J.Pascapanen 2(1) 2005: 18-23 18
Suyanti1 et al.,
PENGARUH CARA EKSTRAKSI DAN MUSIM TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK BUNGA MELATI Suyanti 1, Sulusi Prabawati 1, Yulianingsih 1, Setyadjit 1dan Astu Unadi2 1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh. Namun sebenarnya bunga melati mempunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati merupakan bahan untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selama ini kebutuhan industri dalam negeri di impor dari Negara penghasil minyak bunga dengan harga yang cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak melati yang dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan cara esktraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi (0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, terbanyak diperoleh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memiliki indek bias 1,45-1,46; bilangan asam 9,60-11,80; bilangan ester 129,07-130,73 dengan komponen kimia utama adalah benzyl acetate (6,74-7,90%), benzyl benzoate 2,584,11%), cis jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasilkan rendemen minyak yang tinggi . Kata Kunci: Jasminum officinale, ekstraksi dengan pelarut, minyak melati, kualitas. ABSTRACT. Suyanti, Sulusi Prabawati, Yulianingsih, Setyadjit and Astu Unadi. The effect of extraction method and season on the yield and quality of jasmine absolute. Utilization of jasmine flower was limited. Traditionally, the flower is used for ritual offerings, decoration and tea fragrance. Through extraction, jasmine flower could produce jasmine oil which was useful for perfume, soap, medicine, other fragrant product, and aromatherapy. Jasmine absolute for that purposes have been imported with high price. This research aimed at finding out the optimum extraction technology: higher yield and quality of absolute and maximum solvent recovery. Fresh flower of Jasminum officinale harvested at Purbalingga regency, Central Java, were extracted using hexane. Randomized Block Design was used as experimental design on the study and the treatments were: one stages of extraction, two stage of extraction, and leaching of the waste flower continued by extraction of fresh flower conducted at rainy and dry season. The results showed that, one stage of extraction was the best treatment. The highest yield of absolute was of 0.15-0.17%. The absolute yield produced in dry season were higher than that of rainy season and characterized by good quality due to higher total component. The refractive index was 1.45-1.46, acid number 9.60-11.80 ester number 129.07-130.73 the essential oil composition were benzyl acetate (6.74-7.90%), benzyl benzoate (2.58-4.11%), cis-jasmone (8.49-9.53%), methyl jasmonate (0.81-0.86%), linalool (3.59-5.40%). The result of this study could be used as an appropriate method for jasmine oil extraction. Key words: Jasminum officinale, solvent extraction, absolute, quality.
PENDAHULUAN Melati gambir (Jasminum officinale) adalah salah satu jenis melati yang dikembangkan di Indonesia. Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu sentra bunga melati gambir di Jawa Tengah. Pada tahun 2002 jumlah produksi bunga melati gambir di kabupaten Purbalingga Jawa Tengah sebanyak 3.226,39 ton dengan luas lahan 506,55 ha dan rata-rata produktivitas perbulan sebanyak 626,36 kg/ha. (Anonymous, 2002).
Pemanfaatan bunga melati gambir di Indonesia sampai saat ini masih terbatas untuk pewangi teh (Sukendar,1992). Pemanfaatan sebagai bahan baku minyak bunga alami belum dilakukan. Di manca negara, bunga melati digunakan sebagai bahan baku untuk proses pembuatan minyak melati (absolute), yang digunakan dalam industri sabun, kosmetik, farmasi, parfum, aroma terapi, spa, pengusir nyamuk dan keperluan industri lainnya. Penelitian Musalam (1983) menunjukkan bahwa, minyak melati dapat pula digunakan sebagai pengganti bunga segar pada pembuatan teh wangi.
