Reaksi Pasar Terhadap Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) pada Perusahaan yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Ratih Aisyah1, Resti Yulistia Muslim1, Yeasy Darmayanti1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta 1 Email :
[email protected]
1
ABSTACT This research aims to see the changing of the market reaction in seconder market, between the period of before and after the application of international financial reporting standard (IFRS). This research was conducted in 48 manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange. The sample was selected by using purposive sampling method. The data used was seconder data from historical data taken from www.yahoo.com/finance. The period of the research was conducted from 2011- 2012. the variables used in this research were cumulative abnormal return and stocks trading volume. The period of the comparison used was 5 days and 6 months before and after the application of international financial reporting standard (IFRS) in the go public companies in Indonesia Stock Exchange. The data was processed by using the different- examiner. Based on the result, it was found that there is no difference of cumulative abnormal return between 5 days and 6 months before the application of IFRS, and the period after the application of IFRS. The result also showed that there is difference between the trading volume 5 days before and 5 days after the application of IFRS. Another result of the research showed that there is a difference to the trading volume 6 months before and 6 months after the application of international financial reporting standard (IFRS) in the manufacture companies in Indonesia Stock Exchange. Key words: Cumulative Abnormal Return, Trading Volume, International financial Reporting Standard
lover), investor yang netral terhadap risiko
1. PENDAHULUAN 1.1
dan investor yang takut menghadapi risiko
Latar Belakang Masalah Pada
saat
melakukan
kegiatan
(risk averse). Fenomena nyata yang terjadi
investasi tentu dibutuhkan aliran informasi
saat ini menunjukan bahwa pada umumnya
yang cepat, tepat dan akurat. Faktor risiko
investor sangat takut terhadap risiko
mendorong
terutama risiko yang berasal dari luar
terbentuknya
prilaku
dan
kondisi psikologis yang berbeda dalam diri masing masing pelaku pasar. Menurut
perusahaan. Menyadari kondisi tersebut pihak
Tandelilin (2010) perilaku investor secara
perusahaan
tentu
berusaha
untuk
psikologis dapat dikelompokan menjadi
menciptakan image positif dan daya tarik
tiga bentuk perilaku dalam menyikapi
dalam diri investor untuk mau berinvestasi
risiko. Investor yang menyukai risiko (risk
didalam perusahaan. Menurut Sugema 1
(2013) bagi perusahaan masalah dana
akan tetapi begitu banyaknya item dan
sangat penting untuk menjaga kestabilan
aturan didalam IFRS membuat investor
kegiatan
atau pelaku pasar sangat sulit untuk
operasional
dan
eksistensi
perusahaan dalam jangka panjang. Salah
memahami
satu
diharapkan
kandungan informasi laporan keuangan.
perusahaan berasal dari pihak ketiga yaitu
Adanya waktu sosialisasi penerapan IFRS
pelaku
yang lebih awal dari tahun pelaksanaan
sumber
dana
pasar.
kepercayaan
yang
Untuk
pelaku
meningkatkan
prosedur
dan
membaca
pasar
manajemen
dinilai tidaklah cukup untuk menciptakan
berusaha
untuk
pemahaman yang kuat dalam diri investor
mempublikasikan laporan keuangan tepat
untuk memahami IFRS secara teori atau
waktu, selain itu kandungan informasi
pun praktek.
perusahaan
yang disampaikan harus akurat, tepat dan terpercaya. Salah satu cara yang dilakukan manajemen
perusahaan
dan
akurat
mempublikasikan
adalah laporan
melalui keuangan
dengan menggunakan standar akuntasi yang
diakui
secara
internasional.
Penggunaan standar akuntansi keuangan tersebut
merupakan
transformasi
dari
mengungkapkan Financial
Lusiana bahwa
Reporting
(2013)
International
Standard
(IFRS)
sudah mulai disosialisasikan dari tahun 2009 dan mulai aktif dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2012. Pemanfaatan IFRS diharapkan mampu memenuhi harapan pasar yaitu mendapatkan informasi yang cepat,
tepat
dan
Berdasarkan kepada latar belakang masalah diajukan sejumlah pertanyaan yang akan dibahas didalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah
terdapat
perbedaan
cumulative abnormal return lima hari sebelum dengan lima hari sesudah
dilaksanakannya
penerapan International Financial
standar akuntansi yang lama. Menurut
Perumusan Masalah
untuk
mempublikasikan laporan keuangan secara tepat
1.2
akurat.
