Foto: Ricky Martin/CIFOR
Rancangan Konsep 4 Maret 2014
Bentang Alam Lestari untuk Pertumbuhan Hijau di Asia Tenggara
5-6 Mei 2014 w w w. f o re s t s a s i a .o rg
|
Jakarta, Indonesia
Daftar Isi Ikhtisar
1
Kontribusi Hutan dan Bentang Alam bagi Komunitas ASEAN 2015 1 Tujuan 1 Hasil 2 Target Peserta 4 Latar Belakang 4 Pertemuan Puncak Indonesia sebagai Negara Tuan Rumah Pertemuan yang Dibingkai dengan Pendekatan Bentang Alam
5 5
Agenda Pertemuan
7
Tentang Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)
8
Komunikasi dan Penjangkauan
8
Peluang untuk Mitra dan Sponsor Pameran Pasar Isu tentang Bentang Alam
9 9 9
Diproduksi sebagai bagian dari
10 12
Foto: Aulia Erlangga/CIFOR
Lampiran I Latar Belakang ASEAN dan Proses-Proses yang Sedang Berlangsung II Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Agenda Pembangunan Pasca 2015
5
Rancangan Konsep 1
Ikhtisar Pertemuan puncak Forests Asia di Jakarta, akan mempertemukan Menteri dari seluruh Asia Tenggara bergabung dengan CEO, tokoh masyarakat sipil, pakar pembangunan serta ilmuwanilmuwan penting dunia, untuk berbagi pengetahuan tentang bagaimana akselerasi kawasan terhadap pergerakan menuju ekonomi hijau dengan mengelola hutan dan bentang alam secara lebih baik. Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan paling dinamis di dunia. Perekonomiannya berkembang pesat dengan munculnya kelas menengah, walaupun menghadapi tantangan besar perihal kebijakan seperti: kesenjangan, kepemilikan lahan yang tidak pasti, ketidakberlanjutan penggunaan lahan, hilangnya keanekaragaman hayati, kerawanan pangan dan perubahan iklim. Terhadap latar belakang ini, beberapa negara Asia Tenggara mengadopsi pendekatan pertumbuhan hijau, secara sukarela menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan untuk mengelola hutan dan bentang alam mereka secara berkelanjutan. Serupa halnya dengan pelaku bisnis terkemuka yang berkomitmen untuk penggunaan lahan dan praktik investasi berkelanjutan. Tetap saja, masih banyak yang harus dilakukan. Ekspansi pertanian di Asia Tenggara mengancam hutan tropis terbesar ketiga di dunia berikut jasa ekosistem yang disediakannya. Perubahan tata guna lahan yang tidak berkelanjutan telah membuat kawasan tersebut sebagai salah satu penyumbang gas rumah kaca di dunia. Didukung oleh informasi penelitian terbaru serta praktikpraktik terbaik, pertemuan puncak Forests Asia akan memungkinkan peserta untuk saling berbagi pengetahuan satu sama lain dengan para pembuat kebijakan dalam mencari jalur-jalur baru pertumbuhan hijau untuk pembangunan. Pertemuan puncak – yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) didukung oleh Departemen Kehutanan Indonesia - akan menjadi yang terbesar di Asia dalam beberapa tahun terakhir dan diharapkan dapat menarik lebih dari 1.000 pemangku kepentingan utama baik dari seluruh Asia Tenggara dan global. Puluhan ribu lainnya diharapkan untuk dapat berpartisipasi secara online atau melalui siaran nasional. Terdapat acara pembelajaran khusus dengan pakar global Ekonomi Hijau, krisis asap Asia Tenggara, perundingan perubahan iklim dan tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
Kontribusi Hutan dan Bentang Alam bagi perekonomian hijau Asia Tenggara Tujuan Forests Asia akan memperkaya informasi dan menyerap informasi dari inisiatif dan proses nasional, regional dan internasional, serta mengambil perspektif dari negara maju lainnya seperti Cina. Pertemuan puncak ini akan membahas isu tata kelola serta peluang perdagangan dan investasi, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, penghidupan, sistem pangan dan nutrisi berkelanjutan. Pada tingkat regional, acara ini bertujuan untuk menempatkan hutan dan bentang alam sebagai inti proses yang masih berlangsung, termasuk pencapaian Komunitas ASEAN 2015; menekankan peran yang dapat dimainkan oleh bentang alam untuk mencapai keberlanjutan lingkungan, keadilan pembangunan ekonomi dalam sebuah kawasan ekonomi yang kompetitif, serta untuk mengurangi perbedaan pembangunan di antara negara anggota ASEAN.
