REPRESENTASI TEKSTUAL AKSI ORMAS FPI DALAM PEMBERITAAN DI MAJALAH DETIK EDISI OKTOBER 2014 ARTIKEL E-JOURNAL
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Disusun oleh: DANANG WIBOWO NIM 09201044008
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2016
PERSETUJUAN
Artikel E-Journal yang berjudul Representasi Tekstual Aksi Ormas FPI dalam Pemberitaan di Majalah Detik Edisi Oktober 2014 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diterbitkan.
Yogyakarta,
April 2016
Mengetahui, 22 April 2016 Pembimbing
Dr. Tadkiroatun Musfiroh, M. Hum. NIP 19690829 199403 2 001
i
REPRESENTASI TEKSTUAL AKSI ORMAS FPI DALAM PEMBERITAAN DI MAJALAH DETIK EDISI OKTOBER 2014 Danang Wibowo 09210144008
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) representasi dalam anak kalimat atau klausa pada pemberitaan ormas FPI di majalah Detik edisi oktober 2014, (2) representasi dalam kombinasi klausa pada pemberitaan ormas FPI di majalah Detik edisi oktober 2014, (3) representasi dalam rangkaian antarkalimat pada pemberitaan ormas FPI di majalah Detik edisi oktober 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis Fairclough. Subjek penelitian ini adalah teks pemberitaan mengenai ormas FPI yang terdapat pada majalah Detik yang berjumlah dua teks wacana. Objek penelitiannya menitik beratkan pada representasi yang ada di tatanan klausa maupun kalimat. Data diperoleh dengan teknik simak dan catat. Instrumen penelitian ini menggunakan human instrument, yaitu peneliti sendiri dengan pengetahuan mengenai analisis wacana kritis dan teknik analisis gramatikal fungsi Halliday. Data dianalisis dengan 2 tingkatan yaitu tingkat kosakata dan tingkat tata bahasa. Keabsahan data diperoleh melalui teknik triangulasi teori. Hasil penelitian terdiri dari tiga hal yaitu sebagai berikut. Pertama, bahwa dalam penggunaan kosakata, terlihat beberapa di antaranya memberi citra tertentu dalam pengunaan struktur klausa, terdapat kalimat yang memperlihatkan berupa tindakan atau peristiwa ormas FPI berpola kalimat aktif (Subjek + Predikat). Proses material menunjukkan tindakan atau aksi yang tertangkap oleh indera wartawan maupun partisipan; proses relasional menunjukkan proses of being (banyaknya penggunaan kata biasanya, berarti, dan kebanyakan); proses verbal memperlihatkan penggunaan kalimat tersebut seolaholah menunjukkan bahwa jurnalis berada dalam aksi atau tindakan yang dilakukan oleh ormas FPI. Kedua, terlihat adanya bentuk koherensi. Bentuk koherensi tersebut adalah perpanjangan atau perluasan berupa penggunaan konjungsi. Bentuk koherensi itu berfungsi sebagai pembangun wacana, sebagai pemberi informasi tambahan dan pembangunan sebuah opini. Informasi tambahan tersebut bukan merupakan inti yang disampaikan, namun memberi pengetahuan lain mengenai yang dijelaskan. Ketiga, terlihat adanya hubungan rangkaian antarkalimat tersebut. Maksud dari hubungan rangkaian antarkalimat itu adalah satu sama lain mendukung topik yang diangkat. Berbagai pernyataan, termasuk pernyataan para partisipan yang berperan menyampaikan pendapat, argumen, atau sebagai pengucap dalam wacana.
