BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan kegiatan yang selalu terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Maka dari itu proses penyampaian dan penerimaan pesan sangat penting, terutama media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Seorang komunikator media massa harus menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang bersifat heterogen dengan latar belakang pendidikan, tingkat ekonomi, dan pemikiran yang berbeda-beda pada waktu yang sama. Seperti pengertian menurut Bittner komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Rakhmat,2009 : 188). Karena media massa melaporkan pada sejumlah besar orang di dunia maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan social yang timpang, bias dan tidak cermat. Televisi sebagai salah satu media massa dapat mengantarkan informasi dari suatu program acara kepada khalayak luas. Media massa memberikan peranan penting terhadap perubahan pengetahuan, sikap, perasaan, serta tingkah laku khalayak.
1
repository.unisba.ac.id
2
Ini sejalan dengan sebuah tayangan (Delapan Enam) adalah program reality show yang diproduksi secara kerjasama antara Net dan Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai keseharian beberapa anggota polisi. Nama program ini sendiri berasal dari kode sandi POLRI yang berarti dimengerti atau roger that dalam bahasa Inggris.Dalam program ini, pemirsa akan diajak bersama melihat keseharian beberapa anggota polisi yang memacu adrenalin, mulai dari menertibkan pelanggar lalu lintas, penggerebekan, hingga pengungkapan sindikat narkoba. Namun selain soal tugas mereka, akan dibahas juga sisi humanis dari seorang polisi yang tentunya merupakan seorang manusia biasa juga, terutama pengaturan prioritas tugas yang menuntut kesiagaan setiap saat dengan keluarga yang menunggu di rumah. Dalam program ini ada salah satu cuplikan yang tayang pada tanggal 24 Agustus 2014 ketika bripda Lery sedang melakukan patrol di daerah sriwijawa ketika itu ada beberapa bajaj yang sedang parker sembarangan, setelah itu bripda Lery ini menegur bajaj itu bahwa tidak boleh parkir di sini karena akan mengganggu kendaraan yang lain. Setelah itu ipda lery juga melihat seseorang yang sedang mengendarai motor tetapi tidak menggunakan helm. Ketika melihat dua kejadian tersebut jika kita lihat bahwa peneguran yang dilakukan oleh polwan tadi sangat baik dan bijak dan sudah menjalankan tugasnya dengan baik. ( Salah satu cuplikan tayangan 86 pada tanggal 24 Agustus 2014 pada pukul 21.00)
Tetapi pada kenyataannya hal di atas jarang sekali terjadi dan pada umumnya, dalam ranah penegakkan hukum, sudah terbukti dan terlihat jelas, begitu banyak (oknum) dari Polri yang menjadi mafia-mafia dan pelanggar hukum negara. Korupsi dan nepotisme tumbuh subur di tubuh Polri. Melihat “kegilaan” (oknum) Polri seperti itu tentu masyarakat semakin antipati terhadap Polri. Tetapi, untungnya, institusi
repository.unisba.ac.id
3
yang dahulu menjadi panutan kita semua, juga memiliki prestasi yang sedikit banyak dapat menutupi kejelekannya. Pada tahun 2014 Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengadakan survei tentang kinerja instansi kepolisian, KPK, dan Kejaksaan&Pengadilan. Survei ini dilakukan pada 18 hingga 30 Desember 2010 dengan jumlah responden 1.229 orang yang tersebar di seluruh Indonesia dilakukan berdasarkan pendidikan responden. Hasilnya, kinerja KPK dalam mengusut koruptor dinilai lebih baik dibandingkan polisi, kejaksaan dan pengadilan. Demikian hasil LSI yang disampaikan oleh direktur LSI, Dodi Ambardi. ( detikfinance.com, 06 januari 2011) Bukan hanya itu saja, jika kita lihat dalam perjalanannya dari tahun ke tahum kinerja polisi saat ini masih jauh dari memuaskan. Hal itu terlihat dari banyaknya laporan terkait pelayanan polisi yang mendapatkan rapor merah yaitu tiga aduan utama adalah pelayanan yang buruk, diskresi