Realitas Poskolonialisme dalamRomanL’Homme Rompu Karya Tahar Ben Jelloun
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Perancis
oleh Indah Rahmawati 2350408011
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi, hari
: Kamis
tanggal
: 7 Agustus 2014
Mengetahui: Pembimbing,
Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd. NIP.197307252006041001
ii
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia unjian skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada, hari
: Rabu
tanggal
: 13 Agustus 2014 Panitia Ujian Skripsi
Ketua,
Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum NIP. 196008031989011001
Setiyani Wardhaningtyas, S.S., M.Pd NIP. 197208152006042002 Penguji I,
Suluh Edhi Wibowo, S.S., M. Hum NIP. 197409271999031002 Penguji II,
Penguji III,
Drs. Isfajar Ardinugroho, M. Hum NIP. 196905181993031001
Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd NIP. 197307252006041001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya, Nama
: Indah Rahmawati
NIM
: 2350408011
Prodi
: Sastra Perancis
Jurusan
: Bahasa dan Sastra Asing
Fakultas
: Bahasa dan Seni
menyatakan
dengan
sesungguhnya
bahwa
skripsi
berjudul
„Realitas
Poskolonialisme dalam Roman L’Homme rompu Karya Tahar Ben Jelloun‟ saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ini benar-benar merupakan karya sendiri. Skripsi ini saya hasilkan setelah melalui penelitian, pembimbingan, diskusi dan pemaparan/ujian. Semua kutipan, baik yang langsung maupun tidak langsung, maupun sumber lainnya, telah disertai identitas sumbernya dengan cara sebagaimana yang lazim dalam penulisan ilmiah. Dengan demikian, walaupun tim penguji dan pembiming skripsi ini membtuhkan tanda tangan sebagai keabsahannya, seluruh isi karya ilmiah ini tetap menjadi tanggung jawab saya sendiri. Jika kemudian ditemukan ketidakberesan, saya bersedia menerima akibatnya. Demikian, harap pernyataan ini dapat digunakan seperlunya.
Semarang, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
Indah Rahmawati NIM 2350408011
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: Sometimes the wrong train can take us to the right place (Paul Coelho) Explore, dream, discover (Mark Twain) Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman)
Persembahan: Karya ini ku persembahkan untuk bapak-ibuku tercinta, kakak-kakakku, adikku, sahabat-sahabat, dan temantemanku, serta almamaterku Universitas Negeri Semarang.
v
PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada penggenggam jiwa ini, penguasa alam jagat raya, yang menentukan takdir setiap ciptaan-Nya namun membebaskan nasib setiap hamba-Nya. Allah SWT telah memberikan penulis proses yang luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini. Tempaan, pilihan, dan kesempatan yang telah penulis dapatkan membuat penulis mengerti lebih baik tentang makna diri. Rasa syukur juga penulis haturkan kepada Allah SWT atas terselesaikanya skripsi yang berjudul Realitas Poskolonialisme dalam Roman L’Homme rompu Karya Tahar Ben Jelloun ini, segala puji hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Bapak Dr. Zaim Elmubarok, M. Ag., yang memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini. 3. Pembimbing skripsi, Bapak Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd., yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dan ketelitian.
vi
4. Penguji I sidang skipsi, Bapak Suluh Edhi Wibowo., S.S., M.Hum., yang telah bersedia menguji dan memberikan saran-saran yang membangun. 5. Penguji II sidang skripsi, Bapak Drs. Isfajar Ardinugroho, M.Hum yang telah bersedia menguji dan memberikan saran-saran yang membangun. 6. Seluruh dosen dan jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis. 7. Kedua orang tua saya tercinta yang senantiasa memberikan doa, motivasi finansial, dan dukungan untuk saya. 8. Kakak-kakak dan adik saya yang senantiasa memberikan semangat kepada saya. 9. Nenek saya tercinta yang senantiasa mendoakan saya. 10. Teh Hermin yang selalu mengayomi saya, yang mau meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran dan untuk petualangan yang menarik. 11. Teh Dinda, Teh Maya, Ivo, Syahidah, dan Eka untuk waktu yang menyenangkan selama ini. 12. Jussi, Afifah, Wuri, Rifda, Dwi, Puspita, Widya, Nita, May, dan Gina yang selalu menyemangati saya dan tetap menjaga silaturahmi. 13. Teman-teman Sastra Perancis 2008 yang menyenangkan, Puput, Safira, Galuh, Andien, Artha, Lusy, Eva, Dwi, Febrian, dan Agung. 14. Teman-teman Sastra Perancis 2010, 2011, dan 2012 terutama Ririn, Rizka, Imas, Icha, Ika, Lisa, dan Vica yang telah menghadirkan banyak keceriaan di kampus dan kehebohan petualangan. 15. Teman-teman Team A yang selalu kompak dan heboh.
vii
16. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sadar bahwa karya ini belum sempurna, namun penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pecinta karya sastra.
Semarang, 6 Agustus 2014
Penulis
viii
SARI Rahmawati, Indah, 2014. Realitas Poskolonialisme pada Novel L’Homme rompu Karya Tahar Ben Jelloun. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Ahmad yulianto, S.S., M.Pd. Kata kunci: Novel,L‟Homme rompu, Poskolonialisme Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun merupakan sebuah novel yang menggambarkan kehidupan masyarakat Maroko pada dekade 1990-an. Novel ini menceritakan tentang orang-orang yang terjerat korupsi dan orang-orang yang menghalangi tindakan tersebut. Pada novel L‟Homme rompu terdapat unsurunsur peninggalan kolonial Perancis. Fokus penelitian ini adalah poskolonialisme yang terdapat pada novel L‟Homme rompu dengan pendekatan sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur poskolonialisme berdasarkan Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha yang terjadi di dalam novel L‟Homme rompu. Unsurunsur poskolonialisme tersebut meliputi hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi. Korpus data penelitian ini adalah novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dengan dua objek penelitian, yaitu objek material dan objek formal. Objek material pada penelitian ini adalah novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun, sedangkan objek formal pada penelitian ini adalah teori poskolonialisme. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer pada penelitian ini, yaitu kalimat-kalimat dalam novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun dan unsur-unsur teori poskolonialisme, sedangkan sumber data sekunder penelitian ini adalah novel L‟Homme rompu yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Okke K.S. Zaimar dengan judul Korupsi. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskrptif analitik, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi. Simpulan penelitian ini adalah ditemukannya unsur-unsur poskolonialisme dari Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha, yaitu 1) hegemoni yang meliputi hegemoni paham Barat dalam sosiokultural di Maroko, hegemoni ekonomi, hegemoni kelas sosial, dan hegemoni moral, 2) subaltern, 3) mimikri, 4) hibriditas, 5) marginalitas, dan 6) alienasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka acuan dalam memahami unsur-unsur poskolonialisme dan juga dapat memberikan sumbangan dalam analisis novel yang menggunakan teori poskolonialisme. Dengan terbukti adanya elemen-elemen poskolonialisme pada karya sastra, maka mahasiswa sastra Perancis disarankan untuk melakukan penelitian sejenis pada novel-novel francophone.
ix
RÉALITÉ DU POST-COLONIALISME DANS LE ROMAN L’HOMME ROMPU PAR TAHAR BEN JELLOUN Indah Rahmawati., Ahmad Yulianto. Département des langues et des littératures étrangères Faculté des langues et des arts, Université d‟État de Semarang. EXTRAIT Le roman L‟Homme rompu de Tahar Ben Jelloun est un roman qui décrit la vie des marocains dans les années 1990. Ce roman raconte des gens qui commettent la corruption et des gens qui s‟y opposent. En outre, ce roman raconte de l‟oppression des minorités par les majorités. Dans ce roman, il y a des éléments de l‟héritage colonial français. Cette recherche a pour but d‟expliquer les éléments du post-colonialisme qui se trouvent dans le roman de L‟Homme rompu basé sur Edward Said, GayatriSpivak, et HomiBhabha. Ces éléments se composent de l‟hégémonie, le subalterne, le mimétisme, l‟hybridité, la marginalité, et de l‟aliénation. La donnée de cette recherche est le roman L‟Homme rompu de Tahar Ben Jelloun. Cette recherche utilise une approche sociologique avec les objets des recherches matériel et formel. L‟objet matériel dans cette recherche est le roman L‟Homme rompu de Tahar Ben Jelloun, tandis que l‟objet formel dans cette recherche est la théorie du post-colonialisme. Cette recherche utilise les sources de données primaires et secondaires. La source de donnée primaire dans cette recherche est les phrases du roman L‟Homme rompu, tandis que la source de donnée secondaire est le roman de l‟Homme rompu qui a été traduit en indonésien dont le titre est Korupsi par Okke K.S. Zaimar. La méthode de cette recherche est la méthode de descriptif analytique, tandis que la technique d‟analyse de donnée est la technique d‟analyse de contenue. La conclusion de cette recherche est l‟explication des éléments du postcolonialisme d‟Edward Said, GayatriSpivak, Homi Bhabha dans le romanL‟Homme rompu. Les éléments du post-colonialisme sont 1) l‟hégémonie qui se compose l‟hégémonie Occidentale dans la socioculturelle au Maroc, l‟hégémonie économique, l‟hégémonie de la class social, et l‟hégémonie morale, 2) le subalterne, 3) le mimétisme, 4) l‟hybridité, 5) la marginalité, et 6) l‟aliénation. Il est prévu que le résultat de cette recherche pourra servir à comprendre les éléments du post-colonialisme et à analyser le roman du post-colonialisme. Il est aussi prévu que les étudiants de la littérature française puissent effectuer des recherches similaires dans les romans francophones. Mots-clés : Roman, L‟Homme rompu, Post-colonialisme.
x
1.
Introduction La littérature est un œuvre d‟imagination dans lequel la valeur esthétique
est dominante. Par son œuvre littéraire, l‟auteur transmet les informations, les illustrations, ou les messages spécifiques aux lecteurs. D‟habitude, il transmet les idées sur la vie qui existe autour de son entourage (Purba 2010: 3). Il y a deux genres de littérature, à savoir la prose et la poésie. La prose est un œuvre de littérature qui n‟est pas attaché aux règles. La poésie est une œuvre de littérature qui est attaché aux certains règles. L‟œuvre de la littérature est construit par les éléments de la construction, ces sont l‟élément intrinsèque et l‟élément
extrinsèque.
Selon
Nurgiyantoro
http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf), l‟élément
(2009 :
intrinsèque est
23 l‟élément
dans de
construction qui se trouve dans l‟ouvre elle-même. Suroto (1989 : 138 dans http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf)
constate
que
l‟élément
extrinsèque
est
l‟élément extérieur de la littérature. Dans cette recherche, je préfère un des œuvres littéraires, à savoir un roman. Le roman est un des œuvres littéraires qui s‟explique de manière indépendante, présente quelque chose de plus, et pose des problèmes plus compliqués. Il propose des valeurs, dont l‟un est la valeur éducative qui sert comme un miroir ou une comparaison dans la vie. Je choisi le roman L‟Homme rompu de Tahar Ben Jelloun comme l‟objet de recherche, parce que c‟est un écrivain francophone. Ses œuvres ont la nuance du post-colonialisme et du réalisme magique tant que la bonne critique social.
xi
Dans http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun, Tahar Ben Jelloun est un écrivain et poète marocain qui parle français. Il est né à Fez, Maroc, le 1 décembre 1944. Il a étudié à l‟école primaire l‟arabo-française, et puis il a continué ses études à l‟école française Tanger jusqu'à l‟âge de dix-huit. Il a appris la philosophie à l‟Université Mohammed V à Rabat et il l‟a enseigné au Maroc. En 1971, il a émigré à Paris, France avec sa famille jusqu‟à présent. En 1975, il a obtenu un doctoral en psychiatrique sociale. En 1985, il a publié son roman de La Nuit sacrée et ce roman est la suite du roman L‟Enfant de sable. En 1987, il a gagné le Prix Goncourt pour son roman de La Nuit sacrée. En 1993, le roman de La Nuit sacrée a été fait dans un film au Maroc. En 2005, il a gagné le Prix Ulysses pour ensemble de sa carrière et en 2008 il a obtenu un doctorat honorifique de l‟Université de Montréal, Canada. Je préfère le roman L‟Homme rompu parce qu‟il raconte des pratiques de corruption dans les bureaucrates au Maroc. Kurnia (Tahar 2010 : 5) constate que ce roman est inspiré du roman Korupsi de Pramoedya Ananta Toer. Il est un grand-auteur d‟Indonésie. L‟Homme rompu est publié en France, en 1994. Il a été traduit en plusieurs langues. Ce roman a été déjà analysé dans une thèse dont le titre est « TinjauanIntertekstualTerhadapKorupsiKaryaPramoedyaAnantaToer
dan
L‟Homme rompuKarya Tahar Ben Jelloun SebagaiKaryaSastra Francophone » par Astri Adriani Allien qui est proposée pour obtenir la maîtrise d‟étude de la littérature au Département des sciences humaines à l‟Université de Gajah Mada Yogyakarta en 2007 (http://etd.ugm.ac.id/PenelitianDetail).
xii
J‟utilise la théorie du post-colonialisme d‟Edward Said, Gayatri Spivak, et Homi Bhabha. La théorie du post-colonialisme est utilisée pour analyser les phénomènes culturels comme l‟histoire, le politique, l‟économie, la littérature, etc. aux anciennes colonies de l‟européennes. Elle explique les éléments de l‟hégémonie, le subalterne, le mimétisme, l‟hybridité, la marginalité, et de l‟aliénation. Cette théorie est appliquée pour analyser les caractères culturels des anciens pays colonisés. C‟est pourquoi, je l‟utilise pour analyser le roman L‟Homme rompu. Ce roman décrit les influences du français au Maroc. 2.
Théorie Swingedwood (Faruk 2012 : 2) dans son livre The Sociology of
Litterature, il définit la sociologie comme une étude scientifique et objective d‟humaine dans la société, une étude des instructions sociales. Ritzer (Faruk 2012 : 2) trouve trois paradigmes de base en sociologie, ces sont le paradigme des faits sociaux, le paradigme de la définition social, et le paradigme du comportement social. La recherche de la sociologie de littératurese base sur les théories de la littérature et de la sociologie en considérant que la sociologie de littérature a devenu une nouvelle discipline et a été évaluée toute au long de la période de son développement. La sociologie de littérature est l‟analyse d‟œuvre littéraire par rapport à la société (Ratna 2008 : 339). La théorie du post-colonialisme est une théorie qui est utilisépour analyser les phénomènes culturels comme l‟histoire, le politique, l‟économie, la littérature, etc. qui se sont passés dans les anciens pays colonisés européennes. Les figures du
xiii
post-colonialisme sont Edward Said, Gayatri Spivak, et Homi Bhabha. Théoriquement, le post-colonialisme est causé parun certain nombre de concepts du post-modernisme (Ratna 2008 : 206). Cette théorie est née dans les pays qui ont été colonisés. Elle essaie d‟exprimer les conséquences négatives du colonialisme, à savoir la récession de la mentalité. Pendant des siècles, les pays colonisés n‟ont pas de liberté pour exprimer leurs opinions (Ratna 2008 : 207208). 2.1
Hégémonie L‟hégémonie est développée par Antonio Gramsci, le philosophe du
marxisme italien (1891-1937). Said a publié son livre Orientalisme (1978) et il a exposé en forme des questions et des réponses dans son livre Power and Culture (2001). Basé sur l‟opinion de Gramsci, Said a adopté la théorie d‟hégémonie qui est dominée par la pratique autoritaire. Selon Said (2010 : 311-312), l‟orientalisme est un courant d‟interprétation qui prend comme l‟objet d‟interprétation, les civilisations, les gens, et les localités orientales. L‟orientalisme n‟est pas seulement une doctrine positive de l‟Orient qui est toujours présente à l‟Occident. L‟orientalisme est aussi une tradition académique qui a une influence à l‟Occident. 2.2
Subalterne Avant que le subalterne n‟ait la conscience collective de l‟oppression
économique et politique comme une classe, le subalterne est très différent du prolétariat
industriel
(Morton
2008 :
156).
Selon
Spivak
dansScatteredSpeculations on the Subaltern and the Popular, subalternité est une
xiv
position sans identité (2005 : 476 ; Morton 2008 : 159). Spivak dans son essai Subaltern Studies : Deconstructing Historiography
propose une observation
productive de la méthodologie théorique et la politique des sexes de la recherche historique subalterne entre en 1982 et en 1986. Dans son essai, elle met l‟accent sur la différence qui l‟identifie entre la pratique et la méthodologie. La différence pertinente entre la conception de Spivak sur la pratique actuelle et la méthodologie théorique, c‟est que Spivak litlavolonté politique et la conscience de la rebelle subalterne comme des effets du sujet subalterne qui sont produits par le discours du colonialisme (Methven 1987 : 204 ; Morton 2008 : 165-166). 2.3
Mimétisme Selon
Bhabha
(Foulcer
2006 :
105 dans
http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf), le mimétisme est la reproduction mixtede la subjectivité européenne dans l‟environnement colonial qui n‟est pas pur. Le mimétisme est causé par la relation ambivalente entre le colonisateur et le colonisé.
Bhabha
(Foulcher
2006 :
121-122
dans
http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf) utilise le terme du mimétisme pour expliquer les caractéristiques de l‟imitation, le camouflage de l‟attitude, le comportement, et la pensée d‟indigène au colonisateur (Ratna 2008 : 304). Bhabha (1984 : 126 dans http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf) explique de l‟implication du mimétisme et de l‟ambivalence dans laquelle l‟ambivalence apparaîtra lorsque le procès du mimétisme assailli par les incertitudes du choix de l‟identité.
xv
2.4
Hybridité Homi Bhabha diffuse le terme d‟hybridité dans l‟étude du post-
colonialisme. L‟hybridité est un produit de la construction culturelle qui partage l‟identité pure du colonisateur au pays colonisécomme une nouvelle identité culturelle. Ainsi, la rencontre de la civilisation occidentale et orientale produit la supériorité et l‟infériorité dans laquelle la civilisation a le soutien politique et culturel, jusqu‟à ce que la civilisation puisse résister à la mondialisation. Bhabha (Huddart 2006 : 84 dans http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf) explique que l‟hybridité n‟est pas seulement un problème de l‟identité culturelle, mais un problème de la représentation coloniale et l‟individuel compliqué. L‟hybridité s‟est passée par la création de plusieurs organisations et la rencontre entre les civilisations. 2.5
Marginalité D‟habitude, la marginalité est considérée comme les hommes marginalisés
ou les homes pauvres. Les groupes marginalisés consistent d‟hommes qui éprouvent un ou plusieurs dimensions de la marginalisation, la discrimination, ou l‟exploitation dans la vie sociale, économique, et politique de la ville (Ratna 2008 : 175). Said dans son livre Orientalismedit que les Orients sont souventvusdans un cadre construit sur la base du déterminisme biologique et d‟enseignement moral politique. L‟orientalisme latent pousse la croissance de la conception de la virilité d‟orientale qui est bizarre et méprisable. Dans les écrits des touristes et romanciers européennes décrivent les femmes comme la créature
xvi
de l‟imagination des hommes. Dans les œuvres, les femmes sont forcées à révéler leurs sensualités sans limites et aussi elles sont traitées comme les hommes bêtes (Said 2010 : 318-319). 2.6
Aliénation La théorie de l‟aliénation de Marx est basée sur son observation dans le
capitalisme, les ouvriers perdent de contrôle sur leur vie. Ils n‟ont pas le contrôle sur leur travail. La théorie de marxien est originaire de l‟idée de Karl Marx, Frederick Engel et deux allemands qui publient deux livres de Manifesto Komunis (1848) et Das Kapital (1867). En générale, l‟analyse de la littérature basée sur la théorie Marxien et Engelsien est liée au étroitement du facteur économique, du rôle des classes sociales, de l‟idéologie, et de la division du travail (Ratna 2010 : 168). 3.
Méthodologie de la recherche J‟utilise l‟approche sociologique. Cette approche analyse l‟humanité dans
la société. L‟approche sociologique a l‟implication méthodologique sous forme de la compréhension fondamentale de la vie humaine dans la société (Ratna 2008 : 59 & 61). Il y a deux objets de la recherche littéraire, ces sont l‟objet matériel et l‟objet formel. Cette recherche utilise les sources de données primaires et secondaires. La méthode dans cette recherche se base sur la méthode descriptive analytique. En outre, la technique d‟analyse de donnée est la technique d‟analyse du contenue. Le contenue dans l‟œuvre littéraire présente les messages dans la
xvii
littérature. Il y a deux contenues dans cette technique, ces sont le contenu latent et le contenue de la communication. 4. Analyse L‟analyse se divise en six étapes : (1) l‟hégémonie, (2) le subalterne, (3) le mimétisme, (4) l‟hybridité, (5) la marginalité, (6) l‟aliénation. 4.1
Hégémonie L‟hégémonie est une domination du pouvoir d‟une classe sociale par
l‟autorité intellectuel et la morale qui sont construits par la domination ou l‟oppression. 4.1.1
Hégémonie Occidentale dans la socioculturelle au Maroc Mourad travaille comme Sous-directeur de la planification, de la
prospective et du progrès au ministère de l‟Equipement. Il n‟a jamais obtenu le respect de ses subalternes, particulièrement par des chaouchs dans son bureau. Regardez la citation suivante. (1) LHR/10-11 Au bureau, le chaouch lui dit à peine bonjour. Ici la chaleur du salut est fonction non pas du grade mais de ce que le poste rapporte en plus. Mourad est ingénieur. Son rôle au sein de l‟administration est d‟étudier les dossiers de construction. Sans son visa, pas de permis de construire. C‟est un poste important et très envié. Son titre exact est pompeux : « Sous-directeur de la planification, de la prospective et du progrès ». Basée sur la citation ci-dessus, il y a l‟hégémonie culturelle dans laquelle la fonction n‟est pas la valeur importante pour être respecté par les subalternes. Le plus importante est le montant d‟argent qu‟il a eu et donné aux subalternes.C‟est la culture qui s‟est passé au ministère de l‟Equipement. Les chaouchs respectent les gens qui ont plus de revenue que la fonction.
xviii
4.1.2
Hégémonie économique Mourad se sent très malheureux que les autres. Il ne sait pas ce qu‟il faut
faire pour changer la situation que sa femme désire. Regardez la citation suivante. (7) LHR/12 « Ma situation est plus que misérable, se dit-il. Est-ce de ma faute si tout augmente, si les riches sont de plus en plus riches et si les pauvres comme moi stagnent dans leur pauvreté ? Est-ce de ma faute si la sécheresse a davantage appauvri les pauvres ? Que faire ? Voler ? S’emparer des biens des autres en leur faisant croire que des placements leur rapporteraient plus ? » Cette citation décrit la douleur et la confusion de Mourad à cause du désir de sa femme. Les pauvres comme lui ne peuvent pas changer leurs vies en mieux. Les pauvres ont de la difficulté à cause de l‟augmentation du prix des marchandises. Ce problème est provoqué par le système capitaliste. Les capitalistes se profitent de la crise économique pour s‟enrichir. 4.1.3
Hégémonie de la classe sociale Sidi Larbi est un avocat et Mourad le déteste. Sidi Larbi s‟enrichi de la
fraude et de l‟extorsion. Regardez la citation suivante. (19) LHR/19 Justement, Sidi Larbi est le type même d‟individu que Mourad exècre. C’est un avocat véreux qui s’est enrichi avec les indemnités de décès après des accidents de la route. … Sa fortune est visible et il dort très bien. Il est capable de s‟endormir n‟importe où et à n‟importe quelle heure. Il mange vite, rote et fait la sieste en ronflant. L‟argent arrive de partout et rien ne le gêne. Pour lui, Mourad est un raté, un pauvre type qui n’a pas su s’adapter à la vie moderne. L‟hégémonie économique est provoquée par le capitalisme. Les capitalistes utilisent leurs pouvoirs pour dominer les socialistes afin qu‟ils leur
xix
donnent de l‟argent. Sidi Larbi s‟enrichit en profitant de la compensation des victimes d‟accident de la route. Il pense que Mourad ne puisse pas s‟adapter à la vie moderne, parce que Mourad ne peut pas agir comme Sidi Larbi, c'est-à-dire en prenant la compensation des victimes d‟accident de la route. C‟est une caractéristique des capitalistes. 4.1.4
Hégémonie morale Le fils de Mourad est fier parce que son père ne fait jamais de la
corruption. Selon lui, la corruption est une menace qui peut casser la morale de la nation. Regardez la citation suivante. (21) LHR/98-99 « … D‟ailleurs, si tout le monde faisait comme nous, le pays se porterait mieux. J‟aime bien le mot arabe pour désigner la corruption ; c‟est ce qui est miné de l‟intérieur, rongé par les mites, on dit cela du bois qui est foutu et qui ne sert plus à rien, pas même à faire du feu. L‟homme c‟est pareil. S‟il vend son âme, s‟il achète la conscience des autres, il participe à un processus de destruction générale. Tu sais, la corruption c’est comme la mendicité. Les mendiants existent parce que les gens donnent l’aumône. » Cette citation décrit les gens qui vendent ses morales pour s‟enrichir. La corruption est un dommage moral et il est dangereux pour le pays. Les corrupteurssont comme des mendiants. Ils mendient par la force. Ils font de la corruption parce qu‟il y a une chance de la faire. 4.2
Subalterne Selon Spivak, le subalterne est l‟oppression des faibles à cause de la
domination structurelle. Les subalternes n‟ont pas d‟espace pour exprimer leurs aspirations. Regardez la citation suivante.
xx
(27) LHR/61 Haj Hamid entre et pose sur mon bureau le dossier de M. Sabbane en me disant, comme si j’étais son subalterne, que je dois régler ce problème très rapidement. J‟ouvre le dossier. J‟étudie les plans et les projets. Mourad est opprimé par son assistance, Haj Hamid, parce qu‟il y a la domination structurelle. Dans le bureau, Haj Hamid est plus entrainé dans la gestion des documents de permis que Mourad. Haj Hamid l‟oblige pour prendre en main du document de M. Sabbane rapidement. C‟est la domination structurelle qui se passe dans le bureau. 4.3
Mimétisme Le mimétisme est l‟imitation extrême de la langue, de la culture, et de
l‟idée. Mourad doit faire semblant afin qu‟il puisse avoir des rapports avec les autres dans la communauté. Regardez la citation suivante. (41) LHR/53 « … Il ne s‟agit pas d‟étaler sa fortune, mais il y a des signes qui ne trompent pas. Et puis, il faudra sortir, aller au restaurant de temps en temps, qu‟on te voie dîner avec des gens importants, qu‟on sache que tu es un homme qui ne compte pas ses dépenses. C‟est important de laisser un gros pourboire au garçon, ça fait riche et généreux à la fois. Il faut aussi aller à la mosquée, par exemple le vendredi. Tu feras un effort, tu mettras entre parenthèses ta laïcité et ton athéisme, et tu joueras le jeu. C’est ça la société. … » Mourad a fait ses études en France, de sorte qu‟il ait la pensée des occidentaux, à savoir la laïcité et l‟athéisme. Pour sortir des groupes marginalisées, il doit faire semblant d‟être une autre personne et interagit avec les autres, même s‟il les déteste. C‟est pourquoi il faut changer sa vie comme les riches.
xxi
4.4
Hybridité L‟hybridité est un effort d‟emprunter, de choisir, d‟absorber, d‟utiliser,
d‟adapter la culture qui se passe dans un processus dynamique. Mourad se souvient d‟une lettre d‟application qui est écriteen français, quand son bureau organisait un recrutement. Regardez la citation suivante. (45) LHR/67 Je me souviens de l‟époque où l‟office dépendant du ministère de l‟Equipement recrutait du personnel. J’avais reçu un jour une lettre de demande d’emploi assez originale. Ecrite en français avec probablement une plume d’oie, elle sollicitait du travail comme si nous vivions dans un autre siècle : …. Il y a l‟hybridité qui est fait par un demandeur d‟emploi. Il écrit son application en français. Le français est la langue seconde au Maroc après l‟arabe, parce que la France a colonisé le Maroc et le français se diffuse par l‟enseignement à l‟école. 4.5
Marginalité En générale, la marginalité se réfère aux personnes marginalisées et
pauvres. Mourad est mal traité par sa belle-mère, parce qu‟il est un pauvre. Regardez la citation suivante. (54) LHR/20 … Il n’y a que moi qu’elle maltraite, je lui gâche le paysage. Je suis son erreur, celui qui n‟aurait pas dû entrer dans cette famille. … Mourad est une victime de la discrimination économique. Il est mal traité par sa belle-mère qui est égoïste et a tendance à favoriser Sidi Larbi, son beaufrère. Mourad est un homme pauvre, de sorte qu‟il soit négligé par sa belle-mère.
xxii
4.6
Aliénation L‟aliénation est une image des sentiments d‟aliénation de la société, le
groupe, la culture, et soi-même qui sont ressentie par les gens qui vivent dans une société industrielle compliqué, en particulier dans une grande ville. Le mauvais système économique est provoqué par le capitalisme, de sorte qu‟il y ait beaucoup de gens qui perdent leurs morales pour s‟enrichir parn‟importe quelle façon. Les gens qui sont préoccupés de leurs morals et idéologies seront isolés de la société. Regardez la citation suivante. (62) LHR/36 … Ça jamais ! Si je commence à corrompre, il n‟y aura plus de raison pour que je m‟obstine à refuser les enveloppes. Si ma femme m‟entendait réfléchir à voix haute. Elle me dirait : « Tu te crois un saint, un héros, tu es bien le seul et tu nous entraînes dans ta solitude avec en plus privation et manque. Tes seigneurs, les vrais hommes, eux pensent à l‟avenir de leurs enfants et se débrouillent pour le leur assurer. Toi, tu accumules les scrupules comme si on pouvait manger avec ! En tout cas, notre fils ne sera pas la victime de ta rigueur. Je ferai tout pour qu‟il obtienne cette bourse. » La plupart des gens dans un mauvais système économique préfèrent de ne pas être honnête. Par contre, les minorités sont mises dans les groupes des aliénations à cause de leurs honnêtetés. Ils sont l‟obstacle aux majorités. C‟est pourquoi, ils doivent être isolés. L‟aliénation et la pauvreté ont une relation étroite. 5.
Conclusion Basée sur l‟analyse des données précédentes sur les six éléments du post-
colonialisme d‟Edward Said, Gayatri Spivak, et Homi Bhabha dans le roman L‟Homme rompu, j‟ai trouvé six conclusions suivantes.
xxiii
Premièrement, l‟hégémonie dans ce roman est une image des marocaines comme le pays francophone. Il y a cinq hégémonies dans ce roman, ces sont l‟hégémonie occidentale dans la socioculturelle au Maroc, l‟hégémonie économique, l‟hégémonie de la class sociale, l‟hégémonie morale. Deuxièmement, le subalterne dans ce roman est une oppression par les puissantes aux subalternes. Cette oppression est due à la domination structurelle. Les subalternes ne sont jamais considérées et leurs aspirations ne sont jamais écoutées par les puissantes. Troisièmement, le mimétisme est un camouflage d‟attitude pour se protéger. Le mimétisme dans ce roman est illustré à la figure Mourad, la bellemère de Mourad, et Haj Hamid qui font semblant d‟aimer quelque chose afin que ses vies ne soient pas menacés. Et ils n‟entrent pas dans les gens marginalisés. Quatrièmement, l‟hybridité est un moyen d‟adapter et d‟utiliser la culture étrangère. Exemple de l‟hybridité dans ce roman est l‟adaptation de la culture française dans la vie quotidienne des marocains. Cinquièmement, la marginalité dans ce roman est la discrimination aux pauvres par les puissantes. Cette discrimination se produit parce que la différence de statut social et économique. Sixièmement, les personnages dans ce roman éprouvent l‟aliénation, parce qu‟ils s‟opposent aux corrupteurs. L‟une des causes de l‟aliénation est le système économique mauvais, de sorte qu‟il fasse apparaître le capitalisme.
xxiv
6.
Remerciements Je tiens à remercier mon père, ma mère, mes frères, et ma sœur de me
supporter et de me combler toujours de leur amour. Ensuite, je remercie également mon professeur de m‟avoir guidée. Et finalement, je remercie aussi mes amis de leurs joies et de leurs gentillesses. 7.
Bibliographie
Arifin, Winarsih & Farida Soemargono. 2007. Kamus Perancis-Indonesia. Jakarta : Gramedia. Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Jelloun, Tahar Ben. 1994. L‟Homme rompu. Paris : Edition du seuil. Morton, Stephen. 2008. Gayatri Spivak : Etika, Subalternitas, dan Kritik Penalaran Poskolonial. Terjemahan Wiwin Indiarti. Yogyakarta : Pararaton. Purba, Antilan. 2010. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : USU Press. Ratna, NyomanKutha. 2008. Poskolonialisme Indonesia : RelevansiSastra. Yogyakarta : PustakaPelajar. ___________________. 2008. Teori, Metode, dan TeknikPenelitianSastra. Yogyakarta : PustakaPelajar. ___________________. 2010. Sastra dan Cultural Studies : RepresentasiFiksi dan Fakta. Yogyakarta : PustakaPelajar. Said, Edward W. 2010. Orientalisme : danMenundukkanTimurSebagaiSubjek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
MenggugatHegemoni Barat TerjemahanAchmadFawaid.
Nasution, I. 2012. http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf. Diaksespada 1 Februari 2014. Natiqotul, M. 2012. http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf. Diakses pada 1 Februari 2014. http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun. Diakses pada 27 Juni 2013. http://etd.ugm.ac.id/PenelitianDetail. Diaksespada 8 Januari 2014.
xxv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PERSETUJUANPEMBIMBING .................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
MOTTODANPERSEMBAHAN...................................................................
v
PRAKATA ......................................................................................................
vi
SARI ...............................................................................................................
ix
EXTRAIT.........................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xxvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xxix
BAB 1
BAB 2
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................
11
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................
11
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................
11
1.5. Sistematika Penulisan .............................................................
12
LANDASAN TEORI 2.1. Sosiologi Sastra ........................................................................
14
2.2.Teori Poskolonialisme .............................................................
20
2.2.1Hegemoni .........................................................................
30
2.2.2 Subaltern .........................................................................
40
xxvi
2.2.3Mimikri .............................................................................
43
2.2.4Hibriditas ..........................................................................
47
2.2.5Marginalitas ......................................................................
51
2.2.6Alienasi .............................................................................
56
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................
60
3.2 Objek Penelitian ..........................................................................
61
3.3 Sumber Data ................................................................................
61
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ...............................................
62
BAB 4 NUANSA POSKOLONIALISME DALAM ROMAN L’HOMME ROMPU 4.1 Hegemoni ....................................................................................
66
4.1.1Hegemoni Paham Barat dalam Sosiokultural di Maroko ...
67
4.1.2Hegemoni Ekonomi ...........................................................
76
4.1.3 Hegemoni Kelas Sosial ......................................................
90
4.1.4Hegemoni Moral .................................................................
