1
Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria)
Oleh :
SAPARUDIN NIM : 070 500 063
JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010
2
Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria)
Oleh :
SAPARUDIN NIM : 070 500 063
JURUSAN PENGOLAHAN HAS IL HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010
3
HALAMAN PENGESAHAAN
Judul Karya ilmiah
: Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC dengan Metode Rendaman Panas dan Dingin dan Metode Rendaman Dingin Terhadap Kayu Sengon ( Paraserianthes falacataria )
Nama mahasiswa
: Saparudin
Nim
: 070 500 063
Program Study
: Pengolahan Hasil Hutan
Jurusan
: Pengolahan Hasil Hutan
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Dosen Penguji
Ir. Abdul Kadir Yusran Nip : 19540710 198703 1 003
Ir. Wartomo, MP Nip : 19631028 198803 1 003
Mengesahkan : Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP Nip : 19631028 198803 1 003
4
RINGKASAN Saparudin, Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC dengan Metode Rendaman Panas dan Dingin dan Metode Rendaman Dingin Terhadap Batang Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) dibawah bimbingan Bapak Ir. Abdul Kadir Yusran. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama ± 3 ( Tiga) bulan yang meliputi kegiatan persiapan, memulai kegiatan dan pengolahan data, dilaksanakan di Laboraturium Pengawetan Kayu jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian dilakukan dalam rangka mengumpulkan informasi tentang perbandingan besarnya Retensi bahan pengawet Prevail 100EC yang dicapai pada kayu Sengon dengan konsentrasi bahan pengawet 10 % pada perlakuan Rendaman panas dan dingin dan rendaman dingin dalam waktu perendaman selama 3 ( tiga) hari. Hasil dari kegiatan tersebut menunjukan bahwa perlakukan dengan metode rendaman panas dan dingin menghasilkan retensi yang lebih besar yaitu 4,3396 kg/m 3 dibanding dengan perendaman dingin yaitu 1,1923 kg/m 3 , jadi dapat disimpulkan bahwa metode pengawetan dengan rendaman panas dan dingin memiliki retensi yang bisa menjadi acuan untuk metode pengawetan kerena nilai retensinya sudah mendekati satandar. Kata Kunci : Retensi, Prevail 100EC, Rendaman Panas dan Dingin, Rendaman Dingin
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Saparudin, Lahir pada tanggal 05 April 1988 di desa Terajah, Kecamatan Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Merupakan anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Ayah bernama Nazaruddin dan ibu Muslimah. Pada tahun 1995 penulis memulai pendidikan di SD Negeri 13 Syam dan pada tahun 1998 pindah di SD Negeri 02 Tayan Hilir serta lulus SD pada tahun 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiwah Al – Hikmah Tayan Hilir, lulus pada tahun 2004 dan langsung melanjutkan di SMA Negeri 01 Tayan Hilir dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Pengolahan Hasil Hutan. Selama masa pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Pnulis pernah mengikuti kegiatan PKL ( Praktek Kerja Lapang ) di PT. Cahaya Samtraco Utama Samarinda Pada Tahun 2010.
6
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan hasil pengamatan tentang retensi bahan pengawet prevail terhadap kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) dengan menggunakan metode rendaman panas dan dingin dan metode rendaman dingin, yang dilaksanakan di Laboratorium Pengawetan Kayu Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh saudara penulis yang telah memberikan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Bapak Ir. Wartomo, MP Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri samarinda dan Dosen Penguji dalam Karya Ilmiah ini, yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis 3. Bapak M. Fikri Hernandi, S. Hut, MP Selaku Ketua Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Bapak Ir. Abdul Kadir Yusran Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama penelitian dan revisi karya ilmiah ini. 5. Kepeda seluruh dosen dan teknisi yang telah memberi bantuan berharga kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Istri yang ku sayang Erlina K. H dan anakku yang telah banyak memberi bantuan dalam penyusunan karya ilmiah ini serta memberikan motivasi moril yang begitu besar kepada penulis. 7. Kepada rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu sehingga selesainya laporan Karya Ilmiah ini.
7
Semoga bantuan dan arahan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh kerena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.
Samarinda, 24 Agustus 2010
Penulis Saparudin
8
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………...
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
iii
DAFTAR GAMBAR. …………………………………………………...
iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………..
1
B. Maksud dan Tujuan ……………………………………………...
4
C. Hasil yang Diharapkan …………………………………………..
4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengawetan Kayu .....................................................
6
B. Metode Rendaman Dingin .........................................................
8
C. Metode Rendaman Panas Dan Dingin ........................................
9
D. Bahan Pengawet Kayu …………………………………………..
10
E. Bahan Pengawet Prevail 100 EC ................................................
11
F. Retensi Bahan Pengawet ..........................................................
12
G. Risalah Kayu Sengon ...............................................................
14
III. METODE PENELITIAN A. Waktu Penelitian ………………………………………………...
16
B. Tempat Pelaksanaan Penelitian ………………………………….
16
C. Bahan Baku Penelitian ……………………..……………………
16
D. Alat ………………………………………………………………
17
E. Inastrumen Pelaksanaan ............................................................
17
F. Pengolahan Data ........................................................................
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil .............................................................................................
22
B. Pembahasan ...................................................................................
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………
28
9
B. Saran – Saran …………………………………………………….
28
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...
29
Lampiran – Lampiran ……………………………………………………
31
DAFTAR GAMBAR Halaman
No
Tubuh Utama
1.
Cara Pengambilan dan Contoh Uji Kayu Sengon ................................
18
2.
Grafik Perbandingan Retensi Bahan pengawet Prevail 100EC ............
23
10
DAFTAR TABEL Halaman
No
Tubuh Utama
1.
Pembagian Kelas Awet Kayu ………………………………………...
6
2.
Standar Prevail 100EC Menurut Protan Laboratories ………………..
12
3.
Standar Retensi Bahan Pengawet Sesuai dengan Kebutuhan ………... 13
4.
Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC Pada Batang Kayu Sengon ..
22
5.
Absorbsi Bahan Pengawet Prevail 100EC Pada Batang Kayu Sengon
23
6.
Kadar Air Contoh Uji Kayu Sengon ....................................................
24
Ciri Fisik Contoh Uji yang Setelah Diawetkan ....................................
24
No 1
Lampiran Hasil Pengukuran Volume Contoh Uji Batang Kayu Sengon Untuk Metode Rendaman Panas Dan Dingin ………………………………..
2
Hasil Perhitungan Absorbsi Contoh Uji Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin ……………...
3
31
32
Hasil Pengukuran Retensi Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin. ………………………………. 33
4
Hasil Pengukuran Volume Contoh Uji Batang Kayu Sengon Untuk Metode Rendaman Dingin …………………………………………… 34
5
Hasil Perhitungan Absorbsi Contoh Uji Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Dingin ………………………….
