JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
188
REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA PENGUMUMAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI JILID II NURBAITY MUZAKIR1, SYARIFAH RAHMAWATI2 1,2)
Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected] ABSTRACT
This research examines stock market reaction to the announcements economic policy package II. The variables used in this research are average abnormal return (AAR) and abnormal trading volume activity (ATVA). Analysis model in this research is event study which has 7 days window period (23 September - 2 October 2015). Hypothesis testing used are one sample t-test and paired sample t-test. Using purposive sampling, in this research there is 239 samples. The results of this research based one sample t test showed that the market reacts before the announcement economic policy package II, while at the event date, and after announcement economic policy package II, stock market did not react significantly. The results from the paired sample t test of the average abnormal return and the average abnormal trading volume activity shows that there is no significant difference before and after the event. From the results of this research concluded that the Indonesian capital market is efficient in semistrong form. Keywords: Announcement of Economic Policy Package II, Stock Market Reaction, Efficient Market, Event Study, Average Abnormal Return, Average Abnormal Trading Volume
PENDAHULUAN Pasar modal mempertemukan para pihak yang kelebihan dana untuk berinvestasi mengharapkan memperoleh imbalan (return) dengan para pihak yang membutuhkan dana untuk kepentingan tertentu dengan cara mentransaksikan sekuritas (Tandelilin, 2001: 13). Transaksi sekuritas terjadi karena adanya informasi yang masuk ke pasar dan direspon oleh investor. Dengan adanya informasi yang relevan, investor dapat memiliki gambaran mengenai risiko dan expected return dari suatu sekuritas dalam rangka menentukan keputusan serta strategi investasi guna memperoleh tingkat pengembalian yang maksimal. Informasi adalah kunci untuk menentukan harga saham dan juga merupakan kunci dari pasar efisien (Keane, 1986). Fama (1976) menyatakan “a securities market is efficient if security prices fully reflect the information available“. Pasar yang efisien adalah sebuah pasar yang efisien
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
189
dalam mengelola informasi, dimana harga-harga sekuritas yang diamati pada suatu waktu tertentu didasarkan pada evaluasi yang “benar” dari seluruh informasi yang tersedia pada saat itu (Fama, 1970; 1976). Berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar pasar modal, baik itu lingkungan ekonomi, sosial, maupun politik pada dasarnya juga mengandung informasi. Oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari pasar modal. Suryawijaya dan Setiawan (1998) menyatakan bahwa semakin penting peran bursa saham dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa saham semakin sensitif terhadap peristiwa disekitarnya, baik berkaitan ataupun tidak berkaitan secara langsung dengan peristiwa ekonomi. Paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintahan presiden Joko Widodo juga mengandung informasi yang dapat digunakan oleh investor daam menentukan strategi investasi. Peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi yang terjadi pada bulan September 2015 merupakan salah satu peristiwa yang dapat mempengaruhi pasar modal. Pemerintah Republik Indonesia mengumumkan paket kebijakan ekonomi sebagai langkah antisipasi dalam menyikapi pelemahan ekonomi seiring dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika. Paket kebijakan ekonomi yang pertama dikeluarkan pada 9 September 2015. Pada paket jilid I pemerintah menitikberatkan kebijakan deregulasi untuk menggerakkan sektor riil dalam mengantisipasi dampak krisis global dan melindungi masyarakat yang berpendapatan rendah. Kebijakan deregulasi tersebut berlanjut pada paket jilid II yang dikeluarkan pada 29 September 2015. Pada paket kedua ini kebijakan deregulasi difokuskan untuk memperbaiki iklim investasi dan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Iklim investasi diperbaiki dengan meringkas waktu proses perizinan. Proses perizinan yang memakan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan, akan dipangkas menjadi tiga jam. Izin investasi tersebut mencakup tiga dokumen, yaitu izin prinsip, akta pendirian perusahaan, serta penerbitan nomor pokok wajib pajak. Fasilitas perizinan tersebut ditujukan bagi investor yang menanamkan modal di kawasan industri minimal Rp 100 miliar atau mempekerjakan 1.000 pekerja. Ada beberapa kebijakan deregulasi lain seperti penyederhanaan prosedur terkait pengajuan
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
190
