RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YLANG-YLANG HASIL DARI PENYIMPANAN BUNGA
RAEFA ARADITA PERMANA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YLANG-YLANG HASIL DARI PENYIMPANAN BUNGA
Raefa Aradita Permana E24051395
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN RAEFA ARADITA PERMANA. Rendemen dan Mutu Minyak Ylang-ylang Hasil dari Penyimpanan Bunga. Di bawah bimbingan Ir. Rita Kartika Sari, M.Si
Minyak ylang-ylang yang disuling dari bunga tanaman ylang-ylang (Cananga odorata forma genuine Hook Fil. et Thompson) memiliki kandungan ester yang tinggi dan aroma yang lebih disukai. Oleh karena itu, harga jual minyak ylang-ylang menjadi lebih tinggi sehingga perlu dikembangkan di Indonesia. Namun saat ini kilang penyulingan yang dimiliki perhutani tidak berproduksi dan bunga ylang-ylang yang dipanen dijual ke penyuling menengah atau kecil sehingga tidak dapat menghindari proses transportasi dan penyimpanan. Adanya penundaan penyulingan sangat berpengaruh terhadap mutu minyak ylang-ylang yang dihasilkan terutama untuk fraksi I yang keluar pada 2 jam pertama penyulingan (yang menghasilkan kualitas terbaik). Maka perlu dilakukan penelitian mengenai teknik peyimpanan bungan ylang-ylang agar rendemen dan mutu minyak dapat dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen dan mutu minyak ylang-ylang fraksi I yang dihasilkan dari penyimpanana bunga.
Penelitian ini menggunakan bahan baku berupa bunga ylang-ylang yang disuling dengan menggunakan metode kukus (water and steam distillation) selama 2 jam penyulingan. Faktor perlakuan yang diberikan pada saat penyimpanan bunga yakni waktu penyimpanan bunga ( 1 hari, 2 hari, 3 hari), tebal hamparan bunga (10 cm, 20 cm dan 30 cm) serta kelembaban udara (75-80% dan 95-98%). Minyak hasil sulingan fraksi I (2 jam setelah penyulingan) dianalisis rendemen dan pengujian mutu berupa bobot jenis, indeks bias, bilangan asam, bilangan ester dan bilangan penyabunan berdasarkan SNI dan EOA (Essential Oil Association of USA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakin lama penyimpanan, semakin tebal hamparan dan disimpan dalam kelembaban udara yang lebih rendah menghasilkan rendemen yang semakin rendah. Sifat fisiko kimia minyak ylang-ylang hasil penyimpanan bunga menunjukkan bahwa kecuali bilangan asam dan bobot jenis, maka teknik penyimpanan belum mampu mempertahankan nilai indek bias, bilangan ester dan bilangan penyabunan karena lebih rendah dari standar mutu SNI maupun standar mutu EOA. Namun berdasarkan EOA, minyak ylang-ylang tanpa perlakuan penyimpanan (kontrol) hanya memenuhi mutu III. Sedangkan minyak ylang-ylang yang dihasilkan dari bunga yang disimpan masuk dalam standar EOA dengan kategori sebagai minyak kenanga. Apabila penyimpanan selama 1 hari tidak dapat dihindari, maka bunga sebaiknya disimpan dalam ruang berkelembaban75-80% dengan tebal hamparan 10 cm atau disimpan pada ruang berkelembaban 95-98% pada tebal hamparan lebih dari 10 cm. Kata kunci : minyak ylang-ylang, lama penyimpanan, tebal hamparan, kelembaban udara
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rendemen dan Mutu Minyak Ylang-ylang Hasil dari Penyimpanan Bunga adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Raefa Aradita Permana NRP E24051395
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi
: Rendemen dan Mutu Minyak Ylang-ylang Hasil dari Penyimpanan Bunga
Nama
: Raefa Aradita Permana
NRP
: E24051395
Menyetujui: Dosen Pembimbing,
Ir. Rita Kartika Sari, M.Si NIP. 19681124 199512 2 001
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya, atas terselesaikannya penelitian dan penulisan skripsi. Karya ini merupakan bagian dari tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2009 dengan judul Rendemen dan Mutu Minyak Ylang-ylang Hasil dari Penyimpanan Bunga. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai teknik penyimpanan bunga ylang-ylang untuk meningkatkan rendemen dan kualitas minyak atsiri. Penulis telah berusaha menguraikan semaksimal mungkin, didasari oleh landasan ilmiah dan motivasi untuk belajar dan berkarya. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Bogor, September 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 16 April 1987 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Sosmedi Idris dan Hj. Nurhayati. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 39 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun pertama penulis memasuki Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan tahun berikutnya mengikuti program Mayor-Minor dengan Mayor Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan dan Minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan. Pada tahun 2008 memilih Kimia Hasil Hutan sebagai bidang keahlian. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan sebagai koordinator kesekretariatan periode 2006-2007. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Linggarjati dan Indramayu, melaksanakan Praktek Pegelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Selain itu, penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari, Kab. Toba Samosir, Sumatera Utara. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dalam bidang Kimia Hasil Hutan dengan judul Rendemen dan Mutu Minyak Ylang-ylang Hasil dari Penyimpanan Bunga di bawah bimbingan Ir. Rita Kartika Sari, M.Si.
UCAPAN TERIMAKASIH Bismillahirrohmaanirrohiim, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Rendemen dan Mutu Minyak Ylang-ylang Hasil dari Penyimpanan Bunga yang merupaka salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Intitut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Ir. Rita Kartika Sari, MSi. atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan ilmu dan nasehat kepada penulis. 2. Bapak, Ibu, adik (Aulia dan Yara) dan segenap keluarga penulis atas dukungan, motivasi serta kasih sayangnya kepada penulis. 3. Seluruh staf Laboratorium Kimia Hasil Hutan atas banatuan dan waktu yang diberikan selama proses penelitian. 4. Rekan-rekan mahasiswa Lab. Kimia Hasil Hutan dan angkatan 42 Departemen Hasil Hutan: Iin, Diah, Dewi, Nanin, Veni, Novi, Eep, Lita, Nila, Miske, Kumis, Sakti, Ijup, iie, Opik, Abdur, Bagus, Ridho, Danu, Rentry, Widy, Stefi, Icha, Ani, Dina dan teman-teman mahasiswa Fahutan angkatan 42 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 5. Keluarga besar A26 angkatan 42: Vita, Rara, Nina, Nopan, Nurdin, Ita dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 6. Teman-teman Asrama A2 270 dan Puri Fikriyah : Tiwi, Ila dan Nita.
Bogor,September 2009
Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kelompok hasil hutan yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan adalah hasil hutan bukan kayu (HHBK). Berbeda dengan produk kayu, produk HHBK sangat kompleks dilihat dari segi panca ragam sumber penghasil, aneka produk hasil dan juga aneka macam penggunaannya. Minyak atsiri sebagai salah satu produk HHBK merupakan komoditas non migas yang dibutuhkan di berbagai industri. Salah satu minyak atsiri yang sedang berkembang dan memiliki nilai ekonomi tinggi adalah minyak ylang-ylang. Di pasar internasional, minyak ylang-ylang dikenal memiliki aroma yang menyejukkan. Banyak negara maju seperti Perancis, Amerika Serikat, Jepang dan negara Eropa Barat yang mengkonsumsi minyak ylang-ylang sebagai bahan baku industri parfum dan kosmetik. Minyak ylang-ylang merupakan hasil penyulingan dari bunga tanaman ylang-ylang (Cananga odorata forma genuine Hook Fil. et Thompson), minyak ini memiliki aroma yang hampir sama dengan minyak kenanga yang berasal dari bunga tanaman kenanga (Cananga odorata forma macrophylla). Namun minyak ylang-ylang memiliki kandungan benzil benzoat yang relatif lebih tinggi dari minyak kenanga sehingga memiliki aroma yang menyejukkan dan membuat kualitas dari minyak ylang-ylang lebih tinggi, oleh karena itu harga minyak ylang-ylang menjadi lebih mahal dari pada minyak kenanga (Agusta 2000). Harga minyak ylang-ylang di pasaran dunia yaitu sekitar US$ 110,07/kg, dengan volume perdagangan sebesar 87 ton/tahun (Djazuli 2006). Hal inilah yang menyebabkan para pengusaha perkebunan tertarik untuk mengembangkan tanaman ylang-ylang. Selain itu menurut Djazuli (2006) tanaman ylang-ylang cocok untuk dijadikan sebagai tanaman konservasi pada lahan-lahan kritis karena pohon ylang-ylang mampu memiliki tajuk yang luas dan akar yang dalam, sehingga mampu menahan erosi dan air. Rendemen dan mutu minyak ylang-ylang sangat dipengaruhi oleh perlakuan sebelum penyulingan yaitu penyimpanan. Untuk itu, penyulingan bunga ylang-ylang sebaiknya dilakukan secara langsung setelah panen (masih dalam
keadaan segar) dan dalam keadaan utuh (tidak dirajang). Adanya penundaan waktu penyulingan dapat menyebabkan terjadinya penyusutan dan kerusakan minyak akibat penguapan senyawa-senyawa ester dalam minyak ylang-ylang sehingga minyak yang dihasilkan mempunyai nilai bilangan ester dan penyabunan yang rendah. Padahal untuk minyak ylang-ylang, sifat kimia yang sangat mempengaruhi mutu dan selalu dipertimbangkan oleh para konsumen adalah bilangan ester dan bilangan penyabunan yang tinggi. Perhutani merupakan salah satu badan usaha yang mengembangkan perkebunan ylang-ylang. Namun sejak tahun 2007 penyulingan tidak berproduksi dan bunga ylang-ylang yang dipanen dijual ke penyuling menengah atau kecil. Kondisi ini menyebabkan penyuling tidak dapat menghindari proses transportasi dan penyimpanan bunga. Proses transportasi dan penyimpanan bunga diduga dapat menyebabkan terjadinya penyusutan rendemen dan hilangnya senyawa potensial dalam minyak atau menurunya mutu minyak terutama minyak dengan kualitas utama yang diperoleh dari fraksi yang keluar 2 jam pertama penyulingan. Menurut Nurdjannah (2006) adanya penundaan penyulingan sangat berpengaruh terhadap mutu minyak ylang-ylang yang dihasilkan terutama untuk fraksi yang keluar 2 jam pertama. Pada fraksi ini banyak terdapat kandungan senyawasenyawa ester. Permasalahanya senyawa ester ini senyawa yang lebih mudah menguap bila dibandingkan dengan senyawa lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai teknik penyimpanan bunga ylang-ylang untuk mempertahankan rendemen dan kualitas minyak atsiri terutama fraksi I yang keluar 2 jam pertama penyulingan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari teknik penyimpanan yang sesuai agar dapat mempertahankan kesegaran bunga. Beberapa macam bahan tanaman yang masih segar dengan kadar air tinggi akan kehilangan sebagian minyak atsiri selama pengeringan di udara. Kehilangan minyak terutama disebabkan oleh penguapan, oksidasi, resinifikasi dan reaksi kimia lainnya (Guenther 1987). Menurut Price dan Tayama (1998) diacu dalam Kurniawan (2000), persentase kelembaban relatif (RH) yang tinggi dapat mengurangi angka respirasi karena respirasi dapat menyebabkan menguapnya ester-ester keluar dari sel-sel bunga sehingga dapat menurunkan aroma dan mutu. Sementara itu hasil
penelitian Kumalaningsih dan Wijaya (1988) menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan bunga kenanga untuk disuling maka rendemen dan mutu minyak menurun dimana penundaan penyulingan bunga sampai 60 jam dan tebal hamparan sampai 15 cm pada suhu kamar tidak mempengaruhi bobot jenis, indeks bias, putaran optik, bilangan ester dan penyabunan serta kelarutan dalam alkohol. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan untuk dilakukannya penelitian dalam mencari teknik penyimpanan yang sesuai bagi bunga ylang-ylang agar kesegaran bunga terjaga.
