PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Property/Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ayu Sekar Rini NIM: 109082000034
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Ayu Sekar Rini
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Januari 1992
II.
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Jalan Pondok Hijau Raya, Ciputat
6. Telepon
: 0897-8220-537
7. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1996-2002: SD Islam Ruhama Cirendeu 2002-2005: SMP Negeri 02 Ciputat 2005-2008: MAN 4 Model Jakarta 2009-2013: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Humas Organisasi English Club Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta Periode 2007-2008.
IV.
PENGALAMAN KERJA 1. Guru Privat SD tahun 2010-2011. 2. Ibu Rumah Tangga 2011 – sekarang.
vi
THE EFFECT OF INTELLECTUAL CAPITAL AND OWNERSHIP STRUCTURE TOWARD FIRM VALUE Of Real Estate and Property Company Listed On Indonesia Stock Exchange period 2010-2014 ABSTRACT
The purpose of this study is to analyse the relationship between the intellectual capital performance using pulic models (Value Added Intellectual Coefficient-VAIC ™) as a method of quantifying, managerial ownership, institutional ownership, and firm value (Tobin's Q). Is there a relationship between the intellectual capital performance and the ownership structure of both managerial ownership, and institutional to the firm market value. Data from this study were obtained from financial statements and annual reports of property/real estate companies drawn from the Indonesia Stock Exchange. The population of this study is property/real estate companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2014 for 55 companies. Determination of the sample using purposive sampling method. The type of data used are secondary data in the form of annual reports by the media property/real estate companies. The method of analysis used in this study is multiple regression with SPSS 22 computer program. The result of this research showed that simultaneously the intellectual capital, managerial ownership and institusional ownership have significant relation toward firm value with significancy 0,015. Partially, The results of this research show that the performance of intellectual capital (VAICTM) does not have significant effect on firm value (Tobin's Q) with significance of 0,665. The results of this study also indicate that managerial ownership of the property/real estate companies in Indonesia have no significant effect on firm value (Tobin's Q) with significance of 0,197. However, the ownership that comes from institusional ownership has a significant influence on firm value (Tobin's Q) with significance of 0,004. Keywords: Intellectual Capital, VAICTM, Managerial Ownership, Institutional Ownership, firm value and Tobin's Q.
vii
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pada Perusahaan Property/Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris hubungan antara kinerja Modal Intelektual menggunakan model Pulic (Value Added Intellectual Coefficient-VAIC™) sebagai metode kuantifikasi, struktur kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan (Tobin’s Q). Apakah terjadi hubungan antara kinerja Modal Intelektual dan struktur kepemilikan baik kepemilikan manajerial ataupun institusional dengan nilai pasar perusahaan. Data dari penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan property/real estate yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini adalah perusahaan property/real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014 sebanyak 55 perusahaan. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan media berupa laporan tahunan perusahaan keuangan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda atau multiple regression dengan program komputer SPSS 22. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada perusahaan property/real estate di Indonesia secara simultan modal intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikan sebesar 0,015, sedangkan secara parsial modal intelektual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,655, begitupun dengan hasil penelitian dari struktur kepemilikan manajerial yang menunjukkan bahwa tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,197. Namun, struktur kepemilikan yang berasal dari kepemilikan saham institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,004. Kata kunci: Modal Intelektual, VAIC TM, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Nilai Perusahaan , dan Tobin’s Q.
viii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh Puji syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Intelektual Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan”. Pada perusahaan property/real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. dengan baik dan lancar. Dengan selesainya skripsi ini, bagi penulis merupakan sebuah titik kulminasi perjuangan yang selama ini ditempuh dalam rangka memperoleh gelar sarjana. Oleh karena itu, penulis berharap dapat terus melanjutkan perjuangan dalam hal mengembangkan diri dan menggapai cita-cita pada jenjang berikutnya. Dengan skripsi ini pula, penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu akuntansi pada umumnya, dan mahasiswa Akuntansi khususnya. Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan ketetapan Allah SWT., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Untuk itulah pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Suami ku Ganis Miftahuddin dan Keluarga kecil ku tercinta, semangat hidupku untuk kalian terutama anak-anak, Sumayya Alsyafira dan Nasrullah Qoidul Islam Al-fatih juga janin kecil yang sedang tumbuh hidup di rahim umi. Syukur umi panjatkan kepada Allah memiliki kalian di kehidupan ini menghapus suka dan duka serta menyemangati umi. Terimakasih atas semangatnya suami dan anak-anakku. 2. Mama dan Papa, orang tuaku tersayang. Syukur saya panjatkan kepada Allah karena terlahir sebagai anak dari Mama dan Papa. Mama dan Papa juga untuk Umi mertua dan Ayah Mertua saya, beribu-ribu ucapan terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do’a dan motivasi yang telah mama, papa, umi, dan ayah berikan kepada saya, yang tak akan pernah bisa saya balas. Hanya Allah yang bisa membalasnya, semoga mama, papa, umi, dan ayah selalu ada dalam rahmat Allah, aamiin.
ix
3. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibu Zuwesty Eka Putri, M. Ak, selaku dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik dan saran yang membangun selama proses penulisan skripsi ini. 5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku ketua jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan. 8. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Keluarga besarku, kakak dan adikku, Ka Rio, Ka Ary, dan kakak iparku Ka Yel juga adik iparku Wahyu, Rahman, Hera, Khalifah dan Milla. Terima kasih atas semua perhatian, motivasi dan do’anya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Ka Ary, makasih atas semua nasihatnya Ka, insyaallah Ayu akan selalu berusaha untuk lebih baik. 10. Sahabatku Rivan Yarid Anbiya, Okky Oktaviyani Rahayu, Nur Ika Hersy Solihati, Lisa Sulistyarini, Arsi Ayu Rengganis dan teman-teman ku semua. Terima kasih atas perhatian, suka cita dan kasih sayang yang kalian beri. Terutama Biya yang banyak meluangkan waktu untuk mengajari saya banyak hal. Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai akhir hayat. 11. Teman-teman dan sahabat kelas Akuntansi A, terima kasih atas semua kebersamaannya, kebahagiaan, kesedihan, kekompakkan, persaudaraan yang telah kalian bagi untuk penulis sepanjang kita menuntut ilmu di kampus, semoga perjuangan kita memberikan hasil yang kita impikan dan terima kasih selalu memotivasi penulis untuk selalu semangat.
x
12. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua persahabatan dan motivasinya. 13. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.
Jakarta, April 2016
(Ayu Sekar Rini)
xi
DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .........................
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..........................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi ABSTRACT ................................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……………………..…………………. 1 B. Perumusan Masalah……………………………………..……… 12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..... 12 BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil 1. Stakeholder Theory……………………………………………….. 15 2. Legitimacy Theory………………………………………....... 17 3. Resource Based Theory…………………………………………... 19 4. Agency Theory…………………………………………................. 22
5. Signalling Theory…………………………………………............. 25 xii
6. Intangible Assets………………………………………….............. 27 7. Modal Intelektual…………………………………………............. 30 8. Pengukuran dan Perhitungan Modal Intelektual ……………… 33 a. Value added Capital Coefficient..………….…………… 33 b. Value added Human Capital …………...………………. 34 c. Structural Capital Value added…………………………….. 35 d. Value added Intellectual Coefficient……………………….. 36 9. Struktur Kepemilikan………………………………………… 36 a. Struktur Kepemilikan Manajerial ………..……………... 38 b. Struktur Kepemilikan Institusional ……………………... 39 10. Nilai Perusahaan…………………………………………….. 42 B. Penelitian Sebelumnya……………………………………........... 45 C. Kerangka Berpikir……………………………………………..... 53 BAB. III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………… 58 B. Metode Penentuan Sampel……………………………………... 58 C. Metode Pengumpulan Data………………………………….…. 59 D. Metode Analisis Data ………………………………….………. 60 1. Analisis Statistik Deskriptif ……………………………….. 60 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas ………………………………….. 60 b. Uji Autokolerasi ………………………………….…… 61 c. Uji Heteroskedastisitas ……………………..…………. 61 d. Uji Normalitas Data …………………………………... 62 3. Uji Hipotesis …………….…………………………………. 62 xiii
2
a. Uji Adj R ………………………….…………………. 63 b. Uji F ……………………….………………………….. 64 c. Uji t ………………….………………………………... 64 E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Independen 1.1. Modal Intelektual (VAIC TM) ………………………. 64 a. Value Added……………………………………...… 65 b. Value added Capital Coefficient ………………….. 66 c. Value added Human Capital ..…………………….. 66 d. Structural Capital Value added …………………… 67 e. Value added Intellectual Coefficient ...……………. 68 1.2. Struktur Kepemilikan. ………………………………... 68 a. Struktur Kepemilikan Manajerial ……...………….. 68 b. Struktur Kepemilikan Institusional ……..…………. 69
2. Variabel Dependen a. Nilai Perusahaan …………………………………… 69 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran ObjekPenelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian ..……………………………….. 71 2. Deskripsi Sampel Penelitian ………………………...……... 71 B. Hasil Uji Analisis Data penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ……………………………...... 73 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas ………………………………….... 75 b. Uji Autokorelasi ………………………………………... 76 xiv
c. Uji Heterokedastisitas …………………………………... 77 d. Uji Normalitas ………………………………………….. 78 3. Hasil Uji Hipotesis 2
a. Uji Adj R …………………………………………….... 79 b. Uji F ……………………………………………………. 80 c. Uji t …………………………………………………….. 81 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………........ 88 B. Implikasi ………………………………………………..……….. 89 C. Saran ……………………………….….……………………........ 90 DAFTAR PUSTAKA ……………………...….………………………………. 91
xv
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1.
: Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………... 45
Tabel 4.1.
: Proses Seleksi Populasi Perusahaan Property/Real Estate….... 72
Tabel 4.2.
: Daftar Nama Perusahaan ……………………………………....... 72
Tabel 4.3.
: Hasil Uji Statistik Deskriptif ……………………………………. 74
Tabel 4.4.
: Hasil Uji Multikolinieritas …………………………................ 75
Tabel 4.5.
: Hasil Uji Autokorelasi …………………………………….......... 76
Tabel 4.6.
: Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………. 77
Tabel 4.7.
: Hasil Uji Normalitas ……………………………………………. 78
Tabel 4.8.
: Hasil Uji Adj R ..……………………………………………….. 79
Tabel 4.9.
: Hasil Uji F ……………………………………………………. 80
Tabel 4.10.
