perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RANCANGAN USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA (Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta)
Skripsi
MIFTAHUDIN I1306054
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Miftahudin. NIM : I1306054. RANCANGAN USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA (Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta). Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Januari 2011.
Pada aktivitas pengangkatan dan penurunan barang yang dilakukan operator dapat menyebabkan penyakit ataupun cedera tulang belakang terlebih jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan benar. Penelitian dilakukan di Depo Makmur dalam aktivitas Manual Material Handling (MMH) pada aktivitas penurunan pasir. Penurunan pasir diawali dengan cara menyerok dan mengangkat, kemudian pasir tersebut dilempar kebawah secara terus menerus dengan kapasitas beban ± 2 kg. Postur kerja selama proses penurunan pasir merupakan postur kerja yang berpotensi menyebabkan munculnya keluhan otot di beberapa bagian tubuh operator. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map operator, diketahui keluhan tersebut terjadi di bagian leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %. Penelitian diawali dengan identifikasi keluhan dan harapan operator melalui wawancara yang kemudian diinterpretasikan menjadi kebutuhan operator. Setelah itu, dilakukan pengambilan gambar postur kerja operator, pengukuran dan perhitungan sudut operator berdasar metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Tahapan berikutnya yaitu pengukuran denyut nadi operator sebelum dan sesudah melakukan aktivitas penurunan pasir. Hasil penelitian ini adalah menghasilkan postur kerja yang memiliki level resiko kerja lebih rendah berdasarkan REBA, tingkat konsumsi energi lebih rendah dari kondisi awal berdasarkan metode energi expenditure dan energi cost dan rekomendasi waktu istirahat operator (work rest cycle). Rancangan usulan perbaikan ini dapat memperbaiki postur kerja operator sekaligus meningkatkan produktivitas kerja operator. Kata kunci: usulan perbaikan aktivitas penurunan pasir, REBA, work rest cycle, produktivitas xvii + 93 halaman; 36 gambar; 43 tabel; 6 lampiran Daftar Pustaka: 16 (1977-2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Miftahudin. NIM : I1306054. IMPROVEMENT PROPOSED DESIGN OF SAND DROPPING ACTIVITY IN THE DEPO PASIR MAKMUR USING APPROACH WORK POSTURE AND WORK PHYSIOLOGY ASSESSMENT (Case Study: Depo Pasir Makmur, Surakarta). Thesis. Surakarta : Industrial Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University, Januari 2011.
On lifting and dropping goods activity that made by the operator can cause disease or spinal cord injury, especially when the job is not done correctly. The study was conducted on Depo Pasir Makmur in Manual Material Handling (MMH) when the operator lifting and dropping the sand. Dropping the sand begins with pick up the sand and lift, then the sand was thrown down continuously with load capacity of ± 2 kg. Working posture during the process of drop the sand is working postures which could potentially lead to the emergence of muscle complaints in some parts of the body. Based on the results of the Nordic Body Map questionnaire of the operator, known that the complaint occurred in the neck of the top 90%, internal organs behind their backs and hips by 60%, on the shoulder, right wrist and waist backward by 50%. The study begins with the identification of complaints and expectations of the operator through the interviews and then interpreted into the needs of the operator. Furthermore, taken the picture of operator work posture, angle measurement and calculation methods based operator Reba (Rapid Entire Body Assessment). The next phase is pulse measurement of the operators before and after dropping sand activity. The results of this study produce a working posture which a lower job risk levels based on the Reba, energy consumption level is lower than the initial conditions based on the method of energy expenditure and energy costs and service breaks recommendation (work rest cycle). The prposed design of this improvement can correct the working posture and increase work productivity. Key words: improvement proposed design of sand dropping activity, REBA, work rest cycle, productivity xvii + 93 pages; 36 pictures; 43 tables; 6 apendix Bibliography: 16 (1977-2008)
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah, dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian. 1.1
LATAR BELAKANG Pada aktivitas pengangkatan dan penurunan barang yang dilakukan
pekerja dapat menyebabkan penyakit ataupun cedera tulang belakang terlebih jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan benar. Menurut Tarwaka (2004), jika resiko tuntutan tugas lebih besar dari kemampuan seseorang, akan terjadi ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit atau tidak produktif. Kecenderungan resiko tugas lebih besar dari kemampuan seseorang, terjadi pada operator pasir di Depo Makmur dalam aktivitas Manual Material Handling (MMH) pada aktivitas penurunan pasir. Aktivitas ini menggunakan sekop yang tangkainya pendek sehingga postur kerja operator terlalu membungkuk dan kedua kaki menekuk. Penurunan pasir diawali dengan cara menyerok dan mengangkat, kemudian pasir tersebut dilempar kebawah secara terus menerus dengan kapasitas beban ± 2 kg. Apabila aktivitas tersebut dilakukan secara berulang-ulang, resiko kerja terjadi pada bagian punggung. Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh sehingga otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. (Bridger, 1995) Hasil penyebaran kuesioner dengan menunjukkan Nordic Body Map kepada sepuluh operator pasir di Depo Makmur Surakarta, diperoleh hasil tingkat keluhan terjadi pada organ tubuh leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %. Selain beban pekerjaan yang cukup besar, postur tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan konsumsi commit to user
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
energi. Dengan demikian hasil pengukuran ini dapat memperkuat dugaan bahwa terjadi resiko tugas yang besar pada aktivitas penurunan pasir sekaligus, dapat dijadikan dasar perlunya perbaikan postur kerja operator pasir di Depo Makmur Surakarta. Dalam aktivitas penurunan pasir akan mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, berdasar perubahan konsumsi oksigen, denyut jantung, peredaran udara dalam paru-paru, temperatur tubuh, konsentrasi asam laktat dalam darah, komposisi kimia dalam darah dan air seni, tingkat penguapan, dan faktor lainnya. Aktivitas penurunan pasir mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara langsung yaitu mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) berdasar asupan oksigen selama bekerja dan tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. (Astrand dan Rodahl, 1977) dan (Rodahl, 1989) Untuk memperbaiki postur dan metode kerja operator pasir dalam aktivitas penurunan pasir dilakukan dengan pengambilan gambar postur kerja operator, kemudian dilakukan pengukuran dan perhitungan sudut operator berdasar metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) karena metode ini dapat digunakan untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan operator pasir (McAtamney dan Hignett, 2000), selanjutnya akan dievaluasi dengan perhitungan energi expenditure dan energi cost dengan mengukur denyut jantung operator pasir. Perhitungan energi expenditure dan energi cost pada operator pasir digunakan karena saat tubuh operator melakukan aktivitas kerja fisik akan terjadi perubahan denyut jantung dan konsumsi oksigen sehingga dapat diketahui tingkat kelelahan kerja dan konsumsi energi yang dibutuhkan saat beraktivitas dengan cara membandingkan denyut jantung sebelum beraktivitas dan setelah beraktivitas. Berdasar permasalahan yang ada di atas, perlu adanya perbaikan pada aktivitas penurunan pasir baik dari segi postur kerja maupun metode kerja operator dengan menggunakan metode REBA, perhitungan energi expenditure, dan energi cost dengan pendekatan fisiologi kerja. Hal ini sebagai upaya untuk commit to user mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh operator pasir selama proses
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penurunan pasir dan mengurangi tingkat konsumsi energi sesuai dengan harapan mereka. 1.2
PERUMUSAN MASALAH Bagaimana memperbaiki postur dan metode kerja berdasarkan metode
REBA, perhitungan energy expenditure dan energy cost berdasarkan pendekatan fisiologi kerja pada pekerjaan penurunan pasir di Depo Makmur Surakarta. 1.3
TUJUAN PENELITIAN Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian dan
penulisan laporan ini adalah: 1. Merancang perbaikan postur kerja berdasarkan REBA pada aktivitas penurunan pasir di Depo Makmur Surakarta. 2. Melakukan assessment metode kerja berdasarkan analisis energy cost dan energy expenditure pada aktivitas penurunan pasir di Depo Makmur, Surakarta. 1.4
MANFAAT PENELITIAN Menghasilkan postur kerja operator dengan tingkat konsumsi energi yang
lebih rendah dibandingkan konsumsi energi sebelumnya pada aktivitas penurunan pasir yang ada di Depo Makmur, Surakarta dengan pendekatan REBA. 1.5
BATASAN MASALAH Agar dalam menyelesaikan masalah tidak menyimpang dari tujuan dan
menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti, maka penulis memberi batasan masalah sebagai berikut : 1. Ditujukan pada pekerjaan Manual Material Handling (MMH), pada aktivitas penurunan pasir dari truk di Depo Makmur, Surakarta. 2. Pekerja yang diukur adalah 10 pekerja laki-laki yang terlibat langsung dalam aktivitas penurunan pasir. 3. Energy cost dan energy expenditure diukur berdasarkan denyut nadi menggunakan omron meter. commit to user
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
I.6.
digilib.uns.ac.id
ASUMSI Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Kondisi psikologis semua pekerja buruh pasir dalam keadaan normal dan sehat saat dilakukan penelitian. 2. Lingkungan tempat bekerja tidak berpengaruh terhadap fisiologi pekerja. 3. Operator yang bekerja sudah terlatih dan sudah terbiasa. I.7.
SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti dijelaskan, di bawah ini. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan permasalahan serta perumusan masalah yang melatar belakangi penulisan ini. Selain itu, diungkapkan pula tujuan penelitian, manfaat, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI Merupakan pembahasan secara terperinci mengenai metode maupun teori-teori
yang
digunakan
sebagai
landasan
untuk pemecahan
masalah. Beberapa di antaranya adalah penjelasan mengenai sistem kerja, pengertian pemindahan Manual
Material
Handling (MMH),
keluhan Musculoskeletal, REBA, Fisiologi, dan lain-lain. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang garis besar langkah– langkah pemecahan masalah yang
ditetapkan
dalam
penelitian.
disesuaikan dengan masalah
Bentuk
metodologi penelitian
yang diteliti dan teknik pemecahan
masalah yang digunakan.
commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan yang selanjutnya
akan
diproses
melalui
pengolahan
data
untuk
menyelesaikan masalah penelitian. Adapun data-data pokok yang dikumpulkan antara lain: data sikap kerja pekerja Manual Material Handling (MMH), energy expenditure, dan lain-lain. BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL Berisi tentang analisis hasil pengolahan data dan perancangan metode kerja yang didapat dari rekomendasi perbaikan sikap kerja menggunakan pendekatan energy expenditure (fisiologi kerja) dan postur kerja. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan berisi pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan serta mengemukakan saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pekerja.
commit to user
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN ERGONOMI Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain (Nurmianto, 1996). Perhatian ergonomi ditujukan pada kemampuan dan kesanggupan kerja tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya (Vaughan, 1980), untuk itu Ergonomi perlu dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti fisiologi, anatomi, biologi,
psikologi, dan
kemasyarakatan (sosiologi). Terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi-disipliner. Ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multi-disipliner berhubungan dengan aspek manusia yang sedang bekerja. Perkembangan dan prakteknya bertujuan untuk : 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu produktif maupun setelah tidak produktif. 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi di bidang industri. Inputnya dapat berupa kondisi manusia yang tidak aman dalam bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan adanya hubungan manusia-mesin yang tidak ergonomis. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan keselamatan kerja mulai committerganggu. to user Kelelahan dan keluhan pekerja
II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada musculoskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1.
Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
2.
Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Ada
beberapa
aspek
dari pendekatan
ergonomi
yang
harus
dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan ergonomi, antara lain : 1. Sikap dan Posisi Kerja Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja, baik duduk ataupun berdiri merupakan suatu hal yang sangat penting. Adanya sikap atau posisi kerja yang tidak mengenakkan dan berlangsung dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan pekerja cepat mengalami kelelahan serta membuat banyak kesalahan. 2. Kondisi Lingkungan Kerja Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja, terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri manusia (intern) dan faktor dari luar diri manusia (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan yang meliputi semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, getaran mekanis, warna, bau-bauan dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja yang bising, panas, bergetar atau atmosfer yang
tercemar akan memberikan dampak yang negatif terhadap
kinerja operator. 3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja. Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi gerakan dapat commit to user kelelahan kerja. memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi
II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2 PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, membawa, menggenggam,
objek
(Swedish
Nasional
Board of Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk, 2006). Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), Pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 1996). Lifting berarti menaikkan beban dari posisi yang rendah keposisi yang lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan penggunaan gaya harus melebihi / melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah
arah
beban
yang
akan diangkat dan frekuensi
aktivitas
pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang harus diperhatikan untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung (Nurmianto,1996) antara lain: 1. Beban yang harus diangkat. 2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya. 3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya. 4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa menggangu jarak pandangnya. Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. 2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin. commit to user 3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu : 1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering ) Mengangkat (Lifting) adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 2.1 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan (lifting/lowering) Sumber: OSHA, 1999
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik, berkebalikan dengan itu.
Gambar 2.2 Kegiatan Mendorong/Menarik (pushing/pulling) Sumber : OSHA, 1999
3. Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan manual material handling yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu ada dua sisi sementara tubuh bagian bawah berada dalam keadaan tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
commit to user
II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Kegiatan Memutar (twisting) Sumber : OSHA, 1999
4. Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
Gambar 2.4 Kegiatan Membawa (carry) Sumber : OSHA, 1999
5. Menahan (Holding) Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).
Gambar 2.5 Kegiatan Menahan (holding) Sumber : OSHA, 1999
2.2.1
Rekomendasi Batas Beban Yang Boleh Diangkat Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat
maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Amerika commit to user
II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional (Suhardi dkk, 2008). Batasan angkat tersebut, yaitu: 1. Batasan angkat secara legal (legal limitations), a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg. b. Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg. c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat. d. Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg. e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang. Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat. Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika, pada tahun 1997 juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkutan material/benda kerja. Tabel 2.1 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut Batasan Angkat (Kg) Dibawah 16
Tindakan Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan
16 - 34
Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan alat bantu tertentu
34 - 50
Sebaiknya Operator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor
Diatas 50
Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah pengawasan ketat
Sumber : National Occupational Health and Safety Commission, 1997
commit to user
II-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety Commission, 1997 membuat peraturan untuk pemindahan material secara aman. (Suhardi dkk, 2008). Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut Level
Batas Angkat (Kg)
Tindakan
1
Dibawah 16
2
16 - 34
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat
3
34 - 50
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job redesign
4
Diatas 50
Tidak diperlukan tindakan khusus
Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber : National Occupational Health and Safety Commission, 1997
2.
Batasan angkat secara fisiologi, Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injures). Repetitive lifting dapat menyebabkan comulative trauma atau repetitive strain injures.
Gambar 2.6
Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan dari lantai kepada ketinggian commit to user tertentu Sumber : Bernard dan Fine, 1997
II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Batasan angkat secara psiko-fisik, Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda-beda. Ada tiga kategori posisi angkat yang didapat, yaitu: a. Permukaan lantai ke ketinggian tangan ke ketinggian bahu (shoulder height). b. Ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan (vertikal). c. genggaman tangan (knuckle height). 2.2.2
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manual Material Handling Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut
yaitu (Chaffin, 1991) : 1. Karakteristik Pekerja Karakeristik pekerja masing-masig berbeda dan mempengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan (Tarwaka, 2004), mendefinisikan karakteristik pekerja sebagai berikut : a. Fisik (physical), yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin, anthropometri, dan postur tubuh. b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi penglihatan, pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan (vestibular) dan proprioceptive. c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi kekuatan, ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis. d. Psikomotorik, ukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan gerak seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi. e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku, penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll. f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training formal atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH. g. Status kesehatan h. Aktivitas dalam waktu luang. commit to user
II-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Karakteristik karakter material atau bahan, meliputi : a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat, maupun momen inersia benda. b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda baik itu kotak, silinder, dll. c. Distribusi beban, ukuran letak unit dengan reaksi pekerja untuk membawa dengan satu atau dua tangan. d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur, permukaan, atau letak. e. Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi. Aktivitas manual material handling banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah. Penelitian yang dilakukan NIOSH memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan, berkaitan dengan aktivitas menaikkan barang atau lifting loads activity (Bernard dan Fine, 1997). 2.2.3
Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya
gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara la in berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada. 1.
Sikap Kerja Berdiri Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan
saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi. Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki yang sejajar lurus dengan jarakcommit sesuaito tulang user pinggul akan menjaga tubuh
II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah. Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan WMSDs. Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan pembengkakan pergelangan kaki. 2.
Sikap Kerja Duduk Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung
bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.
Gambar 2.7 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar pada saat duduk Sumber : Bridger RS, 1995
Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapa dikurangi dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak 1
/3 sampai ½ lebih banyak daripada posisi berdiri (Bridger, 1995). Sikap kerja
duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar. Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi lumbar yang menekuk. commit to user
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Sikap Kerja Membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan
rasa
sakit
adalah
sikap
kerja
membungkuk.
Posisi
ini
menimbulkan
ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada punggung bagian bawah ( low back pain ).
Gambar 2.8 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk Sumber: Bridger RS, 1995
Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh. Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back pain ). Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar. 4.
Pengangkatan Beban Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam
kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari commitberlebihan to user kecelakaan akibat tekanan secara berkaitan dengan aktivitas
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion (Bernard dan Fine, 1997). Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1. Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan tulang belakang. Bila pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral disc pada bagian L5/S1 pecah.
Gambar 2.9 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah Sumber: Bridger RS, 1995
Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat mengangkat beban adalah : a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba. b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh. c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat commit to user dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jongkok sampai sudut paling nyaman. d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring (bending and twist). e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman. 5.
Membawa Beban Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering
dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa. 4.
Mendorong Beban Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat
mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu. 7.
Menarik Beban Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan
beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban alan mudah tergelincir dan melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak pendek. 2.2.4
Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material
handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH, pada enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan manual material handling yang tidak tepat (Bernard dan Fine, 1997), yaitu: commit to user 1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik dari data medis. 2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat harus diketahui berat serta metode pengangkatan. 3. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling, mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area kerja. 4. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan
penjadwalan
kerja,
mengembangkan
pelatihan
untuk
mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik. 5. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas dengan pengecekan kesehatan. 2.3
NORDIC BODY MAP (NBM) Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk
mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.4, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi.
Gambar 2.10 Nordic Body Map Sumber : Corlett, 1992 commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
2.4
digilib.uns.ac.id
FISIOLOGI KERJA Fisiologi kerja adalah studi tentang fungsi organ manusia yang
dipengaruhi stress otot. Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya otot, dan aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan pekerjaan. Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang terlibat melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (Sanders dkk, 1993). Tabel 2.3 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan energy expenditure
< 0.5 0.5 – 1.0 1.0 – 1.5
Heart Rate (beats/min) <90 90-110 110-130
Energy Expenditure (kcal/min) <2,5 2,5-5,0 5,0-7,5
1.5 – 2.0
130-150
7,5-10,0
> 2.0
150-170
>10,0
VO 2
Work Severity Light Work Moderate Work Heavy Work Very Heavy Work Extremely Heavy Work Sumber: Sanders dkk, 1993
Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja, kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahanlahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. Pengukuran commit terus to userdilakukan selama waktu bekerja
II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal. Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energi expenditure adalah mengukur denyut jantung dengan memakai omronmeter. Kemudian dilakukan penghitungan konsumsi energi (energi expenditure). Pengukuran seperti ini disebut pengukuran langsung. Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan mengukur kecepatan denyut jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot melalui pembuluh darah. Dengan kata lain denyut jantung seperti sinyal yang menunjukkan adanya beban pada tubuh, dan dapat digunakan sebagai indeks untuk mengetahui fisiologi kerja. Pengukuran energi expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. A.
Konsumsi Eergi (Energy Expenditure) Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam
penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat. Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Menurut Marks, Sanders (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: -4
2
Y = 1.80411 – (0.0229038)X + (4.71733 x 10 )X dimana : Y = energi (kilokalori per menit) commit to user
II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut : KE = Et - Ej Dimana : KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit) Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit) Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit) Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi pada saat istirahat. B.
Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost) Menurut Kamalakannan et al (2007) bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost
= Energy Cost (watt)
HR
= Working Heart Rate (bpm)
HT
= Height (inch)
A
= Age (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate (bpm)
G
= Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0.0143 kcal / min Berikut ini adalah tabel (nilai) dari pekerjaan fisik yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi energi, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (E – Cost) berdasarkan penggolongan jenis kelamin pria / wanita. commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.4.1. Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energi. R=
T(B – S) B – 0,3
Dimana : R
: Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T
: Total waktu kerja dalam menit
B
: Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S
: Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)
2.4.2. Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate) Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel (1965) membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik: R=
T (W - S ) W - 1,5
Dimana : R
: Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T
: Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit S
: Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit (biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
commit to user
II-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.11 Rest allowance Sumber : Sanders dkk, 1993
2.5
POSTUR KERJA Postur kerja adalah pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan
pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik. a. Korset bahu Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction, adduction, elevation, depression.
Gambar 2.12 commit Jangkauan gerakan korset bahu to user Sumber: Nurmianto, 2004
II-19
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane).
·
Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).
·
Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)
·
Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah.
b. Persendian bahu Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension,abduction,adduction,rotation.
Gambar 2.13 Jangkauan persendian bahu Sumber: Nurmianto, 2004
·
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
·
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
·
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
·
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
·
Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.
·
Circumduction keseluruhan.
adalah
gerakan
perputaran
commit to user
II-20
lengan
menyamping
secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Persendian siku Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.
Gambar 2.14 Jangkauan gerakan persendian siku Sumber: Nurmianto, 2004
·
Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh.
·
Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
·
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
·
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
d. Persendian pergelangan tangan Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.
Gambar 2.15 Jangkauan pergerakan tangan commit to gerakan user Sumber: Nurmianto, 2004
II-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
·
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
2.6
·
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
·
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
·
Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar.
