Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
1
ANALISIS JURNAL A.
JUDUL Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
B.
PENULIS JURNAL 1. Toshie Tsuchida Department of Nursing, Osaka University, 1-7 Yamadaoka, Suita city,Japan 2. Kiyoko Makimoto Department of Nursing, Osaka University, 1-7 Yamadaoka, Suita city,Japan 3. Shinobu Ohsako University of Colorado Hospital, Aurora, CO 4. Miyoko Fujino Osaka Sennin Hospital, Japan 5. Midori Kaneda Sumitomo Hospital, Japan 6. Taeko Miyazaki Takatsuki Red Cross Hospital, Japan 7. Fusae Fujiwara Toyonaka Municipal Hospital, Japan 8. Tomoyuki Sugimoto Department of Biomedical Statistics, Osaka University, Japan Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
C.
2
PUBLIKASI Diterbitkan oleh Science Direct International Journal of Nursing Studies dan dipublikasikan oleh Published by Elsevier Inc. All rights reserved pada tahun 2006.
D.
LATAR BELAKANG 1. Latar Belakang Kelompok Infeksi nosokomial merupakan salah satu masalah utama dalam keperawatan. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh atau dialami oleh pasien selama dirawat di rumah sakit dan menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit serta infeksi tersebut tidak ditemukan atau diderita pada saat pasien masuk ke rumah sakit. Faktor yang mempengaruhi seorang pasien terkena infeksi salah satunya adalah faktor alat. Suatu penelitian klinis menunjukkan infeksi nosokomial terutama disebabkan oleh infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi dari luka operasi dan penggunaan alat non steril. Infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter merupakan salah satu infeksi yang mungkin terjadi selama masa perawatan di rumah sakit yang menyebabkan memanjangnya masa perawatan pasien di rumah sakit dan meningkatkan biaya perawatan. Banyaknya jumlah pasien yang terpasang kateter di RSUD Dr Moewardi memerlukan perhatian dalam mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter. Sampai saat ini selama kami di rumah sakit belum dilakukannya perawatan pada bagian pemasangan kateter terutama pada perineum pasien. Oleh karena itu terdapat beberapa tindakan yang Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
3
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien terpasang kateter, diantaranya adalah perawatan pada bagian kateter dapat dimanajemen dengan sebaik-baiknya dan infeksi saluran kemih dapat diminimalisir.
2. Latar Belakang Penulis Diantara infeksi kesehatan, catheter-associated urinary tract infection (CAUTIs) merupakan salah satu kejadian tertinggi terjadinya infeksi. Selama tiga dekade terakhir evaluasi tentang perangkat terbaru dalam pencegahan Cautis telah menjadi focus utama dalam tindakan preventif. Walaupun semua panduan pencegahan CAUTIs yang menekankan pentingnya perawatan kateter, telah ada sedikit bukti adanya efektivitas dalam menurunkan CAUTIs. Di Jepang durasi pemasangan kateter untuk pasien bedah dipersingkat, yaitu pelepasan kateter dalam waktu 48 jam setelah operasi. Namun, pasien yang terpasang kateter yang tidak dikelola sessuai dengan jalan klinis menarik sedikit perhatian terkait dengan manajemen pemasangan kateter. Sampai saat ini di Jepang hanya sedikit survey epidemiologi tentang perawatan kateter yang berkaitan dengan UTI yang dilaporkan. Menurut survey kuisioner yang dilakukan staf perawat di rumah sakit wilayah Jepang bagian utara, prevalensi perineum harian adalah 50% dan 30% dari mereka menggunakan desinfektan atau salep antimikroba untuk daerah perineum. Selain itu, kateter mungkin tidak tepat dipertahankan selama berhari-hari karena alasan kenyamanan, kesalahpahaman program, kebutuhan atau kelayakan, ketidakjelasan permintaan atau order untuk dilepas. Sampai saat ini faktor resiko infeksi saluran kemih terkait pemasangan kateter belum diperiksa secara detail oleh suatu studi prospektif ataupun uji klinis secara acak.
E.
TUJUAN 1. Tujuan Kelompok Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
4
a. Mengetahui manajemen penanganan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter. b. Mengetahui peran tenaga kesehatan terutama perawat dalam pencegahan infeksi pasien yang terpasang kateter 2. Tujuan Peneliti Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara perawatan kateter dan mengidentifikasi terjadinya CAUTIs di berbagai rumah sakit umum di wilayah Jepang dengan menggunakan prospektif studi. F.
METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat penelitian Tempat dilaksanakan penelitian adalah 5 rumah sakit di wilayah Kansai Japan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan diantara bulan Januari dan Desember 2004.