Untuk
melaksanakan IFRS secara optimal tentu proses sosialisasi menjadi kunci penting,
Reporting Standard (IFRS) ? 2. Apakah
terdapat
perbedaan
cumulative abnormal return enam bulan sebelum dengan enam bulan sesudah
dilaksanakannya
penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) ? 3. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan lima hari sebelum dengan
lima
dilaksanakannya
hari
sesudah penerapan 2
International Financial Reporting Standard (IFRS) ?
2. LANDASAN TEORI 2.1
International Financial Reporting Standard (IFRS)
4. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan enam bulan sebelum dengan
enam
bulan
sesudah
Mengacu pada pendapat Lam dan Lau
(2010) dasar atau latar belakang
dilaksanakannya penerapan standar
terbentuknya
International
Financial
International Financial Reporting
Reporting Standard (IFRS) dikarena setiap
Standard (IFRS) ?
negara menggunakan prosedur, prinsip, dan standar akuntansi yang berbeda untuk
1.3
Tujuan penelitian
mengatur penyusunan laporan keuangan
Sesuai dengan perumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti adanya perbedaan: 1. Cumulative abnormal return lima hari sebelum dengan lima hari sesudah
dilaksanakannya
penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) 2. Cumulative abnormal return enam bulan sebelum dengan enam bulan sesudah
dilaksanakannya
penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) 3. Volume perdagangan saham lima hari sebelum dan lima hari sesudah dilaksanakannya
penerapan
International Financial Reporting Standard (IFRS)
hamonisasi standar akuntansi di setiap negara, maka dibentuklah Internasional Financial Reporting Standards (IFRSs) dan International Accounting Standars (IASs). Menurut mengungkapkan Accounting
Arens
et
bahwa
Standard
al
(2010)
International Board
(IASB)
merupakan suatu lembaga independen pembentuk
Internasional
Reporting
Standards
berlokasi
di
International
Financial
(IFRS)
yang
London,
sedangkan
Accounting
Standard
Committee (IASC) merupakan lembaga pembentuk
International
Accounting
Standard (IAS) dan sebagai pendahulu IASB, didirikan pada tahun 1973 sebagai
4. Volume perdagangan saham enam bulan sebelum dan enam bulan sesudah
entitas secara hukum.Agar dapat terjadi
dilaksanakannya
penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS).
hasil kesepakatan oleh beberapa badan akuntansi di Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Sejak tahun 1983 sampai 2001, anggota IASC termasuk 3
sebuah
badan
akuntansi
professional
menjadi anggota International Federation
kelemahan dan kecurangan yang dapat terjadi didalam perusahaan.
of Accountants (IFAC).Pendirian IASB bertujuan untuk mencapai harmonisasi
2.1.3
Kandungan
prosedur dan standar akuntansi ke seluruh dunia, dan IAS dibentuk oleh IASC untuk
Kandungan Informasi
peranan
yang
informasi
sangat
memiliki
penting
untuk
menentukan ketepatan strategi yang akan
mendukung harmonisasi tersebut.
diambil oleh seorang investor dalam 2.1.2
Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia
Banyaknya kendala yang dihadapi oleh
stakeholders
dalam
memperoleh
informasi tentang laporan keuangan yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan untuk
mendorong
munculnya
diberlakukannya
ide
Internasional
Financial Reporting Standards (IFRS). Ide tersebut kemudian mulai direalisasikan dalam bentuk sosialisasi yang dimulai dari tanggal 1 Januari 2009 yang lalu. Proses sosialisasi
dilakukan
pada
perusahaan
berskala besar dan telah melakukan proses go public (Arifin, 2012). Penerapan
standar
akuntansi
internasional sangat penting untuk menjaga aliran informasi yang akan diterima oleh pelaku pasar. Didalam IFRS harapan sebagain besar pelaku pasar tentang akan terciptanya konsep pasar yang efisien semakin mungkin terjadi. Penerapan IFRS tentu akan membuat aliran informasi yang diperoleh akan semakin cepat dan tepat, serta dapat mengurangi segala bentuk
berinvestasi, selain itu dengan memahami kandungan informasi seorang investor berpeluang
untuk
mendapatkan
keuntungan abnormal (Madura, 2005). Kandungan
informasi
menunjukan
sejumlah data yang menjadi alat didalam penentuan strategi investasi apakah akan mempertahankan kepemilikan saham yang mereka
miliki
(hold)
atau
menjual
kepemilikan saham (buy). Menurut kandungan
Pasaribu informasi
(2008) menunjukan
sejumlah item yang berisi data tentang instrument penting yang berhubungan dengan perusahaan dan kondisi pasar yang tentunya
berguna
pengambilan
untuk
keputusan
proses investasi.
