Etalase
SUSUNAN
REDAKSI
ANAKKU, INSPIRASIKU
MEDIAKOM Penanggung Jawab: drg. Murti Utami, MPH Pemimpin Redaksi: drg.Rarit Gempari, MARS Sekretaris Redaksi: Sri Wahyuni, S.Sos,MM Redaktur/Penulis: Zahrotiah, S.Sos, M. Kes, Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM Resty Kiantini, SKM, M.Kes, Giri Inayah,S.Sos,MKM, Anjari Umarjianto,S.Kom, Awallokita Mayangsari,SKM, Waspodo Purwanto, Hambali, Eko Budiharjo, Juni Widiyastuti, SKM, Desain Grafis & FotoGrafer: drg. Anitasari, S,M, Wayang Mas Jendra,S,Sn, Sekretariat: Endang Retnowaty, Iriyadi, Zahrudin
drg. Murti Utami, MPH
A
ILUSTRASI: SHUTTERSTOCK.COM
Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Ruang 109, Jl. Hr Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta, 12950 Telp: 021-5201590, 52907416-9 Fax: 021-5223002,52960661 Call Center: 021-500567 Email:
[email protected]
da sebagian orang tua yang tidak siap menghadapi kenyataan pahit, ketika mengetahui anak kesayangannya ternyata mengalami kelainan. Ia lahir dan tumbuh tidak seperti anak normal pada umumnya. Misal, anak mengalami keterbelakangan mental dan kecerdasan berada dibawah normal. Orang tua sering merasa malu, sehingga menyembunyikan keberadaan dan interaksinya dengan masyarakat umum. Sebut saja Amir, seorang ayah pada akhirnya menikah lagi dan jarang pulang ke rumah, setelah mengetahui anaknya menderita down syndrome. Memang tidak mudah bagi orang tua yang kebetulan mempunyai anak dengan keterbelakangan mental. Selain sulit dalam merawat dan mendidik, juga berbiaya lebih besar dari anak normal, karena serba khusus. Seperti, makanan, pendidikan, sarana bermain, perawatan dan lainya. Jadi, memang orang tua harus serba ekstra. Mulai ekstra perhatian, biaya, ilmu pengetahuan tumbuh kembang anak, sabar dan percaya diri, sehingga dapat menerima apa adanya anak, lahir batin, sekalipun memiliki keterbelakangan mental. Sumini, salah satu contoh seorang ibu yang tegar, sabar dan terus menimba ilmu dengan cara membaca, bertanya, diskusi dan belajar dari pengalaman sendiri atau orang lain. Ibu yang sering dipanggil mama Chika ini dapat memberi inspirasi kepada para orang tua dengan anak berkebutuhan khusus atau normal. Ia menerima menekuni hidup dengan serba ekstra selama 7 tahun. Suka, duka dan kesulitan menjadi menu harian. Tapi mama Chika tak pernah mengeluh, apalagi menyesali, justru malah merasa mendapat karunia. “Anakku, inspirasiku”, ujarnya. Nah, bagaimana kisah-kisahnya dalam menjalani hidup yang penuh liku bersama anak berkebutuhan khusus, mediakom kali ini mengangkatnya dari beberapa sisi sudut pandang yang berbeda. Mulai dari sudut pandang orang tua, khususnya ibu, penerimaan keluarga, pendidikan dan perawatan kesehatannya, kami angkat pada rubrik media utama. Selain itu, tak ketinggalan artikel ringan tentang berkomunikasi yang mudah, enak dan menyenangkan kami angkat dalam rubrik liputan khusus. Selamat menikmati.l Redaksi
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 1
Daftar Isi PREVALENSI AUTISME MENINGKAT
MEDIA UTAMA 18-39
Setiap anak dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda dalam rentang waktu kehidupannya. Ada anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan normal, namun ada pula yang tidak. Seringkali dijumpai gejala masalah atau gangguan dalam pertumbuhan maupun perkembangan anak. Salah satu gangguan pada masa anak-anak yang semakin banyak terjadi dan menunjukkan trens peningkatan adalah autisme.
ETALASE 1 INFO SEHAT 4-11
10 Keuntungan Konsumsi Jeruk Plus & Minus Konsumsi Durian 25 Tips Hamil Sehat 3 Manfaat Buah Anggur untuk Ibu Hamil l 11 Manfaat Tersembunyi Buah Pepaya l 6 Tips Sehat Nonton TV untuk Anak l l l l
4
7 2 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
10
PERISTIWA 12-17
l BBKPM Surakarta Menyapa Lewat Tayangan TV l Fasilitas Kesehatan Perkuat Jejaring BBKPM Surakarta l PeringatanHari Ulang Tahun Saka Bakti Husada ke-30 l Kemenkes Memberikan Penghargaan Kepada Nakes Teladan Kemenkes
14
SURAT PEMBACA UNTUK RAKYAT 42-43
l Pelayanan Kesehatan Provinsi Aceh: l Butuh Penguatan Sistem Rujukan dan SDM Kesehatan
46 KOLOM 44-47
l Mudik Pulang Kampung l Hilangkan Perilaku Kerja Non Produktif
LIPUTAN KHUSUS 48-55 l l l l l
Gali Potensi Melalui Coaching Percaya Diri Bicara di Depan Publik Kenali Dirimu! Menuju Presentasi Yang Wow Perbedaan itu Kekuatan
48
DARI DAERAH 56-61
l Puskesmas Kasihan 1 Kabupaten Bantul: Akronin Jawa, Harmonisasi Budaya dan Kesehatan l Hidup Sehat ala Masyarakat Bantul
LENTERA 62-65 RESENSI 66-67
Syarat menjadi Tim Nusantara Sehat Saya baru lulusan S1 Farmasi, ingin mengikuti program nusantara sehat, bagaimana caranya dan apa persyaratan mengikuti tim nusantara sehat? Agustina-Sumatra Utara Jawab: Terima kasih atas pertanyaan Saudari Agustina, adapun persyaratan calon peserta tim nusantara sehat sebagai berikut : 1. Warga Negara Indonesia 2. Usia maksimal 30 tahun untuk dokter umum, dan untuk tenaga kesahatan lainnya usia maksimal 25 tahun 3. Status belum menikah 4. Sehat jasmani dan rohani 5. Bebas narkoba 6. Berkelakuan Baik 7. Mempunyai STR yang masih berlaku Informasi lebih lanjut dapat menghubungi nusantarasehat. depkes.go.id
Legalisir STRA dan apa syaratnya? Bagaimana proses legalisir STRA dan apa saja persyaratanya. Terima kasih. Asih Jawab: Terima kasih Saudara telah menghubungi Halo Kemkes 1500567, adapun cara melegalisir STRA dan syaratnya sebagai berikut: Saudara dapat mendatangi langsung ULT (Unit Layanan Terpadu) lantai 5 gedung Prof Suyudi Jl.H.R Rasuna Said Kav 4-9 loket 6,7 atau melalui pos di tujukan ke Sekretariat Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes gedung Kementerian Kesehatan Jl. H.R Rasuna Said Kav 4-9 lantai 8 ruang 801 atau hub hotline STRA 08119255612. Syarat legalisir membawa isazah asli. Untuk pembuatan STRA bisa melalui online STRA.on.line dan syaratannya : 1. fotokopi ijazah Apoteker; 2. fotokopi surat sumpah/janji Apoteker; 3. fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku; 4. surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; 5. surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; 6. pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 3
INFO SEHAT
10
Keuntungan
Konsumsi Jeruk Buah jeruk sangat mudah di dapat karena buah ini hadir di semua musim, apalagi di negara tropis seperti Indonesia. Sejak dulu jeruk sudah diketahui memiliki banyak manfaat, salah satunya jeruk nipis yang digunakan sebagai obat alami untuk batuk. Buah ini ternyata memiliki banyak sekali manfaat, terutama untuk menjaga kesehatan tubuh seperti dikutip dari dreamdth.com berikut:
Kandungan herperidin di dalam buah jeruk membantu menurunkan tekanan darah dan kandungan folat melindungi tubuh dari penyakit kardiovaskular
Kesehatan Pencernaan
Vitamin C dalam buah jeruk mencegah terjadinya maag dan seratnya membantu membersihkan usus besar
Menurunkan kadar kolesterol
Kandungan limonin membantu mengurangi LDL atau kolesterol jahat
Menguatkan ginjal
Membantu mencegah batu ginjal dan mengefisienkan penyaringan toksin atau racun dalam tubuh
4 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
Anti Kanker
Studi menyebutkan bahwa resiko kanker menurun pada 40-50 % orang yang mengkonsumsi buah jeruk. Hal ini karena kandungan anti karsinogen yang mencegah penyebaran sel kanker.
Menguatkan sistem imun Tingginya kandungan vitamin C membantu mengusir virus dan bakteri yang membahayakan tubuh. Mencegah pilek, flu dan infeksi telinga.
Bersifat Alkali
Kaya akan mineral alkalin membantu menyeimbangkan keasaman tubuh.
Menyehatkan kulit
Mengandung vitamin esensial dan mineral untuk kecantikan, membantu mengusir masalah kulit.
Anti inflamasi
Buah jeruk membantu mencegah kerusakann akibat radikal bebas yang sering memicu terjadinya peradangan.
Melindungi penglihatan
Penuh dengan kandung karotin, jeruk membantu mencegah rabun senja dan degenerasi makular.l
ILUSTRASI: VAPABLE.COM, FREEPIK.COM, DIOLAH
Kesehatan Jantung
Plus & Minus B
uah durian yang memiliki berat antara 1 -4 kg ini biasanya berdiameter hingga 15 hingga 30 cm. Buah dengan kulitnya yang tajam seperti duri ini memiliki daging buah bewarna kuning
Konsumsi Durian ke emasan. Pohon durian tumbuh secara liar di hutan-hutan Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, dan ada juga yang tumbuh karena budidaya. Pohon durian akan berbuah
ketika umur tanamnya sudah 4 tahun. Pohon durian akan tumbuh terus hingga mencapai ketinggian 50 meter. Jadi tanaman ini akan bertahan selama berpuluhpuluh tahun lamanya. Dibalik rasanya yang
Menjaga kesehatan tulang dan persendian.
Menjaga kesehatan tiroid.
menurut sebagian orang enak, buah durian tidak hanya memberi manfaat tapi juga mengandung bahaya seperti dikutip dari peutrang. blogspot.com ada beberapa manfaat dari buah durian serta bahayanya.
Manfaatnya Baik untuk pencernaan.
Durian bisa mengatasi sembelit karena kandungan serat yang tinggi dalam daging buah durian menjadi alasan buah ini penting dimakan oleh yang mengalami masalah pencernaan.
Mengatasi penyakit anemia.
Kandungan asam folat dan vitamin B9 dalam buah durian menjadikan buah berdaging bau enak ini bagus untuk menjadi produser sel darah merah, sehingga kekurangan darah bisa diatasi.
Menyehatkan kulit.
Kandungan vitamin C dalam buah durian menjadikan buah berkulit duri ini bagus dalam mencegah terjadinya penuaan dan kerutan pada kulit. Vitamin dalam durian berperan sebagai anti oksidan yang bagus menjaga kerusakan sel kulit.
Kandungan potasium dan kalsium dalam durian sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang, termasuk kesehatan persendian seperti lutut dan ruas jari.
Menstabilkan darah. Buah durian bisa menstabilkan darah karenakan dalam buah ini mengandung mangan, tapi tidak bagus kalau dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.
Kandungan tembaga dalam buah durian bagus dalam menjaga kesehatan tiroid.
Menjaga nafsu makan.
Karena banyak kandungan vitamin B1, maka buah durian bermanfaat juga untuk memelihara nafsu makan.
Mengusir migrain.
Kandungan senyawa iboflavin atau Vitamin B2 dalam durian membuat buah enak ini bermanfaat untuk mencegah terjadinya migrain.
Meredakan stres dan mengatasi depresi.
Hal ini karena buah durian mengandung vitamin B6 atau piridoksin.
Menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Porfor dalam durian sangat bermanfaat untuk kesehatan gigi dan mulut.
Bahayanya Meningkatkan gula darah dan memicu diabetes.
Bila dikonsumsikan dalam jumlah banyak dan terlalu sering maka kandungan glukosa yang tinggi dalam durian akan menjadi penyebab diabetes.
Bisa mempengaruhi pencernaan. Bila dikonsumsi berbarengan dengan alkohol, durian membahayakan pencernaan. Selain itu, kandungan alkohol dan kolesterol dalam durian bisa mebahayakan kesehatan jantung.
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 5
INFO SEHAT
K
25 TIPS
HAMIL SEHAT nutrisinya tidak sebanyak makanan segar. l Rajin membaca buku tentang kehamilan dan mencari info kehamilan dari sumber yang dapat dipercaya.Jangan hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang. l Berhenti merokok. Rokok berbahaya sekali untuk perkembangan dan kesehatan janin. Bila Anda meneruskan merokok, bisa mengganggu kesehatan janin. l Hindari mengkonsumsi sembarang obat kimia dan obat tradisional tanpa berkonsultasi pada dokter Anda. l Mintalah resep tambahan atau multivitamin pada
6 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
dokter apabila memang kondisi Anda lemah dan mudah jatuh sakit. l Ajak pasangan untuk mulai hidup sehat, mengkonsumsi makanan sehat, dan juga berhenti merokok. l Cari dokter kandungan terbaik, bukan yang termurah atau sekedar dekat dengan rumah. l Boleh berbagi pengalaman dengan teman yang pernah hamil, tapi yang patut Anda ketahui bahwa setiap kondisi kehamilan berbeda sehingga Anda jangan cukup berbagi saja tanpa harus terlalu memikirkan jika kondisi
Anda berbeda dengan lainnya. Hindari kontak dengan bahan-bahan kimia yang beresiko menimbulkan bahaya seperti pembersih lantai, pembersih keramik, atau bahan-bahan lain beraroma keras. l Perhatikan kondisi kesehatan mulut dan gigi sepanjang hamil, karena bakteri atau virus dapat masuk ke tubuh melalui mulut. l Ceritakan riwayat kesehatan pada dokter kandungan sehingga ia dapat mengerti dan menangani Anda dengan baik. l Ketahui sejarah alergi terutama terhadap obat-obatan tertentu dan pastikan dokter kandungan Anda
ILUSTRASI: WWW.FOODPOISONINGNEWS.COM
ehamilan didambakan setiap perempuan yang menikah. Bagi calon ibu yang mengandung anak pertamanya kehamilan menjadi hal baru yang menyenangkan sekaligus membawa ‘kondisi-kondisi’ baru yang harus dihadapi. Agar kehamilan lancar dan sehat berikut beberapa tips yang dikutip dari Vemale. com untuk Anda ketahui. l Jangan tunda untuk periksa kehamilan ke dokter setelah Anda tahu bahwa Anda hamil. Sangat penting untuk mengetahui kondisi perkembangan janin di dalam perut Anda. l Ubah kebiasaan makan Anda, mulai mengkonsumsi makanan yang sehat Hindari junk food, hindari juga minuman bersoda dan beralkohol. l Berolahraga agar tubuh tetap bugar dan tidak gampang terserang penyakit.Tubuh yang metabolismenya baik, akan lebih mudah menghadapi ibu hamil seperti morning sick. l Disiplin mengikuti anjuran dokter sehingga kandungan Anda selalu sehat dan jauh dari masalah. l Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan sehingga kebutuhan nutrisi dapat tercukupi. Hindari makananmakanan kalengan yang
mengetahui hal ini. l Hindari berinteraksi dengan hewan terutama yang belum mendapat vaksin dan mintalah orang lain yang membersihkan kandang hewan perliharaan selama Anda hamil. l Bila usia Anda sudah lebih dari 35 tahun saat sedang hamil, maka jaga baik-baik kandungan Anda dan berikan perhatian lebih. l Minta pendapat dan dukungan dari orangorang di sekitar Anda akan kehamilan ini. l Hindari kegiatan fisik terlalu berat dan melelahkan agar tidak sampai menyebabkan keguguran. l Perbanyak waktu istirahat dan tidur sehingga tubuh punya banyak energy untuk melakukan kegiatan keesokan hari tanpa merasa kelelahan. l Buat catatan perkembangan kehamilan Anda dari minggu ke minggu, sehingga Anda bias memantau kesehatan anakAnda. l Jangan mengandalkan obat kimia untuk mengatasi mual, tetapi cari alternatif lain dari makanan seperti buah-buahan atau aroma buah untuk mengatasinya. l Minum air putih setidaknya 8 gelas setiap hari agar tubuh tidak mengalami dehidrasi. l Lakukan olahraga ringan seperti berjalan santai di sekeliling rumah sehingga tubuh tetap fit.l
3 Manfaat Buah Anggur
untuk Ibu Hamil
M
engkonsumsi buah anggur baik untuk kesehatan, terutama ibu hamil yang sedang membutuhkan banyak gizi demi kesehatan tubuhnya dan kesehatan sang buah hati atau janin. Manfaat luar biasa dari buah anggur datang dari kandungan dalam buah anggur yang meliputi antioksidan, vitamin A, vitamin C, vitamin B1, beta karoten, fosfor, kalsium, zat besi, magnesium dan asam folat. Dari semua kandungan ini membuat buah anggur menjadi buah sehat dikonsumsi oleh siapa saja. Lantas apa saja manfaat buah anggur bagi kesehatan ibu hamil menurut blog manfaat buah?
membutuhkan serat dan dalam buah angur banyak mengandung serat dan ini akan melancarkan pencernaan, membersihkan kotoran dalam usus ibu hamil sehingga lambungnya lebih terjaga dari sakit. Namun bagi ibu hamil yang mengalami gangguan lambung, sebaiknya tidak mengkonsumsi buah anggur bersama kulitnya. Selain serat, kandungan magnesium dalam buah anggur juga bagus dalam membantu melancarkan masalah pencernaan.
Meningkatkan kekebalan tubuh
Manfaat buah anggur bagi ibu hamil juga untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Mengkonsumsi anggur sangat bagus untuk membersihkan ginjal dan meningkatkan kinerja ginjal. Secara alami buah anggur mengandung alkaline forming. Ini adalah zat yang sangat banyak dalam cairan buah anggur. Zat ini bermanfaat dalam membersihkan sisa racun dan timbunan lemak jahat dalam tubuh. Jadi bagi anda ibu hamil sangat bagus mengkonsumsi buah ini. Kandungan zat gizi dan nutrisi dalam buah manis ini sangat dibutuhkan tubuh dalam meningkatkan kinerjanya secara keseluruhan.l
Membantu pembentukan otak bayi
Buah anggur yang mengandung asam folat memberi manfaat penting bagi ibu hamil. Asam folat bagus dalam pembentukan otak bayi, pembentukan saraf dan bagus juga untuk menunjang kesehatan tulang dan gigi bayi serta menjaga kesehatan ibu hamil.
Membantu sistem pencernaan
Sistem pencernaan sangat
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 7
INFO SEHAT
11 Manfaat Tersembunyi Buah Pepaya
B
uah pepaya yang tumbuh subur di daerah tropis memiliki banyak kandungan yang baik untuk melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit. Daging lembut yang dimiliki pepaya bisa membantu melancarkan BAB bagi yang sembelit karena mudah dicerna. Berbagai nutrisi yang bisa ditemukan pada buah pepaya seperti dikutip dari info kesehatan meliputi vitamin A (Retinol), vitamin B komplek, vitamin, niacin, kalsium, riboflavin, kalori, zat besi, fosfor, kalium, karbohidrat, lemak dan
8 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
protein. Hampir 50% vitamin tersimpan dalam buah pepaya. Apa saja manfaat pepaya bagi kesehatan dan obat tradisional?
buah pepaya pada jam-jam tertentu, misalnya sehabis makan atau waktu istirahat untuk memperkecil risiko kerusakan mata.
Kesehatan Kulit
Menangkal Radikal Bebas
Kandungan vitamin A, C dan E dalam buah pepaya melembabkan ataupun mencerahkan serta menyegarkan kulit yang kusam.
Mengoptimalkan Fungsi Pencernaan
Kandungan serat yang tinggi pada buah pepaya mampu
Jika tubuh mengalami radikal bebas, kulit akan menanggung beragam masalah seperti keriput. Untuk itu jika Anda tidak ingin terlihat tua di usia muda, rajin-rajin makan buah pepaya karena kandungan antioksidannya mampu menangkal radikal bebas.
Penawar Racun Ular Berbisa
Perlu penanganan sesegera mungkin jika Anda terkena gigitan ular berbisa. Siapkan 5 ruas jari akar pepaya, bersihkan dengan air, tumbuk hingga halus, balurkan obat ini pada kulit yang tergigit. Setelah itu dibalut menggunakan kain lap, ganti dua kali sehari.
Obat Kulit Melepuh diserap dengan sempurna oleh sistem pencernaan tubuh. Sementara kandungan antioksidannya mampu membersihkan sisa makanan pada usus dan membuangnya melalui saluran pembuangan.
Bisa karena terbakar atau terkena knalpot yang panas, segera obati dengan ramuan ini. Ambil kulit buah pepaya, peras dan tampung getahnya. Oleskan pada kulit yang melepuh secara merata, diamkan seharian. Apabila kulit yang melepuh terlalu lebar, gunakan daging buah pepaya yang ditumbuk untuk mengobatinya.