1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen, menganalisis sifat fisika-kimia minyak, dan menentukan mutu minyak ylang-ylang fraksi I yang dihasilkan dari penyimpanan bunga bunga ylang-ylang yang dipengaruhi faktor kondisi ruang (kelembaban relatif), tebal hamparan bunga dan waktu penyimpanan bunga.
1.3 Hipotesis 1. Meningkatnya kelembaban ruang dapat mengurangi laju respirasi sehingga rendemen dan mutu minyak ylang-ylang dapat dipertahankan. 2. Semakin lama waktu simpan bunga dan tebal hamparan bunga akan meningkatkan laju respirasi sehingga dapat mengurangi rendemen dan mutu minyak ylang-ylang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ylang-ylang Tanaman ylang-ylang (C. odorata forma genuine) merupakan komoditas penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi. Ylang-ylang termasuk famili Anonaceae dan berkeluarga dekat dengan tanaman kenanga (C. odorata forma macrophylla) yang diduga berasal dari Maluku dan Filipina. Penanaman secara komersial untuk menghasilkan minyak ylang-ylang pertama kali dilakukan di Filipina, sedangkan di Indonesia tanaman kenanga sudah lama dibudidayakan tetapi untuk tanaman ylang-ylang belum lama dikembangkan. Aroma minyak ylang-ylang yang diperoleh dari bunga ylang-ylang lebih lembut dan wangi dari minyak kenanga karena kandungan ester dan linalolnya lebih tinggi (Rusli et al 1987). Tanaman ylang-ylang mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya. Penyebaran utama untuk ylang-ylang adalah di dataran rendah yang lembab dan panas serta mengalami periode kering tertentu. Tanah yang baik untuk pengembangan kenanga dan ylang-ylang adalah tanah yang aerasinya baik dan solumnya dalam, tanpa lapisan batu atau padas. Hal ini penting karena tanaman tersebut memiliki perakaran yang dalam. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal, ylang-ylang memerlukan tanah yang relatif subur (tanah vulkanik) dan beraerasi baik (Guenther 1990). Tanaman ylang-ylang dapat tumbuh dengan tinggi sampai mencapai 15 m dengan cabang menyudut ke bawah. Tajuk yang luas dan akar yang dalam membuat pohon ylang-ylang mampu menahan erosi dan air sehingga menjadikan pilihan alternatif bagi tanaman konservasi pada lahan-lahan kritis di Indonesia. Tata daun tanaman ylang-ylang berbentuk alternate desticous, tunggal serta daun menumpuk terletak di luar ketiak daun. Tangkai daun ramping, dengan panjang 12 cm, hampir beralur. Helai daun berbentuk elips sampai ovate-oblong, berukuran 13-29 cm x 4-10 cm. Bagian tepi banyak atau sedikit berombak dan bagian ujung meruncing. Tulang daun tengah atau tepi berwarna putih pada kedua sisi daun.
Tulang daun sekunder terdiri dari 8-9 pasang jelas terlihat dari kedua sisi daun, terkadang terdapat rambut halus (Yusuf dan Sinohin 1999). Komposisi bunga mengelompok pada tangkai bunga yang terdiri dari 2-20 dan terkadang lebih (Guenther 1990). Selain itu, bunga ylang-ylang tersusun dari sepal tiga buah, petal enam buah dengan panjang 4-8 cm, sempit dan ujungnya melengkung ke belakang. Bunga yang baru mekar berwarna hijau, berbulu tebal sehingga nampak putih kehijau-hijauan, setelah dewasa bunga berwarna kuning kemudian kuning tua.
2.2 Pemanenan Bunga Pada umumnya tanaman ylang-ylang dapat berbunga sepanjang tahun, sehingga waktu panen dapat dilakukan sepanjang tahun. Waktu panen dapat dibagi menjadi 3 musim (Guenther 1990) yaitu : 1. Panen utama yang dilakukan setelah musim hujan, antara April sampai Juni. 2. Panen selama musim panas, antara September sampai November. 3. Panen selama musim hujan, Januari sampai Maret. Selang waktu pemanenan bergantung pada cepat lambat datangnya musim hujan. Panen pada musim panas menghasilkan bunga dengan kadar air yang lebih kecil (lebih kering) dan mengandung minyak lebih banyak dibandingkan hasil panen musim hujan. Tanaman ylang-ylang biasanya mulai berbunga pada umur 1,5-2 tahun setelah tanam atau sekitar 2-3 tahun setelah penyemaian. Bunga yang dipanen pada akhir musim kemarau menghasilkan mutu minyak terbaik. Untuk memperoleh mutu minyak yang terbaik hendaknya dipanen setelah benar-benar masak ditandai dengan warna kuning tua. Kandungan minyak atsiri tertinggi terdapat pada malam hari dan pada siang hari menurun. Oleh karena itu panen bunga hendaknya dilakukan sepagi mungkin dan tidak melebihi pukul 9 pagi (Guenther 1990). Hal yang harus diperhatikan sebelum penyulingan berlangsung adalah bunga ylang-ylang harus dibersihkan dahulu dari kotoran kasar seperti daun, ranting dan rumput-rumput. Sebaiknya bunga disuling dalam keadaan utuh dan segar.
Pemanenan yang selektif, yaitu dengan pengambilan bunga yang sudah mekar berwarna kuning atau hijau kekuningan (masak fisiologis) akan menghasilkan jumlah rendemen dan mutu minyak yang tinggi, sebaliknya cara panen dengan sistem perontokan menggunakan galah akan mendapatkan campuran bunga baik yang kuning, maupun hijau, sehingga akan menurunkan rendemen dan mutu minyak ylang-ylang.
2.3 Penyimpanan Bunga Penyimpanan bunga merupakan salah satu perlakuan awal terhadap bahan yang mengandung minyak. Penyimpanan bunga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor luar diantaranya kelembaban dan suhu penyimpanan untuk menjaga kesegaran produk. Produk hortikultura yang segar pada dasarnya merupakan jaringan yang masih hidup. Oleh karena itu proses respirasi masih berlangsung yang ditandai oleh perubahan warna dan tekstur. Respirasi menyebabkan menguapnya ester-ester keluar dari sel-sel bunga. Persentasi kelembaban relatif yang tinggi akan mengurangi angka respirasi (De jung 1987). Tingkat kelembaban relatif yang direkomendasikan untuk menyimpan adalah 90-98%. Tingkat kelembaban relatif yang terlalu tinggi
menyebabkan kondensasi dan sebagai
akibatnya pada mahkota bunga akan terjadi kerusakan yang disebabkan oleh tumbuhnya cendawan (Kurniawan 2000). Berdasarkan
penelitian
Oktapiyani
(2004),
dengan
peningkatan
kelembaban (dari 70-75% sampai 95-98%) terjadi kecenderungan peningkatan rendemen dan bilangan ester. Menurut Ketaren (1985), proses oksidasi dan resinifikasi berlangsung cepat karena adanya panas, sementara itu dengan adanya peningkatan kelembaban ruangan juga dapat menghambat proses respirasi sehingga dapat menghambat penguapan minyak. Selain itu, usaha penurunan suhu (dari 26-270C sampai 22-230C) terjadi kecenderungan penurunan rendemen dan bilangan ester. Penggunaan AC dalam menurunkan suhu ruangan menyebabkan terjadinya penurunan rendemen dan bilangan ester. Hal ini dikarenakan penggunaan AC dalam menurunkan suhu menimbulkan sirkulasi udara yang cepat, dimana sirkulasi udara dapat mempercepat penguapan minyak (Ketaren 1985).
2.4 Penyulingan Minyak Ylang-ylang Penyulingan dapat didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut (Stephen 1940 diacu dalam Guenther 1990). Dengan demikian proses penyulingan merupakan proses penting dalam produksi minyak atsiri. Secara umum ada dua macam sistem penyulingan campuran cairan yaitu, penyulingan dari campuran cairan yang saling tidak melarutkan dan selanjutnya membentuk dua fase dan penyulingan dari campuran cairan yang saling melarutkan secara sempurna dan hanya membentuk satu fase. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyulingan adalah penempatan bahan di dalam tangki tidak boleh terlalu padat untuk memungkinkan uap bergerak bebas diantara bunga tersebut sehingga penyulingan lebih sempurna. Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu : penyulingan dengan air, penyulingan air dan uap (kukus), dan penyulingan dengan uap
langsung.