REBA (Rapid Entire Body Assesment) REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr.Sue
Hignett dan Dr.Lynn McAtamney yang merupakan ergonomi dari universitas di Nottingham (University of Nottinghan’s Institute of Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 2002. Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja atau postur leher,punggung,lengan,pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya
pengurangan
resiko
yang
diakibatkan
postur
kerja
operator
(McAtamney,2000). Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap.commit Tahap to pertama user adalah pengambilan data postur
II-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja. Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur)
pekerja dari leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya. Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masingmasing tabel.
commit to user
II-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh) Pergerakan
S k or
Tegak 0⁰ - 20⁰ Flexion 0⁰ - 20⁰ Extension 20⁰ - 60⁰ Flexion >20⁰ Extension >60⁰ Flexion
Perubahan S k or
1 2
+1 jika memutar atau kesamping
3 4
Sumber : McAtamney dan Hignett, 2000 Pada Tabel 2.4 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada Gambar 2.18 berikut ini.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2.16 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0o– 20o flexion, (c) postur 20o - 60o flexion, (d) postur 60o atau lebih flexion Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5 Skor pergerakan leher Pergerakan
Skor
0 0 - 20 0 Flexion
1
> 20 0 Flexion atau Extension
2
Perubahan skor + 1 jika memutar atau miring kesamping
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.5 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada Gambar 2.19 commit to user berikut ini. II-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(a)
(b)
Gambar 2.17 Range pergerakan leher (a) postur 200 atau lebih flexion, (b) postur extension Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Skor postur kaki Pergerakan
Skor
Perubahan skor
Kaki tertopang ketika berjalan atau duduk dengan bobot seimbang rata - rata
1
1 jika lutut antara 30 0 - 60 0 Flexion
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata
2
2 jika lutut > 60 0 Flexion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.6 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada Gambar 2.20 berikut ini.
(a)
(b)
Gambar 2.18 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.7 di bawah commit to user ini. II-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas
Pergerakan 0 600Extension - 60 Flexsion > 200Extension 200- 45 0Flexion 450- 90 0Flexion > 900Flexion
skor Perubahan skor 1 + 1 jika lengan atas abduction 2 3 4
+ 1 jika pundak atau bahu ditinggikan -1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.7 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada Gambar 2.21 berikut ini.
(a)
(b)
Gambar 2.19 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
(c)
(d)
Gambar 2.20 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion (lanjutan) Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
commit to user
II-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah Pergerakan
Skor
60 0 - 100 0 Flexsion
1
< 60 0 Flexsion atau > 100 0 Flexsion
2
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.8 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.23 berikut ini.
(a)
(b)
Gambar 2.21 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 60 0 - 100 0 flexsion, extension, (b) postur 600 atau kurang flexsion dan 100 0 atau lebih flexio. Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.9 di bawah ini. Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
0°-15° Flexion atau Extension
1
+1 jika pergelangan tangan
> 15° Flexion atau Extension
2
menyimpang atau berputar
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.9 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.24 berikut ini. commit to user
II-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2.22 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur 0-15° flexion maupun extension, (c) postur 15° atau 1ebih flexion, (d) postur 15° atau 1ebih extension. Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan Tabel 2.10 di bawah ini. Tabel 2.10 Tabel A Table A 1
2
3
4
1
Neck 2 2 3
1 2 2 3 4
2 3 4 5 6
3 4 5 6 7
4 5 6 7 8
1 3 4 5 6
2 4 5 6 7
1 Trunk 1 2 3 4 5
Legs
3 5 6 7 8
3 4
1
2
3
4
4 6 7 8 9
3 4 5 6 7
3 5 6 7 8
5 6 7 8 9
6 7 8 9 9
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan Tabel 2.11 di bawah ini.
commit to user
II-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.11 Tabel B Lower Arm Table B Upper Arm Wrist 1 2 3 4 5 6
1
1 2
3
1
2 2
3
1 1 3 4 6 7
2 2 4 5 7 8
3 3 5 5 8 8
1 1 4 5 7 8
2 2 5 6 8 9
3 4 5 7 8 9
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Hasil skor yang diperoleh dari Tabel A dan Tabel B digunakan untuk melihat Tabel C sehingga didapatkan skor dari Tabel C. Tabel 2.12 Tabel C Score A (score
Table C Score B, (table B value + coupling score)
from teble A+load/force score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerja. Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor. Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.13 di bawah ini.
commit to user
II-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.13 Load atau force Load/Force 1 2 5-10kg >10kg
0 <5kg
1 shock or rapid build up
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.14 di bawah ini. Tabel 2.14 Coupling 0 Good Well-fitting handle and a mid-range power grip
Coupling 1 fair 2 Poor hand hold acceptable but not Hand hold not ideal, or coupling is acceptable although acceptable via another part possible of the body
3 Unacepptable Awkward, unsafe grip, no handles;coupling is unaceptable using other parts of the body
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.15 di bawah ini.
+1 +1 +1
Tabel 2.15 Activity Activity 1 more body parts static (held>1 min) repeated>4 per min in small range (not walking) rapid large changes in posture or unstable base
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Setelah didapatkan skor dari Tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari Tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari Tabel C yang ada. Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai to user aktivitas pekerja. Nilai REBA commit tersebut dapat diketahui level resiko pada
II-30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA dapat dilihat pada Gambar 2.25 di bawah ini.
Gambar 2.23 Langkah-langkah perhitungan metode REBA Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini. Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan Action Level 0 1 2 3 4
Skor REBA 1 2–3 4–7 8 – 10 11 - 15
Level Resiko Bisa diabaikan Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
commit to user
II-31
Tindakan perbaikan Tidak perlu Mungkin perlu Perlu Perlu segera Perlu saat ini juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada Tabel 2.16 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi.
commit to user
II-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukan pada flow chart Gambar. 3.1. Mulai
Studi Literatur
Studi Lapangan
Perumusan Masalah Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Wawancara -Aktivitas kerja, Biodata, jam kerja, 2. Data postur kerja 3. Data fisiologi (denyut nadi) 4. Data beban kerja - Waktu penurunan pasir
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Evaluasi kondisi awal 1. Perhitungan postur kerja - Metode REBA 2. Perhitungan fisiologi (beban kerja) - Perhitungan Energy Expenditure -Perhitungan Energy Cost
Usulan perbaikan postur kerja dan metode kerja -Menggunakan sekop panjang -Penjadwalan siklus kerja
Evaluasi hasil perbaikan 1. Perhitungan Fisiologi -Perhitungan Energy Expenditure -Perhitungan Energy Cost
A
commit to user Penelitian Gambar 3.1 Metodologi
III-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (Lanjutan) Langkah-langkah penyelesaian masalah pada flow chart Gambar 3.1, diuraikan sebagai berikut : 3.1
TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH Tahap identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian
ini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi mengenai kondisi umum Manual Material Handling di Depo Makmur selanjutnya melakukan perumusan masalah yang terjadi di Depo Makmur dalam upaya memecahkan masalah dengan menggunakan metode REBA untuk mencapai tujuan penelitian. Identifikasi ini bertujuan untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi konsumsi energi (fisiologi kerja) dalam aktivitas Manual Material Handling terutama bongkar pasir dari truk. 3.1.1 Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang terkait dengan REBA dan fisiologi yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di Depo Makmur, seperti kuisioner Nordic Body Map, postur kerja dan fisiologi (beban kerja), sebagai landasan dalam tahap-tahap penelitian
selanjutnya,
sebagai
kerangka
berpikir
untuk
menyelesaikan
permasalahan yang ada. 3.1.2 Studi Lapangan Tahap ini merupakan observasi langsung di lapangan, yaitu di Depo Makmur. Observasi dilakukan dengan melihat aktivitas Manual Material commit to user Handling dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di Depo Makmur untuk III-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencari penyelesaian mengenai masalah tersebut. Kegiatan untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan cara pengamatan langsung, dokumentasi gambar, wawancara, kuisioner Nordic Body Map, dan pengukuran denyut nadi operator sebelum dan sesudah melakukan aktivitas penurunan pasir. Pengamatan ini bertujuan untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi konsumsi energi (fisiologi kerja) dalam aktivitas Manual Material Handling pada aktivitas penurunan pasir dari truk. 3.1.3 Perumusan Masalah Permasalahan yang terjadi di Depo Makmur yaitu postur kerja operator pada aktivitas penurunan pasir menyebabkan kesalahan postur kerja, tingkat konsumsi energi (fisiologi kerja) yang berlebih pada operator, seperti kelelahan pada bagian punggung, pergelangan tangan, lutut, betis dan leher operator. Berdasarkan permasalahan diatas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana postur kerja operator pada aktivitas penurunan pasir di Depo Makmur berdasarkan REBA. 3.1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah merancang perbaikan postur kerja pada aktivitas penurunan pasir yang dilakukan operator di Depo Makmur Surakarta dengan pendekatan REBA dan merancang perbaikan metode kerja berdasarkan analisis energy cost dan energy expenditure pada aktivitas penurunan pasir di Depo Makmur, Surakarta. 3.1.5 Manfaat Penelitian Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan postur kerja operator dengan tingkat konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan konsumsi energi commit to user
III-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebelumnya pada aktivitas penurunan pasir yang ada di Depo Makmur, Surakarta dengan pendekatan REBA. 3.2
TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian mengenai perbaikan sikap kerja di Depo Makmur Surakarta, sebagai berikut: 3.2.1
Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara menggali informasi kondisi awal
mengenai aktivitas kerja, biodata , aktivitas jam kerja, identitas , dan lama bekerja operator pasir. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin tanggal 23 April 2010 pukul 09.15 WIB. 3.2.2
Data postur kerja Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh
operator pasir Depo Makmur yang terjadi pada aktivitas penyerokan pasir, dan aktivitas menurunkan pasir. Pencatatan data postur kerja tesebut berupa doumentasi foto-foto postur kerja , dan video saat melakukan aktivitas kerja. 3.2.3
Data Fisiologi Pengumpulan data fisiologi tersebut meliputi, nama , umur, penggolongan
jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omron meter. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan mengukur denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan penurunan pasir, agar diketahui selisih antara denyut jantung sebelum dan sesudah penurunan pasir. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain: ·
Tahap pertama Mengukur denyut jantung operator pasir pada saat sebelum dan sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2010 pukul 09.00 s/d 11.00 WIB.
·
Tahap kedua commit to user
III-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mengukur denyut jantung operator angkut pada saat sebelum dan sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Senin tanggal 20 Mei 2010 pukul 09.00 s/d 11.00 WIB. Pengukuran tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, karena diharapkan kondisi operator pasir pada saat dilakukan pengukuran melalui omron meter tidak mengalami gangguan secara psikologis dan mendapatkan nilai pengukuran denyut jantung dengan tepat (valid). 3.2.4
Data Beban Kerja Data beban kerja ini digunakan untuk mengetahui berapa lama operator
melakukan aktivitas menurunkan pasir, yang selanjutnya digunakan untuk menghitung waktu istirahat operator. 3.3
EVALUASI KONDISI AWAL
3.3.1
Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entrie Body
Assessment (REBA) Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari posisi kerja pada operator pasir, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan REBA scorsheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur tubuh dan kategori level tindakan REBA. Proses penilaian dengan metode REBA adalah menterjemahkan sikap kerja dari hasil rekaman sesuai dengan sikap kerja menjadi dua grup yaitu: a. grup A terdiri atas postur tubuh atas dan bawah batang tubuh (trunk), Leher (neck), dan kaki (legs) b. grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan Coupling (kopling). Dengan melihat pada tabel penilaian untuk masing-masing postur, tabel A untuk grup A, dan tabel B untuk grup B. skor A adalah jumlah dari hasil pada tabel A dan skor beban/ kekuatan. Skor B adalah jumlah skor dari tabel B dan skor kopling untuk masing-masing tangan. Skor C dibaca dari tabel C dengan to user memasukkan skor A dan skor B,commit sehingga diperoleh skor REBA dengan jumlah
III-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari skor C dan skor tindakan. Akhirnya diperoleh suatu hasil berupa tingkatan level resiko. Pada metode REBA sikap kerja dinyatakan dengan ukuran sudut, penentuan sudut dilakukan secara manual dengan bantuan busur derajat, spidol dan mika. Proses penilaian metode REBA digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.2. Sistem Penskoran REBA Sumber : McAtamney, 1993
Selain menggunakan penilaian REBA, penentuan kategori sikap kerja dapat dianalisa menggunakan bantuan software REBA. Penggunaan bantuan REBA memudahkan penentuan kategori sikap kerja, dan lebih lengkap dalam menganalisa jika dibandingkan metode manual menggunakan tabel. Data input yang dibutuhkan untuk menganalisa menggunakan REBA adalah data sikap kerja dan beban yang diangkat. Setelah proses pemasukan data selesai, maka akan terlihat hasil analisa REBA. commit to user
III-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3.2 Perhitungan Fisiologi A.
