PEMBERITAAN PERPUSTAKAAN DALAM MEDIA MASSA ONLINE DETIK DAN KOMPAS Rizky Catur Utomo dan Laksmi Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Jurnal ini membahas tentang pemberitaan perpustakaan dalam media massa online Detik dan Kompas dari tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi dengan pendekatan kuantitatif. Kategori dalam penelitian ini dikelompokkan variabel asal berita, lokasi, dan aspek. Secara keseluruhan, hampir setengah pemberitaan perpustakaan membahas koleksi dan sarana prasarana. Hampir setengah pemberitaan perpustakaan dalam negeri membahas aspek koleksi. Hampir setengah pemberitaan perpustakaan luar negeri membahas aspek sarana dan prasarana serta koleksi. Sebagian besar pemberitaan membahas perpustakaan luar negeri, sedangkan perpustakaan dalam negeri hanya sebagian kecil.
Abstract This article discusses about the library news on online mass media, Detik and Kompas from the First of January until the Thirtieth of April, 2014. Researcher uses content analysis with quantitative approach as a research method. Categories in this research are grouped in the source of news, location and aspect variables. In conclusion, nearly half of the library news discuss about collection and infrastructure aspects. Nearly half of local library news discuss about collection aspects. Nearly half of foreign library news discuss about library infrastructure and collection aspects. Most of the library news discuss about foreign libraries, on the other hand local libraries only reported on small portion. Keywords: Content analysis; library aspects; news; online mass media
Pendahuluan Pemberitaan perpustakaan di media massa kini semakin sering dimuat oleh para pembuat berita. Pemberitaan ini tidak bisa terhindarkan oleh perpustakaan karena hakikatnya sebagai organisasi yang selalu berhubungan dengan pihak luar. Sehingga, pihak luar yang dalam hal ini adalah media massa dapat dengan mudah menemukan bahan untuk diberitakan. Ketika sebuah media massa memberitakan kelebihan-kelebihan perpustakaan, hal itu juga bisa dijadikan peluang perpustakaan dalam meningkatkan kegiatan promosinya. Walaupun tidak semua pemberitaan mengangkat kelebihan sebuah perpustakaan dan terkadang menjadi dasar seseorang untuk tidak datang ke perpustakaan yang dimuat dalam artikel tersebut.
1
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
Pemberitaan perpustakaan di media massa semakin mudah ditemui dengan adanya media massa online. Perkembangan ini memungkinkan masyarakat mengakses berita-berita perpustakaan lebih mudah, cepat, dan murah. Selain itu, perkembangan ini juga memudahkan masyarakat untuk mengakses berita-berita perpustakaan yang telah terlewat hanya dengan mengetikkan subjek berita yang ingin diinginkan di kolom pencarian. Perubahan perilaku masyarakat yang banyak berinteraksi dengan internet memungkinkan media massa online untuk memiliki pengguna yang lebih banyak dibandingkan dengan media massa dari jenis lain. Dan hal ini berdampak pada semakin mudahnya masyarakat untuk mengetahui performa dari perpustakaan yang ada dalam pemberitaan. Di Indonesia, Detik dan Kompas merupakan media massa online yang memiliki jumlah pengunjung media massa paling banyak. Jumlah ini dapat dilihat di website alexa.com yang merupakan website pemberi rating seluruh dunia. Penelitian tentang pemberitaan perpustakaan perlu dilakukan. Dengan mengamati berita-berita perpustakaan di media massa, pengelola dapat mengetahui bagian perpustakaan mana yang paling sering menjadi sorotan di masyarakat. Pihak pengelola perpustakaan juga dapat membandingkan keadaan perpustakaan-perpustakaan di dalam negeri dengan perpustakaan di luar negeri. Berita-berita ini bisa dijadikan dasar dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja pihak perpustakaan. Terlebih jika yang dibicarakan dalam berita tersebut merupakan perpustakaan itu sendiri. Bukan hanya itu, berita ini juga dapat menjadi bahan inspirasi untuk perancangan program perpustakaan dalam beberapa waktu ke depan. Jika keduanya telah dilakukan oleh pengelola perpustakaan, maka kualitas perpustakan akan terus meningkat. Agar hasil penelitian yang didapat merupakan fakta yang paling up to date, penelitian perlu meneliti berita-berita yang juga up to date. Golongan berita up to date ini bisa diberikan pada berita-berita di periode tahun yang sama. Pemberitaan ini merupakan fakta-fakta di perpustakaan yang terekam saat ini oleh pihak media. Dengan memahami pemberitaan perpustakaan ini, secara tidak langsung akan terlihat bagaimana pandangan masyarakat mengenai perpustakaan. Hal ini dikarenakan pemberitaan di media massa dapat membentuk pandangan masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin mengajukan pertanyaan: bagaimana tren pemberitaan perpustakaan di Detik dan Kompas yang dimuat pada tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014? Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan adalah penelitian ini untuk mengidentifikasi tren pemberitaan perpustakaan dalam media massa online Detik dan Kompas pada 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis maupun praktis. Dalam manfaat akademis, hasil penelitian ini 2
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan di Ilmu Perpustakaan khususnya mengenai analisis isi berita tentang perpustakaan di media massa. Sedangkan dalam manfaaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis. Selain itu, juga dapat memberikan ide-ide baru untuk pihak-pihak perpustakaan dalam rangka meningkatkan kualitas perpustakaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah berita perpustakaan yang dimuat di semua media massa online Detik dan Kompas sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah seluruh berita perpustakaan yang dimuat dalam media massa online Detik dan Kompas sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014. Tinjauan Literatur Dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomer 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, perpustakaan juga dijelaskan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Pada prinsipnya perpustakaan mempunyai tiga kegiatan pokok. Pertama, perpustakaan mengumpulkan semua informasi yang sesuai dengan bidang kegiatan, visi dan misi organisasi, serta masyarakat yang dilayaninya. Kedua, perpustakaan melestarikan, memelihara, dan merawat seluruh koleksinya. Ketiga, perpustakaan menyediakan dan menyajikan informasi dari seluruh koleksinya agar dapat dipergunakan dan diberdayakan oleh seluruh penggunanya (Sutarno, 2006:1). Sutarno (2006: 12) juga menjelaskan, terdapat 6 ciri-ciri perpustakaan, yaitu (1) memiliki ruangan atau gedung, (2) memiliki koleksi, (3) terdapat petugas yang menyelenggarakan kegiatan dan melayani pemakai, (4) adanya pemakai, (5) adanya sarana dan prasarana yang diperlukan, dan (6) menerapkan sistem untuk menjaga keberlangsungan perpustakaan. Keenam hal ini nantinya akan dikaitkan dengan jenis perpustakaan itu sendiri. Perbedaan tujuan, anggota, organisasi, dan kegiatan yang berlainan mengakibatkan munculnya jenis-jenis perpustakaan ini. Seiring dengan kemutakhiran yang ada, perpustakaan kini tidak hanya berada dalam media fisik melainkan juga dalam jaringan, atau biasa disebut dengan perpustakaan digital. The Digital Library Initiatives dalam Yuadi (2006: 1) menggambarkan perpustakaan digital sebagai lingkungan yang bersama-sama memberi koleksi, pelayanan dan manusia untuk 3