permohonan pembebasan pajak dan pengurangan pajak. Juga insentif bagi eksportir yang menyimpan devisa hasil ekspor di perbankan yang beroperasi di dalam negeri. Tujuannya agar devisa hasil ekspor tetap berada di Tanah Air. (www.kompas.com). Peneliti memilih pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II karena event tersebut merupakan sebuah event yang dikeluarkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk mengatasi krisis ekonomi yang menimpa Indonesia yang memberikan kejutan bagi para investor yang ada di pasar modal. Hal ini terlihat dari kenaikan trading volume saham, serta penurunan harga saham dibandingkan pada saat pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid I. Selain itu, paket kebijakan ekonomi jilid II yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat meningkatkan resiko politik bagi sebuah perusahaan. Reaksi pasar modal terhadap kandungan informasi dalam suatu peristiwa dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return yang merupakan selisih antara return dengan return yang diekspektasikan oleh investor (Jogiyanto, 2009: 537). Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar terhadap informasi juga dapat dilihat melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) di pasar yang berbeda dari kondisi normal.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Efiicient Market Hypothesis Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970). Hipotesis pasar modal yang efisien mengatakan bahwa harga sekuritas akan segera mencerminkan informasi yang relevan. Dengan kata lain, keputusan investasi yang dilakukan oleh para investor merupakan reaksi atas informasi yang mereka terima. Semakin cepat suatu informasi tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Harga sekuritas akan cepat menyesuaikan ketika ada informasi baru yang muncul dan diserap oleh investor. Setelah terjadi penyesuaian harga dan risiko, para investor tidak akan mampu untuk mendapatkan abnormal return dengan melakukan transaksi perdagangan di pasar modal. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices reflect all
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
191
available information”. Pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan baru yang diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang diberikan terlihat pada harga sekuritasnya, maka dapat dikatakan semakin efisien pasar modal. Sulit bagi para pemodal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal secara konsisten apabila melakukan transaksi perdagangan di bursa efek (Ziobrowski et al., 2011). Bentuk Pasar Efisien Jogianto (2009: 500) mengungkapkan bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja (informationnally efficient market) atau efisiensi pasar dapat pula ditinjau tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia (decisionally efficient market). Efisiensi Pasar Secara Informasi Menurut Fama (1970) dalam Jogiyanto (2009: 500) membagi efisiensi pasar modal dalam tiga tingkatan berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat. 1. Efisiensi Bentuk Lemah (Weak-Form Efficiency) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Implikasinya adalah investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. 2. Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semistrong-Form Efficiency) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Implikasinya adalah tidak ada investor atau grup dari investor yang
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
192
dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. 3. Efisiensi Bentuk Kuat (Strong-Form Efficiency) Pasar modal yang efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisiensi pasar yang tertinggi. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Implikasinya adalah bahwa tidak ada individual investor atau grup dari investor, meskipun dengan kemampuan yang superior mampu memperoleh abnormal return dengan menggunakan semua informasi yang relevan, baik historis, yang dipublikasikan, maupun yang tidak dipublikasikan.
Efisiensi Pasar Secara Keputusan Menurut Jogiyanto (2009: 507) Efisiensi pasar perlu juga dilihat berdasarkan kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan sehingga efisiensi pasar secara keputusan dapat didefinisikan sebagai efisiensi pasar dimana semua pelaku pasar dapat mengambil keputusan dengan canggih. Event Study MacKinley (1997) mendefinisikan event study sebagai salah satu metodologi penelitian yang menggunakan data-data pasar keuangan untuk mengukur dampak dari suatu kejadian yang spesifik terhadap nilai perusahaan, biasanya tercermin dari harga saham dan volume transaksinya. Tujuan event study adalah untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2009: 537). Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan Return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
193
pengumuman peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II Isi dari paket kebijakan ekonomi jilid II adalah, (1) Kemudahan layanan investasi 3 jam, (2) Pengurusan tax allowance dan tax holiday lebih cepat, (3) Pemerintah tidak pungut PPN untuk alat transportasi, (4) Insentif fasilitas di kawasan pusat logistik berikat, (5) Insentif pengurangan pajak bunga deposito, (6) Perampingan Izin sektor kehutanan. Gambar 1. Model Kerangka Penelitian Periode Sebelum Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II
Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II
Periode Sesudah Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II
Return Saham Trading Volume
Rata-rata Abnormal Return Rata-rata Abnormal Trading Volume
Uji Beda
Berdasarkan kerangka penelitian maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: H1: Terdapat rata-rata abnormal return saham pada periode sebelum peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. H2: Terdapat rata-rata abnormal return saham pada saat peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II.
