RASIO KEUANGAN, KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA PADA PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010 – 2014 Nurul Azmi Juni Sasmiharti
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan menguji secara empiris variabel CAR, NPL, NPM, BOPO, dan LDR terhadap kinerja keuangan yang di proyeksikan dengan ROA pada bank umum swasta nasional devisa selama periode 2010 – 2014. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria yang ditentukan (1) Bank terdaftar sebagai Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010 2014 (2) Bank menerbitkan laporan keuangan selama lima tahun berturut - turut, yaitu tahun 2010 - 2014 (3) Laporan keuangan harus memiliki tahun buku yang berakhir 31 Desember dan telah diaudit (4) Memiliki data - data yang lengkap selama Periode 2010 – 2014. Jumlah sampel yang terpilih yaitu 5 Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji asumsi klasik, uji regresi linear berganda dan uji hipotesis yang meliputi uji Goodness of Fit, uji T- test dan uji koefisien determinasi.. Penelitian ini menggunakan variabel independen rasio CAR, NPL, NPM, BOPO, dan LDR serta untuk variabel dependen menggunakan rasio ROA. Penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan variabel independen CAR, NPL, NPM, BOPO dan LDR berpengaruh terhadap ROA sebesar 74,3% yang dilihat dari nilai Adjusted R square, sedangkan 25,7 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Kata Kunci: ROA (Return on Asset), CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), NPM (Net Profit Margin), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
I. PENDUHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan penting dalam perkembangan ekonomi yang semakin meningkat. Bank merupakan lembaga intermediasi yang memiliki dua fungsi yaitu funding dan lending. Agar dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi bank membutuhkan kepercayaan dari masyarakat. Kinerja bank dapat dikatakan baik apabila bank dapat menjaga dan memelihara kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank. Nasabah merupakan salah satu pihak penting yang harus
mengetahui kinerja dari suatu bank. Sebelum calon nasabah menanamkan modalnya, calon nasabah perlu untuk mengetahui, mempelajari dan memahami apakah kinerja bank tersebut baik atau buruk. Apabila kinerja bank baik tentunya calon nasabah akan merasa terjamin untuk menyimpan dana yang mereka miliki dan sebaliknya apabila kinerja bank tidak baik maka calon nasabah pun akan menjadi ragu untuk menyimpan dananya. Bank dalam menjalankan fungsinya yaitu sebagai penghimpun dan pengelola dana dari masyarakat perlu untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya. Penilaian kerja bank dibutuhkan karena dengan penilaian
kinerja dapat menjadikan salah satu dasar terhadap penilaian kinerja bank. Penilaian kinerja perbankan biasanya menggunakan berbagai rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank serta berpengaruh juga terhadap kinerja dan tingkat kesehatan bank, Luciana dan Winny (2005). Bank dapat dikatakan dan dikatagorikan sehat apabila bank tersebut dapat memenuhi ketentuan yang sudah ditetapkan oleh peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral. Dalam penelitian ini, bank yang akan diteliti adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia. Beberapa Bank yang termasuk kedalam Bank Umum Swasta Nasional Devisa menurut sub sektor perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia yaitu Bank Central Asia Tbk, Bank Artha Graha Internasional Tbk, Bank CIMB Niaga Tbk, Bank Danamon Tbk, dan Bank Permata Tbk. Profitabilitas merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank. Semakin tinggi profitabilitas bank, maka bank semakin dikatakan baik kinerjanya. Namun apabila profitabilitas bank rendah, maka bank dikatakan tidak baik dalam kinerjanya. Rasio dari profitabilitas yang biasanya digunakan dalam pegukuran kinerja perusahaan yaitu Return on Asset (ROA). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earnings dalam operasi perusahaan (Mawardi, 2005). Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:51). Berdasarkan paparan tersebut dapat disadari bahwa kesehatan perbankan memiliki peranan yang
