RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI JAHE (Zingiber officinale Rose) The Quality and Quantity Volatile Oil Jahe (Zingiber officinale Rose) Oleh/By FATRIANI1 ; NURUL HIKMAH2 Science and technology development because more and more attention keep increasing about medicines plant. Plant among others is Jahe. Jahe could using to need various among others to industry raw material. Jahe can to making volatile oil. The research have something find out Quality and Quantity Volatile Oil Jahe Jahe (Zingiber officinale Rose).Plant Jahe using is the research age 3-4 month from vilage Sungai Langsat, Disctrict Simpang Empat, Pengaron, South Borneo. Treatment without drying up quantity average is 0.229%, drying up days 5 quantity 0.237%, drying up days 10 quantity is 0.224%, drying up days 15 quantity is 0.284% and days 20 is 0.265%. The coulour producing is yellow until brown, BD 0.85 – 0.90, indeks bias 1.481 – 1.491, Sineol (%) is 91.66 – 95.0. The quantity is the most drying up days 15 and wuality jahe draying more high than jahe without draying up. The product volatile oil Jahe quality agree with rules and regulation quality Jahe. Key Words : Quantity, quality, Jahe, drying up, volatile oil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan semakin meningkatnya perhatian terhadap tanaman untuk bahan baku obat-obatan. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan baku obat-obatan tersebut adalah Jahe (Zingiber officinale Rosc). Jahe turut berperan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam menunjang ekspor non migas (Rostiana et al, 1991). Sebagai komoditi ekspor, standar perdagangan menuntut rimpang Jahe dengan kadar air maksimum 12 %, kadar minyak atsiri minimum 1,5 ml/100 gram, kadar abu maksimum 8 % dan benda lain 2 %. Berdasarkan hasil analisa terhadap rimpang Jahe merah yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia, ternyata hanya Jahe merah asal Kalimantan yang memenuhi persyaratan standar mutu perdagangan, sedangkan yang lainnya hanya memenuhi satu atau dua persyaratan (Hieronimus, 1989). Jahe memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, baik dalam bentuk Jahe segar maupun Jahe olahan. Jahe segar sering digunakan sebagai rempah dan obat tradisional, sedangkan Jahe olahan dapat berupa asinan Jahe, Jahe kering, Jahe dalam sirup, Jahe kristal, Jahe bubuk dan minyak atsiri. Minyak atsiri Jahe sangat banyak kegunaannya terutama sebagai rempah, industri parfum, industri farmasi, industri kosmetik, obat tradisional dan lainlain (Farry dan Murhananto, 1994). Farry dan Murhananto mengatakan bahwa Jahe kering mengandung minyak atsiri 1 – 3 % sedangkan Jahe segar kandungan minyak atsirinya lebih banyak dari Jahe kering. Berdasarkan hal tersebut, dengan perlakuan kering udara penulis ingin mengetahui rendemen dan kualitas minyak atsiri Jahe yang dihasilkan. 1) 2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unlam Mahasiswa Fakultas Kehutanan Unlam
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
8
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen dan kualitas minyak atsiri Jahe (Zingiber officinale Rosc) dengan perlakuan kering udara selama 20 hari. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dan sebagai dasar pertimbangan dalam upaya penanganan hasil panen Jahe dengan cara kering udara sebelum penyulingan sekaligus menjadi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan-Hasil Hutan Non Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Lama penelitian sampai dengan pengolahan data dilaksanakan selama ± 3 bulan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2006. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc) umur 3 – 4 bulan b. Air bersih untuk proses penyulingan (air biasa) c. Minyak tanah sebagai bahan bakar d. Larutan resolsinol, e. Alkohol Peralatan yang digunakan adalah: a. Seperangkat alat penyulingan b. Botol kaca c. Labu cassia, d. Labu florentina, e. Pencatat waktu f. Kompor, g. Corong, h. Timbangan i. Gayung dan ember, j. Pipet dan suntikan, k. Kamera, l. Kalkulator, m. Pisau, untuk memotong-motong jahe n. Alat tulis menulis o. Tenaga bantu. C. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pengambilan Bahan dan Perlakuan Jahe diambil dari kebun rakyat di Desa Sungai Langsat Kecamatan Simpang Empat Pengaron. Jenis yang digunakan adalah klon Jahe lokal (Jahe merah) yang berumur 3 – 4 bulan. Jumlah sampel Jahe yang diperlukan seluruhnya adalah 60 kg, setiap sekali penyulingan digunakan sampel seberat 4 kg dengan masing-masing 3 kali ulangan, bahan ini dikering udarakan selama beberapa hari yaitu: 0 hari (tanpa dikeringkan), 5 hari, 10 hari, 15 hari, 20 hari. 2.Tahap Proses Penyulingan
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
9
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
Metode penyulingan yang digunakan adalah penyulingan uap dan air (water and steam distillation), dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Mengiris tipis-tipis Jahe yang telah dicuci dan dibersihkan dari tanah dan kotoran lain kemudian dimasukkan dalam ketel suling yang berisi air mendidih sebanyak 4 kg dengan lama waktu penyulingan adalah 6 jam. b. Jahe yang berada dalam ketel suling akan dipanasi oleh uap panas basah, uap yang telah memasuki seluruh Jahe akan keluar melalui leher ketel suling menuju kondensor. Komponen yang terdapat di dalam uap yang telah melewati Jahe dan menuju kondensor tersebut berisi air dan mengandung minyak. c. Selanjutnya di dalam kondensor, uap yang terdiri dari minyak dan air akan diembunkan menjadi fase cair. Hal ini dapat diketahui dengan keluarnya destilat yang berupa cairan dari dalam kondensor. Destilat yang keluar tersebut tertampung dalam wadah pemisah air dan minyak yang kemudian air dan minyak tersebut akan dikeluarkan dalam tempatnya masing-masing. Hasil penyulingan yang diperoleh dihitung rendemennnya. 3. Penentuan kualitas minyak atsiri a.
Warna
Penentuan warna ini dilakukan dengan cara visual atau dengan kasat mata, jadi penentuan warna minyak atsiri Jahe yang dihasilkan dengan dilihat langsung secara kasat mata. b.
Berat Jenis Untuk mengetahui berat jenis minyak atsiri Jahe yang dihasilkan digunakan
rumus: Berat minyak BJ
= Volume minyak
c.
Indeks Bias
Untuk mengetahui indeks bias digunakan alat refractometer, yaitu dengan cara mengambil beberapa tetes minyak atsiri, kemudian beberapa indeks biasnya dapat langsung diketahui dengan membaca skala pada refractometer tersebut biasanya pengukuran dilakukan pada suhu 250 C sehingga harus diadakan penyesuaian keadaan untuk membuat suhu tersebut. d. Kadar Sineol Hasil minyak yang didapat dari proses penyulingan kemudian diuji kadar sineolnya. Ke dalam labu cassia 50 ml dipipetkan 5 ml minyak, kemudian ditambahkan larutan resolsinol 50 % hingga labu cassia terisi sampai ½ nya. Labu yang telah terisi larutan digoyang-goyangkan selama 20 menit hingga larutan menjadi dua lapisan. Ke dalam larutan tersebut diberikan lagi larutan resolsinol hingga batas lapisannya naik sampai ke titik nol pada skala pembacaan (botol/labu tersebut bagian atasnya terdapat skala). Setelah dibiarkan selama 24 jam larutan dilihat, apakah masih ada bagian minyak yang belum larut (masih terpisah). Bila masih ada kemungkinan dibaca, misalnya adalah a ml, dengan kadar sineol dapat dihitung dengan rumus: (5 ml – a ml) Kadar sineol = --------------------5 ml
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
10
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
Keterangan: 5 ml = Banyaknya minyak yang diuji a ml = Minyak yang tidak larut dalam larutan resolsinol e.
