RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PANTAI TANJUNG BAYANG MAKASSAR MELALUI PENDEKATAN ASPEK EKOLOGI DAN SOSIAL EKONOMI
SAMUEL SEBASTIAN
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi : Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Makassar Melalui Pendekatan Aspek Ekologi dan Sosial Ekonomi Nama : Samuel Sebastian NIM : A44050753
Disetujui Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP: 19591106 198501 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP: 19591106 198501 1 001
Tanggal disetujui:
RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP PANTAI TANJUNG BAYANG MAKASSAR MELALUI PENDEKATAN ASPEK EKOLOGI DAN SOSIAL EKONOMI
SAMUEL SEBASTIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
KATA PENGANTAR Puji Tuhan, segala puji dan hormat bagi Allah Bapa atas kasih, berkat, dan rahmat yang Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Usulan penelitian yang berjudul “Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Makassar Melalui Pendekatan Aspek Ekologi dan Sosial Ekonomi” merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar Sarjana Pertanian. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dan penghargaan yang setinggitingginya kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan arahan, bimbingan, dan nasehat dalam proses pembuatan skripsi ini. Terimakasih disampaikan kepada Pemerintah Kota Makassar dan Instansi terkait, pengelola Tanjung Bayang khususnya kepada Bapak Ir. Baharuddin Badawi, Bapak Abd. Azis Sibali, Bapak Ali Dg. Ago, dan kepada Bapak Hj. Mangung, atas bantuan dan informasi yang diberikan selama penelitian. Terimakasih disampaikan pula kepada Ibu Ir. Cri Wahyuni, M.Si, dan Ibu Ir. Nurfaida, M.Si, atas bantuan, masukan, dan saran selama penelitian. Terimakasih pula kepada Bapak Mahfudi dan keluarga yang telah membantu kelancaran penelitian selama penulis berada di Makassar. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada mahasiswa Arsitektur Lanskap angkatan 42 (khususnya Geng SIA: Sammy-Indah-Azi; dan Geng LSI: Lya, Nanang, dan Jane), oleh karena persahabatan dan kebersamaan yang diberikan selama kuliah serta dukungan dalam penyelesaian tugas akhir. Terimakasih juga disampaikan kepada anggota UKM PMK IPB, khususnya kepada Kelompok Kecil Pemuridan, Komisi Pembinaan Pemuridan, dan BPH PMK IPB atas dukungan moral, semangat, dan motivasi yang diberikan. Terimakasih yang tidak terhingga disampaikan kepada keluarga tercinta. Mama, Papa, Manda-Surya, dan Amy atas kasih sayang dan doa yang tulus. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Pengelola Permandian Tanjung Bayang. Penulis berharap pula agar skripsi ini dapat berguna bagi mahasiswa Arsitektur Lanskap yang berminat dalam bidang pengelolaan lanskap. Bogor, Oktober 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Maret 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Arman Sulaiman dan Ibu Sylvia Sulaiman. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1993 dan pada tahun 1999 penulis lulus dari SD Teratai Don Bosco Pondok Indah, Jakarta Selatan. Kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP Seruni Don Bosco Pondok Indah, Jakarta Selatan. Selanjutnya penulis lulus SMU Seruni Don Bosco Pondok Indah, Jakarta Selatan pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun 2006. Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan-kegiatan di luar akademik, seperti menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan aktivis UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (UKM PMK IPB). Penulis pernah menjadi Koordinator Komisi Pembinaan Pemuridan UKM PMK IPB pada tahun kepengurusan 2007/2008, dan Koordinator Umum UKM PMK IPB tahun kepengurusan 2008/2009. Pada saat ini, Penulis menjadi Asisten mata kuliah Pengelolaan Lanskap (ARL 412). Penulis juga mengikuti berbagai pelatihan, sarasehan, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.
RINGKASAN SAMUEL SEBASTIAN. Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Makassar Melalui Pendekatan Aspek Ekologi dan Sosial Ekonomi. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Makassar adalah kota berciri khas pantai dengan kehidupan pesisir. Pantai di Makassar ramai dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri. Salah satu pantai yang ramai dikunjungi adalah Pantai Tanjung Bayang. Sebagai tempat wisata, Pantai Tanjung Bayang merupakan tempat wisata yang murah dan pengelolaannya dikerjakan oleh masyarakat. Saat ini, Pantai Tanjung Bayang merupakan tempat wisata yang sangat ramai dikunjungi masyarakat Kota Makassar. Sehingga, aspek ekologi menjadi terabaikan di Pantai Tanjung Bayang. Berdasarkan permasalahan dan potensi tersebut, maka tujuan penelitian adalah menginventarisasi dan menganalisis aspek ekologi, sosial, ekonomi, serta mengacu pada aspek legal, yang terdapat pada lanskap pesisir Pantai Tanjung Bayang. Hasil inventarisasi dan analisis digunakan dalam menentukan rencana pengelolaan Pantai Tanjung Bayang sebagai tempat wisata yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan di Pantai Tanjung Bayang, Makassar dengan tahapan pengumpulan data pada April 2009. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kesesuaian lahan dengan parameter kesesuaian lahan wisata pantai berpasir, analisis daya dukung dengan standar estimasi kenyamanan pengunjung, analisis deskriptif aspek sosial dan ekonomi berdasarkan data kuesioner, analisis aspek politik sesuai dengan peraturan pemerintah setempat, dan analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threads) untuk menentukan strategi pengelolaan. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan, Pantai Tanjung Bayang termasuk kelas S1 (sangat sesuai) untuk kawasan wisata pantai berpasir (83,33%). Berdasarkan analisis daya dukung,Pantai Tanjung Bayang merupakan pantai wisata yang berada di bawah standar (0.91 m/orang). Kapasitas pengunjung yang ditampung saat ini (500 orang/456 m) melebihi ambang batas daya dukung ekologi Pantai Tanjung Bayang (304 orang/456 m). Hal ini dapat menyebabkan masalah bagi lingkungan. Berdasarkan hasil analisis aspek ekonomi, ditemukan permasalahan yaitu tidak adanya manajemen keuangan yang profesional dalam pengelolaan pemasukan. Berdasarkan analisis aspek sosial, sebagian besar sumber daya manusia (51%) memandang bahwa Pantai Tanjung Bayang memerlukan peningkatan kualitas fasilitas wisata. Berdasarkan analisis aspek politik, Pantai Tanjung Bayang didukung pemerintah setempat sebagai kawasan wisata. Identifikasi faktor kekuatan yang ada di Pantai Tanjung Bayang adalah kesesuaian lahan untuk wisata pantai, hubungan kekeluargaan antar masyarakat, dan fasilitas wisata yang cukup lengkap. Faktor kelemahan yang ada di Pantai Tanjung Bayang adalah aktivitas wisata melebihi daya dukung, sistem manajemen keuangan yang belum kuat, dan kondisi pantai yang kumuh/kotor. Faktor peluang yang ada di Pantai Tanjung Bayang adalah tempat wisata diminati banyak pengunjung dan dukungan dari pemerintah setempat. Faktor ancaman yang ada di Pantai Tanjung Bayang adalah adanya objek wisata sejenis.
Setiap faktor tersebut diolah dalam matriks SWOT untuk menentukan strategi pengelolaan yang dapat mengatasi masalah dan mengembangkan potensi Pantai Tanjung Bayang. Strategi pengelolaan Pantai Tanjung Bayang adalah 1) memperbaiki sistem manajemen keuangan; 2) mengembangkan Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih sebagai alternatif wisata; 3) sosialisasi seluruh masyarakat Pantai Tanjung Bayang cara menciptakan lingkungan yang bersih dan indah; 4) membatasi gerak masyarakat membangun fasilitas wisata yang tidak memperhatikan lingkungan; 5) meningkatkan kualitas fasilitas wisata pantai; 6) meningkatkan kualitas pelayanan di Pantai Tanjung Bayang; 7) memutuskan keunikan pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. Dengan tujuh strategi ini, dirancang struktur organisasi, tenaga kerja dan penjadwalan, peraturan sistem pengelolaan, dan fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mendukung wisata berkelanjutan Pantai Tanjung Bayang.
Kata kunci: basis masyarakat, ekologi, pantai wisata berkelanjutan, pengelolaan lanskap
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 1.3 Tujuan ............................................................................................... 1.4 Manfaat .............................................................................................
1 1 2 4 4
II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2.1 Lanskap Pantai .................................................................................. 2.2 Pengembangan Pantai sebagai Tempat Wisata ................................. 2.3 Pantai Wisata yang Berkelanjutan .................................................... 2.3.1 Pantai Wisata ........................................................................... 2.3.2 Pantai Konservasi..................................................................... 2.3.3 Pantai Preservasi ......................................................................
5 5 7 10 10 15 16
III METODOLOGI ............................................................................................. 3.1 Waktu dan Lokasi ............................................................................. 3.2 Bahan dan Alat .................................................................................. 3.3 Metode dan Tahapan Penelitian ........................................................ 3.3.1 Persiapan .................................................................................. 3.3.2 Inventarisasi ............................................................................. 3.3.3 Pengolahan Data dan Analisis ................................................. 3.3.4 Sintesis ..................................................................................... 3.3.5 Rencana Pengelolaan ...............................................................
18 18 19 19 19 19 21 24 26
IV INVENTARISASI ......................................................................................... 4.1 Deskripsi Umum Kawasan ............................................................... 4.2 Aspek Ekologi ................................................................................... 4.2.1 Iklim ......................................................................................... 4.2.2 Kemiringan dan Tanah ............................................................. 4.2.3 Vegetasi dan Satwa .................................................................. 4.2.4 Tata Guna Lahan ...................................................................... 4.2.5 Kondisi Oseanografis dan Kualitas Perairan ........................... 4.3 Aspek Ekonomi ................................................................................. 4.4 Aspek Sosial...................................................................................... 4.3.1 Sejarah Pantai Tanjung Bayang ............................................... 4.3.2 Kependudukan ......................................................................... 4.3.3 Arsitektural .............................................................................. 4.5 Aspek Pengelolaan ............................................................................ 4.5.1 Struktur Organisasi .................................................................. 4.5.2 Tenaga Kerja dan Penjadwalan ................................................ 4.5.3 Pengelolaan Karcis Masuk di Pantai Tanjung Bayang ............ 4.5.4 Fasilitas, Sarana dan Prasarana ................................................
27 27 28 28 29 29 30 31 32 33 33 34 36 37 37 38 39 40
V ANALISIS DAN SINTESIS ........................................................................... 5.1 Analisis Aspek Ekologi..................................................................... 5.1.1 Analisis Kesesuaian Lahan ...................................................... 5.1.2 Analisis Daya Dukung ............................................................. 5.1.3 Analisis Kenyamanan Pengunjung .......................................... 5.2 Analisis Aspek Ekonomi................................................................... 5.3 Analisis Aspek Sosial ....................................................................... 5.3.1 Analisis Karakteristik Pengunjung .......................................... 5.3.2 Analisis Karakteristik Penduduk.............................................. 5.3.3 Analisis Karakteristik Pengelola .............................................. 5.3.4 Analisis Persepsi ...................................................................... 5.4 Analisis Aspek Legal ........................................................................ 5.5 Analisis SWOT ................................................................................. 5.5.1 Identifikasi Faktor Strategis Internal ....................................... 5.5.2 Identifikasi Faktor Strategis Eksternal ..................................... 5.5.3 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)........................................... 5.6 Sintesis .............................................................................................. 5.6.1 Matriks SWOT ......................................................................... 5.6.2 Ranking Alternatif Strategi ......................................................
44 44 44 45 48 50 53 53 57 58 61 67 69 69 70
VI RENCANA PENGELOLAAN ...................................................................... 6.1 Strategi Pengelolaan .......................................................................... 6.2 Struktur Organisasi ........................................................................... 6.3 Tenaga Kerja dan Penjadwalan ......................................................... 6.4 Peraturan Sistem Pengelolaan ........................................................... 6.5 Fasilitas, Sarana, dan Prasarana ........................................................ 6.6 Aksi dan Program Pengelolaan ......................................................... 6.7 Rencana Anggaran Biaya ..................................................................
76 76 79 81 84 85 86 89
71 73 73 74
VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 91 7.1 Simpulan ........................................................................................... 91 7.2 Saran ................................................................................................. 92 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 93 LAMPIRAN ........................................................................................................ 95
iv
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Data yang Dibutuhkan untuk Penelitian ...................................................... 20
2.
Kesesuaian lahan wisata .............................................................................. 22
3.
Jumlah maksimum wisatawan dalam masstourism pantai berpasir ............ 23
4.
Matriks analisis SWOT ............................................................................... 25
5.
Data iklim Kota Makassar tahun 2006-2007 ............................................... 29
6.
Tanaman lanskap di Pantai Tanjung Bayang .............................................. 30
7.
Jenis satwa di Pantai Tanjung Bayang ........................................................ 30
8.
Penggunaan lahan di kawasan Pantai Tanjung Bayang .............................. 31
9.
Sarana dan prasarana di Pantai Tanjung Bayang ........................................ 41
10. Kesesuaian lahan wisata pantai berpasir di Pantai Tanjung Bayang ........... 44 11. Potensi ekologis pengunjung ....................................................................... 46 12. Daya dukung kawasan di Pantai Tanjung Bayang ...................................... 47 13. Daya dukung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan kelas pariwisata .......... 48 14. Pemasukan Pantai Tanjung Bayang berdasarkan pembayaran tiket masuk ........................................................................................................... 51 15. Prioritas aktivitas pengunjung (n=44) ......................................................... 56 16. Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan Pantai Tanjung Bayang untuk pengembangan wisata yang berkelanjutan ............ 71 17. Tingkat kepentingan faktor strategis eksternal dalam pengelolaan Pantai Tanjung Bayang untuk pengembangan wisata yang berkelanjutan ............ 71 18. Penilaian bobot strategis internal dalam pengelolaan kawasan Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 72 19. Penilaian bobot strategis eksternal dalam pengelolaan kawasan Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 72 20. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ................................................... 73 21. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ................................................. 73 22. Matriks SWOT ............................................................................................ 74 23. Ranking Alternatif Strategi.......................................................................... 75 24. Penjadwalan tenaga kerja Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka ........ 82 25. Rencana Anggaran Biaya ............................................................................ 89
v
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka pikir penelitian ............................................................................ 3
2.
Bentukan lahan dan terminologi dari wilayah pesisir ................................. 6
3.
Empat zona lanskap pantai yang potensial sebagai tempat wisata .............. 6
4.
Langkah pengembangan spasial pantai wisata ............................................ 9
5.
Peta lokasi penelitian ................................................................................... 18
6.
Peta eksisting Pantai Tanjung Bayang ........................................................ 27
7.
Jalan masuk dan papan nama Pantai Tanjung Bayang ................................ 28
8.
Persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendapatan per bulan .......... 32
9.
Persentase jumlah penduduk menurut kelompok umur............................... 35
10. Persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan .......................... 36 11. Salah satu rumah panggung di Pantai Tanjung Bayang .............................. 36 12. Struktur organisasi LPM Tanjung Mardeka ................................................ 37 13. Struktur organisasi Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka .................. 38 14. Jumlah pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan hari.................... 39 15. Area rekreasi Pantai Tanjung Bayang ......................................................... 40 16. Masjid Baitur Rahim di Pantai Tanjung Bayang ......................................... 41 17. Balai-balai di Pantai Tanjung Bayang ......................................................... 42 18. Karakteristik sumberdaya manusia (pengunjung, masyarakat sekitar, dan pengelola) di Pantai Tanjung Bayang berdasarkan harapan untuk Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 52 19. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan usia .......... 53 20. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan profesi ..... 53 21. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan daerah asal ............................................................................................................... 54 22. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan pendapatan per bulan ................................................................................... 54 23. Frekuensi pengunjung berkunjung ke Pantai Tanjung Bayang ................... 54 24. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan pendamping saat berkunjung ....................................................................... 55 25. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan tingkat kepuasan ...................................................................................................... 55
vi
26. Karakteristik pengunjung berdasarkan harapan untuk Pantai Tanjung Bayang ......................................................................................................... 56 27. Karakteristik penduduk berdasarkan ada/tidaknya pengaruh kegiatan wisata terhadap kehidupannya..................................................................... 57 28. Karakteristik penduduk berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan wisata Pantai Tanjung Bayang................................................................................ 57 29. Karakteristik penduduk berdasarkan harapan untuk Pantai Tanjung Bayang ......................................................................................................... 58 30. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan usia ............. 58 31. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan tingkat pendidikan ................................................................................................... 59 32. Karakteristik pengelola menurut waktu masuk kerja dan waktu selesai kerja ............................................................................................................. 59 33. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang menurut waktu libur ....... 60 34. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan lama bekerja ......................................................................................................... 60 35. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan tingkat kepuasan bekerja ......................................................................................... 61 36. Persepsi pengunjung terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 61 37. Persepsi masyarakat sekitar terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 62 38. Persepsi pengelola terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang ......................................................................................................... 62 39. Persepsi pengunjung terhadap fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 64 40. Persepsi masyarakat terhadap fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 65 41. Persepsi pengunjung terhadap fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang........................................................................................... 66 42. Struktur organisasi Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka yang diusulkan...................................................................................................... 80 43. Penataan kaki lima saat ini (kiri) dan penataan kaki lima yang diusulkan (kanan) ........................................................................................ 86 44. Proses pengelolaan sampah di Pantai Tanjung Bayang .............................. 87 45. Kondisi peletakan fasilitas di Pantai Tanjung Bayang yang diusulkan: menara pengawas (kiri) dan panggung seni (kanan) ................................... 88 46. Rencana peletakan fasilitas Pantai Tanjung Bayang ................................... 88
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Karakteristik Responden Masyarakat di sekitar Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang .................................................... Lampiran 2. Karakteristik Responden Pengunjung di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang................................................................. Lampiran 3. Karakteristik Responden Pengelola di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang................................................................. Lampiran 4. Pandangan dan Persepsi Masyarakat di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang............................................................................ Lampiran 5. Pandangan dan Persepsi Pengunjung di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang............................................................................ Lampiran 6. Pandangan dan Persepsi Pengelola di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang............................................................................ Lampiran 7. Kuesioner untuk wawancara.........................................................
95 97 99 101 104 107 109
viii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai daratan seluas 1,9 juta km2 dengan panjang garis pantai 81,000 km bersama dengan laut yang dapat dimanfaatkan seluas 5,8 juta km2 (Suharto, 1996). Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia dengan daerah pantai yang terpanjang dan mempunyai keragaman yang tinggi dalam ekosistem (terrestrial dan akuatik) serta bentukan fisik (features, forms, dan forces) (Nurisyah, 2000). Dengan potensi sumberdaya yang sebesar ini, pemanfaatan wilayah pesisir yang dilaksanakan di Indonesia perlu diperhatikan agar sumberdayanya tidak terdegradasi. Pengelolaan lanskap pesisir merupakan pengelolaan secara spasial dan temporal, yang mempertimbangkan dari segi ekologis, sosial, ekonomi, dan politik. Pertimbangan dari segi ekologis berarti pengelolaan lanskap yang dilaksanakan mempertimbangkan bentuk spasial dari lanskap dan proses ekologi yang terjadi di lanskap. Pertimbangan dari segi sosial dan ekonomi berarti pengelolaan lanskap yang dilaksanakan mempertimbangkan kesejahteraan manusia di lanskap tersebut dari sisi sosial dan ekonomi sehingga menjadi lanskap yang beridentitas dan sejahtera. Pertimbangan dari segi politik berarti pengelolaan lanskap yang dilaksanakan tidak bertentangan dengan aspek legal (UU, Perda, atau Peraturan Daerah) yang berlaku di kawasan tersebut yaitu. Secara ekologis, kawasan pesisir di Indonesia merupakan pesisir tropis yang mempunyai keragaman biota yang tinggi meliputi hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Keragaman biota yang tinggi tersebut perlu dikelola sebaik-baiknya
agar
dapat
dimanfaatkan
untuk
kesejahteraan
manusia.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki keragaman status sosial dan budaya yang tinggi. Masyarakat Indonesia memiliki filosofi tersendiri mengenai lanskap yang ada di sekitarnya. Konsep pengelolaan lanskap yang berkelanjutan dibangun dengan kombinasi tiga prinsip dasar yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi (Dahuri, Rais, Ginting, dan Sitepu 1996) . Makassar adalah Ibu Kota Sulawesi Selatan. Kota ini memiliki banyak tempat menarik, pulau-pulau eksotis, pantai yang indah, kesenian yang atraktif,
hiburan, dan kuliner khas. Makassar adalah kota berciri khas pantai dengan kehidupan pesisir (Nugraha, 2007). Pantai di Makassar ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai bangsa. Salah satu pantai yang ramai dikunjungi adalah Pantai Tanjung Bayang. Pantai Tanjung Bayang adalah salah satu tempat wisata di Kota Makassar yang seringkali menjadi pilihan berwisata dengan biaya murah, namun tetap menyenangkan karena karena berbagai kegiatan menarik seperti bercengkrama dengan nelayan setempat sambil membakar ikan, melihat sunset, dan area luas bermain voli dapat dilakukan disini. Namun, dibalik semua keindahan ini, diperlukan pengelolaan lanskap agar seluruh sumberdaya yang ada dapat terus dimanfaatkan dari generasi ke generasi.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian Makassar adalah kota yang mempunyai visi yang mendukung pariwisata bahari pada wilayah pantainya. Makassar mempunyai Pantai Losari, Pantai Tanjung Bunga, Pantai Akkarena, Pantai Tanjung Bayang, dan Pantai Barombong. Pantai Tanjung Bayang adalah pantai yang ramai dikunjungi wisatawan. Sebagai tempat wisata yang ramai dikunjungi, berbagai pemanfaatan di Pantai Tanjung Bayang membuat suatu permasalahan lanskap. Secara administratif, batas Pantai Tanjung Bayang terletak pada daratan RW 5 Kelurahan Tanjung Mardeka, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Menurut area wisata, batas Pantai Tanjung Bayang adalah area pemanfaatan wisata, meliputi laut, pantai, akomodasi, dan fasilitas penunjang wisata lainnya yang dimiliki/dikelola penduduk RW 5 Kelurahan Tanjung Mardeka. Batasan pengelolaan untuk penelitian ini adalah pengelolaan kawasan Pantai Tanjung Bayang menurut area wisata. Saat ini, pengelolaan yang ada di Pantai Tanjung Bayang adalah pengelolaan yang berbasis masyarakat. Pengelolaan ini diharapkan merupakan pengelolaan yang mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi dan legal. Setiap aspek tersebut diinventarisasi dan dianalisis untuk mengetahui daya dukung, kesesuaian lahan, karakteristik pengunjung, dan persepsi pengunjung. Hasil analisis menghasilkan faktor potensi dan masalah yang
akan
digabungkan
dalam
analisis
SWOT
(Strengths-Weaknesses-
2
Opportunities-Threats). Sintesis dari hasil analisis akan diolah dalam Matriks SWOT, sesuai dengan tujuan dan konsep pengelolaan lanskap berkelanjutan berbasis masyarakat. Hasil sintesis adalah strategi pengelolaaan yang dijabarkan dalam rencana pengelolaan lanskap Pantai Tanjung Bayang sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. Rencana pengelolaan meliputi struktur organisasi; fasilitas, sarana, dan prasarana; tenaga kerja dan penjadwalan; serta rencana anggaran biaya. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Pantai Tanjung Bayang
Aspek Ekologi: - Kondisi umum Pantai Tanjung Bayang - Data fisik Pantai Tanjung Bayang
Kesesuaian lahan wisata
Aspek Ekonomi: Kondisi ekonomi dan ticketing
Daya dukung, kenyamanan pengunjung kawasan wisata
Aspek Sosial: Sejarah Pantai Tanjung Bayang dan kependudukan
Deskripsi pemasukan dan pengeluaran
Aspek Politik: - UU - Kepres
Karakteristik dan persepsi pengunjung, masyarakat, dan pengelola
Aspek Pengelolaan: - Struktur organisasi - Fasilitas, sarana dan prasarana - Tenaga kerja dan penjadwalan
Dukungan pemerintah setempat
Potensi dan masalah
Analisis SWOT
Matriks SWOT
- Tujuan pengelolaan - Pengelolaan berkelanjutan - Pengelolaan berbasis masyarakat
Strategi Pengelolaan
Rencana Pengelolaan: - Struktur organisasi - Fasilitas, sarana dan prasarana - Tenaga kerja dan penjadwalan - Rencana anggaran biaya
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
3
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. menginventarisasi dan menganalisis aspek ekologi, sosial, ekonomi, serta mengacu pada aspek legal, yang terdapat pada lanskap pesisir pantai. 2. menyusun rencana pengelolaan Pantai Tanjung Bayang sebagai tempat wisata yang berkelanjutan berbasis masyarakat.