: Hasil Uji t ………………………………………………………... 82
2
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. : Kerangka Pemikiran
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Sample Penelitian Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dalam bisnis masa kini telah banyak memiliki perubahan, tidak hanya mempergunakan produk dari jenis usaha tersebut melainkan juga menggunakan suatu inovasi dari hal-hal yang tidak berwujud. Inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Perusahaan-perusahaan
yang sebelumnya
menggunakan
labor
based
industries yaitu industri berdasarkan tenaga kerja sekarang banyak mulai mengedepankan knowledge based industries yaitu industri berdasarkan ilmu pengetahuan untuk memajukan perusahaan dan meningkatkan penilaian pasar perusahaan dan menciptakan kemakmuran perusahaan akan bergantung pada transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri didasari penerapan ekonomi dan manajemen berbasis ilmu pengetahuan. Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert, 1998 dalam
1
Sawarjuono dan Kadir, 2003). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap terhadap mereka. Rupert (1998) dalam Sawarjuono dan Kadir (2003) mengungkapkan bahwa ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi, indikator pencapaian tujuan perusahaan, visi dan misi biasanya dapat dilihat dari nilai pasar perusahaan (market value). Banyak pengupayaan dari perusahaan untuk mencapai penilaian pasar yang baik, berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa nilai pasar perusahan (market value) terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam Sawarjuono dan Kadir, 2003). Salah satu komponen dari modal intelektual yang banyak telah diterapkan untuk mengembangkan nilai pasar perusahaan adalah penggunaan sumber daya manusia atau karyawan yang berkualitas, memiliki pengetahuan teknologi yang handal dan dapat mengkomunikasian hubungan baik antar pelanggan. Contoh hal ini dapat kita lihat pada aplikasi komputer yang diproduksi oleh Microsoft, dimana produk yang dihasilkan dibuat berdasarkan kemampuan modal intelektual dari karyawannya. Modal intelektual (intellectual capital) merupakan topik yang baru berkembang beberapa tahun belakangan ini. Di Indonesia, fenomena intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 revisi 2000 terbaru
2
sekarang PSAK No. 19 revisi 2015 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No. 19, tentang aktiva tidak berwujud antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang. Aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015). Modal intelektual dengan segala pengetahuan dan teknologi yang dikuasai suatu perusahaan akan membuat
perusahaan
tersebut
mampu
mengantisipasi dan menghadapi segala bentuk ketidakpastian yang dapat mengancam eksistensinya. Kondisi tersebut dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui penciptaan laba, strategi, inovasi teknologi, loyalitas pelanggan, pengurangan biaya, dan peningkatan produktivitas (Randa dan Solon, 2012). Abidin (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan
di
Indonesia
akan
dapat
bersaing
apabila
menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Penciptaan nilai bagi perusahaan adalah ketika perusahaan mampu menghasilkan sesuatu yang lebih dari sumber daya yang diinvestasikan. Dengan kata lain, apabila perusahaan mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
3
sehingga sumber daya tersebut dapat menciptakan value added bagi perusahaan, maka hal ini disebut sebagai value creation (Ulum, 2008). Ulum (2008) menyatakan bahwa penciptaan nilai yang tidak berwujud (intangible value creation) harus mendapatkan perhatian yang cukup karena hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap penilaian perusahaan. Lebih lanjut, Ulum (2008) menyatakan bahwa dalam value creation, format yang terukur/berwujud (tangible form) seperti pendapatan tergantung pada format yang tidak berwujud (intangible form). Dengan kata lain modal intelektual merupakan sumber penciptaan nilai tidak berwujud yang berhubungan dengan kemampuan karyawan, sumber daya organisasi, dan sistem operasi serta hubungan dengan para stakeholder yang penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dalam industri. Selain itu modal intelekual juga sering menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan yang dianggap sebagai kekuatan untuk mencapai kesuksesan bisnis. Sebuah ukuran yang tepat untuk IC masih terus dikembangkan. Pulic (2000) dalam Ulum (2008) menyarankan sebuah pengukuran tidak langsung terhadap IC yaitu dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang dihasilkan oleh kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient - VAIC). VAIC adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur efisiensi nilai tambah
yang diperoleh dari kemampuan
intelektual perusahaan. Komponen utama VAIC yang dimiliki perusahaan
4
yaitu physical capital, human capital, dan structural capital (Pulic, 1998 dan 2000 dalam Ulum, 2008). Konsep mengenai modal intelektual telah menjadi fokus perhatian bagi akuntan. Hal ini mendorong para akuntan untuk melakukan penelitian mengenai cara mengidentifikasi, cara pengukuran yang tepat, dan juga cara pengungkapannya dalam laporan keuangan. Dengan diperhatikannya modal intelektual
dan
juga
pengelolaannya
yang baik,
diharapkan
dapat
meningkatkan nilai perusahaan dimasa yang akan datang (Lailatul Qomaria, 2016). Pada
umumnya
perusahaan
memiliki
tujuan
yang
sama
yaitu
memaksimalkan kesejahteraan dari shareholder perusahaan yang tercermin dari nilai perusahaannya. Maksimalisasi nilai perusahaan memiliki arti lebih luas daripada maksimalisasi laba. Berdasarkan beberapa alasan maksimalisasi nilai bararti memaksimalkan nilai waktu dari uang, hal itu juga berarti maksimalisasi nilai dari beberapa resiko yang dipertimbangkan pada aliran pendapatan perusahaan dan aliran dana yang diharapkan akan diterima dimasa depan (Haruman, 2008 dalam Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika, 2014). Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya, apabila harga saham tinggi maka nilai perusahaan juga tinggi. Pendirian sebuah perusahaan pasti telah didasari dengan tujuan perusahaan yang jelas. Martono dan Harjito (2003) menyatakan bahwa tujuan perusahaan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama yaitu mencapai keuntungan semaksimal mungkin atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan
5
yang kedua yaitu ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham (stockholders). Tujuan ketiga yaitu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan diatas tidaklah berbeda secara substansial, hanya penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan saja yang berbeda. Struktur kepemilikan juga berperan penting dalam penilaian dan kinerja perusahaan. Struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial, institusional, dan publik dipercaya dapat mempengaruhi jalannya suatu perusahaan, yang pada akhirnya akan juga maksimalisasi nilai perusahaan dan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, merupakan struktur kepemilikan yang memiliki peran sebagai pengendali dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Sedangkan kepemilikan publik umumnya tidak memiliki wewenang dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan perusahaan. Struktur kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham yang dimiliki oleh jajaran manajerial yang meliputi direksi, komisaris, dan manajer, sedangkan kepemilikan institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, dan perusahan lain sejenis serta blockholder (kepemilikan atas nama individu diatas 5%). Kasus krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 sangat berdampak pada pasar modal di Indonesia, hal ini tercermin dari koreksi harga saham yang turun hingga 40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008). Hal ini disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor
6
asing yang membutuhkan likuiditas yang diperparah dengan adanya aksi “ikut-ikutan” dari investor domestik yang secara ramai-ramai melepas sahamnya. Tentunya hal ini secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan di mata investor. Harga saham yang meningkat indentik dengan meningkatnya kemakmuran pemegang saham. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam Asmawati & Lailatul (2013), firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar untuk menilai perusahaan secara keseluruhan sekaligus sebagai cerminan dari penambahan jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Salah satu bagian yang berperan dalam meningkatkan nilai perusahaan adalah manajemen.
Manajer
mempunyai
kewajiban
untuk
memaksimalkan
kesejahteraan para pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Hal ini lah yang sering kali menimbulkan masalah, yang sering disebut sebagai masalah keagenan. Munculnya konflik keagenan akan mempersulit pemilik perusahaan dalam memonitor manajer dalam proses mengelola perusahaan. Pengaruh konflik keagenan ini akan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Penelitian tentang hubungan kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai pasar perusahaan sejauh ini masih jarang dilakukan. Penelitian ini menganalisis apakah ada hubungan pengaruh
7
antara kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Perusahaan di bidang industri Property/Real Estate ini dipilih oleh peneliti karena merupakan salah satu jenis knowledge based industries. Industri-industri yang termasuk dalam knowledge based industries memiliki
kelebihan
memanfaatkan
daripada
sektor
inovasi-inovasi
baik
lain
karena
produk
industri
maupun
jasa
tersebut yang
diciptakannya untuk bersaing dalam memberikan nilai tersendiri atas produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen (Widiyaningrum, 2004 dalam Putri, 2011). Dimana inovasi-inovasi tersebut menjadi suatu aspek yang sangat penting bagi perusahaan. Beberapa penelitian modal intelektual telah dilakukan penelitian di luar Indonesia yaitu diantaranya Belkaoui (2003), Chen dkk. (2005) tentang modal intelektual pada nilai perusahaan. Irina Berzkalne & Elvira Zelgalve (2013) menunjukkan bahwa: “The study finds that an increase in intellectual capital should increase the value of the company. Yet empirical results by other authors are inconsistent, and this study obtained mixed results as well. There is a statistically significant relationship between intellectual capital and company value for enterprises in Latvia and Lithuania, whereas such correlation was not observed for companies in Estonia” Dalam hasil jurnal tersebut dijelaskan bahwa modal intelektual memiliki pengaruh pada nilai perusahaan.di Indonesia menunjukan hasil yang belum sepenuhnya bersifat konsisten. Adapun hasil penelitian Bambang, Mukhtarudin, Arista, dan Rahmah (2015) menunjukan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai perusahaan dan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan dalam
8
penilaian perusahaan, I Gede Cahyadi Putra (2012), Randa dan Ariyanto (2012), Diva dan Mitha (2014) juga menunjukan keberhasilan adanya pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Kuryanto dan Muchamad (2008), Yuniasih dkk. (2010), Solikhah (2010) serta Sunarsih dan Mendra (2012) yang tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai pasar perusahaan yang dimana tidak dapat memberikan nilai tambah pada perusahaan. Untuk variabel yang diteliti lainnya yaitu struktur kepemilikan saham manajerial dan institusional. Bukti empiris mengenai pengaruh Struktur Kepemilikan saham pada Nilai Perusahaan menunjukkan hasil yang berbedabeda. Dalam penelitian Komang Fridagustina Adnantara (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan institutional tidak berpengaruh signifikan pada Nilai Perusahaan dan penelitian Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika (2014) menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan dan Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh signifikan pada nilai perusahaan sedangkan penelitian Asmawati dan Lailatul (2013) menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena kepemilikan manajerial dianggap mampu mengurangi masalah keagenan yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara manajerial dengan pemegang saham atau pemilik perusahaan, yang tentu akan berdampak terhadap nilai perusahaan.
9
Atas dasar argumentasi teoritis di atas, peneliti yakin bahwa hasil uji empiris yang berbeda (inkonsistensi) berkaitan dengan pengaruh modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dapat dijelaskan lebih lanjut juga kasus krisis yang terjadi pada tahun 2008 yang menjadi pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Jadi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menguji bahwa pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan juga pengaruh kepemilikan saham perusahaan oleh pemilik. Penelitian ini menggunakan Tobin’s Q sebagai ukuran nilai perusahaan. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga kepada kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Randa dan Ariyanto, 2012). Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui pengaruh modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Penulis mengambil judul “Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”.
10
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah kinerja modal intelektual (VAIC) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 3. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 4. Apakah kinerja modal intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan secara simultan terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan-rumusan masalah, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut: a. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal intelektual (VAIC) terhadap nilai perusahaan. b. Memberikan
bukti
empiris
mengenai
pengaruh
struktur
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. c. Memberikan
bukti
empiris
mengenai
pengaruh
struktur
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
11
d. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal intelektual, kepemilikan
struktur
kepemilikan
institusional
secara
manajerial simultan
dan
struktur
terhadap
nilai
perusahaan.
2. Manfaat Penelitian Sehubungan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi: a. Peneliti/Akademisi Bagi peneliti berguna untuk Memperkaya literatur akuntansi mengenai pengaruh modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahan. Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai pengembangan teori akuntansi mengenai struktur kepemilikan perusahaan, intangible asset dan intellectual capital, serta nilai perusahaan. Sebagai berikutnya
dalam
acuan
untuk
bidang intellectual capital,
penelitian
karena
masih
sangat terbuka untuk penelitian lebih lanjut mengenai topik intellectual capital. b. Bagi Investor dan kreditor Bagi Investor dan kreditor penelitian ini diharapkan sebagai referensi untuk menilai kinerja intellectual capital perusahaan di bidang property di Indonesia pada khususnya, sehingga (calon) investor dapat
menggunakannya sebagai indikator sebuah
12
perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik dibandingkan
perusahaan
pesaing
dan
membantu
dalam
pengambilan keputusan investasi. Memberikan informasi mengenai pengaruh kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan
keputusan investasi
(bagi
investor) dan keputusan pemberian kredit (bagi kreditor), serta dapat digunakan sebagai sarana untuk memonitor penilaian dan kinerja perusahaan c. Bagi Perusahaan Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada manajer sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menetapkan strategi perusahaan ke depan untuk dapat bersaing
dengan
perusahaan
hubungannya dengan
lain
maupun
sejenis
dalam
peningkatan value creation perusahaan
melalui pengelolaan intellectual capital dan menambah wawasan mengenai kinerja intellectual capital yang akan berkontribusi dalam value creation activity perusahaan.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil 1. Stakeholder Theory Menurut Ghazali dan Chariri (2007), teori stakeholder merupakan teori yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier,
pemerintah,
masyarakat,
analis,
dan
pihak
lain).
Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam mengungkap atau tidak suatu informasi di dalam laporan perusahaan tersebut. Teori ini menjelaskan hubungan stakeholder yang mencakup semua bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya. Menurut teori ini, manajemen sebuah perusahaan diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh para stakeholder mereka dan kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas perusahaan mempengaruhi mereka. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan perusahaan.