penting dalam pembentukan kepercayaan di dunia perbankan dan untuk antisipasi akan kejadian yang tidak terduga. Bank Indonesia dalam hal ini menetapkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dan peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 yang mengatur tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Analisa rasio CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan menilai faktor - faktor penilaian tingkat kesehatan bank Kasmir (1999:52). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Apakah Modal atau CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh terhadap kinerja Bank? 2. Apakah NPL (Non Perfoming Loan) berpengaruh terhadap kinerja Bank? 3. Apakah NPM (Net Profit Margin) berpengaruh terhadap kinerja Bank? 4. Apakah BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh terhadap kinerja Bank? 5. Apakah LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh terhadap kinerja Bank?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji secara empiris: 1. Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap kinerja Bank. 2. Pengaruh NPL (Non Perfoming Loan) terhadap kinerja Bank. 3. Pengaruh NPM (Net Profit Margin) terhadap kinerja Bank. 4. Pengaruh BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap kinerja Bank. 5. Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap kinerja Bank. II. LANDASAN TEORI 2.1. Perbankan Bank merupakan lembaga intermediasi yang menjalankan fungsinya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam berbagai pilihan investasi. Berdasarkan Undang - Undang RI nomor 10 (tentang perbankan) Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, yang dimaksud dengan bank menurut Dendawijaya (2009:14) “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utama nya sebagai perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan” . Sedangkan menurut PSAK 31 pengertian bank yaitu “Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana atau kekurangan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Selain itu menurut Kasmir (2008) berpendapat bahwa bank merupakan
lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa - jasa bank lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu bank adalah usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund), dan memberikan jasa - jasa bank lainnya untuk mendapatkan laba serta membantu guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.2. Produk Perbankan Selain berfungsi menghimpun dana dan menyalurkan dana kembali, perbankan melakukan kegiatan lainnya yaitu dalam jenis jasa-jasa. Jasa yang ditawarkan guna mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan dan menyalurkan dana baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun yang tidak berhubungan secara langsung. Beberapa jasa yang diberikan oleh bank antara lain, kiriman uang (transfer), kliring, inkaso, safe deposit box, kartu kredit dan sebagainya. Beberapa produk perbankan yang lain adalah bank garansi, letter of credit, Selain itu juga menerima setoran dari berbagai pihak. Bank juga melayani berbagai macam pembayaran yang akan dilakukan oleh masyarakat. 2.3. Ketentuan Modal Minimum Menurut Dendawijaya (2003) modal umum bank dibagi menjadi dua yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti meliputi modal disetor, agio saham, dan laba yang ditahan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah
pajak dan pinjaman yang sifatnya tidak dapat disamakan dengan modal. Bank Indonesia telah menetapkan bahwa setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah presentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan menurut BIS (Bank for International Settlements). Berdasarkan ketetapan tersebut maka CAR minimum bagi bank - bank umum di Indonesia sebesar 8%. Untuk melakukan perhitungan pada penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (Capital Adequacy Ratio) didasari oleh rasio atau dengan membandingkan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada masing - masing aktiva diberikan bobot risiko yang ada pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan oleh penggolongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminan.
pengembalian dari aset perusahaan (Widyanto, 1993 dalam Ghozali, 2002). Berdasarkan teori tersebut, ROA merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan mengelola seluruh aset setelah disesuaikan dengan biaya yang digunakan untuk mendapat aset tersebut.
2.4. Kinerja Keuangan Bank
Modal (capital) adalah perbandingan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Dalam pemenuhan kebutuhan dana, dapat diperoleh dari sumber modal sendiri, seperti dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Pada aspek penilaian ini yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (Martono, 2007).