Menurunkan Risiko Mata Rusak
Obat Demam atau Malaria
Jika Anda orang yang terus bertatapan dengan layar kaca tiap harinya, penuhi kebutuhan vitamin A agar mata tetap sehat dan segar. Caranya yaitu rutin konsumsi
Ambil selembar daun lelaya, tumbuk hingga memenuhi 1/2 gelas. Tuangkan air sebanyak 3/4 gelas, dan masukkan garam. Peras daun pepaya,
saring airnya lalu minum 3 kali sehari. Pengobatan ini bisa Anda lakukan minimal 5 hari berturut-turut dalam seminggu.
Obat Untuk Menambah Nafsu Makan
Anda atau si kecil sedang tidak nafsu makan? Coba minum obat untuk merangsang nafsu makan ini. Caranya dengan memetik selembar daun pepaya, cuci dan lumatkan dengan tangan. Tambahkan garam dan air sedikit demi sedikit sebanyak 1/4 gelas, peras daun. Airnya diminum sampai habis.
Obat Flu
Petik 2 lembar daun pepaya muda, lumatkan, tuangkan air,
setelahnya diperas. Tambahkan garam dan minum air perasan daun pepaya ini sehari 2 kali untuk dosis anak-anak, dan 4 kali sehari untuk dosis orang dewasa.
Obat Sakit Gigi
Cukup dengan meneteskan getah daun pepaya muda pada gigi yang sakit menggunakan kapas. Lakukan hingga semua bakteri terbunuh dan rasa sakit gigi mereda.
Membesarkan Alat Vital Pria
Kandungan enzim arginine yang disimpan dalam buah pepaya bisa memperlancar aliran darah pada areal Mr. P. Argarine meningkatkan produksi asam nitrat dalam tubuh untuk merelaksasi otot-otot di sekitar pembuluh darah sehingga memberi efek membesar dalam waktu yang signifikan seiring banyaknya enzim arginine yang masuk ke dalam tubuh.l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 9
INFO SEHAT
WWW.HUFFINGTONPOST.COM
6 Tips Sehat Nonton TV untuk Anak
10 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
Perhatikan jarak mata dengan TV
Cara sehat menonton TV yang pertama adalah menonton dengan jarak ideal. Disarankan untuk memberi jarak minimal sejauh 6 kali diagonal TV. Kalau TV di rumah kita berukuran diagonal 29 inchi maka jarak amannya adalah 6 x 29 inchi = 174 inchi = 4.35 meter.
Ajak bicara anak
Anak zaman sekarang adalah tipe anak yang kritis dan suka bertanya, maka dari itu orang tua berkewajiban untuk memberi anak pengertian, dalam hal ini adalah pengertian tentang cara sehat menonton TV. Sejak kecil seorang anak harus tahu bahwa kebanyakan menonton TV menyebabkan sesuatu yang tidak baik bagi kesehatan mereka, seperti mempengaruhi kesehatan mata dan juga tubuh yang tidak fit karena kurang bergerak.
Batasi jam menonton televisi
Cara sehat menonton TV yang kedua adalah dengan membatasi jam menonton televisi, sehari cukup 2 jam dan tidak lebih. Tentu saja porsi menonton televisi juga harus disesuaikan dengan umur anak. Semakin dewasa si anak, maka jatah untuk menonton televisi harus semakin dikurangi.
Buat jadwal nonton televisi
Memberi jadwal kepada anak-anak tentang aturan menonton televisi. Misalnya, dalam seminggu si anak diizinkan untuk menonton televisi selama berapa jam? Jam berapa saja? Bila perlu dicatat dan ditempel.
Pilih acara sesuai umur anak
Tidak semua acara televisi yang ada di televisi bagus untuk ditonton sekalipun acara tersebut ditujukan untuk anak-anak. Nyatanya masih banyak acara yang tidak sesuai untuk anak-anak meskipun berkedok acara anak-anak. Oleh sebab itu cara sehat menonton TV untuk anak-anak adalah dengan memilihkan mereka acara yang memang sesuai dengan usia mereka. Hindari anak menonton tayangan yang bukan untuk mereka.
Beri reward pada anak saat mematuhi aturan menonton televisi Cara sehat menonton TV untuk anak-anak adalah dengan memberikan penghargaan kepada anak-anak bahwa bila mereka menaati aturan lama menonton televisi yang diizinkan. Orangtua harus memberikan penghargaan kepada mereka.
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 11
ILUSTRASI: FREEPIK.COM, DIOLAH
H
ampir setiap rumah memiliki televisi, hal ini wajar karena televisi menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat Indonesia. Tak terelakan menjadi sarana hiburan juga untuk anakanak. Televisi sebenarnya memiliki banyak manfaat, diantaranya sumber berbagai macam informasi dari beragam sumber, sumber bermacam pengetahuan, sarana untuk relaksasi diri, dan hiburan bagi anak-anak. Namun banyaknya acara yang ditawarkan di televisi tidak hanya memberi manfaat bagi anak tapi di sisi lain anak-anak juga akan teracuni dengan berbagai macam acara televisi yang tiada hentinya. Bahkan beberapa anak sudah kecanduan untuk menonton televisi sama halnya dengan ibu-ibu yang sudah kecanduan dengan gadget. Untuk itu Anda bisa mencoba beberapa cara sehat menonton TV untuk anak-anak seperti dikutip dari http://polahidupsehat.info berikut:
PERISTIWA
BBKPM SURAKARTA MENYAPA LEWAT TAYANGAN TV
A
gar masyarakat Surakarta tidak asing pada pelayanan kesehatan di Balai Besar Kesehatan Paru (BBKPM) beberapakegiatan promosi dilakukan oleh lembaga ini, termasuk
melalui media televisi. Televisi dinilai sangat membantu mempercepat dan memperluas jangkauan arus informasi dari lembaga kepada konsumennya. Pesan yang disampaikan lewat televisi pun lebih menarik karena menyajikan
12 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
gambar melalui video dan juga penjelasan melalui audio. Untuk itu Promosi Kesehatan BBKPM Surakarta bekerjasama dengan salah satu stasiun TV Lokal agar masyarakat lebih akrab dengan
BBKPM Surakarta dan juga meningkatkan pengetahuan akan pentingnya kesehatan paru. TA TV menjadi pilihan BBKPM Surakarta karena memiliki program khusus kesehatan dan merupakan TV lokal pertama di Surakarta. Dua program yang dipilih yaitu Healthy Care dan Sindhen Menthel. Program Healthy Care ini memang merupkan program khusus kesehatan yang dimiliki TA TV. Tayangan Healthy Care tersaji dalam 2 bentuk yaitu berupa Live Outdoor dan Tapping Out Door. Live Out Door sudah dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2015 bertempat di halaman depan BBKPM Surakarta pukul 07.00 – 08.00 WIB dengan narasumber dr. Riskiyana Sukandhi P, M.Kes dan dr. Riana Sari, Sp.P. Sedangkan tapping outdoor berupa rekaman gambar dengan tema salah satu pelayanan unggulan di BBKPM Surakarta. Untuk tapping pertama mengenai DOTS Center dengan narasumber dr. Niwan T.M, Sp.P dan telah ditayangkan pada hari Minggu, 09 Agustus 2015 pada pukul 17.00 – 17.30 WIB. Dan berikutnya ada 2 kali tapping outdoor dengan tema seputar pelayanan BBKPM Surakarta lainnya. Sedangkan untuk program Sindhen Menthel berupa live studio di TA TV akan dilaksanakan 4 kali dan sudah terlaksana 1 kali pada tanggal 24 Juli 2015 dengan narasumber dr. Hendratna M.T, M.Kes. Jadwal berikutnya direncanakan pada tanggal 21 Agustus, 18 September dan 16 Oktober 2015.l
FASILITAS KESEHATAN PERKUAT JEJARING BBKPM SURAKARTA
B
alai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta mengembangkan jejaring kemitraan dan koordinasi dengan institusi terkait dalam mengatasi masalah kesehatan paru dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan paru strata kedua. Hal ini diwujudkan melalui Pertemuan Penguatan
Jejaring dengan Fasyankes Tingkat Pertama pada Rabu, 29 Juli 2015 lalu. Acara yang bertempat di Aula BBKPM Surakarta ini dihadiri 34 peserta yang terdiri dari dokter atau petugas Puskesmas se wilayah Kota, Puskesmas Sukoharjo yang berbatasan dengan Kota Surakarta, dan Klinik Swasta/ dokter keluarga. Pertemuan kali kedua ini merupakan tindak lanjut
dari pertemuan di tahun sebelumnya. Seluruh eserta mendapat pemaparan materi dari tiga narasumber, Pelayanan di BBKPM Surakarta oleh dr. Dian Hendrawati P, TB-HIV oleh dr.R.Satriyo Budhi Susilo, Sp.PD, M.Kes dan Peran BPJS Kesehatan dalam penguatan rujukan di Fasyankes oleh Heri Susilo Widodo, Kanit MPKP BPJS Kesehatan KCU Surakarta.
Dalam diskusi panel yang dipandu langsung oleh dr. Hendratna M.T, M.Kes, muncul beberapa permasalahan yang dihadapi fasyankes tingkat pertama mengenai alur rujukan, rujukan balik, area rujukan dan pelayanan tercover BPJS. Permasalahan-permasalahan ini akan menjadi perhatian bagi BBKPM Surakarta untuk segera dicarikan solusinya. Salam Paru Sehat........l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 13
PERISTIWA
PERINGATANHARI ULANG TAHUN SAKA BAKTI HUSADA KE-30
K
esehatan merupakan hak fundamental setiap manusia. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab semua pihak agar hak ini
dapat diperoleh semua rakyat, tanpa terkecuali. Dalam masyarakat, terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program-program kesehatan. “Kelompok masyarakat
14 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
yang paling potensial dalam pembangunan kesehatan adalah kelompok usia remaja-muda, karena kelompok usia ini menerima dan mengolah informasi dengan cepat dan tanggap,
mudah mengembangkan keterampilan, serta dapat menggerakkan orang lain. Oleh karena itu, pemerintah membidik Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka) sebagai mitra potensial
dalam pembangunan kesehatan”, ujar Menteri Kesehatan. Pada tanggal 17 Juli 1985, Departemen Kesehatan bersama dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, membina sekelompok generasi muda di Indonesia dalam bidang kesehatan melalui pembentukan Satuan Karya Pramuka Bakti Husada (Saka Bakti Husada).
Tujuan pembentukan Saka Bakti Husada adalah untuk mewujudkan kader pembangunan di bidang kesehatan, yang dapat membantu melembagakan norma hidup sehat bagi semua anggota Gerakan Pramuka dan masyarakat di lingkungannya. Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-21 pada tanggal 12 November 1985 di Magelang dijadikan momentum untuk meresmikan Saka Bakti Husada. Pada awal terbentuknya Saka Bakti Husada terdapat 5 krida, yaitu Krida Bina Obat, Krida Pengendalian Penyakit, Krida Keluarga Sehat, Krida Bina Gizi, dan Krida Bina Lingkungan Sehat. Kini dengan penambahan Krida Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menggenapkannya menjadi 6 Krida yang terdiri dari 37 Syarat Kecakapan Khusus (SKK). Dengan krida dan kecakapan khusus yang dimiliki, Saka Bakti Husada telah memberikan arah keterlibatan kaum muda di bidang kesehatan. Beberapa kegiatan antara lain kampanye PHBS di beberapa sekolah dan lingkup masyarakat kecil, peningkatan kesadaran akan bahaya HIV/AIDS dan tuberkulosis, kampanye pentingnya imunisasi, pengendalian vektor penyakit serta pemahaman tentang obat. Di samping kegiatan-kegiatan tersebut, Saka Bakti Husada juga dididik untuk tanggap dalam situasi bencana. Kesigapan Pramuka dalam pertolongan pertama gawat darurat telah ditunjukkan dalam simulasi tanggap bencana, sebagai manifestasi peran SBH pada
penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Lebih lanjut, Menkes mengatakan bahwa Saka Bakti Husada juga berperan sebagai pelopor hidup sehat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya, sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang diberikan dan dilatihkan kepada Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat, yang tidak hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri, tetapi diharapkan dapat ditularkan kepada keluarga, dan masyarakat di sekitarnya. Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Saka Bakti Husada ke-30 dihadiri oleh pejabat eselon I Kementerian Kesehatan, Staf Khusus Menteri, pejabat eselon II Kementerian Kesehatan, perwakilan unit utama dan Sekretariat Jenderal, Direktur Rumah Sakit Vertikal, Kepala Dinas Kesehatan se-DKI Jakarta dengan membawa adikadik binaan SBH, Kwarnas Gerakan Pramuka, anggota PIN Saka se-Jabodetabek, organisasi profesi kesehatan, perwakilan Poltekkes, Pramuka Gugusdepan BBPK dan Bapelkes, Pramuka RS Syamsudin Sukabumi, Pramuka Gugusdepan Cibubur, Pramuka Gugusdepan Perguruan
Tinggi (UNJ, Universitas Trisakti, UI, IPB, UHAMKA), SBH KKP Tanjung Priok, SBH Jakarta Timur, dan SBH BBPK Ciloto. Tema yang dipilih pada peringatan ulang tahun Saka Bakti Husada ke-30 adalah “Memantapkan Saka Bakti Husada sebagai Wadah Pembinaan Kader Kesehatan yang Berkarakter”. Karakter yang diharapkan dari seorang Saka Bakti Husada adalah Pramuka berjiwa Pancasila yang senantiasa berlandaskan pada sila pertama, yaitu mengutamakan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME. “Dalam rangka memantapkan SBH sebagai wadah untuk membina kader kesehatan yang berkarakter, saya mengajak semua pihak terkait untuk memperkuat jejaring yang sudah terbentuk dalam ikatan solidaritas dan nasionalisme untuk mewujudkan Indonesia Sehat.” Ujar Menkes dalam sambutannya (12/8). Selain upacara, rangkaian peringatan HUT SBH ke-30 terdiri dari Sosialisasi Krida SBH dan Pameran Krida SBH. Sosialisasi Krida SBH dilaksanakan pada pukul 10.00–12.15 WIB di Ruang Siwabessy, Gedung Sujudi Kementerian Kesehatan yang meliputi Krida Bina Lingkungan Sehat, Krida Pengendalian Penyakit, Krida Bina Keluarga Sehat, Krida Bina Gizi, Krida Bina Obat, dan Krida Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pameran Krida SBH yang terdiri dari 6 stand Bina Krida SBH dan 1 standKwarnas Pramuka diadakan di depan Ruang Siwabessy.l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 15
PERISTIWA
KEMENKES MEMBERIKAN PENGHARGAAN KEPADA NAKES TELADAN
H
ari ini Kamis 13 Agustus 2015, Menteri Kesehatan Prof Dr,dr. Nila Djuwita F Moeloek Sp.M(K) memberikan Penghargaan kepada Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas Tingkat Nasional tahun 2015. bertempat di ballroom
Hotel Aryaduta Jakarta. Penghargaan diberikan kepada 136 tenaga kesehatan teladan yang berasal dari provinsi Aceh hingga provinsi Papua, dan memiliki latar belakang yang berbeda – beda, terdiri atas kelompok tenaga medis, tenaga perawat, tenaga bidan, tenaga gizi,
16 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
dan tenaga kesehatan masyarakat. Dari rentang usia yang masih muda hingga yang paruh baya. Dari yang masih berstatus pegawai tidak tetap (PTT) hingga PNS yang menjelang pensiun. “Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas Tahun 2015, merupakan
wujud rasa terima kasih dan penghargaan Pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan.” Ujar Menkes, dan Tenaga Kesehatan Teladan yang hadir di sini mewakili tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas di seluruh tanah air. Sejalan dengan Nawa Cita Kabinet Kerja
yang mengutamakan pembangunan dari pinggir ke tengah, maka Prioritas kebijakan Kementerian Kesehatan adalah untuk penguatan pelayanan primer. Banyak yang telah dicapai dalam Pembangunan Kesehatan, terutama dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Salah satu capaian dalam peningkatan akses pelayanan kesehatan adalah tersedianya 9.740 Puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang dilayani oleh para tenaga kesehatan
dan dilengkapi dengan sarana-prasarana layanan kesehatan yang diperlukan. Pada kesempatan tersebut Menkes mengungkapkan dalam rangka mencapai cakupan pelayanan di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK), Kementerian Kesehatan meluncurkan program Nusantara Sehat, yang merupakan strategi penempatan tenaga kesehatan berbasis tim dengan prioritas utama fasilitas pelayanan primer di DTPK. Tim Nusantara
Sehat terdiri atas tenaga dokter, perawat, bidan, apoteker/ahli farmasi, tenaga sanitasi lingkungan, ahli gizi, teknisi laboratorium medis, dan tenaga kesehatan masyarakat. Melalui program Nusantara Sehat tahun 2015, ditargetkan penempatan bagi 960 tenaga kesehatan ke 120 puskesmas di DTPK secara bertahap. Puskesmas adalah fasilitas sarana pelayanan kesehatan terdepan dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di seluruh Tanah Air.
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang memberikan pelayanan kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN yang pengelolaannya dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan. Sejak diberlakukannya JKN pada 1 Januari 2014 hingga saat ini, peserta JKN telah mencapai lebih dari 148 juta orang dan kondisi ini melebihi target, demikian dikatakan Menkes lebih lanjut. Berdasarkan data hasil evaluasi selama 1 (satu) tahun implementasi JKN, menunjukkan dana JKN sebagian besar terserap untuk pengobatan beberapa penyakit antara lain penyakit Jantung, Ginjal, Diabetes Melitus dan penyakit katastropik yang menyedot biaya sangat besar, seharusnya semua ini dapat dicegah dengan meningkatkan upaya promotif preventif kepada masyarakat, utamanya di layanan primer yaitu Puskesmas. Menkes juga berpesan kepada Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas, agar mendukung dengan sungguh-sungguh suksesnya pelaksanaan JKN, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan terbaik di Puskesmas kepada seluruh masyarakat. Langkah untuk mengutamakan upaya promotif-preventif hendaknya benar-benar mendapat perhatian khusus, termasuk langkah memperluas cakupan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat, dengan pendekatan berbasis keluarga. l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 17
[MEDIA UTAMA]
Prevalens Autisme meningka WIRED.CO.UK
Setiap anak dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda dalam rentang waktu kehidupannya. Ada anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan normal, namun ada pula yang tidak. Seringkali dijumpai gejala masalah atau gangguan dalam pertumbuhan maupun perkembangan anak. Salah satu gangguan pada masa anak-anak yang semakin banyak terjadi dan menunjukkan trens peningkatan adalah autisme.
18 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
si
at
P
revalensi atau peluang terjadinya autisme pada anak pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943 yaitu terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per-10.000 anak, atau sekitar 0,02 sampai 0,05 persen di bawah usia 12 tahun. Prevalensi tersebut terus mengalami peningkatan. Hal itu sesuasi dengan penelitian Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang dirilis tahun 2002. CDC menunjukkan peningkatan prevalensi autisme di Amerika. Penelitian dilakukan di 14 negara bagian Amerika, meliputi Alabama, Arizona, Arkansas, Colorado, Florida, Georgia, Maryland, Missouri, New Jersey, Nort Carolina, Pennsylvania, South Carolina, Utah, West Virginia, dan Wisconsin. Penelitian dilakukan, dengan melihat secara khusus anak-anak berusia 8 tahun yang didiagnosis mengalami autisme, serta memeriksa catatan kesehatan dan sekolah secara menyeluruh.
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 19
[MEDIA UTAMA] Berdasarkan penelitian tersebut diperkirakan 1 dari 150 anak di Amerika mengalami autisme atau gangguan sindrom asperger. Data terbaru mengenai prevalensi autisme di Amerika dirilis kembali pada Maret 2013. Diperkirakan 1 dari 50 anak di Amerika mengalami autisme. Hasil ini diperoleh berdasarkan survey dengan sasaran 100.000 orang tua, dengan kurun waktu 2011 dan 2012 (National Health Statistic Reports, 2013). Secara umum, jumlah penyandang autisme terus meningkat, namun belum ada lembaga resmi yang memiliki angka prevalensi anak yang mengalami autisme di Indonesia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang ditulis oleh Radius dan Mulyadi dalam Kompas (4 Mei 2011) penyandang autis di Indonesia dinyatakan naik pesat dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu yang hanya satu orang di antara 1000 penduduk. Pada 2011, penderita autis diperkirakan meningkat menjadi delapan orang di antara 1.000 penduduk. Prevalensi ini lebih besar jika dibandingkan dengan prevalensi autisme di dunia. Adapun prevalensi autisme di dunia rata-tata sebesar enam orang di antara 1000 penduduk. Selain itu berdasarkan laporan para terapis, dokter, dan psikiater yang menangani kasus autistik (Depkes, 2012), diperkirakan penderita autis jumlahnya meningkat sekitar 3 - 5 kasus pertahun. Meningkatnya prevalensi
autisme ini membawa kekhawatiran di kalangan masyarakat terutama orang tua. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan yang sifatnya kompleks dan berat, dengan gejala yang dapat terlihat sejak anak berusia dini. Ginanjar (2008) mengungkapkan bahwa anak yang mengalami autisme secara umum dapat dilihat melalui tiga ciri utama yaitu adanya masalah pada interaksi sosial, masalah pada komunikasi, dan tingkah laku repetitif (berulang) serta minat yang sempit. Ciri-ciri dari autisme ini juga dijelaskan oleh Safaria (2005), yaitu anak menunjukkan kurang respons terhadap orang lain, mengalami kendala berat dalam komunikasi, dan memunculkan respons yang aneh terhadap berbagai aspek di lingkungannya. Nevid, dkk. (2003) mengutip APA menyatakan bahwa ciri-ciri klinis dari autisme ini muncul sebelum anak berusia 3 tahun dengan persentase empat sampai lima kali lebih sering terjadi pada laki-laki. Etiologi dari autistik masih belum diketahui secara pasti dan kemungkinan multifaktoral. Banyak faktor yang berpengaruh pada kejadian autistik, terutama faktor genetik dan lingkungan. Berdasarkan penelitian Koleyzon et al. (2007) setidaknya ada enam hal yang dapat meningkatkan risiko gangguan autistik, antara lain usia ibu, usia ayah, tempat kelahiran,
20 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
keadaan hipoksia saat kelahiran, berat badan lahir dan durasi kelahiran. Insiden autis juga bertambah jika terdapat masalah saat prenatal, natal, maupun postnatal. Salah satu gangguan yang kemungkinan berperan menyebabkan gangguan autis saat kelahiran adalah abnormalitas persalinan. Selain itu menurut International Journal of childbirth education (2010:63), autism juga diyakini berhubungan dengan bahan kimia beracun dalam produk rumah tangga yang umum digunakan. Bahan kimia di sekitar lingkungan rumah yang dapat menyebabkan kerusakan saraf fetises.