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
menunjang kreasi, diseminasi, penggunaan dan pelestarian data, informasi dan pengetahuan. Perpustakaan digital juga berbeda dengan sistem penelusuran informasi karena memiliki lebih banyak jenis media, menyediakan pelayanan dan fungsi tambahan, termasuk tahap lain dalam siklus informasi, dari pembuatan hingga penggunaan. Perpustakaan digital bisa dianggap sebagai institusi informasi dalam bentuk baru atau sebagai perluasan dari pelayanan perpustakaan yang sudah ada. Aspek-aspek perpustakaan yang dapat dimasukkan ke berita di media massa dalam penelitian ini disamakan dengan unsur-unsur yang dapat dibina dalam perpustakaan. Menurut Sutarno (2006: 102) terdapat beberapa aspek yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan, yaitu (1) koleksi perpustakaan; (2) sumber daya manusia perpustakaan; (3) sarana dan prasarana perpustakaan; (4) anggaran perpustakaan; (5) mitra kerja sama perpustakaan; (6) layanan perpustakaan; dan (7) pengguna perpustakaan. Dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomer 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Definisi ini ditambahkan dengan keterangan pada Pasal 12 dan 13 yang menyatakan koleksi perpustakaan harus diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam pengembangan koleksi tersebut, setiap perpustakaan diharapkan dapat mengacu pada standar nasional perpustakaan. Dalam perpustakaan di era modern, koleksi perpustakaan bukan hanya buku-buku, majalah, koran ataupun koleksi tercetak lainnya melainkan juga menyimpan koleksi dalam bentuk terekam dan digital (Sutarno, 2006: 11). Menurut IFLA (2001: 3) koleksi dapat dikembangkan dengan dua teknik. Pertama, koleksi dikembangkan dengan beberapa teknik penting dan harus digunakan secara konsisten. Kedua, teknik pengembangan dilakukan dalam keadaan tertentu dan tidak selalu diperlukan. Keputusan ini didasarkan pada ketersediaan data, jumlah staf dan dukungan lain yang tersedia, dan tujuan diadakannya koleksi tersebut. Sumber daya perpustakaan adalah semua orang yang berada dan bekerja di perpustakaan. Sutarno (2006: 59) menyebutkan beberapa orang yang ada di perpustakaan sebagai berikut. -
Kepala Perpustakaan
-
Pustakawan
-
Pegawai pelaksana teknis kepustakawanan 4
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
-
Pegawai tata usaha atau kesekretariatan (administrasi) Walaupun begitu, pekerjaan di perpustakaan identik dengan sebutan pustakawan.
Padahal dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomer 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, pustakawan dijelaskan sebagai seseorang yang memiliki kompetensi kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Kompetensi ini dapat diperoleh melalui jalur pendidikan, pelatihan, ataupun keduanya. Hermawan dan Zen (2006: 19) berpendapat, tanpa adanya pustakawan sebuah perpustakaan tidak akan bisa berkembang. Kata pustakawan menjadi pilihan, karena profesi ini sangat berkaitan erat dengan bahan pustaka dan perpustakaan. Terkadang pustakawan juga disebut sebagai pekerja informasi (information worker). Berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, pustakawan dibagi ke dalam tiga kelompok: a) Pustakawan ahli, yaitu pustakawan yang memiliki kualifikasi ahli dan berlatar belakang minimal sarjana pendidikan ilmu perpustakaan atau memiliki pengalaman lama dalam mengelola perpustakaan secara profesional. Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat kebijakan dan berperan sebagai manajer. b) Pustakawan terampil, yaitu pustakawan yang menguasai teori-teori perpustakaan dan dapat memanfatkannya dalam melaksanakan tugas-tugas rutin perpustakaan seperti pengadaan, pengolahan, dan pelayanan. Pustakawan terampil biasanya menjadi penentu keberhasilan pelayanan sebuah perpustakaan, karena kelompok ini langsung berhadapan dengan pemustaka. c) Pustakawan penunjang, yaitu pustakawan yang ditugaskan untuk membantu pekerjaan pustakawan ahli dan terampil. Kelompok ini banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan administratif atau bersifat umum dan tidak terkait erat dengan ilmu perpustakaan dan informasi.Walaupun hanya sebagai penunjang, kelompok ini juga mempengaruhi kelancaran pelayanan terhadap pengguna. Dalam Pasal 19-22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014, sarana dan prasarana perpustakaan meliputi lahan, gedung, ruang, perabot, dan peralatan. Sehingga dalam hal ini, komponen gedung dalam perpustakaan sudah termasuk dalam sarana dan prasarana. Seluruh komponen sarana dan prasarana tersebut harus atau sebisa mungkin memenuhi dan mempertimbangkan aspek teknologi, konstruksi, ergonomis, lingkungan, kecukupan, efisiensi, dan efektivitas. Terdapat tiga jenis sarana yang seharusnya dimiliki oleh sebuah perpustakaan, yaitu sarana penyimpanan koleksi, sarana akses informasi, dan sarana pelayanan perpustakaan. 5
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
Sarana penyimpanan koleksi paling sedikit berupa perabot yang sesuai dengan bahan perpustakaan yang dimiliki. Sarana akses informasi paling sedikit berupa perabot, peralatan, dan sarana temu kembali bahan perpustakaan dan informasi. Sarana pelayanan perpustakaan paling sedikit berupa perabot dan peralatan yang sesuai dengan jenis pelayanan perpustakaan. Setiap perpustakaan wajib memiliki lahan, gedung atau ruang. Lahan perpustakaan tersebut harus berada di lokasi yang mudah diakses, aman, dan nyaman. Gedung atau ruang perpustakaan harus memenuhi aspek keamanan, kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan. Gedung perpustakaan paling sedikit memiliki ruang koleksi, ruang baca, dan ruang staf yang ditata secara efektif, efisien, dan estetik. Ruang perpustakaan paling sedikit memiliki area koleksi, baca, dan staf yang ditata secara efektif, efisien, dan estetik. Setiap perpustakaan harus memiliki fasilitas umum dan fasilitas khusus. Sarana dan prasarana adalah semua benda dan barang serta fasilitas yang ada di perpustakaan
dan
digunakan
untuk
mendukung
terselenggarakannya
kegiatan
penyelenggaraan perpustakaan. Kegiatan pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, penetaan, penambahan, pengembangan harus mempertimbangkan sisi jumlah, jenis, kualitas, maupun volume benda tersebut. Sarana dan prasarana yang sesuai dengan kondisi perpustakaan akan meningkatkan perhatian citra dan kesan positif dari masyarakat terhadap perpustakaan (Sutarno, 2006: 108). Menurut Sutarno (2006: 72) untuk mendukung penyelenggaraannya, perpustakaan harus memiliki sumber anggaran setiap tahunnya. Setiap perpustakaan memiliki sumber yang berbeda anggaran yang berbeda. Pada perpustakaan milik pemerintah dana didapat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sedangkan pada perpustakaan yang dibentuk oleh masyarakat, dana diperoleh dari lembaga swasta dan yang bersangkutan. Dana-dana tersebut berasal dari swadana, swasembada, dan donatur yang tertarik serta peduli terhadap pengembangan dan pembinaan perpustakaan.
