RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA DAYAK SUHAID DIALEK SEJIRAM Maksima Agnes, Paternus Hanya, Hotma Simanjuntak Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak: Judul penelitian adalah Relasi Semantik Kata Dalam Bahasa Dayak Suhaid Dialek Sejiram. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk pendeskripsian Masalah umum Relasi Semantik Kata dalam BDSDS. Penelitian ini menggunakan metode desktriptif, berbentuk kualitatif. Sumber data yaitu cerita rakyat Bahasa Dayak Suhaid yang telah dituturkan oleh informan ditranskripsikan kedalam bentuk tertulis. Penelitian ini menggunakan teknik pengamatan langsung, yaitu teknik pancing, wawancara dan studi dokumenter. Alat pengumpul data yaitu daftar pertanyaan, instrumen gambar, cerita rakyat dan catatan khusus. Adapun kesimpulan penelitian sebagai berikut. 1) pertalian Relasi antara bentuk dan makna melibatkan: (a) Sinonim (Lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna). (b) Polisemi (Bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna). 2) pertalian relasi antara dua makna melibatkan: (a) Hiponim (cakupan makna dalam sebuah makna yang lain). (b) Antonim (posisi sebuah makna di luar sebuah makna yang lain). 3) pertalian relasi antara satu bentuk mengacu kepada dua referen yang berlainan; Kata kunci: Relasi semantik, Makna dan Bentuk. Abstract: The title of this research is Relasi Semantik Kata Dalam BDSDS. This research is aimed to describe general problem of word semantic relation in Dayak Suhaid Language, Sejiram Dialect. This research conducted by using descriptive method, meanwhile qualitative. The data was collected from Dayak Suhaid folklore which was told by the informant and then transcribed into written format. This research uses direct observation, fishing technique, interview, and documentary study. The researcher is using questions list, picture instrument, folklore, and certain notes as the research instrument. As conclusions of this research are follows: 1) Relation connection between form and meaning involves: a) synonym (has more than one bond form in one meaning) b) polysemi (the same form with more than one meaning) 2) Relation connection between two meanings which. a) Hyponym (meaning scopes in other meanings) b) antonym (position of a meaning beyond another meaning). 3) Relation connection between one a form which refers two different references. Keywords: Semantic relation, meaning and form
B
ahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan gagasan dan pendapatnya sehingga terjadi komunikasi antara satu dengan yang lain dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai mahluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. Tanpa bahasa komunikasi antar masyarakat tidak terwujud. Relasi semantik adalah merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 2002:2). Pendapat yang ini juga diutarakan oleh Chaer (2002:28) sebagai berikut. Relasi semantik kata adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Relasi semantik bahasa ini menyakut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi), ketercakupan makna (hiponim), dan kelainan makna (homonim). Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan relasi semantik kata yang menyangkut sinonim, polisemi, hiponim, antonim dan homonim, antara lain penelitian oleh Elisa (2005), Kristina (2007), dan Cici Pradila (2008) dan Hazlida (2008). Berdasarkan kesimpulan dari keempat penelitian tersebut memang terdapat Relasi Semantik Kata dalam sebuah bentuk dan makna. Namun demikian, keempat peneliti terdahulu di atas memfokuskan penelitian pada relasi semantik kata dalam bahasa Dialek Melayu Ketapang, Bahasa Dayak Kanayatn Dialek Ahe, Bahasa Melayu Dialek Sanggau, dan Bahasa Melayu Dialek Sambas Kecamatan Pemangkat, sedangkan penelitian ini fokus pada Bahasa Dayak Suhaid Dialek Sejiram. Melihat keberuntungan cerita Asal Mula Nanga-Lot, Asal Mula Batu Inai Andan dan Bungkin Uhaŋ Miskin yang hanya sebatas pernah didokumentasi dan ditranskripsi saja. Sejak didokumentasikan dan ditranskripsikan oleh masyarakat Nanga-Lot hingga sekarang cerita ini dibiarkan terbengkalai. Dalam usaha melanjutkan usaha dari masyarakat Nanga-Lot tersebut, diperlukan usaha nyata agar cerita tersebut tidak mengalami stagnasi penelitian. Hal ini juga menunjukkan adanya usaha agar cerita tersebut tetap dapat dilestarikan dan mampu menggugah generasi muda Dayak Suhaid untuk tetap menaruh minat dan perhatian pada cerita rakyat maupun bahasa daerah lainnya. Jika tidak maka bahasa daerah umumnya dan cerita rakyat khususnya akan menjadi bahasa yang “mati”. METODE Metode merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis (Subyantoro dan Suwarto, 2006:30). Menurut Sudaryanto (1988:62) mengemukakan bahwa metode deskriptif semata-mata hanya berdasarkan fakta-fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penerusnya, sehingga dihasilkan berupa pemerian bahasa yang sifatnya potret paparan atau apa adanya. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
2010: 4) “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Nawawi (1983:63) menambahkan bahwa dalam penelitian kualitatif data dikaji, diolah, dan diuraikan dengan kata-kata bukan dengan angkaangka, serta lebih mengutamakan pemahaman. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Wallek dan Warren (1995: 23), peneliti menggunakan transkripsi, penerjemahan, klasifikasi data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Klasifikasi ini karena dalam penelitian ini peneliti memfokuskan untuk melihat relasi semantik dari makna dan bentuk yang tersirat didalamnya. Hal yang dapat dilihat dalam relasi semantik tersebut adalah sinonim, polisemi, hiponim, antonim, dan homonim yang terdapat dalam katakata, frasa ataupun kalimat dalam cerita Asal Mula Nanga-Lot, Asal Mula Batu Inai Andan dan Bungkin Uhaŋ Miskin Desa Nanga-Lot, Kecamatan Sejiram, Kabupaten Kapuas Hulu. Sumber data dalam penelitian ini difokuskan pada cerita rakyat di Desa Nanga-Lot. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Relasi Antara Bentuk dan Makna 2.1 Sinonim Dalam BDS Dialek Sejiram 2.1.1 Sinonim yang Total dan Komplet Tabel 1 Kata yang bersinonim total dan komplet dalam BDS dialek Sejiram. No 1.