93
4.2 Subaltern ..................................................................................... 101 4.3 Mimikri ........................................................................................ 115 4.4 Hibriditas...................................................................................... 119 4.5 Marginalitas ................................................................................. 127 4.6Alienasi ......................................................................................... 135
xxvii
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ...................................................................................... 148 5.2 Saran ............................................................................................ 150 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 152 LAMPIRAN .................................................................................................... 154
xxviii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Ringkasan Cerita Roman L‟Homme rompu 2. Biografi Tahar Ben Jelloun
xxix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sastrawan Goenawan Mohamad mengatakan bahwa “Kesusastraan adalah
hasil proses yang berjerih payah , dan setiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu bahwa ini bukan sekedar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang
minta
pengerahan
batin”
(http://www.scribd.com/Pengertian-Karya-
Sastra).Pengertian sastra secara umum yaitu hasil cipta manusia berupa tulisan maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung pesan yang bersifat relatif. Sastra juga merupakan karya sastra imajinatif bermedia yang nilai estetiknya bernilai dominan. Melalui karya sastra, seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Hal-hal yang disampaikan biasanya merupakan gagasan tentang kehidupan yang ada di sekitar pengarang (Purba 2010: 3). Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup. Sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat, contoh karya sastra prosa yaitu novel, cerpen, dan drama. Puisi
1
2
adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu, contoh karya sastra puisi yaitu puisi, pantun, dan syair. Semua karya sastra merupakan sesuatu totalitas yang memiliki nilai seni, yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri yang meliputicerita, peristiwa, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa, dan sebagainya (Nurgiyantoro 2009: 23 dalam http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf). Unsur ekstrinsik adalah unsurunsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistemorganism karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik meliputi latar belakang kehidupan pengarang, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lain-lain yang semuanya akan
mempengaruhi
karya
yang
ditulisnya(Suroto
1989:
138
dalam
http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf). Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial
menjadi
latar
belakang
penyampaian
tema
dan
amanat
cerita
(http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf). Ahmad Badrun(1983: 1; Purba 2010: 1) di dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Sastra: Teori Sastra, menyatakan bahwa ilmu sastra adalah ilmu yang menyelidiki sastra secara ilmiah. Nyoman Tusthi Eddy dalam Kamus Istilah Sastra Indonesia,menyatakan bahwa ilmu sastra merupakan segala bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala sastra (1991: 96; Purba 2010: 12). Dalam Kamus Sastra, Ernest berpendapat bahwa ilmu sastra adalah bidang
3
keilmuan yang obyek utamanya adalah karya sastra (1994: 94; Purba 2010: 2). Dalam Ensiklopedia Sastra Indonesia, Hasanuddin WS.; Mursal Esten;dan Maizar Karim mengemukakan bahwa ilmu sastra dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah general literature yang meliputi semua pendekatan ilmiah terhadap gejala sastra (Purba 2010: 2). Maman S. Mahayana dalam 9 Jawaban Sastra Indonesia, mengemukakan bahwa ilmu sastra adalah ilmu yang menyelidiki kesusastraan dengan berbagai masalahnya secara ilmiah (2003: 223; Purba 2010: 2). Dalam Pengantar Ilmu Sastra, Jan Van Luxemburg, dkk menguraikan ilmu sastra sebagai berikut: 1. Ilmu sastra meneliti sifat-sifat yang terdapat di dalam teks-teks sastra, yang dapat berfungsi di dalam masyarakat sehingga masyarakat dapat mengambil pelajaran dari teks-teks tersebut. 2. Ilmu sastra umum merupakan telaah sistematik mengenai sastra dan komunikasi sastra yang pada prinsipnya tidak menghiraukan batas-batas antarbangsa dan antarkebudayaan (1989: 2 ; Purba 2010: 3). Pada penelitian ini penulis memilih untuk meneliti salah satu karya sastra prosa yaitu novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, dan melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Di dalam novel terdapat nilainilai, salah satunya adalah nilai pendidikan yang digunakan sebagai cermin atau perbandingan dalam kehidupan. Penulis memilih untuk meneliti novel karya Tahar Ben Jelloun yang berjudul L‟Homme rompu sebagai objek penelitian karena pengarang tersebut
4
merupakan seorang francophonie dan dikenal dengan karya-karyanya yang bernuansa poskolonialisme dan realisme magis dengan kritik sosial yang cerdas dan tajam. Dalam http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun dijelaskan bahwa Tahar Ben Jelloun adalah seorang penulis dan penyair Maroko yang berbahasa Perancis. Dia lahir di Fez, Maroko, pada 1 Desember 1944. Dia menyelesaikan sekolah dasarnya di sekolah berbahasa Arab-Perancis, kemudian dia melanjutkan sekolah di sekolah Perancis di Tangier sampai berusia delapan belas tahun, dan belajar ilmu filsafat di Universitas Mohammed V di Rabat dan mengajar filsafat di Maroko. Di sana dia menulis puisi untuk pertama kalinya yangkemudian dia kumpulkan menjadikumpulan puisi Hommes sous linceul de silence pada tahun 1971. Pada 1971 dia hijrah ke Paris, Perancis bersama keluarganya sampai saat ini. Pada tahun 1972 dia banyak menulis artikel untuk koran harian Le Monde. Pada 1975 dia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri sosial. Tulisannya yang berjudul La Réclusion solitaire pada tahun 1976 mendapatkan penghargaan dari pengalamannya sebagai seorang psikoterapis. Tahun 1985, dia menerbitkan novelnya yang berjudul L‟Enfant de sable yang membuatnya terkenal. La Nuit sacrée adalah novelnya yang mendapatkan penghargaan Prix Goncourt pada tahun 1987, novel tersebut merupakan sekuel dari novel L‟Enfant de sable. Prix Goncourt merupakan sebuah penghargaan paling terkemuka dalam kesusatraanPerancis. Novelnya yang berjudul La Nuit sacréediangkat ke dalam
5
film di Maroko pada tahun 1993. Pada 2005 dia mendapatkan penghargaan Hadiah Ulysses yang diterimanya untuk pencapaian seumur hidup dan pada 2008 dia meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Montreal, Kanada. Penulis memilih novel L‟Homme rompu karena novel ini menceritakan tentang praktek-praktek korupsi yang terjadi di kalangan birokrasi di Maroko.Novel ini terilhami oleh karya pengarang besar Indonesia yang sangat dikagumi oleh Tahar, yaitu Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) dengan judul Korupsi. Kedua novel ini memiliki kesamaan cerita. Novel L‟Homme rompu terbit di Perancis pada 1994 dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dalam novel terjemahan L‟Homme rompu, yaitu Korupsi dijelaskan bahwa sejarah novel ini berawal ketika Tahar berada di Jakarta, dia membaca novel Korupsi karya Pramoedya yang terbit di Indonesia pada 1954 yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh Denys Lombard dan diterbitkan oleh penerbit Philippe Picquier. Novel tersebut ditulis oleh Pramoedya ketika mendapatkan beasiswa kebudayaan untuk tinggal selama setahun di Belanda (Kurnia dalam Tahar 2010: 5). Novel Korupsi mengilhami Tahar untuk menulis novel yang serupa dengan latar belakang Maroko, negara asalnya yang dalam berbagai hal menyimpan banyak persamaan dengan Indonesia. Tahar menulis novel ini dengan maksud sebagai pemenuhan kewajiban moral kepada Pramoedyayang kemudian menjadi karya persembahan Tahar untuk Pramoedya. Pramoedya adalah seorang sastrawan besar Indonesia yang menjadi tahanan rumah dan dilarang untuk menerbitkan buku-bukunya. Tahar menyerahkan sebagian royalti dari penjualan novel ini
6
kepada Pramoedya. Pramoedya menyampaikan rasa terima kasih melalui sepucuk surat pribadi yang menurut Tahar “ditulis dengan indah” (Kurnia dalam Tahar 2010: 7). Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun dan novel Korupsi karya Pramoedya Ananta Toer ini mempunyai kesamaan cerita, yaitu cerita mengenai kasus korupsi yang terjadi di kalangan birokrat. Tahar mengangkat cerita ini berdasarkan situasi yang terjadi di Maroko, selain terilhami dari cerita novel Korupsi karya Pramoedya yang menceritakan kebobrokan akan kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun, terbitan Edition du Seuil, Paris, 1994, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Okke K.S. Zaimar dengan judul Korupsi yang diterbitkan oleh Penerbit Serambi bekerja sama dengan Forum Jakarta-Paris (Kurnia dalam Tahar 2010: 10). Novel L‟Homme rompu, arti harfiahnya adalah “Lelaki yang Patah”, dengan permainan kata “rompu” (patah) dan “corrompu” (korup). L‟Homme rompu adalah pria yang mematahkan kejujuran dalam hidupnya, sehingga dia menjadi koruptor (Kurnia dalam Tahar 2010:10). Novel ini merupakan sebuah novel yang berkisah tentang seorang pegawai negeri jujur yang berupaya melawan arus agar tidak terperangkap jaring korupsi. Mourad, seorang insinyur yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum di Casablanca, Maroko. Tuntutan istrinya yang mata duitan, tekanan kehidupan yang menghimpit, serta arus buruk lingkungan kerjanya yang korup, menggodanya menjadi koruptor. Novel ini juga mengisahkan tentang kisah cinta antara Mourad
7
dengan sepupu jauhnya, Nadia, seorang janda cantik dengan satu anak perempuan. Novel ini pernah dibahas dalam sebuah tesis dengan judul “Tinjauan Intertekstual terhadap Korupsi Karya Pramoedya Ananta Toer dan L‟Homme rompu Karya Tahar Ben Jelloun Sebagai Karya Sastra Francophone” oleh Astri Adriani Allien yang diajukan sebagai persyaratan mencapai gelar S2 program studi Ilmu Sastra Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Humaniora di Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada 2007 (http://etd.ugm.ac.id/ PenelitianDetail). Novel ini dibedah dengan menggunakan teori, karenanovel ini berlatar belakang di Maroko, negara yangpernah dijajah oleh Perancis selama 44 tahun. Maroko terletak di barat laut Afrika yang merdeka pada 2 Maret 1956. Terdapat banyak pengaruh Perancis di Maroko contohnya yaitu bahasa, walaupun bahasa resmi masyarakat Maroko adalah bahasa Arab, bangunan, sistem pendidikan, kebudayaan, ekonomi, politik, sosial, hukum dan sistem pemerintahan. Munculnya protektorat Perancis atas Maroko berdasarkan perjanjian Fez yang ditandatangani oleh pemerintah Perancis dan Sultan Maroko, Maulay Abdul Hafiz. Isi perjanjian tersebut adalah tentang kewenangan pemerintah Perancis untuk bertindak atas nama Sultan Maroko. Dengan kata lain, segala hal yang dilakukan oleh Perancis adalah atas izin Sultan. Kekuasaan Perancis yang berjalan selama 44 tahun telah meninggalkan pengaruh besar di Maroko, sehingga hukum negara
di
Maroko
didasarkan
(http://en.wikipedia.org/wiki/Morocco).
pada
kitab
hukum
Perancis
8
Maroko merupakan salah satu negara Maghreb yang telah dijajah oleh Perancis, sehingga mempunyai konsekuensi untuk menggunakan bahasa Perancis. Pemakaian bahasa Perancis di negara-negara Arab disepakati di Maghreb pada abad XIX. Masyarakat di wilayah-wilayah Arab, terutama di Maroko menjadikan bahasa Perancis sebagai bahasa kedua setelah bahasa Arab, bahasa perdagangan, bahasa transformasi ekonomi, bahasa administratif, bahasa diplomatik, dan bahasa teknik (Joubert-Louis 1994: 8; Sastriyani 2006: 80). Penyebaran bahasa Perancis di Maroko didukung oleh pengajaran bahasa tersebut di sekolah-sekolah. Bahasa Perancis berfungsi sebagai bahasa tulis dan dalam pengajarannya dilakukan di bawah situasi kolonialisasi sehingga menumbuhkan kegiatan bersastra dan menimbulkan akulturasi budaya. Sastra berbahasa Perancis di Maroko mulai tahun 50-andikenal melalui majalah Souffles (Joubert-Louis 1994: 9; Sastriyani 2006: 81). Korupsi merupakan masalah yang sangat sulit untuk diberantas karena ada persoalan penegakan hukum. Seseorang yang memiliki kekuasaan seolah-olah mempunyai kekebalan hukum. Para pejabat menyalahgunakan kekuasaan dengan sembunyi-sembunyi. Korupsi tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga terjadi di negara maju seperti di Perancis. Perbedaan pemberantasan korupsi di negara berkembang dan maju, adalah sistem pemerintahan dan hukum di negara berkembang masih lemah. Gaji para hakim masih rendah yang mengakibatkan tidak tercukupinya untuk membiayai hidup sehari-hari. Hal tersebut merupakan pemicu tindakan korupsi di negara berkembang, salah satunya di Maroko yang menjadi latar di novel L‟Homme rompu.
9
Pemberantasan korupsi di Perancis telah tertangani dengan baik sejak didirikannya SCPC (Service Central de la Prévention de la Corruption) pada tahun 1993. SPCP merupakan lembaga independen dan permanen yang melakukan pencegahan korupsi di Perancis.Lembaga ini secara administratif berada di bawah Kementrian Kehakiman Perancis.Tujuan awal berdirinya SCPC adalah untuk memberantas korupsi di parlemen yang terjadi pada tahun 1990-an. Pada tahun tersebut, korupsi yang terjadi di parlemen sangatlah mengkhawatirkan (http://hukum.kompasiana.com/perancis-dan-masa-depan-uu-kpk.html). Korupsi yang terjadi di Perancis ditularkan kepada Maroko melalui penjajahan.Hal itu yang membuat masyarakat Maroko melakukan tindak korupsi, terutama di dalam pemerintahan.Dalam hal pemberantasan korupsi di dua negara tersebut masing-masing memiliki lembaga independen yang mengatasi masalah tersebut.Di Perancis memiliki lembaga pemeberantas korupsi, yaitu SCPC yang didirikan pada tahun 1993.Sedangkan di Maroko memiliki lembaga yang sama, yaitu ICPC (L‟Instance Centrale de la Prévention de la Corruption). Lembaga tersebut didirikan pada tahun 2008. Namun karena ICPC mempunyai anggaran yang kecil, kurangnya sumber daya manusia, kurangnya kemandirian, kurangnya kekuatan investigasi, dan adanya campur tangan politik maka ICPC hanyalah lembaga konsultatif dengan tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran tentang korupsi dan mengumpulkan informasi
(http://www.business-anti-
corruption.com/public-anti-corruption-initiatives). Ratna (2003 : 25) mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya,
10
sehingga penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahanperubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya. Sebagai multidisiplin, maka ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Dalam penelitian sosiologi sastra yang perlu diperhatikan adalah dominasi karya sastra, sedangkan ilmu-ilmu yang lain berfungsi sebagai pembantu. Hal itu disebabkan objek yang memegang peranan adalah karya sastra dengan berbagai implikasinya, seperti teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra (Ratna 2008: 338-339). Teori poskolonialisme merupakan teori yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan lain sebagainya yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa. Teori ini memaparkan tentang hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis novel L‟Homme rompu. Teori poskolonialismedigunakan untuk menganalisis karya-karya sastrayang lahirdi negara-negara jajahan dan mengangkat berbagai bukti nyata hasil kolonialismebaik secara fisik, politis, maupun kultural. Dengan kata lain tujuan dari teori poskolonialisme adalah untuk melawan sisa-sisa dampak dari kolonialisme yang pernah terjadi di negara-negara jajahan dalam pengetahuan termasuk pada sisi kultur. Poskolonialisme menitikberatkan pandangan pada terwujudnya tata hubungan dunia yang baru di masa depan. Teori poskolonialisme diterapkan untuk mengkaji karakter budaya yang lahir terutama pada negaranegara bekas jajahan.Oleh karena itu, penulis menggunakan teori ini pada novel
11
L‟Homme rompu karena novel ini banyak menggambarkan pengaruh dari negara Perancis yang pernah menjajah Maroko. Pengaruh-pengaruh tersebut pada novel ini yaitu bahasa yang digunakan, keadaan masyarakat Maroko, ekonomi, budaya, dan kebobrokan pada sistem birokrasi yaitu kasus korupsi yang menjadi inti dari cerita novel ini. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi yang terjadi pada novel L‟Homme Rompu karya Tahar Ben Jelloun berdasarkan teori poskolonialisme Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha?
1.3
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: Menjelaskan hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi yang terjadi pada novel L‟Homme Rompu karya Tahar Ben Jelloun berdasarkan teori poskolonialisme Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha.
1.4
Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat penelitian, yaitu manfaat praktis
dan manfaat teoritis.
12
1)
Manfaat praktis penelitian ini adalah: Memberikan ide bagi mahasiswa program studi Sastra Perancis untuk menganalisis lebih lanjut lagi tentang pengaplikasian poskolonialisme dalam karya sastra.
2)
Manfaat teoritis penelitian ini adalah: a. Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang sosiologi dalam kaitannya dengan dunia sastra, terutama poskolonialismedalam karya sastra francophone. b. Untuk memperkaya pemahaman teori poskolonialisme pada isi novel. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan perbandingan untuk penelitian-penelitian poskolonialisme selanjutnya.
1.5
Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbingan.
Pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, sari, extrait, daftar isi, daftar lampiran, dan lima bab yang terdiri dari: Bab I adalah Pendahuluan, merupakan bagian awal penulisan penelitian ini, yang memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II adalah Landasan Teori. Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai pedoman penulisan penelitian yang meliputi: sosiologi sastra dan unsur-unsur teori poskolonialisme menurut Edward Said, Gayatri Spivak, dan
13
Homi Bhabha, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi. Bab III adalah Metodologi Penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang metode yang digunakan, meliputi pendekatan penelitian, objek penelitian, sumber data, dan metode dan teknik analisis data. Bab IV adalah PengaruhPoskolonialismePerancis di Maroko.Bab ini berisi tentang analisis penulis terhadap unsur-unsur poskolonialisme yang terjadi pada novel L‟Homme rompu berdasarkan tiga tokoh poskolinialisme, yaitu Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha. Bab V adalah Penutup yang meliputi simpulan. Pada bagian akhir skripsi ini disajikan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sosiologi Sastra Swingewood (Faruk 2012: 1) dalam bukunya yang berjudul The Sociology
of Litterature,mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Menurut Koentjaraningrat seperti yang tertera pada http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial, lembaga sosial adalah satuan norma khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Sosiologi memperoleh gambaran mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dengan masyarakatmasyarakat tertentu dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, dan penerimaan peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial, yaitu lembagalembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga (Faruk 2012:1). Ritzer (Faruk 2012: 1) menganggap sosiologi sebagai suatu ilmu yang di dalamnya terdapat beberapa paradigma yang saling bersaing dalam usaha untuk merebut hegemoni dalam sosiologi secara keseluruhan. Ritzer menemukan ada tiga paradigma yang merupakan dasar dalam sosiologi, yaitu paradigma faktafakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Paradigma fakta-fakta sosial dicetuskan oleh Emile Durkheim. Pokok persoalan sosiologi di dalam paradigma ini adalah fakta sosial yang berupa
14
15
lembaga-lembaga dan struktur-struktur sosial. Fakta sosial dianggap sebagai sesuatu yang nyata, berbeda dari luar individu, dan berada di luar individu. Pencetus paradigma definisi sosial adalah Max Weber. Karya Weber terarah pada satu perhatian terhadap cara individu-individu mendefinisikan situasi sosial mereka dan efek dari definisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya. Pokok persoalan sosiologi dalam paradigma ini bukanlah fakta-fakta sosial yang objektif, melainkan cara subjektif individu menghayati fakta-fakta sosial tersebut. Skinner adalah pencetus dari paradigma perilaku manusia sebagai subjek yang nyata dan individual. Teori-teori yang termasuk di dalamnya adalah teori sosiologi perilaku dan teori pertukaran (Faruk 2012: 2-3). Sosiologi sastra menyelidiki berbagai persoalan, yaitu menyelidiki tentang dasar sosial kepengarangan seperti yang dilakukan Laurenson. Sosiologi tentang produksi
dan
distribusi
karya
kesusastraan
seperti
yang
dilakukan
Escarpit.Kesusastraan dalam masyarakat primitif seperti yang dilakukan Radin dan Leach.Hubungan antara nilai-nilai yang diekspresikan karya seni dengan masyarakat seperti yang dilakukan Albrecht.Data historis yang berhubungan dengan kesusastraan dan masyarakat seperti yang dilakukan Goldmann, Lowenthal, Watt, dan Webb (Faruk 2012: 4). Sosiologi atau sosiokritik merupakan disiplin ilmu yang lahir pada abad ke18 (Ratna 2008: 331). Sosiologi (Soekanto, 1990 : 1-5; Faruk 2012: 15) dianggap sebagai ilmu yang relatif muda, ditandai dengan terbitnya buku PositivePhilosophy yang ditulis oleh Auguste Comte (1798-1857). Comte menemukan sosiologi lebih ilmiah, karena pada masa Comte yang berkembang pesat adalah
16
ilmu-ilmu alam yang terus-menerus berusaha dan menemukan berbagai keteraturan atau hukum-hukum universal yang bersifat tetap yang mengatur segala gejala alamiah yang tampaknya berubah-ubah. Comte mencoba menerapkan cara kerja dalam ilmu alam untuk memahami masyarakat. Oleh karena itu, pada awalnya Comte menyebut sosiologi sebagai fisika sosial. Comte mendekati dan memahami masyarakat dengan pendekatan kultural (Faruk 2012: 16). Sosiologi sastra berkembang pesat sejak penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran dan stagnasi. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang justru merupakan asal-usulnya. Karya sastra memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat, sehingga harus dikembalikan ke tengah-tengah masyarakat dan memahaminya sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan (Ratna 2008: 332). Pengarang melalui intersubjektivitasnya menggali kekayaan masyarakat dan memasukinya ke dalam karya sastra, kemudian dinikmati oleh pembaca. Menurut Nila Auriga dalam skripsinya yang berjudul “Intersubjektivitas sebagai Bentuk Eksistensi: Eksistensialisme Gabriel Marcel dalam Film P.S. I Love You”, menyebutkan bahwa intersubjektivitas merupakan konsep tentang kebersamaan. Marcel sangat menekankan adanya suatu persahabatan dan hubungan timbal balik antara seorang individu dengan individu yang lainnya. Dengan kata lain, intersubjektivitas tercipta karena adanya suatu proses kebersamaan dan mampu menjalin timbal balik antara seorang individu dengan individu lainnya dalam
17
menjalani hidupnya (https://lontar.ui.ac.id/Intersubjektivitas.pdf).Para pengarang yang
berhasil
adalah
para
pengamat
sosial,
karena
mereka
mampu
mengkombinasikan antara fakta-fakta sosial yang ada dalam masyarakat dengan ciri-ciri
fiksional.
Pengarang
merupakan
indikator
penting
dalam
menyebarluaskan keberagaman unsur-unsur kebudayaan, sekaligus perkembangan tradisi sastra (Ratna 2008: 333-334). Pikiran berasal dari internalisasi dengan orang lain dan tidak ada pikiran yang lepas dari situasi sosial. Seseorang yang berpikir dan bertindak semata-mata untuk memenuhi kepuasannya tentu sulit dimengerti. Pengarang menulis atas dasar pertimbangan bahwa karya sastra tersebut masuk ke dalam garis pandang harapan pembaca. Karya sastra memiliki kemampuan untuk memasukkan hampir seluruh aspek kehidupan manusia menjadikan karya sastra sangat dekat dengan aspirasi masyarakat. Ciri-ciri utama karya satra adalah aspek estetika, selain itu karya sastra juga mengandung etika, filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan. Setiap karya sastra mengandung aspek-aspek kemasyarakatan yang mungkin pernah, sedang, dan akan terjadi. Karya sastra mempunyai tugas penting baik untuk menjadi pelopor pembaharuan, maupun untuk memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan. Masih banyak masyarakat yang mengukur manfaat karya sastra atas dasar aspek-aspek praktisnya. Karya sastra sebagai semata-mata khayalan, misalnya masih mewarnai penilaian masyarakat sepanjang abad, penilaian negatif yang secara terus-menerus membawa karya sastra di luar kehidupan yang sesungguhnya (Ratna 2008: 334).
18
Bahasa sastra adalah bahasa sehari-hari, kata-katanya terkandung dalam kamus, dan perkembangannya mengikuti perkembangan masyarakat pada umunya. Ciri sosial terpenting terkandung dalam bahasa. Dari segi isi, karya sastra menampilkan masalah sosial yang berbeda-beda sesuai dengan periode, semestaan, dan konteks sosial tertentu lainnya. Menurut Culler (1977: 189), lukisan melalui kata-kata tertentu akan menghasilkan dunia tertentu, sebagai dunia dalam kata. Dunia yang dimaksud adalah dunia sosial sebab dihuni oleh para individu
dengan
karakteristiknya
masing-masing.Masyarakatlah
yang
mengkondisikan ciri-ciri tokoh tersebut, bukan sebaliknya. Di antara genre karya sastra, novel dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, dan menyajikan masalahmasalah kemasyarakatan yang juga paling luas. Bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itu novel, merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris (Ratna 2008: 335336). Cara-cara penyajian di antara karya sastra, ilmu sosial, dan humaniora sangatlah berbeda. Di dalam karya sastra, peyajian dilakukan secara tak langsung dengan menggunakan bahasa yang bersifat konotatif dan menanamkan secara lebih kuat masalah-masalah kehidupan terhadap pembaca. Ada kesejajaran antara ciri-ciri karya sastra dengan hakikat kemanusiaan. Imajinasi dan kreativitas adalah kemampuan karya sastra dalam menampilkan dunia kehidupan yang lain dan
19
berbeda dengan dunia kehidupan sehari-hari. Imajinasi dan kreativitas merupakan aspek-aspek sosial karya sastra yang memberikan karya sastra tempat untuk mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecenderungan yang tidak mungkin tercapai dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Dengan pertimbangan bahwa karya sastra juga memasukkan aspek-aspek kebudayaan yang lain, sehingga ada ilmu-ilmu yang terlibat yaitu sejarah, filsafat, agama, ekonomi, dan politik. Penelitian sosiologi sastra menggunakan teori-teori sastra dan sosiologi dengan pertimbangan bahwa sosiologi sastra sudah menjadi suatu
disiplin
yang
baru
dan
sudah
dievaluasi
sepanjang
periode
perkembangannya. Teori yang telah diakui relevansinya terhadap analisis sosiologi sastra adalah strukturalisme genetik yang dikembangkan oleh Lucien Goldmann (Damono, 1978: 40-48) dalam Ratna (2008: 339). Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam sebagai berikut: 1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. 2. Menganalisis masalah-masalah sosial di dalam karya sastra dengan kenyataan yang pernah terjadi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur. Karya sastra bersifat aktif dan dinamis karena keseluruhan aspek sastra benar-benar berperan.
20
3. Menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu dan dilakukan oleh disiplin ilmu tertentu (Ratna, 2008: 339-340).
2.2
Teori Poskolonialisme Secara etimologis poskolonialisme berasal dari kata „post‟ dan kolonial,
sedangkan kata kolonial berasal dari bahasa Romawi, colonia, yang berarti tanah pertanian atau pemukiman. Jadi secara etimologis kolonial tidak mengandung arti penjajahan, penguasaan, pendudukan, dan konotasi eksplotasi lainnya. Konotasi negatif kolonial timbul sesudah terjadi interaksi yang tidak seimbang antara penduduk pribumi yang dikuasai dengan penduduk pendatang sebagai penguasa (Ratna 2008: 205). Dikaitkan dengan teori posmodernisme, studi poskolonialisme merupakan teori yang masih baru. Menurut Shelley Walia (2001: 6; Said 2003: 58-59; Ratna 2008: 206) proyek poskolonialisme pertama kali dikemukakan oleh Frantz Fanon di dalam bukunya yang berjudul Black Skin, White Masks and the Wretched of the Earth (1967). Fanon adalah seorang psikiater yang mengembangkan analisis mengenai dampak psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan oleh kolonisasi. Fanon menyimpulkan bahwa melalui dikotomi kolonial, penjajah-terjajah, wacana orientalisme telah menimbulkan alienasi dan marginalisasi psikologis yang sangat hebat. Menurut Eipstein (Yuzar, 2013),alienasi berdasarkan pandangan psikologis adalah keterasingan yang disebabkan perasaan tidak terpengaruh oleh orang lainyang dirasakan oleh individu dalam situasi tertentu. Hal itu disebabkan adanya
21
perasaan manusia atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan.Sedangkan marginalisasi psikologis adalah hal yang berkaitan dengan atau yang terletak pada batasan kesadaran. Marginalisasi psikologis menciptakan perbedaan gender bahkan ketidakadilan gender. Salah satu contoh dalam ketidakadilan gender adalah kekerasan terhadap perempuan, kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan pada perempuan sering terjadi karena adanya budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan. Tokoh-tokoh teori poskolonialisme, yaitu Edward W. Said, Gayatri Chakravorty Spivak, dan Homi K. Bhabha. Secara teoretis poskolonialisme dipicu oleh dan sekaligus memanfaatkan sejumlah konsep posmodernisme. Makna dasar „post‟ (cf. Linda Hutcheon 2004: 284) dalam poskolonialisme dan posmodernisme memiliki arti yang sama, yaitu sesudah. Perbedaannya, di dalam posmodernisme makna modernisme seolah-olah tetap dipertahankan tetapi diberikan makna baru yang sudah didekonstruksi. Dengan kata lain, posmodernisme merombak makna modernisme dan menyempurnakannya(Ratna 2008: 206). Munculnya posmodernisme merupakan akibat dari ketidakmampuan modernisme dalam menanggulangi kepuasan masyarakat, yaitu berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan masalah sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan
pada
umumnya.
Posmodernisme
adalah
kontinuitas
modernismedalam bentuk yang lebih signifikan, sebaliknya poskolonialime adalah akibat dari era sesudah kolonialisme(Ratna 2010: 246). Dekonstruksi merupakan pembongkaran dan penyempurnaan arti semula dengan tujuan akhir, yaitu penyusunan kembali ke dalam tatanan dan tataran yang
22
lebih signifikan, sesuai dengan hakikat objek, sehingga aspek-aspek yang dianalisis dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Gramsci (2000: 173) berpendapat bahwa pembongkaran harus diikuti oleh pembangunan kembali, sekaligus menggantikannya dengan cara-cara yang baru, sehingga memperoleh temuan-temuan yang baru. Secara praktis dan nyata, temuan-temuan baru yang dimaksudkan, yaitu sebagai hasil pemahaman teori-teori postrukturalisme adalah gejala-gejala kultural yang selama ini termaginalisasikan, seperti perempuan, novel picisan, kawasan kumuh, pedagang kaki lima, usaha kecil, pejalan kaki, dan kelompok-kelompok
minoritas
lainnya
(Ratna2010:258).
Di
dalam
poskolonialismebentuk-bentuk kolonial dan berbagai akibat yang ditinggalkan harus dihilangkan. Persamaan posmodernisme dan poskolonialismeterletak dalam kedudukannya sebagai teori, karena sebagai teori keduanya bertujuan untuk menolak oposisi biner (Ratna 2010: 233-234). Teori poskolonialisme adalah teori yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala kultural seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan lain sebagainya yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa. Gejala-gejala kultural tersebut terdapat di dalam berbagai teks studi mengenai dunia Timur, yang ditulis oleh para orientalis. Gejala-gejala kultural selain terdapat di dalam teks studi, tetapi juga terdapat di dalam karya sastra. Sebagai contoh gejala-gejala kultural pada karya sastra adalah gejala-gejala kultural di dalam dunia kesusastraan Indonesia, seperti Manusia Bebas (Suwarsih Djojopuspito, 1975), Siti Nurbaya ( Marah Rusli, 1922), Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana, 1937), Belenggu (Armijn Pane, 1940), Ateis (Achdiat Karta Mihardja, 1949),
23
Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer, 1981), Burung-burung Manyar (Y.B. Mangunwijaya, 1981), dan Para Priyayi (Umar Kayam, 1992). Selain dalam kesustraan Indonesia gejala-gejala kultural semacam itu juga ada dalam kesustraan francophone, sepertiPortrait du colonisé (Albert Memmi, 1957), L‟Amour, La Fantasia (Assia Djebar, 1985), L‟Enfant de Sable (Tahar Ben Jelloun, 1986), dan La Nuit Sacrée (Tahar Be Jelloun, 1987). Visi poskolonialisme tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah sosial politis secara praktis. Visi poskolonialisme menulusuri pola-pola pemikiran kelompok orientalis dalam rangka membangun superioritas Barat, dengan konsekuensi logis terjadinya inferioritas Timur. Sasaran visi poskolonialisme adalah subjek kolektif intelektual Barat dan kelompok oriental menurut pemahaman Edward Said (Ratna 2008: 206-207). Teori poskolonialisme lahir setelah negara-negara yang terjajah merdeka. Teori poskolonialisme terdapat di dalam karya sastra nasional pada negara-negara yang pernah mengalami kekuasaan imperial, seperti di negara Afrika, Australia, Bangladesh, Kanada, Karibia, India, Malta, Selandia Baru, Pakistan, Singapura, Kepulauan Pasifik Selatan, Sri Lanka, Malaysia, dan Indonesia. Sastra Amerika dimasukkan
sebagai
contoh
poskolonialisme
sebab
abad
ke-18
telah
mengembangkan konsep sastra nasional Amerika yang dibedakan dengan sastra Inggris. Oleh karena itu, poskolonialisme sangat relevan untuk menyebutkan kritik lintas budaya sekaligus wacana yang ditimbulkannya. Tema-tema yang dikaji dalam poskolonialismemeliputi seluruh aspek kebudayaan sekaligus dengan
24
bentuk praktik di lapangan. Keberagaman permasalahan yang ada dipersatukan oleh tema yang sama, yaitu kolonialisme (Ratna 2008: 207). Teori poskolonialisme sebagai teori kritis mencoba mengungkapkan akibatakibat negatif yang ditimbulkan oleh kolonialisme, yaitu kemunduran mentalitas. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kolonialisme tidak hanya berhenti setelah masa kolonialis berakhir, namun terus berlangsung hingga saat ini. Said mengatakan bahwa pengalaman kolonisasi selama dua setengah abad lebih dianggap bersifat global dan universal sehingga memiliki dampak secara langsung, baik bagi wilayah yang dijajah maupun bagi penjajah itu sendiri. Menurut Loomba (2003: 9) sifat global dan universal diakibatkan karena orangorang yang pernah terjajah kemudian menyebar di berbagai belahan dunia(Ratna 2010: 235). Selama berabad-abad negara-negara terjajah tidak memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapatnya. Setelah mereka merdeka barulah mereka mengeluarkan ide untuk memajukan negaranya masing-masing dengan teori-teori yang relevan. Teori poskolonialisme sebagai multidisiplin dan studi kultural melibatkan tiga pengertian, yaitu: a) Berakhirnya abad imperium kolonial di seluruh dunia. b) Segala tulisan yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman kolonial. c) Teori-teori
yang
digunakan
untuk
menganalisis
masalah-masalah
pascakolonialisme (Ratna 2008: 208). Teori poskolonialisme muncul karena ketidakmampuan teori Eropa sentries, teori universal mengenai bahasa dan ilmu pengetahuan yang lain dalam mengakaji
25
keberagaman tradisi kebudayaan poskolonialisme. Keberhasilan Eropa dalam menguasai negara-negara jajahannya tidak hanya diakibatkan oleh kekuatan fisik, wacana. Para intelektual Barat menciptakan ilmu pengetahuan orientalisme. Mereka mengkaji berbagai aspek Timur dan mereka dapat mengetahui kekuatan sekaligus kelemahan Timur, sehingga Barat dapat menguasai Timur dengan mudah. Objektivitas dalam pengetahuan orientalisme adalah pikiran dunia Barat, karena definisi dan analisis teks-teks oriental mengalami berat sebelah dan tidak sepenuhnya mengandung objektivitas yang tepat. Salah satu contoh dalam karya sastra adalah drama-drama Shakespeare yang banyak melukiskan tentang keterbelakangan bangsa Timur yang sekaligus membentuk citra bahwa kebudayaan Barat lebih tinggi dibandingkan kebudayaan bangsa Timur (Ratna 2008: 209). Teori poskolonialisme merupakan akumulasi teori dan kritik yang digunakan untuk menilai kembali aspek-aspek kebudayaan dan warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh kolonial. Teori poskolonialisme adalah teori untuk mendekonstruksi narasi kolonial. Teori poskolonialisme dimanfaatkan untuk menganalisis kekayaan kultural yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara-negara pascakolonial. Menurut Aschroft, dkk (2003: 28) teks kolonial tidak hanya ditulis oleh intelektual kolonial, tetapi juga oleh penulis pribumi dengan cara memasukkan ideologi kolonial di dalamnya. Visi tradisional menganggap bahwa karya sastra tidak bisa digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui perubahan masyarakat tertentu dan bagaimana sistem ideologi masyarakat tertentu bekerja. Visi kontemporer
26
menjelaskan bahwa sebagai hakikat kreativitas imajinatif ternyata karya sastra berhasil untuk melukiskan gejala-gejala perubahan dan ideologi masyarakat tertentu, khususnya dalam kaitannya dengan objek poskolonialisme. Ada empat alasan mengapa karya sastra dianggap tepat untuk dianalisis melalui teori-teori poskolonialisme. 1. Sebagai gejala kultural sastra menampilkan sistem komunikasi antara pengirim dan penerima, sebagai mediator antara masa lampau dengan masa sekarang. 2. Karya sastra menampilkan berbagai problematika kehidupan, emosionalitas dan intelektualitas, fiksi dan fakta, karya sastra adalah masyarakat itu sendiri. 3. Karya sastra tidak terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah manifestasinya yang paling signifikan. 4. Berbagai masalah yang dimaksudkan dilukiskan secara simbolis, terselubung, sehingga tujuan-tujuan yang sesungguhnya tidak tampak. Di sinilah ideologi oriental ditanamkan dan analisis dekonstruksi poskolonialisme dilakukan (Ratna 2008: 212-213). Salah seorang tokoh teori poskolonialisme adalah Edward W. Said (Walia 2003: 4) yang lahir di Palestina dan kemudian mengembangkan karirnya di Amerika Serikat. Said mengembangkan orientalisme dengan masalah pokok yang dianalisis adalah ketidakseimbangan Barat dalam melihat Timur. Orientalisme dianggap sebagai narasi terbesar, bentuk khusus imperialisme yang masih ada sampai saat ini. Para orientalis tidak sama bahkan bertentangan dengan para posmodernisme. Para posmodernisme berjuang demi masyarakat secara universal
27
dan multikultural, sedangkan para orientalis meskipun menulis tentang bangsa Timur tetapi mereka berjuang demi kepentingan Barat. Orientalis memiliki kedudukan dan nilai yang sama dengan era poskolonialisme, bukan dengan teori poskolonialisme. Said berbicara tentang teori poskolonialisme dengan mengambil objek oriental, termasuk kelompok posmodernisme dan bukan orientalis (Ratna2010: 240). Dalam orientalisme masyarakat yang terjajah digambarkan sebagai inferior, irasional, dapat dikontrol, dan dapat dimanipulasi oleh pihak yang dominan. Dalam karya sastra, orientalisme ditunjukkan melalui Rudyard Kipling, E.M. Forster, Joseph Conrad, Jane Austen, Charles Dickens, Thomas Hardy, Henry James, William Shakespeare. Said (Sardar dan Loon 1997: 109) mendefinisikan orientalisme, sebagai berikut: 1. Tradisi klasik yang mempelajari suatu kawasan dengan menggunakan caracara yang ada di kawasan tersebut. 2. Gaya berpikir yang didasarkan atas perbedaaan ontologis antara Timur dan Barat. Ontologi adalah ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. 3. Selalu mengesampingkan Timur. 4. Institusi korporasi yang berhubungan dengan Timur, gaya Barat untuk mendominasi Timur. Orientalisme melahirkan aliran kritis yang disebut poskolonialisme, wacana penindasan yang terbentuk sesudah imperium kolonial. Poskolonialisme memiliki ruang lingkup penelitian yang sangat luas dan beragam. Sebagai studi kultural,
28
poskolonialisme merupakan wilayah kajian multidisplin. Aschroft, dkk. (2003: 12) membedakan model penelitian poskolonialisme atas empat ciri, yaitu: a) Model nasional atau regional, berbagai gambaran yang berbeda mengenai kebudayaan nasional dan regional, timbulnya kesadaran nasional memicu munculnya wacana poskolonialisme. b) Model berbasis ras, mengidentifikasi sastra nasional, seperti karya sastra diaspora kulit putih, kulit hitam, atau gabungan keduanya. c) Model perbandingan, menganalisis dua karya sastra poskolonialisme atau lebih, menjelaskan ciri-ciri linguistik, sejarah, dan kebudayaan tertentu yang melintasi dua kesusastraan poskolonialisme. d) Model perbandingan yang lebih luas, menonjolkan hibriditas dan sinkretis. Saussure
menyatakan kreolisasi, hibriditas, dan diaspora menunjukkan
bahwa bahasa dan kebudayaan bukan semata-mata model teoretis. Bahasa dan kebudayaan adalah sebuah praktik yang isinya adalah perilaku manusia. Dihubungkan dengan globalisasi, banyak orang berpikiran bahwa barang-barang berdampak di seluruh dunia. Global dan lokal bersifat relatif, global dan lokal saling membangun sebagai glokalisasi(Ratna 2010: 242). Sejajar dengan pendapat Hayden White (1987: 53, 58, 91-91), melalui teori poskolonialisme, Said memberikan arti yang baru terhadap sejarah. Menurut Said, sejarah tidak berbeda dengan artefak literer dan sejarah bersifat interteks. Pada dasarnya sejarah adalah fiksi, komposisi persuasif melalui penggunaan bahasa, dengan kata lain sejarah adalah konstruksi narasi. Sejarah merupakan rekonstruksi yang dengan sendirinya disesuaikan dengan dominasi kelompok-kelompok yang
29
berkepentingan, oleh karena itu tidak ada sejarah yang benar-benar objektif. Kelompok kolonialis adalah sejarawan itu sendiri yang menyusun sejarah demi kepentingan Barat dalam rangka merintis jalan yang lebih mudah untuk mengeksploitasi negara-negara yang dikuasainya (Ratna 2008: 110-111). Secara faktual sebagian besar penjajah adalah laki-laki, sedangkan secara imajinatif fiksional tanah orient diasosiasikan sebagai perempuan sensual. Argument Said (Walia 2003: 40-41) lebih dekat dengan Gramsci, asumsi-asumsi orientalis dalam kaitannya dengan peranan ide, sebagaimana dikemukakan oleh Marxis ortodoks. Dalam kaitannya dengan dikotomi infrastruktur material dan superstruktur ideologis, implikasi hegemoni ekonomi tidak seluas hegemoni ideologi. Said menunjukkan akibat lebih jauh hegemoni ideologi, yaitu melalui diciptakannya citra mengenai bangsa Timur sebagai bangsa yang terbelakang, pasif, sensual, kanibal, bahkan bar-bar. Menurut Loomba (2003: 62-63; 124) sejak terbitnya Orientalisme telah lahir sejumlah kajian dalam kaitannya dengan teksteks kultural kolonial, disamping karya seni dan sastra juga termasuk atlas, film, pola-pola pakaian, iklan, praktik medis, museum, lembaga pendidikan, dan sebagainya (Ratna 2008: 113). Banyak masalah yang dapat dikemukakan dengan memanfaatkan teori poskolonialisme. Atas dasar pandangan bahwa teori merupakan „alat‟ untuk berpikir dengan memanfatkan teori-teori yang baru, maka masalah juga akan menampilkan dimensi yang baru. Teori poskolonialisme tidak harus dipahami secara mandiri dan terpisah dari teori yang lain. Teori poskolonialisme pada dasarnya juga mengimplikasikan teori feminis, bagaimana Barat memandang
30
perempuan bangsa Timur. Dengan kata lain, Barat mengatakan bahwa perempuan Timur mengalami ketertindasan ganda, baik dari laki-laki pribumi maupun nonpribumi. Dalam kaitannya dengan teori poskolonialisme, yang diperlukan oleh bangsa Timur adalah sikap dan perilaku akademis dalam menghadapi sistem ideologi seperti yang terdapat di dalam teks kolonial. Said (Walia 2003 : 75-76) mempertahankan hakikat pengarang dengan latar belakang sosialnya sebagai asalusul teks. Menurutnya, asal-usul teks membantu untk menunjukkan di mana wacana ideologi ditanamkan dan ke mana tujuannya. Dikaitkan dengan tujuannya, maka wacana orientalis adalah wacana yang mewakili sisitem ideologi Barat dalam kaitannya untuk menanamkan hegemoni terhadap bangsa Timur. Wacana poskolonialisme adalah wacana yang mewakili sistem ideologi Timur untuk menanamkan pemahaman ulang sekaligus memberikan citra diri yang baru terhadap bangsa Timur mengenai hegemoni Barat tersebut. Berakhirnya penjajahan bukan berarti kekuasaan Barat juga berakhir dengan sendirinya (Ratna 2008: 114-115).