Industri penyulingan
minyak
ylang-ylang
biasa
menggunakan cara penyulingan uap langsung, namun penyulingan pada masyarakat kecil menggunakan penyulingan kukus (Guenther 1987). Hasil suling dipisahkan menjadi beberapa fraksi yang memiliki komponen kimia dan mutu yang berbeda. Fraksi yang ditampung berbeda-beda dalam komposisi kimia dan kualitasnya dimana fraksinasi yang paling sederhana adalah berdasarkan waktu. Fraksi hasil penyulingan minyak ylang-ylang dikenal dengan fraksi ekstra, fraksi pertama, dan kedua. Minyak yang keluar pada jam-jam pertama penyulingan kualitasnya paling baik dan jam-jam selanjutnya kualitasnya menurun. Fraksi ekstra adalah fraksi minyak dengan mutu paling baik yang memiliki kadar ester dan eter paling tinggi dan kadar sesquiterpen paling rendah, sedangkan fraksi berikutnya mempunyai kadar ester dan eter yang makin rendah dan sebaliknya kadar sesquiterpen yang semakin tinggi.
2.5 Susunan Kimia Minyak Ylang-ylang Sifat kimia minyak ylang-ylang yang sangat mempengaruhi mutu dan selalu dipertimbangkan oleh para konsumen adalah bilangan ester dan bilangan penyabunana yang tinggi. Minyak ylang-ylang tersusun dari campuran berbagai
persenyawaan kimia. Komposisi kimia minyak ylang-ylang dalam setiap fraksi sama secara kualitatif, hanya saja yang membedakannya adalah pada jumlah masing-masing komponen dalam setiap fraksi. Secara umum fraksi ekstra memiliki kadar ester terbesar dan paling sedikit sesquiterpen. Ester yang terdapat dalam minyak merupakan ester dari asam format, asetat, volerat, asam dengan C5 C6 C8 C10 dan asam benzoat. Jenis ester yang terpenting adalah benzil asetat dan benzil benzoat (Ketaren 1985). Komponen utama minyak ylang-ylang adalah benzil asetat (33%),
-
kariofilin (12%), linalool (5%) dan benzil alkohol (1%). Linalool menyebabkan minyak ylang-ylang berbau jeruk segar (Rusli et al. 1987). Secara umum komponen penyusun minyak kenanga dapat dianggap analog dengan kandungan minyak atsiri dari genus sejenis, yaitu minyak ylang-ylang, tetapi keduanya hanya berbeda proporsi komponen penyusunnya. Minyak kenanga banyak mengandung sesquiterpen dan sesquiterpen alkohol serta kandungan esternya sedikit, sehingga memiliki aroma yang lebih berat dan sebaliknya minyak ylang-ylang lebih banyak mengandung ester, sehingga mempunyai aroma lebih tajam dan halus. Minyak yang diperoleh dari fraksi pertama pada penyulingan minyak ylang-ylang disebut dengan mutu Extra (biasanya sekitar 40% dari keseluruhan minyak yang dihasilkan), dan mempunyai odor (bau) yang manis, eksotik, mengandung sedikit bau melati dan wangi cengkeh yang biasa digunakan dalam pembuatan parfum berkelas tinggi. Hasil analisis minyak menunjukkan fraksi pertama mengandung benzaldehid, linalool, beta-kariofilen, alfa-humulen, benzil format, benzil asetat, geranil asetat, benzil alkohol, safrol dan iso-eugenol. Fraksi lainnya mempunyai kandungan yang hampir sama dengan fraksi pertama dalam jumlah yang berbeda-beda, namun tidak mengandung benzaldehid dan alfahumulen (Balittro 1998).
2.6 Rendemen dan Mutu Minyak Ylang-ylang Menurut Guenther (1987), perlakuan bahan, jenis alat penyulingan, perlakuan minyak atsiri setelah ekstraksi, pengemasan dan penyimpanan berpengaruh terhadap kualitas minyak atsiri. Selain itu, rendemen dan mutu minyak ylang-ylang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya cara
peyulingan, lingkungan tempat tumbuh, waktu petik bunga, kematangan bunga dan penanganan bunga sebelum penyulingan (Nurdjannah 2006).
Tabel 1 Syarat mutu minyak ylang-ylang dan kenanga Persyaratan Mutu Minyak
Persyaratan Mutu Minyak
Ylang-ylang
Kenanga
Kuning pucat–kuning kecoklatan
Kuning muda-kuning tua
Khas minyak ylang-ylang
Khas minyak kenanga
Bobot jenis
0,906 – 0,976
0,906 – 0,920
Indeks bias
1,498 – 1,513
1,4952 – 1,504
Jenis Uji Keadaan Warna Bau
o
o
Putaran optik
(-63 ) – (-25 )
(-15o) – (-30o)
Bilangan asam
Maksimal 3,0
-
Bilangan ester
Minimum 40
15 - 35
Sumber : BSN (1995, 2006)
Penggolongan kualitas minyak ylang-ylang dapat dilihat dari karakteristik minyak tersebut, antara lain: bilangan ester, warna, kelarutan dalam alkohol, berat jenis, putaran optik, dan indeks bias. Minyak ylang-ylang yang berkualitas baik mempunyai bilangan ester yang tinggi. Adapun standar yang dikenal di Indonesia adalah SNI 06-7224-2006 (Tabel 1) dan Essential Oil Association (EOA). Kualitas minyak ylang-ylang yang ditetapkan oleh EOA memiliki standar minyak ylang-ylang ekstra dan fraksi. Minyak ylang-ylang ekstra (Tabel 2) merupakan standar minyak hasil penyulingan yang diperoleh dari penyulingan 2 jam pertama, sedangkan minyak ylang-ylang fraksi (Tabel 3) merupakan penyulingan minyak ylang-ylang berdasarkan waktu penyulingan selama 3 waktu yang berbeda dengan selang waktu 2 jam. Fraksi tersebut terdiri dari mutu I, mutu II dan mutu III, setiap fraksi mempunyai komposisi kimia dan kualitas yang berbeda. Fraksi tertinggi adalah fraksi minyak dengan kualitas paling baik, kadar ester dan eter yang paling tinggi dan kadar sesquiterpen paling rendah.
Tabel 2 Syarat mutu minyak ylang-ylang fraksi Jenis Uji
Mutu I
Mutu II
Mutu III
Bobot jenis
0,939-0,950
0,920-0,935
0,906-0,920
Indeks bias
1,5–1,5080
1,5050–1,5110
1,5060–1,5140
(-35o)–(-50o)
(-40o)–(-65o)
(-48o)–(-67o)
Putaran optik
Kelarutan dalam Larut dalam 0,5 Kerap larut dalam volume, keruh 0,5 volume, keruh alkohol (90%) dalam 10 volume dalam pelarutan, tetap keruh dalam 10 volume
Bilangan Penyabunan
110-140
65-95
Terkadang larut dalam 0,5 volume, biasanya keruh sejak 0,1 sampai 10 volume pencampuran, tetap keruh dalam 10 volume 45-65
Sumber : EOA (1970a, 1970b)
Warna minyak ylang-ylang bervariasi dari amber bercahaya sampai kuning coklat, warna akan semakin tua dengan meningkatnya fraksi. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa-senyawa fenol di dalam minyak tersebut. Minyak yang demikian sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga memerlukan kondisi penyimpanan yang lebih baik. Kerusakan komponen dalam minyak dapat mengakibatkan kenaikan berat jenis dan penurunan nilai indeks bias serta putaran optik minyak yang bersangkutan (Ketaren 1985). Semakin tinggi nilai berat jenis dan semakin rendah indeks bias serta putaran optik berarti kualitas minyak semakin baik.
Tabel 3 Mutu minyak yang-ylang ekstra dan kenanga Jenis Uji
Persyaratan Mutu Minyak
Persyaratan Mutu Minyak
Ylang-ylang
Kenanga
KeadaanWarna Bau
Kuning pucat
Kuning muda-kuning tua
Khas minyak ylang-ylang
Khas minyak kenanga
Bobot jenis
0,950 – 0,985
0,904 - 0,920
Indeks bias
1,4960 – 1,5050
1,4950 - 1,5050
o
(-23 ) – (-40 )
(-15o) – (-30o)
Larut dalam 0,5 volume, keruh dalam 10 volume
Larut dalam 0,5 volume, seterusnya keruh
150 – 200
10 - 40
Putaran optik Kelarutan dalam alkohol (90%) Bilangan penyabunan Sumber : EOA (1970a, 1970b)
o
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Bogor dan Pusat Penelitian, Departemen Kehutanan, Jalan Gunung Batu Bogor-Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni–Agustus 2009.
3.2 Bahan dan Alat 3.3.1 Bahan baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga ylangylang (C. odorata forma genuine) yang diperoleh dari BKPH Malingping KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Pemetikan bunga ylang-ylang dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-08.00 WIB dan dibawa dari Banten ke Bogor selama 6 jam. Selama pengangkutan, bunga diangkut menggunakan kendaraan ber-AC dan dikemas dalam karung yang diberi lubang-lubang. 3.3.2 Bahan kimia Bahan kimia untuk analisis minyak ylang-ylang hasil penyulingan adalah etanol, NaOH, Phenolftalein, HCl dan aquades. 3.3.3 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karung, hydrometer, timbangan dan alat penyulingan sistem kukus. Sedangkan, peralatan untuk analisa minyak adalah gelas ukur, gelas piala, corong pemisah, kertas saring, timbangan analitik, erlenmeyer, dan buret.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Penyimpanan
Teknik penyimpanan bunga sebelum proses penyulingan merupakan fokus utama dalam penelitian ini. Faktor yang berperan dalam penyimpanan ini adalah kondisi ruang penyimpanan, waktu penyimpanan (1, 2, dan 3 hari) dan tebal hamparan bunga selama penyimpanan (10, 20, dan 30 cm). Untuk kondisi ruang, suhu yang digunakan adalah suhu kamar (tanpa diberi pendingin ruangan) namun kelembaban ruangan yang digunakan adalah kelembaban ruang normal (± 75-80%) dan kelembaban yang dimodifikasi (95-98%). RH tinggi (95-98%) dalam ruangan diperoleh dengan cara menambahkan karung basah ke dalam ruangan. Adapun sebagai kontrol adalah bunga yang baru dipetik langsung disuling (tanpa penyimpanan). Adapun ulangan untuk ketiga faktor adalah 2 kali.