1.4 Manfaat Manfaat penelitian ini adalah: 1. sebagai masukan kepada pihak pengelola Pantai Tanjung Bayang dalam mengelola Pantai Tanjung Bayang sebagai tempat wisata yang berkelanjutan. 2. sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan untuk pengembangan kotakota tepi pantai yang akan mengembangkan wilayahnya sebagai pantai wisata di Indonesia.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Pantai Wilayah pantai merupakan badan air alami yang dilindungi oleh batuan atau pasir yang terbentuk oleh pemukulan dan pencucian ombak yang dikendalikan oleh angin (Simonds, 1983). Wilayah pantai dapat menjadi tempat tinggal bagi spesies ampfibia dan organisme-organisme laut yang bersifat bentik (tinggal di permukaan atau dalam tanah). Bagi manusia, lanskap pantai dimanfaatkan untuk rekreasi, penelitian, dan edukasi. Masyarakat banyak memanfaatkan daerah pantai sebagai tempat tinggal (Molles, 2005). Secara umum, wilayah pesisir dapat dibagi menjadi beberapa zona menurut bentukan lahan dan terminologinya (Gambar 2). Shore adalah zona yang terletak diantara surut terendah (low tide shoreline) dan muka daratan tertinggi yang terkena gelombang air laut. Coast/pesisir adalah permukaan daratan dari zona shore sampai ke daratan yang masih dipengaruhi lautan. Shore dibagi menjadi backshore dan foreshore. Backshore adalah zona yang terdapat di garis pasang tertinggi (high tide shoreline) dan hanya tertutupi oleh air saat ada badai. Foreshore adalah zona yang terbuka pada saat surut terendah dan tenggelam pada saat pasang tertinggi. Nearshore adalah permukaan laut dari pasang terendah sampai garis gelombang surut terendah (low tide breaker line). Offshore adalah zona di belakang garis gelombang surut terendah, zona yang cukup dalam sehingga gelombang air laut tidak mempengaruhi daratan di bawahnya. Beach/pantai adalah deposit dari area shore. Pantai merupakan bagian area pesisir yang dipengaruhi oleh gelombang air laut dari garis gelombang surut terendah hingga dasar dari coastal cliff. Area dari pantai yang berada diatas surut terendah sering disebut recreational beach (Thurman dan Trujillo, 2004). Sebagai tempat wisata atau rekreasi, lanskap pantai dapat dibagi zonasinya menjadi zona neritic, beach, shoreland, dan vicinage (Gambar 3). Zona neritic adalah zona laut yang terdekat dengan daratan. Zona ini sesuai untuk dimanfaatkan sebagai tempat berenang, memancing, berlayar, dan parkir kapal pesiar. Zona beach adalah zona dimana daratan dan air laut bertemu. Jika zona ini
Gambar 2. Bentukan lahan dan terminologi dari wilayah pesisir (Sumber: Thurman dan Trujillo, 2004).
Gambar 3. Empat zona lanskap pantai yang potensial sebagai tempat wisata (Sumber: Gunn, 1997) berpasir, maka zona ini tepat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi seperti bermain pasir, olahraga pantai, dan piknik. Zona shoreland adalah zona di belakang beach yang dimanfaatkan sebagai tempat menginap dan fasilitas wisata lainnya. Zona vicinage adalah zona belakang pantai yang dimanfaatkan sebagai tempat bisnis wisata dan tempat tinggal (Gunn, 1997).
6
2.2 Pengembangan Pantai sebagai Tempat Wisata Wisata adalah aktivitas seseorang melakukan perjalanan dan tinggal di tempat diluar lingkungan mereka untuk memanfaatkan waktu luang atau tujuan lainnya (WTO (1991); UN Statistical Commision (1993), dalam Holden (2000)). Beberapa prinsip dasar dari wisata adalah (Holden, 2000): 1. Wisata
mengkonsumsi
sumberdaya
dan
menghasilkan
limbah.
Sumberdaya dapat berarti sumberdaya alam atau sumberdaya buatan manusia seperti budaya. Sumberdaya yang dimanfaatkan berupa sumberdaya milik publik (hutan, pesisir, atau gunung).
Limbah yang
dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair, ataupun gas. 2. Wisata mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi sumberdaya secara berlebihan (over-consume). Sumberdaya yang dimanfaatkan mempunyai ambang batas. Jika ambang batas dilewati, akan terjadi degradasi lingkungan. 3. Terdapat kompetisi antara tempat wisata yang satu dengan yang lain. Tempat wisata yang satu harus bersaing dengan tempat wisata yang lain agar dapat bertahan sebagai tempat wisata. 4. Wisata didominasi oleh satu sektor, yaitu ekonomi. Motif mendapatkan profit menjadi prioritas utama. Pemerintah dan lembaga lingkungan sering menghadapi kesulitan untuk menembus hal ini. 5. Wisata adalah industri yang melibatkan banyak pihak sehingga sulit untuk dikendalikan. Wisata melibatkan pemasok, produsen, agen pemerintahan, dan konsumer yang banyak jumlahnya. Hal ini membuat wisata sulit dikendalikan. 6. Wisatawan adalah konsumer yang ingin mengkonsumsi pengalaman wisata sebanyak-banyaknya. Turis tidak perduli pada relasi mereka dengan komunitas lain atau lingkungan di sekitarnya 7. Wisata adalah sebuah pertunjukan. Produk wisata dimanipulasi dan dikemas untuk memuaskan keinginan turis. 8. Wisata tidak mengekspor produknya, namun membawa wisatawan menikmati produk yang dihasilkan di tempatnya (in situ).
7
Produk-produk dan daya tarik yang dapat dikembangkan pada pariwisata di Indonesia adalah pariwisata bahari yang mencakup: wisata bisnis (business tourism), wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (cultural tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (eco tourism), dan wisata olahraga (sport tourism) (Euro Asia Management (1998), dalam Dahuri (2004)). Terdapat dua alasan pokok optimisme pengembangan pariwisata bahari di Indonesia, yaitu pertama, tingginya permintaan akan produk dan jasa wisata bahari oleh kalangan wisatawan mancanegara; dan kedua, wilayah pesisir dan laut Indonesia yang sangat luas dan kenekaragaman dan sumberdaya hayati yang terkandung di dalamnya merupakan potensi pariwisata bahari yang tidak ternilai harganya. Salah satu objek wisata bahari yang berpotensi besar adalah wilayah pantai. Umumnya, Indonesia mempunyai kondisi pantai yang indah dan alami. Wilayah pantai menawarkan jasa dalam bentuk panorama pantai yang indah; tempat pemandian yang bersih, serta tempat untuk melakukan kegiatan selancar air (surfing) (Dahuri, 2004). Suatu lanskap pantai yang berkembang sebagai tempat wisata memiliki beberapa langkah pengembangan spasial sebagai berikut (Gunn, 1997): 1. Traditional coastal development. Pada tahap ini, pembangunan jalan dan perumahan terlalu dekat dengan zona garis pantai sehingga sumber daya pantai tidak termanfaatkan dengan baik. Pola ini juga bersifat menghalangi pemandangan laut dari daerah yang lebih tinggi (Gambar 4a). 2. Desirable coastal plan. Pada tahap ini, perencanaan wisata dinilai lebih bijak. Penempatan jalan berada di belakang daerah pengembangan (Gambar 4b). 3. Tourist access through a city. Pada tahap ini, wisatawan mulai berkunjung ke pantai dan beberapa fasilitas mulai dibangun oleh penduduk lokal. Perlu diperhatikan bahwa, pembangunan yang dilaksanakan harus direncanakan dengan mempertimbangkan laut sebagai sumber daya utama (waterfront uses) (Gambar 4c). 4. Building envelopes. Pada tahap ini, konstruksi bangunan dibangun di sepanjang garis pantai. Pembangunan ini memerlukan pengelolaan berupa perlindungan terhadap daerah pantai. Pola pembangunan ini menghalangi 8
pemandangan laut dari daerah yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan pembangunan ini lebih condong ke arah pengembangan aspek ekonomi (Gambar 4d). 5. Industrial waterfront tourism. Pada tahap ini, pembangunan sepanjang garis pantai merupakan industri waterfront untuk menarik turis dan berbagai kegiatan bisnis lainnya. Pembangunan memerlukan perencanaan yang teliti dan pengelolaan yang intensif (Gambar 4e).
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 4. Langkah pengembangan spasial pantai wisata: (a) traditional coastal development; (b) desirable coastal plan; (c) tourist access through a city; (d) building envelopes; (e) industrial waterfront tourism.
9
2.3 Pengelolaan Lanskap Pantai yang Berkelanjutan Pengelolaan (manajemen) lanskap adalah kegiatan yang bertujuan untuk memulihkan, melindungi, dan memelihara segala elemen dalam lanskap yang lebih terfokus dengan perencanaan jangka panjang dan peraturan, organisasi tenaga kerja, dan peralatan, untuk mencapai pemeliharaan yang efektif (Wright, 1982). Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses yang terdiri penetapan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan/pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika diperlukan. Dalam mempersiapkan suatu rencana pengelolaan lanskap, diperlukan proses survey dan perekaman data mengenai kondisi lanskap saat ini kemudian merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan, 1989). Setiap pengelolaan, termasuk pengelolaan lanskap pesisir, memerlukan indikator kinerja. Indikator kinerja digunakan sebagai tolok ukur, apakah segenap kebijakan program pengelolaan sesuai dengan tujuan, atau menyimpang. Tujuan pengelolaan lanskap pesisir pantai adalah untuk mencapai kondisi pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan (sustainable) (Dahuri, 2003). Dalam rencana pengelolaan lankap, diperlukan perencanaan penggunaan lahan. Perencanaan penggunaan lahan meliputi tata ruang area preservasi, konservasi, dan pengembangan. Area pengembangan dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan pemukiman (Simonds, 1978). Area pengembangan di wilayah pesisir dapat dimanfaatkan sebagai sektor rekreasi/wisata, pelayaran, perikanan, dan pertambangan (Dahuri, Rais, Ginting, dan Sitepu, 1996). 2.3.1 Pantai Wisata Pantai wisata yang berkelanjutan merupakan salah satu upaya secara terprogram
untuk
mencapai
tujuan
yang
dapat
mengharmoniskan
dan
mengoptimalkan antara kepentingan untuk memelihara lingkungan, keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Untuk mencapai pantai wisata yang berkelanjutan dibutuhkan suatu pengelolaan wilayah pesisir yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah pendekatan pengelolaan yang melibatkan bidang ilmu (ekologi, ekonomi, dan sosiologi) dan keterkaitannya dengan
10
koordinasi, wewenang, dan tanggung jawab instansi pemerintah (aspek legal) (Dahuri et al., 1996). Pemanfaatan pantai sebagai tempat wisata dapat menimbulkan berbagai dampak, baik negatif maupun positif. Mason (2003), menyebutkan dampak yang dapat ditimbulkan dalam suatu kegiatan wisata: 1. Dampak positif: a. wisata dapat memberi pengertian kepada seseorang bahwa dirinya harus melindungi lingkungan, lanskap, atau habitat satwa liar b. wisata dapat membangun kestabilan dari taman nasional atau suaka margasatwa c. wisata dapat membangun preservasi dari monumen/bangunan bersejarah d. wisata dapat memberikan pendapatan ekonomi dari tiket masuk 2. Dampak negatif: a. wisatawan sering membuang sampah sembarangan b. wisata dapat berkontribusi pada kemacetan karena terlalu banyak orang (overcrowding) c. wisata dapat menjadi penyebab polusi di lingkungan perairan dan pantai d. wisata dapat menyebabkan erosi karena injakan turis e. wisata dapat membuat hilangnya good view karena pembangunan bangunan yang tidak harmonis dengan arsitektur vernacular sekitarnya f. wisata dapat membuat kerusakan atau gangguan pada habitat satwa liar Kebanyakan dari dampak negatif aktivitas wisata menyangkut kerusakan lingkungan. Dalam konsep pantai wisata yang berkelanjutan, aspek lingkungan merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan. Strategi pariwisata yang berhasil adalah terpenuhinya manfaat maksimal seiring preservasi lingkungan yang terlaksana dengan baik. Manfaat maksimal dari kegiatan pariwisata tersebut diindikasikan oleh adanya sejumlah kunjungan turis atau wisatawan baik dari luar maupun dalam negeri ke objek wisata dimaksud (Dahuri, 2004). 11
Strategi pengembangan pariwisata bahari yang berkelanjutan meliputi upaya teknis dan non teknis. Upaya teknis yang perlu dilakukan antara lain: (1) pengembangan sarana dan prasarana wisata bahari; (2) peningkatan kualitas sumberdaya manusia di bidang pengembangan wisata bahari; (3) penyediaan sistem informasi pariwisata dan program promosi yang tepat. Dilain pihak, upayaupaya non teknis yang berasal dari kebijakan pemerintah turut mempengaruhi daya tarik kegiatan wisata yang perlu dibenahi yaitu: (1) kebijakan dalam kemudahan mendapatkan visa bagi kunjungan wisata; (2) menetapkan pelabuhan sebagai pintu masuk wisata dan mengembangkannya sesuai standar internasional; dan (3) menciptakan suasana aman dan nyaman sebagai iklim kondusif berlangsungnya kegiatan pariwisata (Dahuri, 2004). Menurut Dahuri (2004), secara ekologis, terdapat 5 (lima) persyaratan agar pembangunan suatu wilayah ekosistem, termasuk pantai dan lautan, dapat berlangsung secara berkelanjutan, yaitu: 1. Perlu adanya keharmonisan ruang (spatial harmony) antara ruang untuk kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan dengan ruang utnuk kepentingan pelestarian lingkungan. 2. Tingkat/laju pemanfaatan sumberdaya dapat pulih (seperti sumberdaya perikanan dan hutan mangrove) tidak boleh melebihi kemampuan pulih (renewable capacity) dari sumberdaya tersebut dalam waktu tertentu. 3. Pada saat mengeksploitasi bahan tambang dan mineral (sumberdaya tidak dapat pulih) harus melaksanakan cara-cara yang tidak merusak lingkungan (tatanan dan fungsi ekosistem pesisir dan lautan), sehingga tidak mematikan kelayakan usaha sektor pembangunan lainnya. 4. Ketika membuang sampah ke lingkungan pesisir dan lautan, maka jenis limbah yang dibuang bukan yang bersifat B3 (Bahan Berbahaya Beracun), seperti logam berat dan pestisida. Tetapi jenis limbah yang dapat diuraikan di alam (biodegradable) termasuk limbah organik dan unsur hara.
12
5. Manakala memodifikasi bentang alam pesisir dan lautan untuk membangun
dermaga,
pemecah
gelombang,
pelabuhan,
hotel,
anjungan minyak, marina, dan infrastruktur lainnya, maka harus menyesuaikan dengan karakteristik dan dinamika alamiah lingkungan pesisir dan lautan. Dari aspek sosial, fungsi dasar suatu kota tercermin dari kehidupan sejarah dan kebudayaannya. Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi sifat kemasyarakatan suatu kota. Sebagian besar masyarakat melestarikan tempat-tempat bersejarah
tertentu
secara
permanen
dan
melindungi
dari
perambahan
perkembangan lahan yang tidak sesuai. Sistem kepercayaan dan sikap masyarakat terlihat di dalam jumlah dan kualitas kegiatan perkotaan dan fasilitas pelayanan di suatu kota. Fungsi sosiologi yang patut diperhatikan dalam suatu kota pantai adalah penggolongan penduduk, yaitu: umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, latar belakang kesukuan, dan kategorisasi-kategorisasi lain yang disusun berdasarkan berbagai sensus atau survei (Branch, 1985). Menurut Dahuri (2004) dimensi sosial dan ekonomi mempresentasikan permintaan (demand) manusia terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan wilayah termaksud. Perwujudan langsung dimensi sosial dari pembangunan berkelanjutan tercermin dari hal-hal berikut. Pertama, investasi yang signifikan pada bidang pendidikan, kesehatan, dan pelatihan sumberdaya manusia. Kedua, mendorong terjadinya keadilan dalam distribusi pendapatan masyarakat. Ketiga, adanya kebijakan dan program yang menciptakan kesetaraan gender. Keempat, terdapat dan berkembangnya partisipasi masyarakat dan akuntabilitas politik. Dari aspek ekonomi, pengelolaan wilayah pesisir mensyaratkan bahwa manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari kegiatan penggunaan suatu wilayah pesisir serta sumberdaya alamnya harus diprioritaskan untuk meningkat-kan kesejahteraan penduduk sekitar kegiatan tersebut (Dahuri et al., 1996). Masyarakat pantai berupaya untuk memanfaatkan potensi letaknya, yaitu dalam hal menyediakan ruang dan akses untuk kegiatan industri dan komersial, menciptakan tempat-tempat pesiar, dan ruang-ruang lain yang memberikan pemandangan ke arah perairan. Fungsi ekonomi yang dijalankan di suatu kota 13
pantai
adalah
fungsi
produktif,
yaitu:
pembuatan
barang-barang
yang
menghasilkan keuntungan dan penyediaan berbagai pelayanan, penanaman modal, perpajakan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor pada perdagangan kota (Branch, 1985). Menurut Dahuri (2004), pembangunan berkelanjutan dari perspektif ekonomi adalah bagaimana mengelola agar permintaan agregat (total demand) terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan tersebut tidak melampaui kemampuan wilayah pesisir dan lautan untuk menyediakannya. Implikasinya adalah bahwa usaha peningkatan daya dukung lingkungan wilayah pesisir dan laut melalui penerapan Iptek yang tepat dan benar. Pada saat yang sama mengendalikan permintaan agregat manusia akan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir lautan melalui pengendalian jumlah penduduk, pengendalian (optimalisasi) tingkat konsumsi/pemanfaatan sumberdaya alam/kapita, mekanisme pasar dan kebijakan serta program pemerintah (government interventions) secara proposional. Dari aspek legal, pengelolaan wilayah pesisir, yang mencakup wilayah pantai, mensyaratkan bahwa pengelolaan yang dijalankan memenuhi sistem peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan konsisten. Pengelolaan yang dijalankan bersamaan dengan penanaman etika pembangunan berkelanjutan dari setiap warga dunia (Dahuri et al., 1996). Dari segi keragaman dan intensitas pembangunan, wilayah pesisir dan lautan dapat dibagi menjadi lima zona pembangunan. Zona pertama adalah meliputi lahan pesisir (coastal land) sampai perairan laut sejauh 12 mil dari garis pantai. Sesuai dengan sifat biofisiknya, dalam zona ini dapat dikembangkan berbagai macam kegiatan pembangungan seperti pertanian pesisir, kehutanan, perikanan budidaya, marikultur, perikanan tangkap, pariwisata, kepelabuhan dan perhubungan, pertambangan dan energi, industry maritim, dan lainnya. Zona kedua mencakup wilayah laut nusantara di luar 12 mil laut. Zona ketiga meliputi wilayah laut 12 mil sampai 200 mil ke arah laut lepas (batas terluar Zona Ekonomi Eksklusif). Zona keempat adalah wilayah laut bebas (international seas), di luar ZEE. Zona kelima adalah wilayah gugusan pulau-pulau kecil (Dahuri, 2004).
14
2.3.2 Pantai Konservasi Definisi pantai konservasi adalah pantai yang membatasi pembangunannya untuk melindungi ekosistem yang ada di dalamnya (Simonds, 1978). Ekosistem pesisir yang umumnya dikonservasi adalah ekosistem alami seperti (Dahuri et al., 1996): 1. Terumbu karang (coral reefs). Terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis. Terumbu terbentuk dari endapan masif terutama kalsium karbonat, yang dihasilkan oleh organism karang, alga berkapur, dan organism lainnya. Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi oleh karena kemampuan terumbu menahan nutrient dalam sistem perairan. Oleh karena kemampuan tersebut dan variasi bentuk habitat terumbu, terumbu karang kaya akan keragaman spesiesnya. Ikan merupakan organisme terbanyak jumlahnya yang dapat ditemui di sebuah terumbu karang. 2. Hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Beberapa jenis pohon mangrove yang umum dijumapi di wilayah pesisir Indonesia adalah bakau (Rhizopora sp.), Apiapi (Avicennia sp.), Pedada (Sonneratia sp.) Tanjang (Bruguiera sp.), Nyirih (Xylocarpus sp.), Tengar (Ceriops sp.), dan Buta-buta (Exocaria sp.). Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Hutan mangrove mempunyai arti penting bagi ekosistem perairan karena memberikan sumbangan bahan organik. Selain itu, perakaran mangrove yang kuat membuat hutan mangrove mampu meredam gelombang, menahan lumpur, melindungi erosi, bahkan angin taufan. Hutan mangrove juga merupakan daerah asuhan (nursery ground) dan pemijahan (spawning ground) bagi beberapa hewan perairan seperti udang, ikan, dan kerangkerangan. 3. Padang lamun (sea grass beds). Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir. 15
Lamun merupakan sumber makanan penting, tempat pembesaran, dan tempat berlindung bagi biota laut seperti krustasea, moluska, cacing, dan ikan. Selain itu, lamun juga berfungsi sebagai peredam arus dan mampu menstabilkan dasar yang lunak dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang. 2.3.3 Pantai Preservasi Definisi pantai preservasi adalah pantai yang mempunyai nilai ekologi tinggi yang sangat penting dan kritis untuk menunjang kehidupan ekosistem sekitarnya. Pantai preservasi merupakan bagian darat dan laut yang vital untuk menunjang stabilitas dari air, tanah, dan udara, yang menunjang kehidupan organisme perairan (Simonds, 1978). Bentuk wilayah pesisir eksisting merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses interaksi daratan, lautan, dan atmosfer. Kondisi oseanografi suatu pesisir dapat digambarkan oleh terjadinya beberapa fenomena alam. Fenomenafenomena alam memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir. Fenomena alam pesisir dan lautan yang menentukan kehidupan perairan di dalamnya adalah (Dahuri et al., 1996): 1. Pasang surut muka air laut. Pasang surut air laut adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. 2. Gelombang laut. Gelombang laut terbentuk karena adanya alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat-saat tertenu disebabkan oleh adanya gempa di dasar laut. 3. Kecepatan arus. Gelombang yang datang dapat menimbulkan arus yang berpengaruh pada proses sedimentasi/abrasi. Pola dan kecepatan arus dapat terbentuk dari aktivitas pasang-surut, angin, dan perbedaan tekanan permukaan. 4. Suhu dan salinitas. Suhu perairan dipengaruhi oeh radiasi matahari, posisi matahari, letak geografis, musim,kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan udara. Salinitas. Salinitas secara umum dapat disebut sebagai jumlah kandungan garam dari suatu perairan. Suhu dan salinitas
16
merupakan penentu nilai densitas air laut. Perbedaan densitas akan menentukan perbedaan tekanan air laut. 5. Angin. Angin merupakan gerakan udara dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Angin adalah gaya penggerak dari aliran skala besar di lautan. 6. Sedimentasi dan erosi. Dengan terjadinya proses erosi di suatu tempat berarti akan terjadi proses sedimentasi di tempat lain. Transportasi muatan sedimen akan mempengaruhi pada turbiditas residu badan air sehingga mengubah parameter kecerahan. Parameter kecerahan yang bernilai rendah berarti mengurangi penetrasi cahaya. Hal ini dapat mengganggu produktivitas primer dari beberapa ekosistem perairan yang mengerjakan proses fotosintesis.
17
III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian mengambil lokasi di Pantai Tanjung Bayang, Kelurahan Tanjung Mardeka, Kecamatan Tamalate, Makassar (Gambar 5). Kegiatan penelitian berupa pengumpulan data dilakukan selama satu bulan dari pertengahan Maret sampai pertengahan April 2009.
Kota Makassar
U
Gambar 5. Peta lokasi penelitian (Sumber: Peta Administratif Bappeda Kota Makassar 2007, Quickbird Bappeda Kota Makassar 2007)
3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan inventarisasi adalah peta dasar, kamera digital, data biofisik, kuesioner, dan catatan. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan data, analisis, sintesis, dan rencana pengelolaan adalah alat tulis, alat gambar, dan program komputer (AutoCAD 2006, CorelDraw X4).
3.3 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan untuk mencapai hasil akhir berupa rencana pengelolaan Pantai Tanjung Bayang. Penelitian dilakukan sesuai dengan kerangka pikir penelitian yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan penyusunan rencana pengelolaan. 3.3.1 Persiapan Pada tahapan ini dilakukan persiapan berupa perijinan di lokasi dan pencarian informasi umum tentang kondisi eksisting dan gambaran penduduk di lokasi penelitian, serta mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan. 3.3.2 Inventarisasi Inventarisasi lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan meliputi data dari aspek fisik, aspek sosial-budaya, aspek ekonomi, aspek legal, serta data kegiatan pengelolaan lanskap yang sedang berlaku. Secara rinci jenis data, indikator pengamatan, unit data, dan sumber data akan disajikan pada Tabel 1.