ii
REPRESENTASI TEKSTUAL AKSI ORMAS FPI DALAM PEMBERITAAN DI MAJALAH DETIK EDISI OKTOBER 2014 Danang Wibowo 09210144008
[email protected] ABSTRACT The purposes of this research to describe (1) The representation of the clauses in the news about FPI in the October 2014 edition of the magazine magazine "Detik”, (2) representation of the combination clause in the news about FPI in the October 2014 edition of the magazine “Detik”, (3) representation in a series of sentences in the news about the FPI in the October 2014 edition of the magazine “Detik”. This research is descriptive qualitative research with the approach of Critical Discourse Analysis Fairclough. The research subject is the text of news about FPI which exist on the magazine Detik totaling two text discourse. Object research focuses on the representation of FPI in order clauses or sentences. Data obtained by a technique see and write. The research instrument used human instrument, that is the researchers themselves with knowledge on critical discourse analysis and analysis techniques grammatical functions Halliday. Data was analyzed by two levels, the level of vocabulary and grammar level. The validity of the data obtained through the technique of triangulation theory. The result of this research consisted of three matter. First, that the use of vocabulary, seen some of them gives a certain image in the use of the structure of the clause, there is a sentence that shows the form of action or event FPI patterned active sentence (subject + predicate). Second, reflecting the form of coherence. The coherence shape is an extension or expansion of the form of the use of conjunctions. It serves as a form of coherence builder discourse, as additional information providers and the construction of an opinion. Additional information is not a core delivered, but give others the knowledge described. Third, it appears their relationship between sentences series. The purpose of the relationship between sentences series it is another one supporting the topic. Various statements, including the statements of the participants who were instrumental expression, argument, or as reciter in discourse.
iii
tuturan kemudian masuk kedalam bahasa
A. PENDAHULUAN
Indonesia menjadi wacana (Baryadi, 2001:3).
Bahasa merupakan alat komunikasi
Kata wacana adalah salah satu kata yang
terpenting dalam kehidupan manusia. Seperti
banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak
yang diketahui pula, bahasa telah menjelma menjadi
keadaan
mental
asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti
seseorang,
halnya banyak kata yang digunakan, kadang-
sekelompok orang, bahkan suatu masyarakat.
kadang pemakai bahasa tidak mengetahui
Bahasa secara utuh dan luas merupakan
secara jelas apa pengertian dari kata yang
kesatuan teks dan konteks yang di produksi
digunakan tersebut. Ada yang mengartikan
oleh orang atau kelompok orang tersebut.
wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar
Dalam pandangan Halliday, teks dimaknai
dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
secara dinamis. Teks adalah bahasa yang
sebagai (bahan) pembicaraan. Menurut T.
sedang melaksanakan tugas tertentu dalam
Fatimah Djajasudarma (1994: 7-8) wujud
konteks situasi, berlainan dengan kata-kata
wacana sebagai media komunikasi berupa
atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin
rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media
dituliskan di papan tulis (Halliday & Hasan,
komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat
1992: 13). Dalam rumusan yang lain, Halliday
berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap
berpendapat bahwa teks adalah suatu pilihan
dan penggalan perakapan. Wacana dengan
semantik dalam konteks sosial, suatu cara
media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah
pengungkapan makna lewat lisan atau tulis (Sutjaja, 1990: 74). menjelaskan
bahwa
teks, alinea, dan wacana.
Eriyanto (2012: 9) suatu
Pembahasan wacana tidaklah jauh
konteks
berkaitan
memasukkan semua situasi dan hal yang berada
di
luar
teks
dan
situasi
tempat
teks
tersebut
semata-mata komunikasi.
di
tersebut
kemudian
Bahasa
sebagai
dalam
alat
masyarakat
kelompok sosial tertentu untuk menyebarkan
disebut
dan mempertarungkan ideologinya masing-
wacana. Istilah
dipandang
canggih yang dapat digunakan oleh kelompok-
dan sebagainya. Penggambaran kesatuan teks konteks
bahasa.
