PEMAKNAAN KORUPSI DALAM KASUS RATU ATUT CHOSIYAH DI MAJALAH DETIK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Ali Rahman Mutajalli NIM: 1110051100077
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2014 M
PEMAKNAAN KORUPSI DALAM KASUS RATU ATUT CHOSIYAH DI MAJALAH DETIK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Ali Rahman Mutajalli NIM: 1 I 10051100077
Pembimbing
18 200801
I
008
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NBGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA M
1436 Ht2014
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN Skripsi berjudul PEMAKNAAN KORUPSI DALAM KASUS RATU ATUT
CHOSIYAH DI MAJAL/IH DETIK telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 4 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 4 Desember 2014
Sidang Munaqasyah Sekretaris
Ketua
197801 I
Dra. Hi. Musfirah Nurlailv, MA NIP: 19710412 200003 2 001 Anggota
Penguji I
Prof. Dr. Murodi. MA NIP: 19640705 199203 1003
NIP: 19550309 199403 I Pembimbing
001
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif
2.
Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
cantumkan sesuai dengan ketentuan yarry berlaku
3.
ini telah saya di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,0l Desember 2014
Ali Rahman Mutajalli
ABSTRAK
Ali Rahman Mutajalli Pemaknaan Korupsi Dalam Kasus Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik Korupsi merupakan musuh bersama yang menjadi masalah besar di setiap negara, termasuk di Indonesia. Korupsi dianggap sebagai penyakit yang merugikan negara dan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhono, telah membantu menyelamatkan aset negara dari tangan para koruptor dengan cara memenjarakan dan memiskinkan mereka. Media massa sebagai kontrol sosial juga berperan penting menginformasikan kepada masyarakat terhadap tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dan koruptor lainnya. Majalah Detik, salah satu media digital di Indonesia, telah memberitakan kasus korupsi yang dilakukan oleh Ratu Atut Chosiyah, mantan Gubernur Banten, secara sistematis. Tanda apa yang terdapat dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik? Pesan apa yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik dalam pemberitaan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah? Dan makna apa yang terkandung dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik? Majalah Detik memberitakan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah dalam tiga edisi, yaitu edisi 97, edisi 98, dan edisi 109. Beritanya bermula sejak Atut masih menjadi saksi di KPK hingga menjadi tersangka kasus korupsi. Kasus korupsi yang dilakukan Atut sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat, khususnya di Banten. Namun tidak ada yang berani mengungkapnya karena ketakuatan akan ancaman dari para jawara yang terdiri dari preman, pendekar silat, pengusaha, hingga pejabat pemerintah, yang akan membuat tidak berdaya siapa saja yang berani melawan dinasti Atut. Untuk menemukan makna yang terdapat dalam pemberitaan tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Dengan menjadikan pemberitaan tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah sebagai objek penelitian. Teori yang digunakan adalah teori semiotika menurut Charles Sanders Peirce dengan segi tiga tandanya, yaitu denotatum, ground, dan interpretan. Hasilnya penulis menemukan beberapa tanda yang termasuk dalam denotatum, ground, dan interpretan. Pesan yang ingin disampaikan Majalah Detik dalam pemberitaan ini bahwa pemerintahan Atut di Banten sudah sangat kronis dan dinasti Atut harus segera dihentikan. Adapun maknanya adalah dinasti politik tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat, seperti yang dilakuakan Atut di Provinsi Banten. Kata kunci: Korupsi, Ratu Atut, Semiotika, Peirce
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis bisa sampai pada titik ini. Titik di mana penulis merasa lega telah menyelesaikan beratnya memikul tanggungjawab dan status sebagai mahasiswa di kampus peradaban, kampus yang melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim berkualitas, kampus yang kita cintai bersama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Kita sebagai ummatnya semoga mendapat syafaat kelak dari beliau di akhirat nanti, amin. Proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari campur tangan dan dukungan berbagai pihak, baik mereka yang terlibat secara langsung maupun tidak terlibat langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si., dan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar, M.A., yang telah membuat keputusan dan kebijakan-kebijakan yang mempermudah penulis dalam menempuh pendidikan di fakultas ini. 2. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya, memberikan tantangan-tantangan baru
ii
hingga skripsi ini selesai. Penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih. 3. Kholis Ridho, M.Si., sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A., sebagai Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, dan Lisma Dyawati Fuaida, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik, terima kasih telah memberikan perhatian dan kemudahan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di jurusan ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih telah mendedikasikan ilmunya dalam mengajar serta mendidik penulis hingga bisa menjadi seperti sekarang. 5. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah membantu dan memberikan pelayanan yang memuaskan selama penulis menempuh pendidikan di kampus ini. 6. Nanang Supriatna dan Irwan Nugroho dari Majalah Detik, serta seluruh staf dan karyawan Detikcom, terima kasih telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kerjasamanya. 7. Ayah dan Ibu, yang telah mengorbankan segalanya, mengikhlaskan buah hatinya pergi jauh dari dirinya, merelakan buah hatinya menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu menuntut ilmu. Ayah dan Ibu yang telah mengorbankan rasa rindu yang selalu menggeliat di dalam dadanya, agar kelak bisa melihat anaknya memiliki masa depan yang lebih baik dari dirinya, terima kasih.
iii
8. Saudaraku Yusuf Dhahir Rahman dan istri yang selalu menyempatkan waktunya di kala penulis membutuhkan sesuatu. Umar Anwar Rahman dan istri yang baru saja meresmikan hubungannya, semoga bahagia lahir batin dunia akhirat. Adikku Radia Rahman dan Aminuddin Rahman yang selalu merindukan penulis. Keponakanku Zakia Darajah Yusuf dan Azka, semoga menjadi anak yang berprestasi. 9. Abdul Qadir Jaelani, sahabat yang selalu membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis agar tetap fokus pada tujuan. Terima kasih atas segalanya. 10. Ani Berta dan seluruh teman-teman blogger di DBlogger Community dan Blogger Reporter ID, terima kasih atas kerjasama dan pengalaman yang sangat berharga selama ini. 11. Kawan-kawan seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2010, kawankawan J-Co, kawan-kawan LTTQ Masjid Fathullah, dan kawan-kawan KKN AIR, penulis bahagia pernah bersama kalian dan bangga bisa menjadi bagian dari suka dan duka kawan-kawan semua, kebersamaan itu akan penulis rindukan.
Terakhir, penulis memohon maaf kepada semua pihak yang pernah penulis temui selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, jika kiranya selama ini penulis pernah melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga budi baik kalian mendapat balasan di sisi-Nya.
iv
Dalam skripsi ini juga tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan yang butuh diperbaiki. Oleh karena itu penulis terbuka menerima saran dan kritik membangun dari para pambaca. Terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat.
Desember 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
BAB II
Latar Belakang Masalah .............................................................1 Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................3 Tujuan Penelitian .......................................................................4 Manfaat Penelitian .....................................................................4 Metodologi Penelitian ................................................................5 Tinjauan Pustaka ........................................................................7
LANDASAN TEORI A. Konstruksi Pesan di Media.........................................................9 a. Konstruksi Sosial Media Massa ...........................................9 b. Pesan di Media Massa ........................................................11 c. Analisis Semiotik (Semiotic Analysis) ...............................13 B. Media Online di Indonesia .......................................................19 a. Ekonomi Media ..................................................................22 b. Ekonomi Politik .................................................................24 C. Korupsi .....................................................................................27 a. Pengertian Korupsi .............................................................27 b. Korupsi Dalam Pandangan Islam .......................................28
BAB III
REALITAS OBJEKTIF RATU ATUT CHOSIYAH DAN MAJALAH DETIK A. Ratu Atut Chosiyah ..................................................................31 a. Profil Ratu Atut Chosiyah ..................................................31 b. Dinasti Politik Ratu Atut Chosiyah ....................................32 c. Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah ...................................34 B. Majalah Detik...........................................................................35 a. Profil Majalah Detik ..........................................................35 b. Pandangan Majalah Detik Mengenai Ratu Atut Chosiyah .............................................................................36
vi
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA PEMBERITAAN KASUS KORUPSI RATU ATUT CHOSIYAH DI MAJALAH DETIK A. B. C. D.
BAB V
Analisis Majalah Detik Edisi 97 ..............................................39 Analisis Majalah Detik Edisi 98 ..............................................52 Analisis Majalah Detik Edisi 109 ............................................64 Interpretasi Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik...........................................................................76
PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................80 B. Saran .........................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................83 LAMPIRAN ..........................................................................................................86
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Semiotika Charles Sanders Peirce.......................................................16 2. Tabel 2 Contoh Semiotika Charles Sanders Peirce ..........................................18 3. Tabel 3 Karakteristik Media Lama dan Media Baru ........................................21 4. Tabel 4 Sistem Ekonomi Politik ......................................................................25 5. Tabel 5 Denotatum Berita I : Ada Atut Disuap Akil.........................................40 6. Tabel 6 Ground Berita I : Ada Atut Disuap Akil ..............................................42 7. Tabel 7 Interpretant Berita I : Ada Atut Disuap Akil ........................................43 8. Tabel 8 Denotatum Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau .......44 9. Tabel 9 Ground Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau.............45 10. Tabel 10 Interpretant Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau ....47 11. Tabel 11 Denotatum Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua .........................49 12. Tabel 12 Ground Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua ..............................50 13. Tabel 13 Interpretant Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua ........................51 14. Tabel 14 Denotatum Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut ....................................53 15. Tabel 15 Ground Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut ..........................................54 16. Tabel 16 Interpretant Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut ...................................56 17. Tabel 17 Denotatum Berita II : Si Doel Menghitung Hari...............................57 18. Tabel 18 Ground Berita II : Si Doel Menghitung Hari ....................................58 19. Tabel 19 Interpretant Berita II : Si Doel Menghitung Hari..............................59 20. Tabel 20 Denotatum Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar .......................60 21. Tabel 21 Ground Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar .............................62 22. Tabel 22 Interpretant Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar ......................63 23. Tabel 23 Denotatum Berita I : Titah Ratu Dari Bui.........................................66 24. Tabel 24 Ground Berita I : Titah Ratu Dari Bui ..............................................67 25. Tabel 25 Interpretant Berita I : Titah Ratu Dari Bui........................................68 26. Tabel 26 Denotatum Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian .......69 27. Tabel 27 Ground Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian .............70 28. Tabel 28 Interpretant Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian ......72 29. Tabel 29 Denotatum Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan ........73 30. Tabel 30 Ground Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan .............74 31. Tabel 31 Interpretant Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan .......76
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Majalah Detik Edisi 97-Berita I .............................................................................86 Majalah Detik Edisi 97-Berita II............................................................................90 Majalah Detik Edisi 97-Berita III ..........................................................................93 Majalah Detik Edisi 98-Berita I .............................................................................97 Majalah Detik Edisi 98-Berita II..........................................................................101 Majalah Detik Edisi 98-Berita III ........................................................................103 Majalah Detik Edisi 109-Berita I .........................................................................107 Majalah Detik Edisi 109-Berita II........................................................................110 Majalah Detik Edisi 109-Berita III ......................................................................114 Transkip Wawancara ............................................................................................118 Susunan Redaksi Majalah Detik ..........................................................................122 Profil Detikcom dan Majalah Detik .....................................................................124 Surat Izin Penulisan Skripsi .................................................................................127 Surat Bimbingan Skripsi ......................................................................................128 Foto Wawancara...................................................................................................129
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi
merupakan
tindakan
penyalahgunaan
kekuasaan
atau
kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini meliputi perilaku pejabat-pejabat di sektor publik, pengusaha, dan pegawai negeri yang menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk memperkaya diri, orang lain, organisasi, korporasi, ataupun kelompoknya.1 Korupsi berdampak buruk bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan, korupsi bahkan menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara.2 Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memberikan dampak buruk bagi kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas yang buruk, akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit, keamanan negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra pemerintah menjadi buruk di mata internasional. Sehingga menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pada investor asing, mengakibatkan krisis ekonomi yang berkepanjangan.3 Untuk menwujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi maka dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. KPK merupakan lembaga negara yang
1
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi (Edisi Ringkas). Penerjemah Masri Maris (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 2. 2 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h. 30. 3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pendidikan Anti-Korupsi: Dampak Masif Korupsi. (Jakarta: Dikti, 2012), h. 6.
1
2
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. KPK bertugas untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi dan melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap pelaku korupsi.4 Media massa sebagai salah satu pilar demokrasi, telah menjalankan fungsinya mengawal pemerintahan agar tetap berjalan di jalur yang benar, salah satunya dengan memberitakan pelaku korupsi. Media massa yang memberitakan pelaku korupsi menciptakan sanksi sosial bagi para koruptor. Seluruh lapisan masyarakat akan menyorot setiap ada tersangka baru yang diumumkan oleh KPK melalui media massa. Sanksi sosial tersebut tentunya berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pejabat yang korup tersebut. Seperti halnya pemberitaan Ratu Atut Chosiyah, tersangka kasus korupsi penyuapan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar di Majalah Detik. Berita tentang Atut tersebut dimuat dalam tiga edisi di Majalah Detik, yaitu edisi 97 (7-13 Oktober 2013), edisi 98 (14-20 Oktober 2013), dan edisi 109 (30 Desember 2013-5 Januari 2014). Ketiga edisi tersebut fokus membahas tentang tindak pidana korupsi yang dilakukan Ratu Atut Chosiyah selama menjadi pejabat pemerintah di Provinsi Banten. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik menganalisis pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik dalam tiga edisi tersebut, untuk mengetahui bagaimana sebuah media memberitakan pelaku korupsi, hingga masyarakat sadar bahwa mereka telah dikhianati oleh pemimpin yang 4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h. 4.
3
telah mereka pilih saat pemilu. Cara pandang Majalah Detik dalam menyikapi hal tersebut dipandang perlu untuk dijadikan sebuah penelitian, bagaimana Majalah Detik menyajikan berita kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah, dan makna apa yang terkandung dalam pemberitaan tersebut. Untuk menemukan hal-hal tersebut di atas, penulis menggunakan pendekatan analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Charles Sanders Peirce dikenal sebagai salah satu tokoh semiotika yang memperkenalkan tiga unsur dalam mempelajari tanda yang dikenal dengan nama segi tiga tanda yaitu ground, denotatum, dan interpretant. Peirce membagi ground dalam tiga kategori yaitu qualisigns, sinsigns, dan legisigns. Interpretan oleh Peirce juga dibagi dalam tiga ketegori yaitu, rheme, decisign, dan argument. Begitupun dengan denotatum yang dibagi dalam tiga kategori yaitu, icon, index, dan symbol.5 Teori inilah yang kemudian dijadikan dasar pijakan dalam menyusun skripsi ini. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis menyusun skripsi dengan judul “Pemaknaan Korupsi Dalam Kasus Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat beragamnya edisi Majalah Detik yang terbit secara periodik setiap pekan, maka untuk pembahasan skripsi ini, penulis membatasi hanya pada edisi 97 (7-13 Oktober 2013), edisi 98 (14-20 Oktober 2013), dan edisi 109 (30 Desember 2013-5 Januari 2014) yang 5
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 41-42.
4
fokus memberitakan tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah selama menjadi pejabat pemerintah di Provinsi Banten. 2. Perumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Tanda apa yang terdapat dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah di Majalah Detik? b. Pesan apa yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah? c. Makna apa yang terkandung dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah di Majalah Detik?
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis isi pemberitaan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik. Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tanda apa yang terdapat dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah di Majalah Detik. 2. Untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah. 3. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah di Majalah Detik.
5
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kajian ilmu komunikasi khususnya kajian semiotika. Dan juga bermanfaat untuk mahasiswa yang ingin meneliti tentang isi pemberitaan suatu media dengan menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu, juga memberi masukan akademis bagi para mahasiswa yang ingin terjun dan serius dalam bidang jurnalistik.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek yang diteliti.6 Deskriptif maksudnya dengan mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang memungkinkan data-data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang sedang diteliti.7 Dalam hal ini data berupa pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik.
6 7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 6. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, h. 11.
6
Untuk ketajaman analisis maka pendekatan semiotik akan sangat membantu. Pendekatan teori semiotik yang penulis gunakan melalui pendekatan teori semiotik Charles Sanders Peirce. (ground, denotatum, interpretant). 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian skripsi ini adalah pemberitaan di Majalah Detik. Sedangkan objek penelitiannya adalah berita Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik yang terdapat dalam tiga edisi. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan berita tentang Ratu Atut Chosiyah yang terdapat dalam Majalah Detik di tiga edisi yang berbeda. Selanjutnya penulis melakukan observasi untuk mendukung datadata yang sudah ada sebelumnya. Selain observasi penulis juga mengumpulkan
dokumentasi
dan
melakukan
wawancara
untuk
melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. a. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini. Yaitu dengan melakukan pengamatan dan mencatat secara sistematis data-data yang terdapat dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik. Untuk menemukan dan memahami makna dan pesan yang ingin disampaikan yang terdapat dalam pemberitaan tersebut. b. Dokumentasi Penulis mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang ada relevansinya dengan penelitian ini untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan dalam menyusun penelitian ini.