19
Tabel 1. Data yang dibutuhkan untuk penelitian No
Jenis Data
Aspek Ekologi 1 Kondisi umum
2
Fisik
Indikator Pengamatan
Unit
Sumber Data
Kegunaan
Analisis
Letak dan batas wilayah Luas area Tata guna lahan Panjang pantai Kedalaman Dasar Perairan Material Dasar Perairan Kecepatan Arus
-
Pihak pengelola
m² m² m m
Daya dukung pantai berpasir
Mengetahui kesesuaian lahan
Kesesuaian lahan untuk wisata pantai
m/dt
Kecerahan Perairan
m
Tipe Pantai
-
Dinas terkait Dinas terkait Dinas terkait Observasi/Dinas terkait Observasi/Dinas terkait Observasi/Dinas terkait Observasi/Dinas terkait Observasi/Dinas terkait Observasi/Dinas terkait Observasi/Dinas terkait
Mengetahui kapasitas lahan
Mengetahui kondisi perkembangan penduduk Mengetahui karakter pengunjung yang datang
Analisis deskriptif
Mengetahui persepsi pengunjung
Analisis deskriptif
-
Penutupan Lahan Pantai Jarak Air Tawar Tersedia Aspek Sosial dan Ekonomi 3 Kependuduk- Pertumbuhan an penduduk
%
%
Dinas terkait
4
Wawancara
Usia Jenis Kelamin Aktivitas Keindahan Kenyamanan
luar/ dalam daerah Tahun l/p -
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Sarana dan Prasarana
-
Wawancara
Jumlah Pengunjung
orang
hari
Lama Kunjungan
menit/ jam
Mengetahui besar permintaan wisata untuk dibandingkan dengan daya dukung
Analisis deskriptif
Waktu Kunjungan
Pihak pengelola dan observasi lapang Pihak pengelola dan observasi lapang Pihak pengelola dan observasi lapang
UU Tata Ruang, Peraturan Daerah UU Kelautan
-
Dokumen
Analisis deskriptif
-
Dokumen
Sebagai acuan dalam rencana pengelolaan
-
Pihak Pengelola
Analisis deskriptif
Waktu Orang Rupiah -
Pihak Pengelola Pihak Pengelola Pihak Pengelola Pihak Pengelola
Mengetahui kondisi dan tujuan pengelolaan yang dilakukan saat ini
5
6
Karakteristik Pengunjung
Persepsi Pengunjung
Ekonomi
Aspek Legal 7 Peraturan Terkait
Asal
Aspek Pengelolaan yang Berlaku Saat Ini 7 Pengelolaan Struktur kelembagaan Jadwal pengelolaan Tenaga kerja Kisaran biaya Bahan dan alat
km
Analisis deskriptif
20
Cara pengumpulan data meliputi observasi langsung, pengumpulan data sumber sekunder, penyebaran kuesioner, dan wawancara dengan narasumber. Rincian pengumpulan data adalah: a. observasi langsung meliputi pengambilan foto eksisting kondisi biofisik di lapangan, b. pengumpulan data sekunder terdiri dari pengumpulan peta umum lokasi penelitian, data biofisik, data pengunjung, data kegiatan pengelolaan lokasi penelitian, serta data pendukung berupa undangundang dan peraturan terkait, c. penyebaran kuesioner dengan metode randomized sampling kepada pengunjung, masyarakat sekitar, dan pihak pengelola lokasi penelitian. d. Wawancara dilakukan kepada narasumber penting seperti tokoh masyarakat dan ketua organisasi pengelola. 3.3.3 Pengolahan Data dan Analisis Data yang diperoleh dari hasil inventarisasi disusun dan diolah untuk memperoleh informasi tentang: a. deskripsi kondisi biofisik di lokasi penelitian, b. deskripsi kondisi sosial-budaya dan ekonomi masyarakat di lokasi penelitian, c. dasar hukum dan kebijakan pengelolaan, d. deskripsi kegiatan pengelolaan lanskap yang sedang berlaku. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui potensi dan kendala pengelolaan lanskap. Analisis yang dilakukan meliputi: a. analisis kesesuaian lahan untuk pantai wisata berpasir. Analisis ini dilakukan dengan mengacu pada tabel kesesuaian lahan wisata (Bakosurtanal (1996) dan Dahyar (1999) dalam Laweherilla (2006)) (Tabel 2).
21
Tabel 2. Kesesuaian lahan wisata pantai wisata berpasir No
Parameter
Unit
Bobot
Kategori dan Skor
1
Kedalaman Dasar Perairan Material Dasar Perairan Kecepatan Arus Kecerahan Perairan Tipe Pantai
m
5
0-5
4
5-10
3
>10
2
-
1
-
4
pasir
4
karang berpasir
3
2
lumpur
1
m/dt
4
0-0.17
4
3
2
>0,51
1
m
3
>10
4
>0.170.34 >5-10
pasir berlumpur >0.340.51 >3-5
2
<2
1
-
5
pasir putih
4
pasir putih sedikit berbatu karang
3
pasir berkarang sedikit terjal
2
lumpur karang mangrove terjal
1
Kategori
2
3 4 5
Skor
Kategori
Skor
3
Kategori
Skor
Kategori
Skor
6
Penutupan Lahan Pantai
-
3
kelapa, lahan terbuka
4
semak, belukar rendah
3
belukar tinggi
2
hutan, bakau, permukim an
1
7
Ketersediaan Air Tawar
km
3
<0.5
4
>0.5-1
3
>1-2
2
>2
1
Sumber: Bakosurtanal (1996) dan Dahyar (1999) dalam Laweherilla (2006)
b. analisis daya dukung. Analisis ini menggunakan metode konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam manusia. Perhitungan DDK menggunakan rumus (Yulianda 2007, dalam Rahantoknam, 2009):
Keterangan: DDK = daya dukung kawasan K
= potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp
= luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt
= luas unit area untuk kategori tertentu
Wt
= waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
Wp
= waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
22
Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis aktivitas. Luas area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kenyamanan dan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga alam tidak terdegradasi. Waktu kegiatan pengunjung dihitung berdasarkan waktu yang dihabiskan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata tertentu. c. analisis kenyamanan pengunjung pantai wisata berpasir. Analisis ini dilakukan dengan mengacu pada tabel jumlah maksimum wisatawan dalam masstourism pantai berpasir (Huttche et al., (2002); Wong, (1991) dalam Wardhani (2007)) (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah maksimum wisatawan dalam masstourism pantai berpasir No Kelas Pariwisata Panjang/orang 1 Standar 1.5 m/orang 2 Nyaman 4.5 m/orang 3 Mewah 9 m/orang Sumber: Huttche et al., (2002); Wong, (1991) dalam Wardhani (2007)
d. analisis deskriptif, yaitu analisis yang dilakukan berdasarkan hasil data survey melalui data sekunder, penyebaran kuesioner, dan pengamatan langsung. Analisis deskriptif aspek sosial meliputi karakteristik dan persepsi pengunjung, masyarakat, dan pengelola. Analisis deskriptif aspek ekonomi meliputi pendapatan penduduk serta anggaran biaya LPM. e. analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap Pantai Tanjung Bayang. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara eksternal
23
peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan (Anonim, 2009). f. analisis deskriptif peraturan legal di kawasan Pantai Tanjung Bayang melalui data sekunder dari UU, Perda, serta peraturan lainnya. g. analisis deskriptif pengelolaan yang dilakukan saat ini. 3.3.4 Sintesis Berdasarkan hasil analisis, dilakukan sintesis. Sintesis bertujuan memberikan solusi dari masalah dan pengembangan potensi. Permasalahan dan potensi dari hasil analisis aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan legal dirumuskan dalam
faktor
kekuatan
(strengths),
kelemahan
(weaknesses),
peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Sintesis yang dilakukan merupakan penyusunan alternatif strategi menggunakan Matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan suatu alat yang dapat menggambarkan bagaimana peluang-peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi dan dipadukan dengan kelamahan dan kekuatan dari faktor internal untuk menghasilkan empat golongan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan, yaitu (Tabel 4): 1. SO (strength-opportunity), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada. 2. ST (strength-threat), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. 3. WO (weakness-opportunity), yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. 4. WT (weakness-threat), yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada.
24
Tabel 4. Matriks analisis SWOT Eksternal Internal Strengths
Weaknesses
Opportunities
Threats
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Sumber: Kinnear dan Taylor, 1991
Dalam memilih strategi yang terbaik untuk diterapkan, maka dibuat alternatif strategi dan diberikan nilai sesuai dengan tingkat kepentingannya. Pemberian nilai tingkat kepentingan dilakukan kepada setiap unsur SWOT dengan kisaran nilai sebagai berikut (Kinnear dan Taylor, 1991): 5 = sangat penting 4 = penting 3 = cukup penting 2 = tidak penting 1 = sangat tidak penting Pemberian nilai dilakukan terhadap masing-masing alternatif strategi. Setelah diberikan nilai dilakukan ranking untuk menentukan strategi yang tingkat kepentingannya tinggi sampai rendah. Setelah itu dilakukan pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) untuk menentukan ranking strategi yang akan dilakukan. Bobot yang diberikan pada setiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingannya terhadap pengelolaan keberlanjutan kawasan wisata Pantai Tanjung Bayang. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan tiap bobot adalah: 1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal sangat kurang penting dibandingkan faktor vertikal 2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan faktor vertical 25
3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan faktor vertikal 4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan faktor vertikal 5. Bobot 5 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan faktor vertikal Bobot faktor yang diperoleh dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah bobot keseluruhan faktor.
3.3.5 Rencana Pengelolaan Konsep rencana pengelolaan yang disusun adalah konsep pengelolaan pantai wisata yang berkelanjutan, konsep pengelolaan yang sesuai dengan tujuan masyarakat dan oleh masyarakat, serta konsep pengelolaan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dari hasil sintesis dibuat rencana pengelolaan berupa strategi pengelolaan, rencana pengelolaan, dan rencana tapak Pantai Tanjung Bayang. Rencana pengelolaan meliputi struktur organisasi, tenaga kerja, penjadwalan, fasilitas, dan rencana anggaran biaya. Secara spasial, rencana pengelolaan dideskripsikan dengan membuat zonasi tata guna lahan dan rencana tata fasilitas/ bangunan di Pantai Tanjung Bayang.
26
IV. INVENTARISASI 4.1 Deskripsi Umum Kawasan Secara administratif, Pantai Tanjung Bayang terletak di RW 5, Kelurahan Tanjung Mardeka, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Secara geografis terletak antara 119°24’17’38’ Bujur Timur dan 5°8’6’19” Lintang Selatan. Pantai Tanjung Bayang memiliki panjang pantai sekitar 456,1 m dan luas 202,828 m2. Batas-batas fisik wilayah rencana pengelolaan Pantai Tanjung Bayang yaitu sebelah Utara dengan Pantai Angin Mammiri, sebelah Timur dengan pemukiman Tanjung Mardeka, sebelah Selatan dengan Pantai Layar Putih, dan sebelah Barat dengan selat Makassar. Gambar 6 menyajikan peta eksisting Pantai Tanjung Bayang.
Gambar 6. Peta eksisting Pantai Tanjung Bayang (Sumber: digitasi Quickbird Bappeda Kota Makassar, 2007)
Saat ini, akses ke Pantai Tanjung Bayang yang biasa digunakan oleh pengunjung adalah melalui Jalan Metro Tanjung Bunga yang dapat dilalui oleh motor, mobil pribadi, atau bus. Pantai Tanjung Bayang dapat dicapai dari arah Timur melalui jalan masuk Permandian Tanjung Bayang (Gambar 7). Sarana transportasi menuju Pantai Tanjung Bayang adalah ojek, yang tersedia di Pintu Gerbang Tanjung Bunga, Mall GTC, dan Ruko Perumahan Tanjung Bunga.
Gambar 7. Jalan masuk (kiri) dan papan nama (kanan) Pantai Tanjung Bayang (Sumber: Survey April 2009) 4.2 Aspek Ekologi Perolehan data aspek ekologi diperoleh dari data sekunder dan survey langsung. Aspek ekologi yang meliputi iklim, kemiringan dan tanah, vegetasi dan satwa, tata guna lahan, dan kondisi oseanografis dan kualitas perairan. 4.2.1 Iklim Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah IV Stasiun Maritim Paotere Makassar, dalam BPS (2008) (Tabel 5), Kota Makassar merupakan pantai beriklim panas dengan temperatur udara rata-rata 27.7 dengan kisaran 26.8°-28.4°C. Pada tahun 2007, rataan suhu udara maksimum adalah 31,9°C dan rataan suhu udara minimum adalah 24,7°C. Kelembaban udara ratarata 84.7% dengan kisaran 78.8-91.5%. Penyinaran matahari rata-rata 65% dengan kisaran 35-92%. Curah hujan rata-rata 243.4 mm/bulan dengan kisaran 3-865.6 mm/bulan. Kecepatan angin rata-rata 9.9 km/jam dengan kisaran 8.2-11.9 km/jam.
28
Tabel 5. Data iklim Kota Makassar tahun 2006-2007 Suhu Kelembaban Penyinaran Curah Udara Udara Matahari Hujan (°C) (%) (%) (mm/bulan) Januari 27.8 91.5 47 694.3 Februari 26.8 89.1 37 483.6 Maret 27.7 86.3 47 281.7 April 27.4 85.5 69 195.1 Mei 28.4 85.5 76 35.3 Juni 27.8 84.2 56 129.3 Juli 27.4 84.3 82 3.9 Agustus 27.4 82.2 86 3.0 September 27.9 81.5 92 0 Oktober 28.3 82.1 81 16.1 November 28.0 78.8 66 212.7 Desember 27.2 85.5 35 865.6 Sumber: BMG Wilayah IV, 2006-2007, dalam BPS, 2008 Bulan
Kecepatan Angin (km/jam) 11.0 10.6 11.9 9.5 8.8 8.2 8.4 8.8 11.2 9.7 8.4 11.7
4.2.2 Kemiringan dan Tanah Pantai Tanjung Bayang merupakan bagian dari ekosistem pesisir pantai Makassar dengan kemiringan datar (0-3%) pada ketinggian 1-4 m di atas permukaan laut. Kondisi geologi terbentuk dari endapan alluvium yang bersifat kurang kompak sampai agak lepas. Di sekitar pantai terdapat empang yang dipengaruhi air hujan. Jenis tanah terdiri dari tanah inseptisol dan ultisol. Sebagian besar tanah pada umumnya merupakan tanah inseptisol (Nurfaida, 2009). Sifat fisik tanah pada umumnya berdaya dukung rendah karena merupakan dataran hasil sedimentasi yang terdiri dari pasir halus, lempung, dan lumpur. Tingkat kemasaman tanah secara umum berkisar dari 6.7-7.2 (Wahyuni, 2002). 4.2.3 Vegetasi dan Satwa Kota Makassar memiliki pantai berpasir dan pantai berair sehingga jenis vegetasi dipengaruhi oleh jenis pantai. Jenis tanaman lanskap yang ada di Pantai Tanjung Bayang dapat dilihat di Tabel 6. Jenis satwa yang ada di Kota Makassar meliputi satwa daratan (terrestrial) dan satwa perairan (aquatic). Jenis satwa yang ada di Pantai Tanjung Bayang dapat dilihat di Tabel 7.
29
Tabel 6. Tanaman lanskap di Pantai Tanjung Bayang No Nama Lokal 1. Rumput Paetan 2. Putri Malu 3. Kacang 4. Padi 5. Pandan 6. Akasia 7. Kelapa 8. Cemara laut 9. Waru 10. Kayu Jawa 11. Palem Kipas Bundar 12. Mangga 13. Pisang 14. Asam Londo 15. Ketapang Sumber: Survey April 2009
Nama Latin Axonopus compressus Mimosa pudica Arachis sp. Oryza sativa Pandanus sp. Acacia auriculiformis Cocos nucifera Casuarina equisetifolia Hibiscus tiliaceus Lannea grandis Livistona rotundivolia Mangifera indica Musa sp. Pithecellobium dulce Terminalia cattapa
Klasifikasi Rumput Penutup Tanah Penutup tanah Semak Semak Pohon Palem Pohon Pohon Pohon Palem Pohon Herba Pohon Pohon
Tabel 7. Jenis satwa di Pantai Tanjung Bayang No Nama Lokal 1. Kerbau Rawa 2. Sapi 3. Anjing 4. Kucing 5. Ayam 6. Itik 7. Biawak 8. Bandeng 9. Kakap 10. Mujair 12. Udang Beras 13. Kepiting Sumber: Survey April 2009
Nama Latin Buballus bubalis Bos indicus Canis familiaris Felis catus Gallus sp. Anas plathyrhyncos Varanus salvator Chanos chanos Lates calcarifer Tilapia mosambica Penaeus monodon Scylla sp.
Klasifikasi Mamalia Mamalia Mamalia Mamalia Aves Aves Reptilia Ikan Ikan Ikan Ikan Amfibia
4.2.4 Tata Guna Lahan Pantai di Kecamatan Tamalate, Kota Makassar merupakan pantai dengan tipe pantai berpasir. Secara umum, pantai ini tergolong relatif stabil, sekalipun cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi dari Sungai Jeneberang. Dengan kondisi pantai tersebut, sebagian besar pantai ini digunakan sebagai area rekreasi. Jenis penggunaan lahan di kawasan Pantai Tanjung Bayang dan sekitarnya meliputi kawasan permukiman, tempat kaki lima, lahan pertanian, empang musiman, ruang terbuka hijau, dan jaringan jalan (Tabel 8).
30
Tabel 8. Penggunaan lahan di kawasan Pantai Tanjung Bayang No
Jenis Penggunaan
Luas (m2)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Permukiman 36,197 Kaki lima 10,097 Pertanian 57,033 Empang musiman 77,470 Ruang terbuka hijau 10,873 Jaringan jalan 11,158 Jumlah 202,828 Sumber: Survey April 2009; Bappeda (2007)
Persentase (%) 18 5 28 38 5 6 100
4.2.5 Kondisi Oseanografis dan Kualitas Perairan Wilayah pesisir Kota Makassar memiliki kemiringan 0-15° dengan kedalaman antara 0-40 m. Ombak di wilayah pesisir Kota Makassar umumnya terbentuk berdasarkan kecepatan dan pola arah angin. Ombak pada musim Batat dibangkitkan oleh angin dari arah Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Kecepatan arus utama di Selat Makassar bagian Selatan pada bulan Februari 12-35 cm/det dengan arah 135°U dan Agustus 24-50 cm/det dengan arah 270°U. Di wilayah pesisir Kota Makassar terdapat arus lokal yaitu arus susur pantai dengan kecepatan 0.22-0.40 m/det, arus pasang surut arah Utara-Selatan 0.46-0.48 m/det, dan arus pasang naik arah Selatan-Utara 0.38-0.55m/det, dan arus tolak pantai. Arus-arus lokal tersebut berlangsung secara terus menerus dan tidak konstan sehingga erosi dan abrasi terus berlangsung menyebabkan garis pantai cenderung dinamis dan berkelok-kelok (DKP, 2006). Suhu permukaan laut di perairan sekitar pulau-pulau kecil berkisar antara 29-31°C, sedangkan di sekitar pantai Kota Makassar berkisar 26-32°C. Variasi suhu pada wilayah tersebut disebabkan oleh pengaruh daratan, limpahan air dari daratan, curah hujan, radiasi matahari, dan kedalaman perairan (DKP, 2006). Salinitas permukaan laut di sekitar pantai Kota Makassar berkisar antara 32-36 ppm. Kecerahan wilayah pantai Kota Makassar seperti Pantai Losari, Muara Sungai Tallo dan Muara Sungai Jeneberang memiliki tingkat kecerahan yang rendah yaitu berkisar 2-5 m. Kejadian ini akibat tingginya sedimentasi, bahan tersuspensi, maupun bahan-bahan organik dari daratan yang masuk ke pantai Kadar oksigen di sekitar pantai Kota Makassar berkisar antara 2.9-7.8 ppm. Kadar
31
nitrat di sekitar pantai dan kepulauan berkisar antara 0.11-1.69 ppm. Kadar fosfat berkisar antara 0.442-4.13 ppm (DKP, 2006). Pencemaran perairan di Kota Makassar terjadi terutama di perairan pantai yang berdekatan dengan permukiman penduduk yang padat maupun limbah dari permukiman elit, perhotelan, dan rumah sakit, serta aktivitas industri dan pelabuhan. Hal ini disebabkan karena belum adanya suatu system water treatment untuk mengurangi kadar bahan pencemar seperti bahan kimia logam berat, mikroba Eschericia coli dan coli form lainnya sebelum limbah dialirkan ke laut (DKP, 2006). Sedimentasi merupakan salah satu masalah di pantau Kota Makassar karena menyebabkan kekeruhan, pendangkalan, timbulnya delta, dan lidah pasir yang semakin berkembang ke arah Pantai Losari. Selain itu, intrusi air laut juga menjadi salah satu masalah di wilayah pesisir Kota Makassar karena masuknya air laut ke sumber-sumber air bersih penduduk melalui perembesan ke dalam air tanah (DKP, 2006).
4.3 Aspek Ekonomi Sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Tamalate antara lain terdapat 2 mall, 38 kelompok pertokoan, 2 pasar umum, 1 restoran, 142 rumah makan/warung. Jumlah Bank yang ada di Kecamatan Tamalate ada 4 buah yang salah satunya terdapat di Kelurahan Tanjung Mardeka 1 buah. Berdasarkan survey masyarakat Pantai Tanjung Bayang (2009), kondisi ekonomi masyarakat pantai Tanjung Bayang relatif beragam dengan persentase terbanyak antara masyarakat yang tidak berpendapatan dan pendapatan 1 juta-2 juta (Gambar 8). 2-5 juta 7% Tidak berpendapatan 31% 1-2 juta 31%
500 ribu-1 juta 10%
300-500 ribu 14%
Gambar 8. Persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendapatan per bulan (Sumber: Survey April 2009)
32
Kondisi ekonomi masyarakat Pantai Tanjung Bayang sangat dipengaruhi oleh jumlah pengunjung yang datang dan melakukan aktivitas wisata di Pantai Tanjung Bayang. Masyarakat yang mengelola vila untuk tempat pengunjung menginap biasanya menyewakan vilanya dengan harga kisaran Rp. 200,0001,500,000 satu hari satu malam. Pondokan/balai-balai disewakan dengan harga Rp. 20,000-25,000 selama setengah hari. Penyewaan ban disediakan berbagai ukuran dari kecil, sedang, dan besar. Ban disewakan dengan harga Rp. 1,000-5,000 sekali main. Perahu bebek disewakan dengan harga 5,000 per kepala sekali putaran, dan hanya beroperasi saat ombak rendah. Parkir yang terletak di dalam Pantai Tanjung Bayang biasanya dipungut bayaran berkisar antara Rp. 500-2,000 untuk motor dan Rp. 1,000-3,000 untuk mobil. Selain itu, pemasukan juga didapat dari pembelian snack, makanan-minuman di warung/warung makan yang ada di Pantai Tanjung Bayang.
4.4 Aspek Sosial Aspek sosial meliputi sejarah Pantai Tanjung Bayang, aspek kependudukan dan aspek arsitektural. Data aspek sosial diperoleh dari menyebarkan kuesioner dan wawancara dengan tokoh masyarakat. 4.4.1 Sejarah Pantai Tanjung Bayang Berdasarkan wawancara dengan tokoh masyarakat pada bulan April tahun 2009, Pantai Tanjung Bayang atau Permandian Tanjung Bayang, dulunya merupakan kampung nelayan yang bernama Kampung Bayang. Kampung Bayang dulunya merupakan sebuah delta, yang terletak di Kelurahan Barombong. Pada tahun 1975, terjadi pemisahan administratif dari satu kelurahan, Kelurahan Barombong, menjadi dua kelurahan yaitu Kelurahan Barombong dan Kelurahan Tanjung Mardeka. Kampung Bayang termasuk ke dalam wilayah administratif Kelurahan Tanjung Mardeka, RW 5. Pada tahun 1996-1997, PT. Gowa Makassar Tourism Development (PT. GMTD) memulai proyek pengembangan kawasan wisata dan permukiman elit. Bersamaan dengan kejadian tersebut, Kampung Bayang mulai berubah, profesi nelayan mulai ditinggalkan, pengunjung berdatangan walau sedikit, dan mulai ada vila-vila yang dibangun oleh masyarakat dan oleh orang ekonomi kelas atas dari
33
luar Kampung Bayang. Di tahun tersebut, kegiatan wisata di Kampung Bayang yang masih terbatas dikelola oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) di Kelurahan Tanjung Mardeka. Pada tahun 2002, PT. GMTD tengah melakukan reklamasi Kawasan Tanjung Bunga. Di Kampung Bayang, kesadaran masyarakat untuk mengelola Kampung Bayang menjadi tempat wisata mulai muncul. Di tahun tersebut pula, LKMD berubah nama menjadi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sakinah (LPM Sakinah). LPM Sakinah mulai terlibat dalam pengelolaan wisata pantai di Kampung Bayang. Pada tahun 2005, PT. GMTD selesai mereklamasi Kawasan Tanjung Bunga dan mulai manjadikan Kawasan Tanjung Bunga menjadi tempat permukiman dan wisata. Objek wisata andalan Kawasan Tanjung Bunga, Pantai Akkarena, sudah bisa diakses. Di tahun tersebut, masyarakat Kampung Bayang memastikan daerahnya menjadi tempat wisata dan menamakan pantai tersebut dengan nama Permandian Tanjung Bayang. Pada tahun 2006, LPM Sakinah berubah nama menjadi LPM Tanjung Mardeka.