2.2.1
Hegemoni Hegemoni sering dikacaukan dengan ideologi. Hegemoni, dari akar kata
hegeisthai (Yunani), yang artinya memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain. Dalam hegemoni terkandung ideologi, tetapi belum tentu sebaliknya. Secara leksikografis ideologi berasal dari akar kata idea + logia/logos (Yunani). Menurut Jorge Larrain (1996: 7) istilah ideologi mula-mula
31
digunakan oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 dan mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19. Hegemoni dikembangkan oleh filsuf Marxis Italia Antonio Gramsci (1891-1937). Konsep hegemoi dikembangkan atas dasar dekonstruksinya terhadap konsep-konsep Marxis ortodoks. Menurut Chantal Mouffe (Tonny Bennet, dkk. ed., 1983: 220), istilah hegemoni dipergunakan pertama kali tahun 1926 dalam tulisannya yang berjudul Notes on the Southern Question. Menurut Roger Simon (2000: 20), istilah hegemoni sudah digunakan oleh Plekhanov dan para pengikut Marxis pada umumnya pada tahun 1880-an(Ratna 2010: 175-176). Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni adalah, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi. Hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah suatu organisasi konsensus (Simon 2004: 19-20). Dasar-dasar
konsep
hegemoni
diletakkan
oleh
Lenin
dengan
menyempurnakan upaya yang telah dikerjakan para pendiri gerakan buruh Rusia. Bagi Lenin, hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang harus dijalankan oleh kelas pekerja dan anggota-anggotanya untuk memperoleh dukungan dari mayoritas. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini dengan memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kelas kapitalis beserta anggotanya, baik dalam merebut kekuasaan negara maupun dalam mempertahankan kekuasaan yang sudah diperoleh. Hegemoni merupakan
32
hubungan antara kelas dengan kekuatan sosial lain. Kelas hegemonik atau kelompok kelas hegemonik adalah kelas yang mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan mempertahankan sistem aliansi melalui perjuanagan politik dan ideologis (Simon 2004: 20-22). Dalam buku Kekuasaan, Politik, dan Kebudayaan: Wawancara dengan Edward W. Said, Said mengatakan bahwa Gramsci adalah orang yang sangat jelas mempengaruhinya tentang geografi. Hal itu merupakan satu-satunya hal terpenting yang diambilnya dari Gramsci, bukan oleh gagasan tentang hegemoni dan gagasan tentang intelektual-intelektual organik, melainkan bahwa gagasan segala sesuatu, termasuk civil society pada awalnya, tetapi seluruh dunia diorganisasi berdasarkan geografi. Gramsci berpikir dalam pengertian geografi dan Prison Notebooks adalah sebuah sejarah modernitas, tetapi catatan-catatan Gramsci benar-benar mencoba menempatan segala sesuatu seperti sebuah peta militer. Dengan kata lain, Saidmengatakan bahwa selalu saja ada pertarungan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan (2003: 279). Said menerbitkan bukunya yang berjudul Orientalisme (1978) yang kemudian dijelaskan dalam bentuk tanya jawab dalam bukunya yang berjudul Power and Culture (2001). Dalam buku pertama Said (1994: 1, 15, 125) mendefinisikan orientalisme sebagai suatu cara, metode, bahkan sebagai ilmu, dengan sendirinya dilakukan secara sistematis dan diciptakan secara sengaja, untuk memahami dunia Timur atas dasar pemahaman Barat. Dikaitkan dengan konsep hegemoni Gramscian, orientalisme memberikan ketahanan dan kekuatan, semacam hegemoni yang diperoleh secara cuma-cuma melalui bangsa yang
33
dikuasainya. Budaya Eropa memperoleh kekuatan, identitas dengan menyatakan superioritas di mata dunia Timur (Ratna 2010: 27 & 33). Teori hegemoni bertujuan untuk merevisi kelemahan konsep-konsep Marxisme, seperti perkembangan politik yang dianggap sebagai akibat langsung dari perkembangan ekonomi. Menurut Sardar dan Loon (1997: 54-55), studi kultural Inggris mengadopsi konsep Marxis melalui dua ciri, yaitu: a) asumsi bahwa masyarakat kapitalis terbagi secara tidak seimbang atas kelas, gender, dan etnis, dan b) gagasan materialis tentang sejarah. Sesuai dengan paradigmanya, studi kultural di satu pihak menempatkan kebudayaan sebagai titik pusat pembicaraan dalam memperjuangkan kepentingan kelompok, dan di pihak lain kebudayaan memberikan bentuk historis pada struktur sosial tersebut. Tokohtokoh studi kultural Inggris, seperti Raymond Williams dan Stuart Hall pada dasarnya juga mengadopsi konsep-konsep Marxis. Pemikiran terpenting Marx dalam kaitannya dengan kebudayaan adalah ideologi, dengan bentuk yang umum, yaitu kehidupan manusia tidak ditentukan oleh kesadaran individual, tetapi oleh kesadaran sosial (Ratna 2010: 176-177). Dalam kaitannya dengan ideologi, sebagai sistem ide, Agger (2003: 248249) menganggap bahwa tradisi Marxis, sejak Marx, Lucas, Goldmann, Gramsci, dan Frankfurt berpengaruh terhadap kelahiran studi kultural. Menurut Sardar dan Loon (1997: 46), pada dasarnya Marxisme masuk ke studi kultural berdasarkan tiga pokok pikiran Althusser, yaitu: a) ideologi, hukum, agama, pendidikan, dan keluarga sama pentingnya dengan ekonomi; b) kebudayaan tidak secara keseluruhan terikat, atau sebaliknya berdiri sendiri terhadap kondisi ekonomi; dan
34
c) ideologi tidak mengkonstruksi kesadaran palsu sebagaimana disebutkan oleh Marxisme tradisional. Marxisme masuk melalui ide-ide Gramscian dengan konsep hegemoni yang diistilahkan sebagai pengikat masyarakat tanpa menggunakan kekuatan. Kebudayaan tidaklah dilihat sebagai reduksi kapitalisme ekonomi sehingga kebudayaan seolah-olah sebagai refleksi, melainkan kebudayaan sebagai fenomena yang lebih independen (Ratna 2010: 178). Dalam kaitannya dengan poskolonialisme, Said menolak sejarah yang linear. Secara harfiah linear merupakan garis lurus. Sejarah yang linear adalah perjalanan sejarah yang mengikuti sebuah garis lurus. Sejarah hanya dilihat melalui tiga fase perkembangan, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, dengan kata lain sejarah hanya dilihat pada satu sisi saja.Intelektual Orientalisme harus membangun kesadaran sejarah pinggiran, model sejarah baru bagi kelompok tertindas. Di dalam hubungan ini, Said mendasarkan teorinya atas paradigma Gramscian dan Foucauldian mengenai strategi kekuasaan. Contoh
yang
peneliti
ambil
dalam
sejarah
orientalisme
adalah
kependudukan Napoleon, seorang kaisar Perancis di Mesir. Menurut Napoleon, Mesir adalah suatu proyek yang benar-benar realistis (Said 2010: 120). Selain itu, Mesir merupakan titik fokus dalam hubungan antara Afrika dan Asia, antara Eropa dan Timur, antara kenangan-kenangan dan aktualitas (Said 2010: 126).Dalam
menjalankan
misi-misi
kolonialnya
di
Mesir,
Napoleon
mengandalkan karya Comte de Volney seorang peziarah Perancis dan pengarang Voyage en Egypte et en Syrie (1787). Napoleon mengambil manfaat dari karya Volney, yaitu mengenai tingkat-tingkat kesulitan yang diurut berdasarkan
35
rintangan-rintangan paling mudah hingga paling sulit yang harus dihadapi oleh setiap kekuatan ekspedisi Perancis di Timur. Volney, demikian kata Napoleon, beranggapan bahwa ada tiga hambatan bagi hegemoni Perancis di Timur dan Perancis harus melancarkan tiga peperangan untuk melewati hambatan tersebut, yaitu melawan Inggris, melawan kerajaan Usmani, dan yang tersulit adalah melawan kaum Muslim (Said 2010: 121). Orientalisme modern bersumber dari unsur-unsur sekuler budaya Eropa abad ke-18. Menurut orientalis modern, orientalis modern adalah seorang pahlawan yang sedang menyelamatkan Timur dari kesuraman, alienasi, dan keterasingan. Eskpansi, konfrontasi sejarah, simpati, dan klasifikasi merupakan empat unsur orientalisme modern (Said 2010: 183). Berdasarkan pandangan Gramscian, Said mengadopsi teori hegemoni yang didominasi oleh praktik otoritatif. Keotoriteran ini menempatkan ideologi harus dipahami sebagai ide yang mendukung kekuasaan kelompok sosial tertentu. Sebaliknya, dari Foucauldian, Said mengadopsi pandangan bahwa pengetahuan ternyata difungsikan sebagai alat kolonialisme untuk mempertahankan kekuasaan yang dipenuhi kepentingan politik ideologis serta prinsip pemahaman sejarah bergerak mundur untuk kembali ke masa kini dalam rangka mempertahankan kontinuitas. Menurut Said (2010: 311-312) Timur yang tampak dalam orientalisme merupakan sejenis sistem representasi yang dirangkai oleh seluruh perangkat kekuatan yang membawa Timur itu sendiri ke dalam keilmuan Barat, kesadaran Barat, dan keimperiuman Barat. Orientalisme merupakan suatu aliran penafsiran
36
yang menjadikan Timur, peradaban-peradabannya, orang-orangnya, dan lokalitaslokalitasnya sebagai objek interpretasi. Dengan demikian, orientalisme bukan hanya merupakan satu doktrin positif mengenai Timur yang selalu hadir di Barat, melainkan juga merupakan tradisi akademis yang cukup berpengaruh. Said juga menambahkan bahwa orientalisme pada dasarnya tidak lebih merupakan satu doktrin yang tidak hanya menjadikan Timur sebagai objek kajian, karena Timur lebih lemah daripada Barat, tetapi juga yang dapat menyatukan perbedaan Timur dengan kelemahannya. Said juga menambahkan bahwa di Timur selain terjadi suatu penyerapan intelektual atas citra-citra dan doktrin-doktrin orientalisme, juga terjadi pengukuhan orientalisme dalam pertukaran ekonomi, politik dan sosial. Singkatnya, Timur modern berperan serta dalam men-Timur-kan dirinya sendiri (2010: 508). Menurut Ritzer (2004: 369) dalam hegemoni Gramscian populer pada dekade 1970-an hingga 1980-an dengan memberikan perhatian terhadap proses pemaknaan yang didominasi oleh praktik otoritatif. Dalam analisis Gramscian ideologi dipahami sebagai ide yang mendukung kekuasaan kelompok sosial tertentu. Bennet (Ritzer 2004: 338) membandingkan konsep kebudayaan menurut Gramscian dan Foucault sebagai berikut: a) Pusat perhatian Foucault adalah pemerintah birokrasi, sedangkan pusat perhatian Gramsci adalah ideologi. b) Bagi Foucault kekuasaan tidak memiliki asal-usul dan tidak bersifat tunggal, sedangkan bagi Gramsci kekuasaan (hegemoni) mengalir ke bawah mengarah
37
pada perjuangan kaum tertindas untuk menentang sumber kekuasaan tunggal (Ratna 2010: 179). Hegemoni
Gramscian
mengandung
ide-ide
tentang
usaha
untuk
mengadakan perubahan sosial secara radikal dan revolusioner. Pluralisme, multikultural, dan budaya marginal menjadi isu pokok dalam studi kultural yang sudah ada dalam gagasan-gagasan Gramsci. Teori hegemoni Gramsci secara tidak langsung menolak reduksi manusia, termasuk narasi kecil, menolak konsepkonsep yang menjunjung tinggi kebenaran mutlak, baik yang terkandung dalam aliran Marxisme maupun non-Marxisme. Dalam teori Marxisme, misalnya dari awal telah diyakini adanya determinsme mekanisme, bahwa struktur dasar sebagai infrastruktur material,
secara monolitis dapat menentukan superstruktur
ideologisnya seperti politik, ideologi, pendidikan, dan kebudayaan pada umumnya. Menurut Gramsci (Simon 2000: 6) determinisme mekanis seperti itu cenderung menimbulkan sikap pasif, sebab kaum buruh akan menunggu perubahan dalam bidang ekoni dan sikap tersebut jelas memperlemah timbulnya inisiatif-inisiatif yang baru. Menurut Gramsci, kondisi seperti itu hanya akan dimanfaatkan untuk memperkuat posisi kelompok fasis (Ratna 2010: 180). Menurut Gramsci, hegemoni terjadi apabila cara berpikir kelompok tertindas, khususnya kaum proletar telah terobsesi dan menerima cara berpikir kelompok dominan. Transformasi dan pengambilalihan cara berpikir dalam teori hegemoni tidak terbatas pada bidang politik, melainkan juga intelektual, moral, religi, dan cita rasa. Hegemoni bukan semata-mata dalam bentuk fisik, melainkan juga wacana dengan kekuatan yang dimiliki secara fisik. Hegemoni Barat
38
pascakolonial tidak dilakukan secara fisik, melainkan melalui kekuatan wacana, seperti Barat dan non-Barat, Barat dan pribumi, negara maju dan negara berkembang, negara industri dan negara agraris. Hegemoni melalui wacana jauh lebih efektifkarena dapat dilakukan melalui jarak jauh tanpa mengadakan intervensi secara langsung (Ratna 2010: 181-182). Hegemoni melainkan
bukanlah
hubungan
dominasi
persetujuan
dengan dengan
menggunakan menggunakan
kekuasaan, pendekatan
kepemimpinan politik dan ideologi. Atas dasar paradigma Machiavellian, kekuasaan melalui paksaan dan tipuan, maka menurut Gramsci (Loomba 2003: 38) hegemoni dapat dicapai melalui kombinasi antara paksaan dan kerelaan. Penggunaan istilah hegemoni menurut Gramsci harus dibedakan dengan makna leksikalnya, yaitu penguasaan suatu bangsa terhadap bangsa yang lain. Gramsci menggunakan
istilah
hegemoni
(egemonia)
secara
bergantian
dengan
kepemimpinan atau pengarahan (direzione) yang dilawankan dengan dominasi (dominazione). Menurut Gramsci (Bennet 1983: 200) ada tiga cara untuk membentuk gagasan, yaitu bahasa, pendapat umum (common sense), dan folklor. Bahasa merupakan sarana utama dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyebaran konsep dunia tertentu. Makin luas dan makin banyak bahasa yang dikuasai, maka semakin mudah penyebaran ideologi yang dapat dilakukan. Pendapat umum merupakan tempat dibangunnnya ideologi yang juga berfungsi untuk melawan ideologi. Folklor pada umumnya meliputi sistem kepercayaan, opini, dan takhyul juga berperan dalam membantu hegemoni, kekuatan yang
39
berfungsi untuk memaksa masyarakat tanpa kekerasan. Pada dasarnya hegemoni tidak dipaksakan dari atas juga tidak berkembang secara bebas dan tidak disengaja, melainkan hegemoni diperoleh melalui negosiasi dan kesepakatan (Ratna 2010: 183). Dalam setiap masyarakat kelompok intelektual memegang peranan penting. Gramsci membedakan intelektual menjadi dua maca, yaitu: a) Intelektual tradisional adalah orang-orang yang mengisi posisi ilmiah, seperti sastra, ekonomi, hukum, dan sebagainya, termasuk mereka yang terlibat di sekolah, universitas, dan lembaga negara. b) Intelektual organis adalah kelompok yang terbentuk secara organis, yaitu mereka yang merupakan bagian institutif perjuangan kelas. Gramsci mendukung intelektual organis sebab secara terbuka memihak kelas tertindas (Ratna 2010: 184). Istilah hegemoni pertama kali digunakan oleh Plekhanov dan pengikut Marxis lainnya tahun 1880-an. Lenin meletakkan konsep dasar bahwa hegemoni merupakan trategi kelas pekerja untuk membentuk aliansi dengan para petani. Aliansi berfungsi untuk membentuk kekuatan utama (hegemonik), dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari kelompok mayoritas penduduk dalam rangka menggulingkan kekuasaan Tsar. Dimensi baru yang ditambahkan oleh Gramsci adalah dengan menjelaskan bahwa hegemoni juga dimanfaatkan oleh kelompok kapitalis, baik untuk memperoleh maupun mempertahankan kekuasaannya. Kelompok hegemonik didefinisikan sebagai kelompok yang memperoleh
40
persetujuan dari kelompok sosial lain, dan secara konstan mempertahankan sistem aliansi (Ratna 2010: 185-186). Dalam studi sastra teori hegemoni merupakan penelitian dalam kaitannya dengan relasi-relasi sastra dengan masyarakat, hubungan pengarang dengan masyarakat. Dengan kata lain, bagaimana kekuatan-kekuatan sosial dibangun di dalam teks sastra. Karya sastra adalah peristiwa kultural itu sendiri, dengan otonomi dan mekanismenya masing-masing (Ratna 2010: 186).
2.2.2
Subaltern Berdasarkan Oxford English Dictionary istilah subaltern memiliki tiga arti
yang berbeda: secara konvensional subaltern dipahami sebagai sinonim dari subordinat, namun bisa juga berarti pekerja kelas rendahan dalam ketentaraan, atau contoh khusus yang mendukung proposisi universal dalam logika filsafat. Spivak menggunakan istilah tersebut yang kemudian dijelaskan oleh Gramsci mengenai kaum petani desa di Italia dan riset kelompok kajian subaltern internasional mengenai sejarah pemberontakan subaltern di Asia Selatan pada masa kolonial dan poskolonialisme. Sebelum subaltern memiliki kesadaran kolektif mengenai penindasan secara ekonomi dan politik sebagai sebuah kelas, subaltern sangat berbeda dengan proletar industrial. Secara krusial, sejarawan Kajian Subaltern berupaya menekankan bahwa konsep mengenai subaltern menandai perbedaan sosial-demografis antara kaum elit dan yang lainnya di Asia Selatan (Morton 2008: 156-158).
41
Studi Gramsci selain hegemoni adalah subaltern yang dikemukakan tahun 1934 dalam makalahnya yang berjudul On the Margins History: History of the Subaltern Social Group. Istilah Subaltern (Loomba2003: 68) semula merupakan sebutan bagi para perwira di bawah kapten, kemudian mengacu pada orang-orang tertindas, deskripsi kolektif berbagai macam kelompok yang didominasi dan dieksploitasi, dan kurang memiliki kesadaran kelas. Kemudian istilah tersebut digunakan untuk menggambarakn para petani, yang secara periodik muncul melawan kolonialis Inggris atau orang-orang tertentu pada umumnya. Studi subaltern kemudian berkembang pesat di India dengan salah seorang anggotanya adalah Gayatri Spivak. Studi subaltern India mendapatkan kritik tajam dengan alasan bahwa Spivak dkk., dianggap telah mengadopsi konsep subaltern Barat dengan menggunakan bahan mentah India sehingga seolah-olah terjadi pengkolonisasian terhadap sejarah India (Ratna 2010: 185). Menurut Spivak dalam Scattered Speculations on the Subaltern and the Popular, subalternitas merupakan posisi tanpa identitas (2005: 476). Sejarawan Kajian Subaltern pada intinya peduli pada riset tentang praktik-praktik sosial dan politik kelompok-kelompok yang tidak mampu mempresentasikan diri mereka sendiri sebagai kelas atau kelompok sosial dalam historiografi elit. Sumit Sarkar memberikan
contoh
tentang
pendekatan
tersebut
dalam
esainya
yang
dipublikasikan pada 1984. Esai tersebut membahas militansi subaltern selama periode antara gerakan Swadeshi dan gerakan non-kooperasi di Bengal pada masa kolonial (1905-22). Menurut Sakar, organisasi politik dan aktivis masa radikal cenderung tidak berlanjut dengan agitasi nasionalis kaum elit (Morton 2008: 159).
42
Dalam sebuah wawancara yang pada awalnya dipublikasikan dalam jurnal Polygraph pada tahun 1989 dan dicetak ulang dalam The Postcolonial Critic, Spivak menyatakan bahwa dia menyukai istilah subaltern karena lebih fleksibel dibandingkan dengan proletar yang secara konvensional berarti subjek pekerja maskulin di Eropa pada abad ke-19 (Routledge1990: 141). Spivak dalam esainya Subaltern Studies: Deconstructing Historiography menawarkan sebuah tinjauan produktif mengenai metodologi teoretis dan politik gender riset historis Kajian Subaltern awal antara tahun 1982 dan 1986. Dalam tinjauan tersebut, Spivak menekankan pada perbedaan yang diidentifikasikannya antara praktik dan metodologi. Spivak memuji karya Ranajit Guha, Dipesh Chakrabarty, Partha Chatterjee dan lainnya yang menentang elitism historiografi nasionalis borjuis atas dasar bahwa ia mengabaikan perwakilan politik subaltern. Spivak menjelaskan bahwa sejarawan seperti Guha mempertanyakan apakah teori perubahan sejarah Marxis dapat dipakai untuk menjelaskan pemberontakan subaltern (Morton 2008: 163). Perbedaan krusial antara pemahaman Spivak mengenai praktik aktual dan metodologi teoretis adalah bahwa dia membaca keinginan politikdan kesadaran pemberontak subaltern sebagai akibat dari efek subjek subaltern yang diproduksi oleh wacana kolonialisme (Methven 1987: 204; Morton 2008: 165-166). Dalam bukunya Scattered Speculation on the Subaltern and the Popular (2005: 475), Spivak mengatakan bahwa subaltern menolak relasi apapun dari keteladanan. Daripada sebagai subjek atau kelompok sosial empiris spesifik, subaltern bisa dipahami secara lebih baik sebagai sebuah kategori istimewa yang
43
tidak bisa dipastikan kebenarannya. Menurut Spivak, istilah istimewa diambil dari buku Gille Deleuze yang berjudul The Logic of Sense (1969). Deleuze berpendapat keistimewaan secara esensial bersifat pre-individual, non-personal, dan tidak berkonsep. Spivak berpendapat yang istimewa bukanlah yang khusus, karena itu merupakan perbedaan yang tidak bisa terulang, dan jika di sisi lain diulang tidak sebagai contoh universal melainkan sebagai contoh koleksi repetisi. Perasaan tentang keistimewaan itulah yang menghubungkan Spivak mengenai subalternitas (Morton 2008: 168).
2.2.3
Mimikri Konsep mimikri pertama kali digagas oleh Frantz Fanon (1952) dengan
pengertian bahwa orang-orang yang dijajah pada awalnya meninggalkan anggapan tradisional jati diri etnik dan identitas nasionalnya. Mereka kemudian mulai belajar mengadaptasi identitas mereka dengan identitas bangsa asing yang berposisi sebagai tuan mereka (kaum penjajah). Pandangan ini mendapat orientasi kritis dari Bhabha yang menyatakan bahwa peniruan dapat memunculkan ambivalensidan
ironi
identitas
kebangsaan(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf). Dalam kajian poskolonialisme, konsep mimikri diperkenalkan oleh Homi K. Bhabha. Menurut Bhabha (Foulcher 2006: 105) mimikri adalah reproduksi belang-belang subjektifitas Eropa di lingkungan kolonial yang sudah tidak murni, yang tergeser dari asal-usulnya dan terkonfigurasi ulang dalam cahaya sensibilitas dan kegelisahan khusus kolonialisme. Mimikri disebabkan adanya hubungan
44
ambivalen antara penjajah dan terjajah. Sikap ambivalen tersebut dipicu oleh adanya kecintaan terhadap suatu hal sekaligus membencinya. Menurut Bhabha, ambivalensi tidak hanya dapat dibaca sebagai petanda trauma subjek kolonial, melainkan juga mengungkapkan bahwa kehadiran kolonial itu selalu ambivalen, terpecah antara menampilkan dirinya sebagai asli dan otoritatif dengan artikulasinya yang menunjukkan pengulangan dan perbedaan. Dengan kata lain, identitas kolonial itu tidak stabil, meragukan, dan selalu terpecah (Loomba 2003: 229-230). Bhabha (Foulcher 2006: 121-122; Ratna 2008: 304, 311,&317) menggunakan istilah mimikri untuk menjelaskan ciri-ciri peniruan, kamuflase mengenai sikap, perilaku, dan pikiran pribumi terhadap penjajah. Ambivalensi psikologis merupakan gejala umum di negara-negara terjajah. Ciri terpenting dalam kaitannya dengan analisis poskolonialisme adalah ambivalensi psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra poskolonialisme. Beberapa konsep teori poskolonialisme Bhabha, antara lain stereotip, mimikri, hibriditas, dan ambivalensi. Bhabha mengkritisi model oposisi biner tentang hubungan-hubungan kolonial seperti yang dikemukakan oleh Edward Said dan Franz Fanon. Said berfokus pada wacana penjajah, sedangkan Fanon pada wacana terjajah. Konsep-konsep Bhabha menegaskan bahwa baik penjajah maupun terjajah tidak independen satu sama lain. Menurut Bhabha, antara penjajah dan terjajah terdapat ruang antara yang memumungkinkan keduanya untuk berinteraksi. Di antara keduanya terdapat ruang yang longgar untuk suatu resistensi.
45
Mimikri sebagai wacana yang ambivalen ketika di satu pihak membangun persamaan, tetapi di lain pihak juga mempertahankan perbedaan. Budaya dari penjajah tidak hanya dapat ditiru, tetapi juga dapat dipermainkan. Mimikri kemudian dapat dipahami sebagai suatu proses yang dipaksakan oleh penjajah tapi dengan pura-pura diterima oleh terjajah sehingga menghasilkan keadaan yang oleh Bhabha disebut dengan hampir sama, tetapi tidak sepenuhnya sama. Bagi Bhabha, identitas hanya mungkin dalam penolakan terhadap segala pengertian mengenai orisinalitas melalui prinsip perpindahan dan perbedaan (Bhabha 1994 : 86). Istilah mimikri dalam pandangan Bhabha tentang ambivalensi dari diskursus kolonial menjadi sangat penting. Peniruan nilai-nilai, tatakrama, perilaku, dan budaya kaum penjajah oleh kaum terjajah mengandung baik ejekan dan amcaman tertentu, sehingga mimikri merupakan kemiripan sekaligus ancaman. Mimikri mengungkap keterbatasan dari kekuasaan diskursus kolonial, hampir seolah-olah kekuasaan kolonial tanpa dapat dihindari menyimpan benihbenih kehancurannya sendiri (Bhabha 1994 : 86-87). Mimikri merupakan istilah poskolonialisme untuk mendekonstruksi peniruan etika dan kategori ideal di mana terjajah menulis kembali wacana kolonial pada saat si terjajah mengubah wacana tersebut sehingga dapat memunculkan suatu ejekan dan ironi. Hal ini diingatkan oleh Bhabha (Huddart 2006: 39) berikut ini. Importantly, this mimicry is not slavish imitation, and the colonized is not being assimilated into the supposedly dominant or even superior culture. In fact, mimicry as Bhabha understands it is an exaggerated copying of language, culture, manners, and ideas. This exaggeration means that
46
mimicry is repetition with difference, and so it is not evidence of the colonized‟s servitude. In fact, this mimicry is also a form of mockery […] because it mocks and undermines the on going pretensions of colonialism and empire. Yang penting, mimikri bukan budak imitasi, dan yang dijajah tidak sedang berasimilasi, sehingga seharusnya mendominasi atau bahkan lebih unggul budayanya. Mimikri dalam pemahaman Bhabha adalah peniruan bahasa, budaya, perilaku, dan ide yang berlebihan. Ini berarti, mimikri adalah pengulangan dengan perbedaan, sehingga tidak terdapat penghambaan bagi bangsa terjajah. Bahkan mimikri juga merupakan bentuk ejekan […] karena mengolok-olok dan melemahkan kepura-puraan kolonialisme dan kekaisaran yang sedang berlangsung. Robert C. Young sebagaimana dikutip oleh Aschroft, dkk. (2007: 10) mengatakan bahwa sebuah istilah yang pertama kali dikembangkan dalam psikoanalisis untuk menggambarkan fluktuasi yang terus-menerus antara ingin satu hal dan ingin kebalikannya. Hal itu mengacu pada daya tarik simultan menuju dan menolak dari benda, orang atau tindakan. Gejala psikoanalisis mimikri diadopsi oleh Bhabha dalam teori poskolonialisme sebagaimana diungkapkan oleh Aschrof, dkk. (2007: 10), diadaptasi ke teori wacana kolonial oleh Bhabha, teori itu menggambarkan campuran kompleksitas dari tarikan dan tolakan yang mencirikan hubungan antara penjajah dan terjajah. Tarikan dan tolakan dalam teroi Bhabha melahirkan aplikasi teoretik mimikri yang mengarah pada
dua
masalah,
yaitu
masalah
mimikri
dan
masalah
ambivalensi
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf). Bhabha (1984: 126) memberikan penjelasan keterkaitan mimikri dan ambivalensi di mana ambivalensi akan muncul apabila proses mimikri dilanda oleh ketidakpastian pilihan identitas. Di dalam proses penyesuaian etika dan kategori ideal bangsa-bangsa di Timur, Quaritch Wales sebagaimana diungkapkan
47
Poespowardojo (1986: 31) melihat adanya kekuatan local geniusuntuk mengantisipasi extreme acculturation, yaitu proses akulturasi yang semata-mata memperlihatkan bentuk-bentuk tiruan tanpa adanya evolusi budaya dan akhirnya memusnahkan bentuk-bentuk budaya tradisional. Padahal, proses mimikri tersebut pada hakikatnya menjadi praproses pemunculan hibriditas seperti yang dikatakan Bhabha (1984). Berdasarkan konsep teori poskolonialisme yang dikemukakan oleh Bhabha, maka masalah ambivalensi menjadi persoalan tersendiri dalam kajian poskolonialisme. Posisi ambivalensi dalam relasi terjajah dan menjajah dikemukakan oleh Aschroft, dkk. (2007: 10), hubungan itu ambivalen karena subjek tidak pernah dijajah secara sederhana dan benar-benar bertentangan dengan penjajah. Oleh karena itu, hubungan bangsa terjajah dan bangsa penjajah bersifat ambivalen dan berfluktuasi terus-menerus karena bangsa terjajah memiliki local genius
dalam
pelibatan
dan
perlawanannya
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
2.2.4
Hibriditas Di samping Edward W. Said dan Gayatri Chakravorty Spivak terdapat
Homi K. Bhabha yang lahir dalam lingkungan masyarakat Parsi Bombay, Asia Selatan. Kajian poskolonialismeBhabha dipengaruhi oleh Jacques Derrida, Jacques Lacan, dan Micahel Foucault. Bhabha menggagas teori liminalitas dalam wacana kolonialisme. Menurut Sutrisno dan Hendar Putranto (2004 : 140-145), Bhabha mengajukan model liminalitas untuk menghidupkan ruang persinggungan
48
antara teori dan praktik kolonisasi untuk melahirkan hibriditas. Di antara penjajah dan terjajah terdapat ruang ketiga tempat persilangan budaya atau hibriditas memunculkan
diri
dalam
buaya,
ras,
bahasa,
dan
lain
sebagainya
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf). Istilah hibriditas dipopulerkan oleh Homi K. Bhabha dalam kajian poskolonialisme. Menurut Bhabha sebagaimana diungkapkan oleh Sutrisno dan Hendar Putranto (2004), hibriditas merupakan produk konstruksi kultural kolonial yang mau tetap membagi identitas murni asli penjajah kepada bangsa terjajah dengan ketingian kulturnya sebagai identitas budaya yang baru. Dengan demikian, pertemuan peradaban Barat dan Timur menghasilkan superioritas dan imperioritas di mana peradaban yang mendapat dukungan politik dan kultural menjadi peradaban yang bisa bertahan dalam arus globalisasi. Hibriditas diawali ketika batasan-batasan yang ada dalam sebuah sistem atau budaya mengalami pelenturan, sehingga kejelasan dan ketegasan mengenai hal-hal yang dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan mengalami pengaburan, yang pada akhirnya menghasilkan suatu ruang baru atau suatu sistem tersendiri. Hibrid
menurut
Bhabha
(1994 :
113-114)
merupakan
metafora
untuk
menggambarkan bergabungnya dua jenis yang memunculkan sifat-sifat tertentu dari masing-masing bentuk, sekaligus meniadakan sifat-sifat tertentu yang dimiliki keduanya. Bhabha menambahkan bahwa poskolonialisme bukan hanya menciptakan budaya dan praktek hibridasi, tetapi sekaligus menciptakan bentukbentuk resistensi dan negoisasi baru untuk sekelompok orang dalam hubungan sosial dan politik mereka. Hibriditas juga memungkinkan adanya pengenalan
49
bentuk-bentuk produksi identitas baru dan bentuk-bentuk budaya. Jadi hibriditas dapat diterima sebagai suatu alat untuk memahami perubahan budaya lewat pemutusan strategi atau stabilitasi temporer kategori budaya (Barker, 2005: 210). Bhabha (Huddart 2006: 84) menjelaskan bahwa hibriditas bukan hanya masalah identitas budaya saja, melainkan masalah representasi kolonial dan individu yang kompleks. Di dalam relasi bangsa penjajah dan terjajah, hibriditas merupakan situs perlawanan atau pembalikan strategi proses dominasi yang mengembalikan yang terdiskriminasi atau terjajah menjadi mata kekuasaan yang selama ini didominasi oleh penjajah. Hibriditas dapat terjadi melalui pendirian berbagai organisasi dan pertemuan antarperadaban. Menurut Pieterse (Barker 2011: 212), hibriditas dapat dibedakan atas dua tipe hibridisasi, yaitu hibridisasi struktural dan kultural. Hibridisasi struktural mengacu kepada berbagai arena sosial, institusional hibriditas, dan memperluas cakupan pilihan organisasional bagi masyarakat. Hibriditas kultural membedakan berbagai respon kultural yang merentang mulai dari asimilasi sampai dengan hibrida yang mendestabilkan dan mengaburkan sekat-sekat kultural. Hibridisasi kultural meliputi pembukaan „komunitas terbayang‟ sebagai tanda-tanda semakin meningkatnya persilangan sekat, tetapi tidak menunjukkan terhapusnya sekat, sehingga memerlukan kepekaan terhadap perbedaan kultural. Persoalan hibriditas tidak hanya melihat keunggulan persilangan budaya melainkan juga kehadiran sinkretisme. Aschroft, dkk. (2007: 109) mengungkapkan bahwa ide hibriditas juga mendasari upaya lain untuk menekankan mutualitas budaya dalam proses kolonial
50
dan poskolonialisme dalam ekspresi dari sinkretisitas, sinergi budaya, dan transkulturasi (http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf). Penekanan proses hibridisasi pada mutualitas budaya telah menempatkan local genius sebagai kekuatan identitas kultur dalam relasi penjajah dan terjajah. Local genius merupakan istilah yang berasal dari H.G. Quaritch Wales (1951) seperti yang diungkapkan oleh Atmodjo (1986: 46), “the sum of the cultural characteristics which the vast majority of people have in common as a result of their experience in early life” (keseluruhan ciri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat/bangsa sebagai hasil pengalaman di masa lampau). Istilah ini dikembangkan dari konsep basic personality yang dikemukakan oleh antropolog Ralph Linton dan psikolog Abraham Kardiner pada 1930-an. Berdasarkan gagasan mereka, menurut Friedl (Haryono 1986: 208), yang dimaksud dengan basic personality dalam model cultural studies seperti ini adalah konfigurasi kepribadian yang secara bersama-sama dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat sebagai hasil pengalamannya sejak kecil. Berdasarkan pendapat tersebut, Quaritch Wales menempatkan local genius (kearifan lokal)sebagai a less extreme acculturation (pencampuran budaya yang tidak begitu ekstrim). Maksudnya adalah local genius berfungsi sebagai penyaring dalam pencampuran budaya asing yang masuk ke dalam budaya asli, sehingga nilai-nilai budaya asli masih bisa dipertahankan dan tidak dihilangkan. Menurut Poespawardojo (1986: 31), a less extreme acculturation merupakan proses akulturasi yang masih memperlihatkan local genius, yaitu adanya unsur-unsur atau ciri-ciri tradisional yang mampu bertahan dan bahkan memiliki kemampuan
51
untuk mengakomodasi unsur-unsur budaya dari luar serta mengintegrasikannya dalam kebudayaan asli. Oleh karena itu, local genius memiliki posisi strategis mempertahankan identitas kultural suatu bangsa. Poespowardjo (1986: 33) mengatakan bahwa Kedudukan local genius ini sentral, karena merupakan kekuatan yang mampu bertahan terhadap unsur-unsur yang datang dari luar dan yang mampu pula berkembang untuk masa-masa mendatang. Hilang atau musnahnya local genius berarti pula memudarnya kepribadian suatu masyarakat, sedangkan kuatnya local genius untuk bertahan dan berkembang menunjukkan pula kepribadian masyarakat itu. Hibriditas dalam kajian poskolonialisme tidak hanya mendeskripsikan dan menganalisis
keunggulan
sinkrenisme
dalam
persilangan
budaya,
keunggulan
melainkan persilangan
juga
peranan budaya
(http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf).