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
194
H3: Terdapat rata-rata abnormal return saham pada periode setelah peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. H4: Terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata abnormal return saham pada periode sebelum, dan setelah peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. H5: Terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata abnormal trading volume saham pada periode sebelum, dan setelah peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode perdagangan Agustus 2015–Oktober 2015. Sampel menunjukkan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dan mewakili populasi penelitian (Sekaran, 2008:122). Pada penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang memenuhi kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebanyak 239 perusahaan. Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dan melalui media perantara.
Operasional Variabel Abnormal Return Menghitung actual return harian setiap saham selama periode penelitian (Jogiyanto, 2009: 200).
Keterangan: = Return saham i pada periode t = Harga saham i pada periode t
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
195
= Harga saham ke i pada periode t-1 Menghitung Expected return harian saham. Model yang digunakan untuk menghitung expected return harian saham pada penelitian ini adalah market adjusted model. Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return sekuritas adalah return dari indeks pasar pada saat tersebut. Model ini dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2009: 568): E[R]it = RMit Keterangan: E[Rit] = Return ekspektasi saham i periode peristiwa t RMit = Return pasar dari saham i periode peristiwa t Setelah didapatkan actual return dan expected return dapat dicari abnormal return dengan perhitungan sebagai berikut (Jogiyanto, 2009: 558) :
Keterangan: ARit = Abnormal Return untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Rit = Actual Return untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. ERt = Expected Return pada peiode peristiwa ke-t. Menghitung rata-rata abnormal return.
AARt
n
t 1
ARi , t
n
Keterangan: t = Average Abnormal Return pada periode t. ARi,t
= Abnormal return sekuritas ke-i pada hari ke-t
n
= Jumlah sekuritas
Menghitung rata-rata abnormal return masing-masing saham pada periode sebelum, saat, dan setelah terjadinya peristiwa (Suryawijaya dalam Amalia, 2010):
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
196
Keterangan: i= Average Abnormal Return sekuritas i ARi,j = Abnormal return sekuritas ke-i pada periode-j T = lamanya periode
Rata-rata Trading Volume Activity (TVA) Menghitung TVA masing-masing saham selama periode penelitian (Foster dalam Yusuf et.al, 2009: 799).
saham perusahaan yang beredar pada hari ke
Menghitung rata-rata TVA seluruh saham per hari selama periode peristiwa (Jogiyanto, 2003: 447).
