RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SERANG
TAHUN 2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua sehingga proses penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Balai POM di Serang tahun 2015 – 2019 ini berjalan lancar dan telah dihasilkan satu dokumen Renstra. Penyusunan Renstra merupakan amanat atas Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengatur bahwa setiap instansi pemerintahan wajib menyusun rencana strategis sesuai dengan kaidah kaidah dalam peraturan perundang undangan tersebut agar pembangunan bisa berjalan efektif, efisien dan bersasaran. Renstra Balai POM di Serang Tahun 2015 – 2019 disusun dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang merupakan penjabaran dari Renstra Badan POM RI Tahun 2015 – 2019 dalam mencapai tujuan yaitu meningkatnya jaminan produk obat dan makanan aman, bermanfaat dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat serta meningkatnya daya saing obat dan makanan di pasar lokal dan global. Melindungi masyarakat merupakan tugas bersama. Oleh karena itu dibutuhkan partisipasi yang sinergi dari masyarakat luas dan stakeholder terkait. Tujuan utama dalam penusunan Renstra adalah agar diperoleh acuan dalam penyusunan rencana kerja tahunan, penyusunan anggaran, penetapan kinerja serta penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balai POM di Serang. Kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan pemikiran sehingga berhasil menyusun Rencana Strategis ini, kami ucapkan terima kasih. Akhir kata, semoga dokumen ini bermanfaat bagi perkembangan pengawasan obat dan makanan di Propinsi Banten. Serang,
Maret 2015
Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Serang
Mohamad Kashuri, S.Si., Apt., M.Farm. NIP. 19730630 200003 1001
i
zl
v
ttl
BA DAN POM RI KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SERANG NOMOR : HK.04.92.0 4.L5.1384 TENTANG RENCANA STMTEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SERANG
TAHUN 2OT5-20L9
Menimbang
ia. b.
bahwa pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun yang dikenal dengan RPIMN Tahap kedua Tahun 2010 - 20L4 telah berakhir; bahwa dengan telah ditetapkannya Rencana Pembangunan fangka Menegah Nasional Tahun 2015 - 2079, setiap instansi pemerintah harus menyusun Rencana Strategis;
c.
d.
bahwa dengan telah terjadinya perubahan lingkungan strategis baik eksternal maupun internal maka perlu perubahan baik sistem maupun arah dari rencana pembangunan itu sendiri; bahwa agar pembangunan dapat berjalan dengan efektif, efisien dan bersasaran diperlukan adanya dokumen Rencana Pembangunan; bahwa sebagaimana dimaksud pada huruf c perlu disusun rencana pembangunan jangka menegah yang disebut Rencana Strategis Balai POM di Serang; bahwa Rencana Strategis Balai POM di Serang perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Balai POM di Serang.
Mengingat
:4. b.
c.
d.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang - undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan fangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025; Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 20L5 tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2079;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang perubahan ke lima atas Keputusan Presiden Nomor L03 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja lembaga pemerintah non departemen; Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Srategis Kementrian / Lembaga 201,5 - 20L9. MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SERANG TENTANG RENCANA STMTEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN DI SERANG TAHUN 2OT5-20L9.
BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI Jalan Syech NawawiAl-Bantani
SERANG
Kelurahan Banjar Sari Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang Telp./Fax. (0254) 7 1 6825s | (0254) T 168266
tll
v
BA DAN POM RI PERTAMA
Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Serang mengacu Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 20L5-20L9.
KEDUA
ini merupakan acuan dalam penyusunan rencana kerja tahunan, penyusunan anggaran, penetapan kinerja serta penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah [Lakip) Balai POM di Serang periode 2015 - 2019.
KETIGA
Rencana Strategis Balai Pengawas 0bat dan Makanan di Serang Tahun 20L5-2019 selanjutnya disebut Renstra Balai POM di Serang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Rencana Strategis
Keputusan ini. KEEMPAT
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN PADATANGGAL
: :
SERANG
06
April 2015
I PENGAWAS
AKANAN DI SERANG
30630 200003 1001
BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN D I Jalan
SERAN
Syech NawawiAl-Bantani Kelurahan Banjar Sari Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang Telp./Fax. (02s4) 7 1 68255 | (0254) T 1 68266
G
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................................... vii BAB I A.
B.
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1 Kondisi Umum .......................................................................................................................... 1 1. Peran Balai POM di Serang berdasarkan Peraturan Perundang – undangan ..................................................................................................................... 2 2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ........................................... 3 3. Hasil Capaian Kinerja BPOM di Serang Periode 2010 – 2014 .................. 6 Potensi dan Permasalahan ................................................................................................. 20 1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ................................................................... 20 2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ................................................................. 22 3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) .......................................... 23 4. Globalisasi, perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional ............ 25 5. Perubahan Iklim ...................................................................................................... 27 6. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat ................................................ 27 7. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk ..................................... 28 8. Desentralisasi dan Otonomi Daerah .............................................................. 29 9. Perkembangan Teknologi .................................................................................. 30 10. Implementasi Program Fortifikasi Pangan ................................................. 30 11. Jejaring Kerja ........................................................................................................... 32 12. Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ............................... 32 13. Lingkungan Strategis Wilayah .......................................................................... 36 14. Isu-isu strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan BPOM di Serang ......................................................................................................................... 38
BAB II A. B. C. D. E.
VISI, MISI, DAN TUJUAN BPOM DI SERANG ................................................................ 40 VISI .............................................................................................................................................. 40 MISI ............................................................................................................................................ 40 Budaya Organisasi ................................................................................................................ 44 Tujuan ....................................................................................................................................... 44 Sasaran Strategis .................................................................................................................. 45
BAB III A.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL .......................................................... 48 Arah Kebijakan dan Strategi BPOM ................................................................................ 48 ii
Renstra Balai POM di Serang B. C. D.
2015-2019
Arah Kebijakan dan Strategi BPOM di Serang ............................................................ 57 Kerangka Regulasi ................................................................................................................. 61 Kerangka Kelembagaan ...................................................................................................... 62
BAB IV A. B.
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN .................................................. 65 Target Kinerja ........................................................................................................................ 65 Kerangka Pendanaan .......................................................................................................... 66
BAB V
PENUTUP .................................................................................................................................. 67
iii
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Struktur Organisasi BPOM di Serang ...................................................................... 4
Gambar 1.2
Kebutuhan SDM Balai POM di Serang Tahun 2015-2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja ....................................................................................................... 5
Gambar 1.3
Persentasi Kenaikan Suplemen Makanan Memenuhi Standar ...................... 8
Gambar 1.4
Persentasi Obat yang Memenuhi Standar Tahun 2010 -2014 ....................... 9
Gambar 1.5
Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat & Mutu) ............ 10
Gambar 1.6
Trend Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO Tahun 2010 – 2014 ....................................................................................................... 11
Gambar 1.7
Trend Capaian Indikator Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO tahun 2010 – 2014 .............................................................................................. 12
Gambar 1.8
Trend Proporsi Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya tahun 2010 – 2014......................................................................................................... 13
Gambar 1.9
Proporsi Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Tahun 2010-2014 ... 14
Gambar 1.10
Trend Proporsi Suplemen Makanan Tidak Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 .......................................................................................................... 15
Gambar 1.11
Proporsi Suplemen Makanan Tidak Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 .......................................................................................................... 16
Gambar 1.12
Trend Proporsi Makanan Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 ................ 18
Gambar 1.13
Proporsi Makanan Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 .............................. 18
Gambar 1.14
Peran dan Kewenangan BPOM sesuai dengan Bisnis Proses Utama ......... 37
Gambar 1.15
Penjabaran bisnis proses utama kepada kegiatan utama BPOM ................ 37
Gambar 2.1
Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019 ............................................................. 40
Gambar 2.2
Log Frame Balai POM di Serang .............................................................................. 46
Gambar 3.1
Log Frame Balai Daerah ............................................................................................. 56
Gambar 3.2
Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandate Badan POM ......................... 63
iv
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Profil pegawai Balai POM di Serang berdasarkan tingkat pendidikan ............................................................................................................................ 5
Tabel 1.2
Capaian Kinerja BPOM di Serang periode 2010 – 2014 ..................................... 7
Tabel 1. 3
Persentase Kenaikan Suplemen Makanan yang MS Tahun 2010-2014 ....... 8
Tabel 1.4
Pengujian Produk Obat tahun 2010 – 2014 ............................................................ 9
Tabel 1.5
Pencapaian Sasaran Strategis Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat dan Mutu) Tahun 2010 – 2014 ................................... 9
Tabel 1.6
Pengujian Sampel Produk Obat Tradisional Mengandung BKO Tahun 2010 – 2014 .......................................................................................................... 11
Tabel 1.7
Pencapaian Indikator Strategis Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO Tahun 2010 – 2014 ................................................................... 12
Tabel 1.8
Pengujian Sampel Produk Kosmetik yang Mengandung BB Tahun 2010 – 2014 ....................................................................................................................... 13
Tabel 1.9
Pencapaian Indikator Strategis Proporsi Kosmetik yang Mengandung BB Tahun 2010 – 2014 .......................................................................................................... 14
Tabel 1.10
Pengujian Sampel Produk Suplemen Makanan Tidak Memenuhi Syarat Tahun 2010 – 2014 .......................................................................................................... 15
Tabel 1.11
Pencapaian Indikator Strategis Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan Tahun 2010 – 2014 ..................................................................... 16
Tabel 1.12
Pengujian Sampel Produk Makanan Memenuhi Syarat Tahun 2010 – 2014 ......................................................................................................... 17
Tabel 1.13
Capaian Indikator Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010 – 2014 ....................................................................................................................................... 18
Tabel 1.14
Rangkuman Analisis SWOT ......................................................................................... 36
Tabel 1.15
Penguatan Peran BPOM Tahun 2015-2019 .......................................................... 38
Tabel 2.1
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran strategic dan Indikator Kinerja BPOM Periode 2015 – 2019 ........................................................................................................................ 47
Tabel 3.1
Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator BPOM .............................................................................................................................. 56
v
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
Tabel 3.2
Program, Sasaran program, kegiatan, Sasaran Kegiatan dan Indikator Balai POM di Serang ........................................................................................................ 59
Tabel 4.1
Sasaran Strategis dan Indikator kinerja .................................................................. 65
Tabel 4.2
Sasaran strategis, Indikator kinerja dan pendanaan .......................................... 66
vi
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM di Serang Tahun 2015 - 2019 ... 69
Lampiran 2
Matriks Kerangka Regulasi Balai Pom Di Serang 2015-2019 .............................. 72
Lampiran 3
Program Pengawasan Obat Dan Makanan dan Metode Pengumpulan Data.............................................................................................................................................. 74
vii
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang BAB I PENDAHULUAN A.
Kondisi Umum Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
(RPJMN)
dan
Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional
(RPJPN)
2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan
pada
pencapaian
daya
saing
kompetitif
perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai POM di Serang sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai POM di Serang untuk periode 2015-2019.
1
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Penyusunan Renstra Balai POM di Serang ini berpedoman pada RPJMN periode 2015-2019 dan Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan POM RI 2015-2019. Proses penyusunan
Renstra
Balai POM di Serang
tahun
2015-2019
dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai POM di Serang. Selanjutnya Renstra Balai POM di Serang periode 2015-2019 diharapkan
dapat
meningkatkan
kinerja
Balai
POM
di
Serang
dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Adapun kondisi umum Balai POM di Serang pada saat ini berdasarkan peran, tugas fungsi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut: 1. Peran Balai POM di Serang berdasarkan Peraturan Perundangundangan Balai POM di Serang adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan POM yang merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan di Propinsi Banten. Tugas, fungsi dan kewenangan Badan POM diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Balai POM di Serang ke depan akan menjalankan tugasnya secara lebih proaktif dalam melindungi masyarakat Banten dari Obat dan Makanan yang beresiko terhadap kesehatan. Luas wilayah darat provinsi Banten mencapai 9.662,92 km² dan memiliki banyak pintu masuk bagi berbagai produk Obat dan Makanan melalui darat, laut dan udara. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai POM 2
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
di Serang dalam melakukan revitalisasi dan penguatan terhadap mandat dan kinerjanya dalam hal mengawasi Obat dan Makanan, baik produksi dalam negeri maupun impor yang beredar di masyarakat. Pada tahun 2014, jumlah sarana produksi yang harus diawasi sebanyak 1.417 dan sarana distribusi yang terdata sebanyak 3.025, hal ini belum sebanding dengan sumber daya yang dimiliki Balai POM di Serang. 2. Struktur Organisasi dan Sumber daya Manusia Struktur Organisasi Balai POM di Serang yang merupakan Unit Pelaksana Teknis setingkat Eselon III terdiri dari 1 (satu) Kepala Balai, 3 (tiga) Seksi yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Seksi dan 1 (satu) Sub Bagian yang dipimpin oleh Kepala Sub Bagian. Sesuai dengan struktur yang ada unit-unit kerja Balai POM di Serang dapat dikelompokkan sebagai berikut : Seksi Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen Seksi
Pengujian
Produk
Pangan,
Bahan
Berbahaya
dan
Mikrobiologi Seksi
Pemeriksaan,
Penyidikan,
Sertifikasi
dan
Layanan
Informasi Konsumen Sub Bagian Tata Usaha
3
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Balai POM di Serang
Untuk mendukung tugas Balai POM di Serang sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Balai POM di Serang untuk melaksanakan tugas dan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan di Propinsi Banten sampai tahun 2014 adalah 57 orang. Pada tahun 2014, Balai POM di Serang belum didukung dengan SDM yang memadai dan masih kekurangan SDM sejumlah 17 orang, dihitung
berdasarkan
analisis
beban
kerja,
dari
target
yang
ditetapkan. Berikut ini adalah profil kebutuhan pegawai berdasarkan analisa beban kerja.