2.
Kosa kata sinonim dalam Makna / keterangan Kata Sinonim Dalam BDS Bahasa Indonesia niŋa (CR5K6P4) mendengarkan ‘langsung mendengarkan orang yang berbicara dan kita langsung berkomunikasi dengan orang tersebut’ nipan (CR5K9P4) mendengarkan ‘mendengarkan secara langsung atau tidak langsung orang itu berbicara atau berteriak dan berkomunikasi dengan orang tersebut’ bəhani (CR2K8P1) berani ‘mempunyai hati yang mantap dan percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya atau kesulitan’ kəmpaŋ (CR2K5P1) berani ‘berani menghadapi segala bahaya atau masalah’
Kata yang terdapat pada tabel di atas termasuk ke dalam sinonim yang total dan komplet karena kedua kata itu bertukar dalam semua konteks dan kedua kata itu memiliki identitas makna kognitif dan emotif yang sama. Berikut penggunaan kata-kata yang bersinonim yang total dan komplet dalam kalimat. a. Kata niŋa bersinonim dengan kata nipan Contoh kalimat 1) Nesa gaiʔ niŋa ami yak bandai. (CR5K6P4) 2) Nesa gaiʔ nipan ami yak bandai. (CR5K9P4)
‘Nesa lagi mendengar ibunya berbicara.’ b. Kata bəhani bersinonim dengan kata kəmpaŋ Contoh kalimat 1) bəhani ndaʔ nuʷan ləsi kuma kədihaiʔ? (CR2K8P1) 2) kəmpaŋ ndaʔ nuʷan ləsi kuma kədihaiʔ? (CR2K5P1) ‘berani tidak kamu pergi ke ladang sendiri?’ Contoh Kata di atas dalam BDS merupakan kata bersinonim total dan komplet yang penggunaannya dapat ditukar dalam semua konteks. 2.1.2 Sinonim yang Tidak Total Tetapi Komplet Tabel 2 Kata-kata yang termasuk sinonim tidak total tetapi komplet dalam BDS. No 1.
2.
Kosakata sinonim dalam BDS Makna/keterangan sinonim dalam dialek Sejiram Bahasa Indonesia ami (CR1K4P2) ibu ‘wanita yang telah melahirkan seseorang dan ami atau umaʔ sebutan untuk anak-anak untuk memanggil ibunya pada zaman sekarang’ inai (CR3K2P1) ibu ’wanita yang telah melahirkan seseorang dan sebutan inai di gunakan anak-anak untuk memanggil ibunya pada zaman dahulu’ humah (CR1K3P1) rumah ‘tempat tinggal yang memiliki banyak ruangan dan bisa untuk tempat tinggal yang cukup lama karena bahan atau bagunan yang digunakan bagus dan kokoh’ laŋkau (CR3K3P1) rumah ‘tempat tinggal tetapi tidak memiliki ruangan, hanya satu ruangan saja dan bagunannya seadanya saja serta tidak tahan lama’
Kata-kata yang terdapat pada tabel di atas merupakan kata-kata yang bersinonim tidak total tetapi komplet karena kata-kata tersebut memiliki identitas makna kognitif dan makna emotif yang sama. Berikut penggunaan kata-kata yang bersinonim tidak total tetapi komplet dalam kalimat. a. Kata Inai bersinonim dengan kata ami Contoh kalimat. 1) Uhaŋ tua kami niŋkau uhaŋ tua iya pakai inai. (CR3K2P1) ‘Orang tua kami memanggil orang tuanya dengan sebutan ibu.’ 2) Uhaŋ pitoʔ niŋkau uhaŋ tua iya dah pakai ami. (CR1K4P2) ‘Orang sekarang memanggil orang tuanya sudah dengan sebutan mama.’ b. Kata humah bersinonim dengan kata laŋkau. contoh kalimat. 1) Humah hidak Elis yang pitok udah danoʔ bahu gaiʔ. (CR1K3P1)
‘Rumah mereka Elis yang sekarang sudah di buat baru lagi.’ 2) Laŋkau kami mahuŋ nesiʔ bəsah. (CR3K3P1) ‘Rumah kami yang di kebun tidak besar.’ Contoh kata dalam BDS merupakan kata yang bersinonim tidak total tetapi komplet karena kata-kata tersebut memiliki identitas makna kognitif dan makna emotif yang sama, sinonim ini melibatkan perasaan si penutur. 2.1.3 Sinonim yang Total Tetapi Tidak Komplet Tabel III Kata-kata yang termasuk sinonim total tetapi tidak komplet dalam BDS No
Kosa kata sinonim dalam BDS
1.