Pengaruh Cara Ekstradiksi dan Musim Terhadap Rendemen
Pada tahun 1990 dilaporkan oleh Aqua Oleum Essential Oil (2005) jumlah produksi minyak melati dunia sebanyak 11.060 kg, dengan negara penghasil terbesar berturut turut adalah Mesir (6500 kg), India (2560 kg), Cina (1100 kg) dan Maroko (660 kg). Kisaran harga untuk setiap kg minyak melati di perdagangan dunia, berkisar antara $1,200 sampai $4,000 US. Harga yang ditawarkan tergantung pada mutu, jenis dan negara produsennya. Produk awal hasil proses ekstraksi bunga melati menggunakan pelarut menguap adalah concrete. Menurut Atawia et al (1988), pelarut yang sesuai untuk ekstraksi minyak bunga melati adalah heksan, karena jumlah dan kualitas concrete yang dihasilkan paling baik. Penelitian di India menggunakan alat ekstrakstor berkapasitas 3 kg bunga J. grandriflorum dapat diperoleh concrete 0,28% (Swaminathan et al, 1979). Dari concrete yang diekstraksi dengan etanol 95% dan diuapkan kembali, diperoleh absolute atau minyak melati. Hasil penelitian Sulusi et al. (2000) pada skala laboratorium dengan menggunakan perbandingan bunga dan pelarut 2:3, diperoleh 0,099% minyak bunga melati gambir. Rendahnya rendemen tersebut, disebabkan karena jumlah pelarut yang digunakan kurang, sehingga tidak mampu menarik sebanyak mungkin kandungan minyak dalam bunga. Pada penelitian tersebut kehilangan minyak selama proses cukup tinggi sebagai akibat ekstraksi masih dikerjakan secara sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh cara dan kondisi optimum ekstraksi minyak bunga melati dengan menggunakan pelarut heksan dan menghasilkan minyak dengan jumlah dan kualitas yang tinggi.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2002 sampai dengan Oktober 2003. Bunga melati gambir (Jasminum officinale), dipanen langsung dari sentra produksi bunga di desa Karangcengis, kecamatan Bukateja, kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah pada tingkat ketuaan optimum, yaitu bunga masih kuncup berwarna ungu muda. Bunga dikemas menggunakan kantong plastik, diangkut ke Laboratorium Pascapanen Jakarta dengan mobil berpendingin dengan suhu diatur 5-10oC. Penelitian dilakukan secara bertahap, meliputi penelitian pendahuluan untuk mendapatkan waktu ekstraksi yang tepat dan percobaan utama untuk mendapatkan cara dan kondisi esktraksi minyak bunga melati yang efisien dengan jumlah dan mutu minyak yang baik. Peralatan untuk keperluan ekstraksi adalah satu rangkaian ekstraksi terdiri atas leaching apparatus,
19
evaporator dan distiller. Leaching apparatus dengan input bunga 3 kg dan dilengkapi agitator yang digerakkan dengan motor listrik dengan putaran 30 rpm, agar proses leaching berlangsung lebih cepat dan efisien. Pada alat terdapat tiga lubang yang terdiri dari lubang untuk memasukan bunga, lubang pengeluaran ampas dan lubang pengeluaran filtrat. Filtrat ekstrak bunga melati dari proses leaching diuapkan dengan evaporator untuk memisahkan pelarut heksan dan menghasilkan concrete dengan recovery pelarut. Distiler berupa double coil yang mendinginkan uap heksan dan akhirnya menetes kemudian ditampung dalam wadah dan dapat digunakan untuk proses ekstraksi berikutnya. a. Penelitian pendahuluan. Penentuan waktu ekstraksi. Penelitian pendahuluan dilaksanakan untuk menentukan waktu terbaik untuk ekstraksi minyak bunga melati. Bunga diekstrak menggunakan ekstraktor tertutup (leaching apparatus) dengan input bunga 3 kg. Pelarut yang digunakan untuk mengekstrak adalah heksan dengan perbandingan bunga dan pelarut 1:2 (berat/berat). Waktu lama ekstraksi yang dicobakan adalah 20, 40 dan 60 menit. Ekstraksi dilakukan pada suhu ruang (28-30 oC). Setelah proses leaching selesai, filtrat dikeluarkan, diuapkan menggunakan evaporator pada suhu 55oC sampai ¾ bagian pelarut teruapkan. Filtrat yang mengandung minyak selanjutnya diuapkan menggunakan evaporator vakum pada suhu 40oC sampai terbentuk concrete. Concrete selanjutnya dilarutkan dengan etanol 95% sampai larut sempurna, simpan di suhu dingin (-5oC) sampai wax mengendap, kemudian disaring. Penyaringan dilakukan sampai pelarut benar-benar bebas dari wax. Filtrat bebas wax kemudian dievaporasi vakum sampai diperoleh absolute (minyak) melati. Penelitian dilakukan dengan ulangan tiga kali. Waktu yang terbaik berdasarkan rendemen concrete, absolute dan recovery pelarut, selanjutnya digunakan pada penelitian utama. b. Penelitian utama Tiga perlakuan yang diuji adalah: 1) “Ekstraksi satu tahap”, bunga melati diekstrak dengan heksan dengan perbandingan 1:2 selama 20 menit, filtrat diuapkan sampai diperoleh concrete. Concrete selanjutnya diproses menjadi absolute. 2)”Ekstraksi dua tahap”, bunga melati diekstrak dengan heksan dengan perbandingan 1:2 selama 20 menit, filtrat yang dihasilkan ditambahkan bunga segar sesuai perbandingan, diekstrak kembali selama 20 menit. Filtrat yang dihasilkan kemudian diuapkan sampai diperoleh concrete. Concrete selanjutnya diproses menjadi absolute. 3) “Pencucian ampas”, ampas hasil
20
Suyanti1 et al.,
“ekstraksi dua tahap” diekstrak lagi dengan heksan dengan perbandingan yang sesuai selama 20 menit. Filtrat yang dihasilkan ditambahkan bunga segar sesuai dengan perbandingan, diekstrak kembali selama 20 menit. Filtrat yang dihasilkan diuapkan sampai diperoleh concrete. Concrete selanjutnya diproses menjadi absolute. Penelitian dilakukan pada musim hujan (bulan Desember 2002, Januari, dan Juni 2003) dan musim kemarau (bulan Juli, Agustus dan September 2003). Pengamatan yang dilakukan adalah: 1) Rendemen concrete dan absolute/ minyak dalam persen, dihitung berdasarkan berat concrete atau absolute dibagi dengan berat bunga segar. 2) Recovery pelarut, dihitung dalam persen, berdasarkan pelarut heksan yang dapat diperoleh kembali melalui distilasi (sewaktu evaporasi untuk mendapatkan concrete) dibagi dengan input pelarut yang digunakan. 3) Kadar komponen kimia minyak bunga melati sebagai penentu mutu diukur menggunakan GC-MS Acquisition mode for Bahalam M (GC_MSD A) dengan kolom ultra (Hewlet Packard) panjang 17x0,25 mm I.D x 0,25 ( µm ketebalan film). Temperature injection 250oC, interface temperature 280oC, quadrupole temperature 140oC denan gas pembawa helium. 4) Indek bias diukur menggunakan refraktometer dan dikoreksi dengan rumus untuk mendapatkan indek bias standar pada suhu 20oC. 4) Bilangan asam, dihitung sebagai jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak, diukur dengan titrasi menggunakan larutan standar 0,1 N natrium hidroksida dengan indikator larutan phenol phtalein 1%. 5) Bilangan asam, dihitung sebagai jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak, diukur dengan titrasi menggunakan larutan standar 0,1 N natrium hidroksida dengan indikator larutan phenolphtalein 1%. 6) Bilangan ester dihitung sebagai jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan ester yang terdapat dalam 1 gram minyak caranya minyak ditambahkan alkohol 95%, netralkan asam lemak bebas dengan NaOH 0,1 N, tambahkan NaOH 0,5 N dalam alkohol, panaskan 1 jam diatas penangas air, dinginkan, selanjutnya dilakukan titrasi terhadap sisa alkali dengan asam khlorida 0,5 N, sebelumnya tambahkan phenolphthalein sebagai indikator. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan ulangan 3 kali . Faktor A cara ekstraksi: Ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap dan pencucian ampas. Faktor B adalah musim yaitu musim hujan dari pengelompokan bulan panen (Desember 2002, Januari dan Juni 2003) dan musim kemarau (Juli, Agustus dan September 2003).
