ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DALAM SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012 SAMPAI 2014 Reinaldo Elbert Widjaja, Stefanus Ariyanto Universitas Bina Nusantara Perumahan Purimas Blok C No. 15 Jl. Pahlawan No. 181 Bogor Phone +6281 808512799
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu PT. Bumi Serpong Damai Tbk, PT. Lippo Karawaci Tbk dan PT. Pakuwon Jati Tbk periode 2012 sampai 2014 dengan menggunakan analisis rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio coverage, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Metode penelitian yang digunakan adalah data kualitatif dengan jenis data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik analisis rasio keuangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan pada PT. Pakuwon Jati Tbk sudah baik, kinerja keuangan PT Lippo Karawaci Tbk cukup baik, dan kinerja keuangan PT Bumi Serpong Damai Tbk masih kurang baik. Saran yang diberikan kepada PT. Pakuwon Jati Tbk adalah melakukan pengelolaan yang lebih efektif terhadap aktiva lancar dan laba usaha serta meminimalkan jumlah hutang dan beban bunga. Untuk PT. Lippo Karawaci Tbk adalah meminimalkan jumlah hutang lancar, melakukan pengelolaan yang lebih efektif terhadap aktiva lancar, piutang, persediaan dan laba usaha. Untuk PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah meminimalkan jumlah hutang lancarnya, melakukan pengelolaan yang lebih efektif terhadap asset, meningkatkan kas dan mengurangi biaya. (RE) Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Likuiditas, Coverage, Profitabilitas, Aktivitas
ABSTRAK This research aims to know financial performance on property and real estate sector listed in Indonesia Stock Exchange period 2012 until 2014 namely PT. Bumi Serpong Damai Tbk, PT. Lippo Karawaci Tbk and PT. Pakuwon Jati Tbk period 2012 until 2014 by using financial ratio analysis namely liquidity, coverage ratio, profitability ratio and activity ratio. Research methods used is qualitative data with secondary data. Technical analysis used is by using financial ratio analysis techniques. Based on research results got conclusion that financial performance on PT. Pakuwon Jati Tbk already well, financial performance PT Lippo Karawaci Tbk pretty good, and financial performance PT Bumi Serpong Damai Tbk still poorly. Advice given to PT. Pakuwon Jati Tbk is manage current assets more efective, increase operating profit, and minimize amount of debt and interest. For PT. Lippo Karawaci Tbk is minimize the amount of current liabilities, manage current assets, receivables, inventory, and operation profit more efective. For PT. Bumi Serpong Damai Tbk is minimize the amount of current liabilities, manage assets more efective, increase cash and decrease expense. (RE) Keywords : Financial Performance, Liquidity, Coverage, Profitability, Activity
PENDAHULUAN Pada era globalisasi, persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar dapat meningkatkan kinerjanya guna mencapai tujuan perusahaan. Secara umum tujuan perusahaan yang ingin dicapai yaitu menambah keuntungan (profit) dan memanfaatkan kekayaan (wealth) untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham. Perusahaan diharapkan dapat menilai kondisi perusahaan di masa lalu ataupun sedang berjalan agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi perusahaan di masa yang akan datang, sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mempertahankan perusahaannya dan memperbaiki kekurangan agar perusahaan dapat bertahan dan bersaing secara sehat. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakai di dalam menilai kinerja perusahaan sehingga pengambilan keputusan akan menjadi lebih tepat. Laporan keuangan menyajikan gambaran mengenai posisi keuangan dari kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Posisi keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan neraca, yang berisi informasi mengenai kekayaan atau aset perusahaan yang dimiliki (sisi aktiva), dan dari sisi pasiva dapat kita ketahui darimana dana-dana untuk membiayai aktiva tersebut (dari modal sendiri atau hutang), sedangkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dapat kita lihat dari laporan laba rugi perusahaan. Laporan keuangan memiliki peran sebagai sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan perusahaan, dimana informasi tersebut menginterpretasikan keadaan kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan perusahaan juga mempunyai peranan penting bagi pihak eksternal perusahaan. Pihak eksternal seperti pemerintah dan kreditur menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu sumber pengambilan keputusan terhadap perusahaan ataupun untuk mengetahui kondisi perusahaan dalam pengenaan pajak ataupun kredit dan investasi yang akan dilakukan terhadap perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur dan dilihat melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Kegiatan analisis laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat, dan dijadikan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan (Harahap, 2011:25). Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio yaitu suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos–pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut, dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana yang digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasikan baik atau buruknya kondisi suatu keuangan. Pada dasarnya ada beberapa rasio keuangan yang biasa digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio coverage, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas (Kieso, et al. 2010:222). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, coverage, profitabilitas dan aktivitas. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dimana data dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan serta dianalisis dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder meliputi laporan keuangan perusahaan sejenis di bidang properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sebagai asumsi perbandingan. Serta teknik pengumpulan data yang digunakan melalui studi kepustakaan dan mengakses situs-situs terkait.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian pada tiga perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki rata-rata laba atau profit paling tinggi. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat tiga perusahaan dengan rata-rata laba tertinggi yang bergerak pada industri properti dan real estate. Ketiga perusahaan tersebut yaitu PT. Bumi Serpong Damai Tbk, PT. Lippo Karawaci Tbk dan PT. Pakuwon Jati Tbk. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah laporan keuangan periode 2012 sampai 2014 dari perusahaan industri properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dimana data kualitatif menjelaskan mengenai sejarah dan bisnis perusahaan serta angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan yang akan diolah menggunakan rasio keuangan. Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk memecahkan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang ada, serta menganalisis dan menginterprestasikannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (library research) dan mengakses web serta situs-situs terkait. Dalam penelitian ini, analisis rasio keuangan yang digunakan, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
Rasio Likuiditas a. Rasio Lancar (Current Ratio)
b.