Selain sumber yang pasti, terdapat beberapa hal lagi yang perlu
diperhatikan dalam anggaran atau keuangan perpustakaan. Pertama, keuangan perpustakaan digunakan sesuai dengan perencanaan kebutuhan, skala prioritas, aturan dan tata tertib administrasi keuangan yang berlaku. Kedua, anggaran perpustakaan harus dapat dikontrol, diawasi, diperiksa dan dimonitor. Ketiga, perpustakaaan harus mengusahakan untuk meningkatkan jumlah anggaran seiring dengan meningkatnya kebutuhan, volume kegiatan, bertambahnya pemakai, dan berkembangnya masyarakat. Keempat, perpustakaan perlu mengupayakan sumber-sumber keuangan di luar sumber aslinya (Sutarno, 2006: 100)
6
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
Menurut Sutarno (2006: 124), mitra kerja perpustakaan adalah pihak di luar perpustakaan yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan perpustakaan. Contoh-contoh mitra kerja yang bisa dimiliki oleh perpustakaan adalah perpustakaan lain, penerbit, toko buku, agen, distributor, pemerintah, pihak swasta, masyarakat pemakai, dan sekolah. Salah satu contoh perpustakaan yang menjalin kerjasama dengan unit lain di luar perpustakaan adalah New York State Library. Sampai sekarang, perpustakaan ini telah bekerja sama dengan 41 perpustakaan sekolah, untuk lebih dari 4.700 perpustakaan sekolah di New York (NYSL, 2010: 1). Menurut Sutarno (2006: 91) layanan merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat dan sekaligus barometer keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Sementara layanan yang baik adalah layanan perpustakaan yang dapat memberikan rasa senang dan puas kepada pemakai. Bentuk riil layanan tersebut antara lain: -
layanan sesuai dengan yang dibutuhkan pemakai;
-
berlangsng cepat waktu dan tepat sasaran;
-
bervariatif;
-
mengundang rasa ingin kembali;
-
mampu berkompetisi dengan layanan di bidang lain; dan
-
mampu menumbuhkan rasa percaya bagi pemakai. Handoyo (2012: 1) Layanan perpustakaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
pihak perpustakaan dalam memberikan jasa perpustakaan kepada pemustaka. Jenis layanan untuk pemustaka cukup banyak. Adapun penyelenggaraan semua jenis layanan tersebut disesuaikan dengan kondisi di setiap perpustakaan dan kebutuhan penmustakanya. Jenis-jenis layanan tersebut antara lain: layanan sirkulasi, layanan rujukan, silang layan perpustakaan, layanan pendidikan pemakai, bimbingan pembaca, layanan informasi kilat. Ada tiga macam sistem layanan di perpustakaan, yaitu sistem layanan terbuka, sistem layanan tertutup, dan sistem layanan campuran. Dalam pasal 1 ayat 9 UU No. 43 tentang Perpustakaan, pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Hermawan dan Zen (2006: 16) membagi pengguna menjadi dua kelompok besar, yaitu aktual dan potensial. Pengguna potensial adalah pengguna yang ditargetkan dan seharusnya menjadi pemustaka perpustakaan. Pengguna potensial di setiap perpustakaan berbeda-beda. Misalnya pada perpustakaan sekolah adalah guru dan murid, sedangkan perpustakaan umum adalah seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah perpustakaan tersebut. Sedangkan pengguna aktual diartikan sebagai orang-orang yang telah 7
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
memanfaatkan layanan di perpustakaan. Pengguna aktual sendiri di dibagi menjadi dua, yaitu pengguna aktual aktif dan pasif. Pengguna aktual aktif yaitu pemustaka yang secara teratur berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan. Sedangkan pengguna aktual pasif, yaitu pemustaka yang menggunakan perpustakaan ketika ada tuntutan. Menurut Robert E. Park dalam Palczewski (2009: 3), berita adalah bentuk dari pengetahuan yang tidak sistematis dan berupa fakta yang tidak bersifat historikal. Berita fokus pada kejadian yang ada saat ini, bukan masa lalu ataupun masa depan. Berita adalah sesuatu yang tidak terduga dan berbicara tentang sesuatu yang tidak biasa dan tidak terduga. Park juga menyatakan bahwa berita acara menyebabkan perubahan mendadak dan tegas. Namun, jika suatu peristiwa yang menjadi berita, itu harus dipublikasikan. Pengertian yang hampir sama disampaikan oleh Walter Gieber, ia menganggap berita merupakan sebuah produk dari organisasi media. Pengertian yang dikeluarkan oleh Gieber sudah mengarahkan berita pada karateristik pembuat berita. Dengan pengertian ini, Gieber tidak menganggap informasi yang berputar di masyarakat sebagai sebuah berita. Menurut Gieber, berita adalah sesuatu yang muncul di dalam sebuah media masa, atau lebih tepatnya berita adalah apa yang dibuat oleh seorang jurnalis. Berita tidak ada dengan sendirinya, berita merupakan produk dari seseorang yang merupakan bagian dari organisasi pengumpul berita (Palczewski, 2009: 4) Menurut Melvin de Fleur dan Everette Dennis dalam Palczewski (2009: 9), "berita adalah pengetahuan mutakhir atau baru tentang suatu peristiwa yang dikumpulkan, diolah dan disebarluaskan melalui media ke orang-orang yang tertarik". Definisi ini mencakup tiga elemen. Pertama aspek waktu, yaitu peristiwa harus terjadi tidak lama sebelum berita dibuat. Kedua berita harus diproses oleh media. Ketiga berita harus ditargetkan pada penerima yang tertarik. Definisi ini tidak jauh berbeda dengan definisi dari National Council for the Training of Journalists UK, berita adalah informasi baru, relevan untuk pembaca, hangat, dan mungkin tidak biasa (Wahl-Jorgensen & Hanitzsch, 2009: 162). Rumanti (2001: 120) mengartikan berita adalah fakta, opini, pesan, informasi baru yang mengandung nilai-nilai menarik bagi sejumlah orang dan telah diumumkan atau diinformasikan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah berita antara lain: (1) akurat, singkat, padat, jelas, dan sesuai dengan kenyataan; (2) tepat waktu dan aktual; (3) objektif; (4) menarik; dan (5) baru. Menurut Dominick dalam Ardianto dan Erdiyana (2004: 15), setidaknya terdapat 5 fungsi media massa: (1) surveillance (pengawasan), (2) interpretation (penafsiran), (3) linkage (keterkaitan), (4) transmission of values (penyebaran), dan (5) entertainment 8
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