Hal
ini
dilakukan
berdasarkan
keputusan
Asosiasi
Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kota Makassar dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga LPM Se-Kota Makassar Tahun 2006. Sampai sekarang, Pantai Tanjung Bayang terus berkembang sebagai tempat wisata dengan pengelolaan berbasis masyarakat. Pantai Tanjung Bayang semakin digemari masyarakat Makassar sebagai tempat wisata yang terjangkau harganya. Berdasarkan Gold (1997), Pantai Tanjung Bayang sedang berada dalam tahap building envelopes, yaitu tahap dimana telah dibangun bangunan sepanjang garis pantai. Hanya saja, perlindungan terhadap daerah pantai dan pertimbangan waterfront uses belum mendapatkan perhatian dalam pembangunan ini. 4.4.2 Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Tamalate dari tahun 2005-2006 mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, jumlah penduduk sebanyak 144,458 jiwa; pada tahun 2006 jumlah penduduk sebanyak 148,589 jiwa. Hal ini berarti pertumbuhan penduduk di Kecamatan Tamalate sebanyak 2,47% per tahun. Tahun 2006, Di Kelurahan Tanjung Mardeka yang seluas 3,37 km2 terdapat 1,255 rumah tangga
34
dengan total penduduk 5,272 jiwa. Dengan demikian, kepadatan penduduk Kelurahan Tanjung Mardeka adalah 1,564 penduduk per km2. Di Kelurahan Tanjung Mardeka tahun 2006, mutasi penduduk yang terjadi meliputi lahir (40 orang), mati (26 orang), datang (46 orang), dan pindah (5 orang) (BPS, 2007). Lapangan usaha di Kecamatan Tamalate dibagi menjadi lima golongan, yaitu
pertanian,
industry,
konstruksi
bangunan,
perdagangan,
dan
angkutan/transportasi. Banyaknya rumah tangga menurut lapangan usaha di Kelurahan Tanjung Mardeka pada tahun 2006 adalah 118 RT di sektor pertanian, 6 RT di sektor industri, 172 RT di sektor konstruksi bangunan, 514 RT di sektor perdagangan, dan 87 RT di sektor angkutan/transportasi (BPS, 2007). Menurut survey masyarakat di Pantai Tanjung Bayang kepada 29 orang, jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki (65.5%) lebih banyak daripada perempuan (34.5%). Menurut kelompok umur, masyarakat Pantai Tanjung Bayang relatif beragam, dengan penduduk yang berumur kurang dari 20 tahun terbanyak (Gambar 9). Mayoritas penduduk berasal dari Makassar dan merupakan suku Makassar (93.4%). Berdasarkan tingkat pendidikan, masyarakat Pantai Tanjung Bayang relative beragam dengan status telah atau sedang menjalani pendidikan SMU terbanyak (Gambar 10).
>49 tahun 3% 40-49 tahun 17% >20 tahun 31%
30-39 tahun 28% 20-29 tahun 21%
Gambar 9. Persentase jumlah penduduk menurut kelompok umur (Sumber: Survey April 2009)
35
S1 7% SD 28%
SMU 34%
SMP 31%
Gambar 10.
Persentase jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan (Sumber: Survey April 2009)
4.4.3 Aspek Arsitektural Bentuk permukiman di Pantai Tanjung Bayang memiliki corak khas arsitektur rumah tradisional, yaitu rumah panggung. Material rumah banyak menggunakan kayu. Alasan penggunaan rumah panggung itu sendiri disebabkan oleh kebiasaan lama hidup dalam rumah berbentuk panggung, mencegah kebanjiran, dan memberikan lebih banyak ruang, yaitu ruang atas dan ruang bawah (Wahyuni, 2002). Ruang atas biasanya digunakan untuk tempat tinggal, sedangkan ruang bawah dimanfaatkan sebagai gudang, tempat parkir, ataupun tempat meletakkan ternak (Gambar 11).
Gambar 11. Salah satu bentuk arsitektur rumah panggung di Pantai Tanjung Bayang (Sumber: Survey April 2009)
36
4.5 Aspek Pengelolaan Inventarisasi aspek pengelolaan meliputi struktur pengelolaan, tenaga kerja, penjadwalan, pengelolaan karcis, fasilitas, sarana, dan prasarana. Data aspek pengelolaan diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung. 4.5.1 Struktur Pengelolaan Pengelolaan di Pantai Tanjung Bayang dilaksanakan oleh LPM Tanjung Mardeka di bawah Seksi Permandian. LPM Tanjung Mardeka mempunyai sembilan seksi, salah satunya Seksi Permandian. Setiap seksi berada di bawah badan pengurus tertinggi yaitu Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, dan Bendahara LPM (Gambar 12). Seksi permandian bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dari tiket masuk dan keamanan Pantai Tanjung Bayang. Seksi permandian terbagi atas petugas loket dan keamanan yang dikomando oleh pengawas dan pengurus inti Seksi Permandian (Gambar 13). Bagian keamanan dibagi dua yaitu petugas bayangan dan paronda masyarakat, kedua bagian ini memiliki garis koordinasi yang diatur oleh RT.
Pelindung/ Penasehat
Ketua Wakil Ketua
Bendahara
Seksi Agama dan Pendidikan
Seksi Ekonomi dan Kesejahteraan sosial
Seksi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
Sekretaris Wakil Sekretaris
Seksi Pemuda OlahRaga dan Seni
Seksi Kesehatan dan Lingkungan hidup
Seksi Obyek Permandian
Seksi Keamanan dan Ketertiban
Gambar 12. Struktur organisasi LPM Tanjung Mardeka (Sumber: Survey April 2009)
37
Ketua LPM dan Wakil Ketua LPM Sekrtearis LPM dan Wakil Sekretaris LPM Bendahara LPM Ketua Seksi Permandian
Pengawas
Keamanan
Petugas Loket (Piket)
RT
Ket:
RT
: Garis komando : Garis koordinasi
Petugas Bayangan
Paronda Masyarakat
Gambar 13. Struktur organisasi Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka (Sumber: Survey April 2009) 4.5.2 Tenaga Kerja dan Penjadwalan Tenaga kerja yang terlibat dalam pengelolaan Pantai Tanjung Bayang seluruhnya merupakan masyarakat Pantai Tanjung Bayang dan sekitarnya. Teknis pemilihan tenaga kerja dilakukan secara kekeluargaan. Di Seksi Permandian, Pengawas terdiri dari delapan orang. Pengawas merupakan pengurus inti (Ketua LPM, Wakil Ketua LPM, dan Ketua Seksi Permandian) dan Ketua RT di RW 5. Penjaga loket (piket) terdiri dari 35 orang yang dibagi dalam tujuh shift. Bagian Piket bekerja pada hari Sabtu-Minggu. Setiap satu kali shift terdiri dari 5 orang yang bertugas menjaga pos tiket masuk Pantai Tanjung Bayang. Bagian keamanan terdiri dari Petugas Bayangan dan Paronda Masyarakat. Petugas Bayangan terdiri dari 70 orang yang dibagi menjadi dua, yaitu Bagian Atas dan Bagian Bawah yang masing-masing terdiri dari 35 orang. Petugas Bayangan bertugas menjaga bagian pantai di Pantai Tanjung Bayang, maupun di daerah permukiman di luar pantai Tanjung Bayang. Petugas Bayangan bekerja pada hari Sabtu dan Minggu pada waktu malam hingga pagi hari. Paronda Masyarakat terdiri dari 50 orang yang dibagi menjadi lima shift. Setiap shift terdiri dari 10 orang. Setiap shift bekerja dalam satu hari dari hari Senin-Jumat. Tugas
38
dari Paronda Masyarakat adalah menjaga pos tiket masuk Pantai Tanjung Bayang selama satu hari, sekaligus melakukan ronda pada malam harinya. 4.5.3 Pengelolaan Karcis Masuk di Pantai Tanjung Bayang Karcis masuk Pantai Tanjung Bayang dihitung per kendaraan. Pembayaran karcis untuk satu motor adalah Rp. 2,000; untuk satu mobil Rp. 5,000; untuk satu truk Rp. 10,000. Hasil pembayaran karcis pada hari Senin-Jumat dimanfaatkan masyarakat untuk biaya konsumsi pada hari tersebut. Hasil pembayaran karcis pada hari Sabtu-Minggu dikelola oleh LPM Tanjung Mardeka untuk dibagikan kepada pihak-pihak tertentu dengan persentase tertentu. Pantai Tanjung Bayang umumnya ramai dikunjungi pada hari SabtuMinggu (Gambar 14). Pengelolaan pada hari Sabtu-Minggu ditangani oleh LPM Tanjung Mardeka dan pengelolaan pada hari Senin-Jumat ditangani oleh masyarakat yang masih berkoordinasi dengan pihak LPM Tanjung Mardeka. Pada hari libur atau tanggal merah, pengelola Pantai Tanjung Bayang ditangani oleh LPM Tanjung Mardeka. Sekali setahun, yaitu pada hari Minggu sebelum Bulan Puasa tiba, dibentuk panitia khusus karena pengunjung yang datang sangat banyak (kira-kira tiga kali dari pengunjung pada hari Minggu). Panitia khusus tersebut bertugas untuk menertibkan pengelolaan dari segi penarikan karcis masuk dan keamanan pengunjung. 6000
Jumlah Pengunjung (orang)
5,150 4500
3000 2,100 1500 497
547
501
560
565
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
0 Sabtu
Minggu
Hari
Gambar 14. Jumlah pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan hari (Sumber: Survey April 2009)
39
4.5.4 Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Pantai Tanjung Bayang merupakan pantai yang ramai dikunjungi oleh masyarakat. Fasilitas merupakan hal-hal utama yang dibutuhkan kawasan wisata guna terlaksananya kegiatan wisata. Fasilitas wisata yang ada di Pantai Tanjung Bayang adalah: 1. Jalan dan tempat parkir Jalan merupakan fasilitas utama yang diperlukan untuk mempermudah mobilitas pengunjung. Rata-rata pengunjung Pantai Tanjung Bayang menggunakan kendaraan berupa motor atau mobil. Tempat parkir dibutuhkan pengunjung agar merasa aman memarkir kendaraannya. 2. Arena rekreasi pantai Arena rekreasi pantai yaitu mandi di laut merupakan salah satu fasilitas rekreasi yang paling digemari pengunjung (Gambar 15). Di arena ini disediakan sarana dan prasarana berupa persewaan ban dan perahu bebek. Pengunjung hanya boleh berenang/bermain di laut sejauh 200 m dari garis pantai. Peraturan tersebut diberlakukan demi keamanan pengunjung.
Gambar 15. Area rekreasi Pantai Tanjung Bayang (Sumber: Survey April 2009)
3. Area berkumpul Arena
berkumpul
diperuntukkan
untuk
pengunjung
beristirahat,
berbincang-bincang, berolahraga voli, makan-minum, dan bermalam. Di area ini disediakan sarana dan prasarana berupa balai-balai, lapangan voli, warung makan, dan vila.
40
4. Fasilitas peribadatan Pantai Tanjung Bayang memiliki satu Masjid kebanggaan masyarakat sekitarnya bernama Masjid Baitur Rahim. Mayoritas penduduk di Pantai Tanjung Bayang beragama Islam sehingga keberadaan Masjid ini cukup penting (Gambar 16).
Gambar 16. Masjid Baitur Rahim di Pantai Tanjung Bayang (Sumber: Survey April 2009) Sarana dan prasarana merupakan hal-hal tambahan yang dibutuhkan untuk melengkap guna berlangsungnya kegiatan wisata. Pantai Tanjung Bayang memiliki sarana dan prasarana rekreasi yang tercantum di Tabel 9. Penjelasan mengenai sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Sarana dan prasarana di Pantai Tanjung Bayang No. Sarana dan Prasarana 1. Vila 2. Balai-balai 3. Lapangan voli 4. Warung makan 5. Persewaan ban 6. Perahu bebek Sumber: Survey April 2009
Jumlah unit 77 185 8 34 16 1
Kapasitas per unit 40-70 orang 2-8 orang 10 orang 5-10 orang
41
1. Vila Vila merupakan sarana penginapan terdekat dan bernuansa pantai. Vila menjadi tempat pengunjung berkumpul dan beristirahat. Ada beberapa vila yang menyediakan tempat untuk karaoke. 2. Balai-balai Balai-balai merupakan sarana beristirahat terdekat pantai. Balai-balai digunakan pengunjung sebagai tempat bercengkrama, makan-minum, dan melihat pemandangan (Gambar 17). Berdasarkan privasinya, balai-balai ada dua jenis, ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Berdasarkan ukurannya, terdapat dua ukuran, yaitu ukuran besar dan ukuran kecil.
Gambar 17. Balai-balai di Pantai Tanjung Bayang (Sumber: Survey April, 2009)
3. Lapangan voli Lapangan voli merupakan sarana olahraga pantai. Lapangan voli biasanya terdapat di dekat vila untuk dimanfaatkan pengunjung yang bersifat rombongan. 4. Warung makan Warung makan merupakan sarana makan dan minum untuk pengunjung. Beberapa pemilik balai-balai ada yang memiliki warung makan. Masyarakat dapat membawa ikan sendiri untuk dimasak/dibakar oleh pengelola warung makan. Hal tersebut merupakan salah satu pelayanan yang digemari oleh pengunjung.
42
5. Persewaaan ban Persewaan ban merupakan prasarana untuk menikmati arena rekreasi laut. Umumnya pengunjung menyewa ban untuk berenang sambil bermain bola air dengan teman/keluarga. Satu unit persewaan ban kira-kira mempunyai 10-25 ban dengan berbagai ukuran, baik untuk anak-anak kecil, anak-anak balita, sampai orang dewasa. 6. Perahu bebek Perahu bebek merupakan salah satu prasarana untuk menikmati rekreasi laut. Namun, perahu bebek hanya beroperasi saat ombak tidak tinggi. Selain perahu bebek, di Pantai Tanjung Bayang masih terdapat tiga perahu nelayan yang beroperasi saat malam. Namun, perahu tersebut bukanlah merupakan sarana atau prasarana Pantai Tanjung Bayang.
43
V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Analisis Aspek Ekologi Analisis aspek ekologi bertujuan untuk menganalisis potensi dan permasalahan biofisik di kawasan Pantai Tanjung Bayang. Analisis aspek ekologi meliputi analisis kesesuaian lahan dan analisis daya dukung. 5.1.1 Analisis Kesesuaian Lahan Dalam merencanakan pengelolaan suatu kawasan wisata, diperlukan analisis kesesuaian lahan untuk melihat komponen aspek ekologi (biofisik) yang menunjukkan potensi kawasan pantai. Kesesuaian lahan untuk wisata pantai berlaku pada area sempadan pantai. Kesesuaian lahan untuk wisata pantai ditentukan oleh beberapa kategori. Kategori kesesuaian lahan Pantai Tanjung Bayang dipengaruhi oleh kondisi biofisik kawasan. Penentuan kesesuaian lahan menggunakan parameter yang diadopsi Bakosurtanal (1996) dan Dahyar (1999) dalam Laweherilla (2006) yang diolah untuk mendapatkan nilai kesesuaian kawasan wisata pantai (Tabel 10). Tabel 10. Kesesuaian lahan wisata pantai berpasir di Pantai Tanjung Bayang No 1
Parameter Kedalaman dasar perairan
Unit
2 3 4 5 6
Material dasar perairan Kecepatan arus Kecerahan perairan Tipe pantai Penutupan lahan pantai
m/dt m -
7
Ketersediaan air tawar
km
m
Bobot
Skor
Nilai
5
4
20
pasir 0,24 1,2 pasir putih campuran lahan terbuka
4 4 3 5 3
4 3 1 3 4
16 12 3 15 12
<0,5
3
4
12
Hasil <1-3
90
Total
Sumber: Survey April 2009 Adapun kisaran atau interval nilai kelas kesesuaian lahan wisata pantai adalah sebagai berikut: − Sangat sesuai (S1)
: >75%
− Sesuai (S2)
: 50% - 75%
− Sesuai Bersyarat (S3) : 25% - 50% − Tidak Sesuai (N)
: <25%
Pada penelitian ini, kategori sangat sesuai (S1) dikatakan apabila suatu kawasan tidak memiliki faktor pembatas yang berarti atau berpengaruh secara nyata untuk kegiatan wisata pantai. Kategori sesuai (S2) dikatakan apabila suatu kawasan memiliki faktor pembatas yang agak serius sebagai kawasan wisata pantai, namun bisa diatasi. Kategori sesuai bersyarat (S3) dikatakan apabila suatu kawasan memiliki faktor pembatas yang serius sebagai kawasan wisata pantai, sehingga diperlukan suatu perlakuan tertentu untuk mengatasinya. Sedangkan kategori tidak sesuai (N) dikatakan apabila suatu kawasan memiliki faktor pembatas yang permanen sebagai kawasan wisata pantai, hingga tidak bisa diatasi, atau dengan kata lain daerah tersebut tidak dapat digunakan untuk kegiatan wisata pantai. Nilai yang diperoleh dari bobot dikalikan dengan skor, kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan dibagi dengan hasil kali bobot dan skor tertinggi (108) kemudian dikali 100%. IKW = (90/108) x 100% = 83,33 % Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Pantai Tanjung Bayang dapat dikategorikan dalam kisaran interval nilai kelas sangat sesuai (S1) untuk kawasan wisata pantai berpasir. Pantai Tanjung Bayang bukanlah pantai yang kaya akan flora dan fauna ekosistem pesisir, dan bukan pula pantai penghasil flora dan fauna laut. Oleh karena itu, flora dan fauna di Pantai Tanjung Bayang bukanlah potensi utama. Kondisi perairan di Pantai Tanjung Bayang dapat dikatakan tidak membahayakan, atau belum tercemar berat. Oleh karena itu, Pantai Tanjung Bayang memiliki potensi sebagai pantai permandian atau rekreasi pantai berpasir. 5.1.2 Analisis Daya Dukung Daya dukung kawasan (DDK) diartikan sebagai jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu. Aktivitas yang dilakukan di Pantai Tanjung Bayang adalah berenang/mandi, makan dan minum, serta melihat pemandangan. Jenis aktivitas, jumlah pengunjung, luas area yang dibutuhkan, serta waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas wisata terdapat pada Tabel 11.
45
Tabel 11. Potensi ekologis pengunjung Jenis aktivitas
Rekreasi air Berenang/mandi Rekreasi darat Voli Berkumpul dibalaibalai
Σ pengunjung (orang) (K)
Luas Area yang dibutuhkan (m²) (Lt)
Luas area yang tersedia (m²) (Lp)
Waktu yang dibutuhkan (jam) (Wp)
Waktu yang tersedia (jam) (Wt)
1
20
22,407
2
8
10 4
162 15
1,296 1,507
2 4
8 16
Sumber: Yulianda, 2007 dalam Rahantoknam, 2009; Harris and Dines, 1988 dengan modifikasi Dalam rekreasi air, setiap satu orang pengunjung yang berenang di laut membutuhkan luas 20 m2 selama 2 jam. Nilai 20 m2 diperoleh dari luasan berenang yang standar untuk pengunjung wisata massal (masstourism). Luas area yang tersedia di Pantai Tanjung Bayang adalah 22,407 m2, diperoleh dari luas area berenang. Luas area berenang adalah sejauh 50 m ditarik dari garis pantai dikalikan panjang garis pantai. Waktu 2 jam diperoleh dari standar kemampuan orang berenang (Yulianda, 2007 dalam Rahantoknam, 2009). Waktu yang tersedia di Pantai Tanjung Bayang untuk orang berenang ± 8 jam, yaitu dari pukul 07.0012.00 WITA dan pukul 15.00-18.00 WITA. Aktivitas rekreasi darat dibagi dua, yaitu bermain voli dan berkumpul di balai-balai. Potensi ekologis orang yang bermain voli adalah 10 orang, yakni jumlah standar untuk bermain voli. Luas yang dibutuhkan satu lapangan voli adalah 162 m2 (Harris and Dines, 1988). Dengan adanya 8 lapangan voli di Pantai Tanjung Bayang, maka luas yang tersedia di Pantai Tanjung Bayang adalah 1,296 m2. Waktu yang dibutuhkan 10 orang bermain voli adalah 2 jam, dengan kesediaan waktu di Pantai Tanjung Bayang ± 8 jam, yaitu dari pukul 07.00-12.00 WITA dan pukul 15.00-18.00 WITA. Lokasi aktivitas di lapangan voli adalah di daerah belakang sempadan pantai. Aktivitas berkumpul di balai-balai meliputi makan-minum, melihat pemandangan, atau berkumpul bersama teman yang umumnya dilakukan bersamaan. Aktivitas ini membutuhkan luasan ± 15 m2. Luasan tersebut diperoleh dari luas balai-balai pada umumnya di Pantai Tanjung Bayang. Luasan yang tersedia di Pantai Tanjung Bayang dengan asumsi sempadan pantai yang dibebaskan sekitar 25 m, adalah seluas 1,507 m2. Waktu yang 46
dibutuhkan untuk melakukan aktivitas ini ± 4 jam, dengan waktu yang tersedia ± 16 jam, yaitu pukul 07.00-23.00 WITA. Aktivitas berkumpul di balai-balai seringkali dilakukan bersamaan dengan aktivitas berenang. Sebagai contoh, jika ada satu keluarga terdiri dari bapak, ibu, dan anak, ketika anak dan bapaknya berenang, ibunya mempersiapkan makanan di balai-balai. Berdasarkan rumus perhitungan DDK menggunakan rumus Yulianda (2007) dalam Rahantoknam (2009), maka nilai daya dukung di Pantai Tanjung Bayang untuk kegiatan berenang adalah 4,482 orang, kegiatan bermain voli 320 orang, kegiatan melihat pemandangan 1,608 orang (Tabel 12). Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung Pantai Tanjung Bayang berpotensi melebihi daya dukung (overcapacity) pada hari Minggu, yaitu ± 5,000 pengunjung. Hal ini dikarenakan pada umumnya perilaku pengunjung tidak hanya melakukan aktivitas berenang saja, berkumpul di balai-balai. Maka pada hari Minggu, overcapacity terjadi antara area berenang atau area sempadan pantai, sekitar 518-3,392 orang. Jumlah 518 orang terjadi apabila dalam satu kondisi ekstrem 5,000 pengunjung semua melakukan aktivitas berenang. Jumlah 3,392 orang terjadi apabila dalam satu kondisi ekstrem 5,000 pengunjung semua melakukan aktivtias berkumpul di balai-balai. Artinya, pada hari Minggu, area kegiatan berkumpul di balai-balai lebih berpotensi melebihi daya dukung daripada di area berenang. Pada hari Sabtu, dengan pengunjung ± 2,000 orang, dapat terjadi kelebihan daya dukung sebesar 392 orang apabila seluruh pengunjung melakukan melakukan aktivitas berkumpul di balai-balai. Kondisi lapangan voli pada umumnya tidak melebihi daya dukung karena aktivitas bermain voli tidak menjadi prioritas pengunjung. Kebanyakan pengunjung beraktivitas di area rekreasi berenang dan area berkumpul balai-balai. Pada hari kerja (Senin-Jumat), Pantai Tanjung Bayang tidak melebihi daya dukung kawasan. Table 12. Daya dukung kawasan di Pantai Tanjung Bayang No 1 2 3
Kegiatan Berenang Bermain voli Berkumpul dibalai-balai
DDK 4,482 orang 320 orang 1608 orang
Sumber: Yulianda (2007) dalam Rahantoknam (2009)
47
5.1.3 Analisis Kenyamanan Pengunjung Panjang pantai berpasir di Pantai Tanjung Bayang adalah 456 meter. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengunjung pada bulan April tahun 2009, Pantai Tanjung Bayang dikunjungi ± 500 orang dalam satu waktu kunjungan. Pada waktu-waktu tertentu, pengunjung dapat lebih dari 500 orang dalam satu waktu kunjungan. Estimasi jumlah maksimum wisatawan diperoleh dari panjang pantai berpasir per jumlah pengunjung. Dari hasil pengamatan, maka ketersediaan lahan di Pantai Tanjung Bayang dalam satu waktu kunjungan adalah: 456 m/500 orang = 0.91 m/orang Estimasi jumlah wisatawan menghasilkan kenyamanan pengunjung per orang adalah 0.91 m/orang. Padahal, menurut standar jumlah maksimum wisatawan dalam masstourism pantai berpasir (Huttche et al., (2002); Wong, (1991) dalam Wardhani
(2007)) (Tabel 13) kelas pariwisata yang standar
memerlukan 1.5 m/orang. Oleh karena itu, Pantai Tanjung Bayang dapat dikategorikan menjadi kelas pariwisata di bawah standar. Tabel 13. Daya dukung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan kelas pariwisata No Kelas Pariwisata Panjang/orang Daya dukung terhadap Pengunjung dalam satu waktu kunjungan 1 Standar 1.5 m/orang 304 orang/456 m 2 Nyaman 4.5 m/orang 102 orang/456 m 3 Mewah 9 m/orang 51 orang/456 m Sumber: Huttche et al., (2002); Wong, (1991) dalam Wardhani (2007) Bila diperkirakan dalam satu waktu kunjungan memiliki durasi waktu ± 6 jam, maka dari satu waktu kunjungan ke waktu kunjungan berikutnya dapat terjadi penumpukan pengunjung yang diperkirakan antara 50-150% dari jumlah pengunjung dalam satu waktu kunjungan. Tabel 13 juga menunjukkan daya tampung maksimal pantai berpasir terhadap pengunjung menurut kelas pariwisata. Daya tampung terhadap pengunjung ini terbagi atas tiga kelas pariwisata yaitu standar, nyaman, dan mewah. Dimana kelas pariwisata standar memiliki daya tampung terhadap
48
pengunjung sebanyak 304 orang dalam keseluruhan panjang Pantai Tanjung Bayang (456 m) per satu waktu kunjungan. Kelas pariwisata nyaman memiliki daya tampung terhadap pengunjung sebanyak 102 orang dalam keseluruhan panjang Pantai Tanjung Bayang (456 m) per satu waktu kunjungan. Kelas pariwisata mewah memiliki daya tampung terhadap pengunjung sebanyak 51 orang dalam keseluruhan panjang Pantai Tanjung Bayang (456 m) per satu waktu kunjungan. Menurut hasil tersebut, Pantai Tanjung Bayang harus mengurangi kelebihan sebanyak 196 orang untuk mencapai kelas pariwisata standar. Masing-masing kelas memiliki dampak terhadap sisi ekologi, sosial, dan ekonomi kawasan. Penerapan kelas pariwisata diperkirakan memiliki dampak terhadap sisi ekologi, diantaranya: ‐
perubahan kondisi lingkungan pantai
‐
makin bertambahnya jumlah pengunjung maka makin bertambah pula sampah yang dihasilkan
Dampak ekonomi yang diperkirakan akan muncul adalah: ‐
meningkatkan pemasukan bagi kawasan
Dampak sosial yang diperkirakan akan muncul adalah: ‐
berkurangnya tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh pengunjung Pada kelas pariwisata standar, perkiraan dampak ekologi yang akan
ditemui adalah penurunan kualitas lingkungan seperti pengikisan pasir akibat injakan pengunjung dan penumpukan sampah dari kegiatan pengunjung. Dari sisi ekonomi, dampak yang akan dirasakan adalah pemasukan yang besar karena banyaknya pengunjung. Namun, pemasukan tersebut akan disisihkan untuk memperbaiki kondisi ekologi kawasan pada waktu yang akan datang. Dampak sosial yang akan dirasakan oleh pengunjung adalah berkurangnya kenyamanan karena kawasan terasa sempit, namun hal ini tidak terlepas dari persepsi dari masing-masing individu pengunjung. Pada kelas pariwisata nyaman, perkiraan dampak ekologi yang akan ditemui lebih stabil daripada kelas pariwisata standar. Perubahan kondisi pantai masih bisa ditolerir karena pelaku wisata tidak sebanyak kelas pariwisata standar. Jumlah sampah yang akan terbuang ke pantai akan semakin sedikit. Sedangkan dampak
ekonomi
yang
akan
dirasakan
adalah
penurunan
pemasukan
49
dibandingkan dengan kelas pariwisata standar. Namun, penurunan ini dapat diseimbangkan oleh pemasukan yang lebih terus menerus karena kelas pariwisata ini lebih menguntungkan dari segi ekologi. Dampak sosial yang akan dirasakan adalah pengunjung merasa lebih nyaman dalam berekreasi karena tidak perlu berdesakkan dengan pengunjung lain. Pada kelas pariwisata mewah, perkiraan dampak ekologi yang akan ditemui akan bersifat mewah. Kondisi pantai tidak mengalami perubahan dalam waktu singkat karena daya dukung yang kuat. Jumlah sampah yang akan terbuang ke pantai akan semakin sedikit. Dampak ekonomi yang akan dirasakan adalah penurunan pemasukan yang lebih minim dibandingkan dengan kelas pariwisata nyaman dan standar. Dampak sosial yang akan dirasakan adalah pengunjung merasa semakin nyaman dan merasa lapang karena sedikit pengunjung. Namun, kelas pariwisata ini dianggap sangat sulit untuk diterapkan bila melihat keadaan Pantai Tanjung Bayang sekarang. Saat ini, Pantai Tanjung Bayang mampu menampung sekitar 500 orang pengunjung pada satu waktu kunjungan sepanjang pantai berpasir. Kondisi ini merupakan kondisi kelas pariwisata di bawah standar. Kapasitas ini dianggap dapat mengganggu kepentingan ekologi. Pengamatan di lapang memperlihatkan bahwa pada kapasitas tersebut lingkungan pantai berada pada ambang batas melebihi daya tampung pantai berpasir. Diperkirakan, dampak permasalahan ekologi yang beresiko timbul di Pantai Tanjung Bayang adalah erosi pantai, pencemaran laut oleh sampah wisatawan, dan intrusi air laut.