7
Seperti buku, majalah, jurnal, arsip, dokumen internet, dan catatan kuliah yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini. c. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Wawancara dilakukan dengan maksud memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.8 4. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan pendekatan teknik analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Peirce merupakan filsuf Amerika yang paling orisinil dan multidimensional. Lahir pada tahun 1839 dan meninggal 75 tahun kemudian di tahun 1914. Ia dibesarkan dalam keluarga intelektual. Ayahnya bernama Benjamin, merupakan seorang profesor matematika di Harvard University.9 Peirce memperkenalkan tiga unsur dalam mempelajari tanda yang dikenal dengan nama segi tiga semiotika yaitu ground, denotatum, dan interpretant.10
F. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan observasi terlebih dahulu ke perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan menemukan beberapa judul skripsi tentang semiotika, skripsi tersebut
8
J. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, h. 186. Sobur, Semiotika Komunikasi, h.39 10 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 14. 9
8
kemudian penulis jadikan acuan dan perbandingan dalam menyusun skripsi ini. Adapun judul skripsi tersebut sebagai berikut: 1. “Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo Edisi Tragedi Muslim Syi‟ah di Sampang Madura” ditulis oleh Puja Abdul Wahid. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Objek penelitian skripsi ini adalah fotofoto dalam berita Headline edisi Tragedi Muslim Syi‟ah di Sampang Madura tanggal 27-28 Agustus 2012 pada Koran Tempo. 2. “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny dan Mice Talk About Hape” ditulis oleh Nurma Wazibali. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Objek penelitian skripsi ini adalah komik Benny dan Mice episode Talk About Hape. 3. “Konstruksi Makna Tokoh Politik Melalui Kartun Opini (Analisis Semiotika Karikatur Megawati Dalam Buku Dari Presiden ke Presiden)” ditulis oleh Yikki Arstania. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Objek penelitian skripsi ini adalah karikatur tentang Megawati dalam buku Dari Presiden ke Presiden karya Benny Rachmadi. Judul-judul skripsi di atas berbeda dengan judul skripsi yang ingin penulis angkat yaitu “Pemaknaan Korupsi Dalam Kasus Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik.” Maksud tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui bahwa belum ada judul skripsi yang sama dengan yang ingin penulis angkat dalam penelitian sebelumnya.
BAB II LANDASAN TEORI A. Konstruksi Pesan di Media Massa a. Konstruksi Sosial Media Massa Proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui empat tahap yaitu tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi.1 Tahap pertama, menyiapkan materi konstruksi. Yang menyiapkan materi konstruksi dalam sebuah media massa adalah bagian redaksi. Bagian redaksi memberikan tanggungjawab kepada divisi tertentu yang khusus menyiapakan materi konstruksi, umumnya desk editor. Dalam menyiapkan materi konstruksi, ada tiga hal yang menjadi perhatian utama yaitu, keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, dan keberpihakan kepada kepentingan umum. Saat ini, media massa dikuasai oleh kapitalis. Kaum kapitalis menjadikan media massa sebagai mesin pendongkrak popularitas dan pelipatgandaan aset. Setiap elemen media massa termasuk orang-orang yang ada di dalamnya dituntut untuk melayani kaum kapitalis.2 Tahap kedua, sebaran konstruksi. Maksudnya adalah seberapa cepat dan tepat (real-time) informasi yang dilepas oleh media bisa sampai kepada pemirsa atau masyarakat. Media elektronik tentu berbeda dengan media cetak dalam konsep real-time. Untuk media elektronik yang live, (audio-visual) dalam pandangannya, ketika peristiwa terjadi maka saat itu 1
Burhan Bungin, Penulisan Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2012), h. 184. 2 Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 185.
9
10
juga harus disiarkan dan saat itu juga berita harus sampai ke pemirsa. Berbeda dengan media cetak yang terbit harian, mingguan, atau bulanan. Walaupun konsep real-time nya tertunda, namun konsep aktualitas tetap menjadi pertimbangan utama, sehingga pembaca merasa tepat waktu menerima berita tersebut.3 Tahap ketiga, pembentukan konstruksi. Tahap ini terbagi dua yaitu, tahap pembentukan konstruksi realitas dan tahap pembentukan konstruksi citra. Pada tahap pembentukan konstruksi realitas, masyarakat yang telah menerima informasi dari media massa, akan melalui tahap konstruksi realitas pembenaran, kesediaan dikonstruksi oleh media massa, dan menjadikan media massa sebagai pilihan konsumtif. Pada konstruksi realitas pembenaran, masyarakat cenderung membenarkan apa saja yang tersaji di media massa sebagai sebuah realitas kebenaran. Setelah menerima dan membenarkan sajian dari media massa, maka secara alami masyarakat telah bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Selanjutnya, masyarakat tersebut memiliki ketergantungan pada media massa dan menjadikan media massa sebagai bagian dari kebiasaan hidup yang tidak bisa dilepaskan. Berbeda dengan tahap pembentukan konstruksi realitas, pada tahap pembentukan konstruksi citra hanya ada dua model yang dibangun oleh media massa yaitu, model good news dan model bad news. Model good news cenderung mengkonstruksi berita sebagai berita baik. Sehingga menimbulkan kesan bahwa objek yang diberitakan memiliki citra lebih baik dari yang
3
Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 186.
11
sebenarnya. Model ini sering digunakan pada iklan, baik itu iklan produk ataupun iklan politik, dan juga untuk menaikkan popularitas. Sedangkan model bad news adalah model konstruksi berita dengan memberikan kesan lebih buruk dari objek yang diberitakan. Biasanya media massa memberikan diksi negatif terhadap objek yang ingin dicitrakan buruk. Seperti teroris, pembunuh, penjahat, koruptor, dan lain sebagainya.4 Tahap keempat, tahap konfirmasi. Tahap ini terjadi ketika masyarakat
ataupun
media
massa
memberikan
argumentasi
dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Pada tahap ini masyarakat atau pemirsa akan menunjukkan bahwa media massa telah masuk dalam kehidupan pribadinya. Masyarakat yang telah sampai pada tahap ini akan merasa ada yang kurang jika dalam sehari tidak mendapatkan informasi dari media massa. Media massa dijadikan sebagai life style dimana masyarakat tersebut sangat suka terhadap populartias terutama jika dirinya menjadi subjek media massa.5 b. Pesan di Media Massa Pesan di media massa merupakan informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal. Massa yang dimaksud adalah masyarakat dalam jumlah besar dan menyebar dimana-mana. Setiap anggota massa memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap informasi yang disampaikan oleh media massa dan sebagian besar diantaranya memiliki negative image terhadap pemberitaan media. Bahkan untuk halhal tertentu cenderung skeptis dan berpikir negatif, akibatnya jika ada 4 5
Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 186-188. Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 189.
12
pemberitaan yang baik selalu disikapi dengan kecurigaan.6 Pesan yang disampaikan oleh media massa berupa peristiwa aktual, ilmu pengetahuan, hiburan, nasihat, dan propaganda.7 Proses penyampaian pesannya dilakukan dengan satu arah, akibatnya proses tersebut berlangsung secara asimetris, datar dan bersifat sementara. Misalnya jika ada pesan yang disampaikan media massa yang bersifat emosional, maka hal itu hanya berlangsung sementara bagi masyarakat dan tidak permanen. Begitupun jika media melakukan interaksi dengan masyarakat maka prosesnya sangat terbatas dan tetap didominasi oleh media massa.8 Pesan yang disampaikan media massa selain untuk memberikan informasi kepada masyarakat, juga memiliki fungsi pengawasan. Pengawasan tersebut berupa peringatan tentang bahaya yang mungkin bisa terjadi. Seperti kondisi cuaca ekstrim, ancaman keamanan di tempat umum, makanan yang mengandung zat kimia berbahaya, informasi lalulintas, kemacetan, bencana alam dan sebagainya. Namun dari fungsi pengawasan ini, tidak menutup kemungkinan terjadinya disfungsi, yaitu kepanikan yang terjadi dimasyarakat karena adanya penekanan berlebihan terhadap bahaya atau ancaman yang mungkin belum tentu terjadi. Hal ini terjadi karena terlalu banyaknya ekspose berita yang tidak biasa, abnormal, lain dari yang lain, yang bisa menyebabkan masyarakat menjadi pemirsa yang tidak bisa membedakan hal yang wajar atau tidak wajar, normal atau tidak normal, yang terjadi
6
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), h. 72-73. 7 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h. 23. 8 Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 75.
13
dalam kehidupan masyarakat.9 c. Analisis Semiotik (Semiotic Analysis) Setelah membahas konstruksi dan pesan di media massa, pembahasan selanjutnya tentang metode yang digunakan pada penelitian ini. Tujuannya untuk
mengetahui makna
yang terdapat dibalik
pemberitaan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik, karena penelitian ini menganalisis teks, maka metode yang digunakan adalah analisis semiotik, khususnya analisis semiotik yang berdasarkan pada pandangan Charles Sanders Peirce. a. Pengertian Semiotika Secara bahasa kata semiotik berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. Tanda bermakna suatu hal yang menunjukkan pada adanya hal lain. Misalnya, mendung yang menandakan akan turun hujan.10 Menurut Jhon Fiske, fokus utama semiotik adalah teks.11 Semiotika atau semiologi merupakan kajian mengenai tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja. Kajian tersebut terbagi tiga yaitu kajian mengenai tanda itu sendiri, kajian mengenai kode-kode atau sistem dimana tanda-tanda itu diorganisasi, dan kajian mengenai budaya tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda itu beroperasi. Dalam hal
9
Warner J. Severin dan James W. Tankard Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta: Kencana, 2008), h. 386-387. 10 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.16-17. 11 Jhon Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 67.
14
ini tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami di dalam kerangka penggunaan atau konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda tersebut. Tanda juga berupa sesuatu yang bersifat fisik, dapat diterima oleh indera manusia, mengacu pada sesuatu di luar dirinya, dan bergantung pada pengenalan dari para pengguna bahwa itu adalah tanda.12 Menurut Roland Barthes, Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) adalah hubungan antara suatu objek atau ide terhadap suatu tanda. Semiotika adalah segala sesuatu yang merujuk pada studi tentang tanda.13 Secara umum, ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam analisis semiotika. Pertama, tentang makna (the problem of meaning). Bagaimana seseorang memahami sebuah pesan dan informasi apa yang terkandung dalam struktur sebuah pesan. Kedua, tentang tindakan (the problem of action). Tentang pengetahuan bagaimana seseorang memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. Ketiga, masalah koherensi (problem of coherence). Hal ini membahas tentang bagaimana membentuk pola pembicaraan yang masuk akal dan bisa dimengerti.14 Menurut
Umberto
Eco,
tanda
bisa
digunakan
untuk
menyatakan kebenaran ataupun kebohongan. Menurutnya, semiotika 12
Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 66-68. Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15-16. 14 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 147-148. 13
15
adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendustai, mengelabui, atau mengecoh. Jika sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengatakan kebohongan maka sesuatu itu juga tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran.15 Marcel Danesi menjelaskan bahwa semiotika adalah ilmu yang mencoba menjawab pertanyaan, apa yang dimaksud dengan X? X dapat berupa apa saja, baik itu kata, isyarat, teks, komposisi musik atau film, warna, gambar, bunyi, gerakan tangan, dan lain sebagainya. X adalah sesuatu
yang merepresentasikan sesuatu
yang lain
yaitu
Y.
Penggambaran dan penelusuran sifat hubungan X = Y inilah yang menjadi objek penelitian semiotika.16 Dalam
semiotika
ada
dua
pendekatan
penting
ketika
mengamati tanda-tanda. Pertama, pendekatan dari sudut pandang Ferdinand de Saussure. Saussure mengatakan bahwa tanda-tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (kata atau representasi visual), dan konsep di mana citra bunyi itu disandarkan. Hal ini menandakan bahwa penanda dan petanda merupakan unsurunsur mentalistik. Maksudnya, di dalam tanda tersebut terungkap citra bunyi atau konsep sebagai dua komponen yang tidak terpisahkan. Atau dengan kata lain, kehadiran satu berarti kehadiran yang lain seperti dua sisi mata uang. Kedua, pendekatan dari sudut pandang Charles Sanders Peirce. Menurutnya, 15 16
tanda-tanda
berkaitan
dengan
objek-objek
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 18. Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 5-6.
yang
16
menyerupainya. Keberadaan tanda memiliki hubungan sebab-akibat dengan
objek
yang
menyerupainya
karena
memiliki
ikatan
konvensional. Peirce menggunakan istilah icon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab akibat, dan symbol untuk asosiasi konvensional.17 Secara sederhana pandangan Charles Sanders Peirce dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Semiotika Charles Sanders Peirce18 Tanda Ditandai dengan: Contoh:
Proses
Ikon Persamaan (kesamaan) Gambar-gambar, patung-patung, tokoh besar, foto Reagan Dapat dilihat
Indeks Hubungan sebabakibat Asap/api Gejala/penyakit Bercak merah/ campak Dapat diperkirakan
Simbol Konvensi Kata-kata Isyarat
Harus dipelajari
b. Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce Bagi Charles Sanders Peirce yang merupakan ahli filsafat dan logika, menurutnya semiotika sama dengan logika. Manusia senantiasa bernalar lewat tanda dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Peirce memperkenalkan tiga unsur dalam mempelajari tanda yang dikenal dengan nama segi tiga tanda yaitu ground, denotatum, dan interpretant.19 Dari ketiga unsur tersebut, Peirce membaginya masing-masing dalam tiga kategori. Pertama, ground memiliki kategori yaitu qualisigns, sinsigns, dan legisigns. Kedua, denotatum yang terbagi 17
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 31-34 Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 34. 19 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 14. 18
17
dalam tiga kategori yaitu, icon, index, dan symbol. Ketiga, Interpretan oleh Peirce juga dibagi dalam tiga ketegori yaitu, rheme, decisign, dan argument.20 Ground merupakan dasar atau latar dari tanda umumnya berbentuk sebuah kata. Menurut Peirce ground adalah sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi. Kategori yang terdapat dalam ground, pertama, qualisigns. Qualisgns merupakan penanda yang bertalian dengan kualitas atau tanda yang berdasar pada suatu sifat. Misalnya, putih yang bermakna suci atau bersih, lingkaran sama dengan bumi, bola, atau bundar. Boneka sama dengan lucu, imut, atau empuk. Hitam sama dengan kotor, kelam, atau gelap, dan lain sebagainya. Kedua sinsigns, merupakan penanda yang bertalian dengan kenyataan atau tanda atas dasar tampilnya dalam kenyataan. Misalnya ketika mendengar atau membaca kata „meja hijau‟ maka yang dimaksud bukanlah meja yang berwarna hijau melainkan meja persidangan. Ketiga legisigns, merupakan tanda atas dasar suatu peraturan atau kaidah yang berlaku umum. Misalnya menganggukkan kepala merupakan tanda bahwa seseorang memberikan persetujuan terhadap suatu hal.21 Unsur yang kedua dari segi tiga tanda yang dikemukakan Peirce yaitu denotatum. Denotatum adalah unsur kenyataan tanda atau tanda yang berdasarkan objeknya. Denotatum sendiri memiliki tiga 20 21
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 41-42 Sobur, Analisis Teks Media, h. 97-98
18
kategori yaitu icon, index, dan symbol. Ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petandanya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.22 Peirce menjelaskan bahwa masing-masing tanda (ikon, indeks, simbol) memiliki ciri khas dan nuansa yang dapat dibedakan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, dengan mengambil objek kucing sebagai contoh.23
a. b. c. d. e.
Tabel 2. Contoh Semiotika Charles Sander Peirce24 Ikonis Indeksikal Simbolis Lukisan a. Suara a. Diucapkannya kata kucing kucing kucing Gambar b. Suara b. Makna gambar kucing langkah kucing Patung kucing c. Makna suara kucing c. Bau kucing kucing Foto kucing d. Gerak d. Makna bau kucing Sketsa kucing e. Makna gerak kucing kucing Adapun unsur ketiga dari segi tiga tanda Peirce yaitu
interpretant. Interpretant adalah interpretasi terhadap kenyataan yang ada dalam tanda atau hubungan pikiran dengan jenis petandanya. Interpretant juga terbagi dalam tiga kategori, pertama rheme, merupakan interpretasi yang berupa sebuah kemungkinan. Misalnya kalimat berikut: “tingkat pengangguran tahun depan diprediksi akan 22
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 20-22 23 Sobur, Analisis Teks Media, h. 98. 24 Sobur, Analisis Teks Media, h. 99
19
menurun.” Kategori kedua decisign, merupakan interpretasi yang berupa kebenaran atau tanda yang sesuai dengan kenyataan. Misalnya rambu lalu lintas yang bergambar sendok dan garpu menandakan bahwa disekitar rambu tersebut terdapat rumah makan. Kategori ketiga argument, merupakan tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu atau interpretasi yang berlaku umum. Misalnya seperti pernyataan berikut: Skripsi merupakan syarat mutlak untuk meraih gelar sarjana, Ali merupakan mahasiswa tingkat akhir dan sedang menyusun skripsi, pernyataan umumnya, Ali seorang calon sarjana.25
B. Media Online di Indonesia Penelitian ini membahas tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah yang dimuat di Majalah Detik, dimana Majalah Detik merupakan majalah digital online yang berada dibawah naungan situs warta digital Detikcom. Dan pada sub bab ini akan membahas tentang media online di Indonesia, ekonomi media, dan ekonomi politik. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini, memaksa media massa untuk terus berinovasi agar tidak ditinggalkan oleh khalayak/pembaca. Media massa
berlomba
meng-online-kan
medianya,
yang
pada
akhirnya
memunculkan istilah “Media Baru”. Era Media Baru dalam penyebaran informasi lebih cepat dibanding media tradisional. Menurut John Vivian seperti dikutip Rulli Nasrullah dalam bukunya Cyber Media mengungkapkan bahwa internet bersifat interaktif, mengaburkan batas geografis, dan bisa dilakukan secara real time. Media online dikenal juga dengan istilah media 25
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 42.