2.2.5
Marginalitas Marginal biasanya diperkirakan sebagai orang-orang yang terpinggirkan
atau orang-orang yang miskin. Namun, terpinggirkan dan miskin tidaklah sama. Orang miskin biasanya masuk ke dalam kelompok terpinggirkan, tetapi orang yang terpinggirkan tidak selalu bisa disebut miskin. Kelompok terpinggirkan atau marginal mencakup orang-orang yang mengalami satu atau lebih dimensi penyingkiran, diskriminasi, atau eksploitasi di dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik kota. Secara historis, bahkan mitologis, sejak Abad Pertengahan hingga sekarang, dunia Barat hampir dalam segala bidang dianggap memiliki kedudukan superior terhadap dunia Timur. Kemampuan berpikir, yang kemudian melahirkan
52
kemajuan teknologidalam berbagai bidang, secara apriori dianggap berasal dari ras, yaitu ras kulit putih (Caucasoid). Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah kekuasaan, dunia Barat melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah baru. Penjelajahan menimbulkan penjajahan, kependudukan menimbulkan perbudakan, dan koloni menimbulkan hegemoni. Perang Dunia I dan II sekaligus juga membuktikan kemampuan teknologi yang dimenangkan oleh Barat. Berbagai kemajuan bangsa Timur dengan bukti bersejarah seperti Piramida, Tembok Besar, Taj Mahal, Candi Borobudur, temasuk karya sastra seperti Mahabarata dan Ramayana tidak mampu membawa bangsa Timur sejajar dengan bangsa Barat (Ratna 2008: 175). Huntington (2003: 127-140) merupakan salah seorang cendekiawan yang secara optimis menyebutkan bahwa awal abad ke-21 terjadi titik balik. Menurutnya, setelah satu generasi, sekitar 70 tahun (1920-an hingga tahun 1990an) telah terjadi perubahan, bahwa dunia Barat telah mengalami kemunduran kekuasaan. Huntington melihat kemunduran tersebut dalam tiga indikator, yaitu: a) Penduduk dan wilayah territorial; tahun 1920-an Eropa memiliki dan memerintah sekitar 48% dunia, tetapi tahun 1990-an, wilayah teritorial maupun penduduk yang diperintah turun hamper 50%. b) Ekonomi; tahun 1920-an Barat menguasai ekonomi global, tetapi tahun 1990an empat dari tujuh negara yang dianggap memiliki tingkat ekonomi tertinggi berada di negara non-Barat, yaitu Jepang, Cina, Rusia, dan India. c) Militer; tahun 1920-an dengan penguasaan teknologinya, Barat hampir seluruh bidang pertahanan, tetapi tahun 1990-an terjadi globalisasi dalam bidang
53
pertahanan sebab banyak negara non-Barat telah mengembangkan senjata nuklir seperti Rusia, Cina, Israel, India, Pakistan, dan Korea Utara (Ratna 2010: 176-177). Atas dasar pendapat Toynbee, Capra (2002: 3-15) menjelaskan bahwa pada umumnya suatu peradaban cenderung hilang daya fleksibilitas dan dengan demikian daya vitalitasnya setelah mencapai klimaks. Sebaliknya peradaban yang sedang berkembang, melalui keberagamannya justru akan mengalami perubahan yang tak pernah berhenti. Dengan memberikan perhatian terhadap titik balik antara modernism dan postmodernisme, yang pada gilirannya juga mengarah pada perubahan peranan antara Barat dan Timur, Ritzer dan Goodman (2004: 448) mengemukakan adanya saling memperngaruhi di antar empat indikator, sebagai berikut. 1. Ekspansi yang sangat agresif dari kapitalisme global. 2. Kebangkitan politik etnis dalam negara-negara bangsa, perpecahan blok komunis, dan jatuhnya imperium Eropa yang mengakibatkan melemahnya kekuasaan negara dengan sistem terpusat. 3. Perubahan cara hidup sebagai akibat kemajuan teknologi, sekaligus bangkitnya budaya konsumen. 4. Perkembangan sosial liberal sebagai akibat bangkitnya nasionalisme, khususnya di negara-negara bekas jajahn , yang selanjutnya diikuti oleh gerakan-gerakan lain dengan ciri-ciri yang berbeda seperti ras, perempuan, dan orientasi seksual(Ratna 2010: 177-178).
54
Secara teoretis, keunggulan ras dalam hal ini ras kulit putih (Caucasoid) tidak dengan sendirinya melahirkan keunggulan dalam proses berpikir. Ciri-ciri biologis, sebagai ciri-ciri ras, sebagaimana terkandung dalam gene, semata-mata berfungsi untuk mempertahankan cirri-ciri jasmani. Ada dua indikator yang mendukung penyebaran konsep ini, pertama, secara kebetulan sejak Abad Pertengahan Barat menguasai perkembangan peradaban. Kedua, lahirnya teoriteori yang disusun oleh para orientalis, seperti teori yang dikemukakan oleh Gobineau (Kontjaraningrat 1974: 69-70) mengatakan bahwa ras yang paling unggul di dunia adalah ras yang menghuni Eropa Tengah dan Utara, yang disebut sebagai ras Arya. Di dunia Barat (Barker 2004: 215) representasi kulit berwarna dibebani
sejumlah
identitas
yang
secara
keseluruhan
berfungsi
untuk
mendegradasikannya pada tataran marginal (Ratna 2010: 179). Pembahasan mengenai ras kulit putih dan non-kulit putih juga dibahas oleh Edward Said dalam bukunya yang berjudul Orientalisme. Kipling (Said 2010: 347) mengatakan bahwa menjadi manusia kulit putih merupakan sejenis identitas yang kukuh dan mengkukuhkan diri. Kulit putih bukan hanya menunjukkan warna kulit saja, tetapi menunjukkan identitas seseorang. Identitas kulit berwarna hanya menjadi objek yang harus dijauhi, bahkan jika perlu harus diperangi oleh kulit putih. Said (2010: 348) mengatakan bahwa manusia kulit putih bukan hanya merupakan suatu kenyataan, melainkan juga sebuah gagasan. Menjadi manusia kulit putih adalah cara yang sangat konkret sekaligus sangat sederhana untuk hadir di dunia. Suatu cara untuk berpegang pada realita, bahasa, dan pemikiran.
55
Dalam teori poskolonialisme, perbedaan antara Barat dengan Timurlah yang paling banyak dibicarakan. Di samping itu, lahir juga berbagai perbedaan lain yang secara keseluruhan berfungsi untuk mendegradasikan salah satu unsur terhadap unsur lainnya, seperti lama dan baru, tradisi dan modernisasi, laki-laki dan perempuan, budaya tinggi dan budaya rendah, dan berbagai gejala kultural yang dapat menduduki posisi “laki-laki dan perempuan” (Ratna 2008: 179). Said dalam bukunya yang berjudul Orientalisme (2010: 318) mengatakan bahwa bangsa-bangsa Timur sering kali dilihat dalam satu kerangka yang dibangun atas dasar determinisme biologis dan pengajaran moral politis. Tidak hanya itu, jika ada unsur-unsur Timur yang buruk (seperti penjahat-penjahat, orang-orang gila, kaum wanita, dan orang-orang miskin) yang memiliki perbedaan identitas dengan unsure-unsur Barat yang baik, maka Timur tidak jarang dijabarkan sebagai sesuatu yang sangat asing. Bangsa-bangsa Timur dipandang sebagai problem-problem yang harus dipecahkan atau dibatasi karena kekuatan-kekuatan kolonial secara terang-terangan memang menginginkan wilayah Timur diambil-alih. Orientalisme laten mendorong tumbuhnya konsepsi tentang kelaki-lakian Timur yang aneh dan hina. Menurut Said orientalisme laten (2010: 339) adalah manifestasi doktrinal atau doksologis atas Timur. Laki-laki Timur dianggap terisolasi dari totalitas masyarakat di mana ia hidup. Dalam karya tulis para wisatawan dan novelis Eropa menggambarkan bahwa kaum wanita sebagai makhluk ciptaan fantasi laki-laki. Dalam karya-karya itu, kaum wanita dipaksa untuk mengungkapkan sensualitasnya yang tak terbatas dan juga diperlakukan
56
sebagai sekumpulan manusia yang bodoh. Penggambaran tersebut sangat tampak ketika Flaubert menggambarkan Kuchuk Hanem-nya sebagai prototipe wanita Timur.Penggambaran terhadap wanita Timur diperkuat dengan adanya konsepsi laki-laki tentang dunia (Said 2010: 319).
2.2.6
Alienasi Konsep alienasi atau keterasingan lahir dari pemikiran Karl Marx adalah
muncul akibat adanya kapitalisme yang mengguncang Eropa pasca revolusi industri. Teori alienasi Marx didasarkan pada pengamatannya bahwa di dalam kapitalisme, para buruh tak terhindarkan kehilangan kontrol atas hidup mereka, karena tidak lagi memiliki kontrol atas pekerjaan mereka. Para pekerja ini tidak pernah menjadi otonom, yaitu manusia mencoba untuk mandiri mengembangkan diri selalu terkotakkan oleh kaum borjuis. Karl Marx (1970) mempopulerkan istilah alienasi dalam karya Economic and Philosophical Manuscripts tahun 1844 sebagai penjelasan atas kondisi keterasingan seseorang dari sifat sejati kemanusiaan mereka. Sebab, pada dasarnya manusia adalah makhluk kreatif. Manusia membentuk dari materi atau bahan di mana mereka mewujudkan jati diri mereka ke dalam apa yang mereka buat (http://id.shvoong.com/pengertianalienasi). Secara sistematis pragmatis Marx menggambarkan bahwa sistem dan hukum sosial bukanlah perwujudan akal manusia secara murni, melainkan merupakan manifestasi kepentingan kelas dominan dalam periode-periode bersejarah tertentu. Gagasan dasar itulah yang membawa Marx ke dalam
57
penemuan hukumnya yang sangat spesifik, yaitu superstruktur (ideologi dan politik) yang bertitik tolak pada infrastruktur material (ekonomi). Paraphrase „bertitik tolak pada‟ tidak sama dengan ditentukan oleh‟. Paraphrase bahwa sistem ideologi, dalam hal ini karya sastra, bertitik tolak pada sistem ekonomi. Dalam hubungan ini kekuatan struktur sosial yang melatarbelakanginya tidak harus diartikan sebagai sistem hubungan dalam bentuk garis lurus, sebagai hubungan monolitik. Secara praktis karya sastra lahir dan kemudian diterbitkan hanya satu kali. Tetapi bagaimana karya tersebut menjadi khazanah bagi masyarakat selanjutnya. Pada umumnya karya-karya yang dievokasi melalui problematika masyarakat inilah yang berhasil untuk tampil sebagai karya yang diperbincangkan sepanjang masa. Dasar petimbangannya jelas bahwa karya sastra memiliki homologi dan simetri tertentu dengan struktur sosialnya (Ratna 2010: 156-157). Akibat yang ditimbulkan melalui hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, baik dalam kaitannya dengan tesis infrastruktur material dan infrastruktur ideologis maupun kesadaran sosial sebagai titik tolak kesadaran berpikir, yaitu tidak dapat ditentukan secara pasti. Marx (Fokkema dan KunneIbsch 1977: 84-85) yakin bahwa cepat atau lambat perubahan akan terjadi, artinya akibat yang ditimbulkannya akan menyusul. Dengan kalimat lain, apabila perubahan belum terjadi maka tesis Marx tidak dapat dibuktikan salah. Lahirnya strukturalisme memberikan makna baru bagi teori Marxis sebab strukturalisme dianggap menjembatanai kekakuan Marxisme ortodoks, sekaligus mengantrakannya pada teori-teori postrukturalisme. Antara Marxisme dengan
58
strukturalisme jelas bertentangan. Marxisme memiliki konsep dasar bahwa superstruktur ideologis, dalam hal ini karya sastra seolah-olah „ditentukan‟ oleh infrastruktur materialnya, yaitu masyarakatnya. Sebaliknya, menurut prinsip strukturalisme, karya sastra bersifat otonom, perkembangan karya sastra ditentukan oleh dan terjadi dalam struktur tertutup. Dengan kalimat lain, Marxisme bersifat historis, sedangkan strukturalisme bersifat sinkronis, jadi ahistoris (Ratna 2010 : 161). Menurut paradigma Marxian (Eagleton 1977 : 17) semua teks kultural, baik sastra maupun sosial, politik, dan hukum, mengandung ideologi. Ideologi melegitimasikan dominan kelas dengan cara menjadikan ide-ide tampil seolaholah alamiah dan universal. Teori Marxis berasal dari gagasan Karl Marx bersama dengan Frederick Engel dan dua tokoh berkebangsaan Jerman yang menerbitkan dua buku yang berjudul Manifesto Komunis (1848) dan Das Kapital (1867). Masalah pokok yang dibicarakan dalam buku tersebut adalah sejarah sosial manusia yang terdiri atas sejarah perjuangan kelas. Masalah-masalah yang berkaitan dengan sastra dibicarakan dalam bagian-bagian tertentu yang kemudian dikumpulkan dan diterbitkan sebagai kumpulan karangan tersendiri. Pembicaraan Marx dan Engels mengenai sastra pada umumnya dikaitkan dengan faktor ekonomi, peranan kelas-kelas sosial, ideologi, dan pembagian kerja. Kelas-kelas sosial pada umunya didefinisikan sebagai kelompok yang memiliki kepentingan yang relatif sama dan kelompok-kelompok yang terorganisir yang akan menjadi aktor utama dalam tindakan kolektif dan konflik sosial. Ideologi didasarkan pada kenyataan bahwa semua pikiran berdasarkan keberadaan
59
sosialnya. Kelas menunjuk pada kelompok sosial, sedangkan ideologi menunjuk pada kualitas mental sebagaimana ditampilkan oleh kelas dominan tersebut (Ratna 2010: 168-169). Sebagai bahan kajian dan renungan, Timur selalu memperoleh semua tanda kelemahan-kelemahan yang melekat padanya. Timur menjadi bahan baku beragam teori yang dipergunakan para orintalis sebagai ilustrasi. Cardinal Newman, yang bukan termasuk dalam jajaran orientalis besar, misalnya menggunakan Islam Timur sebagai dasar ceramah-ceramahnya pada 1853 untuk membenarkan campur-tangan Inggris dalam perang Crimea. Cuvier juga memanfaatkan Timur dalam karyanya, Le Regne animal (1816). Selain itu, Timur juga sering dimanfaatkan sebagai bahan obrolan di berbagai salon di Paris. Marx mengidentifikasi pemikiran tentang sistem perekonomian Asiatis dalam analisisnya pada tahun 1853 tentang pemerintah Inggris di India.Dalam analisis tersebut, Marx menampilkan bagaimana dalam sistem tersebut terjadi pembinasaan manusia yang disebabkan oleh campur-tangan, kebiadaban, dan kekejaman penjajah Inggris. Dalam artikel-artikelnya, Marx memiliki keyakinan yang kuat atas gagasan bahwa dalam menghancurkan Asia, Inggris perlu berusaha menciptakan suatu revolusi sosial yang sejati di sana (Said 2010: 236-237).
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas Pendekatan Penelitian, Objek Penelitian, Sumber Data, dan Teknik Analisis Data.
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis.Ratna (2008: 59)
mengatakan
bahwa
pendekatan
sosilogis
menganalisis
manusia
dalam
masyarakat.Pendekatan sosiologis menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat.Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di bawah ini, yaitu: a) Karya sastra dihasilkan oleh pengarang. b) Pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat. c) Pengarang memanfaatkan kekayaankultural, sosial, historis, dan lain sebagainya yang ada dalam masyarakat. d) Hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Pendekatan sosiologis memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat.Pendekatan ini banyak dipergunakan oleh penganut marxis. Bagi mereka, aspek estetis karya dianggap memiliki kekuatan besar dalam mengorganisasikan massa (Ratna 2008: 61).
60
61
3.2
Objek Penelitian Sangidu dalam bukunya yang berjudul Penelitian Sastra: Pendekatan,
Teori, Metode, Teknik, dan Kiat (2005: 61-62) menyatakan bahwa objek penelitian sastra adalah pokok atau topik penelitian sastra. Istilah topik biasanya dimengerti sebagai imbangan dari istilah judul penelitian dalam rangka penulisan laporan hasil penelitian (Iih. Sudaryanto 1990: 9). Objek penelitian sastra dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal.Objek material penelitian sastra adalah semua bentuk kegiatan penelitian sastra, sedangkan objek formal penelitian sastra ditentukan oleh sudut pandang yang dilakukan oleh masing-masing peneliti dalam penelitian sastra (Iih. ChamamahSoeratno 1990: 13). Objek material penelitian ini adalah novelL‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun.Sedangkan objek formal penelitian ini adalah teori poskolonialisme.Kedua objek tersebut digabungkan karena pada objek material terdapat unsur-unsur teori poskolonialisme, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi yang tampak dalam kalimat-kalimat pada novel L‟Homme rompu.
3.3
Sumber Data Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung, contohnya yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, panel, dan hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
62
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, contohnya yaitu majalah, novel, koran, dan lain sebagainya. Sumber
data
dalam
penelitian
mencakup
data
primer
dan
data
sekunder.Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat dalam novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun dan unsur-unsur teori poskolonialisme, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah novel L‟Homme rompu yang diterjemahkan oleh Okke K.S. Zaimar ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Korupsi. Pada penelitian ini penulis tidak sepenuhnya mengikuti terjemahan oleh Okke K.S. Zaimar tersebut.
3.4
Metode dan Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik.Metode ini dapat diperoleh melalui gabungan dua metode, dengan syarat kedua metode tidak bertentangan. Metode analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis. Analisis yang dimaksud tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna 2008: 53). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi.Dalam ilmu sosial, isi yang dimaksudkan berupa masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, dan propaganda.Dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra.
63
Isi dalam teknik analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagaimana dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan pembaca. Dengan kata lain, isi komunikasi pada dasarnya mengimplikasi isi laten, tetapi belum tentu sebaliknya. Dasar pelaksanaan teknik analisis isi adalah penafsiran, sedangkan dasar penafsiran teknik analisis isi adalah memberikan perhatian pada isi pesan (Ratna 2008 : 4849). Metode dan teknik ini tidak semata-semata menguraikan tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan. Peneliti harus mencari fakta-fakta yang relevan, kemudian dideskripsikan, dan terakhir data-data yang ditemukan dianalisis dengan memberi penjelasan lebih lanjut sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Berikut adalah contoh analisis data: (1) Nomor data : 6 (2) Sumber : LHR/46 (3) Korpus data Data
Terjemahan Abbas se dit lui aussi réaliste. Il considère que c‟est la contribution à la solidarité nationale. La corruption est une forme déguisée d‟impôt supplémentaire. Tout le monde s‟y plie et ceux, comme moi, qui résistent, on devra bientôt
Abbas menyebut dirinya orang yang realis. Ia menganggap bahwa itu adalah kontribusi untuk solidaritas nasional. Korupsi adalah suatu bentuk pajak tambahan yang tersamarkan. Banyak orang yang tunduk padanya dan
64
les parquer dans une réserve et on les installera à côté des espèces d‟animaux menacées ou en voie de disparation. C‟est ma fierté d‟appartenir à cette réserve.
orang-orang seperti aku yang menentang, harus segera dimasukkan ke dalam sebuah cagar alam dan ditempatkan di samping binatang-binatang yang sedang terancam punah. Itu adalah kebanggaanku untuk menjadi bagian dari cagar alam tersebut.
(4) Analisis Korpus Data Kutipan tersebut menunjukkan adanya alienasi yang dialami oleh Mourad dan orang-orang seperti dirinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan Tout le monde s’y plie et ceux, comme moi, qui résistent, on devra bientôt les parquer dans une réserve et on les installera à côté des espèces d’animaux menacées ou en voie de disparition. (Banyak orang yang tunduk padanya, sedangkan orang-orang seperti aku yang menentang harus segera dimasukkan ke dalam cagar alam dan menempatkan kami di samping binatang-binatang yang terancam punah.). Cagar alam adalah tempat perlindungan untuk ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan pada umunya dikarenakan terancam punah. Oleh karena itu, pada kutipan tersebut orang-orang yang teralienasi dianalogikan sebagai binatang-binatang yang terancam punah dan harus dimasukkan ke dalam cagar alam. Maksud dari kutipan tersebut adalah orang-orang yang teralienasi merupakan penghalang bagi kelangsungan kegiatan para koruptor sehingga mereka harus diasingkan agar tidak lagi menjadi penghalang. Keterangan: Bagian 1 berisi: Nomor urut kartu data
65
Bagian 2 berisi: Judul novel yaitu L‟Homme rompu kemudian diikuti halaman novel Bagian 3 berisi: Korpus data Bagian 4 berisi: Analisis korpus data
BAB 4 NUANSA POSKOLONIALISME DALAM ROMAN L’HOMME ROMPU
Bab
ini
berisi
analisisroman
L‟Homme
rompu
berdasarkan
teori
poskolonialisme dari Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha. Penelitian ini meliputi hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi yang merupakan unsur-unsur dalam teori poskolonialisme. Pada awal cerita, dikisahkan bahwa Mourad, tokoh utama dalam roman ini merupakan Wakil Direktur Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan di Casablanca, Maroko. Dia adalah orang yang jujur dalam pekerjaannya dan tidak ingin terlibat korupsi seperti yang dilakukan rekan-rekannya di kantor. Namun karena kehidupannya yang susah dan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak jujur, akhirnya dia pun menjadi koruptor. Dia menjadi koruptor dikarenakan mendapatkan tekanan dari berbagai pihak, yaitu istrinya, ibu mertuanya, klienkliennya, asisten, dan direktur di tempatnya bekerja. Terutama tekanan yang datang dari pihak istrinya yang selalu menuntut untuk mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik, seperti kehidupan asistennya.
4.1
Hegemoni Hegemoni merupakan suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial melalui
kepemimpinan intelektual dan moral yang dibangun dengan dominasi atau penindasan. Teori ini dibahas oleh Edward Said dalam bukuOrientalisme yang banyak terpengaruh oleh pemikiran Gramsci.Menurut Gramsci hegemoni tidak
66
67
terbatas pada bidang politik, melainkan juga intelektual, moral, religi, dan cita rasa.Data-data berikut ini merupakan analisis tentang hegemoni yang terdapat dalam novel.
4.1.1
Hegemoni Paham Barat dalam Sosiokultural di Maroko Mourad yang menjabat sebagai Wakil Direktur Perencanaan, Penelitian,
dan Pengembangan di Kementrian Pekerjaan Umum tidak pernah mendapatkan rasa hormat dari bawahannya, terutama dari para pesuruh di kantornya. Lihat kutipan di bawah ini: (1) LHR/10-11 Au bureau, le chaouch lui dit à peine bonjour. Ici la chaleur du salut est fonction non pas du grade mais de ce que le poste rapporte en plus. Mourad est ingénieur. Son rôle au sein de l‟administration est d‟étudier les dossiers de construction. Sans son visa, pas de permis de construire. C‟est un poste important et très envié. Son titre exact est pompeux : « Sous-directeur de la planification, de la prospective et du progrès ». Di kantor, pesuruh hampir tidak mengucapkan salam padanya. Di sini, kehangatan salam tidak tergantung pada pangkat, tetapi pada banyaknya penghasilan. Mourad adalah seorang insinyur.Perannya di dalam pemerintahan adalah mempelajari berkas-berkas pembangunan.Tanpa ijinnya, tidak ada ijin bangunan.Itu merupakan posisi yang penting dan sangat diinginkan banyak orang. Nama jabatannya sangat hebat: “Wakil Direktur Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan”. Jabatan
sebagai
Wakil
direktur
Perencanaan,
Penelitian,
dan
Pengembangan merupakan sebuah jabatan yang sangat diinginkan banyak orang.Dalam posisinya tersebut, Mourad tidak pernah mendapatkan keramahan dan kehangatan salam dari para pesuruh di kantornya.Masyarakat Maroko megalami hegemoni budaya, yang terdapat pada kalimatIci la chaleur du salut est
68
fonction non pas du grade mais de ce que le poste rapporte en plus (Di sini, kehangatan salam tidak tergantung pada pangkat, tetapi pada banyaknya penghasilan). Kalimat tersebut menjelaskan bahwa jabatan bukanlah nilai penting untuk dihormati oleh bawahan, melainkan jumlah uang yang didapatkan dan seberapa besar atasan membagikan uangnya kepada bawahannya. Itulah budaya yang terjadi di tempat Mourad bekerja. Keadaan masyarakat Maroko pada saat itu digambarkan bahwa masyarakat Maroko lebih menghormati orang-orang yang mempunyai penghasilan besar dibandingkan jabatan yang dimiliki. Mourad mendapatkan gelar insinyur di sekolah Perancis dan sarjana ekonomi di Universitas Mohammed V di Rabat. Hal itulah yang membuatnya mendapatkan jabatan sebagai Wakil Direktur. Walaupun begitu, penghasilan yang dia dapatkan tidak sebanding dengan gelar yang disandangnya dan pekerjaan yang dilakukannya. Perhatikan kutipan berikut. (2) LHR/11 Il fallait bien justifier sa qualité d’ingénieur formé en partie dans une école française et sa licence en économie, obtenue à l’université Mohammed V à Rabat. Avec son salaire modeste il fait vivre sa famille, paye la scolarité des enfants, le loyer de la maison et subvient aux besoins de sa mère. Memang harus diakui kualitas gelar insinyurnya yang sebagian pendidikannya didapatkan di Sekolah Perancis dan sarjana ekonomi di Universitas Mohammed V di Rabat. Dengan penghasilannya yang sedikit, dia menghidupi keluarganya, membayar uang sekolah anakanaknya, sewa rumah, dan memenuhi kebutuhan ibunya. Pada data tersebut walaupun Mourad orang Maroko, dia mendapatkan gelar insinyurnya di sekolah Perancis yang terdapat pada kutipan …. d’ingénieur formé en partie dans une école française…. (….gelar insinyurnya yang
69
sebagian pendidikannya didapatkan di Sekolah Perancis…..).Seperti yang telah dijelaskan di Bab 1 bahwa Maroko adalah salah satu negara Maghreb yang pernah dijajah oleh Perancis dan meninggalkan banyak pengaruh besar di Maroko. Perancis menanamkan hegemoni bahasa serta sistem pendidikannya di Maroko. Penyebaran bahasa Perancis di Maroko dilakukan oleh pengajaran bahasa tersebut di sekolah-sekolah dan di bawah situasi kolonialisasi sehingga menimbulkan akulturasi budaya. Orang-orang Maroko memandang bahwa Perancis sebagai negara maju dan hebat, oleh karena itu mereka menganggap bahwa sistem pendidikan Perancis mempunyai kualitas yang lebih bagus dibandingkan negaranya. Pendek kata, negara maju mempunyai kualitas pendidikan yang sangat baik dibandingkan dengan negara berkembang. Hal itu pula yang membuat Mourad memutuskan untuk bersekolah di sekolah Perancis dan mendapatkan gelar insinyurnya di sana. Hlima, istri Mourad merasa kecewa dengan suaminya karena sebagai suami tidak bisa memenuhi kebutuhan istrinya dan mengatakan bahwa Mourad bukanlah seorang laki-laki. Hal itu terdapat pada kutipan berikut. (3) LHR/11-12 On a beau lui dire que toute naissance est un capital, que Dieu saura pourvoir aux besoins des êtres qu’il crée, Mourad reste intransigeant et pour mettre un terme à cette discussion il a obligé Hlima à utiliser un stérilet. C‟est à ce moment-là qu‟elle lui dit, en colère : « Ton adjoint, lui, est homme ! Il touche moins que toi et il vit dans une superbe villa, avec deux voitures, et ses enfants sont à l‟école de la mission française, et en plus il offre à sa femme des vacances à Rome ! Toi tu m‟offres un stérilet et on ne mange de la viande que deux fois par semaine. Ce n‟est pas une vie. Les vacances on les passe chez ta mère, dans cette vieille maison de la médina de Fès. Tu appelles ça des vacances ? Quand vas-tu te rendre compte que notre situation est misérable ? »
70
Sekalipun orang-orang berkata padanya bahwa semua kelahiran merupakan modal, Tuhan akan memenuhi semua kebutuhan manusia yang diciptakan-Nya. Mourad tetap pada pendiriannya dan untuk mengakhiri pembicaraan ini, dia menyuruh Hlima untuk menggunakan alat kontasepsi. Pada saat itulah istrinya berkata dengan marah: “Asistenmu, dialah laki-laki sejati! penghasilannya kurang darimu dan dia tinggal di vila yang indah, dengan dua mobil, dan anak-anaknya bersekolah di sekolah Perancis, dan terlebih lagi dia menghadiahi istrinya liburan ke Roma! Kamu menghadiahiku alat kontrasepsi dan kita hanya makan daging dua kali seminggu. Ini bukan kehidupan. Liburan kita lewatkan di rumah ibumu, di rumah tuanya di Medina, Fez. Kamu sebut itu liburan? Kapan kamu akan sadar bahwa situasi kita menyedihkan?”. Pada kutipan ke- 3 terdapat pemikiran orang Maroko tentang banyak anak, maka banyak rejeki.Hal itu juga sama seperti yang dipikirkan oleh istrinya ketika Mourad menghadiahinya alat kontrasepsi. Pada sebagian orang Maroko menggunakan alat kontrasepsi merupakan hal yang melawan peraturan agama kerena mencegah kehamilan dan kelahiran, tidak seperti pemikiran orang Barat.Hal itu pula yang terjadi pada Mourad, bahwa menurutnya mempunyai banyak anak bukanlah menambah rejeki, tetapi menambah biaya.Semua itu dapat dilihat pada kalimat On a beau lui dire que toute naissance est un capital, que Dieu saura pourvoir aux besoins des êtres qu’il crée, Mourad reste intransigeant et pour mettre un terme à cette discussion il a obligé Hlima à utiliser un stérilet (Sekalipun orang-orang berkata padanya bahwa semua kelahiran merupakan modal, Tuhan akan memenuhi semua kebutuhan manusia yang diciptakan-Nya. Mourad tetap pada pendiriannya dan untuk mengakhiri pembicaraan ini, dia menyuruh Hlima untuk menggunakan alat kontasepsi).
71
Pada kutipan di atas terdapat hegemoni pemikiran Barat yang terjadi pada diri Mourad. Orang Barat lebih berpikir rasional, mereka melihat pada kenyataan bahwa jika mereka mempunyai banyak anak maka mereka harus mempunyai penghasilan yang banyak pula untuk membiayai anak-anaknya. Sedangkan yang terjadi pada Mourad adalah penghasilannya yang sedikit, sehingga Mourad berpikir untuk tidak menambah anak. Pola pikir Mourad dipengaruhi oleh pemikiran Barat, karena dia pernah bersekolah di sekolah Perancis. Pada data itu juga digambarkan bahwa keadaan Mourad dan keluarganya sangatlah menyedihkan. Hlima membandingkan kehidupannya dengan kehidupan asisten suaminya yang gajinya lebih kecil dari suaminya, tetapi bisa hidup dengan sangat nyaman. Hlima sangat iri pada kehidupan asisten itu, karena bisa menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Perancis, menghadiahi istrinya liburan ke Roma dan mereka tinggal di villa yang sangat indah. Kutipan Les vacances on les passe chez ta mère, dans cette vieille maison de la médina de Fès. …. Quand vas-tu te rendre compte que notre situation est misérable ? (Liburan kita lewatkan di rumah ibumu, di rumah tuanya di Medina, Fez. …. Kapan kamu akan
sadar
bahwa
situasi
kita
menyedihkan?)menjelaskan
tentang
ketidakpuasan Hlima pada kehidupannya yang serba kekurangan. Dia selalu membandingkan
antara
kehidupan
Haji
Hamid
dan
suaminya
dengan
menyinggung liburan yang selalu mereka habiskan di rumah tua ibu suaminya di Fes karena keterbatasan biaya. Mourad berpikir bahwa Hamid, asistennya tidak pernah membaca buku dan hanya membaca koran nasional. Dia sangat tidak menyukai asistennya itu
72
karena dia bukan tipe orang yang berpendidikan.Terlebih lagi Hamid sangat menyanjung Saddam, Presiden Irak pada saat itu.Perhatikan kutipan berikut. (4) LHR/13 … Haj Hamid est le contraire de l‟homme cultivé. Il n’a probablement jamais lu un livre. Le matin, il passe une bonne heure à lire la presse nationale. Mourad se demande comment on peut passer autant de temps à lire des journaux aussi vides ? Peut-être qu‟il ne les lit pas. Il fait semblant. Il se donne des airs. De temps en temps, il fait un commentaire à voix haute du genre : « Saddam : ça c’est un homme ! » Mourad a bien envie de réagir et de dire par exemple : « Celui qui a envoyé son peuple se faire massacrer pendant huit ans en Iran puis qui a tout fait pour provoquer une guerre avec la moitié de la planète, tu appelles ça un homme ? » … Haji Hamid kebalikan dari orang yang berpendidikan.Dia mungkin saja tidak pernah membaca buku satu pun. Pagi hari, dia selalu menghabiskan waktu satu jam untuk membaca koran nasional. Mourad bertanya-tanya bagaimana bisa orang menghabiskan waktu begitu banyak untuk membaca koran yang kosong? Mungkin dia tidak membacanya.Hanya pura-pura dan berlagak. Kadang-kadang dia memberikan komentar dengan suara yang keras: “Saddam: dialah lakilaki sejati!”Mourad sangat ingin bereaksi dan mengatakan, misalnya: “Dialah yang telah mengirimkan orang-orangnya ke Iran selama delapan tahun untuk dibunuh, kemudia dia yang melakukan segala cara untuk menimbulkan perang dengan separuh dunia. Kamu menyebutkan laki-laki sejati?” Pada data di atas dijelaskan bahwa Hamid merupakan kebalikan dari orang yang berpendidikan, karena dia tidak pernah membaca buku satu pun dan hanya membaca koran nasional yang tidak ada isinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan Il n’a probablement jamais lu un livre. Le matin, il passe une bonne heure à lire la presse nationale. (Dia mungkin saja tidak pernah membaca buku satu pun. Pagi hari, dia selalu menghabiskan waktu satu jam untuk membaca koran nasional.). Orang yang berpendidikan selalu membaca buku dan tidak begitu mempercayai media massa, karena media massa menaruh unsur-unsur
73
politik dalam melakukan pemberitaan dan terdapat kepentingan pribadi terhadap pemiliknya. Pada kutipan … Saddam : ça c’est un homme ! » Mourad a bien envie de réagir et de dire par exemple : « Celui qui a envoyé son peuple se faire massacrer pendant huit ans en Iran puis qui a tout fait pour provoquer une guerre avec la moitié de la planète, tu appelles ça un homme ? (“… Saddam: dialah laki-laki sejati!” Mourad sangat ingin bereaksi dan mengatakan, misalnya: “Dialah yang telah mengirimkan orang-orangnya ke Iran selama delapan tahun untuk dibunuh, kemudian dia yang melakukan segala cara untuk menimbulkan perang dengan separuh dunia. Kamu menyebutkan laki-laki sejati?”)adanyaperbedaan pandangan antara Hamid dan Mourad terhadap Saddam. Hamid melakukan pembelaan terhadap Saddam sebagai orang Timur yang telah melakukan invasi ke Iran dan dengan berani menentang hegemoni Barat. Sedangkan Mourad, sebagai orang yang telah mendapatkan pendidikan di sekolah Perancis, secara otomatis mempunyai pola pikir yang sama dengan pola pikir Barat. Pola pikir Barat pada diri Mourad, membuatnya menerima hegemoni Barat dan mengecam tindakan Saddam yang telah melakukan kejahatan perang dengan beberapa negara di dunia. Adanya perbedaan pemikiran antara Mourad dan Abbas, teman SMA Mourad dikarenakan latar belakang pendidikan yang mereka tempuh.Perhatikan kutipan berikut. (5) LHR/44 Abbas est un home de qualité. Il est loin de tout ça. Il est riche et modeste. Son père lui a laissé des terres et des immeubles. … L‟unique fois où nous
74
nous sommes disputés, c‟était durant la guerre du Golfe. Lui aussi a participé à la manifestation pour soutenir Saddam. On a prétendu qu‟il soutenait le peuple irakien, et que de toute façon Saddam est devenu un symbole de résistance contre l‟Occident de plus en plus anti-arabe et antimusulman. Abbas n‟est pas mauvais mais il se laisse facilement entraîner par les slogans vengeurs d’une partie de la presse arabe. On s‟était connus au lycée. Lui avait commencé des études de droit en arabe et moi je suis parti en France faire des études d’ingénieur. Nous étions différents. Nous le somme toujours. Mais cela n‟empêche pas notre amitié d‟être solide. … Abbas adalah seorang pria yang bermartabat. Dia jauh dari semua hal buruk. Dia kaya tapi rendah hati. Ayahnya telah mewariskannya tanah dan gedung-gedung. … Satu-satunya saat kami bertengkar adalah ketika Perang Teluk. Dia juga ikut dalam demonstrasi mendukung Saddam. Banyak orang berpendapat bahwa Saddam membela rakyat Irak dan sosoknya telah menjadi simbol perlawanan terhadap Barat yang semakin anti-Arab dan anti-Muslim. Abbas tidak jahat, tetapi dia membiarkan dirinya dengan mudah dipengaruhi oleh slogan-slogan perang dari sebagian pers Arab. Kami berkenalan di SMA.Dia kemudian mengambil studi hukum dalam bahasa Arab dan aku studi ke Perancis untuk menjadi insinyur.Kami berbeda.Kami selalu begitu hingga sekarang.Tapi hal itu tidak menghalangi persahabatan kami menjadi kuat. … Pada kutipan ke- 5 terdapat perbedaan pendapat tentang Saddam antara Abbas dan Mourad. Hal itu terdapat pada kutipan Lui aussi a participé à la manifestation pour soutenir Saddam. … il se laisse facilement entraîner par les slogans vengeurs d’une partie de la presse arabe.… Lui avait commencé des études de droit en arabe et moi je suis parti en France faire des études d’ingénieur. (Dia juga ikut dalam demonstrasi mendukung Saddam. … dia membiarkan dirinya dengan mudah dipengaruhi oleh slogan-slogan perang dari sebagian pers Arab. … Dia kemudian mengambil studi hukum dalam bahasa Arab dan aku studi ke Perancis untuk menjadi insinyur.).Adanya pengaruh pemikiran Barat pada Mourad karena dia pernah bersekolah di Perancis, sedangkan Abbas yang bersekolah dengan bahasa Arab dan tidak pernah
75
bersekolah di Perancis, sehingga dia tidak terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Barat seperti Mourad.Selain itu, slogan-slogan yang dikeluarkan oleh sebagian pers Arab yang mendukung bahwa Saddam adalah pahlawan untuk orang Timur telah mempengaruhi Abbas.Saddam sebagai orang Timur yang menentang Barat begitu diagung-agungkan oleh orang-orang Timur.Perbedaan pendapat di antara mereka berdua tidak mempengaruhi persahabatan mereka. Hegemoni Barat pada diri Mourad tidak membuatnya simpati terhadap tindakan yang dilakukan oleh Saddam, terutama pada kasus Perang Teluk. Selain perbedaan pendapat tentang Saddam antara Abbas dan Mourad, ada pula perbedaan sikap antara Mourad dan Haji Hamid. Haji Hamid lebih Maroko daripada Mourad. Perhatikan kutipan berikut. (6) LHR/83-84 Le chaouch, souriant, me dit que M. Sabbane voudrait me voir. J‟ai soudain peur. … J‟aimerais que mon adjoint soit là. S‟il y a un problème, il saura mieux que moi le traiter. J’ai toujours dit que Haj Hamid était plus marocain que moi. Il sait parler il a l‟art d‟envelopper les choses dans des formules poétiques et parfois religieuses qui donnent le tournis à ses interlocuteurs. Il connaît par cœur des vers de Chawki, d‟Omar Khayyam, des hadiths du Prophète, des proverbes des villes et des campagnes. Comme on dit en arabe, « sa langue est une lame ». Pesuruh dengan tersenyum mengatakan padaku bahwa Pak Sabbane ingin bertemu denganku. Tiba-tiba aku merasa takut. … Aku berharap asistenku berada di sini. Jika ada masalah, dia lebih tahu daripada aku bagaimana menyelesaikannya. Aku selalu mengatakan bahwa Haji Hamid lebih Maroko dibandingkan denganku. Dia mahir berbicara. Dia mahir menggunakan kata kiasan dan terkadang bernuansa keagamaan yang membuat lawan bicaranya pusing. Dia hafal sajak-sajak Chawki, Omar Khayyam, hadis-hadis nabi, dan peribahasa-peribahasa kota dan desa. Seperti yang dikatakan orang dalam bahasa Arab, “Lidahnya bagaikan mata pisau”.
76
Pada kutipan ke- 6 terdapat perbedaan latar belakang pendidikan antara Mourad dan Haji Hamid, sehingga menimbulkan perbedaan pula dalam sikap.Mourad yang pernah bersekolah di Perancis membuat pola pikirnya lebih Barat dibandingkan Haji Hamid, karena dia tidak pernah besekolah di negaranegara Barat.Hal itu ditunjukkan pada kutipan J’ai toujours dit que Haj Hamid était plus marocain que moi. (Aku selalu mengatakan bahwa Haji Hamid lebih Maroko dibandingkan denganku.). Haji Hamid yang tidak terkena hegemoni Barat mengetahui bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah, contohnya dengan cara melakukan pujian terhadap lawan bicara dan tidak langsung pada inti pembicaraan. Sedangkan Mourad selalu berbicara langsung pada inti pembicaraan.