moderen dapat dipahami sebagai piranti
produksi, serta fungsinya yang dimaksudkan,
dan
pembahasan
Bahasa, dalam konteks kekinian, tidak lagi
memengaruhi
pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa,
dengan
wacana
berasal
dari
masing. Hal ini sejalan dengan apa yang
kata
dinyatakan oleh Fairclough (1995: 73), “One
sansekerta vacana yang bermakna ucapan atau 1
aspect of this imbrication in the social which is
menentukan gambaran seperti apa yang akan
inherent to the notion of discourse is that
diciptakan
language is a material form of ideology, and
tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai
languae is invested by ideology.” yang artinya
peluang
dalam wacana yang berhubungan dengan
mempengaruhi makna dan gambaran yang
penyirapan (penyingkapan kecil) suatu hal di
dihasilkan
bidang sosial, diungkapkan bahwa bahasa
dikonstruksikannya.
merupakan material dari ideologi, dan bahasa di
investasikan
(dijadikan
modal)
oleh
bahasa
yang
tentang
sangat
dari
besar
realitas
realitas
untuk
yang
Pandangan kritis memiliki perspektif
oleh
yang sama mengenai hal tersebut, yakni berita
ideologi.
dalam suatu media mencerminkan ideologi
Artha (2012: 5) dalam penelitiannya
dan kepentingan tertentu. Eriyanto (2012: 22-
mengungkapkan bahwa dalam pembahasan
23) menjelaskan bahwa menurut pandangan
mengenai
jarang
kritis, media adalah alat kelompok yang
diungkapkan bahwa wacana dalam jurnalistik
memiliki dominasi untuk memanipulasi dan
yang menjunjung tinggi kejujuran hanya
mengukuhkan
menyajikan fakta semu. Penyajian fakta semu
memarginalkan
itu dilakukan dengan cara memberi opini dan
dominan. Suroso (2005: 1) menjelaskan
menginteprestasi data yang akan diberitakan
tentang karakteristik media, bahwa media
kepada
semu
masa memiliki karakteristik dari ideologi yang
tersebut terjadi karena bahasa tidak pernah
diperjuangkan maupun keinginan-keinginan
lepas dari ideologi dan politik pemakainya.
dari institusinya. Dengan demikian, dapat
Pada
media
khalayak.
akhirnya,
mendefinisikan
massa,
tidak
Penyajian
setiap suatu
hal
fakta
kehadirannya kelompok
yang
sambil tidak
ideologi
bisa
diketahui bahwa wartawan yang bekerja dalam
melalui
suatu
suatu sistem produksi berita bukanlah otonom,
wacana.
bukan pula bagian dari sistem yang stabil,
Dalam model komunikasi, terdapat
melainkan
merupakan
praktik
dari
beberapa faktor yang mempengaruhi isi berita,
ketidakseimbangan dan dominasi (Eriyanto,
menurut Sobur (2012: 88) bahwa isi berita
2012: 23).
hakikatnya adalah hasil dari konstruksi realitas dengan bahasa sebagai
perangkat
Majalah Detik, sebagai media tentu
dasar.
juga memiliki ideologinya sendiri. Sebagai
Bahasa itu sendiri bukan saja sebagai alat
media yang memilliki ideologi tersendiri,
merepresentasikan realitas, namun juga bisa
majalah Detik memiliki sudut pandang dalam
2
mendefinisikan suatu hal ke dalam suatu
rakyatnya. (3) “to re-present”, yang berarti
wacana yang dijadikan berita olehnya. Media
menghadirkan kembali peristiwa yang sudah
tersebut tentu memiliki perspektifnya sendiri
terjadi. Misalnya tulisan sejarah atau biografi
perihal berbagai isu yang dijadikan berita oleh
yang dapat menghadirkan kembali kejadian-
majalah Detik, termasuk mengenai organisasi
kejadian di masa lalu.
masyarakat
1.
Front
Pembela
Islam
(FPI).
Representasi dalam Anak Kalimat
Dengan demikian, ideologi yang ingin dibagi
Bahasa dalam hal ini kalimat dibentuk
kepada masyarakat melalui suatu media,
setidaknya oleh kosakata dan gramatika.
sesungguhnya dapat dilihat dari karakteristik
Kosakata yang dipakai oleh pengguna bahasa
penggambaran
menampilkan dan menggambarkan sesuatu
pemberitaan
mengenai
berbagai isu yang dilakukan oleh media
yang dapat
tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat
kategori.
menguraikan penggambaran pemberitaan FPI
terdapat beberapa penyebutan untuk ormas FPI
secara kritis mengenai isu, permasalahan atau
dalam kasusnya, seperti ormas anarkis, ormas
peristiwa konflik dalam berita-berita pada
brutal,
majalah Detik, khususnya terbitan pada tahun
Pemilihan suatu kata itu tergantung citra yang
2014.
ingin disampaikan. Selain itu, pilihan kosakata .