20
siber (cybermedia), digital media, media virtual, e-media, atau network media.26 Ciri khas media online adalah interaktifitasnya. Media online memberikan kesempatan untuk berpartisipasi bagi pengguna media dengan media itu sendiri. Pada media massa tradisional seperti surat kabar, radio, dan televisi, khalayak harus menunggu umpan balik yang cukup lama karena dibatasi oleh ruang dan waktu. Begitupun jika seseorang ingin mengirimkan artikelnya ke surat kabar. Artikel yang dikirimkan harus melewati proses editing yang dilakukan oleh redaktur. Berbeda dengan media online, hubungan antara pembaca dan media bisa berlangsung cepat. Media Baru, telah menyatukan semua yang dimiliki media lama. Pengguna internet dapat membaca berita melalui blog, website, dan sosial media. Radio dapat didengar melalui radio streaming, begitupun dengan siaran televisi yang bisa disaksikan melalui live streaming. Majalah dan surat kabar pun bisa diunduh dalam bentuk digital.27 Media lama dan Media Baru oleh Holmes disebut juga era media pertama dan era media kedua. Kedua era media tersebut memiliki perbedaan dan karakteristik masing-masing, seperti dalam tabel berikut: Tabel 3. Karakteristik Media Lama dan Media Baru28 Era Media Pertama (Broadcast) Era Media Kedua (Interactifity) Tersentral, dari satu sumber ke Tersebar, dari banyak sumber ke banyak khalayak banyak khalayak Komunikasi terjadi satu arah Komunikasi terjadi timbal-balik atau dua arah 26
Rulli Nasrullah, Cyber Media (Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013), h. 16-17. Apriadi Tamburaka, Literasi Media (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 77-78. 28 Rulli Nasrullah, Cyber Media, h. 18. 27
21
Terbuka peluang sumber media untuk dikuasai
atau Tertutupnya penguasaan media dan bebasnya kontrol terhadap sumber Media merupakan instrumen yang Media memfasilitasi setiap melanggengkan strata dan ketidak khalayak/warga negara setaraan kelas social Terfragmentasinya khalayak dan Khalayak bisa terlihat sesuai dianggap sebagai massa dengan karakter dan tanpa meninggalkan keragaman identitasnya masing-masing Media dianggap dapat sebagai alat Media melibatkan pengalaman memengaruhi kesadaran khalayak secara ruang dan waktu
Adapun media massa di Indonesia yang pertama kali membuat media online adalah Majalah Tempo pada 6 Maret 1996. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan Majalah Tempo tetap hidup yang saat itu sedang dibredel.29 Namun dari segi bisnis, Detikcom adalah media online pertama di Indonesia yang menyajikan informasi secara real time dengan menjual konten bagi para pengiklan. Detikcom mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Keberhasilan Detikcom dalam merambah dunia online kemudian diikuti oleh media-media lain seperti okezone.com, vivanews.com, merdeka.com, kompas.com, dan lain-lain.30 a. Ekonomi Media Pada dasarnya media massa memiliki dua kepribadian, pertama sebagai institusi bisnis dan kedua sebagai institusi sosial. Sebagai institusi bisnis, media massa menempatkan dirinya sebagai korporasi yang mementingkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Sedangkan dalam menjalankan fungsinya sebagai institusi sosial, media massa berorientasi
29
“Kecap Dapur,” Majalah Tempo, Edisi Ulang Tahun ke-40. Dwi Aris Subakti, “Indepth Report: Media Online dan Media Kapita.” (Jakarta: Yayasan Satu Dunia), h. 9. 30
22
untuk kepentingan masyarakat. Hal ini mulai terlihat pada masa awal era reformasi. Dimana pada masa orde baru, pers di Indonesia terbelenggu oleh rezim Soeharto. Setelah keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 49 Tahun 1999 yang mengatur tentang kebebasan pers, media massa menganggap PP ini sebagai suatu kemerdekaan yang mengawali kebangkitan kebebasan pers di Indonesia.31 Terlalu bebasnya media massa saat ini membuat membuat media memberitakan informasi yang bukan lagi menyangkut kepentingan atau kebutuhan masyarakat, melainkan menyajikan apa yang bisa laku paling banyak atau apa yang tingkat penjualannya paling tinggi bagi pengiklan. Hal ini menyebabkan masyarakat memandang media tidak lagi sebagai penyampai informasi yang netral, melainkan memandang media sebagai penyampai informasi yang memihak kepada pengiklan dan pemilik media.32 Dalam perkembangannya, media massa sudah menjadi industri dan institusi ekonomi yang menjanjikan. Menurut Herman dan Chomsky seperti dikutip Usman Ks dalam bukunya Ekonomi Media menyebut media massa sebagai mesin atau pabrik penghasil berita (news manufacture) yang sangat efektif dalam mendatangkan keuntungan besar dari sisi ekonomi.33 Seperti saat ini, banyak pengusaha besar yang tertarik dan menanamkan modalnya dalam bisnis media massa. Pengusaha yang sudah menanamkan modalnya dalam bisnis media, tentunya berharap modal yang dia tanamkan bisa kembali dan menghasilkan keuntungan. Hal 31
Alfarabi, “Kajian Komunikasi Kritis Terhadap Ekonomi Politik Media,” IDEA FISIPOL UMB IV, No 17 (Juni 2010): h. 1. 32 Alfarabi, “Kajian Komunikasi Kritis,” h. 2. 33 Usman Ks, Ekonomi Media (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 6.
23
ini kemudian memunculkan fenomena baru, dimana media massa dikuasai oleh segelintir orang yang memiliki modal. Fenomena ini disebut juga dengan istilah “Konglomerasi Media.” Menurut Picard, ekonomi media erat kaitannya dengan bagaimana industri media mengalokasikan berbagai sumber untuk menghasilkan materi informasi dan hiburan untuk memenuhi kebutuhan audiens, pengiklan, dan institusi sosial lainnya. Menurut Albarran, ekonomi media merupakan studi tentang bagaimana industri media menggunakan sumbersumber yang terbatas untuk menghasilkan jasa yang akan didistribusikan kepada konsumen dan masyarakat untuk memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa media massa sangat tergantung pada persoalan finansial.34 b. Ekonomi Politik Ilmu ekonomi politik secara umum membahas tentang anatomi sistem yang diterapkan oleh suatu negara atau pemerintahan. Dalam ilmu ekonomi politik, dikenal dua sistem yang sangat terkenal dan masih dipakai sampai saat ini. Sistem tersebut adalah sistem ekonomi politik kapitalisme dan sistem ekonomi sosialisme. Negara barat dikenal menggunakan sistem ekonomi kapitalisme. Peranan swasta dalam sistem ekonomi sangat diutamakan sebagai wujud hak partisipasi ekonomi oleh setiap individu di dalam masyarakat. Tegaknya dunia usaha dalam sistem ekonomi kapitalis terjadi karena inisiatif individu atau swasta dalam membentuk perusahaan-perusahaan dan tidak ada campur tangan negara. Sedangkan di negara timur atau di dunia kedua sistem ekonomi politik yang dianut adalah sistem ekonomi sosialisme-komunisme. Pasar 34
Usman Ks, Ekonomi Media, h. 3.
24
dianggap sebagai perusak sistem ekonomi masyarakat yang tidak mampu menciptakan keadilan bagi semua lapisan masyarakat. Pembentukan badan usaha lebih banyak dilakukan oleh negara dan dikendalikan oleh aparat pemerintah. Objek kajian ekonomi politik adalah hubungan antara institusi ekonomi dengan institusi politik. Ilmu ekonomi membahas aspek manusia dan institusi ekonominya. Yaitu pasar, produksi dan konsumsi, investasi, perdagangan, keuangan, dan sebagainya. Ilmu politik membahas tentang kekuasaan, seperti presiden, kabinet, parlemen, dan kekuasaan kehakiman. Ilmu politik adalah teori tentang kekuasaan dan pemerintahan, dan ilmu ekonomi adalah teori tentang pasar.35 Ilmu ekonomi politik secara konvensional mempelajari anatomi sistem politik dan ekonomi suatu negara yang diterapkan untuk masyarakat dalam praktik pemerintahan sehari-hari. Intinya adalah bagaimana sistem kekuasaan menjadi fokus paling utama dalam ilmu ekonomi politik. Secara garis besar, ada empat bentuk sistem ekonomi politik yang sampai saat ini cukup dominan. Yaitu sistem ekonomi politik kapitalisme, sistem ekonomi sosialisme, sistem ekonomi komunisme, dan sistem ekonomi campuran (mixed economic system).36 Jika digambarkan, maka sistem ekonomi politik tersebut secara sederhana seperti dalam tabel berikut:
35
Didik J. Rachbini, Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 4-5. 36 Rachbini, Ekonomi Politik, h. 11.
25
Tabel 4. Sistem Ekonomi Politik37 No 1
2
3
4
5
6 7
Sifat Dasar Pemilikan
Kapitalisme Individu
Sosialisme Industri besar dimiliki negara, sisanya individu Inisiatif Individu, Usaha pembentukan partnership, bersama korporasi pada industri dasar dan individu lainnya Inisiatif Keuntungan Motif ekonomi sebagai motif ekonomi utama dan non ekonomi Mekanisme Pasar Pemerintah harga (supplay) dan birokrasi demand Kompetisi Eksis Ada, bila negara mau
Komunisme Seluruhnya dimiliki negara
Campuran Individu dan negara
Negara
Individu dan negara
Insentif terbatas
Ekonomi, sosial politik, dll.
Negara
Struktur organisasi Inisiatif kegiatan
Sentralisasi penuh Untuk ideologi
Birokrasi hukum pasar Antara ada dan tidak ada Desentralisasi Gabungan
Desentralisasi Meterialistik
Semi sentralisasi Sosialistik
Tidak ada
Pertanyaan yang sering muncul, apakah negara bisa lepas dan tidak terkait atau bahkan menjauh dari kegiatan ekonomi? Jawabannya, negara atau birokrasi adalah sebuah entitas kelembagaan yang paling dominan dan bahkan sangat berpengaruh dalam kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, dunia ekonomi dan politik sangat diperlukan oleh setiap masyarakat karena tidak semua interaksi ekonomi dan sosial dapat dikelola dengan
37
Rachbini, Ekonomi Politik, h. 12.
26
cara altruisme, anarki, atau dengan mekanisme pasar.38 Menurut Max Weber seperti dikutip Didik J. Rachbini dalam bukunya Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik mengatakan bahwa birokrasi merupakan organisasi besar dan lebih unggul. Keunggulan ini bertujuan untuk mengambil keputusan strategis yang rasional dengan berbagai kepentingan yang ada di dalamnya. Tugas-tugas negara dalam bidang ekonomi ketika mengambil keputusan harus mempertimbangkan perspektif teori-teori ekonomi yang mengarah pada pasar, efisiensi, pencapaian keuntungan yang optimal, dan kesejahteraan anggota masyarakat secara umum.39 Hal inilah yang kadang dimanfaatkan oleh pejabat pemerintah untuk memperkaya diri. Dengan cara memenangkan perusahaan tertentu dalam pelelangan tender proyek milik pemerintah. Seperti yang terjadi di Banten di bawah kepemimpinan Ratu Atut Chosiyah. Dia mendesain birokrasi melibatkan
pemerintahan keluarga
Banten dan
dengan
sedemikian
perusahaan-perusahaan
rupa
miliknya
dengan untuk
mempermudah aksinya menggerogoti anggaran pemerintah.40
C. Korupsi a. Pengertian Korupsi Secara bahasa, korupsi berasal dari kata latin coruptio atau corruptus yang berarti kerusakan, kehancuran atau kebobrokan. Dalam bahasa Inggris, kata korupsi digunakan untuk menyebut kerusakan fisik, 38
Rachbini, Ekonomi Politik, h. 131-132. Rachbini, Ekonomi Politik, h. 133. 40 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, edisi 97, 7-13 Oktober 2013, h. 47. 39
27
seperti dalam frasa a corrupt manuscript (naskah yang rusak). Secara umum, korupsi diartikan sebagai tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini meliputi perilaku pejabat-pejabat sektor publik, pengusaha, dan pegawai negeri yang menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk memperkaya diri, orang lain, organisasi, korporasi, ataupun kelompoknya.41 Menurut Robert Klitgaard, korupsi merupakan tindakan berupa memungut uang atas layanan yang seharusnya sudah diberikan, menggunakan wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak sah, dan tidak melaksanakan tugas karena lalai atau lupa.42 Igm Nurdjana dalam bukunya Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi, menyimpulkan bahwa korupsi merupakan perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan perekonomian atau keuangan negara, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dari segi meteriil
perbuatan
tersebut
dipandang
sebagai
perbuatan
yang
bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Pandangan lain dari Lubis dan Scott, menyebutkan bahwa korupsi adalah tingkah laku pejabat pemerintah yang melanggar batas-batas hukum yang menguntungkan kepentingan diri sendiri dan merugikan orang lain.43 b. Korupsi Dalam Pandangan Islam Dalam Islam, khusunya di Indonesia, ulama dari kalangan Nadlatul Ulama (NU) telah berfatwa dan menegaskan bahwa korupsi adalah 41
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi (Edisi Ringkas). Penerjemah Masri Maris (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 2. 42 Syamsul Anwar, “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam” Jurnal Hukum No. 1 Vol. 15 (Januari 2005): h. 15-16. 43 Igm Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 16-18.
28
kemungkaran yang sangat besar, seperti dikutip Lukman Hakim dari Tempo Interaktif dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam. Begitupun dengan pandangan ulama Muhammadiyah melihat korupsi sebagai syirik akbar yang dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.44 Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang membahas mengenai tindakan-tindakan yang dapat dipandang sebagai perilaku korupsi. Diantaranya dalam surat Al-Baqarah ayat 188:
ٍْم وَتُدْنُىاْ ِبهَا ِإنَى انْحُكَاوِ نِ َتأْكُهُىاْ فَرِيقاً ِي ِط ِ ال َتأْ ُكهُىاْ َأيْىَاَنكُى َبيْ َُكُى بِانْبَا َ َو ٌَإلثْىِ وَأََتُىْ َتعْهًَُى ِ ل انَُاسِ بِا ِ َأيْىَا “Dan janganlah kamu memakan harta sesama di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. 2: 188) Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, ayat ini bermakna untuk mencegah seseorang agar tidak mengambil dan menguasai harta orang lain dengan jalan yang batil karena merupakan pelanggaran hukum dan tidak sejalan dengan tuntunan Ilahi, walaupun dilakukan atas dasar kerelaan orang tersebut, misalnya menyogok. Menyerahkan urusan harta kepada hakim untuk mengambil hak orang lain, padahal orang tersebut mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada hak atas harta tersebut, juga termasuk dalam kasus ini.45 Frasa „memakan harta sesama dengan jalan batil‟ dalam ayat ini, menurut Syamsul Anwar merupakan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi 44
Lukman Hakim, “Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Kurikulum Pendidikan Islam” Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim No. 2 Vol. 10 (2012): h. 144. 45 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 414-415.
29
yang bertentangan dengan hukum/syariah.46 Selanjutnya ayat yang menyinggung tentang korupsi terdapat dalam surat Ali Imran ayat 161. Dalam ayat ini korupsi dipahami dengan kata gulul.
ُّل َيوْ َم الْ ِقيَاهَ ِة ُثنَ جُوَّفَى كُّل َغ َ ت بِوَا ِ ّْل َوهَي َيغْلُّلْ َيأ َ ّي أَى يَ ُغ ٍ َوهَا كَاىَ ِل ٌَ ِب ى َ س هَا كَسَبَثْ وَهُنْ الَ يُظَْلوُو ٍ ًَ ْف “Tidak mungkin seorang nabi melakukan gulul (berkhianat dalam urusan harta kekayaan). Barang siapa yang melakukan gulul (berkhianat dalam urusan harta kekayaan), maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang digululnya (dikhianatkan itu); kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangkan mereka tidak dirugikan.” (QS. 3: 161) Secara harfiah, gulul berarti pengkhianatan terhadap kepercayaan atau amanah. Menurut Syekh Husen Alatas, pemerhati fenomena korupsi, berpendapat bahwa inti korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi dengan melakukan kejahatan berupa pencurian melalui penipuan dalam situasi mengkhianati kepercayaan. Adapun makna gulul dalam ayat ini adalah kebijakan pembagian ganimah atau harta rampasan perang yang menyimpang dari ketentuan yang ada dan tidak sebagaimana mestinya. Seperti yang terjadi dalam Perang Uhud pada tahun ke-3 hijriah, dimana pada umumnya para ulama menghubungkan ayat ini dengan peristiwa perang tersebut.47 Adapun hukuman bagi orang yang khianat dalam ayat ini, menurut sebagian ulama diumpamakan seperti seorang yang memikul seekor unta
46 47
Syamsul Anwar, “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam” h. 18. Syamsul Anwar, “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam”, h. 19-20.
30
yang mengeluarkan suara dan itu membuatnya malu karena semua mata tertuju kepadanya. Pada hari kiamat orang yang khianat akan dipermalukan, karena khianat disebut juga al-fadhihah, yaitu sesuatu yang mencemarkan dan memalukan.48
48
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, h. 265-266.
BAB III REALITAS OBJEKTIF RATU ATUT CHOSIYAH DAN MAJALAH DETIK A. Ratu Atut Chosiyah a. Profil Ratu Atut Chosiyah Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE., adalah gubernur wanita pertama di Indonesia. Lahir di Ciomas, Serang, Banten, pada 16 Mei 1962. Menikah dengan Hikmat Tomet (almarhum) dan memiliki tiga anak yaitu, Andika Hazrumi, Andiara Aprilia, dan Ananda Triana Salichan. Atut merupakan anak pertama dari pasangan Tubagus Chasan Sochib dan Wasi‟ah Samsudin. Atut mengawali karir politiknya pada tahun 2001. Saat itu menjadi Wakil Gubernur Banten berpasangan dengan Djoko Munandar.1 Awalnya Atut lebih dikenal sebagai pebisnis dan tidak tertarik berkarir di jalur politik. Namun ayahnya Tubagus Chasan Sochib (almarhum) berhasil meyakinkan putrinya agar tidak menjadi penonton dalam perkembangan Provinsi Banten. Banten ditetapkan menjadi provinsi pada 4 Oktober 2000. Pada 3 Desember 2001, DPRD Banten melaksanakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten periode 2001-2006. Pemilihan tersebut dimenangkan oleh pasangan Djoko Munandar-Ratu Atut Chosiyah dengan perolehan 37 suara dari 69 suara. Mengalahkan dua pasangan lain yakni, Ace Suhaedi-Tb. Mamas dan Herman Haeruman-Ade Sudirman.2 Pada 11 Januari 2002 pasangan Djoko Munandar-Ratu Atut Chosiyah resmi dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur pertama di 1 2
“Jawara, Uang, dan Sang Ratu,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 87. “Jawara, Uang, dan Sang Ratu.” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 88.