Kelarutan terhadap alkohol
Masukkan 1 ml minyak ke dalam tabung reaksi, dan tambahkan sedikit demi sedikit alkohol dengan konsentrasi tertentu kemudian dikocok. Jika dihasilkan larutan berwarna jernih, catatlah jumlah volume dan konsentrasi alkohol yang dibutuhkan. Lanjutkan penambahan alkohol sampai 10 ml, jika selama penambahan alkohol tidak diperoleh larutan jernih, maka penetapan diulangi dengan menggunakan alkohol berkonsentrasi lebih tinggi (Kasmudjo, 1982). D. Analisis Data Analisis data menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan pada Jahe dalam penelitian ini yaitu dengan dikering udarakan di dalam ruangan dengan selang waktu: A1 = 0 hari/Basah A2 = 5 hari A3 = 10 hari A4 = 15 hari A5 = 20 hari. Bentuk umum rancangan acak lengkap adalah: Yij = µ + τi + ∑ij Dimana: Yij = Nilai pengamatan rendemen pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rata-rata harapan τi = Perlakuan ke-i ∑ij = Kesalahan percobaan (galat) akibat perlakuan ke i ulangan ke j Untuk mempermudah dalam pengolahan data, maka nilai-nilai rendemen yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Rancangan acak lengkap 5 x 3 Ulangan 1 2 3
A1 A11 A12 A13
Perlakuan A2 A3 a21 a31 a22 a32 a23 a33
A4 A41 A42 A43
A5 a51 a52 a53
Total
Rata-rata
Total Rata-rata Sebelum data pengamatan dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji Pendahuluan yaitu pengujian sebaran normal me ut prosedur Liliefors dan uji homogenitas Ragam Barlett. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap rendemen minyak atsiri Jahe, maka dilakukan analisis keragaman. Tabel analisis keragaman acak lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
11
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
Tabel 2. Analisis Keragaman Rancangan Acak Lengkap SK
db
JK
KT
Fhitung
F tabel 5% 1%
Perlakuan P–1 JKP JKP/DBP KTP/KTG Galat DBT-DBP JKG JKG/DBG Total Dari analisis keragaman maka: 1. Jika F hitung < F tabel 5 % berarti perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen minyak atsiri yang dihasilkan 2. jika hitung > F tabel 5 % berarti perlakuan berpengaruh nyata terhadap rendemen minyak atsiri yang dihasilkan 3. Jika F hitung > F tabel 1 % berarti perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan, maka dilakukan uji beda. Macam uji beda yang diterapkan menurut Hanafiah (2001) sebaiknya dihubungkan dengan Koefisien Keragaman (KK) yaitu suatu koefisien yang menunjukkan derajat kejituan/keakuratan dan keandalan kesimpulan/hasil yang diperoleh dari suatu percobaan yang merupakan deviasi baku perunit percobaan. Koefisien keragaman ini dinyatakan sebagai persen rata-rata dari rata-rata umum percobaan sebagai berikut: KK =
KTGalat Y
x 100%
Tij Σij = r.t r.t Keterangan: - KK = Koefisien Keragaman (%) - KT Galat = Kuadrat Tengah Galat - Y = Rata-rata seluruh data percobaan - Tij & ∑ij = Jumlah data keseluruhan. Apabila hasil analisis keragaman menunjukan hasil yang berbeda, maka dilakukan uji lanjutan sebagai berikut: 1. Jika KK besar (minimal 10 % pada kondisi homogen atau 20 % pada kondisi heterogen), uji lanjutan yang sebaiknya digunakan adalah uji Duncan, karena uji ini dapat dikatakan yang paling teliti 2. Jika KK sedang (antara 5 – 10 % pada kondisi homogen atau 10 – 20 % pada kondisi heterogen) uji lanjutan yang sebaiknya dipakai adalah uji BNT (Beda Nyata Terkecil), karena uji ini dapat dinyatakan juga ketelitiannya sedang 3. Jika KK kecil (maksimum 5 % pada kondisi homogen atau maksimal 10 % pada kondisi haterogen) uji lanjutan yang dipakai adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur), karena uji ini tergolong kurang teliti. Y =