5.2 Analisis Aspek Ekonomi Kawasan Pantai Tanjung Bayang memiliki potensi sebagai kawasan rekreasi pantai. Sebagai kawasan rekreasi pantai, diperlukan pengelolaan untuk pemasukan dan pengeluaran keuangan Pantai Tanjung Bayang. Sumber-sumber pemasukan finansial Pantai Tanjung Bayang berasal dari aktivitas wisata pengunjung. Pembayaran tiket masuk ke kas pengelola. Pembayaran sewa vila sebagian masuk ke kas masyarakat, sebagian masuk ke kas pemilik vila. Pembayaran sewa balai-balai, ban, perahu, dan pembelian makanan-minuman masuk ke kas masyarakat. Pengeluaran finansial dapat dibagi dari berbagai
50
macam pihak. Masyarakat
dan pemilik vila umumnya mengelola hasil
pemasukannya untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari dan masa depan. Pengelola Pantai Tanjung Bayang mengelola pemasukannya untuk pengelolaan dan pengembangan Pantai Tanjung Bayang. Penelitian ini membahas aliran pemasukan-pengeluaran finansial Pantai Tanjung Bayang. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengelola menerima pemasukan hanya dari pembayaran tiket masuk Pantai Tanjung Bayang. Harga tiket masuk Pantai Tanjung Bayang adalah Rp. 2,000 untuk motor, Rp. 5,000 untuk mobil, dan Rp.10,000 untuk bus atau truk. Pejalan kaki tidak dikenakan biaya. Tabel 14 menunjukkan jumlah pemasukan mingguan Pantai Tanjung Bayang. Pemasukan hari Senin-Jumat masuk ke dalam kas pengelola bagian Paronda Masyarakat Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka yang bekerja pada hari-hari tersebut. Pemasukan hari Sabtu dan Minggu masuk ke dalam kas Pengurus Inti Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka. Tabel 14. Pemasukan Pantai Tanjung Bayang berdasarkan pembayaran tiket masuk Hari
Jumlah motor
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Total
210 226 214 246 239 800 2200
Harga tiket motor (Rupiah) 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Jumlah mobil 15 20 15 17 18 100 150
Harga tiket mobil (Rupiah) 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
Pemasukan (Rupiah) 495,000 552,000 503,000 577,000 568,000 2,100,000 5,150,000 9,945,000
Sumber: Survey April 2009
Pemasukan Pantai Tanjung Bayang berkisar antar Rp. 10,000,000 per minggu. Pemasukan tersebut digunakan dan dimanfaatkan dalam bentuk pengeluaran seperti konsumsi, kas LPM Tanjung Mardeka, dan pemberian kepada pihak tertentu (polisi, pengelola masjid, dan tokoh masyarakat) . Pengeluaran pada hari Senin-Jumat digunakan untuk konsumsi para Paronda masyarakat dan untuk membeli blok karcis masuk Pantai Tanjung Bayang seharga Rp 25,000/blok. Blok yang dibeli akan masuk ke bagian Keamanan Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka. Namun, belum ada pengelolaan yang profesional terhadap pemasukan
51
ini. Hasil pemasukan ini bebas diambil masyarakat yang membutuhkan uang pada hari itu. Pemasukan satu hari langsung dibelikan konsumsi dan dihabiskan pada hari itu juga. Hal ini merupakan masalah. Seharusnya ada pembagian yang pasti dari pemasukan Senin-Jumat. Pemasukan pada hari Sabtu dan Minggu yang umumnya besar, dikelola oleh Pengurus Inti LPM Tanjung Merdeka. Pemasukan dibagi ke beberapa pihak dengan persenan tertentu, yaitu 30% untuk petugas Tiket Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka, 30% dimasukkan ke dalam kas LPM Tanjung Merdeka untuk pembangunan, 5% masuk ke dalam kas Masjid, 5% masuk ke kas RW 5, 10% masuk ke kas Bagian Operasional Pengurus LPM, 15% masuk ke kas Pengawas (Polisi, FKPM, dan Babinsa), dan 5% untuk Tokoh Masyarakat Kecamatan Tanjung Merdeka. Pemanfaatan atau pembagian dana pemasukan ini sudah baik, namun masih dapat berubah sewaktu-waktu jika ada pihak-pihak yang menuntut untuk diberikan persenan lebih. Perubahan itu biasanya diputuskan dalam suatu rapat bersama. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 89 orang, sebagian besar sumber daya manusia (pengunjung, masyarakat, dan pengelola) berharap agar Pantai Tanjung Bayang meningkatkan kualitas fasilitas wisata (51%), diikuti dengan kepedulian terhadap lingkungan (26%) (Gambar 18). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia yang ada di Pantai Tanjung Bayang sebenarnya mempunyai keinginan untuk mengembangkan kepariwisataan di Pantai Tanjung Bayang. Berarti, dapat dipastikan bahwa kegiatan ekonomi yang diharapkan sumber daya manusia di Pantai Tanjung Bayang adalah wisata. Perapihan Tidak ada 7% Fasilitas 5%
Harga Lebih Terjangkau 12%
Kepedulian Lingkungan 26%
Perbaikan Kualitas 51%
Gambar 18. Karakteristik sumberdaya manusia (pengunjung, masyarakat sekitar, dan pengelola) di Pantai Tanjung Bayang berdasarkan harapan untuk Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009)
52
5.3 Analisis Aspek Sosial Analisis aspek sosial meliputi analisis karakteristik dan persepsi dari sumber daya manusia yang ada di Pantai Tanjung Bayang (pengunjung, masyarakat sekitar, dan pengelola). Analisis ini bertujuan untuk 5.3.1 Analisis Karakteristik Pengunjung Pengunjung Pantai Tanjung Bayang yang dijadikan responden berjumlah 45 orang terdiri dari 20 laki-laki dan 25 perempuan. Berdasarkan usianya, minoritas pengunjung (4%) berusia di atas 49 tahun dan mayoritas pengunjung (40%) berusia pada kisaran 20-29 tahun (Gambar 19). Berdasarkan profesinya, 29% pengunjung merupakan mahasiswa, 29% merupakan pelajar, dan yang paling sedikit (4%) bekerja sebagai ibu rumah tangga (Gambar 20). Pengunjung yang datang ke Pantai Tanjung Bayang umumnya berasal dari Makassar, yakni sebanyak 87%, sedangkan pengunjung dari luar pulau Sulawesi jarang ditemukan (4%) (Gambar 21). Mayoritas pengunjung tidak berpendapatan (56%) dan minoritas pengunjung (4%) berpenghasilan lebih dari 5 juta per bulan (Gambar 22). Dapat disimpulkan bahwa pengunjung Pantai Tanjung Bayang umumnya adalah kaum muda Makassar, setelah itu anak-anak dan orang tuanya. 40-49 tahun 7%
>49 tahun 4%
30-39 tahun 11%
<20 tahun 38%
20-29 tahun 40%
Gambar 19. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan usia (Survey: April 2009) Swasta 9% Wiraswasta 13%
Mahasiswa 29%
Ibu rumah tangga 4%
PNS 16% Pelajar 29%
Gambar 20. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan profesi (Survey: April 2009) 53
Luar Sulawesi 4% Sulawesi 9%
Makassar 87%
Gambar 21. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan daerah asal (Survey: April 2009)
>5 juta 2% 2-5 juta 9%
1-2 juta 13%
Tidak berpendapatan 56%
500 ribu-1 juta 13% 300-500 ribu 7%
Gambar 22. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan pendapatan per bulan (Survey: April 2009) Seratus persen pengunjung menyatakan sudah pernah berkunjung ke Pantai Tanjung Bayang. Dari seratus persen, 25% persen menyatakan sering (lebih dari satu kali dalam sebulan) berkunjung ke Pantai Tanjung Bayang (Gambar 23). Hal ini mengindikasikan bahwa Pantai Tanjung Bayang cukup dikenal dan diminati oleh pengunjung.
Sering (<1 kali dalam 1 bulan) 25%
Baru pertama kali 0%
Jarang (>2 bulan sekali) 53% 1-2 bulan sekali 22%
Gambar 23. Frekuensi pengunjung berkunjung ke Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009)
54
Pada Gambar 24, dapat dilihat bahwa tidak ada (0%) pengunjung yang datang sendiri. Kebanyakan pengunjung (33%) datang bersama teman dan keluarganya, selain itu 29% pengunjung datang dalam rombongan, dalam hal ini, yang disebut satu rombongan adalah satu bus, satu mobil bak, atau satu angkutan umum (± 14 orang). Sendiri 0% Teman dan keluarga 33%
Keluarga 11%
Rombongan 29%
Teman 27%
Gambar 24. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan pendamping saat berkunjung (Survey: April 2009) Berdasarkan tingkat kepuasan, mayoritas pengunjung (51%) menyatakan cukup puas saat datang dan berekreasi di Pantai Tanjung Bayang (Gambar 25). Diperlukan kerja ekstra bagi pengelola untuk memberikan produk dan pelayanan untuk membuat pengunjung merasa puas.
Kurang puas 9% Sangat Puas 4%
Puas 36%
Cukup puas 51%
Gambar 25. Karakteristik pengunjung Pantai Tanjung Bayang berdasarkan tingkat kepuasan (Survey: April 2009) Harapan pengunjung merupakan kepedulian sekaligus aspirasi dari pengunjung untuk Pantai Tanjung Bayang. Sebanyak 56% pengunjung berharap adanya perbaikan kualitas fasilitas wisata untuk Pantai Tanjung Bayang (Gambar 26). Hal ini merupakan masukan bagi pengelola Pantai Tanjung Bayang untuk berusaha menjadikan kawasannya lebih indah dan asri. 55
Perapihan fasilitas Tidak ada 4% wisata 5% Harga lebih terjangkau 13% Kepedulian terhadap lingkungan 22%
Perbaikan kualitas wisata 56%
Gambar 26. Karakteristik pengunjung berdasarkan harapan untuk Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009) Berdasarkan kuesioner prioritas aktivitas yang dilakukan di Pantai Tanjung Bayang kepada 44 orang, prioritas aktivitas yang dilakukan pengunjung adalah (Tabel 15) : 1. berkumpul bersama teman 2. berenang 3. melihat pemandangan 4. makan/minum 5. main voli Tabel 15. Prioritas aktivitas pengunjung (n=44) Aktivitas Makan/minum Berenang Main voli Berkumpul bersama teman Melihat pemandangan
I 6 8 1 17 12
Prioritas aktivitas (orang) II III IV V 2 15 13 8 18 10 7 1 0 6 9 28 14 4 7 2 10 9 8 5
Sumber: Survey April, 2009 Dari data dapat dilihat bahwa atraksi yang dilakukan di darat (bermain voli) kurang menjadi prioritas. Kebanyakan pengunjung melaksanakan aktivitas di laut dan di pantai. Aktivitas berkumpul bersama teman, makan/minum dan melihat pemandangan juga dilakukan di pantai karena balai-balai yang menjorok ke laut. Berarti, penggunaan intensif berada di daerah pantai dan laut. Hal ini merupakan
56
masalah, karena aktivitas pengunjung terkonsentrasi di daerah pantai dan laut dapat membuat keseimbangan ekologi terganggu. 5.3.2 Analisis Karakteristik Penduduk Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini ada sebanyak 29 orang. Jumlah responden diperoleh dari masyarakat dalam dan sekitar Pantai tanjung Bayang. Pada Gambar 27 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat (69%) menyatakan bahwa kegiatan wisata berpengaruh terhadap kehidupannya. Pengaruh yang dimaksud adalah perubahan gaya hidup dalam rumah tangga, misalnya perubahan lapangan pekerjaan. Tidak ada 21%
Belum tahu 10%
Ada 69%
Gambar 27. Karakteristik penduduk berdasarkan ada/tidaknya pengaruh kegiatan wisata terhadap kehidupannya (Survey: April 2009) Sebagian besar masyarakat (59%) menyatakan terlibat dalam kegiatan wisata di Pantai Tanjung Bayang (Gambar 28). Masyarakat yang terlibat ialah masyarakat yang bekerja dalam kawasan wisata dan mendapatkan penghasilan dari kegiatan wisata. Masyarakat yang tidak terlibat bisa jadi tinggal di dalam kawasan wisata namun tidak bekerja dan mendapatkan penghasilan dari kegiatan wisata atau dapat dikatakan bekerja di tempat lain.
Tidak terlibat 41% Terlibat 59%
Gambar 28. Karakteristik penduduk berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan wisata Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009)
57
Gambar 29 menunjukkan harapan dari masyarakat untuk kegiatan wisata di Pantai Tanjung Bayang. Kebanyakan masyarakat berharap agar Pantai Tanjung Bayang diperbaiki kualitas fasilitas wisatanya dan lebih memperhatikan lingkungan. Harapan ini kiranya diperhatikan oleh pengelola dan masyarakat secara bersamaan. Tidak ada 7%
Memperhatikan lingkungan 31%
Perapihan fasilitas 3%
Harga lebih terjangkau 10% Menjadi lapangan pekerjaan 10%
Perbaikan kualitas fasilitas 38%
Gambar 29. Karakteristik penduduk berdasarkan harapan untuk Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009) 5.3.3 Analisis Karakteristik Pengelola Pengelola yang dijadikan responden adalah sebanyak 15 orang. Semua pengelola di Pantai Tanjung Bayang adalah laki-laki. Pada Gambar 30 dapat dilihat bahwa kebanyakan pekerja (40%) berusia sekitar 30-39 tahun. Tingkat pendidikan pengelola sebagian besar (53%) merupakan lulusan SD (Gambar 31). Semua pengelola berasal dari Makassar. Hal ini menunjukkan bahwa pengelola umumnya merupakan penduduk asli kawasan Pantai Tanjung Bayang dan sekitarnya. >49 tahun 7%
<20 tahun 20%
40-49 tahun 20%
20-29 tahun 13%
30-39 tahun 40%
Gambar 30. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan usia (Survey: April 2009)
58
S1 7%
Tidak Sekolah 7%
SMU 13%
SMP 20% SD 53%
Gambar 31. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan tingkat pendidikan (Survey: April 2009) Gambar 32 dan 33 menunjukkan karateristik kerja pengelola Pantai Tanjung Bayang, waktu mulai, waktu selesai, dan libur. Adanya pengelola menyata-kan waktu masuk dan waktu selesai kerjanya tidak tentu, umumnya karena tidak ada peraturan yang mengikat. Pengelola boleh meminta izin kapan saja kepada relasinya ketika ia mempunyai urusan lain yang harus dikerjakan. Oleh karena hubungan kekeluargaan yang dekat, pengelola dapat meminta bantuan kepada masyarakat yang bahkan bukan pengelola. Waktu libur pengelola amat beragam dan tidak umum karena pembagian kerja pengelola Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka. Bagian Paronda libur di hari Sabtu dan Minggu dan masuk di antara hari Senin sampai Jumat. Pengurus Inti libur dari hari Senin-Jumat dan hanya masuk di hari Sabtu dan Minggu. Bagian tiket hanya masuk menurut shift di hari Sabtu dan Minggu dan menunggu 7 shift berikutnya untuk masuk kembali. Tidak tentu 13% Pukul 09:00 7% Tidak tentu 53%
Pukul 16:00 47%
Pukul 08:00 80%
Gambar 32. Karakteristik pengelola menurut waktu masuk kerja (kiri) dan waktu selesai kerja (kanan) (Survey: April 2009)
59
Menurut shift 20%
Senin-Jumat 47%
Sabtu-Minggu 33%
Gambar 33. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang menurut waktu libur (Survey: April 2009) Gambar 34 menunjukkan karakteristik lama pengelola mengabdi untuk bekerja di Pantai Tanjung Bayang. Oleh karena Pantai Tanjung Bayang mulai didirikan pada tahun 2002, maka pengelola yang sudah mengabdi lebih dari 5 tahun adalah Pengurus Inti Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka. Pengelola yang lain kebanyakan mulai terlibat di sekitar tahun 2006-2007.
5-10 tahun 40% Kurang dari 5 tahun 60%
Gambar 34. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan lama bekerja (Survey: April 2009) Tingkat kepuasan pengelola ditentukan oleh tugas, suasana kerja dan penhasilan. Hal ini mempengaruhi kinerja pengelola dan keberlangsungan pengelolaan. Sebanyak 60% pengelola menyatakan cukup puas bekerja di Pantai Tanjung Bayang (Gambar 35). Pernyataan ini merupakan harapan para pengelola agar Pantai Tanjung Bayang dapat dikelola dengan lebih profesional, sehingga dapat menjadi suatu lapangan pekerjaan yang bermutu dan berdaya saing.
60
Sangat puas 27%
Cukup puas 60%
Puas 13%
Gambar 35. Karakteristik pengelola Pantai Tanjung Bayang berdasarkan tingkat kepuasan bekerja (Survey: April 2009) 5.3.4 Analisis Persepsi Dalam menilai keindahan, kenyamanan, dan kondisi fasilitas, sarana, dan prasarana di Pantai Tanjung Bayang, diperlukan analisis persepsi yang diperoleh dari jawaban pengunjung, masyarakat, dan pengelola Tanjung Bayang. Analisis persepsi sangat berguna untuk melihat potensi dan masalah yang ada di Pantai Tanjung Bayang. Gambar 36 menunjukkan persepsi pengunjung mengenai keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang. Sebagian besar pengunjung menjawab bahwa Pantai Tanjung Bayang cukup indah dan cukup nyaman. Namun, persentase pengunjung yang menjawab Pantai Tanjung Bayang kurang indah tidaklah sedikit (33%). Hal ini memerlukan perhatian masyarakat pada umumnya dan pengelola pada khususnya untuk mulai menjaga lingkungan agar tetap indah dilihat. 70%
62%
60% 51%
Jumlah Pengunjung
50% 40%
33%
30% 20%
20%
13%
11% 10% 0%
4%
4%
0% Tidak tahu
0% Sangat indah
Indah
Cukup Kurang indah indah
Keindahan Pantai
Tidak tahu
Sangat Nyaman Cukup Kurang nyaman nyaman nyaman Kenyamanan Pantai
Gambar 36. Persepsi pengunjung (n=45) terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009)
61
Gambar 37 menunjukkan persepsi penduduk terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang. Sebagian besar penduduk menyatakan bahwa Pantai Tanjung Bayang cukup indah dan cukup nyaman. 60%
55% 48%
Jumlah Masyarakat
50% 40% 28%
30% 20%
24%
14%
10%
10% 0%
21%
0%
0%
0%
Tidak Sangat Indah Cukup Kurang Tidak Sangat Nyaman Cukup Kurang tahu indah indah indah tahu nyaman nyaman nyaman Keindahan
Kenyamanan
Gambar 37. Persepsi masyarakat (n=29) sekitar terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009) Gambar 38 menunjukkan persepsi pengelola terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang. Terhadap persepsi keindahan, 40% pengelola menyatakan bahwa Pantai Tanjung Bayang cukup indah, 40% pengelola lainnya menyatakan bahwa Pantai Tanjung Bayang kurang indah. Dapat disimpulkan bahwa keindahan Pantai Tanjung Bayang belum memenuhi harapan pengelola. 50% 40%
40%
40%
40% 33%
Jumlah Pengelola
30% 20%
20% 13%
10% 0%
7%
7% 0%
0%
Tidak Sangat Indah Cukup Kurang Tidak Sangat Nyaman Cukup Kurang tahu indah indah indah tahu nyaman nyaman nyaman Keindahan
Kenyamanan
Gambar 38. Persepsi pengelola terhadap keindahan dan kenyamanan Pantai Tanjung Bayang (Survey: April 2009) 62
Gambar 39 menunjukkan persepsi pengunjung terhadap kondisi fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang. Bagian yang menarik untuk diperhatikan adalah persepsi terhadap tempat sampah. Pengunjung menilai bahwa Pantai Tanjung Bayang kurang menyediakan tempat sampah. Hal ini harus menjadi perhatian bagi pengelola untuk menyediakan tempat sampah dan memperkerjakan petugas kebersihan yang dapat mengurus sampah agar sampah tidak berserakan. Banyak pengunjung yang menyatakan bahwa pelayanan di Pantai Tanjung Bayang sudah cukup baik. Hal ini harus dipertahankan dan jika mungkin ditingkatkan oleh pihak pengelola Pantai Tanjung Bayang. Gambar 40 menunjukkan persepsi masyarakat terhadap kondisi fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang. Masyarakat menyatakan bahwa tempat ibadah di Pantai Tanjung Bayang berada dalam kondisi yang baik. Dapat disimpulkan bahwa “Masjid Baitur Rahim” dapat menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Pantai Tanjung Bayang. Sebagian besar masyarakat juga menyatakan bahwa kondisi tempat sampah di Pantai Tanjung Bayang kurang baik. Sebenarnya, menurut pengelola masyarakat sudah pernah diberikan tempat sampah gratis. Namun, tempat sampah tersebut digunakan di dalam rumah sendiri. Kesimpulannya adalah diperlukan pengelolaan sampah agar sampah tidak menumpuk di Pantai Tanjung Bayang. Gambar 41 menunjukkan persepsi pengelola terhadap kondisi fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang. Dapat diasumsikan bahwa pengelola merupakan pihak yang paling mengenal tentang kondisi tiap fasilitas di Pantai Tanjung Bayang dan perkembangannya. Persentase tertinggi adalah pernyataan kondisi cukup baik di tempat mandi dan tempat duduk/berkumpul. Sebagian besar pengelola juga menyatakan bahwa kondisi tempat sampah di Pantai Tanjung Bayang kurang baik. Kondisi air bersih di Pantai Tanjung Bayang ada sebagian yang berada dalam kondisi kurang baik, yaitu airnya asin. Telah terjadi intrusi air laut. Walaupun belum kritis, namun pengelola harus memikirkan cara agar intrusi air laut tidak terjadi.