2 Forests Asia Summit 2014
Merujuk pada proses kebijakan ASEAN yang ada (Annex I), pertemuan puncak ini akan mendukung strategi regional untuk: • Meningkatkan pertukaran bilateral dan multilateral untuk mendorong pelaksanaan kebijakan Pertumbuhan Hijau • Penguatan penegakan hukum dan tata kelola terkait kepemilikan dan pemanfaatan lahan serta perdagangan; • Mengembangkan perekonomian rendah karbon dan meningkatkan kapasitas adaptasi untuk mencapai sinergi antara perubahan iklim dan pembangunan ekonomi; • Menegaskan kembali potensi REDD+ di ASEAN dan pembelajaran yang sejauh ini telah dicapai dalam mitigasi perubahan iklim, konservasi keanekaragaman hayati dan penghidupan; • Mencari keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial untuk mengurangi dan mencegah dampak negatif bagi ketahanan pangan. Diskusi internasional seputar ekonomi hijau, perubahan iklim (Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC)), keragaman hayati (Konvensi mengenai Keragaman Hayati (CBD)), keamanan pangan (Komite Keamanan Pangan Dunia) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (lihat Annex II) juga turut membentuk tema Forests Asia. Panitia pertemuan berencana menyarikan pesan kunci dan komitmen dari kegiatan ini sebagai umpan balik diskusidiskusi tersebut. Salah satu wahana untuk ini adalah Forum Bentang Alam Global (GLF), yang diadakan oleh CIFOR mewakili koalisi besar kehutanan, pertanian dan kelompok lain dengan peminatan bentang alam berkelanjutan. Forum pertama digelar di Warsawa, November 2013 bersamaan dengan UNFCCC COP19, dihadiri oleh ratusan juru runding iklim. Acara kedua akan digelar di Lima pada Desember 2014, bersamaan dengan COP20. Sebagai pendahuluan Pertemuan Puncak Forests Asia, CIFOR akan menyelenggarakan pertemuan kelompok kerja multi-pemangku kepentingan guna penyusunan rancangan paparan latar belakang singkat tentang lima tema utama pertemuan ini. Rancangan ini akan digunakan sebagai penajam fokus sesi acara dan dibagikan kepada semua peserta konferensi. Paparan singkat ini juga akan berisi latar belakang dan konteks; kebutuhan dan rekomendasi kebijakan; perbedaan riset; serta suatu garis besar perbedaan peran antara para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, riset dan donor. Dua lokakarya lainnya diselenggarakan sebagai pendahuluan Pertemuan Puncak akan membantu menginformasikan hal ini. Pertama, pertemuan multi-pemangku kepentingan dipimpin CIFOR mengenai krisis asap Asia Tenggara. Kedua, Dialog Lapangan mengenai Perubahan Pandangan mengenai Pangan, Bahan Bakar, Serat dan Hutan yang dibiayai CIFOR, digelar di Provinsi Kalimantan Tengah Indonesia, dan diorganisasi oleh Forests Dialogue.
Hasil Forests Asia bertujuan menghasilkan hal-hal sebagai berikut: 1. Komitmen untuk mengintegrasikan program riset regional, dimulai dengan program percontohan untuk meredakan krisis asap; 2. Komitmen untuk berinvestasi dalam bentang alam berkelanjutan; 3. Komitmen untuk melanjutkan dialog multi-pemangku kepentingan untuk mempertajam opsi kebijakan berbasis bukti sebagai tantangan regional.
