RELIABILITY TEST OF NEUROLOGICAL DISORDERS DEPRESSION INVENTORY FOR EPILEPSY (NDDI-E)INDONESIAN VERSION Matahelumual, RG*, Widyadharma, PE**, Anna, MG, Sinardja**, Purwa, Samatra, DPG** Department of Neurology, Faculty of Medicine, Udayana University Sanglah General Hospital Denpasar ABSTRACT Background: Depression among general hospitals patients are common, which could be much higher than generally assumed. Neurological Disorders Depression Inventory For Epilepsy (NDDI-E) is a tool to measure and identify depression in general hospital patients. NDDI-E had been used in many languages to assess depression with good results, but this parameter have never been translated into Indonesian language before. Objective: To measure Indonesian version of NDDI-E reliability as an instrument for screening depression in epilepsy patients in Sanglah General Hospital Denpasar. Methods: A cross-sectional study design. Every patients whose fulfill eligibility criteria interviewed by 2 phycicians, with 5 minutes interval using NDDI-E that had been translated in Indonesian language. Reliability, by means inter-rater agreement valuation and analyzed by using Kappa Cohen coefficient. Results: A total of 30 patients with epilepsy, which consist of 12 (40%) female and 18 (60%) male, with mean age 32,9+10,7 years. NDDI-E showed moderate inter-rater agreement valuation with kappa coefficient of 0.634. Conclusion: Indonesian version of NDDI-E showed moderate inter-rater agreement. Keyword: NDDI-E, depression, realibility, epilepsy * Resident of Department of Neurology, Faculty of Medicine, Udayana University/Sanglah General Hospital Denpasar ** Lecturer of Department of Neurology, Faculty of Medicine, Udayana University/Sanglah General Hospital Denpasar
UJI RELIABILITAS NEUROLOGICAL DISORDERS DEPRESSION INVENTORY FOR EPILEPSY (NDDI-E) VERSI BAHASA INDONESIA Matahelumual RG*, Widyadharma, PE**, Anna, MG, Sinardja**, Purwa, Samatra, DPG** SMF Ilmu Penyakit Saraf, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar ABSTRAK Latar Belakang: Depresi merupakan hal yang umum dijumpai pada pasien di Rumah Sakit, serta dapat terjadi lebih sering daripada asumsi umum. Neurological Disorders Depression Inventory For Epilepsy (NDDI-E) merupakan alat ukur yang dipergunakan untuk mengidentifikasi depresi khususnya pada pasien Rumah Sakit. NDDI-E sudah digunakan dalam beberapa bahasa untuk menilai depresi dengan hasil yang baik, tetapi terjemahan skala ini ke dalam bahasa Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan: Untuk menilai kesepakatan skala depresi NDDI-E dalam Bahasa Indonesia sebagai instrumen pemeriksaan yang reliabel atau dapat dipercaya untuk menyaring depresi pada pasien-pasien epilepsi di RSUP Sanglah Denpasar. Metode: Penelitian potong lintang. Setiap pasien yang memenuhi kriteria eligibilitas telah diwawancarai oleh 2 orang dokter, dalam selang waktu 5 menit. Setiap wawancara menggunakan skala NDDIE yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Reliabilitas yang dimaksud adalah kesepakatan 2 pemeriksa dan dianalisis dengan menggunakan koefisien Kappa Cohen. Hasil: Penelitian ini melibatkan sebanyak 30 penyandang epilepsi terdiri dari 12 orang perempuan (40%) dan 18 orang laki-laki (60%) dengan usia rata-rata 32,9+10,7 tahun. Hasil dari kesepakatan antar pemeriksa (koefisien Kappa) NDDI-E yaitu sebesar 0,634. Kesimpulan: NDDI-E versi Bahasa Indonesia menunjukkan reliabilitas atau kesepakatan antar pemeriksa yang cukup baik. Kata kunci: NDDI-E, depresi, reliabilitas, epilepsi * Peserta PPDS-1 SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar **Staf Pengajar SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar
UJI RELIABILITAS NEUROLOGICAL DISORDERS DEPRESSION INVENTORY FOR EPILEPSY (NDDI-E) VERSI BAHASA INDONESIA Matahelumual RG*, Widyadharma, PE**, Anna, MG, Sinardja**, Purwa, Samatra, DPG** SMF Ilmu Penyakit Saraf, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang, berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi.1 Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan. Data WHO menunjukan epilepsi menyerang 1% penduduk dunia. Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja, tanpa batasan ras dan sosial ekonomi.1,2 Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang, mencapai 114 per 100.000 penduduk pertahun.3 Angka prevalensi penyandang epilepsi yang produktif berkisar antara 4-10 per 1000 penyandang epilepsi.4 Epilepsi berpotensi untuk menimbulkan masalah sosio-ekonomi yang secara keseluruhan dapat menurunkan atau mengganggu kualitas hidup penyandang epilepsi. Problem psikososial pada epilepsi ditemukan lebih tinggi dibandingkan populasi umumnya. Problem terbanyak yang dilaporkan adalah adanya isolasi sosial, kurangnya percaya diri serta adanya kecemasan dan depresi.5 Angka prevalensi depresi pada epilepsi bervariasi. Dari penelitian MJ Jackson.dkk (2005), didapatkan prevalensi depresi berkisar 50-55%.6 Penyandang epilepsi memiliki resiko 5 sampai 10 kali lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan dengan populasi pada umumnya. 7 Depresi pada epilepsi merupakan hal yang bisa menurunkan kualitas hidup pasien, meskipun frekuensi, keparahan dan variabel lain terkait kejang telah dikontrol. Hal ini dikarenakan, kondisi depresi sering dikaitkan dengan peningkatkan biaya perawatan kesehatan, peningkatan risiko percobaan bunuh disertai respon yang buruk terhadap farmakoterapi.8,9 Depresi lebih sering pada pasien dengan epilepsi fokal dan epilepsi dengan kejang yang tidak terkontrol.8 Penyandang epilepsi lobus temporal memiliki risiko terjadinya depresi yang lebih besar dibandingkan dengan epilepsi idiopatik pada umumnya. Depresi dapat langsung meningkatkan frekuensi kejang melalui mekanisme kurang tidur.6 Depresi merupakan penyulit yang umum terjadi pada penyandang epilepsi namun jarang dievaluasi oleh klinisi. Pada dasarnya, klinisi harus dapat mengidentifikasi depresi pada epilepsi, apakah depresi ini sebagai komplikasi penyakit atau sebagai efek samping dari antiepilepsi. 7 DSM IV-TR (Diagnostic and statistical manual of mental disorders) mengklasifikasikan
gangguan depresi menjadi 4 tipe yaitu Mayor Depressive Disorders (MDD), Dysthymic disorders, Minor depression dan gangguan depresi yang tidak spesifik.7 MDD adalah bentuk depresi yang paling sering didapati pada penyandang epilepsi. MDD memiliki gejala klinis yang mirip dengan gangguan distimik. Perbedaannya terletak pada beratnya penyakit, persistensi dan kronisitas dari penyakit, disertai dengan persamaan gejala lain seperti gangguan mood, depresi, anhedonia, perasaan tidak berguna, perasaan bersalah, penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi,
pikiran
berulang
tentang
kematian,
dan gejala
neurovegetatif
yaitu
penambahan/penurunan berat badan, insomnia/hipersomnia, agitasi psikomotor, keterbelakangan dan kelelahan. Diagnosis MDD dipertimbangkan pada pasien dengan kekambuhan Mayor depressive episode (MDE) sekurang-kurangnya dua minggu dengan adanya salah satu gangguan mood, depresi atau anhedonia ditambah dengan 4 gejala yang dijelaskan diatas. 10 Gilliam.dkk membuat suatu kuesioner yang sederhana dan singkat untuk menskrining kejadian depresi pada penyandang epilepsi yaitu skala NDDI-E (Neurological Disorders Depression Inventory for Epilepsi atau Model Gangguan Depresi Neurologis Epilepsi).7 Skala ini dapat membedakan gejala depresi sebagai akibat toksisitas obat atau efek gangguan kognitif dari epilepsi.6 NDDI-E meliputi enam item yang dinilai dalam skala Likert (1=tidak pernah, 2=jarang, 3=kadang-kadang, 4=sering/selalu). Pasien dinyatakan menderita depresi apabila skor NDDIE≥16. Mengingat diagnosis depresi pada kasus epilepsi tidak semata ditentukan oleh instrument ini, maka penyandang epilepsi dengan nilai tes ≥16 disarankan untuk tetap dirujuk ke psikiater untuk dievaluasi lebih mendalam dan diberikan pengobatan yang sesuai.6,11,12 Tujuan Penelitian Untuk menilai kesepakatan NDDI-E versi bahasa Indonesia sebagai instrumen pemeriksaan yang dapat dipercaya (reliable) dalam mengukur tingkat depresi pada penyandang epilepsi di RSUP Sanglah Denpasar. Manfaat Penelitian Bidang pengembangan ilmu: a. Bermanfaat bagi klinisi sebagai alat bantu untuk menapis kejadian depresi, pada penyandang epilepsi. b. Bermanfaat bagi para peneliti sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.