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa waktu ekstraksi minyak bunga melati 20 menit menghasilkan jumlah rendemen absolute, rendemen concrete yang tidak berbeda nyata dengan lama waktu ekstraksi 40 menit dan 60 menit. Rendemen absolute yang diperoleh dari rataan 3 kali ekstraksi berturut turut adalah 0,15%, 0,14% dan 0,12%, dengan kisaran data 0,08-0,17%. Recovery pelarut yang diperoleh berkisar antara 73,26%-74,76%. Secara keseluruhan, pada penelitian ini menghasilkan rendemen concrete berkisar antara 0,47%-0,56% atau menghasilkan absolute 24,50-26,00% dari concrete. Hasil penelitian terdahulu pada melati gambir asal daerah yang sama, mendapatkan hasil absolute melati berturut-turut 22%-24% dari concrete (Sulusi, et al.2001) dan 23,50% dari concrete pada metode ekstraksi bertahap (Sulusi et al. 2002), jika dibandingkan dengan cara proses lain, maka rendemen concrete hasil penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian di India (Swaminathan et al.1979). Ekstraksi bunga melati J. grandriflorum dengan alat ekstraktor (India) berkapasitas 3 kg bunga diperoleh rendemen concrete 0,28% sedangkan concrete hasil penelitian pada bunga J.officinale berkisar antara 0,48%0,56%. Indek bias minyak melati (absolute) berkisar antara 1,454-1,465. Hasil penelitian menunjukan bahwa lama ekstraksi tidak berpengaruh nyata pada indek bias dan bilangan asam. Lama ekstraksi hanya berpengaruh nyata pada bilangan ester dari minyak bunga yang dihasilkan. Tabel 1 Pengaruh lama ekstraksi terhadap rendemen concrete, rendemen absolute, recovery pelarut, indek bias, bilangan asam dan bilangan ester absolute melati gambir Table 1. Effect of extraction method on the yield of concrete, absolute, solvent recovery, and physical and chemical characteristic of jasmine absolute. No
U ra ia n ( D iscrip tio n )
L a m a E k str a k si (e x tra c tio n tim e) 2 0 M en it
4 0 M e n it
6 0 M e n it
1 :2
1 :2
1 :2
1
P er b an d in g a n b u n g a d an p e la ru t ( b er at/ b e ra t) F lo w er -so lve n t ra tio (w /w )
2
R e n d e m en co n c rete ( % ) C o n cre te yie ld (% )
0 ,4 7 a
0 ,5 6 a
0 ,4 8 a
3
R e n d e m en a b so lu te (% ) a b so lu te yie ld (% )
0 ,1 4 a
0 ,1 4 a
0 ,1 1 a
4
R e co v e ry p ela ru t (% ) S o lve n t rec o ve ry ( % )
7 4 ,7 6 a
7 4 ,1 3 a
7 3 ,2 6 a
5
I n d e k b ia s R e fra ktive in d ex
1 ,4 6 5 4 a
0 ,1 4 6 4 a
0 ,1 4 5 4 a
6
B ilan g an a sa m A c id n u m b er
1 5 ,3 2 a
1 3 ,9 9 a
1 5 ,2 6 a
7
B ilan g an e ster E ste r n u m b er
8 7 ,9 2 a
1 3 0 ,0 5 b
1 6 2 ,5 2 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan Remark : Numbers followed by the same letter within a row were not significantly different as 5% by DMRT
21
Pengaruh Cara Ekstradiksi dan Musim Terhadap Rendemen
0,4
concrete
absolut
0,3
Yield (%)
Lama waktu ekstraksi sedikit mempengaruhi komposisi absolut melati. Waktu ekstraksi 60 menit menghasilkan benzyl acetate, cis jasmone, methyl jasmonat, phenol dan linalool cenderung lebih tinggi dibanding lama ekstraksi lainnya. Kandungan benzyl acetate berkisar antara 4,82-6,12%, cis jasmone 8-9,58%, methyl jasmonat 0,92-1,08%, phenol 0,77-0,91% dan linalool 2,56-3,83%.