6
35
Hasil Pengukuran Retensi Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Dingin …………………………………………… 36
11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, karena kayu telah banyak digunakan sebagai alat perlengkapan sehari- hari. Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai kelebihan dibanding bahan bangunan lainnya, tersedia hampir di seluruh dunia yang mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan ukuran, secara alami mempunyai penampilan yang sangat dekoratif, serta beratnya relatif ringan. Sekitar 4000 jenis kayu di Indonesia hanya sekitar 15 - 20 % saja kayu yang termasuk kelas awet tinggi (kelas awet I dan II) sedangkan sisanya sekitar 80 - 85 % termasuk kelas awet rendah (kelas awet III, IV dan V). Maka dari itu perlu dilakukan langkah untuk pengawetan pada kayu yang tergolong kelas awet rendah tersebut yang jumlahnya cukup besar. Melalui usaha ini diharapkan dapat memperpanjang umur dan masa pakai kayu untuk keperluan konstruksi dan keperluan lainnya menjadi meningkat (Wahyu, 2006). Kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia dalam berbagi macam spesies. Namun salah satu sifat kayu yang tidak menguntungkan adalah kepekaan terhadap faktor perusak kayu, baik faktor biotik maupun non biotik. Faktor biotik perusak kayu antara lain adalah jamur, bakteri, serangga dan cacing laut. Faktor perusak kayu non biotik meliputi pengaruh mekanis, kimia dan fisik pada kayu.
12
Keawetan kayu diartikan sebagai daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak kayu dari golongan biotik. Tingkat keawetan kayu merupakan suatu nilai yang pasti yang berlaku untuk membuat pembagian Kelas Awet kayu. Pengawetan kayu merupakan suatu cara untuk meningkatkan keawetan kayu terhadap serangan faktor biologis penyebab kerusakan kayu. Caranya adalah dengan memasukan bahan bahan pengawet dengan dosis tertentu ke dalam kayu, sehingga dapat mencegah perusak kayu untuk merusak kayu. Alasan diadakan pengawetan kayu yang memiliki kelas awet rendah ialah kerena kayu yang memiliki kelas awet tinggi sulit didapatkan dengan jumlah yang banyak dan harga yang sukup mahal, selain itu memiliki nilai estetika dan nilai dekoratif yang baik. Kayu sengon yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini merupakan jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan Timur dan daerah – daerah lainnya selain itu kayu sengon memiliki pertumbuhan sangat cepat sehingga tidak perlu memerlukakn waktu yang lama untuk mengolahnya menjadi kebutuhan masyarakat seperti membuat bahan – bahan bangunan ringan bawah atap contohnya meja, rak piring, tempat tidur, rak buku serta untuk kebutuhan industri seperti industri korek api, industri pulp dan kertas dan lain – lain, namun kayu sengon memiliki beberapa kekurangan yaitu keawetan kayu sengon sangat rendah yaitu digolongkan pada kayu kelas awet IV – V sehingga dalam penggunaannya kayu sengon harus diawetkan terlebih dahulu. Pada umumnya proses pengawetan terhadap kayu dilakukan dengan berbagai metode seperti pengawetan dengan penyemprotan, pencelupan, pembalutan, vakum, dan rendaman, dari beberapa cara mengawetkan kayu
13
tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode pengawetan yaitu rendaman panas dan dingin dan metode rendaman dingin, penulis mengambil metode ini dikerenakan prosesnya yang sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Untuk melakukan suatu pengawetan terhadap kayu tentunya diperlukan bahan pengawet agar kayu yang diawetkan dapat bertahan lama dan terhindar dari serangan organisme perusak kayu, dalam penelitian ini bahan pengawet yang digunakan adalah bahan kimia yang berkualitas tinggi dan digolongkan kedalam bahan kimia yang ramah lingkungan, bahan kimia tersebut adalah pengawet kayu merek Prevail 100EC buatan Amerika Serikat ( USA ) yang memiliki kandungan bahan aktif Cypermnathrium yang dapat mencegah berkembangnya organisme perusak kayu pada kayu kelas awet rendah. Bahan pengawet Prevail 100EC adalah produk unggulan baru FMC Coorperation (AS), yang mengandung bahan aktif cypermnathrium yang aman bagi lingkungan asal tepat pengaplikasiannya. Produk ini memiki daya basmi cepat terhadap Jamur dan serangga perusak kayu seperti Rayap, penggerek, kumbang dan lain sebagainya, namun dengan tingkat keracunan yang rendah terhadap mamalia ( Surya Wisnu Utama (2009) ) Pengawetan kayu yang diartikan sebagai suatu cara memberi dan memasukan bahan pengawet kedalam kayu yang bertujuan untuk memperpanjang masa pakai kayu. Proses pengawetan pada kayu dengan kelas awet rendah sangat penting kerena kayu tersebut sangat mudah terserang organisme perusak kayu, oleh sebab itulah penulis melakukan penelitian ini dengan harapan besarnya retensi dengan menggunakan kedua metode ini bisa menjadi acuan untuk
14
melakukan pengawetan kayu dan tentunya kayu yang telah diawetkan bisa bertahan lama dan tahan terhadap organisme perusak kayu.
B. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui berapa banyak bahan pengawet Prevail 100EC dengan konsentrasi 10 % yang dapat masuk ke dalam kayu sengon dengan motode rendaman panas dan dingin dan metode rendaman dingin. 2. Untuk menentukan metode yang tepat dan lebih efisien pada proses pengawetan kayu terutama dengan metode yang diujikan ini.
C. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar bahan baku kayu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu sengon yang memiliki kelas awet rendah setelah dilakukan pengawetan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengerjaan kayu seperti
dimanfaatkan untuk bahan – bahan bangunan ringan
bawah atap seperti meja, rak piring, tempat tidur, rak buku, industri korek api dan lainnya serta ketahanan kayu sengon terhadap serangan organisme perusak kayu menjadi lebih baik dibandingkan ketika sebelum diawetkan. Selanjutnya penggunaan terhadap bahan pengawet yang baik dan bermutu tinggi serta dalam penggunaan bahan pengawet hendaknya diperhatikan jenis racun yang digunakan, pemilihan bahan pengawet hendaknya memilih bahan pengawet yang ramah terhadap lingkungan sehingga tidak membahayakan
15
terhadap lingkungan sekitarnya seperti pengawet Prevail 100EC ini yang telah di tetapkan sebagai bahan pengawet yang ramah lingkungan. Dari hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan industri pengawetan kayu, acuan yang dimaksud adalah metode yang tepat dalam proses pengawetan kayu, sehingga hasil yang diharapkan didapat dengan baik kerena tingkat keawetan kayu menjadi lebih tinggi atau bahan pengawet yang masuk kedalam kayu semakin baik sehingga kayu bisa bertahan lama dan aman dari serangan organisme perusak kayu.