4.1.2
Hegemoni Ekonomi Mourad merasa dirinya sangat sengsara dibandingkan yang lainnya. Dia
tidak tahu harus berbuat apa untuk mengubah keadaannya agar sesuai dengan keinginan istrinya. Perhatikan kutipan di bawah ini. (7) LHR/12 « Ma situation est plus que misérable, se dit-il. Est-ce de ma faute si tout augmente, si les riches sont de plus en plus riches et si les pauvres comme moi stagnent dans leur pauvreté ?Est-ce de ma faute si la sécheresse a davantage appauvri les pauvres ? Que faire ? Voler ? S’emparer des biens des autres en leur faisant croire que des placements leur rapporteraient plus ? » “Situasiku lebih daripada menyedihkan, katanya pada diri sendiri. Apakah itu salahku jika semuanya naik, jika orang-orang kaya semakin kaya dan jika orang-orang miskin sepertiku tetap dalam kemiskinan?Apakah salahku jika kekeringan semakin memiskinkan orang-orang miskin?Apa yang harus kulakukan? Mencuri?Merebut
77
milik orang lain dengan meyakinkan mereka bahwa investasi yang banyak akan memberikan mereka hasil yang lebih banyak?” Pada data di atas digambarkan kesedihan dan kebingungan yang dirasakan Mourad.Mourad merasakan sedih yang mendalam daripada yang mereka rasakan.Dia mengalami kebingungan dalam menghadapi keadaan hidupnya saat ini.Hal itu dikarenakan tuntutan istrinya dan selalu mengeluhkan bahwa kehidupan mereka menyedihkan. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengubah hidupnya agar sesuai dengan yang diinginkan istrinya. Kutipan Est-ce de ma faute si la sécheresse a davantage appauvri les pauvres ? (Apakah salahku jika kekeringan semakin memiskinkan orang-orang miskin?) menjelaskan bahwa kekeringan yang melanda negaranya menyebabkan hargaharga menjadi naik dan biaya hidup pun menjadi mahal. Sehingga orang-orang yang miskin seperti dirinya tidak bisa mengubah diri menjadi lebih baik. Selain itu, hegemoni ekonomi terjadi pada istri Mourad yang selalu menuntut materi. Pada data tersebutjuga adanya tekanan ekonomi yang dirasakan oleh orang-orang miskin sebagai akibat dari mahalnya harga-harga barang. Pada kutipan S’emparer des biens des autres en leur faisant croire que des placements leur rapporteraient plus ? (Merebut milik orang lain dengan meyakinkan mereka bahwa investasi yang banyak akan memberikan mereka hasil yang lebih banyak?) menggambarkan salah satu akibat dari krisis yang melanda Maroko pada saat itu. Hal itu dapat menciptakan sistem kapitalisme dengan menyerap dana masyarakat untuk menanamkan modalnya pada sebuah pasar modal atau lembaga perbankan. Tujuan sebenarnya dari tindakan tersebut adalah untuk membuat kaum kapitalisme menjadi lebih besar dari sebelumnya.
78
Oleh karena itu pada kutipan sebelumnya terdapat kalimat … si les riches sont de plus en plus riches et si les pauvres comme moi stagnent dans leur pauvreté ? (…jika orang-orang kaya semakin kaya dan jika orang-orang miskin sepertiku tetap dalam kemiskinan?) yang menjelaskan bahwa kaum kapitalisme memanfaatkan kekrisisan ekonomi dengan semakin memperkaya dirinya. Hamid adalah orang yang selalu memperhatikan penampilannya dan mungkin saja satu-satunya orang yang berpenampilan elegan di kantornya. Dia yang merupakan seorang asisten dari wakil direktur di kantor Kementrian Pekerjaan Umum yang tentu saja mempunyai gaji lebih kecil daripada Mourad bisa melakukan perjalanan ke Eropa dan umroh ke Mekah setiap dua tahun sekali,bahkan dia mempunyai gelar Haji yang disandangnya. Perhatikan kutipan berikut. (8) LHR/15 Mourad n‟a pas envie de mourir à cause de cet adjoint visqueux. Il est peut-être le seul de tout l‟office dépendant du ministère de l‟Equipement à mettre de la brillantine sur ses cheveux. Ça aussi c‟est insupportable. Cette odeur d‟huile rance l‟insupporte. Peut-être qu‟un jour il l‟étranglera. En tout cas il n‟aura pas de promotion. Il n‟en a pas besoin. Son salaire est symbolique. Ce n’est pas avec ces quelques milliers de dirhams qu’il se paie ses voyages en Europe et, une fois tous les deus ans, son petit pèlerinage, Omra, à la Mecque. Mourad tidak ingin mati gara-gara asisten yang rendah itu. Mungkin Hamid adalah satu-satunya di kantor Kementrian Pekerjaan Umum yang memakai minyak rambut. Aroma minyaknya sangat tidak tertahankan. Mungkin suatu hari Mourad akan mencekiknya. Bagaimanapun juga dia tidak akan dipromosikan kenaikan pangkat. Dia tidak membutuhkannya.Gajinya adalah simbol. Bukan dengan beberapa ribu dirham dia membayar perjalanannnya ke Eropa dan setiap dua tahun sekali umroh ke Mekah.
79
Pada kutipanSon salaire est symbolique. Ce n’est pas avec ces quelques milliers de dirhams qu’il se paie ses voyages en Europe et, une fois tous les deus ans, son petit pèlerinage, Omra, à la Mecque (Gajinya adalah simbol. Bukan dengan beberapa ribu dirham dia membayar perjalanannnya ke Eropa dan setiap dua tahun sekali umroh ke Mekah) menjelaskan bahwa gaji yang dimiliki oleh Hamid hanyalah simbol. Adanya hegemoni ekonomi yang terbentuk karena uang yang dimilikinya sangat banyak, menjadikannya sebagai orang yang hidup dalam kemewahan. Hal itu terbukti dengan dia mampu membayar perjalanannya ke Eropa dan umroh ke Mekah setiap dua tahun sekali bukan dengan gaji yang didapatnya, melainkan dari uang yang didapatkannya secara tidak baik. Jika dipikirkan secara logika hal itu sangat tidak mungkin untuk seorang asisten wakil direktur yang bekerja di kantor Kementrian Pekerjaan Umum sanggup membayar perjalanan seperti itu dengan gajinya yang tidak lebih besar dari Mourad. Mourad pernah menyesali uang yang diberikan padanya oleh seorang kontraktor bangunan ketika mereka berada di sebuah restoran di Casablanca. Namun Mourad tidak ingin melanggar prinsipnya dan bertindak kotor seperti teman-temannya.Perhatikan kutipan berikut. (9) LHR/17 Il est prêt à tous les sacrifices mais pas à violer ses principes et faire comme les autres. Pourtant, il lui arrive de regretter pendant un bref instant la liasse de billets de banque qu‟un promoteur immobilier, M. Foulane, avait posée pour lui sur la table d‟un café de la ville. Il devait bien y avoir un million de centimes. Avec un million, il achèterait des cigarettes américaines et une mobylette, une robe à Hlima, et un costume de fêté à chacun des enfants, ils iraient tous au restaurant manger du poisson, il fumerait des cigarettes américaines et peut-être il s‟offrirait un
80
cigare Monte Cristo no 1 spécial qui coûte quatre-vingts dirhams, le prix de deux repas en temps normal. Il suffisait d‟une signature, une petite signature en bas d‟une page. Non, il n’était pas à acheter. Il s’était levé et avait quitté le café, furieux. … Mourad siap mengorbankan semuanya tapi tidak melanggar semua prinsipnya dan bertindak seperti yang lainnya. Meskipun begitu, kadangkadang dalam waktu sekejap, dia menyesali seberkas lembaran uang yang pernah diberikan seorang kontraktor bangunan, Pak Foulane, untuknya di atas meja sebuah kafe di kota itu. Pasti jumlahnya ada satu juta.Dengan satu juta, dia bisa membeli sepeda motor, gaun untuk Hlima, dan pakaian pesta untuk anak-anaknya. Mereka semua bisa pergi makan ikan di restoran, dia bisa menghisap rokok Amerika dan mungkin dia bisa membeli untuk dirinya sendiri cerutu Monte Cristo No. 1 spesial seharga delapan puluh dirham, dua kali biaya makannya sehari-hari. Dia cukup tanda tangan, sebuah tanda tangan kecil di bagian bawah kertas.Tidak, dia tidak bisa dibeli.Dia berdiri dan meninggalkan kafe, sangat marah. … Pada kutipan Non, il n’était pas à acheter. Il s’était levé et avait quitté le café, furieux. (Tidak, dia tidak bisa dibeli. Dia berdiri dan meninggalkan kafe, sangat marah)
terdapat dominasi ekonomi yang dilakukan oleh Pak
Foulane sebagai seorang kontraktor bangunan terhadap Mourad, seorang Wakil Direktur Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan yang ingin mengajukan permohonan pendirian bangunan di Casablanca. Dominasi tersebut menimbulkan pemberian sejumlah uang agar pendirian bangunan dapat segera dilaksanakan tanpa melalui proses birokrasi yang seharusnya. Dengan kata lain, dominasi yang dilakukan oleh Pak Foulane adalah dengan menyuap Mourad. Namun Mourad tetap pada pendiriannya bahwa dia tidak bisa melakukan hal tersebut karena itu melanggar prinsipnya.Mourad sangat menghargai prinsipnya, yaitu dia tidak bisa disuap.
81
Hubungan antara Hlima dan Mourad menjadi memburuk karena adanya tekanan dari keluarga Hlima.Selain itu, keadaan ekonomi juga mendorongnya untuk protes menginginkan kehidupan yang lebih baik.Perhatikan kutipan berikut. (10) LHR/18 … Elle Pourrait vivra en paix avec un mari de condition modeste, mais l’entourage veille et la pousse à protester. Son père ne dit rien. Il apprécie Mourad, il connaît son sérieux et son honnêteté. La mère est hypocrite. Elle lui fait de grands sourires mais dès qu’il a le dos tourné elle se moque de lui. … … Hlima bisa hidup damai dengan suaminya yang sederhana, tapi dia berada di bawah pengaruh keluarganya dan memaksanya untuk protes. Ayahnya tidak mengatakan apa-apa. Dia menghargai Mourad, mengetahui keseriusannya dan kejujurannya. Ibunya orang yang munafik. Dia tersenyum lebar kepada Mourad, tetapi dibelakangnya dia mengejeknya. … Pada data tersebut dijelaskan bahwa adanya dominasi kekuasaan, yaitu dominasi ekonomi yang dilakukan ibu mertuanya terhadap Hlima. Dominasi tersebut dikarenakan keadaan ekonomi Mourad dan Hlima yang tidak sesuai dengan harapan ibunya dan ibunya adalah orang yang munafik. Dominasi ekonomi menimbulkan penggolongan orang-orang terhadap tingkat kelas orang tersebut.Itulah yang dilakukan ibu mertuanya.Dia mengeluarkan senyumnya di depan Mourad, namun di belakang dia menghina Mourad karena status ekonominya. Hal itu tergambar pada kutipan Elle Pourrait vivra en paix avec un mari de condition modeste, mais l’entourage veille et la pousse à protester. … La mère est hypocrite. Elle lui fait de grands sourires mais dès qu’il a le dos tourné elle se moque de lui. (Hlima bisa hidup damai dengan suaminya yang sederhana, tapi dia berada di bawah pengaruh keluarganya dan memaksanya untuk protes. … Ibunya orang yang munafik. Dia tersenyum
82
lebar kepada Mourad, tetapi dibelakangnya dia mengejeknya.). Hegemoni ekonomi yang terjadi pada ibu mertua Mourad dikarenakan ibu mertuanya adalah orang yang materialistis. Menurut Mourad, ibu mertuanya menjual anak-anak perempuannya kepada orang-orang yang berani membayar tinggi dengan atas nama pernikahan. Perhatikan kutipan berikut.
(11) LHR/20 Enfin, n‟insistons pas. Tout ce que ma belle-mère est non seulement hypocrite mais que, toute proportion gardée, elle aurait fait une bonne patronne de bordel, d‟ailleurs elle a marié ses filles non pas en fonction du statut moral ou intellectuel des prétendants, mais de leur situation financière. On peut dire qu’elle vendait ses filles aux plus offrants. Bien sûr, tout cela se passe de manière déguisée, voilée, indirecte, jamais de façon frontale. Ya, cukuplah! Yang aku tahu ibu mertuaku tidak hanya munafik, tapi dalam batas tertentu, dia tidak jauh berbeda dengan seorang germo. Lagi pula, dia menikahkan ana-anak perempuannya bukan dengan alasan status moral atau intelektual para pelamar, tapi karena status finansial mereka.Bisa dikatakan bahwa dia menjual anak-anak perempuannya kepada yang paling banyak pemberiannya.Tentu saja, semua itu terjadi secara tersamar, terselubung, tidak langsung, tidak pernah terang-terangan. Pada data ke- 11 dapat dilihat bahwa adanya keadaan ekonomi yang kurang memadai dapat membuat orang rela melakukan apa saja seperti yang dilakukan oleh ibu mertua Mourad. Dia rela memberikan putri-putrinya kepada orang yang paling banyak pemberiannya dibandingkan moral dan kualitas intelektual dan dia melakukannya atas nama pernikahan. Hal itu terdapat pada kutipan … elle a marié ses filles non pas en fonction du statut moral ou intellectuel des prétendants, mais de leur situation financière. On peut dire
83
qu’elle vendait ses filles aux plus offrants.(… dia menikahkan ana-anak perempuannya bukan dengan alasan status moral atau intelektual para pelamar, tapi karena status finansial mereka. Bisa dikatakan bahwa dia menjual
anak-anak
perempuannya
kepada
yang
paling
banyak
pemberiannya.).Peran ekonomi dalam suatu negara atau keluarga mempunyai peran yang sangatlah besar.Ekonomi dapat menundukkan orang bahkan dapat membuat orang mendewakannya, sehingga orang-orang dapat berbuat apa saja untuk mendapatkan ekonomi yang menurut mereka sangat baik. Hal itu tidak saja terjadi di negara-negara berkembang, melainkan juga terjadi di negara-negara maju. Selain Mourad yang mengalami ketertindasan dalam keluarga dan lingkungan kerjanya, ada seorang dokter yang baru saja diangkat di rumah sakit pusat di Casablanca dan dokter itu lebih naif daripada Mourad. Seorang kepala perawat yang lebih berkuasa daripada dokter tersebut sama sekali tidak menganggapnya ketika dokter itu menegurnya. Terlebih lagi kepala perawat itu memperkaya dirinya dengan mengenakan pajak kepada semua pasien dan menjual obat kepada mereka.Perhatikan kutipan berikut. (12) LHR/30 … J‟appris plus tard que cet infirmier était puissant. Il s’était enrichir en taxant tous les malades à qui en outre il vendait des médicaments et qu’il envoyait parfois à des cliniques privées, lesquelles lui versait sa commission. … Kemudian aku mengetahui bahwa perawat itu berkuasa. Dia memperkaya dirinya dengan mengenakan pajak dari semua pasien. Dia menjual obat-obatan dan kadang-kadang dia mengirimkan mereka ke klinik swasta.Dia mendapatkan komisinya dari klinikklinik tersebut.
84
Pada kutipan Il s’était enrichir en taxant tous les malades à qui en outre il vendait des médicaments et qu’il envoyait parfois à des cliniques privées, lesquelles lui versait sa commission. (Dia memperkaya dirinya dengan meminta uang pelicin dari semua pasien. Dia menjual obat-obatan dan kadang-kadang dia mengirimkan mereka ke klinik swasta. Dia mendapatkan komisinya dari klinik-klinik tersebut.) digambarkan bahwa kekuasaantidak berdasarkan pada jabatanyang dimiliki seseorang, melainkan pada seberapa banyak uang yang didapatkan. Hegemoni ekonomi menimbulkan adanya sistem kapitalis seperti yang dilakukan oleh kepala perawat tersebut.Dia mengenakan pajak kepada semua pasien dan dia memberikan obat-obatan kepada mereka. Selain itu, dia mendapatkan komisi dari klinik-klinik swasta ketika dia mengirimkan mereka ke sana. Dalam suatu sistem di rumah sakit yang berhak mendiagnosa, memberikan resep obat, dan memberikan rujukan klinik adalah dokter bukan perawat.Namun yang terjadi adalah sebaliknya, karena pada rumah sakit tersebut kepala perawat lebih berperan dibandingkan dokter. Kondisi ekonomi yang tidak stabil dan kekuasaan membuat orang-orang menyingkirkan moralnya untuk memperkaya diri dengan berbagai macam cara. Perhatikan kutipan di bawah ini. (13) LHR/33-34 … « Ce que vous placez sur un plan moral et que vous appelez corruption, moi je l‟appelle une économie parallèle, elle n‟est même pas souterraine, elle est même nécessaire. Je ne dis pas qu‟elle est bonne, je dis qu‟il faut faire avec et cesser de confondre compensation et vol. Et n’allez pas croire que seuls les pays en voie de développement connaissent ce problème. Regardez les scandales en France, en Italie, et même au
85
Japon. Chez nous ça passe à une dimension humaine, individuelle. Dans ces pays, ce n‟est plus une compensation populaire, ce sont les détournements de grosses sommes, des malversations, des délits de grand banditisme. … Nous somme de misérables fonctionnaires mal payés et qui luttons quotidiennement pour que nos enfants aient une scolarité normale, des vacances décentes, une vie sans manque et sans tristesse. …» … “Praktik yang anda letakkan pada tingkat moral dan anda sebut korupsi, saya menyebutnya ekonomi paralel.Ekonomi itu bahkan tidaklah tersembunyi, dia betul-betul diperlukan. Saya tidak mengatakan bahwa hal itu baik, saya hanya mengatakan bahwa kita harus memakluminya dan membedakannya antara kompensasi dan mencuri. Dan janganlah anda mengira bahwa hanya negara-negara berkembang yang mengenal masalah ini. Lihatlah skandal di Perancis, Italia, dan bahkan di Jepang.Di negara kita hal itu terjadi dalam dimensi manusia, perorangan.Di negara-negara tadi, bukan lagi kompensasi umum, tetapi penyelewengan dalam jumlah yang besar, korupsi besar-besaran, kejahatan ala bandit besar. … Kita adalah pegawai negeri malang yang dibayar rendah dan yang sehari-hari berjuang agar anak-anak kita mendapatkan pendidikan normal, liburan yang pantas, kehidupan yang tidak serba kekurangan, dan tanpa kesedihan. …” Pada kutipan di atas digambarkan adanya perbedaan praktik korupsi antara negara berkembang dan negara maju. Hal itu terdapat pada kutipan Et n‟allez pas croire que seuls les pays en voie de développement connaissent ce problème. Regardez les scandales en France, en Italie, et même au Japon. (Dan janganlah anda mengira bahwa hanya negara-negara berkembang yang mengenal masalah ini. Lihatlah skandal di Perancis, Italia, dan bahkan di Jepang.). Di negara berkembang praktik korupsi hanya dilakukan secara perorangan dan mereka menyebutnya sebagai kompensasi bukan mencuri, sedangkan di negara maju dilakukan secara besar-besaran dan berkelompok. Adanya ketidakstabilan ekonomi membuat banyak orang melakukan kecurangan baik itu dalam skala kecil maupun besar.
86
Mayoritas
orang
yang
melakukan
korupsi
bekerja
di
jajaran
pemerintahan.Alasan mereka melakukan korupsi adalah karena gaji yang mereka dapatkan tidaklah mencukupi kebutuhan mereka, sehingga mereka melakukan kegiatan tersebut.Kondisi ekonomi yang tidak bagus juga mempengaruhi pendidikan. Pada kutipan Nous somme de misérables fonctionnaires mal payés et qui luttons quotidiennement pour que nos enfants aient une scolarité normale,… (Kita adalah pegawai negeri malang yang dibayar rendah dan yang sehari-hari berjuang agar anak-anak kita mendapatkan pendidikan normal,…) dijelaskan bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang normal di negara berkembang tentunya didukung pula dengan kondisi ekonomi yang ada. Jika keadaan ekonomi di suatu keluarga tidak bagus, maka keluarga itu tidak dapat memasukan anaknya ke dalam sekolah yang berkualitas. Hal itu dikarenakan mahalnya biaya pendidikan di negara berkembang dan memicu timbulnya diskriminasi sosial dan status ekonomi. Ketika Mourad dan Karima, anak perempuannya melakukan perjalanan dan tiba di stasiun di Tangier. Mereka disambut oleh orang-orang yang menawarkan berbagai macam tawaran yang mereka miliki.Perhatikan kutipan di bawah. (14) LHR/89 Vue de loin, Tanger ressemble à une princesse lascive, couchée le long de la baie, la chevelure flottant sur la mer. En arrivant à la gare, on est bousculé et entouré de gamins qui proposent de tout : un hôtel, un restaurant, un taxi, une maison, des cigarettes américaines, du whisky en contrebande, du fromage hollandais, du haschisch. Il y en a qui ne proposent rien mais tendent le bras pour nous aider à porter notre sac ou pour mendier. …
87
Dilihat dari kejauhan, Tangier seperti seorang putri yang penuh birahi, berbaring di sepanjang teluk, rambutnya bergoyang-goyang tertiup angin di laut. Ketika tiba di stasiun, kami terdorong dan dikelilingi oleh anak-anak yang menawarkan segala macam: hotel, restoran, taksi, rumah, rokok Amerika, wiski ilegal, keju Belanda, dan ganja. Ada juga yang tidak menawarkan apa-apa, tetapi mengulurkan tangannya untuk membantu kami membawakan tas atau untuk mengemis. Kutipan di atas menggambarkan keadaan ekonomi dan ciri khas negara berkembang yang terdapat pada kutipanEn arrivant à la gare, on est bousculé et entouré de gamins qui proposent de tout : un hôtel, un restaurant, un taxi, une maison, des cigarettes américaines, du whisky en contrebande, du fromage hollandais, du haschisch. Il y en a qui ne proposent rien mais tendent le bras pour nous aider à porter notre sac ou pour mendier. (Ketika tiba di stasiun, kami terdorong dan dikelilingi oleh anak-anak yang menawarkan segala macam: hotel, restoran, taksi, rumah, rokok Amerika, wiski ilegal, keju Belanda, dan ganja. Ada juga yang tidak menawarkan apa-apa, tetapi mengulurkan tangannya untuk membantu kami membawakan tas atau untuk mengemis.). Anak-anak yang menawarkan jasa, pengemis, rokok Amerika, wiski ilegal, dan ganja yang dijual secara bebas merupakan fenomena yang terdapat di negara berkembang. Fenomena tersebut dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak bagus dan kesejahteraan yang tidak merata. Najia dan Mourad terlibat pembicaraan serius mengenai uang dolar Amerika yang telah Mourad terima.Najia merasa kecewa dengan Mourad, namun Mourad mengatakan bahwa dia tidak korupsi dan hal tersebut tidak hanya terjadi di negaranya saja melainkan juga di negara-negara maju.Lihat kutipan di bawah. (15) LHR/110
88
… « Mais c‟est une différence minime. Cet argent est sale. Je ne te connaissais pas ainsi, capable de voler la société, l‟Etat, le peuple. » « N‟exagérons pas. Je n‟ai volé personne, et surtout pas le peuple. Cet argent m‟a été donné par une société américaine. Après tout, ça se fait même dans les pays développés. Nous autres, nous sommes des amateurs. » … “Tapi perbedaannya tipis. Itu uang haram. Aku tidak mengenalmu seperti ini, mampu mencuri dari perusahaan, negara, dan rakyat.” “Jangan dilebih-lebihkan. Aku tidak mencuri dari siapa pun, dan terutama bukan uang rakyat. Uang ini diberikan kepadaku oleh perusahaan Amerika. Lagi pula, itu dilakukan orang-orang, bahkan di negara maju. Kami semua hanyalah amatiran.” Kutipan ke- 15 menjelaskan bahwa korupsi tidak hanya dilakukan di negara berkembang saja, tetapi juga di negara maju seperti Amerika. Hal itu tergambarkan pada kutipan Après tout, ça se fait même dans les pays développés. (Lagi pula, itu dilakukan orang-orang, bahkan di negara maju.). Seperti pada kutipan sebelumnya yang telah saya bahas bahwa korupsi terjadi di negara berkembang dan negara maju, seperti di Perancis, Italia, dan Jepang. Hegemoni ekonomi menimbulkan sistem kapitalis yang membuat Mourad akhirnya menjadi seorang koruptor. Mourad yang baru terlibat dalam korupsi, sebenarnya dia sudah melakukan tindakan tersebut tanpa sadar dengan membawa mesin tik kantor ke rumah. Perhatikan kutipan berikut. (16) LHR/140-141 ... Disons que je suis en règle et que je n‟ai rien à me reprocher. Ah peutêtre qu‟ils me réclameront la veille machine à écrire qui ne servait plus. Quand on l‟a remplacée par une électrique, je l’ai empruntée pour quelque jours à la maison. Mon fils avait un devoir à présenter. Il l’a tapé sur cette machine. Depuis, javoue l’avoir gardée à la maison. De temps en temps, Karima l‟utilise. Elle a appris toute seule à taper. S‟ils la
89
cherchent, j‟irai la rapporter. Je dirais que je l’ai juste empruntée pour quelques jours. … … Katakanlah bahwa aku tidak menyalahi peraturan dan aku merasa tidak bersalah. Ah, mungkin mereka akan meminta mesin tik tua yang sudah tidak digunakan lagi. Ketika mesin tik diganti dengan mesin tik listrik, aku meminjamnya selama beberapa hari di rumah. Anak laki-lakiku mempunyai tugas untuk presentasi dan dia menggunakannya. Sejak itu, aku mengakui menyimpannya di rumah. Kadang-kadang Karima menggunakannya. Dia belajar mengetik sendiri. Jika mereka mencarinya, aku akan membawanya. Aku akan mengatakan bahwa aku baru saja meminjamnya selama beberapa hari. … Kutipan di atas menyatakan bahwa Mourad melakukan korupsi kecil tanpa disadarinya, yang terdapat pada …, je l’ai empruntée pour quelque jours à la maison. ... Je dirais que je l’ai juste empruntée pour quelques jours. (… aku meminjamnya selama beberapa hari di rumah. …Aku akan mengatakan bahwa aku baru saja meminjamnya selama beberapa hari.). Inventaris kantor yang dibeli dengan menggunakan uang negara tidak boleh dibawa pulang dan itu sama dengan tindakan korupsi.Kondisi ekonominya yang tidak mendukungnya untuk membeli mesin tik, membuatnya membawa inventaris kantor ke rumah. Mourad melihat banyak pengemis yang datang ke kotanya.Hal itu disebabkan kekeringan yang melanda negaranya.Perhatikan kutipan berikut. (17) LHR/174 J‟entre au café Central. … Des enfants cirent les chaussures d‟hommes qui font semblant d elire le journal. … Je bois un thé. J‟observe les passants. Il y a encore trop de mendiants dans cette ville. C’est l’effet de la sécheresse. Ils viennet des campagnes. « Ils tombent à la place de la pluie », me dit le garçon, qui oublie lui aussi qu‟il y a cinq ans il était berger. Aku masuk ke kafe Central. … Anak-anak menyemir sepatu orang yang pura-pura membaca surat kabar. … Aku minum secangkir teh.Aku memandangi orang-orang yang berlalu lalang.Masih terlalu banyak pengemis di kota ini. Ini akibat dari kekeringan. Mereka datang dari
90
desa. “Bukan hujan yang turun, melainkan mereka yang berdatangan”, pelayan berkata padaku. Seorang pelayan yang lupa bahwa lima tahun yang lalu dia juga seorang penggembala. Kutipan di atas menggambarkan keadaan di Maroko yang dilanda kekeringan, sehingga mengakibatkan banyak orang-orang yang berdatangan dari desa ke kota untuk bekerja. Mereka tidak punya keahlian dan menjadi pegemis, bahkan anak-anak yang seharusnya sekolah, mereka menjadi penyemir sepatu untuk mendapatkan uang. Kutipan Il y a encore trop de mendiants dans cette ville. C’est l’effet de la sécheresse. (Masih terlalu banyak pengemis di kota ini. Ini akibat dari kekeringan. Mereka datang dari desa.) menggambarkan salah satu ciri negara berkembang, yaitu pembangunan, pendidikan, dan perekonomian yang tidak merata berakibat pada kemiskinan sehingga banyak orang yang datang ke kota-kota besar untuk mendapatkan uang dengan pekerjaan apapun. Hegemoni ekonomi menimbulkan adanya sistem kapitalis, sehingga merugikan rakyat kecil.
4.1.3
Hegemoni Kelas Sosial Ketika Mourad melihat Hamid sedang membaca Koran nasional, Pak
Hakim seorang tuan tanah datang ke kantor mereka untuk bertemu dengan Hamid. Pak Hakim orang yang selalu mengeluarkan kata-kata mutiara yang penuh dengan makna. Kedatangannya pada saat itu bukanlah untuk melakukan penawaran, karena Mourad mengetahui akan hal itu. Penawaran biasanya mereka lakukan di luar kantor. Mourad memang tidak melakukan apa pun atau diam saja, tetapi bukan berarti Mourad tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Perhatikan kutipan berikut.
91
(18) LHR/13-14 … Or il y a des choses qu‟il remarque et décide de ne pas relever, comme par exemple la visite de M. Hakim, riche propriétaire terrien qui aime parler avec des métaphores et des insinuations. Il utilise souvent les proverbes. Certains sont beaux et énigmatiques comme celui-ci : « Le minaret est tombé, on a pendu le coiffeur », ou bien cet autre : « La main que tu ne peux mordre, embrasse-la. » Mourad sait que les tractations se font en dehors du bureau. Là, M. Hakim vient pour la forme, pour apporter des documents ou pour en retirer d‟autres. Leur manège n‟échappe pas à l‟œil morose mais présent de Mourad. Il y a aussi les cadeaux en nature, des sacs de blé, des caisses de fruits, le mouton de l’Aïd el Kébir, la fête du sacrifice. Tout cela est mis sur le compte de la générosité des paysans. Haj Hamid apprécie beaucoup ces gestes, comme ça, pour rien. … Padahal ada beberapa hal yang dia perhatikan dan putuskan untuk tidak mengangkat topik itu, contohnya seperti kunjungan Pak Hakim, seorang tuan tanah yang kaya raya yang suka berbicara dengan menggunakan kiasan-kiasan dan kata-kata yang mengandung arti tersembunyi. Dia sering menggunakan peribahasa. Beberapa di antaranya bagus dan membingungkan seperti ini: “Menara masjid telah runtuh, orang-orang telah menggantung penata rambut”, atau yang lainnya: “Tangan yang tidak bisa kamu gigit, ciumlah”. Mourad tahu bahwa penawaran dilakukan di luar kantor. Pak Hakim datang ke sana untuk basa-basi, untuk memberikan dokumen-dokumen, atau untuk mengambil yang lainnya. Permainan mereka bukannya tidak diketahui oleh Mourad, tetapi dia diam saja.Ada juga hadiah-hadiah berupa barang, berkarungkarung gandum, berkrat-krat buah, domba untuk Idul Adha, yaitu hari raya kurban.Semuaini adalah karena kemurahan hati para petani.Haji Hamid sangat menghargai tindakan-tindakan seperti itu yang dilakukan tanpa pamrih. Pada data di atas, digambarkan bahwa seorang tuan tanah yang kaya raya bisa melakukan apa saja untuk melancarkan keinginannya. Pada kutipan La main que tu ne peux mordre, embrasse-la. (“Tangan yang tidak bisa kamu gigit, ciumlah”) merupakan peribahasa
yang menunjukkan bahwa jika tidak bisa
menyampaikan maksud secara langsung, maka bisa dilakukan dengan cara yang halus, yaitu dengan memberikan hadiah-hadiah atau pujian-pujian. Selain itu, pada kutipan Il y a aussi les cadeaux en nature, des sacs de blé, des caisses de
92
fruits, le mouton de l’Aïd el Kébir, la fête du sacrifice. (Ada juga hadiahhadiah berupa barang, berkarung-karung gandum, berkrat-krat buah, domba untuk Idul Adha, yaitu hari raya kurban.) adanya dominasi personal yang dilakukan oleh Pak Hakim terhadap Hamid. Pak Hakim sebagai kelas bangsawan melakukan gratifikasi kepada kelas pekerja, yaitu Hamid.Dia memberikan banyak hadiah dengan maksud agar segala urusannya selalu dipermudah dan dilancarkan tanpa harus melewati sistem yang ada. Selain itu, ada dampak yang ditimbulkan oleh Pak Hakim sebagai seorang tuan tanah terhadap petani, yaitu menyewakan tanahnya dan para petani tersebut membagi hasilnya dengan Pak Hakim. Sidi
Larbi
adalah
seorang
pengacara
dan
Mourad
sangat
membencinya.Sidi Larbi pengacara kotor yang memperkaya dirinya dari penggelapan uang dan pemerasan.Hal itu bisa dilihat pada kutipan berikut. (19) LHR/19 Justement, Sidi Larbi est le type même d‟individu que Mourad exècre. C’est un avocat véreux qui s’est enrichi avec les indemnités de décès après des accidents de la route. … Sa fortune est visible et il dort très bien. Il est capable de s‟endormir n‟importe où et à n‟importe quelle heure. Il mange vite, rote et fait la sieste en ronflant. L‟argent arrive de partout et rien ne le gêne. Pour lui, Mourad est un raté, un pauvre type qui n’a pas su s’adapter à la vie moderne. Sebenarnya, Sidi Labi adalah tipe orang yang Mourad benci. Dia adalah seorang pengacara kotor yang memperkaya dirinya dengan memanfaatkan uang ganti rugi korban kecelakaan lalu lintas. … Kekayaannya terlihat jelas dan dia tidur dengan nyaman. Dia bisa tidur dimana saja dan kapan saja. Dia makan dengan cepat, bersendawa dan tidur siang sambil mendengkur. Uangnya datang dari mana-mana dan tidak ada yang mengganggunya.Bagi dia, Mourad adalah orang yang gagal, tipe orang miskin yang tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan kehidupan modern.
93
Pada kutipan C’est un avocat véreux qui s’est enrichi avec les indemnités de décès après des accidents de la route. (Dia adalah seorang pengacara kotor yang memperkaya dirinya dengan memanfaatkan uang ganti rugi korban kecelakaan lalu lintas.)terdapat hegemoni ekonomi yang mengakibatkan munculnya kaum kapitalisme. Kaum kapitalisme tersebut menggunakan kekuasaannya untuk mendominasi kaum sosialisme agar memberikan uangnya atau modalnya kepada mereka. Dengan cara itulah kaum kapitalisme memperkaya dirinya. Itu yang dilakukan oleh Sidi Larbi, seorang pengacara yang memperkaya dirinya dengan memanfaatkan uang ganti rugi dari korban kecelakaan lalu lintas. Pada kutipan Pour lui, Mourad est un raté, un pauvre type qui n’a pas su s’adapter à la vie moderne (Bagi dia, Mourad adalah orang yang gagal, tipe orang miskin yang tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan kehidupan modern.)Sidi Larbi menganggap Mourad tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan kehidupan modern. Kehidupan modern yang dimaksud Sidi Larbi adalah memperkaya diri dengan cara memanfaatkan segala peluang yang ada, termasuk memanfaatkan uang ganti rugi korban kecelakaan, ciri khas dari kaum kapitalisme. Pendominasian kaum kapitalisme terhadap kelas sosial rendah.
4.1.4
Hegemoni Moral Mourad sebagai orang yang selalu menjunjung tinggi kejujuran dan moral,
kini dia mengalami kebimbangan dan akhirnya menjadi bagian dari temantemannya yang korup.Lihat kutipan di bawah. (20) LHR/71
94
… Je signe tous les documents sans même les lire, appuie sur la sonnette. Le chaouch arrive en vitesse. Je lui tends le dossier et lui demande de le transmettre au bureau d‟enregistrement. Je pousse un grand soupir de soulagement. C‟est simple, rapide et sans drame. J‟étais fou de m‟encombrer de tant de scrupules. J‟ai franchi le pas. Je ne suis plus le même, je vais même devenir meilleur. J‟ouvre l‟une des deux enveloppes et j‟en retire deux billets bleus de deux cents dirhams. … Aku menandatangai semua dokumen itu bahkan tanpa membacanya, lalu aku menekan bel. Pesuruh datang dengan cepat. Kuulurkan berkas itu dan menyuruhnya untuk mengantarkan berkas itu ke kantor pencatatan. Aku menghela napas lega. Ternyata itu mudah, cepat, dan tanpa drama. Aku gila telah membebani diriku dengan begitu banyak pertimbangan. Aku telah melewatinya. Aku bukan lagi orang yang sama, bahkan aku akan menjadi lebih baik. Kubuka salah satu amplop itu dan kutarik dua lembar warna biru bernilai dua ratusan dirham. Pada kutipan di atas terjadi penyimpangan moral yang dilakukan oleh Mourad, yang dapat dilihat pada kutipanJe signe tous les documents sans même les lire… Je ne suis plus le même, je vais même devenir meilleur. (Aku menandatangai semua dokumen itu bahkan tanpa membacanya… Aku bukan lagi orang yang sama, bahkan aku akan menjadi lebih baik.). Mourad yang selalu mengutamakan kejujuran menjadi seorang yang korup dan mematahkan idealismenya. Dominasi korup di lingkungan kantornya membuatnya dengan sukarela menerima suap. Dia berharap dengan idenya menerima suap ini, dia akan berubah menjadi orang yang lebih baik.Mourad mengalami hegemoni moral dengan melakukan tindakan korupsi. Anak laki-laki Mourad yang bangga karena dirinya seperti ayahnya yang tidak pernah korupsi, memberikan pengandaian tentang korupsi.Menurutnya, korupsi merupakan ancaman yang dapat merusak moral bangsa.Lihat kutipan di bawah. (21)
95
LHR/98-99 « … D‟ailleurs, si tout le monde faisait comme nous, le pays se porterait mieux. J‟aime bien le mot arabe pour désigner la corruption ; c‟est ce qui est miné de l‟intérieur, rongé par les mites, on dit cela du bois qui est foutu et qui ne sert plus à rien, pas même à faire du feu. L‟homme c‟est pareil. S‟il vend son âme, s‟il achète la conscience des autres, il participe à un processus de destruction générale. Tu sais, la corruption c’est comme la mendicité. Les mendiants existent parce que les gens donnent l’aumône. » “… Lagi pula, aku percaya, kalau semua orang seperti kita, negeri ini pasti akan menjadi lebih baik. Aku suka kata dalam bahasa Arab yang dipakai untuk istilah korupsi; berasal dari kata keropos, berarti termakan rayap, bagai kayu yang sudah lapuk tidak berguna lagi, bahkan untuk menyalakan api. Begitu juga orang. Bila dia sudah menjual jiwanya, dia ikut serta dalam proses perusakan umum. Ayah tahu, korupsi itu sama halnya seperti pengemis. Para pengemis ada karena orang-orang memberi sedekah.” Kutipan di atas menggambarkan bahwa orang-orang rela menjual moralnya untuk menjadikan dirinya kaya.Korupsi merupakan kerusakan moral dan sangat membahayakan negara. Pada kutipan … la corruption c’est comme la mendicité.