(hiburan). Sementara Karlinah dalam Ardianto dan Erdiyana (2004: 19) mengemukakan 6 fungsi dari komunikasi di media massa, yaitu: informasi, pendidikan, mempengaruhi, proses pengembangan mental, adaptasi lingkungan; dan fungsi memanipulasi lingkungan. Peter D. Moss dalam Muslich (2008: 154) mengatakan bahwa pemberitaan di media massa merupakan konstruk kultural yang dihasilkan oleh ideologi. Melalui narasinya, media massa menawarkan definisi-definisi tertentu mengenai kehidupan manusia. Masyarakat seakan diarahkan untuk mengetahui siapa pahlawan dan siapa penjahat; apa yang baik atau buruk bagi rakyat, apa yang patut dan tidak patut dilakukan seorang elit, pemimpin, atau penguasa; tindakan apa yang disebut perjuangan, pemberontakan, terorisme, pengkhianatan; serta solusi apa yang harus diambil dan ditinggalkan. Ardianto dan Erdiyana (2004: 97-140) mengelompokkan bentuk-bentuk media massa ke dalam 6 kelompok, yaitu: surat kabar, majalah, radio, televisi, film, serta komputer dan internet (Online). OECD (2010: 15) merangkum perkembangan metode penciptaan dan pendistribusian berita oleh media massa. Awalnya berita dikemas dalam bentuk surat kabar dan diterbitkan secara teratur sejak 1605 dan 1609. Namun pada tahun 1920, industri surat kabar mulai menghadapi tantangan besar dari siaran radio. Perkembangan terus berjalan, sampai pada 1935-1936 televisi juga ikut diperkenalkan sebagai media penyampai berita. Pada sekitar tahun 1980, surat kabar mulai melakukan upaya tambahan untuk mempublikasikan berita melalui videotext/teleteks. Sekitar tahun 1990, surat kabar mulai memperkenalkan layanan seperti CD - ROM, digital assistants, faks, dan bulletin-boards. Dan pada tahun 1994 media massa online mulai diterbitkan untuk pertama kalinya. Surat kabar online di seluruh dunia dan media berita online lainnya tumbuh secara signifikan selama 5 tahun setelahnya bahkan sampai saat ini. Menurut American Journalism Review, pada tahun 1994 hanya 20 surat kabar di seluruh dunia memiliki situs Web. Kurang dari lima tahun kemudian ada lebih dari 5.000 surat kabar Web situs. Saat ini, situs berita online tidak terbatas pada surat kabar tetapi dalam juga pada penyiaran. Selain itu, situs berita online juga bisa online-only. Artinya, sebuah media massa online hanya tersedia dalam bentuk online dan bukan menjadi pendukung media lainnya (Luik, 2008:117). Menurut Simorangkir dalam Rini (2011: 2), berita yang dimuat di media massa memiliki dampak baik pada objek yang diberitakan maupun yang membaca. Media dapat meningkatkan citra positif dari seseorang yang sedang diberitakan, namun media massa juga dapat menghancurkan reputasi seseorang dan menumbuhkan citra negatif terhadap orang tersebut. Selain itu, media massa dapat menjelaskan fakta yang ditutup-tutupi tetapi bisa juga 9
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
membohongi masyarakat ketika informasi yang dimuat tidak benar. Tidak hanya itu, media massa juga dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap negara karena informasi yang diberitakan. Media massa memiliki peran yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sudah tidak diragukan. Tidak ada yang menyangkal atas peran media massa dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Media massa memiliki peran dalam terjadinya perubahan sosial pada tiga aspek perubahan sosial. Peran media sebagai pencerah masyarakat atau sebagai media pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan sosial dari aspek perubahan pola pikir masyarakat. Perubahan sosial dari aspek perubahan pola pikir ditandai dengan adanya pola pikir baru dari masyarakat tersebut. Media dapat meciptakan perubahan sikap yang diinginkan dari penyebarluasan informasi. Media menghasilkan opini masyarakat yang terimbas melalui sikap masyarakat itu sendiri. Perubahan sikap yang lebih baik atau lebih tidak baik ditentukan oleh media sendiri. Perubahan terakhir adalah adanya perubahan budaya masyarakat akibat pemberitaan media massa (Rini, 2011: 4). Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena dengan kuantitatif hasil penelitian menjadi objektif, dapat dipercaya dan dapat digeneralisasi. Selain itu, pemilihan pendekatan ini terkait dengan metode analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini. Karena menurut Neuendorf dalam Eriyanto (2013: 2) ketika seseorang mengatakan analisis isi dalam penelitiannya, maka yang dimaksud sebenarnya adalah analisis isi kuantitatif. Menurut Eriyanto (2013: 10), analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan dengan memanfaatkan dokumen (teks). Penelitian ini sangat cocok untuk meneliti isi dari media mulai dari surat kabar, radio, film, televisi, dan lain-lain. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan dan apa yang akan diteliti dalam penelitian tersebut. Hal ini dikarenakan, unit analisis akan menentukan hasil dari sebuah penelitian. Oleh karena itu, agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan maka unit analisis dalam penelitian ini adalah kata. Populasi dalam penelitian ini adalah berita perpustakaan yang dimuat di semua media massa online Detik dan Kompas sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah seluruh berita perpustakaan yang dimuat dalam media massa online Detik dan Kompas sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014. 10
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
Dalam penelitian ini, pengelompokkan kategori dibagi ke dalam 3 variabel yaitu berdasarkan asal berita, lokasi dan aspek perpustakaan. Berdasarkan asal berita, yaitu: (1) liputan wartawan, (2) kantor berita nasional Indonesia, (3) kantor berita asing, (4) media massa lain di Indonesia, dan (5) media massa asing. Berdasarkan lokasi perpustakaan, yaitu: (1) dalam negeri, dan (2) luar negeri. Berdasarkan aspek perpustakaan, yaitu: (1) koleksi perpustakaan, (2) sumber daya manusia perpustakaan, (3) sarana dan prasarana perpustakaan, (4) anggaran perpustakaan, (5) mitra perpustakaan, (6) layanan perpustakaan, dan (7) pengguna perpustakaan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan mengamati seluruh berita perpustakaan di portal berita yang dijadikan sebagai sampel. Pengamatan ini dilakukan dengan membaca berita secara keseluruhan dan akan menghasilkan kategori dari setiap tema berita. Setelah seluruh kategori setiap berita diketahui coding baru bisa dilakukan. Menurut Eriyanto (2013: 239), coding adalah proses pengisian lembar koding yang telah disiapkan. Tipe coding yang digunakan pada penelitian ini ialah human coding. Dalam human coding, pengisian lembar coding sepenuhnya diisi oleh manusia. Dengan ini, yang menjadi coder dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Eriyanto (2013: 305), tahap awal dalam analisis data penelitian jenis ini dimulai dengan mendeskripsikan temuan dengan statistik deskriptif. Disebut sebagai statistik deskriptif karena statistik ini bertujuan mendeskripsikan dan menjabarkan temuan dan data yang didapat dari analisis isi. Statistik ini akan dibuat dalam dua bentuk. Pertama, seluruh variabel akan dibuatkan tabel frekuensi biasa. Artinya, dalam satu tabel frekuensi hanya untuk satu kelompok kategori. Kedua, statistik dibentuk dengan tabulasi silang. Artinya, dalam satu tabel terdapat dua variable yang akan dikaitkan. Untuk menghitung penyebaran presentase, maka penelitian ini akan menggunakan rumus: P=
!" !