5
Forum Bentang Alam Global
Perubahan di masyarakat, bentang alam berkelanjutan dan pembangunan setara
4
3
Perubahan iklim dan pembangunan rendah emisi dalam praktik sesungguhnya Bentang alam untuk pangan dan keanekaragaman hayati
2
1
Berinvestasi di bentang alam untuk hasil hijau
Tata pemerintahan dan kerangka kerja hukum untuk mendorong bentang alam yang lestari
Pertemuan pemangku kepentingan, 1-15 Maret 2014 Finalisasi ringkasan latar belakang, 1 April 2014
5-6 Mei 2014
Gambar 1. Alur Pertemuan Puncak Hutan Asia: Sekilas bagaimana acara ini diinformasikan dan diupayakan terinformasi
Dialog Hutan Kondisi Lapangan Indonesia Dialog mengenai Perubahan Pandangan mengenai Pangan, Bahan Bakar, Serat dan Hutan (4Fs), 16-19 Maret 2014
Ekonomi Hijau Keamanan pangan SDG UNFCCC CBD ASEAN
A. Rancangan program riset B. Regulasi C. Aksi segera 2014 D. Pemantauan
Persiapan 5 tema
Ringkasan latar belakang
29 Januari 2014 Pertemuan “Asap”
• •
Ekonomi Hijau Keamanan pangan SDG UNFCCC CBD ASEAN
Laporan Konferensi Usulan Pendekatan Bentang alam untuk Asia Tenggara: 1. Komitmen untuk Riset (Program “Asap”) 2. Komitmen untuk Berinvestasi dalam Bentang Alam Berkelanjutan 3. Komitmen Dialog untuk mempertajam Opsi Kebijakan Berbasis-Bukti
Hasil langsung
Rancangan Konsep 3
4 Forests Asia Summit 2014
Target Peserta Diharapkan dapat menarik lebih dari 1.000 peserta, Forests Asia akan merangkul beragam pemangku kepentingan dari berbagai kawasan yang memiliki kepentingan yang sama dan kritis dalam mengelola kawasan hutan dan bentang alam di Asia Tenggara secara berkelanjutan. Secara khusus, pihak penyelenggara mengharapkan partisipasi besar dari sektor swasta untuk merefleksikan meningkatnya urgensi untuk bekerja sama dalam bisnis yang berkelanjutan. Para pemimpin pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, badan-badan penelitian, lembaga donor dan juga media diundang untuk mengambil bagian dalam sebuah diskusi terbuka yang berupaya untuk menjembatani silo kelembagaan dan menawarkan ‘solusi pertumbuhan hijau’ bagi masa depan bersama kita.
Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, Asia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan berkelanjutan. Namun, sejalan dengan kemajuan secara umum dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, tersisa kerentanan sosial dan lingkungan hidup serta kesenjangan antar dan di dalam negara-negara berkembang. Sebagai rumah bagi lebih dari separuh populasi dunia dan sekitar dua pertiga dari penduduk miskin dunia, Asia terpengaruh oleh peristiwa cuaca ekstrim, dan mayoritas penduduk di pedesaannya terus bergantung pada sektor-sektor yang peka iklim seperti kehutanan, pertanian atau perikanan. Pada pergantian abad ke-21, Asia Selatan dan Asia Tenggara menjadi penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia dari perubahan tata guna lahan. Pertanian, termasuk hasil-hasil perkebunan seperti kelapa sawit dan karet – dan pertanian menjadi pemicu utama deforestasi di kawasan tersebut, sementara pengambilan kayu dan pembalakan menyebabkan lebih dari 70 persen dari keseluruhan degradasi. Dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi tertinggi di dunia, munculnya peningkatan dalam jumlah konsumen, kebutuhan pangan serta energi di kawasan ini akan menambah lagi tekanan pada hutan bentang alam Asia Tenggara terhadap hasil hutan, pangan, bahan bakar nabati, serta pembangunan pembangkit listrik tenaga air dan pertambangan. Dibalik latar belakang ini, perekonomian Asia Tenggara – seperti Indonesia, Thailand dan Vietnam – telah bergeser ke pendekatan ‘pertumbuhan hijau’, yang secara sukarela menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan tutupan hutan sebagai bagian dari proses perencanaan pembangunan mereka. Sementara itu, pada tahun 2012 Majelis Inter-Parlemen ASEAN menyusun Rancangan Resolusi ‘Mewujudkan Sebuah Ekonomi Hijau untuk Mendorong Pembangunan Berkelanjutan’. Demikian juga, pemerintah dan pelaku bisnis di sepanjang kawasan menunjukkan peningkatan komitmen bagi pemanfaatan lahan dan praktik-praktik investasi yang berkelanjutan, bekerja sama dalam berbagai inisiatif seperti Kesepakatan ASEAN tentang Polusi Asap Lintas Batas (ASEAN Agreement on Transboundary Haze), perjanjian kemitraan sukarela untuk penegakan hukum, perbaikan tata pemerintahan dan perdagangan sektor kehutanan (Voluntary Partnership Agreement on Forest Law Enforcement Governance and Trade /FLEGT–VPA) dan Forum Pertemuan Kelapa Sawit Berkelanjutan (Roundtable on Sustainable Palm Oil/RSPO). Di tingkat internasional, beberapa negara ASEAN telah terlibat dalam Program Mengurangi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+) melalui UN-REDD atau program-program nasional. Negara-negara ASEAN telah memainkan peran aktif dalam proses menuju agenda pembangunan pasca-2015. Dalam deklarasi Kathmandu, kelompok pemangku kepentingan