niŋkau (CR3K6P2) ŋambah (CR3K9P2)
2.
sambaiʔ (CR3K3P1) tukah (CR3K2P1)
Makna/keterangan Kata Sinonim Dalam Bahasa Indonesia memanggil ‘memanggil orang dengan kata yang jelas’ memanggil ‘memanggil dengan kata yang tidak jelas seperti bersiul’ tukar ‘tukar barang dengan barang’ tukar ‘barang dengan uang atau uang dengan uang’
Kata-kata yang terdapat pada tabel di atas merupakan kata-kata yang bersinonim yang total tetapi tidak komplet karena kata-kata tersebut tidak memiliki identitas makna kognitif dan makna emotif yang sama. Berikut penggunaan kata-kata yang bersinonim yang total tetapi tidak komplet dalam kalimat. a. Kata Niŋkau bersinonim dengan kata ŋambah Contoh kalimat. 1) Armin niŋkau ami iya dekau-dekau,uleh kaki iya luka mpadai isau. (CR3K6P2) ‘Armin memanggil ibunya ku keras-keras karena kakinya luka kena parang.’ 2) Waktu duma aq ŋambah uhang yang mpu uma sebelah. (CR3K9P2) ‘Waktu di ladang aku memanggil orang yang punya ladang sebelah.’ b. Kata sambaiʔ bersinonim dengan kata tukah Contoh kalimat. 1) Ami ku kəlemaiʔ ɳual ŋkayoʔ nəh sambaiʔ dəŋan baluh. (CR3K3P1) ‘Ibu saya kemaren menjual sayurnya di tukar dengan ikan asin.’ 2) Aku tədaiʔ tukah duit yang səhibu mah pakai duit yang besah. (CR3K2P1) ‘saya tadi tukar uang yang seribu susah pakai uang yang besar.’ c. Kata Pihin bersinonim dengan kata piŋgan. 1) Pihin uhaŋ duloʔ gaiʔ banyaʔ tahoʔ dalam lemahi. (G1N4) ‘piring orang dahulu lagi banyak kami simpan dalam lemari.’ 2) Piŋgan huŋ meja yaʔ pakai kami makan bilaŋ ahi. (G1N4) ‘Piring di tempat meja itu dipakai kami makan setiap hari.’
Contoh kalimat di atas dalam BDS merupakan kata yang bersinonim total tetapi tidak komplet karena menyatakan sebutan makna yang sama karena merupakan satu kelompok yang sama. 2.1.4 Sinonim yang Tidak Total dan Tidak Komplet Tabel IV Kata-kata yang termasuk sinonim yang tidak total dan tidak komplet dalam BDS No Kosakata sinonim BDS dialek Sejiram 1. tukuŋ (CR5K2P3) nətaʔ (CR5K2P3) 2.
haŋkai (CR3K3P2) kəhin (CR3K4P2)
3.
siap (CR1K4P1) caʷis (CR1K6P2)
dalam Makna/keterangan sinonim dalam Bahasa Indonesia memotong ‘memutuskan dengan barang tajam, dan memenggal’ memotong ‘mempunyai potongan-potongan tali yang lebih pendek’ kering ‘barang yang basah di keringkan’ kering ‘barang yang kering, dikeringkan lagi’ bersiap ‘seseorang yang sudah siap mau berangkat’ bersiap ‘orang yang siap-siap mengemaskan barang yang mau di bawa pergi’
Kata yang terdapat pada tabel di atas merupakan kata-kata yang termasuk ke dalam sinonim yang tidak total dan komplet. Karena kedua kata itu tidak dapat saling bertukar dalam semua konteks dan tidak memiliki identitas makna kognitif dan makna emotif. Berikut ini penggunaan kata-kata yang bersinonim tidak total dan tidak komplet. a. Kata Nuŋkuŋ bersinonim dengan kata nətaʔ. Contoh kalimat 1) Apaŋ nuŋkuŋ kayu api pakai masaʔ aiʔ. (CR5K2P3) ‘Ayah memotong kayu bakar untuk memasak air.’ 2) Apaʔ gaiʔ nətaʔ dagin manuʔ senaiʔ-senaiʔ. (CR5K2P3) ‘Bapak lagi memotong daging ayam agar kecil-kecil.’ b. Kata haŋkai bersinonim dengan kata kəhin Contoh kalimat. 1) Nana gaiʔ ɳemuh utan yaŋ napan haŋkai. (CR3K3P2) ‘Nana lagi menjemur pakaian yang belum kering.’ 2) Ami gaiʔ ɳəmuh dadaŋ yaŋ tambal neh ulaih napan kəhin. (CR3K4P2) ‘ibu lagi menjemur panci yang di kasih lem karena panci itu belum kering.’ c. Kata caʷis bersinonim dengan kata siap Contoh kalimat 1) Ema gaiʔ caʷis ŋanoʔ utan yaŋ kaʔ pakai iya malam pagi huŋ kawan nəh. (CR1K6P2)
‘Ema lagi siap-siap mengemaskan pakaian yang mau dia bawa pergi tempat temannya.’ 2) Apaʔ dah siap kaʔ ləsi pitoʔ gaiʔ ŋantaiʔ peŋejuŋ hidaʔ diaʔ. (CR1K4P1) ‘bapak sudah siap mau pergi hanya menunggu kedatangan mereka lagi.’ Contoh kata di atas dalam BDS merupakan kata yang bersinonim tidak total dan tidak komplet karena maknanya masih mempunyai hubungan, meskipun dalam konteks pemakainnya sudah berbeda. 2.2 Polisemi Dalam BDS Dialek Sejiram Tabel 5 Kata-kata yang berpolisemi dalam BDS dialek Sejiram No 1.