Les
mendiants
existent
parce
que
les
gens
donnent
l’aumône.(…korupsi itu sama halnya seperti pengemis. Para pengemis ada karena orang-orang memberi sedekah.) menunjukkan bahwa orang yang melakukan korupsi sama seperti pengemis. Maksudnya adalah mereka memintaminta dengan cara memaksa bahkan bisa dengan kekerasan. Mereka melakukan hal tersebut karena adanya kesempatan yang diberikan oleh orang lain, tanpa disadari oleh yang memberi kesempatan tersebut. Hegemoni moral pada kutipan di atas terjadi pada masyarakat Maroko yang pada saat itu banyak yang melakukan tindakan korupsi.Mereka melakukan tindakan korupsi karena sistem perekonomian yang buruk dan adanya kesempatan untuk melakukan hal itu.
96
Menurut Mourad, Haji Hamid mempunyai kehidupan ganda. Dia baik hati kepada istrinya, namun di luar itu, dia mengadakan pesta orgi di sebuah apartemen yang dia sewa bersama temannya.Perhatikan kutipan berikut. (22) LHR/120-121 … H.H. a une double vie. Je le sais. Je crois même que sa femme est au courant. Il la comble de cadeaux et d‟argent. Elle s‟achète des bijoux. C‟est lui qui me l‟a dit un jour. Elle possède deux ceintures en or. Pour lui c‟est un investissement, même si le prix de l‟or ne bouge pas beaucoup. Il partage une garçonnière avec un ami, aussi corrompu que lui, un certain Taïbi, spécialisé dans l‟achat de matériels dans un ministère. Les filles, il les ramasse à la sortie des lycées et quelquefois dans le campus universitaire. La vie leur sourit. Les filles tombent comme des mouches. De temps en temps, ils organisent une orgie. … … H.H. alias Haji Hamid mempunyai kehidupan ganda. Aku tahu itu. Aku kira istrinya tahu. Haji Hamid memenuhi istrinya dengan hadiah dan uang. Dia membeli perhiasan.Dia yang mengatakannya kepadaku pada suatu hari.Istrinya membeli dua sabuk emas.Baginya itu merupakan suatu investasi, meskipun harga emas tidak banyak bergerak.Dia menyewa sebuah studio dengan temannya yang juga korupsi seperti dia. Namanya Taïbi, seorang ahli dalam pengadaan barang-barang di kementrian.Dia mengambil gadis-gadis yang baru keluar dari sekolah atau kadang-kadang dari universitas.Kehidupan tersenyum pada mereka.Gadis-gadis berjatuhan seperti lalat.Kadang-kadang mereka mengadakan pesta orgi. … Kutipan ke- 22 menggambarkan tentang kehidupan koruptor yang mempunyai kehidupan ganda. Pada satu kehidupannya dia baik terhadap istrinya, namun pada kehidupannya yang lain dia menghilangkan moralnya. Kutipan … ils organisent une orgie. (… mereka mengadakan pesta orgi.)merupakan salah satu ciri kehidupan koruptor, mereka menikmati hidup dari hasil yang tidak baik dan membawa gadis-gadis, kemudian mereka berpesta orgi di studio yang mereka sewa.Pada kutipan tersebut terdapat hegemoni moral yang dialami oleh Haji Hamid dan Taïbi.
97
Najia yang kecewa dengan Mourad menyuruhnya untuk pergi.Mourad meninggalkan Najia dengan kemarahan dan pergi menuju rumah Nadia.Di rumah Nadia, mereka melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.Perhatikan kutipan di bawah. (23) LHR/123 Je m‟en vais, la colère rentrée, prêt à me défouler sur le corps de Nadia. Elle m‟attend en robe de chambre. Sans dire un mot nous nous enlaçons et nous nous dirigeons vers le lit. Je ferme les yeux. Tout son corps est fiévreux. Nous nous déshabillons tout en nous embrassant. … Aku pergi dengan kemarahan. Aku siap melampiaskannya pada tubuh Nadia. Dia menungguku dalam pakaian tidur. Tanpa berkata apa-apa, kami berpelukan dan bergerak ke arah tempat tidur. Aku menutup mata. Seluruh tubuhnya bergetar. Kami menanggalkan pakaian sambil terus berciuman. … Kutipan di atas adanya hegemoni moral yang dilakukan oleh Mourad dan Nadia, yang terdapat pada kalimat Nous nous déshabillons tout en nous embrassant.(Kami menanggalkan pakaian sambil terus berciuman.).Mereka tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut.Mourad telah mengkhianati istrinya begitu jauh, sedangkan Nadia sebagai wanita lajang seharusnya menjaga dirinya.Nadia tidak boleh begitu saja menerima Mourad, karena dia tahu bahwa Mourad sudah memiliki keluarga.Nadia dan Mourad mengalami hegemoni moral dalam bentuk perselingkuhan. Haji Hamid menawarkan bantuan jasa seorang hakim yang dia kenal untuk membantu Mourad jika Mourad ditangkap oleh polisi karena korupsi. Haji Hamid akan memberikan sejumlah uang untuk menutup perkara tersebut. Lihat kutipan di bawah. (24)
98
LHR/126 « Deux hommes sont passés hier en fin d‟après-midi. Je ne les connais pas. Ils n‟ont pas dit qui ils sont. Ils reviendront ce matin. J‟espère que c‟est une erreur. En tout cas, vous pouvez compter sur moi en cas de pépin. Mais attention, surtout pas de dénonciation. Si vous êtes pris, je pourrai parler à quelqu’un de bien placé qui connait un juge qui sait ce qu’il faudra faire… Si besoin est, quelques milliers de dirhams classeront l’affaire. … » “Kemarin sore dua orang pria datang. Saya tidak mengenal mereka.Mereka tidak mengatakan siapa mereka. Mereka akan kembali pagi ini. Saya harap itu suatu kesalahan.Bagaimanapun juga anda dapat mengandalkan saya jika ada sesuatu yang tidak beres.Tetapi hati-hati, jangan ada pengaduan.Jika anda tertangkap, saya akan berbicara kepada seseorang yang berkedudukan tinggi, seorang hakim yang mengetahui apa yang harus dilakukannya… Bila perlu, beberapa ribu dirham akan menutup perkara. …” Pada kutipan ke- 24digambarkan bahwa hakim dan hukum di negara berkembang dapat dibeli dengan uang, yang terdapat pada kutipan Si vous êtes pris, je pourrai parler à quelqu’un de bien placé qui connait un juge qui sait ce qu’il faudra faire… Si besoin est, quelques milliers de dirhams classeront l’affaire. (Jika anda tertangkap, saya akan berbicara kepada seseorang yang berkedudukan tinggi, seorang hakim yang mengetahui apa yang harus dilakukannya… Bila perlu, beberapa ribu dirham akan menutup perkara.). Dengan kata lain, seorang hakim yang melepaskan moralnya untuk mengadili orang yang bersalah dapat disuap. Begitu juga dengan hukum yang dapat dibeli beberapa lembar uang, karena uang lebih berkuasa dibandingkan hukum. Hegemoni moral yang dialami oleh hakim dikarenakan rendahnya gaji seorang hakim di negara berkembang, sehingga membuat seorang penegak hukum dapat menjual moralnya demi kepentingan pribadi, yaitu mendapatkan uang dengan jumlah yang besar.
99
Haji Hamid merasakan kekhawatiran pada anak perempuannya. Dia sebagai seorang ayah bertanggung jawab atas moral anak perempuannya, namun di sisi lain dia suka bersenang-senang dengan perempuan-perempuan muda yang usianya hampir sama dengan anak perempuannya. Perhatikan kutipan berikut. (25) LHR/128-129 …Comme beaucoup de pères de sa condition, il va droit au but : « Je suis responsable de sa vertu ; une aussi belle fille c‟est un camion de problèmes, de soucis et d‟inquiétudes. ... ». Il est énervé. Mais, curieusement, il ne se voit pas en « profiteur sans vergogne de la naïveté et de l’innocence » d’autres jeunes filles ! … Seperti bapak-bapak lain yang mengalami kondisi yang sama, dia langsung menjawab: “saya bertanggung jawab atas keteguhan moralnya, gadis secantik itu adalah suatu masalah besar, kerisauan dan kecemasan. …” Dia kesal, tapi anehnya, dia tidak melihat dirinya seperti “pria yang tanpa malu-malu mengambil keuntungan dari kenaifan dan kepolosan” gadis-gadis muda lainnya! Pada kutipan di atas adanya kemunafikan pada diri Haji Hamid. Kutipan … il ne se voit pas en « profiteur sans vergogne de la naïveté et de l’innocence » d’autres jeunes filles ! (…dia tidak melihat dirinya seperti “pria yang tanpa malu-malu mengambil keuntungan dari kenaifan dan kepolosan” gadis-gadis muda lainnya!)menjelaskan bahwa Haji Hamid tidak menyadari bahwa dirinya mengalami kerusakan moral, yaitu seperti pria-pria yang suka memanfaatkan perempuan-perempuan muda yang polos. Hegemoni moral pada Haji Hamid adalah kesenangannya dalam mengambil keuntungan dari kenaifan dan kepolosan para wanita muda. Mourad dan Haji Hamid kedatangan seorang wanita muda, bernama Doukkali setelah kepergian tiga orang dari kantor Komisi. Dia dikirim oleh Wakil
100
Sekretaris Negara. Dia menyerahkan surat kepada Mourad karena dia ingin meninggalkan pekerjaannya di kantornya yang dulu dan menjadi sekretaris di tempat Mourad bekerja. Selain itu, dia mengadukan mantan atasannya ke pengadilan karena pelecehan seksual.Lihat kutipan di bawah. (26) LHR/146-147 … Je lui demande pour quelles raisons elle a quitté son precedent poste. Elle me répond, sur un ton sec et net : « Le patron voulait coucher avec moi… C’était ça ou la porte. J’ai porté plaintecontre lui pour harcèlement sexuel. » H.H. siffle d‟étonnement. « Vous vous croyez en Suède ? » « Non, je sais où je suis et ce que je fais. Le Maroc change. Vous verrez, j‟espère que vous viendrez au procès… en simple observateur, bien sûr, peut-être en témoin. » … Aku bertanya kepadanya mengapa dia meninggalkan tempatnya bekerja dulu.Dia menjawabku dengan nada yang keras dan jelas: “Bos ingin tidur denganku… pilihannya adalah tidur atau saya keluar. Saya mengadukannya karena pelecehan seksual.” H.H. bersiul dengan heran. “Apakah anda pikir ada di Swedia?” “Tidak. Saya tahu di mana saya berada dan apa yang saya lakukan. Maroko berubah. Anda akan lihat. Saya harap anda akan datang ke pengadilan, tentunya hanya sebagai pengamat atau mungkin saksi.” Pada kutipan di atas terdapat penyimpangan moral yang dilakukan seorang bos kepada bawahannya, yang ditunjukkan pada kutipan Le patron voulait coucher avec moi… C’était ça ou la porte. J’ai porté plaintecontre lui pour harcèlement sexuel.(Bos ingin tidur denganku… pilihannya adalah tidur atau saya keluar. Saya mengadukannya karena pelecehan seksual.). Pada kutipan tersebut, atasan dari Doukkali mengalami hegemoni moral karena melakukan pelecehan seksual.Selain itu, kutipan Vous vous croyez en Suède ?... Non, je sais où je suis et ce que je fais. Le Maroc change. (Apakah anda pikir ada di
101
Swedia?... Tidak. Saya tahu di mana saya berada dan apa yang saya lakukan. Maroko berubah.) menunjukkan bahwa adanya kebebasan di Swedia dan Maroko mengalami hal yang sama. Swedia merupakan salah satu negara Skandinavia yang memberikan kebebasan dalam melakukan pergaulan bebas pada rakyatnya dan hal itulah yang diikuti oleh Maroko.
4.2
Subaltern Subaltern menurut Gayatri Spivak adalah kelompok-kelompok yang
mengalami penindasan oleh kelas penguasa, eksploitasi terhadap kaum tertindas yang disebabkan adanya dominasi struktural.Kaum subaltern selain tertindas mereka juga tidak memiliki akses kepada kaum elit dan cenderung diabaikan. Dengan kata lain, kaum subaltern tidak memiliki ruang untuk menyuarakan aspirasinya. Lihat kutipan di bawah. (27) LHR/61 Haj Hamid entre et pose sur mon bureau le dossier de M. Sabbane en me disant, comme si j’étais son subalterne, que je dois régler ce problème très rapidement. J‟ouvre le dossier. J‟étudie les plans et les projets. Haji Hamid masuk dan meletakkan dokumen Pak Sabbane di atas mejaku sambil berkata seolah-olah aku adalah bawahannya, bahwa aku harus mengurus masalah itu dengan cepat. Aku membuka dokumen itu. Aku mempelajari rencana dan proyeknya. Pada kutipan … comme si j’étais son subalterne, que je dois régler ce problème très rapidement.(…seolah-olah aku adalah bawahannya, bahwa aku harus mengurus masalah itu dengan cepat.)terdapat subaltern yang dialami
102
Mourad. Mourad mengalami penindasan oleh asistennya, Haji Hamid dikarenakan adanya dominasi struktural.Di kantornya, Haji Hamid lebih berperan dalam mengurusi dokumen-dokumen perizinan dibandingkan Mourad.Haji Hamid memaksa Mourad untuk mengurusi dokumen Pak Sabbane dengan cepat.Itulah dominasi struktural yang terjadi di kantornya.Pada kutipan ini Mourad sebagai kaum subaltern yang mengalami pemaksaan dari Haji Hamid dan Pak Sabbane sebagai kaum superordinat. Haji Hamid menyuruh Mourad untuk mempelajari dokumen Pak Sabbane dengan baik dan menurut Haji Hamid tender yang akan diikuti oleh Pak Sabbane adalah formalitas. Mereka hanya berfungsi agar formalitas tersebut berjalan dengan baik.Perhatikan kutipan berikut. (28) LHR/61-62 « … Alors, qu‟est-ce que vous décidez pour M. Sabbane ? » « Il faut qu‟il participe à l‟appel d‟offres, comme tout le monde. » « Mais bien entendu, il y participera. Comme vous le savez, c‟est une formalité. Nous sommes là pour faire en sorte que les formalités se passent bien. Etudiez bien le dossier. …. Ne négligez aucune page de ce dossier. » “… Jadi, apa yang anda putuskan untuk Pak Sabbane?” “Dia harus ikut tender seperti yang dilakukan orang lain.” “Tentu saja dia akan ikut berpartisipasi.Seperti yang anda ketahui, itu adalah sebuah formalitas.Kita ada di sini untuk memastikan bahwa formalitas berjalan baik.Pelajarilah baik-baik berkas itu. … Jangan sampai terlewatkan satu halaman pun dari berkas itu.” Pada kutipan ke- 28 terdapat pemaksaan yang dilakukan oleh Haji Hamid terhadap atasannya, Mourad.Hal itu dikarenakan Mourad adalah kaum subaltern di kantornya. Sedangkan Haji Hamid hanyalah seorang asisten yang lebih banyak berperan di kantornya terhadap perizinan pembangunan dan dia melakukan penyalahgunaan wewenang, sehingga membuat dia lebih berkuasa dibandingkan
103
Mourad, dapat dilihat pada kutipan Etudiez bien le dossier. …. Ne négligez aucune page de ce dossier.(Pelajarilah baik-baik berkas itu. … Jangan sampai terlewatkan satu halaman pun dari berkas itu.). Itulah yang membuatnya menyuruh Mourad agar mempelajari berkas-berkas dengan baik dan tidak boleh melewatkan satu halaman dari berkas tersebut karena Haji Hamid berada di posisi superordinat dan dia yang lebih banyak berperan dalam menangani masalah perizinan pembangunan. Najia yang merupakan sepupu Mourad dan seorang janda yang masih cantik selalu diawasi oleh orang-orang di lingkungan rumahnya. Itulah mengapa dia bertanya kepada Mourad apakah ada yang melihatnya ketika masuk ke rumah ini. Perhatikan kutipan di bawah. (29) LHR/80 … « Quelqu‟un t‟a vu entrer ? » « Non, je ne crois pas. » « Je te demande ça parce que les gens sont méchants. Ils surveillent et médisent sur mon compte. C’est dur d’être une femme seule dans ce pays. Il m’arrive parfois d’avoir envie de boire un verre une terrasse face à la mer et de fumer une cigarette. Si je le fais, on me prendra pour une putain. Alors je rentre chez moi et je m‟occupe de ma fille. … » … “Apakah ada orang yang melihatmu masuk?” “Tidak, sepertinya tidak.” “Aku menanyakan itu padamu karena orang-orang yang jahat suka mengawasi dan memfitnahku.Sangat sulit menjadi seorang perempuan yang tidak punya suami di negeri ini.Terkadang aku ingin minum di teras yang berhadapan dengan laut dan merokok. Kalau aku melakukan itu, orang akan menganggapku perempuan nakal.Jadi aku masuk ke rumah dan mengurus anak perempuanku. …” Kutipan di atas menggambarkan pendiskriminasian kaum subaltern yang dialami Najia oleh orang-orang di lingkungan rumahnya karena dia adalah
104
seorang janda yang masih muda dan cantik.Hal itu dapat dilihat pada kutipan C’est dur d’être une femme seule dans ce pays. Il m’arrive parfois d’avoir envie de boire un verre une terrasse face à la mer et de fumer une cigarette. Si je le fais, on me prendra pour une putain.(Sangat sulit menjadi seorang perempuan yang tidak punya suami di negeri ini. Terkadang aku ingin minum di teras yang berhadapan dengan laut dan merokok. Kalau aku melakukan itu, orang akan menganggapku perempuan nakal.). Pandangan orang Timur terhadap janda dan merokok di tempat umum merupakan hal yang negatif, sedangkan menurut orang Barat hal itu adalah hal yang biasa. Orang Timur lebih suka ikut campur dengan urusan oarng lain, sedangkan orang Barat tidak.Itulah kenapa Najia mendapatkan pendiskriminasian dan ruang geraknya terbatas. Haji Hamid sebagai seorang asisten Mourad, lebih berperan dalam menyelesaikan
berkas-berkas
pengajuan
pembangunan
daripada
Mourad.Perhtikan kutipan di bawah. (30) LHR/85-86 … « Parfaitement, M. Mourad. Je voulais juste vous signaler qu‟il manquait deux documents dans le dossier. Je les ai dans mon cartable. Ils ont besoin de votre signature. » Il les sort tout en me parlant. Je regarde discrètement Haj Hamid, qui me fait signe de la tête qu’il faut en finir avec ce dossier.Je jette un regard sur ces papiers. Il me semble les avoir déjà vus. J‟hésite puis je signe. … “Sempurna, Pak Mourad. Saya hanya ingin menunjukkan pada anda bahwa ada dua dokumen yang tidak ada di dalam berkas tersebut. saya membawanya di tas saya dan dokumen-dokumen ini membutuhkan tandatangan anda.” Sambil berbicara padaku, dia mengeluarkan dokumen-dokumen tersebut. Diam-diam aku melihat Haji Hamid dan dia menganggukkan kepalanya yang berarti bahwa aku harus segera menyelesaikan berkas
105
ini.Aku melihat kertas-kertas itu.Aku merasa pernah melihat kertas-kertas itu.Aku ragu-ragu, kemudian aku menandatanganinya. Pada kutipan di atas adanya subaltern yang dialami oleh Mourad untuk mengikuti segala petunjuk yang diberikan oleh asistennya, yang terdapat pada kutipan Je regarde discrètement Haj Hamid, qui me fait signe de la tête qu’il faut en finir avec ce dossier.(Diam-diam aku melihat Haji Hamid dan dia menganggukkan kepalanya yang berarti bahwa aku harus segera menyelesaikan berkas ini.). Pada kutipan tersebut menunjukkan bahwa Haji Hamid memegang kendali dalam proses penyelesaian dokumen-dokumen Pak Sabbane. Dia memberikan tanda dan tanda tersebut sebagai perintah bahwa Mourad harus segera menandatangani dokumen-dokumen tersebut tanpa persetujuan dari Mourad. Pak Sabbane mendatangi Mourad dengan membawa berkas milik perusahaan Amerika yang akan bekerja sama dengan beberapa orang Maroko. Pak Sabbane mengatakan bahwa dia adalah perantara yang ingin menolong temantemannya dan dia juga mengatakan bahwa Mourad harus segera menyelesaikan berkas ini.Perhatikan kutipan di bawah. (31) LHR/104-105 M Sabbane m‟apprend que ce dossier n‟est pas le sien. C‟est celui d‟une société américaine associée avec un groupe marocain qui veut investir dans le bâtiment. Lui ne fait que l‟intermédiaire. « Je rends service à des amis. C‟est important l‟amitié. La mémoire aussi c‟est important ». Il m’explique ensuite le projet, insiste sur l’urgence de l’affaire et me dit qu‟il reviendra dans deux jours. … Pak Sabbane mengatakan padaku bahwa berkas ini bukanlah miliknya. Ini adalah milik perusahaan Amerika yang bekerja sama dengan sekelompok
106
orang Maroko yang ingin berinvestasi dalam pembangunan gedung. Dia hanyalah perantara. “Saya menolong teman-teman. Persahabatan sangatlah penting. Ingatan juga penting”. Kemudian dia menjelaskan proyek ini padaku, menekankan betapa pentinganya urusan ini, dan dia mengatakan akan kembali dua hari lagi. Kutipan di atas menjelaskan adanya penekanan yang dilakukan Pak Sabbane kepada Mourad untuk segera menandatangani berkas tersebut, yang terdapat pada kutipan Il m’explique ensuite le projet, insiste sur l’urgence de l’affaire… (Kemudian dia menjelaskan proyek ini padaku, menekankan betapa pentinganya urusan ini…). Penekanan tersebut merupakan penindasan kaum penanam modal terahadap kaum subaltern. Dalam hal ini Mourad berposisi sebagai kaum subaltern, sedangkan Pak Sabbane adalah kaum penanam modal.Walaupun Mourad sudah masuk ke dalam lingkungan orang yang korupsi, namun Mourad masih diperlakukan seolah-olah dia adalah budak yang harus menuruti perintah dari majikannya tanpa membantah perintah tersebut. Mourad membedakan keinginan antara Najia dan Hlima saat Mourad mendengarkan suara Najia di telepon.Hlima merasa seperti wanita Maroko pada umumnya, namun sebenarnya dia jauh dari keadaan tersebut.Lihat kutipan di bawah. (32) LHR/107-108 La voix de Najia était claire. C‟est celle d‟une femme qui sait ce qu‟elle veut. Hlima aussi sait ce qu‟elle veut. C‟est la méthode utilisée qui diffère. Il y a chez elle de la hargne, de la revanche, de la rapacité. Elle est poussée par sa mère. Et on nous dit que les femmes marocaines sont opprimées, dominées et maltraitées ! Quelques-unes, oui, pas ma belle-mère, ni ses filles, ni ses nièces, ni ses cousines. … Suara Najia jelas. Itu suara wanita yang tahu apa yang diinginkannya. Hlima juga tahu apa yang diinginkannya. Tetapi cara yang digunakanlah yang
107
berbeda. Pada Hlima ada suasana rusuh, pembalasan, dan keserakahan.Dia didorong oleh ibunya.Dan banyak yang berkata bahwa wanita Maroko ditindas, dikuasai, dan diperlakukan buruk.Pada umumnya iya, tapi tidak dengan ibu mertuaku, anak-anaknya, keponakan-keponakannya, dan sepupusepupunya. … Kutipan di atas menggambarkan tentang kondisi wanita Maroko pada umumnya, walaupun tidak semua wanita Maroko mengalami penindasan, yang terdapat pada kutipan Et on nous dit que les femmes marocaines sont opprimées, dominées et maltraitées (Dan banyak yang berkata bahwa wanita Maroko ditindas, dikuasai, dan diperlakukan buruk.). Wanita Maroko pada kutipan tersebut merupakan kaum subaltern, sedangkan pria Maroko merupakan kaum penguasa.Wanita Maroko harus tunduk pada perintah pria Maroko.Dan hal itu merupakan kondisi yang biasa terjadi pada wanita-wanita Timur. Haji Hamid sebagai orang yang mempunyai uang banyak membuatnya berkuasa dan dapat mengendalikan orang yang tidak berdaya.Perhatikan kutipan berikut. (33) LHR/141 … Mais H.H. a pris l‟habitude de proposer un « arrangement » avant même qu‟on lui demande quoi que ce soit. Beaucoup de gens sont comme lui. Ils commencent par chercher à qui il faut s’adresser pour glisser la petite ou grosse enveloppe, même quand ils sont dans leur droit le plus strict et le plus banal. … … Tapi H.H. punya kebiasaan untuk mengusulkan “penyelesaian secara damai”, bahkan sebelum orang menanyakan apa pun kepadanya. Banyak orang seperti dia. Mereka memulai dengan mencari siapa yang bisa diajak bicara untuk melicinkan amplop kecil atau besar, baik ketika mereka menjalankan tugas yang paling ketat maupun yang paling biasa. … Kutipan ke- 33 menjelaskan bahwa orang yang mempunyai uang lebih berkuasa dan mereka bisa mengendalikan orang-orang yang mereka inginkan, hal
108
tersebut terdapat pada kutipan Ils commencent par chercher à qui il faut s’adresser pour glisser la petite ou grosse enveloppe, même quand ils sont dans leur droit le plus strict et le plus banal. (Mereka memulai dengan mencari siapa yang bisa diajak bicara untuk melicinkan amplop kecil atau besar, baik ketika mereka menjalankan tugas yang paling ketat maupun yang paling biasa.). Uang dapat membeli kekuasaan, orang, hukum, bahkan dapat mengendalikan semua itu. Dengan kata lain, orang yang mempunyai kekuasaan cenderung melakukan penekanan terhadap kaum subaltern. Di kantor, Haji Hamid yang sebetulnya adalah asistennya Mourad, namun dia lebih berperan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang berhubungan dengan sistem birokrasi. Perhatikan kutipan di bawah. (34) LHR/145 … Il connaît mieux que moi les rouages de l‟administration. Je suis son chef mais c’est lui qui dirige. C‟est ce que me dit ma femme. … La commission revient avec nous au bureau. Les trois hommes ramassent leurs affaires et nous serrent la main. H.H. les raccompagne. Il sort de son tiroir trois bouteilles de Chivas et les met chacune dans un sac en plastique. Il revient, tout souriant. Nous sommes tous les deux soulagés. … Dia tahu lebih baik daripada aku tentang sistem administrasi. Akuadalah kepalanya tapi dia dialah yang memimpin.Itu yang dikatakan oleh istriku. … Anggota penyeldik kembali ke kantor bersama kami. Ketiga orang itu mengambil barang-barang mereka dan kami bersalaman.Ha.H. mengantar mereka.Dia mengeluarkan tiga botol Chivas dari lacinya dan memasukkannya ke dalam kantong plastik.Dia kembali dengan senyum lebar.Kami berdua merasa lega. Pada kutipan ke- 34 adanya pendominasian yang dilakukan oleh Haji Hamid yang lebih berperan dibandingkan Mourad, yang sebenarnya adalah atasan Haji Hamid.Hal itu terdapat pada kutipan Je suis son chef mais c’est lui qui
109
dirige.(Aku adalah kepalanya tapi dia dialah yang memimpin.), sebagai seorang asisten, Haji Hamid lebih berkuasa dan lebih tahu bagaimana menyelesaikan masalah dalam birokrasi. Dia juga yang menyelesaikan masalah dengan cara damai ketika ada penyelidikan dari kantor Komisi. Dia memberikan tiga botol Chivas kepada para penyidik tersebut, dengan kata lain dia melakukan penyuapan agar tidak ada masalah dalam penyidikan, yang terdapat pada kutipan Il sort de son tiroir trois bouteilles de Chivas et les met chacune dans un sac en plastique. Il revient, tout souriant. (Dia mengeluarkan tiga botol Chivas dari lacinya dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Dia kembali dengan senyum lebar.).Chivas adalah salah satu merek wiski yang berasal dari Skotlandia.Menurut peraturan negara bahwa penyidik dalam melakukan tugasnya dilarang menerima barang dalam bentuk apa pun, karena itu merupakan penyuapan. Mourad ingat bahwa mertuanya pernah membantunya untuk mengadakan perayaan bagi anak-anaknya tanpa sepengetahuan Hlima.Mertuanya menyudutkan Mourad dengan mengingatkannya bahwa dia tidak bisa mengadakan perayaan tersebut dengan penghasilannya yang kecil.Perhatikan kutipan di bawah. (35) LHR/158 Mon fils avait trios ans. Elle avait décidé de faire la surprise à sa fille en organisant secrètement la cérémonie du baptême de Karima et de la circoncision de Wasit. Hlima ne devait surtout pas être mise au courant. Cela se fait souvent dans les familles bourgeoises. Ma belle-mère ne manqua pas l‟occasion de le faire savoir et surtout d‟insister sur l‟état plus que modeste de mon revenu. La générosité des gens riches est souvent suspecte. Saat umur anakku tiga tahun. Ibu mertuaku memutuskan membuat kejutan untuk anaknya dengan mengadakan selamatan Karima dan sunatan Wasit
110
secara rahasia. Hlima tidak boleh dikasih tahu. Itu sering dilakukan oleh keluarga borjuis. Ibu mertuaku tidak lupa mengambil kesempatan untuk mengingatkanku dan menyudutkanku bahwa penghasilanku jauh dari memadai. Kemurahan hati orang-orang kaya seringkali mencurigakan. Pada kutipan ke- 35 adanya ketidakberdayaan Mourad. Kutipan La générosité des gens riches est souvent suspecte. (Kemurahan hati orang-orang kaya seringkali mencurigakan.)menggambarkan bahwa ada maksud tertentu dibalik kemurahan hati orang-orang kaya. Orang-orang kaya sebagai kelas penguasa selalu mengeksploitasi kaum tertindas.Dengan kata lain, kaum borjuis sering melakukan penindasan terhadap kaum subaltern. Mourad untuk kedua kalinya pergi ke bank yang sama untuk menukarkan uang dolarnya. Di bank tersebut Mourad berhadapan dengan direktur bank yang mengatakan bahwa uang dolar itu adalah uang curian. Pak Direktur tidak akan melaporkan Mourad ke polisi kalau dia membagi uang dolarnya kepada direktur itu. Perhatikan kutipan di bawah. (36) LHR/164 « Si vous voulez, on pourra trouver un arrangement. Pour le moment, il n‟y a que vous et nous qui sommes au courant. Il ne tient qu‟à vous que cette affaire délicate reste entre nous, dans une intimité, une confidentialité partagée. Dans la vie, il faut parfois savoir perdre. » “Kalau anda mau, kita bisa tahu sama tahu.Saat ini hanya anda dan kami yang tahu.Tergantung anda bahwa urusan yang peka ini tetap ada di antara kita dalam keadaan saling mempercayai.Dalam kehidupan, kadang-kadang kita harus bisa menerima kekalahan.” Pada kutipan di atas adanya intimidasi yang dilakukan oleh direktur bank tempat Mourad menukarkan dolar Amerikanya, yang terlihat di kutipan Si vous voulez, on pourra trouver un arrangement. …Dans la vie, il faut parfois savoir perdre. (Kalau anda mau, kita bisa tahu sama tahu. …Dalam kehidupan,
111
kadang-kadang kita harus bisa menerima kekalahan.). Kutipan tersebut juga menjelaskan bahwa Mourad harus mau membagi dolar tersebut kepada pihak bank agar dia tidak dilaporkan ke polisi. Mourad harus mengalami kekalahannya lagi jika dia menyerahkan sebagian dolarnya kepada mereka.Perhatikan kutipan di bawah. (37) LHR/164 … Pour une fois que je gagne quelques sous, on veut me les prendre ! Ce n‟est pas juste. La justice non plus n’aime pas les pauvres, la puissance ne se niche pas chez les gens honnêtes et le printemps se moque pas mal des hirondelles. … … Untuk pertama kalinya aku mendapatkan beberapa jumlah uang, tapi mereka ingin mengambilnya dariku. Itu tidak adil. Keadilan tidak lagi menyenangi orang miskin, kekuasaan tidak berada di tangan orangorang jujur, dan musim semi sering mengejek burung layang-layang. … Kutipan di atas menjelaskan bahwa kekuasaan hanyalah milik orang-orang yang mempunyai uang, sehingga mereka bisa membeli keadilan dan keadilan akan berpihak pada mereka. Sedangkan untuk orang-orang miskin tidak mempunyai kekuasaan bahkan tidak mendapatkan keadilan. Keadilan menjauhi orang-orang
miskin,
karena
mereka
tidak
mempunyai
uang
untuk
membelinya.Mereka tertindas dan mereka tidak bisa membela diri mereka sendiri. Hal tersebut ditunjukkan
pada kutipan La justice non plus n’aime pas les
pauvres, la puissance ne se niche pas chez les gens honnêtes et le printemps se moque pas mal des hirondelles.(Keadilan tidak lagi menyenangi orang miskin, kekuasaan tidak berada di tangan orang-orang jujur, dan musim semi sering mengejek burung layang-layang.). Orang miskin sebagai kaum subaltern sering
112
mengalami penindasan yang dilakukan oleh kaum penguasa dan kaum subaltern seringkali tidak memiliki hak untuk menyuarakan suara mereka. Mourad teringat akan ayahnya yang melaporkan kasus pencurian yang menimpa rumah mereka di kantor polisi. Namun karena penampilannya, pengaduannya tidak dicatat oleh pihak kepolisian.Perhatikan kutipan di bawah. (38) LHR/189 … Il se leva et crut bon de signaler aux policiers qu‟il y avait erreur, qu‟il n‟était pas le voleur mais le volé, et il partit. La plainte ne fut pas enregistrée.En rentrant, il nous dit : « Dans ce pays, les voleurs sont protégés, les corrompus encouragés et les honnêtes gens menacés ! » … Dia berdiri dan mengatakan kepada polisi bahwa ada kesalahan, bahwa dia bukanlah pencuri, tapi korban pencurian dan dia pergi. Pengaduannya tidak dicatat oleh polisi. Ketika pulang, dia berkata kepada kami “Di negeri ini, pencuri dilindungi, koruptor didukung, dan orang-orang yang jujur diancam!” Pada kutipan di atas terdapat pendiskriminasian keadilan terhadap orangorang jujur yang mencari keadilan. Mereka mengalami penindasan oleh orangorang yang berkuasa, bahkan mereka tidak bisa memberikan pernyataan bahwa mereka adalah korban kejahatan yang memerlukan perlindungan. Keadilan tidak berpihak pada orang-orang yang jujur. Uang adalah penguasa atas segala-galanya. Hal tersebut ada dalam kutipan La plainte ne fut pas enregistrée.En rentrant, il nous dit : « Dans ce pays, les voleurs sont protégés, les corrompus encouragés et les honnêtes gens menacés ! » (Pengaduannya tidak dicatat oleh polisi. Ketika pulang, dia berkata kepada kami “Di negeri ini, pencuri dilindungi, koruptor didukung, dan orang-orang yang jujur diancam!”). Dengan kata lain, keadilan bukanlah milik kaum subaltern melainkan milik kaum penguasa atau milik orangorang yang memiliki uang untuk membayar keadilan.
113
Mourad ingin sekali melawan orang-orang yang memasukkannya dalam kasus penyelewengan kekayaan negara tersebut. Namun dia tidak mempunyai cukup dukungan untuk melawan mereka.Perhatikan kutipan di bawah. (39) LHR/196 Le soir, je raconte tout à Najia. A la fin, elle soupire puis me dit : « Etre innocent ne suffit pas ; avoir raison non plus. Le droit n‟est jamais appliqué dans toute sa rigueur. Ton histoire n'a d‟intérêt que si elle sert à impliquer les corrupteurs et les corrompus. Toi, tu as été un élément dans cette manigance. Tu pourrais rendre l‟argent et faire le procès de la corruption dans le pays. Mais pour cela il faut avoir les épaules larges et solides, il faut être plusieurs, il faut… il faut … Mais notre voix n‟est pas écoutée, elle ne porte pas très loin. Nous ne sommes pas de taille à nous battre avec ces monstres froids, cyniques, capables de nous broyer sous d’immenses éclats de rire. » Malam harinya, aku menceritakan semuanya pada Najia. Akhirnya, dia menarik napas panjang dan berkata: “Menjadi tidak bersalah itu tidak cukup, benar pun begitu juga. Hukum tidak pernah diterapkan dengan tegas. Ceritamu itu tidak berguna, kecuali jika melibatkan para koruptor dan orangorang busuk. Kamu telah terlibat dalam persekongkolan ini. Kamu bisa mengembalikan uang tersebut dan mengkritik habis-habisankorupsi di negeri ini. Tapi untuk melakukannya, kamu harus punya bahu yang lebar dan kuat, harus banyak dukungan, harus… harus… Tapi suara kita tidak didengar.Suara itu tidak sangat jauh.Kita tidak cukup kekuatan untuk melawan monster-monster dingin, sinis, yang mampu menghancurkan kita dengan tawa besarnya.” Pada kutipan di atas terdapat penindasan yang disebabkan oleh dominasi struktural.Penindasan tersebut dialami oleh Mourad yang ingin melawan orangorang yang membawanya pada kasus penyelewengan.Namun Mourad dan orangorang seperti dirinya tidak mempunyai dukungan yang cukup kuat untuk melawan mereka.Suara orang-orang seperti Mourad cenderung diabaikan dan mereka tidak memiliki jalan untuk menuntut keadilan, karena Mourad dan orang-orang seperti dirinya adalah kaum sublatern yang tidak memiliki suara untuk mendapatkan keadilan.Hal itu dijelaskan dalam kutipan Nous ne sommes pas de taille à nous
114
battre avec ces monstres froids, cyniques, capables de nous broyer sous d’immenses éclats de rire.(Kita tidak cukup kekuatan untuk melawan monster-monster dingin, sinis, yang mampu menghancurkan kita dengan tawa besarnya.). Mourad menyadari dari kejadian yang menimpanya.Cerita penyelewengan kekayaan negara dan intimidasi orang-orang bank kepadanya.Perhatikan kutipan di bawah.
(40) LHR/209-210 Je n‟ai pas le droit de retourner au bureau ni de quitter le territoire. De toute façon, pour sortir du pays, il faut l‟autorisation du directeur. On me fait peur. On me teste. C‟est un coup monté par H.H. Je suis naïf. Je comprends à présent l‟intimidation et le chantage exercés sur moi par les agents de la banque. Ce sont ses amis, ses complices. Je comprends l‟histoire de la machine à écrire. Je n‟aurais jamais dû emprunter cette vieille chose qui ne servait plus à rien. H.H. m’envoie ainsi des signaux : intégrer les rangs, ne plus être un gêneur, m’enrichir tout en lui permettant d’en faire autant et plus, ou bien, si je m’entête à rester intègre, il me le fera payer. Il en a les moyens. Aku tidak berhak kembali ke kantor, tidak juga pergi ke luar negeri. Pokoknya, untuk pergi ke luar negeri, harus ada izin dari Pak Direktur. Aku takut. Aku diuji. Itu adalah suatu konspirasi dari H.H. Aku naif. Aku sekarang mengerti intimidasi dan pemerasan yang dilakukan oleh orangorang bank. Mereka adalah teman-temannya, para kaki tangannya. Aku mengerti cerita mesin tik. Seharusnya aku tidak meminjam barang tua yang tidak lagi berguna itu. H.H. mengirimkan tanda-tanda kepadaku: seharusnya aku patuh, jangan lagi menjadi pengganggu, jadilah kaya sambil mengizinkan orang lain melakukan hal yang sama, bahkan lebih lagi. Jika aku tetap keras kepala menjaga integritasku, aku harus membayarnya. Dia punya cara untuk itu. Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa Mourad mengerti kenapa orangorang bank mengintimidasinya dan mengapa munculnya cerita mesin tik. Itu merupakan akal-akalan yang dilakukan oleh Pak Direktur dan Haji Hamid. Selain
115
intimidasi yang dilakukan oleh pihak bank, Mourad juga mengalami penindasan oleh Haji Hamid. Penindasan yang dilakukan Haji Hamid berupa tanda-tanda agar Mourad patuh kepadanya dan tidak menghalangi kepentingannya dan kepentingan orang-orang disekitarnya, yaitu mengambil keuntungan dari negara. Hal itu dijelaskan dalam kutipan H.H. m’envoie ainsi des signaux : intégrer les rangs, ne plus être un gêneur, m’enrichir tout en lui permettant d’en faire autant et plus, ou bien, si je m’entête à rester intègre, il me le fera payer.(H.H. mengirimkan tanda-tanda kepadaku: seharusnya aku patuh, jangan lagi menjadi pengganggu, jadilah kaya sambil mengizinkan orang lain melakukan hal yang sama, bahkan lebih lagi. Jika aku tetap keras kepala menjaga integritasku, aku harus membayarnya.). Dengan kata lain, Mourad sebagai kaum subaltern mengalami penindasan yang dilakukan oleh Haji Hamid karena adanya dominasi sosiokultural.