31
32
Provinsi Banten. Disinilah awal mula terbentuknya dinasti Atut di Banten. Setahun sebelum masa jabatannya sebagai Wakil Gubernur Banten habis, tepatnya pada 20 Oktober 2005, Atut menjadi Pelaksana Tugas Gubernur Banten menggantikan posisi Djoko Munandar yang tersangkut kasus korupsi. Posisi ini dimanfaatkan oleh Atut untuk memperkuat pondasi dinastinya di Banten. Hingga pada pemilu tahun 2006 terpilih menjadi Gubernur Banten berpasangan dengan Mohammad Masduki.3 b. Dinasti Politik Ratu Atut Chosiyah Pada 11 Januari 2007, Atut dilantik menjadi Gubernur Banten untuk periode 2007-2012. Selama periode itulah Atut mulai menancapkan tiang-tiang kekuasannya di berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Banten. Pada 28 Juli 2010 misalnya, Atut melantik adiknya, Ratu Tatu Chasanah, sebagai Bupati Serang berpasangan dengan Ahmad Taufik Nuriman. Kemudian pada 2011, Atut melantik tiga kerabatnya untuk menempati posisi penting di Banten. Pertama ibu tirinya, Heryani, sebagai Wakil Bupati Pandeglang, kemudian adik tirinya, Tubagus Haeri Jaman, sebagai pelaksana tugas Wali Kota Serang, dan adik iparnya, Airin Rachmi Diany, sebagai Wali Kota Tangerang Selatan.4 Posisi-posisi tersebut tentu bersimbiosis membentuk kekuatan dinasti politik di Banten. Ditambah lagi posisi suami Atut, Hikmat Tomet, sebagai anggota komisi V DPR RI yang telah banyak membantu menggolkan anggaran dari pemerintah pusat untuk Provinsi Banten. Posisi penting lainnya juga diduduki oleh adik Atut, Tubagus Chaeri Wardana, 3 4
“Jawara, Uang, dan Sang Ratu.” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 89. “Setelah Atut Jadi Ratu,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 71.
33
sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Banten. Posisi-posisi penting ini memiliki peran masing-masing dalam membentuk dinasti politik Atut di Banten. Suami Atut bertugas menyalurkan dana dari pusat, Atut kemudian membuat proyek pemerintah yang anggarannya banyak dimanipulasi, dan proyek-proyek tersebut dieksekusi oleh adiknya, Tubagus Chaeri Wardana. Proyek-proyek tersebut kemudian disalurkan ke berbagai perusahaan kontraktor yang berada dibawah pimpinan Wawan. Tentunya dengan hitung-hitungan yang menguntungkan bagi pihak dinasti Atut.5 Satu lagi posisi penting dan sangat berpengaruh di Banten saat itu adalah ayah Atut, Tubagus Chasan Sochib, sebagai Ketua Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI). Posisi ini digunakan untuk mengamankan seluruh proyek yang dikelola oleh dinasti Atut. Mengamankan kelompok-kelompok yang berani menggaggu atau mengotak-atik dinasti politik yang dibangun Atut di Banten. Dan Tubagus Chasan Sochib lah otak sebenarnya dibalik dinasti ini. Dia yang telah mengskenario seluruh pejabat, proyek, anggaran, dan seluruh kebijakan di Banten. Tubagus Chasan Sochib memiliki kekuatan untuk menempatkan seseorang dalam jabatan tertentu di pemerintahan Banten. Begitupun sebaliknya, dia bisa mencopot seseorang dari jabatannya jika tidak sehaluan dengan dinastinya. Semua itu bisa dilakukan dengan jawara, uang dan sang ratu.6
5 6
“Setelah Atut Jadi Ratu.” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 73. “Jawara, Uang, dan Sang Ratu,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 90.
34
c. Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah Ratu Atut Chosiyah mulai berurusan dengan KPK sejak adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, ditangkap KPK pada Kamis, 3 Oktober 2013. Sejak saat itu, Atut dicegah bepergian keluar negeri oleh KPK, terkait penyidikan adiknya dalam kasus suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak di Mahkamah Konstitusi (MK). Pada 11 Oktober 2013, Atut mulai diperiksa KPK sebagai saksi dalam tertangkap tangannya Susi Tur Andayani, saat menerima suap dari seseorang berinisial F yang diduga sebagai tangan kanan Wawan.7 Pada 20 Desember 2013, Atut mulai ditahan KPK terkait kasus suap perkara Pilkada Lebak, Banten, dan kasus pengadaan alat kesehatan di pemerintahan Provinsi Banten. Dari penangkapan inilah Jaringan Warga Untuk Reformasi (Jawara) Banten yang terdiri dari Indonesian Coruption Watch, Masyarakat Transparansi Banten, Sekolah Demokrasi, Koalisi Guru Banten, Lingkar Madani, Aliansi Independen Peduli Publik (Alipp), dan Tangerang Transparansi Watch (TRUTH), mulai menunjukkan keberaniannya untuk melaporkan kasus korupsi yang dilakukan oleh Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiah dan keluarganya yang berkuasa sejak Banten berdiri.8 Kasus-kasus yang dilaporkan tersebut jumlahnya mencapai 1.063 kasus. Diantaranya penyaluran dana hibah dari kas pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2011 yang diduga digelapakn dan jatuh ke organisasi kemasyarakatan fiktif senilai Rp 18 miliar. Monopoli berbagai proyek 7 8
“Ada Atut di Suap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 48. “Ratu Atut Cenat-Cenut,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 52.
35
pemerintah melalui perusahaan yang dikelola kelurga Atut juga menjadi penyumbang terbesar dalam kasus korupsi yang dilakukan Atut. Diantaranya PT Sinar Ciomas Wahana Putra yang memenangi tender proyek pengamanan Pantai Kronjo senilai Rp 4,6 miliar dan Pantai Tirtayasa senilai Rp 6,2 miliar. Namun dalam pelaksanaannya, proyek ini dijalankan oleh PT Glindingmas Wahananusa, milik Ratu Tatu Chasanah, adik Atut. Kekayaan Atut yang tercatat dalam Data Laporan Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2006 mencapai Rp 41,6 miliar. Hal tersebut mencakup 65 bidang tanah yang tersebar di Provinsi Banten dan Jawa Barat, dan berbagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan konstruksi, seperti hotel dan SPBU.9
B. Majalah Detik a. Profil Majalah Detik Majalah Detik lahir sebagai wujud pengembangan bisnis dari Detikcom, salah satu portal berita online di Indonesia. Berbeda dengan penyajian berita di situs Detikcom yang singkat dan padat, informasi di Majalah Detik lebih mendalam dan akurat, seperti penyajian berita dan informasi majalah pada umumnya. Yang membedakan Majalah Detik dengan majalah cetak lainnya adalah Majalah Detik lebih interaktif dengan menghadirkan video dan info grafis yang bergerak untuk melengkapi informasi yang disajikan.10 Setiap pengunjung situs Detikcom bisa mengunduh Majalah Detik
9
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 65. Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho, Jakarta, 8 September 2014.
10
36
secara gratis di situs https://majalah.detik.com. Tersedia dalam empat versi, yaitu versi pdf, versi iphone, versi ipad, dan versi android. Hal ini memudahkan bagi para pembaca dari berbagai kalangan untuk mengakses Majalah Detik. Selain kemudahan yang diberikan kepada pembaca dalam mengunduh Majalah Detik, tampilan desain, sampul yang menarik, juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pembaca. Majalah Detik lahir untuk memenuhi kebutuhan berita dan informasi masyarakat dengan gaya penulisan yang menarik. Hadir tiap Sabtu dengan berbagai topik mulai dari laporan utama, isu politik, ekonomi, teknologi, gaya hidup, dan traveling. Dilengkapi dengan grafis yang bagus dan interaktif. Majalah detik memberikan pengalaman baru yang berbeda dalam membaca majalah. Total unduh per Januari 2014 mencapai 10.057.480 kali unduhan.11 b. Pandangan Majalah Detik Mengenai Ratu Atut Chosiyah12 Majalah Detik menilai, pemerintahan Ratu Atut Chosiyah di Banten merupakan pemerintahan yang tidak bersih. Walaupun dalam peraturan perundang-undangan, politik dinasti tidak dilarang, namun secara etika politik, menurut Irwan Nugroho, Redaktur Pelaksana Fokus Majalah Detik, dinasti politik kurang baik. Karena mengakibatkan penguasaan terhadap sumber daya dan sumber ekonomi di wilayah kekuasaan politik dinasti tersebut. Mengakibatkan korupsi tumbuh subur dan akses-akses politik bisa dikuasai dan diatur seenaknya. Akhirnya dunia politik dijadikan sebagai lahan korupsi yang menjanjikan. Seperti 11 12
Mediakit Detikcom 2014 Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho.
37
yang dilakukan Atut di Banten. Irwan Nugroho menilai kasus korupsi di Banten sudah sangat kronis. Realita politik di Banten sudah menjadi momok menakutkan bagi warga Banten. Tubagus Chasan Sochib, ayah Atut, sebagai arsitek politik di Banten, saat itu, bisa menempatkan seseorang untuk menduduki jabatan tertentu di Banten. Chasan yang awalnya menentang terbentuknya Provinsi Banten, bisa berubah 180 derajat dan berada di barisan depan setelah Provinsi Banten terbentuk. Irwan Nugroho menilai Chasan sebagai arsitek politik yang sangat canggih. Tubagus Chasan Sochib sebagai tokoh yang sangat disegani di Banten, bisa menempatkan Atut menjadi orang nomor dua di Banten saat Banten pertama kali terbentuk. Hingga pada pemilu 2006 Atut berhasil menang dalam pemilihan Gubernur Banten periode 2007-2012. Saat itulah, dengan menjabat sebagai Gubernur Banten, Atut lebih leluasa melebarkan sayap dinasti politiknya. Dalam dua tahun (2011-2012), keluarga dan kerabat Atut sudah menggurita di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Banten. Walaupun saat ini Atut dan Wawan sudah ditahan KPK, namun menurut Irwan Nugroho, dinasti politik yang sudah terbentuk di Banten masih sulit dihilangkan. Secara sistemik, dinasti politik yang dibangun Atut di Banten sudah kokoh, sistem mereka sudah berjalan meskipun pemimpinnya tumbang. Apalagi saat ini Ratu Tatu Chasanah, adik Atut, terpilih sebagai ketua DPD Golkar Banten, Tatu diprediksi akan melanjutkan estafet kepemimpinan Atut di Banten.
38
Tapi Irwan Nugroho dan Majalah Detik tetap optimis bahwa dinasti politik di Banten bisa diruntuhkan. Dengan diusutnya kasus Atut oleh KPK, menjadi angin segar bagi warga Banten yang selama ini geram terhadap kepemimpinan dinasti politik Atut di Banten. Kasus penyuapan Atut di MK, bisa menjadi pintu masuk bagi KPK untuk mengungkap semua kasus korupsi yang dilakukan Atut selama ini.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA PEMBERITAAN KASUS KORUPSI RATU ATUT CHOSIYAH DI MAJALAH DETIK
A.
Analisis Majalah Detik Edisi 97: “Ratu Atut Goyah” Pada edisi ini mengangkat laporan utama tentang babak baru KPK dalam mengusut kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah di Banten. Pada laporan utama edisi ini, terdapat tiga berita yang membahas tentang kasus Atut. Analisis yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Dimana dalam menemukan makna yang terkandung dalam sebuah teks berita, maka teks tersebut harus dibedah dengan mencari objek, representasi, dan interpretasi dari teks tersebut. kemudian menemukan mana yang termasuk dalam kategori segi tiga tanda Peirce, yaitu ground, denotatum, dan interpretant. Berikut analisisnya: 1. Berita I : Ada Atut Disuap Akil Pada berita pertama Majalah Detik edisi ini memaparkan tentang dicegahnya Atut bepergian keluar negeri. Pada surat cegah yang dikeluarkan KPK tertulis Atut dicegah guna proses penyelidikan dugaan tindak pidana korupsi sengketa pilkada tahun 2011-2013 di Mahkamah Konstitusi (baris 142).1 Hal tersebut terkait tertangkapnya adik Atut, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan yang menjadi tersangka kasus suap sengketa pilkada Lebak di MK. Wawan diduga memberi suap kepada Ketua MK Akil Mochtar sebesar Rp 1 miliar untuk membatalkan keputusan KPUD Lebak. Keputusan tersebut tertanggal 8 September 2013 1
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54.
39
40
yang memenangkan pasangan Iti Oktavia-Ade Sumardi. Hasilnya, MK meminta KPUD Lebak menggelar pencoblosan ulang di semua tempat pemungutan suara (baris 64).2 a. Objek Objek utama pada berita ini adalah Ratu Atut Chosiyah selaku Gubernur Banten yang dicegah bepergian keluar negeri tekait penyelidikan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dalam kasus suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak di Mahkamah Konstitusi (baris 30),3 Atut diduga terlibat dalam kasus penyuapan tersebut. Selain Atut, ada juga Rano Karno sebagai Wakil Gubernur Banten yang menggantikan tugas Atut selama Atut diperiksa KPK (baris 5).4 Dalam berita ini juga membahas tentang Akil Mochtar selaku Ketua Mahkamah Konstitusi yang diduga menerima suap dari Atut untuk membatalkan keputusan KPUD Lebak (baris 32).5 Selain itu, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan juga sempat disinggung dalam berita ini selaku perantara dari Atut dan Akil (baris 15).6 Untuk melihat lebih jelas mengenai objek dan tanda yang terdapat dalam berita ini, maka penulis mengkategorikannya seperti dalam tabel berikut:
2
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. 4 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. 5 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. 6 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. 3
41
Tabel 5. Denotatum Berita I : Ada Atut Disuap Akil Jenis Tanda
Ikon
Indeks
Simbol
Tanda Ratu Atut Chosiyah sebagai ikon Gubernur Provinsi Banten dan ikon dinasti Atut. Rano Karno sebagai ikon Wakil Gubernur Provinsi Banten. Akil Mochtar sebagai Ketua MK merupakan ikon Mahkamah Konstitusi. KPK membatasi ruang gerak Atut: Atut dicegah keluar negeri, menandakan ada kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh Atut. Dinasti Atut: Simbol penguasa di Banten yang dikenal korup dan tidak memberikan perhatian terhadap rakyatnya.
Baris ke 6 5 32 26
167
b. Representasi Pada berita ini, Majalah Detik mengemas liputannya dengan mengambil sudut pandang Atut yang dicegah keluar negeri tekait pemeriksaan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, oleh KPK (baris 26).7 Representasi dari berita ini sangat jelas terlihat pada lead berita ini. Pada paragraf kelima dituliskan tentang alasan KPK mencegah Atut keluar negeri terkait skandal suap pilkada Lebak yang menyeret ketua MK Akil Mochtar. Representasi tersebut juga bisa ditemukan pada paragraf kedua belas. Kemudian pada paragraf keenam belas lebih diperjelas lagi dengan mengutip Pimpinan KPK yang menyatakan bahwa pencegahan tersebut untuk mempermudah proses penyelidikan KPK terhadap Atut terkait dugaan tindak pidana korupsi sengketa pilkada pada tahun
7
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
42
2011-2013 di Mahmakah Konstitusi (baris 143).8 Selain itu, pada berita ini juga menggunakan pilihan kata yang hiperbola dengan menggunakan bahasa-bahasa isyarat sebagai kata ganti orang atau sesuatu selain orang (baris 88).9 Sehingga lebih menggambarkan derita yang sedang dialami oleh objek dalam berita ini. Tabel 6. Ground Berita I : Ada Atut Disuap Akil Jenis Tanda Qualisigns
Sinsigns
Legisigns
Tanda Wawan dicokok KPK: Wawan ditangkap oleh KPK. Famili Atut menghilang: Tidak menampakkan diri di depan publik. Berinisial F: Seseorang dengan nama berawalan F. Misalnya: Faisal, Firman, dll. Mulyadi menyebut suku Badui bodoh: Mulyadi menyebar isu SARA. Rano ban serep Atut: Rano tidak diberikan kesempatan berkarya di Banten. Tangan kanan Wawan: Orang kepercayaan Wawan.
Baris ke 88 22 79 50 9 79
c. Interpretasi Kecurigaan masyarakat selama ini tentang kasus korupsi yang merajalela di Provinsi Banten akhirnya bisa diselidiki oleh KPK. Terutama dugaan masyarakat tentang Atut yang ingin menguasai Kabupaten Lebak dan Kota Tangerang yang berada dibawah kekuasaan Mulyadi Jayabaya, rival Atut (baris 44).10 Dengan adanya kasus suap pilkada Lebak, maka KPK menjadikan kasus ini sebagai pintu masuk untuk menyelidiki kasus korupsi yang diduga dilakukan
8
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54. “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52. 10 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 50. 9
43
dinasti Atut (baris 166).11 Dugaan awal kasus ini ketika seseorang berinisial F yang diduga tangan kanan Wawan, memberikan uang kepada Susi Tur Andayani, pengacara yang dikenal dekat dengan Akil Mochtar (baris 79).12 Skenario awalnya, Atut dicegah bepergian keluar negeri, kemudian dijadikan saksi dalam kasus Wawan, dan akhirnya mudah bagi KPK untuk menyelidiki kasus korupsi dan sengketa pilkada yang menempatkan kerabat Atut sebagai pemenang pilkada selama tahun 2011-2013 (baris 143).13 Tabel 7. Interpretant Berita I : Ada Atut Disuap Akil Jenis Tanda Rheme
Decisign
Argument
Tanda Sejumlah sumber menyebut Atut menaruh perhatian khusus pada pilkada Lebak dan Kota Tangerang. Rano Karno adalah wakil dari Ratu Atut Chosiyah. Tubagus Chaeri Wardana adalah adik Ratu Atut Chosiyah. Susi mengambil uang Rp 1 miliar milik seseorang berinisial F. F diduga merupakan tangan kanan Wawan. Uang Rp 1 miliar itu adalah milik Wawan.