Mengingat IFRS baru ditetapkan dipasar modal
Indonesia
informasi
didalam
tentu laporan
kandungan keuangan
tersebut tidak semuanya dapat dipahami dan dikelola dengan baik oleh investor dalam pengambilan keputusan. Kandungan informasi tentu sangat menentukan keadaan pasar apakah berada 4
pada posisi yang lemah, setengah kuat atau
positif tentu akan menunjukan terjadinya
pun kuat. Ketika informasi tidak dapat
peningkatan harga saham, sedangkan jika
dibaca dan derealisasikan dalam bentuk
reaksi pasar mengalami akan menunjukan
keputusan oleh seorang investor tentu
harga saham akan menurun.
memungkinkan terjadinya abnormal return 2.3
dan sebaliknya. 2.2
Alasan-Alasan Efisien
Pasar
Tidak
Pasar dapat dikatakan tidak efisien
Reaksi Pasar Menurut Madura (2005) reaksi
jika kondisi-kondisi berikut ini terjadi
yang
(Jogiyanto, 2008) yaitu (1) Terdapat
diperlihatkan oleh pelaku pasar untuk
sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat
membeli atau melepas kepemilikan saham
mempengaruhi harga dari sekuritas. (2)
didalam sebuah pasar modal. Reaksi pasar
Harga dari informasi adalah mahal dan
dapat dikelompokan menjadi dua reaksi
terdapat akses yang tidak seragam antara
pasar positif dan reaksi pasar negatif.
pelaku pasar yang satu dengan yang
Ketika
untuk
lainnya terhadap suatu informasi yang
membeli sejumlah saham menunjukan
sama. (3) Informasi yang disebarkan dapat
bahwa
saham
diprediksi dengan baik oleh sebagian
cenderung positif, sedangkan jika respon
pelakupelaku pasar. (4) Investor adalah
pasar mengalami penurunan menunjukan
individual-individual yang lugas (naive
respon dari pelaku pasar cenderung negatif
investors)
pasar
menunjukan
pasar
reaksi
sangat
pasar
respon
antusias
terhadap
Menurut Sugema (2008) reaksi
dan
tidak
canggih
(unsophisticated investors).
pasar menunjukan respon atau tindakan
Menurut Husnan dan Pudjiatuty
yang dilakukan oleh pelaku pasar untuk
(2003) pasar menjadi tidak efisien ketika
membeli atau melepas kepemilikan saham
hanya sedikit dari pemegang saham yang
yang dimiliki, dalam hal ini pihak investor
memiliki kelengkapan informasi sehingga
yang dimaksudkan dikelompokan menjadi
pihak pihak yang memiliki kelengkapan
dua yaitu investor individual atau investor
informasi
yang mewakili sebuah perusahaan. Reaksi
berbagai tindakan dan keputusan penting
pasar yang terbentuk dapat dikelompokan
dalam berinvestasi. Pasar yang tidak
menjadi dua yaitu reaksi pasar yang positif
efisien akan mendorong investor untuk
atau pun reaksi pasar yang negatif. Jika
mendapatkan abnormal return. Terjadinya
kita mengacu pada reaksi pasar yang
abnormal return juga dapat terjadi ketika
tersebut
dapat
melakukan
5
hanya sedikit dari investor yang dapat memahami
dan
menguasai
cara
mempelajari
IFRS.
Kelebihan
aliran
diperoleh
tentu
informasi
yang
mengakibatkan
aliran
keuangan
yang
ARit
2.5
diperoleh investor menjadi tidak merata
Abnormal return saham i pada waktu t.
Volume Perdagangan Saham Menurut
Madura
(2005)
dan mendorong terjadinya pasar yang tidak
peningkatan likuiditas sebuah saham dapat
efisien.
ditunjukan melalui volume perdagangan
2.4
saham.