4.3
Mimikri Mimikri merupakan istilah untuk menjelaskan ciri-ciri peniruan, kamuflase
sikap, perilaku, dan pikiran orang pribumi terhadap kolonial.Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 2 bahwa menurut pemahaman Bhabha, mimikri adalah peniruan bahasa, budaya, perilaku, dan ide yang berlebihan.Berpura-pura adalah suatu hal yang harus dilakukan Mourad untuk dapat bersosialisasi di lingkungan masyarakat.Lihat kutipan di bawah. (41) LHR/53 « … Il ne s‟agit pas d‟étaler sa fortune, mais il y a des signes qui ne trompent pas. Et puis, il faudra sortir, aller au restaurant de temps en
116
temps, qu‟on te voie dîner avec des gens importants, qu‟on sache que tu es un homme qui ne compte pas ses dépenses. C‟est important de laisser un gros pourboire au garçon, ça fait riche et généreux à la fois. Il faut aussi aller à la mosquée, par exemple le vendredi. Tu feras un effort, tu mettras entre parenthèses ta laïcité et ton athéisme, et tu joueras le jeu. C’est ça la société. … » “… Tidak perlu memamerkan kekayaanmu, tetapi ada tanda-tanda yang jelas. Kemudian, perlu juga keluar, sekali-kali pergi ke restoran agar orang melihatmu makan malam dengan orang-orang penting, agar orang tahu bahwa kamu bukanlah pria yang suka menghitung pengeluaran. Penting juga untuk meninggalkan tip yang besar kepada pelayan. Itu menjadikanmu kaya sekaligus murah hati. Perlu juga pergi ke masjid, misalnya pada hari Jumat. Kamu harus berusaha, kamu simpan dulu sekularisme dan ateismemu. Kamu perlu berpura-pura. Itu namanya bersosialisasi. …” Pada kutipan di atas adanya mimikri pada diri Mourad. Suara hatinya menyuruh dia untuk menjadi seperti para koruptor dan mengubah cara hidup dia layaknya orang kaya. Selain itu, Mourad yang pernah bersekolah di Perancis mempunyai pemikiran yang kebarat-baratan, yaitu sekuler dan ateis. Untuk keluar dari kelompok yang terpinggirkan, Mourad harus berpura-pura menjadi orang lain dan berinteraksi dengan mereka sekalipun dia membencinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan …tu joueras le jeu. C’est ça la société. (…Kamu perlu berpurapura. Itu namanya bersosialisasi.)yang menggambarkan mimikri. Mourad sadar bahwa dia tidak bisa kembali menjadi orang yang bersih. Mourad menghilangkan rasa bersalahnya karena masuk ke dalam lingkungan orang korup. Suara naluri Mourad mengatakan bahwa Mourad harus terus maju untuk mengubah hidupnya.Lihat kutipan di bawah. (42) LHR/101 « … Je sais, tu as noté ce que tu devras changer. Ce n‟est pas suffisant. Il faut avoir de nouvelles fréquentations, sortir, te montrer, aller dans les bars, offrir à boire, organiser des dîners, des parties, bref entrer dans la peau grasse d’un corrompu. Au début, tu ne seras pas à l‟aise. Mais, après
117
quelques jours, tu t‟y trouveras merveilleusement bien installé. Tu t‟y habitueras et tu verras le monde avec un œil tout neuf. Dans la vie, on n‟a rien si on ne risque rien. … » “… Aku tahu, kamu sudah mencatat apa yang harus kamu benahi. Itu tidak cukup. Kamu harus punya teman-teman baru, pergi keluar, menunjukkan dirimu, pergi ke bar-bar, menyuguhkan minuman, mengatur makan malam, pesta-pesta, singkat kata masuk ke dalam kulit orang-orang yang korup. Pada awalnya, kamu tidak akan merasa nyaman. Tapi, setelah beberapa hari, kamu akan merasakan bahwa kamu dapat menempatkan diri dengan baik dalam situasi ini. Kamu akan terbiasa dan kamu akan melihat dunia dengan mata yang sama sekali baru. Dalam hidup, kita tidak akan punya apa-apa kalau tidak mau mengambil resiko apa pun. …” Kutipan ke- 42 menggambarkan adanya mimikri pada Mourad bahwa dia harus mengubah cara hidupnya dengan cara masuk ke dalam lingkungan koruptor dan berinteraksi dengan mereka. Hal itu dapat dilihat di dalam kutipan Il faut avoir de nouvelles fréquentations, sortir, te montrer, aller dans les bars, offrir à boire, organiser des dîners, des parties, bref entrer dans la peau grasse d’un corrompu.(Kamu
harus
punya
teman-teman
baru,
pergi
keluar,
menunjukkan dirimu, pergi ke bar-bar, menyuguhkan minuman, mengatur makan malam, pesta-pesta, singkat kata masuk ke dalam kulit orang-orang yang korup.). Dengan kata lain, untuk tetap maju, dia harus mencoba masuk ke dalam lingungannya yang baru, yaitu lingkungan koruptor dikarenakan dia tidak bisa kembali menjadi dirinya yang jujur seperti sebelumnya. Dia harus menempatkan dirinya dengan baik pada lingkungan yang baru. Mourad dan Haji Hamid kedatangan tiga orang pria dari kantor Komisi untuk melakukan penyidikan terhadap inventaris kantor. Haji Hamid mengajak mereka untuk makan siang di rumahnya dan menonton pertandingan sepak bola.Perhatikan kutipan di bawah.
118
(43) LHR/144 La villa de H.H. lui ressemble : mauvais goût à l‟intérieur, signes extérieurs du nouveau riche. La télévision transmet un match de football. Nous mangeons sous les huées des spectateurs. Le chef et ses deux collaborateurs aiment le foot. H.H. fait semblant d’être passionné. Il n‟y a que moi pour émettre une réserve contre ce sport. … Villa H.H. seperti orangnya: di dalam rumah itu seleranya tidak bagus, di luarnya memperlihatkan tanda-tanda orang kaya baru. Televisi menampilkan pertandingan sepak bola.Kami makan diiringi teriakan-teriakan penonton.Pak bos dan kedua rekan kerjanya menyukai sepak bola.H.H. pura-pura bersemangat.Hanya aku saja yang menahan diri terhadap olahraga ini. … Pada kutipan ke- 43 adanya kepura-puraan pada Haji Hamid, yaitu dia purapura bersemangat pada pertandingan sepak bola untuk menghormati tamunya.Hal itu terdapat pada kutipan H.H. fait semblant d’être passionné.(H.H. pura-pura bersemangat.). Hal yang sebenarnya Haji Hamid melakukan tindakan tersebut adalah dia terpaksa karena untuk menyenangkan dan merupakan suatu bentuk penyuapan. Dia melakukan hal itu dikarenakan agar proses penyidikan berjalan lancer dan tidak ada masalah, kalaupun ada masalah maka dapat diselesaikan secara damai tanpa melalui proses hukum. Ibu mertua Mourad memohon kepada Mourad untuk berbaikan dengan istrinya dan untuk pertama kalinya dia mencela kelakuan anaknya. Mourad merasa ada sesuatu yang aneh pada ibu mertunya.Perhatikan kutipan berikut. (44) LHR/158-159 La visite d„hier avait un autre objectif : me réconcilier avec Hlima. Curieusement, elle a adopté un profil bas et a critiqué sa fille. Elle m‟a dit qu‟elle me comprenait et qu‟elle pensait à Wassit et Karima. Que, pour elle, l‟argent n‟est qu‟une mauvaise poussière de la vie et qu‟il existe autre chose que le confort matériel. « Seule la santé est importante. Sans la santé pas d‟argent. La santé du corps et de l‟esprit. Voilà ce qu‟il faut réclamer à
119
Dieu. Le reste viendra après. Sans la santé pas de bonheur, pas de joie, pas d‟avenir… », dit-elle. Kedatangannya kemarin mempunyai motif lain: agar aku berbaikan dengan Hlima. Anehnya, dia merendahkan diri dan dia mencela kelakuan anaknya.Dia mengatakan bahwa dia memahamiku dan dia memikirkan Wassit dan Karima. Bahwa baginya uang hanyalah debu kotor dalam kehidupan dan bahwa ada hal lain dari kesenangan materi. “Hanya kesehatanlah yang penting. Tanpa kesehatan tidak akan ada uang. Kesehatan jasmani dan rohani.Itulah yang harus dimohonkan kepada Tuhan. Hal lainnya akan menyusul. Tanpa kesehatan, tidak ada kebahagiaan, tidak ada kesenangan, tidak ada masa depan…” katanya. Kutipan di atas menjelaskan bahwa ibu mertua Mourad melakukan kepurapuraan dengan merendahkan diri dan mencela kelakuan anaknya.Hal tersebut terdapat dalam Curieusement, elle a adopté un profil bas et a critiqué sa fille. (Anehnya, dia merendahkan diri dan dia mencela kelakuan anaknya.). Mourad tahu bahwa ibu mertuanya tidak suka melakukan perbuatan tersebut, karena ibu mertuanya selalu memusuhi dan memperlakukan dirinya dengan tdak baik. Bahkan yang aneh lagi, ibu mertuanya mengutuk uang adalah kotor. Kepurapuraan yang dilakukan ibu mertuanya mempunyai tujuan agar Mourad berbaikan dengan istrinya dan tidak menceraikannya. Perceraian di Timur merupakan hal yang tabu.
4.4
Hibriditas Hibriditas adalah upaya meminjam, memilih, menyerap, menggunakan,
mengadaptasi budaya yang berlangsung dalam proses dinamis secara terusmenerus. Mourad pun mengalami hal itu. Diateringat pernah mendapatkan surat lamaran yang ditulis dalam bahasa Perancis ketika kantornya mengadakan perekrutan pegawai. Lihat kutipan di bawah.
120
(45) LHR/67 Je me souviens de l‟époque où l‟office dépendant du ministère de l‟Equipement recrutait du personnel. J’avais reçu un jour une lettre de demande d’emploi assez originale. Ecrite en français avec probablement une plume d’oie, elle sollicitait du travail comme si nous vivions dans un autre siècle : …. Aku ingat ketika kantor ini yang termasuk bagian dari Kementrian Pekerjaan Umum merekrut pegawai. Pada suatu hari aku menerima surat lamaran yang cukup orisinil. Ditulis dalam bahasa Perancis mungkin dengan bulu angsa.Surat itu membuatku merasa seakan-akan kita hidup di abad lain: … Pada kutipan ke- 45 terdapat hibriditas yang dilakukan seorang pelamar pekerjaan, yang dapat dilihat pada kutipan J’avais reçu un jour une lettre de demande d’emploi assez originale. Ecrite en français avec probablement une plume d’oie… (Pada suatu hari aku menerima surat lamaran yang cukup orisinil. Ditulis dalam bahasa Perancis mungkin dengan bulu angsa.). Hibriditas bahasa pada penulisan surat lamaran pekerjaan di kantor Kementrian Pekerjaan Umum. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 1 bahwa Perancis pernah menjajah Maroko dan menyebarkan bahasa tersebut melalui pengajaran di sekolah-sekolah. Bahasa Perancis menjadi bahasa kedua di Maroko setelah bahasa Arab. Tujuan dari penulisan bahasa Perancis pada surta lamaran tersebut adalah untuk menarik perhatian Mourad dan Mourad menerima si pelamar tersebut bekerja di kantor Kementrian Pekerjaan Umum. Mourad memutuskan untuk bergabung dengan ligkungannya yang baru, yaitu lingkungan koruptor.Dia berencana mengikuti apa yang biasa dilakukan oleh mereka. Perhatikan kutipan berikut. (46)
121
LHR/102 … Ensuit, en arrivant, j‟irai prendre un café avec le directeur. Je sais que c‟est comme ça que fait Haj Hamid. Entre eux, c‟est un signe. On parlera de la pluie et du beau temps. En partant, je lui demanderai s‟il y a d‟autres dossiers. C‟est mon patron mais sans ma signature il ne peut rien. Donc, à partir de demain matin à huit heures, j’entre dans la peau d’un fonctionnaire corrompu. Je n‟ai pas honte des mots. … Kemudian, segera setelah tiba di kantor, aku akan minum kopi dengan Pak Direktur. Aku tahu bahwa Haji Hamid berbuat seperti itu. Di antara mereka, itu merupakan sinyal. Kami akan berbicara tentang hujan dan cuaca yang bagus. Ketika pamit, aku akan bertanya padanya apakah ada berkas lain. Dia adalah atasanku, tetapi tanpa tanda tanganku, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi mulai besok pukul delapan pagi, aku masuk ke dalam kulit pegawai negeri yang korup. Aku tidak malu dengan kata-kata itu. Kutipan di atas menjelaskan bahwa hibriditas pada Mourad adalah memutuskan masuk ke dalam lingkungan pegawai negeri yang korup. Dia telah mengaburkan identitas awal sebagai orang jujur dengan tujuan dia ingin mengubah nasibnya terutama keadaan ekonominya menjadi lebih baik. Hal itu dapat dilihat pada kutipan … j’entre dans la peau d’un fonctionnaire corrompu. (aku masuk ke dalam kulit pegawai negeri yang korup.). Dia akan mengikuti cara yang biasa dilakukan oleh Haji Hamid kepada direktur
mereka, yang
sebenarnya adalah sinyal untuk melakukan sesuatu. Dalam perjalanan pulang dari rumah Najia, seorang perempuan dengan tidak sengaja
menabrak
Mourad.
Perempuan
tersebut
mengajak
Mourad
ke
apartemennya yang kumuh. Dari balik pintu apartemen-apartemen tersebut, Mourad mendengar suara teriakan aktor Mesir dalam sinetron. Selain itu, banyak orang Maroko yang mengikuti gaya dari artis-artis Mesir. Perhatikan kutipan di bawah. (47) LHR/112-113
122
… Je monte sans faire de commentaire. Ça sent mauvais. On entend derrière les portes les cris des acteurs égyptiens qui jouent dans un feuilleton. Le cinéma égyptien de notre enfance était merveilleux. Les séries qui passent à présent à la télé sont horribles. C‟est cela la décadence. Les comédiens hurlent au lieu de jouer. Ils participent à l‟hystérie collective. D’ailleurs, de plus en plus de Marocains agissent et parlent comme leurs idoles égyptiennes. C‟est de l‟ordre de l‟épidémie et de la contamination. … … Aku naik tanpa berkomentar. Bau sekali. Di balik pintu kami mendengar teriakan para aktor Mesir yang bermain dalam sinetron. Film Mesir pada masa kecilku sangat bagus. Sinetron yang ditayangkan di televisi pada saat ini mengerikan. Itu merupakan kemunduran. Para aktor bukannya bermain, tetapi berteriak. Mereka ikut serta pada kehisterisan bersama. Lagi pula, semakin banyak orang Maroko yang betindak dan berbicara seperti idola mereka dari Mesir. Itu semacam wabah dan penyakit menular. … Kutipan ke- 47 menggambarkan hibriditas yang terjadi pada orang Maroko, yang terdapat pada kalimat D’ailleurs, de plus en plus de Marocains agissent et parlent comme leurs idoles égyptiennes. (Lagi pula, semakin banyak orang Maroko yang betindak dan berbicara seperti idola mereka dari Mesir.). Hal tersebut merupakan pengaruh dari persilangan budaya yang dilihat oleh orangorang Maroko terhadap Mesir. Terutama bagi orang Maroko yang mengidolakan para aktor Mesir. Sehingga secara tidak langsung Mesir menanamkan penaruh budayanya terhadap masyarakat Maroko. Selain itu, Maroko merupakan anggota dari Organisasi Liga Arab yang bermarkas di Cairo, Mesir. Mourad memutuskan untuk menukarkan uang dolarnya dengan dirham.Dia pergi ke bank yang belum pernah didatanginya dan bank tersebut memiliki bentuk arsitektur Perancis.Perhatikan kutipan di bawah. (48) LHR/117 Je choisis une banque où je ne suis jamais entré. A ma banque, le caissier, qui me connaît, se serait douté de quelque chose. Le hall est grand et froid.
123
C’est une architecture de l’époque des Français. C‟est du solide. Normal. Une banque doit être solide. J‟ai peur de ma timidité. Elle pourrait me trahir ou me faire faire un faux pas. L‟homme derrière le guichet a un visage gras, barré par une moustache. Tous ses gestes sont quasi automatiques. Il compte les billets avec une rapidité extraordinaire. Sans même me regarder, il me glisse sous la vitre un formulaire à remplir. Je me mets de côté et le lis attentivement. C’est écrit en français. … Aku memilih bank yang belum pernah aku datangi.Di bank yang biasa aku datangi, kasir yang mengenalku akan mencurigai sesuat. Lobi di bank tersebut besar dan dingin. Arsitekturnya merupakan peninggalan masa Perancis.Bangunannya kokoh. Normal. Bangunan sebuah bank memang harus kokoh. Aku takut akan sifat pemaluku. Sifat itu bisa mengkhianatiku atau membiarkanku membuat suatu kesalahan.Pria di belakang loket, mempunyai wajah yang gemuk dan berkumis.Semua gerakannya setengah otomatis.Dia menghitung uang dengan kecepatan yang luar biasa.Bahkan tanpa melihatku, dia menyerahkan sebuah formulir dari bawah kaca kepadaku untuk diisi.Aku menerimanya dan membacanya dengan cermat.Formulir itu ditulis dalam bahasa Perancis. … Pada kutipan ke- 48 digambarkan adanya pengaruh budaya Perancis, yaitu bentuk arsitektur bank dan bahasa pada formulir tersebut.Hal itu terdapat pada kutipan C’est une architecture de l’époque des Français. … C’est écrit en français.(Arsitekturnya merupakan peninggalan masa Perancis. … Formulir itu ditulis dalam bahasa Perancis.). Seperti yang sudah saya jelaskan di Bab 1 bahwa Perancis pernah menjajah Maroko selama 44 tahun. Oleh karena itu Perancis meninggalkan jejak-jejak kolonialnya di Maroko, seperti bangunan dan bahasa yang terdapat pada kutipan di atas. Itulah hibriditas yang terjadi di Maroko, selain terjadi pada masyarakatnya juga terjadi pada bentuk bangunan dan bahasa yang digunakan dalam sistem administratif. Najia meminta maaf kepada Mourad karena telah berbuat kasar kepadanya ketika dia tahu bahwa Mourad telah kehilangan integritasnya. Dia berbicara kepada Mourad dalam bahasa Perancis.Perhatikan kutipan di bawah.
124
(49) LHR/121 … Najia n‟aimerait peut-être pas que je reste diner. Je bredouille une formule de politesse et ferme les yeux. Quand j les ouvres, Najia est devant moi. Poli et même accueillante. Elle me parle en français : … … Najia mungkin tidak akan senang aku makan malam di sini. Kugumamkan kata-kata sopan dan kututup mataku.Ketika aku membukanya, Najia berada di hadapanku.Sopan dan bahkan ramah.Dia berbicara kepadaku dalam bahasa Perancis: … Pada kutipan ke- 49 terdapat hibriditas bahasa, yang dapat dilihat pada kutipan Elle me parle en français (Dia berbicara kepadaku dalam bahasa Perancis).Seperti yang sudah dijeaskan sebelumnya bahwa Perancis pernah menjajah Maroko selama 44 tahun, Perancis meninggalkan pengaruh bahasanya di Maroko, sehingga bahassa Perancis digunakan sebagai bahasa kedua di Maroko.Kutipan tersebut juga menjelaskan bahwa Najia mengalami hibriditas berupa bahasa yang digunakannya.Dia menggunakannya untuk membuat Mourad terkesan padanya dan memaafkannya. Haji Hamid mengatakan kepada Mourad bahwa bercak putih yang muncul pada dirinya adalah hal yang biasa dialami oleh orang.Dia menyarankan kepada Mourad untuk menghindari memakan lobster dan meminum minuman beralkohol.Perhatikan kutipan berikut. (50) LHR/138 … Je suis content de me passer de langouste pour la bonne raison que je n‟en ai jamais mangée. Comment voulez-vous que ça me manque ? Même la boisson. Un petit verre de vin français de temps en temps ou u petit whisky avec des glaçons. J‟avais peur qu‟il m‟interdise de fumer. C‟est mon seul luxe : remplir de nicotine et de goudron mes poumons. … … Aku senang karena menghindari lobster dengan alasan aku tidak pernah memakannya. Bagaimana mungkin aku ingin memakannya?Sama dengan minuman.Kadang-kadang aku meminum segelas kecil angur Perancis
125
atau sedikit wiski dengan es.Aku takut dia melarangku untuk merokok.Itu adalah kemewahannku: mengisi paru-paruku dengan nikotin dan tar. … Kutipan di atas menjelaskan bahwa Mourad memang tidak pernah memakan lobster, di samping harganya yang mahal dan dia tidak sanggup untuk membelinya, kemewahan baginya adalah rokok.Kutipan Un petit verre de vin français de temps en temps ou u petit whisky avec des glaçons.(Kadang-kadang aku meminum segelas kecil angur Perancis atau sedikit wiski dengan es.)menunjukkan adanya bentuk-bentuk pengaruh jaman kolonial.Anggur Perancis dan wiski merupakan produk minuman beralkohol yang berasal dari Eropa.Peninggalan-peninggala budaya kolonial di negara terjajah mengakibatkan adanya adaptasi budaya oleh negara terjajah tersebut. Lalla Khadijah adalah sekretaris Mourad dan Haji Hamid.Dia adalah wanita Maroko
yang
bisa
berbahasa
Perancis
dan
dicampur
dengan
bahasa
Arab.Perhatikan kutipan di bawah. (51) LHR/147 Le bureau aussi change. Avant, on avait comme secrétaire Lalla Khadijah, une femme d‟une cinquantaine d‟années, compétente mais bonne représentante de la vieille école ; son français était truffé de mots arabes. Kantor juga berubah. Sebelumnya, kami mempunyai sekretaris Lalla Khadijah. Seorang wanita berumur lima puluhan. Dia sangat berkompeten dalam pekerjaannya, tapi dia contoh hasil dari sekolah zaman dulu. Bahasa Perancisnya dicampur dengan kata-kata Arab. Pada kutipan ke- 51 terjadi percampuran bahasa Perancis dan Arab yang terdapat pada kutipan son français était truffé de mots arabes.(Bahasa Perancisnya dicampur dengan kata-kata Arab.). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Maroko selain menggunakan bahasa Arab juga menggunakan
126
bahasa perancis. Lalla Khadijah sebagai hasil dari sekolah zaman dulu, walaupun dia bisa berbahasa Perancis namun dia memasukkan kata-kata Arab dalam bahasa Perancisnya. Dengan kata lain, Lalla Khadijah mengalami hibriditas dalam hal penggunaan bahasa Perancis. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Perancis pernah menjajah Maroko dan meninggalkan berbagai bentuk kolonialnya di Maroko, sehingga menyebabkan adanya percampuran budaya.Perhatikan kutipan di bawah.
(52) LHR/171 … Quand j’étais au lycée, notre professeur d’histoire, un coopérant français, s’était pendu. Cela nous avait beaucoup choqués. Il avait corrigé nos copies et nous les avait rendues, avait mis de l‟ordre dans la classe, puis le lendemain nous l‟avions attendu. J‟avais quatorze ans et j‟avoue avoir pleuré. … Ketika aku masih di sekolah menengah atas, guru sejarah kami, seorang pegawai dari dinas yang bekerjasama dengan Perancis, gantung diri. Itu sangat mengejutkan kami. Sebelumnya, dia mengoreksi pekerjaan kami dan mengembalikannya. Esok harinya kami menunggunya. Ketika itu aku berumur empat belas tahun dan aku akui bahwa aku menangis. Pada kutipan di atas terdapat kerja sama dalam bidang pendidikan antara Maroko dan Perancis, yang ditunjukkan padaQuand j’étais au lycée, notre professeur d’histoire, un coopérant français, s’était pendu. (Ketika aku masih di sekolah menengah atas, guru sejarah kami, seorang pegawai dari dinas yang bekerjasama dengan Perancis, gantung diri.). Pendudukan Perancis di Maroko meninggalkan berbagai bentuk peninggalan penjajahan. Salah satunya adalah seperti yang terdapat pada kutipan tersebut, yaitu bidang pendidikan. Dinas pendidikan yang mengadakan kerja sama dengan Perancis mengirimkan seorang
127
pegawainya untuk mengajarkan sejarah. Perancis menyebarkan bahasanya didukung melalui pengajaran bahasanya di sekolah-sekolah sebagai bahasa pengantar. Mourad
bertemu
dengan
teman
sekolahnya
yang
bernama
Tajeddine.Tajeddine adalah seorang pengusaha di Amerika.Dia kembali ke Maroko untuk berinvestasi, namun dia mengeluh karena menurutnya orang-orang Maroko tidak menghargai waktu.Perhatikan kutipan di bawah.
(53) LHR/179 « Vous comprenez, mon temps est précieux, et ici, on me fait attendre partout. Les Marocains ont hérité de la France toutes les pesanteurs. C‟est domage ! … » “Anda tahu, waktuku sangatlah berharga, dan di sini, di mana-mana orangorang membuatku menunggu. Orang-orang Maroko mewarisi semua hal yang berat-berat dari Perancis. Sayang sekali!...” Kutipan ke- 53 menjelaskan bahwa orang-orang Maroko hanya mengambil budaya Perancis yang berat, seperti bangunan, bahasa, sistem pemerintahan, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya. Orang Maroko tidak mengambil budaya kedisiplinan orang Perancis dan menghargai waktu. Hal tersebut terdapat pada kutipan Les Marocains ont hérité de la France toutes les pesanteurs.(Orangorang Maroko mewarisi semua hal yang berat-berat dari Perancis.). Masyarakat Maroko mengalami hibriditas karena adanya dampak dari penjajahan Perancis dan meninggalkan budayanya di negara jajahannya tersebut.
4.5
Marginalitas
128
Pada umumnya marginalitas diartikan sebagai orang-orang yang tergolong ke dalam kelompok terpinggirkan atau miskin. Cakupan kelompok terpinggirkan atau marginal adalah orang-orang yang mengalami satu atau lebih dimensi penyingkiran, diskriminasi, atau eksplotasi di dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik kota. Data-data di bawah ini merupakan analisis marginalitas yang terdapat dalam novel. Keadaan ekonomi Mourad yang memprihatinkan membuatnya diperlakukan tidak baik oleh ibu mertuanya.Perhatikan kutipan di bawah ini. (54) LHR/20 … Il n’y a que moi qu’elle maltraite, je lui gâche le paysage. Je suis son erreur, celui qui n‟aurait pas dû entrer dans cette famille. … … Hanya aku yang tidak diperlakukannya semena-mena, aku merusak pemandangannya. Aku adalah kesalahannya. Orang yang seharusnya tidak masuk ke dalam keluarga itu. … Pada kutipan Il n’y a que moi qu’elle maltraite, je lui gâche le paysage. (Hanya aku yang tidak diperlakukannya semena-mena, aku merusak pemandangannya.)terdapat diskriminasi ekonomi yang dialami Mourad. Keterbatasan
pendapatan
untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-harinya
menjadikannya sebagai orang miskin di keluarga istrinya dan itulah yang menyebabkannya menjadi korban marginal. Diskriminasi yang dilakukan oleh ibu mertuanya
dikarenakan
adanya
rasa
egoisme
dan
rasa
kecenderungan
mengunggulkan menantu yang satu dan yang lainnya, contohnya antara Mourad dan Sidi Larbi.
129
Orang-orang jujur yang berada di tengah-tengah masyarakat korup mengalami pembatasan dalam pergerakannya.Itulah yang dialami oleh Mourad dan orang-orang seperti dirinya.Perhatikan kutipan di bawah. (55) LHR/47 Je ne sais pas pourquoi, mais des gens comme moi sont condamnés à circuler dans un tunnel. Je suis sans recours. Il suffit que j‟emprunte un chemin pour qu‟il se creuse et se transforme en tunnel, et souvent au bout il y a un puits. Aku tidak tahu kenapa, tapi orang-orang sepertiku terhukum untuk berjalan di dalam terowongan.Aku tidak memiliki jalan keluar lagi.Bila aku mengambil suatu jalan, maka jalan itu akan berubah menjadi terowongan dan sering kali di ujungnya ada sebuah sumur. Pada kutipan ke- 55 terdapat marginalitas yang dialami oleh orang-orang jujur.Mereka mengalami penyingkiran dalam kehidupan sosial.Pergerakan mereka dibatasi, mereka seolah-olah dilarang untuk memperluas ruang geraknya.Jika mereka ingin keluar dari penyingkiran tersebut, maka mereka harus rela untuk masuk kedalam kelompok yang tidak sesuai dengan ideologi mereka.Hal itu tergambarkan pada kutipan Je ne sais pas pourquoi, mais des gens comme moi sont condamnés à circuler dans un tunnel.(Aku tidak tahu kenapa, tapi orangorang sepertiku terhukum untuk berjalan di dalam terowongan.). Ketika Mourad mengajak anak perempuannya pergi berlibur ke Tangier dengan menggunakan kereta, Karima melihat seorang perempuan tua dengan tubuh yang bongkok berjalan di ladang membawa beban yang berat.Sedangkan seorang laki-laki yang mengikutinya berada di atas kuda.Dan anak-anak yang seharusnya sekolah, mereka sedang membawa tempayan air.Lihat kutipan di bawah.
130
(56) LHR/88 … « Une vieille femme marche dans les champs, courbée sous le poids de sa charge. Un homme la suit, à cheval. Il n‟est pas gentil. Il devrait l‟aider. » « Les arbres roulent vite. » « Des enfants transportent des bidons d’eau au lieu d’aller à école. » … “Seorang perempuan tua berjalan di ladang, tubuhnya yang membongkok membawa beban berat. Seorang pria mengikutinya di atas kuda.Dia tidak baik.Seharusya dia menolong perempuan tua itu.” “Pohon-pohon berlari dengan cepat.” “Anak-anak memikul tempayan air, bukan pergi ke sekolah.” Pada kutipan di atas terdapat perbedaan antara budak dan majikan.Selain itu, karena kemarau yang sedang melanda Maroko mengakibatkan kekeringan dan anak-anak yang berasal dari keluarga miskin harus pergi mencari air dan memikul tempayan air untuk dibawa ke rumah mereka masing-masing, bukan bersekolah.Hal itu terdapat pada kutipan Une vieille femme marche dans les champs, courbée sous le poids de sa charge. Un homme la suit, à cheval. ... Des enfants transportent des bidons d’eau au lieu d’aller à école.(Seorang perempuan tua berjalan di ladang, tubuhnya yang membongkok membawa beban berat. Seorang pria mengikutinya di atas kuda. … Anak-anak memikul
tempayan
air,
bukan
pergi
ke
sekolah.).Kutipan
tersebut
menggambarkan tentang keadaan ekonomi yang terjadi pada mereka.Keadaan ekonomi yang buruk membuat mereka harus bekerja keras dan sangat dimanfaatkan oleh kaum penguasa. Mourad yang sedang berjalan-jalan di jalan besar karena telah bertengkar dengan istrinya, melihat banyak pelajar sedang belajar di bawah lampu jalan.Lihat kutipan di bawah.
131
(57) LHR/98 … Je marche le long du boulevard Ghandi. De plus en plus de lycéens et d’étudiants révisent leurs cours sur ce boulevard bien éclairé. … « … La vie n‟est pas facile. Les gens, dès qu’ils ont de l’argent, se permettent de vous bousculer et de vous écraser les pieds. … » … Aku berjalan di sepanjang jalan raya Ghandi. Makin lama semakin banyak murid sekolah menengah dan mahasiswa yang belajar di jalan yang cukup diterangi cahaya lampu. … “… Hidup tidaklah mudah. Baru saja punya uang banyak, orang-orang sudah merasa bisa bersikap semaunya dan menginjak kita seenaknya. …” Pada kutipan ke- 57 terdapat diskriminasi pada orang-orang miskin. Mereka mereka megalami eksploitasi pada ekonomi. Kaum marginal tidak mendapatkan sarana yang cukup seperti mahalnya biaya listrik yang mengakibatkan banyak pelajar yang belajar di bawah cahaya lampu jalan. Mereka tidak mendapatkan subsidi untuk biaya listrik yang mereka gunakan, yang bisa dilihat pada kutipan De plus en plus de lycéens et d’étudiants révisent leurs cours sur ce boulevard bien éclairé. (Makin lama semakin banyak murid sekolah menengah dan mahasiswa yang belajar di jalan yang cukup diterangi cahaya lampu.). Selain itu, kaum kapitalis yang menguasai negara dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka mendiskriminasikan kaum marginal. Uang memegang peranan yang sangat penting untuk menguasai banyak hal, yang terlihat pada kutipan Les gens, dès qu’ils ont de l’argent, se permettent de vous bousculer et de vous écraser les pieds. (Baru saja punya uang banyak, orang-orang sudah merasa bisa bersikap semaunya dan menginjak kita seenaknya.).
132
Mourad sebagai orang miskin selalu diperlakukan tidak baik oleh keluarga istrinya, terutama ibu mertuanya. Perhatikan kutipan berikut. (58) LHR/108 … Mais pourquoi s‟acharne-elle sur moi? La pauvreté est un défaut, c’est comme quelqu’un qui naît borgne ou bossu. C‟est un défaut de la nature, va-t-on lui en vouloir ? Même si je deviens riche, elle continuera à m‟attaquer, parce qu‟à ses yeux je serai un ancien pauvre. … Tapi kenapa mertuaku menyerangku? Kemiskinan adalah suatu kesalahan, seperti orang yang lahir buta sebelah atau bungkuk. Itu kekurangan alamiah, apakah orang akan marah kepadanya? Bahkan jika aku menjadi kaya, dia akan tetap menyerangku, karena di matanya aku adalah mantan orang miskin. Kutipan ke- 58 menjelaskan bahwa Mourad sebagai kaum marginal, dia selalu dimusuhi dan diperlakukan tidak baik oleh ibu mertuanya karena miskin. Kemiskinan bagi mertuanya sama seperti orang yang mengalami kecacatan fisik. Hal tersebut terdapat pada kutipan La pauvreté est un défaut, c’est comme quelqu’un qui naît borgne ou bossu. (Kemiskinan adalah suatu kesalahan, seperti orang yang lahir buta sebelah atau bungkuk.). Orang-orang miskin dan cacat seringkali mendapatkan pendiskriminasian dari berbagai pihak. Mourad dan ibunya secara tidak sadar pernah melakukan pendiskriminasian pada orang miskin yang menyewa sebagian rumah mereka. Lihat kutipan di bawah. (59) LHR/152-153 … Lorsque j‟étais enfant, mon père avait loué une partie de la maison à des gens. Nous cohabitions. Un drap séparait les deux familles. Ma mère n‟était pas contente. Ces gens étaient plus pauvres que nous et surtout nous n’avions pas la même éducation. C‟étaient des paysans. Je n‟aimais pas les odeurs de leur cuisine. Ils avaient trois enfants qui pleuraient trop souvent. C‟était une période no6ire qui ne m‟a pas préparé à supporter mes semblables.
133
…Ketika aku kecil, ayahku menyewakan sebagian rumah kami.Kami hidup bersama-sama.Kedua keluarga dipisahkan oleh kain sebagai pembatas.Ibuku tidak senang.Orang-orang itu lebih miskin daripada kami dan tidak mempunyai pendidikan yang sama dengan kami.Mereka adalah petani.Aku tidak suka bau dapur mereka.Mereka mempunyai tiga anak yang terlalu sering menangis.Itu adalah masa kelam dalam hidupku yang tidak mempersiapkan diri untuk menerima sesama. Kutipan di atas menunjukkan adanya pendiskriminasian yang dilakukan oleh Mourad dan ibunya kepada keluarga miskin yang menyewa sebagian rumah mereka.Hal tersebut terdapat pada kutipan Ces gens étaient plus pauvres que nous et surtout nous n’avions pas la même éducation.(Orang-orang itu lebih miskin daripada kami dan tidak mempunyai pendidikan yang sama dengan kami.). Mereka adalah golongan marginal yang mendapat perlakuan berbeda karena miskin dan pendidikan yang mereka tempuh tidak sebanding dengan keluarga Mourad. Orang-orang kaya adalah orang-orang yang berkuasa. Mereka selalu merendahkan orang-orang yang lemah. Perhatikan kutipan berikut. (60) LHR/192 … Oui, quand ils font le bien, comme ils dissent, ils le font savoir. Humilier, c’est naturel, ça va de soi, ils ne vont tout de même pas s’arrêter devant le cas d’un homme sans importance, un homme qui pense, agit, se trompe et tombe comme un animal blessé. Il y a longtemps que tout a été tracé par eux ou par leurs géniteurs. … Ya, ketika mereka kaya, seperti yang mereka katakan, mereka akan menunjukkannya. Menghina, itu biasa, terjadi dengan sendirinya. Mereka tidak akan berhenti menghina saat berhadapan dengan seseorang yang tidak penting. Seseorang yang berpikir, bertindak, keliru, dan jatuh seperti binatang yang terluka.Semua sudah direncanakan sejak lama oleh mereka atau oleh nenek moyang mereka.