Polisemi dalam Bahasa Dayak Suhaid nait (CR1K2P3)
Makna/keterangan Polisemi dalam Bahasa Indonesia naik a. naik pohon ‘bergerak ke atas atau ke tempat yang lebih tinggi’ b. naik pangkat ‘bertambah tinggi (mahal, besar dan banyak) dan meningkat’ c. naik haji ‘pergi ke tanah mekah mengadakan ibadah haji’ d. naik bukit ‘mendaki atau menanjak bukit yang tinggi’
Kata yang terdapat dalam tabel di atas dikelompokan ke dalam polisemi dalam BDS dialek Sejiram karena polisemi merupakan satu bentuk ujaran atau kata yang memiliki makna lebih dari satu yang masih mempunyai hubungan tertentu meskipun hanya sedikit sekali atau hanya bersifat kiasan. Berikut penggunaan kata berpolisemi dalam kalimat. a. Kata nait Contoh kalimat 1) Eto jatoʔ nait kayu petaŋ tədaiʔ ikoʔ nəh lukaʔ. (CR1K2P3) ‘Eto jatuh memanjat pohon tadi pagi sehingga tubuhnya luka.’ 2) Pak Johan bulan yaŋ dulok nait paŋkat jadi hidaʔ pitoʔ ɳelamat neh. (CR1K2P3) ‘Pak Johan bulan kemaren naik pangkat jadi baru sekarang diadakan syukuran.’ 3) Bulan toʔ apaʔ duʷa ami Susi nait haji ke məkah. (CR1K2P3) ‘Bulan ini bapak dan mama Susi naik haji ke mekah.’ 4) Edi duʷa Erwin pətaŋ tədaiʔ nait bukit uyan yaŋ taŋgaiʔ di kampuŋ kami. (CR1K2P3) ‘Edi dan Erwin tadi pagi mendaki bukit uyan yang tinggi di kampung kami.’ Kata nait merupakan polisemi dalam BDS dialek Sejiram karena satu kata memiliki banyak makna. kata nait dapat bermakna memanjat pohon, naik
pangkat atau jabatannya semakin tinggi, naik haji mendaki bukit dan masih banyak makna lainnya tergantung konteks dari kalimatnya seperti terlihat pada ke empat contoh kalimat di atas. 3. Relasi Antara Dua Makna 3.1 Hiponim Dalam BDS Dialek Sejiram Tabel 6 Kata-kata yang berhiponim dalam BDS dialek Sejiram. No 1
Kosakata dalam BDS binataŋ (CR1K7P3)
Hiponim dalam BDS binataŋ behuaŋ, binataŋ pelanduʔ, binataŋ bantin, binataŋ kuha, binataŋ landaʔ.
Polisemi dalam bahasa Indonesia binatang beruang, binatang kancil, binatang banteng, binatang kura-kura, binatang landak,
Hubungan hiponim ini dekat dengan sinonim apabila sebuah kata memiliki semua komponen makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya maka hubungan itu disebut hiponim. Relasi hiponim bersifat searah bukan dua arah. a. Kata behuaŋ, pelanduʔ, bantin, kuha, landaʔ berhiponim terhadap kata binataŋ Contoh kalimat 1) Pak Amir kelemaiʔ baɳaʔ bulaih binataŋ dalam babas. (CR1K7P3) ‘Pak Amir kemarin banyak dapat binatang di dalam hutan.’ 2) behuaŋ, pelanduʔ, bantin, kuha, landaʔ gaiʔ baɳaʔ idup huŋ kampuŋ kami. (CR1K7P3) ‘Beruang, kancil, banteng, kura-kura, dan landak, masih banyak hidup di kampung kami.’ Kata binataŋ dalam BDS dialek Sejiram mencakup pengertian binataŋ behuaŋ, pelanduʔ, bantin, kuha, landaʔ dan sebagainya. Kata binataŋ berada pada kelas atas, sedangkan binataŋ behuaŋ, pelanduʔ, bantin, kuha, dan landaʔ berada pada kelas bawah. Kata yang terdapat pada kalimat di atas dikelompokan ke dalam hiponim BDS dialek Sejiram karena makna kata-kata tersebut merupakan bagian dari cakupan-cakupan dalam sebuah makna yang lain. Misalnya kata pelanduʔ adalah hiponim terhadap binataŋ sebab makna pelanduʔ berada atau termasuk dalam makna binataŋ. pelanduʔ memang merupakan binataŋ bukan hanya pelanduʔ melainkan juga termasuk behuaŋ, bantin, kuha dan landaʔ. 3.2 Antonim Dalam BDS Dialek Sejiram 3.2.1 Antonim Kembar (mutlak) Tabel 7 Kata-kata yang berantonim kembar dalam BDS dialek sejiram. No Kosakata antonim dalam Makna/keterangan antonim dalam BDS dialek Sejiram Bahasa Indonesia
1.