4
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
*)Tahun 2016 s.d. 2019 asumsi tidak ada penambahan pegawai Gambar 1.2 Kebutuhan SDM Balai POM di Serang Tahun 2015-2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja
Jumlah pegawai Balai POM di Serang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 1.1 di bawah ini : No.
Unit Kerja
S3
S2
1 2 3
Kepala Sub Bag Tata Usaha Seksi Pemeriksaan Penyidikan, Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Seksi Pengujian Pangan Bahan Berbahaya, dan Mikrobiologi Seksi Pengujian Produk Terapetik, Napza, Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Total
-
1
4 6
-
S1
Non S1
3
8
1 11
14
3
3
19
Apt
Jumlah
-
-
5
2
6
13
-
-
4
4
4
12
1
23
12
21
57
Tabel 1.1 Profil Pegawai Balai POM di Serang Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari komposisi SDM Balai POM di Serang sampai dengan tahun 2014 sesuai dengan tabel 1.1, dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis, khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan peningkatan
kuantitas
maupun
kualitas
SDM,
agar
dapat
5
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan. Untuk meningkatkan profesionalisme, kompetensi dan kapabilitas SDM dilakukan
melalui
pendidikan formal, pelatihan teknis
fungsional dan manajerial. Setiap tahun kurang lebih 15 pelatihan diikuti untuk meningkatkan kompetensi SDM. Disamping pegawai negeri sipil untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Balai POM di Serang juga mempekerjakan 9 orang tenaga kualifikasi S1; 1 orang tenaga kualifikasi D3; 7 orang tenaga honorer sebagai Satpam untuk menjaga keamanan lingkungan; 6 orang pramubakti dan 5 orang supir. 3. Hasil Capaian Kinerja Balai POM di Serang periode 2010 – 2014 Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Balai POM di Serang mempunyai tugas mengawasi peredaran obat dan makanan di wilayah Propinsi Banten. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, maka terdapat beberapa tujuan yang akan di capai dalam renstra Balai POM di Serang 2010 – 2014, yaitu : 1) memberikan rasa aman kepada masyarakat dari kemungkinan beredarnya produk yang tidak aman dan tidak bermutu yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, 2) meningkatkan pembinaan dan pelayanan kepada pelaku usaha di bidang obat dan makanan yang didukung oleh kemampuan uji mutu dan keamanan yang handal serta didukung pula oleh sumber daya termasuk sumber daya manusia yang ada harus mampu melaksanakan tugas dengan sebaik–baiknya, 3) Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yang dapat bekerja secara efektif dan efisien, sehingga mampu melindungi masyarakat dari produk yang beresiko terhadap kesehatan. Adapun pencapaian target pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai POM di Serang dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada Tabel 1.2 di bawah ini :
6
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
No
Indikator
Target Realisasi 2014 2014
Tahun 2013 R (%)
Tahun 2012 R (%)
Tahun 2011 R (%)
Tahun 2010 R (%)
1.
Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar
0,33%
-0,47%
0,82
0,65
-0,19
baseline
2.
Persentase kenaikan Obat tradisional yang memenuhi standar
2,93%
29,29%
42,17
40,85
6,33
baseline
3.
Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar
0,08%
-5,13%
-6,64
3,39
-2,37
baseline
4.
Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar
-
84,00%
97,83
100
-
baseline
5.
Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar
1,47%
-19,47%
-13,06
1,52
-34,18
baseline
6.
Proporsi obat yang memenuhi standard (aman, manfaat, dan mutu)
99,34%
98,40%
99,69
99,52
98,68
baseline
7.
Proporsi obat tradisional yang mengandung Bahan 3,80% 0,0085% Kimia Obat (BKO)
0,0089
0,1765
0,1231
baseline
8.
Proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya
0,31%
0,004%
0,09
0,01
0
baseline
9.
Proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan
0,80%
0,16%
0,02
0
-
baseline
10.
Proporsi makanan yang memenuhi syarat
86,80%
62,54%
68,95
69,35
47,83
baseline
Tabel 1.2 Capaian Kinerja Balai POM di Serang periode 2010 – 2014
Evaluasi-evaluasi tersebut dapat dilihat melalui realisasi tiaptiap indikator sebagai berikut : Pada tahun 2010, Balai POM di Serang tidak melakukan pengambilan sampel serta pengujian terhadap produk suplemen makanan sehingga persentase realisasi indikator pada tahun 2010 tidak dapat dihitung. Data persentase kenaikan produk suplemen
7
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
makanan yang Memenuhi Standar (MS) dari tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut berikut :
Target Realisasi Nilai Pencapaian Sasaran (NPS)
Tahun 2010 2011 2012 2013 0% 100% 97,83% -
-
-
-
2014 0% 84% -
Tabel 1.3 Persentase Kenaikan Suplemen Makanan yang MS Tahun 2010-2014
Gambar 1.3 Persentase Kenaikan Suplemen Makanan Memenuhi Standar
Untuk indikator produk obat yang Memenuhi Standar (MS), semakin tinggi persentase obat yang memenuhi standar, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya begitu pula sebaliknya. Data hasil pengujian sampel produk obat yang Memenuhi Standar (MS) dari tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :
8
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
∑ sampel teruji ∑ sampel MS % sampel MS
2010 266 263 98,87%
2011 151 149 98,68%
Tahun 2012 208 207 99,52%
2013 322 323 99,69%
2014 187 184 98,40%
Tabel 1.4 Pengujian Produk Obat tahun 2010 – 2014
Gambar 1.4 Persentase Obat yang Memenuhi Standar Tahun 2010 - 2014
Berdasarkan data indikator strategis pada Rencana Strategis Balai POM di Serang tahun 2010 – 2014, pengukuran pencapaian target Proporsi Obat yang memenuhi standar (aman, manfaat dan mutu) dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut :
Target Realisasi Nilai Pencapaian Sasaran (NPS)
2010 -
2011 94,81% 98,68% 104,08%
Tahun 2012 95,01% 99,52% 104,75%
2013 99,01% 99,69% 100,69%
2014 99,34% 98,40% 99,05%
Tabel 1.5 Pencapaian Sasaran Strategis Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat dan Mutu) Tahun 2010 – 2014
9
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
Gambar 1.5 Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, MAnfaat & Mutu)
Dari Gambar 1.5 diperoleh informasi bahwa pada tahun 2012 2014 Balai POM di Serang berhasil memenuhi target indikator yang telah ditetapkan di dalam Rencana Strategis tahun 2010 – 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian indikator tersebut di atas beberapa diantaranya adalah : a. Dengan adanya perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2015, mempengaruhi meningkatnya pemahaman industri farmasi terhadap pemenuhan CPOB untuk memproduksi obat yang aman, berkhasiat dan bermutu. b. Pengetatan pengawasan industri farmasi yang dilakukan oleh Badan POM RI sebagai persyaratan masuknya Badan POM menjadi anggota PICs pada tahun 2012 sehingga meningkatkan kepatuhan industri farmasi terhadap GMP dan peraturan yang berlaku. c. Pengawasan distribusi obat yang semakin meningkat, meningkatkan kepatuhan distributor terhadap CDOB. d. Adanya peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi obat di propinsi Banten oleh petugas Balai POM di Serang dari tahun 2012 yang sebanyak 15 sarana menjadi 17 sarana pada tahun 2014.
10
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Untuk data hasil pengujian sampel produk obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) dari tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut berikut : Tahun ∑ sampel teruji ∑ sampel positif BKO Prop. sampel positif BKO
2010 -
2011 65 8
2012 68 12
2013 122 1
2014 118 1
-
0,1231
0,1765
0,0089
0,0085
Tabel 1.6 Pengujian Sampel Produk Obat Tradisional Mengandung BKO Tahun 2010 - 2014
Gambar 1.6 Trend proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO Tahun 2010 -2014
Berdasarkan data pencapaian indikator strategis pada Rencana Strategis Balai POM di Serang tahun 2010 – 2014, pengukuran pencapaian target Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO dapat dilihat pada tabel berikut :
11
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Target Realisasi Nilai Pencapaian Sasaran ( NPS)
2010 -
2011 15,38 0,1231
Tahun 2012 10 0,1765
-
119,96%
23,50%
2013 5,42 0,0089
2014 3,80 0,0085
183,58%
199,74%
Tabel 1.7 Pencapaian Indikator Strategis Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO Tahun 2010 – 2014
Gambar 1.7 Trend Capaian Indikator Strategis Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO Tahun 2010 -2014
Dari Gambar 1.7 diperoleh informasi bahwa pada tahun 2012, 2013, dan tahun 2014 Balai POM di Serang berhasil memenuhi target indikator yang telah ditetapkan di dalam Rencana Strategis tahun 2010 – 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian indikator tersebut diatas beberapa diantaranya adalah : a. Sampel yang diuji merupakan sampel obat tradisional yang terdaftar, ketika jumlah sampel yang mengandung BKO sedikit hal ini mengindikasikan bahwa industri obat tradisional dan usaha kecil obat tradisional yang memproduksi obat tradisional semakin mematuhi dan memahami pedoman CPOTB 2011.