x 100% Keterangan: N
= Jumlah seluruh kejadian
fx
= Jumlah kejadian
P
= Persentase kategori (Bungin 2010: 172)
Setelah dilakukan pengolahan data tersebut, kemudian data ditafsirkan secara deskriptif. Menurut Warsito (1992:10) untuk menafsirkan nilai presentase digunakan parameter sebagai berikut: 0%
= tidak satupun 11
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
1% - 25%
= sebagian kecil
26% - 49%
= hampir setengahya
50%
= setengahnya
51% - 75%
= sebagian besar
76% - 99%
= hampir seluruhnya
100%
= seluruhnya. Setelah data-data diolah dan ditafsirkan, maka informasi tersebut dimasukkan dalam
bentuk laporan. Dalam laporan, hasil dari pengolahan data ini akan disajikan dalam bentuk narasi. Gambaran Berita Perpustakaan di Detik dan Kompas Dari kedua media massa online ini, berita yang memuat pemberitaan mengenai perpustakaan berjumlah 20 unit. Jika dirata-ratakan dengan jumlah bulan yang ada dari Januari sampai April, maka terdapat 5 berita tentang perpustakaan yang diangkat setiap bulannya oleh kedua media massa ini. Jika hasil ini digeneralisasikan, maka rata-rata berita perpustakaan yang dibuat oleh setiap media massa online nasional di Indonesia hanya berkisar antara 2 sampai 3 buah perbulannya. Jika dihitung dalam waktu 4 bulan, topik perpustakaan hanya muncul 9 kali pada media online Detik dan 11 kali pada media online Kompas. Jika dibandingkan dengan jumlah hari dari 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014 yang berjumlah 120, maka perpustakaan rata-rata diberitakan sekitar 13 sampai 14 hari sekali pada Detik dan 11 sampai 12 hari sekali pada Kompas. Dari penghitungan ini, dapat dikatakan bahwa Kompas (55%) lebih sering memberitakan berita mengenai perpustakaan dibandingkan dengan Detik (45%). Secara berurutan, jumlah berita di setiap bulan ini yaitu 8, 4, 6, dan 2. Dapat dilihat, intensitas pemberitaan perpustaaan di media massa online setiap bulannya bersifat fluktuatif dan tidak sama antara satu bulan dengan bulan lainnya. Selain bulan, keragaman frekuensi pemberitaan mengenai perpustakaan ini juga terlihat dari hari diterbitkannya berita-berita ini. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa berita yang memuat perpustakaan paling sering diterbitkan di hari Selasa dan Kamis dengan temuan masing-masing 4 berita (20%). Hasil ini diikuti oleh hari Senin, Jumat, dan Minggu yang masing-masing memuat 3 berita (15%) serta rabu dengan 2 berita (10%). Sedangkan hari yang paling jarang diterbikannya berita perpustakaan adalah hari Sabtu (5%).
12
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa dari seluruh sampel berita perpustakaan di media massa pada periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014, hanya 45% berita yang merupakan hasil dari liputan wartawan pihak Detik maupun Kompas. Sebanyak 40% berasal dari media massa asing, 10% berasal dari media massa lain di Indonesia, dan 5% berasal dari kantor berita asing. Selain itu, dalam pemberitaan perpustakaan di kedua media massa pada periode ini tidak ditemukan adanya berita yang berasal dari kantor berita nasional Indonesia. Berdasarkan hasil ini, diketahui bahwa kategori liputan wartawan mendapatkan porsi paling banyak dengan persentase sebesar 45%. Artinya, hampir setengah dari seluruh pemberitaan perpustakaan di media massa Detik dan Kompas berasal dari liputan wartawan kedua media massa tersebut. Hampir setengah lainnya merupakan pemberitaan yang berasal dari media massa asing. Hanya sebagian kecil berita yang berasal dari media massa lain di Indonesia dan Kantor Berita Nasional Indonesia (ANTARA). Tidak satupun berita yang berasal dari kantor berita asing. Analisa Lokasi Perpustakaan Dalam penelitian ini diperoleh, setidaknya terdapat 25 perpustakaan yang dimuat dalam berita di media massa. Pemberitaan yang diangkat bisa mengenai seluruh aspek perpustakaan maupun hanya satu sampai beberapa aspek saja. Setelah ditinjau dari kategori lokasi, maka ditemukan perpustakaan di Indonesia hanya mendapatkan 7 pemberitaan, sedangkan sisanya adalah berita-berita mengenai perpustakaan di luar negeri. Jumlah yang didapatkan perpustakaan di dalam negeri terpaut 11 poin dibandingkan dengan perpustakaan di luar legeri. Dan jika dibandingkan, maka dapat dikatakan perpustakaan dari luar negeri lebih sering diberitakan dibandingkan dengan perpustakaan di dalam negeri. Dalam beberapa berita, perpustakaan yang dimuat berjumlah lebih dari satu. Jika tidak dihitung dari jumlah perpustakaan dan didasarkan pada jumlah beritanya secara langsung, maka ditemukan hasil yang berbeda. Perpustakaan di dalam negeri mendapatkan hasil yang sama dengan sebelumnya, sedangkan hasil perpustakaan di luar negeri berubah menjadi 13 unit. Walaupun jarak di antara keduanya berkurang, namun dari hasil ini berita mengenai perpustakaan di dalam negeri tetap lebih sedikit dibandingkan dengan perpustakaan di luar negeri. Dapat dilihat juga, persentase berita yang memuat mengenai perpustakaan di dalam negeri sebesar 35%. Sedangkan berita yang memuat perpustakaan di luar negeri sebesar 65%. Artinya hampir setengah dari total berita memberitakan perpustakaan dari dalam negeri, namun sebagian besar pemberitaan perpustakaan tetap memberitakan perpustakaan dari luar negeri. 13
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