Rancangan Konsep 5
utama dari kawasan Asia-Pasifik telah menyerukan kerangka ekonomi hijau dalam upaya pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan untuk memandu agenda pasca-2015. Isu kesetaraan sosial juga meningkat di dalam agenda politik. Hukum yang mengatur kepemilikan lahan berubah dengan cepat di seluruh Asia, mengubah hak-hak kelompok marjinal, seperti yang terlihat pada revisi terakhir Undang-Undang di Indonesia yang memberikan hak adat atas hutan kepada masyarakat adat, yang sebelumnya dianggap sebagai milik negara. Keragaman masyarakat dan/atau pengelolaan hutan berbasis negara di Asia Tenggara juga memberikan pelajaran penting dengan implikasi bagi penghidupan, ketahanan pangan, jasa ekosistem serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Pertemuan Puncak Indonesia sebagai Negara Tuan Rumah Acara ini akan berlangsung di Jakarta, Indonesia – rumah bagi hutan hujan terbesar ketiga di dunia dan bagi sejumlah besar keanekaragaman hayati daratan di planet ini. Hal Ini juga merupakan penghargaan akan catatan kepemimpinan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono bagi agenda kehutanan dan pembangunan berkelanjutan, dan penyelenggara menyambut gembira akan kesediaan Presiden Bambang Susilo Yudhoyono untuk menyampaikan pidato utama di pembukaan acara.
Pertemuan yang Dibingkai dengan Pendekatan Bentang Alam Forests Asia dipandu dengan pendekatan bentang alam yang memadukan hutan, pertanian dan sektor-sektor lain yang berbasiskan lahan untuk mencermati kontribusi bersama mereka untuk tujuan pembangunan yang lebih luas.
ha s
bi di
pe ro le h,
a as
at a
u
om
%
n To
il
Ini adalah kerangka kerja yang memungkinkan pengukuran jelas serta dapat dimengerti guna memantau kemajuan (Gambar 2), dan berusaha memberi informasi kesepakatan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di masa mendatang dan untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang diusulkan (Sustainable Development Goals/SDGs).
be
di
an nt am al
Hasil-hasil pangan dan non-pangan
Polusi dan efisiensi sumber daya
ie m
n To
• Dapat diukur • Keberlanjutan dapat berarti perbaikan sepanjang waktu
g
eq v
n ya
se ta
sil
ha
ra d
• Berlaku di semua skala • Berlaku di lokasi mana saja
n
Jasa ekosistem yang berkelanjutan
ka
Penyediaan mata pencaharian
isi
ya n
g
g
$
• Mudah dipahami
2
CO To ne
i
pa
ca
di
Gambar 2. Satu set umum yang diusulkan terkait empat tujuan bagi bentang alam yang lestari dan ukuran performa yang mungkin digunakan bagi setiap tujuan.
6 Forests Asia Summit 2014
Hal ini membutuhkan keterlibatan dari berbagai pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi solusi gabungan terhadap tantangan yang timbul dari persaingan penggunaan lahan dan beberapa tekanan pada sistem sosial dan lingkungan. Hanya dengan mengambil pendekatan lintas bidang (crosscutting) ini untuk mengidentifikasi cara terbaik ke depan dan menentukan seberapa baik solusi yang diusulkan, bagi suatu gambaran yang menyeluruh.
Bentang Alam dan Pendekatan Bentang Alam Pendekatan bentang alam menyediakan suatu kerangka kerja yang luas yang mengintegrasikan secara lengkap semua sektor berbasiskan lahan – kehutanan, pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, dan pemanfaatan lahan perkotaan – ke dalam agenda pembangunan berkelanjutan. Ini berupaya untuk menilai performa terhadap tujuan-tujuan pembangunan yang lebih luas seperti pemberantasan kemiskinan, pertumbuhan hijau, keamanan pangan dan nutrisi, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, kota yang efisien dan pemanfaatan lahan serta praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan.