12
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
b. Peningkatan cakupan dan tindak lanjut pengawasan baik di sarana produksi dan sarana distribusi yang dilakukan oleh Balai POM di Serang. c. Adanya peningkatan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan oleh Balai POM di Serang kepada masyarakat di propinsi Banten selama tahun 2014. Untuk data hasil pengujian sampel produk kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya (BB) dari tahun 2010 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut berikut : Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
∑ sampel teruji
-
174
140
225
246
∑ sampel positif BB
-
0
1
21
1
Prop. sampel positif BB
-
0
0,007
0,093
0,004
Tabel 1.8 Pengujian Sampel Produk Kosmetik yang Mengandung BB Tahun 2010 - 2014
Gambar 1. 8 Trend Proporsi Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Tahun
2010 - 2014
Berdasarkan data indikator strategis pada Rencana Strategis Balai POM di Serang tahun 2010 – 2014, pengukuran pencapaian
13
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
target Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya (BB) dapat dilihat pada tabel berikut : Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
Target
-
0
0,5
0,47
0,31
Realisasi
-
0
0,01
0,09
0,004
% Nilai Pencapaian Sasaran (NPS)
-
-
2%
19,15%
198,71%
Tabel 1.9 Pencapaian Indikator Strategis Proporsi Kosmetik yang Mengandung BB Tahun 2010 - 2014
Gambar 1.9 Proporsi Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya Tahun 2010 2014
Dari Gambar 1.9 diperoleh informasi bahwa pada tahun 2014 nilai capaiannya sebesar 198,71 % sehingga dapat disimpulkan terdapat penurunan tajam temuan kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya di peredaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian indikator tersebut diatas beberapa diantaranya adalah :
14
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
a. Sampel yang diuji merupakan sampel kosmetik yang terdaftar, ketika jumlah sampel yang mengandung Bahan Berbahaya sedikit, hal ini mengindikasikan bahwa industri kosmetik yang memproduksi kosmetik semakin mematuhi dan memahami penerapan CPKB. b. Peningkatan cakupan dan tindak lanjut pengawasan baik di sarana produksi dan sarana distribusi yang dilakukan oleh Balai POM di Serang. c. Adanya peningkatan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan oleh Balai POM di Serang kepada masyarakat di Propinsi Banten selama tahun 2014. Untuk data hasil pengujian sampel produk suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat (TMS) keamanan dari tahun 2010 2014 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut berikut : Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
∑ sampel teruji
-
-
30
46
50
∑ sampel SM TMS
-
-
0
1
8
Prop. sampel SM TMS
-
-
0
0,02
0,16
Tabel 1.10 Pengujian Sampel Produk Suplemen Makanan Tidak Memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2014
Gambar 1.10 Trend Proporsi Suplemen Makanan Tidak Memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2014
15
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Pada Tahun 2010 dan 2011, tidak dilakukan sampling dan pengujian terhadap produk Suplemen Makanan karena sarana dan prasarana
pengujian
(alat,
reagensia,
metode
analisis)
yang
dibutuhkan untuk menguji suplemen makanan belum tersedia. Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Target
-
-
1
0,9
0,8
Realisasi
-
-
0
0,02
0,16
% Nilai Pencapaian Sasaran (NPS)
-
-
200%
197,78%
180%
Tabel 1.11 Pencapaian Indikator Strategis Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan Tahun 2010 - 2014
Gambar 1.11 Proporsi Suplemen Makanan tidak memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2014
16
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Dari Gambar 1.11 diperoleh informasi bahwa selama tahun 2012 hingga tahun 2014 hasil pengujian suplemen makanan menunjukkan trend ditemukannya sampel suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan. Hal tersebut karena hasil pemeriksaan sarana produksi suplemen makanan tahun 2014 pada sarana yang menggunakan fasilitas bersama produksi obat – suplemen makanan, ditemukan cemaran bahan baku obat pada produk suplemen makanan. Temuan tersebut telah ditindaklanjuti dengan pelaporan hasil pemeriksaan kepada Badan POM RI cq. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen dan telah dikeluarkan surat perintah penarikan terhadap produk-produk suplemen makanan tersebut. Kedepannya, perlu
dipertimbangkan
untuk
dilakukan
inspeksi
secara
komprehensif terhadap sarana produksi yang menggunakan fasilitas bersama obat – suplemen makanan. Untuk data hasil pengujian sampel produk makanan yang memenuhi syarat (MS) keamanan dari tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut berikut : Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
∑ sampel teruji
289
69
819
963
315
∑ sampel Pgn MS
237
33
568
664
197
% sampel Pgn MS
82%
47,83%
69,35%
68,95%
62,54%
Tabel 1.12 Pengujian Sampel Produk Makanan Memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2014
17
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Gambar 1.12 Trend Proporsi Makanan Memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2011
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
Target
-
81,67%
85,75%
86,27%
86,80%
Realisasi
-
47,83%
69,35%
68,95%
62,54%
% Nilai Pencapaian Sasaran (NPS)
-
58,56%
80,87%
79,92%
72,05%
Tabel 1.13 Capaian Indikator Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010 – 2014
Gambar 1.13 Proporsi Makanan Memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2014
18
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Dari Gambar 1.13 diperoleh informasi bahwa pada tahun 2014 nilai capaiannya sebesar 72,05%. Pada tahun 2012 hingga 2014 proporsi makanan yang memenuhi syarat menunjukkan angka penurunan. Dengan bertambahnya jumlah sampel yang diuji oleh Balai POM di Serang setiap tahunnya, diperoleh hasil bahwa penyalahgunaan formalin pada makanan ditemukan pada sampel makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan. Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain : a. sampel pangan yang tidak memenuhi syarat keamanan berasal dari sampel PJAS dan Revitalisasi Mobil Keliling. b. Masih rendahnya pemahaman pelaku usaha terhadap bahaya penggunaan formalin pada makanan, meskipun beberapa intervensi telah dilakukan Balai POM di Serang seperti dengan melakukan KIE tentang bahaya pengunaaan formalin di media elektronik
lokal,
melakukan
kegiatan
pengujian
dan
penelusuran formalin pada makanan di sarana distribusi dan produksi bersama dengan stake holder terkait. c. Banyaknya kebocoran pada jalur distribusi formalin, sehingga masih mudah mendapatkan formalin secara bebas. d. Pengawet makanan umumnya memiliki nilai ekonomis yang tidak murah. e. Masih
terbatasnya
kegiatan-kegiatan
sosialisasi
yang
mengkampanyekan penggunaan pengawet makanan Berdasarkan capaian kinerja utama Balai POM di Serang sesuai dengan Tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa kinerja Balai POM di Serang belum sepenuhnya menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Namun hal ini tidak menjadikan Balai POM
di
Serang
berhasilnya
untuk
beberapa
berputus
indikator
asa,
untuk
bahkan
dengan
mencapai
hasil
tidak yang
diharapkan, akan memberi semangat untuk lebih berprestasi dalam rangka memberi perlindungan pada masyarakat Propinsi Banten.
19
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang B. Potensi dan Permasalahan
Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia
semakin
kompleks.
Globalisasi
membawa
keleluasaan
informasi, peningkatan arus distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi arus
informasi
dan
modal
lintas
bidang.
Percepatan
juga berdampak pada meningkatnya
pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim, ketegangan lintas-batas antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh Balai POM di Serang. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai POM di Serang dalam mengawasi peredaran Obat dan Makanan di Provinsi Banten. Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan internal yang dihadapi oleh BPOM adalah sebagai berikut: 1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012, SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen mendukung
bangsa guna
Indonesia menjamin
secara
terpadu
tercapainya
derajat
dan
saling
kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu subsistem SKN adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, yang meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: (i) aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar; (ii) ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; (iii) perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat penggunaan obat yang rasional; serta (iv) upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Subsistem ini saling terkait dengan subsistem lainnya sehingga pengelolaan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.
20
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
BPOM merupakan penyelenggara subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan mutu Obat dan Makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang pengawasan Obat dan Makanan Pengawasan sebagai salah
satu unsur
dalam
subsistem tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secara komprehensif oleh BPOM, yaitu : No 1
Upaya terkait jaminan aspek keamanan, khasiat/kemanfaat dan mutu Obat dan Makanan yang beredar berbagai Pengawasan, melibatkan pemangku kepentingan yaitu pemerintah, pemerintah daerah, pelaku usaha dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab.
2
Pelaksanaan regulasi yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, akses terhadap ahli dan referensi ilmiah, kerjasama internasional, laboratorium pengujian mutu yang kompeten, independen, dan transparan.
3
Pengembangan dan penyempurnaan kebijakan mengenai produk dan fasilitas produksi dan distribusi Obat dan Makanan sesuai dengan IPTEK dan standar internasional. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian impor, ekspor, produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Upaya ini merupakan suatu kesatuan utuh, dilakukan melalui penilaian keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk, inspeksi fasilitas produksi dan distribusi, pengambilan dan pengujian sampel, surveilans dan uji setelah pemasaran, serta pemantauan label atau penandaan, iklan dan promosi.
4
5
No
Upaya terkait kemandirian Obat dan Makanan.
1
Pembinaan industri farmasi dalam negeri agar mampu melakukan produksi sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan dapat melakukan usahanya dengan efektif dan efisien sehingga mempunyai daya saing yang tinggi.
2
Pengembangan pemanfaatan obat tradisional yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, bermutu tinggi, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.
Penegakan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal.
21
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang 6
Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif sebagai upaya yang terpadu antara upaya represif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
7
Perlindungan masyarakat terhadap pencemaran sediaan farmasi dari bahan-bahan dilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Beberapa upaya tersebut di atas, telah dilakukan oleh Balai POM di Serang dan ke depan harus lebih ditingkatkan melalui pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara profesional, bertanggungjawab, independen, transparan dan berbasis bukti ilmiah, sesuai dengan amanat dalam SKN. 2. Jaminan Kesehatan Nasional JKN merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar
setiap
dasar
yang
hidup
kesejahteraan
sosial
rakyat minimal
yang
dapat layak
berkeadilan
memenuhi menuju bagi
kebutuhan terwujudnya
seluruh
rakyat
Indonesia. Program JKN diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam JKN juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Implementasi JKN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat, baik dari dalam maupun luar negeri karena industri obat akan berusaha menjadi supplier obat untuk program pemerintah tersebut. Selain peningkatan jumlah obat yang akan diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan adanya peningkatan demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan. Sementara dampak tidak langsung dari penerapan JKN adalah terjadinya peningkatan
22
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang konsumsi obat, baik jumlah maupun jenisnya.
Tingginya demand Obat akan mendorong banyak industri farmasi melakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas
produksi dengan perluasan sarana yang dimiliki.
Dengan adanya peningkatan kapasitas dan fasilitas tersebut, diasumsikan akan terjadi peningkatan permohonan sertifikasi CPOB. Dalam hal ini tuntutan terhadap peran BPOM akan semakin besar, antara lain adalah peningkatan pengawasan premarket
melalui
sertifikasi
CPOB
dan
post-market
melalui
intensifikasi pengawasan obat pasca beredar termasuk Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Dari
sisi
penyediaan
(supply side)
JKN,
kapasitas
dan
kapabilitas laboratorium pengujian Balai POM di Serang harus terus
diperkuat.
Begitu
pula
dengan
pengembangan
dan
pemeliharaan kompetensi SDM Pengawas Obat dan Makanan (penguji, evaluator, maupun inspektur), serta kuantitas SDM yang harus terus ditingkatkan sesuai dengan beban kerja. 3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan masyarakat.
Khususnya
dalam
bentuk dukungan
politik.
Kelanjutan program ini disebut Sustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan, faktanya individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya. Terkait Goal 2. End hunger, achieve food security and improved nutrition, and promote sustainable agriculture, selain ketahanan pangan, kondisi yang harus diciptakan antara lain adalah masyarakat miskin, kelompok rentan termasuk
bayi
memiliki 23
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang akses
untuk
mendapatkan
makanan
yang
aman, bergizi
dengan jumlah yang cukup sesuai kebutuhannya. Kontribusi terhadap kondisi ini adalah tersedianya pangan dengan nilai gizi yang cukup,
misalnya pangan diet khusus mengandung Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang cukup untuk pasien diabetes, garam dan terigu difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu dalam susu formula bayi dan lansia. Hal ini hanya dapat terjadi jika produsen pangan olahan yang telah diinspeksi dan dibina BPOM menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan menjamin mutu produknya termasuk nilai nutrisi sesuai dengan kebijakan teknis yang dibuat BPOM/Standar Nasional
Indonesia/standar
internasional. Tantangan bagi Balai POM di Serang ke depan adalah penerapan kebijakan teknis terkini tentang standar gizi pangan olahan, pengawalan mutu, manfaat, dan keamanan pangan olahan, serta KIE kepada masyarakat. Terkait Goal 3.Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages, salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu. Asumsinya,
jaminan
kesehatan
memastikan
masyarakat
mendapatkan dan menggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk upaya kesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat.
Kontribusi
untuk
mencapai
kondisi
ini
adalah
ketersediaan Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa tercapai hanya jika Industri Farmasi yang telah diintervensi (diawasi dan dibina Balai POM di Serang) mempraktekkan GMP dalam produksi Obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu dan PBF serta rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution Practices untuk mengawal mutu Obat JKN. Tantangan bagi Balai POM di Serang ke depan adalah intensifikasi pengawasan pre-market
dan
post-market,
serta pembinaan pelaku usaha agar secara mandiri menjamin 24
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang mutu produknya.
4. Globalisasi, perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang mencakup banyak bidang dan saling terkait. Proses
ini
dipicu
dan
dipercepat
dengan
berkembangnya
teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat. Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif. Dalam menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar negeri. Masuknya produk perdagangan bebas persoalan
krusial
yang
perlu
segera
tersebut merupakan diantisipasi.
Realitas
menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut. Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu ekonomi saja, namun juga merambah pada isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Perdagangan bebas membuka peluang perdagangan Obat dan Makanan
yang
tinggi
dengan
memanfaatkan
kebutuhan
konsumen terhadap produk dengan harga terjangkau sehingga terdapatnya risiko beredarnya obat ilegal (tanpa izin edar, palsu, 25
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
dan substandar) dan makanan mengandung bahan berbahaya. Hal ini merugikan masyarakat. Berdasarkan data Balai POM di Serang, jumlah pelanggaran di bidang Obat dan Makanan yang ditemukan pada di tahun 2014 sebanyak 16 kasus, temuan produk
tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 2476 item dan
dengan total temuan produk 251.980 pcs dengan nilai ekonomi sebesar Rp. 6 Milyar. Hal
ini
menjadi tantangan yang sangat
serius bagi Balai POM di Serang. Dalam pasar bebas dan era JKN, pasar farmasi nasional masih menjanjikan.