Misalnya,
pembela
dalam
islam
dan
suatu
pemberitaan,
sebagainya.
juga menimbulkan asosiasi tertentu pada suatu penggambaran realitas.
B. KAJIAN TEORI
a.
Menurut Judy Giles dan Tim Middleon
A
Practical
Introduction,
Bentuk Tata Bahasa Dalam bentuk proses, apakah seseorang,
(1999: 56-57) pada bab 3 dalam buku Studying Culture:
dikelompokkan dalam
kelompok,
kata
kegiatan
ditampilkan
sebagai
“represent” mempunyai tiga arti. (1) “to stand
tindakan, peristiwa, keadaan, atau proses
in for” yang berarti melambangkan. Hal ini
mental terutama didasarkan pada bagaimana suatu tindakan hendak digambarkan
dapat dicontohkan seperti bunga teratai biru yang
melambangkan
Universitas
1) Bentuk tindakan
Negeri
Yogyakarta. (2) kata “represent” berarti “to
2) Bentuk peristiwa
speak or act on behalf of”, yang berarti
3) Bentuk keadaan
berbicara atas nama seseorang, kelompok, atau negara. Contohnya adalah pemimpin menjadi orang yang berbicara dan bertindak atas nama 3
dibandingkan dengan bagian yang lain. Salah
b. Proses Gramatikal Berikut adalah fungsi tipe pengalaman
satu aspek penting adalah apakah partisipan
dari kelompok kelas dan frase (Halliday, 2004:
dianggap
177).
memberikan
1) Proses material
Rangkaian antarkalimat menunjukkan makna
2) Proses behavioral
yang ingin ditampilkan kepada khalayak.
3) Proses mental
mandiri
Agar
reaksi
padu,
ataukah dalam
ditampilkan teks
digunakan
berita.
pengait
4) Proses Verbal
antarparagraf, yaitu berupa 1) ungkapan
5) Proses Relasional
penghubung transisi, 2) kata ganti, atau 3) kata
6) Proses Eksistensial
kunci (pengulangan kata yang dipentingkan).
2.
Ungkapan pengait antar kalimat dapat
Representasi dalam kombinasi Klausa Satu
klausa
dapat
dikombinasikan
berupa ungkapan penghubung/ transisi (Arifin
dengan klausa lainnya hingga membentuk
dan Tasai, 2004: 115), yaitu sebagai berikut.
suatu kesatuan (bahasa) yang memiliki makna.
A. Kata transisi
Gabungan antara klausa tersebut membentuk
1) Hubungan tambahan
koherensi lokal, yakni hasil gabungan klausa
2) Hubungan pertentangan
yang memiliki suatu arti. Koherensi tersebut,
3) Hubungan perbandingan
dijelaskan pula oleh Eriyanto (2012: 294),
4) Hubungan akibat
pada titik tertentu, menunjukkan ideologi dari
5) Hubungan tujuan
pemakai bahasa sehingga mampu membentuk
6) Hubungan singkatan
suatu asosiasi yang diterima oleh khalayak.
7) Hubungan waktu
Bentuk-bentuk koherensi itu sebagai berikut.
8) Hubungan tempat
1) Elaborasi
B. Kata ganti
2) Perpanjangan
1) Kata ganti orang
3) Mempertinggi
2) Kata ganti yang lain
3.