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengawetan Kayu Pengawetan kayu adalah proses pemasukan bahan kimia atau perlakuan fisik terhadap kayu untuk meningkatkan keawetannya dan memperpanjang masa pakai (service life) kayu (Rudi, 2002). Keawetan alami kayu ditentukan oleh zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap organisme perusak. Dalam hal ini tiap jenis kayu mempunyai zat ekstraktif yang berlainan. Salah satu kekurangan kayu adalah dapat dirusak oleh organisme hidup seperti jamur, serangga dan binatang laut yang hidup merombak komponen utama pembentuk kayu seperti lignin dan selulosa, serta menurunkan kekuatan kayu. Mereka menggerek kayu sebagai makanan maupun tempat tinggal. Usia pakai kayu tergantung kepada kelas awet kayu terhadap faktor perusak kayu (Cartwright dan findlay, 1958 ) Tabel 1. Pembagian Kelas Awet Kayu Umur Pakai Kayu Kelas Awet
Kategori
Kehilangan Berat (%) (Thn)
I
Sangat Awet
<1,0
>10
II
Awet
1,0-5,0
5-10
III
Kurang Awet
5,1-10,0
2-5
IV
Tidak Awet
10,1-30,0
2-5
V
Sangat Tidak Awet
>30.0
<2
Sumber : Cartwright dan findlay (1958)
17
Padlinurjaji (2004), mengatakan secara garis besar tujuan pengawetan kayu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Tindakan pengawetan yang bertujuan untuk mempertahankan kayu sebagai bahan baku. b. Tindakan pengawetan yang bertujuan untuk mempertinggi hasil produksi, dalam hal ini meningkatkan daya tahan kayu terhadap kemungkinan kerusakan kayu, sehingga kayu dapat dipergunakan lebih lama atau bahkan dapat memenuhi persyaratan untuk pengunaaan. Menurut Martawijaya (1972), Manfaat pengawetan kayu adalah: a. Jenis kayu yang kurang awet, yang tadinya kurang dipakai dapat digunakan dengan baik, dalam hal ini berarti memanfaatkan sumber daya alam secara efisien. b. Memperpanjang masa pakai kayu yang berarti menghemat. c. Kayu yang diawetkan dapat menggantikan kayu yang benilai ekspor. d. Dengan adanya industri pengawetan kayu memungkinkan bertambahnya kesempatan kerja sehingga dapat membantu masalah pengangguran. Beberapa cara mengawetkan kayu sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1950-an, diantaranya pelaburan, pencelepun, vakum, rendaman dingin dan rendaman panas dan dingin (Rudi, 2002). Lebih lanjut Rudi (2002) mengatakan bahwa Proses pengawetan terhadap kayu bisa dilakukan dengan memasukan bahan kimia kedalam kayu seperti dengan , pencelupan, pembalutan, vakum, rendaman dan lain sebagainya, selain itu perlakuakan terhadap fisik kayu seperti pengeringan kayu, pengetaman dan
18
penyimpanan kayu juga sangat penting untuk diperhatikan supaya kayu yang akan dipergunakan dapat bertahan lama. Penggunaan kayu yang memiliki keawetan yang baik sangat mempengaruhi nilai ekonomi terhadap bahan-bahan bangunan, dan benda – benda lain yang dibuat dengan kayu, hal ini dikerenakan tingkat keawetan akan mempengaruhi masa pakai terhadap bahan kayu yang digunakan sehingga perbaikan dan penggantian terhadap bahan kayu akan dapat dihemat yang berarti akan menghemat biaya juga untuk keprluan penggantian dan perbaikan bahan – bahan kayu yang rusak.
B. Metode Rendaman Dingin Yoesoef (1997) mengatakan bahwa perendaman dingin dapat dilakukan dengan cara memasukan kayu ke dalam larutan bahan pengawet dan dibiarkan terendam selama beberapa hari atau beberapa minggu dan biasanya dilakukan pada suhu kamar. Sedangkan menurut Barly (1988) peresapan bahan pengawet akan berlangsung cepat pada waktu 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari pertama rendaman yang kemudian akan berlangsung secara lambat setelah hari- hari berikutnya. Makin lama kayu terendam dalam bahan pengawet semakin besar penembusan yang diperoleh sehingga hasilnya akan sama dengan yang diperoleh dengan tekanan. Lebih lanjut Dumanau (1982) menambahkan bahwa waktu pengawetan perendaman kayu harus seluruhnya terendam jangan sampai ada yang terapung,
19
oleh karena itu kayu harus diberi pemberat yang berguna untuk sirkulasi dalam perataan masuknya bahan pengawet.
C. Metode Rendaman Panas Dan Dingin Taman Alex .dkk ( 2002 ) dalam Buku Petunjuk Praktikum Pengawetan Kayu mengatakan bahwa metode rendaman panas dan dingin merupakan salah satu metode yang sering dilakukan dalam kegiatan proses pengawetan kayu, penggunaan metode ini sangat sederhana kerena proses yang akan dilalui sangat mudah yaitu dengan menaikan temperatur campuran larutan bahan pengawet dan kayu yang akan diawetkan dengan cara direbus sampai pada titik didih pada kisaran 90 0 C – 110 0C dan selanjutnya diganti dengan perendaman dingin pada suhu kamar antara 20 0 C – 34 0 C. Proses pergantian perendaman kayu ini ada beberapa cara yaitu dengan cara membiarkan campuran larutan bahan pengawet dingin setelah dipanaskan tampa mengganti larutan bahan pengawet dan cara selanjutnya yaitu dengan memindahkan kayu pada campuran larutan bahan pengawet pada campuran larutan bahan pengawet yang dingin setelah direbus dengn larutan campuran bahan pengawet yang memiliki konsentrasi yang sama, pemindahan kayu dari larutan pengawet panas ke larutan pengawet panas hendaknya dengan cepat yaitu sebelum larutan pengawet untuk merebus kayu dingin. Hal yang ini juga dijelas oleh Rudy Tarumingkeng dkk (2002) perendaman kayu selama beberapa jam secara bergantian dengan rendaman bahan pengawet
panas
dan
bahan
pengawet
relatif
dingin
berfungsi
untuk
mengembangkan udara dalam lapisan luar kayu dan untuk menguapkan lengas
20
dipermukaan kayu dan lamanya rendaman dan suhu bahan pengawetnya akan lebih menentukan banyaknya udara dan uap air yang meninggalkan kayu.