14
Kelompok stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. Teori ini juga menjelaskan bahwa perusahaan akan memilih secara sukarela untuk mengungkapkan informasi tentang kinerja intelektual, lingkungan, dan sosial mereka, melebihi dan diatas permintaan wajibnya untuk mengetahui harapan sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan dan meminimalkan kerugian yang mungkin muncul bagi stakeholder mereka. Seluruh aktivitas perusahaan bertujuan untuk menciptakan nilai (value creation) perusahaan,
serta
pemanfaatan
sumber
daya
intelektual
yang
memungkinkan perusahaan menciptakan nilai tambah. Value added merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur nilai sebuah perusahaan dibandingkan dengan return yang dianggap hanya sebagai ukuran bagi shareholder (Ulum, 2008). Sehingga dengan demikian keduanya dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya dengan pengukuran nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan utama teori ini maka diperlukan pengungkapan informasi yang lengkap di dalam laporan keuangan perusahaan. Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal maka value creation yang dihasilkan akan semakin baik. Penciptaan nilai (value creation) yang dimaksud adalah pemanfaatan seluruh potensi yang
15
dimiliki perusahaan, baik karyawan (human Capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk kepentingan stakeholder (Ulum, 2009). 2. Legitimacy Theory Teori legitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Dowling dan Pfeffer dalam Ghozali dan Chariri (2007), legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimasi adalah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan Sethi dalam Ghozali dan Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang konsep kontrak sosial, yaitu: “Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit, dimana kelangsungan hidup pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas dan distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan power yang dimiliki.”
16
Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan menunjukan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial. Hal ini sering kali dapat dicapai melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi dapat menggunakan disclosure untuk mendemonstrasikan perhatian manajemen akan nilai sosial, atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan keberadaan pengaruh negatif aktivitas organisasi (Ulum, 2009). Teori legitimacy sangat erat hubungannya dengan pelaporan intellectual capital dan juga erat hubungannya dengan penggunaan metode content analysis sebagai ukuran dari pelaporan tersebut. Perusahaan sepertinya lebih cenderung untuk melaporkan intellectual capital mereka jika mereka memiliki kebutuhan khusus untuk melakukannya. Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan menemukan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melegitimasi statusnya berdasarkan tangible assets yang umumnya dikenal sebagai simbol kesuksesan perusahaan (Ulum, 2009). Perusahaan yang legitimasinya masih dipertanyakan bisa menggunakan informasi dengan melaporkan modal intelektual untuk memperbaiki legitimasinya atau statusnya dimata publik (Citra & Rosyana, 2015). Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimacy, dapat disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang berbeda
tentang
pihak-pihak
yang
dapat
mempengaruhi
luas
pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan. Teori
17
stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak mengungkapkan
suatu informasi dalam laporan keuangan.
Sedangkan teori legitimacy menempatkan persepsi dan pengakuan publik sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu informasi di dalam laporan keuangan (Ulum, 2009). Dalam konteks hubungan Intellectual capital dengan nilai perusahaan, teori stakeholder lebih tepat digunakan sebagai basis utama untuk menjelaskan hubungan intellectual capital dengan nilai perusahaan. Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders, bukan sekedar shareholder. Menurut Riahi-belkaoui (2003) dalam Ulum (2009), kelompok-kelompok „stake‟ tersebut, meliputi pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. 3. Resource Based Theory Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik (Bontis, 2000). Sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud dan tak berwujud (Firer dan Williams, 2003). Teori ini menjelaskan bahwa penilaian perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan
18
dalam penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. Resource based theory adalah teori yang membahas sumber daya perusahaan
dan
bagaimana
perusahaan
dapat
mengelola
dan
memanfaatkan sumber daya (Randa dan Ariyanto, 2012). Dengan sumber daya yang ada perusahaan dapat menciptakan nilai untuk bersaing dengan kompetitor lain (Citra dan Rosiyana, 2015). Resource based theory berpandangan bahwa perusahaan akan mendapatkan keunggulan kompetitif dan kinerja optimal dengan mengakuisisi, menggabungkan, dan menggunakan aset-aset vital untuk memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja optimal (Lev, 1987). Penyatuan aset berwujud dan tidak berwujud merupakan strategi potensial untuk meningkatkan nilai perusahaan (Belkaoui, 2003 dalam Yuniasih dkk, 2010). RBT dapat menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan mengelola intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah bagaimana perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added) dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. Penciptaan nilai tambah bagi perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
19
Menurut Solikhah (2010), teori sumber daya adalah pendekatan yang menyatakan bahwa perusahaan akan lebih unggul dalam persaingan dan mendapatkan penilaian perusahaan yang baik dengan cara sendiri, kontrol, dan memanfaatkan aset strategis yang penting dalam bentuk sumber daya unggul. Wijayanti (2013) menyatakan bahwa sumber daya dapat dikatakan lebih unggul atau memiliki keunggulan kompetitif jika memenuhi kriteria berikut (1) Sumber ini memungkinkan perusahaan menangkap berbagai peluang bisnis dan mengatasi tantangan, (2) Sumber daya ini memiliki unik dan sulit untuk meniru dan diperoleh di pasar dan hanya beberapa pemain yang dimiliki oleh bisnis sendiri, dan (3) Sumber daya tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, teori sumber daya menjelaskan
bahwa
perusahaan
akan
mendapatkan
keuntungan
kompetitif dengan memanfaatkan sumber daya yang memenuhi kriteria tertentu yang telah disebutkan. Sumber daya intelektual terdiri dari modal manusia, modal fisik dan modal struktural dalam tiga klasifikasi termasuk sumber daya unggul. Modal intelektual berkaitan dengan pengetahuan, teknologi dan struktur formal perusahaan yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan keunggulan kompetitif (Sarwajuwono dan Augustine, 2003 dalam Bambang, Mukhtaruddin,
20
Arista dan Rahmah, 2015). Selanjutnya, Belkaoui (2003) menyatakan bahwa investor akan memberikan nilai tinggi untuk perusahaan yang memiliki kemampuan modal intelektual lebih besar. 4. Agency Theory (Teori Keagenan) Agency theory secara khusus membahas mengenai adanya hubungan keagenan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Jensen dan
Meckling
(1976)
mengemukakan
bahwa
teori
keagenan
mendefinisikan suatu hubungan kontrak yang melibatkan satu atau lebih orang (prinsipal) dengan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa pelayanan atas nama prinsipal serta mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen. Perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Untuk itulah dalam teori agensi dikenal adanya kontrak kerja, yang mengatur proporsi utilitas
masing-masing
pihak
dengan
tetap
memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan. Menurut Randa dan Ariyanto (2012) teori keagenan menggambarkan potensi konflik bahwa kehadiran kontrol pemegang saham mayoritas atas kebijakan perusahaan, akan dapat mengendalikan seluruh tindakan manajemen
dalam
menjalankan
perusahaan,
termasuk
dengan
memanfaatkan pengaruh modal intelektual perusahaan. Konflik antara manajemen
dan
pemegang
saham
(masalah
keagenan)
dapat
21
diminimalkan dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan kepentingan tersebut sehingga menghasilkan biaya agensi. Berdasarkan asumsi sifat dasar yang dijelaskan oleh Eisenhardt (1989) manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat oportunistik yang mengutamakan kepentingan pribadinya dan tidak jarang tindakan manajer bukannya memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Adanya perbedaan kepentingan ini menimbulkan terjadinya konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. (Selly, Fitriany, dan Eliza, 2015). Sehingga timbullah istilah asymetric information dimana ada perbedaain informasi yang didapat antara agent dan principal. Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi: a. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh para pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. b. Moral Hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Asimetri
22
informasi dapat dijadikan sebagai sarana ataupun peluang praktik pengelolaan laba, dikarenakan informasi yang dimiliki insider dan outsider tidak seimbang, karena pada ada umumnya pihak insider memanfaatkan informasi untuk mencapai tujuan mereka. Untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya asymetric information, maka perlu adanya pengawasan khusus dari pihak principal kepada pihak agent atas kinerja operasional perusahaan sehari hari. Pengawasan atas kinerja agent akan mengeluarkan biaya yang disebut agency cost. Biaya agensi tersebut muncul akibat adanya konflik keagenan yang disebabkan adanya perbedaan fungsi
pengelolaan (manajer) dengan fungsi
kepemilikan dan kontrol perusahaan (prinsipal) yang menghasilkan moral hazard (Jensen dan Meckling, 1976). Moral hazard merupakan perilaku yang mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan nilainilai moralitas (misalnya merugikan atau menyakiti orang lain). Berdasarkan konteks teori keagenan moral hazard terjadi ketika ada asimteri informasi antara prinsipal sebagai pemilik perusahaan dengan agen sebagai pengeola perusahaan. Suhardjanto dan Wardhani (2010) menyatakan, Agency Theory menempatkan pengungkapan sebagai mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik antara manajer dengan pemegang saham (compensation contracts). Agency theory memberikan rerangka untuk menghubungkan perilaku pengungkapan sukarela terhadap tata kelola perusahaan, dimana mekanisme pengendalian dibuat untuk mengurangi permasalahan agensi
23
yang muncul dari pemisahan kepemilikan dan manajemen (Welker, 1995). Pernyataan ini dapat diperluas menjadi pengungkapan modal intelektual, dimana manajemen dapat menentukan tingkat pengungkapan sehingga mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor yang berkaitan dengan dampak modal intelektual terhadap nilai perusahaan. Tingkat pengungkapan modal intelektual yang tinggi diharapkan dapat menjadi alat pengawasan yang lebih intensif bagi perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi dan perilaku-perilaku yang oportunis. 5. Signalling Theory (Teori Sinyal) Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memliki kualitas yang buruk (Mengginson dalam Hartono, 2005). Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
24
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi
tersebut,
pelaku
pasar
terlebih
dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham (Randa dan Ariyanto, 2012). Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah intellectual capital. Bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah cenderung lebih banyak mengungkapan intellectual capital dalam
laporan
keuangannya.