Representasi
dalam
3) Kata kunci
Rangkaian
Antarkalimat Pada aspek ini berhubungan dengan
C. METODE PENELITIAN
bagaimana dua kalimat atau lebih disusun dan
Untuk mengetahui representasi dalam
dirangkai. Aspek ini untuk melihat bagian
pemberitaan FPI di majalah Detik Edisi
mana dalam kalimat yang lebih menonjol
Oktober 2014, penulis menggunakan metode
4
kualitatif dengan pendekatan analisis wacana
pemberitaan ormas FPI di majalah Detik
kritis
Analysis).
edisi Oktober 2014. Paradigma kritis yang
penelitian
dipakai dalam penelitian ini menghendaki
metode kualitatif karena peneliti bermaksud
dipakainya multilevel methods maka untuk
untuk memahami fenomena tentang apa yang
itu dipergunakan kerangka analisis wacana
dialami oleh subjek penelitian misalnya
kritis (CDA) dari Fairclough.
(Critical
Penelitian
ini
Discourse menggunakan
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.,
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
secara holistik dan dengan cara deskripsi
menggunakan pendekatan kualitatif dengan
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
metode analisis wacana kritis model Norman
suatu konteks khusus yang alamiah dan
Fariclough, untuk menggali makna yang
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
tampak dan tidak tampak dalam pemberitaan
Tujuan penggunaan metode kualitatif adalah
ormas
mencari pengertian yang mendalam tentang
Fairclough sangat cocok untuk membongkar
suatu subjek gejala, fakta, atau realitas
faktor-faktor yang mempengaruhi majalah
(Moleong, 2006: 6). Penggunaan penelitian
Detik, karena model ini mengungkapkan di
yang bersifat kualitatif
antara representasi dalam anak kalimat atau
mendeskripsikan
majalah
Detik.
Model
klausa, representasi dalam kombinasi klausa,
dengan angka tetapi menggunakan kata-kata
dan representasi dalam rangkaian antar
tertulis dan mendeskripsikan hasil. Dapat
kalimat.
kualitatif
bahwa,
digunakan
penelitian
di
bukan
disimpulkan
hasil
karena dapat
FPI
metode
penelitian
untuk
memahami
D. HASIL PENELITIAN
fenomena yang dialami subjek penelitian,
Berdasarkan
dengan cara menafsirkan lewat kata-kata agar
Detik edisi 6-12 Oktober 2014 dan 13-19
Pendekatan yang digunakan dalam
Oktober 2014, diperoleh hasil penelitian
penelitian ini adalah pradigma kritis yang menaruh
pembongkaran
representasi
tekstual terhadap aksi ormas FPI pada majalah
mudah dipahami.
sangat
penelitian
perhatian aspek-aspek
berupa bentuk-bentuk representasi tekstual
terhadap
dalam anak kalimat atau klausa, representasi
yang
tekstual
tersembunyi di balik sebuah kenyataan yang
dalam
kombinasi
klausa,
dan
representasi tekstual dalam rangkaian antar
tampak (virtual reality) guna dilakukannya
kalimat.
kritik dalam hal ini berkenaan dengan
5
1. Representasi dalam Anak Kalimat atau
tertentu. Terlihat dari penggunaan struktur
Klausa terhadap Aksi Ormas FPI
klausa, terdapat kalimat yang memperlihatkan
dalam Pemberitaan di Majalah Detik
berupa tindakan atau peristiwa ormas FPI
Edisi Oktober 2014
berpola kalimat aktif (Subjek +
Dalam penelitian ini, representasi tekstual
Kalimat aktif dengan proses material, proses
dikategorikan berdasarkan bentuk-bentuk tata
relasional, dan proses verbal digunakan untuk
bahasa. Representasi tekstual yang ditemukan
menggambarkan ormas FPI. Proses material
dalam penelitian ini adalah tipe proses
menunjukkan
gramatikal Halliday. Berikut adalah tabel tipe
tertangkap oleh indera; proses relasional
proses gramatikal Halliday.
merupakan proses of being; proses verbal
Tabel 1: Tipe Proses Gramatikal Halliday pada Pemberitaan Ormas FPI di Majalah Detik Edisi 6-12 Oktober 2014 dan 13-19 Oktober 2014
tindakan
atau
Predikat).