0,2 0,1 0
Ekstraksi satu tahap (One stage of
Hujan
Kemarau
Hujan
(run
(dry
(run
Kemarau (dry
0,34
0,26
0,15
0,17
0,26
0,25
0,11
0,16
0,25
0,13
0,12
0,09
extraction) Ekstraksi dua tahap (two stage of extraction) Pencucian ampas (Leaching of waste
Rendemen dan recovey pelarut Faktor teknik ekstraksi menunjukkan beda nyata terhadap hasil concrete, absolute maupun recovery pelarut, tetapi tidak untuk musim panen serta interaksinya. Perlakuan sekali ekstraksi menghasilkan rendemen absolute yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan dua kali ekstraksi. Perbedaan nyata hanya pada perlakuan pencucian, demikian pula untuk rendemen concrete. Rendemen concrete yang dihasilkan pada ekstraksi satu tahap tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan ekstraksi dua tahap. Concrete yang dihasilkan pada ekstraksi dua tahap tidak berbeda nyata dengan pencucian. Rataan rendemen concrete yang dihasilkan berkisar antara 0,12-0,51% pada musim hujan dan 0,24-0,29% pada musim kemarau. Bila dibandingkan dengan rendemen concrete yang dihasilkan oleh Sumirat (2000) berkisar antara 0,22-0,33%, hasil penelitian Swaminathan et al (1979) adalah 0,28%, maka hasil penelitian ini lebih tinggi. Pada waktu musim hujan atau panen bulan Desember, teknik “ekstraksi satu tahap” menghasilkan rendemen concrete terbesar (0,51%) dan teknik “ekstraksi dua tahap” pada panen bulan Juni 2003 menghasilkan rendemen concrete terendah (0,21%). Pada waktu musim kemarau dengan waktu panen bulan Agustus 2003, teknik ekstraksi satu tahap menghasilkan concrete tertinggi (0,29%) dan teknik pencucian ampas menghasilkan rendemen terendah (0,11%).
flower)
Gambar 1. Rendemen concrete dan rendemen absolute melati gambir Figure 1. Yield of concrete and absolute red jasmine flower
Setelah proses lebih lanjut, rendemen absolute yang dihasilkan berkisar antara 0,09-0,19% dari berat bunga segar. Rendemen absolute yang dihasilkan pada musim hujan berkisar antara 0,15-0,16% (ekstraksi satu tahap), 0,09-0,13% (dua tahap) dan 0,07-0,14% (pencucian ampas). Sedangkan pada musim kemarau absolute yang dihasilkan berkisar antara 0,15-0,19% (satu tahap), 0,16-0,17% (dua tahap) dan 0,07-0,13% (pencucian ampas). Teknik ekstraksi satu tahap pada musim kemarau yaitu tepat bulan September menghasilkan rendemen absolute tertinggi (0,19%). Salah satu kelemahan teknik ekstraksi menggunakan pelarut adalah jumlah pemakaian pelarut yang besar. Untuk sebuah industri, penggunaan pelarut akan memperbesar biaya produksi. Recovery adalah besarnya pelarut yang dapat diperoleh kembali pada proses penguapan pelarut yang dilanjutkan destilasi. Semakin besar jumlah recovery pelarut semakin kecil biaya yang dikeluarkan. Pada penelitian ini jumlah pelarut yang hilang selama proses berkisar antara 18,95-33,76% atau jumlah recovery pelarut antara 66,24-81,05% (gambar 2). Tidak ada perbedaan yang menyolok pada hasil recovery pelarut dari setiap metode esktraksi, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Sebagian besar pelarut masih terikut dalam ampas bunga. Pemerasan dilakukan secara manual, yaitu ampas dimasukkan kedalam kantong kain kemudian diperas menggunakan tangan, sehingga jumlah 100
Recovery (%)
Penelitian Utama Percobaan pendahuluan menghasilkan rendemen concrete dan absolute yang tidak dipengaruhi secara nyata oleh lama waktu ekstraksi (20 menit, 40 menit dan 60 menit). Lama ekstraksi hanya berpengaruh nyata terhadap bilangan ester. Lama ekstraksi 20 menit selanjutnya dicobakan pada penelitian utama. Pada tahap penelitian utama diuji tiga perlakuan cara ekstraksi untuk mendapatkan teknik ektraksi dengan rendemen dan mutu absolute melati yang tinggi, yaitu “ekstraksi satu tahap”, “ekstraksi dua tahap” dan “pencucian ampas” dengan waktu ekstraksi 20 menit. Percobaan pada bulan Desember 2002, Januari 2003, Juni 2003 masih pada musim hujan, dan Juli, Agustus, September 2003 memasuki musim kemarau.