Bidang pengabdian masyarakat:
Bermanfaat bagi pasien dengan epilepsi untuk mengetahui secara dini ada tidaknya depresi sehingga dapat mendapatkan terapi lebih dini dan akurat serta meningkatkan kualitas hidup pasien. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional untuk menghitung tingkat kesepakatan antara 2 orang pemeriksa (inter-rater reliability) dalam menilai adanya depresi pada penyandang epilepsi dengan menggunakan NDDI-E. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Juli sampai Agustus 2013 dengan menggunakan data primer dari jawaban kuesioner yang didapatkan dari hasil wawancara dengan sampel. Penentuan Sumber Data Penelitian Populasi Populasi Target Populasi target penelitian ini adalah seluruh penyandang epilepsi. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau penelitian ini adalah penyandang epilepsi yang sedang rawat jalan di poliklinik saraf RSUP Sanglah periode Juli sampai Agustus 2013. Kriteria Sampel Kriteria inklusi : - Penyandang epilepsi idiopatik dengan kesadaran compos mentis. -
Penyandang epilepsi dengan usia 18 tahun sampai usia 60 tahun.
-
Penyandang epilepsi yang mampu menulis dan membaca.
-
Penyandang epilepsi yang dapat mengerti dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
-
Bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani informedconsent yang ada.
Kriteria eksklusi antara lain : - Penyandang epilepsi dengan kelainan psikiatri. - Penyandang epilepsi dengan gangguan fungsi kognitif.
- Penyandang epilepsi dengan gangguan pendengaran. Sumber Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis epilepsi yang diambil datanya dengan diwawancarai oleh dua orang pemeriksa. Besar Sampel Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan ukuran sampel kecil (kurang dari 30 orang) yaitu sebanyak 30 orang. Teknik Pengambilan Sampel Sampel diambil dengan menggunakan data primer (jawaban kuesioner yang didapatkan dari hasil wawancara dengan sampel) penyandang epilepsi yang memenuhi kriteria inklusi. Alat dan Cara Pengumpulan Data Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa skala NDDI-E yang merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya depresi pada responden, dalam hal ini pada penyandang epilepsi. NDDI-E yang digunakan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh seorang penerjemah (tabel 1). Tabel 1. Neurological Disorders Depression Inventory for Epilepsy (NDDI-E) Selalu/sering
Kadang-kadang
jarang
Tidak pernah
4
3
2
1
4
3
2
1
Merasa bersalah
4
3
2
1
Aku lebih baik mati
4
3
2
1
Frustasi
4
3
2
1
Sukar mendapatkan
4
3
2
1
Segalanya merupakan perjuangan Tak satupun yang kukerjakan benar
kesenangan
Cara pengumpulan data adalah dengan mengisi kuesioner skala NDDI-E sesuai jawaban penyandang epilepsi sebanyak 2 kali yang dilakukan secara terpisah dan bergantian oleh 2 orang pemeriksa dengan selang waktu kurang lebih 5 menit. Pemeriksa dalam hal ini adalah 2 orang residen PPDS-1 Bagian/SMF Ilmu Penyakit
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah Denpasar yang selanjutnya disebut sebagai pemeriksa I dan II yang telah mendapatkan penjelasan tentang cara melakukan penilaian dengan kuesioner NDDI-E. Waktu yang diperlukan untuk setiap pemeriksaan lebih kurang 5 menit dan hasil penilaian pemeriksa pertama tidak diketahui oleh pemeriksa kedua dan begitu juga sebaliknya. Sebelum wawancara dilakukan, pemeriksa I menjelaskan mengenai tujuan dan cara pemeriksaan skala NDDI-E kepada pasien (penyandang epilepsi), dan meminta persetujuan, baik dari pasien sendiri maupun keluarganya. Kemudian pemeriksa I membacakan setiap pernyataan pada kuesioner dan meminta pasien memilih salah satu di antara empat pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan pasien saat itu, kemudian menuliskannya pada lembar kuesioner sesuai dengan jawaban pesien. Lima menit setelah wawancara pertama selesai, pemeriksa II mengulangi pengisian