Baris ke 104
5 15 77
2. Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau Pada berita kedua dijelaskan tentang peran adik Atut, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dalam mengatur proyek di pemerintahan Banten. Dia disebut sebagai Gubernur Jenderal, lebih berkuasa dibanding Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Semua proyek di Banten berada di 11
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 55. “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. 13 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54. 12
44
bawah kendali Wawan, mulai dari proyek recehan hingga proyek miliaran rupiah (baris 99).14 Wawan leluasa mengatur seluruh proyek di Banten dengan memanfaatkan posisinya sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Banten. Hasilnya, Wawan memiliki banyak harta kekayaan dari usahanya tersebut. Mulai dari rumah mewah di Jalan Denpasar IV Nomor 35, Kuningan, Jakarta Selatan. Kapling tanah yang tersebar di 102 titik di Jakarta, Bandung, Serang, Bogor, dan Bali. Serta deretan mobil-mobil super mewah yang harganya mencapai ratusan miliar rupiah (baris 58).15 a. Objek Objek dalam berita ini adalah Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Dia memiliki peran penting dalam mengatur seluruh proyek di Banten. Disebut sebagai Gubernur Jenderal, lebih berkuasa dibanding Gubernur Banten. Memiliki jaringan jawara yang juga sebagai pengusaha dan menguasai sektor ekonomi di Banten (baris 83).16 Tabel 8. Denotatum Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau Jenis Tanda
Ikon
Indeks Simbol 14
Tanda Baris ke Tubagus Chaeri Wardana sebagai ikon 100 Gubernur Jenderal Banten dan ikon Kadin Banten. Ratu Atut Chosiyah sebagai ikon Dinasti 104 Rau. Kedudukan Wawan sebagai Ketua Kadin 95 banyak dikeluhkan: hal ini menandakan ada ketidak beresan dalam pengaturan proyek di Banten. Harta Wawan merupakan simbol kekayaan 65
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60. “Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 16 “Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 15
45
yang didapat dengan mudah dari posisinya sebagai Ketua Kadin Banten.
b. Representasi Representasi dari berita ini tentang sepak terjang Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan yang dikenal sebagai Gubernur Jenderal Banten. Posisinya sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Banten dimanfaatkan oleh Wawan untuk mengatur seluruh proyek pemerintahan di Banten (baris 66).17 Mulai dari proyek recehan sampai proyek yang nilainya miliaran rupiah. Wawan menggantikan posisi ayahnya, Tubagus Chasan Sochib, yang juga pernah menjabat sebagai ketua Kadin. Perannya pun sama yaitu mengontrol sektor swasta di Banten. Dari posisinya tersebut, Wawan bisa memiliki banyak harta kekayaan berupa rumah mewah, kapling tanah, dan deretan mobil mewah yang nilainya mencapai ratusan miliar rupiah (baris 58).18 Selain itu, pada berita ini Majalah Detik menggambarkan Wawan sebagai orang yang sangat royal bagi warga disekitar rumahnya. Dengan mengulang kata “royal” sebanyak tiga kali, ini menegaskan bahwa Wawan benar-benar royal terhadap warga disekitar rumahnya, terutama bagi petugas keamanan yang selalu berjaga di kompleks perumahan tempatnya tinggal (baris 7, 19, & 29).19
17
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. “Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 19 “Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57. 18
46
Tabel 9. Ground Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau Jenis Tanda
Qualisigns
Sinsigns
Legisigns
Tanda Wawan dikenal royal: Wawan sering memberikan uang kepada petugas keamanan. Wawan mengobral kemakmuran: Wawan sering membagikan uang kepada karang taruna untuk kegiatan bakti sosial. Uang rokok: uang tip yang diberikan Wawan kepada petugas kemanan di kompleks rumahnya. Merogoh kocek: mengambil uang untuk diberikan ke warga di sekitar rumah Wawan. Wawan duduk sebagai Ketua Kadin Banten: duduk disini maksudnya menempati posisi sebagai Ketua, bukan duduk yang dipahami secara umum, seperti duduk dikursi. Wawan meringkuk di ruang tahanan KPK: meringkuk disini bukan seperti orang yang kedinginan, tapi meringkuk maksudnya ditahan di KPK.
Baris ke 7 22
8
26 62
165
c. Interpretasi Provinsi Banten diatur oleh dua orang pemimpin, yaitu Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah dan Gubernur Jenderal Banten, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Kedua pemimpin ini bersimbiosis mengatur pemerintahan di Banten dalam membangun dinasti yang dikenal dengan nama dinasti Rau atau dinasti Atut. Gubernur bertugas untuk mengatur dan mengalokasikan anggaran di pemerintahan, khususnya dinas yang memiliki proyek-proyek besar, seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan sumber daya air (baris 125).20 Sedangkan eksekusinya dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal
20
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
47
dengan mengambil alih seluruh proyek tersebut. Kemudian dibagikan ke perusahaan yang berada di bawah jaringan jawara Banten yang terdiri dari para pengusaha yang berada dibawah kendali Wawan. Perusahaan yang menerima proyek kemudian diwajibkan menyetor 30 persen keuntungan yang mereka dapatkan setiap menerima proyek dari Wawan (baris 80).21 Posisi Wawan sebagai Ketua Kadin Banten tidak lepas dari campur tangan ayahnya Tubagus Chasan Sochib. Posisi tersebut sebelumnya diduduki oleh ayahnya. Setelah ayahnya meninggal maka digantikan oleh Wawan. Tugasnya sama ketika ayahnya masih menduduki
posisi
tersebut,
yaitu
mengatur
seluruh
proyek
pemerintahan di Banten (baris 65).22 Chasan Sochib sudah merancang dinasti di Banten sejak Banten pertama kali dibentuk. Untuk memuluskan aksinya maka dia menempatkan anak dan kerabatnya di pemerintahan. Generasinya juga sudah disiapkan untuk menggantikan posisinya ketika dia tiada. Namun karena kuatnya KPK saat ini sehingga menggoyah dinasti yang sudah dibangun oleh Tubagus Chasan Sochib (baris 168).23 Tabel 10. Interpretant Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau Jenis Tanda Rheme
21
Tanda Baris ke Wawan diduga memberi suap kepada Akil 44 Mochtar. Kekayaan Airin konon lebih banyak 59 disumbang oleh Wawan.
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. “Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 23 “Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 62. 22
48
Decisign
Argument
Airin adalah Walikota Tangerang Selatan 30 yang juga istri Wawan. Tubagus Chasan Sochib adalah ayah 65 Tubagus Chaeri Wardana. Ketua Kadin Banten memiliki peran 66 mengatur seluruh proyek pemerintahan di Banten. Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan adalah Ketua Kadin Banten. Wawan memiliki peran untuk mengontrol seluruh proyek di Banten.
3. Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua Pada berita terakhir laporan utama di edisi ini, mengisahkan tentang awal karir Akil Mochtar. Mulai dari sejak ia kecil yang pernah menjadi loper koran dan tukang semir sepatu, hingga akhirnya menjadi tahanan KPK (baris 37).24 Pria kelahiran 18 Oktober 1960 ini mengawali karir politiknya di Partai Golkar. Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua I Dewan Pimpinan Daerah Golkar Kalimantan Barat. Akil kemudian memanfaatkan jabatannya tersebut sebagai modal awal untuk menduduki kursi anggota DPR periode 1999-2004. Mulai bergabung dengan Mahkamah Konstitusi ketika dia gagal memenangi pemilihan Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007. Akil lolos mengikuti uji kepatutan di MK bersama enam orang lainnya, dan dua diantaranya dari partai politik, yakni Akil Mochtar dan Mahfud Md. Akil mulai dicurigai melakukan korupsi pada tahun 2006 terkait pembentukan wilayah baru di Kalimantan Barat. Indonesia Corruption Watch (ICW) menuding Akil menerima gratifikasi (baris 53).25
24 25
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65. “Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65.
49
Setelah sekian lama dicurigai, pada 2 Oktober 2013, Akil akhirnya ditangkap oleh KPK atas kasus penerima suap Rp 3 miliar dalam pecahan dolar Singapura berkaitan dengan pemilihan Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan Rp 1 miliar dari pemilihan Bupati Lebak, Banten (baris 130).26 a. Objek Akil Mochtar sebagai tersangka kasus suap pilkada Lebak dan Bupati Gunung Mas menjadi objek utama dalam berita ini. Total Rp 7,2 miliar rupiah milik Akil diduga KPK sebagai hasil kosupsi. Selain itu, KPK juga menemukan dua linting ganja dan dua butir ekstasi di laci meja kerja Akil di gedung MK (baris 158).27 Tabel 11. Denotatum Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua Jenis Tanda Ikon
Indeks
Simbol
Tanda Akil Mochtar sebagai ikon Mahkamah Konstitusi tahun 2013. Akun twitter @akilmochtar sebagai ikon Akil Mochtar di sosial media twitter. KPK menemukan Rp 2,7 miliar di rumah dinas Akil menandakan Akil melakukan korupsi. KPK menemukan dua linting ganja dan dua butir ekstasi di meja kerja akil menandakan Akil adalah pecandu obat terlarang. Akil Mochtar menerima suap sebagai simbol pejabat MK yang korup.
Baris ke 92 163 152
157
127
b. Representasi Representasi dari berita ini tentang sepak terjang Akil Mochtar saat bergabung dengan Mahkamah Konstitusi, lembaga yang menjadi 26 27
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68. “Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 69.
50
tempatnya menjalankan aksi memalak pihak-pihak yang berpekara di MK (baris 56).28 Bergabung dengan MK ketika kecewa dengan partai Golkar pada pemilihan Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007. Saat itu Partai Golkar lebih memilih mengusung pasangan lain dibanding mengusung Akil Mochtar sebagai Calon Gubernur Kalimantan Barat (baris 16).29 Padahal Partai Golkar sudah menjadi kendaraan politiknya sejak tahun 1998. Akil terpilih menjadi ketua MK pada 1 April 2013. Enam bulan kemudian, tepatnya pada 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK terkait kasus penyuapan sengketa pilkada Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan sengketa pilkada Bupati Lebak, Banten (baris 127).30 Tabel 12. Ground Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua Jenis Tanda
Qualisigns
Sinsigns
Legisigns
28
Tanda Golkar mengganjal ambisi Akil Mochtar: Partai Golkar tidak mendukung Akil Mochtar menjadi calon Gubernur Kalimantan Barat. Akun twitter Akil Mochtar digembok: Akun twitternya diprivasi agar tidak terbaca oleh orang lain. Akil bermain mata dengan pihak berperkara: Akil meminta suap kepada pihak yang berperkara agar bisa memenangkannya di MK. Operasi tangkap tangan: penyidik menjebak pelaku dan membuatnya tidak bisa mengelak. Permintaan mahar pun sudah dipenuhi: Akil memenuhi keinginan beberapa partai untuk bisa mendukungnya sebagai calon Gubernur Kalimantan Barat.
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 66. “Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. 30 “Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68. 29
Baris ke 14
164
55
151
27
51
c. Interpretasi Akil berasal dari rakyat kecil, dia pernah menjadi loper koran dan tukang semir sepatu (baris 37).31 Namun hal ini tidak bisa menjamin dan mencegahnya untuk melakukan hal yang tidak terpuji. Karirnya di dunia hukum dan politik harus berakhir di balik tahanan KPK. Padahal dia sering menulis di sosial media lewat akun twitternya @akilmochtar menentang segala tindak pidana korupsi, mengutuk narkotika, dan menolak pemberian keringanan hukuman oleh pemerintah dan pengadilan terhadap pelaku korupsi dan pengedar narkoba (baris 165).32 Akil termakan omongannya sendiri lewat postingannya di twitter “Banyak jalan untuk menggapai keinginan. Jalan yang paling banyak adalah menjual idealisme, melacurkan diri dengan kekuasaan, melakukan kebutaan nurani.” Tabel 13. Interpretant Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua Jenis Tanda Rheme
Decisign
Argument
31 32
Tanda ICW menuding Akil menerima gratifikasi. Refly Harun menduga ada dua kasus lain yang juga melibatkan Akil. Akil Mochtar berasal dari Putussibau, Kalimantan Barat, lahir 18 Oktober 1960. Akil Mochtar adalah aggota DPR periode 1999-2004. Akil Mochtar menerima suap dari pihak yang berperkara di MK. Kasus penyuapan termasuk dalam tindak pidana korupsi. Akil Mochtar merupakan pelaku tindak pidana korupsi.
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65. “Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 69.
Baris ke 52 78 20 8 127
52
B.
Analisis Majalah Detik Edisi 98: Cenat Cenut Atut Pada edisi ini mengangkat laporan utama tentang posisi Atut yang mulai terancam dan akan digantikan oleh Rano Karno. Selain itu edisi ini juga membahas tentang kehidupan glamor nan mewah dari sang Ratu. Laporan utama edisi ini mengangkat delapan berita, namun penulis hanya memilih tiga berita untuk dianalisis mewakili edisi ini, berikut analisisnya. 1. Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut Berita ini memaparkan tentang posisi Atut yang mulai goyah di Banten. Kasus korupsinya sedikit demi sedikit sudah mulai terkuak. Walaupun sebenarnya dari dulu sudah menjadi rahasia umum bagi warga Banten tentang maraknya korupsi yang dilakukan oleh dinasti Atut. Namun kasus tersebut tidak pernah diusut tuntas dan menguap begitu saja, karena semua lini mulai dari kejaksaan dan kepolisian sudah “diamankan” oleh dinasti Atut (baris 172).33 Dengan tertangkapnya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dalam kasus suap pilkada Lebak, pihak yang berseberangan dengan Atut mulai bergerak kembali mengumpulkan data soal penyelewengan dinasti Atut yang mencapai 1.063 kasus. Salah satunya penyaluran dana hibah senilai Rp 18 miliar yang dianggap fiktif. Data-data tersebut kemudian dilaporkan ke KPK (baris 80).34 a. Objek Objek dalam berita ini tetap pada Atut sebagai fokus utama yang diduga melakukan berbagai tindak pidana korupsi. Namun pada awal berita ini memaparkan tentang pihak yang berseberangan dan 33 34
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57. “Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53.
53
pihak yang membela Atut. Pihak yang membela Atut adalah jawara Banten. Mereka terdiri dari pendekar-pendekar Banten dan pengusaha yang siap membela Atut dan keluarganya jika ada yang berani macammacam. Mereka selalu bersiaga dan siap menanti komando dari pimpinan. Para jawara bahkan sudah berziarah ke makam panglima perang Banten yang menandakan bahwa mereka sangat siap berperang (baris 33).35 Sedangkan pihak yang berseberangan dengan Atut adalah ormas yang tergabung dalam Jaringan Warga untuk Reformasi Banten atau Jawara Banten (baris 24).36 Mereka juga berkumpul untuk membahas
cara
mengakhiri
kekuasaan
dinasti
Atut.
Mereka
mengumpulkan seluruh bukti-bukti penyelewengan dana yang pernah dilakukan Atut selama menjabat. Bukti-bukti tersebut mencakup 1.063 kasus dan yang terbesar adalah penyaluran dana hibah dari kas pemerintah Banten senilai Rp 18 miliar yang diduga fiktif (baris 83).37 Tabel 14. Denotatum Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut Jenis Tanda Ikon
Indeks
Simbol 35
Tanda Ratu Atut Chosiyah adalah ikon Gubernur Banten. Pendekar Banten adalah ikon jawara pelindung aset dinasti Atut. Para jawara bersiaga menandakan kondisi Banten saat itu sedang genting. Para jawara mendatangi makam panglima perang Banten, menandakan mereka siap berperang. Ratu Atut Chosiyah adalah simbol penguasa
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. “Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. 37 “Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53. 36
Baris ke 55 5 9 33
173
54
di Banten. Tubagus Chasan Sochib adalah simbol 5 pendiri Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia.
b. Representasi Representasi dari berita ini tentang pihak-pihak yang bersebarangan dengan keluarga Atut yang mulai membentuk kekuatan untuk mengakhiri dinasti Atut di Banten. Mereka adalah para penggagas pembentukan Provinsi Banten yang disingkirkan oleh Tubagus Chasan Sochib (baris 70).38 Mereka mengumpulkan seluruh data tentang dugaan korupsi dinasti Atut dalam memimpin Provinsi Banten. Data tersebut kemudian dibawa untuk diserahkan ke KPK. Di sisi lain para jawara yang terkumpul dalam Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia yang didirikan oleh Tubagus Chasan Sochib, ayah Atut, juga tengah bersiap untuk membela dan melindungi keluarga serta kerabat Ratu Atut Chosiyah. Diawal berita ini menggambarkan betapa beraninya para pendekarpendekar dari perguruan silat tersebut. Dengan mengutip salah satu pendekar yang sedang bersiaga. “Kalau komandan bilang ke Jakarta ya ke Jakarta, geruduk ya geruduk, bacok ya bacok!” (baris 1).39 Tabel 15. Ground Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut Jenis Tanda Qualisigns
38 39
Tanda Baris ke Para jawara mendatangi makam panglima 27 perang Banten: mereka datang untuk meminta ijin dan restu kepada leluhur
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53. “Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51.
55
Sinsigns
Legisigns
mereka. Atut menghilang dari muka publik: Atut sebenarnya ada hanya saja tidak menampakkan diri di depan umum. Proses hukumnya membeku: proses hukumnya tidak diteruskan. Kasus korupsi dinasti Atut menguap begitu saja: kasus korupsi yang menyangkut keluarga Atut tidak diusut tuntas. Atut seolah tak tersentuh hukum: Atut kebal terhadap hukum. Kasus korupsi Atut terkuak dengan tangan Tuhan: masyarakat sudah putus asa terhadap kasus korupsi Atut.
53
170 172
166 182
c. Interpretasi Walaupun sudah menjadi rahasia umum dikalangan masyarakat Banten bahwa dinasti Atut sudah banyak merugikan rakyat selama ini, namun tidak ada yang berani menindak mereka. Karena mulai dari kejaksaan dan kepolisian daerah Banten hingga ke KPK, sudah “diamankan” oleh orang-orang Atut (baris 179).40 Selain itu dinasti atut punya jawara yang siap menindak siapa saja yang berani melawan dan macam-macam terhadap keluarga Atut (baris 1).41 Dengan ditangkapnya Wawan, adik Atut, dalam kasus penyuapan pilkada Lebak, bagi masyarakat Banten merupakan momentum yang pas untuk melakukan perlawanan dan melaporkan semua permainan yang dilakukan oleh dinasti Atut (baris 75).42 Agar mereka bisa mendapatkan haknya sebagai warga negara di Banten dengan mendapatkan fasilitas hidup yang layak.