berlebihan dan penyalahgunaan wewenang aparat, “ kata komisioner Kompolnas Hamidah Abdurrrachman. (Tempo.com, 22 Desember 2014). Di lain sisi, seorang polisi dalam melaksanakan tugasnya akan memiliki banyak pilihan untuk menempatkan dirinya pada bentangan yang luas antara spektrum posisi dibenci atau dimuliakan, atau memilih posisi biasa-biasa saja. Namun apapun posisi yang dipilih, sesungguhnya polisi senantiasa dibutuhkan masyarakat. Pada zaman sekarang sesungguhnya tidak mudah menjadi seorang polisi. Menghadapi masyarakat, mereka harus bersikap ramah dan bertindak bijak, tetpi kepada penjahat, mereka harus selalu waspada. Tak jarang polisi yang bertugas
repository.unisba.ac.id
4
sebagai penegak hukum, berada di ambang bahaya. Nyawa atau setidaknya luka di tubuh menjadi taruhannya. Namun, kenyataannya sebagian besar masyarakat menganggap fungsi polisi sebagai penegak hukum dan pelayan masyarakat, masih terkontaminasi dengan kesan polisi yang masih memiliki perilaku distortif dan destruktif baik sebagai penegak hukum maupun sebagai pelayan masyarakat. Data di Amerika yang dilaporkan oleh FBI tiap tahunnya sejak 1960. Jumlahnya sangat mengejutkan. Selama kurun waktu 30 tahun dari 1960 sampai 1990. 600 polisi tewas dalam kecelakaan, mulai dari 20 orang pada 1960 hingga 79 orang pada 1989. Itu berarti rata-rata hampir 52 polisi tewas akibat kecelakaan tiap tahunnya dalam rentang 30 tahun.1 Dalam menyikapi hal itu, kita akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara kita memandang persoalan itu sendiri, demikian juga dalam memandang polisi, yang kini sedang mengalami proses metamorfosis melalui reformasi struktural, instrumental dan reformasi kulturalnya. Setiap orang bisa dan berhak memandangnya dari sudut pandang masing-masing baik Pandangan penilaian Positif dan negatif dari masyarakat. Baik buruknya citra Polri juga tergantung dari sikap masyarakat, bersikap apatis, reaktif, kritis atau telah puas atas kinerja Polri selama ini. Persepsi buruk masyarakat terhadap citra kepolisian adalah akibat dari ketidakmampuan polisi menjadi pengayom masyarakat. Masih banyak orang yang mencibir bahwa hanya ada dua polisi yang baik, yaitu “polisi patung” dan “polisi tidur”. 1
dwiasiwiyatputera.blogdetik.com/2010/04/10/resiko-tugas-bhayangkara-penegakhukum-jalanan/ (Pada tanggal 14 januari 2015 jam 19.00 WIB)
repository.unisba.ac.id
5
Bahkan mereka sering berucap bahwa “polisi tidur saja bisa bikin susah, apalagi sedang berjaga”. Masih banyak lagi ungkapan kekecewaan masyarakat terhadap kinerja polisi, begini katanya: “melaporkan kehilangan kambing ke polisi akan kehilangan sapi”. Jika dikaitkan dengan kemampuan dan daya dukung kepolisian terhadap upaya pemulyaan martabat dan kehormatan Polri, terutama dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, citra kepolisian malah semakin terpuruk. Di tengah derasnya arus pesimisme masyarakat terhadap Polri, maka hal ini penting untuk dicatat, oleh karena kalangan internal Polri sendiri dianggap kurang tanggap membenahi diri. Citra buram selama ini belum banyak berubah, sehingga beragam kritik pedas masih menerpa
kepolisian hingga kini apalagi dengan di
tambahnya pemberitaan soal KPK dan KAPOLRI yang belum kunjung usai. Hubungan polisi dengan masyarakatnya pun, belum kunjung mesra. ”Kerinduan” masyarakat terhadap polisi, seolah berganti menjadi ”kebencian”. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa praktik-praktik perpolisian di Indonesia hingga saat, masih cenderung mengisolasikan aparat kepolisian dari masyarakat yang dilayaninya yang tentunya berdampak pada kinerja kepolisian untuk melakukan pengendalian kejahatan yang lebih efisien. Oleh karena itu, penerapan community policing sangat dibutuhkan untuk memberikan ruang bagi para aparat penegak hukum tersebut untuk memperbaiki kembali hubungannya dengan warga masyarakat yang merupakan mitra utamanya.