siaŋ (CR1K1P2) malam (CR5K1P4)
2.
idup (CR1K7P3) tujah (CR4K3P2)
siang ‘bagian hari yg terang (yaitu dari matahari terbit sampai terbenam)’ malam ‘suatu hal yang sangat gelap, tidak ada bayangan sedikit pun bagaimana akan memeriksa dan menyelidikinya’ hidup ‘seseorang yang masih hidup, yang masih bisa menghebuskan napasnya’ mati ‘orang yang sudah meninggal atau tidak bernapas lagi’
Kata-kata yang terdapat pada tabel di atas tergolong antonim kembar karena terdapat pertentangan makna secara mutlak. Berikut penggunaan kata yang berantonim kembar dalam kalimat. a. Kata idup berantonim dengan kata tujah Contoh kalimat. 1) Akeʔ duʷa ineʔ dahi uhaŋ tua ami ku gaiʔ idup mhua. (CR1K7P3) ‘Kakek dan nenek dari orang tua ibu saya masih hidup semua.’ 2) Akeʔ duʷa ineʔ dahi uhaŋ tua apaʔ ku dah tujah mhua. (CR4K3P2) ‘Kakek dan nenek dari orang tua ayah saya sudah meninggal semua.’ Kata idup berantonim kembar dengan kata tujah dalam BDS dialek Sejiram, Dikatakan berantonim kembar karena pertentangan makna antara kedua kata ini bersifat mutlak. Bila dikatakan tidak idup bearti tujah dan bila dikatakan tidak tujah berarti idup. Kedua kata ini tidak dapat berlangsung bersamaan, tetapi secara bergantian karena pertentangan antara kata idup dan kata kata tujah ini secara mutlak. b. Kata Siaŋ berantonim dengan kata malam Contoh kalimat 1) siaŋ ahi toʔ panas bənah. (CR1K1P2) ‘Siang hari ini panas benar.’ 2) Malam ahi huŋ kampuŋ kami suɳaiʔ bənah nesiʔ baɳaʔ uhaŋ yaŋ kəluah. (CR5K1P4) ‘Malam hari tempat kampung kami sunyi benar tidak banyak orang yang keluar.’ Kata siaŋ berantonim kembar dengan kata malam dalam BDS dialek Sejiram di katakan berantonim kembar karena pertentangan makna antara kedua kata ini bersifat mutlak. Bila dikatakan tidak siaŋ berarti malam dan bila dikatakan tidak malam berarti siaŋ. Kedua kata ini tidak dapat berlangsung bersamaan, tetapi secara bergantian karena pertentangan antara kata siaŋ dan kata malam ini secara mutlak.
