REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan yang lebih besar dari pada peningkatan produksi gula nasional sehingga terjadi defisit gula di Indonesia. Defisit gula nasional sudah terjadi sejak tahun 1967 dan terus mengalami peningkatan sehingga kebutuhan gula nasional terpaksa harus dipenuhi melalui impor gula. Pada tahun 2011 luas areal kebun tebu mencapai 433.000 ha dan produksi hablur 2,39 juta ton. Kebutuhan gula pada tahun 2014 diperkirakan sekitar 5,7 juta ton. Kebutuhan ini akan terpenuhi bila areal pertanaman tebu diperluas hingga 1 juta ha. Selain perluasan areal, pencapaian target swasembada gula ditempuh dengan cara meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula (Haryono, 2011). Selama kurun waktu 2002 – 2010, produktivitas tebu berkisar antara 67,1 – 81,8 ton/ha, sedangkan rendemen antara 6,47 – 8,20% (Ditjenbun, 2011). Apabila produktivitas dapat ditingkatkan menjadi 87,5 ton/ha dan rendemen ditingkatkan menjadi 8,5% maka perluasan areal untuk pencapaian target swasembada gula dapat dikurangi (Haryono, 2011). Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007). Menurut Ditjenbun (2011),
luas total areal tebu
mencapai
418.260 ha, tersebar di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Dari luas areal tersebut terbanyak di Jawa Timur yaitu mencapai 193.573 ha (54%). Masa tanam optimal tebu ada dua pola, yaitu pola pertama pada awal musim kemarau sekitar Mei – Agustus, sedangkan pola kedua pada awal musim hujan September – November (Ditjenbun, 2011). Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu yang ditanam petani di lahan tegalan dan sawah
masing-masing sebesar 75 dan 95
ton/ha dengan rendemen gula berkisar antara 7,3 – 7,5%.
Produktivitas dan 1
rendemen ini masih dibawah potensinya yaitu 90 ton/ha untuk tebu yang ditanam di lahan tegalan, sedangkan tebu yang ditanam di lahan sawah mencapai 100 ton/ha dengan rendemen gula bisa diatas 10% (Indrawanto, 2010) . Usaha untuk meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula antara lain dengan menggunakan varietas unggul serta menerapkan teknik budidaya yang benar. Salah satu kegiatan penerapan teknik budidaya yang dapat meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula adalah roges atau klentek, yaitu kegiatan memisahkan pelepah daun tebu yang telah kering (daduk) dengan tujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun, memaksimalkan sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diroges adalah daun kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50% (Siregar, 2011). Selama musim tebu, roges dilakukan sebaiknya sampai tiga kali yaitu pertama dilakukan sebelum gulud akhir (umur 4 – 5 bulan) untuk memudahkan pekerja yang akan melakukan pembumbunan akhir. Roges kedua dilakukan pada umur 7 – 8 bulan. Daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari 7 – 9 ruas diatas guludan sampai batas daun-daun yang hijau. Daun-daun yang masih hijau tidak boleh diklentek karena dapat mengganggu pertumbuhan tebu (Sutardjo, 2009). Roges ketiga dilakukan empat minggu sebelum tebang (Suryadi, 2009; Dirjenbun, 2011). Sampai saat ini, roges pertama
dilakukan dengan menggunakan tangan,
sedangkan roges kedua dan ketiga menggunakan sabit. Kebutuhan tenaga kerja untuk roges dengan cara ini mencapai 24 HOK atau setara dengan Rp 600.000,- per hektar per sekali roges, sehingga diperlukan biaya sekitar Rp 1.800.000,- selama musim tanam tebu. Diperlukan alat roges agar dapat menekan kebutuhan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
2. Pokok Permasalahan Roges atau pelepasan pelepah daun tebu yang telah kering diperlukan karena sinar matahari dapat masuk ke sela-sela tanaman sehingga proses pembentukan glukosa-sakarosa di
dalam batang tebu dapat dioptimalkan. Kegiatan ini dapat
meningkatkan produksi tebu dan rendemen gula. Namun permasalahannya adalah belum tersedianya alat roges tebu, sehingga roges dilakukan dengan tangan atau sabit. Cara ini menyebabkan kebutuhan tenaga kerja untuk roges menjadi cukup besar. Diperkirakan selama musim tebu dibutuhkan sekitar 72 HOK atau Rp 2
1.800.000,- per hektar untuk biaya roges. Dengan diaplikasikannya alat roges tebu diharapkan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya roges dibanding roges dengan alat sabit.
3. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh prototipe alat roges tebu yang efektif terbuat dari bahan-bahan lokal dengan teknik pengerjaan sederhana sehingga mudah ditiru dan diperbanyak oleh perajin di sekitar wilayah pengembangan tebu.
4. Metodologi Pelaksanaan Alat roges tebu dirancang agar dapat dioperasionalkan dengan mudah oleh tenaga kerja pria maupun wanita. Material komponennya berasal dari bahan-bahan lokal, tidak terlalu mahal, agar dapat diadopsi dengan mudah. Alat roges ini didesain supaya efektif dan ergonomis dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ringan namun tahan lama. Prinsip kerja alat roges ini adalah mengait dan menarik pelepah daun tebu yang telah kering dengan alat yang mempunyai dua sisi mata sabit yang cukup tajam sehingga seluruh bagian pelepah daun tebu yang diroges lepas dari batangnya. . Waktu pelaksanaan Maret – Nopember 2012. Pelaksanaan uji kinerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan fase meroges yaitu: (1) pada saat menjelang gulud akhir, umur 4 – 5 bulan, (2) pada saat tebu umur 7 – 8 bulan dan (3) pada saat 4 minggu sebelum tebang. Berdasarkan panjang tangkai dibuat tiga macam alat roges untuk menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Pengujian dilakukan di lahan tebu milik petani di Jawa Timur.
4.a. Lokus Kegiatan
:
Kegiatan perekayasaan dilaksanakan di Bengkel Perekayasaan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang, sedangkan uji kinerjanya dilaksanakan di pertanaman tebu di Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur dipilih sebagai tempat dilakukan pengujian karena 54% lahan tebu dfi Indonesia berada di Jawa Timur.
3
4.b. Fokus Kegiatan : Pertanian Pangan
4.c. Bentuk Kegiatan : Penelitian/perekayasaan dan pengembangan.
BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan •
Mempelajari dan mengevaluasi teknik pelepasan daun tebu kering (roges) menggunakan sabit yang dilakukan petani tebu.
•
Pembuatan desain alat pelepas daun (roges) tebu
•
Pembuatan prototipe alat roges tebu
•
Uji kinerja alat roges
•
Modifikasi (bila diperlukan) dan penyempurnaan
a. Perkembangan Kegiatan Pada tahap awal dilakukan pengamatan kegiatan klentek daun tebu dengan alat sabit yang dilakukan oleh tenaga peroges di lahan tebu milik petani di Kab. Malang dan Kab. Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data atau parameter design yang diperlukan untuk membuat rancangan design prototipe alat roges daun tebu. Data yang diperlukan meliputi: alat yang digunakan untuk meroges, cara menggunakan alat tersebut, varietas tebu, umur tanaman tebu, tinggi tanaman tebu, jarak antar baris atau Pusat ke Pusat (PKP), jumlah ruas, jumlah daun yang diroges, panjang leng atau baris tebu per petak tebu. Berdasarkan data tersebut dibuat rancangan design alat agar target output yang dikehendaki dapat direalisasikan. Rancangan desain alat roges daun tebu yaitu sabit bermata dua dengan tujuan satu kali gerakan dapat meroges semua daun pada batang tebu di kedua sisi kiri dan kanan batang tebu. Dari rancangan desain, dibuat prototipe alat roges tebu. Prototipe dibuat dari bahan besi-baja dengan berat yang hampir sama dengan alat roges sebelumnya, sudut lengkung disesuaikan dengan posisi daun dan bisa efektif menjangkau untuk berbagai ketinggian posisi daun,
4
tangkai alat roges dibuat dari kayu dengan panjang bervariasi menyesuaikan dengan ketinggian tanaman tebu. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Jawa Timur yang merupakan propinsi yang memiliki luas lahan tebu terbesar yaitu mencapai 54% dari total luas lahan tebu di Indonesia.
b. Kendala-Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Tidak dijumpai kendala pada saat pelaksanaan kegiatan
2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran No.
Uraian
Volume
Jumlah (Rp.)
satuan
Persentase (%)
1.
Gaji dan upah
1 keg
123.200.000,-
61,60
2.
Bahan
1 keg
11.700.000,-
5,85
3.
Perjalanan
1 keg
59.600.000,-
29,80
4.