Sejauh ini, pertemuan akan dilaksanakan sejalan dengan lima tema utama: 1. Tata pemerintahan dan kerangka kerja hukum untuk mendorong bentang alam yang lestari: Bagaimana kita secara lebih baik dapat menindaklanjuti tata kelola lahan dan korporat untuk pengamanan sosial dan lingkungan hidup yang efektif di tengah meningkatnya struktur tata kelola yang kompleks? 2. Berinvestasi di bentang alam untuk hasil hijau: Bagaimana kita dapat mengarahkan manfaat pertumbuhan ekonomi untuk diinvestasikan kembali di bentang alam yang lestari dan pemanfaatan lahan agar memberi manfaat bagi investor dan produsen di semua skala? 3. Perubahan iklim dan pembangunan rendah emisi dalam praktik sesungguhnya: Bagaimana kita mendorong pembangunan rendah karbon dengan cara-cara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat atas bentang alam dan mencapai pengurangan emisi yang dapat diverifikasi seraya menghasilkan peluang untuk meningkatkan ketahanan terhadap variabilitas iklim? 4. Bentang alam untuk pangan dan keanekaragaman hayati: Bagaimana peran hutan penting bagi sistem pangan, gizi, kesehatan dan keanekaragaman hayati di kawasan Asia Tenggara? 5. Perubahan di masyarakat, bentang alam berkelanjutan dan pembangunan setara: Bagaimana kita dapat memberikan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan mata pencaharian? Bagaimana proses migrasi, urbanisasi dan multi-lokalitas rumah tangga berhubungan dengan lingkungan?
Rancangan Konsep 7
Agenda Pertemuan Senin, 5 Mei 07:00 – 09:00
Registrasi
09:00 – 10:30
Forum Diskusi Paralel
10:30 – 11:00
Rehat Kopi
11:00 – 12:30
Forum Diskusi Paralel
12:30 - 14:00
Makan Siang & Pasar Isu tentang Bentang Alam 1. Sesi Pembelajaran: Kebakaran dan Asap di Bentang Alam Asia Tenggara
14:00 – 15:45
Hari ke-1: Pleno Pembuka
15:45 – 16:15
Rehat Kopi
16:45 – 17:45
Forum Diskusi Paralel
18:00 – 20:00
Sesi Khusus: Peran Pemuda di Asia Tenggara
19:30 – 22:00
Makan malam VIP diselenggarakan oleh KADIN dan Global Initiatives
Selasa, 6 Mei 07:00 – 09:00
Registrasi
09:00 – 10:30
Hari ke-2: Pleno Pembukaan
10:30 – 11:00
Rehat Kopi
11:00 – 12:30
Diskusi Panel Tingkat Tinggi
12:30 – 14:00
Makan Siang & Pasar Isu tentang Bentang Alam 1. Sesi Pembelajaran: Ekonomi Hijau di Asia Tenggara 2. Sesi Pembelajaran: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk Asia Tenggara
14:00 – 15:00
Pidato Utama: 1. Perubahan Iklim, Hutan dan Bentang alam 2. Berinvestasi di dalam Bentang Alam yang Berkelanjutan
15:00 – 16:30
Diskusi Panel Kesenjangan Pengetahuan & Rekomendasi Kebijakan
16:30 – 17:00
Rehat Kopi
17:00 – 18:00
Pleno Penutup
18:00 – 20:00
Resepsi Penguatan Jaringan Kerja
8 Forests Asia Summit 2014
Tentang Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research – CIFOR) Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) adalah sebuah organisasi non-profit global yang melakukan penelitian untuk memungkinkan lebih banyak pembuatan keputusan terinformasikan dan berkesetaraan tentang pemanfaatan dan pengelolaan hutan pada negaranegara yang belum maju. Berdiri pada tahun 1993, kantor pusat CIFOR berada di Bogor, Indonesia. Di kawasan Asia, kantor CIFOR berada di Vietnam dan di lokasi-lokasi penelitian seperti Kamboja, Cina, India, Laos, Malaysia, Nepal, Filipina, dan Thailand. CIFOR merupakan anggota CGIAR, konsorsium penelitian terbesar dunia bidang pertanian, kehutanan dan perikanan, dan memimpin program global CGIAR atas hutan, pohon dan wanatani. CIFOR telah berpengalaman dalam menyelenggarakan konferensi internasional berskala besar. CIFOR menyelenggarakan dan mengkoordinasikan enam Forest Day sebelumnya yang merupakan acara tambahan pada KTT tahunan PBB tentang perubahan iklim. Pada tahun 2011, CIFOR menyelenggarakan Forests Indonesia Conference: Alternative futures to meet demands for food, fiber, fuel and REDD+. (Hutan Indonesia: Alternatif masa depan untuk memenuhi kebutuhan pangan, kayu, energi dan REDD+. Acara tersebut dihadiri oleh hampir 1000 pemangku kepentingan dan menyaksikan penyampaian pidato oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengenai tiga tahun terakhir masa kepresidenannya yang beliau dedikasikan untuk konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan hutan Indonesia, serta seruannya terhadap berbagai bisnis untuk bersatu dalam upaya ini.