Perhitungan Enegy Expenditure Menurut Sanders et al, 1993 Penghitungan energy expenditure dilakukan dengan menggunakan data
denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Denyut jantung sebelum bekerja diukur sesaat sebelum melakukan. Pengukuran denyut jantung setelah bekerja dilakukan setelah melakukan kegiatan MMH. Tujuan dari perhitungan energy expenditure adalah mengukur besarnya energi (tenaga yang dikeluarkan) yang dikeluarkan oleh pada saat sebelum maupun sesudah bekerja dan menentukan kriteria penggolongan beban kerja. Menurut Sanders & Cormick, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut : Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4) X2 KE = Et - Ej dimana : Y = energi operator pasir (kilokalori per menit) X = kecepatan denyut jantung operator pasir (denyut per menit) B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (energy cost) Menurut Kamalakannan et al, 2007 Menurut Kamalakannan et al, (2007) bahwa bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost
= Energy Cost operator pasir (watt)
HR
= Working Heart Rate operator pasir (bpm)
HT
= Height operator pasir (inch)
A
= Age operator pasir (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate operator pasir (bpm)
G
= Gender operator pasir (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0.0143 kcal / min
commit to user
III-7
perpustakaan.uns.ac.id
3.3.3
digilib.uns.ac.id
Usulan Perbaikan Postur Kerja dan Metode Kerja Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh postur kerja manual material
handling operator pasir yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari manual material handling diatas. Salah satunya dengan mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan usulan perbaikan postur kerja menggunakan sekop panjang berdasar penilaian metode REBA dan melakukan penjadwalan waktu kerja operator pasir. 3.3.4. Tahap Evaluasi Postur Kerja dan Metode Kerja Hasil Perbaikan Setelah pengukuran dan penilaian postur kerja operator pasir dengan sekop pendek, kemudian dilakukan evaluasi pengukuran dan penilaian postur kerja operator pasir dengan sekop panjang kepada 10 orang operator pasir Lokasi Depo Makmur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan terhadap postur kerja dan fisiologi (beban kerja) operator. Langkah pertama yaitu dengan mendokumentasikan aktivitas dengan menggunakan camera digital melalui dokumentasi yang dapat digunakan dalam penilaian postur kerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Langkah kedua yaitu dengan melakukan pengukuran denyut jantung sebelum bekerja dengan menggunakan omronmeter (tensimeter digital). Langkah ketiga dilakukan dengan mengukur denyut jantung setelah bekerja. Pengukuran denyut jantung operator pasir digunakan untuk menentukan energy expenditure dan energy cost . 3.4
TAHAP ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi hasil. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil-hasil pengolahan data, yaitu menganalisa postur kerja melalui metode REBA, menganalisa pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja, energy expenditure yang dikeluarkan masing–masing operator pasir, memberikan hasil rekomendasi sikap kerja sesuai ilmu ergonomi dilihat dari segi kelebihan maupun kekurangan dalam perbaikan sikap kerja. commit to user
III-8
perpustakaan.uns.ac.id
3.5
digilib.uns.ac.id
TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir dari penelitian yang dilakukan, akan ditarik suatu
kesimpulan mengenai hasil pengolahan data dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Dari kesimpulan tersebut diharapkan lahirnya saran dan usulan perbaikan sikap kerja yang berupa rekomendasi metode kerja yang sesuai ilmu ergonomi dilokasi Depo Makmur Surakarta serta saran untuk penelitian selanjutnya.
commit to user
III-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek penelitian. Objek penelitian ini yaitu perbaikan sikap kerja operator Depo pasir Makmur. 4.1
PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan April–Mei
2010 yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan beberapa tahapan, diantaranya: pengamatan langsung, dokumentasi gambar, wawancara, dan penyebaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman yang dirasakan operator pasir pada aktivitas penurunan pasir. 4.1.1 Dokumentasi Dokumentasi sikap kerja yang dilakukan oleh operator pasir pada aktivitas penurunan pasir dengan pengambilan gambar pada saat operator menyerok pasir pada bagian tangan dengan posisi punggung membungkuk dan kedua kaki menekuk. Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas Manual Material Handling dilakukan pada hari Jumat tanggal 22 April 2010 pukul 10.20 WIB. Pola aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir pada aktivitas penurunan pasir dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Aktivitas Manual Material Handling operator pasir No
1
Dokumentasi
Aktivitas
Keterangan
Resiko
Posisi awal sebelum menyerok pasir dari truk
Sikap kerja: kedua tangan memegang serok pasir kearah bawah, kepala condong kedepan, posisi lutut pada kaki menekuk dan punggung membungkuk.
Cidera pada bagian lengan, bahu, kaki dan punggu ng.
commit to user
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aktivitas menyerok pasir dari truk
Sikap kerja: bertumpu pada bagian kaki , telapak tangan memegang serok pasir, bagian leher sejajar dengan punggung dan kepala mendongak.
Cidera pada bagian lutut, punggu ng , dan leher.
Aktivitas pada saat menurunkan pasir dari truk
Sikap kerja: bagian punggung membungkuk, kaki membuka, lutut menekuk, tangan membuang pasir ke belakang dan bagian leher sejajar dengan punggung dan kepala mendongak.
Cidera pada bagian punggu ng lutut dan leher.
2
3
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.1. dapat kita ketahui bahwa terdapat tiga aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir antara lain kegiatan awal persiapan menyerok pasir, kegiatan menyerok pasir, aktivitas menurunkan pasir. Aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir masih menggunakan tenaga manusia (manual), sehingga dapat menyebabkan cedera musculoskeletal. Menurut Bridger RS (1995) resiko kerja terjadi pada bagian punggung, terutama pada saat membungkuk. Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh sehingga otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri commit to user pada punggung bagian bawah (low back pain). Pada kondisi aktual, bongkar pasir IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menerima beban dengan kapasitas ± 2 kg pada bagian pergelangan tangan. Apabila aktivitas tersebut dilakukan secara berulang-ulang menyebabkan penyakit ataupun cedera pada bagian tubuh tertentu. Maka peneliti memperbaiki postur kerja untuk mengurangi terjadi cedera pada operator pasir. Berikut ini tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat Batas Angkat Level Tindakan (Kg) 1
Dibawah 16
Tidak diperlukan tindakan khusus
2
16 - 34
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat
3
34 - 50
Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job design
4
Diatas 50
Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
Penjabaran pola aktivitas Manual Material Handling dapat dilihat pada Tabel 4.3. dibawah ini : Tabel 4.3 Atribut kegiatan Manual Material Handling No
Atribut Manual Material Handling
Kondisi Awal
Satuan
1.
Cara penurunan pasir
2.
Jumlah
10
3.
Rata – rata pasir yang diserok
2,5
kg
4.
Volume pasir dalam 1 truk
7
m3
5.
Waktu yang dibutuhkan untuk 1x aktivitas penurunan pasir (aktivitas penurunan pasir dari truk)
60
menit
6.
Rata – rata total aktivitas penurunan pasir dalam 1 truk (7 ton)
2800
kali
Manual dengan menyerok pasir
commit to user
IV-3
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.2 Wawancara Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada hari Senin tanggal 23 April 2010 pukul 09.15 WIB. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi awal yang dilakukan secara langsung dari operator pasir mengenai biodata , aktivitas jam kerja dan keluhan secara umum yang dialami oleh operator pasir. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator pasir depo makmur diketahui bahwa waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan satu kali aktivitas penurunan pasir secara keseluruhan selama 45 menit s/d 1 jam, (tergantung besarnya muatan). Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan keluhan rasa sakit pada bagian tubuh mulai muncul antara 10 s/d 15 menit menjelang berakhirnya aktivitas.
Berdasarkan
hasil
wawancara
juga
dapat
diketahui
keluhan
ketidaknyamanan dan kesulitan yang dialami operator pasir pada aktivitas penurunan pasir. Wawancara dilakukan dengan menanyakan data dan umur . Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut ini data umur dan masa kerja operator pasir dapat dilihat pada Tabel 4.4. dibawah ini: Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja operator pasir Umur (tahun) Masa Kerja (tahun) Range Rata - Rata
22-37 29,2
3 s/d 15 7.2
4.1.3 Kuesioner Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner dilakukan pada hari Jumat tanggal 14 Mei 2010 pukul 14.30 WIB. Kuisioner tersebut dibedakan menjadi dua bagian, antara lain kuisioner Nordic Body Map dan kuisioner keluhan serta keinginan . Adapun penjabaran mengenai kedua macam kuisioner dapat dilihat dibawah ini : a.
Kuisioner Nordic Body Map
Kuesioner Nordic Body Map diberikan kepada sepuluh orang operator pasir. Tujuan pengisian kuisioner Nordic Body Map adalah mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangatcommit sakit pada . to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengisian kuisioner Nordic Body Map dilakukan langsung oleh dengan cara memberikan tanda silang (X) pada bagian tubuh yang mengalami keluhan. Kuisioner Nordic Body Map dapat dilihat pada Lampiran 2.1. b.
Kuisioner Keluhan dan Keinginan Operator pasir Kuisioner keluhan dan keinginan diberikan kepada sepuluh orang operator
pasir. Tujuan pengisian kuisioner yaitu untuk mengetahui keluhan operator pasir pada saat melakukan aktivitas penurunan pasir dan keinginan terhadap perbaikan metode kerja yang aman dan nyaman. Pengisian kuisioner tersebut dilakukan langsung oleh
dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada bagian jawaban kuisioner tertutup dan pengisian jawaban keinginan pada bagian kuisioner terbuka. Kuisioner keluhan dan keinginan dapat dilihat dalam Lampiran 2.2. 4.1.4
Data Postur Kerja Pencatatan data postur kerja pada buruh pasir dilakukan pada hari Minggu
tanggal 21 November 2010. Sikap kerja yang dilakukan oleh buruh pasir Lokasi Depo Makmur pada aktivitas penurunan pasir yaitu bagian tubuh membungkuk, kedua kaki menekuk dan kedua tangan menyerok pasir dengan sekop panjang. Pada Tabel 4.5 menunjukkan beberapa postur kerja ketika melakukan aktivitas penurunan pasir dengan kapasitas berat 2,5 kg. Tabel 4.5 Postur kerja pada aktivitas penurunan pasir dari truk dengan sekop pendek kapasitas beban 2,5 kg. Gerakan Gambar Keterangan ke 1.
Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 81o, pergerakan leher menekuk dengan sudut sebesar 34o , posisi lengan atas sebesar 630, posisi lengan bawah sebesar 630, posisi lutut menekuk dengan
commit to user
IV-5
sudut sebesar 420
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 4.5 Postur kerja pada aktivitas penurunan pasir dari truk dengan sekop pendek kapasitas beban 2,5 kg. Gerakan ke Keterangan Gambar Aktivitas penurunan pasir
1.
berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 81o, pergerakan leher menekuk dengan sudut sebesar 34o , posisi lengan atas sebesar 630, posisi lengan bawah sebesar 630, posisi lutut menekuk dengan sudut sebesar 420
Aktivitas penurunan pasir
2.
berkapasitas 2,5 kg. Posisi
punggung dalam posisi membungkuk dengan sudut 100o. pergerakan leher menekuk dengan sudut sebesar 19o, posisi lengan atas sebesar 1000, posisi lengan bawah sebesar 400, kaki
menekuk 350
commit to user
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.
Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 81o, pergerakan leher menekuk dengan sudut sebesar 14o , posisi lengan atas sebesar 520, posisi lengan bawah sebesar 560 . Posisi lutut menekuk dengan sudut 250
Tabel 4.6 Postur kerja pada aktivitas penurunan pasir dari truk dengan sekop panjang kapasitas beban 2,5 kg. Gerakan ke Gambar Keterangan 1. Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 650, pergerakan leher menekuk dengan sudut 250, posisi lengan atas sebesar 410, posisi lengan bawah sebesar 700, posisi lutut menekuk dengan sudut 480.
commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 720, pergerakan leher menekuk dengan sudut 180, posisi lengan atas sebesar 720, posisi lengan bawah sebesar 300, posisi lutut menekuk dengan sudut 510.
3.
Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 630, pergerakan leher menekuk dengan sudut 270, posisi lengan atas sebesar 430, posisi lengan bawah sebesar 330, posisi lutut menekuk dengan sudut 400.
commit to user
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.5 Data Fisiologi Pencatatan data fisiologi operator pasir dilakukan pada tanggal 18 s/d 20 Mei 2010. Pencatatan data fisiologi operator pasir tersebut meliputi nama, umur, penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja menggunakan omron meter. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan satu kali tahap pengukuran. Pengukuran denyut jantung operator pasir dapat dilihat pada Lampiran 3.1 dan Lampiran 3.2. Pengukuran denyut jantung pada saat sebelum dan sesudah melakukan aktivitas bekerja dapat digunakan sebagai perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas penurunan pasir. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui satu kali percobaan. Adapun data pengukuran denyut jantung dapat dilihat pada Lampiran 3.3. 4.2
TAHAP PENGOLAHAN DATA
4.2.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map Persentase keluhan yang dialami oleh sepuluh operator pasir dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Prosentase
Grafik kuisioner Nordic Body Map (NBM) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Bagian tubuh
Gambar 4.1 Grafik persentase keluhan tubuh operator pasir Berdasarkan Gambar 4.1 mengenai persentase keluhan pada tiap anggota tubuh dapat diketahui bahwa sepuluh mengalami keluhan yang berbeda di setiap bagian tubuhnya. Dapat diperolehcommit hasil tingkat keluhan terbesar terjadi pada organ to user
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tubuh leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %. Hasil dari perhitungan prosentase keluhan dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari hasil kuesioner Nordic Body Map, untuk sikap kerja secara manual, dan sikap memindahkan beban dengan posisi membungkuk merupakan sikap kerja yang dapat menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot muscolosceletal. 4.2.2
Perhitungan Hasil Kuisioner Keluhan dan Keinginan Perhitungan hasil kuisioner dan prosentase keluhan operator pasir Lokasi
Depo Makmur Surakarta mengenai keluhan, ketidaknyamanan dan kesulitan pada penurunan pasir dapat dilihat pada Tabel 4.7. Berikut merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan pada aktivitas penurunan pasir. 1. Ketidaknyamanan seperti apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas penurunan pasir? 2. Kesulitan apa saja yang anda alami ketika sedang melakukan aktivitas penurunan pasir? 3. Kesulitan apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas penurunan pasir ? Tabel 4.7. Persentase keluhan mengenai keluhan pada aktivitas penurunan pasir No Keluhan Operator pasir Jumlah Persentase 1
2 3
Kelelahan pada bagian tubuh tertentu terutama pada bagian punggung, pergelangan tangan, bahu, betis dan pinggang. Genggaman alat yang digunakan kurang panjang Posisi kerja membungkuk sehingga sulit dan cepat lelah
10
100%
10
100%
10
100%
Selain itu pengisian kuisoner juga dilakukan untuk mengetahui keinginan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perbaikan. Tabel 4.8. menunjukkan beberapa pernyataan keinginan operator pasir mengenai perbaikan commit sikap kerja pada aktivitas penurunan pasir.to user
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
No. 1.
2.
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8. Persentase keinginan operator pasir Keinginan Operator pasir Jumlah Alat pengeruk pasir dengan pegangan yang panjang untuk memudahkan penurunan pasir dan mengurangi kelelahan pada bagian tubuh Postur kerja yang nyaman sehingga tidak terlalu membungkuk
Persentase
10
100 %
10
100 %
4.2.3 Penilaian Postur Kerja Operator Pasir Menggunakan Metode Rapid Entrie Body Assessment (REBA) Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap gerakan pada saat bekerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment). Berikut ini contoh pengkodean dengan metode REBA pada salah satu fase gerakan menurunkan pasir dengan sekop pendek pada gambar 4.2. Fase gerakan pertama dengan sekop pendek
Gambar 4.2 Aktivitas penurunan pasir commit to user
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A a. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 81o, (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 4) b. Leher (Neck) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 34o terhadap sumbu tubuh ( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2) c. Kaki (Legs) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa berdiri, tetapi lutut menekuk 420 sehingga dikenai skor 1 (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1+1=2) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Ø Kode REBA adalah : Punggung (trunk)
:4
Leher (neck)
:2
Kaki ( legs)
:2
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4 kemudian tarik garis ke arah kanan. Ø Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Ø Diketahui skor untuk grup A adalah 6. Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A. commit to user
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2 Neck 1 3 2 Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 1 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 2 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 3 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 4 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 5
Table A
4 6 7 8 9 9
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (penurunan pasir) dengan ketentuan jika beban <5kg, maka penilaian skor beban adalah 0. Pada data aktualnya, buruh pasir melakukan aktivitas penurunan pasir dengan beban sebesar 2,5 kg, sehingga memiliki skor beban 0. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 6 Berat beban = 0 Total skor A = 6 + 0 = 6 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 630 terhadap sumbu tubuh. ( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 3). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah membentuk sudut 630. (Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 1). c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan >15° Flexion. (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan commit to user tangan adalah 2).
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Ø Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:3
Lengan bawah (lower arm)
:1
Pergelangan tangan (wrist)
:2
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian tarik garis ke arah kanan. Ø Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Ø Diketahui skor untuk grup B adalah 4. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.10 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.2 Lower Arm 1 Table B Upper Arm Wrist 1 2 3 1 1 1 2 3 1 2 1 2 3 1 3 3 4 5 4 4 4 5 5 5 5 6 7 8 7 6 7 8 8 8
2 2
3
2 2 5 6 8 9
3 4 5 7 8 9
Skor grup B adalah 4, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah fair karena pegangan tangan pada sekop pendek bagus tetapi tidak ideal atau kopling tidak cocok dengan bagian tubuh. coupling good diberikan skor coupling sebesar 1, maka skor B menjadi 4 + 1 = 5. Penentuan skor total untuk fase gerakan menurunkan pasir dilakukan dengan to B user menggabungkan skor grup A dan commit skor grup dengan menggunakan tabel C.
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skor A = 6 Skor B = 5 Pada kolom skor A masukkan kode 6 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 8. Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2 Score A (score from teble A+load/force score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Table C Score B, (table B value + coupling score) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas . Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit). Berdasarkan tabel 4.11, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas =8+1 =9
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:
commit to user
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Batang tubuh 4
Leher 2
Tabel A 6
Beban 0
+
Skor A 6
=
Kaki 2 Skor C 8
+
Skor aktivitas 1
=
Final Skor 9
Lengan atas 3
Lengan bawah 1
Tabel B 4
+
Kopling 1
=
Skor B 5
Pergelangan tangan 2
Gambar 4.3 Bagan rekapitulasi penilaian total Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal tinggi yaitu segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja. Berikut ini contoh pengkodean dengan metode REBA pada salah satu fase gerakan menurunkan pasir dengan sekop panjang pada gambar 4.4. Fase gerakan pertama dengan sekop panjang
commit to user Gambar 4.4 Aktivitas penurunan pasir IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A d. Punggung (Trunk) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk dalam posisi membungkuk dengan sudut 65o, (Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 4) e. Leher (Neck) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut sebesar 25o terhadap sumbu tubuh ( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2) f. Kaki (Legs) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa berdiri, tetapi lutut menekuk 480 sehingga dikenai skor 1 (Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1) Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada REBA WorkSheet. Langkah–langkah penentuan skor untuk grup A yaitu : Ø Kode REBA adalah : Punggung (trunk)
:4
Leher (neck)
:2
Kaki ( legs)
:1
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4 kemudian tarik garis ke arah kanan. Ø Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2. Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk punggung (trunk). Ø Diketahui skor untuk grup A adalah 5. Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
Table A Trunk Legs 1 2 3 4 5
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.4 Neck 1 3 2 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 1
4
1 2 2 3 4
6 7 8 9 9
2 3 4 5 6
3 4 5 6 7
4 5 6 7 8
1 3 4 5 6
2 4 5 6 7
3 5 6 7 8
4 6 7 8 9
3 4 5 6 7
3 5 6 7 8
5 6 7 8 9
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (penurunan pasir) dengan ketentuan jika beban <5kg, maka penilaian skor beban adalah 0. Pada data aktualnya, buruh pasir melakukan aktivitas penurunan pasir dengan beban sebesar 2,5 kg, sehingga memiliki skor beban 0. Skor total A setelah ditambah beban adalah : Nilai tabel A = 5 Berat beban = 0 Total skor A = 5 + 0 = 5 2. Grup B a. Lengan atas (upper arm) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas kedepan sebesar 410 terhadap sumbu tubuh. ( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2). b. Lengan bawah (lower arm) Dari gambar 4.9 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah membentuk sudut 700. (Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 1). c. Pergelangan tangan (wrist) Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range pergerakan 0-15° Flexion. commit to user tangan adalah 1). (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA WorkSheet. Langkah–langkah penentuan skor untuk grup B yaitu : Ø Kode REBA adalah : Lengan atas (upper arm)
:2
Lengan bawah (lower arm)
:1
Pergelangan tangan (wrist)
:1
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian tarik garis ke arah kanan. Ø Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan yaitu 1. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode untuk upper arm. Ø Diketahui skor untuk grup B adalah 1. Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan Tabel B. Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.4 Lower Arm Table B Upper Arm Wrist 1 2 3 4 5 6
1
1 2
3
1
2 2
3
1 1 3 4 6 7
2 2 4 5 7 8
3 3 5 5 8 8
1 1 4 5 7 8
2 2 5 6 8 9
3 4 5 7 8 9
Skor grup B adalah 1, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang digunakan adalah good
karena pegangan tangan pada sekop
panjang bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. coupling good diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 1 + 0 = 1. Penentuan skor total untuk fase gerakan menurunkan pasir dilakukan dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C. Skor A = 5 Skor B = 1
commit to user
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada kolom skor A masukkan kode 5 dan tarik garis ke kanan. Kemudian pada baris skor B masukkan kode 1 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4. Tabel 4.14 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.4 Score A (score
Table C
from teble A+load/force score)
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor aktivitas. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit). Berdasarkan tabel 4.14, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1. Skor REBA
= Skor C + skor aktivitas =4+1 =5
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut:
commit to user
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Batang tubuh 4
Leher 2
Tabel A 5
Beban 0
+
Skor A 5
=
Kaki 1 Skor C 4
+
Skor aktivitas 1
=
Final Skor 5
Lengan atas 2
Lengan bawah 1
Tabel B 1
+
Kopling 0
=
Skor B 1
Pergelangan tangan 1
Gambar 4.5 Bagan rekapitulasi penilaian total Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja. Hasil lengkap dari kategorisasi aktivitas sikap kerja operator pasir Depo Makmur dengan menggunakan REBA Worksheet.