Cumulative Abnormal Return Menurut Madura (2005) cumulative
abnormal return adalah sebuah situasi dimana salah satu pihak mampu menguasai sumber informasi lebih lengkap dari orang lain, sehingga mampu meraih komposisi return lebih tinggi dari biasanya, situasi ini dapat
dipertahankan
beberapa
hari
lamanya. Cumulative abnormal return terjadi ketika investor mampu melakukan penjumlahan terhadap nilai keuntungan yang
diperoleh
dalam
beberapa
hari
mereka melakukan penjualan saham. Total dari hasil penjumlahan abnormal return disebut
dengan
cumulative
return.
Untuk
mencari
abnormal cumulative
abnormal return maka dapat dicari dengan menggunakan rumus:. ARit t1
CARi (t1 , t 2 )
tinggi
volume
perdagangan saham menunjukan semakin kuatnya insentif pelaku pasar pada saham yang
ditawarkan
sehingga
sebuah
sangat
dilakukannya
perusahaan,
mudah
pelepasan
untuk
saham
untuk
mendapatkan keuntungan jangka pendek seperti capital gain. Volume perdagangan saham
menunjukan
permintaan
besarnya
terhadap
agregat
saham
yang
ditawarkan pada satu sesi perdagangan harian yang dilakukan didalam pasar modal. Menurut Tandelilin (2010) volume perdagangan
saham
adalah
besarnya
mekanisme permintaan dan penawaran terhadap saham pada satu sesi periode perdagangan
saham.
Semakin
tinggi
volume perdagangan saham menunjukan
t2
CARi (t1 , t 2 )
Semakin
Sampel yang abnormal returns kumulatif dari t1hari untuk hari + t2 dari jendela acara.
harga saham yang ditawarkan semakin melambung.
Meningkatnya
mekanisme
permintaan saham yang tidak ditunjang dengan jumlah saham yang memadai yang diperdagangankan
akan
memicu
peningkatan harga saham. 6
Financial 2.6
Hipotesis
Reporting
Standard (IFRS)
Secara umum didalam penelitian 3. METODE PENELITIAN
ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai 3.1
berikut: H1.a
Populasi dan Sampel Populasi
merupakan
kesatuan
Terdapat
perbedaan
Cumulative
abnormal
atribut yang memiliki kesamaan didalam
return lima hari sebelum
visi dan tujuan. Pada penelitian ini yang
dan
menjadi
lima hari sesudah
populasi
adalah
seluruh
dilaksanakannya penerapan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
International
Bursa
Financial
Reporting Standard (IFRS)
Efek
Indonesia.
Untuk
mempersempit ruang lingkup pembahasan maka dilakukan pengambilan sampel.
H1.b
Terdapat
perbedaan
Cumulative
abnormal
return enam bulan sebelum dan
enam bulan sesudah
dilaksanakannya International
adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili. Pada penelitian ini digunakan beberapa perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Karena
Financial
Reporting Standard (IFRS) H2.a
Menurut Sekaran (2006) sampel
jumlah perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia relatif banyak
Terdapat perbedaan volume
maka diperlukan sebuah kriteria didalam
perdagangan
pengambilan sampel. Oleh sebab itu
lima
sebelum dan sesudah
hari
lima hari
dilaksanakannya
penerapan
International
Financial
Reporting
metode
sebelum dan sesudah penerapan
yang
digunakan adalah purposive sampling. Menurut purposive
kriteria Terdapat perbedaan volume perdagangan enam
sampel
Hair
sampling
et
al
adalah
(2010) metode
pengambilan sampel yang didasarkan pada
Standard (IFRS) H2.b
pengambilan
bulan
enam bulan
dilaksanakannya International
khusus
yang
melekat
pada
populasi. Pada penelitian ini kriteria yang digunakan meliputi: 1. Perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 – 2012 7
2. Perusahaan
yang
telah
menggunakan laporan keuangan
Untuk
menghitung
Actual
return
menggunakan rumus :
dengan standar IFRS 3. Perusahaan
yang
selalu
mempublikasikan
rutin laporan
keuangan secara lengkap selama periode penelitian.