repository.unisba.ac.id
6
Maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “hubungan antara tayangan 86 di Net TV dengan citra polisi di kalangan masyarakat ”
1.2 Rumusan Masalah & Identifikasi Masalah 1.2.1
Rumusan Masalah
“Apakah Terdapat Hubungan Antara Tayangan 86 di Net TV Dengan Citra Polisi di kalangan Masyarakat?” 1.2.2
Identifikasi Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara intensitas menonton tayangan 86 di Net TV dengan citra polisi di kalangan masyarakat? 2. Apakah terdapat hubungan antara isi pesan tayangan 86 di Net TV dengan citra polisi di kalangan masyarakat? 3. Apakah terdapat hubungan antara daya tarik tayangan 86 di Net TV dengan citra polisi di kalangan masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton tayangan 86 di Net TV dengan citra polisi di kalangan masyarakat. 2. Untuk mengetahui hubungan antara isi pesan tayangan 86 di Net TV terhadap citra polisi di kalangan masyarakat. 3. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik tayangan 86 di Net TV dengan citra polisi di kalangan masyarakat
repository.unisba.ac.id
7
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis mengenai komunikasi massa dengan menggunakan teori agenda setting. 1.4.2 Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan bagi pihak instansi pendidikan, instantsi kepolisian juga agar mengetahui bagaimana citra polisi di mata masyarakat setelah adanya tayangan 86 ini. Untuk memberikan kontribusi terhadap penelitian di bidang ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA.
1.5 Ruang Lingkup dan Pengertian Istilah 1.5.1 Ruang Lingkup Tujuan dari ruang lingkup adalah untuk menghindari tinjauan yang terlalu luas dan agar penelitian ini tidak terpengaruh oleh banyaknya masalah komunikasi yang ada, maka penelitian ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut : 1. Masalah yang ditelitu adalah hubungan antara tayangn 86 di Net TVdengan citra Polisi di kalangan masyarakat 2. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat yang selama ini menilai selama ini sejauh mana hubungan antara tayangan 86 di net TV dengan citra Polisi di kalangan masyarakat yang tinggal di kelurahan coblong RW 05 RT 03.
repository.unisba.ac.id
8
3. Indikator dalam penelitian ini dibatasi oleh teori terpaan media yang meliputi intensitas, isi pesan dan daya tarik 4. Dalam indikator intensitas sendiri dibatasi dengan meneliti frekuensi dan durasi. 5. Fungsi media massa yaitu memberikan informasi, hiburan, pendidikan, memngaruhi. 6. Program televisi yang akan diteliti disini adalah program tayangan 86 di Net TV yang tayang setiap hari pada pukul 21.00.
1.5.2 Pengertian Istilah 1.5.2.1 Definisi Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahsa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). (Deddy Mulyana, 2012 : hal 46) Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Definisi lain yang dikemukakan oleh Harold Lasswell menyatakan bahwa komunikasi adalah cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut “Who Says What In Which
repository.unisba.ac.id
9
Channel To Whom With What Effect?” atau siapa mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana? (Deddy Mulyana, 2012:69) Berdasarkan definisi lasswell ini dapat diturunkan lima saluran komunikasi yang saling bergantungan satu sama lain, yaitu: pertama, sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau non erbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Keempat, penerima (Receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicate), pendengar (listener), penafsir (interprener), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakina, perubahan perilaku ( dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu.
repository.unisba.ac.id
10
Kelima unsur di atas sebenarnya masih belum lengkap, ada lagi undur yang biasanya ditambahan adalah, umpan balik (feed back), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi komunikasi.
1.5.2.2 Definisi Komunikasi Massa Istilah ‘massa’ menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara ‘komunikasi’ mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan penerimaan pesaan. Salah satu definisi awal komunikasi oleh Janowitz (Morissan, 2010:7) menyatakan bahwa komunikasi massa terdiri atas lembaga dan teknik dimana kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk menyebarluaskan symbol-simbol kepada audiens yang tersebar luas dan bersifat heterogen. Definisi oleh Janowitz ini berupaya untuk menyamakan kata ‘komunikasi massa’ dengan pengiriman (transmisi) pesan yang hanya menekankan pada aspek pengirimin saja, efinisi ini tidak memasukan aspek responn dan interaksi. Gerbner menyatakan komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry (Ardianto dkk,2014:3).
1.5.2.3 Definisi Media Massa
repository.unisba.ac.id
11
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2003). Tidak hanya itu Bitner (Rahmat, 2003:188) mengemukakan Media massa adalah pesan yang dikomunikasi kan melalui media massa dengan sejumlah besar orang.
1.5.2.4 Definisi Hubungan Hubungan (bahasa Inggris:Relationship) adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain.