commit to user
IV-21
menyerok pasir menggunakan sekop pendek
Sukirno
1 1
2 5
0
2 5
1
5
6 4 1
7
8
IV-22
4
menurunkan pasir menggunakan sekop pendek
Sukirno
1 1
2 5
0
2 5
1
4
5 4 1
6
7
IV-23
3
menyerok pasir menggunakan sekop panjang
Rohman
1 1
2
3
0
1 0
3
4
4 4 1
3
4
IV-24
3
menurunkan pasir menggunakan sekop panjang
Rohman
1 2
2 5
0
1 0
5
1
1 4 1
4
5
IV-25
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.4 Perhitungan Fisiologi a.
Perhitungan Enegy Expenditure Menurut Sanders et al, 1993 Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut : Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4)X2 dimana : Y = energi (kilokalori per menit) X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Untuk mengetahui konsumsi energi saat melakukan kegiatan Manual Material Handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini : Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2 Sehingga persamaan konsumsi energinya adalah : KE = Yb - Yt (kilokalori per menit) Ø Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Sukirno (37 tahun). v Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 = 1,80411 – (0,0229038 x 80) + (4,71733 x 10-4 x (80)2) = 1,80411 – 1,832304 + 3.019091 = 2,9909 kkal/menit v Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2 = 1,80411 – (0,0229038 x 155) + (4,71733 x 10-4 x (155)2) = 1,80411 – 3,550089 + 11.3333 = 9,5874 kkal/menit Sehingga persamaan energy expenditure commitadalah to user:
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit) = 9,5874 kkal/menit - 2,9909 kkal/menit = 6.5965 kkal/menit Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh operator dengan menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam Tabel 4.15. dibawah ini : Tabel 4.15 Perhitungan energy expenditure operator pasir Denyut Jantung ( per menit) Tekanan Darah Berat Tinggi NO Nama Umur Yb Sebelum Badan Badan Setelah Bekerja Sebelum Sesudah Bekerja 1 SUKIRNO 37 51 160 80 155 135/84 138/87 2.9909 2 WANTO 27 60 165 79 158 129/86 133/90 2.9388 3 CAPLIN 22 58 160 81 160 133/85 138/90 3.0439 4 ROHMAN 25 56 176 75 152 135/76 141/82 2.7398 5 SUPARDI 31 70 169 82 156 132/82 139/91 3.0979 6 HARTOYO 28 52 166 86 162 127/75 136/85 3.3233 7 KHAERUDIN 30 70 165 82 144 102/90 109/98 3.0979 8 RAHUDI 29 74 171 78 152 134/80 147/84 2.8876 9 MARZUKI 28 70 169 83 164 126/78 140/90 3.1529 10 SUPRAPTO 35 65 165 77 153 132/79 136/86 2.8374
Yt
EE (kkal/menit)
9.5874 9.9617 10.2159 9.2217 9.7112 10.4739 8.2878 9.2217 10.7356 9.3426
6.5965 7.0229 7.1719 6.4818 6.6133 7.1505 5.1899 6.3340 7.5828 6.5052
Kategori penggolongan kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure dari masing–masing dapat dilihat dalam Lampiran 5.1. Berdasarkan Tabel 4.15 diatas, besarnya energy expenditure yang dikeluarkan pada aktivitas MMH ini termasuk kategori kerja berat (heavy work) kecuali bapak Khaerudin jenis kerja sedang (moderate work ). Berdasarkan perhitungan denyut jantung, dapat diketahui bahwa denyut jantung yang paling besar dialami oleh bapak Khaerudin dengan usia 30 tahun. Besarnya pengukuran denyut jantung sebelum bekerja sebesar 82 denyut/menit, sedangkan besarnya denyut jantung setelah bekerja (setelah aktivitas penurunan pasir ±2.5 kg) sebesar 144 denyut/menit. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis yang berupa umur, sikap kerja pada saat melakukan aktivitas penurunan pasir membungkuk. Grafik perbandingan denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja menggunakan sekop pendek dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 4.6. commit to user
IV-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
180 160 140 120 Kecepatan Denyut jantung sebelum bakerja
100 80 60
Kecepatan Denyut jantung setelah bekerja
40 Denyut Jantung/Me nit
20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Responden Gambar 4.6 Grafik perbandingan denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja Penjelasan kriteria kerja berdasar denyut jantung dan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993 dapat dilihat dalam Lampiran 5.2. b.
Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost) menurut Kamalakannan et al, 2007 Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost
= Energy Cost (watt)
HR
= Working Heart Rate (bpm)
HT
= Height (inch)
A
= Age (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate (bpm)
G
= Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0.0143 kcal / min Ø Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Sukirno (37 tahun). E – Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G = -1967 + 8.58.(155) + 25.1 (62.99) + 4.5.(37) – 7.47 (80) + 67.8 (0) commit to user = - 1967 +1329.9 + 1581.049 + 166.5 – 597.5 + 0
IV-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
= 512.90 watt » 7.33 kcal/min Hasil penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja seluruh operator dengan menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam Tabel 4.16 dibawah ini. Tabel 4.16 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja NO
Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Age
Height
( years )
( inchi )
37 27 22 25 31 28 30 29 28 35
62.99 64.96 62.99 69.29 66.54 65.35 64.96 67.32 66.54 64.96
Heart Rate ( bpm ) Energy Cost Energy Cost Resting Heart Working (m=0 ;f=1) ( watt ) ( kcal/min ) Rate Heart Rate male 512.90 7.33 80 155 male 550.52 7.87 79 158 male 480.83 6.88 81 160 male 75 152 628.62 8.99 male 568.48 8.13 82 156 male 546.93 7.82 86 162 male 361.73 5.17 90 144 male 574.80 8.22 78 152 male 616.15 8.81 83 164 male 558.56 7.99 77 153 Gender
Grade of Work Heavy Work Very Heavy Work Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work
Berdasarkan Tabel 4.16. diatas, besarnya energy cost yang dikeluarkan maka aktivitas MMH ini termasuk kategori kerja sangat berat (very heavy work) untuk Wanto, Rohman, Supardi, Hartoyo, Rahudi, Marzuki, dan Suprapto. Sedangkan untuk bapak Sukirno, Caplin, dan Suprapto jenis aktivitas tersebut tergolong kerja berat (heavy work). Penjelasan kriteria kerja berdasarkan energy cost menurut Kamalakannan et al, 2007 dapat dilihat Lampiran 5.3. 4.2.5 Perhitungan Siklus Kerja Operator Pasir (Work Rest Cycle). Murrel (1965) membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari kerja fisik: R =
T (W - S ) W - 1,5
Dimana : R
: Istirahat yang dibutuhkan dalam menit
T
: Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit S
: Pengeluaran energi rata-ratacommit yang direkomendasikan dalam kkal/menit to user
IV-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit) Ø Contoh perhitungan manual waktu istirahat yang dibutuhkan Bapak Sukirno (37 tahun). R=
35(6.59 - 5) 6.59 - 1,5
= 10.96 menit Hasil penghitungan waktu istirahat yang dibutuhkan seluruh operator dengan menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam Tabel 4.17 dibawah ini. Tabel 4.17 Perhitungan waktu istirahat tiap operator pasir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Waktu dalam 1 x penurunan pasir (menit) 35 40 30 60 45 40 40 35 60 60 Rata-rata
work rest cycle (menit) 10.96 14.65 11.49 17.85 14.20 15.22 12.90 9.66 25.48 18.04 15.04
Berdasarkan perhitungan pada table 4.17, dapat diketahui bahwa rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 15.04 menit. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis
yang berupa umur, sikap kerja pada saat
melakukan aktivitas penurunan pasir dan pengalaman kerja operator. 4.2.6. Usulan Perbaikan Postur Kerja dan Metode Kerja Penilaian operator terhadap aktivitas penurunan pasir yang dilakukan dengan metode REBA, akan dilakukan rancangan usulan perbaikan postur kerja yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya cidera. Rancangan postur kerja akan mengacu pada penilaian postur kerja menggunakan metode REBA. Usulan rancangan postur kerja kemudian disimulasikan pada operator pasir dengan menggunakan sekop panjang pada aktivitas penurunan pasir Depo Makmur. Sebelum disimulasikan terlebih dahulu diukur denyut jantung sebelum bekerja, commit to user dan setelah disimulasikan juga diukur denyut jantung setelah bekerja. Pengukuran
IV-30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
denyut jantung ini digunakan untuk menghitung energi expenditure yang digunakan selama bekerja. Energi expenditure ini dipakai sebagai validasi perancangan
postur
kerja
yang
diusulkan.
Validasi
dilakukan
dengan
membandingkan energi expenditure yang digunakan saat bekerja dengan postur kerja awal dan saat bekerja dengan rancangan postur kerja yang diusulkan. Apabila energi expenditure yang digunakan pada saat bekerja dengan postur kerja yang diusulkan artinya postur kerja yang diusulkan lebih baik daripada postur kerja yang saat ini dilakukan oleh operator pasir pada aktivitas penurunan pasir Depo Makmur. Perbaikan postur kerja untuk operator pasir pada aktivitas penurunan pasir Depo Makmur berdasar metode REBA dapat dilihat dalam gambar 4.7 dibawah ini.
Gerakan awal Sebelum menyerok pasir
Gerakan menyerok pasir
Gerakan menurunkan pasir Gambar 4.7 Gerakan rancangan perbaikan postur kerja operator commit to user Depo makmur surakarta.