Rasio sangat lancar (Quick or Acid Test Ratio)
c.
Current Cash Debt Coverage Ratio
Rasio Coverage a. Rasio utang terhadap aset (Debt to Asset Ratio)
b.
Times Interest Earned
c.
Cash Debt Coverage Ratio
d.
Book Value Per Share
e.
Free Cash Flow
Rasio profitabilitas a.
Profit Margin On Sales
b.
Rate Of Return On Assets
c.
Rate Of Return On Share Capital-Ordinary
d.
Earnings Per Share
e.
Price-Earnings Ratio
f.
Payout Ratio
Rasio aktivitas a. Receivable Turnover (RTO)
b. Inventory Turnover (ITO)
c. Total Asset Turnover (TATO)
HASIL DAN BAHASAN Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2014. Sampel dipilih berdasarkan tiga perusahaan yang memiliki rata-rata laba atau profit paling tinggi, yang terdiri dari PT. Bumi Serpong Damai Tbk, PT. Lippo Karawaci Tbk dan PT. Pakuwon Jati Tbk. Pemilihan sampel properti dan real estate didasarkan pada semakin membaiknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kinerja keuangan sektor properti dan real estate semakin membaik. Peningkatan permintaan akan membuat jumlah transaksi atas properti yang ditawarkan semakin meningkat. Selain itu dengan turunnya tingkat suku bunga kredit komersil, akan meringankan perolehan kredit sehingga dapat mempermudah investor dalam berinvestasi. Analisis Laporan Keuangan Dari Tiga Perusahaan PT. Bumi Serpong Damai Tbk
Rasio Likuiditas
Coverage Ratio
Rasio Profitabilitas
PT. Pakuwon Jati Tbk
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2012
2013
2014
Current Ratio
290%
267%
218%
560%
496%
523%
95%
184%
141%
Quick Test Ratio Current Cash Debt Coverage Ratio Debt To Total Assets Time Interest Earned Cash Debt Coverage Ratio Book Value Per Share Free Cash Flow (dalam jutaan) Profit Margin On Sales Rate Of Return On Assets Rate Of Return On Share CapitalOrdinary
143%
125%
71%
245%
194%
220%
51%
114%
80%
7%
15%
3%
45%
-50%
14%
103%
56%
67%
0,37
0,41
0,34
0,54
0,55
0,53
0,59
0,56
0,51
16,00
14,74
6,90
180,42
280,77
101,69
4,98
7,30
5,42
0,04
0,07
0,01
0,12
0,14
0,04
0,54
0,28
0,29
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
25
25
25
(58.742)
(1.090.919)
(497.566)
328.812
725.314
55.771
1.411.691
739.335
1.004.269
0,40
0,51
0,72
0,21
0,24
0,27
0,35
0,38
0,67
10%
15%
16%
6%
6%
9%
12%
13%
20%
85%
166%
223%
57%
69%
136%
64%
94%
216%
73,5
153,82
211,31
46,48
53,94
111,86
30,45
47,04
103,48
14,97
8,39
8,54
21,51
16,87
9,12
7,06
5,74
4,98
Earnings Per Share Price-Earnings Ratio
Rasio Aktivitas
PT. Lippo Karawaci Tbk
Payout Ratio Receivables Turnover
12%
9%
7%
14%
18%
11%
8,99%
14,87%
8,33%
58,98
65,42
56,71
10,63
9,76
13,53
18
22
26
Inventory Turnover
0,42
0,44
0,32
0,36
0,30
0,41
1,04
1,26
1,26
Assets Turnover
0,25
0,29
0,22
0,29
0,24
0,34
0,33
0,36
0,30
1. Analisis Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek. Analisis likuiditas terdiri dari:
1.1 Current ratio Tahun 2012 current ratio PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 290%, tahun 2013 current ratio turun menjadi 267% dikarenakan bertambahnya hutang lancar. Di tahun 2014, current ratio turun lagi menjadi 218% dikarenakan bertambahnya hutang lancar. Tahun 2012 current ratio PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 560%, tahun 2013 current ratio turun menjadi 496% dikarenakan bertambahnya hutang lancar. Di tahun 2014, current ratio meningkat menjadi 523% dikarenakan berkurangnya hutang lancar. Tahun 2012 current ratio PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 95%, tahun 2013 current ratio meningkat menjadi 184% dikarenakan berkurangnya hutang lancar. Di tahun 2014, current ratio turun menjadi 141% dikarenakan bertambahnya hutang lancar. Jadi dari ketiga perusahaan tersebut PT. Lippo Karawaci Tbk, memiliki current ratio yang paling baik karena aktiva lancar dapat menutupi hutang lancarnya meskipun terjadi penurunan dan kenaikan, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Pakuwon Jati Tbk karena aktiva tidak dapat menutupi hutang lancarnya yang disebabkan bertambahnya kewajiban. 1.2 Quick test ratio Tahun 2012 quick test ratio PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 143%, tahun 2013 quick test ratio turun menjadi 125% dikarenakan bertambahnya hutang lancar. Di tahun 2014, quick test ratio turun lagi menjadi 71% dikarenakan bertambahnya hutang lancar. Tahun 2012 quick test ratio PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 245%, tahun 2013 quick test ratio turun menjadi 194% dikarenakan bertambahnya hutang lancar. Di tahun 2014, quick test ratio meningkat menjadi 220% dikarenakan berkurangnya hutang lancar. Tahun 2012 quick test ratio PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 51%, tahun 2013 quick test ratio meningkat menjadi 114% dikarenakan berkurangnya hutang lancar. Di tahun 2014, quick test ratio turun menjadi 80% dikarenakan bertambahnya hutang lancar yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menutupi atau menjamin hutang lancarnya. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Lippo Karawaci Tbk, memiliki quick test ratio yang paling baik karena memiliki angka lebih besar yang artinya mampu membayar kewajibannya lebih besar, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk karena setiap tahunnya perusahaan mengalami penurunan yang berarti perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya. 1.3 Current cash debt coverage ratio Tahun 2012 current cash debt coverage ratio PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 7%, tahun 2013 current cash debt coverage ratio naik menjadi 15% dikarenakan kenaikan kas dari aktivitas operasi. Di tahun 2014, current cash debt coverage ratio turun menjadi 3% dikarenakan bertambahnya rata-rata hutang lancar dan menurunnya kas dari aktivitas operasi. Tahun 2012 current cash debt coverage ratio PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 45%, tahun 2013 current cash debt coverage ratio turun menjadi -50% dikarenakan bertambahnya rata-rata hutang lancar dan penurunan kas dari aktivitas operasi yang bernilai minus yang disebabkan oleh besarnya pembayaran kepada pemasok. Di tahun 2014, current cash debt coverage ratio meningkat menjadi 14% dikarenakan bertambahnya rata-rata hutang lancar dan kas dari aktivitas operasi. Tahun 2012 current cash debt coverage ratio PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 103%, tahun 2013 current cash debt coverage ratio turun menjadi 56% dikarenakan bertambahnya rata-rata hutang lancar dan berkurangnya kas dari aktivitas operasi. Di tahun 2014, current cash debt coverage ratio naik menjadi 67% dikarenakan bertambahnya kas dari aktivitas operasi. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Pakuwon Jati Tbk, memiliki current cash debt coverage ratio paling baik karena perusahaan mampu membayar hutang lancarnya dengan menggunakan kas, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk karena tidak dapat menutupi atau menjamin hutang lancarnya dengan menggunakan kas. 2. Analisis Coverage Analisis coverage digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan bagi kreditur jangka panjang dan investor. Analisis coverage terdiri dari: 2.1 Debt to asset ratio Tahun 2012 debt to asset ratio PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 0,37, tahun 2013 debt to asset ratio naik menjadi 0,41, hal ini disebabkan adanya penambahan total hutang. Di tahun 2014, debt to asset ratio turun menjadi 0,34, hal ini disebabkan kenaikan total aset lebih besar dari total hutang sehingga terjadi penurunan nilai debt to asset ratio. Tahun 2012 debt to asset ratio PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 0,54, tahun 2013 debt to asset ratio naik menjadi 0,55, hal ini disebabkan adanya penambahan total hutang. Di tahun 2014, debt to asset
ratio turun menjadi 0,53, hal ini disebabkan kenaikan total aset lebih besar dari total hutang sehingga terjadi penurunan nilai debt to asset ratio. Tahun 2012 debt to asset ratio PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 0,59, tahun 2013 debt to asset ratio turun menjadi 0,56 dikarenakan kenaikan total aset lebih besar dari total hutang. Di tahun 2014, debt to asset ratio turun lagi menjadi 0,51, hal ini disebabkan kenaikan total aset lebih besar dari total hutang sehingga terjadi penurunan nilai debt to asset ratio. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Bumi Serpong Damai Tbk memiliki debt to asset ratio paling baik karena perusahaan mampu membayar atau menjamin seluruh hutangnya dengan menggunakan semua aktivanya, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk karena mempunyai nilai yang paling besar yang artinya kemampuan perusahaan menjamin seluruh hutangnya dengan menggunakan semua aktivanya kurang. 2.2 Times interest earned Tahun 2012 times interest earned PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 16 kali, tahun 2013 times interest earned turun menjadi 14,74 kali, hal ini disebabkan kenaikan beban bunga lebih besar dari jumlah usaha. Di tahun 2014, times interest earned turun menjadi 6,9 kali, hal ini disebabkan kenaikan beban bunga dan penurunan laba usaha sehingga terjadi penurunan nilai times interest earned. Tahun 2012 times interest earned PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 180,42 kali, tahun 2013 times interest earned naik menjadi 280,77 kali hal ini disebabkan kenaikan laba usaha dan penurunan beban bunga. Di tahun 2014, times interest earned turun menjadi 101,69 kali hal ini disebabkan kenaikan beban bunga lebih besar dari laba usaha sehingga terjadi kenaikan nilai times interest earned. Tahun 2012 times interest earned PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 4,98 kali, tahun 2013 times interest earned naik menjadi 7,30 kali dikarenakan kenaikan laba usaha lebih besar dari beban bunga. Di tahun 2014, times interest earned turun menjadi 5,42 kali, hal ini disebabkan kenaikan beban bunga lebih besar dari laba usaha sehingga terjadi penurunan nilai times interest earned. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki times interest earned paling baik karena perusahaan mampu melakukan perputaran laba dengan menggunakan beban bunganya, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk karena terjadi penurunan nilai yang mengakibatkan perputaran laba menjadi lambat. 