Menurut
data
BPOM
tahun
2014,
jumlah
perusahaan farmasi aktif di Banten mencapai 22 perusahaan. Rata-rata penjualan obat di tingkat nasional selalu tumbuh 1213% setiap tahun dan sekitar 75% total pasar obat di Indonesia didominasi perusahaan nasional. Namun, ketergantungan impor bahan baku obat masih sangat tinggi, bahkan 96% diimpor dari China, India dan Eropa. Pemerintah perlu menyiapkan strategi kemandirian produksi bahan baku
dalam negeri,
sehingga
mengurangi ketergantungan impor bahan baku pada pasar farmasi nasional. Selain
produsen
farmasi,
Banten juga
memiliki
industri
obat tradisional dengan pangsa pasar yang cukup besar. Saat ini terdapat sekitar 36 Industri Obat Tradisional (IOT) dan 43 industri kecil obat tradisional termasuk di dalamnya Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), namun baru 11 IOT yang mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Menghadapi komunitas ASEAN, daya saing UMKM obat tradisional pengetahuan
maupun
makanan
dan
kemampuan
perlu
dibenahi.
teknis
untuk
Rendahnya memenuhi
persyaratan pendaftaran / standar mutu, rendahnya kesadaran dalam mendaftarkan produk, keterbatasan kemampuan akses terhadap
aplikasi
elektronik,
penyesuaian standar dan
keterbatasan
sertifikasi
pembiayaaan
internasional
(Hazard 26
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Analysis Critical Control Point/HACCP, GMP, halal, International Standard
Organization/ISO,
analisa
sertifikasi),
maupun
rendahnya penguasaan teknologi pelaku UMKM obat tradisional dan Makanan perlu mendapat perhatian Balai POM di Serang. Perlu ada intervensi pembinaan (regulatory assistance) untuk pendaftaran produk Obat tradisional risiko rendah produksi UMKM. Dengan melihat besarnya potensi dan permasalahan yang dihadapi,
maka
pemerintah
harus
selalu
mendukung
dan
melindungi industri Obat dan Makanan di Indonesia dengan mengembangkan kesiapan industri Obat dan Makanan untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan dan ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu bersaing dengan produk obat dari luar negeri. 5. Perubahan Iklim Perubahan
iklim
dapat
mengakibatkan
berkurangnya
ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga
yang
kompetitif.
Dari
sisi
ekonomi
makro,
industri
makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia. Dengan dari
adanya
potensi
permasalahan
serta
peluang
proses perubahan iklim, diperlukan peranan dari Balai
POM di Serang dalam mengawasi peredaran obat. Selain dari obat kimia, varian obat baru juga diikuti pula dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai POM
di
Serang
melakukan
pengawasan
terhadap
perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut. 6. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat Berdasarkan data konsumsi obat yang dilakukan masyarakat Indonesia,
sebagian besar penduduk masih banyak yang 27
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang mengkonsumsi
obat
modern
dibandingkan
dengan
obat
tradisional. Konsumsi obat modern pada tahun 2013 mencapai 90,94%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak 21,41%. Untuk mengatasi beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para kaum lanjut usia, justru banyak digunakan obat-obatan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Terkait hal ini, tantangan bagi Balai POM di Serang adalah melakukan pengawasan post-market termasuk farmakovigilans. 7. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk Rata-rata
laju
pertumbuhan
penduduk
Banten
menurut
sensus penduduk tahun 2010-2012 sebesar 2,33% per tahun, jumlah penduduk Provinsi Banten sebesar 11.452.491 jiwa (BPS 2013) Secara
umum,
bahwa
transisi
demografi
juga
akan
menimbulkan efek pada transisi kesehatan di masyarakat, sehingga
terjadi
peningkatan
dalam
penggunaan
layanan
kesehatan baik secara personal, korporat maupun masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia. Konsumsi obat maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen
kesehatan
menjadi
komponen yang cukup besar
konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi Balai POM di Serang untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya. Dapat diperkirakan bahwa semakin bertambahnya jumlah penduduk Banten, maka permintaan terhadap Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat, sehingga penawaran dari Obat dan Makanan juga akan meningkat. Potensi
pasar
yang
besar 28
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang membuat
para
produsen
Obat
dan
Makanan
baik lokal
maupun internasional semakin meningkatkan volume produksi maupun variasinya. Bertambahnya jumlah variasi Obat dan Makanan tentunya menuntut semakin besarnya peran Balai POM di Serang dalam proses pengawasan. Kurangnya pemenuhan GMP oleh
produsen dalam memproduksi Obat dan Makanan
menjadi tantangan Balai POM di Serang dalam melakukan pengawasan dan pembinaan. Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi. Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat mampu
memberikan
kontribusi
yang
besar
besar juga
dan
dalam
APBN/APBD. 8. Desentralisasi dan Otonomi Daerah Dengan
perubahan
paradigma
sistem
penyelenggaraan
pemerintah yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless), dengan one line command (satu komando), sehingga apabila terdapat suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti. Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.
29
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang Untuk
menunjang
tugas
dan
fungsi
Balai POM
di
Serang dalam pengawasan diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan
dan
kerjasama
kepentingan antara
yang
baik
dari para pemangku
pemerintah pusat dan daerah, masyarakat,
termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing
untuk
menghasilkan
tata
penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang baik. Dengan berlakunya UndangUndang
No
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintah
Daerah,
merupakan keharusan membangun kemitraan antara Balai POM di Serang dengan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan terkait Pengawasan Obat dan Makanan. 9. Perkembangan Teknologi Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat dan makanan, Balai POM di Serang dapat mendorong industri farmasi untuk mengoptimalkan penggunaan bahan baku obat dalam negeri. Selain
teknologi
produksi,
teknologi
transportasi
juga
berkembang pesat, sehingga distribusi obat dan makanan secara masal dapat dilakukan secara efisien. Hal ini mengakibatkan pengawasan atas peredaran obat dan makanan semakin tinggi. Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi Balai POM di Serang untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat yang ada di Indonesia. Namun disisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi Balai POM di Serang terkait trend pemasaran dan transaksi produk makanan dan obat secara
online,
yang
tentu
saja
juga
perlu
mendapatkan
pengawasan dengan berbasis teknologi. 10. Implementasi Program Fortifikasi Pangan Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional
Perbaikan
Kualitas
Konsumsi
Pangan
dan
Gizi 30
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Masyarakat dilakukan melalui peningkatan peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman, dan bergizi diantaranya dengan dukungan fortifikasi mikronutrien penting. Fortifikasi
pangan
merupakan
salah
satu
cara
dalam
menangani permasalahan tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkan fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguan kesehatan karena kurang yodium (GAKI). Penerapan fortifikasi harus diiringi dengan pengawasan oleh BPOM. Hasil pengawasan garam beryodium dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2010–2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS mengalami kenaikan, yaitu berkisar 50%-75%. Untuk mengawal program ini, BPOM mendapatkan mandat strategis baik dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) maupun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG), utamanya pada Pokja III Bidang Mutu dan Keamanan Pangan. Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional
(tepung
terigu
dan
garam)
merupakan
upaya
pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan (compliance) maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan Cara
Produksi
Pangan
Olahan
yang
Baik
(CPPOB),
baik
penerapan CPPOB pada produsen pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan yang
Baik di sarana peredaran. Selain itu juga
dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di sarana produksi maupun di sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran
di bidang pangan, pengujian
laboratorium terhadap parameter keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian label serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui sampling dan pengujian
31
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang 11. Jejaring Kerja
Balai POM di Serang menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat menjadi single player. Untuk itu Balai POM di Serang mengembangkan kerjasama dengan stakeholder baik di pusat dan daerah. Jaringan ini sangat strategis posisinya dalam mendukung tugas-tugas Balai POM di Serang maupun pemangku kepentingan. Beberapa jejaring kerja yang sudah dimiliki Balai POM di Serang yaitu Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal, POKJA Pilar III Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG) Jejaring
kerjasama
ini
perlu
penguatan
karena
belum
semuanya berjalan efektif. 12. Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM melaksanakan reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau
proses RB yang dilakukan BPOM merupakan pengungkit dalam pencapaian
sasaran
sebagai
hasil
yang
diharapkan
dari
pelaksanaan RB. a. Penataan Tatalaksana Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, Balai POM di Serang berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan
pelayanan
kepada
seluruh
pemangku
kepentingan. Komitmen BPOM tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005;
32
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang b. Penataan Penegakan Hukum
Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada selama
ini
kurang
mendukung
tercapainya
efektivitas
pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan
terhadap
pelanggaran
di
bidang
Obat
dan
Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang. Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek
legal
berupa
Peraturan/SK
Gubernur
dan
ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota. Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan hukum seperti memperkuat kemitraan untuk
pengawasan,
penindakan,
maupun
persamaan
persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser pengawasan ke area preventif, serta memperkuat kerjasama penegakkan hukum. c . Penguatan Akuntabilitas Kinerja Penguatan
Akuntabilitas
Kinerja
bertujuan
untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Balai POM di Serang telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP),
dibuktikan
dengan
hasil evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014 terhadap Badan POM memperoleh nilai B. Komitmen
pimpinan
yang
sangat
tinggi
terhadap
pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BPOM. Namun, BPOM masih
perlu
melakukan
penyempurnaan
dalam
penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan
33
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku institusi pengawas, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) terhadap
opini laporan keuangan BPOM dari BPK. d. Penguatan Pengawasan Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Korupsi,
Kolusi,
pengawasan
yang
Nepotisme
yang
dilakukan
bersih
dan
bebas
(KKN). Melalui upaya Balai
POM
di
Serang,
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Balai POM di Serang
serta
menghindari
tingkat
penyalahgunaan
wewenang. Pengawasan yang dilakukan Balai POM di Serang antara lain melalui pelaksanaan kebijakan penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, implementasi whistleblowing
system,
penanganan
benturan
kepentingan,
pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran. e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur Pengembangan pegawai yang dilakukan Balai POM di Serang
berbasis
kompetensi
yang
selanjutnya
capaian
penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan kode etik serta pemberian
sanksi.
Seluruh
aktivitas
manajemen
SDM
tersebut didukung oleh sistem informasi kepegawaian. Saat ini, SDM Balai POM di Serang telah memiliki 34
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
kualitas yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai POM di Serang belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan
tugas
dan
fungsi.
Sistem
manajemen
pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem
manajemen
kinerja
belum
optimal
diterapkan,
sehingga perlu dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun. f. Manajemen Perubahan Manajemen
perubahan
bertujuan
untuk
mengubah
secara sistematis dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, Balai POM di Serang telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai Balai POM di Serang secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB. Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya dibutuhkan
media
resistensi
terhadap
perubahan
komunikasi secara reguler untuk
mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.