ATVAt
n
i t
TVAi , t n
Dimana: ATVAi,t = average trading volume activity sekuritas ke-I pada hari ke-t N
= jumlah sekuritas
Menghitung rata-rata TVA masing-masing saham pada periode sebelum, saat, dan setelah peristiwa (Suryawijaya, dalam Amalia, 2010:52) :
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
197
Dimana: TVAi,j = trading volume ativity sekuritas ke-i pada periode-j T
= lamanya periode
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Reaksi Pasar Pengujian reaksi pasar dilakukan secara statistik untuk melihat tingkat signifikansi rata-rata abnormal yang terjadi selama periode jendela. Hasil pengujian secara statistik dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Reaksi Pasar terhadap Peristiwa Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II Hari KeAAR T-Hitung Keterangan T-3 0.010031 5.725 Signifikan pada level 1% T-2 0.024046 11.022 Signifikan pada level 1% T-1 -0.02809 -13.116 Tidak signifikan T0 -0.01106 -4.596 Tidak signifikan T+1 0.002568 1.451 Tidak signifikan T+2 0.018178 7.696 Signifikan pada level 1% T+3 -0.03373 -15.722 Sumber: Data Hasil Penelitian 2016 (Diolah)
Tidak signifikan
Tabel tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian rata-rata abnormal return yang secara statistik signifikan hanya terjadi di hari -3, -2, dan +2. Rata-rata abnormal return yang signifikan pada hari -3 dan -2 menunjukkan bahwa dua hari sebelum peristiwa diumumkan, informasi sudah bocor ke publik dan memiliki kandungan informasi yang sifatnya good news ditunjukkan oleh rata-rata abnormal return positif yang signifikan pada hari -3 dan -2. Untuk reaksi yang terjadi pada hari
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
198
+2 disebabkan karena adanya pemberitaan melalui media massa mengenai perilisan paket kebijakan ekonomi jilid III yang akan dilakukan oleh pemerintah pekan depan. (www.merdeka.com).
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3 dilakukan dengan menggunakan one sample t-test
dengan dasar pengambilan keputusan apabila
signifikansi < α maka hipotesis yang menyatakan terdapat rata-rata abnormal return pada periode sebelum, saat, maupun sesudah diterima. Dan sebaliknya jika signifikansi > α maka hipotesis ditolak. Hasil pengujian dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2. Hasil Pengujian One Sample T-Test T
test Value = 0 T
Df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
AAR_sebelum
1.757
112
0.082
0.14564523
AAR_saat
-0.322
112
0.748
-0.02815237
-0.2013567
0.1450519
0.652
112
0.516
0.05514841
-0.1124826
0.2227795
AAR_setelah
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -0.0185979 0.3098884
Hasil pengujian rata-rata abnormal return pada periode sebelum peristiwa secara statistik diperoleh nilai t = 1,757 dengan signifikansi sebesar 0,082. Nilai signifikan t yang diperoleh lebih kecil dari 0,10. Hal ini berarti bahwa pada taraf 10% terdapat abnormal return pada saat sebelum terjadinya peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Maka Ho ditolak dan hipotesis alternatif (Ha1) diterima yang artinya bahwa terdapat rata-rata abnormal return pada periode sebelum pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi telah mengalami kebocoran ke pihak investor sebelum terjadinya peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Adanya rata-ratanya abnormal return pada periode sebelum peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II tidak terlepas dari efek lanjutan dari pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid I serta kebijakan-kebijakan mikro lainnya.
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
199
Hasil pengujian rata-rata abnormal return pada saat peristiwa secara statistik diperoleh nilai t = -0,322 dengan signifikansi sebesar 0,748. Nilai signifikan t yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pada taraf 5% tidak terdapat ratarata abnormal return pada saat terjadinya peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Maka Ho diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha2) yang artinya bahwa tidak terdapat rata-rata abnormal return pada saat terjadinya peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. nilai rata-rata abnormal return adalah – 0 028 5237 atau ≠ 0. Artinya terjadi reaksi pasar walaupun secara statistik tidak signifikan. Hal ini mengimplikasikan bahwa pasar modal Indonesia sudah efisien dalam bentuk setengah kuat, dengan kata lain informasi tentang pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II sudah tersebar dalam harga saham yang dapat diakses oleh semua pelaku pasar sehingga tidak ada seorang investor pun yang dapat menggunakan informasi tentang pengumuman paket kebijakan ekonomi jiid II. Rata-rata abnormal return pada selama 3 hari setelah terjadinya pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II adalah sebesar 0,05514841. Hasil pengujian rata-rata abnormal return secara statistik diperoleh nilai t = 0,652 dengan signifikansi sebesar 0,516. Nilai signifikan t yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pada taraf 5% tidak terdapat rata-rata abnormal return pada saat setelah terjadinya peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. maka Ho diterima dan hipotesis alternatif (Ha3) ditolak yang artinya bahwa tidak terdapat rata-rata abnormal return pada periode setelah pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Hal tersebut menunjukkan reaksi pasar yang cepat dan tidak berlarut-larut. Rata-rata abnormal return yang terjadi di pasar langsung diserap dengan cepat oleh investor. Untuk pengujian hipotesis 4 dan hipotesis 5, dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test. Dengan dasar pengambilan keputusan hipotesis akan diterima apabila t hitung > t tabel atau signifikansi < α (α 5%). amun apabila t hitung < t tabel atau signifikansi > α (α 5%) maka hipotesis ditolak. Hasil pengujian terlihat pada table berikut.