Autis
Kata autis berasal dari bahasa yunani “auto” yang berarti sendiri. Jika memperhatikan anak autis, akan mendapat kesan bahwa mereka seolaholah hidup di dunianya sendiri. Istilah autis ini disampaikan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard pada tahun 1943. Autisme pada anak adalah gangguan perkembangan yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf dan gangguan tumbuh kembang. Penyandang autisme menunjukkan gangguan komunikasi yang menyimpang. Gangguan komunikasi tersebut dapat terlihat dalam bentuk
keterlambatan bicara, tidak bicara, bicara dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti (bahasa planet), atau bicara hanya dengan meniru saja (ekolalia). Selain gangguan komunikasi, anak juga menunjukkan gangguan interaksi dengan orang di sekitarnya, baik orang dewasa maupun orang sebayanya. Autis merupakan suatu kelainan perilaku yang serius dan kompleks. Bahkan dahulu, ada tanggapan bahwa autisme merupakan kelainan seumur hidup. Saat ini, autis masa kanak-kanak ini dapat dikoreksi, dan akan lebih baik jika dilakukan sebelum anak berusia di atas 5 tahun. Deteksi dini untuk mengenali kelainan perilaku ini harus segera dilakukan untuk mempercepat langkah-langkah koreksi. Menurut Alyssa Blum dalam jurnal internasionalnya, anakanak dengan gangguan autis yang cukup parah memiliki keterbatasan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi sehari-hari (Education and treatment of children, 2010:351). Dalam menangani seorang anak autis, berbeda halnya dengan penanganan anak biasa. Seorang anak autis membutuhkan ekstra pendidikan khusus. Mereka harus disekolahkan di SLB yang secara langsung menangani anak-anak autis. Meskipun saat ini sudah banyak yayasan yang menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak autis di Indonesia. [mediakom]
Pendidikan Khusus Penyandang Disabilitas
P
endidikan adalah hak setiap anak di Indonesia. Karena pendidikan menyiapkan kanak-kanak menyongsong peran mereka di masa hadapan. Anak-
anak penyandang disabilitas juga berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Menurut Sentono, Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri 3 Jakarta, hak atas pendidikan bagi penyandang disabilitas ditetapkan dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003. Undang-undang yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Pasal 32 undangundang itu menyatakan bahwa pendidikan khusus (Pendidikan Luar Biasa)
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan sosial,” tuturnya kepada Mediakom. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyiapkan anak ke arah tingkat kedewasaan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran, baik itu anak yang tergolong normal (anak normal) maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari masingmasing anak.
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 21
[MEDIA UTAMA]
Pendidikan sendiri dalam arti luas bisa berarti pendidikan yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Sedang dalam arti sempitnya adalah pendidikan yang berlangsung di Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak berkebutuhan khusus. Salah satunya anak-anak yang memiliki gangguan autis. Mereka juga memiliki hak yang sama untuk mengikuti pendidikan
sesuai kemampuannya. Mereka berhak mengikuti pendidikan luar biasa sesuai dengan kebutuhan dan kekhususannya. “Anak autis yang mengikuti pendidikan luar biasa, model pelatihannya akan disesuaikan dengan kemampuan dan ketidakmampuannya,” kata pimpinan SLB di wilayah Kemayoran ini. Proses pembelajaran untuk anak-anak
22 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
berkebutuhan khusus berbeda dengan anakanak normal, ABK memiliki hambatan atau kesulitan dalam menerima pelajaran. “Hal itu karena kelainan yang dimilikinya. Tingkat penerimaan pelajaran juga berbeda karena kelainannya dari sisi intelektual, emosi, sosial dan perilaku. Seperti anak-anak autis misalnya, mereka memerlukan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka”. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Anak autistik, sama seperti halnya anak-anak pada umumnya, membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orangtua dan lingkungan supaya tumbuh dan berkembang mencapai kemandirian. “Saat ini, ada saja kasus anak autis yang diasingkan karena keterbatasan berbahasa dan bersosialisasi. Hal ini secara langsung ataupun tidak akan memengaruhi kondisi akademik (kognitif anak autis). Keterasingan dan ketidakberdayaan mereka sering memunculkan perilaku yang tidak lazim. Hal ini disebabkan pengungkapan respon yang tidak sesuai dengan harapan. Mereka hanya bisa membahasakan keinginan mereka dalam bentuk ungkapan emosi seperti menangis, marah, memukul, menyakiti diri sendiri, berbicara dengan suara yang tidak dimengerti, atau bergerak dalam satu pola yang sama secara terus menerus,” urai Sentono. Umumnya anak autis cenderung pendiam. Saat berada di sekitar anak autis, jarang sekali kita mendengar suara atau gurauan mereka. “Jika ada suara, itu adalah kata-kata yang diucapkan terus menerus. Hal ini karena adanya hambatan bahasa yang dialami anak autis”.
Bahasa adalah kunci terjadinya komunikasi. Bahasa yang dikuasai anak autis sangat terbatas. Keterbatasan bahasa ini sangat berpengaruh terhadap pola ekspresi dan tentunya kualitas kognitif anak autis. Karenanya pemberian materi di SLB kami bersifat tegas tetapi menyenangkan, mudah dipahami dan bisa memberikan pengetahuan kepada anak autis. Pelajaran itu mencakup, kemampuan membaca, menulis, menghitung, pengenalan bentuk, pengenalan warna, dan kemampuan bahasa.
"Saat ini, ada saja kasus anak autis yang diasingkan karena keterbatasan berbahasa dan bersosialisasi. Hal ini secara langsung ataupun tidak akan memengaruhi kondisi akademik." Sentono
Kemampuan akademik anak autis dapat bervariasi sesuai dengan kemampuan penguasaan kondisi awal anak. Sebagai contoh, suatu saat anak autis akan diberi pelajaran tentang binatang anjing. “Kami mulai dengan memberikan gambar anjing. Guru bisa mulai dengan menghitung (berapa jumlah kaki), bahasa (bunyi anjing), pengenalan warna (bulu anjing), keterampilan membaca dan menulis (tulis kata njing), juga pengenalan sosial (Anjing hidup di mana? Makanannya apa?)”. Semua pertanyaan sudah mencakup berbagai aspek untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemampuan akademik anak. Model pembelajaran yang sering digunakan untuk anak-anak berkebutuhan khusus biasanya pembelajaran tematik. Khusus untuk anak autis harus memberi penekanan pada pengalaman nyata. Anak autis memiliki keterbatasan mengingat,
menuangkan dan mengkomunikasikan apa yang ingin diketahui. Masa perkembangan anak autis tidak pernah lepas dari kata “bermain”. Karenanya bermain ini menjadi salah satu metode guru dalam mengajar anak. “Bermain dapat merangsang anak supaya tertarik pada pelajaran yang akan diberikan guru, ketika ketertarikan muncul maka anak dengan mudah dapat diberi perintah atau instruksi”. Peserta didik yang menyandang autis, pada rentang usia dini, masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya. “Menurut Pusat Kurikulum Pendidikan Nasional pembelajaran tematik harus lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Tujuannya agar peserta didik, dalam hal ini anak autis, mendapatkan pengalaman nyata yang berguna bagi proses belajarnya”. Pembelajaran dapat terlaksana dengan baik jika berbasis minat bermain yang timbul dalam diri anak autis. Menurut Sentono, minat merupakan kunci utama untuk memulai pembelajaran pada anak. Minat bermain akan memudahkan guru menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan. Hal ini akan mempermudah anak autis larut dalam pelajaran, juga meningkatkan dan mempertahankan konsentrasi belajar. “Karena itulah dalam pembelajaran anak autis, lebih ditekankan pada penggunaaan media yang bervariasi agar bisa memunculkan minat anak belajar. Contohnya seperti penggunaan gambar agar anak lebih mudah memahami”.[mediakom]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 23
[MEDIA UTAMA]
FOTO-FOTO: DOK. PRIBADI
Dedikasi Total Untuk Buah Hati
24 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
B
utuh beberapa bulan bagi Devi untuk bisa menerima kenyataan bahwa anaknya mengalami gangguan autisme. Penolakan, kemarahan, tidak percaya dan segenap emosi tumpah. Bukankah semua nasehat dokter saat mengandung sudah diikuti? Bayi mungilnya didiagnosis autis. Gambaran kesulitan terhampar dihadapannya, menanti si buah hati. Mungkinkah seorang autis bisa mandiri? Tidak ingin berlama-lama dalam emosi negatif, Devipun bangkit. Dukungan dari suami dan keluarga membesarkan hatinya. Diapun bertekad mencari jalan keluar. Bermacammacam informasi tentang autisme dicari dan dilahapnya. Tekadnya satu, menaklukkan gangguan tumbuh kembang yang merintangi anaknya.
Zahra bersama kedua orangtuanya
Bermacam cara dilakukannya. Sejak umur dua tahun kurang, Zahra, sang bayi dibawanya untuk mengikuti berbagai macam terapi. Bahkan Zahrapun dia sekolahkan di taman kanakkanak yang muridnya adalah anak-anak normal. “Saat itu susah sekali buat saya. Semua mata seakan memandang Zahra dan menyudutkannya. Perasaan saya menjerit. Bagaimana kalau saya tidak ada?” demikian Devi mengawali penuturannya kepada Mediakom”. “Banyak anak dan orangtua yang melihat Zahra dengan tatapan
aneh. Meskipun dia tidak bisa berkata-kata, belum tentu dia tidak paham. Dia punya pikiran dan perasaan. Ketakutan saya menyeruak. Kalau tidak ada ibunya, bisa-bisa Zahra hanya akan menjadi olok-olokan”. Karenanya diapun memutuskan untuk lebih fokus pada terapi penyembuhan untuk anak berkebutuhan khusus. Zahra kecil pernah ikut banyak terapi. Terapi pertamanya berusaha untuk mengajak Zahra keluar dari dunianya tanpa harus dipaksa. Anak autis memiliki kecenderungan untuk asyik di dalam dunianya sendiri.
Pendekatan yang dilakukan metode ini berdasarkan apa yang disukai anak. Kalau anak suka berputar-putar, orangtua harus ikut berputar, ikut bermain. Setelah itu, ada saat si anak diberhentikan untuk melihat ke arah kita. “Anak autis susah untuk melakukan kontak mata. Keikutsertaan dalam permainan adalah upaya untuk terjun ke dunianya, kemudian pada satu titik mengeluarkan si anak dari situ,” ungkap Devi. Pada terapi pertamanya, Zahra mengikuti programprogram seperti berenang, berkuda, hiking, dan
lainnya. Zahra mengikuti terapi ini dari umur satu tahun sembilan bulan sampai dua tahun. Namun perkembangan Zahra saat itu sangat sedikit. “Apakah karena saat itu saya kurang konsisten? Mungkin saja. Berenang dua kali seminggu. Berkuda setiap minggu, saat itu cukup sulit. Kalaupun ada, lokasinya sangat jauh dari rumah kami. Intinya banyak program yang kurang berjalan dengan baik”. Melihat perkembangan yang kurang menggembirakan, Devipun beralih ke terapi ABA. Sebuah metode yang
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 25
[MEDIA UTAMA]
menggabungkan beberapa terapi sekaligus. Ada terapi wicara, terapi okupasi, terapi sensor integrasi, terapi bermain, dan beberapa terapi lainnya. “Umur tiga tahun Zahra mengikuti terapi metode ini. Tetapi selama sebelas bulan terapi, saat di kelas Zahra selalu menangis dan muntah. Gejala ketakutan sangat terlihat setiap Zahra mengikuti terapi”. Devipun mulai mencaricari alternatif terapi lagi. “Saat itulah saya dikenalkan dengan metode balur. Sebuah metode pengobatan untuk mengeluarkan merkuri dari tubuh. Detoksifikasi merkuri dari dalam tubuh”. Terapi yang dilakukan di sebuah klinik di bilangan Otista ini dilakoni Zahra selama hampir dua tahun.
Setiap kali terapi, Zahra dibaringkan di sebuah tempat dari tembaga. Sekujur tubuhnya dibaluri zat untuk merangsang proses detoksifikasi. Hasilnya, setelah enam bulan terapi, Zahra mulai bisa mengeluarkan katakata yang bisa dipahami. Sebelumnya suara yang keluar dari Zahra adalah kosa kata yang tidak bisa dimengerti. “Suara yang pertamakali keluar adalah senandung lagu. Tidak ada liriknya, hanya senandung, tetapi berirama. Lagu burung kakatua adalah senandung pertama yang dia dendangkan. Sesudah itu ternyata banyak lagu yang juga dia kuasai”. Sebelum terapi detoksisifikasi, setiap hari
26 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
Zahra selalu mencret. Tidurnya tidak nyenyak. Dia selalu terjaga tengah malam. Mulai dari jam satu atau dua pagi sampai menjelang subuh. Baru bisa tidur kalau dibawa berputar-putar keliling komplek perumahan. Bisa dibayangkan, keliling komplek jam dua malam setiap hari. “Sesudah terapi detoksifikasi merkuri, tidurnya mulai rutin.
Tidur mulai jam sebelas malam sampai pagi. Tidak terjaga lagi pada dini hari. Pencernaannya juga membaik. Mencretnya hilang”. Saat yang sama, saya juga mendapat informasi tentang terapi anak berkebutuhan khusus dengan metode Glenn Doman. Tertarik dengan filosofi dan keunikan metode ini, Devi mengikuti workshopworkshop tentang metode ini. Sebelum akhirnya akhirnya memutuskan untuk menerapkannya pada Zahra.
masih banyak teknik yang diajarkan. Metode ini mewajibkan agenda kegiatan yang padat sepanjang hari. Secara sederhana, Glen Doman percaya bahwa masalah anak-anak seperti Zahra adalah posisi neuron yang tidak pada tempatnya. Butuh upaya untuk meletakkan kembali neuron-neuron itu pada posisinya. Mempola ulang (patterning) peta neuron di otak anak. Gerakangerakan dalam metode Glenn Doman didesain untuk anak-anak berkebutuhan
Metode ini mengharuskan adanya aktifitas fisik. Sehari harus merayap minimal 400 meter, Merangkak 800 meter, bergelantungan (monkey bar exercises) bolak-balik minimal 50 kali. Ada juga untuk melatih paru-paru anak (masking) agar nafasnya lebih panjang. Selain itu
khusus. Gerakan yang akan membantu mereka untuk mempolakan kembali neuronnya. Jika ada brain injured, bagian otak yang rusak memang sudah tidak bisa direkayasa. Tetapi kita masih bisa melakukan rekayasa dengan membangun jarigan-jaringan baru. Salah
satunya dengan patterning, melalui gerakan merangkak, merayap, dan monkey bar exercises. “Setiap hari, dibantu dua asisten, saya menerapkan metode Glen Doman kepada Zahra. Kalau kegiatannya merangkak 400 meter, sayapun ikut merangkak. Kalau harus merayap, sayapun ikut merayap. Apapun yang dilakukan Zahra, saya juga harus melakukan,” tuturnya. Hasilnya Zahra mengeluarkan kata-kata yang semakin jelas. Zahra mulai bertatap mata dengan orang lain dan berinteraksi dengan kami, orangtuanya. Kata pertama yang terucap sangat jelas adalah “pipi”. Dia ingin buang pipis. Huruf ‘s’-nya tidak terdengar. “Sejak saat itu saya mulai menegaskan, kalau Zahra menginginkan sesuatu, dia harus memintanya dengan suara. Misalnya ingin makan. Zahra harus mengucapkan makan. Meskipun akhiran ‘n’-nya tidak terdengar”. Tanggapan orang lain yang melihat Zahra juga mengejutkan. Mereka melihat Zahra sudah tidak menyendiri lagi. Sudah
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 27
[MEDIA UTAMA] mulai berinteraksi, lebih tenang di depan umum dan banyak hal positif lainnya. Seperti keberaniannya untuk mencoba wahana-wahana di taman bermain. “Dahulu, Zahra sangat takut untuk bermain ayunan dan perosotan. Kalau diminta untuk mencoba dua permainan itu, wajahnya langsung menunjukkan ketakutan, stress dan yang jelas menangis. Setelah penerapan metode pattening, dia mulai berani mencoba hampir semua wahana permainan yang ada. Zahra juga sangat sensitif terhadap suarasuara seperti bunyi klakson, jeritan, teriakan, sampai suara tangisan. Setelah menerapkan metode Glenn Doman ini, entah bagaimana, fungsi pendengarannya juga jauh lebih baik. Bisa menyaring suara-suara dari luar. Kalau dahulu mendengar suara dia bisa ikut menjerit, saat ini dia jauh lebih tenang”. Namun di tengah perkembangan yang sangat menggemberikan ini, Devi jatuh sakit dan harus mendapat tindakan medis yang berat. Kondisinya menuntut untuk menghentikan semua aktivitas pelatihan. Aktivitas Zahra berhenti. Beberapa bulan vakum dari kegiatan. Mertuanya menyarankan agar Zahra kembali bersekolah atau ke tempat terapi lagi. “Meskipun berat, saya akhirnya mengizinkan Zahra mengikuti terapi meskipun di tempat berbeda. Ajaibnya, kalau dahulu setiap sesi terapi hanya menangis dan muntah, saat itu dia
sudah jauh lebih baik. Banyak perubahan yang membuatnya tidak takut lagi menghadapi suasana kelas terapi. Mungkin dahulu masih kecil. Kondisi mentalnya belum siap, belum saatnya. Saat ini, Zahra sudah siap secara mental. Dia bisa duduk lama, memiliki perhatian yang baik, bisa meniru, dan banyak hal yang bisa diserap dalam kelas”. Saat ini, Zahra bersekolah di sekolah khusus. Sekolah ini memiliki guru-guru yang sangat inovatif. Di sekolah yang terletak di wilayah Jakarta Selatan ini, Zahra berhasil mengembangkan beberapa keterampilan. Zahra ikut kegiatan tari, modeling, melukis, berenang, berkuda, membaca, berhitung, dan banyak aktifitas yang tidak pernah dibayangkan akan bisa Zahra lakukan. “Beberapa waktu lalu, Zahra ikut pentas tari di sebuah intitusi. Dia berhasil melakukannya. Selain itu Zahra juga beberapa kali mengikuti konser mini. Dia bermain piano. Zahra juga seorang pelukis yang berbakat. Dia sudah beberapa kali mengikuti pameran lukisannya”.
Dukungan dan Tantangan
Saat memulai terapi dengan metode Glenn Doman, Devi menerapkan pelatihan fisik yang intensif. “Mengajar Zahra, atau anak berkebutuhan khusus, kita harus tegas. Suara kita pelan datar dan tegas. Kita tidak boleh menerima penolakan dari anak. Karena sekali kita lemah, sang anak akan memahami bahwa dia bisa
28 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
menolak dan pasti akan dituruti”. Rupanya metode pelatihannya mendapat sorotan dari orang tua dan mertuanya. Menurut mereka model pelatihannya terlalu keras. Apalagi ditambah dengan ketegasnnya membiasakan Zahra untuk menyuarakan keinginannya. Tanpa berbicara, keinginannya akan diabaikan. Mereka protes. Namun Devi tetap berkeyakinan bahwa apa yang dilakukannya benar. Namun di sisi lain, dia juga membutuhkan dukungan emosional dari mereka. Tanpa dukungan mereka, jelas posisinya akan tidak menguntungkan. Karenanya, diapun membawa mertuanya menemui seorang psikolog senior yang juga memiliki anak dengan gangguan autis. Di depan mereka, psikolog itu memberikan dasar argumentatif baik secara pengalaman maupun akademis tentang perlunya ketegasan dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Meskipun tidak menyetujui seratus persen mertua dan orangtuanya sedikit demi sedikit mulai mendukung apa yang dia lakukan. Hasilnya sekarang Zahra sudah bisa berinteraksi dengan orang lain. Zahra sudah bisa tampil di depan umum tanpa terganggu. “Secara kesehatan, Zahra juga sudah cukup mandiri. Gosok gigi, memakai sabun, bahkan mencucipun sudah bisa dia lakukan”. [mediakom]
Saat ini, Zahra bersekolah di sekolah khusus. Sekolah ini memiliki guruguru yang sangat inovatif. Di sekolah yang terletak di wilayah Jakarta Selatan ini, Zahra berhasil mengembangkan beberapa keterampilan.