Komunikasi dan Penjangkauan CIFOR akan memanfaatkan saluran dan jaringan media yang dimiliki untuk menarik perhatian internasional, regional dan nasional dalam konferensi Forests Asia, dengan menyoroti sejumlah pembicaraan kebijakan yang utama dan hasil kerja yang luar biasa dari para ilmuwan dan kelompok pemangku kepentingan. Kampanye penjangkauan yang komprehensif akan diluncurkan tiga bulan sebelumnya, dan berlanjut selama dan setelah acara. Selama konferensi, CIFOR akan mengatur penayangan diskusi langsung melalui jaringan internet (live web streaming); memfasilitasi sesi utama dan panel di dalam suatu wadah daring); konferensi pers dan wawancara dengan para pembicara dan partisipan yang hadir. Tim penulis professional akan menulis blog tentang berbagai sesi yang akan disebarkan selama dan setelah acara. Jurnalis dari penjuru Asia diharapkan kehadirannya pada acara ini. Sebuah program pelatihan jurnalis dan penjangkauan media sosial yang bertujuan untuk membangun kapasitas jurnalis regional dan wartawan sosial untuk secara aktif terlibat dalam perdebatan bentang alam akan mendahului pertemuan. Momen ini akan dilangsungkan selama dan setelah acara untuk berbagi hasil pertemuan.
Rancangan Konsep 9
Peluang untuk Mitra dan Sponsor Kementerian Kehutanan Republik Indonesia adalah mitra negara tuan rumah. Global Initiatives berbasis di Singapura, yang mengorganisasi rangkaian konferensi Bisnis untuk Lingkungan, menjadi bagian kemitraan untuk menjamin keterlibatan luas sektor swasta – perusahaan nasional dan multinasional. CIFOR tengah berdiskusi dengan organisasi lain untuk membantu membentuk kegiatan dan menjadi tuan rumah bagi Forum Diskusi.
Pameran Meja eksibisi tersedia dengan biaya 1.000 dolar AS tiap meja selama dua hari. Organisasi yang berminat harus memasukkan penawaran tertulis kepada Gugi Ginanjar di CIFOR: g.ginanjar@ cgiar.org.
Pasar Isu tentang Bentang Alam Merespon merebaknya umpan balik positif peserta rangkaian konferensi Hari Hutan yang dipimpin CIFOR hingga 2012, panitia Pertemuan Puncak menggelar satu jam sehari diskusi dan berjejaring secara semi-terstruktur. Kami menyebut sesi ini Pasar Isu, peserta bebas untuk berpindah di antara presentasi-presentasi. Peserta berkumpul dalam kelompok kecil seputar tema spesifik untuk mendengar presentasi singkat dan kemudian bisa melakukan tanya-jawab. Sesi ini memungkinkan organisasi untuk menampilkan riset, pemikiran dan pengalaman terbaru pada topik tertentu dan menerima umpan balik penting. Lima kesempatan tersedia setiap hari dengan biaya 500 dolar AS. Organisasi yang berminat bisa memasukkan tawaran tertulis kepada Vanda Santos di CIFOR:
[email protected].
Permohonan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Koordinator Komunikasi CIFOR untuk Asia, Adinda Hasan:
[email protected]; +62 (0) 8118609338.
10 Forests Asia Summit 2014
Lampiran I Latar Belakang ASEAN dan Proses-Proses yang Sedang Berlangsung Kawasan ASEAN meliputi tiga persen total permukaan bumi namun merupakan rumah bagi lebih dari 20 persen jenis-jenis tumbuhan, binatang dan biota laut yang diketahui, menyediakan makanan, obatobatan, tempat hidup, pakaian dan berbagai barang biologis serta jasa ekosistem bagi hampir 600 juta orang di ASEAN.