D. Bahan Pengawet Kayu Bahan pengawet adalah senyawa kimia yang dimasukkan ke dalam kayu sehingga meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak (SNI 03-5010.1-1999). Dumanau (1982) mengatakan Keawetan kayu akan meningkat bila bahan pengawet yang digunakan bersifat racun atau menolak terhadap organisme perusak kayu. Bahan pengawet kayu harus mempunyai sifat seperti berikut: a. Mempunyai daya racun yang tinggi terhadap organisme perusak kayu. b. Bahan kimia yang digunakan harus mempunyai persenyawaan yang mantap dan tidak boleh kehilangan daya racun. c. Tidak boleh bereaksi dengan bahan yang berhubungan dengannya yang menyebabkan karat atau noda serta mengurangi daya racun bahan pengawet tersebut. d. Harus aman dipakai dan tidak boleh membahayakan manusia dan hewan peliharaan. e. Bersih dalam pemakaian dan tidak boleh mencemarkan makanan dan lingkungan. f. Kayu yang telah diawetkan harus tetap dapat diwarnai atau divernis seperti halnya kayu yang tidak diawetkan.
21
Lebih lanjut Duljapar (1996) menyatakan, secara garis besar bahan pengawet kayu dapat menjadi tiga golongan besar pengelompokan yang didasarkan cara pemakaian, yaitu: 1) Bahan pengawet berupa minyak (oil perservatives) seperti creosote, carbolineum dan sebagainya. 2) Bahan pengawet larut minyak (organic solvent type/oil born perservatives) seperti
penthachlrophenol
dan
coppernaphenenate,
dieldrin
dan
sebagainya. 3) Bahan pengawet kayu larut air (water-born perservatives) seperti garamgaram wolman, Asam borat, tanalith dan lain- lain.
E. Bahan Pengawet Prevail 100 EC Menurut Surya Wisnu Utama (2009) Prevail 100 EC adalah produk unggulan baru FMC Coorperation (AS), yang mengandung bahan aktif cypermnathrium yang aman bagi lingkungan asal tepat pengaplikasiannya. Produk ini memiiki daya basmi cepat, namun dengan tingkat keracunan yang rendah terhadap mamalia, Prevail 100 EC merupakan produk anti rayap dan serangga yang mengandung bahan aktif cypermnathrium. Bahan aktif ini mempunyai karakteristik : 1. Tingkat keracunan pada hewan menyusui (mamalia) rendah. 2. Mempunyai efek daya serap yang cepat. 3. Mempunyi sifat penolakan terhadap rayap dan serangga yang tinggi. 4. Tingkat aplikasi yang rendah.
22
5. Tingkat kelarutan dalam air yang rendah. Tabel 2. Standar Prevail 100EC Menurut Protan Laboratories No
Sifat
Parameter
1
Ukuran Partikel
Cair
2
KA (% Berat Kering)
= 20 %
3
Kadar Abu (% Berat Kering)
=2%
4
Derajat Disterilisasi
= 80 %
5
Warna Larutan
Keputih - putihan
6
Visikositas -
Rendah
< 200
-
Medium
200 – 799
-
Tinggi
800 - 2000
-
Ekstrak Kering
> 2000
Sumber : Chandrkrachang et al (1991)
F. Retensi Bahan Pengawet Menurut Barly (1988) Retensi adalah bahan pengawet
yang tertinggal atau
diserap oleh kayu pada satuan tertentu yang dinyatakan dalam Kg/m3 . Besarnya tergantung pada golongan atau jenis bahan pengawet . Penyerapan bahan pengawet kedalam kayu dipengaruhi oleh jenis kayu hal ini disebabkan oleh setiap jenis kayu memiliki kerapatan serat yang berbeda – beda, dimana beberapa jenis kayu memiliki kerapatan yang tinggi akan membutuhkan waktu yang lama untuk memasukan bahan pengawet kedalam kayu tersebut, begitu juga sebaliknya kayu
23
yang memiliki kerapatan serat yang rendah akan relatif mudak untuk dimasuki bahan pengawet. Lebih Lanjut Menurut Anonim (1992) menjelaskan salah satu cara menghitung besarnya retensi adalah berdasarkan perbedaan berat kayu sebelum dan sesudah diawetkan. Untuk mendapatkan pengawetan kayu yang baik. Persyaratan retensi dan penetrasi bahan pengawet yang dicapai dipengaruhi oleh tipe bahan pengawet, jenis kayu yang diawetkan, cara pengawetan dan keadaan kayu yang diawetkan. Retensi standar sesuai dengan tujuan pemakaian dan kebutuhan (Martawijaya, 1972), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 3. Standar Retensi Bahan Pengawet Sesuai dengan Kebutuhan No.
Tujuan
Kebutuhan 5 – 6 kg/m3
1
Konstruksi dibawah atap
2
Konstruksi diluar atap dan tidak kontak langsung 8 kg/m3 dengan tanah
3
Konstruksi kontak dengan tanah
12 kg/m3
4
Konstruksi diluar, kontak dengan tanah dan air
16 kg/m3
5
Konstruksi diluar dan kontak langsung dengan air
24 kg/m
3
Sumber : (Martawijaya, 1972) Pada prinsipnya umur pemakaian kayu yang diawetkan dipengaruhi oleh jumlah bahan pengawet yang masuk kedalam kayu (retensi) dan dalamnya bahan pengawet yang masuk kedalam kayu (penetrasi) (Martawijaya, 1972).
24
G. Risalah Kayu Sengon Menurut Santoso (1992) Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa). Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore) Selanjutnya Santoso (1992) mengatakan bahwa Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomis pada tanaman sengon adalah kayunya. pohonnya dapat mencapai tinggi mencapai 30-50 meter, dan diameter batang mencapai 7080 cm. batang sengon tumbuh tegak lurus. kulit luar batangnya bewarna kelabu keputih-putihan. kayu sengon mempunyai serat membujur dan bewarna putih. kayu sengon mempunyai berat jenis (BJ) 0,33 dan untuk tingkat keawetannya digolongkan kelas IV - V, sedangkan untuk kelas kekuatannya digolongkan kelas IV - V juga. melihat sifat itu, kayu sengon dapat digunakan sebagi bahan bangunan ringan dibawah atap, atau bangunan lain yang bersifat sementara. kecuali kayu sengon yang bewarna putih biasa digunakan untuk perabotan rumah tangga, misalnya : meja, kursi, rak piring, tempat tidur, industri korek api dan sebagai bahan baku industri kertas.