35
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
13. Lingkungan Strategis Wilayah Kekuatan (Strengths)
1 2 3 4 5 6
Kelemahan (Weaknesses)
1 2 3
Peluang (Opportunities)
4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tantangan (Threats)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
HASIL PEMBAHASAN (SWOT) Kompetensi ASN Balai POM di Serang dalam mendukung pelaksanaan tugas Networking yang kuat dengan lembaga lembaga pusat / daerah Pedoman pengawasan yang jelas Komitmen Pimpinan dan Seluruh ASN Balai POM di Serang dalam menerapkan RB Adanya informasi dan edukasi pada masyarakat yang programatik Tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas dalam peraturan perundangundangan Payung hukum pengawasan Obat dan Makanan belum memadai Beberapa ASN masih memerlukan peningkatan kompetensi (capacity building) Jumlah ASN Balai POM di Serang yang belum memadai dibandingkan dengan cakupan tugas pengawasan dan beban kerja Beberapa regulasi dan standar belum lengkap Sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama belum terpenuhi Dukungan sistem IT dalam pengawasan masih kurang
Adanya program Nasional (JKN dan SKN) Perkembangan Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang sangat cepat
Jumlah industri obat dan makanan yang berkembang Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) Pasar pengobatan tradisional makin besar Nilai impor Obat dan Makanan tinggi Besarnya kontribusi industri pengolahan termasuk industri Obat dan Makanan terhadap output nasional Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan demand Obat dan Makanan Kesehatan menjadi kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah Perubahan iklim dunia yang mempengaruhi pola penyakit Penjualan Obat dan Makanan ilegal secara online Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk
Perubahan pola hidup masyarakat Globalisasi, Perdagangan Bebas danKomitmen Internasional Munculnya (kembali) berbagai penyakit baru Meningkatnya jumlah dan variasi produk obat dan makanan Besarnya pendapatan perkapita berdampak peningkatan konsumsi Obat dan Makanan Masih banyaknya jumlah pelanggaran di bidang Obat dan Makanan Lemahnya penegakan hukum Implementasi Program Fortifikasi Pangan Berkembangnya fasilitas industri farmasi serta peningkatan kapasitas produksinya Rendahnya pengetahuan dan kemampuan teknis UMKM obat tradisional Berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas dengan harga yang kompetitif Belum optimalnya tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan oleh pemangku kepentingan di daerah Tabel 1.14 Rangkuman Analisis SWOT
36
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Bisnis Proses Balai POM di Serang Dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan Standarisasi kebijakan teknis pengawasan obat dan makanan
Pembinaan dan bimbingan kepada stakeholder
Pengawasan obat dan makanan (Pre market dan post market)
Sistem pengawasan obat dan makanan (regulator sistem)
Kemandirian (stake holder)
Gambar 1.14 Peran dan Kewenangan BPOM sesuai dengan Bisnis Proses Utama
KEGIATAN UTAMA BERDASARKAN BISNIS PROSES BPOM KEBIJAKAN TEKNIS STANDARISASI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
PENYUSUNAN KEBIJAKAN TEKNIS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Riset terhadap pelaksnaan kebijakan pengawasan obat dan makanan
Pre Market
Pengawasan (penilaian) obat dan makanan sesuai standar
Post Market
Pembinaan dan bimbingan kepada stakeholder
Pengawasan sarana produksi sesuai standar
Komunikasi, informasi danedukasi publik termasuk peringatan publik
Pengawasan sarana distribusi sesuai standar Sampling dan pengujian laboratorium
Penyidikan dan penegakan hukum
SISTEM (STANDARISASI) PENGAWASAN (REGULATOR)
Tabel 15 Penguatan Peran Balai POM di Serang Ta
KEMANDIRIAN
hun (Stakeholders)
Gambar 1.15 Penjabaran bisnis proses utama kepada kegiatan utama BPOM 2015 – 2019
37
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Penyusunan kebijakan teknis pengawas obat dan makanan (NSPK) Pengawasan (penilaian) obat dan makanan sesuai standar Penguatan sistem Pengawasan sarana produksi obat dan makanan pengawasan obat dan sesuai standar makanan Pengawasan sarana distribusi obat dan makanan sesuai standar Sampling dan pengujian laboratorium obat dan makanan Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melalui komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik Kerjasama,komunikasi, Pengelolaan data dan informasi obat dan makanan informasi dan edukasi Menentukan peta zona rawan peredaran obat dan publik makanan yang tidak sesuai dengan standar Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang tidak memenuhi standar Tabel 1.15 Penguatan Peran BPOM Tahun 2015-2019
14. Isu isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan Balai POM di serang Selama periode 2010 – 2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai POM di Serang
telah diupayakan secara optimal sesuai
dengan target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat. antara lain: 1) Belum sepenuhnya melayani masyarakat dalam hal pengujian sampel pihak ke-3. 2) belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui
komunikasi,
informasi,
edukasi
dalam
rangka
meningkatkan efektifitas pengawasan obat dan makanan. 3) belum optimalnya pengawasan obat dan makanan yang beredar di masyarakat. Berdasarkan kondisi obyektif di atas, kapasitas Balai POM di Serang sebagai lembaga pengawasan obat dan makanan masih perlu terus dilakukan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen sumber daya manusianya, agar pencapaian kinerja di masa akan datang yang lebih baik. 38
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Untuk itu, ada 3 isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi
Balai
POM
di
Serang
sesuai
dengan
peran
dan
kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa akan datang sebagai berikut: 1. Penguatan sistem dalam pengawasan obat dan makanan 2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan makanan serta mendorong peningkatan
kemitraan
dengan
berbagai
pemangku
kepentingan. 3. Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya. Dengan etos kerja yang tinggi, diharapkan mampu menjadi katalisator
dalam
proses
pencapaian
tujuan
pembangunan
kesehatan nasional.
39
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang Bab II Visi, Misi, dan Tujuan BPOM A.
Visi Visi BPOM di Serang mengacu pada visi Badan POM RI yaitu : “ Obat dan makanan aman, meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya saing bangsa”
Gambar 2.1 Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019
B.
Misi Misi Balai POM di Serang mengemban Misi Badan POM RI dan didefinisikan sebagai tujuan mulia organisasi untuk : 1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan komprehensif (full spectrum) pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang
konsisten,
yaitu
memenuhi
standar
aman,
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Balai POM di 40
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Serang mampu melindungi masyarakat Provinsi Banten dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Balai POM di Serang, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu mengawalnya. Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,
sementara
sumber
daya
yang
dimiliki
terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini. Balai POM di Serang perlu melakukan mitigasi risiko di semua proses bisnis, antara lain pada pengawasan sarana dan produk, Balai POM di Serang secara proaktif memperkuat pengawasan lebih ke hulu melalui pengawasan importir bahan baku dan produsen. 2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan. Dalam 5 (lima) tahun ke depan, paradigma pengawasan Obat dan Makanan harus diubah yang sebelumnya adalah “watchdog” control menjadi
pro-active
control
dengan
mendorong
penerapan Risk Management Program oleh industri. Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam dalam pengawasan Obat dan Makanan. Pelaku usaha harus bertanggungjawab memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan sehingga menjamin Obat dan Makanan
yang
diproduksi
dan
diedarkan
aman,
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu. Sebagai UPT Badan POM, Balai POM di Serang harus mampu
41
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung dipengaruhi mampu
dari
sistem
diberikan
serta
oleh
Serang berkomitmen
dukungan
BPOM.
untuk
regulatory
Sehingga
mendukung
yang
Balai POM di
peningkatan
daya
saing, yaitu melalui jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan. Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai
peran
yang
sangat strategis dalam pengawasan
Obat dan Makanan. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan dapat memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi standar, dan diberi
kemudahan
akses
informasi
dan
komunikasi
terkait Obat dan Makanan. Untuk itu, Balai POM d i S e r a n g melakukan meningkatkan pengawasan
berbagai
upaya
kesadaran melalui
yang
masyarakat
kegiatan
bertujuan
untuk
dalam
mendukung
Pemberdayaan,
Komunikasi,
Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangku kepentingan
lainnya
sehingga
mampu
melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan berbahaya dan ilegal. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai POM di Serang tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan
kebijakan
yang
ditetapkan
oleh
Pusat
dan
42
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi
tantangan
tersendiri
dalam
pelaksanaan
tugas
pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM Untuk sumber
mendorong daya
yang
misi
pertama
memadai
dan
dalam
kedua, mencapai
diperlukan kapasitas
kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang
terbatas
baik
jumlah dan kualitasnya, menuntut Balai
POM di Serang harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Misi Balai POM di Serang merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Serang. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat Balai POM di Serang menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Balai POM di Serang mampu melindungi masyarakat Banten dengan optimal. Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip
organisasi
pembelajar
(learning
organization).
Untuk
mendukung itu, maka Balai POM di Serang perlu untuk
43
Renstra Balai POM di Serang memperkuat
2015-2019
koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing) C.
Budaya Organisasi 1. Profesional Meningkatkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. 2. Integritas Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
dalam
3. Kredibilitas Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. 4. Kerjasama TIM Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif Mampu melakukan pembaruan dan inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini. 6. Responsif / Cepat tanggap Antisipatif dan responsive dalam mengatasi masalah. D.
Tujuan Sesuai dengan visi dan misi Badan POM, tujuan utama pembangunan pengawasan obat dan makanan di Serang tahun 2015 – 2019 adalah : 1. Meningkatkan jaminan obat dan makanan aman, bermanfaat dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat. 2. Meningkatkan daya saing obat dan makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing obat dan makanan di pasar lokal dan global.
44
Renstra Balai POM di Serang E.
2015-2019
Sasaran strategis Sasaran strategis yang hendak dicapai selama lima tahun periode 2015 – 2019 adalah sasaran yang mengacu pada sasaran strategis Badan POM RI yaitu : 1. Menguatnya sistem pengawasan obat dan makanan Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sbb : a. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019, b. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 80% pada akhir 2019, c. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 92% pada akhir 2019, d. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83% pada akhir 2019, e. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 75% pada akhir 2019. 2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat. Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai berikut : a. Tingkat kepuasan masyarakat, dengan target 84% pada akhir 2019, b. Jumlah Kabupaten/ Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan, dengan target kumulatif pada akhir 2019 sebanyak 9 komitmen Kabupaten/ Kota. c. Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya adalah : a. Nilai SAKIP BBPOM/ BPOM dari Badan POM, dengan target A pada tahun 2019.
45
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
Logic model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan sesuai pada Balai POM di Serang adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Log Frame Balai POM di Serang
Adapun Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai POM di Serang periode 2015 – 2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah : Visi
Misi
Tujuan
Obat dan makanan aman, meningkatk an kesehatan masyarakat dan daya saing bangsa
Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis resiko untuk melindungi masyarakat
Meningkatnya jaminan produk obat dan makanan aman
Mewujudkan kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangu kepentingan
Meningkatnya daya saing obat dan makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi
Sasaran Indikator Kinerja Strategis Menguatnya Persentase obat yang memenuhi sistem syarat pengawasan Persentase OT yang memenuhi obat dan syarat makanan Persentase kosmetik yang memenuhi syarat Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat Persentase makanan yang memenuhi syarat Meningkatnya Tingkat kepuasan masyarakat jaminan Jumlah Kabupaten/ Kota yang kualitas memberikan komitmen untuk pembinaan dan pelaksanaan pengawasan Obat dan bimbingan Makanan dengan memberikan dalam alokasi anggaran pelaksanaan mendorong regulasi obat dan makanan kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan serta
46
Renstra Balai POM di Serang
Meningkatnya kapasitas kelembagaan BPOM
2015-2019
partisipasi masyarakat melalui kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi Meningkatnya Nilai SAKIP Balai POM di Serang kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran strategis dan Indikator Kinerja Balai POM di Serang Periode 2015 – 2019
Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama Balai POM di Serang adalah : 1. Persentase obat yang memenuhi syarat; 2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat 3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat 4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat 6. Tingkat Kepuasan Masyarakat
47
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang Bab III Arah Kebijakan dan Strategi A.
Arah Kebijakan dan Strategi BPOM Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi masyarakat dan mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019, dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan Obat dan Makanan. Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan: 1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis,
ekonomi,
dilakukan
dengan
sosial
dan
pendekatan
spasial. analisis
Aspek-aspek risiko
yaitu
tersebut dengan
memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal. Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan Makanan di catchment area-nya. Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada pengawasan makanan, kelompok rentan ini
48
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko
tinggi
(seperti
susu
formula
dan
produk
kaleng),
pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi. 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan Sejalan
dengan
Revolusi
Mental,
diharapkan
BPOM
dapat
meningkatkan kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung jawab produsen. Namun BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut. 3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen
kunci
yang
harus
dipastikan
oleh
BPOM
dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli BPOM, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan 49
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
luar negeri, baik dari unsur pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan
bahwa
Obat
dan
Makanan
yang
beredar
di
masyarakat itu aman untuk dikonsumsi. Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau. Kebijakan
ini
juga
dapat
difokuskan
pada
memaksimalkan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau khalayak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan berbagai media sosial). 4) Penguatan
kapasitas
kelembagaan
pengawasan
OM
melalui
penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area
reformasi
birokrasi
untuk
mewujudkan
tata
kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan kapasitas laboratorium, mendukung
penguatan pelayanan
sistem
publik,
informasi
teknologi
pengembangan
untuk
SIPT
sebagai
aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan implementasi
sistem
perencanaan
keuangan
berbasis
dan
penganggaran,
akrual
perlu
serta
menjadi
penekanan/agenda prioritas.
50
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah perencanaan
dan
(SPIP),
penguatan
penganggaran, peningkatan kualitas laporan
keuangan (LK), peningkatan kualitas proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan
dan
reviu
LK,
serta
percepatan
penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Terkait
perencanaan
suprasistem, BPOM
dan
penganggaran,
perlu
mengubah
sesuai data
tuntutan
elektronisasi
menjadi data bentuk peta (spasial) dapat diakses secara online dan real time penyebaran
yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta
sarana
produksi
&
sarana
distribusi Obat dan
Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta hasil
pengujian
laboratorium,
penyelesaian
kasus,
dan
sebagainya). Selain itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisis
kesenjangan
sehingga
dapat
kinerja
menjadi
input
pengawasan
antar
wilayah
dalam pelaksanaan program
pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko. Selain
memberi
arah penguatan ke dalam institusi BPOM, kebijakan ini perlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan komunikasi ke pihak eksternal yang strategis. Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: Eksternal: 1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan; 2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;
51
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang Internal:
1. Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko; 2. Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja individu/pegawai; 3. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai; 4. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel; 5. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan. Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera
melakukan
pembenahan
di
level
organisasi
dan
kelembagaan dengan membentuk satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini. Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin penting yang harus diperhatikan di sini adalah
52
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
soal SDM pegawai, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya. Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini (penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan sebagai berikut :
Tahun
2016:
Mendorong
penguatan
Pengembangan program strategis dan
Makanan
kelembagaan
dalam
serta memaksimalkan
pengawasan fungsi
dan Obat
pelayanan
publik. (Dalam hal ini Penguatan Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra syarat yang harus dipenuhi)
Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan
Makanan
termasuk
Pelaksanaan
Analysis, Penguatan sistem data pre
Regulatory
dan post
Impact
terintegrasi
antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan penyidikan dan pengujian), Laboratorium
dan
Penguatan Pengawasan
Kapasitas Obat
dan
dan
Kapabilitas
Makanan
untuk
memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.
Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan
Makanan
didukung
dengan
analisis
dampak efektifitas pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden akibat pengawasan Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah secara nasional).
Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi program (Renstra
2015-2019)
dalam
rangka
peningkatan kinerja pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.
53
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang Untuk
melaksanakan
lembaga pengawasan
tugas
Obat
pokok
dan
dan
Makanan
fungsi
sebagai
tersebut,
BPOM
menetapkan
program - programnya sesuai RPJMN periode 2015-
2019,
program
yaitu
utama
(teknis) dan program pendukung
(generik), sebagai berikut: a.
Program Teknis Program Pengawasan Obat dan Makanan Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama
Badan
Pengawasan
menghasilkan keamanan
standardisasi
dan
serangkaian
Obat
manfaat
kegiatan
dan
dalam
Obat
Makanan
dalam
pemenuhan
mutu,
dan
penetapan
Makanan
standar
melalui
pengawasan,
penilaian Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap distribusi,
sarana
produksi,
sampling
dan
pengawasan pengujian
terhadap
Obat
dan
sarana
Makanan
beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan. b.
Program Generik 1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya. 2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM. Selanjutnya,
program-program
tersebut
dijabarkan
dalam
kegiatan- kegiatan prioritas BPOM, sebagai berikut: a.
Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan 1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market); 2) Peningkatan
efektivitas
evaluasi
pre-market
melalui
penilaian Obat; 3) Peningkatan Makanan
cakupan
pengawasan
mutu
Obat
dan
beredar melalui penetapan prioritas sampling 54
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan. 4) Peningkatan distribusi
pengawasan Obat
sarana
produksi
dan
dan Makanan, sarana pelayanan
kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya; 5) Peningkatan
pengawasan
narkotika,
psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif; 6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium Obat dan Makanan; 7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan; 8) Peningkatan
penelitian
terkait
pengawasan
Obat
dan
Makanan antara lain regulatory science, life science; 9) Peningkatan
Pembinaan
kemitraan
dengan
dan
bimbingan
pemangku
melalui
kepentingan,
serta
meningkatkan partisipasi masyarakat. b.
Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung): 1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan; 2) Pengawasan
dan
Peningkatan
Akuntabilitas
Aparatur
Badan Pengawas Obat dan Makanan; 3) Pengadaan,
Pemeliharaan
Pengelolaan,
dan
Pembinaan
serta Peningkatan Sarana dan Prasarana
Penunjang Aparatur BPOM; 4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM; 5) Peningkatan
kualitas
Layanan
Pengaduan
produk
hukum,
Konsumen
dan
serta
Hubungan
Masyarakat. Untuk
mewujudkan
masing-masing sasaran dijabarkan
kepada
pencapaian strategis
sasaran program
sasaran
BPOM
strategis,
maka
periode
2015-2019
dan kegiatan
berdasarkan
logic model perencanaan. Adapun logic model penjabaran terhadap
55
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
sasaran program dan kegiatan sesuai dengan unit organisasi di lingkungan BPOM adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Logframe Balai Daerah
PROGRAM
SASARAN PROGRAM
KEGIATAN STRATEGIS
PROGRAM Menguatnya Pengawasan PENGAWASAN sistem Obat dan OBAT DAN pengawasan Makanan MAKANAN Obat dan Makanan
SASARAN KEGIATAN 1. Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar 2. Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar 3. Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard
INDIKATOR 1.
Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis 2. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan 3. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
56
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang 4. Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan PROGRAM Meningkatnya Pengawasan PENGAWASAN kemandirian Obat dan OBAT DAN pelaku usaha, Makanan MAKANAN kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai POM
Meningkatnya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Terkait Pengawasan Obat dan Makanan 2. Penyusunan Perencanaan, Penganggaran, Keuangan dan Evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
6. Jumlah layanan publik BB/BPOM 7. Jumlah komunitas yang diberdayakan
8. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar
9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Tabel 3.1 Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator BPOM
B.
Arah Kebijakan dan Strategi Balai POM di Serang Berdasarkan hasil analisa SWOT, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategi Balai POM di Serang periode 2015 – 2019 adalah: 1. Penguatan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat di Provinsi Banten. 2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk obat dan makanan di Provinsi Banten. 3. Peningkatan kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan
57
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Banten. 4. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan makanan melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Sedangkan
strategi
yang
akan
dilaksanakan
mencakup
eksternal dan internal : Eksternal : 1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan makanan 2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan makanan Internal : 1. Penguatan regulatori sistem pengawasan obat dan makanan berbasis risiko 2. Membangun manajemen kinerja dari kinerja lembaga hingga kinerja individu/pegawai 3. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai 4. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas Balai POM di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel 5. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas pengawasan obat dan makanan. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawas obat dan makanan tersebut, Balai POM di Serang menetapkan program-programnya sesuai RPJM periode 2015 – 2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik) sebagai berikut : a.
Program teknis Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Balai POM di Serang dalam menghasilkan pemenuhan mutu, keamanan, dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan pengawasan terhadap sarana produksi, 58
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
distribusi, sampling dan pengujian obat dan makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan. b.
Program generik 1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. 2. Program peningkatan sarana dan prasarana Balai POM di Serang
Program Program pengawasan obat dan makanan
Sasaran Program Menguatnya sistem pengawasan obat dan makanan
Kegiatan strategis Pengawasan Obat dan Makanan di BPOM
Sasaran Indikator kegiatan Meningkatnya 1. Jumlah sampel yang kinerja diuji menggunakan pengawasan parameter kritis. obat dan 2. Persentase cakupan makanan pengawasan sarana BPOM produksi Obat dan makanan.
PIC BPOM di Serang
3. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) 4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan. 5. Jumlah perkara di bidang Obat dan makanan 6. Jumlah sarana dan prasarana yang terkait pengawasan Obat dan Makanan 7. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu 8. Jumlah layanan informasi Balai POM 9. Desa / kelurahan yang diintervensi program keamanan panagan Tabel 3.2 Program, Sasaran program, kegiatan, Sasaran Kegiatan dan Indikator Balai POM di Serang
59
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang Pengawasan
yang
dilakukan
oleh Balai
POM
di
Serang
mencakup pengawasan pre dan post market. Namun dalam hal ini pre-market control dilakukan dalam lingkup kewenangan tertentu, tidak termasuk penyusunan standar. Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator: a. Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis, dengan target 1.200 pada tahun 2019. b. Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK), dengan target 100% pada tahun 2019. c. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan, dengan target 24% pada tahun 2019. d. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan, dengan target 39% pada tahun 2019. e. Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan, dengan target 56 sampai dengan tahun 2019. Pengawasan
yang
mencakup pemberian
dilakukan
layanan
oleh
informasi
Balai dan
POM di Serang edukasi
kepada
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, advokasi dan kerjasama dengan lintas sektor. Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator: a. Jumlah layanan publik BPOM di Serang, dengan target 585 pada tahun 2019. b. Jumlah Komunitas yang diberdayakan, dengan target 20 pada tahun 2019. Selain
itu
untuk
mendukung
meningkatnya
kemitraan
dengan pemangku kepentingan dilaksanakan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya melalui Kegiatan: 1. Koordinasi Layanan Hubungan Masyarakat.
Pengaduan
Konsumen
dan
Kegiatan ini akan mencakup komunikasi, informasi, dan edukasi masyarakat
melalui
berbagai
media
komunikasi
termasuk
media sosial, penayangan Iklan Layanan Masyarakat, dan peningkatan akses masyarakat secara terbuka dan transparan. 60
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang Untuk
dapat
mengukur
keberhasilan
kegiatan tersebut,
maka dirumuskan dengan indikator sebagai berikut: 1. Tingkat kepuasan masyarakat, dengan target 84% pada tahun 2019. 2. Jumlah kota/kabupaten yang memberikan komitmen untuk pengawasan obat dan m a k a n a n , dengan target 2 kota / kabupaten pada tahun 2019. C.
Kerangka Regulasi Dalam
rangka
pelaksanaan
tugas
pengawasan
obat
dan
makanan, dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari lembaga pemerintah non kementrian (LPNK) yang mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat administratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan, namun menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior di banding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor). Sektor industri obat dan makanan dapat
menyediakan
lapangan
pekerjaan
yang
cukup
besar
berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran. Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh Balai POM di Serang dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain : 1. UU pembinaan, pengawasan dan pengembangan sediaan farmasi; 2. Peraturan perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan makanan;
61
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
3. Rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang keamanan mutu dan gizi pangan serta RPP label dan iklan pangan terkait Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang pangan; 4. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP; 5. Juknis / pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi obat dan makanan; 6. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program), misalnya semua laboratorium dalam lima tahun ke depan telah prakualifikasi oleh lembaga internasional. 7. Peraturan Kepala Badan POM RI tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta peraturan kepala Daerah (gubernur, bupati, dan walikota) untuk meningkatkan efektifitas pengawasan obat dan makanan di daerah. D.
Kerangka Kelembagaan Untuk memperkuat peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan di Serang dalam melaksanakan mandat renstra 2015– 2019, maka dilakukan beberapa inisiatif penataan kelembagaan, baik penataan dalam lingkup intraorganisasi Balai POM di Serang maupun penataan yang bersifat interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas instansi / lembaga maupun hubungan relasional dengan para pemangku kepentingan utama. 1. Penataan
kelembagaan
yang
harus
diintegrasikan
dan
dikoordinasikan agar lebih efisien dan efktif yang berpegang pada peraturan Menteri PAN No PER/18/MPAN/II/2008, TENTANG PEDOMAN ORGANISASI Unit pelaksana teknis kementrian dan lembaga pemerintah non kementrian, dengan langkah penataan sebagai berikut : a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal dan operasional, sekaligus sebagai ‘ ujung tombak’ dalam penyelenggaraan layanan teknis dan administratif yang telah didelegasikan dari Badan POM; b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang kriteria dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur penunjang; 62
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan Makanan dituangkan pada gambar 3.1 Dalam kerangka kelembagaan mandatnya
tersebut Badan
tampak
POM
bahwa
dalam
menyelenggarakan
pelaksanaan
fungsi
produce,
provide, manage, dan apply. Produce
Apply
Provide
REGULATING perumusan dann Penetapan kebijakan
Penetapan standar dan persyaratan
EMPOWERING
EXECUTING Penyediaan layanan publik
Perlindungan masyarakat dari risiko obat dan makanan yang tidak memenuhi standard an persyaratan Kebijakan nasional dan pedoman pengawasan obat dan makanan
Pengawasan peredaran, promosi dan iklan
Fasilitasi, pengembanga n kapasitas
Pengujian lab,pemeriksaan sarana dan pepenyidikan
Pengawasan pembuatan, penandaan
Pengelolaan anggaran Pengelolaan sarana dan prasarana kerja
Pengelolaan data, informasi dan pengetahuan
Keterpaduan sistem informasi obat dan makanan nasional
Pengelolaan SDM ASN
Keterlibatan pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat dalam pengawasan obat dan makanan
Tata kelola dan tata laksana
perencanaan
Ketersediaan anggaran
Perijinan, pengawasan peredaran obat danpengawasan industri farmasi
Pengukuran kinerja
Gambar 3.2 Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandate Badan POM
Fungsi
produce,
meliputi
mandat
untuk
perumusan
dan
penetapan kebijakan (regulating), penyelenggaraan layanan publik (executing dan pelaksanaan fasilitasi, pengembangan kapasitas, maupun kegiatan kegiatan penguatan bagi pihak lain. Fungsi provide, menyediakan keluaran untuk dimanfaatkan langsung oleh
mitra
atau
pengguna
akhir.
Untuk
fungsi
manage,
pengelolaan sumber daya organisasi agar dapat dicapai hasil yang 63
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
optimal dalam mendukung kegiatan operasional Badan POM. Sedangkan apply adalah bentuk outreach dalam penciptaan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat. 2. Koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama
dalam
rangka
mewujudkan
pencapaian
prioritas
pembangunan kesehatan 3. Koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan penegak hukum. 4. Penguatan pengembangan kompetensi SDM melalui perencanaan pelatihan Balai POM di Serang. 5. Penguatan kelembagaan melalui perbaikan yang berkelanjutan melalui Sistem Manajemen Mutu Balai POM di Serang.
64
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A
Target Kinerja
Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masingmasing sasaran strategis adalah : Sasaran Strategis Menguatnya sistem pengawasan obat dan makanan
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM di Serang
Indikator Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat Persentase suplemen makanan yang memenuhi syarat meningkat Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat Tingkat Kepuasan Masyarakat
Target Kinerja 2017 2018
2015
2016
2019
92,00
92.50
93,00
93.50
94,00
76,00
77,00
78,00
79,00
80,00
89,00
90,00
91,00
91,00
92,00
79,00
80,00
81,00
82,00
83,00
67,00
69,00
71,00
73,00
75,00
80,00
81,00
82,00
83,00
84,00
Jumlah Kabupaten/ Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan Regulasi Obat dan Makanan
1,00
2,00
2,00
2,00
2,00
Nilai SAKIP BPOM di Serang
A
A
A
A
A
Tabel 4.1 Sasaran Strategis dan Indikator kinerja
65
2015-2019
Renstra Balai POM di Serang B.