Jika dikaitkan dengan pendapat Rumanti (2001: 120) yang mengatakan berita adalah fakta, opini, pesan, informasi baru yang mengandung nilai-nilai menarik bagi sejumlah orang dan telah diumumkan atau diinformasikan, dapat dikatakan perpustakaan-perpustakaan di luar negeri dianggap lebih bisa membuat masyarakat Indonesia tertarik dibandingkan jika wartawan mengangkat berita perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Walaupun dalam segi informasi baru perpustakaan-perpustakaan Indonesia juga selalu membuat pembaruan. Seperti yang telah dikatakan, pemberitaan di media massa online yang memuat berita mengenai perpustakaan di dalam negeri tidak sebanyak berita tentang perpustakaan dari luar negeri. Ada jarak sekitar 30% lagi untuk menyamakannya dengan jumlah dari pemberitaan perpustakaan dalam negeri di media massa online. Dari seluruh berita tersebut, 86% perpustakaan yang menjadi objek pemberitaan berasal dari pulau Jawa dengan 43% di Jawa Barat dan 43% lainnnya di Jawa Timur. Sisa 14% lainnya tidak teridentifikasi karena terdapat dalam jaringan. Dari hasil ini dapat dikatakan, walaupu Detik dan Kompas merupakan media massa nasional namun fokus pemberitaan perpustakaan di bulan Januari sampai April tahun 2014 hanya berpusat di pulau Jawa. Sedangkan untuk perpustakaan yang berada di luar Jawa tidak diberitakan sama sekali. Melihat hasil ini, maka dapat disimpulkan hampir dari setengah pemberitaan tentang perpustakaan dalam negeri di media massa online memuat perpustakaan di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat sedangkan sebagian kecil memberitakan perpustakaan yang ada dalam jaringan. Seperti yang dikatakan sebelumnya, perpustakaan yang berasal dari luar negeri mendapat porsi berita yang lebih banyak dibandingkan dengan perpustakaan yang ada di Indonesia sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya porsi terhadap pemberitaan perpustakaan di luar negeri yang mencapai 65%. Bahkan terdapat lebih dari satu perpustakaan yang diberitakan lebih dari sekali. Dari seluruh perpustakaan, satu di antaranya tidak bisa di antaranya tidak bisa diidentifikasi atau berada dalam jaringan, sedangkan lainnya berasal dari negara-negara yang ada di dunia. Negara-negara yang ada dalamnya adalah Amerika Serikat, Arab, Australia, Belanda, Burundi, China, Inggris, Irlandia, Mexiko, Perancis, Rusia, dan Vatikan. Inggris memiliki porsi pemberitaan yang paling besar dibandingkan dengan perpustakaan di negara lain dengan perolehan 17%. Selanjutnya, diikuti oleh Arab, Belanda, dan Vatikan yang sama-sama mendapat 11%. Selain keempat negara tersebut, sisanya hanya mendapat 5% porsi pemberitaan. Jika hasil dari negara-negara ini dikelompokkan lagi dalam benuanya masing-masing, maka diketahui perpustakaan yang dimuat di media massa online nasional sebagian besar 14
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
berasal dari benua Eropa dengan jumlah 10 unit dengan persentase sebesar 55,56%. Sedangkan yang lainnya hanya dimuat dalam sebagian kecil berita di media massa online dengan jumlah sekitar 1 sampai 3 kali dengan persentase sekitar 5 sampai 17%. Salah satu penyebab besarnya angka yang diperoleh dari kelompok di benua Eropa adalah karena banyaknya negara yang diberitakan. Analisa Pemetaan Pemberitaan Perpustakaan Dari 20 berita yang diteliti dalam penelitian ini, temuan perpustakaan yang ditemukan berjumlah 40 butir. Hasil ini ditemukan karena dalam satu berita memungkinkan untuk memunculkan beberapa aspek di dalamnya. Dari 7 aspek yang ditunjuk menjadi kategori, maka secara berurutan jumlah yang didapat masing-masing yaitu 13, 2, 11, 2, 4, 3, 5. Kategori koleksi merupakan aspek yang paling sering dimuat dalam berita perpustakaan dengan perolehan sebesar 13 butir atau 32,50%. Tidak jauh berbeda dengan koleksi, ditemukan 11 temuan untuk kategori sarana prasarana atau sekitar 27,50%. Diurutan ketiga diperoleh kategori pengguna dengan temuan sebanyak 5 berita atau sekitar 12,50%. Selanjutnya diikuti kategori mitra dan layanan yang dimuat dalam 4 dan 3 berita atau sekitar 10,00% dan 7,50%. Dua kategori yang paling sedikit adalah sumber daya manusia dan anggaran yang sama-sama hanya dimuat dalam 2 berita atau sekitar 5,00%. Dengan melihat hasil di atas, dapat disimpulkan hampir setengah dari seluruh berita perpustakaan yang dimuat di media online nasional periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014 memberitakan perpustakaan dari segi koleksi dan sarana prasarana. Sedangkan, kategori-kategori lain dari perpustakaan hanya diberitakan dalam sebagian kecil berita. a. Analisa Kategori Koleksi Perpustakaan Koleksi merupakan kategori yang paling sering dimuat dalam berita perpustakaan. Pembahasan mengenai koleksi perpustakaan dipandang dari berbagai sisi, mulai dari jenis, umur, jumlah, sampai sumber didapatkannya koleksi tersebut. Tujuh dari tiga belas berita yang memberitakan koleksi perpustakaan berasal dari pemberitaan luar negeri sedangkan sisanya berasal dari perpustakaan luar negeri. Dalam bentuk persentase, perbandingan antara temuan koleksi perpustakaan dalam negeri dengan luar negeri adalah 46,15% berbanding 53,85%. Artinya, sebagian besar temuan koleksi perpustakaan berasal dari perpustakaan luar negeri sedangkan perpustakaan dalam negeri hampir setengah dari keseluruhan. Koleksi perpustakaan dalam negeri yang diberitakan antara lain terbakarnya koleksi perpustakaan, pengalokasian koleksi perpustakaan, dan tersedianya koleksi dalam format digital. Sedangkan 15
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
pada kategori luar negeri, pemberitaan antara lain meliputi banyaknya koleksi di perpustakaan, perawatan koleksi kuno, serta adanya koleksi mengenai Indonesia. b. Analisa Kategori Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia hanya dimuat 2 kali dalam berita perpustakaan periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014. Kategori ini merupakan salah satu sisi perpustakaan yang paling jarang dimuat. Dua dari temuan sumber daya manusia perpustakaan berasal dari perpustakaan di dalam negeri. Dalam bentuk persentase, perbandingan antara temuan sumber daya manusia perpustakaan dalam negeri dengan luar negeri adalah 100,00% berbanding 00,00%. Artinya, dari temuan kategori sumber daya manusia seluruhnya merupakan bagian perpustakaan dari dalam negeri dan tidak satupun yang berasal dari luar negeri. Pemberitaan sumber daya manusia perpustakaan meliputi sumber daya manusia perpustakaan keliling untuk korban bencana dan adanya rencana pelatihan bagi pustakawan. c. Analisa Kategori Sarana Dan Prasarana Perpustakaan Kategori sarana dan prasarana dimuat sebanyak 11 kali dalam berita perpustakaan periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014. Kategori ini hanya berselisih 2 berita dengan kategori koleksi perpustakaan. Sembilan dari seluruh temuan sarana dan