IV-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil penilaian dengan metode REBA setelah diusulkan perbaikan menunjukkan bahwa aktivitas postur kerja pada aktivitas penurunan pasir termasuk ke dalam level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja. 4.2.7
Perhitungan Siklus Kerja Operator Pasir Hasil penghitungan waktu istirahat yang dibutuhkan seluruh operator
dengan menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.18 dibawah ini. Tabel 4.18 Perhitungan waktu istirahat tiap operator pasir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Waktu dalam 1 x penurunan pasir (menit) 30 40 30 39 30 45 43 32 50 45 Rata-rata
work rest cycle (menit) 6.73 0.36 12.68 5.50 9.12 3.29 14.69 5.11 2.06 17.91 7.75
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.18, dapat diketahui bahwa rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 7.75 menit. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis
yang berupa umur, sikap kerja pada saat
melakukan aktivitas penurunan pasir dan pengalaman kerja operator. 4.2.8
Evaluasi berdasarkan fisiologi kerja Sikap kerja yang diterapkan saat ini pada aktivitas MMH khususnya
buruh pasir Lokasi Depo Makmur Surakarta termasuk beresiko terhadap sistem musculoskeletal dilihat dari hasil penilaian menggunakan metode REBA. Berdasarkan penilaian operator pasir menggunakan sekop panjang dengan metode REBA didapat masukan untuk perbaikan postur kerja dan beban kerja. Aktivitas penurunan pasir dengan sekop panjang yang diaplikasikan, selanjutnya commit to user
IV-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibandingkan dengan sikap kerja operator pasir menggunakan sekop pendek dan dievaluasi menggunakan energy expenditure dan energy cost. A. Perhitungan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993 Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam table 4.19. Tabel 4.19 Pengukuran denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang NO
Nama
Umur
Berat Badan
Tinggi Badan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
37 27 22 25 31 28 30 29 28 35
51 60 58 56 70 52 70 74 70 65
160 165 160 176 169 166 165 171 169 165
Denyut Jantung ( per menit) Sebelum Bekerja Setelah Bekerja 85 129 95 131 83 150 93 132 81 129 86 137 80 144 79 136 83 124 92 153
Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut : Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4)X2 dimana : Y = energi (kilokalori per menit) X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini : Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 dimana : Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)X x 10-4) Xt2 committ +to(4,71733 user
IV-33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimana : Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja Sehingga persamaan energy expenditure adalah : EE = Yt – Yb (kilokalori per menit) Ø Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Sukirno (37 tahun). v Energi sebelum bekerja : Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2 = 1,80411 – (0,0229038 x 85) + (4,71733 x 10-4 x (85)2) = 1,80411 – 1,9468 + 3,4082 = 3,2655 kkal/menit v Energi setelah bekerja : Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2 = 1,80411 – (0,0229038 x 129) + (4,71733 x 10-4 x (129)2) = 1,80411 – 2,9545 + 7,8501 = 6,6997 kkal/menit Sehingga persamaan energy expenditure adalah : EE = Yt – Yb (kilokalori per menit) = 6,6997 kkal/menit - 3,2655 kkal/menit = 3,4342 kkal/menit Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.20. dibawah ini.
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 4.20 Perhitungan energy expenditure setelah menggunakan sekop panjang Denyut Jantung ( per menit) Tekanan Darah Nama Umur Berat Badan Tinggi Badan Yb Yt EE (kkal/menit) Sebelum Bekerja Setelah Bekerja Sebelum Sesudah 3.4341 SUKIRNO 37 51 160 85 129 133/82 131/82 3.2656 6.6996 3.0135 WANTO 27 60 165 95 131 124/76 146/85 3.8856 6.8991 5.8297 CAPLIN 22 58 160 83 150 125/83 135/88 3.1529 8.9825 3.2462 ROHMAN 25 56 176 93 132 121/79 140/84 3.7541 7.0003 3.6557 SUPARDI 31 70 169 81 129 130/82 139/90 3.0439 6.6996 4.1969 HARTOYO 28 52 166 86 137 127/85 136/89 3.3233 7.5202 5.2969 KHAERUDIN 30 70 165 80 144 117/87 126/94 2.9909 8.2878 4.4756 RAHUDI 29 74 171 79 136 134/80 147/84 2.9388 7.4144 3.0645 MARZUKI 28 70 169 83 124 126/78 140/86 3.1529 6.2174 5.6529 SUPRAPTO 35 65 165 commit 92 to user 153 128/79 137/86 3.6897 9.3426
IV-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil penghitungan dari Tabel 4.20 energy expenditure diatas, dibandingkan dengan Tabel 4.21 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy expenditure, sehingga diketahui kriteria kerja untuk tiap operator setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.21 dibawah ini. Tabel 4.21 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah menggunakan sekop panjang NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
UMUR BERAT BADAN 37 51 27 60 22 58 25 56 31 70 28 52 30 70 29 74 28 70 35 65
EE (kkal/menit) 3.4341 3.0135 5.8297 3.2462 3.6557 4.1969 5.2969 4.4756 3.0645 5.6529
KRITERIAKERJA Moderate Work Moderate Work HeavyWork Moderate Work Moderate Work Moderate Work HeavyWork Moderate Work Moderate Work HeavyWork
Berdasarkan Tabel 4.21 diatas, besarnya beban kerja menurut perhitungan energy expenditure yang dihasilkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk kategori kerja sedang (Moderate work) untuk bapak Sukirno, Wanto, Rohman, Supardi, Hartoyo, Rahudi, dan Marzuki. Sedangkan untuk bapak Caplin, Khaerudin, dan Suprapto. Penggolongan beban kerja tersebut tergolong kedalam jenis kerja berat (Heavy work ). Berdasarkan perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) buruh pasir setelah menggunakan sekop panjang, dapat diketahui bahwa energy expenditure (konsumsi energi) yang paling besar dialami oleh Pak Caplin dengan usia 22 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) sebesar 5,8297 kkal/menit. Sedangkan besarnya hasil pengukuran energy expenditure (konsumsi energi) sebelum menggunakan sekop panjang sebesar 7,1719 kkal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy expenditure sebelum menggunakan sekop panjang dengan energy expenditure setelah menggunakan sekop panjang yang dilakukan pada responden ke 3 (Pak Caplin), dapat digambarkan dalam bentuk gambar 4.8. commit to user
IV-35
Energy expenditure (kkal/menit)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Enegy Expenditure awal Energy Expenditure setelah menggunakan sekop panjang
1
3 5 7 9 Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Gambar 4.8 Perbandingan energy expenditure awal (sebelum menggunakan sekop panjang) dan sesudah menggunakan sekop panjang. B.
Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut Kamalakannan et al, 2007 Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G dimana : E – Cost
= Energy Cost (watt)
HR
= Working Heart Rate (bpm)
HT
= Height (inch)
A
= Age (yrs)
RHR
= Resting Heart Rate (bpm)
G
= Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0,0143 kcal / min Untuk mengetahui regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung pada perhitungan energy cost terlebih dahulu kita dapat lakukan pengukuran denyut jantung sebelum maupun setelah bekerja. Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang, dilihat dalam Tabel 4.22.
commit to user
IV-36
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.22 Pengukuran denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang Name
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Age
Height
Gender
( years )
( inchi )
(m=0 ;f=1)
37 27 22 25 31 28 30 29 28 35
62.99 64.96 62.99 69.29 66.54 65.35 64.96 67.32 66.54 64.96
male male male male male male male male male male
SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Heart Rate ( bpm ) Resting Working Heart Heart Rate Rate 85 129 95 131 83 150 93 132 81 129 86 137 80 144 79 136 83 124 92 153
Setelah melakukan pengukuran data denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang sesuai dengan Tabel 4.22 diatas, selanjutnya kita dapat melakukan perhitungan manual regresi kuadratis yaitu hubungan bentuk regresi energi dengan kecepatan denyut jantung dengan persamaan: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G Ø Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Sukirno (37 tahun). E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G = -1967 + 8,58.(129) + 25,1 (62,99) + 4,5.(37) – 7,47 (85) + 67,8 (0) = - 1967 +1106,8 + 1581,049+166.5 – 634,95 + 0 = 252,39 watt » 3,61 kcal/min Hasil perhitungan energy cost seluruh operator setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.23. dibawah ini. Tabel 4.23 Perhitungan energy cost setelah menggunakan sekop panjang NO
Name
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Age
Height
( years )
( inchi )
37 27 22 25 31 28 30 29 28 35
62.99 64.96 62.99 69.29 66.54 65.35 64.96 67.32 66.54 64.96
Heart Rate ( bpm ) Resting Working (m=0 ;f=1) Heart Rate Heart Rate male 85 129 male 95 131 male 83 150 male 93 132 male 81 129 male 86 137 male 80 144 male 79 136 male 83 124 male commit to 92 user 153 Gender
IV-37
Energy Cost
Energy Cost
( watt )
( kcal/min )
252.47 199.34 380.09 322.56 344.29 332.43 436.43 430.05 272.95 446.51
3.61 2.85 5.44 4.61 4.92 4.75 6.24 6.15 3.90 6.39
Grade of Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil penghitungan dari Tabel 4.23 energy cost diatas, kemudian dibandingkan dengan Tabel 4.35 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy cost, sehingga diketahui kriteria kerja untuk tiap operator setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.24 dibawah ini. Tabel 4.24 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut hasil perhitungan energy cost setelah menggunakan sekop panjang NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Name SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Age ( years ) 37 27 22 25 31 28 30 29 28 35
Height ( inchi ) 62.99 64.96 62.99 69.29 66.54 65.35 64.96 67.32 66.54 64.96
Energy Cost ( kcal/min ) 3.61 2.85 5.44 4.61 4.92 4.75 6.24 6.15 3.90 6.39
Grade of Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work
Berdasarkan Tabel 4.24 diatas, besarnya hasil penilaian grade of work (beban kerja) menurut perhitungan energy cost yang dihasilkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk kategori kerja sedang (moderate work) untuk bapak Sukirno, Wanto, Rohman, Supardi, Hartoyo, dan Marzuki. Sedangkan untuk bapak Caplin, Khaerudin, Rahudi dan Suprapto tergolong kedalam jenis kerja berat (heavy work ). Berdasarkan perhitungan energy cost buruh pasir setelah menggunakan sekop panjang, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami oleh Pak Suprapto dengan usia 35 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost setelah menggunakan sekop panjang sebesar 6,39 kcal/menit. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan pengukuran energy cost sebelum menggunakan sekop panjang sebesar 7,99 kcal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy cost sebelum menggunakan sekop panjang dengan energy cost setelah setelah menggunakan sekop panjang untuk responden ke 10 (Pak Suprapto), dapat digambarkan dalam bentuk gambar 4.9. commit to user
IV-38
Energy cost (kcal/menit)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Energy cost setelah menggunakan sekop panjang Energy cost sebelum menggunakan sekop panjang
1
3
5
7
9
Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Gambar 4.9 Perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan sekop panjang) dan sesudah menggunakan sekop panjang.