50
0
Ekstraksi satu tahap (One stage of
Hujan (rain season)
Kemarau ( Dry season)
75,77
75,06
72,31
66,24
77,13
81,05
extraction) Ekstraksi dua tahap (Two stage of extraction) Pencucian ampas (leaching of waste flower)
Gambar 2. Recovery pelarut hasil ekstraksi melati gambir Figure 2. Solvent recovery on extraction of red jasmine flower
22
pelarut yang diperas sangat tergantung dengan kekuatan tangan pemerasnya. Selain mengurangi jumlah recovery pelarut, kehilangan pelarut juga akan mempengaruhi rendemen concrete dan absolut yang dihasilkan. Komponen kimia Mutu minyak atsiri sangat dipengaruhi oleh komponen kimia yang terkandung didalamnya. Komponen dominan di dalam minyak melati antara lain; cis jasmone, methyl jasmonat, indole, benzyl acetate, linalool, dan benzyl benzoate. Jasmone merupakan salah satu komponen kimia yang hanya terdapat pada minyak bunga melati asli dari bunga . Selain kandungan jasmone, jumlah total komponen yang tinggi menandakan bahwa absolut bunga melati adalah asli. Pada minyak sintetis, kandungan komponen kimianya hanya 2-3 komponen saja. Dibandingkan dengan hasil penelitian Peyrot dan Baccon (1995); Ramachandra dan Rouf (2003) dan Mostafa et al (1982), kandungan cis jasmone, indol, dan methyl jasmonat dari hasil penelitian ini lebih tinggi. Kandungan methyl jasmonat pada concrete J. sambac 0,20% sedangkan hasil penelitian terendah 0,49% dan tertinggi 2,56%. Kandungan benzyl acetate hasil penelitian ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan jasmine absolute asal Mesir hasil penelitian Mostafa et al (1982). Kandungan benzyl acetate hasil penelitian berkisar antara 6,61-8,60 % sedangkan “Egyptian jasmine absolute” mengandung benzyl acetate 2,37%. Kandungan indol lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Ramachandra dan Prasant (2003) yang berkisar 0,1 - 0,7 % dan hasil penelitian Suyanti et al ( 2001) adalah 4,66-17,81%. Perbedaan kandungan komponen kimia ini disebabkan karena perbedaan varietas, waktu panen, geografi dan metode ekstraksi yang digunakan. Minyak bunga melati yang dihasilkan dengan cara ekstraksi dua tahap menghasilkan total komponen lebih banyak dibandingkan dengan ekstraksi satu tahap dan pencucian ampas. Minyak yang dihasilkan pada musim kemarau, jumlah total komponen lebih tinggi dibanding pada musim hujan (tabel 2). Total komponen yang lebih banyak pada ekstraksi bunga pada musim kering menyebabkan aroma minyak bunga yang dihasilkan lebih kuat dan lebih wangi. Mutu bunga alami selain ditentukan oleh nilai indek bias, bilangan asam dan bilangan ester, juga ditentukan oleh aromanya. Semakin kuat aromanya semakin baik mutunya. Cara ekstraksi dan waktu panen hanya memberikan perbedaan yang nyata pada komponen lynalol dan benzyl benzoate, tetapi tidak untuk methyl jasmonat dan benzyl benzoate Indek bias Cara yang paling mudah untuk melihat mutu minyak melati adalah dengan menguji indek biasnya. Indek bias dipengaruhi oleh kekentalan dan kerapatan minyak, oleh
Suyanti1 et al., Tabel 2. Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap persentase komponen kimia absolute melati gambir Table 2. Effect of extraction method and season on the percentage of red jasmine absolute chemical compounds Cara ekstraksi (Method of extraction) Komponen Ekstraksi (Chemical compounds) satu tahap (one stage of extraction)
Ekstraksi dua tahap (two stage of extraction)
Musimpanen (season) Pencucian ampas (Leaching of waste flower)
Musim hujan (Rainy season)
Kemarau (dry season)
Lynalol
4,99 a
4,43 a
5,78 b
4,00 a
5,80 b