prasarana perpustakaan berasal dari perpustakaan di luar negeri. Sedangkan sarana dan prasarana dari perpustakaan di dalam negeri hanya diberitakan sebanyak dua buah. Dalam bentuk persentase, perbandingan antara temuan sarana dan prasarana perpustakaan dalam negeri dengan luar negeri adalah 18,18% berbanding 81,82%. Artinya, dari temuan kategori sarana dan prasarana hampir seluruhnya merupakan bagian perpustakaan dari luar negeri dan hanya sebagian kecil yang berasal dari perpustakaan dalam negeri. Pemberitaan perpustakaan dalam negeri dalam kategori ini antara lain, adanya prasarana untuk menjaga kenyamanan perpustakaan dan banyaknya armada untuk perpustakaan keliling. Sementara untuk perpustakaan luar negeri, hal-hal yang diberitakan antara lain gedung yang megah dan unik, serta tersedianya peralatan khusus di perpustakaan tersebut. d. Analisa Kategori Anggaran Perpustakaan Dalam sub bab 4.3 dikemukakan, bahwa kategori anggaran hanya dimuat 2 kali dalam berita perpustakaan periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014. Hasil ini merupakan hasil yang terkecil dibandingkan dengan kategori lainnya dengan hanya mendapat porsi 5,00%. Dua dari temuan anggaran perpustakaan berasal dari perpustakaan di luar negeri. Dalam bentuk persentase, perbandingan antara temuan anggaran perpustakaan dalam negeri dengan luar negeri adalah 00,00% berbanding 100,00%. Artinya, dari temuan kategori anggaran seluruhnya merupakan bagian perpustakaan dari luar negeri dan tidak satupun yang berasal 16
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
dari dalam negeri. Pemberitaan dalam kategori ini membahas besarnya anggaran yang dikeluarkan perpustakaan untuk melakukan digitalisasi koleksi. e. Analisa Kategori Mitra Perpustakaan Mitra hanya dimuat 4 kali dalam berita perpustakaan periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014. Walaupun bukan kategori yang paling sedikit temuannya, namun kategori ini hanya memiliki selisih 2 berita dengan kategori yang paling jarang dimuat dan mendapatkan porsi sebesar 10,00%. Di dalam penelitian ditemukan, 2 berita yang memuat berita kategori mitra berasal dari perpustakaan di dalam negeri dan 2 lainnya berasal dari luar negeri. Jika dibuat dalam persentase, maka didapat perbandingan 50% bagi perpustakaan dalam negeri dan 50% juga bagi perpustakaan luar negeri. Artinya, setengah dari temuan berasal dari dalam negeri dan setengah yang lain berasal dari luar negeri. Pada perpustakaan dalam negeri, pemberitaan yang dimuat yaitu kerja sama perpustakaan untuk menyediakan jurnal dan mitra dari kalangan mahasiswa yang membantu petugas perpustakaan keliling. Sementara pada perpustakaan luar negeri pemberitaan meliputi kerjasama perpustakaan dengan perusahaan asing dalam penyediaan dana, peralatan, dan teknisi. f. Analisa Kategori Layanan Perpustakaan Kategori layanan hanya dimuat 3 kali dalam berita perpustakaan periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014. Hasil ini hanya terpaut 1 angka dibandingkan dengan kategori sumber daya manusia dan anggaran. Dari seluruh berita yang masuk dalam kategori layanan di atas, ditemukan 3 berita berasal dari perpustakaan di dalam negeri. Tidak ditemukan adanya kategori layanan sama sekali. Jika dibuat dalam persentase, maka didapat perbandingan 100% bagi perpustakaan dalam negeri dan 0% bagi perpustakaan luar negeri. Artinya, kategori layanan di seluruh pemberitaan di media massa online di periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014 hanya mengangkat layanan dari perpustakaan di dalam negeri. Pemberitaan kategori ini antara lain mengenai akses layanan, jenis-jenis layanan yang diberikan, dan terhiburnya pemustaka dengan adanya layanan perpustakaan. g. Analisa Kategori Pengguna Perpustakaan Kategori pengguna dimuat 5 kali dalam berita perpustakaan periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014. Kategori ini mendapatkan porsi pemberitaan sekitar 12,50% dan berada di urutan ketiga. Berdasarkan berita-berita yang masuk dalam kategori pengguna di atas, dapat ditemukan 3 berita yang mengangkat kategori pengguna perpustakaan di dalam negeri. Sementara untuk kategori luar negeri hanya ditemukan 2 temuan. Jika dibuat dalam persentase, maka didapat perbandingan 60% bagi perpustakaan dalam negeri dan 40% bagi perpustakaan di luar negeri. Artinya, sebagian besar pemberitaan di media massa online di 17
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
periode 1 Januari 2014 sampai 30 April 2014 mengenai pengguna berasal dari perpustakaan dalam negeri dan hampir setengahnya berasal dari luar negeri. Pemberitaan perpustakaan dalam negeri pada kategori ini antara lain perubahan kebiasaan pemustaka setelah adanya perpustakaan dan banyaknya pemustaka yang datang ke perpustakaan. Sementara yang diberitakan dari perpustakaan luar negeri yaitu jenis pemustaka yang biasa berkunjung dan kegiatan pemustaka di perpustakaan. Pemetaan Pemberitaan Perpustakaan di Dalam Negeri Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 40 temuan yang ditemukan 18 di antaranya berasal dari perpustakaan dalam negeri. Dari 18 aspek tersebut, diketahui bahwa kategori koleksi merupakan kategori yang paling sering diberitakan dengan 6 temuan. Selanjutnya, kategori layanan dan pengguna dengan 3 temuan. Setelah itu, kategori sumber daya manusia serta sarana dan prasarana dari perpustakaan dalam negeri ditemukan dalam 2 berita. Sementara kategori yang paling jarang dibahas adalah anggaran perpustakaan karena tidak ditemukan sama sekali. Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa hampir setengah dari seluruh kategori yang termasuk dalam pemberitaan perpustakaan di dalam negeri menbahas koleksi perpustakaan dengan perolehan sebesar 33,33%. Setelah itu kategori sumber daya manusia, sarana dan prasarana, mitra, layanan, dan pengguna hanya ditemukan dalam sebagian kecil dari jumlah keseluruhan dengan perolehan sebesar 16,67% dan 11,11%. Sementara kategori anggaran tidak ada satupun dengan perolehan tidak lebih dari 00,00%. Pemetaan Pemberitaan Perpustakaan di Luar Negeri Berdasarkan analisis yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dari 40 temuan yang ditemukan 22 di antaranya berasal dari perpustakaan luar negeri. Dari 22 aspek tersebut, diketahui bahwa kategori sarana dan prasarana merupakan kategori yang paling sering diberitakan dengan 9 temuan. Tidak jauh dengan sarana dan prasarana, kategori koleksi ditemukan dalam 7 temuan. Selanjutnya, kategori anggaran, mitra, dan pengguna dengan 2 temuan. Sementara kategori yang paling jarang dibahas adalah sumber daya manusia dan layanan yang tidak ditemukan sama sekali dalam pemberitaan perpustakaan di luar negeri. Dari temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir setengah dari seluruh kategori yang termasuk dalam pemberitaan perpustakaan di dalam negeri membahas sarana 18