T
angannya terampil mencampur warna. Gerakan tangannya juga lentur menari-nari di atas kanvas. Beberapa saat kemudian, sebuah lukisan tersaji. Sulit menyangka gadis cilik itu menderita gangguan autisme. Zahra namanya. Gadis manis yang pandai melukis. Saat bersekolah di sebuah sekolah khusus, salah satu pelajaran yang menarik perhatian Zahra adalah melukis. Gurunyapun memiliki pemahaman mendalam tentang anak-anak berkebutuhan khusus.
Zahra Manis Pandai Melukis
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 29
[MEDIA UTAMA]
“Jangan sampai anakanak ini, sudah tidak pandai berkomunikasi, juga tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan perasaan adalah melukis,” cerita Devi, ibunda Zahra. Sejak saat itulah Zahra memiliki rutinitas melukis. Bahkan menurut sang guru, Zahra memiliki bakat besar. Hal ini berdasarkan kemampuannya bermain dengan warna. Keluwesan tangannya membangun goresan. Dan tentu saja
kedalaman pesan yang dia bangun di atas kanvas. “Sudah banyak lukisannya. Kami pilih, mana yang bagus mana yang biasa saja. Biasanya yang bagus kami bingkai”. Zahra juga pernah ikut pameran lukisan di beberapa tempat. Meskipun masih dalam tahap awal, mereka memiliki harapan besar terhadapnya. Kalau melihat Zahra melukis, susah untuk membantah bahwa dia tidak berbeda dengan anak normal lainnya. Selain melukis, sejak kecil
30 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
Saat bersekolah di sebuah sekolah khusus, salah satu pelajaran yang menarik perhatian Zahra adalah melukis.
Zahra juga sering dibawa ke kolam renang. “Umur tiga tahun dia sudah bisa mengapung”, kata ibundanya. Bahkan sesudah menerapkan terapi dengan metode Glenn Doman, kemampuan berenangnya juga menjadi lebih baik. “Tetapi masih ada satu hal yang mengganggu. Zahra berenang dengan gaya yang tidak teratur. Tidak ada gaya tertentu, seperti gaya dada, gaya punggung, atau gaya bebas. Biarpun saya bersusah payah mengajarkan, dia tetap
menolak untuk mengikuti. Sayapun memutuskan menyertakan orang lain untuk mengajar Zahra renang”. Zahra mengikuti kursus renang. Gurunya bukan pengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Tetapi dia mantan atlit yang berpengalaman mengajar banyak anak seperti Zahra. Guru itu ternyata memang bisa mengajar Zahra berenang lebih baik. Setahun kemudian, meskipun belum luwes, gaya berenangnya sudah sangat jelas. Selain terapi, Zahra juga bersekolah di sekolah anakanak berkebutuhan khusus. “Awalnya saya masih memiliki pengalaman traumatis saat Zahra sekolah di TK. Banyak anak dan orangtua yang melihat Zahra dengan tatapan aneh. Meskipun dia tidak bisa berkata-kata, belum tentu dia tidak paham. Dia punya pikiran dan perasaan. Ketakutan saya menyeruak. Kalau tidak ada ibunya, bisa-bisa Zahra hanya akan menjadi objek olok-olokan,” kenang Devi. Desakan orang tua dan mertua membuatnya memberanikan diri membawa Zahra mencari sekolah. Pilihan pertamanya sekolah iklusi. Tetapi sekolah itu menolak. Alasannya kemampuan Zahra di bawah standar mereka. Kemudian ada sekolah khusus di daerah Pejaten. Zahra suka karena ada kolam renangnya. Akhirnya Zahra sekolah di sana. Hampir setahun Zahra sekolah di sana. Kemajuan yang dia peroleh terutama konsep tentang bersosialisasi dan mematuhi peraturan.
Dia belajar mengikuti aturan main sekolah. Kapan masuk, kapan istirahat, kapan bermain, bagaimana melakukan antrian, dsb. Ketika Zahra berumur 10 tahun, Devi memindahkan anaknya ke sekolah yang lebih khusus. Sekolah di daerah Jakarta selatan ini ternyata mampu mengembangkan banyak keterampilan Zahra. “Awalnya saya tidak percaya. Anak saya diajak melakukan kegiatan modelling dan menari. Tetapi memang bisa. Bersama temantemannya, mereka juara di sebuah lomba modelling,” tutur Devi bangga. Tiga tahun pertama sejak kelahiran Zahra, adalah saat yang paling melelahkan bagi Devi. Hampir setiap hari anaknya mengalami gangguan pencernaan. “Dia selalu menunjuk ke arah perutnya. Namun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Saya hanya bisa merasakan bahwa perutnya tentu mengalami sakit yang luar biasa,” kenangnya. Selain pencernaan, Zahra juga memiliki pola tidur yang sangat melelahkan. “Anak ini selalu bangun tengah malam. Menangis keras. Kemudian baru tidur menjelang subuh”. Kondisi ini memaksa Devi untuk banyak mencari informasi baik dari teman maupun secara online. Berdasarkan research yang dilakukannya, banyak metode untuk anak berkebutuhan khusus. Ada metode AKA, metode Glenn Doman, metode Balur, brain gym, dan lain sebagainya. Hampir semua metode pernah dicobanya. Ada yang tingkat keberhasilannya
memuaskan. Ada pula yang gagal. Beberapa metode yang menurutnya berhasil diterapkan untuk Zahra adalah metode Balur dan metode Glenn Doman. Metode Balur membuat pola tidur, pencernaan, dan suara Zahra membaik dengan sangat signifikan. Metode Glenn Doman memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pencapaian Zahra untuk merangkai kalimat, bersosialisasi, berinteraksi, dan berkomunikasi. Saat ini, Zahra sudah berani tampil di muka umum untuk mendemostrasikan kemampuannya bermain piano. Jika dahulu dia adalah gadis yang penyendiri, saat ini dia adalah gadis siap berinteraksi dan bersosialisasi. Banyak ide di benaknya yang siap dibagi. Seperti layaknya remaja lainnya, diapun ingin berkawan dengan gadis sebayanya. Berbincang di media sosial, bertukar avatar di jejaring percakapan online, atau berkorespondesi melalui email. Namun sayang masih banyak yang memandang sebelah mata pada remaja berkebutuhan khusus seperti ini. Karenanya melalui tulisan ini, sudah selayaknya kami mengetuk hati anda semua, untuk memulai gerakan “Bersahabat dengan Anak Autis”. Menurut Devi, ibunda Zahra, “saya merasakan betul sebagai ibunya, bahwa dia membutuhkan pertemanan dengan anakanak sebayanya. Seperti anak-anak remaja yang lain juga membutuhkannya”. [mediakom]
“Jangan sampai anakanak ini, sudah tidak pandai berkomunikasi, juga tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan perasaan adalah melukis,” Devi
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 31
[MEDIA UTAMA]
Penerimaan, Kunci Penanganan Autis G angguan autisme membutuhkan perhatian terus menerus yang menguras waktu, tenaga, pikiran, dan biaya yang tidak sedikit. Kondisi yang seringkali mengganggu secara psikologi maupun ekonomi. Puncaknya adalah terabaikannya penanganan anak autis. Penerimaan tulus orang tua adalah terapi awal yang luar biasa bagi anak autis. Penerimaan orang tua dan keluarga akan menunjang penanganan anak autis menjadi lebih optimal. Anak adalah anugerah Sang Pencipta untuk orang tua. Anak yang sehat, tumbuh dan berkembang dengan normal adalah harapan setiap orang tua. Saat harapan itu tidak terwujud, beragam reaksi emosi muncul. Menurut
penelitian Meilani pada 2007, sebagian besar orang tua cenderung menunjukkan reaksi negatif ketika mengetahui anak mengalami autisme. Reaksi awal yang dirasakan orang tua, yang mengetahui anaknya mengalami autisme, adalah tidak percaya, sedih, dan terpukul. Reaksi negatif lain seperti sedih, kaget, stres, takut, cemas, dan menyesal juga muncul, terutama dari ibu, ketika mengetahui anak mengalami autisme. Semua reaksi emosi ini muncul karena ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Harapan orang tua, terutama ibu, anaknya akan tumbuh dan berkembang dengan normal. Kenyataannya mengalami autisme. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak autis
32 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
memiliki pengalaman stres lebih besar daripada orang tua anak normal (Vidyasagar, 2010). Mereka cenderung mengalami tingkat stres lebih tinggi dibandingkan orang tua yang memiliki anak dengan gangguan perkembangan lainnya. Penyebabnya adalah orang tua yang memiliki anak autis menghabiskan waktunya secara signifikan untuk memberikan pengasuhan anak dan sangat sedikit waktu luang untuk aktivitas pribadinya. Orang tua dituntut untuk mengasuh anak dengan cara yang khusus, spesifik dan berbeda dengan anak pada umumnya. Penolakan terhadap keadaan seperti ini menyebabkan banyak orang tua tidak bisa menerima keadaan anaknya. Penolakan ini juga yang ditengarai menyebabkan banyak kesulitan yang menyebabkan
terhadap keadaan anak dengan gangguan autisme dipengaruhi beberapa faktor. Penelitian Daley (2004) menunjuk faktor lingkungan, budaya, dan sosial ekonomi memiliki dampak pada penerimaan orang tua. Rachmayanti dan Zulkaida (2007) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap keadaan anak yang mengalami autisme meliputi dukungan keluarga besar, latar belakang agama, tingkat pendidikan, status perkawinan, usia orang tua, serta sikap para ahli dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut berjalin berkelindan pada proses penerimaan orang tua terhadap anak yang mengalami gangguan autisme. Seorang ibu yang memiliki anak autis memerlukan dukungan agar dapat menghadapi keadaan dengan baik. Dukungan ini berkaitan dengan keuntungan positif yang diperoleh, salah satunya berkaitan dengan penurunan tingkat stres yang dialami. Keuntungan positif yang diperoleh juga berkaitan dengan penerimaan psikologis, serta persepsi orang tua terhadap anak sebagai sumber kebahagiaan, kekuatan, dan mempererat keluarga. Orang tua yang mendapatkan dukungan juga akan memiliki emosi yang relatif lebih baik pada anaknya. Bentuk dukungan yang berperan penting
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 33
COMMUNITYTABLE.PARADE.COM
penderita autis tidak tertangani dengan baik. Orang tua yang menerima, akan menerima kenyataan apa adanya. Mereka memahami anaknya terlahir sebagai individu berbeda, sehingga akan mengubah persepsi dan harapan ideal atas anak. Orang tua yang menerima keadaan anak autis cenderung mengharapkan yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki anak. Sikap penerimaan ini akan membantu orang tua dalam pengasuhan terhadap anak serta mendukung keberhasilan intervensi yang dilakukan sehingga perkembangan yang dicapai anak lebih optimal. Ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak, umumnya lebih mengenal serta memahami anaknya daripada anggota keluarga lain. Sikap penerimaan seorang ibu terhadap anak autis adalah salah satu kunci menuju pengasuhan yang banyak memberikan reinforcement positif yakni mencintai, memperhatikan, mendukung, serta mampu menjalin hubungan yang dekat dengan anak. Ibu yang menerima keadaan anak autis dapat menemukan dan mengembangkan hal-hal positif diantara keterbatasan yang dimiliki anak sehingga dapat membantu anak untuk mencapai sedikit demi sedikit tahap perkembangan yang terganggu. Penerimaan orang tua
[MEDIA UTAMA] bagi ibu atau orang tua yang memiliki anak autis adalah dukungan emosi. Dukungan emosi mencakup ungkapan rasa simpati, pemberian perhatian, kasih sayang, penghargaan, dan kebersamaan. Adanya dukungan emosi sangat penting untuk menghadapi keadaan yang tidak dapat dikontrol. Kenyataan bahwa anak mengalami autisme adalah suatu keadaan yang berada di luar dugaan dan tidak dapat dikontrol. Seseorang yang mendapatkan dukungan emosi akan merasa nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga seseorang dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Penelitian Setyaningsih, dkk., pada 2011 menunjukkan bahwa seseorang yang menderita penyakit tertentu atau dalam kondisi krisis, ketika mendapatkan dukungan emosi akan memunculkan perasaan positif, sehingga dapat menghindari emosi negatif yang muncul dalam dirinya. Ibu yang memiliki anak autis dihadapkan pada keadaan yang menekan ketika berada di lingkungan sosial. Berbagai reaksi emosi negatif seperti perasaan malu, rasa iri melihat anak normal, rasa minder, dan merasa diperhatikan orang karena memiliki anak yang berbeda dengan anak lain dapat muncul ketika ibu dihadapkan dengan lingkungan. Diperlukan dukungan emosi agar ibu dapat mengatasi emosi
negatif yang muncul tersebut dengan baik. Adanya dukungan emosi memberikan kekuatan serta mendorong ibu yang memiliki anak autis untuk mencapai tahap penerimaan terhadap keadaan yang dialami anak. Selain dukungan emosi, usia yang matang memungkinkan orang tua dapat menerima diagnosis dengan tenang serta dapat bersikap dewasa dan menentukan jalan keluar yang terbaik untuk kesembuhan anak. Menurut Elisabeth Hurlock, 1980, seseorang yang memasuki masa dewasa awal, umumnya sudah mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dengan cukup baik sehingga menjadi stabil dan tenang
Orang tua yang menerima keadaan anak autis cenderung mengharapkan yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki anak.
34 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
secara emosi. Seorang ibu, adalah wanita yang telah memasuki masa dewasa. Usia sah pernikahan di Indonesia mensyaratkan berbagai aspek kematangan dalam diri, salah satunya adalah kematangan psikologis yaitu kematangan emosi. Seorang ibu yang matang emosinya diharapkan memiliki kondisi emosi yang stabil, sehingga dapat mengelola emosi dalam diri untuk menghadapi permasalahan dengan objektif yakni menghadapi permasalahan tersebut tanpa dikendalikan oleh perasaannya. Kematangan emosi merupakan suatu keadaan emosi yang apabila mendapat stimulus emosi tidak menunjukkan gangguan kondisi emosi yaitu berupa kebingungan, berkurangnya rasa percaya diri, dan terganggunya kesadaran sehingga tidak dapat menggunakan pemikiran secara rasional dan efektif (Herlena, 2007). Kematangan emosi untuk seorang ibu untuk mengorganisasikan emosi yang ada dalam dirinya, sehingga ibu dapat mengendalikan emosinya dan dapat menghadapi permasalahan dengan tenang tanpa dikendalikan oleh perasaan-perasaanya. Reaksi emosi negatif yang dialami ibu seperti rasa bersalah, kemarahan, kesedihan serta penolakan terhadap keadaan anak, wajar muncul ketika ibu dihadapkan pada kenyataan bahwa anaknya didiagnosis mengalami autisme. Keadaan tersebut diharapkan tidak berlanjut
sehingga menghilangkan keberfungsian ibu untuk dapat berpikir, bersikap, dan bertindak secara rasional pada kondisi yang sulit. Ibu dengan emosi yang matang dimungkinkan memiliki perilaku-perilaku positif. Misalnya seperti tidak mudah mengalami kebingungan dihadapkan pada situasi yang sulit, tidak mudah berkurang rasa percaya dirinya, dapat menggunakan pemikirannya secara efektif dan rasional, mampu belajar dalam situasi yang sulit, serta toleran terhadap frustasi yang sedang dihadapi. Kematangan emosi akan mendorong ibu untuk mencapai tahap penerimaan terhadap keadaan anaknya yang mengalami autis. Paduan antara kematangan dan kemampuan mengorganisir emosi membuat seorang ibu dapat memaksimalkan daya pemikirannya secara kritis, rasional dan efektif untuk menerima anak dengan segala keadaannya. Fokus pada upaya penyembuhan anak daripada berlarutlarut dalam kesedihan yang dialami. Kematangan emosi dan dukungan yang diperoleh ibu dari orang-orang terdekat, seperti suami, keluarga dan sahabat akan memengaruhi penerimaan ibu terhadap anaknya yang mengalami gangguan autisme. Penerimaan secara positif dari seorang ibu terhadap anaknya yang mengalami gangguan autisme sangat diperlukan oleh anak karena penerimaan ini akan menentukan keberhasilan intervensi yang dilakukan terhadap anak. [mediakom]
Mama Chika: Anak Down Syndrome itu Karunia
B
agi saya, anak down syndrome itu karunia. Inilah cara Allah membimbingku untuk tetap taat, banyak bermunajat dalam malam yang sepi, bersyukur dan menjadikan anak sebagai ladang ibadah. Sebab, belum tentu mempunyai anak normal akan membimbing orang tua kepada jalan kebaikan. Mungkin, malah sebaliknya. Alhamdulillah, Najla dengan down syndrome telah menjadi amanah, sebagai sarana saya dan keluarga untuk terus mendekatkan diri pada Allah, kata Sukmini, yang sering dipanggil mama Chika ibu kandung Najla kepada Mediakom. “Saya tidak kaget apalagi shok, ketika menyaksikan Najla saat baru lahir secara fisik banyak keanehan. Seperti perut buncit, kaki biru, lubang tenggorokan kecil, sehingga pada saat minum air sampai matanya melotot. Tangan jari kelingking bengkok, satu
minggu belum buang air besar (BAB) dan lingkar kepala kecil. Setelah saya indentifikasi, hampir semua ciri-ciri anak dengan down syndrome ada pada Najla, tapi saya tenang saja”, ujarnya. Menurut ibu yang punya hobby baca ini, kebetulan dia sudah mengetahui banyak hal tentang ciri-ciri down syndrome sebelum Najla lahir. Sehingga ketika apa yang terjadi pada Najla ternyata down syndrome, Ia menerima kahadiran Najla dengan apa adanya dan lapang dada. “Ketika Najla pertama kali menyusu matanya melotot dan kejang-kejang seperti orang mau syakaratul maut, saya tidak teriak-teriak minta tolong tetangga. Saya tetap tenang dan merawat Najla dengan pengetahuan yang saya miliki. Sebab, minta tolong orang lain juga mereka tidak punya pengalaman dan pengetahuan. Saya yakin, kalau ibu tidak punya pengetahuan akan teriak-teriak tiap hari minta tolong. Saya banyak mendapat pengetahuan tentang down syndrome ini dari membaca, kebetulan saya hobby