Dimana : Rit
3.3
Definisi Operasional Pengukuran Variabel
Actual return saham perusahaan
dan
dari sekuritas i pada waktu t. Pit
Pada
penelitian
ini
Harga saham perusahaan dari
variabel sekuritas i pada waktu t.
penelitian yang digunakan terdiri dari
Harga saham perusahaan dari
beberapa variabel meliputi:
sekuritas i sebelum waktu t - 1.
1. Cumulative Abnormal Return Menurut cumulative
abnormal
menggambarkan abnormal
Tandelilin
jumlah
yang
(2010) return
b. Menghitung expected menggunakan metode model
keuntungan
diperoleh
return, market
investor
selama periode tertentu.
E(Rit) = return saham yang diharapkan.
Untuk menurunkan rumus maka
αi
= Intercept untuk sekuritas i.
dilakukan dengan menggunakan rumus
βi
= Koefisien slope (beta sekuritas i)
sebagai berikut yaitu: 2. Volume Perdagangan
a. Menghitung Return Individu (Ri)
Madura
Menurut Tandelilin (2010) Adalah
(2005)
mendefinisikan
return yang diharapkan akan diperoleh
volume perdagangan (Trading Volume
investor di masa yang akan datang yang
Activity) digunakan untuk mengetahui
dihitung dengan menggunakan market
perubahan volume perdagangan harian
model. Dari saham perusahaan yang telah
yang
terpilih
perusahaan.
sebagai
obyek
pengamatan
dihitung tingkat keuntungan, yaitu actual return atau return. Actual return saham digunakan sebagai dasar untuk menghitung tingkat
keuntungan
yang
3.4
berhasil
dicapai
oleh
sebuah
Metode Analisis Untuk
melakukan
tahapan
pengujian hipotesis didalam penelitian ini
diharapkan. 8
maka dilakukan dengan menggunakan metode
analisis
kuantitatif.
4.2
Didalam
Hasil Pengujian Hipotesis Setelah
dilakukan
pengujian
penelitian ini tahapan pengujian hipotesis
normalitas dan ditentukan masing masing
dilakukan dengan menggunakan alat uji
model pengujian yang dilaksanakan maka
statistik yaitu uji beda.
tahapan pengujian hipotesis lebih lanjut 4.3.1 Analisis Perbedaan CAR 5 Hari Sebelum dengan CAR 5 Hari Sesudah Pelaksanaan IFRS
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1
Berdasarkan
Pengujian Normalitas Berdasarkan
hasil
hasil
pengujian
pengujian
statistik yang telah dilakukan terlihat nilai
normalitas terlihat variabel cumulative
signifikan sebesar 0,310. Pada tahapan
abnormal return 6 bulan sebelum dan 6
pengujian
statistik
digunakan
bulan sesudah IFRS dilaksanakan memiliki
kesalahan
sebesar
0,05.
nilai asymp sig (2-tailed) diatas 0,05
diperoleh
menunjukan
sehingga
dinyatakan
signifikan sebesar 0,310 > alpha 0,05 maka
normal sedangkan variabel lainnya masih
keputusan Ho diterima dan Ha ditolak
memiliki
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
variabel
nilai
tersebut
asymp
sig
(2-tailed)
dibawah 0,05 sehingga masing masing
terdapat
variabel
cumulative
tersebut
dinyatakan
tidak
berdistribusi normal.
dilakukan
sebagian
besar
cenderung
tidak
karena
model
abnormal
Hasil
yang
bahwa
nilai
yang
signifikan
return
5
hari
sebelum dan 5 hari sesudah pelaksanaan
Hasil pengujian normalitas yang telah
perbedaan
tingkat
menunjukan variabel berdistribusi pengujian
IFRS.
bahwa
Temuan yang diperoleh didalam
penelitian
tahapan pengujian hipotesis menunjukan
normal,
bahwa cumulative abnormal return yang
adalah
uji
diterima
investor
tidak
mengalami
perbandingan, tentu alternatif pengujian
perubahan yang signifikan antara 5 hari
statistik yang dilakukan dapat dilaksanakan
sebelum dan 5 hari sesudah. Hasil yang
dengan
non
diperoleh didukung oleh hasil penelitian
bertanda
Covrig et al (2007) menyatakan bahwa
Wilcoxon. Pemilihan alat uji tersebut
reaksi pasar setelah penerapan IFRS
karena
dilakukan
menunjukan tidak adanya keuntungan
atau memiliki pola variasi
abnormal yang diperoleh oleh investor
menggunakan
parametric
yaitu
sifat
berpasangan
uji
uji beda
pengujian
beda
variance yang sama (Santoso, 2010)
dipasar modal Eropa. IFRS mendorong 9
muncul pasar yang efisien. Amstrong et al
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,599.