aksi
yang
merupakan kegiatanpenyampaian informasi yang disampaikan oleh jurnalis. Penggunaan kalimat tersebut seolah-olah menunjukkan
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tipe Proses Material Behavioral Mental Verbal Relasional Eksistensial
Aktor + Proses Pereaksi + Proses Perasa + Proses Pengucap + Proses Penyebar + Proses + Atribut Eksisten + Proses
Jumlah Klausa 12 0 0 5 3 0
bahwa jurnalis berada dalam aksi atau tindakan yang dilakukan oleh ormas FPI. 2. Representasi dalam Kombinasi Klausa terhadap
Aksi
Ormas
FPI
dalam
Pemberitaan di Majalah Detik Edisi Hasil penelitian yang telah dilakukan
Oktober 2014
pada kedua wacana yang menyangkut tentang
Dalam penelitian representasi dalam
aksi ormas FPI di majalah Detik, dapat
kombinasi
ditemukan
berdasarkan jenis koherensi. Jenis koherensi
penggambaran
beberapa
hal
mengenai
peristiwa/kelompok
klausa
ini
dikelompokkan
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
(Representasi) ormas FPI di majalah Detik.
yang dibangun dari sebuah peristiwa secara
Tabel 2: Bentuk Koherensi pada Pemberitaan Ormas FPI di Majalah Detik Edisi Oktober 2014 N Bentuk Keterangan Jum o Koherens lah . i 1 Penjelas/ Klausa menjadi penjelas dari 4 . Elaborasi klausa yang lain. 2 Perpanjan Klausa perpanjangan dari klausa 2 . gan yang lain 3 Memperti Posisi klausa lebih besar dari 0 . nggi klausa yang lain
ringkas. Selain itu, pada penggunaan kosakata,
Pada tabel 2 dalam kombinasi antar
terlihat beberapa di antaranya memberi citra
klausa dalam majalah Detik Edisi 6-12
Berdasarkan tabel 1, pada kedua judul berita, “Menolak Ahok Memantik Bentrok” dan “Jalan Berliku Membidik FPI” yang dipilih, terlihat cara wacana mengenai sudut pandang
6
Oktober 2014 dan 13-19 Oktober 2014,
Pada analisis rangkaian antarkalimat,
terlihat adanya bentuk koherensi. 4 paragraf
terlihat
menggunakan koherensi berbentuk penjelas,
antarkalimat tersebut. Maksud dari hubungan
sedangkan 2 paragraf lain menggunakan
rangkaian antarkalimat itu adalah satu sama
koherensi dalam bentuk perpanjangan.. Bentuk
lain mendukung topik yang diangkat. Berbagai
koherensi itu berfungsi sebagai pembangun
pernyataan,
wacana, sebagai pemberi informasi tambahan
partisipan
dan pembangunan sebuah opini. Informasi
pendapat, argumen, atau sebagai pengucap
tambahan tersebut bukan merupakan inti yang
dalam wacana.
disampaikan, namun memberi pengetahuan
adanya
termasuk yang
Tabel
lain mengenai yang dijelaskan.
hubungan
pernyataan
berperan
3
rangkaian
para
menyampaikan
memperlihatkan
bahwa
penggunaan ungkapan pengait didominasi oleh Rangkaian
hubungan tujuan. Hubungan tujuan pada
Antarkalimat terhadap Aksi Ormas
pemberitaan mengenai ormas FPI di majalah
FPI dalam Pemberitaan di Majalah
Detik
Detik Edisi Oktober 2014
mengetahui latar belakang dari aksi anarkis
3. Representasi
Dalam
dalam
penelitian
ini
ditemukan
Berikut
adalah
tabel
untuk
pembaca
yang dilakukan oleh ormas FPI
beberapa ungkapan pengait dalam rangkaian antarkalimat.
dimaksudkan
Dalam kasus ini penggunaan analisis
yang
representasi
sangat
penting
dalam
pengkonstruksian
yang
memaparkan ungkapan pengait dalam teks
membongkar
wacana mengenai ormas FPI di majalah Detik
dilakukan oleh para media hal ini dikarenakan
Edisi Oktober 2014.
representasi
Tabel 3: Bentuk Ungkapan Pengait pada Pemberitaan Aksi Ormas FPI di Majalah Detik Edisi 6-12 Oktober 2014 dan 13-19 Oktober 2014
representing dan juga produk sosial dari
No. 1.