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 35
[MEDIA UTAMA] membaca”, ujarnya. Menurut ibu rumah tangga yang sering dipanggil mama Chika ini memang luar biasa. Dia tidak menyerahkan terapi Najla kepada dokter atau sekolah anak dengan kebutuhan khusus. Tapi Dia rawat dan didik sendiri Najla, ayahnya juga tidak sempat, karena mencari nafkah berangkat pagi, belum jelas pulangnya. “Saya pernah mendapat penjelasan dari dokter, bahwa Najla akan dapat berjalan setelah berumur 4-5 tahun. Alhamdulillah dengan karunia Allah, Nazla dapat berjalan pada usia 2 tahun, hampir sama dengan kebanyakan anak normal. Memang secara pertumbuhan, tidak ada beda dengan anak normal. Umur 6 bulan sudah dapat tengkurep dan duduk. Cuma 1,5 tahun belum mampu berjalan”, ujar ibu yang aktif kegiatan sosial masyarakat ini. Menurut mama Chika, ketika Najla berumur 1,5 tahun bersama suaminya mengantar ke rumah sakit Hermina Bekasi. Dia minta Najla diperiksa teroid, hormon dan kromosom. Mendapat permintaan tersebut dokternya kaget dan bertanya, apakah ibu seorang tenaga kesehatan? bukan, saya ibu rumah tangga biasa, jawab mama Chika. Mengapa musti diperiksa, secara fisik kelihatan normal kok, sanggah dokter. Tapi, mama Chika tetap meminta untuk diperiksa. Akhirnya dokter periksa teroid dan hormon satu minggu sudah memperoleh hasil, tapi kromosom harus membutuhkan waktu satu bulan. Kebetulan rumah sakit
Hermina juga belum mampu memeriksa kromosom waktu itu. Setelah satu bulan rumah sakit memanggil, saya datang berdua dengan suami. “Saya disuruh masuk, kemudian dijelaskan bahwa kromosomnya 41, saya berkata Allahu Akbar...!, dokter bertanya ibu sudah tahu ? sudah jawab Mini. Sebab, manusia normal itu kromosomnya 40”, jelas mama Chika. Memang, anak dengan down syndrom berumur 7 tahun itu masih seperti bayi, rentan terhadap penyakit, terutama lekemia dan jantung, tidak ada interaksi, tetapan matanya polos dan EQnya 60 % dari anak normal. Ia tidak tahu bahaya lingkungan, maka orang tua harus hati-hati dan ekstra pengawasan. “Bagi anak down syndrome, paling utama ibu harus rajin dan banyak memberi stimulasi. Untuk stimulasi suara, saya mengajarkan suara azan. Begitu mendengar suara azan, Najla kemudian diam mendengarkan dan langsung ke kamar mandi mengambil air wudhu. Begitu juga ketika mendengar suara salam seorang pengemis, Najla akan secara spontan mengambil uang receh yang sudah saya sediakan untuk diberikan kepada pengemis”, ujarnya. Untuk stimulasi warna, saya mengajarkan warna kuning, mirip warna kotoran BABnya sendiri. Sebab kalau tidak mendapat stimulasi ini, warna kuning padahal BAB dikira jeruk yang warnanya sama-sama kuning, terus memakanya. “Jadi sekali lagi ibu, ibu dan ibu harus
36 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
banyak memberi stimulasi dan perhatian”, tegasnya. Menurut ibu Sukmini, guna memberi kemampuan berinteraksi dan mengenal benda sekitarnya, saya tidak pernah melarang apapun, kecuali yang membahayakan. Akhirnya, Najla terbiasa memegang mic pengeras suara dan bernyanyi, memegang tablet dan membukanya, bahkan download. Memainkan orgen dan mengoperasikan handphone semua dapat dilaksanakan Najla. “Sekiranya orang tua, khususnya ibu tidak mempunyai pengetahuan tentang pendidikan anak tentang down syndrome, anak umur 7 tahun, BABnya masih dimakan. Apalagi perempuan umur 14-15 tahun ketika menstruasi, celana dalam yang penuh darah Ia bawa kemanamana. Belum mempunyai kemampuan menggunakan softek untuk menahan darah kotor menstruasi. Maka, Najla dari umur 2 tahun sudah saya stimulasi. Sehingga ketika nanti menstruasi sudah tahu apa yang harus dilakukan”, ujarnya semangat. Menurut Mini, ibu rumah tangga yang tamat SLA ini, setiap anak down syndrome mempunyai level masingmasing. Ada yang mampu belajar melalui institusi pendidikan, tapi kalau yang level berat, mereka akan mendapati kesulitan yang berat. Untuk itu, orang tua harus tahu di level mana dan stimulasi apa yang paling tepat untuk anaknya tersebut. Bagi Najla, saya tidak berharap muluk-muluk,
cukup kalau dewasa dapat menolong dan membahagiakan diri sendiri secara mandiri. Sebab, anak down syndrome rata-rata pendengaranya terganggu, tidak fokus dan hanya mampu berinteraksi dengan dirinya sendiri. Jadi, memang harus ada upaya ekstra keras, tekun dan sabar untuk menstimulasinya. “Saya hampir tidak pernah menghitung kerugian barang-barang yang rusak, pecah, hancur, guna memberi stimulasi. Barang dapat dibeli lagi kalau ada biaya, tapi kemampuan anak untuk mandiri lebih mahal dari segalanya. Memang sulit mendidik anak down syndrome dengan serba keterbatasan, kalau tidak mendapat pendidikan dengan benar, akan lebih menyulitkan orang tua, keluarga, orang lain bahkan dirinya sendiri”, ujarnya. Untuk mendukung aktifitas stimulasi Najla, Mini sama sekali tidak mengurangi aktifitas harian yang selama ini sudah mereka jalani. Mulai dari kegiatan pengajian pekanan, arisan warga, pasyandu dan aktivitas shalat taraweh di masjid satu bulan penuh saat bulan ramadhan. “Aktifitas interaksi dengan anggota masyarakat justru dapat membantu mengenalkan Najla kepada orang lain, selain anggota keluarga dalam rumah. Akhirnya kini Najla menjadi terbiasa berinteraksi dengan orang lain. Ketika ketemu semua orang diajak bersalaman, tersenyum dan berbicara dengan orang yang Najla temui”, ujarnya bangga. [P]
Najla kembali ke titik Nol
M
ama Chika menuturkan, ketika Najla berumur 5 tahun, tiba tiba kejang, mata mendelik dan mulut agak kesamping. Kejadianya saat itu, ketika Najla saya ajak menengok kakaknya yang sedang belajar di pesantren. Selanjutnya saya minta dokter scening, hasilnya bagus. Saya minta melakukan EEG, tapi hasilnya tidak maksimal karena Najla bergerak-gerak. Kemudian saya minta untuk mengulang kembali dengan pembiusan yang agak lama agar EEG-nya maksimal. Ternyata benar, hasil pemeriksaan menyatakan syarafnya terganggu. “Setelah tahu hasilnya, saya pasrah, memang mau apalagi. Sudah menjadi takdir saya untuk menjalani semua ini dengan sabar. Sebab, dengan kelainan syaraf tadi semua kembali ke awal, seperti bayi lagi. Harus memulai stimulasi dari awal. Stimulasi merangkak, duduk, berdiri dan seterusnya. Padahal sebelumnya sudah mampu bicara, jalan dan kegiatan mandiri lainnya. Rencananya Najla akan saya masukkan ke SDIT Al-Fikroh agar dapat berinteraksi lebih baik lagi. Tapi tiba-tiba harus
mengulang lagi. Saya tidak kaget, karena sudah tahu akan seperti ini kejadianya, seperti sedang jalan, tibatiba epilepsi”, tuturnya. Menurut mama Chika, bila mempunyai anak down syndrome jangan minder. Kondisi ini bukan kemauan manusia. Juga tidak ada hubungan dengan anak kutukan Tuhan. Kemudian anak di umpetin, tidak keluar berinteraksi dengan orang lain. Cara seperti ini salah, karena akan membuat anak menjadi lebih terisolir dari lingkungan. Padahal tugas orang tua, khususnya ibu, harus menjadikan anak down syndrome mengenal lingkungannya. Kini, mama Chika memulai lagi dari mencatat perkembangan baru Najla. Kapan Ia mulai mampu mengucapkan kata mama, makan dan seterusnya. Menanamkan rasa kasih sayang kepada orang tua, teman dan binatang seperti kucing dan ayam. “Pengalaman saya, anak down syndrome lebih mempunyai empati dan kasih sayang. Itulah yang membuat saya menjadi paham, bahwa Allah memberi amanah anak down syndrome ada sesuatu yang lebih dari anak-anak normal”, ujarnya mengisahkan. Bagi mama Chika, anak
down syndrome harus mendapat arahan yang sama dengan anak normal. Mereka harus mendapat hak yang sama untuk mampu seperti anak normal, walau juga harus menyadari akan sejumlah keterbatasan. Najla yang lahir 6 November 2007 ini, merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, telah banyak memberi inspirasi saya lebih dekat dan taat kepada Allah swt. “Semua ini milik Allah, anak normal atau down syndrom, termasuk pengetahuan
dan kecerdasan. Boleh jadi mendapat anak yang cerdas, sehat dan normal, tapi belum dapat menjamin kebahagian diri dan orang tuanya. Untuk itu terima apa adanya, termasuk ketika Najla harus kembali ke titik Nol. Ini artinya Allah memberi kesempatan kepada saya untuk lebih banyak lagi bersabar”, ujarnya. Hidup ini seperti menjalani lakon dari sang dalang. Wayang tak pernah dapat memilih lakon yang akan mereka lakoni. Ia hanya pasrah dengan peran pada lakon pilihan dalang. Senang, susah, kaya, miskin atau lainnya. Tugas wayang menerima seluruh lakon yang akan dimainkan dalang disertai ikhtiar agar dapat menikmati semua peran dalam lakon kehidupan, sekalipun sulit. Apakah kita dapat menikamati. Semoga..! [P]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 37
[MEDIA UTAMA]
Wahai orang tua: MENDONGENGLAH....! 38 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
TUKANGDONGENG.BLOGSPOT.COM
D
ongeng bagi perkembangan anak adalah membangun jembatan komunikasi dengan anak sejak dini. Sering mendongeng, akan berkembang jadi ngobrol, lebih dalam lagi jadi terbiasa curhat sama orang tua. Sehingga ada kesulitan apapun, anak akan otomatis curhat dengan orang tuanya. Mereka tidak akan curhat dengan orang lain seperti yang terjadi pada beberapa orang yang tidak dekat dengan orang tuanya, hal ini disampaikan pendongen profesional Putri Suhendro kepada mediakom, akhir Juli 2015 yang lalu, di Jakarta. Menurut Putri,
dogeng akan mampu mengembangkan kosa kata, kemampuan bicara dan kemampuan mendengar anak. Empati juga terasah dengan lebih terarah. Logika berpikir akan lebih matang, ketimbang anak yang jarang mendengar dongeng. Kecerdasan emosi juga akan berkembang dan menjadikan anak lebih mampu mengendalikan emosi dengan baik. “Sebaiknya setiap orang tua dapat mendongeng minimal untuk anakanaknya. Jadi orang tuan, harus..! kudu...! musti...! mendongeng untuk anak. Sebab, dongeng lebih didengar ketimbang nasihat, marah-marah dan menyindir”, ujarnya Menurut Putri, tidak ada cara baku mendogeng yang baik dan menarik untuk anak anak. Selama bukan pendongeng professional yang dibayar, tidak ada kiat mendongeng yang baku. Bagi orang tua, mendongeng dengan sederhana sudah cukup. Karena ceritanya tidak penting. Yang penting adalah kedekatan dengan orang tua. Bagi yang ingin mendongeng professional, harap perhatikan body langguage, intonasi dan artikulasi yang jelas. Ketika ditanya, kapan waktu yang tepat mendongeng untuk anakanak. Putri menyebut idealnya malam hari, pada saat anak-anak siap tidur. Tapi dengan kesibukan orang tua yang barangkali begitu tiba dirumah anakanak sudah tidur mungkin sulit. Untuk itu lakukan pada saat weekend, pagi hari waktu sama-sama berangkat
ke tempat aktifitas. Sebenarnya dongeng adalah kegiatan murah meriah. “Muatan pesan apa saja cocok untuk disampaikan kepada anak-anak, bisa disisipkan dalam dongeng. Asal tidak dengan nada menyindir, dan tetap dengan pandangan positif pada anak”, ujarnya.
Terapi dongeng
Selain menyenangkan bagi anak, ternyata dogeng juga dapat menjadi alat terapi. Terapi mendongeng pada anak ada beberapa cara. Bagi anak yang kurang mampu mengerahkan kekuatan untuk fokus, dongeng dapat membantu anak menjadi lebih fokus. Pada saat setelah mendongeng, silahkan ajukan pertanyaan yang berkaitan dengan jalan cerita. Terapi dongeng juga bisa di lakukan pada anak yang kesulitan kosa kata. Misalnya anak yang sulit berbahasa Indonesia, bisa ditingkatkan motivasinya dengan mendengar dongeng Indonesia. Atau pada saat kita ingin belajar bahasa asing, dongeng asal negara tersebut akan banyak membantu. Dongeng bisa juga mendukung tujuan terapi wicara pada anak-anak. “Singkat kata, dongeng adalah alat bantu yang bagaikan karet. Bisa lentur untuk memenuhi beberapa kebutuhan anak. Sayang sekali, banyak para ahli tidak mau menggunakan pendekatan bercerita, karena membutuhkan kesabaran dan hasilnya baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian”, jelas Putri.
Ketika ditanya apa sasaran yang ingin dicapai dengan terapi dongeng kepada anak, Putri mengatakan sasran therapy dongeng adalah jelas, perbaikan perilaku, perbaikan keterampilan dan perbaikan daya empati anak. Putri merasa kesulitan meningkatkan penampilan manggung dalam acaraacara anak, karena dongeng selalu kalah dengan penampilan modern seperti dance, sulap, atau bahkan lawakan tidak lucu dan tidak mendidik. Banyak orang Indonesia yang masih menganggap dongeng sebagai sesuatu yang basi. “Saran saya terhadap orang tua dan para pendidik terhadap anak atau anak dididiknya, hanya satu MENDONGENGLAH… karena pendongeng terbaik bagi anak bukan dari pendongeng professional seperti saya. Pendongeng terbaik bagi anak-anak adalah orang tua mereka dan guru mereka sendiri”, ujar Putri. Hanya saja, tidak semua orang tua siap menjadi pendongeng yang baik bagi anak-anaknya. Segudang alasan mereka kemukakan, mulai dari sibuk, repot, ngak sempat, capek, ngak ada waktu dan sederet alasan lain. Sehingga orang tua tak punya kedekatan dengan anak. Akhirnya, anak mereka lebih dekat dengan jalan raya, mall, gedung film, nongkrong dan tempat lain yang lebih mendekatkan kepada kegiatan negatif. Masihkah tetap tak bersedia mendongeng walau hanya sekedar cara mendekatkan diri pada anak? [P]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 39
UNTUK RAKYAT
Pelayanan Kesehatan Provinsi Aceh:
Butuh Penguatan Sistem Rujukan dan SDM Kesehatan
P
elayanan kesehatan secara umum penduduk Aceh, telah mendapat jaminan biaya pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah, baik dari JKN melalui BPJS serta anggaran dari APBA Provinsi melalui Program Jaminan Kesehatan Rakyat Aceh. Sekalipun demikian, masih ada kendala antara lain, sistem rujukan yang masih memerlukan penataan
lebih lanjut, hal ini tidak telepas dari sarana dan prasarana kesehatan yang masih belum merata diseluruh aceh, sehingga terjadi penumpukan pasien di titik-titik tertentu. Hal ini disampaikan Asisten II Pemerintah Daerah Provinsi Aceh, Saleh Hasan kepada para Komisi IX DPR RI saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Aceh 29 Juni 2015 yang lalu. Menurut Saleh, RSUD Zainal Abidin, sebagai pusat rujukan, memiliki jumlah
40 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
pasien melebihi kapasitas. Hal ini disebabkan RS Daerah mengirimkan pasien ke RSUD Zainal Abidin, maksimal hanya 19 pasien per-hari, tapi harus melayani 100-120 pasien per-hari, sehingga pelayanan terhadap pasien tidak berjalan efektif. “Untuk itu langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya fasilitas kesehatan rujukan di Aceh, maka akan dikembangkan 5 Rumah sakit daerah menjadi rumah
sakit rujukan regional antara lain, yakni RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh, RSUD Dr. Yuliddin Away Asel, RSUD Datu Beru Takengon, RDUD Dr. Fauziah Bireun dan RSUD Kota Langsa. Diharapkan jika kelima RS ini memberi pelayanan kesehatan akan dapat meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarakat aceh”, harapnya. Menurut Asisten 2 ini, selain masalah rujukan, ada masalah wabah demam berdarah, penanganannya
tidak terlalu rumit, dananya tidak terlalu besar, tetapi masih belum bisa tuntas. Sementara menurut Kepala Dinas Provinsi Aceh, bahwa dana jaminan kesehatan aceh terus meningkat, totalnya 8% dari APBD, tetapi apabila digabungkan dengan dana yang ada di Kabupaten/kota menjadi 13%. “Untuk capaian MGDs memang masih belum memuaskan, saat ini sedang
Care) di Kabupaten Bireun, STBM, KP-ASI di Kabupaten Aceh Timur, POSYANDU PLUS, CMHN di Kabupaten Aceh Besar, Kawal Bumil Risti dan Gizi buruk kurang di Gayo Lues. “Memang Provinsi Aceh masih terdapat kekeurangan tenaga strategis di puskesmas seperti dokter spesialis, dokter gigi, sedangkan dokter umum sebaran kurang merata karena masih banyak
sosialisasi kompetensi 155 kasus yang harus tuntas di setiap Ffasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). “Khusus untuk menunjang daerah yang sulit pemerintah daerah telah mengadakan ambulan udara untuk membantu beberapa kabupaten/Kota. Tersedia juga dana alokasi Khusus untuk peningkatan pelayanan kesehatan Dasar sebesar Rp 3 milyar. Untuk penyediaan farmasi Rp 31
dengan banyaknya rujukan dari daerah lain. Menanggapi pertanyaan anggota DPR, Wadir RSU Zainal Abidin (RSUZA) mengakui bahwa jumlah pasien yang berkunjung dan dirujuk ke RSU Zaenal Abidin sudah over kapasitas, sekalipun Dokter Spesialis menumpuk di RSU Zaenal Abidin, tapi banyaknya rujukan dari kabupaten/ kota, sehingga terjadi penumpukan pasien.