(2007) mengungkapkan bahwa laporan
Pada tahapan pengujian data digunakan
keuangan IFRS membuat investor lebih
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang
hemat
diperoleh
dalam
perusahaan
membandingkan lintas
kinerja
bahwa
nilai
dan
signifikan sebesar 0,599 > alpha 0,05 maka
meningkatkan transparansi informasi yang
keputusannya adalah Ho diterima dan Ha
tentunya akan membuat informasi yang
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
diterima
tidak
menjadi
negara
menunjukan
lebih
lengkap
dan
terdapat
perbedaan
mendorong abnormal return relatif menjadi
perdagangan 5
kecil kemungkinan terjadinya. Keadaan
volume
yang relatif sama juga terjadi dipasar
pelaksanaan
modal Indonesia dalam hal ini informasi
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
yang dibutuhkan berdistribusi dengan baik,
Indonesia.
sehingga konsep pasar yang efisien mulai
perdagangan IFRS
tahapan
pasar modal tentu membuat tidak adanya
menunjukan
investor
sebelum
berhasil
memperoleh
sebelum
dengan
5
sesudah
hari
pada
perusahaan
Temuan yang diperoleh didalam
terbentu, Pemerataan informasi didalam
yang
hari
volume
pengujian
hipotesis
bahwa
atau
dalam
lima
lima
hari
hari
sesudah
tidak
terjadi
abnormal return, dalam hal ini keuntungan
pelaksanaan
jangka pendek yang diterima hanya sebatas
peningkatan yang berarti dari volume
capital gain, yaitu diperoleh dari aktifitas
perdagangan.
penjualan saham dipasar sekunder, oleh
tersebut sejalan dengan Temuan yang
sebab itu cumulative abnormal return baik
diperoleh
didalam
tahapan
pengujian
lima hari sebelum maupun pada lima hari
hipotesis
konsisten
dengan
penelitian
sesudah IFRS digunakan pada perusahaan
Siregar (2012) mengungkapkan bahwa
go public tidak mengalami perubahan yang
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
signifikan.
volume perdagangan sebelum dan sesudah pelaksanaan
4.2.2 Analisis Perbedaan Volume Perdagangan 5 Hari Sebelum dengan Volume Perdagangan 5 Hari Sesudah Pelaksanaan IFRS Sesuai
dengan
Temuan yang diperoleh
International Standard
Financial
(IFRS)
pada
perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Kondisi ini terjadi karena
pengujian
pelaku pasar lebih memilih untuk berhati
hipotesis yang telah dilaksanakan dengan
hati dalam berinvestasi dan menunggu saat
menggunakan
yang tepat untuk memainkan kelebihan
bantuan
hasil
Reporting
IFRS
ketiga
uji
Wilcoxon
10
dana yang mereka miliki, kondisi ini
tidak adanya keuntungan abnormal yang
terjadi karena penerapan IFRS dianggap
diperoleh oleh investor
masih baru dan belum teruji
Eropa. IFRS mendorong muncul pasar yang
4.2.3 Analisis Perbedaan CAR 6 Bulan Sebelum dengan CAR 6 Bulan Sesudah Pelaksanaan IFRS
efisien.
dipasar modal
Pasaribu
(2008)
mengungkapkan bahwa laporan keuangan IFRS membuat investor lebih hemat dalam membandingkan kinerja perusahaan lintas
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis kedua yang dilakukan dengan menggunakan uji non parametric Wilcoxon diperoleh nilai signifikan sebesar 0,310, pada tahapan pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang
negara dan meningkatkan transparansi informasi yang tentunya akan membuat informasi yang diterima menjadi lebih lengkap dan mendorong abnormal return relatif
keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat
perbedaan
abmnormal
return
6
pelaksanaan
IFRS
dengan
abnormal pelaksanaan
return IFRS
6
cumulative
bulan
sebelum cumulative
bulan pada
sesudah
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil
Tidak
diperoleh
tersebut
menunjukan bahwa tidak terjadi perubahan berarti nilai cumulative abnormal return yang diperoleh investor pada 6 bulan sebelum pelaksanaan IFRS dengan 6 bulan sesudah pelaksanaan IFRS. Temuan yang diperoleh sejalan dengan penelitian Covrig et al (2007) menyatakan bahwa reaksi pasar setelah penerapan IFRS menunjukan
kemungkinan
terjadinya
perbedaan
abnormal return 6 bulan sebelum dengan 6 bulan sesudah penerapan IFRS di pasar modal Indonesia terjadi karena aliran informasi didalam pasar modal telah semakin baik sehingga masing masing investor baik didalam maupun diluar perusahaan
telah
membekali
dirinya
dengan kandungan informasi sebelum mengambil Kelengkapan
yang
kecil
terjadinya.
diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,310 > alpha 0,05 maka
menjadi
keputusan informasi
investasi. yang
dimiliki
seluruh pelaku pasar menunjukan bahwa pasar
modal
telah
mulai
efisien.
Kelengkapan informasi yang diperoleh masing masing investor membuat mereka hanya mendapatkan keuntungan normal dari kegiatan pelepasan saham (return saham), kemudahan dan transparansi yang diperlihatkan perusahaan tentu membuat cumulative abnormal return tidak terjadi 11
baik 6 bulan sebelum maupun 6 bulan
terus
membaiknya
kinerja
keuangan
sesudah pelaksanaan IFRS khususnya pada
perusahaan yang listed di pasar sekunder
perusahaan yang go public di Bursa Efek
mendorong mekanismen permintaan dan
Indonesia.
penawaran saham semakin tinggi, dan tentu jika dibandingkan dengan 6 bulan
4.2.4 Analisis Perbedaan Volume Perdagangan 6 Bulan Sebelum dengan Volume Perdagangan 6 Bulan Sesudah Pelaksanaan IFRS Berdasarkan
hasil
bantuan uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000. Pada tahapan
kesalahan
data
digunakan
sebesar
0,05.
tingkat
Hasil
yang
diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan volume perdagangan 6 bulan sebelum pelaksanaan
IFRS
dengan
volume
perdagangan 6 bulan setelah pelaksanaan IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
yang ini
IFRS
dilaksanakan,
volume
perdangan yang terjadi pada enam bulan sesudah jauh lebih tinggi (Suhardi, 2013).
pengujian
hipotesis keempat dengan menggunakan
pengolahan
sebelum
5. PENUTUP 5.1
Kesimpulan Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa kesimpulan
penting
yang
merupakan
jawaban dari permasalahan yang dibahas didalam penelitian ini yaitu: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang
signifikan
cumulative abnormal return 5 hari sebelum pelaksanaan IFRS dengan 5 hari setelah penerapan IFRS pada perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
diperoleh
didalam
menunjukan
bahwa
peningkatan volume perdagangan saham disebabkan karena investor investor telah memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam berinvestasi. Hal tersebut terjadi karena manfaat dari IFRS telah mulai
2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang
cumulative
abnormal
signifikan return
6
bulan sebelum pelaksanaan IFRS dengan 6 bulan setelah penerapan IFRS pada perusahaan manufaktur
terlihat, pasar yang semakin efisien dan 12
yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
2. Periode pembanding yang terlalu
Indonesia.
pendek
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan
tidak
tentu
pelaksanaan
terdapat
IFRS
dari untuk
mendorong pemerataan informasi
perbedaan yang signifikan volume
dan
perdagangan
perdagangan saham relatif tidak
5
hari
sebelum
pelaksanaan IFRS dengan 5 hari
perusahaan
manufaktur
yang
di pasar sekunder yang mengalami peningkatan setelah pelaksanaan
4. Hasil pengujian hipotesis ketiga
yang
terdapat
perdagangan
6
bulan
yang
sebelum
sesudah pelaksanaan IFRS pada manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.3
Saran Berdasarkan kepada kesimpulan
dan keterbatasan penelitian maka diajukan beberapa saran yang dapat memberikan manfaat bagi:
menyadari
bahwa
penelitian yang saat ini dilaksanakan masih sejumlah
kelemahan
dan
kekurangan yang disebkan karena adanya keterbatasan yang peneliti miliki dalam pembuatan skripsi ini. Secara umum
1. Jumlah sampel perusahaan yang digunakan relatif kecil sehingga kontribusi
hasil
yang diperoleh didalam penelitian saat ini.
mendatang
untuk
mencoba
mengganti karegori sampel yang digunakan, saran tersebut penting untuk menambah jumlah sampel yang
digunakan,
dimasa untuk
pada
mendatang
dan
peneliti
disarankan
memperpanjang
pembanding,
keterbatasan tersebut meliputi;
mempengaruhi
dimasa
disarankan
Keterbatasan Penelitian
memiliki
digunakan
didalam penelitian ini.