kuesioner seperti pemeriksa I dengan melakukan wawancara ulang terhadap pesien. Analisa Data Setelah data diperoleh, dilakukan analisis tingkat kesepakatan antara 2 pemeriksa berdasarkan pada statistik Kappa Cohen yang dihitung dengan mempergunakan program komputer SPSS 16.0. Interpretasi koefisien kesepakatan Kappa Cohen, menggunakan petunjuk Landis dan Koch (1977) yaitu : K > 0,75 menunjukkan kesepakatan sangat baik, 0,4 ≤ K < 0,75 cukup baik, 0 ≤ K < 0,4 lemah HASIL Telah dilakukan penelitian uji reliabilitas skala NDDI-E pada bulan Juli sampai Agustus 2013 dengan wawancara dan pemeriksaan pada penyandang epilepsi di ruang rawat jalan poliklinik saraf RSUP Sanglah Denpasar. Sebanyak 30 orang penyandang epilepsi berumur antara 18 sampai 58 tahun diwawancara, dengan usia penyandang epilepsi terbanyak adalah 30 tahun sebanyak 3 orang (10%), dan rerata umur adalah 32,9+ 10,7 tahun. Penyandang epilepsi laki-laki sebanyak 18 orang (60%) dan perempuan 12 orang (40%). Hasil pemeriksaan EEG normal pada penyandang epilepsi sebanyak 27 orang (90%) dan yang abnormal 3 orang (10%). Tipe bangkitan yang paling banyak adalah tipe umum sebanyak 19 orang (63,3%), parsial kompleks 9 orang (30%), dan parsial sederhana 2 orang (6,7%). Penyandang epilepsi yang mendapat pengobatan OAE monoterapi sebanyak 26 orang (86,7%) dan yang politerapi 4 orang (13,3%). Penyandang epilepsi yang menderita depresi sebanyak 2 orang (6,7%), sisanya 28
orang (93,7%) tidak depresi. Karakteristik penyandang epilepsi pada penelitian uji reliabilitas NDDI-E (tabel 2). Tabel 2. Karakteristik Penderita Penelitian Uji Reliabilitas NDDI-E Variabel
Kategori
Jumlah
Persen(%)
Penyandang epilepsi (n) Jenis Kelamin
EEG
Tipe bangkitan
OAE
Laki-laki
18
60
Perempuan
12
40
Normal
27
90,0
Abnormal
3
10,0
Parsial Sederhana
2
6,7
Parsial Kompleks
9
30,0
umum
19
63,3
Monoterapi
26
86,7
Politerapi
4
13,3
Setelah dilakukan wawancara oleh pemeriksa pertama, didapatkan sebanyak 4 orang (13,3%) penyandang epilepsi mengalami depresi, sedangkan sisanya, 26 orang (86,7%) penyandang epilepsi tidak mengalami depresi. Pemeriksa kedua mendapatkan 2 orang (6,7%) penyandang epilepsi mengalami depresi dan 28 orang (93,3%) penyandang epilepsi tidak mengalami depresi (tabel 3).
Tabel 3. Tabulasi Silang Subskala Depresi Pemeriksa I dan II Pemeriksa II Tidak depresi Pemeriksa I
Tidak depresi
Depresi
Total
26
2
26
Depresi
2
2
4
Total
28
2
30
Berdasarkan tabulasi silang yang sudah dilakukan didapatkan nilai koefisien Kappa 0,634 dengan kemaknaan <0,001 (tabel 4). Tabel 4. Nilai Kesepakatan 2 Pemeriksa Skala NDDI E p Kappa Depresi
<0,001
0,634
Berdasarkan interpretasi koefisien kesepakatan Kappa Cohen, menggunakan petunjuk Landis dan Koch (1977), NDDI-E versi bahasa Indonesia memiliki nilai kesepakatan cukup baik (0,4 ≤ K < 0,75). Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala NDDI-E sebagai alat skrining untuk menentukan adanya depresi pada penyandang epilepsi, yang sedang rawat jalan di poliklinik RSUP Sanglah. Alat skrining ini belum pernah diterapkan di Indonesia, sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas dalam versi bahasa Indonesia. Dari penelitian uji reliabilitas NDDI-E dalam bahasa Inggris, ditetapkan nilai cut off≥16 sebagai depresi dan nilai<16 tidak. Penelitian uji reliabilitas NDDI-E dalam bahasa Indonesia menunjukkan bahwa nilai koefisien Kappa Cohen pada NDDI-E adalah 0,634 (p<0,001) dengan interpretasi nilai kesepakatan cukup baik. Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kemungkinan bias yang dapat mempengaruhi hasil penilaian, yaitu bias pemeriksa, responden dan instrumen. Bias pemeriksa misalnya keterampilan berkomunikasi, keterbatasan waktu, dan kelelahan fisik. Bias responden misalnya keterbatasan waktu dan kejenuhan karena karena harus menunggu untuk pemeriksaan kedua atau harus mengulang pemeriksaan yang sama. Sedangkan jenis pertanyaan yang kurang