3.3.2 Penyulingan Penyulingan bunga ylang-ylang dilakukan dengan cara penyulingan kukus. Jumlah bunga yang disuling sebanyak 4 kg bunga untuk setiap kali penyulingan dengan menggunakan 2 tungku, dimana untuk masing-masing tungku sebanyak 2 kg bunga. Lama penyulingan dilakukan untuk fraksi I selama 2 jam penyulingan pertama. Kemudian dilakukan pemisahan antara air dan minyak dengan menggunakan corong pemisah dan air yang masih tertinggal di minyak diambil menggunakan pipet. 3.3.3 Analisis sifat fisika-kimia Pengujian sifat fisika dan kimia minyak ylang-ylang dilakukan menurut SNI 06-724-2006. Sifat fisik yang diuji adalah bobot jenis dan indeks bias, sedangkan sifat kimia yang diuji adalah bilangan ester dan bilangan asam dimana bilangan ester dapat menunjukkan kualitas (fraksi) dari minyak ylangylang. 3.3.3.1 Rendemen Prinsip : Rendemen menunjukkan jumlah minyak ylang-ylang yang diperoleh dari hasil penyulingan yang dinyatakan dalam presentasi dari
perbandingan antara berat minyak ylang-ylang hasil penyulingan (output) dengan berat bunga ylang-ylang yang disuling (input).
Prosedur : Berat bunga ylang-ylang yang akan disuling ditimbang, yang sebelumnya diambil beberapa gram untuk menentukan kadar air sampel dan berat segar bunga sebagai input. Demikian juga dengan berat minyak ylang-ylang hasil penyulingan. Perhitungan : Rendemen (%) =
Berat minyak hasil penyulingan (output)
x 100 %
Berat bunga ylang-ylang yang disuling (input) 3.3.3.2 Bobot jenis Prinsip : Penentun berat jenis minyak adalah salah satu cara analisa yang dapat menggambarkan kemurnian minyak. Berat jenis ditentukan dengan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Prosedur : Piknometer dicuci dan dibersihkan, dengan menggunkana etanol dan aseton piknometer dibilas. Piknometer ditimbang selama 30 menit (m) beserta tutup yang disisipkan. Isi piknometer dengan air suling dan sisipkan tutupnya sambil menghindari gelembung-gelembung udara dan masukkan ke dalam penangas air pada suhu 20o ± 0,2o C, timbang dengan isinya (m1). Kemudian piknometer dikosongkan dan dibilas dengan etanol, setelah itu isi dengan minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Celupkan kembali piknometer ke dalam panangas air pada suhu 20o ± 0,2o C selama 30 menit, sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut kemudian ditimbang (m2) Perhitungan : Bobot jenis = m2 – m
m1 – m
3.3.3.3 Bilangan ester Prinsip : Ester-ester dalam minyak atsiri dihidrolisis oleh larutan standar kalium hidroksida alkohol berlebih pada kondisi panas. Kelebihan alkali ditetapkan dengan titrasi kembali menggunakan larutan standar asam klorida. Prosedur : Sampel yang akan diuji ditimbang sebanyak 2±0,005 g dan dimasukkan ke dalam labu penyabunan, kemudian ditambahkan batu didih dan kalium hidroksida (KOH) 0,1 N sebanyak 25 ml sampel direfluks selama 1 jam, kemudian didingin. Tambahkan 5 tetes larutan fenolftalein dan titrasi dengan HCl 0,1 N sampai diperoleh perubahan warna titik akhir. Cara yang sama dilakukan dengan blanko. Perhitungan : Bilangan Ester = 56,1 (V1 – V0) N m 56,1 adalah bobot setara KOH V1 = volume HCl yang digunakan dalam penentuan blanko (ml) V0 = volume HCl yang digunakan untuk contoh (ml) m = massa dari contoh yang diuji (g) N = normalitas HCl (N) 3.3.3.4 Bilangan asam Prinsip : Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam satu gram minyak atsiri. Prosedur :
Timbang contoh sebanyak 2 ± 0,005 g dan larutkan dalam 5 ml etanol netral pada labu penyabunan. Tambahkan 5 tetes larutan fenolftalein sebagai indikator, kemudian titrasi larutan tersebut dengan KOH 0,1 N sampai warna merah muda. Perhitungan : Bilangan asam = 56,1 x V x N m 56,1 adalah bobot setara KOH V = volume larutan KOH yang diperlukan (ml) m = massa dari contoh yang diuji (g) N = normalitas KOH (N) 3.3.3.5 Bilangan penyabunan Prinsip : Banyaknya Kalium Hidroksida dalam mg untuk menyabunkan satu gram lemak yang terikat maupun terkandung didalam senyawa minyak atsiri.
Perhitungan : Bilangan penyabunan = Bilangan ester + Bilangan asam
3.3.3.6 Indeks bias Prinsip : Indeks bias didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap. Prosedur : Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu saat pembacaan akan dilakukan. Sebelum minyak ditaruh di dalam alat, minyak tersebut harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan dan pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil. Perhitungan :
Indeks bias (nt) = nt1 + 0,0004 (t1 - t) nt1 = pembacaan yang dilakukan pada suhu pengerjaan nt = indeks bias pada suhu 20o C t1 = suhu yang dilakukan pada suhu pengerjaan t = suhu referensi (20o C) 0,0004 adalah faktor koreksi untuk indeks bias minyak ylang– ylang setiap derajat
3.4 Analisis Data Penelitian ini menggunakan model rancangan acak lengkap dengan percobaan faktorial. Faktor yang berperan pada penelitian ini adalah kelembaban udara (75–80 % dan 95–98 %), waktu penyimpanan (1,2, dan 3 hari) dan tebal hamparan (10, 20, dan 30 cm). setiap perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Model umum rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijkl= µ + αi + βj + δk + (αβ)ij +(αδ)ik + (βδ)jk + αβδijk + εijkl
Keterangan : Yijk
= Nilai respon dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan kelembaban udara ke-i, waktu penyimpanan ke-j, dan tebal hamparan ke-k pada ulangan ke-l
k
= Ulangan ke-1 dan 2
µ
= Nilai rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan kelembaban udara pada taraf ke- i
βj
= Pengaruh perlakuan waktu penyimpanan pada taraf ke-j
δk
= Pengaruh perlakuan tebal hamparan pada taraf ke-k
(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan kelembaban udara ke-i, dan waktu penyimpanan ke-j (αδ)ik = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan kelembaban udara ke-i, dan tebal hamparan ke-k (βδ)jk = Pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan perlakuan waktu penyimpanan ke-j, dan tebal hamparan ke-k
αβδijk = Pengaruh interaksi faktor pengaruh kelembaban udara ke-i, pengaruh faktor waktu penyimpanan ke-j dan pengaruh faktor tebal hamparan kek εijk
= Nilai galat (kesalahan percobaan) dari unit percobaan yang mendapatkan kelembaban udara ke-i, waktu penyimpanan ke-j, dan tebal hamparan ke-k pada ulangan ke-l Untuk mengetahui pengaruh faktor perlakuan terhadap rendemen dan
mutu minyak atsiri yang dibuat maka dilakukan analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA). Nilai F-hitung yang diperoleh dari ANOVA tersebut dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayan 95% dan 99% dengan kaidah keputusan : 1. Apabila F-hitung < F-tabel, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata atau sangat tidak nyata terhadap rendemen dan mutu minyak atsiri pada selang kepercayaan 95% atau 99% 2. Apabila F-hitung > F-tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata pada rendemen dan mutu minyak atsiri pada selang kepercayaan 95% atau 99%. Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata terhadap rendemen dan mutu minyak atsiri, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SAS System for Windows 9.1.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rendemen Rendemen minyak ylang-ylang yang dihasilkan setelah 2 jam penyulingan berkisar antara 0,34-0,44%. Minyak hasil penyulingan pertama ini disebut dengan mutu ekstra (mutu tertinggi) dimana biasanya berjumlah sekitar 30-40% dari total minyak yang dihasilkan. Karakteristik dari mutu ekstra ini ialah memiliki odor (bau) yang manis, eksotik, mengandung sedikit bau melati dan wangi cengkeh yang biasa digunakan dalam pembuatan parfum berkelas tinggi (Balittro 1998). Menurut Nurdjannah (2006), penyulingan minyak ylang-ylang selama 20 jam seperti yang dilakukan industri penyulingan menghasilkan rendemen antara 1,5%2,5%. Oleh karena itu, seharusnya penyulingan selama 2 jam yang dilakukan akan menghasilkan rendemen sekitar 0,45%-0,75%. Rendahnya nilai rendemen minyak ylang-ylang yang dihasilkan dalam penelitian ini karena adanya penundaan penyulingan selama 1-3 hari. Oleh karena itu, kemungkinan untuk kandungan minyak ini banyak yang menguap lebih besar. Pada bunga yang tidak mengalami penyimpanan (kontrol) nilai rendemen yang dihasilkan juga lebih rendah yaitu 0,44%. Hal ini karena pengaruh dari faktor waktu dan kondisi pengangkutan. Pengangkutan yang membutuhkan waktu selama 6 jam ini menyebabkan minyak selama pengangkutan banyak yang menguap. Penguapan minyak selama proses pengangkutan dapat disebabkan oleh proses respirasi yang tetap terjadi pada bunga setelah dipetik, dimana respirasi tersebut menyebabkan ester-ester dari sel-sel menguap keluar dan diangkut pergi bersama angin (De jung 1987). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi dari waktu simpan, tebal hamparan dan kelembaban udara mempengaruhi secara nyata nilai rendemen minyak ylang-ylang (Lampiran 3). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
waktu simpan 1 hari dengan tebal hamparan 10 cm baik disimpan pada kelembaban udara 75-80% maupun kelembaban udara 95-98% memiliki nilai rendemen yang tidak berbeda nyata dan merupakan perlakuan penyimpanan yang menghasilkan nilai rendemen tertinggi (Tabel 4). Apabila waktu simpannya ditingkatkan menjadi 2 hari ternyata bunga yang disimpan pada ruang berkelembaban 95-98% dapat mempertahankan rendemennya sedangkan bunga yang disimpan dalam ruang berkelembaban 75-80% menghasilkan minyak dengan rendemen yang lebih rendah. Kondisi yang sama terjadi ketika bunga disimpan selama 3 hari baik dengan tebal hamparan 20 cm maupun 30 cm, sebagian besar rendemen minyak lebih tinggi ketika bunga disimpan dalam ruang berkelembaban 95-98% (Tabel 4).