2.3 Cash debt coverage ratio Tahun 2012 cash debt coverage ratio PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 0,04, tahun 2013 cash debt coverage ratio naik menjadi 0,07 kali, hal ini disebabkan kenaikan kas dari aktivitas operasi lebih besar dari rata-rata total hutang. Di tahun 2014, cash debt coverage ratio turun menjadi 0,01, hal ini disebabkan penurunan kas dari aktivitas operasi dan kenaikan rata-rata total hutang. Tahun 2012 cash debt coverage ratio PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 0,12, tahun 2013 cash debt coverage ratio naik menjadi 0,14 hal ini disebabkan kenaikan kas dari aktivitas operasi lebih besar dari rata-rata total hutang. Di tahun 2014, cash debt coverage ratio turun menjadi 0,04 hal ini disebabkan kenaikan rata-rata total hutang dan penurunan kas dari aktivitas operasi. Tahun 2012 cash debt coverage ratio PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 0,54, tahun 2013 cash debt coverage ratio turun menjadi 0,28 dikarenakan penurunan kas dari aktivitas operasi dan kenaikan ratarata total hutang. Di tahun 2014, cash debt coverage ratio naik menjadi 0,29, hal ini disebabkan adanya kenaikan kas dari aktivitas operasi. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Pakuwon Jati Tbk memiliki cash debt coverage ratio paling baik karena perusahaan mampu membayar hutangnya dengan kas, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk karena terjadi penurunan nilai yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat menutupi atau menjamin hutangnya dengan menggunakan kas. 2.4 Book value per share Tahun 2012, 2013 dan 2014 book value per share PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 100. Hal ini menunjukkan adanya nilai konstan antara jumlah ekuitas dan saham yang beredar. Tahun 2012, 2013 dan 2014 book value per share PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 100. Hal ini menunjukkan adanya nilai konstan antara jumlah ekuitas dan saham yang beredar. Tahun 2012, 2013 dan 2014 book value per share PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 25. Hal ini menunjukkan adanya nilai konstan antara jumlah ekuitas dan saham yang beredar. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Bumi Serpong Damai Tbk dan PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki book value per share paling tinggi karena kemampuan ekuitas perusahaan dalam menghasilkan nilai saham perusahaan cukup tinggi, sedangkan yang paling rendah adalah PT. Pakuwon Jati Tbk karena kemampuan ekuitas perusahaan menghasilkan nilai saham rendah. 2.5 Free cash flow
Tahun 2012 free cash flow PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah (58.742.866.884), tahun 2013 free cash flow turun menjadi (1.090.919.984.641), hal ini disebabkan kenaikan kas dari aktivitas operasi lebih kecil dari capital expenditure dan dividen. Di tahun 2014, free cash flow naik menjadi (497.566.257.021), hal ini disebabkan adanya penurunan capital expenditure. Tahun 2012 free cash flow PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 328.812.413.779, tahun 2013 free cash flow naik menjadi 725.314.892.281 hal ini disebabkan adanya kenaikan kas dari aktivitas operasi. Di tahun 2014, free cash flow turun menjadi 55.771.888.354 hal ini disebabkan adanya penurunan kas dari aktivitas operasi. Tahun 2012 free cash flow PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 1.411.691.943.000, tahun 2013 free cash flow turun menjadi 739.335.329.000 dikarenakan penurunan kas dari aktivitas operasi dan kenaikan dividen. Di tahun 2014, free cash flow naik menjadi 1.004.269.340.000, hal ini disebabkan adanya kenaikan kas dari aktivitas operasi. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Pakuwon Jati Tbk memiliki free cash flow paling baik karena perusahaan mampu membayar dividen dan pengeluaran modalnya dengan kas, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk karena perusahaan tidak mampu membayar dividen dan pengeluaran modalnya dengan kas. 3. Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan atau divisi untuk jangka waktu tertentu. Analisis profitabilitas terdiri dari: 3.1 Profit margin on sales Tahun 2012 profit margin on sales PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 0,4, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari penjualan sebesar 40%. Tahun 2013, profit margin on sales naik menjadi 0,51, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, profit margin on sales juga naik menjadi 0,72 yang disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 profit margin on sales PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 0,21, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari penjualan sebesar 21%. Tahun 2013, profit margin on sales naik menjadi 0,24 hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, profit margin on sales juga naik menjadi 0,27 yang disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 profit margin on sales PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 0,35, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari penjualan sebesar 35%. Tahun 2013, profit margin on sales naik menjadi 0,38, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, profit margin on sales juga naik menjadi 0,67 yang disebabkan kenaikan laba bersih. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Bumi Serpong Damai Tbk, memiliki profit margin on sales paling baik karena perusahaan mampu meningkatkan laba bersih dari penjualan, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk, walaupun perusahaan mampu meningkatkan laba bersih namun kenaikan tersebut masih kurang signifikan dibandingkan pesaingnya. 3.2 Rate of return on assets Tahun 2012 rate of return on assets PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 10%, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari aktiva sebesar 10%. Tahun 2013, rate of return on assets naik menjadi 15%, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, rate of return on assets juga naik menjadi 16% yang disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 rate of return on assets PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 6%, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari aktiva sebesar 6%. Tahun 2013, rate of return on assets tetap 6% hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih yang diimbangi dengan kenaikan rata-rata total aset. Di tahun 2014, rate of return on assets naik menjadi 9%, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan laba bersih. Tahun 2012 rate of return on assets PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 12%, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari aktiva sebesar 12%. Tahun 2013, rate of return on assets naik menjadi 13% hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, rate of return on assets juga naik menjadi 20% yang disebabkan kenaikan laba bersih. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Pakuwon Jati Tbk, memiliki rate of return on assets paling baik karena mampu mengefektifkan perusahaannya dalam mengelola aset secara bertahap, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk, walaupun perusahaan mampu mengefektifkan perusahaannya dalam mengelola aset secara bertahap namun kenaikan tersebut masih kurang signifikan dibandingkan pesaingnya. 3.3 Rate of return on share capital-ordinary Tahun 2012 rate of return on share capital-ordinary PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 85%, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari modal sebesar 85%. Tahun 2013, rate of return on share
capital-ordinary naik menjadi 166%, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, rate of return on share capital-ordinary juga naik menjadi 223% yang disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 rate of return on share capital-ordinary PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 57%, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari modal sebesar 57%. Tahun 2013, rate of return on share capital-ordinary naik menjadi 69%, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, rate of return on share capital-ordinary juga naik menjadi 136% yang disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 rate of return on share capital-ordinary PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 64%, artinya perusahaan memperoleh laba bersih dari modal sebesar 64%. Tahun 2013, rate of return on share capitalordinary naik menjadi 94% hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, rate of return on share capital-ordinary juga naik menjadi 216% yang disebabkan kenaikan laba bersih. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Bumi Serpong Damai Tbk, memiliki rate of return on share capital-ordinary paling baik karena mampu mengefektifkan perusahaannya dalam mengelola modal secara bertahap, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk, walaupun perusahaan mampu mengefektifkan perusahaannya dalam mengelola modal secara bertahap namun kenaikan tersebut masih kurang signifikan dibandingkan pesaingnya. 3.4 Earnings per share Tahun 2012 earnings per share PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 73,5, tahun 2013 earnings per share naik menjadi 153,82, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, earnings per share juga naik menjadi 211,31 yang disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 earnings per share PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 46,48, tahun 2013 earnings per share naik menjadi 53,94, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, earnings per share juga naik menjadi 111,86 yang disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 earnings per share PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 30,45, tahun 2013 earnings per share naik menjadi 47,04, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, earnings per share juga naik menjadi 103,48 yang disebabkan kenaikan laba bersih. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Bumi Serpong Damai Tbk, memiliki earnings per share paling baik karena perusahaan mampu meningkatkan laba secara bertahap, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Pakuwon Jati Tbk, walaupun perusahaan mampu meningkatkan laba secara bertahap namun kenaikan tersebut masih kurang signifikan dibandingkan pesaingnya. 