40
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57. “Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. 42 “Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53. 41
56
Tabel 16. Interpretant Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut Jenis Tanda Rheme
Decisign
Argument
Tanda Atut diduga mengetahui asal-muasal uang yang diberikan Wawan kepada Akil. Atut diduga menggelapkan dana hibah ke ormas fiktif. Ratu Atut Chosiyah adalah anak dari Tubagus Chasan Sochib. Abraham Samad adalah Ketua KPK. Pendekar Banten siap mati membela keluarga keturunan Tubagus Chasan Sochib. Ratu Atut adalah keturunan Chasan Sochib. Pendekar Banten siap membela Ratu Atut Chosiyah.
Baris ke 48 85 8 62 44
2. Berita II : Si Doel Menghitung Hari Berita dengan judul Si Doel Menghitung Hari memaparkan tentang Rano Karno yang akan segera menggantikan posisi Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten. Namun melihat kiprahnya selama ini di pemerintahan Banten, beberapa kalangan meragukan kemampuan Rano. Seperti Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Banten, Ribka Tjiptaning. Menurutnya Rano belum pantas menggantikan Atut karena selama ini tidak menunjukkan karakter seorang pemimpin (baris 45).43 Begitupun dengan Gandung Ismanto, pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, yang meragukan kepemimpinan Rano. Menurutnya, selama ini dia gagal mewujudkan target dan janji kampanyenya (baris 69).44
43 44
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60. “Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60.
57
a. Objek Objek dalam berita ini adalah Rano Karno, menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten dan sesaat lagi akan menggantikan posisi Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten. Serta beberapa kalangan yang meragukan kemampuan Rano dalam memimpin Banten (baris 61).45 Hal tersebut tidak lepas dari peran Rano Karno selama ini yang seolah dikebiri oleh rekannya karena takut prestasinya melebihi sang Gubernur, seperti pendapat Gandung Ismanto, pengamat politik di Banten (baris 75).46 Tabel 17. Denotatum Berita II : Si Doel Menghitung Hari Jenis Tanda Ikon
Indeks
Simbol
Tanda Ikon Wakil Gubernur Banten yakni Rano Karno. Megawati Soekarno Putri sebagai ikon PDI Perjuangan. Ratu Atut menjadi tersangka KPK menandakan kalau posisinya akan digantikan oleh Rano Karno. Pengamat meragukan kemampuan Rano Karno untuk memimpin Banten, menandakan selama ini Rano Karno tidak menunjukkan kinerjanya sebagai Wakil Gubernur. Rano Karno merupakan simbol Doel dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Baris ke 5 7 23
45
9
b. Representasi Representasi berita ini tentang Rano Karno yang sesaat lagi akan menggantikan posisi Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten. Namun beberapa kalangan meragukan kemampuan Rano 45 46
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61. “Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
58
untuk memimpin Provinsi Banten. Pasalnya, selama ini Rano tidak memperlihatkan kinerjanya sebagai Wakil Gubernur. Dia seperti berada dibawah kendali Atut (baris 49).47 Walaupun sebagian kalangan menilai bahwa Rano sengaja tidak diberikan kewenangan agar tidak lebih menonjol dari Atut. Seperti yang dikatakan Gandung Ismanto, sebagai pengamat politik di Banten, bahwa Atut tidak ingin Rano melebihi prestasinya (baris 78).48 Tabel 18. Ground Berita II : Si Doel Menghitung Hari Jenis Tanda
Qualisigns
Sinsigns
Legisigns
Tanda Rano ketiban pulung: Rano mendapat keberuntungan menggantikan posisi Atut sebagai Gubernur. Rano sengaja dikebiri oleh mitra kerjanya: Rano tidak diberikan kewenangan. Andai Juli lalu Rano mundur maka dia akan Gigit jari: Jika Rano mundur saat itu maka dia akan kecewa karena tidak mendapatkan posisi Gubernur. Rano lebih di ketiaknya Atut: Rano tidak punya inisiatif dalam memimpin Banten. Ribka Tjiptaning berubah 180 derajat: Ribka berubah pendapat yang awalnya setuju mendukung Rano menggantikan Atut kemudian tidak setuju dan meragukan Rano menjadi Gubernur.
Baris ke 10
75 5
49 43
c. Interpretasi Walaupun Rano sudah pasti akan menggantikan posisi Atut sebagai Gubernur, namun masih saja ada kalangan yang meragukan dan tidak mengiginkan Rano menduduki jabatan Atut sebagai Gubernur Banten. Sebenarnya saat inilah kesempatan Rano Karno 47 48
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60. “Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
59
untuk membuktikan bahwa dirinya mampu memimpin Banten dan menepis pendapat beberapa kalangan yang meragukan dirinya. Kesempatan ini juga bisa dimanfaatkan oleh Rano Karno sebagai ajang pembuktian bahwa dirinya tidak hanya dijadikan sebagai pendulang suara dalam pilkada Banten karena popularitasnya sebagai artis (baris 74).49 Namun tidak menutup kemungkinan hal ini akan sulit dilakukan oleh Rano, karena di Banten sudah terbentuk sistem yang dibangun oleh dinasti Atut yang akan mempersulit kerjanya di pemerintahan Banten, kelak jika dia menduduki jabatan sebagai Gubernur. Sistem tersebut akan bekerja secara otomatis dengan sedemikian rupa untuk menjatuhkan orang-orang dipemerintahan Banten yang bukan dari kalangan dinasti Atut (baris 78).50 Tabel 19. Interpretant Berita II : Si Doel Menghitung Hari Jenis Tanda Rheme
Decisign
Argument
49 50
Tanda Ribka Tjiptaning berancang-ancang untuk menjadikan Banten sebagai basis perjuangan PDI Perjuagan. Megawati Soekarno Putri adalah ketua PDI Perjuangan. Rano Karno adalah Wakil Gubernur Banten. Wakil Gubernur Banten akan menggantikan posisi Atut sebagai Gubernur Banten karena menjadi tersangka kasus korupsi. Rano Karno adalah Wakil Gubernur Banten. Rano Karno akan menduduki jabatan sebagai Gubernur Banten menggantikan posisi Atut.
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61. “Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
Baris ke 40
6 2 23
60
3. Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar Di berita ini menjelaskan tentang harta kekayaan milik Atut dan kerabatnya dari hasil monopoli proyek pemerintahan Banten. Mulai dari tanah yang tersebar di 65 titik di Banten dan Jawa Barat, hotel, media berupa radio, SPBU, dan tempat rekreasi. Total kekayaan Atut mencapai Rp 41,6 miliar (baris 154).51 Untuk menjaga asetnya agar terus berkembang, beberapa perusahaannya menjalin kerjasama dengan pemerintah Banten. Seperti Hotel Ratu Bidakara yang sering dipakai oleh pemerintah Provinsi Banten melaksanakan berbagai kegiatan. Seperti rapat, pemberian penghargaan, dan acara seremonial lainnya (baris 67).52 a. Objek Objek pada berita ini adalah Ratu Atut Chosiyah sebagai nyonya besar pada dinasti yang dipimpinnya. Selain itu kerabatnya juga sempat disinggung dalam berita ini. Dimana mereka menempati posisi penting pada beberapa anak perusahaan milik dinasti Atut. Seperti Andiara Aprilia Hikmat (anak bungsu Atut), Tanto Warsono (suami Andiara), Andika Hazrumy (anak pertama Atut), dan Ade Rossi Chaerunnisa (istri Andika). Masing-masing dari mereka menduduki posisi penting di PT Hotel Ratu, mulai dari direktur utama sampai komisaris (baris 50).53
51
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68. “Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. 53 “Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. 52
61
Tabel 20. Denotatum Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar Jenis Tanda Ikon
Indeks
Simbol
Tanda Ratu Atut Chosiyah merupakan ikon Gubernur Banten. Pendekar dari jawara Banten merupakan ikon pasukan kemanan keluarga Ratu Atut. Kehadiran jawara dan pendekar di beberapa tempat sebagai tanda Banten dalam kondisi genting. Kekayaan Atut yang fantastis menandakan adanya permainan dengan APBD di Banten. Pakaian hitam-hitam merupakan simbol jawara pendekar Banten. Berbagai perusahaan dan kapling tanah yang tersebar di Banten merupakan simbol kekayaan dinasti Atut.
Baris ke 27 39 1
143 14 114
b. Representasi Representasi pada berita ini tentang harta kekayaan yang dimiliki oleh Atut dan kerabatnya. Terdiri dari beberapa perusahaan dengan berinduk pada perusahaan PT Sinar Ciomas Raya Utama (baris 62).54 Perusahaan ini merupakan usaha yang didirikan oleh ayah Atut, Tubagus Chasan Sochib. Perusahaan tersebut bergerak disektor usaha konstruksi dan pernah menguasai seluruh proyek konstruksi di Banten saat wilayah Banten masih tergabung dengan Provinsi Jawa Barat (baris 60).55 Perusahaan tersebut sudah memiliki banyak anak perusahaan, diantaranya PT Sinar Ciomas Wahana Putra, PT Hotel Ratu, PT Pelayaran Sinar Ciomas Pratama, PT Radio Bahana Banten, dan PT Andikapradana Utama. Perusahaan-perusahaan tersebut seringkali 54 55
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. “Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64.
62
memenangi tender proyek dari pemerintahan Banten. Selain beberapa perusahaan ini, keluarga Atut juga memiliki aset berupa tanah yang tersebar di beberapa daerah di Provinsi Banten dan Jawa Barat (baris 48).56 Tabel 21. Ground Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar Jenis Tanda
Qualisigns
Sinsigns
Legisigns
Tanda Jawara yang tidak kebagian ingin melampiaskan amarah: melampiaskan dengan cara membuka semua kasus korupsi yang dilakukan Atut. Banyak masalah korupsi yang terpendam: banyak kasus korupsi di Banten yang tidak diusut hingga tuntas. Anak perusahaan: cabang perusahaan. Perputaran APBD Banten bermuara di kantong keluarga Atut: tidak memberikan hak-hak rakyat yang seharusnya mereka dapatkan. Mata para jawara melotot setiap ada kendaraan yang masuk hotel: mata melotot dimaksudkan untuk menakut-nakuti. Tangan jawara itu memberikan tanda larangan ketika ada yang hendak memotret: menandakan kalau disekitar tempat itu tidak boleh mengambil gambar.
Baris ke 188
203
56 109
7
18
c. Interpretasi Kekayaan yang dimiliki Atut saat ini adalah hasil kerjasama pemerintah Banten dengan beberapa perusahaannya. Sebagian besar APBD Banten dikelola oleh perusahaan-perusahaan milik dinasti Atut (baris 85).57 APBD Banten hanya berputar dikalangan keluarga dan kerabat Atut saja melalui beberapa perusahaan yang ada dibawah
56 57
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. “Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65.
63
kendali dinasti Atut. Makanya kekayaan Atut berlimpah, dia menjadi tuan tanah di jantung Provinsi Banten. Yang dirugikan tentunya adalah masyarakat Banten. Namun masyarakat tidak bisa berbuat banyak karena ditakut-takuti oleh jawara dari berbagai perguruan silat di Banten. Mereka siap melakukan apa saja sesuai perintah Atut jika ada yang berani menganggu aset dan harta kekayaannya (baris 185).58 Demonstrasi
mahasiswa
juga
sudah
tidak
mempan
menjatuhkan dinasti Atut di Banten. Bahkan ketika Atut sudah dalam penjara pun seakan masih sulit untuk memperbaiki birokrasi dan kesejahteraan masyarakat Banten. Karena di Banten sudah terbentuk sebuah sistem dinasti yang dibangun oleh Tubagus Chasan Sochib. Dia sudah mempersiapkan putra-putrinya sejak lama untuk tetap menduduki dan menguasai Banten. Irwan Nugroho Redaktur Pelaksana Majalah Detik bahkan menyebut Tubagus Chasan Sochib lebih hebat dari Soeharto dalam memonopoli kekuasaan. Tabel 22. Interpretant Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar Jenis Tanda
Rheme
Decisign
Argument 58
Tanda Data Jawara menyebutkan tiga bisnis Ratu Atut telah memonopoli APBD Banten. Ampi N. Tanudjiwa khawatir jika para pendekar jawara dan mahaiswa bertemu maka akan terjadi bentrok. Hotel Ratu Bidakara bernaung sebagai anak perusahaan PT Sinar Ciomas Raya Utama. Tubagus Chasan Sochib adalah pendiri Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia. PT Sinar Ciomas Raya Utama merupakan perusahaan yang memonopoli APBD di
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68.
Baris ke 84 197
56 43
57
64
Banten. PT Sinar Ciomar Raya Utama adalah milik keluarga Ratu Atut Chosiyah. Ratu Atut Chosiyah memonopoli APBD di Provinsi Banten.
C.
Analisis Majalah Detik Edisi 109: Tatu Jadi Ratu Pada edisi ini mengangkat laporan utama tentang kehidupan Atut di balik tahanan KPK. Serta skenario yang diduga dibentuk oleh dinasti Rau (sebutan untuk dinasti yang dibangun Chasan Sochib, ayah Atut) untuk mempertahankan kekuasaannya di Banten. Ratu Tatu Chasanah digadanggadang akan menggantikan posisi Atut untuk mempertahankan dinasti Rau di Banten. Laporan utama edisi ini memuat tiga berita, seperti yang diuraikan berikut ini. 1. Berita I : Titah Ratu Dari Bui Berita ini menjelaskan tentang kegelisahan Atut dari Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Dia berusaha keluar dari tahanan dengan alasan masih aktif sebagai Gubernur Banten. Hingga mengajukan permohonan penangguhan penahan. Pengacara Atut juga berusaha mengalihkan status Atut menjadi tahanan kota namun ditolak oleh KPK (baris 79).59 Disisi lain, situasi pemerintahan di Banten dikabarkan tidak stabil karena para pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terpecah dalam beberapa kelompok. Selain itu Wakil Gubernur Banten, Rano Karno, juga seakan tidak menunjukkan sikapnya mengambil alih pemerintahan. Masyarakat pun terbagi antara yang mendesak Atut untuk mundur dari jabatannya dan gerakan yang menolak Rano menduduki 59
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 39.
65
jabatan Gubernur Banten (baris 141).60 a. Objek Objek berita ini berfokus kepada Ratu Atut Chosiyah yang ditahan KPK sejak 20 Desember 2013. Kegelisahannya di dalam Rutan Pondok Bambu yang tidak terbiasa dengan layanan yang serba terbatas, digambarkan secara dramatis pada awal berita ini (baris 6).61 Selain itu, berita ini juga membahas objek tentang parlemen Banten yang terpecah-belah antara kelompok yang mendukung Atut untuk tetap menjadi Gubernur Banten dan kelompok yang menyarankan Atut untuk mundur dari jabatannya. Adapun kelompok yang mendesak Atut untuk mundur, datang dari politikus PDI Perjuangan dan PKS yang merupakan partai pengusung Rano Karno. Menurut politisi PDI Perjuangan, Agus Wisas, di Banten banyak persoalan yang harus diselesaikan. Jika Atut bersikeras tidak menanggalkan jabatannya maka persoalan tersebut sulit dirampungkan. Selain itu menurut Agus, Provinsi Banten bukan sebuah perusahaan atau kartel narkoba yang bisa dipimpin dari dalam penjara (baris 125).62 Sedangkan pihak yang menginginkan Atut agar tetap menjadi gubernur adalah dari kalangan keluarga Atut. Dia menganggap bahwa Rano Karno tidak memiliki kemampuan mengendalikan pemerintahan di Banten (baris 143).63
60
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41. “Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 37. 62 “Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41. 63 “Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41. 61
66
Tabel 23. Denotatum Berita I : Titah Ratu Dari Bui Jenis Tanda Ikon
Indeks
Simbol
Tanda Ratu Atut Chosiyah merupakan ikon Gubernur Banten. Ruangan dengan jeruji besi merupakan ikon rumah tahanan/penjara. Atut tidak mau bertegur sapa dengan penghuni sel lainnya, dan cenderung dingin, namun jika bertemu dengan sosialita seperti Hartati Murdaya dan Angelina Sondakh dia bersikap ramah, ini menandakan kalau Atut pilih-pilih teman. Keluarga Atut bisa membesuknya di penjara tanpa harus antri menandakan kalau dipenjara tersebut ada diskriminasi terhadap napi lain. Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan simbol perlawanan terhadap para koruptor. Kalangan sosialita adalah simbol orangorang yang hidup dengan kemewahan dan sehari-hari tampil glamor.
Baris ke 83 6 15
49
53 25
b. Representasi Representasi dalam berita ini adalah tentang Ratu Atut yang berusaha keluar dari Rumah Tahanan Pondok Bambu. Kesehariannya yang penuh dengan kemewahan dengan layanan VVIP membuatnya merasa sangat berbeda dan menderita saat harus mendapatkan fasilitas rutan yang serba terbatas. Hal itu sangat terlihat ketika beberapa keluarganya datang menjenguknya, tangannya diletakkan dikening dan menangis tersedu-sedu (baris 43).64 Dia
lantas
mendesak
kuasa
hukumnya
mengajukan
penangguhan penahanan atau setidaknya berubah status menjadi tahanan kota. Dengan alasan Atut masih menjabat sebagai kepala 64
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 38.
67
daerah aktif yang harus menjalankan tugas-tugas pemerintahan di Banten (baris 70).65 Namun usaha tersebut ditolak KPK. Atut bahkan mengirim surat ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk dikeluarkan dari Rutan Pondok Bambu karena akan melantik Walikota Tangerang, namun SBY menunjuk Rano Karno untuk melantik pasangan Walikota terpilih itu (baris 95).66 Tabel 24. Ground Berita I : Titah Ratu Dari Bui Jenis Tanda
Qualisigns
Sinsigns
Legisigns
Tanda Atut berpesan kepada Tatu untuk menjaga Banten: maksudnya menjaga kekuasaan dinasti yang telah dibangun ayahnya. Wawan dan kelompoknya banyak menggarap proyek di Banten: sebagian besar proyek di Banten dikuasai oleh kelompok Wawan. Atut mendesak kuasa hukumnya mengajukan penangguhan penahanan: Atut tidak ingin berlama-lama berada di dalam tahanan KPK. Penahanan Atut dilakukan tanpa rasa kemanusiaan: KPK dengan tega menangkap Atut setelah kematian beberapa kerabatnya. Atut meletakkan tangannya di kening dan menangis tersedu-sedu: menggambarkan betapa Atut menderita di dalam tahanan KPK. Atut cenderung dingin dan lebih memilih menyendiri di dalam tahanan KPK: Atut tidak mau bergaul dengan tahanan lain.