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini adalah dimulai dari mei 2010 sampai juli 2010 atau ± 3 bulan, adapun rincian kegiatannya adalah sebagai berikut : Waktu No
Keterangan Bulan 1
1
Persiapan dan pengambilan sampel
2
Proses pengawetan kayu
3
Pengolahan data dan penyusunan laporan
Bulan 2
Bulan 3
XXXX XXXX XXXX
B. Tempat Pelaksanaan Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian di Laboratorium Pengawetan Kayu Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
C. Bahan Baku Penelitian Bahan-bahan yang digunakan antara lain : 1. Bahan pengawet dengan konsentrasi 10 % atau 50 ml. Bahan pengawet yang digunakan adalah pengawet kayu dengan merek Prevail 100 EC. 2. Kayu sengon (Paraserianthes Falacataria). Dengan contoh uji yang berukuran 2 x 2 x 2 cm sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 30 sampel untuk diawetkan dengan metode rendaman panas dingin dan 30 sampel dengan metode rendaman dingin. (Taman Alex. Dkk (2002))
26
3. Air sebanyak 450 ml. Air digunakan sebagai pelarut bahan pengawet. D. Alat Peralatan yang digunakan adalah ; 1. Cain Saw. 2. Ampalas. 3. Mikro Kapiler. 4. Timbangan analitik. 5. Pemberat. 6. Pengaduk. 7. Hot Plate Stirrer. 8. Desikator. 9. Kalkulator dan alat tulis. 10. Beaker glass. 11. Oven listrik.
E. Instrumen Pelaksanaan Menurut Taman Alex. Dkk (2002) instrumen pelaksanaan pengawetan kayu adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan larutan bahan pengawet merek Prevail 100 EC dengan konsentrasi 10 %. a. Larutan bahan pengawet yang dibutuhkan ialah sebanyak 500 ml. b. Pencampuran bahan pengawet prevail ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
27
c. Siapkan air dalam bak sebanyak 450 ml d. Campurkan bahan pengawet ke dalam Beaker glass yang berisi air aduk secara merata. 2. Pembuatan contoh uji dari kayu sengon. a. Contoh uji dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm yang terdiri dari 60 sampel dan dibagi dua, 30 sampel untuk metode rendaman dingin dan 30 sampel untuk metode rendaman panas dan dingin dan selanjutnya ditimbang untuk mendapatkan berat basah. b. Contoh uji yang telah dibuat sebanyak 60 sampel tadi dikeringkan di dalam oven listrik dengan suhu 103 ± 2o C selama kurang lebih 48 jam, selanjutnya di keluarkan dan di masukkan ke dalam desikator lalu ditimbang untuk mengetahui berat awalnya. c. Contoh uji sebanyak 60 sampel dibagi menjadi 2 (dua) yaitu 30 sampel dengan metode rendaman panas dan dingin dengan konsentrasi 10 %, dan 30 sampel lagi dengan metode rendaman dingin dengan konsentrasi 10 %. Adapun pengambilan contoh uji dari pohon Sengon adalah sebagai berikut :
Gambar. 1 Cara Pengambilan dan Contoh Uji Kayu Sengon
28
3. Prosedur Kerja Pengawetan Kayu a. Menyiapkan Beaker glass untuk merendam kayu dengan larutan bahan pengawet b. Masukan campuran larutan bahan pengawet kedalam Beaker glass dan masukan pula contoh uji yang akan diawetkan ma sing – masing Beaker glass ada 30 buah contoh uji kayu. c. Pada perlakuan dengan metode Rendaman Panas dan Dingin, campuran bahan
pengawet
yang
dimasuki
contoh
uji
direbus
dengan
menggunakan Hot Plate Stirrer sampai mendidih atau ± satu jam, dan setelah direbus Hot Plate Stirrer dimatikan dan Beaker glass dipindahkan ke dalam ruangan ber AC dengan kisaran suhu ruangan 15 O
C – 25 OC dan supaya contoh uji terendam semuanya maka diberi
pemberat diatasnya dan dibiarkan selama 3 (tiga) hari. d. Pada perlakuan dengan metode Rendaman Dingin, campuran bahan pengawet yang dimasuki contoh uji direndam langsung dan diatas contoh uji diberi pemberat supaya contoh uji terendam semuanya dan disimpan diruangan ber AC selama 3 (tiga) hari. e. Setelah perendaman selama 3 (tiga) hari contoh uji diangkat dan ditiriskan sampai air tidak menetes lagi selama 5 hari. f. Apabila contoh uji sudah kering maka kegiatan selanjutnya adalah menimbang contoh uji untuk mendapatkan nilai berat setelah perendaman.
29
F. Pengolahan Data 1. Perhitungan retensi bahan pengawet. Menurut Duljapar (1996) untuk menghitung retensi bahan pengawet digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : R
= Retensi (kg/m3 )
V
= Volume contoh uji sebelum diawetkan (m3 )
K
= Konsentrasi larutan (%)
Ba = Berat akhir setelah kayu diawetkan Bo = Berat awal sebelum kayu diawetkan Selanjutnya dari hasil perhitungan retensi di atas akan dihitung pada rata-rata total (keseluruhan) retensi sebagai berikut :
Keterangan : X
= Rata-rata retensi total (gr)
Rt = Jumlah retensi total (gr) N
= Jumlah sampel uji
Adapun cara membuat larutan bahan pengawet menurut (Taman Alex. Dkk (2002)) adalah sebagai berikut : Volume bahan pengawet :
30
Keterangan : Vbp
=
Volume bahan pengawet
K
=
Konsentrasi
LBP
=
Larutan bahan pengawet
Sedangkan untuk mencari vo lume air yang diperlukan adalah :
Keterangan : Va
=
Volume air
P
=
Pembanding dengan konsentrasi
LBP
=
Larutan bahan pengawet
Selanjutnya untuk mencari kadar air kayu yang telah dimasukan ke dalam oven adalah sebagai berikut :
Keterangan : KA
=
Kadar Air
Bo
=
Berat Awal
Ba
=
Berat Setelah Oven
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Retensi Dari hasil pengukuran dan perhitungan dalam penelitian diperoleh nilai – nilai yang dibutuhkan untuk mencari besaran retensi bahan pengawet prevail 100EC yaitu nilai absorsi untuk perlakuan rendaman panas dan dingin sebesar 0,3482 gr , dan rendaman dingin sebesar 0,0956 gr, dan dibandingkan dengan nilai volume contoh uji yaitu untuk metode rendaman panas dan dingin sebesar 8,0167 cm3 dan rendaman dingin sebesar 8,02 cm3 selanjutnya dikalikan lagi dengan nilai kosentrasi sebesar 10 % pada kadar air contoh uji kayu sengon sebesar 16.8965 % maka didapatlah nilai retensi yang ada pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Retensi Bahan Pengawet Prevail 100EC Pada Batang Kayu Sengon No. Konsentrasi
Perlakuan
Retensi ( kg/m3 )
1.