3.2.2 Antonim Majemuk Tabel 8 Kata-kata yang termasuk antonim majemuk dalam BDS dialek Sejiram. No 1.
Kosakata antonim BDS isau (CR5K2P3) luŋaʔ (CR5K2P3)
dalam Makna / keterangan antonim dalam bahasa Indonesia parang ‘pisau besar (lebih besar daripada pisau biasa, tetapi lebih pendek daripada pedang)’ pisau ‘bilah besi tipis dan tajam yang bertangkai sebagai alat pengiris dan sebagainya’
Kata-kata yang terdapat pada tabel di atas tergolong dalam antonim majemuk karena melibatkan pertentangan antara banyak kata. Penyakalan terhadap salah satu anggotanya berarti pengasan terhadap anggota-anggota yang lainnya. Berikut penggunaan kata-kata yang berantonim majemuk dalam kalimat. a. kata isau berantonim dengan Kata luŋaʔ ‘. Contoh kalimat. 1) Apaʔ ku kelamaiʔ meli isau hung akeʔ Acu. (CR5K2P3) ‘bapak aku kemarin membeli parang tempat kakek Acu.’ 2) Daha gaiʔ ɳihap ŋkayoʔ pakai luŋaʔ. (CR5K2P3) ‘dara lagi memotong sayur pakai pisau.’ Kata-kata isau, luŋaʔ merupakan jenis-jenis besi dalam BDS dialek Sejiram penegasan terhadap jenis besi lainnya. Apaʔ ku kelamaiʔ meli isau hung akeʔ Acu bisa saja mencakup pengertian membeli isau atau luŋaʔ. 3.2.3 Antonim Gradual Tabel 9 Kata-kata yang termasuk antonim gradual dalam BDS dialek Sejiram dapat di lihat pada tabel berikut. No Antonim kata dalam Bahasa Antonim kata dalam Bahasa Indonesia Dayak Suhaid 1 pandaʔ ‘CR5K2P3’ pendek ‘mengurangi memotong supaya menjadi lebih pendek’ paɳaŋ (CR5K2P3) panjang ‘menjadikan panjang dari yang pendek’ 2. baɳaʔ (CR5K11P4) banyak ‘besar jumlahnya atau tidak sedikit’ sikit (CR5K9P4) sedikit ‘tidak banyak atau tidak seberapa’ Kata-kata yang terdapat dalam tabel di atas tergolong antonim gradual karena pertentangan maknanya bersifat tidak mutlak, melainkan bersifat gradasi
atau terdapat tingkatan-tingkatan makna pada kata-kata tersebut. Berikut penggunaan kata-kata yang berantonim gradual dalam kalimat. a. Kata pandaʔ berantonim dengan kata Paɳaŋ Contoh kalimat 1) Ani maoʔ bənah makai baju pandaʔ. (CR5K2P3) ‘Ani selalu suka memakai baju pendek.’ 2) Nesa tiʔ maoʔ kak ləsi ndaʔ kalaʔ ndan makai baju yaŋ Paɳaŋ. (CR5K2P3) ‘Nesa kalau mau keluar selalu memakai baju yang lengan panjang.’ Kata pandaʔ berantonim dengan kata Paɳaŋ dalam BDS dialek Sejiram berantonim gradual. Sesuatu yang dikatakan Paɳaŋ bukan berarti pandaʔ, begitu juga sesuatu yang dikatakan tidak pandaʔ bukan berarti Paɳaŋ. Pertentangan makna kata antara kata paɳaŋ dan kata kata pandaʔ sangat relatif apalagi ukuran dengan kemampuan manusia, tergantung siapa yang menggunakan kata tersebut. Pendapat dan pandangan setiap orang berbeda untuk memaknai kata Paɳaŋ dan kata pandaʔ, ada makna agak Paɳaŋ, cukup Paɳaŋ, Paɳaŋ, sangat Paɳaŋ dan Paɳaŋ sekali. b. Kata baɳaʔ berantonim dengan kata sikit Contoh kalimat 1) Sahi toʔ baɳaʔ bənah uhaŋ ləsi mutuŋ uleh ahi toʔ bait. (CR5K11P4) ‘Hari ini banyak orang yang pergi noreh karena hari ini bagus cuacanya.’ 2) Ŋkayoʔ gəgaʔ hidaʔ ami sikit gaʔ. (CR5K9P4) ‘Sayur di cari mereka ibu sedikit saja.’ Kata baɳaʔ berantonim dengan kata sikit dalam BDS dialek Sejiram berantonim gradual. Sesuatu yang dikatakan baɳaʔ bukan berarti sikit, begitu juga sesuatu yang dikatakan tidak sikit bukan berarti baɳaʔ. Pertentangan makna kata antara kata baɳaʔ dan kata sikit sangat relatif apalagi ukuran dengan kemampuan manusia, tergantung siapa yang merusaknya. Pendapat dan pandangan setiap orang berbeda untuk memaknai kata baɳaʔ dan kata sikit itu, boleh jadi orang yang mengatakan baɳaʔ dan ada yang mengatakan camut terhadap objek yang sama. 3.2.4 Antonim Relasional Tabel 10 Kata-kata yang berantonim relasional dalam BDS dialek Sejiram. No Antonim kata dalam Antonim kata dalam Bahasa Indonesia Bahasa Dayak Suhaid 1 dudi (CR1K5P3) belakang ‘paling belakang atau paling akhir’ depan ‘paling muka atau paling depan, cepat’ duloʔ (CR1K5P3) 2 ɳual (CR3K1P1) menjual ‘persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual’ məli (CR3K2P1) membeli ‘memperoleh sesuatu melalui
penukaran (pembayaran) dengan uang’ Kata-kata yang terdapat pada tabel di atas tergolong antonim relasional karena makna kata-kata tersebut saling melengkapi artinya kehadiran kata yang satu karena ada kehadiran kata lain yang sifatnya saling melengkapi. Berikut penggunaan kata-kata yang berantonim relasional dalam kalimat. a. Kata dudi berantonim dengan kata duloʔ. Contoh kalimat. 1) Bala hidaʔ yaʔ palin dudi aŋkat yaŋ lain dah dataŋ mhua. (CR1K5P3) ‘Rombongan mereka itu yang paling terakhir berangkat yang lain sudah berangkat semua.’ 2) Aku palin duloʔ dahi pada hidaʔ ləsi. (CR1K5P3) ‘Saya yang paling cepat dari pada mereka pergi.’ Kata dudi dan kata duloʔ dalam BDS dialek Sejiram merupakan kata yang berantonim relasional karena sifatnya saling melengkapi. Tidak ada suatu di sebut dudi kalau tidak ada duloʔ, sebaliknya tidak ada yang duloʔ kalau tidak ada dudi. Walaupun makna kedua kata ini berlawanan tetapi, kehadirannya secara serempak. Kehadiran kata dudi karena ada kata duloʔ. b. kata ɳual berantonim dengan kata məli 1) Ali ɳual sapi huŋ Amir. (CR3K1P1) ‘Ali menjual sapi tempat Amir.’ 2) Amir məli sapi huŋ Ali. (CR3K2P1) ‘Amir membeli Sapi tempat Ali.’ Kata ɳual dan kata məli dalam BDS dialek Sejiram merupakan kata yang berantonim relasional karena sifatnya saling melengkapi. Tidak ada suatu di sebut ɳual kalau tidak ada məli, sebaliknya tidak ada yang məli kalau tidak ada ɳual. Walaupun makna kedua kata ini berlawanan tetapi, kehadirannya secara serempak. Kehadiran kata ɳual karena ada kata məli. 3.2.5 Antonim Hirarkis Tabel 11 Kata-kata yang berantonim hirarkis dalam BDS dialek Sejiram. No
Kosakata antonim dalam BDS
1.
pagi (CR1K2P1) lusaʔ (CR1K5P2)
2.
duʷa (CR5K7P1) tiga (CR5K7P1)
Makna/keterangan antonim dalam Bahasa Indonesia besok ‘hari sesudah hari ini atau esok hari, dan saat yang akan datang’ lusa ‘dua hari sesudah hari ini atau esok lusa’ dua ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka dua (arab) atau II (romawi)’ tiga ‘bilangan yang dilambangkan dengan angka tiga (arab) atau III (romawi)’
Kata-kata yang terdapat dalam tabel di atas tergolong antonim hirarkis. Karena pertentangan makna yang terjadi antara kata-kata tersebut menduduki posisi yang berlainan dan menyatakan suatu derajat atau tingkatan. Berikut penggunaan kata-kata yang berantonim hirarkis dalam kalimat. a. Kata pagi berantonim dengan kata lusaʔ. Contoh kalimat. 1) Pagi aku pulaŋ ke kampuŋ gaiʔ. (CR1K2P1) ‘besok aku pulang ke kampung lagi.’ 2) Apaʔ ku lusaʔ ka aŋkat ke pontianaʔ. (CR1K5P2) ‘bapak aku lusa mau berangkat ke pontianak.’ b. Kata duʷa berantonim dengan kata tiga 1) duʷa ahi gaiʔ kami masuʔ səkulah. (CR5K7P1) ‘dua hari lagi kami masuk sekolah.’ 2) Apaŋ tiga ahi gaiʔ ke Pontianaʔ, huŋ sanaʔ tuʷa neh. (CR5K7P1) ‘bapak tiga hari lagi ke Pontianak, tempat sepupunya.’ Contoh kata di atas dalam BDS merupakan istilah mengenai tingkatan hari atau angka secara berturut-turut. 4. Relasi Satu Bentuk Mengacu kepada Dua Referent yang Berlainan Tabel XII Kata-kata yang berhomonim dalam BDS dialek Sejiram No 1 2 3
Kosakata dalam BDS a) lesi (CR1K2P1) b) lesi (CR1K2P1) a) bau (CR2K4P1) b) bau (CR2K4P1) a) duloʔ (CR3K1P1) b) duloʔ (CR2K3P1)
Makna/keterangan antonim kata dalam bahasa Indonesia hilang mau berangkat atau pergi pundak fungsi hidung untuk mencium sesuatu dahulu ‘jaman dahulu’ di depan ‘orang yang jalannya paling depan atau yang dahulu berangkat’
Kata-kata yang terdapat pada tabel di atas dikelompokan ke dalam homonim dalam BDS dialek Sejiram karena kata-kata tersebut terdapat dari dua kata atau lebih yang memiliki bentuk ejaan dan lafal yang sama tetapi maknanya berlainan. Berikut penggunaan homonim dalam kalimat. a. kata lesi berhomonim dengan lesi. Contoh kalimat 1) Səlup aku yaŋ itam lesi kena pakai Ela. (CR1K2P1) ‘Sendal aku yang hitam hilang di pakai Ela.’ 2) Hidaʔ Ari ahi toʔ lesi kuma mhua nəsiʔ di humah. (CR1K2P1) ‘Mereka Ari hari ini pergi ke ladang semua tidak ada yang di rumah.’ Kata lesi digolongkan dalam kelompok homonim karena dua buah kata yang sama bentuknya memiliki makna yang berlainan atau berbeda. Dalam
BDS dialek Sejiram kata lesi memiliki dua makna. pada kalimat pertama kata lesi berarti hilang, sedangkan kalimat kata lesi pada kalimat kedua memiliki pengertian pergi atau berangkat, jadi makna antara kata lesi yang pertama dengan makna kata lesi yang kedua tidak ada hubungan sama sekali, oleh karena itu kata lesi ini dikelompokan ke dalam homonim karena kedua kata memiliki lafal dan ejaan yang sama ini memiliki makna yang berbeda. b. Kata bau berhomonim dengan bau Contoh kalimat 1) Lucaʔ bilit humah bau bənah sampai ke humah bau neh. (CR2K4P1) ‘Lumpur di belakang rumah bau benar sampai ke dalam rumah baunya.’ 2) Bau uhang iyak besah benah sesuai dengan ikoʔ neh. (CR2K4P1) ‘Bahu orang itu besar benar sesuai dengan tubuhnya.’ Kata bau digolongkan dalam kelompok homonim karena dua buah kata yang sama bentuknya memiliki makna yang berlainan atau berbeda. Dalam BDS dialek Sejiram kata bau memiliki dua makna. pada kalimat pertama kata bau berarti Pundak, sedangkan kalimat kata bau pada kalimat kedua memilki pengertian Fungsi hidung untuk mencium, jadi makna antara kata bau yang pertama dengan makna kata bau yang kedua tidak ada hubungan sama sekali, oleh karena itu kata bau ini dikelompokan ke dalam homonim karena kedua kata memiliki lafal dan ejaan yang sama ini memiliki makna yang berbeda. c. Kata duloʔ berhomonim dengan kata duloʔ Contoh kalimat 1) Uhaŋ duloʔ lain deŋan uhaŋ pitoʔ, dah baɳaʔ yaŋ bəhubah səsuai deŋan zaman. (CR3K1P1) ‘orang dahulu beda dengan orang sekarang, sudah banyak yang berubah sesuai dengan perkembangan zaman.’ 