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
200
Tabel.3 Hasil Pengujian Paired Sample T-Test Paired Differences
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1
Pair 1
(AAR_seb elum) (AAR_sete lah) (ATVA_se belum) (ATVA_se telah)
Sig.
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
T
df
(2tail ed)
0.090
1.225
0.115
-0.137
0.318
0.785
112
0.434
0.091
0.827
0.0913
-0.090
0.272
0.996
81
0.322
Tabel 3 menunjukkan bahwa secara statistik t-value rata-rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa adalah 0,785 dengan nilai signifikansi 0,434. Oleh karena nilai signifikansi > 0,05 (0,434 > 0,05), hal ini berarti pada tingkat keyakinan 95 % (α 0 05) secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebelum dan setelah pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Maka Ha4 yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebelum dan setelah pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II ditolak dan menerima Ho4 bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebelum dan setelah pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Tabel 3 menunjukkan bahwa t-value adalah 0,996 dengan nilai signifikansi 0,322. Oleh karena nilai signifikansi > 0,05 (0,322 > 0,05), pada tingkat keyakinan 95 % (α
0 05) secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata TVA yang signifikan
sebelum dan setelah peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II. Maka Ha5 yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid II ditolak.
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
201
PENUTUP Tidak semua peristiwa memiliki kandungan informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal. Hal ini mengakibatkan investor harus cermat dalam menganalisis informasi yang relevan untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal. Investor harus lebih peka terhadap peristiwa yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi aktivitas pasar modal. Pada kondisi pasar modal yang sudah efisien bentuk setengah kuat, strategi investasi yang disarankan untuk investor menurut Levy (2002: 467) adalah membentuk portofolio di pasar modal. Karena berdasarkan pasar efisien bentuk semi kuat, informasi publik yang tersedia tidak dapat digunakan untuk memprediksi apakah saham atau obligasi akan lebih baik di masa depan. Karena pada pasar efisien, tingkat keuntungan dan resiko adalah sama. Begitupun menurut Izzati (2014) sebaiknya investor dapat memilih strategi investasi dengan pembentukan portfolio saham.
REFERENSI Craig, MacKinley A. 1997. Event Studies in Economics and Finance. Journal of Economic Literature, Vol. XXXV,13-39 Fama, E. F. 1970. Efficient Market: A Review Of Theory and Empirical Work. Journal of Finance. Vol. 25 (2), 383-417 Jogiyanto, Hartono (2009) Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE _____________(2010) Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa. Yogyakarta: BPFE Izzati, Fitri (2014) Analisis Reaksi Pasar Terhadap Keputusan Merger pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Keane, S (1986) The Efficient Capital Market Hypothesis on Trial. Financial Analyst Journal, h 19-34 Sekaran, Uma (2008) Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Tandelilin, Eduardus (2001) Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
JIM-EKM. 01(2):188-202 (2017)
202
Yusuf Sri Dewi, Atim Djazuli & H.M Harry Susanto (2009) Analisis Reaksi Investor terhadap Pengumuman Right Issue di Bursa Efek Jakarta (Studi Pengamatan pada Return, Abnormal Return, Aktivitas Volume Perdagangan, dan Bid-Ask Spread Saham). Wacana. Vol. 12 (4) Oktober, 792-814 Ziobrowski Alan J., James W Boyd, Ping Cheng, & Brigitte J. Ziobrowski (2011) Abnormal Returns From the Common Stock Investments of Members of the U.S. House of Representatives. Journal Business and Politics. Vol. 13 (1)