10 %
Rendaman Panas dan Dingin
4,3396
2.
10 %
Rendaman dingin
1,1923
Untuk masing – masing perlakuan, perlakuan dengan metode rendaman panas dan dingin rata – rata retensinya sebesar 0,0043396 gr/cm3 (4,3396 kg/m3 ) dan metode rendaman dingin rata – rata retensinya sebesar 0,001923 gr/cm3 (1,1923 kg/m3), hasil perhitungan rata – rata pengukuranya dapat dilihat pada lembar lampiran. Untuk mengetahui perbandingan antara kedua perlakuan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :
32
Kg/m3
Gambar 2. Grafik Perbandingan Retensi Bahan pengawet Prevail 100EC
2. Absorbsi Nilai rata selisih antara penimbangan sebelum pengawetan dan setelah pengawetan atau nilai absorbsi yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 5. Absorbsi Bahan Pengawet Prevail 100EC Pada Batang Kayu Sengon No.
Perlakuan
Absorbsi (gr)
1.
Rendaman Panas dan Dingin
0,3482
2.
Rendaman dingin
0,0956
3. Kadar Air Nilai rata – rata kadar air contoh uji kayu sengon setelah dilakukan pengovenan adalah :
33
Tabel 6. Kadar Air Contoh Uji Kayu Sengon No. Perlakuan
Kadar air (%)
1.
Rendaman Panas dan Dingin
17,2896
2.
Rendaman dingin
16,5034
4. Ciri Fisik Contoh Uji dan Larutan Bahan Pengawet Dari 60 contoh uji kayu sengon yang dibagi masing – masing perlakuan menjadi dua yaitu untuk metode rendaman panas dan dingin sebanyak 30 contoh uji dan perlakuan dengan rendaman dingin sebanyak 30 contoh uji juga, dari setiap perlakuan yang dilakukan terdapat perbedaan ciri fisik yang terjadi pada masing contoh uji dengan perlakuan yang berbeda tersebut setelah dilakukan pengawetan terhadap contoh uji, perbedaan ciri fisik tersebut ialah : Tabel 5. Ciri Fisik Contoh Uji yang Setelah Diawetkan No
Perlakuan
1
Rendaman Panas dan dingin
2
Rendaman dingin
Aroma
Warna
Berat
Menyengat
Kecoklatan
Berat
Putih
Ringan
Tidak menyengat
Untuk sisa bahan pengawet setalah dipergunakan untuk mengawetkan kayu sengon juga memiliki perbedaan fisik, ciri fisik bahan pengawet yang digunakan pada perlakuan rendaman panas dan dingin berwarna agak kecoklatan dan aroma yang menyengat sedangkan untuk ciri fisik bahan pengawet pada perlakuan rendaman dingin berwarna putih dan bau yang tidak terlalu menyengat.
34
B. Pembahasan Dari hasil perhitungan retensi bahan pengawet Prevail 100EC dari kayu Sengon dengan perlakuan yang berbeda menunjukan bahwa nilai retensi dengan perlakuan rendaman Panas dan dingin memiliki nilai retensi yang lebih tinggi hal ini disebabkan mengembangnya udara di dalam lapisan lua r kayu dan untuk menguapkan lengas dipermukaan kayu dan lamanya rendaman dan suhu bahan pengawetnya akan lebih menentukan banyaknya udara dan uap air yang meninggalkan kayu, hal ini sangat ini senada dengan penyataan Rudy Tarumingkeng dkk (2002) yang mengatakan bahwa perendaman kayu selama beberapa jam secara berganti- ganti dengan rendaman bahan pengawet panas dan bahan pengawet relatif dingin berfungsi untuk mengembangkan udara dalam lapisan luar kayu dan untuk menguapkan lengas dipermukaan kayu dan lamanya rendaman dan suhu bahan pengawetnya akan lebih menentukan banyaknya udara dan uap air yang meninggalkan kayu. Selanjutnya rentensi dengan perlakuan rendaman dingin relatif rendah dibanding metode rendaman panas dan dingin hal ini dikerenakan lambatnya pengembangan udara di dalam lapisan luar kayu dan menguapkan legas dipermukaan kayu sehingga bahan yang masuk kedalam kayu juga relatif sedikit. Walaupun retensi bahan pengawet pada metode pengawetan rendaman panas dan dingin relatif tinggi namun masih belum memenuhi standar untuk digunakan sebagai bahan bangunan hal ini dapat dilihat pada tabel standarisasi penggunaan bahan pengawet merk Prevail 100 EC menurut Martawijaya, (1972) yang mengatakan bahwa standar hasil pengawetan dengan bahan pengawet merk
35
prevail 100 EC minimal untuk bangunan bawah atap adalah 5 – 8 kg/m3 , sedangkan dengan metode pengawetan rendaman panas dan dingin hanya sebesar 4,3396 kg/m3 . Sedangkan untuk persentase rata – rata kadar air yang didapat pada penelitian ini sudah memenuhi standar dalam penggunaan bahan pengawet Prevail 100EC yaitu 16,5034 % untuk metode rendaman dingin dan 17,2896 % untuk metode rendaman panas dan dingin dimana standar kadar air untuk penggunaan bahan pengawet Prevail ini menurut Chandrkrachang et al (1991) adalah = 20 %. Perubahan yang terjadi pada sifat fisik contoh uji pada masing – masing metode pengawetan disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan, pada metode rendaman panas dan dingin contoh uji berubah warna, aroma menyengat dan beratnya bertambah dikerenakan oleh akibat perebusan terhadap contoh uji dengan larutan bahan pengawet prevail 100EC dan dengan dipanaskannya larutan bahan pengawet maka zat kimia kayu seperti lignin dan ekstaktif larut bersama larutan bahan pengawet sehingga warna contoh uji juga akan mengalami perubahan warna, pada metode rendaman dingin Contoh uji kayu berwarna putih, aroma tidak menyengat dan beratnya ringan hal ini disebabkan oleh proses perendaman yang dilakukan dimana bahan pengawet yang relatif sedikit yang masuk kedalam kayu. Perubahan juga terjadi pada sisa bahan pengawet yang telah digunakan untuk pengawetan kayu sengon yaitu mengalami perubahan warna, berat, dan aroma yang disebabkan oleh metode yang dilakukan dalam penelitian ini, bahan pengawet berubah menjadi kecoklatan dan beraroma menyengat pada metode
36
rendaman panas dan dingin disebabkan oleh proses pemanasan bahan pengawet yang dilakukan dan larutnya zat kimia kayu seperti lignin dan ektraktif sehingga bercampur dengan larutan bahan pengawet, begitu juga sebaliknya pada proses rendaman dingin perubahan warna, berat, dan aroma bahan pengawet tidak terlalu mengalami perubahan hal ini dikernakan bahan pengawet tidak dipanaskan sehingga zat kimia kayu yang ada pada kayu sengon tidak terlalu cepat larut bersama campuran bahan pengawet dan air.
