References
ocean environment
275
Terumbu Karang dan Perubahan Iklim
Diadaptasi dari Bahasa Inggris oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia
Terumbu Karang dan Perubahan Iklim Panduan Pendidikan dan Pembangunan Kesadartahuan
Kerjasama
4
terumbu karang dan perubahan iklim
Setiap hari
500 juta orang menggantungkan hidupnya pada terumbu karang yang sehat
Desa di Sulawesi Tengah yang kehidupannya tergantung pada laut yang sehat. (inset) Membersihkan ikan hasil tangkapan sehari-hari. intro
5
6
terumbu karang dan perubahan iklim
40% terumbu karang telah hilang atau rusak parah
Terumbu karang di Pulau Weh, Aceh, setelah tsunami. (inset) Memonitor kerusakan setelah tsunami. intro
7
Karang Acropora bercabang yang sehat. 8
terumbu karang dan perubahan iklim
Jika karang mengalami tekanan akibat perubahan suhu sebesar satu sampai dua derajat maka akan
memutih
Karang Acropora bercabang yang mengalami pemutihan. intro
9
10
terumbu karang dan perubahan iklim
Gangguan pertumbuhan karang akibat
pengasaman laut
akan mengubah terumbu karang sehingga bentuknya tak lagi dapat dikenali
(inset)
Karang yang didominasi oleh alga akan semakin banyak. Terumbu karang yang sehat lebih tahan terhadap perubahan iklim. intro
11
12
terumbu karang dan perubahan iklim
Lebih dari 16 000 spesies tumbuhan dan hewan di dunia saat ini terancam
punah
(inset)
Ikan hiu, hewan predator penting di laut. Seratus juta hiu dibunuh setiap tahun hanya untuk mendapatkan siripnya, sementara seluruh bagian tubuh lainnya dibuang begitu saja. intro
13
14
terumbu karang dan perubahan iklim
Milyaran manusia menghadapi resiko akibat iklim yang berubah
2004
Aceh setelah tsunami intro
15
Bagaimana masa depan kita?
16
terumbu karang dan perubahan iklim
Kesempatan kita untuk melakukan perubahan semakin menyempit
Bertindaklah Sekarang
Generasi muda dan tua sama-sama menikmati terumbu karang. (inset) Mari berpartisipasi menjadi relawan CoralWatch. intro
17
Water intro
18 Coral Reefs and Climate Change
Kata Sambutan MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Dalam rangka penerbitan buku Terumbu Karang dan Perubahan Iklim. Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari 17.000 pulau yang membentang di khatulistiwa, dengan garis pantai sepanjang lebih dari 95.000km. Terumbu karang di perairan laut Indonesia merupakan salah satu terumbu karang yang memiliki keragaman hayati laut tertinggi dan terindah di dunia. Terumbu karang bukan hanya indah dan merupakan rumah bagi ribuan ikan laut sehingga penting secara sosial dan ekonomi, namun memiliki fungsi sebagai pelindung utama garis pantai dari gelombang dan badai laut, serta merupakan ekosistem penting yang menunjang ekosistem lainnya, baik di di laut dan maupun di darat. Polusi dan peningkatan emisi karbon di atmosfer akibat kegiatan manusia, peningkatan suhu global dan pengasaman laut merupakan ancaman besar bagi kelanjutan hidup terumbu karang, yang pada akhirnya mengancam ketersediaan hasil-hasil laut dan kelangsungan industri yang terkait dengannya, dari industri perikanan, wisata, rekreasi, hingga farmasi. Keterkaitan ini penting sekali untuk dipahami, karena Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi keempat tertinggi di dunia yang sedang aktif membangun, sementara kehidupan jutaan penduduk Indonesia secara langsung tergantung pada laut dan hasil-hasil laut. Dalam rangka mewujudkan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk Menjadikan Indonesia Sebagai Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015, diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara efisien dan berkesinambungan. Buku ini merupakan sumbangan bagi pendidikan pengelolaan kelautan dan perikanan yang sangat diperlukan untuk memperluas pengetahuan dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan terumbu karang dan ekosistem laut, serta keterkaitannya dengan ekosistem-ekosistem lain. Saya sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas terbitnya buku ini. Saya harap buku ini menjadi salah satu referensi penting untuk mengelola bidang kelautan dan perikanan di Indonesia. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jakarta, Mei 2011
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA Dr. Ir. Fadel Muhammad
20
terumbu karang dan perubahan iklim