1.5.2.5 Polisi Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata terbit (orde) dan hukum. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI.
1.5.2.6 Tayangan 86 Delapan Enam adalah program reality show yang diproduksi secara kerjasama antara NET. dan Kepolisian Negara Republik Indonesia mengenai keseharian beberapa anggota polisi. Nama program ini sendiri berasal dari
repository.unisba.ac.id
12
kode sandi POLRI yang berarti dimengerti atau roger that dalam bahasa Inggris.
1.5.2.7 Definisi Citra Huddleston dalam (Buchari Alma, 2008:55) memberikan definisi atau pengertian citra dengan mengatakan sebagai berikut :”Image is a set beliefs the personal associate with an Image as acquired trough experience”. Artinya: citra adalah serangkaian kepercayaan yang dihubungkan denga sebuah gambaran yang dimiliki atau didapat dari pengalaman, 1.5.2.8 Definisi Masyarakat Secara khusus masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat tertntu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (koentjaraningrat, 1998: 146)
1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.6.1 Kerangka Pemikiran Komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide atau informasi kepada orang lain denga menggunakan sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan. Keterkaitan antara media massa dengan sikap penonton dalam memandang citra polisi sangat erat kaitannya. Seperti yang kita
repository.unisba.ac.id
13
ketahui bahwa pesan yang terdapat dalam media massa televisi merupakan suatu stimulus yang nantinya mendapatkan respons dari penontonnya. Diman efek-efek tersebut sangat beragam macamnya. Salah satu bentuk dari komunikasi massa adalah televisi. karena televisi sebagai media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi, hiburan pendidikan, dan pengetahuan (wahyudi, 2004:9). Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang berpengaruh pada kehidupan manusia.
Televisi
mengalami
perkembangan
secara
dramatis,
terutama
melaulimpertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dirumah dengan bantuan satelit. Dalam penelitian peneliti menggunakan teori Agenda setting model menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi fokus penelitian telah bergerak dari efek pada sikap dan pendapat kepada efek kesadaran dan efek pengetahuan. Asumsi dasar teori ini, menurut Cohen adalah : The press is significantly more than a surveyor of information and opinion. It may not be successful much of the time in telling readers what to think about. To tell what to think about artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Oleh karena itu, agenda setting menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak oada persoalan tersebut. Dengan kata lain, apa yang dianggap penting oleh media
repository.unisba.ac.id
14
akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan oleh media, akan luput juga dari perhatian masyarakat. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan Teori terpaan media Massa. Dimana konsep terpaan media menurut Ardianto dan Erdinaya (2005: 164) menyatakan bahwa terpaan media adalah berusaha mencari data khalayak tentang oenggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau logetivity. Maka pada penelitian ini terpaan media dapat diukur dalam parameter-parameter baku yaitu intensitas yang meliputi frekuensi dan durasi, isi media atau isi pesan, dan daya tarik. Sementara itu operasional variabel pada penelitian ini meliputi intensitas, isi pesan, dan daya tarik tayangan. Frekuensi merupakan banyaknya pengulangan perilaku yang menjadi target. Menonton tayangan televisi dapat berlangsung dalam frekuensi yang berbeda-beda, dapat seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali, tergantung dari individu yang bersangkutan. Durasi merupakan lamanya selang waktu yang dibutuhkan individu untuk melakukan perilaku yang menjadi target. Durasi menonton tayangan televisi berarti membutuhkan waktu, lamanya selang waktu yang dibutuhkann untuk menonton sebuah tayangan televisi. Isi pesan adalah suatu makna yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Karenanya, isi pesan mempunyai pengaruh terhadap efektifitas komunikasi. Biasanya pengaruh tersebut ditimbulkan oleh validitas, aktualitas, dan kemasan isi pesan.