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan analisis data dalam retensi bahan pengawet Pravail 100EC pada perlakuan yang berbeda menunjukan bahwa rentensi bahan pengawet dengan metode rendaman panas dan dingin (4,3396 kg/m3 ) lebih besar dibanding metode rendaman dingin (1,1923 kg/m3 ), jadi metode yang bisa dijadikan acuan dalam pengawetan kayu adalah metode rendaman panas dan dingin kerena sudah mendekati standar retensi untuk bangunan bawah atap.
B. Saran Dari kegiatan yang penulis lakukan dilapangan ada beberapa saran yang hendak penulis sarankan yaitu : seperti yang sudah diketahui bahwa retensi yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, untuk itu penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yaitu dengan menambah konsentrasi bahan pengawet atau menambah waktu perendaman contoh uji atau dengan menggunakan metode pengawetan lainnya agar hasil yang didapat bisa mencapai standar yang telah ditentukan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim , 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta. Anonim, 1978. Peraturan Pengawetan dan Kering Kayu Bangunan. Yayasan Lembaga Pendidikan Masalah Pembangunan. Jakarta Anonim, 1999. SNI Bahan Pengawet Kayu. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta Barly. 1988. Teknik Pengawetan Kayu. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor Cartwright dan findlay. 1958. Pestisida untuk pertanian dan kehutanan. Dirjen Bina Sarana Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Chandrkrachang , 1991. Prevail 100EC. http://bumimakmur.net/tag/anti-rayap. Bandung Duljapar, 1996. Pengawetan Kayu. Gramedia. Jakarta Dumanauw, 1982. Mengenal Kayu. Pendidikan Industri Kayu Atas. Kanisius. Yogyakarta Hunt and George Garrat, 1976. Pengawetan Kayu. Radar Jaya Offset. Jakarta Martawijaya, 1972. Kajian Peran Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam rangka Pengolahan Hutan Lestari. Laporan Hasil Penelitian . Puslitbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor Martawijaya, 1972. Resistance of A Number of Indonesian Woods Species Against Cryptotermes cynocephalus Light. Report No. 129. Forest Product Research Institute, Bogor. Padlinurjaji, 2004. Pengawetan Tujuh Jenis Kayu Secara Rendaman Dingin dengan Bahan Pengawet Impralit 16 SP dan Impralit CKB. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Bogor Rudi, 2002. Keawetan kayu yang berasal dari hutan alam dan hutan tanaman. Prosiding Diskusi Sifat dan Kegunaan Jenis Kayu HTI. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Santoso, H.B, 1992. Budidaya Sengon. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
39
Sutrisno dkk, 1990. Teknologi Hasil Hutan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Universitas Padjadjaran. Bandung Alex, T dkk. 2002. Petunjuk Praktikum Pengawetan Kayu. Politeknik Pertanian Negeri samarinda. Samarinda Tarumingkeng, 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Tawakal, M.I, 1987. Teknologi Hasil Hutan Proyek Pembangunan Kehutanan Daerah Dengan Dana IHH. Pusdiklat Departemen Kehutanan. Bogor Utama, S.W. 2009. Anti Rayap. http://bumimakmur.net/tag/anti-rayap. Bandung Wahyu, 2006. Pemerintah Sulit Memenuhi Target 1,35 Juta Unit Rumah. Harian Republika. Jumat, 11 Agustus 2006. Jakarta Yoesuf, 1997. Pengawetan Kayu. Yayasan pembinaan fakultas kehutanan UGM. Yogyakarta
40
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Volume Contoh Uji Batang Kayu Sengon Untuk Metode Rendaman Panas Dan Dingin. No
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tinggi (cm)
Volume (cm3 )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah ( ? ) Rata - Rata ( X )
2,00 2,10 2,00 2,00 2,00 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,00 62,1 2,07
1,90 1,90 2,00 1,90 2,00 2,00 1,90 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 1,90 1,90 2,00 1,90 1,90 1,90 2,00 2,00 1,90 2,00 58,7 1,567
2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 1,90 2,00 1,90 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 59,4 1,98
7,60 7,98 8,00 7,60 8,00 8,40 7,98 8,00 7,98 8,40 8,40 7,60 7,98 7,98 7,98 8,40 8,00 7,98 7,98 8,40 7,98 7,98 7,60 7,98 7,98 7,98 7,98 8,40 7,98 8,00 240,5 8,0167
41
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Absorbsi Contoh Uji Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jlh ( ? ) Rataan ( X )
Berat Basah (gr)
Berat Setelah Oven (gr)
4,7654 4,0764 4,1067 3,8765 3,9765 3,6732 4,2076 4,7845 3,8693 4,0053 4,7638 3,9643 5,3762 3,9783 4,2098 4,0373 4,6763 3,8521 4,4665 3,7761 4,7632 4,1541 4,9251 4,9162 4,7652 4,5321 3,8653 4,1672 4,6532 3,8421 129,0258 4,3009
4,0914 3,4539 3,4667 3,2684 3,3896 3,1312 3,5778 4,0836 3,3586 3,4641 4,0361 3,3789 4,6204 3,4128 3,5421 3,4112 3,9721 3,2512 3,8111 3,2309 4,0194 3,4931 4,1712 4,2261 4,1356 3,9401 3,2498 3,5398 3,9974 3,3126 110,0372 3,6679
(%)
Berat Akhir (gr)