3.5 Price-earnings ratio Tahun 2012 price-earnings ratio PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 14,97, tahun 2013 priceearnings ratio turun menjadi 8,39, hal ini disebabkan adanya kenaikan EPS. Di tahun 2014, priceearnings ratio naik menjadi 8,54, hal ini disebabkan kenaikan market price lebih besar dari EPS. Tahun 2012 price-earnings ratio PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 21,51, tahun 2013 priceearnings ratio turun menjadi 16,87, hal ini disebabkan karena kenaikan EPS dan penurunan market price. Di tahun 2014, price-earnings ratio turun lagi menjadi 9,12 yang disebabkan kenaikan EPS. Tahun 2012 price-earnings ratio PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 7,06, tahun 2013 price-earnings ratio turun menjadi 5,74 hal ini disebabkan kenaikan EPS lebih besar dari market value. Di tahun 2014, price-earnings ratio turun lagi menjadi 4,98, hal ini disebabkan kenaikan EPS lebih besar dari market value. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Bumi Serpong Damai Tbk memiliki price-earnings ratio paling baik, walaupun terjadi penurunan dan kenaikan, tetapi perusahaan mampu mengelola laba sehingga meningkatkan nilai pasar, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Pakuwon Jati Tbk karena perusahaan tidak mampu mengelola labanya sehingga terjadi penurunan nilai. 3.6 Payout ratio Tahun 2012 payout ratio PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 12%, tahun 2013 payout ratio turun menjadi 9%, hal ini disebabkan adanya kenaikan laba bersih. Di tahun 2014, payout ratio turun lagi menjadi 7%, hal ini disebabkan kenaikan laba bersih. Tahun 2012 payout ratio PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 14%, tahun 2013 payout ratio naik menjadi 18%, hal ini disebabkan kenaikan dividen kas lebih besar dari laba bersih. Di tahun 2014, payout ratio turun lagi menjadi 11% yang disebabkan kenaikan laba bersih lebih besar dari dividen. Tahun 2012 payout ratio PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 8,99%, tahun 2013 payout ratio naik menjadi 14,87% hal ini disebabkan kenaikan dividen lebih besar dari laba bersih. Di tahun 2014, payout ratio turun lagi menjadi 8,33%, hal ini disebabkan kenaikan laba bersih lebih besar dari dividen. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Lippo Karawaci Tbk, memiliki payout ratio paling baik karena mampu mengelola laba untuk membayar dividen kepada pemegang saham, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk, karena perusahaan tidak mampu mengelola labanya untuk membayar dividen sehingga terjadi penurunan nilai.
4 Analisis Aktivitas Analisis aktivitas digunakan untuk mengukur dari seberapa efektif perusahaan menggunakan asetnya. Analisis aktivitas terdiri dari: 4.1 Receivable Turnover Tahun 2012 receivable turnover PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 58,98 kali, tahun 2013 receivable turnover naik menjadi 65,42 kali, hal ini disebabkan adanya kenaikan penjualan lebih besar dari rata-rata piutang. Di tahun 2014, receivable turnover turun menjadi 56,71 kali, hal ini disebabkan penurunan penjualan sehingga perputaran piutang menjadi lambat. Tahun 2012 receivable turnover PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 10,63 kali, tahun 2013 receivable turnover turun menjadi 9,76 kali, hal ini disebabkan kenaikan rata-rata piutang lebih besar dari penjualan. Di tahun 2014, receivable turnover naik menjadi 13,53 kali, hal ini disebabkan kenaikan penjualan lebih besar dari rata-rata piutang yang berarti perputaran piutang semakin cepat. Tahun 2012 receivable turnover PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 18 kali, tahun 2013 receivable turnover naik menjadi 22 kali, hal ini disebabkan kenaikan penjualan lebih besar dari rata-rata piutang. Di tahun 2014, receivable turnover naik lagi menjadi 26 kali, hal ini disebabkan kenaikan penjualan lebih besar dari rata-rata piutang yang berarti perputaran piutang semakin cepat. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Pakuwon Jati Tbk, memiliki receivable turnover paling baik karena mampu mengelola penjualan untuk menghasilkan perputaran piutang yang cepat, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk, karena perusahaan tidak mampu mempertahankan pengelolaan penjualan sehingga terjadi penurunan perputaran piutang. 4.2 Inventory turnover Tahun 2012 inventory turnover PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 0,42 kali, tahun 2013 inventory turnover naik menjadi 0,44 kali, hal ini disebabkan adanya kenaikan cost of good sold lebih besar dari rata-rata persediaan. Di tahun 2014, inventory turnover turun menjadi 0,32 kali, hal ini disebabkan penurunan cost of good sold dan kenaikan rata-rata persediaan sehingga perputaran persediaan menjadi lambat. Tahun 2012 inventory turnover PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 0,36 kali, tahun 2013 inventory turnover turun menjadi 0,30 kali, hal ini disebabkan kenaikan rata-rata persediaan lebih besar dari cost of good sold. Di tahun 2014, inventory turnover naik menjadi 0,41 kali, hal ini disebabkan kenaikan cost of good sold lebih besar dari rata-rata persediaan yang berarti perputaran persediaan semakin cepat. Tahun 2012 inventory turnover PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 1,04 kali, tahun 2013 inventory turnover naik menjadi 1,26 kali, hal ini disebabkan kenaikan cost of good sold lebih besar dari rata-rata persediaan. Di tahun 2014, inventory turnover tetap 1,26 kali, hal ini disebabkan kenaikan cost of good sold yang diimbangi dengan kenaikan rata-rata persediaan. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Pakuwon Jati Tbk, memiliki inventory turnover paling baik karena pengelolaan persediaan barang dagangan telah dijalankan dengan baik sehingga perputaran persediaan menjadi cepat, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk, karena perusahaan tidak mampu mempertahankan pengelolaan persediaan sehingga terjadi penurunan perputaran persediaan. 4.3 Total asset turnover Tahun 2012 total asset turnover PT. Bumi Serpong Damai Tbk adalah 0,25 kali, tahun 2013 total asset turnover naik menjadi 0,29 kali, hal ini disebabkan adanya kenaikan penjualan lebih besar dari ratarata total aset. Di tahun 2014, total asset turnover turun menjadi 0,22 kali, hal ini disebabkan penurunan penjualan dan kenaikan rata-rata total aset sehingga perputaran aset menjadi lambat. Tahun 2012 total asset turnover PT. Lippo Karawaci Tbk adalah 0,29 kali, tahun 2013 total asset turnover turun menjadi 0,24 kali, hal ini disebabkan kenaikan rata-rata total aset lebih besar dari penjualan. Di tahun 2014, total asset turnover naik menjadi 0,34 kali, hal ini disebabkan kenaikan penjualan lebih besar dari rata-rata total aset yang berarti perputaran aset semakin cepat. Tahun 2012 total asset turnover PT. Pakuwon Jati Tbk adalah 0,33 kali, tahun 2013 total asset turnover naik menjadi 0,36 kali, hal ini disebabkan kenaikan penjualan lebih besar dari rata-rata total aset. Di tahun 2014, total asset turnover turun menjadi 0,30 kali, hal ini disebabkan kenaikan rata-rata total aset lebih besar dari penjualan yang berarti perputaran aset menjadi lambat. Dari ketiga perusahaan tersebut PT. Lippo Karawaci Tbk, memiliki total asset turnover paling baik karena perusahaan efektif dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan volume penjualan, sedangkan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk, karena perusahaan tidak efektif dalam menggunakan aktiva sehingga volume penjualan menjadi turun.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan bahwa rasio likuiditas, dari tiga perusahaan properti dan real estate yang memiliki current ratio yang paling baik adalah PT. Lippo Karawaci Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Pakuwon Jati Tbk, sedangkan untuk quick test ratio yang paling baik adalah PT. Lippo Karawaci Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk serta untuk current cash debt coverage ratio yang paling baik adalah PT. Pakuwon Jati Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Untuk rasio coverage, dari tiga perusahaan properti dan real estate yang memiliki debt to asset ratio yang paling baik adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk. Untuk times interest earned yang paling baik adalah PT. Lippo Karawaci Tbk dan paling buruk PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Untuk cash debt coverage ratio yang paling baik adalah PT. Pakuwon Jati Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Untuk book value per share yang paling tinggi adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk dan PT. Lippo Karawaci Tbk dan yang paling rendah adalah PT. Pakuwon Jati Tbk. Untuk free cash flow yang paling baik adalah PT. Pakuwon Jati Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Untuk rasio profitabilitas, dari tiga perusahaan properti dan real estate yang memiliki profit margin on sales paling baik adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk. Untuk rate of return on assets yang paling baik adalah PT. Pakuwon Jati Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk. Untuk rate of return on share capitalordinary yang paling baik adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Lippo Karawaci Tbk. Untuk earnings per share yang paling baik adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Pakuwon Jati Tbk. Untuk price-earnings ratio yang paling baik adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Pakuwon Jati Tbk. Untuk payout ratio yang paling baik adalah PT. Lippo Karawaci Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Untuk rasio aktivitas, dari tiga perusahaan properti dan real estate yang memiliki receivable turnover yang paling baik adalah PT. Pakuwon Jati Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk, sedangkan untuk inventory turnover yang paling baik adalah PT. Pakuwon Jati Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk, serta untuk total asset turnover yang paling baik adalah PT. Lippo Karawaci Tbk dan yang paling buruk adalah PT. Bumi Serpong Damai Tbk. Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil analisis adalah untuk PT. Bumi Serpong Damai Tbk yaitu perusahaan memiliki current ratio dan quick test ratio yang cukup besar, hal ini menunjukkan adanya aktiva lancar yang menganggur, oleh karena itu perusahaan sebaiknya melakukan pengelolaan yang lebih efektif terhadap aktiva lancar. Perusahaan memiliki cash debt coverage ratio yang kecil dan free cash flow yang bernilai minus, hal ini menunjukkan kas dari aktivitas operasi kurang dapat menutupi biaya yang terjadi, oleh karena itu perusahaan sebaiknya meningkatkan kas dan mengurangi biaya. Perusahaan memiliki assets turnover yang kecil, hal ini menunjukkan perputaran aset sangat lambat, oleh karena itu sebaiknya pengelolaan aset perusahaan dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk PT. Lippo Karawaci Tbk yaitu perusahaan memiliki current ratio dan quick test ratio yang terlalu besar, hal ini menunjukkan adanya aktiva lancar yang menganggur, oleh karena itu perusahaan sebaiknya melakukan pengelolaan yang lebih efektif terhadap aktiva lancar. Perusahaan memiliki current cash debt coverage ratio yang terlalu kecil, hal ini menunjukkan kas dari aktivitas operasi tidak dapat menjamin hutang lancarnya, oleh karena itu sebaiknya perusahaan berusaha untuk meminimalkan jumlah hutang lancarnya. Perusahaan memiliki debt to total assets yang besar, hal ini menunjukkan jumlah seluruh asset perusahaan tidak dapat menjamin seluruh hutangnya, oleh karena itu sebaiknya perusahaan berusaha untuk meminimalkan jumlah hutangnya. Perusahaan memiliki profit margin on sales, rate of return on assets dan rate of return on share capitalordinary yang kecil, hal ini menunjukkan adanya laba yang dihasilkan perusahaan tidak mampu dimanfaatkan dengan baik, oleh karena itu sebaiknya perusahaan berusaha meningkatkan laba usaha dan melakukan pengelolaan yang lebih efektif terhadap laba usaha. Perusahaan memiliki receivables turnover dan inventory turnover yang kecil, hal ini menunjukkan periode pengumpulan piutang dan perputaran persediaan sangat lambat, oleh karena itu sebaiknya pengelolaan piutang dan persediaan perusahaan dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk PT. Pakuwon Jati Tbk yaitu perusahaan memiliki current ratio dan quick test ratio yang kecil, hal ini menunjukkan adanya aktiva lancar tidak dapat menjamin hutang lancarnya, oleh karena itu perusahaan sebaiknya meminimalkan jumlah hutang lancarnya. Perusahaan memiliki time interest earned yang kecil, hal ini menunjukkan beban bunga yang terlalu besar, oleh karena itu perusahaan sebaiknya mengurangi beban bunga. Perusahaan memiliki debt to total assets yang besar, yang artinya jumlah seluruh asset perusahaan tidak dapat menjamin seluruh hutangnya, oleh karena
itu sebaiknya perusahaan berusaha untuk meminimalkan jumlah hutangnya. Perusahaan memiliki earnings per share dan price-earnings ratio yang kecil, hal ini menunjukkan nilai saham yang rendah, oleh karena itu perusahaan sebaiknya meningkatkan kinerja dan laba perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai pasar saham. Perusahaan memiliki payout ratio yang kecil, hal ini menunjukkan pembagian dividen kas dari laba bersih kecil, oleh karena itu perusahaan sebaiknya melakukan pengelolaan yang lebih efektif terhadap laba perusahaan.
REFERENSI Adam, Mustafa Hassan Mohammad. (2014). Evaluating The Financial Performance of Banks Using Financial Ratio - A Case Study of Erbil Bank For Investment And Finance. European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, Vol.2, No.2, pp. 156-170. Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fahmi, Irham. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. Harahap, Sofyan Syafri. (2011). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Harrison, et al. (2011). Akuntansi Keuangan International Financial Reporting Standards-IFRS. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga. Hermanto, Bambang dan Mulyo Agung. (2015). Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia. Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service). Jumingan. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Kamaludin dan Rini Indriani. (2012). Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan Penerapannya”.Edisi Revisi. Bandung: Mandar Maju. Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers. Kieso, et al. (2010). Intermediate Accounting: IFRS Edition, Volume 1. United States: Wiley. Kumbirai, Mabwe dan Robert Webb. (2010). A financial Ratio Analysis of Commercial Bank Performance in South Africa. Journal African Review of Economics and Finance, Vol.2: 1. Lutfi, Dery Alfian. (2013). Manfaat Analisis Rasio Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Kelompok Industri Logam Mineral Lainnya (Survey Pada Perusahaan Logam Mineral Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2009-2011). Skripsi Universitas Widyatama. Bandung. Muhammad, Hussain, Bahadar Shah, Zia ul Islam, M. Waqas dan Dawood Khan. (2013). Comparative Evaluation of Financial Performance of Pakistan Tobacco Company (PTC) and Philip Morris Pakistan Limited (PMPKL) through Ratio Analysis. International Journal of Management Sciences and Business Research, Vol.3: 1. Purba, Marisi P. (2010). International Financial Reporting Standards: Konvergensi dan Kendala Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Raharjapura, Hendra Sumantri. (2011). Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Ribo, Agustinus. (2013). Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk). Skripsi Universitas Hasanuddin. Makassar. www.idx.co.id. Bursa Efek Indonesia. Diakses tanggal 1 Maret 2015.
RIWAYAT PENULIS Reinaldo Elbert Widjaja lahir di Bogor pada 14 Oktober 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada tahun 2015.