Benzyl acetate
3,48 b
3,99 a
3,71 ab
4,47 a
2,89 b
Cis jasmone
9,38 a
8,34 a
9,8 a
9,30 a
8,79 a
Methyl jasmonat
2,23 a
0,81 a
0,52 b
0,74 a
1,70 a
Benzyl benzoate
7,32 a
7,59 a
7,80 a
7,82 a
7,32 a
Total komponen
45 a
50 a
38 a
38 a
50 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf 5% menurut uji LSD 5% Remark : Numbers followed by the same letters in the same row were not significantly different at 5% by LSD
karenanya jika kerapatan minyak semakin tinggi maka indek bias minyak tersebut semakin besar. Indek bias minyak (absolute ) melati umumnya diatas 1,400. Secara umum indek bias minyak melati (absolute) yang dihasilkan tidak berbeda nyata antar perlakuan, hanya absolute yang dihasilkan pada bulan Januari mempunyai nilai indek bias lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan esktraksi pencucian. Kisaran indek bias hasil penelitian berada pada nilai 0,141-1,54, sedangkan indek bias absolute J.grandiflorum asal Italy berkisar antara 1,478-1,492 (Jasmine absolute.htm,2005). (Tabel 3) Bilangan asam. Absolute melati yang dihasilkan mempunyai bilangan asam pada kisaran 8,46-13,23 dan bilangan ester 67,07130,79. Bilangan asam minyak melati yang diekstrak sekali, dua kali dan pencucian pada musim kemarau yaitu pada bulan Juli, Agustus dan September cenderung lebih rendah dibandingkan hasil ekstraksi pada musim hujan (Desember, Januari dan Juni), namun hasilnya tidak berbeda nyata. Bilangan asam tertinggi (12,95) diperoleh pada ekstraksi pencucian pada musim hujan (Desember) dan terendah (7,8) pada sekali ekstraksi pada musim kemarau yaitu pada bulan September. Nilai bilangan asam ini masih berada dalam karakteristik minyak melati menurut Guenther (1952) yaitu sebesar 4,2-17,2. Nilai bilangan asam ditentukan oleh banyaknya asam bebas yang terkandung dalam minyak melati. Asam tersebut berasal dari asam yang telah ada secara alami dalam bunga atau asam yang dihasilkan dari proses oksidasi atau hidrolisa ester.
23
Pengaruh Cara Ekstradiksi dan Musim Terhadap Rendemen Tabel 3. Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap sifat fisik dan kimia absolut melati gambir Table 3. Effect of extraction method and season on physical and chemical characteristic of red jasmine absolute
Perlakuan (Treatment)
Index bias (Refractive index)
Bilangan asam Bilangan ester (Acid number) (Ester number)
Cara ekstraksi (Extraction method) Ekstraksi satu tahap (One stage of extraction)
1,46 a
10,70 a
129,9 a
Ekstraksi dua tahap (Two stage of extraction)
1,46 a
10,04 a
128,9 a
Pencucian ampas (Leaching of waste flower)
1,47 a
12,23 b
113,0 a
Musim(season) Musimhujan (Rainy season)
3. Ekstraksi bunga melati pada musim kemarau menghasilkan rendemen absolute dan mutu lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan. Rendemen concrete 0,26-0,24%, rendemen absolut 0,15-0,17%, total recovery pelarut 75,66-75,77%, Komponenn kimia terdiri dari lynalol (3,59-5,40%), benzyl acetate (6,747,90%), cis jasmone (8,49-9,53%), methyl jasmonat (0,81-0,86%), benzyl benzoate 2,58-4,11%), dengan total komponen 43-47 senyawa penyusun. Indek bias 1,45-1,46, bilangan asam 9,6-11,8; dan bilangan ester 129,07-130,73. DAFTAR PUSTAKA
1,46 a
12,21 a
121,3 a
Musimkering (Dry season)
1,46 a
9,76 b
126,5 a
Interaksi (interaction)
tidak beda nyata (not significant)
tidak beda nyata tidak beda nyata (not significant) (not significant)
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda Duncan Remark : Numbers followed by the same letters in the same coloum were not significantly different at 5% by DMRT.