Baris ke 102
112
70
62
43
19
c. Interpretasi Saat ini KPK sudah kuat, berani, tegas, dan tidak pandang bulu menindak pelaku korupsi di Indonesia. Buktinya, sekelas Atut pun
65 66
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 39. “Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 40.
68
dibuat tidak berdaya di dalam rumah tahanan KPK. Tapi kelemahannya malah ada pada undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, yang baru akan memberhentikan sementara seorang Kepala Daerah jika statusnya menjadi terdakwa (baris 86).67 Atut pun yang sudah menjadi tersangka KPK tidak mau melepaskan jabatannya. Hal ini membuat masyarakat Banten tidak terima dipimpin dari dalam penjara. Seperti yang diungkapkan Agus Wisas, Politikus PDI Perjuangan di Banten. Menurutnya, Banten bukan sebuah perusahaan atau kartel narkoba yang bisa dikendalikan dari dalam penjara (baris 133).68 Tabel 25. Interpretant Berita I : Titah Ratu Dari Bui Jenis Tanda
Rheme
Decisign
Argument
67 68
Tanda Rano dianggap belum mempunyai kapabilitas mengendalikan pemerintahan Banten jika ditinggalkan Atut. Situasi di pemerintahan Banten dikabarkan makin limbung. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 mengatur tentang Kepala Daerah baru akan diberhentikan sementara jika statusnya menjadi terdakwa. Atut ditahan di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Blok C-13. Atut masih memimpin Banten dari dalam tahanan KPK. Banten bukan perusahaan atau kartel narkoba. Masyarakat Banten tidak terima dipimpin dari dalam penjara.
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 39. “Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41.
Baris ke 143
106 86
7 133
69
2. Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian Berita ini menceritakan tentang proses pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Banten. Hasilnya, Ratu Tatu Chasanah keluar sebagai pemenang menggantian Hikmat Tomet (almarhum) suami Ratu Atut Chosiyah. Skenarionya, Tatu digadang-gadang meneruskan dinasti yang telah dibangun Chasan Sochib menggantikan posisi kakaknya Atut, yang menjadi tersangka kasus suap pilkada Lebak dan kasus pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten. Namun dia berusaha mengelak dengan alasan yang memilih Gubernur adalah masyarakat (baris 162).69 a. Objek Objek utamanya adalah Ratu Tatu Chasanah, adik Ratu Atut Chosiyah. Saat ini Tatu menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Banten. Tatu dianggap lebih lihai dalam berpolitik daripada Atut. Dia digadang-gadang menjadi penerus dinasti politik Ratu Atut. Jika sudah menempati posisi sebagai Ketua DPD Golkar Banten, maka selangkah lagi akan menduduki jabatan sebagai Gubernur Banten (baris 143).70 Tabel 26. Denotatum Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian Jenis Tanda Ikon
Indeks
69 70
Tanda Ratu Tatu Chasanah adalah ikon Partai Golkar di Provinsi Banten. Tubagus Chasan Sochib adalah ikon pendiri dinasti Rau di Banten. Tubagus Imam Ariyadi meninggalkan ruang pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Banten, menandakan adanya ketidakberesan dalam pemilihan ketua tersebut. Ratu Tatu Chasanah terpilih menjadi Ketua
Baris ke 83 77 29
143
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. “Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 48.
70
Simbol
DPD Partai Golkar Banten, menandakan sesaat lagi dia akan menduduki jabatan sebagai Gubernur Banten. Kemenangan Tatu menjadi Ketua DPD 119 Partai Golkar Banten sebagai simbol bahwa dinasti Rau masih punya kekuatan di Banten. Al Hidayah adalah simbol organisasi wanita 35 Islam yang didirikan Partai Golkar Banten.
b. Representasi Representasi dalam berita ini tentang skenario pemerintahan di Banten dan Ratu Tatu Chasanah sebagai pemeran utamanya. Dia dipersiapkan menggantikan posisi Atut yang akan meneruskan dan mempertahankan dinasti yang telah dibangun oleh ayahnya, almarhum Tubagus Chasan Sochib (baris 99).71 Caranya dengan menduduki jabatan penting di Partai Golkar Banten. Tatu terpilih sebagai Ketua DPD Golkar Banten pada Musyawarah Daerah Luar Biasa DPD Partai Golkar Banten pada 27 Desember 2013 (baris 82).72 Kemudian akan mendampingi Rano Karno jika Atut dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur Banten (baris 153).73 Tabel 27. Ground Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian Jenis Tanda
Qualisigns
71
Tanda Baris ke Iman meradang karena suara dari kelompok 35 organisasi yang didirikan Golkar diwakili oleh Al Hidayah: Iman kecewa terhadap kelompok organisasi Partai Golkar. Klan politik Tatu kembali memakai cetak 164 biru manuver politik yang diciptakan Chasan Sochib: Tatu menggunakan strategi politik ayahnya untuk tetap mempetahankan kekuasaan di Banten.
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 47. “Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 46. 73 “Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 48. 72
71
Sinsigns
Legisigns
Jalan politik buat Tatu telah dibuka lebar oleh Chasan dan Atut jauh hari sebelumnya: Tatu diberikan peluang besar dalam karir politiknya di Banten. Perubahan arah angin mengantarkan Tatu pada kemenangan: beberapa organisasi mayoritas Partai Golkar Banten yang awalnya mendukung Iman beralih memilih Tatu. Tubagus Iman Ariyadi angkat kaki dari ruang pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Banten: Iman meninggalkan ruang pemilihan menandakan kalau dia tidak setuju dengan pemilihan tersebut. Dinasti Chasan punya banyak stok politikus: Chasan memiliki anak dan kerabat sebagai kader politik untuk menguasai Banten.
99
81
29
186
c. Interpretasi Dinasti yang dibangun oleh almarhum Tubagus Chasan Sochib sudah dipersiapkan dengan matang dan sedemikian rupa untuk menguasai Banten dalam beberapa generasi kedepan (baris 185).74 Buktinya, jika ada satu atau beberapa anggota keluarga yang mandek dalam memimpin Banten, maka anggota keluarga yang lain sudah siap untuk menggantikan posisinya. Diparlemen Banten pun sudah dikuasai oleh orang-orang dari dinasti yang dibangun oleh Chasan. Sehingga sulit jika ingin meruntuhkan dinasti tersebut, sistemnya sudah terbentuk sejak Porovinsi Banten mulai berdiri (baris 164).75 Tatu
yang
diupayakan
untuk
melanjutkan
estapet
kepemimpinan di Banten pun sudah siap menerima tongkat dari Atut jika diperlukan. Bahkan jika Tatu juga tersangkut kasus korupsi, 74 75
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. “Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
72
karena beberapa LSM di Banten menganggap Tatu terlibat dalam menguapnya kas Provinsi Banten yang disalurkan dalam bentuk dana hibah bantuan sosial ke berbagai organisasi (baris 183),76 maka dinasti Chasan masih punya banyak stok politikus di Banten. Seperti saudara tiri Atut, anak, dan menantunya yang sudah matang berpolitik di Partai Golkar Banten (baris 187).77 Tabel 28. Interpretant Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian Jenis Tanda
Rheme
Decisign
Argument
Tanda Langkah Tatu menjadi komandan baru di trah politik Chasan Sochib diperkirakan akan mulus setelah menjadi Ketua DPD Golkar Banten. Tatu konon lebih punya kemampuan lobi dibanding Atut. Ratu Tatu Chasanah terpilih sebagai Ketua DPD Golkar Banten pada Jumat, 27 Desember 2013. Tatu rangkap jabatan sebagai Ketua DPP Golkar Pandeglang dan Ketua Pelaksana Harian DPD Golkar Banten. Calon Gubernur Banten adalah Ketua DPD Golkar Banten. Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua DPD Golkar Banten. Ratu Tatu Chasanah adalah calon Gubernur Banten.
Baris ke 94
127 82
102
143
3. Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan Pada berita ini memaparkan tentang awal karir Ratu Tatu Chasanah di dunia politik. Awalnya dia hanya seorang ibu rumah tangga yang senang berinvestasi di bidang tanah. Kemudian didorong oleh suaminya,
76 77
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. “Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
73
Jhon Chaidir, untuk masuk ke dunia politik (baris 90).78 Pertama kali Tatu berkiprah di dunia politik pada tahun 2006, langsung menjadi Ketua DPD Partai Golkar Pandeglang. Dua kali gagal menjadi Wakil Bupati yaitu di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, Tatu akhirnya memilih masuk DPRD Banten tahun 2009 dan menjadi Wakil Ketua DPRD Banten. Sampai akhirnya saat ini berhasil menjadi Wakil Bupati Serang. Tatu juga menjabat sebagai ketua dibeberapa organisasi sosial (baris 148).79 a. Objek Objek pada berita ini adalah Ratu Tatu Chasanah sebagai komandan baru dalam dinasti Chasan Sochib. Di tangannyalah nasib dinasti akan ditentukan, masih tetap bertahan hingga beberapa generasi kedepan atau akan berakhir seperti era orde baru (baris 10).80 Setelah menduduki posisi penting di Partai Golkar Banten dan menjadi ketua di beberapa organisasi sosial, maka akan mudah bagi Tatu dalam memimpin dinasti Chasan (baris 17).81 Tabel 29. Denotatum Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan Jenis Tanda Ikon
Indeks
78
Tanda Ratu Tatu Chasanah adalah ikon Partai Golkar di Provinsi Banten. Ratu Tatu Chasanah adalah ikon baru di dinasti Chasan. Ratu Tatu Chasanah pemimpin baru di dinasti Chasan menandakan bahwa dialah penerus dan penentu nasib dinasti yang telah dibangun ayahnya.
Baris ke 11 14 18
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54. “Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 56. 80 “Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52. 81 “Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52. 79
74
Simbol
Sepanjang 2010-2011 Atut melantik empat 77 kerabatnya sebagai pejabat pemerintah di Provinsi Banten menandakan Atut tengah membentuk dinasti di Banten. Ratu Tatu yang kurang mempedulikan 84 penampilan menyimbolkan kalau dirinya perempuan yang tomboi. Ratu Atut yang sangat memperhatikan 83 penampilan menyimbolkan kalau dirinya merupakan perempuan yang sangat feminim.
b. Representasi Ide dalam berita ini menjelaskan tentang perbedaan yang mencolok antara Atut dan Tatu. Adik-kakak ini sangat berbeda dalam hal penampilan dan kemampuan dalam retorika politik. Jika Atut putih, feminim, sangat memperhatikan penampilan, suka dandan, bahkan
bisa
menghabiskan
milyaran
rupiah
untuk
menjaga
penampilannya, maka sangat berbeda dengan Tatu yang tomboi (baris 84).82 Dia mengaku tidak bisa didandani dan lebih memilih tampil natural. Tatu juga dipersepsikan lebih cerdas, lebih santun, dan lebih alami dalam berpolitik dibanding Atut ataupun Wawan. Posisinya sebagai ketua dibeberapa organisasi sosial membuat dirinya juga lebih dipersepsikan
positif,
sehingga
dia
lebih
memiliki
potensi
mempertahankan dinasti ketimbang Atut yang sudah tersangkut kasus korupsi dan ditahan KPK (baris 17).83
82 83
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54. “Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52.
75
Tabel 30. Ground Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan Jenis Tanda
Qualisigns
Sinsigns
Legisigns
Tanda Proyek pembangunan sarana dan prasarana Rumah Sakit Balaraja, Banten, senilai 13,7 miliar menyeret Jhon menjadi tersangka: Jhon Chaidir suami Tatu menjadi tersangka korupsi proyek tersebut. Kasus korupsi Jhon Chaidir dihentikan oleh kejaksaan tinggi Banten: kasusnya tidak diusut sampai tuntas. Dalam Pilkada Serang, Ahmad Taufik Nuriman hanya duduk manis, semua diurus oleh Tatu: Ahmad tidak perlu pusing soal kampanye karena semuanya sudah diurus dan ditanggung oleh Tatu. Setelah melantik Tatu, Atut seperti tidak terbendung lagi melantik beberapa kerabatnya: Atut ketagihan melantik kerabatnya dalam proses membangun dinasti. Ketua DPD Golkar hanya dijadikan loncatan bagi Tatu: ketua DPD hanya sebagai modal awal untuk menduduki posisi wakil Gubernur Banten. Jalan politik Tatu sudah lama dirancang keluarga Chasan Sochib: karir politik Tatu sudah diskenario oleh keluarga Chasan.
Baris ke 130
136
56
64
21
25
c. Interpretasi Karakter Tatu yang berbeda 180 derajat dengan Atut membawa dampak positif bagi dirinya. Atut yang memiliki karakter glamor dan bisa menghabiskan biaya milyaran rupiah untuk menjaga penampilan, tidak akan didapati pada karakter Tatu. Hal ini akan membuat persepsi masyarakat Banten positif terhadap Tatu, bahwa pemimpin mereka kedepan, lebih sederhana dengan penampilan apa adanya yang lebih natural di depan masyarakat. Selain itu, Tatu juga dipersepsikan positif dan terkesan lebih cerdas dalam berpolitik di banding Atut (baris
76
171).84 Sehingga Masyarakat Banten tentunya akan lebih mudah menerima dan mendukung Tatu untuk menjadi pemimpin mereka selanjutnya. Tabel 31. Interpretant Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan Jenis Tanda
Rheme
Decisign
Argument
Tanda Menjadi Ketua DPD Golkar diprediksi hanya loncatan bagi Tatu untuk mengincar posisi Wakil Gubernur Banten. Tatu dipersepsikan lebih cerdas, lebih santun, serta alamiah disbanding Atut dan Wawan. Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Banten. Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua Palang Merah Indonesia Banten periode 2012-2017. Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua DPD Golkar Banten. Tatu merupakan komandan baru dinasti Chasan Sochib. Tatu memiliki kekuasaan besar untuk menyelamatkan dinasti Chasan dari keruntuhan.
Baris ke 20
171
10 150 10
D. Interpretasi Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik Ketika seseorang menjadi pejabat publik, banyak hal yang bisa dilakukan. Mereka bisa memilih melakukan hal yang positif ataupun hal-hal yang negatif. Apapun yang dilakukan oleh pejabat tidak bisa lepas dari sorotan media massa. Dalam hal ini media massa yang penulis jadikan sebagai bahan penulisan adalah Majalah Detik. Salah satu pejabat yang menjadi sorotan media massa pada tahun 2013 adalah Ratu Atut Chosiyah, terkait kasus korupsi yang dilakukannya secara sistematis dan terstruktur sejak awal pemerintahannya. Korupsi yang 84
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57.
77
dilakukan Atut sudah sampai pada titik yang tidak wajar, sangat berdampak buruk bagi warga di Provinsi Banten, khususnya warga kecil menengah yang belum bisa menikmati infrastruktur yang layak. Majalah Detik, dalam mengkonstruksi berita tentang Ratu Atut Chosiyah, tidak serta merta memberitakan tentang Atut begitu saja. Majalah Detik mengkonstruksi berita tentang Atut sesuai dengan ideologinya, dalam hal ini berpihak kepada masyarakat. Memberikan informasi sesuai kenyataan yang terjadi di lapangan. Dengan membentuk konstruksi citra model bad news, sesuai teori yang dipaparkan oleh Burhan Bungin dalam bukunya Penulisan Kualitatif, sebagaimana telah dijelaskan pada bab dua skripsi ini. Sesuai sudut pandang Majalah Detik, kasus korupsi yang dilakukan oleh Ratu Atut Chosiyah telah membuat geram masyarakat Banten. Betapa tidak, provinsi yang berbatasan langsung dengan ibukota negara, yang seharusnya menjadi role model bagi provinsi-provinsi lain di Indonesia dalam segala hal, malah menjadi sebaliknya. Mulai dari bidang pendidikan, ekonomi, sosial, hingga infrastruktur, belum ada yang bisa dibanggakan. Masih terlihat potret di berbagai media massa, bagaimana perjuangan anak-anak sekolah di Banten yang mempertaruhkan keselamatannya melewati jembatan yang sudah tidak layak digunakan, hanya untuk bisa sampai ke sekolah mereka. Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin juga masih kental di provinsi Banten. Pesan yang disampaikan oleh Majalah Detik dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah telah digambarkan secara mendalam bahwa
betapa
terstrukturnya kasus korupsi yang dilakukan oleh dinasti Atut. Di Banten
78
sudah terbentuk sebuah sistem yang mengatur pergerakan APBD Banten agar dana tersebut dikelola dan hanya berputar dikalangan keluarga dan kerabat dinasti Atut saja. Sehingga sulit bagi perusahaan-perusahaan dan kontrkator yang ingin memulai usaha di Banten, untuk bisa bersaing jika mereka tidak mempunyai hubungan dekat dengan keluarga Atut. Majalah Detik sebagai media massa juga merasakan hal itu. Ketika mengirim jurnalisnya meliput di daerah Banten, mereka tidak lepas dari rasa was-was akan intimidasi dari pihak dinasti Atut. Beberapa ancaman pun diterima, misalnya beberapa kali kendaraan yang digunakan oleh jurnalis Majalah Detik dilempari batu ketika memasuki kawasan tertentu di Banten. Namun hal tersebut harus dilalui agar bisa mendapatkan informasi tentang kepemimpinan Atut di Banten. Sebagai wujud tanggung jawab Majalah Detik kepada masyarakat dan pemilik modal agar bisa terbit setiap pekan. Jika dilihat dari sudut pandang Islam, maka Atut dan keluarganya tidak mencerminkan nilai-nilai Islam dalam memimpin. Walaupun sehari-hari Atut berbusana muslimah namun pakaian yang dia gunakan merupakan barangbarang bermerek yang harganya mahal dan dibelanja dengan menggunakan uang rakyat dari hasil korupsi yang nilainya mencapai miliaran rupiah. Menurut Al-Quran surah Ali Imran ayat 161 sebagaimana dijelaskan dalam bab dua skripsi ini, Atut termasuk pengkhianat karena telah menghianati rakyatnya dengan menyalahgunakan amanah dan kekuasaan yang telah dititipkan Allah SWT kepadanya. Di akhirat nanti Atut akan mendapatkan balasan dengan dipermalukan oleh Allah SWT. Karena orang yang berkhianat disebut juga al-fadhihah, yaitu sesuatu yang mencemarkan
79
dan memalukan. Oleh para ulama diumpamakan seperti seorang yang memikul seekor unta yang mengeluarkan suara dan hal itu akan membuatnya malu karena semua mata tertuju kepadanya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam bab sebelumnya, penulis telah menganalisis berita tentang Ratu Atut Chosiyah yang dimuat di Majalah Detik dalam tiga edisi dengan menggunakan
analisis
semiotika
Charles
Sanders
Peirce.