2) Ali palin duloʔ ləsi ŋail dahi apaʔ iya. (CR2K3P1) ‘Ali paling cepat pergi memancing dari pada bapaknya.’ Kata diam digolongkan dalam kelompok homonim karena dua buah kata yang sama bentuknya memiliki makna yang berlainan atau berbeda. Dalam BDS dialek Sejiram kata duloʔ memiliki dua makna. pada kalimat pertama kata duloʔ berarti Dahulu (jaman dahulu), sedangkan kalimat kata duloʔ pada kalimat kedua memiliki pengertian Di depan (orang yang jalannya paling depan, dahulu berangkat), jadi makna antara kata duloʔ yang pertama dengan makna kata duloʔ yang kedua tidak ada hubungan sama sekali, oleh karena itu kata duloʔ ini dikelompokan ke dalam homonim karena kedua kata memiliki lafal dan ejaan yang sama ini memiliki makna yang berbeda. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini bahwa dalam cerita Bugkin Orang Miskin, Asal Mula Nanga-Lot, Asal Mula Batu Ibu Andan, Hantu Panjang dan Binatang berperang terdapat kata-kata relasi semantik dalam Bahasa Dayak Suhaid. Selain itu cerita ini juga bermanfaat bagi pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Penjelasan kesimpulan di atas diuraikan sebagai berikut. Relasi semantik kata dalam cerita Bugkin Orang Miskin, Asal Mula
Nanga-Lot, Asal Mula Batu Ibu Andan, Hantu Panjang dan Binatang berperang dilihat dari 1) Relasi Antara Bentuk dan Makna, sinonim yang total dan komplet Kata (niŋa dan nipan ‘mendengarkan’), sinonim yang tidak total tetapi komplet (humah dan laŋkau ‘rumah’), sinonim yang total tetapi tidak komplet (niŋkau dan ŋambah ‘memanggil’), sinonim yang tidak total dan tidak komplet (siap dan caʷis siap’). Polisemi dalam BDS dialek Sejiram yaitu pertalian bentuk atau kata yang memiliki makna lebih dari satu, contonya kata nait bermakna a) naik pangkat b) naik haji. Relasi antara dua makna, hiponim dalam BDS dialek Sejiram merupakan semacam relasi antar kata yang berwujud atas bawah atau dalam sebuah makna mengandung sejumlah komponen lain. Contoh hiponim dalam BDS dialek Sejiram behuaŋ, pelanduʔ, bantin, kuha, landaʔ berhiponim terhadap kata binataŋ. Antonim dalam BDS dialek Sejiram yaitu kata-kata yang maknanya berlawanan atau bertentangan yang wujudnya logis. Antonim di bagi menjadi lima jenis, yaitu antonim kembar (siaŋ >< malam), antonim majemuk (isau >< luŋaʔ) antonim gradual (pandaʔ >< Paɳaŋ), antonim relasional (dudi >< duloʔ) dan antonim hirarkis (pagi >< lusaʔ). Relasi antara satu bentuk yang mengacu kepada dua referen yang berlainan (homonim) dalam BDS dialek Sejiram yaitu berhubungan antarkata yang sama bunyinya dan atau sama lafalnya, tetapi berlainan maknanya. Contohnya kata lesi yang bermakna ‘hilang’ dan kata lesi yang bermakna ‘pergi’. DAFTAR RUJUKAN Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik I Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT. Eresco. Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT. Eresco. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 1995. Dialekologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: gadjah Mada University Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Pertama Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tarigan, Guntur Henry. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.