Bilangan ester. Bilangan ester pada minyak melati hasil ekstraksi berkisar antara 99,8-135,06 (Tabel 3). Menurut Naves dan Mazuyer (1939) nilai bilangan ester pada minyak melati 96,4-147,6. Absolut yang dihasilkan oleh ekstraksi pada musim kemarau mempunyai nilai rata rata bilangan ester tertinggi (204,96) dengan kisaran antara 89,9-189,9). Sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan ekstraksi pada musim hujan (83,22) dengan kisaran bilangan ester antara 85,62135,82 Perbedaan nilai bilangan ester dipengaruhi oleh tempat tumbuh, umur tanaman, metode ekstraksi dan iklim. Bilangan ester merupakan penunjuk penting dalam menentukan kualitas minyak atsiri, namun tidak bisa dijadikan acuan mutu suatu minyak atsiri, karena mungkin saja ester yang terdapat dalam minyak atsiri tidak termasuk dalam komponen kimia minyak atsiri tersebut atau ester tersebut merupakan bahan pemalsu yang ditambahkan kedalam minyak atsiri. KESIMPULAN 1. Waktu ekstraksi terbaik adalah 20 menit dengan menghasilkan rendemen absolute tertinggi (0,15%.) 2. Perlakuan ekstraksi satu tahap menghasilkan rendemen absolute lebih tinggi dibandingkan ekstraksi dua tahap dan pencucian ampas.
Anonymous.2002. Purbalingga dalam angka. Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga. Aqua Oleum Essential Oil. 2005.http://www.vitaminconection.ca/ products/aqua_oleum_ Products/jasminum absolute 14 Maret 2005 Atawia, B.A., S.A.S.Halabo and M.K. Morsi.1988. Effect of tipe of solvent on quantity and quality of jasmine concrete and absolute. Egyptian. J. Food. Sci.16(1 – 2): 213 –224. Guenther. 1952. Minyak atsiri, diterjemahkan oleh S. Kataren (Jakarta UI Press). Mostafa A.Nofal, Chi Tang Ho and S.S.Chang. 1982. New constituents in Egyptian jasmine absolute. Perfumer & Flavorist. Vol 6 Desember ( 24-34). Musalam, Y.1983.Analisa komponen utama minyak atsiri pada bunga melati (jasminum) dan studi mengenai kemungkinan penggunaannya sebagai pengganti bunga segar dalam teh wangi. Tesis ITB.Bandung .32 hal. Peyrot.E. and J.C.Baccou.1995. Composition of the volatile fraction of the concrete of Jasminum azoricum L. J.Essential Oil Res. 7 (21-24) Jan/Feb. Ramachandra .Y and K.Rout.2003. Geographical location and harvest time dependent variation in the compotition of essential oils of Jasminum sambac L Aiton. Journal essential oil reseach vol 15 Desember (398-400) Sulusi Prabawati, Endang D.A. dan Dondy ASB. 2000. Pengaruh tingkat kemekaran bunga dan spesies melati terhadap hasil ekstraksi minyak. J.Hort. 10(3):214-219. Sulusi Prabawati, Endang D.A, Suyanti dan Dondy ASB.2002. Perbaikan cara ekstraksi untuk meningkatkan rendemen dan mutu minyak melati. J.Hort. 12(4):270-275 Suyanti, Sulusi Prabawati, Endang D.A dan Sjaifullah.2001. Pengaruh jenis adsorben dan frekwensi penggantian bunga terhadap mutu minyak melati. J.Hort. 11(1):51-57. Swaminathan , K.R., S. Muthuswany and V.N. Madhava Rao.1979. Pilot plant for extraction of jasmine essential oil. Indian Horticulture 24(1):20-22. Sukendar.1992. Aneka guna puspa bangsa melati Jasminum sambac (L) Ait. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani Bogor 156-160. Simon Cotton. 2005. Methyl jasmonate. www. chm.bris.ac.uk/ motm/jasmine/jasmineh.htm. 7 Febuari 2005 Wuryaniningsih, S.1994. Melati di dalam Toto Sutater dan Sri Wuryaningsih (Ed) Penelitian Tanaman Hias . Pelita V. Sub Balai Penelitian Tanaman Hortikultura Cipanas 60 hal.