spesifik disebabkan skala ini belum diterjemahkan secara resmi dan baku ke dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada pesien dan menjadi bias instrumen. Hal-hal ini akan menyebabkan nilai kesepakatan dua pemeriksa menjadi lemah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk dapat mengurangi bias seoptimal mungkin. Bias pada pemeriksa dikurangi dengan cara penjelasan berulang terlebih dahulu dan diskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang dijumpai saat pemeriksaan. Pembatasan jumlah responden yang diperiksa agar pemeriksa tidak mengalami kelelahan. Penjelasan maksud dan tujuan penelitian kepada responden juga akan mengurangi bias. Bias instrumen dapat dikurangi dengan menterjemahkan skala NDDI-E ke dalam bahasa Indonesia oleh ahli bahasa Indonesia dan Inggris, kemudian diterjemahkan kembali skala NDDI-E dalam bahasa Indonesia ke bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris oleh penerjemah yang berbeda, dan dibandingkan dengan skala NDDI-E aslinya. Apabila terdapat perbedaan, kata-kata dalam skala NDDI-E versi bahasa Indonesia dapat diperbaiki sehingga pernyataan-pernyataan di dalam skala NDDI-E versi bahasa Indonesia menyerupai bahasa aslinya tanpa mengurangi makna dalam bahasa Indonesia. SIMPULAN Penelitian dengan rancangan cross-sectional ini menunjukkan reliabilitas NDDI-E dalam bahasa Indonesia dengan tingkat kesepakatan antar dua orang pemeriksa (inter-rater agreement) menunjukkan kesepakatan yang cukup baik, sehingga NDDI-E inidapat digunakan sebagai instrumen pemeriksaan yang reliable atau dapat dipercaya.
Daftar Pustaka 1. Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Edisi keempat; 2012. 2. Engel J, Pedley TA. Introduction: What is Epilepsy. In Engel J, Pedley TA.Epilepsy a Comprehensive Textbook 2nd Ed. Vol one. Lippincott Williams & Wilkins. USA;2008; 17. 3. Benerjee PN, Hauser WA. Incidence and Prevalence. In Engel J, Pedley TA. Epilepsy A Comprehensive Textbook 2nd Ed. Vol one. Lippincott Williams & Wilkins. USA;2008; 45-56. 4. Beghi, Sander JW. The Natural History and Prognosis of Epilepsy. In Engel J, Pedley TA. Epilepsy A Comprehensive Textbook 2nd Ed. Vol one. Lippincott Williams & Wilkins. USA;2008; 65-75. 5. Austin JK, De Boer HM, Shafer PO. Disruptions in social functioning and services facilitating adjusment for the child and adult. In:Engel J Jr, Pedley TA (eds).Epilepsy:A Comprehensive Textbook 2nd ed. Vol 3.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2008. 6. MJ Jackson, D Turkington. Depression and anxiety in Epilepsy. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2005;76(Suppl I):i45-i47.doi: 10.1136/jnnp.2004.060467. 7. Gilliam FG, Barry JJ, Hermann BP, Meador KJ, Vahle V, Kanner AM. Rapid detection of major depression in epilepsy: a multicentre study. Lancet Neurol 2006;5(5):399–405. 8. Daniela Di Capua, Maria Eugenia Garcia-Garcia, Abilio Reig-Ferrer, Manuel FuentesFerrer, Rafael Toledano, Antonio Gil-Nagel, Sara Garcia-Ptaceck, Monica Kurtis Andres M. Kanner e, Irene Garcia-Morales. Journal Validation of the Spanish version of the Neurological Disorders Depression Inventory for Epilepsy (NDDI-E);2012. 9. Christensen J, Vestergaard M, Mortensen PB, Sidenius P, Agerbo E. Epilepsy and risk of suicide: a population-based case–control study. Lancet Neurol 2007;6(8). 10. Jones JE, Herman BP, Berry JJ, Gilliam F, Kanner AM, Meador KJ. Clinical assessment of Axis I psychiatric morbidity in chronic epilepsy: a multicenter investigation. J Neuropsychiatry Clin Neurosci. 2005;17:172–179. 11. Kanner AM. Depression in epilepsy: prevalence, clinical semiology, pathogenic mechanisms and treatment. Biol Psychiatry. 2003;54:388–398.
12. David E.Friedman, MD, Doris H.Kung, DO, Joseph S.Kass, MD, JD. Systematic Screening in a Busy Clinical Setting Improves Identification of Depression in People with Epilepsy;2008.