Pendahuluan Terumbu karang merupakan ‘puncak pencapaian alam’ di lautan. Terumbu karang merupakan kehidupan laut yang dihargai orang apa pun kebangsaannya, dan perlu dilindungi dari ancaman yang telah menghancurkan berbagai kekayaan bumi ini. Walaupun tidak semua orang pernah melihat terumbu karang, keindahan dan keajaiban terumbu karang terus menarik perhatian banayak orang, diliput berbagai media, menjadi objek seni visual, ditulis dalam berbagai publikasi, dan merupakan bahan pelajaran di berbagai strata pendidikan. Namun yang menyedihkan, terumbu karang tidak bebas dari pengaruh perubahan iklim, dan hal inilah yang menjadi fokus buku ini. Masa depan terumbu karang sepertinya suram. Pada tahun 1980-an terjadi pemudaran warna dan pemutihan karang di seluruh dunia, dan kondisi ini merupakan respons terumbu karang terhadap kondisi kadar CO2 yang saat itu masih lebih rendah dari 340ppm. Saat saya menulis pengantar ini, kadar CO2 sudah lebih dari 387ppm, dan banyak sekali pembicaraan mengenai kemungkinan mempertahankan tingkat CO2 di bawah 450ppm untuk menjaga agar pemanasan global tetap di bawah 2°C. Pembicaraan ini tidak memperhatikan kenyataan bahwa karang belum pernah menghadapi tingkat pemanasan setinggi ini sejak masa Pleistosen, dan yang lebih penting, hampir semua spesies di terumbu karang belum pernah mengalami laju peningkatan karbon dioksida seperti sekarang dalam keseluruhan sejarah evolusinya. Selain kenaikan suhu, pada pertengahan abad ini pengasaman laut juga akan memakan korban, dan kita akan memutar waktu kembali ke pertengahan masa Eosen pada saat tingkat CO2 telah menyebabkan kehancuran terumbu karang di seluruh dunia. Membaca buku ini membuat kita takut. Takut bahwa generasi kita akan merusak lingkungan sedemikian hebatnya sehingga terumbu karang, bersama begitu banyak ekosistem penting lainnya, tidak akan punya tempat lagi di bumi ini. Namun buku ini juga memberikan harapan. Harapan terbesar terletak pada kekuatan manusia untuk melakukan perubahan dan mengambil keputusan dengan cepat. Untuk mewujudkan hal ini, ilmu pengetahuan harus mengungkapkan secara meyakinkan dan harus mengkomunikasikannya kepada seluruh kalangan. Buku ini melakukannya. Semoga sukses. Australia, November 2009
Dr Charlie Veron Mantan peneliti utama The Australian Institute of Marine Science dan penulis buku Corals of the World (tiga volume)
22 Coral Reefs and Climate Change
Kata Pengantar Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Segitiga Karang (‘Coral Triangle’), dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Luas terumbu karang Indonesia sekitar 51.000km2 yang menyumbang 18% dari luas total terumbu karang dunia dan 65% dari luas total terumbu karang di kawasan ‘Coral Triangle’. Pentingnya peranan ekosistem terumbu karang tidak diragukan lagi, selain sebagai salah satu komponen penyokong utama kehidupan perairan laut, juga merupakan sumber kehidupan sehari-hari masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti perikanan dan wisata. Saat ini terumbu karang menghadapi berbagai ancaman tidak saja akibat dari kegiatan manusia, namun juga sebagai akibat perubahan iklim. Ancaman perubahan iklim di Indonesia telah terbukti dengan kejadian pemutihan karang massal pada tahun 1997-1998. Terjemahan buku ‘Coral Reefs and Climate Change’ ke dalam Bahasa Indonesia yang diadaptasi sesuai dengan kondisi di Indonesia adalah suatu upaya yang patut dihargai dan saya sangat mendukung upaya ini. Buku ini ditujukan bagi kalangan pemerintahan, akademisi dan pemerhati masalah kelestarian lingkungan pesisir dan laut. Kepada Hon. Mr. Peter Garret, mantan Menteri Lingkungan Hidup Australia, dan Bapak Dr. Ir. Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia saya menyampaikan perhargaan atas gagasan penerjemahan buku ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pemerintah Australia, khususnya kepada Ministry of Sustainability, Environment, Water, Population and Communities atas bantuan dana yang diberikan kepada tim University of Queensland untuk menerjemahkan buku ini. Kepada tim penerjemah Linda Badib dan Krisantini, editor utama Luh Putu Ayu Savitri Chitra Kusuma beserta timnya serta Dr. Tonny Wagey saya sampaikan terima kasih atas kesungguhan dan kerja kerasnya dalam penyelesaian buku ini. Demikian pula terima kasih disampaikan kepada peneliti Badan Litbang KP yang sedang tugas belajar di University of