu, padahal sudah ada aturan yang membahas mengenai etika beriklan yang tertulis secara jelas di dalam EPI dan juga aturan yang dibuat oleh KPI. Harapannya kedepannya bisa terbentuk sebuah pemikiran baru, khsususnya dari sisi pengiklan untuk bisa ikut serta membangun kaum wanita Indonesia dengan memanfaatkan bentuk iklan yang memperlihatkan suatu hal positif dari wanita. Dengan bersama-sama mempunyai mindset yang sama, akan muncul iklan-iklan yang memperlihatkan model wanita modern untuk kedepannya akan tumbuh kesepakatan dalam masyarakat bahwa wanita harus ikut turut serta membangun karir. Tinjauan Pustaka
•
http://regional.kompas.com/read/2012/04/20/18461765/Indonesia.Jauh.Tertinggal.so al.Kesetaraan.Jender, Diakses pada 1 Mei 2013 pukul 17:45
•
http://www.wildcat.arizona.edu/article/2013/03/gender-specific-advertisingperpetuates-creates-stereotypes, Diakses pada 1 Mei 2013 pukul 17:54
•
http://www.wildcat.arizona.edu/article/2013/03/gender-specific-advertisingperpetuates-creates-stereotypes, Diakses pada 1 Mei 2013 pukul 17:54
•
Barker Chris, Cultural Studies (2004) SAGE,London
•
http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=2800, Diakses pada 6 Mei 2013
•
http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/192/jiptummpp-gdl-s1-2007-prambudyha-95613.+naska-i.pdf, Diakses pada 6 Mei 2013
•
Dyer, Gillian (1996). Advertising as Communication. London: Routledge.
•
Fakih, Mansour (1996). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
•
Wells, Burnett, and Sandra Moriarty. Advertising: Principles & Practices, Fifth Edition. 2000. New Jersey: Prentice Hall
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
20 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014
Abi Mangku Nagari 1006710262 Etika Periklanan
21 Representasi wanita ..., Abi Mangku Nagari, FISIP UI, 2014