63
80% 73%
70%
Jumlah pengunjung
60%
56%
50%
47%
47%
44%
Tidak tahu 40%
Sangat baik
38% 36% 33%
36%
36% 33%
36%
Baik
31%
Cukup Baik
29%
30%
27%
27%
27%
Kurang Baik 22%
20%
20%
18% 16%
18%
16%
13% 11%
13% 11%
11%
11%
9%
10%
7%
7% 4%
7%
4%
4% 2%
7% 4% 4%
4%
2% 0%
0%
0%
0% Air bersih
Toilet/tempat mandi
Tempat makan/minum
Tempat duduk/berkumpul
Tempat bermain
Tempat ibadah
Tempat tingga/vila
Tempat sampah
Pelayanan
Gambar 39. Persepsi pengunjung terhadap fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang (Sumber:Survey April, 2009) 64
70%
59%
60%
50%
Jumlah masyarakat
45% 41%
45%
41%
41%
40%
38%
38%
38%
34% 31%
30%
Tidak Tahu 34%
Sangat baik
31%
28%
28%
24%
24% 21%
28%
Baik
28%
24%
Cukup Baik
24%
KurangBaik
21%
21%
20%
17%
17% 14% 10%
10%
7% 3% 3%
3%
3%
3%
3%
3%
7% 3%
3%
7%
3%
0%
0%
0%
0%
0% Air bersih
Toilet/tempat mandi Tempat makan/minum
Tempat duduk/berkumpul
Tempat bermain
Tempat ibadah
Tempat sampah
Tempat tinggal/vila
Pelayanan
Gambar 40. Persepsi masyarakat terhadap fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang (Sumber:Survey April, 2009) 65
60% 53%
53%
50%
47%
Jumlah pengelola
40%
40%
40% 40%
40%
40%
40%
40% 33%
33%
30%
33%
33%
33%
33%
Tidak tahu Sangat baik
27%
Baik 20%
20%
20%
20%
20%
Cukup baik
20%
20%
Kurang baik 13%
10%
7% 0%
13% 7%
7%
0%
0%
Toilet/tempat mandi
Tempat makan/minum
13% 7%
7%
7%
7%
7% 0%
0%
7%
0%
7%
7% 0%
0%
0% Air bersih
Tempat bermain
Tempat Tempat ibadah duduk/berkumpul
Tempat sampah
Tempat tinggal/vila
Pelayanan
Gambar 41. Persepsi pengelola terhadap fasilitas, sarana, dan prasarana Pantai Tanjung Bayang (Sumber:Survey April, 2009) 66
5.4 Analisis Aspek Legal Wilayah pesisir adalah memiliki keberagaman potensi sumberdaya yang tinggi sehingga dapat memberikan manfaat secara optimal bagi pengembangan ekonomi dan sosial-budaya masyarakat. UU No.27 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, pemerintah memberikan hak kepada masyarakat untuk mengelola sumberdaya pesisir. Salah satu bagian penting adalah pasal 60 yang berbunyi sebagai berikut: 1. Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Masyarakat mempunyai hak untuk: a. Memperoleh akses terhadap perairan yang telah ditetapkan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3); b. Memperoleh kompensasi karena hilangnya akses terhadap Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang menjadi lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan akibat pemberian HP-3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. Melakukan kegiatan pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; d. Memperoleh manfaat atas pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; e. Memperoleh informasi berkenaan dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; f. Mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya berkaitan dengan pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; g. Menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu; h. Melaporkan kepada penegak hukum atas pencemaran dan/atau perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang merugikan kehidupannya; i. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang merugikan kehidupannya;
67
j. Memperoleh ganti rugi. 2. Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil berkewajiban: a. Memberikan informasi berkenan dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; b. Menjaga, melindungi, dan memelihara kelestarian Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; c. Menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, dan/atau perusakan lingkungan di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; d. Memantau pelaksanaan rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; dan/atau e. Melaksanakan program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang disepakatu di tingkat desa. Mengacu kepada Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 dalam Wahyuni (2002) tentang pengelolaan kawasan lindung, ada pernyataan yang memberi definisi dan kriteria sempadan pantai yaitu kawasaan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlindungannya adalah untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan fungsi pantai. Kriterianya adalah daratan sepanjang tetpi pantai yang memiliki lebar yang proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai, sekurang-kurangnya berjarak 100 m diukur dari garis pasang tertinggi ke arah darat, dengan perkecualian daerah pantai yang digunakan untuk pertahanan kemanan, kepentingan umum, dan permukiman yang sudah ada. Dalam peraturan yang sama, dikatakan juga pengembangan kawasan budidaya meliputi kawasan lindung di antaranya adalah sebagai kawasan pariwisata dan permukiman. a. Kawasan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata, dengan kriteria memiliki keindahan alam dan panorama, masyarakat dan kebudayaannya bernilai tinggi dan diminati oleh wisatawan, adanya bangungan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah yang tinggi. b. Kawasan permukiman yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi permukiman dengan kriteria kesesuaian lahan dengan masukan
68
teknologi yang ada, ketersediaan air terjamin, lokasi terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang, tidak terletak di kawsaan tanaman pangan lahan basah, kawasan berfungsi lindung, dan kawasan hutan produksi tetap dan terbatas. Dalam Rencana Wilayah Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Khusus dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar sampai tahun 2016, Pantai Tanjung Bayang masuk ke dalam kawasan “L” yaitu kawasan bisnis dan pariwisata terpadu. Oleh karena itu, Pantai Tanjung Bayang memiliki berbagai landasan kebijakan dan peraturan yang mendukung dan patut dipertanggungjawabkan pengelolaannya dengan sebaik mungkin. Kebijakan dan peraturan ini juga dapat menjadi acuan jika sewaktu-waktu ada kejadian yang mengancam keberadaan Pantai Tanjung Bayang.
5.5 Analisis SWOT Dalam menentukan rencana strategi pengelolaan Pantai Tanjung Bayang untuk pengembangan kawasan wisata berkelanjutan, diperlukan identifikasi yang didasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada. Dalam Analisa SWOT, semua faktor masalah dan potensi yang telah disebutkan dalam analisis sebelumnya akan diidentifikasi, kemudian dianalisa untuk menentukan langkah strategis yang dapat diambil dalam usaha pengelolaan Pantai Tanjung Bayang sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan. 5.5.1 Identifikasi Faktor Strategis Internal Faktor strategis internal dalam usaha pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Bayang untuk pengembangan wisata secara berkelanjutan terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan adalah sebagai berikut: a. Kekuatan 1. Kesesuaian lahan di Pantai Tanjung Bayang sesuai untuk wisata pantai. 2. Pantai Tanjung Bayang dikelola oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi. Adanya hubungan kekeluargaan dan
69
persaudaraan
dalam
masyarakat
Pantai
Tanjung
Bayang
mempermudah kerja sama dalam hubungan antar tenaga kerja. 3. Adanya fasilitas, sarana, prasarana, serta sumberdaya manusia yang lengkap dan menunjang, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pengunjung. b. Kelemahan 1. Kondisi pantai yang terlihat kumuh dan kotor. Hal ini menyangkut kurangnya kesadaran dan ketegasan pengelola dan masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih. 2. Pengelolaan keuangan di Pantai Tanjung Bayang masih memerlukan perbaikan. Kurangnya toleransi dan komunikasi dari berbagai pihak untuk menjaga pemasukan yang maksimal bagi pengelola Pantai Tanjung Bayang. 3. Terancamnya kondisi ekosistem pesisir karena aktivitas wisata yang melebihi daya dukung. 5.5.2 Identifikasi Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal dalam usaha pengelolaan kawasan wisata Pantai Tanjung Bayang untuk pengembangan wisata secara berkelanjutan terdiri dari peluang dan ancaman. Hasil identifikasi peluang dan ancaman adalah sebagai berikut: a. Peluang 1. Pantai Tanjung Bayang sudah terkenal di mata masyarakat Makassar sebagai tempat wisata yang relatif mudah diakses dan harganya terjangkau bagi masyarakat umum. 2. Dukungan pemerintah setempat terhadap objek wisata Pantai Tanjung Bayang. Pantai Tanjung Bayang terletak di kawasan GMTDC yang merupakan kawasan pengembangan pariwisata dan permukiman di Kota Makassar. b. Ancaman 1. Adanya objek wisata pantai lain di dekat Pantai Tanjung Bayang. Penawaran yang ditawarkan pantai wisata lain, contohnya Pantai Akkarena dan Pantai Losari dapat mengurangi minat pengunjung ke
70
Pantai Tanjung Bayang jika pengelola tidak dapat mempertahankan daya tarik Pantai Tanjung Bayang. 5.5.3 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Setiap
faktor,
baik
internal
atau
eksternal
ditentukan
tingkat
kepentingannya sebagai langkah untuk menentukan bobot dan peringkat (rating) untuk strategi pengelolaan (Tabel 16 dan 17). Tingkat kepentingan setiap faktor strategis internal dan eksternal ditentukan oleh pengaruh setiap faktor terhadap rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan, yang diukur dengan skala: 5 = sangat penting 4 = penting 3 = cukup penting 2 = tidak penting 1 = sangat tidak penting
Setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal,
dilakukan
pembobotan
dengan
menggunakan
metode
Paired
Comparison (Tabel 18 dan 19).
Tabel 16. Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan Pantai Tanjung Bayang untuk pengembangan wisata yang berkelanjutan Simbol Faktor Kekuatan Tingkat kepentingan Nilai S1 Kesesuaian lahan untuk wisata pantai Sangat penting 5 S2 Hubungan kekeluargaan antar masyarakat Penting 4 S3 Fasilitas yang cukup lengkap Cukup penting 3 Simbol Faktor Kelemahan Tingkat kepentingan Nilai W1 Aktivitas wisata melebihi daya dukung Sangat penting 5 W2 Sistem manajemen keuangan yang belum kuat Sangat penting 5 W3 Kondisi pantai yang kumuh/kotor Sangat penting 5 Ket: S1: faktor kekuatan no. 1; S2: faktor kekuatan no.2; S3: faktor kekuatan no. 3; W1: faktor kelemahan no. 1; W2: faktor kelemahan no. 2; W3: faktor kelemahan no. 3
Tabel 17. Tingkat kepentingan faktor strategis eksternal dalam pengelolaan Pantai Tanjung Bayang untuk pengembangan wisata yang berkelanjutan Simbol Faktor Peluang Tingkat kepentingan Nilai O1 Tempat wisata diminati banyak pengunjung Sangat penting 5 O2 Dukungan dari pemerintah setempat Penting 4 Simbol Faktor ancaman Tingkat kepentingan Nilai T1 Adanya objek wisata pantai lain Cukup penting 3 Ket: O1: faktor peluang no. 1; O2: faktor peluang no. 2; T1: faktor ancaman no. 1
71
Tabel 18. Penilaian bobot strategis Tanjung Bayang Faktor Internal S1 S2 S1 4 S2 2 S3 1 2 W1 3 4 W2 3 4 W3 3 4 Total
internal dalam pengelolaan kawasan Pantai
S3 W1 W2 W3 5 3 3 3 4 2 2 2 1 1 1 5 3 3 5 3 3 5 3 3
Total 18 12 6 18 18 18 90
Bobot 0.2 0.133 0.067 0.2 0.2 0.2 1
Ket: S1: faktor kekuatan no. 1; S2: faktor kekuatan no.2; S3: faktor kekuatan no. 3; W1: faktor kelemahan no. 1; W2: faktor kelemahan no. 2; W3: faktor kelemahan no. 3
Tabel 19. Penilaian bobot strategis eksternal dalam pengelolaan kawasan Pantai Tanjung Bayang
Faktor Eksternal O1 O2 T1 Total
O1 O2 T1 4 5 2 4 1 2
Total 9 4 2 15
Bobot 0.6 0.267 0.133 1
Ket: O1: faktor peluang no. 1; O2: faktor peluang no. 2; T1: faktor ancaman no. 1
Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan tiap bobot adalah: 1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal sangat kurang penting dibandingkan faktor vertikal 2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan faktor vertikal 3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan faktor vertikal 4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan faktor vertikal 5. Bobot 5 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan faktor vertikal Selanjutnya bobot dari setiap faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 20 dan 21). Matriks IFE dan EFE akan digunakan dalam membuat rating stretegi pengelolaan Pantai Tanjung Bayang yang akan prioritaskan.
72
Tabel 20. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Simbol Faktor Kekuatan Bobot Peringkat Skor S1 Kesesuaian lahan untuk wisata pantai 0.2 5 1 S2 Hubungan kekeluargaan antar masyarakat 0.133 4 0.533 0.067 3 0.2 S3 Fasilitas yang cukup lengkap Simbol Faktor Kelemahan Bobot Peringkat Skor W1 Aktivitas wisata melebihi daya dukung 0.2 5 1 W2 Sistem manajemen keuangan yang belum kuat 0.2 5 1 W3 Kondisi pantai yang kumuh/kotor 0.2 5 1 Ket: S1: faktor kekuatan no. 1; S2: faktor kekuatan no.2; S3: faktor kekuatan no. 3; W1: faktor kelemahan no. 1; W2: faktor kelemahan no. 2; W3: faktor kelemahan no. 3
Tabel 21. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Simbol O1 O2 Simbol T1
Faktor Peluang Tempat wisata diminati banyak pengunjung Dukungan dari pemerintah setempat Faktor ancaman Adanya objek wisata pantai lain
Bobot
Peringkat Skor 0.6 5 3 0.267 4 1.067 Bobot Peringkat Skor 0.133 3 0.4
Ket: O1: faktor peluang no. 1; O2: faktor peluang no. 2; T1: faktor ancaman no. 1 5.6 Sintesis Permasalahan dan potensi dari hasil analisis aspek ekologi, sosial, ekonomi, dan legal dirumuskan dalam faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Sintesis merupakan tahap memberikan solusi dari permasalahan dan mengembangkan potensi dari hasil analisis. Sintesis yang dilakukan merupakan penyusunan alternatif strategi menggunakan Matriks SWOT. 5.6.1 Matriks SWOT Analisis SWOT mengumpulkan permasalahan dan potensi yang ada di Pantai Tanjung Bayang. Hasil sintesis dari analisis SWOT adalah matriks SWOT (Tabel 22). Matriks SWOT menunjukkan beberapa strategi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada di Pantai Tanjung Bayang. Strategi yang ditentukan dalam matriks SWOT dapat berupa: 1. S-O (strength-opportunity), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada. 2. S-T (strength-threat), yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.
73
3. W-O (weakness-opportunity), yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. 4. W-T (weakness-threat), yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Tabel 22. Matriks SWOT Faktor Eksternal
Faktor Internal Kekuatan (Strengths) 1. Kesesuaian lahan untuk wisata pantai 2. Hubungan kekeluargaan antarmasyarakat 3. Fasilitas yang cukup lengkap Kelemahan (Weaknesses) 1. Aktivitas wisata yang melebihi daya dukung 2. Sistem manajemen keuangan yang belum cukup kuat 3. Kondisi pantai yang kumuh/kotor
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) 1. Tempat wisata diminati 1. Adanya objek banyak pengunjung wisata pantai 2. Dukungan dari yang lain pemerintah setempat Strategi S-O Strategi S-T 1. Meningkatkan kualitas 1. Memutuskan pelayanan di Pantai keunikan Tanjung Bayang pelayanan di 2. Meningkatkan kualitas Pantai Tanjung fasilitas wisata pantai. Bayang
Strategi W-O 1. Membatasi gerak masyarakat membangun fasilitas wisata yang tidak memperhatikan lingkungan 2. Mengembangkan Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih sebagai alternatif wisata
Strategi W-T 1. Memperbaiki sistem manajemen keuangan 2. Sosialisasi seluruh masyarakat cara menciptakan lingkungan yang bersih dan indah.
5.6.1 Ranking Alternatif Strategi Setelah strategi ditentukan, dilakukan ranking alternatif strategi untuk menentukan prioritas strategi yang akan dilakukan. Ranking strategi ditentukan dengan memberikan keterkaitan strategi dengan faktor internal atau eksternal (Tabel 23). Skor dari keterkaitan faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari Matriks IFE dan EFE kemudian dijumlahkan. Semakin besar jumlah skor dari suatu strategi berarti lebih menjadi prioritas.
74
Tabel 23. Ranking alternatif strategi No. Unsur SWOT 1. Strategi S-O 1. Meningkatkan kualitas pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. 2. Meningkatkan kualitas fasilitas wisata pantai. 2. Strategi S-T 1. Memutuskan keunikan pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. 3. Strategi W-O 1. Membatasi gerak masyarakat membangun fasilitas wisata yang tidak memperhatikan lingkungan. 2. Mengembangkan Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih sebagai alternatif wisata. 4. Strategi W-T 1. Memperbaiki sistem manajemen keuangan. 2. Sosialisasi seluruh masyarakat cara menciptakan lingkungan yang bersih dan indah.
Keterkaitan
Skor
Ranking
S1, S2, O1, T1
4.933
VI
S1, S3, W3, O1, O2
6.267
V
S2, S3, T1
1.133
VII
S1, S2, S3, W1, W3, O1
6.733
IV
S1, S2, S3, W1, W3, O1, O2
7.8
II
S1, S2, W1, W2, O1, O2, T1 S1, W1, W3, O1, O2, T1
8
I
7.467
III
Ket: S1: faktor kekuatan no. 1; S2: faktor kekuatan no.2; S3: faktor kekuatan no. 3; W1: faktor kelemahan no. 1; W2: faktor kelemahan no. 2; W3: faktor kelemahan no. 3;
O1: faktor peluang no. 1; O2: faktor peluang no. 2; T1: faktor ancaman no. 1
75
VI. RENCANA PENGELOLAAN Konsep dasar rencana pengelolaan Pantai Tanjung Bayang adalah menciptakan kawasan pantai wisata yang berkelanjutan. Arti keberlanjutan adalah kawasan
pantai
wisata
yang
tidak
mencemari/merusak
lingkungan,
menguntungkan secara ekonomi, dan dapat diterima oleh masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun konsep rencana pengelolaan ini adalah pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial. Pendekatan ekologi artinya tipe, jumlah aktivitas, dan pemanfaatan sumberdaya alami di Pantai Tanjung Bayang ditentukan dari daya dukung kawasan tersebut. Pendekatan ekonomi artinya tipe, jumlah aktivitas, dan pemanfaatan fasilitas, sarana, dan prasarana di Pantai Tanjung Bayang dapat memberikan pemasukan yang menguntungkan bagi pengelola dan masyarakat sekitar. Pendekatan sosial artinya tipe, jumlah aktivitas, dan pemanfaatan sumber daya manusia di Pantai Tanjung Bayang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Diharapkan ketiga pendekatan tersebut dapat saling beresinambungan dan mendukung sehingga menghasilkan kawasan yang bernilai dan lestari. Konsep pengelolaan Pantai Tanjung Bayang juga pengelolaan berbasis masyarakat. Artinya, segala pengelolaan yang dilakukan di Pantai Tanjung Bayang adalah berasal dari inisiatif masyarakat, dikerjakan oleh masyarakat, dan untuk kepentingan masyarakat.
6.1 Strategi Pengelolaan Menurut hasil ranking alternatif strategi, urutan strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Tanjung Bayang sebagai tempat wisata yang berkelanjutan adalah: 1. Memperbaiki sistem manajemen keuangan. 2. Mengembangkan Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih sebagai alternatif wisata. 3. Sosialisasi seluruh masyarakat Pantai Tanjung Bayang cara menciptakan lingkungan yang bersih dan indah. 4. Membatasi gerak masyarakat membangun fasilitas wisata yang tidak memperhatikan lingkungan.
5. Meningkatkan kualitas fasilitas wisata pantai. 6. Meningkatkan kualitas pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. 7. Memutuskan keunikan pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. Strategi pertama, memperbaiki sistem manajemen keuangan. Strategi ini merupakan strategi W-T, yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Strategi ini secara umum bertujuan memperbaiki profesionalitas kerja pengelola Pantai Tanjung Bayang. Pemasukan harian dari tiket masuk harus dicatat dengan jelas, dijaga dengan pengawasan yang cukup ketat. Selain itu, pemanfaatan pemasukan setiap hari harus dibagi dan dicatat dengan jelas. Sebaiknya, setiap harinya, masyarakat tidak diperbolehkan mengambil uang dari tiket. Uang tiket dikelola, dijaga, dan dicatat oleh pihak yang bertugas, Senin-Jumat oleh Paronda, Sabtu-Minggu oleh Pengurus Inti. Hal ini amat berguna untuk pembangunan dan pengelolaan Pantai Tanjung Bayang ke depan. Strategi kedua, mengembangkan Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih sebagai alternatif wisata. Strategi ini merupakan strategi W-O, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan. Pantai Tanjung Bayang terletak di antara dua pantai berbasis masyarakat,
yaitu
Pantai
Angin
Mammiri
dan
Pantai
Layar
Putih.
Kedua pantai ini juga dikelola oleh LPM Tanjung Mardeka, namun belum secara penuh. Baik, Pantai Angin Mammiri maupun Pantai Layar Putih masih terlihat sepi, belum berkembang fasilitas, sarana, dan prasarananya. Disarankan agar LPM Tanjung Mardeka mulai menggarap serius pengembangan kedua pantai tersebut agar konsentrasi pengunjung tidak terlalu banyak di Pantai Tanjung Bayang. Fasilitas yang dianggap perlu dibangun di Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih adalah vila dan balai-balai. Tentunya, vila dan balai-balai dibangun tidak terlalu menjorok ke laut, seperti yang sekarang ada di Pantai Tanjung Bayang. Balai-balai/kaki lima yang ada di Pantai Tanjung Bayang direlokasikan ke kedua pantai tersebut. Dengan demikian keseimbangan ekologis Pantai Tanjung Bayang bisa terjaga. Selain itu, jika kedua pantai tersebut berkembang, maka pemasukan dari pengelolaan Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih bisa menambah kas LPM Tanjung Mardeka.
77
Strategi ketiga, sosialisasi seluruh masyarakat cara menciptakan lingkungan yang bersih dan indah. Strategi ini merupakan strategi W-T yaitu berusaha meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Banyak pengunjung yang berpendapat bahwa Pantai Tanjung Bayang kurang indah dan merasa kurangnya tempat sampah. Oleh karena itu, sangat baik jika masyarakat dan pengelola Pantai Tanjung Bayang mengusahakan gerakan lingkungan bersih. Dimulai dengan membuat sistem pembuangan sampah yang benar. Dilanjutkan dengan sosialisasi peraturan untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sampah dari aktivitas wisata pengunjung maupun limbah rumah tangga harus dikumpulkan dan dibuang dengan cara yang benar. Hal ini berarti kerja sama antara pengelola, masyarakat, dan petugas dari Dinas Kebersihan. Dengan demikian pengelola dan masyarakat akan dikenakan iuran untuk pengangkutan sampah. Namun, iuran itu akan terbayar dengan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Strategi keempat, membatasi gerak masyarakat membangun fasilitas wisata yang tidak memperhatikan lingkungan. Strategi ini merupakan strategi WO, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan. Banyaknya pengunjung yang datang ke Pantai Tanjung Bayang membuat masyarakat terus mengejar pendapatan melalui pengadaan fasilitas, sarana, dan prasarana wisata. Namun pembangunan tersebut harus memperhatikan lingkungan. Kaki lima yang terlalu dekat ke laut dapat mengakibatkan erosi pantai ataupun sedimentasi pantai yang mempersulit drainase. Berdasarkan pendapat pengunjung, masyarakat, dan pengelola, air bersih di Pantai Tanjung Bayang berada dalam kondisi tidak baik, yaitu air berasa asin. Bila pembangunan vila, toilet/kamar mandi terus diadakan, maka tidak menutup kemungkinan Pantai Tanjung Bayang akan kekurangan air bersih. Pembangunan fasilitas wisata yang diperbolehkan adalah pembangunan fasilitas wisata darat seperti lapangan voli atau panggung seni. Pembangunan kedua fasilitas tersebut relative tidak merusak lingkungan pantai dan laut yang sekarang digunakan secara intensif. Strategi kelima, meningkatkan kualitas fasilitas wisata pantai. Strategi ini merupakan strategi S-O, yaitu berusaha menggunakan kekuatan yang dimiliki
78
untuk mengambil kesempatan yang ada. Keberadaan fasilitas wisata yang ada di Pantai Tanjung Bayang cukup lengkap, dan pengunjung sudah memanfaatkan dengan benar. Sebagian besar pengunjung, masyarakat, dan pengelola berharap agar kualitas fasilitas wisata untuk ditingkatkan. Peningkatan kualitas wisata dapat dicapai dengan perbaikan jalan, pembuatan batas pagar, pengadaan menara pengawas, pemeliharaan toilet, pengelolaan sampah yang benar, dan sebagainya. Harapan ini kiranya dapat dibuat target untuk diadakan di waktu yang akan datang. Strategi keenam, meningkatkan kualitas pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. Strategi ini merupakan strategi S-O, yaitu berusaha menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada. Pelayanan di Pantai Tanjung Bayang tergolong cukup baik. Pengunjung masih berharap agar kualitas pelayanan dapat ditingkatkan. Peningkatan kualitas pelayanan dapat dicapai dengan kejelasan alamat vila, pusat informasi, pengadaan panggung seni, dan adanya pengelola yang bekerja sebagai lifeguard dan seksi kebersihan. Strategi ketujuh, memutuskan keunikan pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. Strategi ini merupakan strategi S-T, yaitu berusaha menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Pantai Tanjung Bayang harus dapat mempertahankan daya tariknya karena maraknya jenis wisata pantai di sekitarnya. Pantai Tanjung Bayang harus mempertahankan keunikannya sebagai Pantai yang dikelola masyarakat. Dibutuhkan semangat pengabdian dari seluruh aspek masyarakat untuk memberi kesan baik kepada pengunjung yang datang. Perlu diperhatikan agar masyarakat Pantai Tanjung Bayang jangan sampai terpengaruh pola hidup konsumtif dari pengunjung kelas atas yang datang berkunjung.