repository.unisba.ac.id
15
Daya tarik dalam sebuah tayangan adalah sesuatu yang dapat menarik perhatian
penonton dalam menonton untuk menyaksikan acara tersebut. Dalam
penelitian indikator daya tarik berkaitan dengan aspek-aspek visual sebuah drama, terutama action fisik karakter-karakter. Juga mengacu kepada pembabakan,kostum/ busana, tata rias, perlampuan, dan perlengkapan. Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Sekarang ini banyak sekali perusahaan atau organisasi memahami sekali perlunya memberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi suatu perusahaan tidak hanya dengan elepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan public negatif. Dengan kata lain, citra perusahaan adalah Fragile Commodity (Komoditas yang rapuh/ mudah pecah). Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutkan dan dalam jangka panjang (soemirat dan Ardianto,2012:111). Frank Jefkins (soemirat dan Ardianto,2012:117) mengemukakan jenis citra antara lain : 1. Citra Bayangan (Miror Image) Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap lembaganya. Citra ini cenderung bersifat positif dan biasanya citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota lembaga, biasanya adalah pimpinannya, mengenai anggapan pihak luar tentang lembaga/instansinya. 2. Citra yang Berlaku (Current image) Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada [ihak-pihak luar mengenai suatu lembaga. Citra yang terdapat pada khalayak luar organisasi yang mungkin diperoleh melalui pengalaman atau akibat kemiskinan informasi. Citra ini merupakan kebalikan dari citra bayangan.
repository.unisba.ac.id
16
Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamnya bahkan jarang sesuai dengan kenyataan karena semata terbentuk dari pengalaman atau oengetahuan orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung negative. Humas memang menghadapi dunia yang memusuhi, penuh prasangka, diwarnai dengan keacuhan yang mudah menimbulkan citra berlaku tidak adil. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh sedikitnya informasi yang dimiliki oleh penganut atau mereka yang mempercayainya. 3. Citra yang diharapkan ( Wish image) Citra yang diharapkan maksudnya adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra ini lebih baik atau lebih menyenangkan dari pada citra yang sebenarnay atau citra yang ada. 4. Citra Perusahaan (Corporate Image) Citra perusahaan maksudnya adalah citra suatu lembaga secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya. Yang meningkatkan citra perusahaan antara laib adalah sejarah perusahaan, dan prestasi perusahaan. 5. Citra Majemuk (Multiple Image) Citra majemuk dapat dikatakan bahwa citra ini adalah citra yang berasal dari keseluruhan unit dan individu yang ada dalam perusahaan, dan prestasi perusahaan.
Citra
perusahaan
menggambarkan
sekumpulan
kesan
(impressions),
kepercayaan (beliefs), dan sikap (attitudes), yang ada di dalam benak konsumen terhadap perusahaan. Pembentukan citra yang ada di dalam benak konsumen dapat diukur dengan menggunakan indikator penilaian citra (Sutojo, 2004: 96) sebagai berikut, yakni : 1. Kesan Kesan yang didapat oleh konsumen terhadap perusahaan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai alat pengukur citra. 2. Kepercayaan Kepercayaan timbul karena adanya suatu rasa percaya kepada pihak lain yang
memang memiliki kualitas yang dapat mengikat dirinya, seperti
repository.unisba.ac.id
17
tindakannya yang konsisten, kompeten, jujur, adil, bertanggung jawab, suka membantu dan rendah hati. Kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan diimplementasikan dari kredibilitas perusahaan dan kepedulian perusahaan pada pelanggan yang ditujukan melalui performance perusahaan pada pengalaman melakukan hubungan dengan pelanggan. 3. Sikap Indikator lain dari pengukuran citra perusahaan adalah sikap, dimana sikap masyarakat dapat menunjukkan bagaimana sebenarnya masyarakat menilai suatu perusahaan. Jika masyarakat bersikap baik, maka citra perusahaan itu baik. Sebaliknya, jika sikap yang ditunjukkan negatif, berarti citra perusahaan tersebut juga kurang di mata masyarakat. Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, yakni dengan pengalaman pribadi, asosiasi dan proses belajar sosial. Sikap juga terbentuk dari 3 hal, yakni kognitif, afektif dan konatif.