Peirce
mendefinisikan tanda yang terdiri dari tiga dimensi yaitu ground, denotatum, dan interpretant. Ketiga dimensi ini kemudian penulis gunakan sebagai dasar pegangan dan patokan menganalisis kasus Atut. Penulis kemudian mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan dalam bab pertama skripsi ini, jawaban tersebut sebagai berikut: 1. Tanda yang terdapat dalam Majalah Detik dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah meliputi semua tanda yang telah dikemukakan oleh Charles Sander Peirce, yaitu qualisigns, sinsigns, legisigns, icon, index, symbol, rheme, decisign, dan argument. Setiap berita di tiga edisi Majalah Detik yang membahas tentang Atut, memiliki sembilan tanda ini. Tanda-tanda tersebut telah diklasifikasikan dalam tabel yang terdapat pada bab empat skripsi ini. 2. Adapun pesan yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik melalui pemberitaan Ratu Atut Chosiyah dalam tiga edisi di Majalah Detik, bahwa di Provinsi Banten, telah berlangsung sebuah pemerintahan yang tidak pro terhadap rakyatnya. Dimana pemerintah telah sewenang-wenang yang tidak memberikan perhatian penuh terhadap masyarakat. Pemerintah Banten, melalui Ratu Atut Chosiyah malah mendirikan sebuah dinasti
80
81
melalui politik. Menempatkan kerabat dan keluarganya pada posisi-posisi penting di Provinsi Banten, agar bisa mengeruk seluruh kekayaan dan seluruh sumber daya di Banten. Atut terus mengumpulkan pundi-pundi melalui kekuasaannya sebagai Gubernur Banten. Memperkaya diri dengan berbagai cara. Tampil glamor di tengah-tengah rakyatnya yang serba kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan di bidang pendidikan, membutuhkan pekerjaan, fasilitas hidup yang layak, dan kebutuhan hidup sehari-hari. 3. Makna yang terkandung dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik ingin menyatakan bahwa kasus korupsi yang dilakukan Atut di Banten sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat khususnya di Provinsi Banten. Namun tidak ada yang berani mengungkapnya karena ketakutan akan ancaman dari para jawara yang terdiri dari preman, pendekar silat, pengusaha, hingga pejabat pemerintah yang siap melindungi dan membela Atut jika ada pihak-pihak yang berani mengungkap kasus korupsi yang sudah mendaging di kalangan pemerintah Banten, khususnya yang dilakukan Atut dan keluarganya. Jawara tersebut siap „menguliti‟ dan membuat tidak berdaya siapa saja yang berani melawan dinasti Atut. Politik dinasti tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat. Oleh karena itu politik dinasti harus segera dihentikan hingga ke akar-akarnya. Melalui pemberitaan ini Majalah Detik ingin memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa betapa buruknya politik dinasti dalam sebuah pemerintahan.
82
B. Saran Setelah menyelesaikan penulisan ini, penulis memiliki beberapa saran seperti berikut ini: 1. Wartawan/jurnalis
agar
terus
memberikan
pengawasan
terhadap
pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Tidak berhenti untuk terus mengejar sumber berita yang bahkan mungkin sulit untuk ditemui. Berbagai ancaman dan intervensi dari pemerintah agar disikapi dengan cerdas. Supaya masyarakat mengetahui apa yang dilakukan pemerintah, apakah mereka sudah menjalankan fungsinya untuk melayani masyarakat dengan baik sebagaimana mestinya atau malah pemerintah hanya menjadikan negeri ini sapi perah untuk kesejahteraan diri dan kelompoknya saja, seperti yang terjadi di Banten. 2. Kejadian seperti ini (politik dinasti) agar dicegah supaya tidak menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia. Dan politik dinasti di Banten harus dihentikan secepatnya, agar masyarakat Banten bisa bahagia dengan hidup yang layak. Masyarakat Indonesia cukup banyak, negeri ini pun kaya, jadi jangan sampai ada pihak yang rakus akan kekayaan dan kekuasaan sehingga memanfaatkan negeri ini dengan sewenang-wenang. 3. Kepada masyarakat, mahasiswa, dan lembaga terkait agar terus memberikan pengawasan terhadap pemerintah. Tidak apatis terhadap dunia politik, politik itu asyik, susah ditebak, tapi pasti. Jadi sayang jika kita bermasa bodoh dengan dunia politik. Karena disitulah kita menggantungkan nasib bangsa dan masa depan anak cucu kita.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta: Jalasutra, 2011. Bungin, Burhan. Penulisan Kualitatif: Komuikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2012. -- -- -- -- . Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2008. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2005. Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Fiske, Jhon. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Ks, Usman. Ekonomi Media. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Moleong, Lexy J. Metodologi Penulisan Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2007. Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press, 2013. Nurdjana, Igm. Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Pope, Jeremy. Strategi Memberantas Korupsi (Edisi Ringkas). Penerjemah Masri Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008 Rachbini, Didik J. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2006. Severin, Warner J dan W. Tankard Jr, James. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
83
84
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. -- -- -- -- . Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Tamburaka, Apriadi. Literasi Media. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013. Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. Jurnal Alfarabi. “Kajian Komunikasi Kritis Terhadap Ekonomi Politik Media.” IDEA FISIPOL UMB IV, No 17 (Juli 2010): h. 1. Anwar, Syamsul. “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Hukum No. 1 Vol. 15 (Januari 2005): h. 15-16. Hakim, Lukman. “Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Kurikulum Pendidikan Islam.” Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim No. 2 Vol. 10 (2012): h. 144. Subakti, Dwi Aris. “Indepth Report: Media Online dan Media Kapita.” Jakarta: Yayasan Satu Dunia. Sumber Lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pendidikan Anti-Korupsi: Dampak Masif Korupsi. (Jakarta: Dikti, 2012), h. 6. Mediakit Detikcom, 2014 Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan. (Jakarta: 2010).
85
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h. 30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h. 4. Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho, Jakarta, 8 September 2014. “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, edisi 97 (7-13 Oktober 2013). “Cenat Cenut Atut” Majalah Detik, edisi 98 (14-20 Oktober 2013). “Kecap Dapur,” Majalah Tempo, Edisi Ulang Tahun ke-40. “Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, edisi 109 (20 Desember 2013-5 Januari 2014).
LAMPIRAN Majalah Detik Edisi 97-Berita I
5
10
15 Lead 20
25
30
86
50
55
60
65
35
70
40
75
45
80
87
100
105
110
115 85
90
95
120
125
130
88
135
140
145
150 165 155 170 160
89
Majalah Detik Edisi 97-Berita II
5
10
15 Lead
20
25
30
35
90
60
65
70
40
45
50
55
75
80
85
90
91
95
110
100
115
105
120
125
130
135
140
92
Majalah Detik Edisi 97-Berita III
145
150
155 Lead 160
165
170
175
93
30
35
40 5 45 10 50 15
20
25
94
55
60
65
70
95
100 75
80
105
110 85 115 90
95
120
125 155 130
160
135 165 140
145
170
175
150 180
96
Majalah Detik Edisi 98-Berita I
5 Lead 10
15
20
25
30
35
97
60
65
70 40
45
50
75
80
85
55
98
115
120
90
125
95
130
100
135
105
140
110
145
99
150
170
155
175
160
180
165
100
Majalah Detik Edisi 98-Berita II
5
10
15
20
25
30 Lead
101
55
60 35
40
45
65
70
75
50
102
Majalah Detik Edisi 98-Berita III
5
10
15
20
25
30 Lead 35
103
75 40 80 45 85 50 90 55 95 60 100 65 105 70
104
130
135
140
110
145
115
120
125
105
150
155
160
165
190
195
200
170
175
180
185
106
Majalah Detik Edisi 109-Berita I
5
10
15
20
25
30 Lead
35
107
55
60
65
70 40 75 45 80 50 85
108
110
115
120
125 90 130 95 135 100 140 105 145
109
Majalah Detik Edisi 109-Berita II
150 Lead 155
160
165
170
175
110
5
10
15
40
20
45
25
50
30
55
35
60
111
100 65 105 70 110 75 115 80 120 85 125 90 130 95
112
160
165
170 135 175 140 180 145 185 150 190 155
113
Majalah Detik Edisi 109-Berita III
5
10
15
20
25
30
Lead
35
114
40
45 75 50
55 80 60 85 65 90 70 95
115
135 100 140 105 145 110 150 115 155 120 160 125 165 130
116
170
175
180
185
117
Transkip Wawancara
Narasumber: Irwan Nugroho, Redaktur Pelaksana Fokus Majalah Detik. Senin, 8 September 2014
Pesan apa yang ingin disampaikan ke masyarakat dari pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik? Kasus Atut di Banten sebenarnya sudah lama menjadi sorotan, terutama kasus korupsi, pemerintahan Ratu Atut dianggap pemerintahan yang tidak bersih. Sejak tahun 2011 dia sudah dilaporkan dalam penyalahgunaan dana bansos. Dana bansos yang digunakan untuk pemilihan gubernur, untuk kepentingan dia sendiri, untuk pencalonannya. Dibagi-bagi ke berbagai yayasan yang tidak valid. Tahun 2011, Atut sebenarnya sudah memberikan jawaban klarifikasi mengenai kasus korupsinya. Selain itu, kasus korupsinya bukan hanya dana bansos, tapi banyak. Selain kasus korupsi di Banten, disorot juga mengenai politik dinasti, bagaimana keluarga besar itu, juga ikut menguasai politik dan pemerintahan di Banten, hubungan kekerabatan merajalela di Banten, hal itu memang tidak salah, tidak ada yang melarang, sistem atau undang-undang tidak melarang, tapi etika politiknya, melanggar norma-norma sosial, tidak bagus jika sebuah dinasti menguasai jabatan-jabatan politik dan pemerintahan, karena semua akses dan sumber daya yang ada di wilayah itu akan dikuasai oleh keluarga, yang terjadi di Banten tidak hanya keluarga yang memegang jabatan politik, hal itu untuk melanggengkan bisnis di keluarga mereka. Banyak bisnis di Banten maupun di tingkat kabupaten atau kota, dikuasai oleh keluarga itu. Dia menguasai politik sekaligus menguasai bisnis. Akhirnya terjadi korupsi, dari politik menjadi korupsi. Dinasti sepanjang itu proporsional sepanjang tidak berlebihan, tidak melampaui batas, oke. Tapi di Banten, politik dinasti pada akhirnya menyebabkan korupsi. Kita ingin memberikan pesan kepada pembaca bahwa inilah sebuah realita tentang politik pemerintahan di Banten, jika salah satu orang sangat kuat posisinya maka birokrasi yang dia ciptakan, pemerintahan yang dia ciptakan, pemerintahan yang koruptif. Kita bisa mengatakan seperti itu , karena sekarang sedang didakwa kasus korupsi dan sudah di vonis empat tahun mengenai kasusnya dengan Akil Mochtar, belum lagi kasus pencucian uang. Ketua KPK mengatakan kasus korupsi di Banten sudah sangat kronis. Penyebabnya pola jaringan kekuasaan dan politik dinasti
118
yang menyebabkan hal itu terjadi. Akhirnya berbagai proyek pembangunan di Banten dikuasai oleh mereka sendiri. Itu yang kita temukan di lapangan. Awal mula pemembentukan Provinsi Banten dari keluarga Atut sendiri yah? Sebenarnya kalau kita lihat dari cerita sejarah yang kita dapat dari para pendiri Banten, Tubagus Chasan Sochib sebenarnya dulu orang yang sangat menentang terbentuknya Provinsis Banten, karena dia sudah sangat diuntungkan pada zamannya Soeharto. Proyek-proyek di Jawa Barat dikuasai semua melalui PT Ciomas Raya. Jika Provinsi Banten terbentuk maka rezeki dia terputus, dia dan eksistensinya akan terancam. Dia itu orangnya Soeharto, orang orde baru. Dia sangat berkuasa di Banten karena menjabat Ketua DPD Golkar Banten. Jika Banten terbentuk, kekuasaan dia akan hilang dan terputus. Awalnya dia berseberangan dengan para pendiri Banten, tapi ketika desakan masyarakat semakin kuat untuk mendirikan Banten dan akhirnya terwujud, dia bisa menelikung di akhir-akhir perjalanan, dia tampil di depan dan mendukung terbentuknya Banten. Sebelumnya menolak dan setelah terbentuk dia menjadi orang di barisan para pendiri. Salah satu tim penyusun sejarah Banten, dosen dari kampus UIN di Serang bercerita bahwa, Chasan Sochib merupakan orang yang sangat disegani dan ditakuti oleh masyarakat Banten. Saat ingin menulis sejarah Banten, dosen ini harus wawancara terlebih dahulu. Dia harus melalui orang dilingkaran satu Chasan Sochib terlebih dahulu. Ketika tulisan dan bukunya selesai, buku ini dilaunching, Chasan Sochib di undang. Sebelum acara dimulai, Chasan Sochib menerima buku tersebut, dibaca, dan dia tidak menemukan namanya sebagai pendiri Banten dalam buku tersebut, akhirnya Chasan Sochib marah besar. Tapi kenyataannya, Chasan Sochib memang tidak ada di barisan pendiri, karena dulunya dia menentang, tapi setelah Banten terbentuk, dia berubah sikap. Orang LIPI menyebut dia sebagai arsitek politik yang sangat canggih, otak politiknya sangat canggih. Saat itu pemilihan Gubernur masih dipilih DPRD, dia bisa menempatkan Atut menjadi wakil gubernur. Coba bayangkan, sebelumnya menolak Provinsi Banten, setelah Banten terbentuk, dia mendukung, berubah sikap 180 derajat. Setelah itu dia bisa memasukkan Atut menjadi wakil gubernur, kan luara biasa. Itu sepak terjang politik Chasan Sochib. Setelah itu, pada tahun 2002 Atut menjadi Wakil Gubernur, tahun 2005 Atut jadi Gubernur karena Gubernurnya, Djoko Munandar, korupsi. Tahun 2007 dia berhasil pilkada langsung, Atut menang, tahun 2006 Atut menang, setelah Atut menang jadi gubernur, keluarga-keluarganya mulai menggurita.
119
Sampai sekarang data yang kita himpun, Banten memiliki delapan kabupaten kota, separuhnya keluarganya Atut. Itu kan luar biasa. Kalau kita mengatakan bahwa akhirnya politik dinasti itu membawa korupsi, proyek-proyek dikuasai mereka, coba lihat Tangsel, tempat Airin, terjadi hal seperti itu juga. Banyak proyek-proyek di Tangsel dikuasai Wawan yang kantor-kantornya fiktif. Katanya alamatnya di Serang. Itulah politik dinasti seperti itu, bukannya lebih baik, birokrasinya bukannya lebih baik, tapi akses negatifnya adalah sumber daya ekonomi kemudian proyek-proyek dikusai oleh mereka, jadilah korupsi. Inti dari yang ingin disampaikan bahwa ternyata politik dinasti itu kurang baik? Kita ingin memberikan gambaran bahwa di Banten inilah terjadi sebuah politik dinasti yang sangat massif dan dinati itu mengusai seluruh sumber ekonomi dan seluruh sumber daya di wilayah itu, sehingga korupsi tumbuh subur disana. Apakah dinasti Atut akan segera berakhir? Bagi kita inilah saatnya Banten berubah. Sejak dulu masyarakat bingung, Banten dikenal dengan korupsinya, tapi tidak ada yang berani, entah karena apa. Sekarang ada momentum tertangkapnya ketua MK yang melibatkan Gubernur Banten. Akhirnya KPK punya pintu masuk untuk mengusut kekayaan-kekayaan Atut, kasus-kasus korupsi dia yang dulu-dulu itu bisa terkena juga. Setelah Wawan di penjara, apakah dia masih punya kekuatan? Sepertinya masih, tapi jika hal ini tidak terjadi, maka tidak akan ada tranformasi sosial, kita sudah menulis satu persatu, artinya kita mau memberitahu bahwa di Banten ini tidak akan beres, Atut bisa di penjara, tapi politik dinasti sudah sangat sistemik, sehingga mereka sudah kokoh , sistem mereka sudah berjalan meski pun pemimpinnya tumbang, Atut dipenjara, mereka sudah tersistem, apalagi saat ini Tatu sebagai ketua DPD Golkar Banten. Tapi Ratu Atut saat ini masih menjabat yah? Mungkin sekarang sudah tidak menjabat lagi karena sudah diproses. Proses yang seharusnya ketika dia jadi terdakwa, dia harus diberhentikan sementara dan digantikan oleh Rano Karno, menjadi Plt, setelah Plt diangkat menjadi Gubernur, prosesnya seperti itu. Seharusnya dari kemarin, saat itu Rano Karno kita kawal juga. Saat ini merupakan momentum yang bagus untuk Banten memperbaiki keadaannya, tapi penggantinya Rano, kapasitas Rano banyak yang meragukan. Kita dapat info bahwa Rano hanya dijadikan vote gater, penarik suara bagi Atut, setelah jadi wagub dia juga tidak terlalu menonjol. Katanya, dia dapat uang dari
120
Atut Rp 6 miliar. Artinya susah bagi Banten, selalu terbentur, padahal Atut sudah dipenjara, tapi Banten sepertinya masih gelap, masih jauh dari perbaikan.
Narasumber
Irwan Nugroho
121
Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho, Redaktur Pelaksana Fokus Majalah Detik, mengenai kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah di Banten, pada Senin, 8 September 2014. Videonya bisa dilihat disini: https://www.youtube.com/watch?v=hlkTZSFZ7UQ