Komunitas ASEAN 2015 Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) bertujuan untuk mencapai integrasi ekonomi regional pada tahun 2015 yang mencakup (a) sebuah pasar tunggal dan berbasiskan produksi, (b) suatu kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, (c) sebuah kawasan pembangunan ekonomi yang berkesetaraan, dan (d) suatu kawasan yang sepenuhnya terpadu ke dalam ekonomi global. Termasuk dalam tujuan lainnya, AEC berupaya meningkatkan akses pasar bagi hasil-hasil pertanian dan hutan untuk persaingan jangka panjang melalui sertifikasi hutan, serta memperkuat upaya memerangi pembalakan liar, kebakaran hutan serta efek resultan yang ditimbulkan. Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC) bertujuan untuk mencapai (diantaranya): • Pengelolaan hutan dan konservasi keanekaragaman hayati yang berkelanjutan untuk jasa ekosistem: memperkuat penegakan hukum dan tata kelola • Menerapkan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, keluwesan, efektivitas, tanggung jawab bersama namun yang dibedakan, kemampuan yang bersangkutan, serta bercermin dari kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda • Mengembangkan strategi regional untuk meningkatkan kapasitas adaptasi, ekonomi rendah karbon bagi terciptanya sinergi menang–menang antara perubahan iklim dan pembangunan ekonomi • Komunitas internasional agar berpartisipasi dalam dan berkontribusi bagi upaya-upaya ASEAN untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan dan untuk aforestasi dan reforestasi • Pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, komunitas tahan bencana
Draft Resolusi Sidang Umum Antar Parlemen ASEAN tentang “Mewujudkan sebuah Ekonomi Hijau untuk Mendorong Pembangunan Berkelanjutan” (Sept 2012) Menyerukan negara-negara ASEAN untuk menyadari bahwa kebijakan ekonomi hijau dapat lebih meningkatkan komitmen regional mereka untuk mencapai langkah-langkah pembangunan berkelanjutan dan untuk secara aktif merespon perubahan iklim global berdasarkan prinsip tanggung jawab bersama namun yang dibedakan dari UNFCCC. Mendorong negara-negara maju untuk lebih memperkuat komitmen politik mereka dalam mendukung kebijakan ekonomi hijau yang dilaksanakan oleh negara ASEAN yang bersangkutan dengan menyediakan sumber daya seperti bantuan keuangan, penelitian kolaboratif, transfer teknologi dan peningkatan kapasitas;
Rancangan Konsep 11
Merekomendasikan negara anggota ASEAN untuk mendorong pertukaran bilateral dan multilateral untuk menyempurnakan implementasi kebijakan ekonomi hijau, dan mengambil kebijakan serta tindakan-tindakan yang terkoordinasi untuk memastikan bahwa mereka mengambil manfaat dari penerapan ekonomi hijau, dan pada saat yang sama mendorong pembangunan berkelanjutan.
Pernyataan Pemimpin ASEAN tentang Respon Bersama terhadap Perubahan Iklim (2010) Memahami pentingnya pengelolaan hutan berkelanjutan bagi ASEAN, dan upaya-upaya internasional untuk mendorong kelestarian lingkungan hidup dan mitigasi perubahan iklim: • menegaskan kembali pentingnya REDD+ bagi Negara Anggota ASEAN untuk mitigasi emisi, melestarikan keanekaragaman hayati dan mendukung penghidupan; • Mendorong implementasi Aksi Mitigasi yang Sesuai Secara Nasional (Nationally Appropriate Mitigation Actions/NAMAs) secara sukarela, sesuai dengan kondisi nasional yang berbeda; • Mendorong kerja sama Selatan–Selatan untuk mendukung Negara Anggota ASEAN menindaklanjuti dampak perubahan iklim; • Bekerja sama dalam berbagi pengetahuan tentang mitigasi perubahan iklim dan adaptasi untuk ketahanan pangan di kawasan ASEAN; • Meningkatkan partisipasi ASEAN dalam memperkuat kerja sama internasional untuk mengatasi perubahan iklim dan menilai dampaknya bagi pembangunan sosial ekonomi Implementasi: Rencana Aksi ASEAN atas Respon Bersama terhadap Perubahan Iklim yang ditetapkan pada 2012