Lain-lain
1 keg
5.500.000.-
2,75
200.000.000,-
100
Total Biaya
b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Termin I
: 30 % dari anggaran (= Rp. 60.000.000,-) bulan April 2012
Termin II
: 50 % dari anggaran (= Rp. 100.000.000,-) bulan Mei/juni 2012
Termin III
: 20 % dari anggaran (= Rp. 40.000.000,-) bulan September 2012
Pengelolaan Anggaran Termin I No.
Uraian
Volume
Jumlah
satuan
(Rp.)
1.
Gaji dan upah
1 keg
40.350.000,-
2.
Bahan
1 keg
-
3.
Perjalanan
1 keg
29.605.000,-
4.
Lain-lain
1 keg
-
Total Biaya
69.955.000,-
5
Pengelolaan Anggaran Termin II No.
Uraian
Volume
Jumlah
satuan
(Rp.)
1.
Gaji dan upah
1 keg
59.70.000,-
2.
Bahan
1 keg
11.683.000,-
3.
Perjalanan
1 keg
23.495.000,-
4.
Lain-lain
1 keg
4.800.000,-
Total Biaya
99.678.000,-
c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Hasil penelitian berupa prototipe alat roges tebu dan pengelolaan aset dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat di Malang.
d. Kendala – Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Tidak ada
BAB III
METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA
1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Pelaksanaan pengukuran parameter desain yang dilakukan di lahan tebu di Kab. Malang dan Kab. Situbondo, Jawa Timur, diperoleh data sebagai berikut: alat roges yang digunakan adalah alat semacam sabit bermata satu yang cukup tajam. Cara penggunaannya adalah dengan mengarahkan mata sabit ke pelepah daun yang hendak diroges, kemudian menariknya dari atas ke bawah sampai semua daun yang hendak diroges lepas dari batang tebu. Kegiatan ini diulang pada sisi sebelahnya, sehingga setiap batang tebu paling sedikit mendapatkan dua kali gerakan meroges roges agar semua target daun pada kedua sisi batang tebu dapat diroges semuanya. Pada saat dilakukan pengukuran parameter desain, umur tanaman tebu sekitar 8 bulan. Jarak antar baris atau Pusat ke Pusat (PKP) 100 cm. Tinggi tanaman 2,0 – 3,0 m. Jumlah ruas 13 – 19. 1 leng/lolos = 10 m. Dalam 1 leng terdapat 118 – 150 batang tebu. 1 Ha = 900 leng. Jumlah daun yang diroges = 4 – 7 lembar daun. Waktu yang diperlukan untuk meroges dengan sabit bermata tunggal sekitar 5,5
6
menit/leng/orang. Jika 1 hari = 6 jam kerja meroges, maka dalam 1Ha memerlukan sekitar 14 HOK. Pembuatan design alat roges tebu mengacu pada alat roges sabit bermata satu. Rancangan alat roges yaitu sabit bermata dua dengan tujuan satu kali gerakan dapat meroges semua daun pada batang tebu di kedua sisi kiri dan kanan. Prototipe dibuat berdasarkan design rancangan.
Alat roges berbentuk sabit bermata dua
dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan waktu 3,5 menit/leng/orang atau setara dengan 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit. Tujuan modifikasi adalah untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges.
a. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Alat roges tebu dirancang agar dapat dioperasionalkan dengan mudah oleh tenaga kerja pria maupun wanita. Material komponennya berasal dari bahan-bahan lokal, tidak terlalu mahal, agar dapat diadopsi dengan mudah. Alat roges ini didesain supaya efektif dan ergonomis dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ringan namun tahan lama. Prinsip kerja alat roges ini adalah mengait dan menarik pelepah daun tebu yang telah kering dari atas ke bawah dengan alat yang mempunyai dua mata sabit yang cukup tajam sehingga seluruh bagian pelepah daun tebu yang diroges lepas dari batangnya. Waktu pelaksanaan Maret – Nopember 2012. Pelaksanaan uji kinerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan fase meroges yaitu: (1) pada saat menjelang gulud akhir, umur 4 – 5 bulan, (2) pada saat tebu umur 7 – 8 bulan dan (3) pada saat 4 minggu sebelum tebang. Berdasarkan panjang tangkai dibuat
tiga macam alat roges untuk menyesuaikan dengan
ketinggian tanaman tebu. Pengujian dilakukan di lahan tebu milik petani di Jawa Timur.