Tabel 4 Nilai rendemen minyak ylang-ylang Rendemen Minyak Ylang-ylang *) Tebal hamparan (cm)
Waktu (hari)
10
20
30
Kontrol (0 hari)
Kelembaban (%) 75 - 80
95 - 98
1
0,43 B
0,42 B
2
0,41 CD
0,42 B
3
0,40 E
0,41 C
1
0,39 F
0,40 E
2
0,38 G
0,38 G
3
0,36 H
0,37 G
1
0,36 H
0,39 F
2
0,36 H
0,37 G
3
0,34 I
0,36 H 0,44 A
Keterangan : *) Nilai rendemen yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
Pada waktu simpan dan tebal hamparan yang sama, ada kecenderungan bunga yang disimpan dalam ruang berkelembaban 95-98% menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi dibandingkan bunga yang disimpan di dalam ruang berkelembaban 75-80% (Gambar 1). Hal ini diduga karena kelembaban 95-
98% dapat menghambat laju respirasi pada bunga sehingga rendemen pada kelembaban 95-98% lebih tinggi. Menurut Carbineau (1988) diacu dalam Oktapiyani (2004) kelembaban yang tinggi akan mengurangi laju respirasi. Berkurangnya laju respirasi dapat mengurangi terjadinya panas yang dapat menyebabkan terjadinya penguapan air yang akan membawa minyak astiri menguap. Menurut Ashari (1995) penyimpanan dingin dan kelembaban tinggi dapat menurunkan laju respirasi bunga, dengan menurunnya laju respirasi akan menghambat proses penguapan sehingga dapat memperpanjang umur simpan bunga. Pada waktu simpan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin tebal hamparan menghasilkan rendemen yang semakin rendah (Gambar 1). Semakin tebal hamparan bunga dapat meningkatkan suhu pada tumpukan bunga, sehingga akan menimbulkan panas. Panas yang ditimbulkan mempercepat terjadinya proses penguapan dan oksidasi (Ketaren 1985). Adanya proses oksidasi dapat menurunkan jumlah persenyawaan kimia dalam minyak dan adanya penguapan dapat menyebabkan minyak astiri terbawa uap air sehingga rendemen yang dihasilkan semakin rendah. Pada tebal hamparan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin lama penyimpanan menghasilkan rendemen yang semakin rendah (Gambar 1). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumalaningsih dan Wijaya (1988), semakin lama waktu penyimpanan bunga semakin rendah rendemen yang dihasilkan. Semakin lamanya penyimpanan menyebabkan semakin banyaknya minyak atsiri yang menguap dan teroksidasi sehingga semakin banyak kandungan minyak yang hilang.
Gambar 1 Hubungan antara waktu penyimpanan bunga dan tebal hamparan dengan rendemen (%). Ket: (A) Kelembaban 75-80%; (B) Kelembaban 95-98%.
4.2 Bobot Jenis Nilai bobot jenis minyak ylang-ylang hasil penelitian berkisar antara 0,9060,942. Pada minyak tanpa perlakuan penyimpanan bunga (kontrol) menghasilkan nilai bobot jenis tertinggi dibandingkan dengan minyak yang diberi perlakuan penyimpanan bunga (Tabel 5). Nilai bobot jenis dari hasil penelitian secara keseluruhan memenuhi standar yang ditetapkan EOA dan SNI yang mensyaratkan 0,906-0,976. Berdasarkan EOA, minyak ylang-ylang kontrol termasuk dalam mutu I. Untuk tebal hamparan 10 dan 20 cm selama penyimpanan 1-3 dan tebal hamparan 30 cm selama penyimpanan 1 hari pada kedua kelembaban ruangan yang sama masuk ke dalam mutu II. Sedangkan pada tebal hamparan 30 cm selama penyimpanan 2-3 hari pada kedua kelembaban masuk ke dalam mutu III (Gambar 2).
Gambar 2 Hubungan antara waktu penyimpanan bunga dan tebal hamparan dengan bobot jenis Ket: (A) Kelembaban 75-80%; (B) Kelembaban 95-98%. Pada waktu simpan 1 hari dengan tebal hamparan 10 cm dan kelembaban udara 95-98% merupakan perlakuan penyimpanan yang menghasilkan bobot jenis minyak tertinggi. Apabila waktu simpannya ditingkatkan menjadi 2 hari ternyata bunga yang disimpan pada ruang berkelembaban 95-98% dapat mempertahankan bobot jenisnya sedangkan bunga yang disimpan dalam ruang berkelembaban 75-
80% menghasilkan minyak dengan bobot jenis yang lebih rendah. Kondisi yang sama terjadi ketika bunga disimpan selama 3 hari baik dengan tebal hamparan 20 cm maupun 30 cm sebagian besar bobot jenis minyak lebih tinggi ketika bunga disimpan dalam ruang berkelembaban 95-98% (Gambar 2). Pada waktu simpan dan tebal hamparan yang sama, ada kecenderungan bunga yang disimpan dalam ruang berkelembaban 75-80% menghasilkan bobot jenis minyak yang lebih rendah dibandingkan bunga yang disimpan di dalam ruang berkelembaban 95-98%. Hal ini dikarenakan telah terjadi peningkatan proses penguapan pada kelembaban ruang 75-80% yang menyebabkan komponen-komponen minyak mudah menguap terbebaskan dan terhidrolisis, sehingga nilai dari bobot jenis akan berkurang. Salah satu senyawa yang mudah menguap dan terhidrolisis adalah senyawa ester. Menurut Ketaren (1985) proses hidrolisis terjadi dalam minyak atsiri yang mengandung ester. Ester merupakan senyawa berbobot molekul tinggi dan mudah menguap, sehingga semakin banyak senyawa ester yang menguap dan terhidrolisis maka akan mengurangi bobot jenis dari minyak tersebut.
Tabel 5 Nilai bobot jenis minyak ylang-ylang Bobot Jenis Ylang-ylang *) Tebal hamparan (cm)
Waktu (hari)
10
20
30
Kontrol (0 hari)
Kelembaban (%) 75 - 80
95 – 98
1
0,929
0,936
2
0,928
0,936
3
0,920
0,934
1
0,923
0,932
2
0,920
0,927
3
0,920
0,923
1
0,922
0,920
2
0,918
0,919
3
0,906
0,917 0,942
Pada waktu simpan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin tebal hamparan menghasilkan bobot jenis yang semakin rendah. Selain itu, pada tebal hamparan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin lama penyimpanan menghasilkan bobot jenis yang semakin rendah. Hal ini disebabkan pada saat penyimpanan terjadi proses penguapan dan proses oksidasi. Semakin tebal hamparan juga menyebabkan bobot jenis semakin rendah, karena tebalnya hamparan dapat meningkatkan laju respirasi yang meningkatkan proses penguapan. Meningkatnya proses penguapan ini dapat menyebabkan komponen-komponen minyak yang mudah menguap terbebaskan dan teroksidasi. Proses oksidasi minyak atsiri disamping mengakibatkan perubahan bau, juga dapat menurunkan jumlah persenyawaan kimia dalam minyak (Ketaren 1985). Selain itu, semakin lama penundaan penyulingan kemungkinan untuk terjadinya penguapan dan proses oksidasi semakin meningkat sehingga dapat menurunkan nilai bobot jenis dari minyak ylang-ylang. 4.3 Indeks Bias Hasil indeks bias rata-rata yang diperoleh berkisar antara 1,492–1,496. Nilai indeks bias ini lebih rendah dari nilai yang distandarkan oleh SNI maupun EOA. Menurut Ketaren (1985), rendahnya indeks bias dikarenakan adanya kerusakan komponen kimia dalam minyak. Indeks bias minyak dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Adanya proses oksidasi maupun hidrolisis dapat mengakibatkan terurainya ikatan rangkap pada senyawa terpen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi ketiga faktor mempengaruhi secara nyata indeks bias minyak ylang-ylang (Lampiran 5). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan pada penyimpanan selama 1 hari dan tebal hamparan 10 cm dan kelembaban 75-80% memiliki nilai indeks bias yang tidak berbeda dengan kelembaban 95-98%. Tapi respon berbeda ketika bunga disimpan pada kondisi ruang yang sama namun tebal hamparan yang berbeda. Dimana semakin tebal hamparan menunjukkan indeks bias yang semakin tinggi. Pada penyimpanan selama 2 hari dan tebal hamparan 10 cm dan pada kedua kelembaban yang sama, minyak yang dihasilkan memiliki indeks bias yang tidak berbeda nyata. Dimana semakin lama penyimpanan bunga, nilai indeks bias cenderung semakin tinggi. Tapi respon berbeda ketika bunga disimpan pada
kondisi ruang yang sama namun tebal hamparan yang berbeda. Dimana semakin tebal hamparan menunjukkan indeks bias yang semakin rendah. Demikian pula halnya dengan penyimpanan selama 3 hari. Ini menunjukkan bahwa lama penyimpanan lebih dari 1 hari, dengan teknik penyimpanan tidak mampu mempertahankan nilai indeks bias pada minyak (Tabel 6).
Tabel 6 Nilai indeks bias minyak ylang-ylang Indeks Bias Minyak Ylang-ylang *) Tebal hamparan (cm)
Waktu (hari)
10
20
30
Kontrol (0 hari)
Kelembaban (%) 75 - 80
95 - 98
1
1,492 C
1,492 C
2
1,494 B
1,494 B
3
1,495 AB
1,493 BC
1
1,493 BC
1,495 AB
2
1,494 B
1,493 BC
3
1,494 B
1,494 B
1
1,496 A
1,496 A
2
1,493 BC
1,494 B
3
1,494 B
1,494 B
1,493 C
Keterangan : *) Nilai rendemen yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
Rendahnya nilai indeks bias diduga adanya proses oksidasi dan hidrolisis pada proses penyimpanan yang mengakibatkan terurainya ikatan rangkap pada senyawa terpen. Dengan berkurangnya ikatan rangkap dalam minyak membuat komponen-komponen menjadi lebih ringan dan kerapatannya berkurang. Kerapatan yang rendah memudahkan sinar yang menembus minyak untuk dibiaskan mendekati normal. Semakin mudah sinar dibiaskan dalam suatu medium, maka nilai indeks bias medium tersebut akan semakin rendah. Adanya kandungan air pada minyak juga dapat menyebabkan indeks bias menurun karena adanya air dapat memicu proses hidrolisis. Menurut Ketaren (1985) proses
hidrolisis dapat terjadi dalam minyak atsiri yang mengandung ester dan akan terhidrolisis sempurna dengan air dan asam sebagai katalisator.