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
dan prasarana serta koleksi perpustakaan dengan perolehan masing-masing sebesar 40,91% dan 31,82%. Setelah itu, sebagian kecil kategori yang ditemukan adalah anggaran, mitra, dan pengguna yang masing-masing sebesar 9,09%. Sementara kategori sumber daya manusia dan layanan tidak ada satupun dengan perolehan tidak lebih dari 00,00%. Kesimpulan Pemberitaan perpustakaan di media massa online Detik dan Kompas periode 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April hampir setengahnya membahas koleksi serta sarana dan prasarana perpustakaan. Berita-berita yang muncul pada kategori ini antara lain, banyaknya koleksi yang terdapat di dalam negeri, penempatan koleksi yang sesuai dengan pengguna, tragedi terbakarnya koleksi di perpustakaan, dan telah tersedianya koleksi digital di perpustakaan. Pemberitaan dalam kategori ini antara lain, gedung yang megah dan unik, serta tersedianya peralatan khusus di perpustakaan tersebut. Sedangkan, kategori sumber daya manusia, anggaran, mitra, layanan, dan pengguna hanya diberitakan dalam sebagian kecil berita dalam periode ini. Pemberitaan kelimanya antara lain, adanya pelatihan pustakawan, besarnya anggaran untuk pengembangan perpustakaan, adanya kerjasama perpustakaan dengan pihak luar, layanan perpustakaan yang memuaskan, dan banyaknya pemustaka yang datang ke perpustakaan. Pada pemberitaan terhadap perpustakaan di dalam negeri, koleksi perpustakaan merupakan kategori yang paling sering dibahas. Pada pemberitaan terhadap perpustakaan di luar negeri, sarana dan prasarana menjadi kategori yang paling sering dibahas. Dari ke tujuh kategori aspek perpustakaan, dominasi perpustakaan dalam negeri terdapat dalam kategori sumber daya manusia, layanan, dan pengguna. Sedangkan pemberitaan perpustakaan perpustakaan luar negeri terdapat pada kategori koleksi, sarana dan prasarana, serta anggaran. Sementara kategori mitra, kedunya diberitakan dalam jumlah yang sama. Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa media massa nasional lebih tertarik untuk memberitakan perpustakaan-perpustakaan yang ada di luar negeri dibandingkan dengan yang ada di Indonesia dengan persentase sebesar 64% berbanding 35%. Dalam kategori perpustakaan di luar negeri, pemberitaan yang paling sering dimuat perpustakaan yang berada Eropa. Lebih tepatnya, perpustakaan di luar Indonesia yang paling sering dibahas berada di negara Inggris. Untuk kategori dalam negeri, pemberitaan perpustakaan terpusat pada pulau Jawa dengan melihat tidak adanya perpustakaan dari pulau-pulau lain yang dimuat
19
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014
dalam pemberitaan di media massa Detik dan Kompas selama periode 1 Januari 2014 sampai dengan 30 April 2014. Daftar Referensi Ardianto, Elvinaro dan Lukiawati Komala Erdiyana. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana. Directorate for Science, Technology and Industry OECD. (2010). The Evolution of News And The Internet. 1 Mei 2014. http://www.oecd.org/internet/ieconomy/ 45559596.pdf. Eriyanto. (2013). Analisis Isi: Penantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Handoyo, M. Z. Eko. (2012). Layanan Perpustakaan. 17 Juni 2014. https://www.academia.edu/5319912/layanan_perpustakaan. Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zen. (2006). Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. International Federation of Library Associations and Institutions. (2001). Guidelines For A Collection Development Policy Using The Conspectus Model. 30 Mei 2014. http://www.ifla.org/files/assets/acquisition-collection-development/publications/gcdpen.pdf. Luik, Jandy E. (2008). The Characteristics of Online Version of National Newspapers in Indonesia and The Philippines. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, 2(2), 117-123. Muslich, Masnur. (2008). Kekuasaan Media Massa Mengkonstruksi Realitas. Bahasa dan Seni, 36(2), 150-159. New York State Library. (2010). The New York State Library in Partnership with School Library Media Centers. 30 Mei 2014. www.nysl.nysed.gov/libdev/nyslslmc.pdf. Palzewski, Marek. (2009). The Term News: Its Concept and Definition in Anglo-Saxon Tradition: A Review and Classification Attempt. Media Studies, 29, 1-15. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 5531. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomer 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007, Nomor 4774. Sekretariat Negara. Jakarta. Rini. (2011). Peran Media Massa dalam Mendorong Perubahan Sosial Masyarakat. ILMIAH, 3(3), 1-9. Rumanti, Maria Assumpta. (2001). Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktek. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. Sutarno N. S. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. -------. (2006). Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto. Warsito, Hermawan. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wahl-Jorgensen, Karin dan Hanitzsch, Thomas. (2009). The Handbook of Journalism Studies. New York: Routledge. Yuadi, Imam. (2006). Perpustakaan Digital: Paradigma, Konsep, dan Teknologi Informasi yang Digunakan. 30 Mei 2014. journal.unair.ac.id/filerPDF/PERPUSTAKAAN%20DIGITAL.pdf.
20
Pemberitaan perpustakaan dalam..., Rizky Catur Utomo, FIB UI, 2014