Kerangka Pendanaan Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis BPOM di Serang periode 2015 – 2019 adalah: Sasaran strategis Menguatnya sistem pengawasan obat dan makanan
Indikator
2015 2,916
Alokasi (Rp Milyar) 2016 2017 2018 3,015 3,258 3,368
Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat meningkat Persentase kosmetik yang memenuhi syarat meningkat Persentase suplemen makanan yang memenuhi syarat meningkat Persentase makanan yang memenuhi syarat meningkat
Pemdik Pengujian Pemdik Pengujian Pemdik Pengujian Pemdik Pengujian Pemdik Pengujian 1,600
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
Tingkat Kepuasan Masyarakat Jumlah Kabupaten/ Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan Regulasi Obat dan Makanan
Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM di Serang
Nilai SAKIP BPOM di Serang
PIC
2019 3,481
1,800
2,100
2,300
2,500 Pemdik
5,042
7,643
7,430
7,496
5,072 TU, Pemdik, Pengujian
Tabel 4.2 Sasaran strategis, Indikator kinerja dan pendanaan
66
Renstra Balai POM di Serang
2015-2019
BAB V PENUTUP Rencana Strategis (RENSTRA) BPOM di Serang tahun 2015 – 2019 ini disusun dengan mengacu dari Renstra Badan POM RI sebagai lembaga induk. Renstra ini merupakan dokumen resmi BPOM di Serang dan disahkan melalui Surat Keputusan kepala Badan POM RI. Dokumen ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran). Sasaran dan program yang telah ditetapkan dalan rencana strategis ini kemudian akan dijabarkan lebih lanjut ke dalam suatu Rencana kinerja Tahunan (RKT). Rencana strategis ini merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja dan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) Balai POM di Serang. Dokumen ini diharapkan dapat dikomunikasikan ke sub bagian dan setiap seksi dalam lingkup Balai POM di Serang, dan juga stakeholder terkait secara keseluruhan. Dokumen ini akan memungkinkan seluruh anggota organisasi memiliki kesamaan pandangan tentang ke mana organisasi akan dibawa (tujuan bersama), bagaimana peran setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan bersama, dan bagaimana kemajuan dan tingkat keberhasilan nantinya akan di ukur. Dengan demikian, seluruh kegiatan Balai POM di Serang yang direncanakan akan terlaksana, terkoordinasi dengan baik dan dilakukan secara terintegrasi untuk tercapainya tujuan strategis.
67
68
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM di Serang Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Target Lokasi
Baseline
2015
2016
2017
Alokasi (dalam Miliar rupiah) 2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,006
0,006
0,007
0,007
0,007
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Unit Organisasi Pelaksana
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Serang Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Persentase obat yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
92,00
92,00
92.5
93,00
93.5
94,00
1.2.
Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
74,00
76,00
77,00
78,00
79,00
80,00
1.3.
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
89,00
89,00
90,00
91,00
91,00
92,00
Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
79,00
79,00
80,00
81,00
82,00
83,00
1.5.
Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
66,00
67,00
69,00
71,00
73,00
75,00
SS 2
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
SS 1 1.1.
1.4.
2,1
2,2
SS 3 3,1
Tingkat Kepuasan Masyarakat Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Provinsi Banten
NA
80,00
81,00
82,00
83,00
84,00
Provinsi Banten
NA
1,00
2,00
2,00
2,00
2,00
Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
Provinsi Banten
B
A
A
A
A
A
69
K/LN-BNSBS
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Target Lokasi
Baseline
2015
2016
2017
Alokasi (dalam Miliar rupiah) 2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Unit Organisasi Pelaksana
Program Pengawasan Obat dan Makanan Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan Persentase obat yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
92,00
1.2.
Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
74,00
76,00
77,00
78,00
79,00
80,00
1.3.
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
89,00
89,00
90,00
91,00
91,00
92,00
1.4.
Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
79,00
1.5.
Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Banten
66,00
SP 2
Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat
2,1
Tingkat Kepuasan Masyarakat
SP 1 1.1.
2,2
SP 3 3,1
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM
92,00
79,00 67,00
92.5
80,00 69,00
93,00
81,00 71,00
93.5
82,00 73,00
94,00
83,00 75,00
Provinsi Banten
NA
80,00
81,00
82,00
83,00
84,00
Provinsi Banten
NA
1,00
2,00
2,00
2,00
2,00
Provinsi Banten
B
A
A
A
A
A
70
K/LN-BNSBS
Program / Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai POM di Serang Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia Jumlah sampel yang diuji 1 menggunakan parameter kritis Pemenuhan target sampling 2 produk Obat di sektor publik (IFK)
Target Lokasi
Baseline
2015
2016
2017
Alokasi (dalam Miliar rupiah) 2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
9,558
12,459
12,789
13,164
11,053
Provinsi Banten
1.000,00
1.000,00
1.050,00
1.100,00
1.150,00
1.200,00
1,127
1,184
1,240
1,296
1,353
Provinsi Banten
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
3
Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
Provinsi Banten
20,00
23,00
23,00
23,00
24,00
24,00
0,266
0,292
0,321
0,357
0,397
4
Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
Provinsi Banten
30,00
34,50
36,00
37,00
38,00
39,00
0,819
0,835
0,852
0,869
0,887
5
Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Provinsi Banten
8,00
10,00
10,00
12,00
12,00
12,00
0,704
0,704
0,845
0,845
0,845
Jumlah layanan publik BB/BPOM Jumlah Komunitas yang diberdayakan Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Provinsi Banten Provinsi Banten
525,00
545,00
550,00
565,00
575,00
585,00
0,500
0,500
0,600
0,600
0,700
13,00
16,00
17,00
18,00
19,00
20,00
1,100
1,300
1,500
1,700
1,800
Provinsi Banten
80,75
81,00
82,00
83,00
84,00
85,00
3,992
6,575
6,352
6,407
3,973
Provinsi Banten
8,00
10,00
9,00
10,00
9,00
10,00
1,050
1,068
1,078
1,089
1,099
6 7 8
9
Unit Organisasi Pelaksana
71
K/LN-BNSBS
Lampiran II: MATRIKS KERANGKA REGULASI MATRIKS KERANGKA REGULASI BALAI POM DI SERANG 2015-2019
No 1 2 3
4
5
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan regulasi Undang-undang Pengawasan Obat dan Makanan SK Bersama Tim Pengawasan Produk Halal Peraturan Mendikbud untuk melaksanakan program keamanan pangan di lingkungan sekolah Pedoman Tindak Lanjut Pengawasan Produk Terapetik, Napza, Obat Tradisional, Kosmetik, Produk Kompelen, Pangan dan Bahan Berbahaya yang disahkan oleh Kepala Badan POM RI SK Bersama tentang Implementasi Pedoman Tindak Lanjut hasil Pengawasan sarana Produksi dan Distribusi Obat dan Makanan oleh Balai
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
Unit Penanggungjawab
Unit Terkait/Institusi
Sebagai payung hukum Badan POM RI Sebagai dasar untuk pengawasan produk halal keterbatasan SDM Badan POM untuk melaksanakan pengawasan pangan Jajanan Anak Sekolah Sebagai acuan Balai POM untuk memberikan tindaklanjut terhadap hasil pemeriksaan obat dan makanan
Biro HukMas Badan POM RI Deputi III Badan POM RI Badan POM
Bappenas, Kemkes, Indag, dll. LPPOM MUI, Kemenag
Biro HukMas Badan POM RI
Kementerian Kesehatan, Asosiasi, Organisasi Profesi, Kementerian Dalam Negeri
Meningkatkan efektifitas pengawasan sesuai peran masing-masing lembaga
Balai POM
Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota
Target Penyelesaian
Kemendiknas
72
No
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan regulasi
6
SK Bersama tentang Pengawasan Bahan Berbahaya di Daerah
7
SK Bersama tentang Pengawasan Produk Obat di sektor publik (IFK) dan sarana pelayanan BPJS Jejaring Keamanan Pangan Daerah
8
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Menindaklanjuti SKB Mendagri dengan Kepala Badan POM RI Nomer 43 Tahun 2013 dan Nomer 2 Tahun 2013
Unit Penanggungjawab
Unit Terkait/Institusi
Balai POM
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Distanak, Dinas Kelautan dan Perikanan
Badan POM
Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Distanak, Dinas Kelautan dan Perikanan
Meningkatkan efektifitas pengawasan pangan di daerah
Balai POM
9
Jejaring Laboratorium Terpadu di Daerah
Meningkatkan efektifitas pengujian produk di luar yang diawasi secara rutin oleh Badan POM dan meningkatkan cakupan pengujian pangan
Balai POM
Labkesda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kesehatan
10
Nomenklatur Balai Besar / Balai POM menjadi Kantor Perwakilan Badan POM RI di Provinsi
Untuk meningkatkan efektifitas pengawasan obat dan makanan di provinsi
Badan POM
Bappenas, Kemkes, Kemenpan dan RB.
Target Penyelesaian
73
Lampiran III
INDIKATOR
KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA (BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN 1
2
Persentase obat yang memenuhi syarat
Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat
a. obat yang mendapatkan NIE dari Badan POM. b. Yang dimaksud dengan obat adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (tidak termasuk OT) c. obat Memenuhi Syarat (MS) ditetapkan melalui uji laboratorium. d. Kategori obat yang disampling sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan. e. Jumlah produk obat TMS dihitung berdasarkan satuan bets
SBD 2012 terkoreksi dengan survei produk beredar
a. Obat Tradisional yang mendapatkan NIE dari Badan POM. b. Obat Tradisional (OT) yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium. c. Kategori Obat Tradisional yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan
Laporan Kinerja Dit. Insert OT Kos PK 2014
Untuk pengumpulan data baseline: - Survey Lanjutan Baseline Data (SBD) - Survei produk beredar
Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Survei produk beredar tahun berjalan apabila dilakukan - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk - sampel lain-lain harus berdasarkan kajian risiko Obat: 20% sampel. Dari 20% tersebut maks. 2% untuk sampel obat lainlain
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran
Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran.
Untuk survei produk beredar dilakukan setiap 2 tahun
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017
Untuk pengumpulan data tiap tahun dilakukan oleh Kedeputian I dan 33 BB/BPOM Untuk survei produk beredar dilakukan oleh Kedeputian I Untuk survei lanjutan SBD dilakukan oleh PROM
Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBDtahun 2017
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II dan 33 BB/BPOM Untuk survei lanjutan SBD dilakukan oleh PROM
74
INDIKATOR
3
4
KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA (BASELINE 2014)
Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
a. Kosmetik yang mendapatkan notifikasi dari BPOM b. Kosmetik yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium. c. Kategori kosmetik yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan.
Laporan Kinerja Dit. Insert OT Kos PK 2014
Persentase Suplemen kesehatan yang memenuhi syarat
a. Suplemen Kesehatan (SK) yang mendapatkan NIE dari BPOM. b.Suplemen Kesehatan (SK) yang memenuhi syarat ditetapkan melalui pengujian laboratorium. c. Kategori suplemen kesehatan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan. a. Makanan adalah pangan olahan yang mendapatkan NIE dari Badan POM. b. Makanan MS ditetapkan melalui uji laboratorium. c. Kategori pangan yang diuji sesuai dengan pedoman sampling Obat dan Makanan. a.Tingkat Kepuasan Masyarakat adalah tolok ukur untuk menilai kualitas pelayanan yang diperoleh dari hasil survei Kepuasan Masyarakat. b. Tata cara pelaksanaan survei mengacu pada pedoman yang disiapkan Inspektorat BPOM mengacu pada pedoman terkini (Saat ini PermenPAN No. 16 tahun 2004) c. Target dinyatakan dalam angka
Laporan Kinerja Dit. Insert OT Kos PK 2014
5
Persentase makanan yang memenuhi syarat
6
Tingkat Kepuasan Masyarakat
Laporan Kinerja Dit. Insert Pangan 2014
Laporan Survei Kepuasan Masyarakat 2014
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI)
Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk Untuk pengumpulan data capaian: - Laporan Hasil Uji (LHU) Balai - Sampel yang tidak diuji dengan parameter uji kritis tidak dihitung sebagai data - Untuk parameter yang tidak mampu diuji harus diuji rujuk Untuk pengumpulan data capaian:- Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran.