4.4 Bilangan Ester Bilangan ester minyak ylang-ylang yang diperoleh berkisar antara 22,85 – 45,30 (Tabel 7). Namun hanya minyak ylang-ylang dari bunga tanpa penyimpanan (kontrol) yang memenuhi standar SNI (bilangan ester minimal 40). Artinya penyimpanan bunga akan menurunkan bilangan ester dan minyak belum memenuhi standar SNI (Gambar 3). Bila dibandingkan dengan minyak kenanga, bilangan ester minyak ylang-ylang hasil penyimpanan ini memenuhi persyaratan mutu SNI untuk minyak kenanga yang menuntut bilangan ester 15-35.
Tabel 7 Nilai bilangan ester minyak ylang-ylang Bilangan Ester Minyak Ylang-ylang *) Tebal hamparan (cm)
Waktu (hari)
10
20
30
Kontrol (0 hari)
Kelembaban (%) 75 - 80
95 - 98
1
31,00 B
31,28 B
2
25,61 CD
27,00 C
3
25,06 D
25,75 CD
1
27,27 CD
31,42 B
2
25,34 D
25,61 CD
3
24,51 E
25,20 D
1
26,17 CD
26,44 C
2
23,68 E
25,20 D
3
22,85 F
25,06 D
45,30 A
Keterangan : *) Nilai rendemen yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
Bilangan ester minyak ylang-ylang dari bunga yang tidak mengalami penyimpanan ternyata jauh lebih rendah dibandingkan dengan bilangan ester pada fraksi yang sama dari hasil penelitian Djazuli dan Ma’mun (2003) yaitu sebesar 126,02. Perbedaan ini terjadi karena pada penelitian ini, minyak yang disuling
telah mengalami penguapan senyawa ester dalam bunga pada saat diangkut dari Banten ke Bogor yang membutuhkan waktu sekitar 6 jam. Panas yang dihasilkan oleh bunga menyebabkan terjadinya penguapan yang membawa ester-ester keluar dari sel-sel dan diangkut pergi bersama dengan angin. Gusmalini (1987) panas dan oksigen yang ada di udara mengakibatkan proses oksidasi yang dapat menurunkan persenyawaan dalam minyak. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi ketiga faktor mempengaruhi secara nyata bilangan ester minyak ylang-ylang (Lampiran 7). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan berbeda nyata dengan bilangan ester kontrol. Sedangkan waktu simpan 1 hari dengan tebal hamparan 10 cm baik disimpan pada kelembaban udara 75-80% maupun kelembaban udara 95-98% memiliki bilangan ester yang tidak berbeda nyata dan menjadi perlakuan penyimpanan yang menghasilkan minyak dengan bilangan ester tertinggi (Tabel 7). Apabila waktu simpannya ditingkatkan menjadi 2 hari ternyata bunga yang disimpan pada ruang berkelembaban 75-80% dan 95-98% tidak dapat mempertahankan bilangan ester. Sedangkan bunga yang disimpan pada kelembabanan 95-98% menghasilkan bilangan ester yang lebih tinggi. Namun pada kondisi yang sama terjadi ketika bunga disimpan selama 3 hari baik dengan tebal hamparan 20 cm maupun 30 cm sebagian besar bilangan ester minyak lebih tinggi ketika bunga disimpan dalam ruang berkelembaban 95-98% (Tabel 7). Pada waktu simpan dan tebal hamparan yang sama, ada kecenderungan bunga yang disimpan dalam ruang berkelembaban 95-98% menghasilkan bilangan ester yang lebih tinggi dibandingkan bunga yang disimpan di dalam ruang berkelembaban 75-80% (Gambar 3). Hal ini dikarenakan kelembaban yang tinggi dapat menghambat laju respirasi, sehingga dapat mengurangi proses oksidasi dan hidrolisis pada bahan. Menurut Carbineau (1988) diacu dalam Oktapiyani (2004) RH yang tinggi dapat mengurangi angka respirasi. Selain itu, pada kelembaban yang lebih rendah diduga menghasilkan uap air yang dapat memicu ester terhidrolisis sempurna, sehingga menyebabkan nilai bilangan ester pada kelembaban 75–80 % lebih rendah. Menurut Ketaren (1985) kelembaban yang
rendah menyebabkan air beserta minyak yang terdapat dalam sel akan berdifusi kepermukaan bahan dan selanjutnya akan menguap dan terhidrolisis.
Gambar 3 Hubungan antara waktu penyimpanan bunga dan tebal hamparan dengan bilangan ester Ket: (A) Kelembaban 75-80%; (B) Kelembaban 95-98%. Pada waktu simpan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin tebal hamparan menghasilkan bilangan ester yang semakin rendah (Gambar 3). Menurunnya nilai bilangan ester pada peningkatan tebal hamparan diduga karena semakin tebalnya hamparan menyebabkan panas didalam tumpukan bunga meningkat dan membuat proses oksidasi dan hidrolisis semakin meningkat. Menurut Ketaren (1985) proses oksidasi dan hidrolisis berlangsung cepat karena adanya panas. Pada tebal hamparan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin lama penyimpanan menghasilkan bilangan ester yang semakin rendah (Gambar 3). Ester merupakan senyawa-senyawa yang mudah menguap, sehingga semakin lama penundaan penyulingan semakin banyak ester yang menguap dari bunga akibat proses oksidasi dan hidrolisis.
4.5 Bilangan Asam Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 8), nilai bilangan asam minyak ylangylang berkisar antara 1,5 – 1,6 dengan bunga tanpa perlakuan penyimpanan (kontrol) memiliki nilai bilangan asam terendah yaitu 1,5. Semakin rendah bilangan asam, mutu dari minyak ylang-ylang semakin baik. Nilai bilangan asam
ini, secara keseluruhan masuk ke dalam standar SNI yang mensyaratkan bilangan asam ≤ 3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor lama penyimpanan, tebal hamparan dan kelembaban ruang penyimpanan tidak mempengaruhi bilangan asam minyak ylang-ylang secara nyata (Lampiran 9). Namun tebal hamparan dan lama penyimpanan mempengaruhi nilai bilangan asam.
Tabel 8 Nilai bilangan asam minyak ylang-ylang TH (cm)
10
20
30
Rataan T
Kelambaban (%)
T (hari)
Rataan TH
1
2
3
75-80
1,5
1,8
2,2
95-98
1,5
1,9
2,1
1,5
1,85
2,15
75-80
1,7
1,9
2,5
95-98
1,7
2,1
2,2
1,7
2
2,35
75-80
2,1
2,5
2,5
95-98
1,8
2,2
2,6
1,95
2,35
2,55
1,72 a
2,07 b
2,35 c
1,83 B
2,02 B
2,8 A
Keterangan : TH : Tebal hamparan; T : Waktu penyimpanan; TH : Tebal hampar
Hasil uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa waktu penyimpanan 1, 2, dan 3 hari menghasilkan minyak dengan bilangan asam yang berbeda satu dengan lainnya (Tabel 8). Dimana ada kecenderungan semakin lama waktu penyimpanan mengakibatkan semakin tinggi nilai bilangan asam (Gambar 4). Tingginya bilangan asam disebabkan karena terjadinya hidrolisa ester-ester menjadi asam bebas dan alkohol atau terjadinya oksidasi pada komponenkomponen minyak yang mempunyai ikatan rangkap yang menghasilkan asam organik, aldehid dan keton (Ketaren 1985). Dengan demikian, meningkatnya nilai
bilangan asam akan menurunkan nilai bilangan ester sehingga mutu minyak yang dihasilkan semakin rendah.
Gambar 4 Hubungan antara waktu penyimpanan dan bilangan asam minyak ylang-ylang. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa bilangan asam dari tebal hamparan penyimpanan bunga 10 cm tidak berbeda nyata dengan tebal hamparan 20 cm dan berbeda nyata dengan tebal hamparan 30 cm (Tabel 8). Namun ada kecenderungan semakin tebal hamparan menyebabkan bilangan asam minyak ylang-ylang yang semakin tinggi karena pengaruh dari respirasi pada tumpukan (Gambar 5). Proses respirasi bunga yang masih berlangsung akan menghasilkan energy panas, dimana semakin tebal hamparan panas yang ditimbulkan semakin banyak sehingga suhu bahan semakin tinggi. Naiknya suhu bahan akan mengakibatkan meningkatnya proses oksidasi dan hidrolisis (Ketaren 1985).
Gambar 5 Hubungan antara tebal hamparan dan bilangan asam minyak ylangylang. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kumalaningsih dan Wijaya (1988), semakin tebal hamparan dan semakin lama waktu penundaan penyulingan, nilai bilangan asam akan meningkat. Asam bebas pada sebagian
besar minyak atsiri terdapat dalam jumlah yang kecil dan dapat bertambah karena proses penyimpanan yang kurang baik.
4.6 Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan minyak ylang-ylang dalam penelitian ini berkisar antara 25,35-46,80 (Tabel 9). Berdasarkan standar mutu EOA minyak ylang-ylang tahun 1970 sebagian besar bilangan penyabunan tidak memenuhi nilai yang disyaratkan. Namun minyak ylang-ylang pada kontrol masuk kedalam mutu III yang mensyaratkan bilangan penyabunan 45-65. Sedangkan pada minyak ylangylang dengan perlakuan penyimpanan tidak memenuhi nilai yang distandarkan EOA minyak ylang-ylang, melainkan dikategorikan sebagai minyak kenanga karena memenuhi standar EOA minyak kenanga.