mengembangkan beberapa program pelaporan harian dari seluruh Kabupaten/koto, mulai dari sarana kesehatan dan angka capaian program seperti AKI, AKB, beberapa jenis penyakit”, ujarnya. Selain itu juga sedang mengembangkan program inovasi seperti AKI dan AKB dengan program kemitraan Bidan dan Dukun yang dikembangkan di Kabupaten Singkil, Asi Ekslusif di Kabupaten Aceh Jaya, KIBBLA- POMA- Peu’ Um bak Dada ( Kangaroo Mother
terdapat di kota besar. Guna memenuhi kebutuhan juga telah dikembangkan program nusantara sehat di Aceh terdapat di Kabupaten Simeleu dan Puskesmas Simeleu Cut”, ujarnya. Menurut Kadinkes untuk menanggulangi masalah penumpukan rujukan , telah mengembangkan 5 titik rujukan regional dan telah mandapatkan dana dari Kemenkes untuk penguatan sistem rujukan regional sebesar Rp 91 Milyar. Selain itu juga melakukan
milyar dan pengembangan rujukan Rp 22 milyar”, ujarnya. Menurut anggota DPR Komisi IX, Ir. Ali Mahir Aceh merupakan provinsi paling barat dan merupakan daerah rawan bancana, menanyakan bagaimana kesiapan pemerintah Aceh untuk mengantisipasi bencana seandainya terjadi lagi, apakah rasio dokter dan jumlah penduduk sudah terpenuhi dan penanganan jenis penyakit langka yang dirujuk ke RSU Zaenal Abidin
“Untuk itu perlu penataan sistem rujukan berjenjang agar semua tidak langsung ke RSUZA, termasuk upaya revitalisasi puskesmas, termasuk peningkatan pendidikan menganai komunikasi pelayanan kesehatan yang baik, sehingga pasien merasa dilayani dengan baik”, ujarnya. Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi Kemenkes, dr. Bambang Sarjono, MPH,
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 41
UNTUK RAKYAT kurang, karena dipakai untuk penyalah gunaan. Bahkan ada 111 penderita gangguan jiwa di wilayah puskkesmas Kuta Malaka yang harus mendapat perhatian. “Untuk mendukung pelayanan kesehatan jiwa, bagaiamana kelanjutan dari Pusat terkait program Community Mental Health Nursing”, tanya kepala puskesmas. Menurut SAM dr Bambang Sarjono, dari seluruh rangkaian kunker, perlu dengan segera mewujudkan penguatan lima rumah sakit rujukan regional untuk menanggulangi membludaknya pasien
Dr. Bamsar Saat berkunjung ke Rumah sakit
Kementerian Kesehatan sesaui dengan UU Otonomi daerah akan siap menerima dan mengakomodasi usulan dari daerah, apabila telah melalui pertimbangan yang matang. Khusus revitalisasi Puskesmas akan melakukan sosialisasi Permenkes 75/2014 tentang Puskesmas, (pelayanan DLP dan Fasyankes). Dokter yang sering dipanggil Bamsar ini juga meminta Dinas Kesehatan kabupaten / kota bisa mewujudkan keberadaan puskesmas sebagi ujung tombak melakuakn pelayanan kesehatan promotif, preventif dan kuratif. “Khusus mengenai penumpukan pasien di RSUZA apakah seleksi di daerah sudah benar mengenai mekanisme rujukan, apakah tidak ada saringannya sehinggga tidak asal rujuk”, tanya dr. Bamsar. Sementara hasil kunjungan ke Puskesmas Kuta Melaka, Kabupaten Aceh Besar, Kadis Kesehatan Aceh Besar dr. Wahyu Zulmansyah,
menyatakan keluhan akan jumlah SDM yang kurang, SDM yang ada lebih condong memilih bertugas di Puskesmas yang dekat perkotaan, termasuk adanya SDM yang malas update ilmu. Tidak mau mengikuti pelatihan-pelatihan. Ditempat yang sama, Kepala Puskesmas Kuta Cot Glie dr. Masyitah juga mengeluhkan jumlah SDM kurang, bahkan tidak Perawat gigi. Dari 26 desa Cuma 10 desa yang ada Bidan desanya. “Kekurangan air bersih dan sarana pembuangan sampah, bangunan ruang
42 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
rawat inap yang jauh dari UGD dan tidak ada koridor membuat kepanasan atau kehujanan. Genset yang ada sangat kecil, tidak bisa memenuhi kebutuhan puskesmas bila mati lampu, termasuk rusaknya Vaksin bila mati lampu. Untuk itu mohon anggota DPR memberi perhatian”, pinta dr. Wahyu. Keluhan lain dari Kepala Puskesmas Kuta Malaka yang menyatakan kekurang SDM, ruangan pelayanan, Community Health Mental Nursing, obat-obatan penyakit jiwa yang sangat
dan panjangnya waktu tunggu di RSUZA. Selain itu perbanyak tambahan tenaga kesehatan baik untuk puskesmas maupun RS yang ada di wilayah Provinsi Aceh. “Tidak kalah penting, mereka butuh lebih banyak pelatihan-pelatihan dan short course bagi staf puskesmas dalam rangka quality improvement revitalisasi puskesmas, serta perlu dukungan yang kuat untuk penguatan system dari DLPRS Rujukan regional dan RS Utama provinsi provinsi Aceh”, ujar dr. Bamsar. [P]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 43
KOLOM
MUDIK PULANG KAMPUNG Oleh: W. Purwanto
P
ulang kampung atau mudik sudah menjadi tradisi tahunan masyarakat Indonesia. Sebuah momentum unik setiap kali merayakan Hari Raya Idul Fitri. Lebaran tahun ini pun tidak berbeda. Banyak pemudik menyesaki terminal, jalan tol, pelabuhan dan bandara menuju kampung kelahirannya masing-masing. Tradisi mudik sudah berlangsung lama. Biasanya dilakukan orang-orang yang telah meninggalkan kampung halamannya dan mencari nafkah di kota. Tinjauan sosiologis akan melihat tradisi ini sebagai upaya merekonstruksi hubungan emosional pemudik, setelah sekian lama berpisah dengan orang tua, sanak saudara, dan tetangga di kampung halamannya, melalui silaturahmi. Dari sisi ekonomis, tradisi mudik juga dapat diartikan sebagai distribusi peredaran uang yang terkonsentrasi di kota ke daerah. Inilah kesempatan terbaik bagi orang desa untuk mencicipi, merasakan dan menikmati uang dari kota. Para pemudik, di kampung
halamanya secara ikhlas, membagikan angpao dan membelanjakan uangnya sebagai buah tangan. Namun perlu dicatat, jika pemudik tidak mampu mengendalikan diri, pemudik yang konsumtif juga berpotensi menghadirkan sisi gelap. Misalnya, menjadi ajang pamer kekayaan, penampilan, perhiasaan, kendaraan, dan propertiproperti kemewahan lainnya. Kegiatan mudik, sebagaimana penulis utarakan di atas, hanyalah “mudik tahunan” karena ritual tahunan itu yang orientasinya pada pemenuhan insting dan naluri kemanusiaan semata, seperti mengobati rasa kangen dan rindu pada sanak keluarga. Padahal esensi Idul Fitri yang sejati adalah menjadikannya sebagai momentum “mudik spiritual”. Kembali ke kampung halaman rohani yang fitri dan suci. Ini tentunya sejalan dengan makna Idul Fitri yang hakiki. ‘Id’ berasal dari bahasa Arab dari akar kata ‘aada’, yang berarti kembali. Sedangkan ‘fitri’ bermakna ‘fitrah atau asal kejadian yang masih suci dan murni’. Karenanya, Idul Fitri berarti “kembali (mudik)
44 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
ke asal kejadian (rohaniah yang masih fitri dan suci)”. Jangan lupa dan penting untuk diingat, bahwa pada dasarnya, bahwa manusia itu memang terlahir dengan fitrah yang suci. Inilah makna mudik yang sebenarnya atau yang sejati, yakni mudik spiritual bukan mudik tahunan. Ramadhan telah menempa kita untuk kembali menjiwai nilai-nilai luhur kebaikan dan kebenaran yang selama ini dikaburkan oleh kepentingan dan nafsu duniawi. Sebaiknya, dengan berakhirnya Ramadhan, umat Islam telah kembali ke fitrahnya, seperti saat terlahir ke dunia. Berlalunya Ramadhan seharusnya menjadi titik poin untuk mempertahankan prestasi ibadah dan amal saleh yang telah diukir di bulan suci tersebut. Bahkan akan lebih baik lagi jika ditingkatkan. Jangan sampai
berlalunya Ramadhan bermakna berakhir pula ibadah dan amal saleh yang kita kerjakan. Maka dari itu, penulis mengingatkan, bahwa makna dan hakikat Idul Fitri bukanlah mudik tahunan yang sekedar berkangenkangenan, melepas rindu, atau menghamburkan uang. Terlebih lagi, untuk pamer baju baru, unjuk kekayaan, atau plesiran ke tempattempat hiburan. Esensi mudik yang sejati adalah mudik spiritual dengan kembali kepada asal kejadian yang fitri dan suci. Belumlah disebut berhari raya orang yang hanya memakai baju baru. Berhari raya sesungguhnya adalah orang yang ketaatannya bertambah. Secara positif diharapkan para pemudik itu dengan sukarela dan hati yang ikhlas tidak hanya memanfaatkan momen mudik untuk bersilaturahim, bermaaf-maafan dan temu kangen dengan orang tua, kerabat dan para sahabat, tetapi juga memberikan nilai lebih sebagai sarana untuk ikut serta memajukan dan memakmurkan desanya. Mumpung pulang kampung, ada di tengahtengah desa kelahirannya, mari kita ikut memikirkan, dan mengupayakan bagaimana agar desanya lebih maju, lebih berkembang, lebih sejahtera, dengan memberikan bantuan kepada kerabat atau sahabat
untuk mengembangkan usaha di desa, tentunya dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di desa untuk memajukan dan memakmurkan desanya Menurut penulis, mudik pulang kampung dalam lebaran itu kalau dicermati lebih dalam, bahwa kegiatan ini ada dampak plus dan minusnya. Dampak plusnya, antara lain: Pemudik menimbulkan dampak positif bagi ekonomi di kampung halaman. Mereka pulang dengan membawa uang dan berbelanja telah mendorong perputaran ekonomi yang tinggi di kampung. Mereka menyewa hotel dan penginapan, telah mendorong kemajuan kampung halaman karena membuka dan memajukan bisnis penginapan dan hotel. Pemudik juga memberikan sedekah, zakat fitrah dan zakat harta (mal) kepada keluarga dan penduduk di kampung halamannya. Silaturahim (hubungan kasih sayang) antara pemudik dan penduduk kampung tercipta kembali, yang selama hampir satu tahun tidak pernah bertemu. Ini sangat positif untuk memelihara, merawat dan menjaga kebersamaan satu kampung. Secara sosiologis, mudik lebaran mendekatkan si perantau yang sudah sukses dengan mereka yang masih berdomisili di kampung halaman seperti orang tua,
famili dan teman-teman. Dampak negatifnya, antara lain: Pamer kemewahan, boros dan berbagai perilaku yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Islam dan tujuan puasa itu sendiri. Tindakan yang bisa mengundang kecemburuan sosial dan iri hati para penduduk kampung. Memacu urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kampung atau desa ke berbagai kota di Indonesia. Selain itu, juga dapat mendorong meningkatnya migrasi, yaitu perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain. Dalam sejarah mudik lebaran, sudah terbukti dan tidak terbantahkan lagi, bahwa usai mudik lebaran, semakin banyak orang kampung yang melakukan urbanisasi, meninggalkan kampung halamannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di kota. Penulis sangat berharap dan mudah-mudahan jangan sampai terjadi, bahwa makna dan arti dari mudik itu lamalama bergeser dari yang bertujuan positif menjadi ada kesan negatifnya. Yang paling tampak jelas yaitu mudik bukan lagi dijadikan ajang saling silaturahmi dan lebur jadi satu tetapi justru dijadikan ajang pamer kesuksesan, berlomba-lomba menunjukkan pencapaian dan keberhasilan usahanya selama berada di perantauan.l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 45
KOLOM
HILANGKAN PERILAKU KERJA NON PRODUKTIF Oleh: Rarit Gempari
I
su tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), khususnya di bidang Kesehatan, selalu menarik. Perannya yang begitu sentral sebagai pelaku langsung dalam tugas-tugas sebagai pelayan masyarakat dan pembangunan kesehatan masyarakat membuat ASN kesehatan menjadi penting. ASN dituntut untuk profesional di tengah tugas pembangunan yang sedang dipacu mengejar target pembangunan kesehatan dari pinggir ke tengah menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan. Pemerintah berusaha mengakomodasi tuntutan ini dengan peningkatan pemberian tunjangan kinerja yang ‘lumayan’ besar. Namun, kenaikan tunjangan kinerja ini sayangnya belumlah dibarengi dengan peningkatan kinerja yang memadai dari ASN. Masih terbatas pada kehadiran dan waktu pulang yang tepat waktu. Di sisi lain masih dijumpai ASN yang tidak jelas kinerjanya. Padahal ASN merupakan sumber daya yang amat penting sebagai komponen manajemen pembangunan
kesehatan itu sendiri. Ketidakjelasan kinerja ini tercermin dengan adanya berbagai julukan yang kental dalam bahasa keseharian kita dan seringkali secara sepihak ditujukan ke ASN yang bekerja dengan santai, gajinya kecil, bisa jalanjalan ke luar kota bahkan ke luar negeri, mendapat atau menggunakan fasilitas dari negara dan sebagainya. Di dalam banyak situasi, kondisi ini memang masih merupakan sisi kelemahan perilaku ASN yang perlu penyelesaian secara sistemis dan tidak bersifat sementara. Sementara dari sisi ASN juga dituntut untuk adanya sikap bijak, tabah, kerja profesional dan sikap tidak terburu-buru. Terkait hal ini akar permasalahannya terletak pada manajemen pembangunan kesehatan, dimana rodanya kini tengah bergerak terus menerus menapaki seluruh kehidupan kita yang saat ini kita rasakan capaian dan manfaatnya. Seiring dengan kemajuan tersebut secara tidak sengaja telah meninggalkan beban baru. Satu dari masalah dasar yang dihadapi adalah tertinggalnya pengembangan
46 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
sumber daya manusia secara keseluruhan, dan menyangkut pada masalah disiplin pegawai serta etos kerja termasuk pemborosan waktu kerja yang tidak perlu. Tertinggalnya pembangunan aspek sumber daya manusia ini disebabkan oleh adanya perilaku yang mengedepankan sektor ekonomi. Ketimpangan ini tentu akan semakin membuka mata kita bahwa pembangunan kesehatan tidak sekedar penyelesaian sektor ekonomi. Dan masalah inipun pada dasarnya telah disadari pula dengan tulus dan jujur oleh para pelaku elite pembangunan kesehatan kita.
Perilaku kerja non produktif
Semakin sentralnya peran ASN bidang kesehatan, terutama dalam kedudukannya untuk menggerakkan pelayanan kesehatan, seharusnya para ASN tidak lagi mempunyai kelemahan mendasar seperti kebiasaan malas bekerja, berfikir, bahkan masih dijumpai ASN yang sering tidak masuk kantor dengan alasan yang diatur.
Ini merupakan pangkal dari lemahnya etos dan disiplin kerja. Akibat perilaku ini mungkin masyarakat akan merasakan kecewa dengan pelayanan yang diberikan. Seperti misalnya masyarakat sulit untuk menjumpai kita karena sedang tidak ditempat, menjanjikan pekerjaan tanpa jelas waktu penyelesaiannya, dan kadang kurang ramah pada saat bekerja atau melayani masyarakat. Pemaparan seperti ini bukan semata tidak hormat atau mengurangi rasa kebanggaan kita. Namun dalam sepak terjangnya ASN bidang kesehatan memberikan andil yang sangat besar dalam tugas pembangunan kesehatan. Lantas mengapa penyimpangan perilaku kerja itu terjadi? Untuk memahami masalahnya perlu lebih dulu ditentukan pengertian dari produktivitas itu sendiri. Dari sini akan kita jadikan ukuran penilaian terhadap penyimpangan kerja non produktif yang dimaksud. Produktivitas merupakan suatu sikap mental dengan pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
Kerja hari ini pun harus lebih baik dari kerja hari kemarin. Termasuk hasil yang dicapai besok juga harus lebih banyak dan lebih dari yang kita peroleh hari ini. Jika dibuatkan rumusnya maka produktivitas adalah output per input atau keluaran per masukan. Output yang berarti kumpulan dari hasil, sementara input disebut sebagai pemakaian sumberdaya. Produktivitas sendiri sangat berkaitan erat dengan tingkat efektivitas, yang memperlihatkan seberapa jauh target baik kualitas maupun kuantitas termasuk waktu yang telah dicapai. Makin besar presentasi target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya dan semakin besar pula aspek keluaran atau hasilnya. Dalam persoalan ASN dianggap kurang produktif disebabkan oleh penggunaan waktu kerja yang tidak efektif. Tidak efektif yang dimaksud seperti kurangnya ketekunan dalam melaksanakan pekerjaan, penundaan pekerjaan, keterlambatan dan ketidakhadiraan dengan frekuensi yang sering.
Lemahnya motivasi
Dari permasalahan diatas, diantaranya berasal dari lemahnya motivasi atau etos kerja. Perilaku yang melahirkan semangat kerja, bisa berarti karena secara relatif telah
terpenuhinya kebutuhan manusia sebagai sumber tenaga motivasi itu sendiri. Jenis kebutuhan sebagai pendorong motivasi yakni terpenuhinya kebutuhan dasar fisiologis atau kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur. Selanjutnya ada kebutuhan sekunder seperti kebutuhan rohani. Dengan demikian muncul kesadaran dalam jenjang kedua bila kebutuhan jenjang pertama sudah terpenuhi secara mapan. Jika bicara tentang tingkat pendapatan ASN, memang belum sampai pada taraf pemuasan kebutuhan. Belum tercapainya tahap kesadaran kerja, displin kerja dan etos kerja maka menurut “Keith” bahwa dalam kondisi ini akan terjadi penyimpangan perilaku kerja seperti diatas, yang berarti masih dalam batas kewajaran. Walaupun penanganan kebutuhan sesuai teori
Keith pada kenyataannya tidaklah demikian, bahwa kebutuhan kedua akan muncul jika telah terpenuhinya kepuasan dalam tangga pertama. Pemuasan sebagai jenis kebutuhan tersebu justru datang secara berbarengan, sehingga untuk memenuhi hendaknya dilakukan secara bersamaan pula.
Berakar pada aspek budaya
Jika masyarakat diibaratkan sebagai organisasi, maka kehidupan adalah jiwanya masyarakat, dan produktivitas merupakan buah dari aktivitasnya. Jika organisasi bergerak dengan kekuatan maksimal, maka produktivitas atau hasil kerja akan diperoleh dengan maksimal juga. Sikap perilaku kerja dalam konteks budaya merupakan faktor penting dalam memahami atau menganalisis tingkah laku sosial maupun
organisasional. Dan sikap yang dimunculkan merupakan respon terhadap situasi tertentu. Sementara sikap sebagai kesediaan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai bahkan menentukan kegiatan individu yang dalam memberikan respon terhadap obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya. Dan kesediaan ini akan dinyatakan dalam kegiatan atau perbuatan. Dikaitkan dengan pembentukan sikap mental, memuliakan kerja yang merupakan buah dari perubahan pandangan hidup dan kultural hanya mungkin efektif melalui pendidikan, penyuluhan dan penjelasan. Dengan demikian menjadi kebutuhan mendesak adanya pengelolaan ASN. Mengedepankan kebutuhan manusiawi, sampai dengan kebutuhan sekunder baik meliputi kelengkapan pola kerja seperti adanya standar kerja baku agar efisiensi kerja setiap ASN bisa diukur dan juga sistem penilaian kinerja atau prestasi pegawai disertai kejelasan tangga karier yang mendorong terciptanya motivasi dan disiplin kerja, serta menghilangkan perilaku kerja non produktif.. Selamat Bekerja dan Berkarya.l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 47
LIPUTAN KHUSUS
GALI POTENSI MELALUI COACHING Oleh :Rarit Gempari
B
eberapa waktulalu pejabat struktural di Pusat Komunikasi Publik berkesempatan mempelajari tentang coaching.Coaching yang berlangsung selama dua hari ini nantinya akan diimplementasikan secara terus menerus untuk komunikasi seharihari, termasuk memimpin dan mengikuti meeting serta melakukan evaluasi kinerja, bahkan juga saat berkomunikasi dengan staf dan pimpinan. Samakah coaching dengan training, counselling dan juga consulting? Menurut International Coach Federation yang dimaksud dengan coaching adalah
hubungan kemitraan dengan individu melalui proses kreatif yang ditujukan untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional dirinya. Yang menjadikan coaching ini berbeda karena coaching merupakan teknik mendengarkan, bertanya dan menggali atau membantu individu untuk menemukan potensi dan kekuatan dari dalam dirinya yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Komunikasi mewajibkan seorang coach bisa mendengarkan dan bertanya dengan pertanyaan terbuka serta pertanyaan yang membuat coachee berpikir sehingga dapat menyampaikan ide-ide kreatif. Tidak hanya sekedar
48 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
menjawab ya, tidak atau jawaban-jawaban pendek saja. Diharapkan choachee bisa menjawab atau menguraikan pendapatnya. Sementara coach akan membimbing dan mengarahkan untuk tercapainya suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud untuk pengembangan tim dan talenta, pengembangan suatu pekerjaan atau proyek tertentu, pemecahan masalah bersama, penggalian ide ataupun untuk mengubah perilaku. Coaching yang dilakukan tidak hanya pada individu, tetapi juga bisa dilakukan pada kelompok. Topik bahasan pun bisa yang bersifat pribadi atau rahasia maupun tentang pekerjaan.
Namun topik bahasan yang dibicarakan adalah kondisi saat ini dan untuk masa depan. Hal ini tentu saja berbeda dengan counseling yang mengulas kondisi masa lalu sampai dengan kondisi saat ini.
Combat Bermanfaat
Coach Al Falaq Arsendatama dari Coaching Indonesia menjelaskan bahwa alur coaching menggunakan COMBAT, yaitu Clarifying agenda, yang maksudnya adalah diawali pembicaraan dengan membangun keakraban serta menentukan agenda dan tujuan, sehingga pada saat itu jelas topik yang akan dibicarakan.
alur coaching menggunakan COMBAT, yaitu Clarifying agenda, yang maksudnya adalah diawali pembicaraan dengan membangun keakraban serta menentukan agenda dan tujuan.
Organizing perspective yaitu mendengarkan dan menggali substansi pembicaraan yang dilanjutkan dengan pemetaan isu serta kebutuhan. Magnifying the situation untuk mendalami situasinya, menyatukan fakta serta menciptakan kesadaran. Disini juga bisa digali faktor-faktor penghambat berikut tantangan yang dihadapi serta apa yang menjadi pembelajaran. Building alternatives adalah melihat visi serta membangun ide atau alternatif pilihan. Apa saja kriterianya dan jika memang diperlukan apakah perlu dilakukan perubahan? Sementara Acquiring decision adalah memilih alternatif terbaik yang dapat dilakukan dan merumuskan action plan, sehingga jelas
kapan dapat dilakukan. Sementara yang dimaksud dengan Taking commitment adalah menyepakati struktur accountability dan menyimpulkan hasil pembicaraan saat itu. Termasuk bagaimana coach dapat mengetahui perkembangannya serta memantau serta menjaga komitmen yang sudah disepakati.