Survei lapangan
satu kali setahun
METODE PERHITUNGAN
Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II dan 33 BB/BPOM
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian II dan 33 BB/BPOM Untuk survei lanjutan SBD dilakukan oleh PROM
Setiap triwulan dan akhir tahun anggaran.Selain itu sebagai verifikasi juga dilakukan survei lanjutan SBD tahun 2017 Hasil Survei lapangan
Ya. Indikator Sasaran Program pada Matriks Renstra BPOM.
Kedeputian III dan 33 BB/BPOM
Ya. Indikator Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan pada Matriks Rancangan Renstra Balai
Balai
75
INDIKATOR 7
8
Jumlah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Nilai SAKIP BPOM
KONSEP DAN DEFINISI Provinsi adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia yang dipimpin oleh Gubernur
SUMBER DATA (BASELINE 2014) N/A
MEKANISME PENGUMPULAN DATA Pengisian matriks pemantauan pengalokasian anggaran Pemda untuk Pengawasan Obat dan Makanan
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI) Setiap tahun
Kabupaten/ Kota adalah pembagian wilayah administratifdi Indonesia setelah provinsi yang dipimpin oleh Bupati/ Kota.
METODE PERHITUNGAN Dihitung dari hasil rekapitulasi matriks pemantauan pengalokasian anggaran Pemda untuk Pengawasan Obat dan Makanan
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK) Ya. Indikator Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
PENANGGUNG JAWAB Balai
Komitmen untuk pelaksanaan adalah perjanjian (keterikatan) Kota/ Kabupaten untuk melakukan pelaksanaan pengawasan obat, kosmetik, obat tradisional, pangan dan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan, baik yang dilakukan secara mandiri dan atau terpadu melalui pengawasan/ pemeriksaan, advokasi/ penyuluhan, pembentukan tim terpadu, pertemuan dan kegiatan lainnya yang dapat memperkuat pengawasan. Alokasi anggaran adalah alokasi anggaran daeran baik yang berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan lain-lain sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat, yang dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait. Nilai SAKIP diukur berdasarkan hasil penilaian SAKIP yang dilakukan oleh APIP Badan POM
Laporan Hasil Evaluasi APIP Badan POM
Laporan Kinerja Balai
Setiap tahun
Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Balai yang dilakukan oleh APIP Badan POM
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
Balai
76
INDIKATOR
KONSEP DAN DEFINISI
SUMBER DATA (BASELINE 2014)
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI)
METODE PERHITUNGAN
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM 1
Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
a. Parameter kritis adalah parameter uji yang bersifat sebagai penentu terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Setiap triwulan dan akhir tahun.
Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Laporan Hasil Uji (LHU) Balai
Setiap triwulan dan akhir tahun.
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
b. Parameter kritis ditetapkan dalam pedoman sampling Obat dan Makanan (juga menjelaskan "penentu" terhadap jaminan keamanan, manfaat, dan mutu produk yang diuji) 2
Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (Instalasi Farmasi Kabupaten)
a.Diukur berdasarkan jumlah sampel yang diambil pada IFK (termasuk gudang obat KB) dibandingkan dengan target sampel yang harus disampling di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-masing balai. b. Target sampel yang harus disampling di sarana sektor publik untuk masing-masing balai ditetapkan dalam Pedoman Sampling.
Rencana sampling produk Obat di IFK (termasuk gudang obat KB) di masing-masing balai disampaikan ke Dit. Pengawasan Produksi PT PKRT
77
INDIKATOR 3
Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
KONSEP DAN DEFINISI a. Sarana produksi Obat & Makanan adalah jumlah sarana industri Farmasi, Industri Rokok, Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika, Industri Pangan olahan MD, & Industri Pangan Rumah Tangga yg memiliki kualifikasi khusus.b. Sarana produksi yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana Produksi Obat dan Makanan.c. Cakupan pengawasan sarana produksi pertahun dihitung dari jumlah sarana produksi yang diperiksa dibandingkan dengan target jumlah sarana produksi yang ada (tidak termasuk IRTP) d. Penetapan target sarana produksi pangan MD & IRTP yang diperiksa mengikuti ketentuan:- balai yg memiliki sarana produksi MD <51, target sarana produksi MD diperiksa 100%, sisa target diambil dari sarana produksi IRTP- Balai yang memiliki sarana produksi MD 51-100, target sarana produksi pangan MD diperiksa 90%, sisa target pemeriksaan diambil dr sarana IRTP - Balai yang memiliki sarana produksi MD 101-150, target sarana produksi MD diperiksa sebesar 80%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana IRTP untuk balai yg memiliki sarana produksi MD >150, target sarana produksi pangan MD diperiksa sebesar 70%, sisa target pemeriksaan diambil dari sarana produksi IRTP
SUMBER DATA (BASELINE 2014) Laporan SIPT
MEKANISME PENGUMPULAN DATA a. Database jumlah sarana Industri Farmasi dari Ditwas Produksi Obat dan PKRT.b. Database jumlah Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika,dari Dit Penilaian OT, SM, dan Kos.c. Database jumlah sarana produksi Rokok dari Dit. Was NAPZAd. Database jumlah Industri pangan Olahan dari Dit. Insert Pangan. e. Database IRTP tiap balai diperoleh dari Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.f. Pengumpulan data kinerja diperoleh dari Laporan berkala Balai melalui SIPT.
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI) triwulanan dan setiap akhir tahun
METODE PERHITUNGAN Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK) Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
PENANGGUNG JAWAB BB/BPOM
78
INDIKATOR
4
Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
KONSEP DAN DEFINISI
a. Sarana Distribusi Obat dan Makanan terdiri atas: Jumlah sarana distribusi Obat (PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah) dan sarana Pelayanan Kesehatan (Apotek, Toko Obat Berizin, Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas), klinik kecantikan, spa, salon, pengobat tradisional, toko jamu, depot jamu, stokis MLM, Toko Modern (Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket), Toko Grosir, Toko Tradisional (Toko P & D dan Kios), Importir (termasuk importir terdaftar bahan berbahaya), distributor dan pengecer yang memiliki SIUPB2, baik perusahaan induk maupun perusahaan cabang.
SUMBER DATA (BASELINE 2014) Laporan SIPT
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI)
a. Pengumpulan database sarana distribusi tiap balai diperoleh dari Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) atau Dinas Terkait. b. Pengumpulan data kinerja diperoleh dari Laporan berkala Balai melalui SIPT.
triwulanan dan setiap akhir tahun
Jumlah Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) yang telah diterbitkan
setiap tahun
METODE PERHITUNGAN
Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
b. Sarana yang diperiksa setiap tahun ditetapkan berdasarkan kriteria Pedoman Pengawasan Sarana Distribusi Obat dan Makanan serta Pedoman Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.
5
Jumlah perkara di bidang obat dan makanan
c. Jumlah Sarana distribusi yang diperiksa adalah sarana distribusi yang diperiksa dalam rangka pemeriksaan rutin. a. Perkara adalah kasus yang ditindaklanjuti secara pro justitia berdasarkan hasil gelar kasus. b. Jumlah perkara yang dihitung adalah perkara yang telah diterbitkan SPDP-nya kepada Kejaksaan melalui Korwas PPNS
LAPTAH Balai dan PUSDIK 2014
Diukur berdasarkan jumlah perkara yang ditangani dan telah diterbitkan SPDP
79
INDIKATOR
6
Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
KONSEP DAN DEFINISI
a. Standar yang dimaksud adalah standar sarana prasarana kerja dan standar alat laboratorium (sesuai GLP) b. Pemenuhan sarana dan prasarana kerja dihitung dari sarana dan prasarana kerja yang dimiliki sesuai laporan BMN dalam keadaan baik dan rusak ringan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. c. Standar Sarana dan Prasarana kerja meliputi standar Luas bangunan, Meubelair, dan Alat Pengolah Data (APD) d. Untuk meubelair dihitung dari inventarisasi pemenuhan kursi dan meja e. Pemenuhan standar alat laboratorium dihitung dari jumlah dan jenis alat laboratorium utama sesuai Keputusan Kepala BPOM No.04.1.71.07.14.4437 Tahun 2014 tentang Standar Minimal Peralatan Laboratorium Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM yang telah ditetapkan untuk masingmasing balai.
SUMBER DATA (BASELINE 2014) Laporan BMN Akhir Tahun dan LAPTAH PPOMN
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
a. Untuk pemenuhan sarana prasarana kerja dari Laporan BMN per SATKER dari hasil Rekonsiliasi dengan KPKNL b. Untuk pemenuhan alat laboratorium dari Laporan BB/BPOM
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI) Setiap tahun
METODE PERHITUNGAN
a. Persentase pemenuhan sarana prasarana kerja (X1)
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK) Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
PENANGGUNG JAWAB
BB/BPOM
b. Persentase pemenuhan alat laboratorium (X2) c. Persentase pemenuhan sarana prasarana balai
80
INDIKATOR
7
Jumlah layanan publik BB/BPOM
KONSEP DAN DEFINISI
a. Layanan publik terdiri dari Layanan informasi dan Layanan Sertifikasi. b. Layanan Informasi diukur berdasarkan jenis dan frekuensi layanan informasi dan tindaklanjut pengaduan yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM baik penyuluhan langsung atau melalui media cetak/elektronik.
SUMBER DATA (BASELINE 2014)
N/A
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
a. Untuk Layanan Informasi dan pengaduan dari Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI)
Triwulan dan setiap akhir tahun
METODE PERHITUNGAN
Jumlah layanan publik BB/BPOM
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
PENANGGUNG JAWAB
BB/BPOM
b. Untuk layanan sertifikasi dari Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksaan Kegiatan (RHPK) balai
c. Jenis layanan Informasi antara lain: Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi, tindaklanjut pengaduan, BB/BPOM sebagai Narasumber, d. Untuk Talkshow, Pameran, Penyuluhan, Bimtek, Iklan layanan masyarakat, layanan informasi targetnya frekuensi Untuk pengaduan targetnya jumlah pengaduan e. Layanan Sertifikasi dihitung dari rekomendasi/surat hasil audit yang dikeluarkan atas permintaan pelaku usaha industri pangan MD; audit sertifikasi dalam rangka rekomendasi halal, pemenuhan pendirian PBF, UKOT, UMOT, Kosmetik; Laporan Hasil Pengujian Pihak Ketiga; SKI/SKE
81
INDIKATOR
8
Jumlah Komunitas yang diberdayakan
KONSEP DAN DEFINISI
a. Komunitas adalah gabungan dari kelompok orang di desa/kelurahan/pasar /SD yang diberdayakan Program Pengawasan Obat dan Makanan. b. Satu desa/kelurahan/pasar dihitung sebagai satu komunitas c. Jenis pemberdayaan diatur dalam Pedoman/Juknis terkait.
SUMBER DATA (BASELINE 2014) - Untuk komunitas pasar dari Laporan kinerja Dit. Was Produk dan BB 2014 dan Lap. Kin Dit. SPKP Tahun 2014
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dihasilkan dan harus dilaporkan Balai, meliputi dokumen berikut: - Renstra/review renstra,*) - Perjanjian Kinerja tahun berjalan (n), - RKAKL/DIPA tahun n+1 - Laporan Kinerja tahun n-1, - Laporan triwulanan I - Laporan triwulanan II - Laporan triwulanan III - LAPTAH tahun n-1, - Laporan keuangan tahun n-1, - Laporan Keuangan Semester 1 tahun n,
- Untuk komunitas pasar dari laporan pelaksanaan program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya setiap balai dan Laporan kinerja Dit. Was Produk dan BB
FREKUENSI PENGUMPULAN DATA (REALISASI) Triwulan dan setiap akhir tahun
METODE PERHITUNGAN Dihitung dari jumlah kumulatif komunitas yang diberdayakan.
TERCANTUM PADA RENSTRA KL (YA/TIDAK)
PENANGGUNG JAWAB
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
Ya. Indikator Sasaran Kegiatan pada Matriks Renstra BPOM.
BB/BPOM
Target komunitas kumulatif dari tahun sebelumya.
- Untuk komunitas desa aman dari Laporan Kinerja Balai dan Dit. SPKP - Untuk Komunitas lainnya dari Laporan Kinerja Balai
Ctt: Untuk komunitas pasar: - Target komunitas pasar (Kumulatif) : 2016 (108); 2017 (139) ; 2018 (170); 2019 (201) - Baseline 2013 (62); 2014 (77); 2015 (77) - Target komunitas desa kumulatif 9
MEKANISME PENGUMPULAN DATA
Laporan Kinerja Balai 2014
Laporan Kinerja
triwulanan dan setiap akhir tahun
diukur berdasarkan jumlah dokumen yang dihasilkan dan dilaporkan Balai
Ket: *) hanya menjadi target pada tahun 2015, 2017, dan 2019
82
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Serang Jl. Syech Nawawi Al Bantani Cipocok Jaya, Serang, Banten Telp.(0254)-8491152, 7168255 / Fax.(0254) 8491153, 7168266 email:
[email protected] ;
[email protected]