2.
Bentuk Ungkapan Pengait Kata Transisi - Hubungan tujuan - Hubungan waktu - Hubungan akibat - Hubungan pertentangan Kata Ganti - Kata ganti orang - Kata ganti yang lain
proses
Jumlah
adalah
social
proses
representing.
sosial
dari
Representasi
merujuk kepada kontruksi segala bentuk media (terutama media massa) terhadap segala aspek
5 3 4 2
realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga identitas budaya. Representasi adalah teori filosofi dari ilmu pengetahuan yang didasarkan pada
15 2
asumsi
bahwa
menangkap
7
dan
pikiran
manusia
menerima
hanya
gambaran-
gambaran yang terkandung dari objek, bukan
tersebut, partisipan digambarkan menentang
gambaran yang terlihat dari objek itu sendiri.
aksi ormas FPI.
Validitas pengetahuan manusia dipertanyakan
Dalam
pengunaan
struktur
klausa,
karena adanya tuntutan untuk membuktikan
terdapat kalimat yang memperlihatkan berupa
bahwa gambaran-gambaran yang diperoleh
tindakan atau peristiwa ormas FPI berpola
dapat mendeskripsikan objek yang dimaksud
kalimat aktif (Subjek +
dengan
yang
material menunjukkan tindakan atau aksi yang
ditampilkan dalam media/wacana awalnya
tertangkap oleh indera wartawan maupun
mungkin
menginformaskan
partisipan; proses relasional menunjukkan
mengenai suatu ormas yang bertindak brutal,
proses of being (banyaknya penggunaan kata
anarkis, dan sebagainya. Namun, ketika berita
biasanya, berarti, dan kebanyakan); proses
menjadi terus-terusan ditampilkan dalam sudut
verbal memperlihatkan penggunaan kalimat
pandang yang sama setiap hari, khalayak akan
tersebut
menerimanya
jurnalis berada dalam aksi atau tindakan yang
akurat.
Pemberitaan
hanya
ining
sebagai
suatu
FPI
konsensus
bersama, bahwa FPI memang ormas brutal.
seolah-olah
Predikat). Proses
menunjukkan
bahwa
dilakukan oleh ormas FPI. 2. Representasi dalam kombinasi klausa.
E. PENUTUP
Terlihat
a. Simpulan
Bentuk
Berdasarkan
hasil
penelitian
adanya
koherensi
perpanjangan
dan
atau
bentuk
koherensi.
tersebut
adalah
perluasan
berupa
pembahasan mengenai penggambaran atau
penggunaan konjungsi. Bentuk koherensi itu
representasi ormas FPI dalam majalah Detik
berfungsi sebagai pembangun wacana, sebagai
Edisi
pemberi
Oktober
2014,
dapat
di
ambil
informasi
tambahan
sebuah
opini.
dan
kesimpulan sebagai berikut.
pembangunan
Informasi
1. Representasi dalam anak kalimat atau
tambahan tersebut bukan merupakan inti yang disampaikan, namun memberi pengetahuan
klausa.
lain mengenai yang dijelaskan.