Gaya Coaching
Gaya coaching juga sangat tergantung dengan perkembangan coachee yang sifatnya situasional. Sebagai seorang coach tentu saja dapat melakukan pemetaan level pengembangan choachee atau tim. Terdapat empat gaya coaching yaitu : Directing, dimana
gaya ini digunakan jika kompetensinya rendah dan perilakunya tinggi. Sementara gaya Mentoring dapat digunakan jika kompetensinya sedang dan perilaku bervariasi namun cenderung rendah. Facilitating bisa digunakan jika kompetensi sedang sampai tinggi dan perilaku yang tidak konsisten. Maksudnya dapat rendah atau kadang-kadang tinggi. ra Delegating dapat digunakan jika kompetensi tinggi dan perilaku juga konsisten tinggi. Hal ini perlu dilatih agar komunikasinya dari hari ke hari semakin baik dan menyenangkan. Tidak hanya bicara ngalor ngidul. Selamat berlatih! l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 49
WWW.POSITIVEATTITUDEMATTERS.COM
LIPUTAN KHUSUS
50 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
PERCAYA DIRI BICARA DI DEPAN PUBLIK
R
esty, salah satu peserta pelatihan publik speaking, segera bangkit dan berlari, ketika instruktur memberi kesempatan untuk menulis urutan tampil sebagai pembicara dalam sesi latihan. Resty, karena dekat papan tulis mendapat urutan pertama. Ia berhahap akan segera tampil lebih dahulu, sehingga segera sirna perasaan khawatir, takut dan aneka rasa lain dalam dada. Sayang, harapan itu hilang ketika Erwin Parengkuan sebagai fasilitator memutuskan memulai dari nama paling bawah urutan ke 14. “Yah, kalau begini urutannya, saya makin lama tampil, makin grogi tidak karuan. Sebab, melihat seluruh teman yang tampil dengan segala kelebihan dan kekurangan. Apalagi setting audien seperti asli menghadapi para pendemo yang bicaranya penuh tekanan, kurang sopan, mau menang sendiri dan terkesan arogan”, ujar dia. Setelah sampai pada urutan yang ditentukan untuk tampil, ternyata tidak mengecewakan. Menurut Erwin, Resty mempunyai
artikulasi kata yang baik, tertata dan intonasi suara sesuai kebutuhan. Tampilan raut wajah yang tersenyum dan kostum yang terang menjadi pusat perhatian publik, dapat menambah rasa percaya diri tampil di depan publik. “Hanya saja, jam terbang harus terus ditambah sehingga dapat mengasah keterampilan menjadi lebih sempurna ketika bicara di depan publik. Selain itu, perlu juga menambah pemahaman tentang konten, sehingga mampu menyampaikan pesan dengan benar, utuh dan efektif dalam waktu yang telah ditetapkan ”, ujar Erwin. Menurut Erwin, tersenyum memang penting bagi seorang publik speaking, tapi harus tahu kapan tersenyum dan kapan tidak tersenyum. Sebab, lawan bicara yang sedang protes keras akan merasa diremehkan apabila direspon dengan senyum-senyum. Untuk kasus seperti ini, petugas harus menanggapi dengan wajah serius, menyimak penuh perhatian, agar memahami apa yang menjadi pokok masalah dari masyarakat yang mengadu. “Selain itu, juga harus
menampakkan rasa empati atas masalah yang menimpa pengadu. Kemudian memberi solusi atas masalah tersebut secepat mungkin. Apabila membutuhkan waktu, jelaskan juga berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalahnya tersebut. Tidak boleh hanya memberi jawaban “ngeles”, lari dari pokok persoalan yang menjadi tanggung jawabnya”, kata Erwin. Bagi Erwin, penampilan menarik itu penting, tapi yang juga tidak kalah penting adalah isi. Penampilan itu seperti bungkus, kalau isi tidak sesuai yang diharapkan, bungkus menjadi kehilangan makna. Untuk itu, selain penampilan, yang lebih penting para petugas pengelolaan pengaduan dapat menghadirkan solusi dari setiap pengaduan masyarakat. “Jangan sampai para pencari solusi atas masalah yang mereka derita hanya mendapat janji-janji angin surga. Apalagi mereka merasa seperti bola ping pong yang dilempar sanasini oleh petugas. Kondisi ini akan memperburuk citra lembaga pelayanan publik. Untuk itu membangun
“komitmen melayani” semua jajaran yang bertanggung menjadi unsur penting dalam pelayanan”, ujarnya. Selain itu, jeda dan intonasi menjadi unsur penting dalam dialog. Ia akan memberi pengaruh kepada lawan bicara memahami dan menghargai siapa orang yang diajak bicara. Apalagi mereka tahu, bahwa lawan bicara adalah orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihapi. Untuk itu terapkan jeda dan intonasi pada saat yang tepat. “Memang, pelatihan ini paling tidak sudah dapat memberi warna dan sedikit merubah kebiasaan lama yang kurang baik dalam menghadapi publik di ruang ini, tapi kalau tidak mempraktekkan dalam tugas keseharian di tempat kerja, bisa saja ilmu tentang publik speaking hanya akan menjadi catatan dan kenangan yang akan segera terlupakan. Untuk itu segera praktekan dalam kerja nyata, sehingga dapat mengasah keterampilan yang sudah ada”, ajak Erwin. Sementara Putri Suhendro, rekan sekerja Mas Erwin mengatakan perilaku seseorang sangat ditentukan apa terjadi dalam pikirannya. Untuk itu, berpikirlah positif, tegas Mbak Putri. Sebab, berpikir positif akan berdampak positif pada perilakunya, demikian pula sebaliknya. Manusia sangat terbantu dengan apa yang terjadi dalam pikiranya. Bila berfikir positif, maka pikiran itulah yang akan menjadi kenyataan, baik untuk diri sendiri, orang lain maupun organisasi. [P]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 51
LIPUTAN KHUSUS
KENALI DIRIMU! Oleh : Rarit Gempari
P
epatah lama mengatakan ” jika tak kenal maka tak sayang”, apakah pepatah ini masih bisa kita gunakan saat ini? Bagaimana jika ternyata kita justru tidak kenal dengan diri kita sendiri? Tips yang disampaikan Putri Soehendro saat pelatihan Public Speaking pejabat struktural Puskom Publik dapat kita coba. Jika diumpamakan dengan binatang, seperti apakah saya ini? Jawaban tentu sangat berlainan sesuai dengan deskripsi yang disampaikan oleh masingmasing. Ada yang bilang seperti lebah, karena manfaatnya yang baik, namun jika diganggu pasti akan ngentup alias menyengat. Ada yang
bilang seperti anjing yang bisa manis tetapi bisa juga menyalak kuat, namun setia dan hidup dengan teratur. Banyak yang sayang tetapi juga banyak yang takut padanya. Sementara yang lain mengatakan seperti kurakura. Apakah maksudnya sangat pendiam karena memang tidak ada suaranya dan jika tidak cocok dengan seseorang atau kelompok lebih baik menghindar dan masuk ke cangkang? Teman lain bilang seperti kupu-kupu, yang ingin selalu tampil cantik, menjadi perhatian dan bisa hinggap disana sini, asal jangan kupu-kupu malam lho ya. Hebatnya lagi ada yang mirip dengan rubah... alamak binatang rubah yang seperti apa ya? Untuk mengenal diri kita sendiri tentunya kita harus tahu apa kekuatan
dan kelemahan kita? Bisa menggunakan instrumen kecil yaitu dengan memilih sejumlah kata yang sesuai dengan diri masing-masing. Jawabannya tentu akan terlihat dari nilai yang menonjol. Pada dasarnya manusia akan terbagi atas empat sifat dasar yaitu pribadi yang damai, rinci, gesit serta kuat. Tipe damai, yang dilambangkan dengan tanah, mempunyai pribadi yang introvert, tidak suka bicara di depan umum, tidak suka berdebat, suka berdamai, bergantung pada lingkungan dan kooperatif. Sementara tipe rinci, seperti lambangnya yaitu air yang juga introvert hanya tipe ini senang bicara konsep, bisa menjadi pendengar yang baik, bicara terencana, suka mengajari, cenderung defensif namun
suka bicara bertele-tele. Berbeda lagi dengan tipe gesit yang ekstrovert, energik, aktif, lugas, dinamis, tidak suka bertele-tele, kurang pandai menyimak dan kurang bisa melihat situasi. Sementara tipe kuat yang simbolnya adalah api, adalah ekstrovert, tegas, percaya diri, bicara seperlunya, kurang pandai menyimak dan cenderung kaku atau tidak fleksibel. Penilaian diri juga tidak lepas dengan cara pandang menilai diri sendiri dan orang lain tentang hal yang positif dan yang negatif. Pikiran yang positif akan memunculkan perilaku yang juga positif. Termasuk cara pandang diri sendiri dalam menyelesaikan sebuah tugas dengan baik.
‘Saya Oke dan Anda Oke’
Idealnya posisi pikir yang baik adalah : “Saya oke, anda juga oke”. Artinya mempunyai kepercayaan diri yang sehat, menerima keberadaan diri dengan orang lain, harapan diri realistis dan percaya orang lain. Selain itu juga mempunyai toleransi serta saling menghormati, fleksibel, terbuka, komunikasi positif, dan memiliki rasa humor yang tinggi. Bisakah kita menjadi diri yang seperti ini? Jawabannya bukan bisa atau tidak, tetapi pilihannya adalah kita mau atau tidak.l
52 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
MENUJU PRESENTASI YANG WOW Oleh : Rarit Gempari
S
emua orang memiliki kesempatan untuk bicara dengan publik, apakah itu bicara dengan keluarga, tetangga, bicara dalam suatu rapat di kantor, dengan pimpinan ataupun berbicara di depan khalayak ramai. Untuk itulah teknik bicara khususnya di depan publik penting untuk diketahui.Tidak hanya golongan tertentu seperti pejabat tinggi ataupun selebriti saja yang harus mengetahui teknik bicara ini. Bicara umumnya adalah menyampaikan suatu cerita, ide atau gagasan, promosi suatu produk maupun presentasi hasil penelitian. Seseorang yang mampu berbicara dengan baik adalah dapat menyampaikan pesannya kepada pendengar. Kemampuan berbicara di depan umum merupakan aset dan investasi yang sangat berharga dan menguntungkan.Untuk hal ini aspek penting yang perlu diperhatikan adalah mendengarkan dengan efektif, menyampaikan dengan respect, menunjukkan empati serta menggunakan bahasa tubuh yang tepat. Masalahnya banyak orang yang takut atau merasa tidak bisa untuk bicara apalagi bicara formal
atau presentasi di depan banyak orang. Kenapa harus takut? Coba buang rasa takut untuk tampil jelek, takut mengeluarkan bahasa yang tidak tertata atau bahasa yang tidak formal dan lain-lain. Sebaliknya justru fokus dan pikirkan substansi yang ‘keren’ yang akan disampaikan. Erwin Parengkuan, pakar public comunication memberikan tips tentang presentasi yang cantik yang bisa kita terapkan dalam pekerjaan seharihari. Penyiapan dalam presentasi antara lain: harus diawali dengan opening atau pembukaan yang singkat seperti pengenalan diri yang menarik serta selayang pandang apa yang akan kita sampaikan. Presentasi hendaknya mengalir seperti menyampaikan sebuah
cerita. Untuk itu jalin interaksi dengan audiens. Selanjutnya sampaikan body content yang jelas dan terstruktur. Body content ini merupakan kunci penting dari suatu presentasi. Siapkan dan sampaikan “wow” moment,sehingga bisa kita sampaikan pada saat yang tepat. Tentunya dengan melihat respon dari audiens. Untuk mengakhiri presentasi yaitu dengan menyampaikan simpulan dari yang kita presentasikan.
Vokal, Bahasa Tubuh dan Senyuman
Untuk menunjang tampilan dalam presentasi tiga hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah vokal, bahasa tubuh dan senyum. Vokal yang dimaksud mencakup intonasi, jeda dalam bicara, artikulasi
yang jelas, kecepatan bicara dan power serta volume suara. Sementara bahasa tubuh dimulai dari kontak mata. Kontak mata dengan audiens harus selalu dijaga, serta tampilan seluruh tubuh. Misalnya tangan dimasukkan dalam kantong, atau menariknarik baju adalah contoh sikap yang kurang baik. Demikian juga pakaian yang terlalu santai sebaiknya tidak digunakan saat presentasi. Sementara senyuman sangat perlu untuk ditampilkan npada saat yang tepat. Akhirnya modal dasar dalam presentasi adalah pada kebranian dan kemauan. Latihan yang terus menerus serta evaluasi diri dan penilaian orang lain menjadi keharusan untuk kita lakukan. Selamat berlatih semoga kita semua bisa tampil dengan “wow” saat presentasi.l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 53
LIPUTAN KHUSUS
PERBEDAAN ITU KEKUATAN
JOSHPEACE.CO.UK
S
etelah 14 peserta mengisi kuesioner kepribadian, ada 4 kelompok yang berbeda yakni si kuat, rinci, gesit dan damai. Sebagian besar peserta memiliki karakter damai, kelompok ini hampir 70 %, sementara kelompok kuat menempati urutan kedua, kelompok rinci urutan ke tiga dan kelompok gesit urutan terakhir. Jadi, Pusat Komunikasi Publik (Puskom) memiliki tim yang beragam. Sebuah tim yang baik untuk menggerakkan roda organisasi yang sarat dengan tugas pelayanan publik. Pelayanan yang berhadapan dengan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media sosial, elektronik dan cetak. Hal ini terekam dari 2 hari pelatihan public speaking bekerjasama dengan Talk Inc dengan menghadirkan nara sumber Putri Suhendro dan Erwin Parengkuan, tanggal 31 Juli dan 1 Agustus 2015. Menurut Putri,
beragam, penuh warna, sebagai karakter dinamis dan indah, itulah ciri organisasi yang baik. Memang bila melihat berbagai bangunan, taman dan tempat yang indah, selalu terdiri dari berbagai unsur yang berbeda. Sehingga berbeda bukan selalu negatif, perpecahan dan harus dihindari, tapi justru menjadi nilai positif yang akan merekatkan seluruh karakter menjadi satu kesatuan yang kuat, saling menutupi kekurangan dan menjadi lebih produktif. Bagunan yang baik, pasti terdiri dari banyak unsur. Ada pasir, semen, air, kayu, besi, cat, keramik, batu kerikil, batu bata, baja dan banyak lagi. Seluruh unsur yang berbeda itu diramu menjadi satu kesatuan bangunan yang kokoh dan indah. Jadi perbedaan itu justru menjadi kekuatan. Kalau dianalogkan suatu bangunan, maka karakter kuat berperan menjadi pondasi, tiang dan rangka gedung yang kuat. Ia siap menopang beban berat bangunan
54 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
yang besar dan tinggi. Sedangkan kelompok gesit akan memerankan sebagai dinding pembatas ruang yang kuat, flaksibel karena dapat dibentuk sesuai kebutuhan. Selain itu, pembatas juga dapat sebagai latar belakang hiasan yang pas dan indah dipandang mata. Sementara kelompok rinci sebagai hiasan unik yang mampu mengisi setiap ruang yang berbeda sesuai dengan ukuran dan fungsi. Terakhir kelompok damai menjadi penyerasi seluruh ruangan, koridor, halaman, taman, loby dan seluruh ruang dalam gedung tersebut. Kebetulan dari sisi jumlah, memang kelompok damai ini yang paling dominan, jadi wajar kalau dalam kegaiatn sehari-hari nampak aman, nyaman dan tenang. Sekalipun ada perbedaan, perdebatan dan selisih paham tidak meletup menjadi kobaran api yang membesar dan membakar suasana kerja. Walau perbedaan, perdebatan dalam
persepsi itu wajar, karena disinilah esensi menyatukan sudut pandang untuk mendapatkan kesepatakan bersama untuk menetapkan targettarget kegiatan. Dalam menyatukan pendapat menjadi target bersama yang kuat, memang butuh lokomotof yang kuat untuk menarik gerbong dan para penumpangnya. Harapanya, peran pimpinan struktural mulai dari eselon dua, tiga dan empat maksimal, sehingga dapat mengantarkan seluruh kinerja pusat komunikasi publik sampai tujuan yang dicita-citakan yakni “meningkatkan citra kementerian kesehatan”. Memang mengangkat citra pekerjaan berat, sehingga butuh waktu dan perencanaan strategis yang matang dan terus melompat dari satu lompatan ke lompatan yang lain, bukan sekedar melangkah. Tapi, ada bahayanya juga melompat, kalau tidak kuat pondasinya dapat roboh dan harus memulai
kembali dari titik nol. Untuk itu melangkah dapat menjadi salah satu pilihan, asal terus melangkah, sebab melangkah justru lebih kokoh, tidak mudah goyang, kemudian jatuh. Hanya saja butuh kesabaran, waktu yang panjang untuk mencapai ribuan langkah ke depan. Diantara wujud langkah itu menyiapkan SDM yang mumpuni dengan memberi berbagai pelatihan dan pertemuan yang bersifat teknis peningkatan kemampuan maupun refreshing. Untuk itu, sebagai kewajiban lembaga, Pusat Komunikasi Publik mengadakan pelatihan kehumasan, sosial media, public speaking, coaching dan berbagai pertemuan teknis. Harapanya, seluruh upaya penguatan SDM dengan berbagai pelatihan dan workshop ini dapat mempercepat langkah melayani dan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat. Sehingga publik dapat merasakan manfaat keberadaan pusat komunikasi publik secara nyata. [P]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 55
DARI DAERAH
Puskesmas Kasihan 1 Kabupaten Bantul:
Akronin Jawa, Harmonisasi Budaya dan Kesehatan Pring reketeg gunung gamping ambrol.. PSN kudu ajeg, 3M paling jempoool...! Pring reketeg gunung gamping ambroool.. Kreteg kudu jejeg, kasihan DB-nya noool...!
56 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
M
enurut Kepala Puskesmas Kasihan 1 dr. Bambang Sulistiyanto, tembang jawa diatas, khususnya Bantul Yogyakarta telah dimodifikasi menjadi lagu penyemangat masyarakat memberantas sarang nyamuk demam berdarah. Gerakan masyarakat ini telah menjelma menjadi gerakan massal untuk mencapai zona DB nol. Segala macam instrumen telah membuat leaflet, pertemuan rutin pejabat pemda dan masyarakat, bahkan setiap pejabat menjadi penanggung jawab suatu
dr. Bambang Sulistiyanto (kiri) dan dr. Maya Sintowati (tengah)
desa untuk membersihkan sarang nyamuk DBD. Puskesmas Kasihan 1 sebagai ujung tombak dan ujung tombok dalam gerakan pemberantasan penyakit DBD ini telah merumuskan visi kasihan zona DB nol. “Selain menggunakan tembang, juga banyak program yang menggunakan akronim jawa seperti Kekep Ibu, Wakol Kakek, Wakol Bu Hares dan Demit Rumah Singgah. Penggunaan akronim ini agar masyarakat mudah mengingat, sehingga diharapkan akan memudahkan dalam pelaksanaan programnya”, ujar dr. Bambang. Menurut Kepala
Puskesmas Kasihan 1 dr. Bambang Sulistiyanto, sebelumnya memiliki DB tertinggi, kini sudah mulai berkurang. Program yang bertujuan menurunkan angka kematian akibat DB, angka kesakitan DB dan mencegah KLB ini, telah dijabarkan kedalam 9 kegiatan pokok yakni; surveilans epidemiologi, pembentukan dusun sampel penanggulan DB, penyuluhan, pemberantasan vektor, kemitraan/pojok kerja DB dan penggerakan kerja lintas sektor, pemberdayaan masyarakat, tatalaksana kasus dan penelitian. “Zona DB Nol, telah menjadi omongan, pikiran,
perilaku dan kebiasaan para Camat, Lurah dan seluruh perangkat desa dan masyarakat, termasuk anak sekolah tak terkecuali siswa luar biasa (SLB) Mandiri yang menjadi peserta dokter luar biasa yang disingkat dengan sebutan dr.Lubis”, ujar dr. Bambang. Peserta Dokter lubis berasal dari siswa berkebutuhan khusus yang mampu didik dan latih kesehatan, agar mampu secara mandiri berperilaku hidup bersih sehat. Serta mempunyai keterampilan menangani kasus darurat secara sederhana. Dr. Lubis, salah satu (SLB) binaan Puskesmas
Kasihan 1 yang telah memberi isnpirasi kepada siapa yang berkunjung. Anak-anak dengan kebutuhan khusus ini telah berubah layaknya anak normal. Mereka dapat menyanyi, menari dan menjadi dokter kecil. Kehebatan mereka tentu tidak lepas dari kehebatan para pembimbingnya. Dr. Marlina, salah satu dokter Puskesmas Kasihan 1 yang bertugas membimbing SLB Mandiri ini bercerita, bahwa mereka ada yang tuna rungu dan tuna wicara. Untuk membimbing mereka harus banyak menggunakan alat peraga, peralatan yang dapat menggambarkan apa
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 57
DARI DAERAH memberi motivasi melalui kelas kelompok pendukung ibu ( Kekeb Ibu).
Mengapa Kekep ibu?
yang akan menjadi topik pelajaran. “Apabila pembimbing dapat menjelaskan dengan benar dan tepat, komunikasi yang mereka pahami dengan benar, anak kebutuhan khusus memiliki kecerdasan yang hampir sama dengan anak yang normal. Dalam hal kesehatan mereka dapat melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan pakai sabun”, ujar dr. Marlina. Menurut dr. Marlinan, dr. Lubis secara teratur mendapat bimbingan tentang kesehatan gigi, gizi sekolah
anak, pertolongan pertama pada kasus kecelakaan, kesehatan reproduksi dan kesehatan pribadi seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, suhu tubuh, tekanan darah, bahaya merokok dan narkoba.
Wakul Kakek
Selain dr. Lubis, puskesmas juga mempunyai program Perawatan Kolaborasi Ibu Hamil Kekurangan Energi Kalori (Wakul Kakek). Wilayah puskesmas kasihan 1 memiliki kasus tertinggi ibu hamil Kekuarang Energi
58 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
Kalori (KEK) di Kabupaten Bantul. Program ini berusaha menumbuhkan kesadaran berbagai pihak dan berkesinambungan peduli wakul kakek. Sebab ibu hamil KEK cenderung melahirkan bayi BBLR ( Bayi Lahir Berat Badan Rendah) yang dapat berlanjut menjadi gizi buruk. Sasaran program wakul kakek meliputi Bumil Beresiko, KIA ( pemeriksaan ANC), penjaringan KEK dengan lingkar leher atas ( Lila ) kurang dari 23.5 cm, Berat Badan kurang dari 40 kg, pemeriksaan laboratorium ( Hb, Goldar, Protein Urine, GDS, HbsAg, HIV), serta pemeriksaan dokter umum, dokter gigi dan konsultasi gizi. Pelaksanaan wakul kakek dengan mengundang ibu hamil beresiko dalam kegiatan fokus grup diskusi (FGD) sebanyak 3 kali setahun, sekaligus memantau kondisi kehamilan. Pemantauan juga dilakukan di rumah masingmasing ibu hamil dengan
Menurut dr. Bambang Sulistiyanto, sejak tahun 2009 masih banyak kasus kematian ibu dan bayi. Selain itu juga masih ditemukan angka inisiasi menyusu dini (IMD) dan Asi Eklusif masih rendah, maka untuk memperbaikinya memerlukan perlakuan khusus. Nah, untuk menurunkan kematian ibu dan bayi, Puskesmas menggulirkan Kekep Ibu (Kelas Kelompok Pendukung Ibu), dalam bahasa jawa artinya mendekap ibu dengan penuh kasih sayang. Berusaha menyayangi ibu dan bayi dengan program menyehatkan ibu dan bayi. Selain itu, program ini telah diintegrasikan dengan program perawatan kolaborasi ibu hamil beresiko (Wakol Bu Hares). Secara periodik Wakol Bu Hares menyelenggarakan penyuluhan dan pembinaan ibu hamil beresiko, dengan kegiatan pemeriksaan ibu hamil, termasuk pemeriksaan laboratorium. Wakol Bu Hares juga menyelenggarakan pemeriksaan gigi, konsultasi gizi, fisioterapi, pemeriksaan VCT ( Voluntary Counselling and testing). VCT merupakan layanan konseling dan tes sukarela kepada ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan antenatal. Untuk menjalankan program, telah dihimpun dana yang berasal dari dana rutin dari ADD desa, dana
operasional Kabupaten Bantul, PKK Pokja IV Kab Bantul, Infaq setiap kegiatan, dana Biaya Operasional Kesehatan (BOK) dan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM). Kekep Ibu yang beranggotakan ibu-ibu PKK yang sedang hamil, nifas, menyusui, akseptor KB dan anggota masyarakat yang seminat. Mereka melakukan kegiatan untuk meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif (IMD), meningkatkan akseptor KB, terumata pemakaian KB IUD.