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rendemen Minyak Atsiri Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan Jahe dengan perlakuan kering udara, disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
12
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
Tabel 3. Rekapitulasi data hasil perhitungan rendemen minyak atsiri Jahe (Zingiber officinale Rosc) Ulangan 1 2 3 Jumlah rerata
A1 0,203 0,240 0,243 0,686 0,229
Perlakuan (%) A2 A3 A4 0,185 0,175 0,278 0,265 0,253 0,285 0,260 0,245 0,290 0,710 0,673 0,853 0,237 0,224 0,284
A5 0,243 0,283 0,270 0,796 0,265
Jumlah
Rerata
1,084 1,326 1,308 3,718
0,217 0,265 0,262 0,248
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbedaan jumlah rendemen yang diperoleh dari out put penyulingan. Pada perlakuan A1 (basah/tanpa pengeringan) jumlah rata-rata rendemennya adalah 0,229%, perlakuan A2 (Pengeringan selama 5 hari) rendemennya sebesar 0,237%, perlakuan A3 (Pengeringan selama 10 hari) rendemennya sebesar 0,224%, perrlakuan A4 (pengeringan 15 hari) sebesar 0,284%, dan jumlah rata-rata rendemen perlakuan A5 (pengeringan selama 20 hari) adalah 0,265%. Perlakuan A4 menghasilkan rendemen yang tertinggi yaitu 0,284%. Jumlah rendemen yang dihasilkan pada penelitian ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Jahe basah mengandung minyak atsiri yang lebih banyak dibandingkan Jahe kering (Farry dan Murhananto, 1994). Hal ini mungkin disebabkan kecepatan penguapan yang berbeda pada tiap perlakuan. Pada perlakuan A1, A2 dan A3 Jahe lebih cepat menguap, kandungan air dan minyak yang tersisapun sedikit sehingga rendemen yang dihasilkan rendah. Perlakuan tersebut hampir sama sehingga nilai rendemen yang dihasilkan hampir sama pula. Pada perlakuan A4 dan A5 penguapan tidak terlalu cepat sehingga kandungan air dan minyaknya masih banyak dan rendemen yang dihasilkanpun tinggi. Data hasil perhitungan rendemen dilakukan uji homogenitas keragaman dan uji normalitas, uji homogenitas yang digunakan adalah menurut uji ragam Bartlet, sedangkan uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilifors. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4. Kesimpulan yang didapat adalah data nilai rendemen minyak atsiri Jahe bersifat homogen, dimana X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel yaitu X2 hitung = 6,7570 sedangkan X2 tabel = 9,49. Hasil uji Normalitas Lilifors dapat dilihat pada lampiran 5. Kesimpulan yang didapat adalah data nilai rendemen minyak atsiri Jahe bersifat normal, dimana Li max = 0,146 lebih kecil dari Li tabel = 0,220. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap nilai rendemen minyak atsiri Jahe yang dihasilkan, maka dilakukan analisis keragaman seperti pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Analisis keragaman rendemen minyak atsiri Jahe (Zingiber officinale Rosc) SK Perlakuan Galat Total Keterangan : ts
db
JK
4 0,00805 10 0,00960 14 0,01765 = tidak signifikan
KT
Fhitung
0,002012 0,000960
2,10 ts
F tabel 5% 3,48
1% 5,98
Hasil dari analisis keragaman rendemen minyak atsiri jahe adalah perlakuan tidak berpengaruh secara nyata, sehingga tidak dilakukan uji lanjutan. Berikut diagram nilai tengah rendemen minyak atsiri Jahe saat pengeringan berkisar antara 31O-33OC. Menurut Farry dan Murhananto (1994) Jahe basah mengandung minyak atsiri yang lebih banyak dibandingkan Jahe kering, sedangkan hasil penelitian tidak Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
13
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