Dalam penggunaan kosakata, terlihat beberapa di antaranya memberi citra tertentu,
3. Representasi
yaitu kesan menentang tindakan ormas FPI
antarkalimat.
dalam
rangkaian
dengan penyebutan “kita kejar mereka!” dari
Terlihat adanya hubungan rangkaian
salah satu partisipan. Pada wacana berita
antarkalimat tersebut. Maksud dari hubungan rangkaian antarkalimat itu adalah satu sama
8
lain mendukung topik yang diangkat. Berbagai
melihat produksi teks berita atau wacana
pernyataan,
para
melalui interaksi jurnalis pembuat berita
menyampaikan
dengan partisipan. Hal ini tentunya agar
partisipan
termasuk yang
pernyataan
berperan
pendapat, argumen, atau sebagai pengucap
hasil
dalam wacana.
komprehesif. 2. Bagi
b. Keterbatasan Penelitian
penelitian
Jurnalis/Media,
menjadi
lebih
berkenaan
hasil
Selama mengerjakan penelitian ini,
analisis diatas, seharusnya setiap media
peneliti menemukan keterbatasan penelitian
diharapkan menyajikan berita dengan
pada saat analisis wacana. Hal ini dikarenakan
jujur, seimbang, dan netral.
penelitian ini hanya terfokus pada penelitian tekstual,
sedangkan
analisis
ormas FPI dalam berita majalah Detik
wacana kritis fairclough lebih mengacu ke
Edisi Oktober 2014 ini masih sangat
bidang ilmu komunikasi atau ilmu sosial, oleh
sederhana dan masih belum sempurna.
karena itu penelitian ini membutuhkan adanya
Hal ini dikarenakan kurangnya kasus,
tanggapan atau penilaian dari para masyarakat
konflik, atau peristiwa yang dialami
dan
objek.
analisis
lebih
pendekatan
3. Penelitian tentang representasi tekstual
lanjut
pada
unsur
Oleh
karena
diperlukan
lanjut
mengenai
kebudayaan dalam produksi wacana oleh para
penelitian
wartawan dan
representasi dengan objek yang berbeda.
partisipan yang terkait dalam
lebih
itu
peristiwa didalam berita.
DAFTAR PUSTAKA
c. Saran
Abdul Rani, Bustanul Arifin, dan Martutik. 2006 Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian representasi tekstual aksi ormas FPI dalam
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan.
berita majalah Detik Edisi Oktober 2014, maka saran yang dapat disampaikan sebagai berikut.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2001. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. Jakarta: Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia.
1. Bagi pembaca, penggunaan representasi dalam menganalisa atau mengkaji isu konflik-konflik sosial, politik, dan budaya dalam suatu wacana sebaiknya dilakukan
Baryadi, Praptomo. 2001. Konsep-konsep Pokok dalam Analisis Wacana. Jakarta: Balai Pustaka.
pada semua level wacana termasuk level cognitive
dimension
yang
berupaya
9
Brown, Gilian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana: Discouse Analisys. Terjemahan I Soetikno. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Markhamah dan Atiq Sabardila. 2010. Sintaksis 2. Surakarta: Muhammadyah Universty Press. Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1994. Wacana (Pemahaman dan hubungan antar unsur). Bandung: PT. UNESCO.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Eriyanto. 2012. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis.
Subor, Alex. 2012. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Longman. Hall, Stuart. 1997, Representation Cultural Representations And Signifying Practice. The Open University: Sage Publication, Ltd
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra. Sumadiria, Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Halliday, M.A.K. 2004. An Introduction to Functional Grammar, 3d ed. London: Arnold.
Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan W acana. PT. LkiS Pelangi Aksara
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa Teks dan Konteks. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Tinjauan Teoretis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Ibrahim, Abdul Syukur. 2009. Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutjaja, I Gusti Made. 1990. A Semantic Analysis Of The Nominal Group in Bahasa Indonesia. Disertasi: Sydney University
Kridalaksana, Harimurti, dkk. 1999. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Jorgensen, Marianne W. & Louise J. Philips. 2010. Analisis Wacana Teori & Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Van Djik, Teun A. 1997. News as Discourse. New Jersey: Lawrance Elbraum Associates, Inc.
Judy Giles dan Tim Middleton. 1999. Studying Culture: A Practical Introduction. Oxford: Blackwell Publishers.
Wodak, Ruth, dan Michael Meyer. 2001. Methods of Discourse Analysis. London: SAGE Publications.
10