16,4736 18,0231 18,4614 18,6054 17,3147 17,3097 17,6030 17,1638 15,2057 15,6231 18,0298 17,3252 16,3579 16,5700 18,8504 18,3542 17,7287 18,4824 17,1971 16,8746 18,5052 18,9230 18,0739 16,3295 15,2239 15,0250 18,9396 17,7242 16,4057 15,9844 518,6882 17,2896
4,3235 4,0144 3,7621 3,6747 3,5488 3,4376 3,7268 4,5676 3,5911 4,0032 4,1379 3,8189 5,0133 3,6202 3,7453 3,7941 4,1456 3,6228 4,1618 3,5442 4,4337 3,9378 4,4318 4,5508 4,4355 4,2354 3,4841 4,2964 4,4226 4,0017 120,4837 4,0161
Kadar Air
Absorbsi (gr) 0,2321 0,5605 0,2954 0,4063 0,1592 0,3064 0,1490 0,4840 0,2325 0,5391 0,1018 0,4400 0,3929 0,2074 0,2032 0,3829 0,1735 0,3716 0,3507 0,3133 0,4143 0,4447 0,2606 0,3247 0,2999 0,2953 0,2343 0,7566 0,4252 0,6891 10,4465 0,3482
42
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Retensi Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Panas Dan Dingin. No
Volume (cm3)
Absorbsi (gr)
Konsentrasi (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah ( ? ) Rata - Rata ( X )
7,60 7,98 8,00 7,60 8,00 8,40 7,98 8,00 7,98 8,40 8,40 7,60 7,98 7,98 7,98 8,40 8,00 7,98 7,98 8,40 7,98 7,98 7,60 7,98 7,98 7,98 7,98 8,40 7,98 8,00 240,5 8,016666667
0,2321 0,5605 0,2954 0,4063 0,1592 0,3064 0,1490 0,4840 0,2325 0,5391 0,1018 0,4400 0,3929 0,2074 0,2032 0,3829 0,1735 0,3716 0,3507 0,3133 0,4143 0,4447 0,2606 0,3247 0,2999 0,2953 0,2343 0,7566 0,4252 0,6891 10,4465 0,3482
10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Retensi (gr/cm3) 0,0030539 0,0070238 0,0036925 0,0053461 0,0019900 0,0036476 0,0018672 0,0060500 0,0029135 0,0064179 0,0012119 0,0057895 0,0049236 0,0025990 0,0025464 0,0045583 0,0021688 0,0046566 0,0043947 0,0037298 0,0051917 0,0055727 0,0034289 0,0040689 0,0037581 0,0037005 0,0029361 0,0090071 0,0053283 0,0086137 0,1301872 0,0043396
43
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Volume Contoh Uji Batang Kayu Sengon Untuk Metode Rendaman Dingin. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah ( ? ) Rata - Rata ( X )
Panjang (cm) 2,00 2,10 2,00 2,00 2,00 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,00 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,00 62,1 2,07
Lebar (cm) 1,90 1,90 2,00 1,90 2,00 2,00 1,90 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 1,90 1,90 2,00 1,90 1,90 1,90 2,00 2,00 1,90 2,00 58,7 1,96
Tinggi (cm) 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 1,90 2,00 1,90 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 1,90 2,00 2,00 2,00 59,4 1,98
Volume (cm3) 7,60 7,98 8,00 7,60 8,00 8,40 7,98 8,00 7,98 8,40 8,40 7,60 7,98 7,98 7,98 8,40 8,00 7,98 7,98 8,40 7,98 7,98 7,60 7,98 7,98 7,98 7,98 8,40 7,98 8,00 240,5 8,02
44
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Absorbsi Contoh Uji Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Dingin.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah ( ? ) Rata - Rata ( X )
(gr)
Kadar Air (%)
Berat Akhir (gr)
3,4774 3,4317 3,8797 3,3631 4,0057 4,0479 3,2351 3,4938 3,5569 4,5659 3,9869 3,3001 3,4491 3,4428 3,2797 3,8905 4,5471 3,5779 3,2364 4,4121 3,2256 3,2368 2,9015 3,2696 3,5888 3,5936 2,9811 3,9781 3.,1581 4,8311 108,9441 3,6315
15,1090 15,6919 17,1817 16,6008 16,9683 16,9100 18,3147 15,6992 171582 15,6968 16,9204 17,4570 15,0242 13,2276 18,1846 18,9102 13,0105 18,9273 16,8768 18,3586 12,9123 16,1579 18,9971 17,1978 16,0583 15,6946 16,2356 16,9453 16,1996 16,4766 495,1030 16,5034
3,5617 3,5303 3,9683 3,4132 4,0174 4,1223 3,2686 3,5313 3,6411 4,5976 4,0812 3,3236 3,4637 3,5191 3,2955 3,9122 4,6059 3,6187 3,2807 4,5797 3,7177 3,3077 2,9431 3,3521 3,6376 4,3139 3,0447 4,0668 3.,1998 4,8976 111,8131 3,7271
Berat Basah
Berat Setelah Oven
(gr) 4,0028 3,9702 4,5463 3,9214 4,6854 4,7324 3,8276 4,0423 4,1672 5,2826 4.,6615 3,8762 3,9673 3,8982 3,8761 4,6262 5,1387 4,2551 3,7826 5,2221 3,6421 3,7598 3,4527 3,8319 4,1651 4,1576 3,4651 4,6522 3,6697 5,6271 126,9055 4,2302
Absorbsi (gr) 0,0843 0,0986 0,0886 0,0501 0,0117 0,0744 0,0335 0,0375 0,0842 0,0317 0,0943 0,0235 0,0146 0,0763 0,0158 0,0217 0,0588 0,0408 0,0443 0,1676 0,4921 0,0709 0,0416 0,0825 0,0488 0,7203 0,0636 0,0887 0,0417 0,0665 2,869 0,0956
45
Lampiran 6. Hasil Pengukuran Retensi Pada Batang Batang Kayu Sengon Dengan Metode Rendaman Dingin No
Volume (cm3)
Absorbsi (gr)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah ( ? ) Rata - Rata ( X )
7,60 7,98 8,00 7,60 8,00 8,40 7,98 8,00 7,98 8,40 8,40 7,60 7,98 7,98 7,98 8,40 8,00 7,98 7,98 8,40 7,98 7,98 7,60 7,98 7,98 7,98 7,98 8,40 7,98 8,00 240,5 8,02
0,0843 0,0986 0,0886 0,0501 0,0117 0,0744 0,0335 0,0375 0,0842 0,0317 0,0943 0,0235 0,0146 0,0763 0,0158 0,0217 0,0588 0,0408 0,0443 0,1676 0,4921 0,0709 0,0416 0,0825 0,0488 0,7203 0,0636 0,0887 0,0417 0,0665 2,869 0,0956
Konsentrasi (%) 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Retensi (gr/cm3) 0,0011092 0,0012356 0,0011075 0,0006592 0,0001463 0,0008857 0,0004198 0,0004688 0,0010551 0,0003774 0,0011226 0,0003092 0,0001830 0,0009561 0,0001980 0,0002583 0,0007350 0,0005113 0,0005551 0,0019952 0,0061667 0,0008885 0,0005474 0,0010338 0,0006115 0,0090263 0,0007970 0,0010560 0,0005226 0,0008312 0,0357694 0,0011923