Menurut Zarkasyi (2008) mengatakan bahwa “kinerja keuangan merupakan suatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan”. Kinerja perusahaan dapat dijadikan cerminan atas kemampuan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya. Tujuan lainnya dari penilaian kinerja yaitu sebagai motivasi untuk karyawan guna mencapai sasaran organisasi dan disiplin dalam mematuhi perilaku yang telah ditetapkan agar mendapatkan hasil yang diharapkan. Untuk mengukur kinerja dapat diukur menggunakan rasio ROA (Return on Asset). ROA merupakan rasio antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan, atau seberapa besar tingkat ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
2.5. Rasio Keuangan Bank Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 25/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang mengatur tentang Sistem Penilaian tingkat Kesehatan Bank Umum, untuk melaksanakan fungsi Prudential Banking (Prinsip Kehati hatian) maka perbankan perlu melakukan metode penilaian tingkat kesehatan bank yang disebut dengan metode CAMEL (modal, harta, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas). a. Modal
CAR
Modal Sendiri x100% ATMR
Keterangan:
Modal Sendiri: Modal Inti dan Modal Pelengkap setelah dikurangi penyertaan. ATMR: Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
adalah NPM (Net Profit Margin). Rasio NPM dapat dihitung menggunakan rumus:
NPM
b. Aktiva Aktiva diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL). NPL merupakan rasio kredit yang membandingkan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Credit Risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat Masyudi (2006). Semakin tinggi rasio NPL (Non Performing Loan) akan menunjukkan semakin buruknya kualitas kredit bank yang akan menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin meningkat dan menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah yang semakin besar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004):
NPL
Kredit Bermasalah x100% Total Kredit
c. Manajemen Penilaian terhadap aspek manajemen mencakup penilaian terhadap Manajemen umum dan resiko. 1. Manajemen umum dapat digunakan untuk melihat apakah bank telah melakukan praktek Good Corporate Governance atau belum. 2. Penerapan Sistem Manajemen Risiko. Penerapan sistem manajemen risiko dapat digunakan untuk menilai kecukupan sistem manajemen risiko dalam rangka pengendalian terhadap risiko - risiko yang dihadapi oleh bank. Adapun proksi yang digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan
Laba Bersih x100% Pendapa tan Operasional
Semakin besar rasio NPM (Net Profit Margin) yang diperoleh suatu perbankan akan menunjukkan semakin baik kinerja bank dalam mencapai target.
d. Rentabilitas Rentabilitas adalah penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas asset yang dimiliki perusahaan dengan menggunakan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menegendalikan biaya operasional terhadap pendapatan nasional. Semakin kecil BOPO menunjukkan efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Menurut Martono (2007), pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang ingin dicapai. Rasio BOPO dapat dihitung menggunakan rumus: BOPO
Beban Operasional x100% Pendapa tan Operasional
e. Likuiditas Liquidity merupakan seberapa besar kemampuan bank untuk membayar semua hutang - hutang yang disimpan dalam tabungan, giro, dan deposito. Rasio yang digunakan dalam aspek likuiditas yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio). Menurut Rivai (2006), LDR menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali dana yang ditarik dari masyarakat dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai likuiditasnya. LDR yang tinggi (diatas 110%) menunjukkan likuiditas bank kurang baik karena jumlah dana pihak ketiga tidak mampu menutup kredit yang diberikan. Sedangkan LDR yang rendah menunjukkan fungsi intermediasi yang kurang maksimal dimana kredit yang diberikan jauh dibawah dana pihak ketiga yang dihimpun. LDR digunakan untuk menilai suatu bank dengan cara membandingkan seluruh penempatan dan seluruh dana yang berhasil dihimpun ditambah dengan modal sendiri, semakin tinggi rasio LDR semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit pada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito dan kewajiban jangka pendek lainnya. Rasio LDR dapat dihitung menggunakan rumus: LDR
Total Kredit x100% Dana Pihak Ketiga
2.6. Penelitian Terdahulu Bambang dan Jati (2010) dalam penelitiannya tentang “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR, Dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di BEI” mengatakan bahwa Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). BOPO (Biaya operasional terhadap Pendapatan Opersional) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja bank (ROA).