2. Populasi dan Sampel 555 pasien di 5 rumah sakit tersebut.
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi 1) Semua pasien yang sudah dewasa dan bersedia mengikuti penelitian 2) Pasien yang sudah menggunakan kateter urinaria selama 3 hari lebih b. Kriteria Eksklusi Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
5
1) Pasien yang sudah terkena CAUTIs saat penelitian dilakukan
4. Desain Penelitian Menggunakan desain prospektif studi yang dihubungkan dengan praktik perawatan kateter dan untuk mengevaluasi faktor resiko CAUTIs pada pemasangan kateter > 3 hari 5. Pengumpulan data Antara bulan Januuari dan Desember 2004, salah satu peneliti mengunjungi 5 rumah sakit sebanyak dua kali dalam seminggu untuk mengumpulkan data. Pada Tabel 1 menunjukan variabel dari data yang akan dikumpulkan. Tanda dan gejala ISK diamati dan di catat oleh staf perawat dan peneliti akan melihat di dalam catatan medis. Selain itu, peneliti juga menilai pasien untuk CAUTIs sebanyak dua kali dalam seminggu. Peneliti juga mengumpulkan data dari hasil observasi pada perawatan cateter di setiap rumah sakit.
Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
6
6. Analisa Data Insiden CAUTIs ditabulasi per 1000. Risiko relative dari semua variable yang dihitung dan digabung dalam tabulasi silang. Kemudian digunakan uji ANOVA untuk menilai perbedaan dan ketika hasil distribusi tidak normal digunakan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk penilaian. Scheffe test di gunakan untuk tes post hoc. Risiko relative dan signifikansi untuk semua variable menggunakan 95 %.
Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
G.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil
a. Profil Demografi dan Penggunaan cateter Sebanyak 555 pasien setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dan dua pasien menolak untuk berpartisipasi. Lama tinggal pasien di bangsal berkisar dari 19 sampai dengan 29 hari. Rata – rata penggunaan kateter adalah 17 % dengan kisaran antara 11-20%. Penggolongan pasien berdasarkan bangsal yang ditempati yaitu internal (30%), Orthopedi (29%), neurologi (14%), dan bedah saraf (14%). Pada tabel 2 menunjukan karakteristik demografi pasien, durasi rata-rata penggunaan kateter, dan CAUTI pada pasien dengan penggunaan cateter >3 hari. Rata-rata penggunaan cateter yaitu 25 hari dan jumlah perangkat selama penelitian berlangsung yaitu 13,783. b. Perawatan Cateter dan Insiden CAUTI Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
8
Semua rumah sakit yang berpartisipasi menggunakan closed drainage system atau pre-connected closed system. Pre-connected closed system digunakan hampir 42% oleh subjek penelitian. Cateter secara rutin diganti tiap 2-4 minggu. c. Urine Culture Pada saat penelitian dokter telah memerintahkan untuk dilakukan 94 kultur urine pada sample yang sudah peneliti tetapkan dan hasilnya 57% kultur positif. Sebuah kultur urin disarankan ketika seorang menampilkan setidaknya salah satu dari berikut : demam yang tidak diketahui penyebabnya (n=9), nyeri pada suprapubik (n=9), urin yang keruh (n=22) dan alasan yang tidak ditentukan ( n=54). Diantara pathogen yang menyebabkan terjadinya CAUTI, presentasi Enterococus spp (32%) adalah yang terbanyak.
d. Analisis Multivariant
Delapan variable yang dimasukan kedalam Cox model dan dua variabel yang diikuti yaitu : non pre connected closed system dan no daily cleansing of perineal area.
Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
2.
9
KESIMPULAN Penelitian ini mengidentifikasi bahwa inkontinensia sebagai faktor risiko utama dalam CAUTIs. Namun kejadian CAUTIs dapat dikurangi hampir 50% dengan pelaksanaan dua elemen dasar dari perawatan kateter. Rumah sakit yang menggunakan silver alloy chateter memiliki tingkat CAUTI tertinggi, ini sangat menunjukkan bahwa bahaya mengandalkan antimikroba di silver alloy dan kelemahan yang dihasilkan dalam perawatan
H.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
1. Kelebihan Jurnal •
Merupakan sebuah penelitian yang bermanfaat dalam memberikan informasi untuk mengurangi dan mencegah infeksi khususnya infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter di rumah sakit, sehingga mungkin dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak rumah sakit.
•
Pada Penelitian ini juga dilakukan pemeriksaan Kultur urin untuk menentukan penyebab bakteri dari UTI. Sehingga secara spesifik dapat diketahui mayoritas bakteri penyebab UTI.