134
Kutipan di atas menggambarkan pendiskriminasian yang dilakukan oleh orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin.Mereka melakukan hal tersebut disebabkan oleh status sosial dan ekonomi yang berbeda.Pendiskriminasian tersebut terjadi sudah lama. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan quand ils font le bien, comme ils dissent, ils le font savoir. Humilier, c’est naturel, ça va de soi, ils ne vont tout de même pas s’arrêter devant le cas d’un homme sans importance, un homme qui pense, agit, se trompe et tombe comme un animal blessé.(ketika mereka kaya, seperti yang mereka katakan, mereka akan menunjukkannya. Menghina, itu biasa, terjadi dengan sendirinya. Mereka tidak akan berhenti menghina saat berhadapan dengan seseorang yang tidak penting. Seseorang yang berpikir, bertindak, keliru, dan jatuh seperti binatang yang terluka.). Kaum borjuis atau penguasa selalu melakukan tindakan yang semena-mena terhadap kaum marginal. Pendiskriminasian tidak hanya terjadi pada orang-orang miskin, tapi juga terjadi pada lingkungan tempat tinggal orang-orang miskin.Perhatikan kutipan berikut. (61) LHR/218 Comme toutes les nuits, les chats se disputent autour des ordures jetées dans les coins de rue. Ça pue. Un homme urine contre le mur. Ce n‟est pas un clochard. Il ferme sa braguette et reprend son vélo puis disparaît dans le noir. Cet homme doit avoir pour mission d‟arroser les pierres du quartier. Il fait la tournée des rues. La ville est ainsi, sale et négligée chez les pauvres, propre et soignée dans les quartiers résidentiels. Seperti setiap malam, kucing berkelahi di sekitar tumpukan sampah yang dilemparkan di sudut-sudut jalan. Bau sekali. Seorang laki-laki buang air kecil menghadap ke dinding. Dia menutup risleting celananya dan mengambil sepedanya, kemudian menghilang dalam kegelapan. Pria itu pasti mempunyai misi untuk menyirami dinding di wilayah ini.Dia
135
berkeliling di jalanjalan.Kota ini memang begitu kotor dan tidak terurus di tempat orang-orang miskin, bersih dan terurus di daerah temapt tinggal orang-orang kaya. Pada kutipan tersebut digambarkan pebedaan tempat tinggal antara orang miskin dan orang kaya, yang terdapat dalam kutipan La ville est ainsi, sale et négligée chez les pauvres, propre et soignée dans les quartiers résidentiels.(Kota ini memang begitu kotor dan tidak terurus di tempat orang-orang miskin, bersih dan terurus di daerah temapt tinggal orang-orang kaya.). Dengan kata lain, diskriminasi juga terjadi pada tempat tinggal. Orang-orang kaya mendapatkan fasilitas yang sangat bagus di daerah tempat tinggalnya, sedangkan tidak begitu halnya di daerah tempat tinggal orang-orang miskin. Semua itu kembali lagi pada perbedaan ekonomi yang mengakibatkan diskriminasi antar kelas sosial.
4.6
Alienasi Alienasi merupakan gambaran tentang perasaan terasing dari masyarakat,
kelompok, kultur, dan diri sendiri yang pada umumnya dirasakan oleh orang yang tinggal di masyarakat industrial yang kompleks, terutama di kota besar. Orang menjadi teralienasi dikarenakan marginalitas. Sistem ekonomi yang tidak sehat memunculkankaum kapitalis, sehingga banyak orang-orang yang menghilangkan moralnya untuk memperkaya diri dengan menghalalkan segara cara. Sedangkan orang-orang yang mementingkan moral dan ideologinya, dia akan menjadi bagian dari orang yang teralienasi dari masyarakat. Pehatikan kutipan di bawah. (62) LHR/36
136
… Ça jamais ! Si je commence à corrompre, il n‟y aura plus de raison pour que je m‟obstine à refuser les enveloppes. Si ma femme m‟entendait réfléchir à voix haute. Elle me dirait : « Tu te crois un saint, un héros, tu es bien le seul et tu nous entraînes dans ta solitude avec en plus privation et manque. Tes seigneurs, les vrais hommes, eux pensent à l‟avenir de leurs enfants et se débrouillent pour le leur assurer. Toi, tu accumules les scrupules comme si on pouvait manger avec ! En tout cas, notre fils ne sera pas la victime de ta rigueur. Je ferai tout pour qu‟il obtienne cette bourse. » … Aku tidak akan pernah melakukan korupsi! Kalau aku mulai korupsi, tidak akan ada lagi alasan untukku bersikeras menolak amplop-amplop. Seandainya istriku mendengar unek-unekku, dia akan berkata “Kamu kira kamu orang suci, pahlawan. Kamu memang satu-satunya dan kamu menyeret kami ke dalam keterasinganmu dengan kemiskinan dan kekurangan. Atasan-atasanmu, merekalah laki-laki sejati, mereka memikirkan masa depan anak-anaknya dan berusaha untuk menjamin kesuksesan mereka. Kamu, kerjaanmu hanya menumpuk pertimbangan moral, seolah-olah kita bisa memakannya! Pokoknya anak kita jangan menjadi korban kekerasan kepalamu.Aku akan melakukan apa saja agar dia mendapat beasiswa itu.” … Pada kutipan di atas adanya alienasi yang dialami oleh Mourad, terdapat pada kutipan … tu es bien le seul et tu nous entraînes dans ta solitude avec en plus privation et manque. (… Kamu memang satu-satunya dan kamu menyeret kami ke dalam keterasinganmu dengan kemiskinan dan kekurangan.). Mayoritas masyarakat pada sistem ekonomi yang buruk memutuskan untuk berbuat kecurang, sedangkan kaum minoritas pada masyarakat yang memutuskan untuk selalu jujur menempatkan mereka pada golongan yang teralienasi. Golongan masyarakat yang minoritas ini menjadi penghalang bagi kaum mayoritas untuk melakukan kecurangan, oleh karena itu mereka disingkirkan dan diasingkan. Alienasi dan kemiskinan mempunyai hubungan yang erat.
137
Abbas, teman SMA Mourad yang tadinya orang baik, kini menjadi salah satu koruptor karena terpengaruh oleh sopirnya. Sedangkan Mourad, sebagai kaum minoritas yang menentang koruptor harus diasingkan seperti orang-orang minoritas lainnya. Lihat kutipan di bawah. (63) LHR/46 … Abbas se dit lui réaliste. Il considère que c‟est la contribution à la solidarité nationale. La corruption est une forme déguisée d‟impôt supplémentaire. Tout le monde s’y plie et ceux, comme moi, qui résistent, on devra bientôt les parquer dans une réserve et on les installera à côté des espèces d’animaux menacées ou en voie de disparition. C‟est ma fierté d‟appartenir à cette réserve. … Abbas menyebut dirinya realis. Dia menganggap itu adalah kontribusi untuk solidaritas nasional. Korupsi adalah suatu bentuk pajak tambahan yang tersamarkan. Banyak orang yang tunduk padanya, sedangkan orang-orang seperti aku yang menentang harus segera dimasukkan ke dalam cagar alam dan menempatkan kami di samping binatangbinatang yang terancam punah. Tapi itu adalah kebanggaanku menjadi bagian dari cagar alam itu. Kutipan tersebut menunjukkan adanya alienasi yang dialami oleh Mourad dan orang-orang seperti dirinya.Hal itu dapat dilihat pada kutipan Tout le monde s’y plie et ceux, comme moi, qui résistent, on devra bientôt les parquer dans une réserve et on les installera à côté des espèces d’animaux menacées ou en voie de disparition. (Banyak orang yang tunduk padanya, sedangkan orang-orang seperti aku yang menentang harus segera dimasukkan ke dalam cagar alam dan menempatkan kami di samping binatang-binatang yang terancam punah.). Cagar alam adalah tempat perlindungan untuk ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan pada umunya dikarenakan terancam punah. Oleh karena itu, pada kutipan tersebut orang-orang yang teralienasi dianalogikan sebagai binatangbinatang yang terancam punah dan harus dimasukkan ke dalam cagar alam.
138
Namun maksud dari kutipan tersebut adalah orang-orang yang teralienasi merupakan penghalang bagi kelangsungan kegiatan para koruptor sehingga mereka harus diasingkan agar tidak lagi menjadi penghalang. Selain Mourad yang mengalami alienasi di lingkungan kantor dan keluarganya, teman masa kecilnya pun mengalami alienasi di lingkungan kantornya. Alienasi yang dialaminya adalah dia dikirim ke luar negeri kemudian dia dipecat karena mengeluarkan kata kasar kepada direkturnya. Perhatikan kutipan berikut.
(64) LHR/91 … Depuis, il s‟est mis dans la tête de fouiner partout jusqu‟à débusquer les indices de vol ou de détournement. Comme il était irréprochable et compétent, le patron ne réussit pas à le licencier. En revanche, il l’envoya à l’étranger, dans un pays en guerre, dans le but inavoué de s’en débarrasser. Là aussi il s‟employa à empêcher la corruption et fut contraint de rentrer à Casablanca le jour où son bureau et son domicile furent bombardés. La suit de son histoire était prévisible. Attendu au tournant, il fut renvoyé le jour où un mot grossier s’échappa de sa bouche en discutant avec son directeur. « Grain de sable » se retrouva sans travail mais fier de son intégrité. Depuis il s‟est mis à son compte. … Setelah teman masa kecil Mourad pulang dari tugasnya di El Huceima, dia telah menetapkan pikirannya untuk mencari bukti-bukti pencurian atau penyelewengan. Karena dia tanpa cacat dan berkompeten,atasannya tidak dapat memberhentikannya. Sebaliknya, dia dipindahkan ke luar negeri, di negara yang sedang dilanda perang. Perpindahannya ada maksud tersembunyi untuk menyingkirkannya. Di sana juga, dia melakukan pencegahan korupsi dan terpaksa kembali ke Casablanca pada hari yang sama di mana kantor dan rumahnya di bom. Kelanjutan ceritanya dapat ditebak. Dia ditunggu-tunggu melakukan kesalahan dan akhirnya dipecat karena mengeluarkan sepatah kata kasar ketika berdebat dengan direkturnya. Lalu “si butiran pasir” tidak
139
punya pekerjaan lagi meski tetap bangga dengan integritasnya. Sejak itu, dia membukan usaha sendiri. Kutipan ke- 64 adanya alienasi yang dialami oleh teman masa kecil Mourad. Pada kutipan En revanche, il l’envoya à l’étranger, dans un pays en guerre, dans le but inavoué de s’en débarrasser. … Attendu au tournant, il fut renvoyé le jour où un mot grossier s’échappa de sa bouche en discutant avec son directeur.(Sebaliknya, dia dipindahkan ke luar negeri, di negara yang sedang dilanda
perang.
Perpindahannya
ada
maksud
tersembunyi
untuk
menyingkirkannya. … Dia ditunggu-tunggu melakukan kesalahan dan akhirnya dipecat karena mengeluarkan sepatah kata kasar ketika berdebat dengan direkturnya.)digambarkan bahwa orang yang jujur harus diasingkan sejauh-jauhnya dan dicari-cari kesalahannya agar dipecat. Penyingkiran tersebut dilakukan agar dia tidak mengganggu kegiatan para koruptor. Mourad tidak menyukai segala macam bentuk kompetisi olahraga karena dia tidak suka berada di tengah keramaian.Dia menarik diri dari keramaian dan hal itu ditularkan oleh ayahnya. Perhatikan kutipan di bawah. (65) LHR/144-145 Je n‟ai jamais réussi à m‟intéresser aux compétitions sportives. Je n’aime la foule. J‟ai toujours peur de mourir piétiné par des gens affolés. C‟est la peur que mon père m‟a communiquée, petit.… Aku tidak pernah berhasil menyukai kompetisi olahraga. Aku tidak suka berada di tengah orang banyak. Aku selalu merasa takut mati diinjakinjak oleh oran-orang yang keranjingan. Ketakutan itu ditularkan oleh ayahku ketika aku kecil. … Pada kutipan di atas terdapat penarikan terhadap diri sendiri. Mourad membuat dirinya sendiri merasa terasingi. Dia tidak suka berada di tengah-tengah
140
orang banyak, sehingga itu yang menyebabkan dirinya sulit untuk bersosialisasi dengan orang banyak. Hal tersebut ada pada kutipan Je n’aime la foule.(Aku tidak suka berada di tengah orang banyak.). Haji Hamid yang berpenampilan lebih baik daripada Mourad lebih dihormati dan dianggap ada oleh orang-orang. Sedangkan yang terlihat baik dari Mourad adalah kejujurannya, namun kejujuran tidak membuat orang menghormatinya. Perhatikan kutipan berikut. (66) LHR/172 … Les gens me bousculent et personne ne s‟excuse. Mon apparence d‟homme fatigué n‟inspire pas le respect. Je sais. Les gens n‟ont pas le temps de se pencher sur mon âme et de se rendre compte que je suis un homme bon. Ils s‟en moquent. Ils ont raison. H.H. n’a même pas d’âme, et pourtant on le salue respectueusement. A moi on ne manque pas de respect, mais on m’ignore. … Orang-orang mendorongku dan tidak seorang pun yang meminta maaf. Aku kelihatan seperti orang yang lelah dan tidak menimbulkan rasa hormat. Aku tahu bahwa aku seorang pria yang baik.Mereka tidak mempedulikannya.Mereka betul.H.H. bahkan tidak mempunyai jiwa, meskipun begitu orang-orang menghormatinya. Padaku, orang-orang tidak ada rasa hormat dan juga tidak mempedulikanku. Pada kutipan di atas terdapat alienasi yang dialami oleh Mourad karena penampilannya.Penampilan lebih penting untuk menarik perhatian orang agar orang menghormatinya, daripada kejujuran.Penampilan tampak sangat jelas, sedangkan kejujuran tidak tampak.Orang-orang selalu menilai dari penampilan luar. Penampilan yang bagus menunjukkan bahwa orang itu berada, sedangkan orang yang berpenampilan tidak bagus tidak menunjukkan bahwa orang itu berada, dengan kata lain orang tersebut adalah orang miskin. Mereka lebih mengutamakan kejujuran dibandingkan penampilan.
141
Orang-orang
jujur
selalu
disingkirkan
dan
tidak
dianggap
keberadaannya.Hal itu tampak dalam kutipan H.H. n’a même pas d’âme, et pourtant on le salue respectueusement. A moi on ne manque pas de respect, mais on m’ignore.(H.H. bahkan tidak mempunyai jiwa, meskipun begitu orang-orang menghormatinya. Padaku, orang-orang tidak ada rasa hormat dan juga tidak mempedulikanku.). Selain Mourad mengalami alienasi oleh orang-orang disekitarnya, dia jugalah yang menyebabkan dirinya teralienasi karena tidak bisa berpenampilan layaknya orang berada. Mourad dituduh mencuri mesin tik dan dia diskors dari pekerjaannya. Lihat kutipan di bawah. (67) LHR/176-177 J‟aimerais tellement avoir confiance, mais le jeu est fait d‟avance, la partie est truquée. Je dois payer pour l‟exemple et il a fallu que ça tombe sur moi. C‟est toujours ainsi, aurait dit mon père. On est puni d’être pauvre ; honnête parce qu’on est éduqué de père en fils pour respecter la loi. Une vieille machine à écrire, une Olivetti de 1960 ! Une pièce de collection ! Ils sont odieux. Je vais la restituer tout de suite. Mais ils n‟en voudront pas. Ce n‟est qu‟un prétexte. Je sors de chez le directeur, dégoûté, mais pas désespéré. J‟ai compris et il est trop tard pour changer de mentalité et de comportement. Je ne retourne pas au bureau, puisque je suis suspendu. Aku berharap mempunyai keyakinan, tapi permainan memang sudah dibuat sebelumnya dan direkayasa. Permainan itu jatuh kepadaku dan aku harus menanggung akibatnya. Selalu begitu, kata ayahku. Kita dihukum karena menjadi miskin dan kita miskin karena kita jujur, kita jujur karena kita dididik dari ayah ke anak untuk menghormati hukum.Sebuah mesin tik tua merek Olivetti 1960. Sebuah benda koleksi. Mereka jahat. Aku akan segera mengembalkannya. Tapi mereka tidak mau.Itu hanya alasan.Aku keluar dari ruangan Pak Direktur, memuakkan, tapi tidak putus asa.Aku mengerti dan sudah sangat terlambat untuk mengubah mentalitas dan tingkah laku. Aku tidak kembali ke kantor, karena aku diskors. Kutipan tersebut menggambarkan orang yang jujur dan patuh harus disingkirkan dengan cara apapun. Itulah yang terjadi pada Mourad, walaupun dia
142
sudah masuk ke dalam lingkungan koruptor. Kejadian tersebut menjadikan Mourad sebagai tertuduh karena telah mencuri mesin tik, barang inventaris kantor. Mourad dituduh untuk diasingkan dengan cara diskors dari pekerjaannya. Kutipan On est puni d’être pauvre ; honnête parce qu’on est éduqué de père en fils pour respecter la loi. (Kita dihukum karena menjadi miskin dan kita miskin karena kita jujur, kita jujur karena kita dididik dari ayah ke anak untuk menghormati hukum.)menunjukkan bahwakejujuran dan kepatuhan pada hukum membuat orang menjadi miskin, tidak dipedulikan, dan tidak dihormati. Mourad dituduh menyelewengkan kekayaan negara, karena sebelumnya dia adalah orang yang jujur. Orang yang selalu menghalangi orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari orang lain. Perhatikan kutipan berikut. (68) LHR/186-187 Revenons aux pensées dissimulées de la direction : ma présence dans cet office n‟arrange pas les affaires du conseil municipal de la Wilaya. Je ne suis pas un homme moderne, je ne suis pas de mon temps et j‟empêche la machine de tourner. C‟est pour cela qu‟on m‟appelle, paraît-il, « Grain de sable ». Mois aussi. Comme mon ami de Tanger. Mais où est la justice ? Justement c’est au nom de la justice qu’aujourd’hui je me trouve accusé de détournement de biens publics ! Kita kembali pada pikiran tersembunyi para pimpinan: kehadiranku di kantor tidak membereskan urusan-urusan dewan kota Wilaya. Aku bukan orang yang modern, aku bukan orang dari jamanku, dan aku mencegah orang-orang disekelilingku untuk memanfaatkan waktu dan mengambil kekayaan mereka. Akulah orang yang mencegah mesin berputar. Itulah sebabnya orang-orang menyebutku “Butiran Pasir”. Aku juga seperti temanku di Tangier. Tapi di manakah keadilan? Justru karena nama keadilan-lah, hari ini aku menemukan diriku dituduh menyelewengkan kekayaan negara! Kutipan di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang jujur seperti Mourad dan temannya tidak mendapatkan keadilan. Mereka disingkirkan dengan berbagai
143
macam cara dan tuduhan, seperti yang dialami oleh Mourad. Dia dituduh menyelewengkan kekayaan negara berupa mesin tik tua merk Olivetti.Hal itu ditunjukkan dalam kutipan Mois aussi. Comme mon ami de Tanger. Mais où est la justice ? Justement c’est au nom de la justice qu’aujourd’hui je me trouve accusé de détournement de biens publics ! (Aku juga seperti temanku di Tangier. Tapi di manakah keadilan? Justru karena nama keadilan-lah, hari ini aku menemukan diriku dituduh menyelewengkan kekayaan negara!). Seperti yang sudah dijelaskan pada kutipan sebelumnya, bahwa orang-orang yang jujur hidup di lingkungan orang-orang korup, maka mereka akan diasingkan karena orang-orang jujur tersebut adalah ancaman untuk orang-orang yang tidak jujur. Selain itu, ada maksud tersembunyi atas kasus yang menimpa Mourad, yaitu pembalasan dendam mereka karena Mourad yang dulu adalah orang yang jujur. Kondisi ekonomi Mourad membuatnya dijauhi oleh keluarga istrinya. Perhatikan kutipan berikut. (69) LHR/191 … Pour eux, je n’existe pas. Je ne suis pas de la famille. Je suis juste le mari de Hlima qui a eu tort de commettre une erreur de jeunesse, donc elle doit payer. C‟est tout. Ils ne savent même pas où je travaille ni ce que je fais. Je suis un minable petit salarié qui n’entre pas dans leur champ de vision. … Bagi mereka, aku tidak ada. Aku bukan bagian dari keluarga.Aku hanyalah suami Hlima yang salah karena berbuat kesalahan saat muda, sehingga dia harus membayarnya.Itu saja.Bahkan mereka tidak tahu di mana aku bekerja dan yang aku lakukan.Aku orang yang tidak bermutu dengan gaji kecil yang tidak masuk dalam ruang lingkup pandangan mereka. Kutipan di atas menggambarkan penyingkiran yang dilakukan oleh keluarga Hlima kepada Mourad.Penyingkiran tersebut disebabkan oleh kondisi ekonomi
144
Mourad.Mourad dengan gaji yang kecil, membuatnya miskin sehingga dia tidak dianggap ada bahkan dia dianggap bukan bagian dari keluarga Hlima.Hal itu terdapat pada kutipan Pour eux, je n’existe pas. Je ne suis pas de la famille. … Je suis un minable petit salarié qui n’entre pas dans leur champ de vision.(Bagi mereka, aku tidak ada. Aku bukan bagian dari keluarga.… Aku orang yang tidak bermutu dengan gaji kecil yang tidak masuk dalam ruang lingkup pandangan mereka.). Mourad yang tidak mempunyai catatan buruk selama dia bekerja, akhirnya dituduh dengan alasan bahwa dia melakukan penyelewengan kekayaan negara.Tuduhan tersebut mempunyai maksud unutk menyingkirkan Mourad dari lingkungan teman-teman kerjanya.Perhatikan kutipan di bawah. (70) LHR/195 Ils ont fait des affaires. Ils se sont enrichis. Mais ils auraient pu s‟enrichir encore plus si je n‟étais pas là, sur leur passage. Ils ont fini par annuler ce grain de sable. Mais ce qu’ils ont cherché, c’est à l’annuler définitivement. D‟où l‟histoire de la machine à écrire. Je pourrais tout raconter à juge. Mais je n‟ai pas de preuve et ils me poursuivraient pour diffamation. Pak Direktur dan Haji Hamid telah melakukan kegiatan yang menguntungkan.Mereka telah memperkaya diri. Tapi mereka bisa lebih memperkaya diri lagi kalau aku tidak ada di sana, di dalam perjalanan mereka. Akhirnya mereka menyingkirkan butir pasir ini. Tapi apa yang mereka inginkan adalah menyingkirkannya untuk selamanya.Oleh karena itu ada cerita tentang mesin tik tersebut. Aku bisa menceritakan semuanya kepada hakim, tapi aku tidak mempunyai bukti dan mereka akan menuduhku karena pencemaran nama baik. Kutipan tersebut menggambarkanbahwa Mourad dituduh menyelewengkan kekayaan negara berupa mesin tik, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.Pak Direktur dan Haji Hamid membuat tuduhan seperti itu dengan maksud untuk
145
menyingkirkan Mourad. Mereka ingin membalas dendam atas apa yang Mourad perbuat, yaitu Mourad menghalangi jalan mereka untuk memperkaya diri mereka sebelum Mourad masuk ke dalam jaringan korupsi. Hal itu dapat dilihat pada kutipan Ils ont fini par annuler ce grain de sable. Mais ce qu’ils ont cherché, c’est à l’annuler définitivement. (Akhirnya mereka menyingkirkan butir pasir ini. Tapi apa yang mereka inginkan adalah menyingkirkannya untuk selamanya.). Penyingkiran terhadap seseorang ataupun sekelompok orang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah melakukan tuduhan yang dapat menyebabkan orang tersebut terkena hukuman. Mourad merupakan orang yang idealis dan suka menyendiri. Dia memilih menyendiri untuk merasakan kenyamanan dan keamanan. Perhatikan kutipan di bawah. (71) LHR/202 La solitude choisie est une forme aiguë d’égoïsme, un refuge pour ceux qui ne se sentent pas concernés par cette agitation qu’on confond parfois avec la vie. Solitude élue, retrait s’épargner une chute brutale et une plus grande souffrance. Mais n‟est-ce pas contradictoire de vouloir vivre sans souffrir ? Au début de notre mariage, je faisais part à Hlima de mes pensées sur la vie, la mort et le bonheur. Pour elle c‟était de délier. Tout est simple. Pourquoi s‟acharner ainsi sur la vie ? Très vite elle a cessé d‟être une amie, une confidente, une complice. Au bureau j‟étais aussi seul. A qui parler ? Avec qui partager mes désillusions ? Kesepian yang dipilih adalah suatu bentuk keegoisan yang tinggi, tempat perlindungan untuk mereka yang tidak merasa berkenaan dengan keramaian ini yang kadang-kadang orang-orang bingung dengan kehidupannya. Kesepian yang dipilih, penarikan diri untuk menghindarkan diri dari jatuh yang mengagetkan dan penderitaan yang lebih besar.Tapi bukankah itu pertentangan yang menginginkan hidup tanpa menderita? Pad awal kami menikah, aku memberitahu pandanganku padanya tentang kehidupan, kematian, dan kebahagiaan. Baginya, tentulah aku sedang mengigau. Semuanya sederhana. Mengapa begitu menyerang pada kehidupan? Dengan segera dia berhenti menjadi teman dan tempat
146
berbagi rasa. Di kantor, aku juga sendiri. Pada siapa aku berbicara? Dengan siapa aku berbagi kekecewaanku? Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa kesendirian yang dipilih oleh orangorang yang idealis merupakan bentuk keterasingan yang diciptakan dari diri sendiri. Mereka memilih untuk menyediri dari keramaian untuk melindungi diri mereka dari hal-hal yang tidak mereka sukai dan mereka takut untuk mengambil resiko, hal tersebut juga merupakan bentuk keegoisan. Keterasingan yang dialami mereka tidak hanya terjadi pada lingkungan pekerjaan dan keluarga, bahkan terjadi juga pada lingkungan sosial. Hal itu terdapat pada kutipan La solitude choisie est une forme aiguë d’égoïsme, un refuge pour ceux qui ne se sentent pas concernés par cette agitation qu’on confond parfois avec la vie. Solitude élue,
retrait
s’épargner
une
chute
brutale
et
une
plus
grande
souffrance.(Kesepian yang dipilih adalah suatu bentuk keegoisan yang tinggi, tempat perlindungan untuk mereka yang tidak merasa berkenaan dengan keramaian
ini
yang
kadang-kadang
orang-orang
bingung
dengan
kehidupannya. Kesepian yang dipilih, penarikan diri untuk menghindarkan diri dari jatuh yang mengagetkan dan penderitaan yang lebih besar.). Mourad selalu mengalami keterasingan sepanjang hidupnya.Hal itu dikarenakan sifatnya yang tidak suka berada di tengah-tengah konflik dan dia tidak suka mengambil resiko.Perhatikan kutipan berikut. (72) LHR/211-212 D’où vient cette force qui me retient ? C’est la peur, c’est la lâcheté. C’est la pauvreté. … J‟ai résisté tout ce que j‟ai pu contre la corruption, jusqu‟au jour où j‟ai cédé sous la pression des autres. C‟est pour cela que je me trouve aujourd‟hui dans cette situation. Je n‟aime pas les conflits ni les
147
bagarres. Je suis bêtement pacifiste. Je le reconnais à présente. Est-ce le moment de faire mon autocritique ? Je suis seul, abandonné, isolé. Dari mana datangnya kekuatan yang menahanku? Itu adalah ketakutan, pengecut, dan kemiskinan. … Aku bertahan melawan korupsi, sampai hari di mana aku menyerah di bawah tekanan orang lain. Itulah sebabnya hari ini aku berada pada situasi semacam ini. Aku tidak menyukai konflik maupun perkelahian. Dengan bodohnya, aku menjadi pecinta damai. Aku mengakuinya sekarang. Apakah ini saatnya untuk mengakui kesalahanku? Aku sendiri, ditinggalkan, dan diasingkan. Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa Mourad merasa terasing yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan dia menyerah pada korupsi di bawah tekanan orang-orang di sekitarnya. Mourad selalu menjaga dirinya untuk tidak terlibat dalam permasalahan apapun. Dia merasa bersalah dan ingin mengakui kesalahannya. Namun tidak ada seorangpun yang membantunya. Sifatnyalah yang menyebabkan dirinya dijauhi dan diabaikan oleh orang lain. Hal itu terdapat pada kutipan D’où vient cette force qui me retient ? C’est la peur, c’est la lâcheté. C’est la pauvreté.…Je suis seul, abandonné, isolé. (Dari mana datangnya kekuatan
yang menahanku?
Itu
adalah ketakutan,
kemiskinan. Aku sendiri, ditinggalkan, dan diasingkan.).
pengecut, dan
148
BAB 5 PENUTUP Pada bagian terakhir skripsi ini dipaparkan simpulan dan saran.Simpulan merupakan hasil analisis yang berupa jawaban dari rumusan masalah, sedangkan saran berisi rekomendasi penulis berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini. 5.1
Simpulan Peneliti melakukan analisis novel berdasarkan teori poskolonialisme dari
tiga tokoh, yaitu Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha. Dalam teori poskolonialisme terdapat enam elemen yang menjadi pokok bahasan dalam menganalisis novel L‟Homme rompu, yaitu hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai poskolonialisme dalam novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama,hegemoni yang terdapat dalam novel merupakan gambaran masyarakat Maroko sebagai negara francophone. Hegemoni yang terjadi di dalam novel ini merupakan penanaman ideologi yang dilakukan oleh penjajah, yaitu Perancis terhadap masyarakat Maroko. Ada beberapa hegemoni yang terdapat pada novel ini, yaitu hegemoni paham Barat dalam sosiokultural di Maroko, hegemoni ekonomi, hegemoni kelas sosial, dan hegemoni moral. Hegemoni yang terjadi pada novel ini tidak hanya sebatas dominasi kekuasaan suatu kelas sosial, tetapi juga terjadi atas kesadaran untuk melakukan perubahan. Seperti yang terjadi pada Mourad untuk mengubah keadaan ekonomi keluarganya.
148
149
Kedua, subaltern yang terjadi pada novel ini adalah penindasan oleh kelas penguasa terhadap kaum subaltern. Penindasan tersebut terjadi karena adanya dominasi struktural. Selain penindasan, kaum subaltern juga cenderung tidak dianggap sehingga aspirasi-aspirasi yang mereka sampaikan tidak didengar. Kaum subaltern pada novel ini adalah Mourad yang tidak mempunyai suara untuk menyatakan keberatannya terhadap apa yang dilakukan oleh Haji Hamid. Najia, seorang janda yang masih muda sehingga dia tidak merasakan kebebasan untuk melakukan banyak hal dalam hidupnya sesuai dengan kehendak hatinya. Wanita Maroko pada umumnya harus tunduk pada pria. Ketiga, mimikri merupakan kamuflase sikap untuk melindungi diri. Mimikri dalam novel ini tergambarkan pada tokoh Mourad, ibu mertua Mourad, dan Haji Hamid yang berpura-pura untuk menyukai sesuatu agar hidupnya tidak terancam dan tidak masuk ke dalam golongan orang yang termarginalkan. Keempat, hibriditas merupakan upaya untuk mengadaptasi budaya asing dan menggunakannya, yang dalam hal ini contohnya adalah adaptasi budaya Perancis dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Maroko. Hibriditas yang digambarkan di dalam novel L‟Homme rompuini mencakup hal-hal berikut. Penggunaan bahasa Perancis yang terdapat pada surat lamaran pekerjaan di kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan formulir bank. Percampuran antara bahasa Arab dan Perancis yang dilakukan oleh Lalla Khadijah karena dia hasil dari sekolah zaman dulu. Bentuk arsitektur bank yang merupakan bangunan peninggalan kolonial Perancis dan produk minuman beralkohol dari Eropa seperti anggur Perancis dan wiski. Peniruan orang-orang Maroko terhadap aktor-aktor Mesir karena
150
masyarakat Maroko mengidolakan mereka. Perubahan gaya hidup Mourad yang memutuskan untuk bergabung dengan kalangan koruptor. Kelima, marginalitas yang ada pada novel ini yaitu pendiskriminasian terhadap orang-orang miskin. Diskriminasi itu terjadi karena perbedaan status sosial, ekonomi, faktor kejujuran pada diri Mourad, pelajar dari kalangan bawah, orang-orang miskin lainnya, dan juga di lingkungan tempat tinggal orang-orang marginal. Keenam, alienasi yang dialami para tokoh dalam novel ini disebabkan oleh kejujuran dan kegigihan mereka untuk menghalangi tindakan korupsi. Selain itu, keterasingan ini juga disebabkan oleh diri sendiri untuk tidak masuk ke tengah keramaian para koruptor. Salah satu pemicu adanya alienasi adalah sistem ekonomi yang tidak sehat, sehingga memunculkan kaum kapitalis. Orang-orang yang tidak mendukung tindakan kaum kapitalis disingkirkan, karena mereka adalah penghalang bagi kaum kapitalis untuk mencapai tujuannya.
5.2
Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada
mahasiswa program studi Sastra Perancis bahwa ilmu di luar sastra dapat digunakan untuk membantu menganalisis karya sastra. Dalam penelitian ini, ilmu sastra digabungkan dengan ilmu sosiologi, yaitu poskolonialisme dari Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka
acuan
dalam
memahami
elemen-elemen
poskolonialisme
dan
dikembangkan lebih lanjut lagi dengan berbagai sumber yang berbeda. Dengan
151
terbukti adanya elemen-elemen poskolonialisme dalam karya sastra, maka penulis menyarankan kepada mahasiswa sastra Perancis untuk melakukan penelitian sejenis pada novel lainnya. Hal tersebut berguna untuk mengembangkan pengetahuan poskolonialisme yang terjadi pada novel-novel francophone. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam analisis karya sastra, khususnya novel yang menggunakan teori poskolonialisme.
Daftar Pustaka
Arifin, Winarsih & Farida Soemargono. 2007. Kamus Perancis-Indonesia. Jakarta : Gramedia. Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Jelloun, Tahar Ben. 1994. L‟Homme rompu. Paris : Edition du seuil. ______________. 2010. Korupsi. Terjemahan Okke. K.S. Zaimar. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Morton, Stephen. 2008. Gayatri Spivak : Etika, Subalternitas, dan Kritik Penalaran Poskolonial. Terjemahan Wiwin Indiarti. Yogyakarta : Pararaton. Purba, Antilan. 2010. Pengantar Ilmu Sastra. Medan : USU Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2008 a. Poskolonialisme Indonesia : Relevansi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ___________________. 2008 b. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ___________________. 2010. Sastra dan Cultural Studies : Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Said, Edward W., dan Gauri Viswanathan. 2003. Kekuasaan, Politik, dan Kebudayaan: Wawancara dengan Edward W. Said. Terjemahan Hartono Hadikusumo dan E. Setiyawati Alkhatab. s.n: Pustaka Promethea. Said, Edward W. 2010. Orientalisme : danMenundukkanTimurSebagaiSubjek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
MenggugatHegemoni Barat TerjemahanAchmadFawaid.
Sangidu. 2005. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Seleksi Penerbitan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Sastriyani, Siti Hariti. 2006. “Dunia Sastra Francophone di Arab-Magreb”. Jurnal Humaniora. Volume 18, No. 1, http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora. Diakses pada 16 desember 2013. Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Terjemahan Kamdani dan Imam Baehaqi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Auriga, Nila. 2011. https://lontar.ui.ac.id/Intersubjektivitas.pdf. Diakses pada 1 Februari 2014.
152
153
Bintoro, Sutarno. 2012. http://hukum.kompasiana.com/perancis-dan-masa-depanuu-kpk.html. Diakses pada 16 Desember 2013. Dikin. 2011. http://www.scribd.com/Pengertian-Karya-Sastra. Diakses pada 25 Maret 2013. Keatt, Joan. 2011.http://id.shvoong.com/pengertian-alienasi. Diakses pada 1 Februari 2014 Nasution, I. 2012. http://repository.usu.ac.id/ChapterII.pdf. Diakses pada 1 Februari 2014. Natiqotul, M. 2012. http://eprints.uny.ac.id/BAB2.pdf. Diakses pada 1 Februari 2014. http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun. Diakses pada 27 Juni 2013. http://en.wikipedia.org/wiki/Morocco. Diakses pada 10 Januari 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial. Diakses pada 1 Februari 2014. http://etd.ugm.ac.id/PenelitianDetail. Diaksespada 8 Januari 2014. http://www.business-anti-corruption.com/public-anti-corruption-initiatives. Diakses pada 10 Januari 2014.
LAMPIRAN I: Ringkasan Cerita Roman L’Homme rompu Mourad adalah seorang Wakil Direktur Perencanaan di Kementerian Pekerjaan Umum, Casablanca, Maroko. Dia adalah seorang yang sederhana, jujur, namun miskin. Jabatan yang dimilikinya merupakan jabatan yang diinginkan oleh banyak orang. Namun, jabatannya tersebut tidaklah membuatnya dihormati dan disegani
oleh
para
bawahannya,
bahkan
pesuruh
kantor
pun
tidak
menghormatinya. Mereka berpikir bahwa Mourad tidak patut untuk dihormati karena gaji yang diperolehnya sedikit. Di kantornya, jabatan bukanlah hal yang penting untuk seseorang mendapatkan rasa hormat, namun yang terpenting adalah seberapa banyak pendapatan yang diterimanya dan seberapa banyak dia memberikan uang kepada para pesuruh tersebut. Mourad mempunyai seorang asisten bernama Haji Hamid. Di kantornya Haji Hamid lebih banyak berperan dalam menangani masalah perijinan pembangunan gedung-gedung. Hal itu dikarenakan Haji Hamid menerima berbagai macam sogokan, sedangkan Mourad sebagai orang yang jujur selalu mengikuti prosedur yang ada di kantornya dan dia tidak mau menerima sogokan apa pun. Mourad selalu ditekan oleh asistennya, atasannya, bahkan klienkliennya. Kehidupan sosial Mouard sangatlah sempit. Dia seperti orang yang tidak bisa bersosialisasi dengan siapa pun kecuali orang-orang yang telah dikenalnya sejak lama. Oleh karena itu, dia menarik diri dalam pergaulan baik di kantornya yang penuh dengan orang-orang yang korup dan juga di keluarga istrinya yang
154
155
materialistis. Selain kehidupan sosialnya yang buruk, Mourad juga mengalami kehidupan ekonomi yang buruk pula. Hal itu disebabkan oleh gajinya yang kecil. Sehingga dia diperakukan buruk oleh keluarga istrinya, terutama ibu mertuanya. Kehidupan ekonomi Mourad yang buruk dan istrinya yang selalu menuntut akan kebahagiaan, serta kebutuhan anak-anaknya yang begitu banyak, akhirnya membuat Mourad menjadi salah satu orang yang korup di kantornya. Setelah Mourad melakukan tindakan tersebut, hidupnya selalu menjadi tidak tenang. Dia menjadi orang yang tidak jujur, bukan hanya kepada negara namun juga kepada keluarganya. Dia melakukan penyelewengan terhadap sepupu perempuannya dan seorang wanita yang ditemuinya di jalan.
LAMPIRAN II: Sumber: http://fr.wikipedia.org/wiki/Tahar_Ben_Jelloun TAHAR BEN JELLOUN
Tahar Ben Jelloun adalah seorang penulis dan penyair Maroko yang berbahasa Perancis. Dia lahir di Fez, Maroko, pada 1 Desember 1944. Dia menyelesaikan sekolah dasarnya di sekolah berbahasa Arab-Perancis, kemudian dia melanjutkan sekolah di sekolah Perancis di Tangier sampai berusia delapan belas tahun, dan belajar ilmu filsafat di Universitas Mohammed V di Rabat dan mengajar filsafat di Maroko. Di sana dia menulis puisi untuk pertama kalinya yangkemudian dia kumpulkan menjadikumpulan puisi Hommes sous linceul de silence pada tahun 1971. Pada 1971 dia hijrah ke Paris, Perancis bersama keluarganya sampai saat ini. Pada tahun 1972 dia banyak menulis artikel untuk koran harian Le Monde. Pada 1975 dia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri sosial. Tulisannya yang berjudul La Réclusion solitaire pada tahun 1976 mendapatkan penghargaan dari pengalamannya sebagai seorang psikoterapis. Tahun 1985, dia menerbitkan novelnya yang berjudul L‟Enfant de sable yang membuatnya terkenal. La Nuit sacrée adalah novelnya yang mendapatkan penghargaan Prix Goncourt pada tahun 1987, novel tersebut merupakan sekuel dari novel L‟Enfant de sable. Prix Goncourt merupakan sebuah penghargaan paling terkemuka dalam kesusatraan Perancis. Novelnya yang berjudul La Nuit sacrée diangkat ke dalam
156
157
film di Maroko pada tahun 1993. Pada 2005 dia mendapatkan penghargaan Hadiah Ulysses yang diterimanya untuk pencapaian seumur hidup dan pada 2008 dia meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Montreal, Kanada.