Kerangka Kerja dan Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan Terpadu ASEAN tentang Ketahanan Pangan di kawasan ASEAN (2009-2013) Bertujuan untuk menjamin ketahanan pangan jangka panjang, meningkatkan penghidupan petani dan mewujudkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial untuk mengurangi dan mencegah dampak negatif terhadap ketahanan pangan. Komponen-komponen: • Inovasi pertanian untuk mendorong produksi pangan berkelanjutan dengan: -- Mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam lain; -- Mendorong kemitraan publik dan sektor swasta; -- Memperkuat jaringan kerja regional tentang penelitian dan pembangunan pertanian; -- Mendorong akses yang lebih besar atas lahan dan sumber daya air, input dan modal pertanian, khususnya bagi petani berskala kecil. • Mendorong investasi yang lebih besar dalam industri pangan dan berbasiskan pertanian untuk memperkuat ketahanan pangan • Mengidentifikasi dan menindaklanjuti isu-isu yang muncul terkait ketahanan pangan: -- Meninjau status dan tren pengembangan bahan bakar nabati dalamnya kawasan dan dampak potensialnya bagi ketahanan pangan; -- Mengidentifikasi langkah-langkah untuk mitigasi/adaptasi terhadap dampak perubahan iklim terhadap keamanan pangan, kolaborasi dengan badan-badan sektoral yang lain. Pada October 2013, KTT Asia Timur yang dihadiri oleh 10 negara anggota ASEAN mengadopsi deklarasi ketahanan pangan.
12 Forests Asia Summit 2014
Lampiran II Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Agenda Pembangunan Pasca 2015 Konteks Kebijakan Dua proses paralel: 1. Proses formal melalui Sidang Umum PBB: menerima mandat dari Rio+20: Kelompok Kerja Terbuka (Open Working Group/OWG) tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) -- 30 badan anggota (termasuk Thailand, Vietnam, Indonesia, Singapura) -- Laporan Interim diterbitkan 30 Juli 2013, merangkum poin-poin utama dan konsensus, namun belum terdapat kerangka kerja untuk SDG -- OWG akan menyampaikan laporan kepada Sidang Umum September 2014 -- OWG relatif terbuka dalam menerima saran melalui Kelompok Utama yang terdaftar, beberapa organisasi telah menyampaikan pendapat, saran, dan pandangan konseptual. 2. Sidang Umum PBB bertugas sebagai Panel Tingkat Tinggi dengan kerangka kerja yang ambisius namun realistis pasca-2015 yang direkomendasikan, yang juga mengikutsertakan SDGs.
Tanggal penting: • 25 September 2013: Sekretaris Jenderal menyelenggarakan sebuah acara khusus pada Sidang Umum PBB, transisi menuju Forum Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Berkelanjutan, Sekretaris Jenderal membahas penyatuan SDG dan Agenda pasca-2015 -- Keluaran: negara-negara menyerukan konferensi tingkat tinggi 2015 untuk menerapkan suatu set tujuan yang akan menyeimbangkan tiga elemen pembangunan berkelanjutan – mewujudkan transformasi ekonomi dan peluang untuk mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan, memajukan keadilan sosial dan melindungi lingkungan hidup. • Sampai dengan Februari 2014: pertemuan OWG, pembahasan tahap kedua yang mencakup topik-topik spesifik: -- Sesi kelima 25-27 Nov: Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif -- Sesi keenam 9-13 Des: Sarana implementasi (ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagi pengetahuan dan peningkatan kapasitas); kemitraan global untuk mencapai pembangunan berkelanjutan -- Sesi ketujuh 6-10 Jan 2014: Konsumsi dan produksi yang berkelanjutan; Perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana -- Sesi kedelapan 3-7 Feb 2014: Hutan, keanekaragaman hayati, samudera dan lautan • Februari 2014: OWG akan menyampaikan laporan baru untuk Majelis Umum PBB • September 2014: OWG akan menyerahkan rekomendasi kepada Majelis Umum PBB • September 2015: Forum Politik Tingkat Tinggi akan memutuskan kerangka kerja pasca-2015
3/4 v.18
Kunjungi www.ForestsAsia.org Untuk informasi lebih lanjut hubungi Adinda Hasan:
[email protected]; +62 (0) 8118609338
Penyelenggara Center for International Forestry Research cifor.org
Dengan bantuan dana dari Fund
Mitra pendukung
Mitra negara tuan rumah Ministry of Forestry, Republic of Indonesia dephut.go.id
Mitra koordinator Global Initiatives globalinitiatives.com