Queensland: Novi Susetyo Adi dan Frida Sidik; serta Muhammad Kamal atas koreksi akhir naskah buku ini. Selanjutnya kepada seluruh pihak lain: The Nature Conservancy Bali, WWF - Indonesia, Wildlife Conservation Society, Yayasan TERANGI, The Climate Project - Indonesia, Dive Centre Thalassa dan peneliti dari Badan Litbang KP yang telah berkontribusi pada buku ini, baik berupa opini, tulisan, maupun foto dan ilustrasi, kami sampaikan terimakasih. Harapan kami, buku ini dapat meningkatkan kesadartahuan serta mendorong peran serta masyarakat dalam mengawasi/menjaga kawasan terumbu karang Indonesia menggunakan Tabel Kesehatan Karang Coral Watch yang telah disediakan dalam buku ini. Sekarang adalah saatnya untuk berbuat yang terbaik demi pelestarian masa depan terumbu karang kita. Jakarta, Mei 2011
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS
‘Mari kita mendidik (anak-anak kita) untuk memperhatikan, bertanya, mengagumi, melestarikan dan melakukan lebih baik lagi dari yang kita lakukan...’ Prof. Justin Marshall - Ahli Biologi Laut dan Neurosains Visual Ecology Lab, Sensory Neurobiology Group (sebelumnya Vision Touch and Hearing Research Centre) Queensland Brain Institute, The University of Queensland, Brisbane, Australia Pertama kali saya mengenal terumbu karang ialah saat saya berusia 5 tahun, berpegangan erat pada punggung ayah saya dengan ketakutan, melihat terumbu karang di perairan Florida Keys utara yang saat ini telah lama hilang. Saya ketakutan saat itu karena ayah saya seorang pre-Cousteau dan saya tahu kemampuan renangnya tidak terlalu baik walaupun ia seorang ahli biologi laut. Saat itu berkali-kali ia menyelam sehingga saya bisa melihat ikan-ikan terumbu dan karang-karang melalui masker yang saya kenakan. Dalam perjalanan kembali, di atas kapal saya berpikir, saya telah menemukan harta karun yang luar biasa besarnya di bawah laut. Ya, saya menemukannya dahulu, namun sekarang harta karun itu telah hilang. Sebagai mantan Presiden Masyarakat Terumbu Karang di Australia dan pendiri Coral Watch, saya menyaksikan harta karun yang sama sedang dirampas di Australia, padahal Australia dianggap sebagai salah satu dari tempat perlindungan terakhir bagi terumbu karang yang masih asli di seluruh dunia. Kini saya telah memiliki anak, saya mengajarkan mereka berenang, Prof. Justin Marshall - Marine biologist and neuro scientist menyelam, dan menikmati warna-warni dan kehidupan terumbu karang. Kadang saya tertanya, bila kelak mereka dewasa, apakah mereka akan menulis cerita sedihLab., yang Sensory sama tentang kesalahan pengelolaan ekploitasi karang untuk Visual Ecology Neurobiology Group (formerlydan Vision Touchterumbu and anak-anak mereka?
Hearing Research Centre) School of Biomedical Sciences, The University of Queensland, Brisbane, Australia
Buku ini merupakan sebuah upaya untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi, walaupun dapat membuat pembaca menjadi agak takut dan merasa tidak nyaman. Namun sebenarnya, bersama ahli biologi laut lain yang memiliki pengalaman yang sama dalam mengamati kehilangan terumbu karang, saya sangat berharap bahwa semoga saya salah! Sayangnya, sebagai seorang ilmuwan yang memiliki 40 tahun pengalaman bekerja langsung pada sistem terumbu karang dan menyaksikan kematian terumbu karang, sebagian besar kenyataan yang saya lihat memang demikian. Kita harus bertindak sekarang dan mengambil keputusan. Kita harus bergerak lebih cepat dari sistem pemerintahan yang ada sekarang. Ini merupakan pilihan yang sederhana sekali Australia! Anda ingin melihat Great Barrier Reef 50 tahun lagi atau tidak? Saya sangat berharap buku ini dapat memotivasi anak-anak untuk bertanya kepada orangtuanya (yaitu kita, saya) ‘Mengapa hal ini dibiarkan terjadi? Mengapa tidak bertindak lebih awal dan berbuat lebih banyak lagi untuk memperbaiki kondisi ini? Lihat, ini ada buku petunjuk tentang bagaimana menyelamatkan terumbu karang, dapatkah kita melakukannya Ayah, Ibu?‘ Ini juga merupakan tanggung jawab utama bagi guru, karena buku ini juga ditujukan untuk para guru. Para pelindung terumbu karang di masa depan ada di bawah bimbingan anda. Ajarkanlah anak-anak untuk mengamati, bertanya, mengagumi, menghargai dan melestarikan terumbu karang, DAN melakukan yang lebih baik dari yang telah kita lakukan. Anak-anak bersiap-siap untuk ‘snorkeling’.