Tabel 9 Nilai bilangan penyabunan minyak ylang-ylang Bilangan Penyabunan Minyak Ylang-ylang *) Tebal hamparan (cm)
10
20
30
kontrol
Waktu (hari)
Kelembaban (%) 75-80
95-98
1
32,5 B
32,78 B
2
27,41CDE
28,9 C
3
27,26 CDE
27,85 CD
1
28,97 C
33,12 B
2
27,24 CDE
27,71 CD
3
27,01 CDE
27,4 CDE
1
28,27 CD
28,24 CD
2
26,18 DE
27,4 CDE
3
25,35 E
27,66 CD 46,8 A
Keterangan : TH : Tebal hamparan; T : Waktu penyimpanan; TH : Tebal hampar
Menurut Ketaren (1985), fraksi I adalah fraksi minyak dengan mutu paling baik yang memiliki kadar ester dan eter paling tinggi dan kadar sesquiterpen paling rendah, sedangkan fraksi berikutnya mempunyai kadar ester dan eter yang
makin rendah dan sebaliknya kadar sesquiterpen yang semakin tinggi. Mutu terbaik (fraksi I) ylang-ylang dipengaruhi oleh bilangan ester dan penyabunan yang tinggi. Kualitas minyak yang paling baik adalah minyak yang mengandung kadar ester paling tinggi dan kadar sesquiterpen paling rendah. Dengan demikian bilangan penyabunan yang dihasilkan dari hasil penelitian ini sangatlah rendah. Rendahnya bilangan penyabunan berbanding lurus dengan rendahnya bilangna ester minyak tersebut. Rendahnya bilangan ester disebabkan karena pada fraksi I penyulingan yang terdiri dari ester-ester dan eter-eter mudah menguap dan terhidrolisis atau teroksidasi. Menurut Ketaren (1985), pada proses hidrolisis dan oksidasi akan menghasilkan asam, sehingga semakin cepat ester-ester menguap pada proses tersebut maka asam yang dihasilkan akan semakin tinggi. Reaksi tersebut terbukti dengan meningkatnya bilangan asam dari minyak hasil penyimpanan, bilangan ester dan penyabunan yang dihasilkan semakin rendah. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi ketiga faktor mempengaruhi secara nyata bilangan penyabunan minyak ylang-ylang (Lampiran 11). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan berbeda nyata dengan bilangan penyabunan kontrol. Sedangkan waktu simpan 1 hari dengan tebal hamparan 10 cm baik disimpan pada kelembaban udara 75-80% maupun kelembaban udara 95-98% memiliki bilangan penyabunan yang tidak berbeda nyata dan menjadi perlakuan penyimpanan yang menghasilkan minyak dengan bilangan penyabunan tertinggi (Tabel 9). Apabila waktu simpannya ditingkatkan menjadi 2 hari ternyata bunga yang disimpan pada ruang berkelembaban 75-80% dan 95-98% tidak dapat mempertahankan bilangan penyabunan. Sedangkan bunga yang disimpan pada kelembabanan 95-98% menghasilkan bilangan penyabunan yang lebih tinggi. Namun pada kondisi yang sama terjadi ketika bunga disimpan selama 3 hari baik dengan tebal hamparan 20 cm maupun 30 cm sebagian besar bilangan penyabunan minyak lebih tinggi ketika bunga disimpan dalam ruang berkelembaban 95-98% (Tabel 9). Pada waktu simpan dan tebal hamparan yang sama, ada kecenderungan bunga yang disimpan dalam ruang berkelembaban 95-98% menghasilkan bilangan ester yang lebih tinggi dibandingkan bunga yang disimpan di dalam ruang
berkelembaban 75-80% (Gambar 6). Hal ini dikarenakan penguapan yang terjadi pada kelembaban yang lebih rendah diduga menghasilkan uap air yang dapat memicu ester terhidrolisis sempurna, sehingga menyebabkan ester terurai menjadi monoester yang menyebabkan komponen ester mudah menguap. Seiring menurunya komponen dari ester karena proses hidrolisis ini, menyebabkan proses penyabunan yang menghasilkan sabun akan berkurang. Menurut Ketaren (1985) minyak atsiri yang mengandung fraksi monoester dan asam-asam organik dapat bereaksi dengan basa sehingga menghasilkan sabun.
Gambar 6 Hubungan antara waktu penyimpanan bunga dan tebal hamparan dengan bilangan penyabunan Ket: (A) Kelembaban 75-80%; (B) Kelembaban 95-98%. Pada waktu simpan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin tebal hamparan menghasilkan bilangan penyabunan yang semakin rendah (Gambar 6). Semakin tebalnya hamparan menyebabkan panas didalam tumpukan bunga meningkat dan membuat proses oksidasi dan hidrolisis semakin meningkat sehingga menurunkan bilangan penyabunan. Menurunnya nilai bilangan penyabunan karena penguapan diduga uap-uap air yang keluar ikut membawa senyawa-senyawa ester keluar, sehingga semakin tebal hamparan menurunkan nilai bilangan penyabunan. Menurunya kandungan ester diikuti dengan menurunnya bilangan penyabunan, karena rendahnya bilangan penyabunan berbanding lurus dengan rendahnya bilangan ester minyak tersebut.
Pada tebal hamparan dan kelembaban yang sama, ada kecenderungan semakin lama penyimpanan menghasilkan bilangan penyabunan yang semakin rendah (Gambar 6). Ester merupakan senyawa-senyawa yang mudah menguap, sehingga menyababkan semakin lama waktu penyimpanan bunga maka semakin banyak ester yang menguap dari bunga sehingga bilangan penyabunan semakin rendah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Rendemen minyak ylang-ylang hasil penyulingan setelah 2 jam pertama penyulingan (fraksi I) adalah 0,34-0,44%. Ada kecenderungan semakin lama penyimpanan, semakin tebal hamparan dan disimpan dalam kelembaban udara yang lebih rendah menghasilkan rendemen yang semakin rendah. 2. Kecuali bilangan asam dan bobot jenis, maka teknik penyimpanan tidak mampu mempertahankan nilai indeks bias, bilangan ester dan bilangan penyabunan karena lebih rendah dari standar mutu SNI maupun standar mutu EOA. 3. Berdasarkan EOA, minyak ylang-ylang fraksi I dari bunga tanpa penyimpanan (kontrol) yang dihasilkan dalam penelitian ini termasuk dalam mutu III. Sedangkan minyak ylang-ylang yang dihasilkan dari bunga yang disimpan tidak masuk dalam standar EOA untuk kategori minyak ylang-ylang melainkan kategori minyak kenanga. 4. Apabila penyimpanan selama 1 hari tidak dapat dihindari, maka bunga sebaiknya disimpan dalam ruang berkelembaban 75-80% dengan tebal hamparan 10 cm atau disimpan pada ruang berkelembaban 95-98% pada tebal hamparan lebih dari 10 cm.
5.2 Saran 1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kondisi transportasi pengangkutan bunga ylang-ylang yang baik dari tempat pemetikan ke tempat penyulingan 2. Kilang penyulingan harus dekat dengan kebun ylang-ylang agar penyulingan tidak tertunda.
DAFTAR PUSTAKA [Balittro] Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Laporan Penelitian Penanganan dan Penyulingan Bunga Ylang-ylang. 1998. Kerjasama Perum Perhutani dengan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Agusta A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Institut Teknologi Bandung Ashari S. 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia Press. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. Minyak Kenanga. SNI 06-3947-1995. Jakarta. . 2006. Minyak Ylang-ylang. SNI 067244-2006. Jakarta. De Jung AWK. 1987. Jenis-jenis Tanaman yang Menghasilkan Minyak Atsiri di Indonesia dan Cara Pengolahannya. Bandung. Djazuli M, Ma’mun. 2003. Pengaruh cara panen terhadap produksi dan mutu minyak ylang-ylang. Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku Vol. IX(1) : 9093. Djazuli M. 2006. Potensi Pengembangan Tanaman Atsiri Ylang-ylang untuk Konservasi Lahan Hutan. Di dalam : Prosiding Konferensi Nasional Minyak Atsiri 18-20 September 2006. Solo. [EOA] Essential Oil Association. 1970. Ylang-ylang Oil. EOA No.200. New York. . 1970. Cananga Oil. EOA No. 75. New York. Guenther E. 1987. Minyak atsiri. Volume ke-1. Ketaren S, penerjemah; Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Essential Oils. . 1990. Minyak Atsiri. Volume ke-5. Ketaren S, penerjemah; Jakarta : Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Essential Oils. Gusmalini 1987. Minyak Atsiri. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka. Kumalaningsih S, Wijaya S. 1988. Pengaruh tebal Hamparan dan Penundaan Penyulingan Bunga Kenanga terhadap Rendemen dan Kualitas Minyak Kenanga. Di dalam : Prosiding Seminar Penelitian Pasca Panen Pertanian 1-2 Februari 1998. Bogor.