menunjukkan hal tersebut, hal ini disebabkan pada proses pengeringan minyak atsiri menguap dengan cepat. Sedangkan yang tersisa kemungkinan masih terikat pada jaringan minyak. Dan minyak atsiri yang terikat tersebut, pada masing-masing perlakuan, memiliki kisaran yang sama. Sehingga pada proses penyulingan rendemen minyak yang diperoleh memiliki kisaran yang sama. Selama proses pengeringan keadaan Jahe sampai hari ke 20 masih dalam keadaan baik, hal ini menunjukkan bahwa Jahe bisa disimpan dalam jangka waktu lama pada suhu kamar. Dari hasil penelitian, perlakuan yang menghasilkan rendemen minyak tertinggi ada pada perlakuan pengeringan selama 15 hari, dengan kadar air yang diperoleh sebesar 12,08%. Keadaan ini mungkin keadaan ideal untuk menghasilkan rendemen minyak Jahe yang tinggi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penyulingan dengan uap dan air. Metode ini merupakan metode yang popular digunakan di kalangan pengusaha kecil. Keuntungan metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas (Farry dan Murhananto, 1994). Penyulingan berlangsung selama 6 jam dengan berat Jahe 4 kg. Menurut data yang dibuat von Rechenberg dalam Ernest Guenther (Farry. danMurhananto, 1994) hasil rendemen Jahe melalui system penyulingan dengan uap dan air berkisar antara 0,2% - 0,3%. Sedangkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0,175% - 0,290%, hasil diperoleh memiliki kisaran yang sama dengan hasil penelitian tersebut. B. Kualitas Minyak Atsiri Penentuan kualitas minyak atsiri Jahe (Zingiber officinale Rosc) dapat dilakukan melalui berbagai macam pengujian, namun pengujian minyak atsiri yang dilakukan pada penelitian ini hanya 5 parameter saja, yaitu pengujian warna, berat jenis, indeks bias, kelarutan alkohol dan kadar sineol. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini: Tabel 5. Data hasil pengujian kualitas minyak atsiri Jahe (Zingiber officinale Rosc) No
Pengujian
1.
Warna
2. 3. 4. 5.
Berat Jenis Indeks Bias 25o C Sineol (%) Kelarutan dalam alkohol 95 %
Syarat Mutu Minyak Jahe Kuning muda – kuning kecoklatan 0,877 - 0,882 1,486 - 1,492 75 - 95 Larut jernih
Hasil Kuning muda – kuning kecoklatan 0,85 - 0,90 1,484 - 1,491 91,66 - 95, 0 Larut jernih
Warna dalam pengujian ini dilakukan dengan cara pengujian visual atau kasat mata, dimana dapat langsung dilihat warna minyak yang dihasilkan yaitu kuning muda hingga kuning kecoklatan, semakin gelap warna minyak semakin tinggi kadar sineolnya dengan aroma yang khas. Hal ini sesuai dengan pendapat Guenther (1987) yang menyatakan bahwa kadar sineol yang tinggi menyebabkan bau minyak yang baik. Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Berat jenis yang tinggi akan menghasilkan rendemen dan kadar sineol yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Berat jenis yang diperoleh dari penyulingan Jahe adalah 0,85 – 0,90 gr/ml, dapat dilihat pada Lampiran 1. Kadar sineol minyak atsiri Jahe dari hasil penelitian ini berkisar antara 91,66% 95,00% (A1;A2;A3 = 93,33%; A4 = 95,00%; A5 = 91,66%). Faktor yang dapat mempengaruhi nilai kadar sinieol adalah tempat tumbuh, jenis tanaman, cara
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
14
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
pembudidayaan dan perlakuan penyulingan, semakin tinggi kadar sineol berarti semakin bagus kualitas minyaknya. Besarnya kadar sineol yang diperoleh antara 91,66% - 95,00% termasuk katagori tinggi (kualitas utama). Hasil yang tidak terlalu berbeda antar perlakuan ini dikarenakan adanya pengaruh antar perlakuan tidak terlalu berbeda. Selain itu perlakuan sebelum penyulingan dimana kulit Jahe tidak dikupas menyebabkan kadar sineol yang didapat tinggi. Pengujian kelarutan dalam alkohol menggunakan kadar alkohol yang bervariasi mulai dari 65%, 75%, 85% dan 95%. Setelah diuji dengan beberapa variasi