Budiawati (2011), dalam penelitiannya tentang “Analisis Rasio Keuangan CAMEL Pada Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia Periode 2004 - 2007”, mengatakan bahwa dari 12 rasio yang digunakan hanya lima rasio yang berpengaruh secara signifikan mendeteksi ketidak pailitan yaitu, PPAP, ROE, NIM, BOPO, dan LDR dan yang lainnya berpengaruh secara tidak signifikan. Dan rasio NIM merupakan rasio yang paling berpengaruh dalam memprediksi pailit atau tidaknya suatu bank. Edward Gagah (2009), dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Size, dan BOPO Terhadap Profitabilitas dengan Studi Perbandingan Pada Bank Domestik dan Bank Asing Periode Januari 2003 - 2007”, mengatakan bahwa CAR berpengaruh secara signifikan dan positif pada ROA Bank Domestik serta berpengaruh secara tidak signifikan dan positif terhadap ROA bank asing. LDR berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROA Bank Domestik serta berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap ROA Bank Asing. Size berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap ROA Bank Domestik serta berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ROA Bank Asing. BOPO berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap profitabilitas Bank Domestik dan Bank Asing. Berdasarkan hasil Uji Chow Test menunjukkan ada perbedaan secara signifikan antara Bank Domestik dan Bank Asing dalam pengaruh CAR, LDR, Size, dan BOPO terhadap ROA. Sukarnoet al. (2004) dalam Kartika dan Muhamad (2006), dalam penelitiannya tentang “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”, menyatakan bahwa kondisi NPL (Non Performing Loan) yang tinggi akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya yang lain, sehingga
berpotensi untuk menimbulkan kerugian pada bank, atau dengan kata lain NPL (Non Performing Loan) menurunkan profitabilitas bank. Hal ini menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. III. METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Data Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu dengan memilih sampel dengan kriteria sebagai berikut: 1. Bank terdaftar sebagai Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010 2014. 2. Bank menerbitkan laporan keuangan selama lima tahun berturut - turut, yaitu tahun 2010 - 2014. 3. Laporan keuangan harus memiliki tahun buku yang berakhir 31 Desember dan telah diaudit. 4. Memiliki data lengkap selama 20102014. Adapun bank-bank yang memiliki kriteria tersebut ada pada Tabel 1 (lihat hal 8). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. 3.2. Data dan Variabel Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data berasal dari Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2010 – 2014 yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penetian ini variabel independen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. CAR (Capital Adequacy Ratio). Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank secara keseluruhan dalam permodalan
2. dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan. 3. NPM (Net Profit Margin). Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung laba bersih dengan pendapatan operasional. 4. BOPO (Earnings). Earnings merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung beban operasional terhadap pendapatan operasional. 5. LDR (Loan to Deposit Ratio). Loan to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung total kredit dengan dana pihak ketiga. Adapun variabel dependen yang digunakan adalah ROA (Return on Asset) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa pada lima bank yang telah dipilih dalam penelitian. 3.3. Hipotesis Adapun hipotesis atas penelitian ini adalah: H1: Terdapat pengaruh antara Capital terhadap kinerja keuangan pada Bank. H2: Tidak pengaruh antara Assets terhadap kinerja keuangan pada Bank. H3: Terdapat pengaruh antara Manajementerhadap kinerja keuangan pada Bank. H4: Tidak pengaruh antara Earnings terhadap kinerja keuangan pada Bank. H5: Tidak pengaruh antara Likuiditasterhadap kinerja keuangan pada Bank. 3.4. Alat Analisis a. Deskripsi Statistik Deskripsi Statistik digunakan untuk mendeskripsikan variabel terkait dengan
Tabel 1: Sampel Penelitian No. Nama Bank Kode 1 Bank Central Asia BBCA 2 Bank Artha Graha INPC 3 Bank CIMB Niaga BNGA 4 Bank Danamon BDMN 5 Bank Permata BNLI Sumber: Data diolah, 2015 penelitian ini. Sedangkan alat yang digunakan dapat berupa rata - rata, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum. b. Analisis Regresi Analisis regresi merupakan studi untuk mengatahui pengaruh salah satu atau lebih dari variabel independen terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Adapun model persamaan dalam penelitian ini adalah: Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4+ β5x5 + e Di mana: Y = ROA (Return on Asset) α = Konstanta β1, β2, β3, β4, dan β5 = Koefisiensi regresi dari CAR, NPL, NPM, BOPO, dan LDR. x1 = CAR (Capital Adequacy Ratio). x2 = NPL (Non Performing Loan). x3 = NPM (Net Profit Margin). x4 = BOPO (Biaya Operasional terha- dap Pendapatan Operasional). x5 = LDR (Loan to Deposit Ratio) e = Error 3.5. Uji Statistik a. Uji Asumsi Klasik Asumsi klasik yang harus terpenuhi dalam model regresi berganda yaitu: 1. Uji normalitas, untuk memastikan bahwa residual terdistribusi normal.