1. Peneliti
Peneliti
tidak
volume
pelaksanaan IFRS dengan 6 bulan
perusahaan
IFRS
perbedaan
signifikan
volume
3. Masih adanya instrument keuangan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
menunjukan
peningkatan
begitu terlihat.
sesudah pelaksanaan IFRS pada
5.2
kontribusi
periode
menambah
minimal satu variabel baru seperti frekuensi Saran
perdagangan
tersebut
meningkatkan
penting akurasi
saham. untuk hasil
penelitian yang diperoleh dimasa mendatang. 13
2. Perusahaan disarankan untuk terus melaksanakan aturan yang terdapat didalam IFRS, karena implementasi segala prosedur didalam IFRS akan meningkatkan
ketepatan
keuangan yang tentunya sangat berguna bagi investor. 3. Investor disarankan untuk melengkapi terutama
dibidang
dalam
keuangan
membaca
mengimplementasikan
dan
informasi
keuangan dengan standar akuntansi internasional (IFRS) saran tersebut
penting
untuk
Imam. 2010. DasarDasar Ekonometrika dengan Menggunakan SPSS 19.0. Badan Penerbit Universitas Dipenegoro, Semarang.
dan
kecepatan dalam publikasi laporan
kompetensinya
Ghozali,
meningkatkan
ketepatan keputusan investasi yang akan dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Arifin Kusuma. 2012. Momentum dan Reaksi Pada Pergerakan Saham. Artikel Riset dan Manajemen Investasi Pasar Modal. www.idix.co.id Brochet Francois, Alan Jagolinzer dan Edward J Riedl. 2011. Mandatory IFRS Adoption and Financial Statement Comprability. Working Peaper 11 – 109. Covrig Steven, Susan Anderson. Santana Olive. 2007. Momentum of Capital Market. European Journal Vol 4 Number 1 USA.
Hair Joseph F JR. William C Black, Barry J Babin dan Rolph F Anderson. 2010. Seven Edition.. Multivariate Data Analysis. Prientice Hall Internasional Pearson. Husnan Suad dan Enny Pudjiastuty. 2001. Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan YPTKI, Jakarta. Jogiyanto. 2008. Managemen Keputusan Investasi. Badan Penerbit Universitas Gajahmada, Yogyakarta. Lam dan Lau . 2010. Compare Analysis Cumulative Abnormal Return Until and After IFRS Implementation. Journal Europe Volume 4 Number 3 London. Madura Jason. 2005. Investment Decision Maker. McGraw-Hill, Irwin. Pasibu Bismark. 2008. Over Reaction Pada Perusahaan Winner dan Loser di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Keuangan Investasi Volume 4 Nomor 2. Universitas Brawijaya, Malang. Sekaran Uma. 2006. Riset Penelitian Bisnis. Erlangga, Jakarta.
14
Siahaan Lukman. 2013. Analisis Reaksi Pasar Setelah di Berlakukannya Standar Akuntansi Internasional (IFRS). Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Skripsi Jurusan Akuntansi. Universitas Dipenegoro, Semarang. Siregar Rinaldo Fernandes. 2012. Reaksi Pasar Terhadap Penerapan Standar Akuntansi Internasional (IFRS) Pada Perusahaan yang Go Publik di BEI. Skripsi Jurusan Akuntansi Universitas Dipenegoro, Semarang. Sugema
Arifin. 2008. Dasar Dasar Investasi (Teori dan Aplikasi). Salemba Empat, Jakarta.
Suhardi Widjaya. 2013. Analisis Reaksi Pasar Setelah Implementasi IFRS Pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Keuangan dan Bisnis Volume 1 Nomor 5. Universitas Brawijaya, Malang Tandelilin
Eduardus. 2010. Analisis Keputusan Investasi. Badan Penerbit Universitas Gajahmada, Yogyakarta.
15