7
b. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Diperolehnya prototipe alat roges tebu yang dapat menghemat tenaga kerja hingga 37,5% dibanding alat roges sebelumnya serta diterimanya alat roges tersebut
oleh
petani-peroges
untuk
kegiatan
meroges
di
wilayah
pengembangan tebu.
c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa Telah dibuat prototipe alat roges daun tebu berdasarkan rancangan design. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan tenaga kerja 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit dengan tujuan untuk meniadakan batang tebu yang terjepit dibagian pangkal alat roges pada saat meroges.
2. Potensi Pengembangan ke Depan Prototipe alat roges daun tebu ini mempunyai potensi untuk dikembangkan dimasa mendatang karena dirasakan manfaat dan keunggulannya oleh petaniperoges. Keunggulan alat roges ini dibanding alat roges sebelumnya yaitu: (1) Mempercepat waktu meroges, (2) cara penggunaannya mirip dengan alat roges sebelumnya yang biasa digunakan oleh peroges, (3) harga relatif tidak jauh bebeda dengan alat sebelumnya, (3) terbuat dari bahan lokal yang mudah didapat di wilayah pengembangan tebu, (4) pembuatannya mudah. Untuk mengembangkan alat roges ini diperlukan sistem yang efektif yaitu diawali dengan kegiatan sosialisasi alat roges di petani tebu, Pabrik Gula serta instansi terkait dengan perkebunan khususnya komoditas tebu.
8
a. Kerangka Pengembangan ke Depan Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu ini dapat dikembangkan oleh pengguna seperti petani-peroges maupun Pabrik Gula karena bahan penyusunnya mudah tersedia dan pengerjaannya relatif mudah.
b. Strategi Pengembangan ke Depan. Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu ini dikembangkan melalui beberapa media pengembangan, yaitu: sosialisasi ke petani-peroges, staf Pabrik Gula, instansi terkait, website Balittas
BAB IV
SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Sinergi koordinasi dilaksanakan dengan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur, BPTP Jawa Timur, dan beberapa Pabrik Gula di Jawa Timur. Strategi koordinasi diawali dengan kunjungan/sosialisasi ke instansi tersebut dan ditindak lanjuti dengan penyelerasan program perbaikan budidaya khususnya kegiatan roges daun tebu. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Direalisasikannya program serta disepakatinya MoU kegiatan klentek daun tebu menggunakan alat roges bermata dua dengan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur, dan beberapa Pabrik Gula di Jawa Timur. c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Telah disepakati penggunaan alat roges daun tebu di PT Gunung Madu Plantation di Lampung, PG Krebet Baru di Malang.
2.
Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Hasil litbangyasa berupa prototipe alat roges tebu disosialisasikan ke Dinasdinas terkait, Pabrik-pabrik gula dan langsung ke petani-peroges
9
b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Penerapan hasil inovasi teknologi litbangyasa oleh pengguna dan adanya transfer teknologi dari peneliti ke penyuluh serta ke petani pengguna.
c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Telah disepakatinya penggunaan alat roges daun tebu di PT Gunung Madu Plantation di Lampung dan PG Krebet Baru di Malang.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan a. Hasil Litbangyasa berupa prototipe alat roges daun tebu yang dibuat mengacu pada parameter desain. Alat roges berbentuk sabit bermata dua dibuat dari bahan besi-baja. Sudut lengkung = 50o. Panjang alat roges = 38 cm. Tangkai terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi yaitu = 18, 57 dan 93 cm. Uji kinerja dilakukan di lahan tebu di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil pengujian menunjukkan penggunaan alat roges memerlukan tenaga kerja 8,75 HOK/Ha. Efisiensi penghematan mencapai 37,5%. Modifikasi dilakukan dengan menambah penahan terbuat dari pipa kecil yang diletakkan diantara dua mata sabit, 2 cm setelah pangkal mata sabit dengan tujuan
untuk meniadakan batang tebu yang terjepit
dibagian pangkal alat roges pada saat meroges.
b. Pengembangan alat roges daun tebu dilakukan dengan berkoordinasi bersama Dinas terkait, Pabrik Gula dan BPTP
2. Saran Pengembangan alat roges tebu melalui program dan pembiayaan dari pemerintah/Dinas-dinas terkait dengan pengawalan dari peneliti dan perekayasa.
10