Disko Teka
Program Deteksi dini, Intervesi, Stimulasi Konprehensif Tumbuh Kembang Anak TK (Disko Teka), merupakan program untuk menurunkan anemia anak, mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak-anak pra sekolah dan menurunkan kasus stanting (anak
bertubuh pendek). Untuk menjalankan programnya mereka bekerjasama dengan berbagai pihak, terutama ormas dan LSM. Menurut dr. Bambang, program ini menyasar langsung kepada anak TK dan Kelompok Bermain wilayah Puskesmas Kasihan 1. Untuk pelaksanaannya melibatkan orang tua, guru, karyawan, tokoh masyarakat, lembaga dan institusi masyarakat. “Program ini akan memotivasi anak-anak TK untuk berperilaku PHBS, menjelaskan kepada pihak sekolah penanganan lanjutan/rujuk puskesmas, rujuk rumah sakit, pemberian PMT, obat tambah darah, obat cacing, vitamin dan multivitamin”, kata Bambang.
“Penggunaan akronim ini agar masyarakat mudah mengingat, sehingga diharapkan akan memudahkan dalam pelaksanaan programnya” dr. Bambang Sulistiyanto
Demit Rumah Singgah
Kasus gangguan jiwa tahun 2014 masuk 10 besar penyakit di puskesmas, bahkan jumlah kunjungan mencapai 610 orang. Diantara mereka ada yang berada di panti Hafara. Saat ini menampung 20 orang pasien psikotik. Besarnya kasus gangguan jiwa mendorong pemerintah menggulirkan program Pemeriksaan dengan Metode Dua Menit (Demit). Metode wawancara singkat, sederhana dan terstruktur selama 2 menit untuk melakukan deteksi kasus gangguan jiwa. Menurut dr. Bambang perpaduan program ini telah menoreh prestasi juara 1 lomba administrasi Kekep Ibu Tingkat puskesmas, Juara tingkat kabupaten dan provinsi sebagai program unggulan terbaik tahun 2013 dan juara 1 tingkat provinsi lomba manunggal TNI/KB Kesehatan tahun 2014.[P]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 59
DARI DAERAH
Hidup Sehat ala Masyarakat Bantul
M
asyarakat sangat berkeinginan menjalani hidup sehat, karena mereka memahami pentinya hidup sehat. Sebab itu wajar bila masyarakat juga merasa memiliki dan bertanggung jawab terciptanya lingkungan dan gerakan rakyat untuk
hidup sehat. Sehingga masalah kesehatan menjadi pembicaraan harian masyarakat. Secara keseluruhan Kabupaten Bantul memang menyelenggarakan layanan kesehatan seluruh kelompok umur. Mulai dari yang masih dalam kandungan hingga lansia. Hal ini disampaikan
60 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Yogyakarta dr. Maya Sintowati, MM, saat menerima kunjungan para awak media kesehatan Kementerian Kesehatan di Yogyakarta, 21 Mei 2015 yang lalu. “Untuk membumikan perilaku hidup bersih dan sehat, Dinas Kesehatan
Bantul dan jajaranya ke bawah membuat jargon kesehatan dengan berbagai bentuk yang mudah, sederhana dan menjadi pembicaraan setiap hari masyarakat. Seperti yelyel, lagam/lagu-lagu jawa, game, bakti sosial dan melaksanakan berbagai pertemuan secera periodik”, ujar dr. Maya. Menurut Kadinkes, membumikan perilaku hidup bersih dan sehat harus melibatkan semua masyarakat kelompok umur dan strata sosial masyarakat. Mulai dari anak-anak hingga lansia. Mulai dari rakyat biasa hingga pejabat, semua terlibat, secara formal maupun informal. “Guna mendorong pelibatan masyarakat, semua pejabat dan petugas kesehatan menjadi model. Bahkan untuk pejabat setingkat eselon 2 menjadi penanggung jawab menggerakkan program kesehatan dalam satu wilayah kecamatan. Sebaik apapun program pemerintah, tanpa dukungan masyarakat
tidak akan optimal hasilnya. Jadi harus ada pemberdayaan masyarakat”, ujarnya.
Posyandu Plus
Posyandu dengan seabrek kegiatan dengan penimbangan balita, lansia, pelayanan pengobatan umum, pengobatan tradisional, pemeriksaan ibu hamil, menyusui, KB, PHBS, pelayanan konsultasi rujukan, laboratorium, dana sehat, gerakan sayang ibu, Toga, penanganan sampah, kesenian, PAUD dan pemberdayaan ekonomi. Semua kegiatan tersebut tidak hanya dalam daftar, tapi nyata bergerak bersama masyarakat, melayani masyarakat. Kegiatan semarak melayani tersebut dilakukan oleh Posyandu Plus Mawar Dusun Soragan, Kasihan Bantul, Yogyakarta. Posyandu yang beralamat di Pedukuhan Soragan, Kelurahan Ngestiharjo mempunyai wilayah kerja 7 RT, 2 RW, 1510 jiwa, 401 rumah, 392 jamban, 363 sumur gali, 38 PAM, 401 SPAL dan 209 pelanggan sampah. Tepatnya tanggal 21 Mei 2015 mempunyai jumlah balita 60 orang dan ibu hamil 5 orang. Menurut Lurah Desa Ngestiharjo, Oni Oktaviani bahwa warganya setiap rumah minimal mempunyai 5 jenis tanaman obat keluarga (Toga). Tanaman Toga tersebut sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap pengobatan tradisional yang sudah turun-temurun dan sangat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat. Saat ini masyarakat sudah sangat
akrab dengan pengobatan tradisional, bahkan hampir semua jenis penyakit yang ada ditengah masyarakat telah tersedia jenis Toga untuk pengobatan. Menurut bu Lurah, untuk mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan tradisional masyarakat, telah dibentuk ‘kotak layanan mandiri’. Sebuah kotak yang berada pada tempat strategis seperti lahan taman, yang disekelilingnya tumbuh berbagai macam tanaman Toga. Dalam kotak tersebut terdapat buku resep pengobatan tradisional. “Bila ada anggota masyarakat yang sakit demam, maka anggota keluarga dapat mengunjungi kotak tersebut, kemudian membaca resep penyakit, selanjutnya mereka dapat mengambil beberapa jenis Toga yang sudah direkomendasikan dalam buku resep untuk pengobatan. Jadi masyarakat secara mandiri melakukan pengobatan sendiri, maka diberi nama “kotak layanan mandiri”. Saat ini sudah terdapat 38 titik kotak mandiri”, ujar bu Lurah. Dusun Soragan, merupakan daerah rural atau perbatasan, pola hidupnya sudah seperti perkotaan, tapi isi dompet masih sebagai orang desa. Akibatnya “Kemrungsung”. Istilah jawa yang menggambarkan kondisi jiwa sedang tidak stabil karena tuntutan kebutuhan hidup tak mendapat dukungan finansial yang cukup. Kemrungsung ini yang mengakibatkan tingginya penyakit kejiwaan. Konsultasi Keluarga
Posnyandu Mawar mempunyai layanan konsultasi keluarga. Konselornya bernama Siti Duriyah Saldigu, ustazah pensiunan guru SD yang senang mengabdi membantu anggota masyarakat yang sedang menderita masalah keluarga karena perselingkungan, homosex, pelecehan, kekerasan dalam keluarga dan narkoba serta masalah kesehatan jiwa. Klinik konsultasi keluarga ini buka setiap hari jum’at, senin dan rabu. Siti Duriyah sudah menjadi konselor sejak tahun 1981 tanpa memungut bayaran. Sejak 2 tahun lalu pesiun dari guru SD, sehingga waktunya lebih banyak melayani konsultasi keluarga di Posnyandu atau dirumah kediamanya. “Sebenarnya, masalah itu datang karena perbuatan sendiri. Sebab Allah itu memberikan solusi setiap masalah, tapi manusia senangnya membuat masalah, tapi setelah ada masalah bingung mencari jalan keluarnya”, ujar ustazah Siti. Menurut ustazah, setiap masalah pasti ada solusi. Agar tidak bermasalah resepnya dekat dengan Allah SWT. Sebab masalah itu muncul karena manusia jauh dari Allah SWT. Ketika ditanya apakah setiap orang yang konsultasi masalah keluarga selalu berakhir baik? “Tidak semua mulus, bergantung kasusnya. Ada masalah keluarga yang sudah berat. Seorang suami meninggalkan istri dan anak yang sudah besar, karena lebih senang dengan pasangan laki-lakinya (homo). Atau masalah
“Bila ada anggota masyarakat yang sakit demam, maka anggota keluarga dapat mengunjungi kotak tersebut, kemudian membaca resep penyakit." Oni Oktaviani
seorang wanita yang jadi korban perzinahan juragan, kekerasan rumah tangga. Mereka lebih baik berpisah. Menyelamatkan yang dapat terselamatkan. Kalau yang merusak, biarkan mereka rusak, asal jangan merusak orang lain, sampai datang tobatnya”, ujar ustazah berputra tiga ini. Seluruh jenis kegiatan kesehatan masyarakat yang mendapat dukungan penuh pemerintah Bantul dapat sebagai model, bagaimana bersama hidup sehat dengan kearifan lokal ala Bantul. Kini, masyarakat merasa memiliki berbagai kegiatan lokal yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Budaya sehat menyatu dengan budaya tradisional. [P]
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 61
LENTERA
Hidup Bersahaja Oleh : Prawito
M
engapa semakin tinggi income seseorang, justru semakin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiaan? Banyak kajian dalam ilmu financial psychology menemukan jawabannya, yang kemudian dikenal dengan nama “hedonic treadmill”. Gampangnya, hedonic treadmill adalah seperti ini: “Saat gaji 5 juta, semuanya habis. Ketika gaji naik 30 juta perbulan, eh semua habis juga. Mengapa begitu? Karena ekspektasi dan gaya hidup meningkat, sejalan dengan kenaikan penghasilan. Dengan kata lain, nafsu untuk membeli materi/barang mewah akan terus meningkat berbanding lurus dengan peningkatan income. Itulah alasan mengapa disebut hedonic treadmill. Ibarat berjalan di atas treadmill, kebahagiaan tidak akan pernah maju...!” Nafsu materi tidak akan pernah terpuaskan. Saat income 10 juta/bulan, mau naik Avanza. Saat income 50 juta/bulan berubah ingin naik Alphard. Itu salah satu contoh sempurna tentang
jebakan hedonic treadmill. Hedonic treadmill membuat ekspektasi akan materi terus meningkat. Itulah kenapa kebahagiaan stagnan, meski income makin tinggi. Ada eksperimen menarik. Seorang pemenang undian berhadiah senilai Rp 5 milyar dilacak kebahagiaannya. Enam bulan setelah ia mendapat hadiah, apa yang terjadi? Enam bulan setelah menang hadiah 5 milyar, level kebahagiaan orang itu sama dengan sebelum ia memenangkan undian berhadiah. Itulah efek hedonic treadmill. Jadi apa yang harus dilakukan agar terhindar dari jebakan hedonic treadmill? Lolos dari jebakan nafsu materi yang tidak pernah berujung ?
Hidup bersaja
Terapkanlah gaya hidup yang bersahaja...! Sekeping gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi. Gaya hidup minimalis punya prinsip yang berkebalikan: less is more. Makin sedikit kemewahan materi yang kita miliki, makin indah dunia ini. Gaya hidup minimalis yang bersahaja punya prinsip:
62 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
hidup akan lebih bermakna jika kita hidup secukupnya. When enough is enough. Kebahagiaan itu kadang sederhana: “Misal masih bisa menikmati secangkir kopi panas, memeluk anggota keluarga yang kita cintai, murah senyum, menyapa dan mengasih tip ke tukang sampah, membaca “makanan” spiritual sepanjang perjalanan menuju tempat tugas, berbakti untuk bangsa, atau mendalami agama. Saat kebahagiaan ditemukan dalam keseharian yang sederhana, betapa indahnya hidup ini!
Memandang hidup Konsep zuhud, hakikatnya tidak gandrung pada dunia. Meletakkan dunia di tangan, bukan di hati. Mengelola dunia sesuai dengan apa yang telah diberikan Allah, tanpa melekatkan kecintaan pada apa yang dikelola. Tak sedih apabila hartanya berkurang, tak juga gembira bila hartanya bertambah. Zuhud harus terintegrasi dan maujud dalam gaya hidup. Tapi bukan berarti menghindari gaya hidup yang sesuai kemampuan.
Bukanlah zuhud saat tidak mau membeli kendaraan padahal butuh Alasannya ingin hidup sederhana. Kalau membeli kendaraan mewah karena ingin bermewahmewahan, itulah yang tidak zuhud. Tetapi membeli karena butuh dan mampu membelinya, lalu membeli kendaraan, dan tak berniat bermewahan dengan kendaraan, itulah zuhud yang sebenarnya. Tahadduts binni’mah (menampakkan kenikmatan). Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang berpenampilan jauh dan bertentangan dengan kenikmatan yang diterimanya. Seperti yang dikisahkan Imam Al-Baihaqi bahwa salah seorang sahabat pernah datang menemui Rasulullah saw dengan berpakaian lusuh dan kumal serta berpenampilan yang membuat sedih orang yang memandangnya.
M PIK.CO FREE
Melihat keadaan demikian, Rasulullah bertanya, “Apakah kamu memiliki harta?” Sahabat tersebut menjawab, “Ya, Alhamdulillah, Allah melimpahkan harta yang cukup kepadaku.” Maka Rasulullah berpesan, “Perlihatkanlah nikmat Allah tersebut dalam penampilanmu.” (Syu’abul Iman, Al-Baihaqi) Rasulullah saw pernah bersabda, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim) Jadi, selama dalam kewajaran dan tak ada niat bermewahan, peningkatan kebutuhan akibat peningkatan pendapatan itu wajar saja. Tidak boleh boros untuk mengimbangi peningkatan pendapatan. Menampakkan nikmat yang diperintahkan bukan dalam rangka boros. Sebab, walau mampu, boros tetap tercela. Boros itu mengkonsumsi sesuatu melampaui kebutuhan dalam makan, pakaian atau kendaraan.l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 63
LENTERA
Keuangan Keluarga Oleh : Prawito
S
uatu ketika ada dialog kecil suami istri tentang keuangan rumah tangga, sebut saja Rudi dan Ani. Dialog itu berujung pada kesepakatan tentang prioritas pengeluaran. Mana yang dianggap paling penting, sehingga mendapat prioritas pendanaan dengan gaji mereka yang terbatas. Awalnya suami memberi prioritas pada pengeluaran biaya anak sekolah, telpon, listrik dan air. Maklum untuk daerah Jabodetabek, jenis pengeluaran seperti itu adalah wajib. Biaya pokok jika ingin bertahan hidup secara normal. Suami yang mengelolanya selama ini. Pengeluaran wajib ternyata belum memasukkan pengeluaran untuk makan, minum, pulsa dan transportasi. Biaya operasional yang harus dikeluarkan sehari-hari. Sisa uang dari pengeluaran wajib, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan standar normal. Baru seperempat bulan uang sudah ludes. Selama ini pengelolaan biaya operasional keluarga dikelola sang istri. Dialog selanjutnya menyepakati bahwa pengeluaran biaya
operasional harus dipenuhi terlebih dahalu, baru kemudian kebutuhan pokok. Kesepatan ini diharapkan dapat membangun proses operasional yang baik dalam keluarga. Dari dialog di atas, ada perubahan penempatan skala prioritas. Awalnya pengeluaran biaya pokok sebagai prioritas. Pola ini membuat Ani sebagai istri megap-megap mengelola uang sisa untuk operasional yang tidak pernah cukup. “Bagaimana mungkin mengelola uang sisa Rp 600 ribu untuk membiayai makan, minum dan transportasi selama satu bulan untuk 3 orang. Sementara mengharap tambahan uang di luar gaji belum jelas kapan adanya. Padahal pengeluaran makan-minum dan transpostasi sudah jelas rupiahnya setiap hari,” ujar Ani protes kepada suaminya. Selanjutnya disepakati uang opersional yang dianggap paling penting. Keluarga mengalokasikan biaya operasional terlebih dahulu. Apakah cara ini akan membuat gaji bisa mencukupi dan memenuhi seluruh kebutuhan keluarga? Ada beberapa jawaban. Pertama; apakah betul besaran biaya operasional
64 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
yang telah ditetapkan terlebih dahulu dapat mencukupi sampai akhir bulan? Bila cukup, mungkin akan terjadi kekurangan pada pengalokasian biaya pokok. Kecuali ada tambahan penghasilan keluarga setiap bulannya. Kedua; apabila ternyata biaya operasional tidak cukup untuk satu bulan, pasti akan mengambil dari biaya pokok. Bila tidak ada pemasukan tambahan, maka biaya operasional akan kurang dan biaya pokok tidak terpenuhi. Akhirnya kedua biaya akan mengalami masalah. Analisa sederhana Masalah keuangan ini menjadi problem semua orang. Artinya, setiap seorang pasti berinterksi dengan uang, baik dalam jumlah besar atau kecil. Agar keluarga dapat mengelola keuangan dengan baik, wajib belajar mengelola keuangan dan tertib mengikuti rambu-rambu pengelolaan keuangan. Bila tidak patuh pada ketentuan, pasti akan jebol keuangan mereka. Untuk itu rambu-rambu ini harus dipatuhi. Pertama; sekecil apapun gaji, keluarga harus berpatokan pada prinsip pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pemasukan.
Jangan sampai ‘besar pasak dari pada tiang’. Artinya pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Jika hal ini terjadi, keuangan keluarga akan morat-marit, gali lubang tutup lubang atau hanya gali lubang terus-menerus, tak sanggup menutupnya. Kedua; Jangan sekalikali menjadikan pemasukan tambahan yang tidak jelas menjadi pemasukan pasti seperti gaji tetap setiap bulan. Sebab, kalau mengandalkan pemasukan tidak tetap untuk menutupi pengeluaran tetap, maka akan kesulitan menutup lubang pengeluaran. Ketiga; pengeluaran operasional dapat membengkak karena tidak terkontrol. Apalagi seluruh kebutuhan operasional sudah dikeluarkan awal bulan setelah menerima gaji. Bila ini terjadi, maka kebutuhan pokok akan terabaikan, sebab kebutuhan operasional pasti akan mendapat prioritas karena terkait dengan makan dan minum sehari-hari. Jadi agar tidak terjebak dalam kesalahan dalam mengelola keuangan ada baiknya belajar mengelola uang. Selain itu juga harus paham makna kebahagiaan yang sesungguhnya sehingga tidak terjebak pada hedonik treadmill. l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 65
RESENSI BUKU
Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2014 iv, 56 hal ; 21 cm ISBN : 978-602-235-039-2 Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak 1. NUTRIONAL 2. GERIATRIC – HEALTH SERVICES FOR THE AGED 612.3
66 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015
Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut akan mempengaruhi asupan makannya yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi. Upaya pelayanan kesehatan peripurna bagi para lanjut usia perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan lanjut usia, termasuk didalamnya upaya pelayanan gizi, asupan makanan sangat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktivitas sel atau metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara perubahan biologis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirnya dapat mempengaruhi status gizi. Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang
bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi resiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Pelayanan gizi lanjut usia dapat dilakukan disemua fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dengan meningkatkan pelayanan gizi pada lanjut usia diharapkan dapat menanggulangi masalah gizi lanjut usia sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia. Pedoman pelayanan gizi lanjut usia berisi pedoman pembinaan, kebijakan dan strategi peningkatan gizi lanjut usia agar dapat dilaksanakan secara terpadu dengan peningkatan peran lintas program dan lintas sektor, kebijakan dan strategi Buku ini disusun dengan tujuan agar dapat di manfaatkan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit, puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lain dalam mengoptimalkan pelayanan gizi bagi lanjut usia yang selaras dengan program kesehatan lainnya.l
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 78 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2014 86 hal ; 21 cm Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak 1. NUTRIONAL MANAGEMENT 2. NUTRIONAL REQUIMENT 3. NUTRIVE VALUE 4. NUTRITTON PROCESSES 5. HOSPITAL 6. NUTRION 612.3
Konsep pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan dengan penyakit degenerative seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyebuhannya. Terapi gizi adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus di perhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan
dengan fungsi organ. Pelaksanaan pelayanan gizi dirumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat dan menghemat biaya perawatan. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ini merupakan penyempurnaan tahun 2006 dan disesuaikan dengan peraturan perundangan-undangan dan IPTEK di bidang gizi , kedokteran, kesehatan dan akreditasi RS tahun 2012 untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu pada The Joint Comission Internasional For Hospital Accreditation, diharapkan buku ini menjadi pedoman bagi rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang berkualitas. Buku ini sebagai acuan bagi pimpinan rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan klien/pasien dalam aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif untuk meningkatkan kualitas hidup. l
JULI 2015 • Edisi 60 • MEDIAKOM 67
RESENSI BUKU
MediaKuis 1. Setiap tahun Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN) sebutkan tanggal dan bulan apa peringatan Hari Anak Nasional (HAN)? 2. Sebutkan tema Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2015? 3. Apa makna tema Hari Anak Nasional (HAN) 2015? 4. Anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia, bangsa dan negara untuk itu perlu diberikan perlindungan dan kesejahteraan dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya yaitu hidup tanpa kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Hal ini diatur pemerintah dengan kebijakan dan regulasi, sebutkan peraturan pemerintah yang mengatur tentang perlindungan anak? 5. Bagaimana cara kita melindungi anak-anak dalam bidang kesehatan? Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi).
JAWABAN DAPAT DIKIRIM MELALUI : Email :
[email protected] (Subject : Mediakuis) Fax : 021 - 52921669 Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan
2 orang pemenang dari setiap edisi akan mendapatkan hadiah kamera atau handphone Lenovo A369i. Hadiah kuis akan diumumkan pada
edisi November 2015
Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.
68 MEDIAKOM • Edisi 60 • JULI 2015