tersebut minyak atsiri dapat larut dengan jernih pada alkohol 95%, sedangkan pada alkohol 65%, 75% dan 85% larutan yang terbentuk berwana putih seperti susu. Kriteria lain yang menunjukkan kualitas yang baik bagi minyak atsiri Jahe adalah indeks bias dan kelarutan dalam alkohol. Indek bias minyak atsiri Jahe yang diperoleh berkisar antara 1,484 - 1,489 pada kisaran suhu kamar (250C) dan kelarut dalam alkohol 95%. Hasil dari penelitian ini dalam beberapa kriteria sesuai dengan Standar EOA (Essential Oil Association) dan sifat fisika dan kimia minyak Jahe dari beberapa klon (Lampiran 7 dan 8). Dari hasil mutu minyak atsiri Jahe diatas, minyak atsiri jahe yang digunakan sebagai bahan penelitian ini memenuhi standar baku yang diinginkan. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagi berikut: 1. Nilai rendemen minyak atsiri Jahe setelah dikering udarakan selama 15 hari memberikan nilai rendemen yang tertinggi yaitu 0,284 % 2. Jahe dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama (20 hari) pada suhu kamar 3. Berdasarkan hasil pengujian warna, berat jenis, indeks bias, kadar sineol dan kelarutan dalam alkohol, minyak atsiri Jahe pada penelitian ini memenuhi syarat mutu minyak Jahe (warna kuning muda – kuning kecoklatan; berat jenis 0,85 – 0,90; indeks bias 1,484 – 1,491; kadar sineol 91,66 – 95,00% dan larut dalam alkohol 95%) 4. Dari hasil pengujian kualitas, Jahe kering kualitasnya lebih tinggi dibandingkan Jahe basah hal ini sesuai dengan hipotesis pada poin 2. B. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan perlakuan dan variasi waktu penyulingan yang berbeda sehingga dapat diketahui waktu dan perlakuan yang bagaimana yang dapat menghasilkan rendemen minyak atsiri yang berkualitas. DAFTAR PUSTAKA Afriastini; Indo, M ABD. 1989. Bertanam Jahe. Penebar Swadaya. Jakarta. Agusta, A. 2000. Bandung.
Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia.
Departemen Pertanian. 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta.
Penerbit ITB. Departemen
Farry B, Paimin dan Murhananto. 1994. Budidaya, Pengolahan dan Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
15
RENDEMEN DAN …… (20) : 8 - 16
Guenther, E; Haagen and Smith. 1978. Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia. Terjemah Ketaren. Jakarta. Hanafiah, K. A. 2001. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Harris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta. Kasmudjo. 1982. Dasar-dasar Pengolahan Minyak Kayu Putih. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kataren, S. 1984. Minyak Atsiri. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Lutony, T. L & Rahmayati, Y. 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya., Cetakan IV. Jakarta. Noviyanti, R. S. 2002. Rendemen Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata) pada Beberapa Kelas Umur Tanaman dengan Metode Uap dan Air (Water and Steam Destillation). Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Tidak dipublikasikan. Santoso, H. B. 1989. Jahe. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Rostiana, O. dan Rusli, S. 1991. Jenis-jenis Tanaman Jahe. Tanaman Rempah dan Obat. Volume VII. No. 1. Bogor.
Balai Penelitian
Wangsa, S; Roliadi dan Juriah. 1976. Penyulingan Kayu Putih dengan dan Tanpa Ranting. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lembaga Hasil Hutan Bogor. Yusnandar. 1996. Studi Tentang Rendemen Pulp Jenis Nangka air pada Pemasakan Soda. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian. Bidang Studi Kehutanan. Universitas Mulawarman. Samarinda. Tidak dipublikasikan.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 Edisi 20, Maret 2007
16