commit to user
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil yang telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini. 5.1
Analisis Perbandingan Postur Kerja Analisa perbandingan postur kerja bertujuan untuk mengetahui apakah
kondisi postur kerja sebelum dan setelah menggunakan sekop panjang yang diilustrasikan
melalui
gambar
masih
berpotensi
menimbulkan
cidera
musculoskeletal. Setelah pembuatan model, maka dilakukan penilaian terhadap gambar tersebut dengan menggunakan metode REBA. Hasil penilaian postur kerja dengan kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi sebelum dan kondisi setelah menggunakan sekop panjang Kondisi Awal Kondisi Setelah Menggunakan Sekop Panjang Gerakan Sebelum menyerok pasir posisi membungkuk Menyerok pasir posisi punggung membungkuk lutut menekuk
Penurunan pasir posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
Level Tindakan 3
Level Resiko tinggi
3
2
Tindakan
Gerakan
Level Tindakan 2
Level Resiko sedang
Tindakan
Segera dilakukan perbaikan
Sebelum menyerok pasir posisi membungkuk
tinggi
Segera dilakukan perbaikan
Menyerok pasir posisi punggung membungkuk lutut menekuk
2
sedang
perlu perbaikan
sedang
perlu perbaikan
Penurunan pasir(unloading), posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
2
sedang
Perlu perbaikan
Sumber : Pengukuran dan pengolahan data postur kerja, 2010
Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode commit to user REBA sesudah menggunakan sekop panjang terjadi penurunan level resiko. V-1
perlu perbaikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk posisi ke-1 (sebelum menyerok pasir dengan posisi membungkuk), sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang. Pada posisi ke-2 (menyerok pasir dengan posisi membungkuk dan lutut menekuk), sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang. Untuk posisi ke-3 (menurunkan pasir dengan posisi punggung membungkuk dan lutut menekuk) sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang. Penurunan level resiko pada gerakan pertama dan kedua karena terjadinya perubahan postur kerja pekerja buruh pasir sebelum dan sesudah menggunakan sekop panjang. Sikap kerja pekerja buruh pasir yang semula pungggung membungkuk dengan sudut 81o, pergerakan leher menekuk (fleksion) dengan sudut sebesar 34o terhadap sumbu tubuh dan posisi kaki dan lutut menekuk dengan 420. Dengan menggunakan sekop panjang postur kerja berubah menjadi pungggung membungkuk dengan sudut 65o, dengan leher membentuk sudut 25o terhadap sumbu tubuh, posisi kaki tetap menekuk. Dari keseluruhan penilaian setelah menggunakan sekop panjang dapat diperoleh hasil bahwa postur kerja pekerja buruh pasir memiliki level resiko yang kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan rekomendasi perbaikan beberapa waktu ke depan. Terjadinya penurunan level resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang disebabkan oleh penggunaan sekop panjang dengan desain yang lebih ergonomis sehingga memungkinkan pekerja buruh pasir untuk memperbaiki postur kerja yang rawan cidera dan dapat digunakan sebagai alat bantu kerja saat melakukan aktivitas penurunan pasir. 5.2
Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja Analisis fisiologi kerja diperlukan untuk menentukan tingkat konsumsi
energi (energy expenditure), tingkat pengeluaran energi total (energy cost) dan menggolongkan kriteria beban kerja yang dialami oleh 10 pekerja buruh pasir. Analisis perbandingan fisiologi kerja secara terperinci akan diuraikan, sebagai commit to user berikut:
V-2
perpustakaan.uns.ac.id
5.2.1
digilib.uns.ac.id
Analisis energy expenditure Energy expenditure merupakan energi yang dikeluarkan untuk melakukan
suatu aktivitas. Pada tahap ini akan dilakukan analisis besarnya perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan oleh 10 pekerja buruh pasir pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop panjang. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy expenditure antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah
Energy expenditure (kkal/menit)
menggunakan sekop panjang adalah sebagai berikut:
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Enegy Expenditure awal Energy Expenditure setelah menggunakan sekop panjang
1
Gambar
5.1
3 5 7 9 Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure antara kondisi awal (sebelum menggunakan sekop panjang) dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop panjang.
Berdasarkan gambar 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat dilakukan perhitungan energy expenditure pada 10 orang pekerja buruh pasir, terutama aktivitas penurunan pasir dengan berat ± 2,5 kg dapat diketahui bahwa semua responden tergolong dalam kategori jenis heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit). Berdasarkan hasil perbandingan pada gambar 5.1 diatas, energy expenditure kondisi setelah menggunakan sekop panjang dapat dikatakan 10 pekerja buruh pasir secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan sekop panjang (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa tujuh responden tergolong commit to userkedalam kategori jenis moderate
V-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang. (2,5 s/d 5,0 kkal/menit). Sedangkan untuk tiga responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit ). Rata–rata penurunan energy expenditure ini disebabkan karena pekerja buruh pasir dapat merasakan perbedaan antara sekop pendek dan sekop panjang bila dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan. Dari sepuluh responden yang ada terdapat 3 operator masih tergolong jenis pekerjaan berat yaitu Bapak Caplin, Khaerudin dan Suprapto, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kecepatan denyut jantung, umur dan tinggi badan operator tersebut. 5.2.2
Analisis energy cost Energy cost merupakan total (keseluruhan) pengeluaran energi untuk
melakukan suatu aktivitas. Pada tahap ini akan dilakukan analisis besarnya perhitungan energy cost yang dikeluarkan oleh 10 pekerja buruh pasir pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop panjang. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop
Energycost (kcal/menit)
panjang adalah sebagai berikut:
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Energy cost setelah menggunakan sekop panjang Energy cost sebelum menggunakan sekop panjang
1
3
5
7
9
Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Gambar 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop panjang. commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan gambar 5.2 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat dilakukan perhitungan energy cost pada 10 orang pekerja buruh pasir, terutama aktivitas penurunan pasir dengan berat ± 2,5 kg dapat diketahui bahwa tujuh responden tergolong dalam kategori jenis very heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan sangat berat (7,5 s/d 10 kcal/menit). Sedangkan untuk tiga responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kcal/menit ). Berdasarkan hasil perbandingan pada gambar 5.2 diatas, energy cost kondisi setelah menggunakan sekop panjang dapat dikatakan 10 pekerja buruh pasir secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan sekop panjang (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa enam responden tergolong kedalam kategori jenis moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ). Sedangkan untuk empat responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit). Rata–rata penurunan energy cost ini disebabkan karena pekerja buruh pasir dapat merasakan perbedaan antara sekop pendek dan sekop panjang bila dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan. Penggunaan sekop tangkai panjang pada aktivitas penurunan pasir mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sekop tangkai pendek, keunggulan sekop tangkai panjang dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut: Tabel 5.2 keunggulan sekop tangkai panjang pada aktivitas penurunan pasir No
Keunggulan penggunaan sekop panjang
1
Pengguna nyaman memakai · Penggunaaan Sekop panjang memudahkan pekerja dalam menurunkan pasir Mengurangi resiko nyeri pada pemakai · Penggunaan sekop panjang yang ada untuk memperbaiki postur kerja · Mengurangi resiko cidera musculosceletal pada aktivitas penurunan pasir Mengurangi tingkat beban kerja, · Dengan menggunakan sekop panjang, dapat menurunkan commit to user tingkat beban kerja maupun energi yang dikeluarkan oleh
2
3
V-5
perpustakaan.uns.ac.id
4
5.3
digilib.uns.ac.id
pekerja secara berlebihan Waktu kerja · Dengan menggunakan sekop panjang waktu yang dibutuhkan dalam penurunan pasir lebih sedikit/cepat.
Analisis Perhitungan Siklus Kerja Operator Pasir Pada Proses Penurunan Pasir Analisis perhitungan siklus kerja operator pasir pada proses penurunan
pasir yang akan dibahas adalah waktu siklus kerja proses penurunan pasir sebelum dan setelah memakai sekop panjang. Secara garis besar, waktu siklus kerja proses penurunan pasir sebelum memakai sekop panjang dapat diketahui rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 15.04 menit. Setelah memakai sekop panjang terjadi penurunan waktu siklus kerja yang cukup signifikan yaitu rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 7.75 menit, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis pekerja yang berupa umur, sikap kerja pada saat melakukan aktivitas penurunan pasir, energi yang dikeluarkan operator saat beraktivitas dan pengalaman kerja operator. Berikut ini ditunjukkan hasil perbandingan siklus kerja operator antara kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah menggunakan sekop panjang adalah sebagai berikut: Tabel 5.3 Perbandingan work rest cycle sebelum dan sesudah perbaikan No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO Rata-rata
work rest cycle (menit) Sebelum perbaikan 10.96 14.65 11.49 17.85 14.20 15.22 12.90 9.66 25.48 18.04 15.04
work rest cycle (menit) Sesudah perbaikan 6.73 0.36 12.68 5.50 9.12 3.29 14.69 5.11 2.06 17.91 7.75
Berdasarkan hasil perbandingan perhitungan siklus kerja pada tabel 5.3, dapat diketahui waktu istirahat rata-rata operator sebelum perbaikan lebih besar commit to user dibanding sesudah perbaikan, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penurunan V-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasir sebelum perbaikan tergolong pekerjaan sangat berat (Very Heavy Work) sehingga membutuhkan waktu istirahat yang cukup lama dibanding waktu istirahat sesudah perbaikan yang tergolong pekerjaan sedang (Moderate Work). 5.4
ANALISIS PRODUKTIVITAS KERJA OPERATOR PASIR Rancangan suatu metode kerja yang ergonomis harus disesuaikan dengan
operator tidak hanya mempertimbangkan bagaimana kenyamanan, keselamatan kerja dan efisiensinya, namun juga harus tetap mempertimbangkan produktivitas kerja operator pada saat aplikasi metode kerja yang dirancang. Produktivitas kerja dari operator dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain dari sisi kecepatan kerja yang terkait dengan waktu dan mengenai alat yang digunakan untuk kerja. Rancangan metode kerja yang baru selain untuk memperbaiki postur kerja operator ditujukan juga untuk mempercepat proses penurunan pasir. Pada Depo Pasir makmur, waktu yang diperlukan dalam proses penurunan pasir awal ± 60 menit dalam satu kali penurunan pasir (1 truk), waktu penurunan pasir awal ini termasuk waktu penurunan pasir yang cukup lama dibandingkan waktu yang dibutuhkan sesudah perbaikan ± 40 menit dalam satu kali penurunan pasir. Lamanya waktu proses penurunan pasir awal ini disebabkan karena sekop yang digunakan terlalu pendek sehingga operator bekerja terlalu membungkuk dan membutuhkan tingkat konsumsi energi besar yang berdampak operator cepat lelah, untuk itu perlu dilakukan perancangan desain sekop panjang yang sesuai dengan anthropometri operator dan penjadwalan waktu istirahat operator. Berdasarkan hasil perhitungan work rest cycle, dapat diketahui waktu istirahat rata-rata operator sebelum perbaikan lebih lama dibanding sesudah perbaikan, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penurunan pasir sesudah perbaikan lebih produktif.
commit to user
V-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya. 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penelitian ini telah menghasilkan postur kerja yang memiliki level resiko kerja lebih rendah berdasarkan REBA. 2. Perbaikan postur kerja yang dirancang meliputi penggantian sekop pendek menjadi sekop panjang. 3. Rancangan perbaikan postur kerja memiliki tingkat konsumsi energi lebih rendah dari kondisi awal berdasarkan metode energi expenditure dan energi cost. 4. Perbaikan postur kerja memiliki efek penurunan work rest cycle yang mengindikasikan bahwa aktivitas
penurunan
pasir dapat
berpotensi
meningkatkan produktivitas. 6.2 SARAN Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian selanjutnya, sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai desain sekop yang dikaitkan dengan jenis aktivitas dan anthropometri dari pemakainya. 2. Penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan rancangan dapat diarahkan pada penjadwalan waktu istirahat kerja yang lebih terstruktur.
commit to user VI - 1