6.2 Struktur Organisasi Dalam melaksanakan pengelolaan, dibutuhkan suatu struktur organisasi yang dapat mengerjakan fungsi-fungsi tertentu agar pengelolaan berkelanjutan dapat direalisasikan. Struktur organisasi Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka yang ada sekarang dirasakan belum dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Berdasarkan strategi ketiga, keenam dan ketujuh, agar dapat menjalankan
79
fungsi-fungsi yang lebih lengkap, diusulkan struktur organisasi Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka yang terdapat pada Gambar 42. Ketua LPM dan Wakil Ketua LPM Sekrtearis LPM dan Wakil Sekretaris LPM Bendahara LPM Ketua Seksi Permandian Pengawas
Petugas Loket (Piket) RT
Petugas Bayangan
Ket:
Atraksi dan Pelayanan
Keamanan dan Kenyamanan RT
Paronda Masyarakat
: Garis komando : Garis koordinasi
Gambar 42. Struktur organisasi Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka yang diusulkan Perubahan nama dan penjabaran tugas struktur organisasi terdapat di Bagian Keamanan. Namanya berubah dari “Bagian Keamanan” menjadi “Bagian Keamanan dan Kenyamanan”. Perubahan ini berarti penambahan tugas bagi Petugas Bayangan dan Paronda Masyarakat. Sebelumnya tugas Petugas Bayangan dan Paronda Masyarakat adalah menjaga pos karcis dan melakukan ronda di malam hari. Dengan perubahan nama, maka tugas Petugas Bayangan dan Paronda Masyarakat adalah: 1. Menjaga pos karcis pada waktu shift-nya. 2. Menjaga keselamatan pengunjung dengan berjaga di menara pengawas pantai. 3. Ronda di malam hari.
80
4. Berkeliling untuk memastikan bahwa pantai dalam kondisi yang nyaman bagi pengunjung, salah satu kriterianya adalah bersih. 5. Memastikan bahwa sampah dikelola dengan baik. Selain itu, ada penambahan struktur berupa bagian yang disebut “Bagian Atraksi dan Pelayanan”. Penambahan struktur ini dilatarbelakangi adanya harapan dari pengurus inti Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka untuk membuat panggung seni dan perlunya pusat informasi bagi pengunjung yang membutuhkan pertolongan. Bagian Atraksi dan Pelayanan nantinya akan mempunyai tugas untuk: 1. Mengatur pengisi acara di panggung seni setiap malam Minggu. 2. Berjaga di Pos Pusat Informasi untuk membantu pengunjung yang membutuhkan informasi tertentu.
6.3 Tenaga Kerja dan Penjadwalan Tenaga kerja Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka saat ini berjumlah 162 orang. Jumlah itu terdiri dari: -
Pengurus inti 7 orang
-
Petugas loket (piket) 35 orang
-
Petugas bayangan 70 orang
-
Paronda 50 orang
Dengan rencana penambahan struktur, yaitu Bagian Atraksi dan Pelayanan, maka tenaga kerja Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka akan bertambah. Dibutuhkan sekitar 20 orang di Bagian Atraksi dan Pelayanan. Maka, jumlah Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka menjadi 182 orang. Penjadwalan tenaga kerja dapat dilihat di Tabel 24. Diharapkan kinerja dari setiap pengelola di Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka ini dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Peraturan bagi pengelola, dan tata cara bekerja harus ditetapkan agar tidak terjadi konflik kepentingan.
81
Tabel 24. Penjadwalan tenaga kerja Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka Bagian Pengelola
Pekerjaan
Jumlah orang
Selasa Libur
Rabu Libur
Hari Kamis Libur
Jumat Libur
Sabtu Kerja
Minggu Kerja
Waktu Bekerja
Mengawasi jalannya wisata, pengelolaan sampah, kenyamanan pengunjung, dan mengurus administrasi Penjaga tiket
7 orang
Senin Libur
2 orang
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
libur
libur
Dalam satu hari 06.00-22.00 WITA
Lifeguard
3 orang
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
libur
libur
Dalam satu hari 06.00-22.00 WITA
Petugas pengawas kenyamanan Pengelola sampah
3 orang
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
libur
libur
Dalam satu hari 06.00-22.00 WITA
2 orang
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
libur
libur
Dalam satu hari 06.00-22.00 WITA
Ronda bersama
10 orang
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
libur
libur
22.00-06.00 WITA hari berikutnya
Ronda bersama bagian Pantai Ronda bersama bagian permukiman
35 orang
Libur
Libur
Libur
Libur
Libur
Kerja
Kerja
Seharian
35 orang
Libur
Libur
Libur
Libur
Libur
Kerja
Kerja
Penjaga Loket (Piket)
Penjaga tiket
5 orang
Libur
Libur
Libur
Libur
Libur
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Atraksi dan Pelayanan
Mempersiapkan pengisi acara Berjaga di Pos Pusat Informasi
5 orang
Libur
Libur
Libur
Libur
Libur
Kerja
Libur
Minggu 00.00-07.00 WITA, 16.00-17.30 WITA 19.30-00.00 WITA Senin 00.00-06.30 WITA Sabtu 06.00-00.00 WITA Minggu 07.00-16.00 WITA 17.30-19.30 WITA 08.00-00.00 WITA
15 orang
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
Kerja menurut shift
08.00-00.00 WITA
Pengurus Inti (Ketua LPM, Ketua Seksi Permandian, dan Pengawas)
Paronda Masyarakat
Petugas Bayangan
08.00-00.00 WITA
82
Pengurus inti merupakan pimpinan tertinggi yang mengerjakan tugas administratif, keunangan, dan pengawasan terhadap kinerja pengelola di bawahnya. Pengurus inti bekerja hanya di hari Sabtu dan Minggu, dimana kondisi pengunjung teramai. Sekalipun demikian, pengurus inti harus menerima laporan dari pengelola di hari Senin-Jumat. Paronda Masyarakat bekerja dari Senin sampai Jumat. Paronda Masyarakat terdiri dari 50 orang, yang dibagi menjadi 5 grup. Satu grup bekerja per satu hari antara Senin sampai Jumat. Satu grup terdiri dari 10 orang. Pukul 06.30-22.00 WITA, Paronda masyarakat dibagi ke dalam tugas-tugas khusus, yaitu mengurus karcis, petugas keselamatan (lifeguard), petugas pengawas kenyamanan, dan pengelola sampah. Petugas pengawas kenyamanan dan lifeguard terdiri dari 3 orang untuk mengawasi tiga blok Pantai Tanjung Bayang, yaitu Blok Utara, Blok Tengah, dan Blok Selatan. Tugas khusus ini dibagi secara fleksibel dalam satu grup Paronda. Dari pukul 22.00 sampai pukul 06.00 keesokan harinya, 10 orang melakukan ronda secara bersama-sama. Petugas Bayangan bekerja di setiap hari Sabtu dan Minggu, dimana kondisi pengunjung terbanyak. Petugas Bayangan terdiri dari dua grup, grup pengawas pantai (Grup Bawah) dan grup pengawas permukiman di Tanjung Mardeka (Grup Atas). Satu grup terdiri dari 35 orang. Bagi Grup Bawah, petugas bayangan bertugas berjaga di menara pengawas untuk mengawasi keselamatan pengunjung yang bermain di laut. Petugas bayangan melakukan perputaran tugas di setiap minggunya. Sebagai gambaran, bila minggu ini Grup Atas mengawasi permukiman, maka minggu depan Grup Atas mengawasi pantai. Petugas Loket (Piket) bekerja di hari Sabtu dan Minggu. Petugas Loket terdiri dari 35 orang yang dibagi menjadi 7 grup. Satu grup terdiri dari 5 orang. Tugas Petugas Loket adalah menjaga Pos Karcis. Jika dalam minggu ini grup pertama yang bekerja, maka grup tersebut akan menunggu giliran berikutnya, yaitu tujuh minggu yang akan datang. Bagian Atraksi dan Pelayanan terbagi tugasnya menjadi Penanggung Jawab Panggung Seni dan Penjaga Pos Pusat Informasi. Penanggung Jawab Panggung Seni bekerja di hari Sabtu, dimana mereka bertugas untuk memastikan dan mempersiapkan adanya acara setiap malam Minggu. Acara di malam Minggu
83
tersebut berlangsung pada pukul 20.00-22.00 WITA.
Penjaga Pos Pusat
Informasi terdiri dari 14 orang yang dibagi menjadi 7 grup, satu grup berisi 2 orang. Penjaga Pos Pusat Informasi bekerja satu grup per satu hari. Setiap harinya, Penjaga Pos Pusat Informasi harus berjaga di Pos Pusat Informasi selama satu hari dari pukul 08.00-00.00 WITA.
6.4 Peraturan Sistem Pengelolaan Sebagai kawasan wisata yang dikelola oleh masyarakat, ada keuntungan dan kelemahan yang dihadapi. Keuntungannya adalah kedekatan relasi antar pekerja karena tinggal dalam lahan yang sama dan bahkan mempunyai hubungan darah. Kedekatan relasi ini dapat memudahkan dalam berkomunikasi dan berhubungan sesama rekan kerja. Kelemahannya adalah karena terlalu dekatnya hubungan maka tugas tidak dikerjakan secara serius. Faktor keakraban membuat adanya pengawasan yang tidak ketat terhadap penggunaan uang. Salah satu kendala yang dihadapi Pantai Tanjung Bayang adalah sistem manajemen keuangan yang kurang baik. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan peraturan yang mengikat pekerja Pantai Tanjung Bayang. Berdasarkan strategi pertama, peraturan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Penjaga tiket setiap hari dilarang menggunakan atau memberikan uang pemasukan karcis sebelum jam ronda (22.00 WITA). Hal ini diperlukan untuk mencatat pemasukan hari itu dan untuk menghindari keuntungan di satu pihak dan kerugian pihak lain. 2. Paronda Masyarakat yang bertugas harus memberikan karcis masuk kepada setiap pengunjung yang berkunjung ke Pantai Tanjung Bayang. Oleh karena blok karcis harus dibeli seharga Rp. 25,000,-, terkadang petugas tidak disiplin memberikan karcis agar menghemat pengeluaran. Hal ini merugikan pihak lain yaitu LPM Tanjung Mardeka dan Bagian Keamanan. 3. Hasil pemasukan dari tiket pada hari Senin-Jumat sebesar 80% dipergunakan untuk membeli konsumsi Paronda Masyarakat dan 20% sisanya dimasukkan ke dalam kas pembangunan LPM Tanjung Mardeka. Bagian 80% dari pemasukan diperkirakan cukup untuk konsumsi ± 10
84
orang Paronda. Hal ini untuk mewujudkan Pantai Tanjung Bayang yang terkelola dengan baik dibutuhkan dana operasional dari kas pembangunan LPM Tanjung Mardeka.
6.5 Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Secara umum, Pantai Tanjung Bayang sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap yang mendukung kegiatan wisata. Namun, keberadaan fasilitas, sarana, dan prasarana harus dipelihara dengan baik dan tepat agar selalu berada dalam kondisi baik. Pantai Tanjung Bayang juga masih dapat berkembang agar menjadi tempat wisata yang lebih menarik. Hanya saja, pengembangan ini haruslah secara simultan dengan pengembangan Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih, sesuai dengan strategi pengelolaan. Hal ini untuk menjaga agar Pantai Tanjung Bayang tidak overcapacity, yang bisa menyebabkan kerusakan ekologis. Berdasarkan strategi kelima, beberapa fasilitas yang dipertimbangkan untuk diadakan dalam Pantai Tanjung Bayang adalah: 1. Sekretariat LPM Tanjung Mardeka. Fasilitas ini amat diperlukan untuk menunjang kegiatan pengelolaan Pantai Tanjung Bayang. Sekretariat juga dapat dijadikan tempat rapat mengatur strategi mengenai pengembangan kawasan wisata berbasis masyarakat yang terdiri dari tiga pantai: Pantai Tanjung Bayang-Pantai Angin Mammiri-Pantai Layar Putih. 2. Menara pengawas. Menara pengawas diperlukan untuk menjaga keamanan khususnya mengawasi pengunjung yang bermain di laut. Menara pengawas akan dipergunakan oleh Paronda di hari Senin-Jumat dan oleh Petugas Bayangan di hari Sabtu dan Minggu. 3. Panggung seni. Panggung seni merupakan fasilitas pelengkap untuk menjadi daya tarik bagi Pengunjung. Panggung seni direncanakan untuk diisi oleh pemuda-pemuda lokal yang berminat menyampaikan bakatnya dalam hal seni. Penggunaan panggung seni akan diurus oleh Bagian Atraksi dan Pelayanan Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka. 4. Pos pusat informasi. Fasilitas ini sebenarnya sudah ada namun tidak dipergunakan. Pos pusat informasi berguna bagi pengunjung yang menanyakan alamat vila dan membutuhkan informasi lain yang berkaitan
85
dengan wisata di Pantai Tanjung Bayang. Pos pusat informasi terletak di dekat pemeriksaan karcis, dan akan dipergunakan oleh Bagian Atraksi dan Pelayanan Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka.
6.6 Aksi dan Program Pengelolaan Berdasarkan strategi pengelolaan keempat, Pantai Tanjung Bayang memerlukan aksi pembatasan pembangunan balai-balai. Pantai berpasir di Pantai Tanjung Bayang kini sudah tertutup oleh kaki lima. Oleh karena itu, diperlukan jarak tertentu pembangunan kaki lima. Patokan kaki lima yang diusulkan adalah bangunan, yaitu kaki lima dapat dibangun di depan vila, atau berjarak 25-30 m dari garis pantai (Gambar 43).
Gambar 43. Penataan kaki lima saat ini (kiri) dan penataan kaki lima yang diusulkan (kanan) Selain itu, LPM Tanjung Mardeka perlu membuat peraturan tertulis mengenai pembangunan Pantai Tanjung Bayang. Perlu kesepakatan bersama agar masyarakat tidak membangun di sempadan pantai karena hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekologis. Berdasarkan strategi pengelolaan kedua, LPM Tanjung Mardeka perlu menggarap Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih agar pengunjung tidak terpusat di Pantai Tanjung Bayang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemindahan balai-balai. Berdasarkan analisis daya dukung, luas area untuk balaibalai dengan sempadan pantai yang dibebaskan 25 m adalah seluas 1,507 m2. Jika rata-rata luas 1 balai-balai adalah 15 m2, maka Pantai Tanjung Bayang dapat mendukung keberadaan 1,507 m2/15 m2 = 100 balai-balai. Jumlah balai-balai yang ada di Pantai Tanjung Bayang sekarang adalah 185. Oleh karena itu sejumlah 85 balai-balai harus dipindahkan ke Pantai Angin Mammiri atau Pantai
86
Layar Putih yang areanya masih tersedia. Jika diasumsikan 1 balai-balai dapat menampung 4 orang, maka 85 balai-balai yang ada di Pantai Angin Mammiri atau Pantai Layar Putih dapat menampung sekitar 340 orang. Jumlah 85 balai-balai yang menampung 340 orang ini dianggap dapat mengatasi kelebihan daya dukung di hari Minggu, karena dengan pemindahan balai-balai, area berenang di laut bertambah pula dengan demikian kelebihan pengunjung di Pantai Tanjung Bayang dapat teratasi. Berdasarkan strategi pengelolaan ketiga, Pantai Tanjung Bayang memerlukan program pengelolaan dalam kebersihan dan keindahan. Hal ini dapat ditempuh dengan bermacam cara. Masyarakat adalah subjek pertama untuk menciptakan kebersihan dan keindahan di Pantai Tanjung Bayang. Menurut wawancara dengan Ketua LPM Tanjung Mardeka, pengurus sudah merencanakan untuk membangun Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di daerah dekat jalan utama, di sebelah utara Masjid Baitur Rahim. Hal ini merupakan hal yang sangat baik dan membutuhkan partisipasi seluruh masyarakat. Masyarakat perlu mengumpulkan sampahnya dan mengirimkan ke TPS. Dari TPS, sampah diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. Ilustrasi proses pengelolaan sampah dapat dilihat pada Gambar 44.
Gambar 44. Proses pengelolaan sampah di Pantai Tanjung Bayang
Pengadaan fasilitas, sarana, dan prasarana yang mendukung aktivitas wisata di Pantai Tanjung Bayang harus berada di tempat yang tepat. Gambar 45 memperlihatkan ilustrasi suasana fasilitas. Rencana tata letak fasilitas, yang diajukan dapat dilihat pada Gambar 46.
87
Gambar 45. Kondisi peletakan fasilitas di Pantai Tanjung Bayang yang diusulkan: menara pengawas (kiri) dan panggung seni (kanan)
Gambar 46. Rencana peletakan fasilitas Pantai Tanjung Bayang 88
Pengadaan menara pengawas adalah sebanyak 3 buah, yaitu setiap 150 m. Menara pengawas diletakkan di sempadan pantai berguna untuk mengawasi pengunjung yang sedang berenang di laut. Panggung seni terletak di sebuah lapangan terbuka di dalam permukiman masyarakat. Hal ini berguna untuk menjadikan lapangan tersebut sebagai tempat berkumpul untuk menikmati hiburan bersama. Letak Sekretariat LPM ditentukan berdasarkan wawancara dengan Pengurus LPM Tanjung Mardeka. Pengurus LPM Tanjung Mardeka telah merencanakan untuk membeli tanah dan membangun Sekretariat LPM di tempat tersebut. Pos Pusat Informasi terletak di dekat Sekretariat LPM agar pekerjaan dapat lebih efektif. Letak tempat pembuangan sampah sementara ditentukan berdasarkan wawancara dengan Pengurus LPM Tanjung Mardeka. Pengurus LPM Tanjung Mardeka telah merencanakan untuk membeli tanah dan membuat tempat pembuangan sampah sementara di tempat tersebut.
6.7 Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya (RAB) pengelolaan disusun sebagai prakiraan biaya yang harus dikeluarkan pengelola pada jangka waktu tertentu. Rencana anggaran biaya pengelolaan Pantai Tanjung Bayang meliputi (Tabel 25): -
Pengeluaran rutin untuk mengangkut sampah.
-
Pemeliharaan fasilitas ekstensif wisata LPM: pos karcis, pos informasi, panggung seni, menara pengawas, dan sekretariat LPM.
Tabel 25. Rencana Anggaran Biaya Pengelolaan Pengangkutan sampah
Pengecatan dan perbaikan struktur fasilitas wisata LPM
Jumlah
Frekuensi pemeliharaan Tiga kali dalam seminggu (Jumat, Sabtu, dan Minggu) Satu kali setahun
Jumlah unit
Biaya satuan
Satu Bak Sampah
Rp. 500,000 pulang pergi
Lima fasilitas (pos karcis, pos informasi, panggung seni, menara pengawas, dan sekretariat LPM)
Rp. 250,000/unit
Biaya per tahun 3 x 4 x 12 x Rp. 500,000 = Rp. 72,000,000
5 x Rp. 250,000 = 1,250,000
Pelaksana Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar LPM Tanjung Mardeka
Rp. 73,250,000/tahun
89
Pemeliharaan lain seperti perawatan taman, penyapuan jalan, penggarpuan pasir,
dan
pemeliharaan
vila/balai-balai
dilakukan
oleh
masing-masing
masyarakat pemilik atau pengelola fasilitas tersebut.Sumber dana untuk anggaran pemeliharaan berasal dari tiket masuk Pantai Tanjung Bayang. Berdasarkan pembayaran tiket masuk, pemasukan pantai Tanjung Bayang per tahun adalah sekitar Rp. 432,000,000/tahun. Sebanyak 30% pemasukan digunakan untuk pembangunan LPM Tanjung Mardeka yaitu Rp. 129,000,000. Namun, karena pemasukan tersebut tidak hanya digunakan juga untuk investasi, maka diperlukan pemasukan tambahan berupa pajak dari penduduk. Disarankan penduduk membayar iuran Rp. 20,000/rumah tangga/bulan untuk biaya pengangkutan sampah. Jumlah rumah tangga di Pantai Tanjung Bayang sekitar 100 rumah tangga, dengan demikian setiap tahun akan ada pemasukan Rp. 20,000,000 yang dapat meringankan beban pengeluaran LPM Tanjung Mardeka.
90
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Pantai Tanjung Bayang sangat sesuai untuk tempat wisata. Di hari-hari tertentu, Pantai Tanjung Bayang kelebihan daya dukung. Dari aspek ekonomi, Pantai Tanjung Bayang belum mempunyai manajemen keuangan yang profesional. Dari aspek sosial, kebanyakan orang berharap agar Pantai Tanjung Bayang dapat meningkatkan kualitas fasilitas wisata. 2. Rencana pengelolaan Pantai Tanjung Bayang disusun berdasarkan strategi pengelolaan. Struktur organisasi Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka ditambahkan fungsi kenyamanan, atraksi, dan pelayanan. Jumlah tenaga kerja pengurus Seksi Permandian LPM Tanjung Mardeka perlu ditambah 20 orang untuk Bagian Atraksi dan Pelayanan. Dalam manajemen keuangan, dibuat beberapa peraturan tegas yaitu: (1) Penjaga Tiket dilarang menggunakan atau memberikan uang sebelum jam ronda (2) Paronda Masyarakat yang bertugas harus memberikan karcis masuk kepada setiap pengunjung yang berkunjung ke Pantai Tanjung Bayang (3) Hasil pemasukan dari tiket pada hari Senin-Jumat sebesar 80% dipergunakan untuk membeli konsumsi Paronda Masyarakat dan 20% sisanya dimasukkan ke dalam kas pembangunan LPM Tanjung Mardeka. Peningkatan kualitas fasilitas di Pantai Tanjung Bayang dicapai dengan pengadaan fasilitas penunjang wisata seperti menara pengawas, panggung seni, serta pos pusat informasi. Pantai Tanjung Bayang memerlukan aksi pengelolaan berupa pembatasan pembangunan balai-balai. Selain itu, Pantai Tanjung Bayang perlu memindahkan ± 85 balai-balai ke Pantai Angin Mammiri dan Pantai Layar Putih, sehingga sempadan pantai dapat bebas dan keseimbangan ekologis terjaga. Rencana anggaran biaya pengelolaan Pantai Tanjung Bayang adalah Rp. 73,250,000/tahun. Jumlah tersebut digunakan untuk mengelola sampah dan fasilitas.
7.2 Saran Dalam rangka pengelolaan kawasaan wisata Pantai Tanjung Bayang berdasarkan pengembangan kawsan berkelanjutan berbasis masyarakat, saran yang diberikan adalah: 1. Mengajak masyarakat untuk mencintai kebersihan dan kelestarian lingkungan. Pengelola dapat mengadakan acara ceramah atau sarasehan yang tujuannya membina masyarakat agar mampu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di sekitar Pantai Tanjung Bayang. 2. Untuk meningkatkan kualitas fasilitas wisata, diperlukan dana yang cukup besar. Oleh karena itu, manajemen keuangan di Pantai Tanjung Bayang harus dikelola secara profesional. Penerimaan pemasukan dari karcis kiranya dapat dimanfaatkan untuk biaya pembangunan Pantai Tanjung Bayang. Sebagai catatan, diperlukan toleransi dan komunikasi oleh berbagai pihak masyarakat. 3. Untuk menghindari terjadinya pencemaran, maka sangatlah penting bagi pengelola untuk melakukan pengawasan, tinjauan dan evaluasi secara rutin mengenai sampah di kawasaan wisata Pantai Tanjung Bayang.
92
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2009. SWOT Analysis. http://www.netmba.com/strategy/swot/. [12 Maret 2009] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Kecamatan Tamalate dalam Angka 2008. Makassar: BPS Kota Makassar. Hal 1-49 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Makassar dalam Angka 2008. Makassar: BPS Kota Makassar. Hal 1-23 Branch MC. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif Pengantar dan Penjelasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 293 hal. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 233 hal _________. 2004. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah: Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 233 hal. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, dan Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramitha. 305 hal. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kota Makassar. Makassar: Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Hal 14-43 Gunn CA. 1997. Vacationscape: Developing Tourist Areas. Washington DC: Taylor & Francis. 196 hal. Harris CW, Dines NT. 1988. Time Saver Standards for Landscpe Architecture. McGraw-Hill Inc: USA. Section 520 Holden A. 2000. Environment and Tourism. London: Routledge. 225 hal Kinnear TC dan Taylor JR. 1991. Marketing Research: an Applied Approach. New York: McGraw-Hill. 854 hal. Laweherilla NE. 2006. Analisis Kebijakan Kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa Jayapura. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. 157 hal. Mason P. 2003. Tourism Impacts, Planning and Management. Great Britain: Elsevier Butterworth-Heinemann.
Molles MC. 2005. Ecology: Concepts and Applications. New York: McGraw-Hill Comp. 625 hal. Nugraha Y. 2007. Pantai Losari, Cikal Makassar Waterfront City. http://deyeview.com/forums/thread/612.aspx. [2 Feb 2009] Nurfaida. 2009. Pengembangan dan Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Kota Makassar Sebagai Waterfront City. Tesis Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. 136 hal Nurhidayah. 2008. Analisis Strategi Bisnis Pengelolaan Obyek Wisata Pantai losari di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 109 hal. Nurisyah S. 2000. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia Vol 3/2. Hal 49-54. Parker J dan Bryan P. 1989. Landscape Management and Maintenance. Great Britain: Gower Publishing Company. 177 hal. Rahantoknam SPT.2009. Kajian Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan untuk Pengembangan Ekowisata Pesisir Nuhuroa Maluku Tenggara. Tesis Program Pascasarjana. IPB. 116 Hal. Simonds JO. 1978. Earthscape: A Manual of Environmental Planning. USA: McGraw-Hill Inc. 340 hal __________. 1983. Landscape Architecture: A Manual Of Site Planning and Design. USA: McGraw-Hill Inc. 330 hal. Suharto P. 1996. Pemetaan Sumberdaya Kelautan untuk Menunjang Pembangunan Benua Maritim Indonesia. Kumpulan Makalah Seminar Maritim Indonesia 1996. Jakarta: Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam BPP Teknologi. Hal 14-20. Thurman HV dan Trujillo AP. 2004. Introductory Oceanography. New Jersey: Pearson Prentice Hall. 608 hal. Wahyuni, Cri. 2002. Sistem Pengelolaan Lanskap di kawasan Wisata Tanjung Bunga Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Hal 30-110 Wardhani AR. 2007. Kajian Potensi Kawasan Pesisir bagi Pengembangan Ekowisata di Sekotong, Kabupaten Lombok Barat - NTB. Tesis Program Pascasarjana. IPB. Bogor. 147 hal. Wright T. 1982. Large Gardens and Park Maintenance, Management, and Design. Great Britain: Technical Book Division. 194 hal.
94
Lampiran 1. Karakteristik Responden Masyarakat di sekitar Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang No Uraian I. Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Total II. Umur 1 <20 tahun 2 20-29 tahun 3 30-39 tahun 4 40-49 tahun 5 >49 tahun Total III. Pendidikan 1 Tdk sekolah 2 SD 3 SMP 4 SMU 5 S1 Total IV. Pekerjaan 1 Swasta 2 Nelayan 3 Penjual 4 Pelajar 5 Pengangguran 6 Sopir 7 PNS 8 Honorer Total V. Daerah Asal 1 Makassar 2 Sulawesi 3 Luar Pulau Sulawesi Total VI. Pendapatan Per Bulan 1 Tidak berpenghasilan 2 300,000-500,000 3 500,000-1,000,000 4 1,000,000-2,000,000 5 2,000,000-5,000,000 6 >5,000,000 Total
Jumlah Responden
Persentase
19 10 29
66% 34% 100%
9 6 8 5 1 29
31% 21% 28% 17% 3% 100%
0 8 9 10 2 29
0% 28% 31% 34% 7% 100%
2 2 10 8 2 1 3 1 29
7% 7% 34% 28% 7% 3% 10% 3% 100%
27 1 1 29
93% 3% 3% 100%
9 4 3 9 2 0 29
31% 14% 10% 31% 7% 0% 100%
Lampiran 1 (Lanjutan) VII. Status dalam Keluarga 1 Ayah 14 2 Ibu 4 3 Anak 11 Total 29 VIII. Jumlah Tanggungan 1 Tidak ada 11 2 1 orang 2 7 3 2 orang 6 4 3 orang 5 >3 orang 3 Total 29 IX. Pengaruh Kegiatan Wisata Terhadap Tempat Tinggal 1 Belum tahu 3 2 Ada 20 3 Tidak ada 6 Total 29 X. Keterlibatan Terhadap Kegiatan Wisata 1 Terlibat 17 2 Tidak terlibat 12 Total 29
48% 14% 38% 100% 38% 7% 24% 21% 10% 100% 10% 69% 21% 100% 59% 41% 100%
96
Lampiran 2. Karakteristik Responden Pengunjung di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang No
Uraian
I. Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Total II. Umur 1 <20 tahun 2 20-29 tahun 3 30-39 tahun 4 40-49 tahun 5 >49 tahun Total III. Pendidikan 1 Tdk sekolah 2 SMU 3 D2 4 D3 5 S1 Total IV. Pekerjaan 1 Mahasiswa/i 2 PNS 3 Pelajar 4 Ibu rumah tangga 5 Wirawasta 6 Swasta Total V. Daerah Asal 1 Makassar 2 Sulawesi 3 Luar Pulau Sulawesi Total VI. Pendapatan Per Bulan 1 Tidak berpenghasilan 2 300,000-500,000 3 500,000-1,000,000 4 1,000,000-2,000,000 5 2,000,000-5,000,000 6 >5,000,000 Total
Jumlah Responden
Persentase
20 25 45
44% 56% 100%
17 18 5 3 2 45
38% 40% 11% 7% 4% 100%
0 21 1 5 18 45
0% 47% 2% 11% 40% 100%
13 7 13 2 6 4 45
29% 16% 29% 4% 13% 9% 100%
39 4 2 45
87% 9% 4% 100%
25 3 6 6 4 1 45
56% 7% 13% 13% 9% 2% 100%
97
Lampiran 2 (Lanjutan) VII. Pengalaman Berkunjung 1 Pernah 2 Belum pernah Total VIII. Frekuensi Berkunjung 1 Baru pertama kali 2 Jarang 3 1-2 bulan sekali 4 Sering Total IX. Lama Kunjungan 1 Kurang dari 30 menit 2 30 menit -1 jam 3 1-2 jam 4 >2 jam Total X. Pendamping Saat Berkunjung 1 Sendiri 2 Rombongan 3 Teman 4 Keluarga 5 Teman dan keluarga Total
45 0 45
100% 0% 100%
0 24 10 11 45
0% 53% 22% 24% 100%
1 2 8 34 45
2% 4% 18% 76% 100%
0 13 12 5 15 45
0% 29% 27% 11% 33% 100%
98
Lampiran 3. Karakteristik Responden Pengelola di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang No
Uraian
I. Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Total II. Umur 1 <20 tahun 2 20-29 tahun 3 30-39 tahun 4 40-49 tahun 5 >49 tahun Total III. Pendidikan 1 Tdk sekolah 2 SD 3 SMP 4 SMU 5 S1 Total IV. Pekerjaan 1 Pengangguran 2 Petani 3 Sopir 4 Buruh 5 Pemilik pondokan 6 Penjual 7 Swasta 8 PNS Total V. Daerah Asal 1 Makassar 2 Sulawesi 3 Luar Pulau Sulawesi Total VI. Pendapatan Per Bulan 1 Tidak berpenghasilan 2 300,000-500,000 3 500,000-1,000,000 4 1,000,000-2,000,000 5 2,000,000-5,000,000 6 >5,000,000 Total
Jumlah Responden
Persentase
15 0 15
100% 0% 100%
3 2 6 3 1 15
20% 13% 40% 20% 7% 100%
1 8 3 2 1 15
7% 53% 20% 13% 7% 100%
2 1 1 4 1 2 2 2 15
13% 7% 7% 27% 7% 13% 13% 13% 100%
15 0 0 15
100% 0% 0% 100%
1 5 3 4 2 0 15
7% 33% 20% 27% 13% 0% 100% 99
Lampiran 3 (Lanjutan) VII. Waktu Masuk Kerja 1 8:00 2 9:00 3 Tidak tentu Total VIII. Waktu Selesai Kerja 1 16:00 2 17:00 3 Tidak tentu Total IX. Hari Libur 1 Menurut Shift 2 Sabtu-Minggu 3 Minggu 4 Senin-Jumat Total X. Lama Bekerja 1 Kurang dari 5 tahun 2 5-10 tahun 3 11-29 tahun 4 Lebih dari 29 tahun Total
12 1 2 15
80% 7% 13% 100%
7 0 8 15
47% 0% 53% 100%
3 5 0 7 15
20% 33% 0% 47% 100%
9 6 0 0 15
60% 40% 0% 0% 100%
100
Lampiran 4. Pandangan dan Persepsi Masyarakat di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang No
Uraian
Jumlah Responden
Persentase
I. Pandangan Terhadap Kegiatan Wisata 1 Tidak tahu 1 3% 2 Terlalu mewah 0 0% 3 Baik 14 48% 4 Cukup baik 12 41% 5 Kurang baik 2 7% Total 29 100% II. Pandangan Hubungan Kegiatan Wisata Terhadap Kepedulian Lingkungan 1 Tidak tahu 0 0% 2 Sangat baik 3 10% 3 Baik 14 48% 4 Cukup baik 10 34% 5 Kurang baik 2 7% Total 29 100% III. Harapan untuk Pantai Tanjung Bayang 1 Harga lebih terjangkau 3 10% 2 Menjadi lap. Pekerjaan 3 10% 3 Perbaikan kualitas 11 38% 4 Perapihan fasilitas 1 3% 5 Memperhatikan lingk. 9 31% 6 Tidak ada 2 7% Total 29 100% IV. Persepsi Terhadap Keindahan Pantai 1 Tidak tahu 0 0% 2 Sangat indah 4 14% 3 Indah 8 28% 4 Cukup indah 14 48% 5 Kurang indah 3 10% Total 29 100% V. Persepsi Terhadap Kenyamanan Pantai 1 Tidak tahu 0 0% 2 Sangat nyaman 7 24% 3 Nyaman 6 21% 4 Cukup nyaman 16 55% 5 Kurang nyaman 0 0% Total 29 100% VI. Persepsi Terhadap Sarana dan Prasarana VI.1 Air Bersih 1 Tidak tahu 1 3% 2 Sangat baik 1 3% 3 Baik 12 41% 101
Lampiran 4 (Lanjutan) 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total VI.2 Toilet/Tempat Mandi 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total VI.3 Tempat Makan/Minum 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total VI.4 Tempat Bermain 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total VI.5 Tempat Duduk/Berkumpul 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total VI.6 Tempat Ibadah 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total VI.7 Tempat Sampah 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik
7 8 29
24% 28% 100%
1 6 9 12 1 29
3% 21% 31% 41% 3% 100%
0 6 12 10 1 29
0% 21% 41% 34% 3% 100%
1 7 9 11 1 29
3% 24% 31% 38% 3% 100%
2 1 7 11 8 29
7% 3% 24% 38% 28% 100%
1 17 6 4 1 29
3% 59% 21% 14% 3% 100%
0 3 8 5 13
0% 10% 28% 17% 45% 102
Lampiran 4 (Lanjutan) Total VI.8 Tempat Tinggal/Villa 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total VI.9 Pelayanan 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total
29
100%
0 11 8 10 0 29
0% 38% 28% 34% 0% 100%
2 5 7 13 2 29
7% 17% 24% 45% 7% 100%
103
Lampiran 5. Pandangan dan Persepsi Pengunjung di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang No
Uraian
I. Tingkat Kepuasan Berwisata 1 Sangat puas 2 Puas 3 Cukup puas 4 Kurang puas Total II. Harapan untuk Pantai Tanjung Bayang 1 Harga lebih terjangkau 2 Perbaikan kualitas 3 Kepedulian lingkungan 4 Perapihan fasilitas 5 Tidak ada Total III. Persepsi Terhadap Keindahan Pantai 1 Tidak tahu 2 Sangat indah 3 Indah 4 Cukup indah 5 Kurang indah Total IV. Persepsi Terhadap Kenyamanan Pantai 1 Tidak tahu 2 Sangat nyaman 3 Nyaman 4 Cukup nyaman 5 Kurang nyaman Total V. Persepsi Terhadap Sarana dan Prasarana V.1 Air Bersih 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total V.2 Toilet/Tempat Mandi 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik
Jumlah Responden
Persentase
2 16 23 4 45
4% 36% 51% 9% 100%
6 25 10 2 2 45
13% 56% 22% 4% 4% 100%
0 2 5 23 15 45
0% 4% 11% 51% 33% 100%
0 2 9 28 6 45
0% 4% 20% 62% 13% 100%
5 0 9 15 16 45
11% 0% 20% 33% 36% 100%
5 3 6 15 16
11% 7% 13% 33% 36% 104
Lampiran 5 (Lanjutan) Total V.3 Tempat Makan/Minum 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total V.4 Tempat Bermain 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total V.5 Tempat Duduk/Berkumpul 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total V.6 Tempat Ibadah 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total V.7 Tempat Sampah 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total V.8 Tempat Tinggal/Villa 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total
45
100%
4 2 7 20 12 45
9% 4% 16% 44% 27% 100%
1 2 16 21 5 45
2% 4% 36% 47% 11% 100%
7 1 8 17 12 45
16% 2% 18% 38% 27% 100%
13 0 12 14 6 45
29% 0% 27% 31% 13% 100%
3 2 16 21 3 45
7% 4% 36% 47% 7% 100%
8 0 2 2 33 45
18% 0% 4% 4% 73% 100% 105
Lampiran 5 (Lanjutan) V.9 Pelayanan 1 Tidak tahu 2 Sangat baik 3 Baik 4 Cukup baik 5 Kurang baik Total
5 3 2 25 10 45
11% 7% 4% 56% 22% 100%
106
Lampiran 6. Pandangan dan Persepsi Pengelola di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Bayang No Uraian I. Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Total II. Umur 1 <20 tahun 2 20-29 tahun 3 30-39 tahun 4 40-49 tahun 5 >49 tahun Total III. Pendidikan 1 Tdk sekolah 2 SMU 3 D2 4 D3 5 S1 Total IV. Pekerjaan 1 Mahasiswa/i 2 PNS 3 Pelajar 4 Ibu rumah tangga 5 Wirawasta 6 Swasta Total V. Daerah Asal 1 Makassar 2 Sulawesi 3 Luar Pulau Sulawesi Total VI. Pendapatan Per Bulan 1 Tidak berpenghasilan 2 300,000-500,000 3 500,000-1,000,000 4 1,000,000-2,000,000 5 2,000,000-5,000,000 6 >5,000,000 Total VII. Pengalaman Berkunjung 1 Pernah
Jumlah Responden
Persentase
20 25 45
44% 56% 100%
17 18 5 3 2 45
38% 40% 11% 7% 4% 100%
0 21 1 5 18 45
0% 47% 2% 11% 40% 100%
13 7 13 2 6 4 45
29% 16% 29% 4% 13% 9% 100%
39 4 2 45
87% 9% 4% 100%
25 3 6 6 4 1 45
56% 7% 13% 13% 9% 2% 100%
45
100% 107
Lampiran 6 (Lanjutan) 2 Belum pernah Total VIII. Frekuensi Berkunjung 1 Baru pertama kali 2 Jarang 3 1-2 bulan sekali 4 Sering Total IX. Lama Kunjungan 1 Kurang dari 30 menit 2 30 menit -1 jam 3 1-2 jam 4 >2 jam Total X. Pendamping Saat Berkunjung 1 Sendiri 2 Rombongan 3 Teman 4 Keluarga 5 Teman dan keluarga Total
0 45
0% 100%
0 24 10 11 45
0% 53% 22% 24% 100%
1 2 8 34 45
2% 4% 18% 76% 100%
0 13 12 5 15 45
0% 29% 27% 11% 33% 100%
108
Lampiran 7. Kuesioner untuk wawancara Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Judul Skripsi Penelitian: Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Melalui Pendekatan Ekologi Sosial Ekonomi Oleh: Samuel Sebastian/A44050753
Kuesioner Pengunjung Pantai Tanjung Bayang Nama: Jenis kelamin: Umur: Pendidikan: Pekerjaan: Daerah asal: Pendapatan per bulan:
Laki-laki/Perempuan <20/20-29/30-39/40-49/>49 Tdk sekolah/SD/SMU/D1/D2/D3/S1/S2/S3 Makassar/Sulawesi/Luar pulau Sulawesi Tdk berpendapatan/300 ribu - 500 ribu/500 ribu - 1 juta/ 1 juta - 2 juta/2 juta – 5 juta/>5 juta
1. Pengalaman berkunjung ke Pantai Tanjung Bayang (pilih salah satu) Pernah Belum pernah 2. Frekuensi berkunjung: Baru pertama kali 1-2 bulan sekali
Jarang Sering (>1 x dalam sebulan)
3. Tingkat kepuasan berwisata di Pantai Tanjung Bayang Sangat puas Puas Cukup puas Kurang puas 4. Lama kunjungan Kurang dari 30 menit 1 – 2 jam 5. Pendamping saat berkunjung Sendiri Teman Teman dan keluarga
30 menit – 1 jam Lebih dari 2 jam Rombongan Keluarga
6. Harapan Anda untuk Pantai Tanjung Bayang Harga lebih terjangkau Perbaikan kualitas fasilitas wisata Kepedulian terhadap lingkungan Perapihan fasilitas wisata Tidak ada 7. Persepsi terhadap ■ Keindahan pantai Tidak tahu Cukup indah ■ Kenyamanan pantai Tidak tahu Cukup nyaman
Sangat indah Kurang indah
Indah
Sangat nyaman Kurang nyaman
Nyaman 109
Persepsi terhadap sarana dan prasarana ■ Air bersih Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Toilet/tempat mandi Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat makan/minum Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat duduk/berkumpul Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat bermain Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat ibadah Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat tinggal/villa Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat sampah Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Pelayanan Tidak tahu Sangat baik Baik
Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik
8. Aktivitas yang dilakukan di dalam Pantai Tanjung Bayang (urutkan berdasarkan prioritas) ■ Makan/minum __________________ ( ) ■ Berenang ______________________ ( ) ■ Bermain voli ___________________ ( ) ■ Berkumpul bersama teman ________ ( ) ■ Melihat pemandangan ____________ ( ) ■ Lain-lain: ______________________ ( ) 9. Tanaman di Pantai Tanjung Bayang yang menurut Anda baik keberadaannya ■ Kelapa (Cocos nucifera) _____________ ( ) ■ Waru (Hibiscus tiliaceus) ____________ ( ) ■ Tamate (Lannea grandis) ____________ ( ) ■ Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) __ ( ) ■ Ketapang (Terminalia cattapa) ________ ( ) ■ Ki Hujan (Samanea saman)___________ ( ) ■ Lain-lain: _________________________ ( ) ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Terimakasih atas partisipasi Anda ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Data Anda dijamin kerahasiaannya
110
Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Judul Skripsi Penelitian: Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Melalui Pendekatan Ekologi Sosial Ekonomi Oleh: Samuel Sebastian/A44050753
Kuesioner Masyarakat Sekitar Pantai Tanjung Bayang Nama: Jenis kelamin: Umur: Pendidikan: Pekerjaan: Daerah asal: Pendapatan per bulan: Status dalam keluarga: Jumlah tanggungan:
Laki-laki/Perempuan <20/20-29/30-39/40-49/>49 Tdk sekolah/SD/SMU/D1/D2/D3/S1/S2/S3 Makassar/Sulawesi/Luar pulau Sulawesi Tdk berpendapatan/300 ribu - 500 ribu/500 ribu - 1 juta/ 1 juta - 2 juta/2 juta – 5 juta/>5 juta Ayah/Ibu/Anak Tidak ada/1 orang/2 orang/3 orang/>3 orang
1. Pengaruh kegiatan wisata terhadap tempat tinggal (pilih salah satu) Belum tahu Ada Tidak ada 2. Keterlibatan terhadap kegiatan wisata Terlibat Tidak terlibat 3. Pandangan terhadap kualitas kegiatan wisata Tidak tahu Terlalu mewah Baik Cukup baik Kurang baik 4. Pandangan terhadap hubungan kegiatan wisata dengan kepedulian lingkungan Tidak tahu Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik 5. Harapan untuk pantai Tanjung Bayang Harga lebih terjangkau Perbaikan kualitas fasilitas wisata Perapihan fasilitas wisata 6. Persepsi terhadap ■ Keindahan pantai Tidak tahu Cukup indah ■ Kenyamanan pantai Tidak tahu Cukup nyaman
Menjadi lapangan pekerjaan Memperhatikan lingkungan Tidak ada
Sangat indah Kurang indah
Indah
Sangat nyaman Kurang nyaman
Nyaman
111
Persepsi terhadap sarana dan prasarana ■ Air bersih Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Toilet/tempat mandi Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat makan/minum Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat duduk/berkumpul Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat bermain Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat ibadah Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat sampah Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat tinggal/villa Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Pelayanan Tidak tahu Sangat baik Baik
Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik
7. Tanaman di Pantai Tanjung Bayang yang menurut Anda baik keberadaannya (urutkan berdasarkan prioritas) ■ Kelapa (Cocos nucifera) _____________ ( ) ■ Waru (Hibiscus tiliaceus) ____________ ( ) ■ Tamate (Lannea grandis) ____________ ( ) ■ Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) __ ( ) ■ Ketapang (Terminalia cattapa) ________ ( ) ■ Ki Hujan (Samanea saman)___________ ( ) ■ Lain-lain: _________________________ ( ) ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Terimakasih atas partisipasi Anda ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Data Anda dijamin kerahasiaannya
112
Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Judul Skripsi Penelitian: Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Melalui Pendekatan Ekologi Sosial Ekonomi Oleh: Samuel Sebastian/A44050753
Kuesioner Pengelola Pantai Tanjung Bayang Nama: Jenis kelamin: Umur: Pendidikan: Pekerjaan: Daerah asal: Pendapatan per bulan:
Laki-laki/Perempuan <20/20-29/30-39/40-49/>49 Tdk sekolah/SD/SMU/D1/D2/D3/S1/S2/S3 Makassar/Sulawesi/Luar pulau Sulawesi Tdk berpendapatan/300 ribu - 500 ribu/500 ribu - 1 juta/ 1 juta - 2 juta/2 juta – 5 juta/>5 juta
1. Waktu mulai kerja 08.00 Tidak tentu
09.00
2. Waktu selesai kerja: 16.00 Tidak tentu
17.00
3. Hari libur: Menurut shift Minggu
Sabtu-Minggu Senin-Jumat
4. Lama Bekerja kurang dari 5 tahun 11-29 tahun
5-10 tahun lebih dari 29 tahun
5. Tingkat kepuasan bekerja Sangat puas Cukup puas
Puas
6. Harapan untuk pantai Tanjung Bayang Harga lebih terjangkau Perbaikan kualitas fasilitas wisata Memperhatikan lingkungan Perapihan fasilitas wisata Tidak ada 7. Persepsi terhadap ■ Keindahan pantai Tidak tahu Cukup indah ■ Kenyamanan pantai Tidak tahu Cukup nyaman
Sangat indah Kurang indah
Indah
Sangat nyaman Kurang nyaman
Nyaman
113
Persepsi terhadap sarana dan prasarana ■ Air bersih Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Toilet/tempat mandi Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat makan/minum Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat bermain Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat duduk/berkumpul Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat ibadah Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat sampah Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Tempat tinggal/villa Tidak tahu Sangat baik Baik ■ Pelayanan Tidak tahu Sangat baik Baik
Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik Cukup baik Kurang baik
8. Tanaman di Pantai Tanjung Bayang yang menurut Anda baik keberadaannya (urutkan berdasarkan prioritas) ■ Kelapa (Cocos nucifera) _____________ ( ) ■ Waru (Hibiscus tiliaceus) ____________ ( ) ■ Tamate (Lannea grandis) ____________ ( ) ■ Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) __ ( ) ■ Ketapang (Terminalia cattapa) ________ ( ) ■ Ki Hujan (Samanea saman)___________ ( ) ■ Lain-lain: _________________________ ( ) 9. Fasilitas yang Anda harapkan ada di Pantai Tanjung Bayang ■ Menara pengawas _______________ ( ) ■ Restoran _______________________ ( ) ■ Gudang peralatan ________________ ( ) ■ Tempat pemandian ______________ ( ) ■ Lain-lain: ______________________ ( ) ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Terimakasih atas partisipasi Anda ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ Data Anda dijamin kerahasiaannya
114