2. Kekurangan Jurnal •
Adanya perbedaan management cateter antara Japan dengan Negara lainnya. Selain itu pada penelitian ini memerlukan waktu yang lama yaitu antara bulan Januari sampai dengan Desember. Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
•
Mayoritas subjek penelitian ini
10
adalah pasien usia 70 tahun dan
cenderung memiliki suhu tubuh lebih besar dari 38C , yang merupakan kriteria untuk gejala infeksi saluran kemih
I.
IMPLIKASI KEPERAWATAN Pedoman pencegahan pertama didapat di rumah sakit UTI dan diterbitkan 25 tahun yang lalu. Sejak saat itu, banyak artikel telah diterbitkan sebagai pengingat pentingnya perawatan kateter dasar. Namun demikian, kepatuhan untuk pencegahan memiliki tingkat yang rendah Survei UTI di Eropa yang melibatkan 141 rumah sakit di 14 negara menunjukkan bahwa kesalahan dalam manajemen kateter urin adalah 53,1 % , dan penggunaan “pre conected closed” ditemukan pada 36,8 % dari pasien dengan kateter. Perawat telah diajarkan prinsip-prinsip mengontrol infeksi, namun mereka mungkin tidak dapat menerapkan prinsip-prinsip ini dalam praktek. Oleh karena itu, terjemahan dari pedoman klinis pencegahan infeksi diperlukan. Dalam pengendalian infeksi, perawat harus memperhatikan keadaan kateter pasien dan memberikan perawatan kateter di setiap rumah sakit. Salah satu pelanggaran yang khas dari perawatan yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah bahwa ketika ada pasien dengan kateter dipindahkan dari tempat tidur kursi roda, urinbag digantung di sisi kursi roda, sehingga penempatannya pada tempat yang lebih tinggi. Mentransfer pengetahuan tentang menghindari kesalahan umum mungkin cukup untuk mengubah praktek-praktek yang keliru. Pengkajian keadaan pasien secara berkala diperlukan untuk mengetahui alasan dalam pemasangan kateter dan meningkatkan kepatuhan terhadap perawatan kateter dasar.
J.
APLIKASI 1. Memonitor pemasangan cateter secara rutin dari tanggal pemasangan sampai dengan waktu penggantian 2. Melakukan perawatan kateter dan juga perawatan pada bagian perineum sesuai dengan SOP. Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
11
Pencegahan infeksi saluran kemih akibat kateter dapat dilakukan dengan : a) Bersihkan area genital pasien menggunakan cairan aseptik sebelum
pemasangan kateter, bersihkan secara rutin setiap hari dan bersihkan menggunakan produk sabun yang aman setelah klien BAB b) Handschoen bersih seharusnya digunakan saat membersihkan genetalia
dan handshoen steril digunakan saat pemasangan kateter c) Setelah kateter terpasang harus difiksasi ke paha pasien dengan alat yang
aman untuk mencegah iritasi, peradangan, dan infeksi. Pergerakan kateter menyebabkan faktor risiko iritasi dan infeksi. d) Letakkan urine bag lebih rendah dari kandung kemih untuk mencegah
terjadinya aliran balik dan menjaga agar tidak infeksi e) Kosongkan urine bag setiap 8 jam atau saat urine bag sudah terisi 2/3 atau
sebelum pasien dipindahkan atau ambulasi f)
Jika kateter telah di pasang selama lebih dari 2 hari, berikan pengingat harian ke penyedia layanan kesehatan untuk mengevaluasi kebutuhan lebih lanjut untuk tetap dipasang.
3. Pembuangan urine dalam urine bag dilakukan secara rutin dan dapat dilakukan secara kolaborasi dengan keluarga pasien. 4. Melakukan monitoring secara rutin terhadap produksi urin yang terdapat di urine bag. 5. Melakukan perawatan cateter tiap hari setelah cateter di pasang 6. Melakukan penggantian cateter, jika kateter sudah terpasang selama 1 minggu. 7. Mengkaji adanya tanda-tanda UTI pada klien secara berkala dan jika sudah muncul gejala-gejala dapat dilakukan penanganan lebih lanjut.
K.
Hambatan dan Solusi Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI
Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study
12
1. Hambatan Sampai saat ini tindakan perawatan cateter di rumah sakit masih jarang dilakukan. Sehingga dalam pengaplikasian tindakan perawatan masih sulit untuk dilakukan serta monitoring terhadap pemasangan cateter. 2. Solusi Peningkatan kesadaran bagi tenaga keperawatan untuk melakukan perawatan terhadap segala tindakan invasive terhadap pasien, untuk mencegah timbulnya infeksi nosocomial yang nanti berakibat bertambahnya LOS pasien.
Journal Analysis| Profesi Ners UMS XI