Hal
ini
dikarenakan
perusahan
memanfaatkan biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya modal intelektual perusahaan. Biaya terhadap pengembangan sumber daya modal intelektual tersebut diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi perusahaan sehingga mengakibatkan rendahnya kinerja perusahaan dalam menghasilkan pendapatan di masa sekarang, tetapi diharapkan akan memberikan sinyal informasi untuk prospek yang bagus bagi perusahaan di masa yang akan datang (Citra dan Rosiyana, 2015). 6. Intangible Assets (Aset Tidak Berwujud) Aktiva atau Asset tak berwujud adalah harta yang tidak memiliki bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan
25
keuntungan bagi perusahaan. Aktiva atau Asset Tidak Berwujud (intangible assets) adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik. Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, paten, merek dagang, rahasia dagang, dan Goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun. Aset tak berwujud didefinisikan dalam paragraf 8 PSAK 19 (Revisi 2015) sebagai aset non-moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Ada tiga karakteristik mendasar untuk bisa menentukan apakah pengeluaran sumber daya maupun penciptaan liabilitas yang dilakukan oleh entitas dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tak berwujud dapat dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Ketiga karakteristik mendasar tersebut adalah:
Keteridentifikasian (identifiability)
Pengendalian (control)
Manfaat ekonomis masa depan (future economic benefits) Contoh sumber daya tidak berwujud adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (termasuk merek produk dan judul publisitas). Pengeluaran yang tidak dapat dikapitalisasi, diantaranya: a. Goodwill yang tidak berasal dari penggabungan usaha tidak boleh dikapitalisasi, karena bukan aktiva yang dapat diidentifikasi dan
26
sukar untuk diukur. b. Kesetiaan pelanggan dan pengetahuan karyawan tidak dapat dikapitalisasi
karena
bukan
merupakan
aktiva
yang
dapat
dikendalikan perusahaan. c. Biaya pelatihan tidak dapat dikapitalisasi, karena manfaat pelatihan tidak dapat dikendalikan perusahaan (karyawan dapat dikeluarkan setelah mendapatkan pelatihan). Pengeluaran ini tidak dapat dikapitalisasi antara lain: merek, biaya periklanan, biaya perintisan, biaya relokasi, restukturisasi. Pengakuan dan pengukuran aktiva tidak berwujud: a. Aset
tak
berwujud
harus
diakui
jika,
dan
hanya
jika:
1) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut; dan 2) Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal [par.21]. b. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan, entitas
harus
menggunakan
asumsi
masuk
akal
dan
dapat
dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset tersebut [par.22] c. Aset tak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan [par.24]. Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aset tidak berwujud dan modal intelektual. Intangibles telah dirujuk sebagai hak cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, perijinan (permit & licences),
27
merek dagang, waralaba, dan Goodwill (ASB, 1997; IASB, 2004), dan modal intelektual adalah bagian dari Goodwill (Ulum, 2008). Dewasa ini, sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan modal intelektual ke dalam katagori eksternal (customer related) capital, internal (structural) capital, dan human capital (Brennan dan Connell, 2000; Edvinsson dan Malone, 1997). Sebagian peneliti (Bukh, 2005) menyebut bahwa modal intelektual dan aset tidak berwujud adalah sama dan seringkali saling menggantikan. Sementara peneliti lainnya (Edvinsson dan Malone, 1997; Boekestein, 2006) menyatakan bahwa modal intelektual adalah bagian dari aset tidak berwujud (Intangible Assets). Di Indonesia penelitian tentang modal intelektual merujuk pada penelitian Edvinsson dan Malone (1997) dan Boekestein (2006) yang setuju bahwa modal intelektual merupakan bagian dari aset tidak berwujud (Intangible Assets). Paragraf 08 PSAK 19 revisi 2015 mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38 tentang Intangible Assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan dalam FRS 10 tentang Goodwill and Intangible Assets. Keduanya, baik IAS 38 maupun FRS 10, menyatakan bahwa aset tidak berwujud harus
28
(1) dapat diidentifikasi, (2) bukan aset keuangan (nonfinancial/nonmonetary assets), dan (3) tidak memiliki substansi fisik. Sementara APB 17 tentang Intangible Assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang aset tidak berwujud. 7. Intellectual Capital (Modal Intelektual) Sampai saat ini definisi modal intelektual sering dimaknai berbedabeda sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk kepada modalmodal yang tidak berwujud (Intangible Assets) yang mana terkait dengan pengetahuan manusia atau teknologi yang digunakan. Klein dan Prusak dalam Randa dan Ariyanto (2012) memberikan definisi awal tentang modal intelektual. Menurut mereka modal intelektual adalah material yang disusun, ditangkap, dan digunakan untuk menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Roos et.al. (1997) dalam Ulum (2008) menyatakan bahwa: “IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance–sheet and all the intangible assests (trademarks, patent and brands) which modern accounting methods consider…” Modal
intelektual
adalah
informasi
dan
pengetahuan
yang
diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001 dalam Yuniasih dkk, 2010). Modal intelektual dapat dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997 dalam Ulum, 2008). Modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi, dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai
29
tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Stewart (1997) dalam Ulum (2008) mendefinisikan modal intelektual sebagai: “the sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material– knowledge, information, intellectual property, experience–that can be put to use to create wealth”. Sedangkan Bontis dkk. (2000) menyatakan bahwa pada umumnya para peneliti membagi modal intelektual menjadi tiga komponen, yaitu : human capital (HU), Structural Capital (SC), dan customer capital (CC). Selanjutnya menurut Bontis dkk. (2000), secara sederhana HC mencerminkan individual knowledge stock suatu organisasi yang dipresentasikan oleh karyawannya. HC ini termasuk kompetensi, komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Lebih lanjut disebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam SC adalah database, organizational chart, process manual, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Sedangkan CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship. Dengan demikian, elemen dari modal intelektual dapat dibedakan dalam tiga kategori yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan karyawan (human capital); pengetahuan yang berhubungan dengan mitra perusahaan (customer capital) dan pengetahuan yang berhubungan hanya dengan perusahaan (structural capital). Ketiga kategori tersebut membentuk suatu modal intelektual bagi perusahaan. Sehingga modal
30
intelektual dapat didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, hubungan perusahaan dengan pihak luar, dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan. 8. Pengukuran dan perhitungan Modal Intelektual Perhitungan modal intelektual dengan intellectual
Metode
value
added
coefficient (VAIC TM). Modal intelektual yang
diukur
dengan Value added yang terbentuk dari penjumlahan Value added Capital Coefficient (VACA), Value added Human Capital (VAHU), Structural
Capital
Value added (STVA) dikembangkan oleh Pulic
(2000) dalam Ulum (2009) yang didesain untuk menyajikan informasi tentang Value creation efficiency dari aset berwujud (tangible assets) dan aset tidak berwujud (Intangible Assets) yang dimiliki perusahaan. (VAIC TM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja
modal
intelektual perusahaan pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). Formulasi perhitungan Value added Intellectual Coefficient (VAIC) menggunakan tiga elemen: a.
Value added Capital Coefficient (VACA) VACA adalah perbandingan antara Value added (VA) dengan capital employed (CE) atau modal fisik yang bekerja. Rasio ini menunjukkan adanya kontribusi yang dibuat oleh setiap unit capital employed terhadap Value added organisasi.
31
VACA menjadi indikator kemampuan intelektual perusahaan untuk memanfaatkan modal fisik yang lebih baik, Sedangkan VA berasal dari perbandingan antara output dengan input :
VACA = VA/CE Dimana: -
Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan operasional lain
b.
-
Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan
-
Capital Employed (CE) : Total aktiva – Kewajiban.
Value added Human Capital (VAHU) VAHU adalah rasio dari VA (Value added) terhadap HC (Human Capital), yang menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada HC (human capital) untuk Value added organisasi, atau hubungan antara VA (Value added) dan HC (Human Capital) mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai pada sebuah perusahaan. Jadi hubungan antara VA (Value added) dan
HC (Human
Capital) mengindikasikan kemampuan HC
(Human Capital) membentuk Value added
dalam
perusahaan
dengan formula sebagai berikut (Ulum, 2009):
VAHU = VA/HC Dimana: - VA (Value added) : Output – Input
32
- Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan operasional lain - Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan - Human Capital (HC) : Beban Karyawan Ketika VAHU dibandingkan lebih dari sebuah kelompok perusahaan, VAHU menjadi sebuah indikator kualitas sumber daya manusia perusahaan. VAHU juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan Value added setiap rupiah dikeluarkan pada human capital. c.
Structural Capital Value added (STVA) STVA adalah rasio Structural Capital terhadap Value added yang mengukur jumlah SC (Structural Capital) yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari VA (Value added). STVA menjadi indikator keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC/VA Dimana: - SC (Structural Capital): VA – HC - VA (Value added) : Output – Input - Output (OUT): Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan operasional lain - Input (IN) : Total beban operasional lainnya – Beban karyawan HC ( Human Capital) : Beban Karyawan
33
d.
Value added Intellectual Coefficient (VAIC) VAIC merupakan indikator kemampuan intelektual organisasi atau rasio tersebut merupakan kalkulasi kemampuan intelektual sebuah perusahaan. Formulasi perhitungan VAIC adalah sebagai berikut:
VAIC = VACA + VAHU + STVA 9. Struktur Kepemilikan Persentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya persentase jumlah saham terhadap keseluruhan saham perusahaan. Seseorang yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa lembar. Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Tamba, 2011). Struktur kepemilikan perusahaan terdiri dari struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan asing, keluarga dan sebagainya. Husnan (2001) dalam Randa dan Ariyanto (2012) menyatakan bahwa ada dua jenis ownership dalam perusahaan Indonesia yaitu perusahaan dengan
kepemilikan
sangat
menyebar
dan
perusahaan
dengan
kepemilikan terkonsentrasi. Konsentrasi kepemilikan saham merupakan saham perusahaan dalam jumlah yang besar dimiliki oleh sebagian kecil individu atau institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
34
perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain), sehingga individu atau kelompok tersebut memiliki jumlah saham yang dominan dibandingkan pemegang saham yang lainnya. Pada umumnya pemegang saham mayoritas (konsentrasi kepemilikan) menyerahkan pengelolaan investasinya pada divisi khusus dengan menunjuk profesional yang memiliki keahlian dibidang analis dan keuangan, sehingga pemilik mayoritas dapat memantau perkembangan investasinya dengan baik. Jadi jika persentase kepemilikan cukup besar (mayoritas),
maka
mereka
memiliki
insentif
untuk
melakukan
pengawasan secara efektif terhadap manajemen (agen), dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi maupun mengubah tindakan serta keputusan manajemen. Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi penilaian suatu perusahaan Jensen dan Meckling (1976) dan menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme yang dapat mengendalikan masalah keagenan yang ada di suatu perusahaan.
35
Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat dikatakan bahwa peran pemilik sangat penting dalam menentukan keberlangsungan perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibedakan menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. a.
Struktur Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan direksi suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh emiten kepemilikan saham dilaporkan dalam bentuk prosentase. Proksi yang digunakan untuk menghitung kepemilikan manajerial menggunakan MOWN, yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dibagi jumlah saham yang beredar (Haruman, 2008). Presentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya prosentase jumlah saham terhadap keseluruhn saham perusahaan. Seseorang yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan
36
sebagai pemilik perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa
lembar
saja.
Boediono
(2005),
mengemukakan
kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total jumlah saham yang beredar. Menurut Untung dan Hartini (2006) dalam Asmawati & Lailatul (2013),
Kepemilikan
manajerial
(Managerial
Ownership)
merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Kebijakan kepemilikan manajerial dimaksudkan untuk memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham sehingga dengan keterlibatan kedudukan manajer sejajar dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Kepemilikan manajerial dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau prosentase saham yang dimiliki oleh dewan direksi dan manajemen. Prosentase tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh manajerial. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan,
maka
manajemen
cenderung
lebih
giat
untuk
kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri.
37
b.
Struktur Kepemilikan Institusional Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Selain kepemilikan manajemen yang dapat mengawasi
secara
efektif
aktivitas
perusahaan,
keberadaan
kepemilikan institusional juga dianggap mampu menjadi mekanisme pengawasan terhadap setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen. Hal ini dikarenakan para investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan memanipulasi laba perusahaan. Kepemilikan institusional adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, pemerintah, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal (Tarjo, 2008 dalam Wida dan Suartana, 2014). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan institusional. Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
38
sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki beberapa
kelebihan
dibanding
dengan
investor
individual,
diantaranya yaitu: 1.
Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada investor individual untuk mendapatkan informasi.
2.
Investor
institusional
menganalisa
informasi,
memiliki
profesionalisme
sehingga
dapat
menguji
dalam tingkat
keandalan informasi. 3.
Investor institusional, secara umum, memiliki relasi bisnis yang lebih kuat dengan manajemen.
4.
Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
5.
Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara cepat yang tercermin di tingkat harga. Kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan,
dengan memanfaatkan informasi, serta dapat mengatasi konflik
39
keagenan karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional maka segala aktivitas perusahaan akan diawasi oleh pihak institusi atau lembaga. Investor institusional dianggap sebagai pihak yang efektif dalam melakukan pengawasan setiap tindakan yang dilakukan oleh manajer. Investor institusional diharapkan mengambil bagian dalam setiap aktivitas internal perusahaan sehingga mampu mengawasi setiap tindakan oportunistik manajer (Rachman, 2012 dalam Wida dan Suartana, 2014). Pemegang saham memiliki pengaruh yang kuat pada setiap perilaku manajer, dimana jumlah pemegang saham yang besar mampu mengurangi dan mencegah tindakan oppurtunistik manajer. Tingginya jumlah kepemilikan institusional akan meningkatkan sistem kontrol perusahaan yang ditujukan guna meminimalisasi tingkat kecurangan akibat tindakan oportunistik pihak manajer yang nantinya dapat mengurangi nilai perusahaan. Peningkatan jumlah kepemilikan institusional ini juga ditujukan agar setiap aktivitas yang dilakukan diarahkan pada pencapaian nilai perusahaan yang tinggi (Haruman, 2008). Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh pihak
institusi
perusahaan,
kepemilikan
institusional
dalam
perusahaan, yang berfungsi sebagai alat untuk memonitor atau melakukan pengawasan perusahaan yang digunakan untuk mencegah manajemen melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan pihak perusahaan (Asmawati dan Lailatul, 2013).
40
10. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002 dalam Rina dan Titik, 2014). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006 dalam Randa dan Ariyanto, 2012). Rika dan Ishlahuddin (2008) dalam Rina dan Titik (2014) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan
41
perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer maupun komisaris. Randa dan Ariyanto (2012) menjelaskan rasio-rasio
keuangan
digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa depan (Sukamulja, 2004). Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan (Sukamulja, 2004). Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalam Rina dan Titik, 2014). Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena
42
semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004). Tobin’s Q ditemukan oleh seorang pemenang hadiah nobel dari Amerika Serikat yaitu James Tobin.
43
B. Penelitian Terdahulu Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1 Tabel 2.1. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ), Struktur Kepemilikan Manajerial ) dan Institusional (
Pengaruh Modal Intelektual
) terhadap Nilai
Perusahaan (Y)
No. 1.