24
terumbu karang dan perubahan iklim
Kata Pengantar Buku ini ditujukan bagi setiap orang yang ingin mengeksplorasi keajaiban alam dan keindahan terumbu karang, dan ingin memahami tentang faktor-faktor yang menciptakan maupun menghancurkan alam dan terumbu karang. Lebih dari 40% terumbu karang di dunia kini telah hilang atau tidak bisa dikenali lagi, dan laju kehilangan terumbu karang lima kali lebih cepat dari hilangnya hutan hujan. Saat ini kita berupaya mengurangi emisi karbon agar kadar CO2 di atmosfer tidak lebih dari 450ppm, namun pada tingkat ini terumbu karang tidak dapat bertahan di masa depan. Hasil kajian ilmiah terbaik yang dipublikasikan pada akhir 2009 menunjukkan bahwa tingkat CO2 sebesar 350ppm seharusnya menjadi batas tertinggi. Hilangnya ekosistem yang indah ini, karang, ikan yang berwarna warni, invertebrata, alga dan kehidupan lain di lingkungan terumbu karang merupakan masa depan yang menakutkan bagi kita semua. Bagi negara-negara di kawasan Segitiga Karang dan kawasan lain dimana terumbu karang menjadi tumpuan hidup, hilangnya terumbu karang dapat menimbulkan potensi bencana kemanusiaan. Kehancuran karang merupakan masalah yang akan mempengaruhi komunitas global; masalah ini tidak terbatas hanya pada ekosistem terumbu karang, namun jauh lebih luas lagi. Ini merupakan masalah bersama, sehingga solusi harus kita temukan bersama. Kita sebagai umat manusia mampu bekerjasama secara cepat bila ada momentum yang mendesak, sejarah telah menunjukkan hal ini. Saatnya adalah sekarang. Keempat penulis buku ini memiliki latar belakang yang berbeda: guru, pendidik lingkungan untuk dewan (’council’), profesor sains, dan seniman grafis. Kami semua pernah hidup dan bekerja dengan terumbu karang dan secara langsung pernah menyaksikan keindahan maupun kehancuran terumbu karang. Kami bukanlah ekstrimis lingkungan, atau ‘catastrophist’ yang ingin memancing perdebatan yang tidak seimbang. Perdebatan sudah berakhir dan seperti yang akan anda lihat sendiri, tidak ada lagi hambatan ekonomi maupun teknis yang menghalangi kita untuk menyeimbangkan kembali iklim di bumi ini. Yang masih kurang saat ini ialah komitmen kita. Kami sangat beruntung karena telah memiliki kesempatan bekerja dengan para ilmuwan dan pendidik ternama dalam menyusun buku ini. Banyak di antara mereka memberikan kontribusi pribadinya dalam bentuk informasi, gambar, komentar dan hal penting lainnya. Kami sangat berterimakasih kepada pihak yang telah mengevaluasi buku ini, di antaranya ahli terumbu karang dan iklim Charlie Veron, Over Hoegh-Guldberg, oseanografer Scarla Weeks dan guru-guru SMA, Kelly Goodingham (Marine Teachers Association of Queensland), Kathy Steggles dan Kay Channon. Dave Wachenfeld dan The Great Barrier Reef Park Authority yang telah membantu kami memvalidasi dan menyediakan data yang terbaru. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA – USA) telah sangat bermurah hati memberikan peta dan saran-sarannya untuk buku ini. Kami berterimakasih kepada Steve Parish, Australia, atas saran dan ide-idenya, kepada Rektor University of Queensland (UQ) yang sebelumnya dan sekarang, John Hay dan Paul Greenfield, yang telah membantu produksi buku ini dan memberi kondisi yang kondusif bagi buku ini di dalam lingkungan UQ, sehingga buku ini berkembang. Kami berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah menyumbangkan foto, gambar, teks, ulasan dan dukungan bagi buku ini dan buku kerja kami, terutama Chris Roelfsema yang telah memberikan banyak sekali foto, dan Gabrielle Deschamps untuk kerja keras dan kesabarannya membaca dan mengedit buku ini. Program CoralWatch, yang menjadi awal dari pembuatan buku ini, melibatkan banyak sekali dosen pembimbing, mahasiswa dan sukarelawan, khususnya Uli Siebeck, Brad Cox, Tony Isaacson, Kylie Greig dan Kylie McPherson yang telah sangat membantu dalam permulaannya dan dalam pemanfaatan program monitoring dan pendidikan internasional ini. Seorang Indian bijak mengatakan: ‘Kita bukan mewarisi lingkungan kita dari nenek moyang kita, namun kita meminjamnya dari anak-anak kita’, dan pendapat ini berlaku untuk terumbu karang dunia. Kami berharap buku ini akan memberikan inspirasi bagi pembacanya untuk mulai mempertanyakan masa depan yang kita ciptakan, dan menyediakan alasan-alasan untuk melakukan revolusi perubahan dalam cara hidup kita; dan juga memberikan ide-ide dan cara-cara untuk membantu anda melakukannya. Australia, November 2009 Justin Marshall Craig Reid Dave Logan Diana Kleine
Daftar Isi Lingkungan Laut
Tanpa pengaruh laut maka semua kehidupan di daratan akan berakhir.