Kurniawan A. 2000. Pengemasan dalam penyimpanan konvensional untuk meningkatkan mutu dan memperpanjang kesegaran Bunga Gladiol Potong (Gladiolus hybridus) [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nurdjannah N. 2006. Minyak Ylang-ylang dalam Aromaterapi dan Prospek Pengembangannya di Indonesia. Di dalam : Prosiding Konferensi Nasional Minyak Atsiri 18-20 September 2006. Solo. Oktapiyani S. 2004. Respon Penyimpanan Bunga Ylang-ylang (Cananga odorata forma genuina) Terhadap Rendemen dan Kualitas Minyak Atsiri [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Rusli S, Ma’mun, Anggraeni. 1987. Identifikasi Sifat Fisika-Kimia Beberapa Macam Minyak Mentha, Cananga dan Litsea. Littri Vol. XII (3-4): 7-8. Yusuf UK, Sinohin VO. 1999. Cananga odorata (Lamk) Hook.f & Thomson. Di dalam : L.P.A. oyen dan Nguyen Xuan Dung (ed). Essential Oil Plants. Plant Resources of South-East Asia No. 19. Bogor : PROSEA.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil pengamatan sifat fisika-kimia minyak ylang – ylang Kelembaban udara (RH)
Kelembaban 95 - 98 %
kelembaban 75 – 80 % Kelembaban udara (RH) Waktu penyimpanan Tebal hamparan 1 Rendemen (%) 2 Rata-rata Bobot jenis 1 Indeks bias 2 Rata-rata 1 Bilangan ester 2 Rata-rata 1 Bilangan asam 2 Rata-rata 1 Bilangan penyabunan 2 Rata-rata
10 0,423 0,428 0,426 0,936 1,4924 1,4921 1,4923 31 31 31,0 1,7 1,4 1,6 32,70 32,40 32,6
1 hari 20 0,409 0,413 0,411 0,932 1,4931 1,4924 1,4928 28,2 26,3 27,27 1,7 1,7 1,7 29,94 28,00 28,97
30 0,402 0,409 0,406 0,92 1,496 1,496 1,4960 24,1 28,2 26,17 2,2 1,9 2,1 26,29 30,14 28,22
Kelembaban 75 - 80 % 2 hari 10 20 30 0,386 0,377 0,36 0,391 0,377 0,356 0,389 0,377 0,358 0,936 0,927 0,919 1,4949 1,4935 1,4928 1,4934 1,4936 1,4936 1,4942 1,4936 1,4932 25,8 25,5 24,1 25,5 25,2 23,3 25,61 20,34 23,68 1,9 2,2 2,2 1,7 1,7 2,8 1,8 2,0 2,5 27,65 27,68 26,29 27,18 26,90 26,07 27,41 27,29 26,18
Lampiran 2. Hasil pengamatan sifat fisika-kimia minyak ylang – ylang kelembaban 95 - 98 %
10 0,359 0.363 0,361 0,934 1,4951 1,4946 1,4949 25,5 24,6 25,06 2,2 2,2 2,2 27,68 26,85 27,26
Waktu penyimpanan Tebal hamparan 1 Rendemen 2 (%) Rata-rata Bobot jenis 1 2 Indeks bias Rata-rata 1 Bilangan 2 ester Rata-rata 1 Bilangan 2 asam Rata-rata 1 Bilangan 2 penyabunan Rata-rata
10 0,422 0,42 0,421 0,929 1,4924 1,4923 1,4924 31,6 31 31,28 1,4 1,7 1,6 32,96 32,70 32,83
1 hari 20 0,419 0,421 0,420 0,923 1,4951 1,4955 1,4953 31,3 31,6 31,42 1,9 1,4 1,7 33,18 32,96 33,07
30 0,413 0,413 0,413 0,922 1,496 1,496 1,4960 26,9 26 26,44 1,9 1,7 1,8 28,76 27,73 28,24
10 0,392 0,399 0,396 0,928 1,4936 1,4935 1,4936 27,1 26,9 27,00 1,9 1,9 1,9 29,03 28,76 28,90
2 hari 20 0,373 0,377 0,375 0,92 1,4927 1,493 1,4929 25,8 25,5 25,61 2,2 1,9 2,1 27,95 27,38 27,66
30 0,37 0,371 0,371 0,918 1,4935 1,4934 1,4935 25,5 24,9 25,20 2,5 1,9 2,2 27,98 26,82 27,40
10 0,388 0,386 0,387 0,924 1,4936 1,4932 1,4934 25,5 26 25,75 1,9 2,2 2,1 27,38 28,23 27,80
Lampiran 3. Hasil analisis ragam data rendemen
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
F hit
Pr > F
Kelembaban
1
0,00083136 0,00083136
81,55
<.0001*
Tebal
2
0,00299267 0,00149633
14,.78
<.0001*
Kelembaban tebal
2
0,00006022 0,00003011
2,95
0,0777**
Waktu
2
0,01838517 0,00919258 901,72
<.0001*
Kelembaban waktu
2
0,00040172 0,00020086
19,70
<.0001*
Tebal waktu
4
0,00025017 0,00006254
6,13
0,0027*
Kelembaban tebal waktu
4
0,00024794 0,00006199
6,08
0,0028*
Keterangan : * = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
Lampiran 4. Hasil uji lanjut duncan data rendemen Interaksi
Kelompok
N
Rataan
kontrol
A
2
0,443500
K110H1
B
2
0,425500
K210H1
B
2
0,421000
K220H1
B
2
0,420000
K230H1
C
2
0,413000
K120H1
DC
2
0,411000
K130H1
D
2
0,405500
K210H2
E
2
0,395500
K110H2
F
2
0,388500
K210H3
F
2
0,387000
K120H2
G
2
0,377000
K220H2
G
2
0,375000
K230H2
G
2
0,370500
K220H3
G
2
0,370500
K110H3
H
2
0,361000
K120H3
H
2
0,358000
K130H2
H
2
0,358000
K230H3
H
2
0,358000
K130H3
I
2
0,339500
lampiran 5. Hasil analisis ragam data indeks bias Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
F hit
Pr > F
Kelembaban
1
0,00000003 0,00000003
0,11
0,7427**
Tebal
2
0,00000717 0,00000358 14,33
0,0002*
Kelembaban tebal
2
0,00000206 0,00000103
4,11
0,0338*
Waktu
2
0,00000117 0,00000058
2,33
0,1256**
Kelembaban waktu
2
0,00000406 0,00000203
8,11
0,0031*
Tebal waktu
4
0,00002567 0,00000642 25,67
<.0001*
Kelembaban tebal waktu
4
0,00000611 0,00000153
0,0027*
Keterangan : * = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
6,11
Lampiran 6. Hasil uji lanjut duncan data indeks bias
Interaksi
Kelompok
N
Rataan
K130H1
A
2
1,4960000
K230H1
A
2
1,4960000
K220H1
AB
2
1,4955000
K110H3
AB
2
1,4955000
K110H2
B
2
1,4940000
K120H3
B
2
1,4940000
K130H3
B
2
1,4940000
K230H3
B
2
1,4940000
K120H2
B
2
1,4940000
K210H2
B
2
1,4940000
K220H3
B
2
1,4940000
K210H3
BC
2
1,4935000
K130H2
BC
2
1,4935000
K230H2
BC
2
1,4935000
K220H2
BC
2
1,4930000
K120H1
BC
2
1,4925000
K110H1
C
2
1,4920000
K210H1
C
2
1,4920000
Kontrol
C
2
1,4920000
Lampiran 7 Hasil analisis ragam data bilangan ester Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
F hit
Pr > F
Kelembaban
1
14,8225000 14,8225000 21,15
0,0002*
Tebal
2
45,2938889 22,6469444 32,31
<.0001*
Kelembaban tebal
2
Waktu
2 121,7072222 60,8536111 86,83
Kelembaban waktu
2
0,4850000
0,2425000
0,35 0,7121**
Tebal waktu
4
14,1444444
3,5361111
5,05
0,0066*
Kelembaban tebal waktu
4
11,1300000
2,7825000
3,97
0,0176*
1,3650000
0,6825000
Keterangan : * = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
0,97 0,3967** <.0001*
Lampiran 8. Hasil uji lanjut duncan data bilangan ester Interaksi
Kelompok
N
Rataan
kontrol
A
2
45,3500
K220H1
B
2
31,4200
K210H1
B
2
31,2800
K110H1
B
2
31,0000
K120H1
C
2
27,2700
K210H2
C
2
27,0000
K230H1
C
2
26,4400
K130H1
CD
2
26,1700
K210H3
CD
2
25,7500
K220H2
CD
2
25,6100
K110H2
CD
2
25,6100
K120H2
D
2
25,3400
K230H2
D
2
25,2000
K220H3
D
2
25,2000
K230H3
D
2
25,0600
K110H3
D
2
25,0600
K120H3
DE
2
24,5100
K130H2
E
2
23,6800
K130H3
F
2
22,8500
Lampiran 9. Hasil analisis ragam data bilangan asam Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
F hit
Pr > F
Kelembaban
1 0,05444444 0,05444444
0,89 0,3577**
Tebal
2 1,19388889 0,59694444
9,77
Kelembaban tebal
2 0,02055556 0,01027778
0,17 0,8465**
Waktu
2 2,41555556 1,20777778 19,76
Kelembaban waktu
2 0,00888889 0,00444444
0,07 0,9301**
Tebal waktu
4 0,02944444 0,00736111
0,12 0,9734**
Kelembaban tebal waktu
4 0,22611111 0,05652778
0,93 0,4712**
Keterangan : * = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
0,0013*
<.0001*
Lampiran 10. Hasil uji lanjut duncan data bilangan asam Kelompok
Rataan
N kelembaban
A
2,08333 18
K1
A
2,00556 18
K2
Kelompok Rataan
N Waktu
A
2,3500
12
H3
B
2,0667
12
H2
C
1,7167
12
H1
Kelompok Rataan
N Tebal
A
2,2833
12
30
B
2,0083
12
20
B
1,8417
12
10
Lampiran 11. Hasil analisis ragam data bilangan penyabunan Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
F hit
Pr > F
Kelembaban
1
12.91204444 12.91204444 18.35
0.0004*
Tebal
2
31.57946667 15.78973333 22.44
<.0001*
Kelembaban tebal
2
1.10095556
0.78
0.4722**
Waktu
2
91.47515000 45.73757500 65.01
<.0001*
Kelembaban waktu
2
0.34153889
0.17076944
0.24
0.7870**
Tebal waktu
4
14.86363333
3.71590833
5.28
0.0054**
Kelembaban tebal waktu
4
12.37141111
3.09285278
4.40
0.0118*
0.55047778
Keterangan : * = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %
Lampiran 12 Hasil uji lanjut duncan data bilangan penyabunan
Interaksi
Kelompok
N
Rataan
kontrol
A
2
46,9000
K220H1
B
2
33.0700
K210H1
B
2
32.8300
K110H1
B
2
32.5500
K120H1
C
2
28.2450
K210H2
C
2
28.8950
K230H1
CD
2
28.9700
K130H1
CD
2
28.2150
K210H3
CD
2
27.8050
K230H3
CD
2
27.7100
K220H2
CD
2
27.6650
K110H2
CDE
2
27.4150
K230H2
CDE
2
27.4000
K220H3
CDE
2
27.4000
K120H2
CDE
2
27.2900
K110H3
CDE
2
27.2650
K120H3
CDE
2
27.0050
K130H2
DE
2
26.1800
K130H3
D
2
25.3500
Lampiran 13. Dokumentasi