Peneliti, judul, dan tahun Ni Wayan Yuniasih, Dewa Gede Wirama, I Dewa Nyoman Badera Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan : Kajian Berdasarkan Modal Intelektual 2010
Metode Penelitian
Sampel: purposive sampling 205 perusahaan pada periode 2004-2008 Metode analisis : regresi berganda Variabel lainnya: kinerja pasar sebagai variabel Y dan struktur kepemilikan sebagai variabel control
Hasil Modal intelektual tidak berpengaruh pada kinerja penilaian pasar perusahaan baik menggunakan data pengamatan tahun atau secara rata-rata. Struktur kepemilikan berpengaruh pada kinerja perusahaan juga pada peningkatan nilai perusahaan
Variabel X1
X2a
X2b
Y
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
44
Tabel 2.1. (Lanjutan) No. 2.
3.
Peneliti, judul, dan tahun
Metode Penelitian
Ni Made Sunarsih dan Ni Putu Yuria Mendra Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia SNA XV. Banjarmasin. 2012
Fransiskus Randa & Ariyanto Solon Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan (2012)
Hasil
Sampel: purposive sampling Modal intelektual seluruh perusahaan yang berpengaruh positif pada terdaftar di BEI periode kinerja keuangan. 2005-2010. 1049 sampel modal intelektual tidak Metode analisis : regresi berpengaruh langsung pada berganda nilai perusahaan. Variabel lainnya: Kinerja Kinerja keuangan sebagai Keuangan sebagai variabel variabel intervening mampu intervening memediasi hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan. Sampel : Purposive sampling method 64 perusahaan periode 20092011 Metode regresi berganda
Modal intelektual (VAIC) memiliki pengaruh pada Nilai perusahaan
Variabel X1
X2a
X2b
Y
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
45
Tabel 2.1. (Lanjutan) No. 4.
5.
Peneliti, judul, dan tahun
Metode Penelitian
I Gede Cahyadi Putra Pengaruh Modal Intelektual Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang GO Publik Di Bursa Efek Indonesia 2012
Asmawati, dan Lailatul Amanah Pengaruh Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan: Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating (2013)
Hasil
Sampel : Purposive sampling method 75 perusahaan periode 20082010 Metode analisis : regresi linear berganda
Sampel : Purposive sampling method 40 perusahaan periode 20072011 Metode Analisis Regresi Berganda Variabel Lainnya : Keputusan Keuangan dan menggunakan variabel moderating yaitu Profitabilitas
Variabel X1
X2a
X2b
modal intelektual berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
√
Y
Hanya struktur kepemilikan manajerial saja yang memiliki pengaruh pada nilai perusahaan dan Keputusan keuangan memiliki pengaruh pada nilai perusahaan Profitabilitas tidak berpengaruh pada nilai perusahaan sehingga tidak mampu memoderasi struktur kepemilikan dan keputusan keuangan pada nilai perusahaan
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
46
Tabel 2.1. (Lanjutan) No. 6.
Peneliti, judul, dan tahun Irina Berzkalne & Elvira Zelgalve Intellectual Capital And Company Value 2013
Metode Penelitian
Sampel : Purposive sampling method 64 sample Baltic periode 2005-2011 Metode analisis : regresi linear berganda
Hasil
7.
Abukosim, Mukhtaruddin, Ika Sasti Ferina dan Claudya Nurcahaya Ownership Structure And Firm Values: Empirical Study On Indonesia Manufacturing Listed Companies (2014)
Sampel : Purposive sampling method 214 perusahaan periode 20092011 Metode analisis : regresi linear berganda Variabel lainnya : kepemilikan asing dan kepemilikan keluarga
Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara modal intelektual dan nilai perusahaan bagi perusahaan di Latvia dan Lithuania .
Kepemilikan manajerial dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan Kepemilikan Institusional dan kepemilikan asing memiliki pengaruh signifikan pada nilai perusahaan
Variabel X1
X2a
X2b
√
Y
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
47
Tabel 2.1. (Lanjutan) No. 8.
9.
Peneliti, judul, dan tahun
Metode Penelitian
Rina Susanti , Titik Mildawati Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
Fazdillah Adri Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Property dan Real Estate) JOM FEKON Vol. 1 no. 2 Oktober 2014
Sampel : Purposive sampling, perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 Metode Analisis : Regresi berganda Variabel lainnya : Corporate Social Responsibility sebagai variabel independen
Hasil
Sampel: purposive sampling property & real estate pada tahun 2010-2012 sebanyak 49 perusahaan Metode analisis : regresi berganda Variabel lainnya: Struktur Modal, Kinerja Keuangan sebagai variabel independen
Kepemilikan Manajemen memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan karena dapat mengurangi masalah keagenan dan optimalkan sumber daya Kepemilikan Institusional ditolak karena tingginya menurunkan harga saham corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti kepemilikan saham manajemen tidak berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan nilai perusahaan,
Variabel X1
X2a
X2b
Y
√
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
48
Tabel 2.1. (Lanjutan) No.
Peneliti, judul, dan tahun
10.
Ni Putu Wida P. D , I Wayan Suartana Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.3 (2014): 575590
Metode Penelitian
Sampel : Purposive sampling, perusahaan manufaktur di BEI 20092013 : 80 perusahaan Metode Analisis : Regresi berganda Variabel lainnya : -
Febrina Wibawati Sampel : Purposive Sholekah, Lintang sampling method perusahaan Venusita high profile di BEI 2008Pengaruh Kepemilikan 2012 Manajerial, Kepemilikan Metode analisis : regresi Institusional, Leverage, berganda Firm Size dan CSR Variabel lainnya : CSR, Pada Nilai Perusahaan leverage, dan firm size Jurnal Ilmu Manajemen | sebagai variabel independen Volume 2 No. 3 Juli 2014 Bersambung pada halaman berikut. 11.
Hasil
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada nilai perusahaan, manajer memiliki kepentingan pribadi yang cenderung dipenuhinya dibandingkan pencapaian tujuan perusahaan
Variabel X1
X2b
Y
√
√
√
√
√
√
X2a
kepemilikan institusional berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan, keterlibatan pihak institusional mampu membatasi perilaku oportunistik manajer. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional dan firm size tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Leverage dan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan
49
Tabel 2.1. (Lanjutan) No.
Peneliti, judul, dan tahun
12.
Winne Puji Lestari, Azib dan Nurdin Pengaruh CSR, GCG dan IC Terhadap Nilai Perusahaan dengan Metode Tobin’s Q Pada Perusahaan Sri-Kehati yang terdaftar di BEI 2009-2013 2015
Citra Chairunissa, Raden Rosiyana Dewi Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Dan Penilaian Pasar Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi (2015)
13.
Metode Penelitian
Hasil
Sampel: 7 perusahaan yang terdaftar dalam indeks perusahaan Sri-Kehati 20092013 Metode analisis : regresi berganda Variabel lainnya: Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance sebagai variabel independen
Pengujian secara simultan terdapat hasil pengaruh yang signifikan antara CSR, GCG dan IC terhadap nilai perusahaan Secara parsial pengaruh signifikan hanya didapat oleh variabel CSR dan GCG pada nilai perusahaan. IC dinyatakan tidak berpengaruh
Sampel: purposive sampling 205 perusahaan pada periode 2004-2008 Metode analisis : regresi berganda Variabel lainnya: kinerja pasar sebagai variabel Y dan struktur kepemilikan sebagai variabel control
Modal intelektual tidak berpengaruh pada kinerja penilaian pasar perusahaan baik menggunakan data pengamatan tahun atau secara rata-rata. Struktur kepemilikan berpengaruh pada kinerja perusahaan juga pada peningkatan nilai perusahaan
Variabel X1
X2a
X2b
√
√
Y
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
50
Tabel 2.1. (Lanjutan) No.
Peneliti, judul, dan tahun
14.
Selly Anggraeni Haryono, Fitriany, dan Eliza Fatimah Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan SNA (2015)
Bambang Bemby S, Mukhtaruddin, Arista Hakiki & Rahmah Ferdianti. Intellectual Capital, Firm Value and Ownership Structure as Moderating Variable (2015)
15.
Metode Penelitian
Sampel : Purposive sampling, perusahaan non keuangan di BEI 2009-2012 Metode Analisis : Regresi berganda Variabel lainnya : Struktur modal dan multiple large shareholder structure sebagai variabel X dan Growth, Firm Size , Struktur Aktiva, Rasio Capital Expenditure, dan Firm Age sebagai variabel kontrol Sampel : Purposive sampling method 108 perusahaan periode 20092012 Metode analisis : regresi berganda Variabel lainnya : Struktur kepemilikan sebagai variabel moderating
Hasil
Variabel X1
X2a
Adanya pengaruh non-linear struktur modal terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan tobin‟s q, multiple large shareholder structure ditemukan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin‟s q. Terdapat pengaruh signifikan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
Modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahan Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh signifikan terhdap nilai sebagai pemoderasi Institusional tidak memiliki pengaruh
√
√
X2b
Y
√
√
√
√
Bersambung pada halaman berikut.
51
C. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian Chen dkk. (2005), menyatakan bahwa investor cenderung akan membayar lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang lebih dibandingkan perusahaan dengan sumber daya intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh investor tersebut mencerminkan nilai perusahaan. Market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam I Gede, 2012). Dalam hubungannya dengan teori stakeholder, dijelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai/value creation. Kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan nilai tambah. Investor akan memberikan penghargaan lebih kepada perusahaan yang mampu menciptakan nilai tambah secara berkesinambungan.. Hubungan antara modal intelektual (VAICTM) dengan kinerja dan penilaian keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh Firer dan Williams (2003), Belkaoui (2003) dan Tan dkk (2007) yang membuktikan modal intelektual berpengaruh pada kinerja dan penilaian keuangan. Salah satu area yang menarik perhatian akademisi maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan modal intelektual sebagai salah satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997).
52
Penelitian Chen dkk. (2005) membuktikan bahwa modal intelektual memiliki pengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Di Indonesia penelitian tentang modal intelektual diantaranya telah dilakukan oleh Ulum dkk. (2008), Randa dan Ariyanto (2012), Citra dkk. (2015) dan Bambang dkk (2015) yang menemukan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai perusahaan sedangkan penelitian Yuniasih dkk (2010), Sunarsih dan Mendra (2012), dan Lestari dkk. (2015) tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai pasar perusahaan. Maka hipotesis yang dapat disusun adalah: H1 : Modal Intelektual memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konfik yang biasa disebut agency conflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976 dalam Komang, 2013). Salah satu cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah
53
saham yang dimiliki oleh manajemen. Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan manajer. Keberadaaan investor institusional dianggap mampu mengoptimalkan
pengawasan
kinerja
manajemen
dengan
memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen selaku pengelola perusahaan. Beberapa penelitian juga menunjukkan hubungan pengaruh antara struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Fuerst dan Kang (2000) menemukan hubungan antara insider ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif (Slovin dan Sushka, 1993). Penelitian Yuniasih dkk (2010), Rina & Titik (2014), menunjukkan bahwa struktur kepemilikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian dari
Abukosim dkk. (2015) menunjukkan
kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh signifikan tetapi kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan atas nilai perusahaan, juga penelitian dari Bambang dkk. (2015) dan asmawati dkk. (2013), yang menunjukkan bahwa hanya struktur kepemilikan manajerial yang memiliki pengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
54
Maka dari hipotesis yang dapat diambil adalah : H2a : Struktur kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. H2b: Struktur kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Secara Simultan. Peran modal intelektual dalam perusahaan akan mempengaruhi banyak bagian dalam kinerja perusahaan terutama dalam penilaian pasar perusahaan. Struktur kepemilikan dalam perusahaan dapat dikategorikan sebagai modal intelektual karena sisi karyawan/SDM di struktur kepemilikan berpengaruh besar dalam modal intelektual untuk penilaian perusahaan. Hadirnya modal intelektual dan struktur kepemilikan yang baik dapat menyebabkan nilai atas perusahaan meningkat yang terlihat dari kinerja yang baik, laba perusahaan yang stabil juga minimnya masalah dalam lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang disusun adalah: H3 : Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di bab sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan analisis nilai tambah (value added) sebagai indikator intellectual capital yang diukur dengan menggunakan model publik (VAIC TM) serta struktur kepemilikan institusional dan
55
manajerial perusahaan yang diproksikan melalui persentase struktur kepemilikan institusional dan manajerial sebagai variabel independen. Nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin's Q sebagai variabel dependen. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1. Berikut gambar 2.1 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian ini: Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan pada Nilai Perusahaan Property / Real Estate yang Terdaftar di IDX
Basis Teori :
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Modal Intelektual (X1)
H1 Nilai Perusahaan
S. Kepemilikan Manajerial (X2a)
(Y) H2a
H2b
S. Kepemilikan Institutional (X2b)
Metode Analisis: Analisis Regesi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan variabel independen yaitu modal intelektual, struktur kepemilikan saham yaitu kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan, Populasi penelitian ini adalah perusahaan Property/Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, periode yang diambil untuk pengamatan yaitu laporan keuangan dari tahun 2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang bergerak di dalam industri Property/Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian dipilih secara purposive sampling dimana sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk menjadi anggota sampel adalah sebagai berikut: 1) Merupakan perusahaan sektor properti dan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2010 sampai dengan 2014. 2) Perusahaan tersebut mempublikasikan annual report secara lengkap. Dengan
annual
report
yang
57
lengkap,
maka
diharapkan
akan
mempermudah dalam memperoleh data-data yang mendukung penelitian. 3) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan selama lima tahun berturut-turut, yakni tahun 2010-2014. 4) Saham perusahaan aktif diperdagangkan dari periode 2010 sampai dengan 2014. 5) Perusahaan melaporkan informasi yang bersifat moneter dalam satuan mata uang Rupiah. Kriteria ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang seragam dalam hal satuan moneter.
C. Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, penelusuran data dilakukan dengan cara: 1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan yang antara lain berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis maupun situs dari internet. Ini dikarenakan kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150). 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indrianto dan Bambang, 2002:147). Data dalam penelitian ini didapatkan dari factbook dan download melalui situs www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com.
58
D. Metode Analisis Data Analisis yang digunakan untuk mengukur penelitian ini memakai statistik deskriptif dan pengujian hipotesis. 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi, varian, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2012:19). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Gozali, 2012:105). Model regresi yang dinilai baik seharusnya tidak terjadi multikolinieritas. Dalam Ghozali (2012:105) dijelaskan cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah: 1) Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independen. Jika antar variable independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinieritas. 2) Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai
59
cutoff
yang
umum
dipakai
untuk
menunjukkan
adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance. Regresi bebas dari masalah multikolinieritas jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2011:106). b. Uji Autokolerasi Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2012:110). Di dalam buku karangan Ghozali (2012:12) menyebutkan apabila autokorelasi muncul itu biasanya muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama yang lainnya dan juga karena timbulnya residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson (Ghozali, 2012:111). Ghozali (2012:111) menjelaskan bahwa uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variable lag diantara variable independen. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2012:139). Ghozali (2012:139)
60
menjelaskan salah satu cara mendeteksinya adalah dengan cara melihat grafik plot antara prediksi variable terikat (dependen) dengan residualnya. Selain itu juga dapat dihitung dengan uji glejser, yang meregres nilai absolute residualnya terhadap variabel independen (Gujarati,
2003
dalam
Ghozali,
2012:142).
Uji
glejser
mendeskripsikan bahwa apabila dalam meregres absolut residualnya tersebut
menunjukkan
variabel
independen
secara
signifikan
mempengaruhi variabel dependen maka itu terindikasi adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:142). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2012:139). Jika dalam suatu regresi menunjukkan homoskedastisitas maka itu merupakan model regresi yang baik. d. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusai normal (Ghozali, 2012:160). Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal (Ghozali, 2012:160). Selain menguji dengan menggunakan grafik histogram, uji normalitas residual dihitung dengan menggunakan uji statistik non-
61
parametrik Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2012:163). Berdasarkan Ghozali (2012), apabila uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang signifikan berarti data residual terdistribusi tidak normal. 3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model persamaan regesi berganda. Model ini digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Bambang, 2002:211). Variabel independen terdiri dari Nilai Perusahaan sedangkan variabel dependennya adalah Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β 1 VAIC+ β 2 MANJ + β3 INST + e1
Keterangan : Y
: Nilai Perusahaan
β0
: Intercept atau konstanta
β1
: Koefisien regresi pertama
β2
: Koefisien regresi kedua
β3
: Koefisien regresi ketiga
ε
: Error term
62
Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t. a. Uji Adj R2 Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj R2 berkisar hampir satu, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011:97). b. Uji F Uji ini pada dasarnya menunujukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima dan sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak. c.
Uji t Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variasi variabel dependen. Langkah yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah
63
sebesar 5 % atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2011:99).
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel dependen dan independen. 1. Variabel Independen 1.1 . Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) Kinerja intellectual capital diukur dengan metode VAICTM (Value Added Intellectual Coefficient) yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 2000) dalam Saleh dkk., (2008), yang diukur berdasarkan
value
added
yang
diciptakan
oleh
ketiga
komponennya, yaitu value added of capital employee (VACA), value added of human capital (VAHU) dan structural capital value added (STVA). Tahapan-tahapan dan formulasi perhitungan nilai VAICTM dijelaskan sebagai berikut: a. Value Added (VA) Tahap pertama adalah dengan menghitung Value Added (VA). Value Added (VA) adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA
64
dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1998, 1999). Tan dkk., (2007) menyatakan bahwa output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Menurut Tan dkk. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual capital (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai cost dan tidak masuk dalam komponen IN (Pulic, 1999). Maka dengan demikian VA dapat dirumuskan sebagai berikut: VA = OUTPUT – INPUT Dimana : Output : total penjualan dan pendapatan lain Input : beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan) VA : Value Added b. Value Added Capital Coefficient (VACA) Tahap selanjutnya adalah menghitung Value Added Capital Coefficient (VACA). Menurut Pulic (2004), dalam penciptaan nilai intellectual capital membutuhkan modal
65
finansial dan fisik. Value added capital employed coefficient (VACA) mengungkapkan seberapa besar nilai baru telah dibuat oleh satu unit moneter yang diinvestasikan dalam modal usaha. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh suatu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan. VACA dirumuskan sebagai berikut: VACA = Dimana : VACA : Value Added Capital Employed VA : Value Added CE : Capital Employed : Dana yang tersedia (jumlah ekuitas dan laba bersih) c. Value Added Human Capital (VAHU) Tahapan selanjutnya adalah menghitung Value Added Human Capital (VAHU). VAHU merupakan nilai koefisien nilai tambah dari human capital. (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA yang dihasilkan dari satu satuan moneter yang diinvestasikan pada karyawan atau tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added perusahaan. Karena peranan modal manusia sangatlah penting dalam konsep
66
yang berbasis pengetahuan, maka VAHU merupakan salah satu elemen penting dalam konsep intellectual capital. Oleh karena itu VAHU dirumuskan sebagai berikut:
VAHU = Dimana: VAHU : Value Added Human Capital VA
: Value Added
HC
: Human Capital : Total salaries dan wages karyawan
d. Structural Capital Value Added (STVA) Tahap keempat adalah menghitung Structural Capital Value Added (STVA). Rasio ini mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan structural capital dalam value creation. STVA = Dimana : STVA : Structural Capital Value Added SC
: Structural Capital : VA -HC
VA
: Value Added
67
e. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) Tahap selanjutnya adalah menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). VAICTM mengindikasikan kemampuan intelektual perusahaan yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indikator). VAICTM merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya, yaitu VACA, VAHU, STVA. VAIC TM = VACA + VAHU + STVA
1.2 Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, berikut penjelasannya : a. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan proposi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer eksekutif. Pengukuran ini mengacu pada Saleh dkk. (2008). Manajer eksekutif ini memiliki kekuatan untuk mengendalikan seluruh keputusan di dalam perusahaan yang mencerminkan keputusan bisnis. Manajer eksekutif ini meliputi manajer, direksi, dan dewan komisaris (Saleh dkk., 2008). Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki manajerial (Iturriaga dan Sanz, 1998). Kepemilikan Manajerial =
68
b. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan proposi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik. Kepemilikan institusional diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder. Pengukuran ini mengacu dari penelitian Sudarma (2003) dalam Sujoko dan Soebinatoro (2007). Yang dimaksud dengan institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan, asuransi maupun lembaga lain seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan yang kepemilikan sahamnya di atas 5% tetapi tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial institusi (Sudarma, 2003). Apabila suatu perusahaan terdapat lebih dari satu kepemilikan institusi yang dimiliki saham perusahaan, maka kepemilikan saham diukur dengan menghitung total seluruh saham yang dimiliki oleh seluruh pemilikan. Kepemilikan Institusional =
2. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai pasar perusahaan yang diukur dengan Tobins Q. Tobins Q adalah
69
perbandingan antara market value of equity ditambah dengan hutang (debt) dengan book market value ditambah dengan hutang (debt). Menurut Vinola Herawati, (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang diformulasikan :
Tobins Q = Dimana : Tobins Q = Nilai Perusahaan MVE = Nilai Ekuitas Pasar (Equity Market Value) D = Nilai buku dari total hutang BVE = Nilai buku dari equitas (Equity Book Value) Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhit tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets perusahaan dengan total kewajibannya.
70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010 sampai dengan 2014. Perusahaan sektor property and real estate tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2010 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Fokus penelitian ini ingin melihat pengaruh modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dan sektor Property and Real Estate.
2. Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria sebagai berikut: a.
Merupakan perusahaan sektor property/real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2010 sampai dengan 2014.
b.
Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
c.
Laporan keuangan yang dipublikasikan memiliki data yang tersedia lengkap yang diperlukan dalam penelitian.
d.
Saham perusahaan aktif diperdagangkan dari periode 2010-2014.
71
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan untuk perusahaan property and real eastate tampak dalam Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Proses Seleksi Populasi Perusahaan Property dan Real Estate Kriteria Jumlah Total Perusahaan Property and Real Eastate yang 47 terdaftar di IDX pada tahun 2010-2014 Delisting setelah tanggal 1 Januari 2010 (3) Tidak aktif dalam pasar modal dari tahun 2010 (4) sampai 2014 Data laporan keuangan tidak ditemukan lengkap oleh (3) peneliti pada tahun 2010 sampai tahun 2014 Tidak ada kepemilikan saham manajerial pada tahun (26) 2010 sampai 2014 Jumlah Perusahaan yang digunakan untuk penelitian 11 Total keseluruhan sampel selama 5 tahun (2010-2014) 55 Sumber: data diolah
Akumulasi 47 44 40 37 11 11 55
Adapun nama perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini selengkapnya bisa dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan No Emiten 1 Adhi Karya (Persero) Tbk 2 Bukit Dharmo Property Tbk 3 Ciputra Development Tbk 4 Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk 5 Intiland Development Tbk 6 Duta Pertiwi Nusantara Tbk 7 Lamicitra Nusantara Tbk 8 Summarecon Agung Tbk 9 Surya Semesta Internusa Tbk 10 Total Bangun Persada Tbk 11 Wijaya Karya Tbk Sumber: www.idx.co.id
Kode ADHI BKDP CTRA DGIK DILD DPNS LAMI SMRA SSIA TOTL WIKA
72
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (modal intelektual dan struktur kepemilikan) terhadap nilai perusahaan (Tobins Q). 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 22.0 untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabelvariabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan property and real eastate periode 2010-2014 berdasarkan kriteria yang telah dipilih. Tabel deskriptif menjelaskan variabel-variabel independen yaitu, modal intelektual dan struktur kepemilikan serta variabel dependen yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode Tobins‟Q. Data yang akan diolah adalah data laporan tahunan periode 2010-2014. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 55 data observasi untuk perusahaan property and real eastate yang berasal dari perkalian antara periode penelitian 5 tahun dari tahun 2010 sampai 2014 dengan jumlah perusahaan sampel 11 perusahaan.
73
Berikut tabel hasil olahan data mengenai statistik deskriptif untuk perusahaan sektor property and real eastate sebagai berikut Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N VAICTM Kep.Manaj Kep.Inst TQ
Minimum
Mean
4.690267780 2.488122090 5 60 .0428291423 .00000001 .15721073 .0226558116 0 .1899718095 .21417559 .92883253 .5512664206 7 1.204174838 .3393526920 .66794069 2.09797024 8 9
55 -4.69368257 9.83887508 55 55 55
Valid N (listwise) Sumber: output SPSS
Maximum
Std. Deviation
55
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis variabel dependen dengan menggunakan statistik deskriftif terhadap TQ (Tobins‟Q) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,667940, maksimum 2.09797, dengan rata-rata (mean) 1.20417, dan standar deviasi 0,339352. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik deskriftif tehadap VAICTM menunjukkan nilai minimum -4.69368, maksimum 9,83887, dengan ratarata (mean) 4,69026, dan standar deviasi 2,48812. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik deskriftif terhadap kepemilikan manajemen menunjukkan nilai minimum 0,000001, maksimum 0,15721 dengan rata-rata (mean) 0,02265, dan
74
standar deviasi 0,04282. Hasil analisis variabel independen dengan menggunakan statistik deskriftif terhadap kepemilikan institusional menunjukkan nilai minimum 0. 21417, maksimum 0,92883 dengan ratarata (mean) 0,551266, dan standar deviasi 0,189971. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu model yang lebih reperesentatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain melalui uji multikolonieritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan normalitas. a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari multikolinieritas. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.4 pada halaman berikutnya.