repository.unisba.ac.id
18
Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara tayangan 86 di Net TV dengan Citra polisi di kalangan masyarakat
Agenda Setting
Variabel x Tayangan 86 di Net TV
Variabel Y Citra Polisi di kalangan masyarakat
Terpaan media menurut ardianto dan Erdinaya (2005:164)
indikator penilaian citra (Sutojo, 2004: 96) sebagai berikut, yakni : 1. Kesan 2. kepercayaan 3. Sikap
Intensitas Daya taraik Isi pesan Indikator 1. Intensitas Frekuensi Durasi 2. Isi pesan - Kejelasan isi pesan - Kelengkapan isi pesan - Relevansi isi pesan 3. Daya Tarik Aspek visual Gaya busana yang
Indikator 1. Kesan - kesan yang didapat setelah menonton tayangan 86 2. Kepercayaan - Percaya terhadap tugas polisi - Harapan dan keyakinan 3. Sikap
-
Kognitif Afektif Konatif
Gambar 1.6.1 Sumber : Modifikasi Penulis
repository.unisba.ac.id
19
Model kerangka berpikir
Variabel X1 Intensitas
Variabel X2
Variabel Y
Isi pesan
Citra
Variabel X3 Daya tarik
1.6.2 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah “ Terdapat Hubungan antara Tayangan 86 di Net TV Dengan Citra Polisi di Mata Masyarakat” Subhipotesis: 1. Ho
: Tidak terdapat Hubungan antara Tayangan 86 di Net TV Dengan
Citra Polisi di Mata Masyarakat H1
: Ada Hubungan antara Tayangan 86 di Net TV dengan Citra polisi di
mata masyarakat
repository.unisba.ac.id
20
2. Ho
: Tidak terdapat Hubungan antara intensitas Tayangan 86 di Net TB
dengan Citra polisi di mata masyarakat H1
: Ada Hubungan antara intensitas Tayangan 86 di Net TB dengan Citra
polisi di mata masyarakat 3. Ho
: Tidak terdapat Hubungan antara isi pesan Tayangan 86 di Net TV
dengan Citra polisi di mata masyarakat H1
: Terdapat Hubungan antara isi pesan Tayangan 86 di Net TV dengan
Citra polisi di mata masyarakat 4. Ho
: Tidak ada Hubungan antara daya tarik Tayangan 86 di Net TV
dengan Citra polisi di mata masyarakat H1
: Terdapat Hubungan antara daya tarik
Tayangan 86 di Net TV
dengan Citra polisi di mata masyarakat
1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1
Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.
repository.unisba.ac.id
21
1.7.2
Populasi dan Sampel
1.7.2.1 Populasi Menurut Sugiyono dalam (Rachmat, 2012:153), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi (kumpulan objek atau riset) bisa berupa orang, organisasi, kata-kata, dan kalimat, simbol-simbol non verbal, surat kabar, radio, televisi, iklan, dan lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah para warga yang sering menontong tayangan 86 di Kelurahan Lebak Siliwangi Kecamatan Coblong RW 05 dengan jumlah warganya 825 orang yang terdiri dari RT 01 yang terdiri dari 110 KK, RT 02 yang terdiri dari 95 KK, dan RT 03 yang terdiri dari 74 KK. Tabel 1.7.2.1 Kelurahan Lebak Siliwangi Kecamatan Coblong RW 05 Rukun Tetangga
Jumlah Kepala Keluarga
01
02
03
KK
110
95
74
279 KK
repository.unisba.ac.id
22
1.7.2.2 Sample Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Dalam melakukan penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah sampling klaster (cluster sampling) , yaitu pengambilan sampel anggota populasi dengan melibatkan pembagian populasi kedalam kelas, kategori, atau kelompok yang disebut strata. Kelurahan Lebak Siliwangi Kecematan Coblong RW 05 ini terdiri dari 3 RT yaitu RT 01,02, dan 03. Gambar1.1 Kelurahan Lebak Siliwangi Kecamatan Coblong
RW 01
RW 02
RW 03
RW 04
RW 05
RT 01
RT 02
RT 03
110 KK
95 KK
74 KK
RW 06
Unit sampling
( Bagan multi stage cluster)
repository.unisba.ac.id
23
Dalam menentukan sample yang akan dijadikan sampling adalah 1 (satu) RT dari Jumlah RW tersebut. Pertama jumlah RW yang ada dipilih secara random untuk dijadikan sample seperti ini, setelah dirandom maka yang keluar adalah RW 05. jumlah RT dalam RW 05 terdiri dari tiga RT yaitu RT 01, RT 02, dan RT 03. Dari semua RT yang terdapat di RW 05 di pilih lagi secara random, setelah dirandom ternyata RT 03 yang akan dijadikan sebagai sample penelitian . Jumlah RT 03 sebanyak 74 KK yang akan dijadikan sampling penelitian. 1.8 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi sebagai pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan, in situ dan untuk tujuan empiris. (Rakhmat, 2012:83) 2. Kuesioner (Angket) Adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Disebut juga angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. 3. Studi Pustaka Studi Pustaka adalah Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Baik dari buku-buku, dan document file yang berkaitan dengan penelitian ini.
repository.unisba.ac.id