2. Uji multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya multikolinearitas. 3. Uji heteroskadastisitas untuk memastikan tidak adanya heteroskedastisitas. 4. Uji autokorelasi untuk memastikan tidak adanya autokorelasi pada model regresi. Menurut Priyatno (2010) apabila ada satu syarat saja yang tidak terpenuhi maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). b. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan adalah meliputi uji koefisien regresi (uji t), uji ANOVA (uji F), dan Koefisien Determinasi (R2). 1. Uji t pada dasarnya bertujuan untuk menguji pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terkait secara individual (parsial) dalam menerangkan variansi variabel dependen. 2. Uji F statistik berguna untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang digunakan dalam model regresi memiliki pengaruh secara besama - sama (simultan) terhadap variabel terikat. 3. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel terikat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif
Secara umum gambaran data rasio keuangan dan kinerja keuangan bank umum swasta nasional devisa di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 2: Hasil Uji Deskriptif Variabel N Minimum Maksimum ROA 25 0,005 0,030 CAR 25 0,091 1,299 NPL 25 0,721 0,987 NPM 25 0,214 2,675 BOPO 25 0,484 9,267 LDR 25 0,967 1,016 Variabel dependent : ROA Sumber : Data Diolah, 2015
4.2. Uji Asumsi Klasik Secara umum uji asumsi klasik hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov–Smirnov. Angka Asymp. K – S = 0, 191 atau > 0,05. Hal ini berarti bahwa data terdistribus normal 0,191. 2. Hasil uji multikoliniearitas karena nilai VIF dari variabel independent (CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR) memiliki nilai dibawah 10 maka dapat dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. 3. Hasil uji autokoleritasi karena nilai Durbin – Watson 1,297 berada diantara dU (1,03811) dan 4-dU (2,96189), bisa dinyatakan tidak terjadi gejala autokorelasi. 4. Nilai signifikansi t (heteroskedastisitas ) cukup besar, yaitu lebih dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independent (CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR ) tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 4.3. Model Persamaan Regresi Model Persamaan regresi dari model kinerja keuangan bank adalah sebagai berikut: ROA = -0,164 - 0,015 CAR + 0,013 NPL (0,000) (0,431)
Rata – Rata 0,01697 0,56657 0,85065 0,99056 3,02775 0,99376
+ 0,006 NPM – 0,002 BOPO (0,036) (0,002) + 0,180 LDR + e (0,056) Adj. R2 = 74,3% Fstat = 14,765 Sig. = 0,000
4.4. Uji Koefisian Regresi Uji signifikansi koefisien variabel independent (CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR) terhadap variabel ROA dapat dilihat pada angka β dan signifikansi t. Dengan ketentuan nilai signifikansi t < 0,05 maka variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Variabel CAR memiliki koefisien regresi sebesar -0,015 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa arah perubahan CAR dan ROA adalah negatif dan namun pengaruh CAR terhadap ROA adalah signifikan. Variabel NPL memiliki koefisien regresi 0,013 dengan tingkat signifikansi 0,431 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan NPL mengakibatkan perubahan yang searah terhadap ROA. Akan tetapi pengaruhnya tidak signifikan. Variabel NPM memiliki koefisien regresi 0,006 dengan signifikansi 0,030
<0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perubahan variabel NPM mengakibatkan perubahan yang searah terhadap ROA dan pengaruhnya sangat signifikan. Variabel BOPO koefisien regresinya -0,002 dan tingkat signifikansi 0,002 < 0,05. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa perubahan BOPO terhadap ROA arahnya berkebalikan (negatif) dan berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Variabel LDR memiliki koefisien regresi 1,180 dengan signifikansi 0,056 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel LDR perubahan searah terhadap ROA dan pengaruhnya tidak signifikan. 4.5. Uji ANOVA Berdasarkan hasil uji F (ANOVA) terlihat nilai signifikansi F 0,000 < 0,05. Hal ini menjelaskan bahwa variabel independent (CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent ( ROA ).