75
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Toleran Model ce VIF 1 VAICT .706 1.416 M Kep.Ma .680 1.472 naj Kep.Inst .937 1.068 a. Dependent Variable: TQ Sumber: data sekunder yang diolah Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa semua variabel independen dan kontrol memiliki nilai Tolerance> 0,10 dan VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Run Test. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 pada halaman berikutnya.
76
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi Runs Test RES2 .25 27 28 55 28 -.134 .894
Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Sumber: data sekunder yang diolah Dari tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa Nilai test adalah 0,25 dengan asymp sig. 0,894. Jika asymp sig. pada output runs test > 5%, maka data tidak mengalami/mengandung autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang bebas
(homoskedastisitas).
Uji
dari masalah heterokedastisitas
heteroskedastitisitas penelitian
ini
menggunakan uji glejser. Selengkapnya mengenai hasil uji untuk heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.
77
Tabel 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1 (Constant) VAICTM
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .284 .110 .008 .012 .114
Kep.Mana -.165 j Kep.Inst -.074 a. Dependent Variable: RES2 Sumber: data sekunder yang diolah
T 2.590 .693
Sig. .012 .491
.692
-.040
-.239
.812
.133
-.080
-.560
.578
Indikator terjadinya heteroskedastisitas adalah adanya signifikansi < 5% antara variabel independen terhadap variabel dependen nilai Absolut Residual (RES2). Dari hasil uji di atas, semua variabel independen tidak memiliki signifikansi terhadap variabel dependen. Ini menandakan tidak adanya heteroskedastisitas pada data yang diolah. d.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji KolomogrovSmirnov. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel penggangu atau residual mempunyai distribusi yang normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7.
78
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test RES2 N 55 a,b Normal Parameters Mean .2771 Std. .17677 Deviation Most Extreme Absolute .116 Differences Positive .116 Negative -.063 Test Statistic .116 Asymp. Sig. (2-tailed) .063c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Sumber: data sekunder yang diolah Dari tabel 4.7. didapat bahwa nilai Kolomogrov-Smirnov sebesar 0,116 dengan signifikansi 0,063. Data terdistribusi normal bila signifikansinya lebih dari 0,05. Karena asymp sig. yang didapat lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini terdistribusi normal. 3. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Adj R2 Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2, atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen bila dibandingkan dengan R2 (koefisien determinasi). Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam 79
model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut.
Model
R
1
.428a
Tabel 4.8. Hasil Uji Adjusted R2 Model Summary Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate
.3156466583 4 a. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj Sumber: data sekunder yang diolah .183
.135
Dari Tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa nilai Adj R2 sebesar 0.135 dimana hasil yang didapatkan hanya 13,5% variasi variabel dependen (TQ) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (VAICTM), Kepemilikan manajerial dan Kepemilikan Institusional) dalam penelitian ini. Hal ini menandakan masih rendah atau lemahnya kemampuan variabel independen dan kontrol dalam menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya yang sebesar 86,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,428 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lemah karena memiliki nilai R < 0,5. Variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan antara lain Corporate Governence, keputusan keuangan, profitabilitas, keputusan investasi dan keputusan pendanaan.
80
b. Uji F Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di tabel 4.9. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat di halaman berikutnya. Tabel 4.9. Hasil Uji F ANOVAa Model 1 Regression Residual
Sum of Squares 1.137 5.081
df 3 51
Mean Square .379 .100
F 3.805
Sig. .015b
Total 6.219 54 a. Dependent Variable: TQ b. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj Sumber: data sekunder yang diolah H3 : Modal Intelektual, Struktur Kepemilikan Manajerial, dan Struktur
kepemilikan
Institusional
secara
simultan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dari tabel 4.9. menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,805 dengan nilai sig. sebesar 0,015. Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menilai kualitas laba karena nilai signifikansi < alpha (α = 5%). Maka dapat disimpulkan H3 dapat diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang
81
signifikan secara simultan antara modal intelektual, struktur kepemilikan manajerial, dan struktur kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. c. Uji t Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual (parsial), yaitu modal intelektual (VAICTM) dan struktur kepemilikan yang diwakili oleh struktur kepemilikan manajerial (Kep Manaj) dan struktur kepemilkan Institusional (kep Inst) dalam menerangkan variabel dependen, yaitu Nilai Perusahaan (TQ). Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai sig. yang ada di tabel 4.10. Tabel 4.10. Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model 1 (Constant 1.582 ) VAICTM .009 Kep.Mana -1.592 j Kep.Inst -.698 a. Dependent Variable: TQ Sumber: data sekunder yang diolah
.193
T
Sig.
8.212
.000
.021
.068
.450
.655
1.217
-.201
-1.309
.197
.234
-.391
-2.988
.004
Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa koefisien model regresi memiliki nilai konstanta sebesar 1.582 dengan nilai t hitung sebesar 8.212 dan nilai sig. sebesar 0,000. Konstanta sebesar 1.582 82
menadakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan maka rata-rata nilai perusahaan (TQ) adalah sebesar 1.582. H1: Modal intelektual secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel modal intektual (VAICTM) tehadap nilai perusahaan tidak sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,009 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,655 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung yang positif sebesar 0,450. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian Firer dan Williams (2003), Belkaoui (2003) dan Tan dkk. (2007) yang membuktikan modal intelektual berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil dari penelitian ini menguatkan hasil penelitian Sunarsih dan Mendra (2012) dan Lestari dkk., (2015). Hal ini berarti pasar tidak memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih tinggi. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penghargaan pasar pada suatu perusahaan lebih didasarkan pada sumber daya fisik yang dimiliki, investor cenderung tidak menitikberatkan pada sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012:14).
83
Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah posistif 0,450 menunjukkan bahwa hal itu juga dapat dilihat dari penjualan perusahaan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya yang mengindikasikan bahwa nilai perusahaan tersebut semakin meningkat sehingga laba perusahaan pun ikut meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa intellectual capital merupakan kekuatan bagi perusahaan untuk bersaing dalam mencapai keunggulan kompetitif (Handoko dkk., 2012:6). H2a: Kepemilikan Manajerial secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan manajerial (Kep manaj) tehadap nilai perusahaan tidak sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien -1,592 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,197 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai t hitung yang negatif sebesar -1,309. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H2a yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian Bambang dkk (2015) & asmawati dkk (2013), Fuerst (2010),
Susanti
dan
dan
Mildawati,
Kang (2014)
(2000), Hermuningsih yang
membuktikan
Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil dari penelitian ini menguatkan hasil penelitian Senda
84
(2012), Wida dan Suartana (2014) Abukosim dkk (2015) dan Lestari dkk., (2015). Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini berupaya menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kepemilikan manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial yang besar tidak mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang tinggi tidak dapat tercapai. Para manajer memiliki kepentingan yang cenderung dipenuhinya dibandingkan dengan pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan (Wida dan Suartana, 2014:586). Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah negatif sebesar 1,309 menunjukkan rendahnya saham yang dimiliki oleh manajemen mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki perusahaan, karena tidak semua keuntungan yang di dapat perusahaan dapat dinikmati oleh manajemen, yang menyebabkan pihak manajemen termotivasi untuk memaksimalkan utilitasnya sehingga merugikan
pemegang
saham.
Selain
itu
dengan
rendahnya
kepemilikan saham oleh manajemen membuat kinerja manajemen juga
cenderung
rendah
sehingga
tidak
mempengaruhi
nilai
perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan manajemen belum mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan (Senda, 2012:5).
85
H2b: Kepemilikan Institusional secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan institusional (Kep inst) tehadap nilai perusahaan berpengaruh sigifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien 0,698 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,004 lebih kecil dari α = 0.05 dan nilai t hitung yang negatif sebesar -2,988. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara individual dapat disimpulkan bahwa H2b yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan diterima. Hasil ini berbeda dengan penelitian Bambang dkk (2015) & asmawati dkk (2013), Susanti dan Mildawati (2014), Senda (2012), Solekah dan Vinusita, (2014) yang membuktikan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil dari penelitian ini menguatkan hasil penelitian Wida dan Suartana, (2014), Slovin dan Sushka, (1993), Abukosim dkk (2015) dan Dian dan Rika, (2014). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan institusional membawa dampak pada semakin kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan pihak pemegang saham atas perilaku manajer yang ditujukan untuk mengurangi agency cost dan meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta penyelewengan
86
yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk tindakan opurtunistiknya (Dian dan Rika, 2014). Arah koefisien beta yang menunjukkan kearah negatif sebesar 2,988 menunjukkan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional yang tinggi dapat berdampak pada penurunan harga saham perusahaan dipasar modal sehingga kepemilikan institusional belum mampu menjadi mekanisme yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Sebab,
kepemilikan
institusional
memiliki
kecenderungan berpihak pada manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang saham minoritas. Kepemilikan institusional juga hanya berfokus pada laba saat ini, sehingga jika laba saat ini tidak memberikan keuntungan yang baik oleh pihak institusional maka pihak institusional akan menarik sahamnya dari perusahaan dan mengakibatkan penururnan terhadap nilai perusahaan. Akibatnya pasar saham mereaksi negatif yang berupa turunnya volume perdagangan saham dan harga saham, sehingga menurunkan nilai pemegang saham Oleh karena itu dengan kepemilikan institusional yang tinggi belum tentu meningkatkan nilai perusahaan (Susanti dan Mildawati, 2014:5).
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Merujuk pada hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta temuan penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian sebagai berikut: 1. Variabel modal intelektual tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti pasar tidak memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih tinggi. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penghargaan pasar pada suatu perusahaan lebih didasarkan pada sumber daya fisik yang dimiliki, investor cenderung tidak menitikberatkan pada sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012:14). 2. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini berupaya
menjelaskan
bahwa
peningkatan
jumlah
kepemilikan
manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial yang besar tidak mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang tinggi tidak dapat tercapai. Para manajer memiliki kepentingan yang
88
cenderung dipenuhinya dibandingkan dengan pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan (Wida dan Suartana, 2014:586). 3. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kepemilikan institusional membawa dampak pada semakin kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan pihak pemegang saham atas perilaku manajer
yang
ditujukan
untuk
mengurangi
agency
cost
dan
meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk tindakan opurtunistiknya (Dian dan Rika, 2014).
B. Implikasi 1. Bagi manajemen perusahaan, dengan hasil arah koefisien beta positif pada modal intelektual diharapkan bisa digunakan sebagai gambaran bahwan modal intektual bisa dijadikan kekuatan daya saing dalam meningkatkan
keunggulan
kompetitif
serta
meningkatkan
laba
perusahaan. 2. Bagi Investor, agar bisa selektif dalam memilih perusahaan yang akan dijadikan tempat untuk berinvestasi. Investor juga perlu memperhatikan kebijakan perusahaan serta keputusan–keputusan dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dengan tetap mempertimbangkan dampak positif
dan
negatifnya.
Dengan
demikian,
investor
memiliki
89
pertimbangan yang lebih untuk mencermati dari kebijakan perusahaan serta keputusan–keputusan yang dimiliki perusahaan. 3. Bagi akademisi, peneliti serta pembaca, diharapkan dapat melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan modal intelektual, struktur kepemilikan dan nilai perusahaan, sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
C. Saran 1. Bagi penelitian berikutnya dapat menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan seperti leverage, kebijakan deviden, investment opportunity set, dan keputusan pendanaan. 2. Bagi penelitian berikutnya dapat menambahkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, sehingga hasilnya lebih mencerminkan kondisi perusahaan – perusahaan yang menyeluruh secara umum. 3. Penelitian selanjutnya dapat menguji kembali pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan dengan menggunakan model lain dan mempertimbangkan untuk menambahkan variabel pengungkapan modal intelektual yang terdapat pada annual report perusahaan.
90
DAFTAR PUSTAKA Abukosim, Mukhtaruddin, dan Ika Sasti F. 2014. “Ownership Structure and Firm Values : Empirical Study on Indonesia Manufacturing Listed Companies”. Reshearches World : Journal of Arts, Science and Commerce. VOL-V, Issue-4. Oktober 2014. Hal 1-14\ Abdolmohammadi, M. J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3: 397-416. Abdolmohammadi, M. J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3: 397-416. Adri, Fazdillah. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal, Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Property dan Real Estate) JOM FEKON Vol. 1 no. 2 Oktober. Anggraeni, Selly Haryono, Fitriany, dan Eliza Fatimah. 2015. Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan SNA. Belkaoui, A. R (2003). Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: A Study of the Resource-Based and Stakeholder Views. Journal of Intellectual Capital 4(2), 215-226. Bemby S, Bambang, Mukhtaruddin, Arista H dan Rahmah F. 2015. “Intellectual Capital, Firm Value, and Ownership Structure as Moderating Variable : Empirical Study on Banking Listed in Indonesia Stock Exchange Period 20092012”. Asian Social Science. VOL.11, No.16. hal 148-159 Berzkalne, I. dan Elvira Zelgalve. 2013. Intellectual Capital and Company Value Contemporary Issues in Business, Management and Education. University of Latvia. Bontis, Nick, William, dan Stanley. 2000. “Intellectual Capital and Bussiness Performance in Malaysian Industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol.1, No.1. hal 85-100 Chairunissa Citra, dan Raden Rosiyana Dewi. 2015. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Dan Penilaian Pasar Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi. Chen, M. C., Cheng, S. J., & Hwang, D. Y. C. (2005). An Empirical Investigation of the Relationship between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159-176. http://dx.doi.org/10.1108/14691930510592771
91
Dian, Fachrur dan Rika Lidyah, 2014. “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikam Institusi terhadap Nilai Perusahaan Tambang Batu Bara yang Terdaftar di BEI”, S1 Akuntansi, STIE MDP. Faisal. (2004). Analysis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Firer, S., and S. M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3: 348-360. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Haruman, T. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jensen, Michael C, dan William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm : Managerial Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. October 1976. V.3, No.4. pp 305-360. Lev, B. 1997. Announcing the foundation of the intangible research center at the Vincent C. Ross Institute of Accounting Research. Accounting Horizons (March): 136-138. Pulic, Ante. 1998. “Measuring The Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy”. Presented in1998 at the 2nd McMaster World Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential. ______. 1999. Basic information on VAICTM. available at: www.vaic-on.net . Diakses pada 30 Maret 2016 ______. 2000. VAICTM- an Accounting Tool for Intellectual Capital Management. available at: www.measuring-ip.at/papers/ham99txt.htm Diakses pada 30 Maret 2016. Putra, I.G.C. 2012. “Pengaruh Modal Intelektual Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Vol.2, No.1. Desember 2012. Hal : 1-22 Randa, F. D. A. S. 2012. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahan. Jurnal
92
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi, 10(1), 24-27. Sawarjuwono,Tjiptohadi, dan Agustine P.K. 2003. “Intellectual Capital : Perlakuan, Pengukuan dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol.5, No.1. Mei 2003. Hal :35-57. Sholekah, Febrina Wibawati, dan Lintang Venusita. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusianal, Leverage, Firm Size dan Corporate Social Responcibility terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan High Profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. Jurnal Ilmu Manajemen, Vo.2, No.3, Juli 2014. Sianipar, M. 2009. The Impact of Intellectual Capital Towards Financial Profitability and Investors’ Capital Gain on Shares: An Empirical Investigation of Indonesian Banking and Insurance Sector for Year 2005-2007. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-6 November. Solikhah, B. (2010). Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan, Pertumbuhan dan Nilai Pasar pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro. Solikhah, B., A. Rohman dan W. Meiranto. 2010. “Implikasi Intellectual Capital Terhadap Financial Performance, Growth, dan Market Value: Studi Empiris Dengan Pendekatan Simplistic Spesification”, Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-14 Oktober. Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization. Avalable at: www.intellectualcapital.com. (accessed June 2015). Sudiyatno, Bambang, dan Elen Puspitasari. 2010. “Tobin’s Q Dan Altman Z-Score sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan”. Kajian Akuntansi, Pebruari 2010. Hal 9- 21. Sunarsih, N. M. dan Mendra, N. P. Y. 2012. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin. Susanti, Rina dan Titik Mildawati. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 Sveiby. 1998. Measuring Intangables & Intellectual Capital – An Emerging First Standard.http://www.sveiby.com/articles/Intangiblemethods.htm.
93
Tan, H. P., Plowman, D., & Hancock, D. P. (2007). Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital, 8(1), 76-95. Ulum, Ihyaul. 2008. “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.10, No.2. November 2008. Hal: 77-84 Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. Wahyudi, U. D. H. P. P. (2006). Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX . Padang. Wida, Ni Putu P. D. Dan I Wayan Suartana. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Nilai Perusahaan. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.3 (2014):575-590. Widarjo, Wahyu. 2011. “Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual Pada Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Yuniasih, Ni Wayan, Dewa Gede Wirama. & I Dewa Nyoman Badera. 2010. Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan : Kajian Berdasarkan Modal Intelektual (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). www.idx.co.id (Diakses pada Juli 2015). www.kompas.com (Diakses pada Maret 2016). www.google.com
94
95
Lampiran 1 : Data Sampel Penelitian Perusahaan Property/Real Estate periode 2010-2014
Tahun
2010
2011
Kode ADHI BKDP CTRA DGIK DILD DPNS LAMI SMRA SSIA TOTL WIKA ADHI BKDP CTRA DGIK DILD DPNS LAMI SMRA SSIA TOTL WIKA
VAIC TM 2.78815569 2.76425434 4.56042693 5.86366421 8.98714528 3.07350794 3.77910002 3.74319831 3.47645338 3.93386811 5.33019442 5.12441849 2.40916382 4.69214174 2.67077116 4.51649445 -0.91796676 5.17385321 4.18730798 5.65922428 3.97756720 6.36081024
Kep. Manj 0.002723 0.157211 0.002030 0.028875 0.000000 0.068662 0.000000 0.002963 0.002163 0.025523 0.002172 0.000944 0.157211 0.002030 0.028875 0.000000 0.057118 0.000000 0.002963 0.001530 0.025523 0.002163
Kep. Inst 0.64798573 0.42160227 0.38705309 0.64405590 0.60746445 0.68498168 0.92883253 0.38442463 0.44866686 0.56500000 0.80955987 0.67785985 0.42160227 0.38705309 0.64405590 0.21417559 0.68089181 0.92883253 0.37871967 0.33776094 0.56500000 0.68604554
Tobin's Q 1.14970417 1.13343667 0.85495437 0.94216948 1.01551231 0.97825322 0.97723900 1.69211029 1.10974676 1.14057052 1.27704777 1.08933753 1.14662412 1.03618237 0.92718938 1.41043017 1.10590536 0.97408730 1.59916543 2.05564538 1.11402540 1.14854288
Res 2 0.10 0.17 0.55 0.34 0.33 0.23 0.15 0.30 0.25 0.16 0.08 0.18 0.15 0.37 0.32 0.08 0.07 0.16 0.19 0.61 0.18 0.12
96
Tahun
2012
2013
Kode ADHI BKDP CTRA DGIK DILD DPNS LAMI SMRA SSIA TOTL WIKA ADHI BKDP CTRA DGIK DILD DPNS LAMI SMRA SSIA TOTL WIKA
VAIC TM 5.68890067 -3.01060750 5.38117896 3.66414809 5.62520431 4.08742004 4.10383148 5.11058958 9.56288429 4.31077881 6.41885246 5.67496063 -4.69368257 6.62968335 3.69708521 5.59411522 7.59778260 4.69669101 5.28448269 7.76239524 4.51549382 5.81478883
Kep. Manj 0.000472 0.157211 0.002030 0.000911 0.000000 0.057109 0.000000 0.002823 0.032313 0.025523 0.004114 0.000056 0.157211 0.002091 0.000911 0.000000 0.057109 0.000000 0.002823 0.024874 0.018250 0.002195
Kep. Inst 0.55996714 0.42160227 0.37950190 0.64117876 0.42137839 0.59857058 0.92883253 0.41819084 0.21564520 0.56500000 0.67123215 0.81917588 0.42160227 0.38556639 0.64117861 0.49392489 0.66467394 0.92883253 0.37640860 0.28855646 0.56500000 0.66778451
Tobin's Q 1.23123288 0.99254935 1.20950137 0.99812124 0.92209101 0.88725546 0.91993979 1.79097725 1.77883081 1.82115877 1.53148971 1.23757460 0.99235794 1.09834075 0.92220778 0.84081026 0.80561517 0.81557053 1.57237689 1.00388247 1.30806516 1.52042137
Res 2 0.10 0.25 0.21 0.27 0.48 0.38 0.21 0.40 0.25 0.52 0.25 0.04 0.23 0.33 0.35 0.52 0.47 0.32 0.15 0.48 0.00 0.24
97
Tahun
2014
Kode ADHI BKDP CTRA DGIK DILD DPNS LAMI SMRA SSIA TOTL WIKA
VAIC TM 4.84512243 9.83887508 6.62840335 3.69145396 5.44323862 2.67055951 7.96209140 5.50360863 5.39850214 4.20409508 6.10804608
Kep. Manj 0.002998 0.087835 0.002030 0.000911 0.000001 0.000034 0.000000 0.002823 0.011720 0.018250 0.000759
Kep. Inst 0.75329925 0.38061820 0.30626443 0.63981625 0.42137839 0.51184115 0.92883253 0.32026302 0.30414442 0.56500000 0.66276744
Tobin's Q 0.82687377 1.08086200 1.36234601 0.95842303 1.38975605 0.66794069 0.91509074 1.55571556 1.36076588 1.93562173 2.09797024
Res 2 0.40 0.35 0.11 0.31 0.01 0.65 0.25 0.11 0.09 0.63 0.82
98
Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N VAICTM Kep.Manaj Kep.Inst TQ Valid N (listwise) Sumber: output SPSS
Minimum
Maximum
Mean 4.690267780 55 -4.69368257 9.83887508 5 55
.00000001
.15721073 .0226558116
55
.21417559
.92883253 .5512664206
55
.66794069 2.09797024
1.204174838 8
Std. Deviation 2.488122090 60 .0428291423 0 .1899718095 7 .3393526920 9
55
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Toleran Model ce VIF 1 VAICT .706 1.416 M Kep.Ma .680 1.472 naj Kep.Inst .937 1.068 e. Dependent Variable: TQ Sumber: data sekunder yang diolah
99
f. Uji Autokorelasi Hasil Uji Autokorelasi Runs Test RES2 .25 27 28 55 28 -.134 .894
a
Test Value Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Sumber: data sekunder yang diolah g. Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1 (Constant) VAICTM Kep.Mana j Kep.Inst
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .284 .110 .008 .012 .114
t 2.590 .693
Sig. .012 .491
-.165
.692
-.040
-.239
.812
-.074
.133
-.080
-.560
.578
a. Dependent Variable: RES2 b. Sumber: data sekunder yang diolah
100
h. Uji Normalitas Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test RES2 N 55 a,b Normal Parameters Mean .2771 Std. .17677 Deviation Most Extreme Absolute .116 Differences Positive .116 Negative -.063 Test Statistic .116 Asymp. Sig. (2-tailed) .063c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Sumber: data sekunder yang diolah 3. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Adj R2
Model 1
R
Hasil Uji Adjusted R2 Model Summary Adjusted R R Square Square
.428a
.183
Std. Error of the Estimate .3156466583 .135 4
a. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj Sumber: data sekunder yang diolah
101
b. Uji F
Model 1 Regression Residual Total
Hasil Uji F ANOVAa Sum of Squares df 1.137 3 5.081 51 6.219 54
Mean Square .379 .100
F 3.805
Sig. .015b
a. Dependent Variable: TQ b. Predictors: (Constant), Kep.Inst, VAICTM, Kep.Manaj Sumber: data sekunder yang diolah c. Uji t Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model 1 (Constant 1.582 ) VAICTM .009 Kep.Mana -1.592 j Kep.Inst -.698 b. Dependent Variable: TQ Sumber: data sekunder yang diolah
.193
t
Sig.
8.212
.000
.021
.068
.450
.655
1.217
-.201
-1.309
.197
.234
-.391
-2.988
.004
102