Terumbu Karang
Peran terumbu karang terhadap kehidupan jauh lebih besar dari yang kita pahami saat ini.
26
Lingkungan Laut
31
Tentang Air
32
Salinitas
34
Tektonika Lempeng
36
Struktur Dasar Laut
38
Laut yang Basa
40
Energi dari Matahari
44
Pencahayaan Alami
46
Suhu Laut
48
Irama dan Aliran
50
Hembusan Angin
54
Hubungan Arus
58
Laut-laut yang Produktif
62
El Niño
68
Kenaikan Muka Air Laut
72
Pengasaman Laut
74
Ikan yang Terancam
78
Terumbu Karang
87
Pentingnya Terumbu Karang
88
Dimulainya Kehidupan Baru
90
Pola Penyebaran
92
Karang Pembentuk Terumbu
94
Pertumbuhan Karang
98
Zona-zona Terumbu Karang
100
Kisah Ikan
104
Ikan yang Lapar
108
Bentuk Ikan
110
Kumpulan Besar Invertebrata
112
Alga Beraneka Warna
120
Keterkaitan
124
Jejaring Makanan di Laut
126
Status Terumbu Karang
128
Kunci Bagi Masa Depan
134
Pemutihan Karang
136
Daya Lenting Ekosistem
140
Garis Dasar yang Berubah
144
Ekosistem yang Berubah
148
terumbu karang dan perubahan iklim
Daftar Isi Perubahan Iklim
Jika emisi karbon berlanjut seperti yang kita lakukan sekarang setiap ekosistem pada planet ini akan berubah secara permanen.
Apa yang Bisa Kita Lakukan
Saat ini kita sedang membentuk masa depan kita. Kita semua harus berperan dan mengajak orang lain untuk berbuat yang sama.
Perubahan Iklim
155
Titik Kehancuran
156
Target yang Lebih Aman
158
Dinamika Iklim
160
Siklus Karbon
162
Gas Rumah Kaca
164
Asal usul Bahan Bakar
166
Persamaan Energi
168
Selamat datang ke Masa Antroposen
172
Memonitor Perubahan
174
Penemuan Ilmiah Terbaru
178
Mitigasi
182
Apa yang Bisa Kita Lakukan
191
Jalan Menuju Sukses
192
Kehidupan Sehari-hari
194
Kehidupan Profesional
198
Anda Merupakan ‘Pasar’
200
Pemukiman Yang Sejahtera
202
Partisipasi Masyarakat
204
Menjembatani Perbedaan
206
Terumbu Karang, Keprihatinan Kita yang Terbesar
208
Mengubah Perspektif
210
Membangkitkan Kesadartahuan
214
Pemantauan oleh Masyarakat
216
Masyarakat Kepulauan Seribu
Mengelola Terumbu Karang
218
Memahami Lebih Baik Melalui Penelitian
220
Usaha Bersama
226
Konservasi Alam
228
Pengelolaan Wilayah Pesisir secara Efektif
230
Penelitian di UQ
232
Melindungi Warisan Dunia
238
Gambaran Yang Lebih Besar
240
Lampiran
244
Glosarium
246
Daftar Pustaka
252
Indeks
262
Kontributor Foto dan Ilustrasi
266
Ucapan Terima Kasih Edisi Bahasa Inggris
270
Ucapan Terima Kasih Edisi Bahasa Indonesia
272 daftar isi 27