4.6. Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan hasik uji R2 yang dinyatakan dalam tabel 4.4, dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0,743. Dengan hasil ini dapat diketahui bahwa variable independent (CAR, NPL, NPM, BOPO, dan LDR) mampu menjelaskan variabel dependent ( ROA ) sebesar 74,3 %. Sedangkan 25,7% sisanya adalah dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 4.7. Analisa Kinerja Bank Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa secara simultan variabel independent (CAR, NPL, NPM, BOPO, LDR) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (ROA). Sedangkan secara parsial hanya variabel CAR, NPM, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan
variabel NPL dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil pengujian pengaruh NPL terhadap ROA tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi (2004). Hasil ini mengimplikasikan bahwa Semakin tinggi rasio NPL akan menunjukkan semakin buruknya kualitas kredit bank yang akan menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin meningkat dan menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah yang semakin besar. Variabel NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pengujian dimana nilai β 0,006 dan nilai Sig. T sebesar 0,030 < 0,05. Hasil pengujian ini mendapat dukungan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hesti Budiawati (2011). Hasil ini mengimplikasikan bahwa semakin besar rasio NPM akan menunjukkan semakin baik kinerja bank sehingga kinerja bank ROA naik. Variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pengujian dimana nilai β -0,002 dan nilai Sig. T sebesar 0,002 < 0,05. Hasil pengujian ini mendapat dukungan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambang dan Jati (2010). Hasil ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, maka akan menurunkan pendapatan operasional bank, sehingga kinerja bank (ROA) turun. Variabel ukuran perusahaan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil pengujian dimana nilai β 0,180 dan nilai Sig. T sebesar 0,056 > 0,05. Hasil pengujian ini mendukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambang dan Jati (2010). Hasil ini mengimplikasikan bahwa pengaruh loan deposit ratio LDR terhadap kinerja bank ROA sangat kecil sehingga secara statistik tidak signifikan pada level signifikansi kurang dari 5%.
V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. CAR, NPM, dan BOPO memiliki pengaruh dan peran yang penting dalam meningkatkan kinerja bank. 2. NPL bank secara umum tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja bank. Hal ini menunjukan NPL perbankan tidak mengganggu kinerja bank. 3. Perubahan LDR memang searah dengan kinerja keuangan bank. Tetapi pengaruhnya tidak signifikan.
5.2. Saran Adapun saran yang bisa diberikan berdasarkan temuan penlitian ini adalah: 1. Rasio keuangan CAR, NPM, dan BOPO bank perlu terus dijaga peranya karena memiliki pengaruh dan peran yang penting dalam meningkatkan kinerja bank. 2. Masing-masing perlu menjaga tingkat NPL agar kinerja bank bisa terus membaik. DAFTAR PUSTAKA Budisantoso, & Sigit. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Dendawijaya, L. (2009). Manajemen Perbankan . Jakarta: Ghalia Indonesia. Hasibuan, M. (2005). Dasar - Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada . Kuncoro, M., & Suhardjono. (Edisi Pertama 2002). Manajemen Perbankan : Teori dan Aplikasi. Jogjakarta.
Martono, & Harjito, D. A. (2007). Manajemen Keuangan . Jogjakarta: Ekonisia. Masyud, A. (2006). Manajemen Risiko, Strategi Perbankan Dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Munawir. (2002). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Sawitri, P., & Hartanto, E. (2007). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Universitas Gunadarma. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Budiawati, Hesti. (2011). Analisis Rasio Keuangan CAMEL Pada Bank Umum Swasta Nasional Di Indonesia Periode 2004 - 2007. Jurnal WIGA , vOL. 2 No.2 September, ISSN No. 2088 - 0944. Ghozali, I., & Irwansyah. (2002). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA, dan ROA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ. Jurnal Penelitian Akuntansi - Bisnis Dan Manajemen, Vol. 9, No.1, April p. 18 - 33. Purnamadewi, F. I. (2011). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Swasta Nasional dan Bank Asing Di Indonesia Periode 2004 - 2008. Putri, M. E. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September. Bambang dan Jati (2010). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR, dan LDR, Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di BEI Periode 2005 - 2008 . Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan , Vol.2
No.2 Mei, ISSN No. 1979 - 4878 Hal :125 - 137. Sukarno, K. W., & Syaichu, M. (2006). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum Di Indonesia . Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi , Vol.3 No.2 Juli. Gagah, T. Edward. (2009). Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), SIZE, BOPO Terhadap Profitabilitas. Jurnal Unimus, Vol. 6 No.1. Zarkasyi, M. W. (2008). Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta.