RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN
KOMISI SUMBER DAYA GENETIK UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN
RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN
D I A D O P S I O L E H D E W A N F A O, R O M A, I T A L I A, 2 9 N O V E M B E R 2 0 1 1
Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa FAO, 2011
Judul yang dipergunakan dan penyajian materi dalam produk informasi ini bukan merupakan pernyataan opini apapun dari pihak Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization of the United Nations/FAO) yang berkenaan dengan status hukum dan pengembangan negara, teritori, kota atau wilayah atau kekuasaannya, atau berkenaan dengan penetapan batas-batas wilayahnya. Penyebutan perusahaan atau produk dari produsen tertentu, baik yang telah dipatenkan ataupun tidak, bukan berarti bahwa perusahaan atau produk tersebut didukung atau direkomendasikan oleh FAO dalam hal preferensi kepada orang lain, yang sifatnya serupa namun tidak disebutkan. Pandangan yang dinyatakan dalam produk informasi ini adalah berasal dari penulis dan tidak mencerminkan pandangan dari FAO. ISBN 978-92-5-107163-2 All rights reserved. FAO mendorong reproduksi dan diseminasi materi dalam produk informasi ini. Penggunaan non-komersial akan diberi wewenang secara gratis, berdasarkan permintaan. Reproduksi untuk penjualan kembali atau tujuan komersial lainnya, mencakup tujuan pendidikan, mungkin dikenakan biaya. Permohonan untuk ijin reproduksi atau mendiseminasikan materi hak cipta FAO, dan seluruh pertanyaan mengenai hak dan lisensi, dapat ditujukan melalui email kepada
[email protected] atau kepada the Chief, Publishing Policy and Support Branch, Office of Knowledge Exchange, Research and Extension, FAO, Viale delle Terme di Caracalla, 00153 Rome, Italy. © FAO 2012
KATA PENGANTAR Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, yang disiapkan di bawah pengawasan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian, diadopsi oleh Dewan FAO pada tanggal 29 November 2011. Dokumen ini merupakan pemutakhiran dari Rancang Tindak Global untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian yang Berkelanjutan, yang diadopsi pada tahun 1996 pada Konferensi Teknis Internasional Ke-4 mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman. Rancang Tindak Global Kedua ini merupakan respon terhadap kebutuhan dan prioritas yang diidentifikasi dari the Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture, suatu penilaian tingkat global yang dipublikasikan oleh FAO pada tahun 2010. Dokumen ini disiapkan melalui serangkaian konsultasi regional, dengan partisipasi 131 negara dan perwakilan dari kelompok penelitian internasional, sektor swasta dan masyarakat umum. Kebutuhan untuk mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan keanekaragaman tanaman dunia merupakan hal yang semakin penting. Keanekaragaman tanaman merupakan pondasi dari ketahanan pangan, di dunia yang menghadapi banyak tantangan ini. Lebih dari satu milyar orang menderita kelaparan kronis dan kekurangan gizi, sementara populasi dunia diperkirakan mencapai 9.2 milyar pada tahun 2050. Untuk memenuhi kecukupan pangan, dibutuhkan peningkatan produksi pertanian sebesar 60%. Pada waktu yang sama, sumber daya utama juga diancam oleh pemanasan global dan perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian dan sumber daya air, dan degradasi lingkungan. Hilangnya dan berkurangnya keanekaragaman genetik tanaman secara terus-menerus, membuat kita dan generasi mendatang mengalami keterbatasan dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan dalam menjamin ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi dan perdamaian dunia. Rancang Tindak Global Kedua menjabarkan serangkaian rancang dan tindak prioritas yang disepakati yang dapat melindungi portofolio kekayaan keanekaragaman sumber daya genetik, juga menjamin aliran varietas unggul yang berkelanjutan, dengan memanfaatkan sifat yang telah diperbaiki untuk menghasilkan pangan yang lebih berkualitas, dalam jumlah yang cukup. Hanya dengan cara demikian, kita dapat menghilangkan kerawanan pangan dan kemiskinan. Kerjasama internasional menjadi semakin penting dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Sangat penting bagi kita bersama-sama memperluas dan memperdalam upaya dalam mengkonservasi dan memanfaatkan keanekaragaman tanaman secara berkelanjutan. Adopsi Rancang Tindak Global Kedua merupakan cerminan dari konsensus internasional, dan merupakan saksi dari kemauan politik untuk mengidentifikasi dan melaksanakan prioritas yang disepakati untuk mencapai tujuan tersebut. Rancang Tindak ini berperan penting dalam kerangka kebijakan ketahanan pangan global, sebagai komponen pendukung dari Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, sebagai kontribusi penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium, dan implementasi dari Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati 2011-2020. Kesulitan dalam situasi ekonomi dunia saat ini, mau tidak mau kita harus melanjutkan dan meningkatkan investasi nasional dan internasional dalam prioritas dan program-program yang telah disepakati Pemerintah dalam Rancang Tindak Global Kedua. Hal ini mengharuskan adanya peningkatan substansi dari aktivitas yang tengah berlangsung, dan keterlibatan aktif dari organisasi regional dan internasional, penyandang dana, peneliti, petani, komunitas lokal dan adat, sektor swasta dan publik, masyarakat umum, dan lembaga pendidikan dan penelitian. Implementasi menyeluruh dari Rancang Tindak Global Kedua akan memerlukan kerjasama antar negara dan regional, dan dukungan yang saling menguntungkan antar sektor pertanian, lingkungan dan pangan. Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat kita tunda, atau hanya sebagian saja kita terima, tanpa menempatkan lingkungan bumi dalam resiko, terutama dengan pesatnya perubahan iklim, dan tanpa menggadaikan masa depan anak-anak kita. Sejauh ini, terutama sejak Rancang Tindak Global Pertama diadopsi, beberapa strategi terbukti dapat mengatasi banyak hambatan, saat didukung oleh kemauan politik dan sumber daya keuangan yang mencukupi. Sumber daya genetik tanaman merupakan
perhatian utama dalam kemanusiaan, dan ditinjau dari segi pengelolaan ekonomi maupun moral, perlu untuk mengkonservasi sumber daya baik yang telah melalui proses evolusi selama milyaran tahun ataupun yang telah dikembangkan oleh petani selama ribuan generasi, serta memanfaatkan sumber daya tersebut secara berkelanjutan dan menguntungkan, sehingga menjamin ketercukupan pangan generasi mendatang. FAO berkomitmen dalam implementasi Rancang Tindak Global Kedua. Saya menyerukan kepada seluruh negara, secara bersama-sama, untuk menggunakan waktu saat ini, dan memperkuat investasi kita dalam pengelolaan sumber daya genetik tanaman warisan dunia, dengan melaksanakan Rancang Tindak Global dengan realistis, kebulatan tekad dan komitmen.
José Graziano da Silva Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa
Ringkasan Eksekutif
1. Sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian merupakan dasar biologis bagi produksi pertanian dan ketahanan pangan dunia. Sumber daya ini merupakan bahan mentah paling penting bagi petani, yang memeliharanya, dan untuk para pemulia tanaman. Keanekaragaman genetik dalam sumber daya ini memungkinkan tanaman dan varietas dapat beradaptasi dalam kondisi yang selalu berubah dan mengatasi masalah yang disebabkan oleh hama, penyakit dan cekaman abiotik. Sumber daya genetik tanaman merupakan hal yang penting bagi keberlanjutan produksi pertanian. Tidak ada inkompatibilitas yang melekat antara konservasi dan pemanfaatan dari sumber daya ini. Pada kenyataannya, akan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa kedua kegiatan ini saling melengkapi satu sama lain. Konservasi, pemanfaatan yang berkelanjutan dan pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya genetik merupakan perhatian utama di tingkat internasional. Hal ini merupakan tujuan dari Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, yang juga sejalan dengan Konvensi Keanekaragaman Hayati. Dalam konteks adanya hak kedaulatan suatu negara terhadap sumber daya hayatinya dan ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian merupakan manifestasi yang sesuai bagi masyarakat internasional untuk terus peduli dan bertanggung jawab terhadap bidang ini. 2. Selama 15 tahun terakhir, Rancang Tindak Global merupakan dokumen referensi utama bagi upaya di tingkat nasional, regional dan global untuk mengkonservasi dan memanfaatkan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara berkelanjutan dan untuk berbagi keuntungan secara adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya tersebut. Sebagai bagian dari Sistem Global FAO untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, Rancang Tindak Global telah menjadi kunci utama bagi Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO untuk memenuhi mandat terhadap sumber daya genetik tanaman. Rancang Tindak Global juga menyediakan referensi penting bagi sektor sumber daya genetik lainnya. Rancang Tindak Global telah membantu pemerintah dalam memformulasikan strategi dan kebijakan nasional dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Rancang Tindak Global juga telah digunakan oleh komunitas internasional untuk menentukan prioritas di tingkat global, untuk meningkatkan upaya koordinasi dan untuk menjalin sinergi antar pemangku kepentingan dalam sumber daya genetik. Rancang Tindak Global telah terbukti dapat menjadi perangkat dalam reorientasi dan penentuan prioritas kegiatan penelitian dan pengembangan bagi organisasi internasional yang bergerak dalam bidang sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. 3. Adopsi Rancang Tindak Global oleh 150 negara pada tahun 1996 di Liepzig merupakan tonggak dalam pengembangan pengaturan internasional bagi sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Hal tersebut merupakan kesuksesan dalam negosisasi bagi Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian di bawah Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO. 4. Sejak diadopsi, telah berkembang beberapa hal utama berkenaan dengan konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, yang disebut dengan pemutakhiran dari Rancang Tindak Global. Publikasi terkini the Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture telah menjadi pondasi yang kuat bagi proses pemutakhiran ini. Dunia sedang menghadapi kerawanan pangan yang meningkat, tercermin antara lain dari harga pangan yang tinggi dan mudah berubah. Perubahan iklim, peningkatan urbanisasi, kebutuhan dalam pertanian yang lebih berkelanjutan serta kebutuhan untuk menjaga keanekaragaman genetik tanaman dan meminimalisasi erosi genetik, yang semua itu memerlukan perhatian lebih besar dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Pada waktu yang sama, ada beberapa kesempatan baru yang penting yang dapat meningkatkan pengelolaan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, termasuk
ketersediaan komunikasi dan teknologi informasi yang canggih dan luas, seperti halnya adanya kemajuan bioteknologi yang pesat dan pengembangan bioproduk yang berasal dari pertanian. Selanjutnya, kebijakan lingkungan telah berubah pesat selama 15 tahun terakhir, terutama dengan masuknya Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, dan yang lain diantaranya Protokol Kartagena dalam Keamanan Hayati serta adopsi Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati 2011-2020 dan Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap Sumber daya Genetik serta Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya. Dunia juga telah melihat adanya komitmen baru dalam pertanian dan termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Pemutakhiran Rancang Tindak Global diperlukan sebagai respon dan cerminan dari perkembangan yang ada. 5. Rancang Tindak Global Kedua membahas tantangan dan peluang baru dalam 18 Kegiatan Prioritas. The Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture, serangkaian pertemuan konsultasi regional, dan masukan dari para ahli dunia merupakan masukan yang diperlukan untuk membuat Rancang Tindak Global saat ini, masa depan dan yang relevan dengan sudut pandang dan prioritas di tingkat global, regional dan nasional. Pemutakhiran Rancang Tindak Global juga memperkuat perannya sebagai komponen pendukung bagi Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian. 6. Berdasarkan berbagai masukan di atas, memungkinkan untuk meringkas jumlah Kegiatan Prioritas, dari 20 menjadi 18. Peringkasan tersebut meliputi penggabungan Kegiatan Prioritas 5 dan 8 yang lama (Mempertahankan koleksi ex situ yang ada dan Memperluas kegiatan konservasi ex situ) menjadi Kegiatan Prioritas 6 yang baru, Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah. Kegiatan prioritas 12 yang lama (Mempromosikan pengembangan dan komersialisasi tanaman dan spesies yang kurang dimanfaatkan) dan 14 yang lama (Pengembangan pasar baru untuk varietas lokal dan produk kaya-diversitas) digabung menjadi Kegiatan Prioritas 11 yang baru, Mempromosikan pengembangan dan komersialisasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan. 7. Sebagai tambahan, fokus dari sejumlah Kegiatan Prioritas juga telah disesuaikan sehingga dapat mengakomodasi definisi prioritas baru. Rancang Tindak Global Kedua memberikan penekanan dan visibilitas lebih untuk pemuliaan, seperti yang tercermin dalam Kegiatan Prioritas 9, Mendukung pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya perluasan latar belakang genetik. Suatu upaya juga telah dilakukan, berdasarkan panduan dari konsultasi regional, untuk menyederhanakan dan memperjelas dokumen ini.
DAFTAR ISI Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian Paragraf Pendahuluan
1–23
Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang berkelanjutan Sejarah Rancang Tindak Global Implementasi Rancang Tindak Global Rasional Rancang Tindak Global Tujuan dan strategi Rancang Tindak Global Kedua Struktur dan organisasi Rancang Tindak Global Kedua Kegiatan Prioritas Konservasi In Situ dan Pengelolaannya
24–89
1. Survai dan inventori sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 2. Mendukung pengelolaan dan perbaikan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara lekat-lahan 3. Membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem pertanian 4. Mempromosikan konservasi dan pengelolaan secara in situ kerabat liar tanaman dan tanaman pangan liar Konservasi Ex Situ
90–141
5. Mendukung target pengkoleksian sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 6. Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah 7. Meregenerasikan dan memperbanyak aksesi secara ex situ Pemanfaatan yang Berkelanjutan 8. Memperluas karakterisasi, evaluasi, dan pengembangan kelompok koleksi khusus untuk memfasilitasi pemanfaatannya 9. Mendukung pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya
142–212
perluasan latar belakang genetik 10. Mempromosikan diversifikasi produksi pertanian dan perluasan keanekaragaman tanaman untuk pertanian berkelanjutan 11. Mempromosikan pengembangan dan komersialiasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan 12. Mendukung produksi dan distribusi benih Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan
213–312
13. Membangun dan memperkuat program nasional 14. Mempromosikan dan memperkuat jejaring kerja sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 15. Membangun dan memperkuat sistem informasi yang komprehensif untuk sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 16. Mengembangkan dan memperkuat sistem pengawasan dan pemeliharaan keanekaragaman genetik dan pengurangan erosi genetik sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 17. Membangun dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia 18. Mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian Implementasi dan Pendanaan Rancang Tindak Global Kedua Daftar akronim dan singkatan
313–322
Pendahuluan
Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang berkelanjutan 1. Pertanian di abad 20 akan menghadapi banyak tantangan baru. Produksi dan pangan serat harus ditingkatkan secara drastis untuk dapat memenuhi kebutuhan populasi yang terus tumbuh dan modern dengan proporsi makin sedikit tenaga pedesaan. Perubahan kebiasaan dan pola makan juga akan merubah sistem produksi tanaman dan ternak. Dihadapkan dengan ketahanan pangan global, energi dan kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan, negara harus dapat menjawab tantangan dan kesempatan dalam produksi dan pemanfaatan biofuel. Di beberapa tempat di dunia, pengaruh perubahan iklim juga memerlukan perubahan dalam kemampuan adaptasi dari banyak jenis tanaman dan hijauan pakan, juga peningkatan ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian (SDGTPP)/plant genetic resources for food and agriculture (PGRFA). Perubahan iklim juga menyebabkan perubahan praktek dan areal produksi dan kemunculan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak. Pertanian perlu terus mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati serta untuk dapat mengadopsi praktek produksi yang efisien dan berkelanjutan. Alih fungsi lahan akan membatasi area yang tersedia untuk pertanian dan meningkatkan tekanan pada populasi kerabat liar tanaman (KLT)/crop wild relatives (CWR) dan tanaman pangan liar. 2. SDGTPP mendukung kemampuan pertanian untuk mengatasi perubahan, baik lingkungan maupun sosial ekonomi. Oleh karenanya SDGTPP harus berperan makin penting dalam menjamin perbaikan secara berkelanjutan dalam produksi dan produktivitas pertanian, tidak hanya dengan menyediakan gen baru untuk perbaikan varietas tanaman, namun juga berkontribusi dalam fungsi agro ekosistem yang efektif dan pengembangan bioproduk. Di banyak wilayah pedesaan di dunia, SDGTPP merupakan komponen penting sebagai strategi mata pencaharian masyarakat adat dan lokal. Sejarah Rancang Tindak Global 3. Rancang Tindak Global (RTG)/Global Plan of Action (GPA) untuk Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan SDGTPP diadopsi secara resmi pada tahun 1996 oleh perwakilan dari 150 negara selama Konferensi Teknis Internasional Keempat mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman di Liepzig, Jerman. Dalam konferensi tersebut juga diadopsi Deklarasi Liepzig, yang menggarisbawahi pentingnya SDGTPP untuk ketahanan pangan dunia dan komitmen seluruh negara untuk mengimplementasikan RTG. Lebih dari 150 negara, juga sektor publik dan swasta, berpartisipasi aktif dalam menyiapkan RTG. FAO sendiri berkomitmen untuk memfasilitasi dan memantau implementasi RTG, di bawah bimbingan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian (Komisi)/the Commission on Genetic Resources for Food and Agriculture (the Commission) antar negara sebagai bagian dari Sistem Global FAO untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman. 4. Pada Sesi Reguler Kedelapan di tahun 1999, Komisi tersebut menegaskan kembali bahwa FAO seyogyanya menilai secara periodik status SDGTPP dunia untuk memfasilitasi analisis perubahan dalam gap dan kebutuhan serta untuk berkontribusi dalam proses pemutakhiran RTG yang sedang bergulir. Pada Sesi Reguler Kesepuluh di tahun 2004, Komisi sepakat untuk menerapkan pendekatan baru dalam pemantauan implementasi RTG berdasarkan indikator-indikator yang disepakati secara internasional, yang menyebabkan pembentukan Mekanisme Berbagi Informasi Nasional (MBIN)/National Information Sharing Mechanisms (NISMs). Pada Sesi Reguler Keduabelas di tahun 2009, Komisi sebagai otoritas penilai dari sektor tersebut mendukung the Second Report on the State of the World’s PGRFA (Second Report) dan meminta FAO untuk melakukan pemutakhiran RTG, terutama berdasarkan Second Report, dan, khususnya, untuk gap dan kebutuhan yang teridentifikasi, mempertimbangkan kontribusi lebih lanjut dari para pemerintah dan juga masukan yang diperoleh dari pertemuan dan konsultasi regional. Komisi memutuskan bahwa RTG Kedua akan dipertimbangkan dalam Sesi Reguler Ketigabelas.
5. Pada tahun 2001, Konferensi FAO mengadopsi Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Traktat Internasional)/the International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (the International Treaty), yang pada Pasal 14 mengakui RTG sebagai komponen pendukung. Pada tahun 2006, Badan Pengatur Traktat Internasional memutuskan bahwa prioritas dalam RTG juga merupakan prioritas dalam Strategi Pendanaan Traktat Internasional. Pada tahun 2009, Badan Pengatur memperhatikan kebutuhan untuk meyakinkan kerjasama yang erat antara dirinya sendiri dan Komisi berkenaan dengan RTG dan meminta Komisi, untuk memperbaiki RTG, dan mempertimbangkan isu khusus yang relevan dengan Traktat Internasional dan untuk menunjukkan secara memadai ketentuan dari Traktat Internasional dalam RTG Kedua. Implementasi Rancang Tindak Global 6. Sejak formulasi RTG pertama, yang berdasarkan banyak informasi yang diperoleh selama proses penyiapan the First Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture pada awal tahun 1990-an, kemajuan yang cukup besar telah dihasilkan dari implementasi RTG di seluruh dunia. Hampir 20 persen lebih aksesi dikonservasi dalam bank gen yang tersebar di dunia dibandingkan pada tahun 1996, dan mencapai 7.4 milyar di tahun 2010. Lebih dari 240 000 sampel baru telah dikoleksi dan ditambahkan dalam koleksi ex situ. Ada sebanyak 1 750 bank gen diidentifikasi pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 1996 yang hanya sekitar 1 450. Jumlah kebun raya juga meningkat dari 1 500 pada tahun 1996 menjadi lebih dari 2 500 di tahun 2010. Jumlah program SDGTPP nasional juga meningkat, seringkali dengan partisipasi pemangku kepentingan yang lebih luas. Banyak negara sekarang telah mengadopsi atau merevisi peraturan nasional berkenaan dengan SDGTPP dan sistem perbenihan. Aplikasi bioteknologi tanaman modern dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP juga terus tumbuh. Petani juga meningkat partisipasinya dalam program pemuliaan, dan konservasi serta pemanfaatan KLT dan landrace juga meningkat. Peran penting informasi dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP serta kemajuan teknologi di bidang ini dicerminkan pada upaya perbaikan pengelolaan informasi di tingkat nasional, regional dan global. 7. Secara keseluruhan, kegiatan internasional dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP telah meningkat. Traktat Internasional telah menyusun Strategi Pendanaan dengan kegiatan RTG yang sedang bergulir sebagai prioritas. Banyak program dan jejaring kerja tanaman regional baru yang terbentuk, yang sebagian besar merupakan respon terhadap kegiatan prioritas dalam RTG. Jejaring kerja memegang peranan penting dalam mempromosikan kerjasama, berbagi pengetahuan, informasi dan ide-ide, pertukaran plasma nutfah dan kolaborasi penelitian dan kegiatan lainnya. Inisiatif, seperti the Global Crop Diversity Trust (the Trust), yang mempromosikan dan mendukung konservasi ex situ secara lebih rasional khususnya untuk tanaman-tanaman yang termasuk dalam Sistem Multilateral dalam Akses dan Pembagian Keuntungan (Sistem Multilateral)/Multilateral System of Access and Benefit Sharing (Multilateral System) dari Traktat Internasional (Lampiran I), dibangun atas dasar tipe jejaring kerja tersebut. Jejaring kerja internasional dalam koleksi ex situ tanaman utama memegang peran penting dalam negoisasi dalam Traktat Internasional. Koleksikoleksi ini terus memperkuat tulang punggung Sistem Global FAO dalam Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan SDGTPP. The Svalbard Global Seed Vault sekarang menyediakan pengamanan tambahan bagi koleksi ex situ yang telah ada. selanjutnya, pengembangan portal global mengenai data tingkat aksesi dan peluncuran sistem pengelolaan informasi bank gen yang canggih merupakan tahap tambahan yang penting menuju penguatan dan pengoperasian yang lebih efektif dari sistem global konservasi ex situ. Untuk melengkapi ini semua adalah pembentukan MBIN di lebih dari 65 negara untuk memfasilitasi akses terhadap informasi yang revelan, memonitor implementasi RTG dan memperkuat proses pengambilan keputusan nasional serta kolaborasi antar pemangku kepentingan. The Global Partnership Initiative on Plant Breeding Capacity Building (GIPB) merupakan perwujudan dari upaya untuk mengisi gap yang penting dalam program nasional dengan mengkaitkan konservasi SDGTPP dengan pemanfaatannya dalam perbaikan tanaman. Sebagai tambahan, Mekanisme Fasilitatif RTG mengidentifikasi dan menyebarkan informasi mengenai peluang pendanaan untuk semua kegiatan prioritas. Rasional Rancang Tindak Global Kedua
8. Sejak RTG diformulasikan dan diadopsi, sejumlah perubahan mendasar telah terjadi dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, menyebabkan adanya tantangan dan kesempatan baru. Pengembangan ini, yang telah diperhatikan dalam Second Report dan menonjol dalam diskusi di konsultasi dan pertemuan regional, memberikan justifikasi dan rasional untuk pemutakhiran RTG. 9. Diantisipasi bahwa beberapa perkembangan dan kecenderungan dalam pertanian berikut ini akan berdampak signifikan bagi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP: a) Di banyak negara maju di dunia, sebagian besar pangan dipasok oleh sistem produksi pangan yang terindustrialisasi, yang dikendalikan oleh permintaan kuat dari konsumen akan pangan murah yang seragam dan berkualitas. Varietas tanaman dimuliakan untuk memenuhi permintaan sistem tersebut dengan standar pasar yang ketat, yang seringkali berasal dari tanaman sejenis dan sistem produksi monokultur, namun juga harus memiliki ketahanan biotik, berkualitas nutrisinya dan stabil hasilnya. Pengembangan ini telah mempercepat penurunan keanekaragaman genetik dan spesies di lahan petani. b) Di negara berkembang, sebagian pangan masih diproduksi dengan sedikit, input kimia dan kelebihan produksi pangan dari pertanian subsisten atau pekarangan dijual secara lokal. Jutaan petani gurem di dunia tergantung pada SDGTPP lokal yang tersedia untuk mata pencaharian dan kesejahteraannya. c) Urbanisasi terus meningkat dan diperkirakan akan ada lebih dari 70 persen populasi dunia yang hidup di kota pada tahun 2050 dibandingkan dengan saat ini yang hanya 50 persen. Tingkat pendapatan diperkirakan terus naik sampai beberapa kali dari sekarang.1 Meskipun demikian, kesenjangan pendapatan antara kaya dan miskin akan tetap sangat tinggi. d) Telah ada peningkatan besar dalam perdagangan benih internasional, yang didominasi oleh sedikit perusahaan benih multinasional yang besar. e) Produksi dan pemasaran yang terus meningkat dari varietas produk rekayasa genetika untuk beberapa tanaman yang terus bertambah, erat terkait dengan poin sebelumnya dan memerlukan pemantauan yang ketat oleh komunitas sumber daya genetik. f) Sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan nasional, akan ada peningkatan implementasi dari Pasal 9 Traktat Internasional yaitu tentang Hak Petani dan pentingnya peran petani dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari SDGTPP. 10. Perubahan Iklim adalah ancaman tiba-tiba dan tidak terprediksi sebelumnya bagi mata pencaharian dan ketahanan pangan dan akan menjadi penghalang utama untuk mencapai 70 persen peningkatan produksi pangan global yang diperlukan di tahun 2050. Beberapa elemen strategis berikut diperlukan untuk menjaga SDGTPP dan memanfaatkannya secara optimal untuk membantu mengatasi perubahan iklim:
1
Perhatian lebih besar pada konservasi in situ dari populasi yang secara genetik sangat beragam, khususnya KLT, sehingga evolusi tetap berjalan dan menjadikan generasi berikutnya bersifat adaptif;
Program perluasan yang signifikan pada konservasi ex situ, khususnya KLT, untuk memastikan pemeliharaan keanekaragaman spesies, populasi dan varietas, termasuk di dalamnya yang adaptif terhadap kondisi ekstrem dan yang berasal dari daerah yang diperkirakan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim;
Peningkatan penelitian dan perbaikan ketersediaan informasi tentang karakteristik material yang dikonservasi secara ex situ yang akan bermanfaat bagi kondisi iklim baru;
FAO. 2009. How to feed the world in 2050. http://www.fao.org/fileadmin/templates/wsfs/docs/expert_paper/How_to_Feed_the_World_in_2050.pdf
Peningkatan dukungan untuk akses dan perpindahan SDGTPP untuk memenuhi ketergantungan yang makin besar antar negara akibat adanya kondisi lingkungan yang baru;
Dukungan yang lebih untuk pembangunan kapasitas dalam pemuliaan tanaman dan pengelolaan sistem perbenihan yang akan membuat pemanfaatan SDGTPP menjadi efektif dan berkelanjutan;
Peningkatan keterlibatan yang terencana dari petani dan kelompok tani di tingkat nasional dan kegiatan perbaikan tanaman lokal, termasuk dukungan untuk penelitian dan pemuliaan tanaman secara partisipatif.
11. Selama 15 tahun terakhir, telah tersedia banyak informasi mengenai tingkat dan sifat dari erosi dan kerapuhan genetik SDGTPP. Erosi genetik dilaporkan terus berlanjut di banyak wilayah di dunia dan kerapuhan genetik dari beberapa tanaman terus bertambah. Penyebab utama erosi diantaranya adalah penggantian varietas petani/landrace, pembukaan lahan, eksploitasi yang berlebihan, berkurangnya ketersediaan air, tekanan populasi, perubahan pola makan, degradasi lingkungan, perubahan sistem pertanian, penggembalaan ternak yang berlebihan, kebijakan dan perundang-undangan, hama, penyakit dan gulma. Perubahan dalam sektor perbenihan dan metode produksi juga berdampak pada kerapuhan tanaman. Kerapuhan ini terjadi khususnya pada spesies yang kurang termanfaatkan yang tidak banyak didukung penelitiannya, pemuliaannya dan/atau pengembangan pasarnya, dan juga secara signifikan terus diabaikan oleh petani. Padahal spesies ini memiliki potensi yang besar dalam konteks perubahan iklim, eko-pertanian, keanekaragaman pangan dan keberlanjutan sistem produksi pertanian. 12. Banyak kemajuan dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi selama 15 tahun terakhir yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Kemajuan paling penting adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)/Information and Communication Technologies (ICT), mencakup Internet dan telepon seluler, pengelolaan dan analisis informasi dan perkembangan dalam biologi molekuler. a)
Pengelolaan informasi dan pertukaran teknologi telah berkembang pesat selama 15 tahun terakhir. Akses terhadap informasi terbuka lebih besar sama halnya dengan meningkatnya kemampuan analisis bagi para pekerja sumber daya genetik. Perkembangan selanjutnya mencakup sistem informasi geografis (SIG)/Geographic Information System (GIS) dan metode berbasis satelit seperti Global Positioning System (GPS) dan pengideraan jauh, yang memungkinkan data SDGTPP dapat digabungkan dengan berbagai data lainnya dalam rangka untuk menentukan lokasi spesifik dari keanekaragaman atau untuk mengidentifikasi materi dari habitat tertentu.
b)
Kemajuan terkini dalam molekuler dan metode genomik saat ini telah memiliki dampak besar pada bidang utama implementasi RTG. Metode ini memungkinkan diperolehnya informasi tambahan dan jauh lebih detail mengenai tingkat dan distribusi keanekaragaman genetik, yang dapat digunakan dalam pengembangan strategi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Di samping itu, teknologi yang telah diperbaiki untuk identifikasi dan transfer gen antara yang terkait maupun tidak terkait spesiesnya, membuka cakrawala baru dalam eksploitasi keragaman genetik.
c)
Sementara selama dekade terakhir, perkembangan yang relatif sedikit terjadi pada praktek dan prosedur konservasi ex situ, informasi dan perangkat molekuler baru berpotensi dalam menjadikan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP lebih efektif dan efisien. Banyak kegiatan konservasi telah dilakukan secara in situ, baik untuk KLT dan tanaman pangan liar, dan pada tingkat yang lebih besar, konservasi lekat-lahan. Pengalaman yang terkumpul dan pengetahuan yang tercipta menghasilkan pengakuan pentingnya integrasi, pendekatan multidisiplin, di mana petani dan masyarakat lokal dan adat menjadi bagian utamanya dan mata pencaharian serta prespektif kesejahteraan tercermin penuh.
13. Telah ada pengembangan kebijakan utama terkait dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Hal ini mencakup diadopsinya Program Kerja Keanekaragaman Pertanian oleh Konferensi Pihak-
pihak Konvensi Keanekaragaman Hayati (KKH)/the Convention on Biological Diversity (CBD) di tahun 2000, adopsi Tujuan Pembangunan Milenium di tahun 2000, pembentukan Strategi Global untuk Konservasi Tanaman di tahun 2002, pembentukan the Global Crop Diversity Trust di tahun 2004 dan adopsi oleh Komisi dalam Multi-Year Programme of Work (MYPOW), yang mencakup kegiatan substansial dalam SDGTPP, di tahun 2007.
14. Tidak diragukan, perkembangan paling penting adalah berlakunya Traktat Internasional di tahun 2004. Pasal 14 dari Traktat mengakui pentingnya RTG yang sedang berjalan dan komitmen Para Pihak untuk mempromosikan implementasi yang efektif, mencakup aksi secara nasional dan bila sesuai, kerjasama internasional untuk menyediakan kerangka kerja yang koheren, antara satu dengan yang lainnya, dalam pembangunan kapasitas, transfer teknologi dan pertukaran informasi, dengan mempertimbangkan ketentuan dalam pembagian-keuntungan dalam Sistem Multilateral. Para Pihak juga mengakui bahwa kemampuan - khususnya oleh negara berkembang dan negara yang bertransisi ekonomi – untuk mengimplementasikan kegiatan prioritas, rencana dan program dalam SDGTPP, melaksanakan RTG, akan sangat tergantung pada implementasi yang efektif dari Pasal 6 (Pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP) dan 13 (Pembagian-keuntungan dalam Sistem Multilateral) dan Strategi Pendanaan dalam Pasal 18. Kerangka kerja RTG telah digunakan oleh Badan Pengatur dari Traktat Internasional dalam menyusun prioritas dari Sumber dana Pembagian-keuntungan untuk memungkinkan pemanfaatan strategi tersebut dalam mengkatalisasi konservasi dan pemanfaatan keberlanjutan SDGTPP. RTG Kedua akan menjadi sumber penting untuk mengidentifikasi prioritas di masa yang akan datang. 15. Pada pertemuan kesepuluh di tahun 2010, Konferensi dari Pihak-pihak KKH mengadopsi Rencana Strategis untuk Keanekaragaman Hayati selama periode 2011-2010, dengan 20 Target. Target 13 “Target Keanekaragaman Hayati Aichi” adalah tujuan utama berkaitan dengan keanekaragaman genetik: “Di tahun 2020, keanekaragaman genetik dari tanaman yang dibudidayakan dan hewan yang diternakkan beserta kerabat liarnya, termasuk sosial-ekonomi lainnya seperti spesies yang bernilai secara adat, dipelihara, dan strategi telah dikembangkan dan diimplementasikan untuk meminimalisasi erosi genetik dan menjaga keanekaragaman genetiknya.” Sejumlah target lainnya juga terkait dengan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari sumber daya genetik tanaman.2 RTG Kedua memiliki tujuan untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian target-target ini. Kegiatan telah diinisiasi pada indikator internasional terkait dengan target-target ini. Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya, yang diadopsi di tahun 2010, jika iya, dan bila berlaku, juga memiliki implikasi terhadap akses dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman tertentu. 16. RTG memberi mandat kepada Komisi untuk mengembangkan prosedur dalam meninjau kembali RTG. Peninjauan kembali tersebut harus mengikuti kemajuan yang tercapai di tingkat nasional, regional, dan internasional dalam implementasi, elaborasi dan penyesuaian yang diperlukan, dari RTG, sehingga menjadikannya rencana “berjalan” seperti yang direkomendasikan dalam Agenda 21.
2
Termasuk Target 2 (Di tahun 2020, selambat-lambatnya, nilai keanekaragaman hayati telah diintegrasikan ke dalam pembangunan lokal dan nasional dan strategi pengurangan kelaparan dan proses perencanaan diinkorporasikan ke dalam akunting nasional yang sesuai, dan sistem pelaporan), Target 5 (Di tahun 2020, tingkat kehilangan seluruh habitat alami , termasuk hutan, berkurang setidaknya separuhnya dan jika memungkinkan mendekati nol, dan degradasi serta fragmentasi berkurang secara signifikan), Target 6 (Di tahun 2020 seluruh ikan dan invertebrata serta tanaman perairan dikelola dan dipanen secara berkelanjutan, secara legal dan menggunakan pendekatan berbasis ekosistem, sehingga penangkapan ikan yang berlebihan terhindari, pemulihan tanaman untuk semua spesies yang punah, perikanan tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap spesies yang terancam dan ekosistem yang rapuh dan dampak perikanan terhadap stocks, spesies dan ekosistem masih dalam batas ekologi yang aman), Target 7 (Di tahun 2020 wilayah di bawah pertanian, akuakultur dan kehutanan dikelola secara berkelanjutan, yang menjamin konservasi dari keanekaragaman hayatinya), Target 11 (Di tahun 2020, setidaknya 17 persen daratan dan perairan darat, dan 10 persen wilayah perairan dan lautan, khususnya wilayah yang penting bagi keanekaragaman hayati dan ekosistem, dikonservasi secara efektif dan dikelola secara adil, representatif secara ekologi dan memiliki hubungan sistem yang baik dengan kawasan lindung dan wilayah berbasis konservasi lainnya, serta terintegrasi ke dalam landskap dan bentang laut yang lebih luas), Target 12 (Di tahun 2020 kepunahan dari spesies terancam yang dikenali telah dicegah dan status konservasinya, khususnya yang paling banyak menurun, telah diperbaiki dan diteruskan), Target 18 (Di tahun 2020, pengetahuan tradisional, inovasi dan praktik dari komunitas lokal dan adat yang relevan dengan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari keanekaragaman hayati, dan penggunaan mereka terhadap sumber daya hayati, dihormati, tunduk pada perundang-undangan nasional dan relevan dengan kewajiban internasional, dan terintegrasi penuh serta tercermin dalam implementasi Konvensi dengan partisipasi aktif dan penuh dari masyarakat lokal dan adat di semua tingkat).
Tujuan dan Strategi Rancang Tindak Global Kedua 17. Pada Sesi Reguler Keduabelas di tahun 2009, Komisi merekomendasikan bahwa RTG Kedua harus fokus, untuk membantu penentuan prioritas, termasuk identifikasi prioritas untuk Strategi Pendanaan dari Traktat Internasional. RTG Kedua didasarkan pada tujuan dan prinsip yang dinyatakan secara ringkas dan jelas termasuk strategi dan informasi dari setiap kegiatan prioritas. 18. Tujuan utama dari RTG Kedua, seperti yang disepakati oleh Komisi pada Sesi Reguler Ketigabelas dan diterima oleh Dewan FAO pada Sesi ke-143 di tahun 2011, yaitu: a) untuk memperkuat implementasi Traktat Internasional; b) untuk menjamin konservasi SDGTPP sebagai dasar ketahanan pangan, keberlanjutan pertanian dan pengurangan kemiskinan dengan menyediakan pondasi bagi pemanfaatan di masa kini dan yang akan datang; c) untuk mempromosikan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP, dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi dan untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan, khususnya di negara berkembang, juga untuk menyediakan pilihan bagi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, menjawab perubahan global dan respon terhadap pangan, pakan, dan kebutuhan lainnya; d) untuk mempromosikan pertukaran SDGTPP dan pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatannya; e) untuk membantu negara-negara, jika sesuai dan tunduk pada perundang-undangan nasionalnya, untuk mengambil tindakan dalam melindungi dan mempromosikan Hak Petani, seperti yang tercantum dalam Pasal 9 dari Traktat Internasional; f) untuk membantu negara-negara, region-region, Badan Pengatur dari Traktat Internasional dan lembaga lainnya yang bertanggung jawab kepada konservasi dan pemanfaatan SDGTPP untuk mengidentifikasi aksi prioritas; g) untuk menyusun dan memperkuat program nasional, untuk meningkatkan kerjasama regional dan internasional, termasuk penelitian, pendidikan dan pelatihan dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP dan untuk memperkuat kapasitas lembaga; h) untuk mempromosikan berbagi informasi mengenai SDGTPP antar dan di dalam region dan negara; i)
untuk menyusun dasar konseptual untuk pembangunan dan adopsi kebijakan dan legislasi nasional, yang sesuai, untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP;
j)
untuk mengurangi duplikasi aksi yang tidak diinginkan dan tidak diperlukan dalam rangka mempromosikan efisiensi dan efektivitas biaya pada upaya global untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP.
19. RTG didasarkan pada kenyataan bahwa antar negara saling tergantung akan SDGTPP dan oleh karenanya kerjasama regional dan internasional diperlukan untuk mencapai tujuan RTG secara efektif dan efisien. Dalam konteks ini, RTG telah mengembangkan suatu strategi kerangka kerja yang luas yang terdiri dari tujuh aspek dasar yang saling terkait: a) Sejumlah SDGTPP yang besar dan penting, yang vital bagi ketahanan pangan dunia, disimpan secara ex situ. Walaupun penanganan sumber daya genetik di dalam bank gen dan jejaringnya mengikuti prosedur yang mapan di banyak negara, banyak dari koleksi yang ada memerlukan pengembangan lebih lanjut dan penguatan. Mengamankan kondisi penyimpanan untuk materi genetik yang telah dikoleksi dan melaksanakan regenerasi serta pengamanan duplikatnya adalah kunci strategis elemen dari RTG. Secara umum, diperlukan penyusunan prosedur operasional standar untuk seluruh operasional rutin dari bank gen. b) Mengaitkan konservasi dengan pemanfaatan dan mengidentifikasi serta mengatasi hambatanhambatan dalam penerapan lebih luas dari konservasi SDGTPP adalah penting jika
keuntungan maksimal ingin diperoleh dari upaya konservasi. Pengelolaan informasi yang efektif, termasuk berbagi informasi yang relevan secara luas dengan pengguna dengan mengambil keuntungan penuh dari adanya kemajuan teknologi informasi, akan menjadi prasyarat penting untuk mencapai tujuan ini. Hal ini akan meningkat termasuk informasi molekuler dan genomik yang mana perlu untuk dikaitkan, dan dianalisis bersama dengan data karakterisasi dan evaluasi dari karakter morfologi dan agronomi yang dikelola di dalam database bank gen. c) Memperkuat kapasitas di semua tingkat adalah kunci strategis dalam mendukung kegiatan individual dalam RTG. RTG berusaha untuk mempromosikan pemanfaatan yang pragmatis dan efisien dan pengembangan lembaga, kerjasama sumber daya manusia, dan mekanisme pendanaan antara lain dengan memperkuat mobilitas sumber daya manusia dan finansial sebagai kontribusi kepada pembentukan sistem global sesungguhnya dari SDGTPP. Lebih lanjut, diperlukan penguatan hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi inovasi dan aplikasinya untuk konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. d) Memperkuat upaya, dan kerjasama antara, pemulia sektor publik dan swasta untuk mengkonservasi dan memanfaatkan SDGTPP adalah hal yang penting. Sebagai tambahan, seleksi dan pemuliaan partisipatif, juga penelitian partisipatif secara umum, dengan petani dan komunitas petani, perlu untuk diperkuat dan diakui secara luas sebagai suatu cara yang sesuai untuk mencapai keberlanjutan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP dalam jangka waktu yang panjang. e) Konservasi in situ dan pengembangan SDGTPP terjadi dalam dua konteks: lekat-lahan dan secara alami. Petani dan komunitas lokal dan adat berperan utama dalam dua hal ini. Memperkuat kapasitas mereka dengan menghubungkannya pada agen penyuluh, sektor publik dan swasta, lembaga swadaya masyarakat dan koperasi milik petani, juga melalui penyediaan insentif bagi konservasi in situ, akan membantu mempromosikan ketahanan pangan, adaptabilitas dan ketahanan, khususnya antar komunitas yang hidup di daerah dengan potensi pertanian yang rendah. f)
Mengingat pentingnya KLT untuk perbaikan tanaman dan kenyataan bahwa mereka tidak mendapat perhatian yang memadai, konservasi khusus dan kegiatan pengelolaannya akan diperlukan, termasuk perlindungan yang lebih baik melalui peningkatan praktek pemanfaatan lahan, konservasi alam dan memperkuat keterlibatan komunitas lokal dan adat.
g) Strategi konservasi dan pemanfaatan komunitas, nasional, regional dan tingkat internasional adalah yang paling efektif ketika mereka saling melengkapi dan terkoordinasi dengan baik. Konservasi in situ, konservasi ex situ dan pemanfaatan berkelanjutan perlu sepenuhnya terintegrasi pada semua tingkat. 20. Mobilisasi sumber daya yang memungkinkan implementasi elemen strategi di atas secara tepat waktu dan memadai akan memerlukan perhatian dan upaya di semua tingkatan, termasuk koordinasi dengan banyak inisiatif yang berlangsung di dalam negeri, regional dan global (KKH, the UN Framework, Konvensi Perubahan Iklim, dll.). Struktur dan Organisasi Rancang Tindak Global Kedua 21. RTG Kedua memiliki 18 kegiatan prioritas. Untuk tujuan pragmatis dan presentatif, kegiatan prioritas tersebut dibagi ke dalam empat grup utama. Grup pertama adalah Konservasi In Situ dan Pengelolaannya; yang kedua adalah Konservasi Ex Situ; yang ketiga adalah Pemanfaatan yang Berkelanjutan; dan yang keempat adalah Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan. RTG adalah suatu set yang saling terintegrasi dan terkait satu sama lain, penempatan aktivitas-aktivitas tersebut ke dalam empat grup dimaksudkan hanya untuk mempermudah urutan penyajian dan memandu pembaca ke bidang minat tertentu. Banyak kegiatan prioritas yang terkait dan relevan ke lebih dari satu grup. 22. Untuk setiap kegiatan prioritas, ada set dasar untuk bab atau bagian, dimaksudkan untuk membantu peyajian dari bidang yang diusulkan. Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang ada di
bawah satu bab mungkin lebih tepat ditempatkan di bawah bab yang lain. Meskipun tidak ada definisi bagian yang baku yang diperlukan, beberapa catatan penjelasan berikut mungkin berguna: a) Bagian Pendahuluan memaparkan rasional dari kegiatan prioritas dan ringkasan pencapaian sejak tahun 1996, utamanya berdasarkan yang dilaporkan di Second Report b) Bagian Tujuan menjabarkan tujuan akhir dan menengah yang harus dicapai dalam setiap kegiatan prioritas. Artikulasi eksplisit dari tujuan dapat membantu masyarakat internasional dalam menilai sejauh mana implementasi kegiatan prioritas dari waktu ke waktu. c) Bagian Kebijakan/strategi menyarankan pendekatan strategi dan kebijakan nasional dan internasional untuk mengimplementasikan tujuan dari kegiatan prioritas. Dalam beberapa kasus, ada beberapa rekomendasi untuk kebijakan internasional yang baru; di kasus lainnya ada usulan untuk merubah pendekatan, prioritas dan visi. d) Bagian Kapasitas mengindikasikan kemampuan sumber daya manusia dan lembaga yang seharusnya dikembangkan atau disediakan melalui implementasi kegiatan prioritas. e) Bagian Penelitian/teknologi, yang mencakup transfer dan pengembangan teknologi, mengidentifikasi bidang ilmu pengetahuan, metodologi atau penelitian atau aksi teknologi yang relevan dengan implementasi kegiatan prioritas. f)
Bagian Koordinasi/administrasi menjawab bagaimana isu-isu yang dapat didekati sebagai kegiatan prioritas, direncanakan dan diimplementasikan. Fokus dari bagian ini utamanya terbatas pada tingkat nasional untuk menghindari pengulangan, sebagai kebutuhan lebih lanjut untuk memperkuat kolaborasi dengan organisasi internasional yang relevan dan pusat penelitian pertanian dan untuk meningkatkan berbagi informasi antar seluruh organisasi dan pemangku kepentingan yang ada di seluruh kegiatan prioritas. Kolaborasi internasional sangat penting untuk mendapatkan keuntungan maksimal di bawah instrumen kebijakan resmi seperti KKH dan Traktat Internasional dan untuk memenuhi kewajiban yang terkait.
23. Kadang kala, lembaga atau konstituen diidentifikasi secara spesifik dalam tubuh dari kegiatan prioritas tertentu. Hal ini tidak berarti untuk menyiratkan pengecualiannya dari kegiatan di mana tidak disebut. Referensi serupa digunakan untuk menyoroti suatu peranan yang secara khusus sangat penting atau dalam kata lain harus dilihat lebih dalam, atau keduanya.
Konservasi In Situ dan Pengelolaannya 1. Survai dan inventori sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 24. Latar Belakang: Rasional konservasi SDGTPP (in situ dan ex situ) dimulai dengan kegiatan survai dan inventori, seperti yang dimuat dalam Pasal 5 Traktat Internasional. Dalam rangka mengelaborasi kebijakan dan strategi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan, program nasional perlu mengetahui sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing negara, distribusi sumber daya tersebut serta sejauh mana SDGTPP tersebut telah atau sedang dilestarikan. Negaranegara yang telah meratifikasi KKH telah menyadari tanggung jawab khusus dalam hal ini (misalnya dalam Program Kerja Keanekaragaman Pertanian). Aksesibilitas yang lebih luas terhadap prasarana georeferensi telah memfasilitasi kegiatan survai, dan pengembangan serta penerapan teknik biologi molekuler modern telah membantu dalam penilaian tingkat keanekaragaman genetik dan, di beberapa kasus erosi genetik. Selama dekade terakhir, mayoritas survai terbatas hanya pada tanaman tertentu atau luasan area tertentu, meskipun di sisi lain terdapat beberapa kemajuan dalam inventori KLT serta telah berhasil didirikannya situs khusus konservasi in situ. Meskipun demikian, upaya yang dilakukan dalam rangka survai, inventori maupun konservasi SDGTPP ini tergolong sangat terbatas apabila dibandingkan dengan yang telah dilakukan komponen lain dari keanekaragaman hayati. Beberapa organisasi internasional telah memberikan kontribusi untuk memantau status konservasi tanaman liar pertanian yang relevan secara regional maupun global, tetapi kemitraan yang lebih kuat dengan organisasi di sektor lingkungan perlu lebih ditingkatkan, terutama di tingkat nasional.
25. Tujuan: Memfasilitasi pengembangan, implementasi dan pemantauan strategi konservasi yang komplementer dan kebijakan nasional yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan. Untuk memperkuat hubungan antara kementerian pertanian dan lingkungan, dan mempromosikan pemantauan status dan kecenderungan dalam SDGTPP serta menjamin konservasi yang lebih memadai. 26. Untuk mengembangkan dan menerapkan metodologi survai dan inventori SDGTPP in situ dan ex situ, termasuk SIG, metode berbasis satelit (misalnya GPS dan penginderaan jauh) dan penanda molekuler. Untuk mengidentifikasi, melokalisasi, menginventori dan menduga ancaman terhadap SDGTPP, terutama terhadap pemanfaatan-lahan dan perubahan iklim. 27. Kebijakan/strategi: Kemampuan untuk mengidentifikasi spesies, merupakan elemen kunci kegiatan prioritas. Kegiatan survai dan inventori SDGTPP, sesuai kebutuhan, harus dijadikan langkah awal dalam proses konservasi dan mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati. Tanpa kapasitas untuk melestarikan dan/atau menggunakan keanekaragaman hayati, maka seluruh kegiatan akan menjadi tidak berarti. Dengan demikian, kegiatan survai dan inventori harus dikaitkan dengan tujuan khusus dan rencana untuk konservasi in situ, koleksi, konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Standar definisi dan metode perlu dikembangkan untuk menilai secara langsung kerapuhan genetik dan erosi genetik. Ada juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkan indikator yang telah ditingkatkan, termasuk indikator perwakilan, dari keanekaragaman, erosi dan kerapuhan genetik yang dapat digunakan untuk menetapkan acuan dasar nasional, regional maupun global. Indikator-indikator ini harus obyektif dan seimbang, dengan mempertimbangkan sistem yang digunakan di tingkat nasional. Indikator tersebut tidak harus menetapkan tindakan hukum, juga tidak mempengaruhi kedaulatan negara atas sumber daya genetik, maupun menerapkan sistem informasi tertentu. Kesepakatan umum perlu ditelusuri pada desain dan pemanfaatan indikator tersebut. 28. Pengetahuan lokal dan masyarakat adat harus diakui sebagai komponen penting dari survai dan inventori, dan harus dipertimbangkan serta didokumentasikan secara tepat dan dengan persetujuan terlebih dahulu dari masyarakat adat dan lokal yang bersangkutan. 29. Kapasitas: Negara harus menyediakan, dan dapat mengambil manfaat dukungan keuangan dan teknis terhadap survai dan inventori SDGTPP. Ada banyak halangan untuk survai dan inventori SDGTPP, termasuk kurangnya staf yang cukup terlatih. Pelatihan dan peningkatan kapasitas harus dilakukan di beberapa lokasi penelitian, termasuk identifikasi tanaman, biologi populasi, etnobotani, pemanfaatan SIG dan GPS, dan perangkat molekuler. Kapasitas untuk mengukur dampak perubahan iklim dan menilai adaptasi juga semakin relevan, terutama jika keanekaragaman genetik yang dilestarikan secara in situ dipertahankan secara berkelanjutan dalam jangka panjang. 30. Penelitian/teknologi: Dukungan yang memadai harus diberikan untuk mengembangkan metodologi yang lebih baik untuk mensurvai dan mengkaji keanekaragaman antar-dan intra-spesifik di sistem agro-ekologi. Ada juga kebutuhan yang kuat untuk mengembangkan indikator ilmiah dan mudah diimplementasikan untuk memantau status dan kecenderungan SDGTPP, terutama pada tingkat genetik. 31. Ada penelitian spesifik yang diperlukan terkait dengan konservasi in situ SDGTPP. Inventori yang lebih lengkap diperlukan untuk memungkinkan penargetan yang lebih baik dalam kegiatan konservasi in situ. Jika inventori tersebut dikaitkan dengan data aktual atau perkiraan terhadap karakter/sifat tertentu yang diinginkan, maka inventori tersebut akan memiliki nilai tambah dan akan memberikan hubungan yang bermanfaat bagi konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Sumber informasi yang ada harus digunakan untuk menentukan sejauh mana eksistensi KLT di kawasan lindung. 32. Satu bidang penelitian yang sangat penting adalah pengembangan indikator yang dapat digunakan untuk memantau perubahan tingkat dan distribusi keanekaragaman pada skala yang berbeda dan untuk menggabungkan informasi pada spesies individu dan populasi. Penelitian ini secara material akan memperkuat perencanaan konservasi nasional dan pengambilan keputusan. 33. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus dilakukan di dalam negeri antara departemen yang berhubungan dengan pertanian, lingkungan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan regional,
mengingat bahwa spesies melintasi batas nasional. Koordinasi tingkat regional dan global dibutuhkan untuk memperkuat hubungan antara konservasi ex situ dan in situ yang telah ada. 34. Hubungan yang kuat dengan jejaring nasional, regional dan jejaring tanaman serta dengan pengguna SDGTPP (pemulia, peneliti dan petani) perlu ditetapkan dalam rangka menginformasikan, mengarahkan dan memprioritaskan proses konservasi keseluruhan. Negara harus berkolaborasi dalam kegiatan survai dan inventori dalam rangka pembangunan kapasitas. 2. Mendukung pengelolaan dan perbaikan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara lekat-lahan 35. Latar Belakang: Pemuliaan tanaman terbukti membantu meningkatkan hasil panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan keanekaragaman dari kualitas produk pertanian dan makanan, terutama di lingkungan yang menguntungkan. Petani memilih untuk menanam varietas unggul dengan berbagai alasan, diantaranya karena permintaan pasar, keamanan pangan keluarga dan kelestarian lingkungan. Meskipun kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya erosi genetik yang signifikan, pada dua dekade terakhir ini telah terdapat bukti-bukti nyata yang menunjukkan bahwa banyak petani di negara berkembang dan negara maju yang terus mempertahankan keanekaragaman genetik tanaman di bidang mereka. Keanekaragaman ini merupakan elemen penting dalam strategi penghidupan petani karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan marjinal atau heterogen. Keanekaragaman tanaman juga dipertahankan untuk memenuhi perubahan kebutuhan pasar, ketersediaan tenaga kerja dan faktor sosial ekonomi, serta untuk alasan budaya dan agama. 36. Berbagai bentuk inisiatif maupun pelatihan/praktek tersedia untuk membantu komunitas petani dalam memperoleh keuntungan dari memelihara dan memanfaatkan keanekaragaman tanaman lokal dalam sistem produksi mereka. Peningkatan kapasitas dan kepemimpinan dalam komunitas dan lembaga lokal merupakan prasyarat untuk menerapkan berbagai inisiatif berbasis masyarakat. Mempromosikan dan mendukung pengelolaan sumber daya genetik secara lekat-lahan telah menjadi komponen kunci bagi mapannya strategi konservasi tanaman. Oleh karenanya, pengelolaan SDGTPP lekat-lahan merupakan salah satu dari tiga prioritas pertama dari Pembagian Keuntungan dalam Traktat Internasional. 37. Terlepas dari berbagai kemajuan yang dicapai, terdapat pertanyaan teknis dan metodologis yang signifikan. Secara khusus, terdapat kesempatan untuk meningkatkan koordinasi antara pengelolaan lekat-lahan dengan konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Dalam rangka mewujudkan potensi maksimal dari perbaikan lekat-lahan, praktek-praktek ini perlu sepenuhnya terintegrasi ke dalam kebijakan pembangunan pedesaan. 38. Kekhawatiran tentang dampak perubahan iklim terhadap pertanian telah berkembang selama dekade terakhir ini. Petani mungkin tidak lagi dapat menanam varietas tradisional maupun landrace milik mereka sendiri pada kondisi perubahan iklim, oleh karena itu mereka akan memerlukan akses ke plasma nutfah baru. Lebih jauh lagi, pertanian dapat dikatakan sebagai penghasil maupun pengurai utama karbon di atmosfer. SDGTPP karenanya menjadi sangat penting untuk pengembangan sistem pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim, mampu menangkap lebih banyak karbon dan menghasilkan gas rumah kaca lebih sedikit. Petani akan mendukung pemuliaan varietas tanaman baru yang beradaptasi dan yang akan dibutuhkan untuk pertanian untuk mengatasi kondisi lingkungan di masa depan. Akan ada peningkatan kebutuhan untuk keterkaitan antara sistem benih lokal dan bank gen serta jaringan untuk mengamankan plasma nutfah baru yang akan beradaptasi dengan perubahan iklim. 39. Tujuan: Untuk memanfaatkan pengetahuan yang telah dihasilkan selama dua dekade terakhir dalam rangka mempromosikan dan meningkatkan efektivitas dari konservasi lekat-lahan, pengelolaan, perbaikan dan pemanfaatan SDGTPP. Untuk mencapai keseimbangan dan pengintegrasian yang lebih baik antara konservasi ex situ dan in situ. Untuk mewujudkan Hak-hak Petani sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 Traktat Internasional di tingkat nasional dan daerah dan sesuai dengan legislasi dan prioritas nasional. Untuk mempromosikan pembagian keuntungan yang adil dari hasil pemanfaatan SDGTPP seperti yang disebut dalam Pasal 13 dari Traktat Internasional. Untuk mendorong masa
depan yang lebih baik bagi perusahaan benih publik dan swasta, serta perusahaan swasta yang kooperatif khususnya yang memfasilitasi kebutuhan lokal sebagai ‘penampung’ hasil seleksi lekatlahan maupun pemuliaan tanaman. Untuk mempertahankan pertukaran benih tradisional dan sistem pasokan, termasuk bank gen masyarakat, dan memperkuat pasar produk lokal, terutama bagi petani skala kecil dan subsisten di negara berkembang serta dengan memperhatikan adanya kendala fitosanitari. Untuk memperhitungkan peran perempuan dalam produksi pertanian di berbagai negara berkembang, khususnya mengenai pengelolaan SDGTPP lekat-lahan. Untuk mendorong keberhasilan seleksi dan pemuliaan terutama pada kondisi perubahan iklim. 40. Untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan tentang dinamika, metodologi, efek dan potensi konservasi lekat-lahan dan perbaikan tanaman. Untuk membangun atau memperkuat program dan jejaring bagi pengelolaan lekat-lahan terhadap varietas petani/landrace, KLT, tanaman liar maupun kawasan sumber daya genetik, serta untuk mengintegrasikannya ke dalam kebijakan dan aktivitas pembangunan pedesaan. Untuk memperpanjang peran bank gen nasional, regional dan internasional serta jejaringnya dalam rangka menyertakan dukungan dan penyediaan bahan bagi program peningkatan lekat-lahan secara lebih terintegrasi. Untuk membangun program lekat-lahan berdasarkan sistem pengetahuan, kelembagaan dan pengelolaan yang bersifat lokal dan tradisional, dalam rangka memastikan partisipasi lokal dalam perencanaan, pengelolaan maupun evaluasi. Untuk lebih memfokuskan perhatian publik dan kalangan ilmiah yang lebih besar terhadap peranan yang beragam, dimana jenis kelamin dan usia berperan dalam produksi dan pengelolaan sumber daya dalam rumah tangga pedesaan. 41. Kebijakan/strategi: Meskipun kegiatan pengelolaan lekat-lahan sekarang telah mulai dikembangkan dalam riset skala kecil melalui proyek-proyek metodologis, kegiatan ini masih perlu diintegrasikan secara penuh ke dalam program konservasi yang lebih luas maupun strategi pengembangan dan/atau rencana-rencana aksi. Kegiatan lekat-lahan melengkapi pengembangan varietas tanaman yang lebih formal dan memperkuat sistem pasokan benih. Fleksibilitas kelembagaan akan diperlukan ketika bekerja dengan masyarakat petani. Strategi khusus perlu dikembangkan untuk konservasi SDGTPP in situ serta untuk mengelola keanekaragaman tanaman lekat-lahan maupun yang ada di kawasan lindung. Perhatian khusus harus diberikan terhadap strategi pelestarian KLT di pusat asal usul, pusat keanekaragaman dan hotspot keanekaragaman hayati. Praktek terbaik dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP harus disosialisasikan, agar mendukung dan memelihara nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal dan adat serta meningkatkan kualitas hidup. Hal ini akan tercapai dengan baik dengan cara melibatkan masyarakat di semua aspek pengelolaan dan perbaikan SDGTPP lekat-lahan. 42. Pemerintah harus mempertimbangkan bagaimana agar produksi, insentif ekonomi dan kebijakan lainnya, serta penyuluhan pertanian dan layanan penelitian dapat memfasilitasi dan mendorong pengelolaan lekat-lahan dan perbaikan SDGTPP. Lebih jauh lagi, nilai konservasi perlu didemonstrasikan dalam bentuk penyediaan fungsi layanan ekosistem yang berkelanjutan. Pentingnya SDGTPP sebagai salah satu layanan ekosistem, hanya merupakan awal dari pengakuan dan untuk mendokumentasikan ‘berharganya’ KLT maupun keanekaragaman landrace yang dalam hal ini harus tetap berlanjut dan ditingkatkan upaya sepenuhnya. 43. Akan ada kebutuhan khusus untuk mengintegrasikan konservasi KLT dan landrace ke dalam strategi konservasi yang telah ada dalam rangka memastikan bahwa keanekaragaman hayati pertanian dan keanekaragaman hayati secara umum tidak ditujukan sebagai entitas yang terpisah. Hal ini akan diperlukan dimana konservasi keanekaragaman hayati pertanian menjadi fitur inisiatif dan program konservasi keanekaragaman hayati yang lebih luas di tingkat nasional, regional dan internasional. 44. Apabila diperlukan, kebijakan nasional harus ditujukan untuk memperkuat kapasitas masyarakat adat dan lokal untuk berpartisipasi dalam upaya perbaikan tanaman. Desentralisasi, pendekatan partisipatif dan pendekatan sensitifitas gender untuk perbaikan tanaman perlu diperkuat dalam rangka menghasilkan varietas yang mampu beradaptasi secara khusus di lingkungan yang secara sosialekonomi kurang menguntungkan. Ini mungkin memerlukan kebijakan dan perundang-undangan baru termasuk perlindungan yang tepat, pelepasan varietas dan prosedur sertifikasi benih bagi multiplikasi varietas melalui pemuliaan tanaman partisipatif - dalam rangka mempromosikan dan memperkuat
pemanfaatannya serta jaminan bahwa kebijakan/perundang-undangan tersebut telah termasuk dalam strategi nasional pembangunan pertanian. 45. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan terhadap konservasi lekat-lahan dan pemanfaatan spesies yang kurang termanfaatkan, karena banyak yang dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam hal pangan dan pendapatan. Dalam rangka menjangkau potensi pasar bagi tanaman tersebut, harus ada kerjasama yang lebih besar di berbagai tahap rantai produksi: mulai dari pengembangan dan pengujian varietas baru, hingga kegiatan untuk memberikan nilai tambah produk, dalam rangka membuka peluang pasar baru. 46. Kapasitas: Dukungan yang memadai harus diberikan kepada organisasi berbasis masyarakat dan kelompok pengguna yang menyediakan bantuan praktis bagi konservasi lekat-lahan dan kegiatan perbaikan. Kemampuan petani, masyarakat adat dan lokal serta organisasi mereka, perlu diperkuat sebagaimana halnya pada penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal mengelola keanekaragaman hayati pertanian lekat-lahan yang berkelanjutan. 47. Untuk mendukung kegiatan perbaikan lekat-lahan, bank gen, jejaring dan organisasi nasional maupun internasional, perlu dipertimbangkan upaya identifikasi varietas petani/landrace yang tepat bagi kegiatan multiplikasi, dan/atau pengembangan populasi pemuliaan baru yang menggabungkan sifat-sifat tertentu ke bahan lokal yang teradaptasi. 48. Program pelatihan interdisipliner harus dikembangkan bagi para penyuluh, organisasi nonpemerintah dan lainnya untuk memfasilitasi dan mengkatalisis kegiatan lekat-lahan, termasuk teknik seleksi dan pemuliaan yang tepat guna melengkapi dan meningkatkan teknik yang sudah digunakan oleh petani. 49. Program pelatihan harus difokuskan pada upaya membantu petani memperoleh pengetahuan dan teknologi baru dan mengeksplorasi pasar-pasar baru bagi produk mereka serta membantu peneliti menjadi fasilitator dan pendukung petani yang lebih baik. Pelatihan tersebut harus diarahkan pada empat kelompok: para ilmuwan (termasuk para petani, peneliti dan ekonom pertanian), staf teknis pendukung, penyuluh (termasuk organisasi non-pemerintah) dan petani. Dukungan untuk memperoleh gelar maupun pekerjaan yang lebih tinggi harus mencakup pelatihan yang relevan dalam ilmu biologi dan sosial. Pelatihan bagi penyuluh harus bertujuan meningkatkan keterampilan mereka dalam etnobotani, seleksi dan pemuliaan partisipatif, pemeliharaan benih dan pemanfaatan alat-alat TIK. 50. Pelatihan petani harus dilakukan dalam konteks rantai produksi secara keseluruhan, terutama fokus pada identifikasi sifat tanaman, seleksi/pemuliaan, pemanfaatan dan pemeliharaan tanaman lokal, serta promosi penjualan produk. Hal ini penting untuk mengembangkan keterampilan petani dalam seleksi tanaman pada tahap vegetatif dan bukan hanya pasca panen. 51. Program pelatihan harus dirancang dalam kerjasama yang erat dengan the National Agricultural Research System (NARS), petani, organisasi petani dan pemangku kepentingan lainnya, dan harus didasarkan pada kebutuhan mitra. Program tersebut tidak boleh mengabaikan peran sentral wanita/perempuan dalam turut mempengaruhi dan mengarahkan evolusi tanaman. Program pelatihan harus mempertimbangkan aspek perbedaan dalam hal pemanfaatan sumber daya hayati oleh perempuan dan laki-laki, termasuk terhadap kecenderungan perempuan dalam memanfaatkan dan mengolah tanaman secara berulang-ulang. 52. Penelitian/teknologi: Delapan kriteria penelitian ilmiah yang bersifat multidisiplin yang diperlukan, antara lain: a) penelitian lanjut tentang etnobotani dan sosial-ekonomi/sosiobudaya untuk memahami dan menganalisis pengetahuan petani, seleksi/pemuliaan, pemanfaatan dan pengelolaan SDGTPP, sesuai dengan persetujuan petani yang terlibat serta dengan persyaratan yang berlaku bagi perlindungan pengetahuan dan teknologi; b) populasi dan konservasi biologi dalam rangka memahami struktur dan dinamika keanekaragaman genetik pada varietas petani/landrace lokal, termasuk diferensiasi populasi, aliran gen introgresi, termasuk derajat perkawinan sedarah dan tekanan seleksi;
c) penelitian pemuliaan tanaman, termasuk pemuliaan partisipatif, sebagai cara untuk meningkatkan hasil panen dan kehandalan tanpa menghilangkan keanekaragaman hayati lokal; d) penelitian dan studi penyuluhan mengenai tanaman yang kurang dimanfaatkan, termasuk produksi, pemasaran dan distribusi benih dan multiplikasi materi tanaman vegetatif; e) studi tentang cara paling efektif untuk mengintegrasikan konservasi lekat-lahan dan ex situ, dengan mempertimbangkan komplementaritas sistem perbenihan yang berbeda-beda; f) studi tentang tingkat dan sifat ancaman yang mungkin terjadi terhadap keanekaragaman lekatlahan dan in situ, khususnya iklim dan alih fungsi lahan, termasuk pengaruhnya terhadap organisme penyerbuk; g) analisis spasial untuk mengidentifikasi varietas yang cenderung memiliki karakter beradaptasi dengan iklim sebagai bantuan bagi pemuliaan tanaman; h) penelitian untuk mengukur erosi genetik. 53. Penelitian ilmiah bila memungkinkan harus dikombinasikan dengan kegiatan lekat-lahan sehingga konteks dan tujuan kegiatan yang dilakukan dapat sepenuhnya dievaluasi. Teknik fenotipe dapat digunakan untuk mengkarakterisasi varietas petani/landrace dalam kaitannya dengan sifat khusus dan kemampuan beradaptasi terhadap berbagai kondisi lapangan. Penelitian harus membantu kegiatan pemantauan, evaluasi dan perbaikan lekat-lahan. Penelitian harus dilakukan secara partisipatif dan kolaboratif untuk memperkuat interaksi dan kerjasama antar pemangku kepentingan, termasuk petani, pemulia dan staf dari lembaga nasional. Lembaga lainnya harus dilibatkan bila diperlukan. 54. Metode harus dikembangkan dan bantuan diberikan untuk mengintegrasikan pengelolaan in situ dan lekat-lahan serta konservasi SDGTPP dengan jejaring kerja bank gen nasional dan regional dan lembaga penelitian. 55. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus mendorong inisiatif di tingkat masyarakat untuk mendukung pengelolaan lekat-lahan dan perbaikan SDGTPP. Proyek-proyek kecil, atau yang bersifat menjangkau hingga ke lapisan masyarakat bawah harus diprioritaskan untuk menerima dana dan layanan pendukung. Pendanaan dan dukungan diutamakan diberikan untuk proyek-proyek teknis yang diprakarsai petani yang mempromosikan keanekaragaman tanaman dan kolaborasi antara masyarakat petani dan lembaga penelitian. Proyek-proyek tersebut harus berjangka cukup panjang (10 tahun atau lebih) untuk menjamin hasil yang signifikan. 56. Hubungan antar organisasi terutama yang terkait dengan konservasi SDGTPP dan pemanfaatannya di berbagai negara seringkali bersifat lemah atau bahkan tidak ada; dan karenanya harus diperkuat. 3. Membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem pertanian 57. Latar Belakang: Bencana alam dan perselisihan sipil sering mengancam sistem ketahanan tanaman, hal ini terutama mempengaruhi petani skala kecil dan subsisten di negara berkembang. Keamanan benih adalah komponen kunci dari ketahanan. Dalam hal ini, bantuan benih dapat segera membantu petani yang mengalami bencana, oleh karena itu, pendekatan yang lebih sistematis untuk menegakkan kembali ketahanan benih dan sistem tanaman diperlukan dalam kasus bencana yang parah. Secara khusus, telah muncul pengakuan adanya ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap ketahanan benih dan makanan; dan peran potensial SDGTPP dapat dwujudkan dalam membantu pertanian agar tetap produktif dan kuat meskipun terjadi perubahan kondisi. Ketika terjadi ‘kehilangan‘ varietas tanaman dari ladang petani, re-introduksi seringkali mudah dilakukan kembali kepada petani melalui dukungan maupun kegiatan tukar-menukar varietas antar petani dari waktu ke waktu dengan petani yg berada disekitarnya maupun melalui pasar-pasar lokal. Mereka juga dapat diperkenalkan kembali melalui jejaring kerja bank gen nasional, regional atau internasional. Namun, aktivitas bank gen sendiri terkadang terganggu oleh adanya bencana alam dan ulah manusia, dalam hal ini, kemampuan bank gen untuk mendukung pemulihan sistem pertanaman juga bergantung pada kemampuan dalam mengakses materi yang dimiliki bank gen lainnya. Pasal 12 Traktat Internasional
menyediakan dasar yang kuat untuk meningkatkan dan memfasilitasi akses tersebut. Sistem informasi nasional, regional dan global dibutuhkan untuk mendukung kegiatan restorasi tanaman. 58. Impor biji-bijian sebagai bentuk bantuan pangan sering digunakan sebagai benih dan sering tidak mampu beradaptasi dengan kondisi setempat. Hal ini dapat mengakibatkan hasil panen berkurang selama bertahun-tahun. Impor varietas benih yang kemampuan adaptasinya buruk juga akan berakibat sama. Dalam jangka panjang, praktek-praktek bantuan bahan makanan dan benih yang tidak layak justru akan memperburuk kelaparan, melemahkan ketahanan pangan, mendistorsi sistem perbenihan lokal dan meningkatkan biaya bantuan. Diakui, terjadi perubahan pemikiran yang mendasar selama dekade terakhir ini dan menuju pada terbentuknya kerangka ketahanan benih. Tujuan dari kerangka kerja ini adalah untuk mengetahui fungsi sistem perbenihan dan memberikan gambaran dalam hal ketersediaan, akses dan kualitas benih. Setelah mengalami bencana, petani biasanya mengalami kesulitan mengakses benih varietas lokal, meskipun benih tersebut tersedia, karena para petani telah kehilangan aset keuangan dan lainnya. Adanya pemikiran-pemikiran baru telah berhasil menciptakan koordinasi yang lebih baik antara lembaga dan model baru intervensi benih melalui distribusi langsung benih dan input lainnya kepada petani. Intervensi ini termasuk pendekatan berbasis pasar seperti voucher benih dan bazar input, dan inisiatif masyarakat yang melakukan multiplikasi benih, baik benih varietas petani maupun varietas unggul. 59. Tujuan: Merehabilitasi sistem tanaman yang terkena dampak, berdasarkan SDGTPP yang diadaptasi secara lokal, termasuk pemulihan plasma nutfah secara tepat, dalam rangka mendukung mata pencaharian masyarakat petani dan pertanian berkelanjutan. 60. Untuk mengembangkan kapasitas dalam menilai dan membangun ketahanan benih, termasuk membantu petani dalam mengakses SDGTPP yang diadaptasi secara lokal. 61. Untuk membangun tanggung jawab kelembagaan dan mekanisme untuk mengidentifikasi, memperoleh, memperbanyak dan menyalurkan SDGTPP yang tepat. 62. Untuk memperkuat kapasitas masyarakat pedesaan yang relevan dan petani dalam mengidentifikasi dan mengakses SDGTPP ex situ. 63. Memastikan bahwa varietas yang disalurkan ke masyarakat adalah varietas yang mampu beradaptasi dengan kondisi lokal. 64. Kebijakan/strategi: Pemerintah, bekerjasama dengan organisasi petani dan masyarakat yang relevan, badan-badan PBB dan regional, organisasi antar pemerintah dan non-pemerintah seharusnya menetapkan kebijakan di semua tingkatan, untuk mengimplementasikan kegiatan ketahanan benih yang memadai dalam mengatasi bencana, termasuk perubahan iklim. 65. Pemerintah harus membuat kebijakan dan strategi perencanaan dan respon risiko bencana, yang sepenuhnya mempertimbangkan masalah ketahanan benih dan ketahanan benih spseifik lokasi. Termasuk mendorong penilaian ketahanan benih dan membuat pedoman praktek terbaik untuk intervensi benih. 66. Diperlukan upaya untuk melestarikan varietas petani/landrace dan KLT sebelum varietas tersebut hilang akibat perubahan iklim dan ancaman lainnya. Upaya-upaya khusus diperlukan untuk mengidentifikasi spesies dan populasi yang paling berisiko dan yang berpotensi membawa sifat-sifat penting. 67. Negara perlu membangun atau memperkuat sistem pemantauan erosi genetik, termasuk pemanfaatan indikator yang mudah. Dukungan harus diberikan untuk mengumpulkan varietas petani/landrace terutama di daerah rawan atau terancam, yang belum dikonservasi ex situ, sehingga sumber daya genetik dapat diperbanyak untuk segera digunakan dan dilestarikan bagi pemanfaatan masa depan. Koleksi bank gen nasional harus diduplikasi di luar negeri, misalnya di bank gen dari negara tetangga, dan/atau di bank gen regional atau internasional. Untuk menghindari duplikasi yang berlebihan, diperlukan penilaian global yang sistematis untuk mengetahui back-up/cadangan dari koleksi yang ada.
68. Bank gen dan jejaring kerjanya harus menyediakan informasi karakterisasi dan evaluasi untuk membantu dalam mengidentifikasi aksesi yang dapat digunakan untuk memulihkan sistem pertanaman, sesuai perjanjian akses dan pembagian keuntungan. Sistem Multilateral dalam Traktat Internasional harus memfasilitasi proses ini. 69. Kapasitas: Lembaga penelitian pertanian nasional dan internasional harus berkolaborasi dengan FAO dan lembaga lain yang tepat untuk membentuk mekanisme yang cepat dalam memperoleh, memperbanyak dan menyediakan SDGTPP ke negara-negara yang membutuhkan. Lembaga tersebut harus memastikan bahwa mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk tugasnya. Kerjasama antara organisasi publik, swasta dan non-pemerintah merupakan kontribusi penting bagi upaya untuk mendistribusikan plasma nutfah yang diadaptasi secara lokal di daerah yang sedang pemulihan dari bencana. 70. Sistem informasi harus ditetapkan untuk mengidentifikasi, dan membantu dalam mendapatkan plasma nutfah yang sesuai untuk restorasi atau reintroduksi. 71. Pemerintah dan lembaga darurat internasional harus mempertimbangkan untuk membuat dana yang memadai yang tersedia untuk multiplikasi benih SDGTPP lokal dalam menghadapi permintaan darurat saat bencana. 72. Respon intervensi dapat diantisipasi dengan insentif multiplikasi benih nasional atau oleh masyarakat, dan pemerintah harus memperkuat kapasitas untuk mengatasi bencana dan mendukung munculnya kembali jaringan pemasok benih lokal dan sistem pertanaman. Peran petani dalam melestarikan varietas lokal/landrace harus mendapat pengakuan karena hal ini merupakan sumber penting dari restorasi keanekaragaman genetik. 73. Penelitian/teknologi: Studi diperlukan dalam tingkat dan asal ancaman yang mungkin terjadi pada keanekaragaman lekat-lahan maupun in situ. Pengalaman sebelumnya perlu dikaji ulang dan pilihan dikembangkan untuk meningkatkan kesiapan bank gen dalam menyelamatkan koleksi ex situ dan mengumpulkan benih dalam kondisi darurat, termasuk konflik sipil, kecelakaan industri serta bencana alam. Upaya ini akan mendapatkan keuntungan dari kerjasama erat antara pemerintah negaranegara dipengaruhi, donor, organisasi non-pemerintah dan swasta, nasional, lembaga penelitian pertanian regional dan internasional, jejaring kerja sumber daya genetik regional dan lembaga antar pemerintah yang relevan. Penelitian tentang bagaimana masyarakat pedesaan dapat mengidentifikasi, mendapatkan dan menggunakan SDGTPP secara ex situ juga perlu diselenggarakan. 74. Studi juga diperlukan pada produksi benih pra-bencana dan sistem pengiriman, termasuk agroekologi, kalender tanam, alur benih lokal, pasar benih dan stok benih. Informasi yang ada dapat membantu perencanaan dalam mengurangi risiko bencana dan kurangnya tindakan responsif, terutama mengenai antisipasi dampak dari perubahan iklim. 75. Koordinasi/administrasi: Pada tingkat nasional, terdapat kebutuhan koordinasi antara kementerian pertanian dan lingkungan, serta lembaga yang terlibat dalam kesiapsiagaan dan respon terhadap bencana. Organisasi non-pemerintah akan memiliki peran penting dalam hal ini. Upaya penyadaran masyarakat diperlukan untuk menyadarkan masyarakat donor dan organisasi nonpemerintah terhadap pentingnya SDGTPP lokal dalam upaya bantuan dan rehabilitasi. Upaya tersebut juga harus meningkatkan kesadaran akan perlunya duplikasi yang aman terhadap koleksi ex situ di negara lain. 4. Mempromosikan konservasi dan pengelolaan secara in situ kerabat liar tanaman dan tanaman pangan liar 76. Latar Belakang: Ekosistem alam mengandung SDGTPP penting, termasuk KLT yang telah jarang, endemik maupun terancam serta tanaman pangan liar. Spesies ini menjadi semakin penting sebagai sumber sifat baru dalam pemuliaan tanaman. Idealnya, KLT dan spesies liar dilindungi secara in situ, di mana mereka dapat berkembang dalam kondisi alamiah. Populasi spesies yang unik dan beragam ini harus dilindungi secara in situ ketika mengalami ancaman. Sebagian besar taman nasional di dunia dan kawasan lindung lainnya, bagaimanapun, didirikan dengan hanya memberikan perhatian
kecil terhadap konservasi keanekaragaman genetik tanaman, apalagi pada KLT dan tanaman pangan liar. Rencana pengelolaan untuk kawasan lindung tidak secara spesifik mempertimbangkan keanekaragaman genetik dari spesies ini, tapi dapat dimodifikasi untuk melengkapi pendekatan konservasi lainnya. Tidak dipungkiri bahwa, tindakan secara aktif melestarikan keanekaragaman genetik KLT dalam jaringan kawasan lindung akan secara signifikan meningkatkan pemahaman akan arti pentingnya layanan ekosistem, yang pada gilirannya akan mendukung ketahanan jangka panjang dari kawasan lindung itu sendiri. 77. Banyak kawasan lindung berada dalam ancaman degradasi dan kehancuran. Perubahan iklim merupakan tambahan ancaman yang serius. Oleh karena itu perlu melengkapi konservasi di kawasan lindung dengan tindakan yang bertujuan melestarikan keanekaragaman genetik di luar kawasan tersebut, termasuk melalui konservasi ex situ yang sesuai. Konservasi in situ memerlukan perencanaan yang komprehensif, yang harus mempertimbangkan dan mengakomodasi kebutuhan yang seringkali bertentangan antara perlindungan lingkungan, produksi pangan dan konservasi sumber daya genetik. 78. Tujuan: Untuk memanfaatkan sumber daya genetik dari KLT dan tanaman pangan liar secara berkelanjutan, dan melestarikannya di kawasan lindung maupun di kawasan yang tidak secara eksplisit terdaftar sebagai kawasan lindung. 79. Untuk mempromosikan praktek perencanaan dan pengelolaan dalam kawasan-kawasan yang penting bagi konservasi in situ KLT dan tanaman pangan liar. Untuk menetapkan ancaman, dan status konservasi, prioritas KLT dan tanaman pangan liar, serta mengembangkan rencana pengelolaan bagi proteksi secara in situ. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman liar sebagai sumber pendapatan dan makanan, khususnya oleh perempuan. 80. Untuk membuat pemahaman yang lebih baik terhadap kontribusi KLT dan tanaman liar bagi ekonomi lokal, ketahanan pangan dan kesehatan lingkungan. Untuk meningkatkan pengelolaan dan perencanaan, serta mendorong komplementaritas antara konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan taman dan kawasan lindung, antara lain melalui peningkatan partisipasi masyarakat adat dan lokal dalam menjamin konservasi aktif KLT dan keragaman genetik tanaman pangan liar. 81. Untuk membangun komunikasi dan koordinasi yang lebih baik para pihak yang terlibat dalam konservasi in situ dan pengelolaan pemanfaatan lahan di tingkat nasional dan regional, terutama antara sektor pertanian dan lingkungan. 82. Kebijakan/strategi: Pemerintah, sebagai pelaksana perundang-undangan nasional, bekerja sama dengan pemangku kepentingan dan organisasi non-pemerintah, serta mempertimbangkan pandangan petani dan masyarakat adat dan lokal, harus: a) menyertakan, ke dalam tujuan dan prioritas dari taman nasional dan kawasan lindung, konservasi SDGTPP, khususnya spesies hijauan, KLT dan spesies untuk pangan atau pakan di alam, termasuk pusat-pusat keanekaragaman hayati dan reservasi genetik; b) mengintegrasikan konservasi dan pengelolaan SDGTPP, terutama KLT dan tanaman pangan liar, ke dalam rencana pemanfaatan lahan di sumber/pusat-pusat asalnya, pusat keanekaragaman maupun hotspot keanekaragaman hayati. Pusat-pusat keanekaragaman terutama yang terletak di negara berkembang, di mana sumber daya mungkin terbatas dan diperlukan peningkatan kapasitas dan transfer teknologi. Strategi konservasi in situ harus melengkapi strategi ex situ; c) mendukung pembentukan pengelolaan kawasan lindung baik nasional maupun lokal melalui partisipasi secara luas, yang melibatkan kelompok warga yang paling bergantung pada tanaman pangan liar; d) mendukung terciptanya kelompok penasihat yang memandu pengelolaan kawasan lindung. Jika perlu, yang melibatkan petani, masyarakat adat dan lokal, para ilmuwan SDGTPP, pejabat pemerintah daerah dari berbagai kementerian dan tokoh masyarakat, menurut perundangundang nasional;
e) mencatat hubungan erat antara sumber daya genetik dengan pengetahuan tradisional, kemustahilan memisahkan alam dengan komunitas asli dan lokal, pentingnya pengetahuan tradisional tentang SDGTPP dan bagi mata pencaharian yang berkelanjutan dari komunitas ini, terutama di kawasan lindung, menurut peraturan nasional; f) mengakui bahwa perempuan merupakan sumber informasi berharga tentang kelayakan praktek konservasi in situ dan pengelolaannya; g) mengadopsi tindakan yang diperbaiki untuk menghadapi ancaman spesies asing invasif yang dapat berpengaruh negatif terhadap konservasi in situ KLT dan tanaman pangan liar; h) mendukung upaya masyarakat adat dan lokal untuk mengelola KLT dan tanaman pangan liar di kawasan lindung; i) mengkaji ulang persyaratan-persyaratan yang telah ada untuk menyatakan dampak lingkungan, dengan menyertakan penilaian kemungkinan efek yang ditimbulkan dari kegiatan yang diusulkan terhadap keanekaragaman hayati lokal untuk pangan dan pertanian, terutama pada KLT; j) mengintegrasikan tujuan konservasi genetik ke dalam pengelolaan KLT dan tanaman pangan liar di kawasan lindung dan kawasan pengelolaan sumber daya lainnya; k) menyusun informasi tentang KLT dan tanaman pangan liar serta menyediakan informasi melalui MBIN dan sistem informasi global khusus. 83. Pemerintah, bekerja sama dengan badan-badan PBB, regional, organisasi antar pemerintah dan non-pemerintah, dan pertanian, masyarakat adat dan lokal yang tinggal di kawasan yang tidak dilindungi harus mengupayakan, jika mungkin dan tepat untuk: a) mengembangkan strategi nasional untuk pengelolaan KLT dengan mempertimbangkan konservasi in situ dan ex situ serta pemanfaatan berkelanjutan; b) mengambil tindakan untuk melestarikan keanekaragaman KLT dan tanaman pangan liar sebagai komponen integral dari perencanaan pemanfaatan lahan; c) mendorong masyarakat adat dan lokal untuk mengkonservasi dan mengelola KLT dan tanaman pangan liar, serta memfasilitasi partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan konservasi lokal dan pengelolaannya. 84. Jika sesuai dan layak, kebijakan kawasan lindung harus mempromosikan dan mempertahankan (bukan membatasi), kegiatan manusia yang mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman genetik di dalam dan di antara spesies tanaman. Pendekatan partisipatif dalam pengelolaan kawasan lindung dan kawasan sekitarnya juga harus didorong untuk mendamaikan konflik yang kadangkala terjadi demi konservasi dan ketahanan mata-pencaharian lokal. 85. Sejalan dengan pendekatan nasional, terdapat juga kebutuhan yang komplemen dengan perspektif global, yang fokus pada pengamanan konservasi in situ terhadap spesies KLT terpenting di dunia, termasuk melalui pembentukan jejaring global bagi reservasi genetik. Meskipun diakui bahwa lokasi utama untuk konservasi in situ KLT adalah di kawasan lindung yang ada, kemungkinan adanya konservasi in situ KLT di luar kawasan lindung juga harus dievaluasi. 86. FAO harus mempromosikan adopsi dan pelaksanaan strategi global untuk pengelolaan KLT yang dapat berfungsi sebagai panduan bagi tindakan pemerintah, mengingat bahwa terdapat persyaratan bagi tindakan di tingkat nasional dan global. 87. Kapasitas: Pemerintah harus, bila memungkinkan, dan jika tepat: a) mengembangkan rencana prioritas, terutama bagi ekosistem yang memiliki tingkat keanekaragaman KLT tinggi dan di dalamnya juga ditemukan tanaman pangan liar, serta melakukan kaji ulang-nasional untuk mengidentifikasi praktek-praktek pengelolaan yang
diperlukan dalam menjaga tingkat keanekaragaman genetik yang diinginkan dari KLT dan tanaman pangan liar; b) membantu masyarakat adat dan lokal dalam upaya mereka untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan mengelola KLT dan spesies tanaman pangan liar; c) memantau kepemilikan, distribusi dan keanekaragaman KLT dan tanaman pangan liar, mengintegrasikan dan menghubungkan data dan informasi dari program-program konservasi in situ dan ex situ, serta mendorong organisasi-organisasi swasta dan non pemerintah untuk melakukan hal yang sama. 88. Penelitian/teknologi: Penelitian yang diperlukan yang berkaitan dengan pengelolaan in situ KLT dan tanaman pangan liar meliputi: a) studi tentang biologi reproduksi dan persyaratan ekologis; b) klasifikasi dan identifikasi spesies dan etnobotani; c) deskripsi ‘gene pool’ dan survai populasi, menggunakan perangkat molekuler sebagaimana model yang biasa digunakan dalam membantu migrasi populasi KLT yang terancam di habitat alaminya; d) pemahaman nilai KLT secara in situ dan peranannya dalam layanan ekosistem. 89. Koordinasi/administrasi: Pemerintah harus, jika tepat: a) menghubungkan perencanaan dan pengelolaan kawasan yang dilindungi, dengan organisasi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari KLT dan tanaman pangan liar, antara lain: pusat sumber daya genetik tanaman, koordinator sumber daya genetik nasional, manajer pengelola kawasan lindung nasional dan kebun raya, termasuk organisasi yang terlibat di sektor lingkungan; b) menunjuk focal point, yang tepat, untuk mengkatalisis koordinasi dalam program perlindungan situ dan kerja sama dengan negara-negara lain; c) membentuk mekanisme penelaahan secara berkala dan modifikasi rencana konservasi; d) memasukkan informasi tentang KLT dalam sistem informasi global khusus untuk membantu pertukaran dan penyebaran informasi. Konservasi Ex Situ 5. Mendukung target pengkoleksian sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 90. Latar belakang: Kekuatan motivasi utama untuk kebanyakan kegiatan koleksi adalah mengisi gap, resiko kehilangan yang segera dan peluang untuk dimanfaatkan. Pada saat ini plasma nutfah yang dikoleksi di bank gen tidak mencerminkan seluruh keanekaragaman dalam SDGTPP. Umumnya kebanyakan tanaman-tanaman utama telah dikoleksi dengan baik, tetapi beberapa gap masih ada. Kebanyakan koleksi dari daerah, yang minor, yang kurang dimanfaatkan, kurang lengkap. KLT, bahkan tanaman-tanaman utama, menerima sedikit perhatian dibandingkan dengan pentingnya potensi mereka dalam pemuliaan. Strategi tanaman global yang didukung oleh the Trust membantu upaya identifikasi gap dalam kepemilikan global untuk beberapa tanaman pangan utama. Akan tetapi, ketiadaan analisis yang menyeluruh dari seluruh keanekaragaman genetik yang diwakili di gen bank dunia, kesimpulan-kesimpulan ini masih bersifat sementara. Sebagai tambahan, kegiatan pengkoleksian yang dilaksanakan dengan metode yang tidak memadai mungkin tidak akan berhasil mendapatkan sampel yang beanekaragam. Juga, tingkat dan distribusi dari keanekaragaman populasi kerabat liar dan varietas petani, khususnya untuk tanaman-tanaman semusim, berubah dari waktu ke waktu. Kondisi-kondisi yang sub-optimal dalam bank gen juga menyebabkan kehilangan materimateri yang dikoleksi.
91. Ancaman global terhadap SDGTPP in situ dan lekat-lahan telah meningkat selama 20 tahun terakhir sebagai akibat dari dampak peningkatan aktivitas manusia. Ancaman terbesar terhadap konservasi landrace dan KLT terkait dengan kurangnya dana dan merupakan dampak jangka panjang dari kebijakan pertanian, dan juga penggantian varietas-varietas tersebut oleh varietas unggul, perubahan iklim, invasi spesies asing dan perubahan pemanfaatan lahan, termasuk urbanisasi. Kajian terakhir menunjukkan bahwa sampai 20 persen spesies mungkin terancam punah secara global. Rasanya kecil kemungkinan bahwa angka tersebut rendah untuk KLT. Kebutuhan mendesak untuk ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik, demikian juga untuk kandungan gizi dan sifat-sifat lainnya, juga membenarkan upaya pengkoleksian lebih lanjut. 92. Tujuan: Untuk mengkoleksi dan mengkonservasi keanekaragaman SDGTPP dan mengasosiasikan informasi yang fokus pada keanekaragaman yang hilang dari koleksi ex situ, terancam punah atau diperkirakan akan berguna. 93. Untuk mengidentifikasi prioritas pengkoleksian yang bertarget dalam hal kehilangan keanekaragaman, potensi kegunaan dan lingkungan yang terancam. 94. Kebijakan/strategi: Pembuat kebijakan harus dibuat sadar perlunya keberlanjutan untuk memperluas keanekaragaman koleksi ex situ, termasuk KLT, varietas petani/landrace dan tanaman pangan liar dan pakan ternak. Penerapan terbaik harus didokumetasikan dengan memperhatikan tujuan-tujuan dan kewajiban-kewajiban yang diatur dalam KKH Pasal 5 dan 12.3 h dari Traktat Internasional, sebagai contoh hak Para Pihak kepada KKH yang memerlukan persetujuan atas dasar informasi awal sebelum menyediakan akses terhadap sumber daya genetik dan masyarakat lokal sehubungan dengan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman biologi yang berkelanjutan. 95. Kapasitas: Materi koleksi harus disimpan di dalam sarana penyimpanan yang memiliki kemampuan untuk mengelolanya di negara asalnya, dan di mana saja untuk pengamanan duplikat, yang disepakati oleh negara asalnya sebelum kegiatan pengkoleksian. Apabila fasilitas-fasilitas tersebut tidak ada di negara asalnya, harus dikembangkan, jika tepat, dan, sementara itu materi-materi dapat dikelola di negara-negara lain yang disepakati dengan negara asal sebelum kegiatan pengkoleksian. 96. Pertimbangan penuh harus diberikan kepada kapasitas untuk mengkonservasi materi secara efektif dan berkelanjutan sebelum pengkoleksian dimulai. 97. Pelatihan metode koleksi secara ilmiah untuk SDGTPP harus dilakukan, khususnya sehubungan dengan pemanfaatan alat dan metode yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas koleksi, seperti GPS, program modeling spasial dan survai ekogeografi. 98. Penelitian/teknologi: Penelitian diperlukan untuk mengidentifikasi gap yang ada dalam koleksi ex situ untuk memastikan bahwa semua gene pool cukup diwakili; hal ini akan memerlukan akses kepada dan ketersediaan paspor dan data lain yang akurat. Penggunaan SIG dan teknologi molekuler dapat juga membantu untuk mengidentifikasi gap-gap dan memfasilitasi perencanaan kegiatan pengkoleksian. Dalam kasus beberapa KLT, mungkin memerlukan penelitian taksonomi dan botani dari spesies sasaran. 99. Koordinasi/administrasi: Koordinasi di negara yang bersangkutan, jika tepat, harus melibatkan bank gen, herbarium dan lembaga dengan keahlian taksonomi. Koordinasi di tingkat regional dan internasional mungkin diperlukan untuk menyediakan hubungan dengan koleksi ex situ tertentu dan mengisi gap dan upaya regenerasi. Koordinasi demikian mungkin berhubungan dengan identifikasi keperluan global atau keperluan nasional yang spesifik yang dapat dipenuhi oleh SDGTPP di negara lain 100. Hubungan yang erat perlu dijalin dengan jejaring kerja tanaman regional dan dengan pengguna SDGTPP (para pemulia, peneliti, dan petani) untuk menginformasikan, mengarahkan dan memprioritaskan seluruh proses konservasi, termasuk survai, inventori dan pengkoleksian. 101. Mekanisme harus dikembangkan pada seluruh tingkatan untuk pengkoleksian darurat dari SDGTPP, khususnya KLT yang terancam punah. Mekanisme ini harus memanfaatkan sepenuhnya,
dan karena itu harus terkait erat dengan, sistem informasi dan peringatan dini. 102. Pemerintah harus menunjuk focal point dalam program-program SDGTPP mereka untuk mengelola permintaan koleksi. 6. Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah 103. Latar belakang: Pada saat ini, bank gen benih, bank gen lapang dan konservasi in vitro mengkonservasi kira-kira 7.4 juta aksesi plasma nutfah, sekitar seperempatnya diperkirakan merupakan sampel yang berbeda yang diduplikasi dalam beberapa koleksi. Sampel-sampel ini dilengkapi oleh lebih dari 2 500 kebun raya di seluruh dunia yang menanam lebih dari sepertiga dari spesies tanaman yang dikenal dan memelihara herbarium penting dan koleksi carpological. Didorong oleh peningkatan keperluan untuk diversifikasi, berkembang minat dalam mengkoleksi dan mempertahankan koleksi tanaman yang kurang dimanfaatkan, spesies tanaman liar, pakan dan KLT; tetapi, spesies tersebut cenderung lebih sulit untuk dikonservasi secara ex situ dibandingkan dengan tanaman pangan utama atau tanaman pakan. Banyak spesies tanaman utama yang tidak menghasilkan benih yang dapat disimpan dalam kondisi suhu dan kelembaban rendah, dan konservasi dari tanaman seperti itu, benih rekalsitran atau tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, masih belum mendapat perhatian yang cukup. 104. Secara global, pemerintah dan lembaga donor perlu untuk lebih berinvestasi dalam prasarana konservasi, khususnya untuk spesies yang tidak dapat dikonservasi dalam bank gen benih, dengan mempertimbangkan biaya pemeliharaan dalam jangka panjang. Hal ini akan menunda kerusakan yang tetap dari banyak fasilitas dan meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukan fungsi dasar konservasi. Tingkat keparahan ancaman terhadap koleksi ex situ dicerminkan dari persentase yang tinggi dari aksesi yang didentifikasi yang membutuhkan regenerasi yang muncul dalam country reports3, demikian juga dalam daftar masalah-masalah teknik dan administrasi yang berasosiasi dengan aktivitas pemeliharaan bank gen. The Trust bertujuan untuk mendukung perencanaan yang lebih baik, lebih banyak koordinasi dan kerjasama dalam rangka membatasi pengulangan yang tidak perlu dan mempromosikan rasionalisasi di tingkat global. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya konservasi secara keseluruhan dan menempatkan kegiatan-kegiatan bank gen secara ilmiah serta berbasis pembiayaan yang berkelanjutan. Pilihan-pilihan perlu dieksplorasi lebih lanjut dalam kaitannya dengan biaya konservasi yang lebih efektif dan rasional. 105. Kerjasama Regional dalam konservasi ex situ harus diperkuat 106. The Svalbard Global Seed Vault, yang dibuka pada tahun 2008, merupakan inisiatif internasional yang baru untuk mengembangkan keamanan dari koleksi-koleksi benih ortodoks yang ada. Usaha serupa belum direncanakan untuk spesies rekalsitran dan tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegetatif. 107. Tujuan: Untuk mengembangkan sistem konservasi ex situ yang rasional, efisien, berorientasi tujuan, efisien secara ekonomi dan berkelanjutan serta dapat digunakan untuk benih dan spesies yang diperbanyak secara vegetatif. 108. Untuk mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja nasional, regional dan internasional, termasuk Sistem Multilateral Traktat Internasional. Untuk mengembangkan kapasitas yang mencukupi untuk memberikan pilihan kepada negara-negara untuk secara sukarela menyimpan materi genetik yang bermanfaat dan duplikatnya. Untuk mengembangkan strategi pengelolaan konservasi ex situ dari tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dan benih-benih non ortodoks, dan juga untuk stok spesies dan genetik dan genomik yang telah diabaikan dalam aktivitas konservasi saat ini. Untuk mempromosikan pengembangan dan transfer teknologi yang tepat untuk mengkonservasi tanaman tersebut dan untuk mendorong dan memperkuat keterlibatan kebun raya dalam konservasi SDGTPP. Untuk mempromosikan pertukaran informasi tentang SDGTPP dalam bank gen. Untuk menetapkan prioritas konservasi dengan menggunakan data karakterisasi dan evaluasi yang lebih lengkap.
3
Diajukan untuk penyiapan Second Report.
109. Untuk mengurangi duplikat aksesi plasma nutfah yang tidak diperlukan dalam program konservasi saat ini, memanfaatkan ruang penyimpanan plasma nutfah yang tersedia dan mempromosikan pertukaran informasi tentang SDGTPP sejalan dengan prioritas dan peraturan nasional dan perjanjian regional dan international yang relevan termasuk Traktat Internasional. Untuk menyediakan replikasi yang terencana dan penyimpanan aman untuk materi yang saat ini tidak diduplikasi dengan aman. 110. Kebijakan/strategi: Komunitas internasional berkepentingan dalam dan bertanggung jawab untuk konservasi ex situ dari SDGTPP. Pemahaman ini menjadi dasar untuk rencana global yang efektif, terintegrasi dan rasional untuk mempertahankan koleksi yang ada. Negara-negara memiliki kedaulatan nasional, dan bertanggung jawab untuk SDGTPP yang mereka konservasi, meskipun demikian, diperlukan rasionalisasi yang lebih besar dari sistem global dari koleksi ex situ. 111. Pemerintah, pusat-pusat penelitian internasional dan organisasi non-pemerintah dan lembaga penyedia dana harus menyediakan dukungan yang cukup, tepat dan seimbang untuk konservasi tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dan tanaman tanaman dengan benih-benih rekalsitran sebagai tambahan untuk dukungan yang diberikan untuk mengkonservasi spesies dengan benih-benih ortodoks. Dalam hal ini, kebun raya dan bank gen lapang harus diperkuat kapasitasnya untuk mengkonservasi spesies yang kurang dimanfaatkan. 112. Fasilitas yang telah ada harus digunakan secara penuh, meliputi pusat-pusat nasional, regional dan internasional. Materi-materi yang dikonservasi harus diulang dan disimpan dalam fasilitas penyimpanan jangka panjang dan memenuhi standar internasional, sesuai dengan Traktat Internasional yang berlaku. Duplikasi yang tidak diharapkan dan tidak diperlukan diantara koleksi-koleksi harus dikurangi untuk mendukung usaha-usaha efisiensi biaya dan efektivitas dalam usaha konservasi global. Negara-negara dapat dibantu dalam mengidentifikasi sumber daya genetik mana yang telah disimpan dan diduplikasi dalam fasilitas penyimpanan jangka panjang. 113. FAO, bekerjasama dengan negara-negara dan lembaga-lembaga terkait, harus memfasilitasi formalisasi perjanjian untuk melindungi keanekaragaman koleksi ex situ sesuai dengan perjanjian regional atau internasional yang berlaku, termasuk Traktat Internasional. Hal ini akan memungkinkan negara-negara tersebut untuk secara sukarela menempatkan koleksi-koleksi di dalam fasilitas-fasilitas yang aman di luar batas negara mereka. 114. Kapasitas: Personil yang tepat harus dilatih pada semua tingkatan untuk melaksanakan dan memantau kebijakan dan perjanjian yang digambarkan di atas. Lembaga-lembaga nasional harus mengevaluasi praktek pengelolaan bank gen saat ini dengan tujuan untuk menciptakan sistem konservasi ex situ yang lebih rasional, efisien dan berorientasi pengguna. Fasilitas yang tepat, sumber daya manusia dan peralatan harus disediakan untuk program-progaram nasional SDGTPP. 115. Koleksi-koleksi SDGTPP yang ada harus diamankan. Perawatan khusus harus dilaksanakan untuk menjaga koleksi dasar dalam koleksi yang terancam punah. 116. Dukungan harus diberikan untuk pelatihan teknik in vitro dan teknologi lain yang baru dan tepat. Sesuai dengan keperluan dan prioritas nasional, subregional dan regional, dukungan harus diberikan untuk membangun kapasitas dalam menggunakan teknologi tersebut. 117. Dukungan harus diberikan untuk membiayai pengeluaran yang terjadi oleh lembaga-lembaga yang menyediakan tempat penyimpanan dan hal-hal yang berhubungan dengan konservasi dan layanan penelitian/dokumentasi untuk negara lain. Dukungan ini dapat membantu memastikan bahwa semua materi yang unik telah diidentifikasi, diduplikasi yang sesuai, disimpan dengan aman, dikarakterisasi, diregenerasi, dievaluasi dan didokumentasi. Hal ini akan mencakup identifikasi duplikat material yang tidak sesuai dan yang berlebihan. Materi-materi yang belum diduplikasi harus diperbanyak dan disimpan dalam tempat penyimpanan yang aman, sesuai dengan Traktat Internasional dan perundang-undangan nasional yang relevan. Tambahan duplikasi koleksi ex situ akan dipertahankan atas dasar kebijakan negara. Pengembangan fasilitas penyimpanan yang ada dan penyusunan fasilitas baru mungkin diinginkan di beberapa negara.
118. Penelitian/teknologi: Penelitian harus bertujuan untuk mengembangkan metode konservasi yang telah diperbaiki, termasuk in vitro dan kriopreservasi, dan, khususnya, teknik-teknik berbiaya murah yang tepat untuk kondisi operasional lokal. Teknologi dan metode kerja yang ditransfer dari negara beriklim sedang mungkin tidak sesuai untuk kondisi di negara-negara tropik dan sebaliknya. 119. Penelitian berdasarkan dokumen yang telah ada di dalam RTG harus dilakukan untuk membantu pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem yang rasional dan efektif. Penelitian seperti ini mungkin termasuk, antara lain, mengidentifikasi plasma nutfah yang menjadi prioritas dan duplikasi, mengembangkan metode untuk mengidentifikasi duplikat dan uji viabilitas aksesi, memperbaiki prosedur untuk konservasi yang rasional dan duplikasi spesies yang diperbanyak secara vegetatif dan memberdayakan modal dan teknologi untuk mengkonservasi gen, genotipe dan gen komplek. 120. Penelitian diperlukan dalam hal kondisi penyimpanan paling baik untuk benih ortodoks, benih non-ortodoks dan materi vegetatif. Studi genomik dan fenotipik harus dilakukan yang menghubungkan secara lebih baik antara data molekuler dengan data deskripsi fenotipe. Protokol-protokol diperlukan untuk konservasi in vitro dan teknologi konservasi lain untuk tanaman-tanaman penting yang diperbanyak secara vegetatif dan tanaman dengan benih non-ortodoks. Penilaian harus dibuat untuk spesies tanaman pangan dan pertanian yang sedikit dikonservasi. 121. Koordinasi/administrasi: Koordinasi di dalam negeri untuk kegiatan prioritas ini harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan SDGTPP, termasuk bank gen nasional, kelompok kerja tanaman nasional, para pemulia, peneliti, petani, dan organisasi non pemerintah. Hubungan yang erat perlu dibentuk dengan jejaring kerja regional dan pusat-pusat internasional. 122. Tinjauan administratif dan teknik secara berkala harus didorong untuk menilai efektivitas setiap insiatif di bawah kegiatan prioritas ini. Subyek tinjauan ini, termasuk juga ketentuan spesifik dari perjanjian yang relevan, dukungan pembiayaan harus mendorong keamanan jangka panjang dan memungkinkan perencanaan yang efisien. 123. NARS, jejaring tanaman regional dan organisasi kebun raya internasional yang relevan, dengan dukungan dari pusat penelitian pertanian internasional dan organisasi regional, harus secara reguler menilai keadaan dari konservasi tanaman-tanaman yang diperbanyak secara vegetatif dan tanamantanaman dengan benih non ortodoks dan membuat rekomendasi serta mengambil tindakan yang diperlukan. 124. Kebun raya-kebun raya harus didorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan asosiasi internasional. Hubungan harus diperkuat diantara organisasi-organisasi seperti Asosiasi Kebun Raya Internasional dan Konservasi Kebun Raya Internasional dan organisasi-organisasi yang bertanggung jawab untuk konservasi SDGTPP (sebagai contoh FAO, Bioversity International dan pusat pusat penelitian pertanian lainnya). Hubungan yang serupa harus dibuat diantara organisasi-organisasi, termasuk sektor swasta (seperti pedagang bibit tanaman), pada tingkat nasional. Kerjasama praktis harus didorong sebagai prioritas. 7. Meregenerasikan dan memperbanyak aksesi secara ex situ 125. Latar belakang: Ketika suatu aksesi yang disimpan secara ex situ menurun viabilitasnya, baik gen dan genotipe nya hilang. Bahkan dibawah kondisi penyimpanan ex situ yang optimal, seluruh aksesi nantinya perlu diregenerasi. Kapasitas regenerasi sering tidak dipertimbangkan ketika mengumpulkan koleksi dan menyebarkan aksesi, dengan konsekuensi yang tidak diharapkan bahwa banyak materi yang dikoleksi di masa lalu tidak dapat dipelihara sebagaimana mestinya. Sebagai akibatnya ada banyak materi simpanan memerlukan regenerasi. Jumlah sampel awal yang sedikit, viabilitas yang rendah dan permintaan yang sering untuk sampel dari fasilitas penyimpanan jangka panjang, dapat memperpendek siklus regenerasi. Tetapi, karena kondisi penyimpanan jangka panjang yang tepat harus menghindari keperluan untuk regenerasi selama beberapa dekade (puluhan tahun), menengah, rutin, keperluan regenerasi setiap tahun yang terus menerus (sebagai kebalikan dari keperluan multiplikasi) jumlahnya kurang dari 10 persen dari aksesi yang dikonservasi. Meskipun demikian, 55 persen negara melaporkan regenerasi kepada Mekanisme Berbagi Informasi Dunia pada
Pelaksanaan RTG (MBID)/the World Information Sharing Mechanism on GPA Implementation (WISM) menunjukkan bahwa kapasitas telah menurun 20 persen dari bank gen nasional dan hal ini menghasilkan sisa material regenerasi yang signifikan. Strategi tanaman global didukung oleh Trust menunjukkan bahwa backlog regenerasi terjadi pada semua tanaman dan wilayah. Akan tetapi, kemajuan signifikan telah dibuat, termasuk di tingkat global sebagai konsekuensi dari pembiayaan yang disediakan kepada Pusat dari the Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR) untuk proyek “Global Public Goods”, dan, pada tingkat nasional, sebagai hasil pembiayaan dari the Trust. The Trust juga telah mendukung pengembangan pedoman regenerasi untuk sejumlah tanaman yang tercantum pada Lampiran 1. 126. Untuk meregenerasi dan memperbanyak aksesi-aksesi ex situ untuk memenuhi kebutuhan konservasi, distribusi dan duplikasi yang aman. 127. Untuk menentukan proses, kemitraan dan kapasitas yang diperlukan untuk regenerasi dan multiplikasi koleksi-koleksi ex situ untuk memenuhi kebutuhan konservasi, distribusi dan duplikasi yang aman 128. Kebijakan/strategi: Prioritas harus diberikan kepada: a) meregenerasikan sampel-sampel yang sekarang ada dalam penyimpanan jangka panjang atau dimaksudkan untuk disimpan dalam tempat penyimpanan jangka panjang dan sampel yang mengalami kehilangan viabilitas ; b) meregenerasikan sampel-sampel yang memenuhi kriteria unik secara global, terancam punah dan memiliki potensi mempertahankan keanekaragaman dari sampel asli. 129. Input dari jejaring kerja tanaman regional harus dicari dalam menyempurnakan prioritas dan mengidentifikasi prioritas plasma nutfah untuk regenerasi dan multiplikasi. 130. Identifikasi sampel spesifik untuk regenerasi dan multiplikasi harus dilaksanakan dalam kerjasama dengan pemulia dan kurator program nasional, yang sering memiliki pengetahuan yang mendalam dan terinci tentang koleksi dan ketersediaan materi serupa dari lokasi-lokasi in situ. 131.Regenerasi dan multiplikasi harus berupaya untuk memelihara keanekaragamaan alel dan genotipe dan sifat adaptasi yang komplek dari sampel asli. Meminimalkan frekuensi regenerasi adalah tujuan penting dan konsekuensi dari aktivitas-aktivitas lain dalam RTG. 132. Pemerintah, sektor swasta, organisasi internasional, termasuk CGIAR, dan organisasi nonpemerintah harus: a) bekerja sama untuk memanfaatkan kapasitas yang ada dan untuk memastikan bahwa regenerasi dan multiplikasi dapat berlangsung, kalau layak secara ilmiah, teknik dan admisinistrasi, di tempat yang kondisinya kurang lebih seperti asal sampel dikoleksi. b) mempromosikan dan memfasilitasi akses SDGTPP yang disimpan secara ex situ untuk meminimalkan keperluan menyimpan sampel yang identik di beberapa lokasi dan konsekuensi perlunya meregenenasi masing-masing sampel. 133. Karakterisasi harus dilakukan bersama-sama dengan regenerasi tanpa mengurangi efektivitas dan kepentingan ilmiah dari pelaksanaan regenerasi. Karakterisasi harus dilaksanakan sejalan dengan standar yang diterima secara global 134. Kapasitas: Fasilitas yang layak, sumber daya manusia yang cukup, teknologi yang tepat dan peralatan yang diperlukan harus tersedia untuk program-program nasional dan organisasi internasional yang terlibat dalam aktivitas regenerasi dan multiplikasi yang dilaksanakan sebagai bagian dari RTG. Perhatian khusus harus diberikan untuk menetapkan atau menguatkan kapasitas untuk meregenerasi dan memperbanyak spesies-spesies menyerbuk silang, diperbanyak secara vegetatif dan rekalsitran, termasuk peningkatan kapasitas untuk duplikasinya yang aman. Pertimbangan juga harus diberikan untuk melibatkan sektor swasta, petani dan organisasi non pemerintahan dalam aktivitasnya
135. Bank gen harus memastikan bahwa sudah ada sistem pemantauan dan harus dapat memastikan status terkini dari aksesi-aksesi mereka dan untuk memprioritaskan aksesi mana yang perlu diregenerasi dan diperbanyak. 136. Program-program pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam persyaratan regenerasi dan multiplikasi diantara spesies-spesies. 137. Penelitian/teknologi: Pedoman untuk regenerasi, termasuk teknologi standar dan spesifik harus terus dikembangkan, terutama untuk tanaman-tanaman menyerbuk silang, diperbanyak secara vegetatif dan rekalsitran. 138. Ada kebutuhan untuk memperkuat penelitian perbaikan teknologi konservasi di berbagai bidang kunci: pemanjangan interval waktu diantara siklus regenerasi (benih ortodoks); mekanisme fisiologi terkait dengan toleran suhu rendah dan dehidrasi (benih rekalsitran); dan teknologi konservasi in vitro. 139. Penelitian harus dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari usaha-usaha regenerasi, termasuk metode untuk meminimalkan penyimpangan genetik, untuk mengidentifikasi marka-marka yang berasosiasi dengan masa simpan benih untuk membantu merancang strategi regenerasi, untuk mengembangkan pengertian tentang penyebab mutasi dalam konservasi plasma nutfah dan untuk mengeliminasi hama-hama terbawa benih. Masih ada pertanyaan penting tentang sistem pemuliaan, biologi reproduksi, mekanisme dormansi dan problem-problem teknik yang berhubungan dengan praktek regenerasi. 140. Koordinasi dan administrasi: Keterlibatan yang aktif dari jejaring kerja tanaman regional penting untuk keberhasilan usaha regenerasi dan multiplikasi, khususnya dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan plasma nutfah yang diregenerasi dan diperbayak. Perencanaan nasional untuk regenerasi harus dirumuskan dengan bantuan mereka, khususnya dengan memperhatikan SDGTPP prioritas nasional. 141. Harus ada pemantauan yang terus menerus tentang keperluan regenerasi dan multiplikasi, yang harus berisikan pertimbangan perlunya duplikasi, pola penyimpanan spesies, kondisi penyimpanan dan viabilitas individu aksesi.
Pemanfaatan yang Berkelanjutan 8. Memperluas karakterisasi, evaluasi, dan pengembangan kelompok koleksi khusus untuk memfasilitasi pemanfaatannya 142. Latar belakang: koleksi-koleksi bank gen harus membantu pengguna untuk tanggap terhadap tantangan baru dan kesempatan untuk memperbaiki produktivitas tanaman, meningkatkan keberlanjutan dan tanggap perubahan-khususnya perubahan iklim dan ketahanan terhadap hama-dan memenuhi keperluan manusia terkait dengan SDGTPP. Saat ini, koleksi plasma nutfah tanaman pangan utama sangat beranekaragam yang akan diperlukan untuk memenuhi tantangan ini. Agar para pemulia tanaman, peneliti dan pengguna SDGTPP lainnya menggunakan koleksi paling efektif, mereka perlu secara cepat mengidentifikasi jumlah genotipe yang dapat dikelola yang memiliki atau sekiranya memiliki berbagai macam sifat yang berbeda yang diperlukan dalam program mereka. Perbaikan karakterisasi dan evaluasi dapat mendorong pemanfaatan koleksi lebih besar dan lebih efisien. Memahami keragaman dan ekspresi genetik juga penting untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman. Penetapan kumpulan materi genetik yang terbatas-dengan dasar menangkap keanekaragaman total dalam sejumlah kecil aksesi atau keragaman dalam sifat khusus-telah diketahui dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi. Usahausaha ini memerlukan kerjasama yang erat diantara kurator plasma nutfah dan pemulia tanaman dalam deliniasi subset koleksi yang dapat dikelola. Karakterisasi dan evaluasi juga dapat membantu mengidentifikasi plasma nutfah yang potensial untuk pengembangan lebih lanjut oleh para pemulia atau petani, maupun untuk pemanfaatan langsung oleh petani untuk produksi dan pemasaran.
143. Dalam dekade yang lalu, telah terjadi kemajuan yang nyata dalam karakterisasi dan evaluasi koleksi-koleksi plasma nutfah tanaman. Banyak negara telah memiliki kapasitas untuk menggunakan teknik molekuler dalam mengkarakterisasi plasma nutfah, suatu perkembangan yang penting untuk menghasilkan data yang lebih lengkap dan dapat dipercaya. Usaha harus terus berlanjut dalam pengembangan kapasitas yang memang diperlukan. Kemajuan yang nyata juga telah dibuat dalam mengembangkan teknik fenotiping secara masal dan cepat dan infrastruktur terkait. Untuk mengefisienkan karakterisasi dan evaluasi aksesi plasma nutfah dan materi pemuliaan untuk sifat-sifat yang berasosiasi dengan adaptasi, mitigasi, pengaruh perubahan iklim, dan respon terhadap permintaan konsumen, adalah sama pentingnya untuk melanjutkan pengembangan kapasitas fenotiping. 144. Di samping kemajuan semua itu, masih ada kesenjangan data dan banyak data yang ada yang tidak dapat diakses dengan mudah. Kurangnya data karakterisasi dan evaluasi yang memadai untuk meregenerasi dan mengelolanya, merupakan kendala yang masih serius dalam menggunakan kebanyakan koleksi plasma nutfah, khususnya yang mengandung spesies kurang dimanfaatkan dan KLT. Dengan mengembangkan akses kepada teknik molekuler dan biologi komputasi, teknologi informasi dan SIG, pemanfaatan koleksi SDGTPP dapat sangat ditingkatkan dengan meningkatkan tipe dan volume data tersedia. Usaha harus sama-sama dilakukan dalam mengembangkan standar deskriptor dan metode karakterisasi yang seragam untuk banyak tanaman dan spesies. Pendanaan yang lebih besar dan pembangunan kapasitas akan membantu peningkatan luas dan dalamnya upaya pengkarakterisasian plasma nutfah, membuatnya lebih mudah untuk mengambil sifat-sifat yang diinginkan dari bank gen. 145. Tujuan: Untuk meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya genetik tanaman dalam bank gen. Untuk mengidentifikasi nilai potensi plasma nutfah untuk penelitian dan pengembangan tanaman dan untuk pemanfaatan langsung oleh petani dalam merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi dan bentuk-bentuk lain dari pemanfaatan langsung dalam agro-ekosistem. 146. Untuk mengembangkan kegiatan inovatif dalam karakterisasi dan evaluasi tanaman tertentu, dengan pendekatan partisipatif yang sesuai, termasuk untuk spesies yang kurang dimanfaatkan, untuk mengidentifikasi aksesi yang berpotensi bermanfaat dan gen-gen untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan, khususnya dalam konteks perubahan iklim. 147. Untuk mengembangkan manfaat dari proses evaluasi dengan mengembangkan dan mengadaptasi metode evaluasi secara masal dan cepat untuk mengidentifikasi aksesi-aksesi yang memiliki sifat-sifat yang berharga. Metode ini meliputi pengujian secara cepat dengan komputer dari keanekaragaman genetik dan kandungan metabolik, analisis biokimia yang baru dan metode baru untuk menangkap dengan cepat keragaman morfologi dan struktur di lapangan menggunakan peralatan yang dapat digenggam. 148. Untuk membentuk subset materi genetik termasuk koleksi dengan sifat khusus untuk tanaman yang penting secara global. 149. Untuk memperbaiki dan memfasilitasi pertukaran dan akses pada kualitas data karakterisasi dan evaluasi koleksi diantara bank gen, termasuk melalui sistem informasi nasional, regional dan global. 150. Kebijakan/strategi: Pemerintah, bekerja sama dengan badan PBB yang relevan dan regional, antar pemerintah dan organisasi non-pemerintah, pusat penelitian pertanian internasional, jejaring kerja regional dan sektor swasta, dan dengan mempertimbangkan pandangan dari komunitas ilmiah, pemulia dan organisasi petani dan masyarakat setempat, sebaiknya: a) menetapkan data karakterisasi dasar dan evaluasi, menetapkan prioritas dan menilai kemajuan secara berkala dalam kaitannya dengan keperluan yang berbeda dari berbagai pengguna SDGTPP, dengan penekanan pada identifikasi sifat-sifat yang membatasi produksi tanaman pangan pokok dan tanaman yang memiliki kepentingan ekonomi nasional, dan juga tanaman yang kurang dimanfaatkan dan tanaman dengan sifat yang diinginkan;
b) dukungan kerjasama dan saling melengkapi diantara para pemulia, peneliti, penyuluh, petani dan bank gen; c) mendorong pertukaran informasi karakterisasi dan evaluasi, termasuk melalui jejaring kerja database bank gen di dalam dan antar negara; d) memperhatikan bahwa akses SDGTPP terkena perjanjian regional atau internasional, seperti Traktat Internasional. Untuk mentaati perjanjian tersebut, pengguna SDGTPP harus didorong untuk menyetujui ketentuan untuk berbagi data evaluasi yang relevan dengan lembaga sumber, memberi perhatian terhadap kebutuhan khusus dari pengguna komersial yang menghendaki kerahasiaan; e) menggunakan data karakterisasi dan evalusi untuk membantu meningkatkan pengelolaan landrace secara in situ, KLT, tanaman pangan liar dan tanaman pakan; f) memberikan dukungan dana yang sesuai untuk program-program karakterisasi dan evaluasi untuk spesies tanaman yang sangat penting untuk ketahanan pangan, memberikan pembiayaan yang penting untuk jangka menengah dan panjang, dan mendorong sinergi dengan mekanisme pembiayaan yang ada (sebagai contoh Dana Pembagian Keuntungan dari Traktat Internasional). 151. Jejaring kerja tanaman dan bank gen harus didorong untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang bermanfaat dan menetapkan sifat khusus dan koleksi kecil yang diminati pengguna dengan fokus khusus adaptasi terhadap perubahan iklim, keberlanjutan dan ketahanan pangan. Karakterisasi dan evaluasi harus dipekuat dan distandarisasi dan data diupayakan lebih dapat diakses melalui sistem informasi yang telah diperbaiki. 152. Kapasitas: Dukungan harus diberikan untuk kelangsungan program-program karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah prioritas terpilih yang menjadi target. Proses karakterisasi dan evaluasi dimulai dengan penilaian dari informasi saat ini dan usaha mengumpulkan, mengkoleksi, mengkomputerisasikan dan menyediakan informasi yang terdapat dalam catatan, laporan-laporan, kartu-kartu, dll. Banyak perkerjaan evaluasi perlu dilaksanakan dengan berorientasi pengguna, secara spesifik lokasi. 153. Pemerintah dan organisasi-organisasi yang tepat harus mengidentifikasi lembaga-lembaga dan perorangan yang mungkin memiliki kapasitas dan keahlian dalam mengkarakterisasi dan mengevaluasi plasma nutfah untuk cekaman khusus dan mengembangkan portofolio nasional keahlian tersebut, termasuk para pemulia, petani dalam wilayah-wilayah yang tinggi cekamannya yang dapat melakukan evaluasi pendahuluan untuk mengidentifikasi subset dari aksesi-aksesi yang menjanjikan untuk dievaluasi lebih lanjut secara lebih ilmiah. Efisiensi biaya dengan mengsubkontrakkan evaluasi juga harus teliti juga kelayakan program-program kerjasama melibatkan program nasional dan sektor swasta. 154. Staf program nasional harus dilatih dalam teknik karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah yang berbasis tanaman tertentu. Pelatihan tersebut harus mulai dengan tanaman-tanaman yang penting secara nasional dan yang saat ini direncanakan dalam program pemuliaan. Pembangunan kapasitas harus ditujukan untuk personel yang kurang terlatih dalam pemanfaatan metode karakterisasi standar, termasuk teknik biologi molekuler dan pengelolaan data menggunakan platform informasi modern. 155. Dukungan harus diberikan untuk melatih para pemulia dan petani yang berpartisipasi dalam program evaluasi SDGTPP lekat-lahan. Penekanan harus pada pengetahuan yang luas yang dimiliki para wanita tentang penggunaan dan manfaat dari tanaman, sebagai tanggung jawab mereka yang sering terlibat dari multiplikasi, produksi dan pemanenan tanaman sampai pengolahan, penyimpanan dan penyiapan pangan/pakan. 156. Pelajar dalam semua tingkatan harus dilatih dalam topik dasar yang berhubungan dengan karakterisasi, evaluasi dan pemanfaatan SDGTPP.
157. Penelitian/teknologi: Berbagai jenis penelitian harus dilakukan terhadap koleksi sekarang ini dengan biaya yang efektif. Menggunakan teknologi terkini, dan dengan dukungan dari pemuliaan tanaman, penelitian harus berusaha untuk: a) mengembangkan penggunaan metode molekuler dalam karakterisasi dan evaluasi untuk mengidentifikasi gen-gen yang berguna dan mengerti ekspresi dan variasinya; b) mengembangkan metode karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah menggunakan uji biokimia dan fenotiping secara masal dan cepat, khususnya untuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim dan meningkatkan nilai nutrisi; c) memperbaiki pertukaran data melalui pengembangan lebih lanjut dan harmonisasi standar untuk data karakterisasi dan evaluasi. 158. Penelitian juga diperlukan untuk mengembangkan subset materi yang lebih berguna termasuk core collections, mini- dan micro-cores dan koleksi dengan sifat-sifat/ciri khusus. Hal ini memerlukan pengembangan sistematik dan uji prosedur pengambilan contoh yang berbeda, dan juga meningkatkan ketersediaan data karakterisasi dan evaluasi melalui sistem dokumentasi yang telah berkembang. Pekerjaan selanjutnya juga diperlukan untuk mengoptimalkan cara dimana subset tersebut digunakan oleh para pemulia dengan mengakses materi-materi terbaik dari koleksi lengkapnya. 159. Koordinasi/administrasi: Usaha-usaha karakterisasi dan evaluasi harus direncanakan dan diterapkan dengan partisipasi aktif dari program nasional, para pemulia tanaman dan jejaring kerja tanaman dan regional. Jika sesuai, organisasi-organisasi pemulia dan petani, swasta dan perusahaan publik dan perhimpunan terkait dan pemangku kepentingan yang relevan juga harus dilibatkan. 160. Terbatasnya koleksi yang menguntungkan pengguna seperti koleksi dengan ciri spesifik, core atau micro-core collections harus dikembangkan dengan partisipasi aktif dari para pemulia dan pengguna lain, demikian juga jejaring kerja tanaman yang relevan. Bekerja dalam koleksi seperti itu harus terintegrasi dengan kuat dalam konteks upaya untuk meningkatkan pemanfaatan. 161. Kerjasama dan pertukaran informasi diperlukan, khususnya oleh bank gen di negara-negara berkembang yang mengelola koleksi yang sangat beranekaragam tetapi tidak memiliki staf yang ahli dalam semua spesies yang mereka konservasi. 9. Mendukung pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya perluasan latar belakang genetik 162. Latar Belakang: Koleksi plasma nutfah dapat digunakan untuk mengidentifikasi alel-alel spesifik yang berguna dalam mengembangkan varietas baru yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan baru, dan untuk memperluas latar belakang dasar-dasar genetik dalam program pemuliaan. Sementara beberapa materi genetik dapat digunakan langsung oleh pemulia sebagai salah satu tujuan tersebut, seperti pra-pemuliaan atau pengkayaan genetik sering diperlukan untuk menghasilkan bahan genetik yang mudah dimanfaatkan dalam program pemuliaan. Varietas yang baru merupakan cara untuk menyampaikan materi SDGTPP kepada petani 163. Tantangan pemanfaatan SDGTPP dipersulit dengan mandek atau berkurangnya kapasitas pemuliaan di banyak negara. Ada kekurangan jumlah pemulia tanaman di sektor publik dan swasta dan penurunan pendaftaran mata kuliah program pemuliaan tanaman konvensional di universitas/sekolah pertanian dan lembaga lainnya, bahkan pelajar memilih jalur karir yang dilihat sebagai ilmu yang lebih modern, seperti biologi molekuler. Ada kebutuhan mendesak untuk memperbaiki situasi ini karena peran pemulia tanaman konvensional dalam pengembangan varietas tanaman adalah tak tergantikan. 164. Tantangan global saat ini terutama perubahan iklim, sangat memerlukan program pemuliaan tanaman yang lebih intensif. Penguatan kapasitas manusia dan infrastruktur diperlukan dalam program pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas yang toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik yang diperlukan untuk adaptasi perubahan iklim, serta untuk diversifikasi dan ketahanan pangan. Peningkatan kapasitas tersebut harus disertai dengan memikirkan kembali strategi. Pemuliaan harus
didasarkan pada kebutuhan, dengan lebih mengintegrasikan perspektif petani dan pengguna lainnya dalam menetapkan prioritas dan tujuan. Efisiensi kegiatan pemulia tanaman secara tradisional harus ditingkatkan dengan mengintegrasikan secara bijaksana dengan bioteknologi baru berbiaya efektif dan strategi fenotiping. 165. Pra-pemuliaan dan peningkatan genetik harus didorong, termasuk dengan menggabungkan kurator plasma nutfah dan pemulia tanaman, sehingga plasma nutfah yang sesuai dapat diidentifikasi dan digunakan dalam mencapai tujuan yang jelas. Penekanan lebih besar harus diberikan pada perbaikan tanaman yang kurang dipelajari padahal merupakan makanan pokok di banyak bagian dunia. KLT harus digunakan lebih sistematis untuk mengidentifikasikan gen yang diperlukan untuk membuat varietas tanaman tahan perubahan yang diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim. 166. Meningkatkan keberlanjutan, ketahanan dan kemampuan beradaptasi produksi tanaman pangan akan memerlukan pemanfaatan dan penyebaran tanaman dan varietas yang makin beranekaragam yang tersedia bagi petani. Kontribusi penting dapat dilakukan melalui strategi perluasan latar belakang genetik untuk memperluas keanekaragaman genetik dalam program pemuliaan tanaman dan produkproduk yang dihasilkan dari program tersebut. 167. Sebuah contoh upaya multilateral untuk meningkatkan kapasitas dalam pemuliaan adalah FAOGlobal Partnership Initiative for Plant Breeding Capacity Building (GIPB). Kemitraan dengan banyak pemangku kepentingan dari sektor publik maupun swasta dari negara maju dan berkembang ini dibentuk sebagai respon langsung terhadap Pasal 6 Traktat Internasional. GIPB bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemuliaan tanaman dan sistem pengiriman benih di negara berkembang dan untuk meningkatkan produksi pertanian melalui pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP. Generation Challenge Programme (GCP), sebuah inisiatif dari CGIAR yang bertujuan untuk menciptakan tanaman unggul untuk petani kecil melalui kemitraan antar lembaga penelitian, adalah contoh lain dari inisiatif banyak pemangku kepentingan yang mendorong pemanfaatan SDGTPP dalam perbaikan tanaman. GCP memfokuskan pada pemanfaatan alat bioteknologi terbaru, termasuk genomik, pemuliaan molekuler dan bioinformatika, untuk meningkatkan efisiensi dalam pengembangan varietas tanaman. 168. Tujuan: Untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan perbaikan mata pencaharian petani melalui penyebaran tanaman yang beradaptasi dan pengembangan varietas tanaman yang tahan perubahan yang menjamin hasil yang tinggi pada kondisi lingkungan yang buruk dan sistem pertanian dengan input yang minimal. Untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya genetik, sehingga merupakan cara yang nyata untuk melestarikannya. 169. Untuk mengurangi kerapuhan dengan meningkatkan keanekaragaman genetik dalam sistem produksi serta dalam program pemuliaan tanaman melalui pemanfaatan KLT, varietas petani/landrace, varietas unggul dan introduksi, yang sesuai. Untuk meningkatkan keberlanjutan sistem pertanian dan kapasitas untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan yang muncul. Untuk memperkuat kapasitas program pemuliaan tanaman nasional dan sektor lainnya, jika diperlukan dan sesuai, dan untuk mendorong pemuliaan partisipatif. Untuk menyediakan alat dan sumber daya yang dibutuhkan dalam meningkatkan keanekaragaman genetik yang digunakan dalam program pemuliaan tanaman baik tanaman utama maupun minor, melalui pendekatan berbasis perluasan latar belakang genetik dan pengkayaan genetik yang sesuai. 170. Kebijakan/Strategi : Pemerintah, organisasi non-pemerintah dan internasional, serta sumber dana seharusnya : a) mengakui pentingnya memberikan pendanaan jangka panjang dan dukungan logistik untuk pemuliaan tanaman dan penelitian, pra-pemuliaan, dan kegiatan pengkayaan dan perluasan genetik; b) menyadari pentingnya memberikan dukungan yang memadai untuk pemanfaatan secara rutin alat bioteknologi terbaru, biologi komputasi dan teknologi informasi dalam pengelolaan
SDGTPP, terutama dalam karakterisasi plasma nutfah dan memfasilitasi introgresi sifat yang diinginkan ke materi pemuliaan; c) mendorong pengembangan kemitraan publik-swasta dan lainnya yang membantu perkembangan pendekatan partisipatif untuk menetapkan dan menerapkan prioritas dan tujuan perbaikan tanaman; d) mengembangkan kebijakan dan perundang-undangan yang mendukung pemuliaan partisipatif, termasuk kerangka peraturan yang tepat untuk pengembangan varietas melalui pemuliaan tanaman partisipatif; e) mendorong partisipasi lembaga, pendekatan gender dan pemuda untuk melakukan pemuliaan tanaman sebagai bagian dari strategi nasional SDGTPP dengan memfasilitasi adopsi varietas tanaman baru; f) membantu peningkatan akses bagi pemulia tanaman seluas mungkin terhadap keanekaragaman genetik untuk mengidentifikasi sifat-sifat yang diperlukan dalam pengembangan varietas tanaman yang beradaptasi dengan kondisi iklim baru, dan; g) dalam merumuskan strategi nasional dan memupuk kerjasama, mestinya, sepenuhnya sadar tentang ketentuan dalam Sistem Multilateral Traktat Internasional, yaitu material dapat diakses "untuk tujuan pemanfaatan dan konservasi bagi penelitian, pemuliaan dan pelatihan untuk pangan dan pertanian.” 171. Kapasitas: Dukungan harus diberikan kepada sistem nasional, jejaring kerja regional, pusatpusat penelitian pertanian internasional, organisasi non-pemerintah, universitas, program pemuliaan dan organisasi terkait lainnya untuk melakukan pemuliaan tanaman, termasuk pengkayaan genetik dan perluasan genetik. Prioritas harus diberikan untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh jejaring kerja tanaman dan regional, forum penelitian dan pengembangan regional, badan-badan ilmiah dan lembaga yang kompeten dan, pemulia dan organisasi petani. Upaya harus dilakukan tidak hanya untuk mengatasi masalah yang dihadapi tanaman pada Lampiran I dari Traktat Internasional tetapi juga untuk memasukkan tanaman yang mendukung ketahanan pangan lokal di seluruh dunia. 172. Pembangunan kapasitas pada kegiatan ini harus memprioritaskan untuk menciptakan tenaga terampil dalam teknik perbaikan genetik tanaman baik secara tradisional maupun modern. Selain itu, kapasitas ini perlu diperkuat pada evaluasi di lapang dan laboratorium. Pembangunan kapasitas harus disertai dengan insentif yang memadai-seperti peluang karir terstruktur-dalam rangka untuk memfasilitasi daya tarik dan retensi staf yang berpengalaman. Kerjasama internasional yang lebih besar-misalnya, dengan pusat-pusat unggulan regional-bisa membantu memotong biaya pelatihan nasional dan mengurangi duplikasi investasi yang tidak perlu. 173. Penelitian/teknologi: Lembaga harus mengembangkan lebih jauh, mengadopsi dan menggunakan dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi dan alat tambahan untuk pengkayaan genetik. Lembaga harus memperluas kegiatan penelitian dan pengembangan yang mencakup upaya peningkatan domestikasi dan optimalisasi pemanfaatan KLT dalam program pemuliaan. KLT mengandung gen penting untuk ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik dan untuk meningkatkan produktivitas dan menjadi penting untuk sumber perluasan latar belakang genetik. Prosedur diperlukan untuk memperbaiki identifikasi dan transfer gen yang berguna. 174. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan prosedur seleksi dan metode pemuliaan yang mendukung perluasan latar belakang genetik dan perbaikan keberlanjutan sekaligus peningkatan produktivitas. Hal ini meliputi penelitian tentang penyeleksian material dasar yang sesuai untuk program pemuliaan dan prosedur pemuliaan populasi. 175. Koordinasi/administrasi: Kegiatan harus direncanakan dan dilaksanakan dengan kerjasama yang erat dengan program nasional, jejaring kerja tanaman dan regional, badan ilmiah dan lembaga lain dan organisasi pemulia dan petani. Komunikasi yang erat antara kurator bank gen, pemulia tanaman dan ilmuwan lain baik di sektor publik dan swasta harus didorong. Jejaring kerja antar komunitas praktisi pemuliaan harus didorong sebagai kendaraan untuk berguru dan bertukar ide. Kerja
sama para pemangku kepentingan utama dalam pengembangan rantai nilai tanaman pada tingkat nasional merupakan cara lain yang efektif untuk mengkoordinasikan kegiatan dan upaya yang diperlukan untuk memastikan kemajuan yang berkelanjutan dalam kegiatan prioritas ini. 10. Mempromosikan diversifikasi produksi pertanian dan perluasan keanekaragaman tanaman untuk pertanian berkelanjutan 176. Latar belakang: Di samping kemajuan dalam diversifikasi produksi tanaman, berbagai sistem produksi tanaman, yang semakin mendominasi sistem pertanian, dapat mengakibatkan kehilangan hasil akibat hama, penyakit dan cekaman abiotik, serta kurangnya stabilitas dan ketahanannya. Beberapa tantangan baru telah diketahui dalam dekade terakhir yang akan membutuhkan penguatan diversifikasi. Ini termasuk kebutuhan untuk keberlanjutan jangka panjang dalam praktek pertanian, tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh produksi dan pemanfaatan biofuel, ketahanan pangan dan gizi dan pembangunan pedesaan, serta perubahan iklim. 177. Untuk mengatasi tantangan tersebut, sejumlah besar varietas tanaman dan spesies perlu dimasukkan ke dalam sistem pertanian. Termasuk tanaman yang menghasilkan bahan baku untuk agroindustri dan energi, tanaman yang saat ini kurang dimanfaatkan, tanaman liar dan pakan ternak. Demikian pula, pemulia tanaman perlu memasukkan keanekaragaman yang lebih dalam program perbaikannya. Evaluasi partisipatif, seleksi dan perbaikan varietas petani/landrace dan galur-galur adalah tindakan yang bisa membawa tingkat keanekaragaman yang lebih tinggi, adaptasi dan stabilitas tanaman. Diversifikasi pada tingkatan spesies dan genetik harus dilengkapi dengan diversifikasi sistem produksi. Sistem produksi yang beragam akan memberikan peningkatan layanan ekosistem dan mendapat manfaat yang lebih baik dari layanan yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Dengan solusi lainnya seperti rotasi, campuran varietas dan multi galur, praktek-praktek ini akan membantu dalam peningkatan ketahanan dan stabilitas sistem pertanian sehingga memastikan ketahanan pangan, gizi dan penghasilan. Pengembangan varietas oleh pemulia lokal sangat relevan untuk adaptasi pertanian terhadap perubahan lingkungan dan memenuhi tuntutan petani dan masyarakat. Ada kebutuhan varietas yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis dan lokal yang bergerak lebih cepat karena perkembangan komersialisasi. 178. Tujuan: Untuk mempromosikan pertanian berkelanjutan melalui diversifikasi antar dan di dalam tanaman. 179. Secara berkala meninjau kerapuhan genetik tanaman dan mendorong pemulia, dan kelompok terkait lainnya untuk mengambil tindakan mitigasi yang diperlukan di tingkat nasional, regional dan internasional. 180. Untuk mengembangkan model diversifikasi produksi yang konsisten dengan produktivitas yang lebih tinggi dan stabilitas serta pertemuan preferensi konsumen. 181. Kebijakan/strategi: Pemerintah dan organisasi antar pemerintah yang relevan, bekerja sama dengan jejaring kerja tanaman, lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, sektor swasta, organisasi petani dan organisasi non-pemerintah, harus: a) secara teratur memonitor keanekaragaman genetik dan menilai kerapuhan tanaman; b) mempromosikan kebijakan yang mendukung program diversifikasi dan masuknya spesies baru dalam sistem produksi; c) meningkatkan diversifikasi dengan menanam campuran varietas yang beradaptasi dan spesies yang sesuai; d) meningkatkan kesadaran di kalangan pembuat kebijakan, penyandang dana dan masyarakat umum tentang nilai sistem produksi yang beanekaragam; e) mendorong negara-negara untuk mengadopsi strategi yang tepat dan efektif, kebijakan, kerangka hukum dan peraturan yang mempromosikan sistem produksi yang beranekaagam;
f) mendukung pengelolaan keanekaragaman oleh pemulia dan petani; g) meningkatkan investasi dalam perbaikan tanaman yang kurang dimanfaatkan dan pengembangannya serta pemanfaatan sifat utama dalam tanaman yang relevan dengan kesehatan manusia dan lingkungan dan pengaruh perubahan iklim. 182. Lembaga donor harus didorong untuk terus memberikan dukungan kepada masyarakat adat dan lokal, sistem nasional penelitian pertanian, pusat pertanian internasional, program perbenihan dan badan-badan penelitian yang relevan dan organisasi non-pemerintah untuk pekerjaan yang bertujuan meningkatkan tingkat keanekaragaman dalam sistem pertanian. 183. Kapasitas: Pemerintah dan sistem nasional penelitian pertanian, didukung oleh pusat-pusat penelitian pertanian internasional dan organisasi penelitian dan penyuluhan lainnya harus: a) meningkatkan kapasitas mereka untuk mengembangkan dan menggunakan multi galur, varietas campuran dan sintetik; b) meningkatkan kapasitas mereka untuk mengadopsi berbagai strategi pengelolaan hama yang terpadu pada sistem produksi; c) mengembangkan strategi untuk penyebaran dan pemanfaatan berbagai varietas; d) menggali dan dalam keadaan tertentu, menggunakan strategi pemuliaan tanaman desentralisasi dan partisipatif untuk mengembangkan varietas tanaman khususnya yang sesuai dengan lingkungan setempat; e) memanfaatkan teknik bioteknologi untuk memfasilitasi perluasan latar belakang genetik tanaman, dan f) memperkuat kemampuan petani, masyarakat adat dan lokal dan organisasi mereka, serta penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya, untuk mengelola keanekaragaman hayati pertanian dan layanan ekosistem secara berkelanjutan. 184. Penelitian/teknologi: Dukungan terhadap upaya untuk mengidentifikasi pemuliaan tanaman dan praktek-praktek agronomi yang mendorong diversifikasi produksi tanaman. Mungkin termasuk meninjau rekam jejak berbagai praktek yang ada. 185. Penelitian diperlukan pada pembudidayaan spesies liar, peningkatan pemanfaatan tanaman kurang dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman dan varietas yang disesuaikan dengan nilai gizi, dan perubahan iklim. 186. Akan menjadi penting untuk mengembangkan alat yang lebih baik dan metodologi dalam menilai kerapuhan genetik tanaman, penyediaan layanan agro-ekosistem, termasuk penyerbukan, dan penerapan pendekatan ekosistem untuk pertanian berkelanjutan. 187. Koordinasi/administrasi: Ada kebutuhan kolaborasi yang erat antara kementerian pertanian dan lingkungan dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan dan strategi diversifikasi produksi tanaman untuk pertanian berkelanjutan. Kebijakan tersebut harus dikoordinasikan di tingkat regional agar benar-benar efektif. 11. Mempromosikan pengembangan dan komersialiasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan 188. Latar belakang: Produksi komersial semakin mendominasi dalam sistem pertanian. Dalam sistem produksi yang komersial, beberapa tanaman utama menyediakan sebagian besar kebutuhan global. Padahal, lebih banyak spesies, termasuk varietas petani/landrace baik itu tanaman utama dan minor, yang digunakan oleh petani dan masyarakat adat dan lokal untuk memenuhi permintaan lokal untuk pangan, serat dan pengobatan. Pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengelolaan dari varietas dan spesies seringkali bersifat lokal dan khusus. Keanekaragaman di tingkat spesies dan varietas ini makin digantikan oleh keseragaman produk tertentu dalam pasar pertanian sebagai varietas yang
dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan produksi, industri pengolahan dan permintaan standar pasar. 189. Spesies yang kurang dimanfaatkan, varietas petani/landrace dan varietas tanaman lainnya yang tidak umum digunakan dalam sistem produksi pertanian, mulai hilang, bersamaan dengan pengetahuan terkait. Meskipun telah ada sedikit peningkatan dalam upaya pelestarian spesies seperti ex situ, secara keseluruhan, keanekaragamannya belum terwakili secara memadai dalam koleksi. Termasuk juga banyak tanaman yang kurang dimanfaatkan yang termasuk dalam Lampiran I dari Traktat Internasional. Padahal, banyak dari spesies dan varietas itu memiliki potensi besar untuk pemanfaatan yang lebih luas, terutama dalam pemuliaan, dan bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mata pencaharian yang berkelanjutan melalui peningkatan pangan dan keamanan gizi, serta peningkatan pendapatan dan mitigasi risiko. 190. Bagaimanapun juga, ada peningkatan pengakuan global terhadap nilai tanaman varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan dalam menghadapi iklim yang tidak menentu, kekurangan gizi dan kemiskinan di pedesaan. Misalnya, ada bukti peningkatan kesadaran baik antara masyarakat dan kalangan pembuat kebijakan tentang pentingnya sayuran tradisional dan buah-buahan dan potensi tanaman energi baru. Yang disebut pasar "khas" atau "bernilai tinggi" tumbuh luas sejalan dengan bertambahnya konsumen yang bersedia untuk membayar harga yang lebih tinggi untuk pangan yang lebih berkualitas, pangan baru atau turun temurun dari sumber yang mereka kenal dan percaya. Mekanisme hukum yang baru memungkinkan para petani untuk memasarkan varietas petani/landrace, dan makin tersedia peraturan yang mendukung pemasaran produk indikasi geografis, yang juga menjadi cara bagi petani untuk melestarikan dan memanfaatkan keanekaragaman genetik tanaman lokalnya. 191. Untuk menangkap potensi nilai pasar varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, ada kebutuhan untuk lebih mengintegrasikan usaha individu dan lembaga dengan yang terlibat di berbagai tahap rantai produksi. Secara khusus, keterlibatan masyarakat adat dan lokal sangat penting dan sepenuhnya harus memperhitungkan sistem pengetahuan tradisional dan prakteknya. 192. Baru-baru ini, sebuah organisasi baru, Crops for the Future4, telah berdiri dengan upaya mempromosikan pemanfaatan dan konservasi spesies tanaman yang kurang dimanfaatkan. 193. Tujuan: Untuk memberikan kontribusi pada mata pencaharian yang berkelanjutan, termasuk peningkatan ketahanan pangan dan gizi, peningkatan pendapatan dan mitigasi risiko, melalui pengelolaan yang berkelanjutan dari semua varietas, dengan fokus utama pada varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan. 194. Untuk merangsang permintaan kuat dan pasar yang lebih handal untuk semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, dan produk-produknya. Untuk mempromosikan pengolahan lokal, komersialisasi dan distribusi produk-produk dari varietas tersebut/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai tersebut. 195. Kebijakan/strategi: Pemerintah dan sistem penelitian pertanian nasional, dengan dukungan pusat penelitian pertanian internasional dan non-pemerintah, dan dengan mempertimbangkan pandangan dari pemulia dan organisasi petani, produsen benih, masyarakat adat dan lokal dan sektor benih swasta, didorong: a) untuk mempromosikan kebijakan yang konsisten dengan pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan spesies yang kurang dimanfaatkan, yang sesuai, identifikasi yang memiliki potensi berkontribusi secara signifikan terhadap ekonomi lokal dan ketahanan pangan;
4
Crops for the Future berkembang dari penggabungan International Centre for Underutilized Crops dan Global Facilitation Unit for Underutilized Species.
b) untuk mengembangkan dan mengadopsi kebijakan penyuluhan, pelatihan, harga, distribusi input, pembangunan infrastruktur, kredit dan perpajakan yang akan menjadi insentif untuk diversifikasi tanaman dan berbukanya pasar untuk produk pangan yang beranekaragam; c) menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk pengelolaan dan pemantauan keanekaragaman lokal dan pengembangan pasar lokal dan ekspor untuk berbagai jenis produk tradisional dan baru yang berasal dari varietas tanaman, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan; d) mendorong kemitraan publik-swasta dan diatur dalam perundang-undangan untuk mempromosikan pembagian keuntungan bagi petani yang ditargetkan dan penjaga unsur tradisional. 196. Kapasitas: Pelatihan dan pengembangan kapasitas harus diberikan kepada para ilmuwan, pemulia, dan spesialis, dan untuk produsen benih, petani, masyarakat adat dan lokal (dengan penekanan khusus pada wanita) pada topik mendirikan, menjalankan dan mendorong usaha lokal skala kecil yang berkaitan dengan komersialisasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan. Pelatihan ini harus mencakup pelajaran: a) mengidentifikasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, yang berpotensi untuk peningkatan komersialisasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan; b) mengembangkan dan menerapkan praktik pengelolaan yang berkelanjutan untuk spesies yang kurang dimanfaatkan yang penting untuk pangan dan pertanian; c) mengembangkan atau mengadaptasi metode pengolahan pasca panen untuk varietas dan spesies tersebut; d) mengembangkan metode pemasaran untuk semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, dan e) mendokumentasikan pengetahuan lokal dan tradisional tentang varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan. 197. Badan organisasi yang tepat, termasuk organisasi non-pemerintah, harus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai nilai dari semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, di berbagai media dan melalui mekanisme tambahan seperti pameran di jalan dan inisiatif di sekolah. 198. Badan yang tepat harus mendorong kesadaran para pembuat kebijakan dan pengusaha tentang nilai spesies dan varietas tersebut. 199. Penelitian/teknologi: Penelitian harus dilakukan untuk: a) mengembangkan praktek pengelolaan yang berkelanjutan untuk semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, yang penting untuk pangan dan pertanian; b) mengkarakterisasi dan mengevaluasi varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan; c) mendokumentasikan informasi etnobotani varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan; d) mengembangkan pengolahan pasca panen dan metode lain untuk meningkatkan kemungkinan pemasaran semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan; e) mengembangkan strategi pemasaran dan pengembangan merek untuk semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan.
200. Proses dan kegiatan komersialisasi yang diperkirakan sangat berdampak buruk terhadap konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati pertanian harus diidentifikasi dan dipantau dampaknya. 201. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus diperkuat antara bank gen, pemulia, petani dan masyarakat adat dan lokal untuk mengidentifikasi materi potensial berharga. Jejaring kerja regional, bersama dengan program nasional, dan bekerjasama dengan pusat penelitian pertanian internasional, dan organisasi non-pemerintah dan lainnya yang terkait, harus secara teratur meninjau kembali status semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, di daerah mereka, untuk : a) mengidentifikasi kemungkinan komersialisasi; b) mengidentifikasi penelitian umum dan kebutuhan pengembangan, dan c) memfasilitasi dan apabila diperlukan, mengkoordinasikan permintaan bantuan keuangan dan teknis. 12. Mendukung produksi dan distribusi benih5 202. Latar Belakang: Harus ada sistem perbenihan yang efektif untuk menjamin bahwa petani memiliki akses ke bahan tanam dalam jumlah cukup dan berkualitas, secara tepat waktu dan dengan biaya yang wajar. Hanya dengan cara ini petani akan diuntungkan dari potensi varietas lokal dan unggul untuk meningkatkan produksi pangan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Selama 20 tahun terakhir, sektor pertanian swasta telah tumbuh secara signifikan di negara-negara maju dan berkembang, namun fokus utama yang menjadi perhatian yaitu produk bernilai tinggi, seperti jagung, gandum, beras, minyak tanaman, tanaman kacang-kacangan dan tanaman sayuran. Perluasan perdagangan benih selama dekade terakhir telah dibarengi dengan promosi dari harmonisasi peraturan benih di tingkat regional dan subregional. Investasi oleh sektor publik dalam produksi benih, sudah rendah di sebagian besar negara maju pada tahun 1996, juga telah menurun secara signifikan di banyak negara berkembang, di mana akses ke varietas unggul dan benih bermutu masih terbatas. Di banyak negara berkembang, sistem perbenihan petani tetap menjadi pemasok utama benih varietas lokal dan bahkan varietas unggul. Sistem perbenihan yang berbeda sering beroperasi berdampingan, dengan berbagai tingkat keberhasilan tergantung pada tanaman, zona agro-ekologi dan peluang pasar. Oleh karena itu ada kebutuhan untuk mengembangkan pendekatan terpadu yang memperkuat sistem perbenihan dan hubungan antar mereka untuk memastikan produksi dan distribusi benih varietas tanaman yang berguna untuk sistem pertanian yang beragam dan berkembang. 203. Tujuan: Untuk meningkatkan ketersediaan benih berkualitas tinggi dari sejumlah besar varietas tanaman, termasuk varietas unggul dan varietas petani/landrace. 204. Untuk berkontribusi pada maksimalisasi agrokeanekaragaman hayati dan produktivitas. 205. Untuk meningkatkan komplementaritas produksi dan distribusi benih di sektor publik dan swasta serta antar sistem benih yang berbeda. 206. Untuk mengembangkan dan menggiatkan produksi benih dan sistem distribusi untuk varietas dan tanaman yang penting bagi petani di tingkat lokal, termasuk petani skala kecil. 207. Untuk membuat varietas tanaman baru menjadi tersedia bagi petani dan penyimpanan plasma nutfah secara ex situ tersedia untuk multiplikasi dan distribusi ke petani dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk produksi tanaman yang berkelanjutan. 208. Untuk mengembangkan/mengkaji ulang kerangka peraturan perbenihan yang memfasilitasi pengembangan sistem perbenihan dan harmonisasi di tingkat regional, dengan mempertimbangkan kekhususan sistem perbenihan yang berbeda-beda.
5
Dalam kegiatan prioritas ini definisi dari “benih” adalah untuk semua bahan tanam.
209. Kebijakan/strategi: Pemerintah, NARS dan produsen benih, sesuai dengan hukum dan peraturan nasionalnya, dengan dukungan dari pusat-pusat penelitian pertanian internasional, program kerja sama regional dan bilateral dan organisasi non-pemerintah, dan dengan mempertimbangkan pandangan dari sektor swasta, petani dan organisasi masyarakat adat dan lokal, harus: a) mengembangkan kebijakan yang tepat yang memungkinkan lingkungan untuk pengembangan sistem perbenihan yang berbeda, termasuk usaha kecil perbenihan. Upaya pemerintah harus fokus pada tanaman dan varietas yang dibutuhkan oleh petani miskin, khususnya perempuan. Pendekatan seperti itu harus dilengkapi dengan kebijakan yang memfasilitasi pengembangan perusahaan benih komersial untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar bagi petani skala komersial. Pemerintah harus memprioritaskan tanaman utama dan minor yang tepat yang tidak ditangani oleh sektor swasta. Kebijakan ini harus diintegrasikan dengan kebijakan umum pertanian; b) memperkuat hubungan antara bank gen, jejaring kerja, organisasi pemuliaan tanaman, produsen benih dan produksi benih skala kecil dan perusahaan distribusi untuk memastikan penggunaan secara luas plasma nutfah yang tersedia; c) mempertimbangkan skema kontrol kualitas benih, terutama skema yang sesuai untuk usaha kecil dan memungkinkan mereka memenuhi persyaratan kesehatan tanaman; d) mengadopsi langkah-langkah legislatif yang menciptakan kondisi yang memadai untuk mengaplikasikan semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, dalam sistem benih yang berbeda, dengan memperhatikan kekhususan mereka, dan e) mengembangkan perjanjian subregional/regional yang mengutamakan kontrol kualitas benih, persyaratan sertifikasi tanaman, karantina dan standar lain untuk memfasilitasi pengembangan perdagangan benih lintas batas. 210. Kapasitas: Pemerintah, sebagai pelaksana perundang-undangan regional, hukum nasional, peraturan dan kebijakan, yang sesuai, dan dalam hubungannya dengan badan-badan bantuan internasional, organisasi non-pemerintah dan perusahaan benih yang ada, harus: a) membentuk/memperkuat sistem benih, berdasarkan kemitraan publik-swasta, untuk menjamin pelaksanaan program pemuliaan tanaman untuk tanaman yang signifikan dan multiplikasi benih generasi awal; b) mendorong sistem produksi benih yang ada, di perusahaan-perusahaan benih tertentu, untuk meningkatkan berbagai varietas yang mereka tawarkan, dengan memperkuat hubungan dengan bank gen, jejaring kerja dan lembaga penelitian pertanian; c) memperkuat kapasitas untuk menerapkan sistem mutu benih yang efisien; d) menyediakan cara yang tepat untuk memfasilitasi munculnya perusahaan benih, jika layak, setiap negara memberikan perhatian pada kebutuhan sektor pertanian kecil, perempuan dan kelompok rentan atau terpinggirkan lainnya; e) memberikan dukungan infrastruktur dan pelatihan terhadap pengusaha benih skala kecil di bidang teknologi benih dan pengelolaan bisnis untuk memfasilitasi pembentukan sistem pasokan benih berkualitas yang berkelanjutan; f) meningkatkan hubungan antara organisasi pemulia dan petani dan produsen benih (publik atau swasta) sehingga petani, khususnya perempuan dan kelompok rentan atau terpinggirkan lainnya, dapat mengakses benih berkualitas tinggi dari varietas yang mereka butuhkan, dan g) menyediakan pelatihan dan dukungan infrastruktur kepada petani tentang teknologi benih dan konservasi dalam rangka meningkatkan kualitas fisik dan genetik benih. 211. Penelitian/teknologi: Pemerintah harus:
a) menilai insentif dan disinsentif saat ini serta kebutuhan dukungan produksi benih dan sistem distribusi, termasuk skala kecil, upaya di tingkat petani, dan b) mengembangkan pendekatan untuk mendukung skala kecil, distribusi benih tingkat petani, merujuk pada pengalaman masyarakat dan perusahaan benih skala kecil yang sudah didirikan di beberapa negara. 212. Koordinasi/administrasi: Pemerintah harus secara teratur memantau sejauh mana petani dapat memperoleh benih yang sesuai. Koordinasi diperlukan dalam sektor benih di antara publik dan sektor swasta dan petani untuk menjamin bahwa petani memiliki akses benih tanaman berkualitas tinggi dan varietas yang mereka butuhkan untuk menjawab tantangan peningkatan produksi pangan.
Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan 13. Membangun dan memperkuat program nasional 213. Latar belakang: Program nasional SDGTPP merupakan dasar upaya SDGTPP di tingkat regional dan global, berkontribusi terhadap tujuan instrumen internasional seperti RTG, KKH dan Traktat Internasional. Terutama dalam konteks perubahan iklim, program nasional merupakan kunci untuk memaksimalkan kontribusi SDGTPP untuk ketahanan pangan, pembangunan pedesaan, pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan. Program-program nasional yang kuat diperlukan untuk berkontribusi penuh dan mengambil keuntungan sepenuhnya dari kerjasama internasional dalam akses terhadap SDGTPP dan pembagian keuntungan yang adil dan merata yang timbul dari pemanfaatannya. Program nasional efektif dan menyediakan kebijakan, strategi pendukung dan rencana aksi konkret yang diperlukan dalam menetapkan tujuan yang baik dan jelas prioritasnya, pengalokasian sumber daya, pembagian peran dan tanggung jawab dan mengidentifikasi dan memperkuat hubungan antara seluruh pemangku kepentingan yang relevan. Program nasional yang sukses membutuhkan komitmen dari pemerintah untuk menyediakan dana dan merancang kebijakan pendukung dan kerangka hukum serta kelembagaan. 214. Kegiatan SDGTPP dilakukan oleh badan publik, perusahaan swasta, organisasi non-pemerintah, kebun raya, petani, masyarakat adat dan lokal, dan individu dari sektor pertanian, lingkungan, penelitian dan pengembangan. Integrasi pelaku SDGTPP yang berbeda dalam rangka program nasional yang terpadu dan koheren memberikan kesempatan untuk menambah nilai terhadap berbagai upaya mereka sehingga secara keseluruhan menjadi lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. 215. Selama satu dekade terakhir, kemajuan telah dibuat dalam membangun program nasional SDGTPP dan peningkatan partisipasi pemangku kepentingan dalam strategi nasional dan rencana aksi, khususnya yang berkaitan dengan sektor swasta, organisasi non-pemerintah, organisasi pemulia dan petani, dan penelitian serta badan pendidikan. Komitmen ini terlihat juga pada kenyataan bahwa beberapa perjanjian internasional penting yang berkaitan dengan SDGTPP telah dinegosiasikan, diadopsi atau direvisi selama periode ini, termasuk Traktat Internasional, Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional, Protokol Kartagena mengenai Keamanan Hayati dan Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya. Perundang-undangan nasional juga telah diberlakukan di banyak negara sehubungan dengan peraturan fitosanitari, keamanan hayati, peraturan perbenihan, hak pemulia tanaman dan Hak Petani seperti yang tercantum dalam Pasal 9 Traktat Internasional dan tunduk pada perundang-undangan nasional. 216. Namun demikian, banyak negara masih kekurangan kebijakan yang memadai, strategi dan/atau rencana aksi untuk SDGTPP. Banyak program nasional yang kekurangan dan tidak ada kepastian dana dan dipisahkan dari kegiatan yang terkait. Bidang yang memerlukan perhatian khusus termasuk penetapan prioritas, peningkatan kerjasama antara sektor publik dan swasta, kerjasama nasional dan internasional, memperkuat hubungan antara konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, mengembangkan sistem informasi dan database yang dapat diakses umum (misalnya MBIN yang merupakan implementasi RTG), mengidentifikasi kesenjangan dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP
(termasuk KLT), meningkatkan kesadaran publik dan implementasi kebijakan nasional dan perundang-undangan serta perjanjian dan konvensi internasional. 217. Sering kali, negara-negara yang kekurangan program-program nasional yang kuat dan fasilitas konservasi jangka panjang yang memadai memiliki masalah keamanan pangan paling mendesak, walaupun mereka kaya akan sumber-sumber SDGTPP. Lemahnya program nasional sering menjadi keterbatasan dalam mengelola koleksi SDGTPP yang efisien. 218. Koleksi nasional ex situ merupakan bagian yang integral dari program-program nasional SDGTPP. Bank gen bekerja dengan baik sebagai pusat dinamis yang mengintegrasikan konservasi, dokumentasi dan pemanfaatannya. Penekanan yang berlebihan pada konservasi dapat mengurangi pemanfaatan yang berkelanjutan, yang mendukung kemajuan di bidang pertanian bersamaan dengan konservasi SDGTPP. Dampak perubahan iklim yang meningkat mendasari dukungan kegiatan nasional yang berhubungan dengan adaptasi tanaman pangan, termasuk genetika, genom dan pemuliaan. Kapasitas untuk melaksanakan adaptasi tanaman adalah penting untuk pengelolaan SDGTPP yang efisien dan efektif. Sejak 1996, kemitraan antara umum-swasta dalam penelitian dan pengembangan telah meningkat di sebagian besar negara, terutama pada bidang pemuliaan tanaman dan bioteknologi. Namun, di negara-negara berkembang, organisasi masyarakat mengelola konservasi dan pemuliaan secara mandiri, yang dapat mengakibatkan inefisiensi, mengurangi keuntungan, kehilangan kesempatan. 219. Tujuan : Untuk memenuhi kebutuhan nasional akan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP berkelanjutan melalui pendekatan yang rasional, efektif, terkoordinasi dan sesuai untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. 220. Untuk menetapkan kapasitas nasional yang memadai dalam semua aspek teknis dan politik dalam konservasi, akses dan pemanfaatan SDGTPP, seperti halnya pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatan SDGTPP tersebut. 221. Untuk membangun dan memperkuat unsur-unsur penting dari program nasional yang terintegrasi: (i) status nasional yang diakui; (ii) kebijakan, kerangka kerja hukum dan lembaga yang sesuai, termasuk mekanisme untuk koordinasi perencanaan dan tindakan; (iii) strategi program, termasuk tujuan yang ditetapkan dengan baik, prioritas yang jelas dan dana yang berkesinambungan; (iv) partisipasi yang tepat oleh seluruh pemangku kepentingan; dan (v) Jika layak, fasilitas konservasi dan pemanfaatan yang efektif pada tingkat nasional dan/atau regional. 222. Untuk meningkatkan hubungan kelembagaan dan sektoral, meningkatkan sinergi di antara semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk sistem benih, dan untuk memperkuat upaya integrasi kelembagaan dan komunitas. 223. Untuk mengembangkan, memperkuat dan memperbaharui kapasitas nasional secara teknis, manajerial, hukum dan kebijakan. 224. Kebijakan/strategi: Program nasional harus memiliki status resmi diakui dan diberi prioritas tinggi dalam agenda pembangunan nasional. Kontribusi program-program nasional pada tujuan instrumen internasional, termasuk RTG, KKH dan Traktat Internasional, harus diperhatikan. Nilainilai ekologi, ekonomi, sosial dan budaya SDGTPP, termasuk pentingnya perbaikan tanaman untuk meningkatkan ketahanan pangan, mitigasi perubahan iklim dan memenuhi tantangan global lainnya, harus ada dalam perencanaan dan kebijakan nasional dan prioritasasi dan media penyebaran dan, terutama, pendanaan jangka panjang dan sumber daya lainnya. Hal yang terakhir itu mencakup dukungan keuangan untuk pelatihan dan retensi staf yang memenuhi syarat, bagi petani untuk menjaga dan membuat varietas lokal dan bagi pemulia untuk perbaikannya. Alokasi pendanaan tertentu harus dialokasikan untuk program-program SDGTP dalam proses anggaran pemerintah. Dalam hal ini, kesadaran di kalangan pembuat kebijakan dan penyandang dana tentang nilai SDGTPP terhadap pembangunan nasional harus ditonjolkan.
225. Komitmen pemerintah untuk menyediakan dana yang memadai dan berkelanjutan untuk program-program nasional dan proyek-proyek sangat penting; Namun, dukungan regional atau internasional diperlukan untuk melengkapi sumber daya domestik. 226. Tujuan dan prioritas yang jelas dalam program nasional harus ditetapkan dengan baik, termasuk prioritas bantuan regional dan internasional untuk program pembangunan pertanian. Program-program nasional harus memiliki kemampuan untuk menilai dan menentukan SDGTPP apa yang diperlukan untuk memenuhi keperluan konservasi dan pembangunan nasional dan terkait dengan kewajiban internasional. Program nasional juga seharusnya mendukung kebijakan dan strategi konservasi, akses dan pemanfaatan SDGTPP, sebagaimana halnya pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatannya. Program nasional harus menyediakan kebijakan dan strategi yang diperlukan yang disesuaikan secara berkala. Program itu harus mengatur ketersediaan koleksi SDGTPP selengkap mungkin untuk memenuhi kebutuhan para petani, pemulia dan pengguna lain untuk perbaikan varietas, termasuk varietas petani/landrace. Pemerintah yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga nasional, regional dan internasional, harus memantau perkembangan teknologi baru yang terkait dengan konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP. Selain itu, adopsi dan implementasi yang sesuai, tidak bertentangan dan saling melengkapi dengan perundang-undangan nasional yang terkait dengan konservasi, pertukaran dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP, harus dipelihara, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perhatian semua pemangku kepentingan. 227. Program-program nasional harus menjalin atau memperkuat koordinasi dan hubungan di antara semua individu yang relevan dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam konservasi, perbaikan tanaman, produksi benih dan distribusi benih. Program nasional harus terhubung dengan kegiatan regional dan internasional, sedapat mungkin mencari sinergi dan kemungkinan untuk pembagian tenaga kerja. Strategi nasional harus mencakup konservasi, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk sistem benih, dan harus berkoordinasi dengan organisasi-organisasi di sektor lingkungan dan pertanian. Komite Nasional yang berbasis pemangku kepentingan yang luas akan membantu organisasi dan koordinasi di sebagian besar negara. 228. Struktur dan organisasi dari sebuah program nasional akan bergantung pada ketersediaan infrastruktur dan kapasitas di negara tersebut. Keputusan kebijakan akan menentukan strategi dan modus operasi, khususnya yang berkaitan dengan kolaborasi internasional dan regional. Di negaranegara dengan kapasitas terbatas, strategi mungkin termasuk pemanfaatan fasilitas dan tenaga ahli dari luar negeri. 229. Program-program yang ada harus mempertimbangkan pembentukan atau penguatan kemitraan dengan usaha swasta, lembaga swadaya masyarakat, desa, masyarakat adat dan lokal, organisasi pemulia dan petani, dan lembaga riset dan pendidikan. Hubungan lintas-sektoral harus dijalin dengan badan-badan yang terlibat dalam perencanaan nasional dan program lain yang terlibat dalam pertanian, reformasi lahan, dan perlindungan lingkungan. 230. Penciptaan atau penguatan hubungan harus dilakukan di antara lembaga-lembaga nasional dan badan khusus dalam transfer teknologi, dalam rangka membantu badan nasional bernegosiasi mengenai akuisisi teknologi yang diperlukan untuk melestarikan, mengkarakterisasi dan menggunakan SDGTPP dan informasi yang terkait, yang sesuai dengan Traktat Internasional, KKH dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)/Intelectual Property Rights (IPR). 231. Kapasitas: Bantuan dari lembaga internasional dan regional harus diberikan berdasarkan permintaan untuk memfasilitasi perencanaan nasional, penetapan prioritas dan koordinasi penggalangan dana. Prioritas tinggi harus diberikan pada penilaian dan peningkatan praktek-praktek pengelolaan dalam bank gen dan stasiun penelitian. Kapasitas petani, masyarakat adat dan lokal, pemulia, penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk pengusaha dan usaha skala kecil, untuk mengelola dan menggunakan SDGTPP secara lestari harus diperkuat. 232. Penelitian/teknologi: Program nasional perlu melakukan penelitian mengenai pengelolaan lekatlahan, konservasi in situ dan ex situ, pemuliaan tanaman, termasuk pemuliaan tanaman partisipatif, dan perbaikan tanaman. Juga diperlukan penelitian dalam pengelolaan program nasional SDGTPP,
termasuk pengujian kerangka kerja lembaga, evaluasi kebutuhan yang diperlukan, pengelolaan database, efisiensi secara ekonomi dengan pendekatan yang berbeda untuk konservasi dan pemanfaatannya, nilai SDGTPP, penguatan sistem informasi pasar pertanian, dan mengembangkan tindakan yang tepat dan dapat diandalkan, standar, indikator dan database untuk pemantauan dan penilaian peran tertentu SDGTPP dalam ketahanan pangan dan produksi pertanian yang berkelanjutan. 233. Kebijakan khusus, isu hukum dan kelembagaan serta yang terkait dengan kepemilikan, HAKI, termasuk hak pemulia tanaman, akses dan pembagian keuntungan, Hak Petani, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas nasional, pengetahuan tradisional, pertukaran, transfer, keamanan hayati, perdagangan dan kegiatan penyadaran, termasuk sistem perbenihan, semakin penting untuk program nasional. Bantuan dari lembaga dunia seperti FAO dan Traktat Internasional untuk mengembangkan kebijakan, strategi, perundang-undangan, peraturan dan langkah-langkah praktis di bidang ini sangat dibutuhkan. Diperlukan koordinasi dalam menyediakan program-program nasional dengan informasi tentang isu-isu tersebut, untuk menilai dampak perkembangan internasional dalam konservasi dan pertukaran SDGTPP, dan untuk memasukkan perkembangan penelitian baru ke dalam sistem nasional dan prakteknya. 234. Koordinasi/administrasi: Mekanisme koordinasi nasional harus dibentuk untuk menetapkan prioritas dalam mengalokasikan keuangan dan sumber daya lainnya. Hubungan kuat harus dibentuk di antara semua pemangku kepentingan yang relevan di suatu negara yang terlibat dalam konservasi, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk sistem perbenihan, serta antara sektor pertanian dan lingkungan, dalam rangka memastikan sinergi dalam mengembangkan dan melaksanakan kebijakan, strategi, perundang-undangan, peraturan dan kegiatan untuk mewujudkan potensi penuh dari SDGTPP. Pemerintah harus secara berkala meninjau kebijakan untuk mengevaluasi efektivitas dan menyesuaikan sebagaimana mestinya. Tindakan yang terkoordinasi dan terprioritas di tingkat nasional harus dilengkapi dengan sistem internasional yang juga terkoordinasi dan terprioritas. Organisasi internasional yang terlibat dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, produksi pertanian, keberlanjutan dan ketahanan pangan, serta di bidang-bidang terkait seperti lingkungan dan kesehatan, harus mengkoordinasikan usaha dan kegiatan mereka. Kolaborasi internasional diperlukan di dunia di mana negara saling bergantung dan di mana ada kebutuhan untuk membangun secara praktis, rasional dan ekonomis dalam arti untuk melestarikan SDGTPP, meningkatkan pemanfaatannya, dan mendorong akses dan pembagian keuntungan. Jejaring kerja SDGTPP dan forum internasional dan regional memberikan mekanisme berguna di mana negara melalui jejaring kerja itu dapat mengkoordinasikan kegiatan dan menyetujui kebijakan umum, yang sesuai. 14. Mempromosikan dan memperkuat jejaring kerja sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 235. Latar belakang: Tingkat ketergantungan antar negara sehubungan dengan kebutuhan mereka untuk mengakses SDGTPP dan informasi yang dipunyai orang lain dirasakan lebih penting, karena dunia dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi bahan pangan, kondisi-kondisi lingkungan yang baru, dan spektrum hama dan penyakit yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Jejaring kerja tidak hanya memfasilitasi pertukaran SDGTPP, tetapi juga menyediakan platform untuk diskusi ilmiah, berbagi informasi, kolaborasi penelitian dan transfer teknologi. Pengembangan strategi tanaman regional dan global dengan dukungan dari Trust menunjukkan pentingnya jejaring kerja dalam mengidentifikasi dan berbagi tanggung jawab untuk kegiatan pengumpulan, konservasi, distribusi, evaluasi, pengkayaan genetik, dokumentasi, keselamatan duplikasi dan perbaikan tanaman. Selain itu, jejaring kerja ini dapat membantu penetapan prioritas tindakan, pengembangan kebijakan dan menyediakan sarana untuk menyampaikan pandangan khusus tanaman dan regional kepada berbagai organisasi dan lembaga. Jejaring kerja internasional SDGTPP yang tercantum dalam Pasal 16 Traktat Internasional. 236. Banyak jejaring kerja regional, tanaman-spesifik dan tematik yang sudah beroperasi, beberapa di antaranya telah dibentuk atau diperkuat secara signifikan selama dekade yang lalu. Setiap jejaring kerja telah berperan penting dalam mendukung upaya koordinasi dan mempromosikan efisiensi dan efektivitas biaya dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP. Hubungan sinergis
antara program nasional dengan jejaring kerja itu adalah kunci untuk keberlanjutan dari: jejaring kerja yang mendukung program nasional dan program nasional yang mendukung jejaring kerja. Dengan demikian, jejaring kerja sangat penting di wilayah di mana terdapat keterbatasan kapasitas nasional dalam SDGTPP (misalnya, beberapa negara kurang berkembang dan negara kepulauan kecil) karena memberikan kemudahan akses ke informasi, teknologi dan material, dan yang penting suara yang lebih kuat dalam pengembangan kebijakan dan tindakan global. Jejaring kerja tanaman khusus memiliki peran tertentu dalam mendekatkan konservasi dan pemanfaatannya. Jejaring kerja tematik adalah cara yang efektif untuk menjalin kebersamaan antara pakar dan pihak yang berkepentingan dalam hal yang sama, sehingga memperkuat koordinasi dan menghindari duplikasi kerja. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh semua jejaring kerja, adalah selalu menjaga ketersediaan sumber daya dalam jangka panjang. Negara harus siap untuk berkontribusi dalam mendukung jejaring kerja secara berkelanjutan. 237.Tujuan: Untuk mendorong kemitraan dan sinergi di antara negara untuk mengembangkan sistem global secara lebih rasional dan hemat biaya dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. 238. Untuk menjamin keberlanjutan jejaring kerja dengan menganalisis dan mengidentifikasi manfaat dari partisipasi, memperhatikan kontribusi yang mereka buat untuk mencapai konservasi dan pemanfaatan SDGTPP yang berkelanjutan di tingkat nasional, regional dan global. 239. Untuk memfasilitasi penetapan secara terintegrasi tujuan dan prioritas ekoregional, regional dan tematik untuk konservasi dan pemanfaatan SDGTPP yang berkelanjutan. 240. Untuk mempromosikan partisipasi semua pemangku kepentingan dalam jejaring kerja, khususnya petani wanita dan pemulia lokal, dan untuk memastikan keterlibatan kemitraan antara publik dan swasta. 241. Kebijakan/strategi: Dalam hal kebijakan, pemerintah sebaiknya mendukung partisipasi aktif dari lembaga-lembaga masyarakat dan swasta regional, tanaman dan jejaring kerja tematik. Partisipasi sebaiknya dilihat sebagai hal yang menguntungkan negara dan merupakan cara bagi negara dalam menghadapi tantangan serupa dengan menyatukan upaya dan berbagi manfaat. Kendala pendanaan yang dialami oleh jejaring kerja memerlukan solusi inovatif dan berkelanjutan yang bermanfaat bagi jejaring kerja. Di negara di mana hal itu diperlukan, studi harus dikembangkan dan informasi harus dikumpulkan untuk menyoroti manfaat ini yang akan memperkuat dukungan pemerintah dan membantu dalam mengakses dana. Untuk mendukung strategi pendanaan, diperlukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kesadaran tentang nilai SDGTPP di kalangan pembuat kebijakan dan masyarakat umum, saling ketergantungan antara bangsa-bangsa yang berkaitan dengan SDGTPP dan pentingnya mendukung kolaborasi internasional. Kontribusi dana tunai maupun dalam bentuk in-kind oleh pemerintah untuk jejaring kerja harus dipertimbangkan sebagai prioritas. 242. Jejaring kerja memberikan cara untuk mengidentifikasi kesenjangan, mengembangkan sistem kolaboratif dan memperkenalkan inisiatif baru. Mengingat bahwa pertukaran plasma nutfah secara internasional merupakan kunci untuk motivasi bagi banyak jejaring kerja, perhatian tambahan diperlukan baik untuk mempromosikan implementasi yang efektif dari Traktat Internasional dan Sistem Multilateralnya maupun mengembangkan pengaturan tanaman yang saat ini tidak disertakan dalam Sistem Multilateral tetapi jatuh dalam lingkup keseluruhan Traktat Internasional. 243. Kapasitas: Membangun jejaring kerja memerlukan tidak hanya keahlian teknis, tetapi juga koordinasi substansial, keterampilan komunikasi dan organisasi. Sumber daya dan kapasitas harus tersedia untuk kegiatan seperti perencanaan, komunikasi, perjalanan, pertemuan, jejaring kerja publikasi seperti warta berita, laporan pertemuan, dan penguatan jejaring kerja, termasuk penyusunan proposal yang baik untuk diserahkan kepada donor. 244. Dalam konteks regional, prioritas diberikan untuk memperkuat jejaring kerja regional yang ada. Kolaborasi antar jejaring kerja juga membutuhkan peningkatan dan akan memiliki dampak yang signifikan pada pembangunan kapasitas dan transfer teknologi. Nilai tambah dari tingkat kolaborasi ini akan menyoroti pentingnya jejaring kerja dan menggambarkan bagaimana hal itu dapat digunakan secara lebih efektif. Negara-negara yang mempunyai fasilitas SDGTPP dan program yang lebih maju
didorong untuk mendukung kegiatan jejaring kerja dengan berbagi keahlian dan menyediakan peluang pengembangan kapasitas yang lebih besar. 245. Penelitian/teknologi: Jejaring kerja menjadi sarana untuk penelitian kolaboratif di bidang prioritas yang disepakati bersama. Pendanaan yang diperoleh melalui proyek-proyek penelitian menjadi dasar jejaring kerja dapat terus merekatkan hubungan dan mengembangkannya lebih lanjut. Jika layak dan dapat dilaksanakan transfer penelitian, pelatihan dan teknologi dalam SDGTPP harus direncanakan dan/atau diimplementasikan dalam kerjasama dengan jejaring kerja. Kemudahan perencanaan dan implementasi menggunakan platform jejaring kerja adalah nyata terutama jika jejaring kerja mencakup wilayah yang sangat terfragmentasi tetapi menghadapi tantangan yang sama. 246. Koordinasi/administrasi: Sumber daya harus diupayakan tersedia untuk meneruskan untuk melayani jejaring kerja yang ada jika layak, dan mengorganisasikan serta memfasilitasi pengembangan regional baru, jejaring kerja tanaman dan tematik yang sesuai. Pemanfaatan sumber daya secara efektif sangat penting, dan juga, koordinasi tidak hanya diperlukan dalam jejaring kerja tetapi juga di antara jejaring kerja untuk memastikan upaya tidak merupakan duplikasi dan sumber daya digunakan secara efisien. 15. Membangun dan memperkuat sistem informasi yang komprehensif untuk sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 247. Latar belakang: Pengambilan keputusan yang transparan dan rasional dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP yang berkelanjutan harus didasarkan pada informasi yang dapat diandalkan. Bersamaan dengan revolusi sistem pengelolaan informasi dan komunikasi selama 15 tahun, sudah ada perbaikan penting dalam ketersediaan dan aksesibilitas informasi SDGTPP. Beberapa keputusan terkini Komisi telah ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas informasi SDGTPP, termasuk pengembangan lebih lanjut WIEWS, adopsi indikator dan format pelaporan untuk memantau implementasi RTG, pembentukan MBIN dan persiapan Second Report. Pertukaran informasi diberikan prioritas tinggi di seluruh Traktat Internasional. Khususnya, hal ini dalam Pasal 17diakui sebagai salah satu komponen pendukung Traktat Internasional, Sistem Informasi Global, dan merupakan salah satu mekanisme utama untuk berbagi secara adil dan merata keuntungan yang berasal dari pemanfaatan SDGTPP di bawah Sistem Multilateral. 248. Perkembangan terbaru ditujukan untuk menunjang pendokumentasian dan pertukaran informasi bank gen termasuk peluncuran GRIN-Global, suatu sistem pengelolaan informasi bank gen yang dibangun pada fitur jaringan, dan GENESYS, sebuah portal sumber daya genetik tanaman yang memberikan pemulia dan peneliti akses tunggal ke informasi sekitar sepertiga aksesi bank gen di dunia, termasuk koleksi internasional yang dikelola oleh CGIAR, The National Plant Germplasm of The United State Departement of Agriculture and The European Internet Search Catalogue (EURISCO). 249. Disamping itu, masih ada yang perlu dibenahi, yaitu kesenjangan yang signifikan dalam pendokumentasian dan berbagi informasi SDGTPP, hal itu merupakan hambatan yang serius untuk perencanaan yang efisien dan peningkatan pemanfaatan SDGTPP dalam perbaikan tanaman dan penelitian. Banyak data yang masih tidak dapat diakses secara elektronik dan sedikit dokumentasi sumber daya genetik lekat-lahan dan KLT. Ketidakseimbangan yang signifikan di antara kawasan dan bahkan di antara negara-negara dalam kawasan yang berkaitan dengan kemampuan mereka untuk mengakses, mengelola, dan menyebarluaskan informasi. Banyak negara yang masih kekurangan strategi nasional dan/atau rencana tindakan dalam pengelolaan SDGTPP, atau tidak sepenuhnya diimplementasikan, dan dengan demikian, mereka tidak dapat mempertahankan sistem informasi nasional terpadu untuk SDGTPP. Situasi ini diperburuk oleh fakta bahwa, di tingkat nasional dan kelembagaan, kegiatan pengelolaan data dan dokumentasi sering diberi prioritas rendah dalam alokasi pendanaan. 250. Tujuan: Untuk memfasilitasi pengelolaan dan pemanfaatan SDGTPP menjadi lebih baik melalui peningkatan akses dan pertukaran informasi, yang berkualitas tinggi dan terkini.
251. Untuk mengembangkan dan memperkuat sistem informasi nasional termasuk, namun tidak terbatas pada, sistem informasi tingkat aksesi, untuk pengelolaan yang lebih baik SDGTPP dan mendukung partisipasi dari negara-negara dalam sistem informasi global. 252. Untuk meningkatkan penggunaan sistem informasi regional dan global melalui perbaikan terusmenerus keseluruhan fungsi dan produktivitas interaksi bank gen pengguna. 253. Untuk memperkuat pertukaran dan penggunaan informasi dan keberlanjutan sistem informasi terkini, dengan mempromosikan kompatibilitas dan kegunaan di antara kelompok data melalui pembentukan dan adopsi deskriptor umum. 254. Untuk memantau efektivitas sistem informasi dan memastikan bahwa perbedaan antara sistem ditujukan untuk memfasilitasi interoperabilitas dan mempromosikan penggunaannya. 255. Kebijakan/strategi: Prioritas tinggi sebaiknya diberikan di semua tingkatan untuk membangun, menyusun kepegawaian dan menjaga sistem informasi dan dokumentasi SDGTPP yang ramah pengguna yang didasarkan pada standar internasional. Sistem tersebut harus dapat berkontribusi pada pengambilan keputusan, tidak hanya pada konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, tetapi juga pada peran khusus SDGTPP dalam isu-isu yang lebih luas dari pengembangan pertanian dan ketahanan pangan. Upaya harus dilakukan untuk mengembangkan standar dan indikator yang lebih akurat dan tepercaya dan mengumpulkan data dasar untuk kelestarian dan ketahanan pangan yang akan memungkinkan melakukan pemantauan dan penilaian kemajuan di wilayah yang lebih baik dan kontribusi oleh SDGTPP untuk kemajuan tersebut. 256. Pengelolaan koleksi yang efektif dan peningkatan pemanfaatan plasma nutfah membutuhkan penguatan dan penyelarasan dokumentasi, karakterisasi dan evaluasi, berdasarkan pada adopsi standar umum untuk pertukaran data. Diperlukan sistem pengelolaan data dan informasi yang lebih baik, tidak hanya untuk memfasilitasi akses, tetapi juga untuk mendukung transfer teknologi dan penilaian SDGTPP secara global, regional dan nasional. 257. Informasi mengenai SDGTPP akan dapat diperoleh dan disebarkan sesuai dengan ketentuan Pasal 8(j) di KKH, mengenai pengetahuan, inovasi dan praktek-praktek yang berkaitan dengan konservasi in situ oleh masyarakat adat dan lokal, dalam mewujudkan gaya hidup tradisional yang relevan dengan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan, dan Pasal 17 dari Traktat Internasional. 258. Kapasitas: Bantuan perencanaan seharusnya diberikan kepada program-program nasional yang sesuai dan program regional untuk mendorong pengembangan strategi yang rasional dan kompatibel untuk pengelolaan informasi dan berbagi. Strategi seperti itu harus mempromosikan penggunaan standar untuk interoperabilitas dan pertukaran antar sistem. 259. Meskipun ada peningkatan, sistem data dan informasi masih rentan dan tidak dapat diakses. Data perlu diverifikasi dan disusun ke dalam bentuk yang bisa digunakan dan mudah diakses. 260. Akses oleh program-program nasional ke ilmu dasar, penelitian dan bibliografi, harus difasilitasi. 261. Bank gen/jejaring kerja nasional dan regional harus memiliki cukup personil untuk mengelola informasi, dengan demikian meningkatkan aksesibilitas pengguna dan memastikan partisipasi dalam sistem informasi global. Pelatihan yang sesuai pada pengelolaan data dan sistem informasi harus didukung sebagai elemen penting untuk merasionalisasi kegiatan sumber daya genetik di tingkat regional dan global. 262. Belajar sendiri dan/atau belajar melalui Internet yang sesuai dengan kebutuhan harus dikembangkan. Dukungan teknis harus disediakan secara kontinu untuk meningkatkan pengelolaan data dan informasi dan mendukung adopsi teknologi baru. 263. Penelitian/teknologi: Penelitian harus didukung untuk: a). mengembangkan metodologi dan teknologi yang tepat dengan biaya rendah untuk kompilasi dan pertukaran data;
b). mengembangkan metode untuk mengadaptasi teknologi tersebut ke tingkat lokal yang sesuai; c). memfasilitasi kemudahan akses dan pemanfaatan data secara elektronik dan melalui Internet; d). mengembangkan sarana dan metodologi untuk membuat informasi yang berguna menjadi mudah dan segera tersedia bagi non-spesialis dan pemangku kepentingan, termasuk organisasi non-pemerintah, oganisasi pemulia dan petani, masyarakat adat dan lokal; e). mengembangkan deskriptor berdasarkan standar internasional untuk tanaman baru dan tanaman yang kurang dimanfaatkan serta KLT. 264. Koordinasi/administrasi: Dengan pengembangan sistem informasi baru pada tingkat nasional, regional dan global, maka koordinasi dan kolaborasi merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa sistem tersebut kompatibel dan berguna. Harmonisasi deskriptor juga perluasannya yang mencakup tanaman baru masih sangat penting. 265. Diperlukan penilaian regional dan global, pengawasan, perencanaan dan koordinasi untuk mempromosikan efisiensi dan efektivitas biaya. 16. Mengembangkan dan memperkuat sistem pengawasan dan pemeliharaan keanekaragaman genetik dan pengurangan erosi genetik sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 266. Latar belakang: Erosi SDGTPP terjadi di koleksi ex situ, di lahan petani dan di alam. Dengan teknik genetika molekuler modern, dalam dekade terakhir, sudah memungkinkan untuk menghasilkan beberapa data tentang tingkat dan sifat erosi genetik untuk tanaman tertentu di suatu daerah. Gambar yang muncul sangat kompleks dan sulit untuk menarik kesimpulan yang jelas tentang besarnya efek tersebut. Namun demikian, di banyak negara masih terus ada kekhawatiran terjadinya erosi genetik dan kebutuhan untuk penyebaran keanekaragaman yang lebih besar. Diperlukan teknik dan indikator yang lebih baik untuk memantau keanekaragaman genetik, untuk membuat data dasar dan pemantauan kecenderungan.The Biodiversity Indicators Partnership telah menghimpun sejumlah besar organisasi internasional untuk mengembangkan indikator yang relevan dengan target keanekaragaman hayati 2010 dari KKH, termasuk pemantauan kecenderungan keanekaragaman genetik tanaman. Namun, sampai saat ini, pada kenyataannya belum tersedia indikator erosi genetik atau keragaman genetik yang diterima secara praktek dan internasional; maka pengembangannya haruslah menjadi prioritas. 267. Berbagai faktor, baik itu fenomena alam maupun hasil perilaku manusia termasuk urbanisasi, pembangunan pertanian, perselisihan sipil dan peperangan yang secara sejarah diakui sebagai pemicu erosi SDGTPP. Hilangnya sumber daya genetik tanaman terjadi terutama sebagai hasil dari adopsi varietas tanaman baru, dengan melupakan varietas tradisional tanpa mengambil langkah-langkah konservasi yang tepat. Akhir-akhir ini, perubahan iklim dan preferensi makanan modern juga telah dianggap sebagai ancaman. Di beberapa negara, ancaman spesies invasif asing juga harus dipertimbangkan sebagai hal yang ikut berkontribusi dalam erosi genetik. Hilangnya SDGTPP bervariasi dalam negara dan dari satu negara ke negara lainnya. Dukungan harus diberikan untuk membuat mekanisme pemantauan di semua tingkatan. 268. Berdasarkan kajian ulang di tahun 1997 tentang aplikasi WIEWS untuk pencarian jarak jauh, memperbarui dan melaporkan erosi genetik telah dipublikasikan di Internet. Baru-baru ini, ruang lingkup informasi yang tercakup dalam WIEWS telah dikembangkan untuk MBIN, yang juga membahas permasalahan yang terkait dengan erosi genetik. 269. Tujuan: Agar dapat secara efektif memantau keanekaragaman genetik dan penyebab erosi genetik serta untuk mengimplementasikan perbaikan yang sesuai atau aksi pencegahan yang diperlukan. 270. Untuk membuat dan melaksanakan mekanisme pemantauan dalam memastikan transfer informasi tepat waktu untuk menghubungi pihak yang ditunjuk sebagai penanggung jawab analisis, koordinasi dan tindakan. Untuk memperluas pemanfaatan teknologi canggih dalam memantau degradasi
keanekaragaman pada tanaman yang paling terancam terkena erosi genetik, dan spesies KLT juga jenis tanaman pangan liar. 271. Kebijakan/strategi: Pemerintah harus secara berkala meninjau dan melaporkan situasi SDGTPP, menunjuk focal point untuk menyampaikan informasi ini kepada FAO, dan apabila diperlukan kepada Badan Pengatur Traktat Internasional, Konferensi Para Pihak KKH dan pihak terkait lainnya. Pasal 5 Traktat Internasional mengamanatkan Para Pihak untuk memantau SDGTPP, menilai ancaman dan meminimalkan atau, jika memungkinkan menghapuskan ancaman. Upaya-upaya khusus diperlukan untuk mengidentifikasi spesies dan populasi yang paling berisiko yang berkemungkinan besar dapat menjadi alternatif pangan yang akan penting di masa depan, ini sangat penting berkaitan dengan varietas petani/landrace dan KLT. Memperbaiki keterkaitan antara in situ dan ex situ sebagai strategi konservasi yang akan mengurangi risiko hilangnya informasi biologi dan budaya. 272. Diperlukan indikator dan metode untuk menilai keanekaragaman genetik dari waktu ke waktu sehingga dapat meminimalkan erosi genetik dan penyebabnya, sehingga dapat membangun data dasar nasional, regional dan global untuk memantau keanekaragaman dan mengembangkan sistem peringatan dini yang efektif. Berbagai upaya harus terus dilakukan agar dapat memastikan bahwa informasi relevan yang diperoleh dari layanan penyuluhan, organisasi lokal non-pemerintah, sektor benih dan masyarakat petani dapat dihubungkan dengan sistem peringatan dini di tingkat nasional dan tingkat yang lebih tinggi. Alat TIK yang baru, termasuk telepon selular, sangat dapat memfasilitasi pelaporan dan pengumpulan informasi dari sumber yang berbeda tersebut. 273. Kapasitas: Kapasitas yang lebih kuat diperlukan untuk pengumpulan dan menginterpretasikan informasi pada SDGTPP-terutama dalam melakukan identifikasi spesies KLT tertentu-dan untuk melaksanakan inventarisasi dan survai dengan menggunakan teknik molekular baru dan alat TIK serta alat untuk menganalisis keanekaragaman spasial. Pelatihan tentang pemantauan sebaiknya diberikan kepada pemulia, petani dan masyarakat adat dan lokal. Materi pelatihan, termasuk alat dan bahan untuk belajar sendiri, jika diperlukan harus diproduksi dalam bahasa setempat. 274. Menyadari peran penting pemantauan global dan peringatan dini hilangnya SDGTPP, efisiensi, tujuan dan nilai dari WIEWS harus dievaluasi kembali, dengan mempertimbangkan potensi peran bahwa WIEWS bisa berperan sebagai bagian dari Sistem Informasi Global Sumber Daya Genetik Tanaman, seperti yang tercantum dalam Pasal 17 dari Traktat Internasional. 275. Penelitian/teknologi: Penelitian dibutuhkan untuk memperbaiki metode survai SDGTPP, yang akan berguna dalam pengembangan sistem pemantauan. Penelitian lanjutan diperlukan untuk pengembangan indikator yang praktis dan informatif tentang erosi genetik atau keanekaragaman genetik. 276. Tenaga ahli teknis, perwakilan dari program nasional, United Nations Environment Programme, CGIAR dan lembaga internasional lain yang terlibat dalam konservasi SDGTPP, International Union for Conservation of Nature, organisasi non-pemerintah dan sektor swasta harus diundang oleh FAO untuk melanjutkan diskusi mengenai pengembangan sistem pemantauan untuk keanekaragaman genetik tanaman dan meminimalkan erosi genetik. 277. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan teknologi SIG untuk memantau keanekaragaman genetik dan untuk memperkirakan dan meminimalkan erosi genetik dan pada penggabungan informasi yang dihasilkan ke dalam sistem informasi yang komprehensif. Penelitian tambahan diperlukan untuk memahami sifat dan tingkat ancaman yang mungkin terhadap keanekaragaman yang ada pada lekat-lahan dan in situ. 278. Koordinasi/administrasi: Kolaborasi dan koordinasi multisektoral harus diperkuat pada tingkat nasional, terutama di kalangan pertanian, lingkungan dan sektor pembangunan. Program nasional harus mempertimbangkan peringatan jejaring regional dan internasional tentang kapan dan di mana ada risiko akan terjadi erosi genetik. 17. Membangun dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia
279. Latar Belakang: Peningkatan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusia dan pengembangan yang berkesinambungan. Donor pendanaan bagi peningkatan kapasitas telah meningkat selama 15 tahun terakhir, yang telah menghasilkan kolaborasi yang lebih kuat dalam pelatihan di antara organisasi-organisasi nasional, regional dan internasional. Program pelatihan yang lebih sering dan materi pelatihan baru dan fasilitas baru telah dikembangkan. Peluang pendidikan tinggi juga diperluas dan saat ini terdapat universitas yang menawarkan kursus lebih lanjut yang jangkauannya lebih luas di bidang yang terkait dengan SDGTPP, terutama dalam hal penerapan bioteknologi untuk konservasi dan perbaikan tanaman. 280. Walaupun sudah ada berbagai upaya diatas, namun kapasitas sumber daya manusia masih tidak cukup memadai di hampir semua tingkat dan di semua disiplin ilmu yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Di banyak negara, staf bank gen terlalu sedikit dan tidak cukup dilatih untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, melestarikan, melakukan regenerasi, karakterisasi, mendokumentasikan dan mendistribusikan SDGTPP. Kurangnya kapasitas merupakan ancaman yang serius untuk membangun dan mengelola koleksi berharga SDGTPP. Terbatasnya taksonomi pemuliaan tanaman dan kapasitas pra-pemuliaan di kebanyakan negara berkembang sangat membatasi pemanfaatan SDGTPP secara efektif dan berkelanjutan. Dalam konteks lekat-lahan, layanan penyuluhan dan organisasi non-pemerintah sering tidak memiliki personil berkualifikasi untuk memberikan pelatihan yang sesuai untuk masyarakat petani. Terdapat juga kekurangan personil berkualifikasi dalam hubungannya dengan produksi benih dan teknologi benih. 281. Tujuan: Untuk memastikan ketersediaan dalam jangka panjang kapasitas sumber daya manusia yang memadai di semua bidang konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk pengelolaan, aspek hukum dan kebijakan. 282. Pengembangan kemampuan nasional dan regional untuk memberikan pelatihan tentang SDGTPP di semua tingkat dan untuk melaksanakan perencanaan kerjasama yang efektif antara organisasi di negara maju dan berkembang untuk memperkuat dan secara teratur memperbaharui kapasitas seluruh pemangku kepentingan SDGTPP. Mempertahankan kapasitas nasional yang memadai di kawasan kritis dan untuk membendung hilangnya tenaga terlatih dari negara berkembang. 283. Untuk membuat kursus pelatihan dan materi pendidikan yang berkualitas bagi pendidikan dasar dan menengah dalam mata pelajaran yang menjadi prioritas pada tingkat nasional, regional dan global. Untuk mendorong lembaga pendidikan sarjana dan pascasarjana untuk menyertakan aspek SDGTPP dalam kursus-kursus dan program, termasuk melalui penggunaan belajar secara elektronik dan pendidikan jarak jauh. 284. Memfasilitasi akses untuk mendapatkan pelatihan eksternal bagi negara-negara yang tidak memiliki kapasitas nasional. Mendorong lembaga maju yang mengelola SDGTPP untuk menawarkan peluang dalam pengembangan kapasitas. 285. Untuk mengembangkan agenda penelitian yang layak untuk mengisi kesenjangan antara ilmu SDGTPP dan aplikasi untuk pengelolaan dan aktivitas bank gen dan pemanfaatan secara berkelanjutan SDGTPP, termasuk pemuliaan tanaman dan teknologi benih. 286. Untuk memperluas kesempatan pembelajaran langsung, pembimbingan dan pelatihan kepemimpinan dalam penelitian dan pengembangan bidang kebijakan pada kebijakan dan organisasi penelitian pada tingkat nasional, regional dan internasional. 287. Kebijakan/strategi: Pemerintah harus mengakui pentingnya memasukkan SDGTPP ke dalam pendidikan dasar, menengah dan lanjutan. Dalam kerjasama dengan organisasi terkait, pemerintah harus berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan kesempatan pendidikan lanjutan bagi para peneliti muda, teknisi dan para pekerja pembangunan, serta untuk secara teratur meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf yang ada. Kesempatan pelatihan dan program pendidikan lanjutan harus mencakup semua aspek teknis dan ilmiah pertukaran, konservasi dan pemanfaatan SDGTPP dalam kurikulum untuk biologi, pertanian, lingkungan, ekonomi dan kesehatan. Perhatian khusus harus diberikan pada penyediaan pelatihan dalam biologi konservasi, terutama berkenaan dengan keanekaragaman hayati pertanian.
288. Penilaian secara rutin kapasitas sumber daya manusia dan kebutuhannya harus dilakukan; hasilnya harus membantu beberapa negara untuk mengembangkan pendidikan dan strategi pelatihan pada tingkat nasional, regional dan global. 289. Kapasitas: Dukungan perlu diberikan untuk memungkinkan organisasi tingkat nasional dan regional juga program untuk memperbarui kurikulum, menyediakan pendidikan lanjutan serta memperkuat riset dan kapasitas teknis pada semua aspek yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Dukungan juga seharusnya diberikan bagi mahasiswa di program sarjana dan pascasarjana dan pelatihan yang profesional berkelanjutan. Kerjasama harus didukung antar lembaga pendidikan di negara maju dan berkembang. Pada sektor swasta, harus didukung pula magang dan pertukaran staf. Akses ke Internet akan menjadi sangat penting untuk mempromosikan belajar melalui Internet, komunikasi, dan pertukaran data dan informasi. 290. Sebagai organisasi nasional dan regional yang kuat, kapasitas yang ada di negara maju sebaiknya digunakan dan mendukung pembangunan kapasitas yang dibutuhkan negara berkembang. 291. Di samping upaya saat ini, pelatihan khusus, termasuk pelatihan praktek langsung dan program pendampingan, harus dikembangkan dan rutin diselenggarakan di semua wilayah. Topik teknis, termasuk hubungan antara konservasi dan pemanfaatannya, pengelolaan, hukum, kebijakan dan penyadaran publik, harus ditangani untuk meningkatkan pemahaman tentang perjanjian dan kesepakatan internasional. 292. Keahlian tentang transfer teknologi yang berhubungan dengan konservasi, karakterisasi, pertukaran dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP harus ditingkatkan. Organisasi nasional di kedua negara berkembang dan maju dan organisasi internasional harus berperan penting dalam memfasilitasi peningkatan keahlian tersebut, terutama melalui pertukaran staf. 293. Perhatian harus diberikan untuk mempersiapkan bahan pendidikan yang dapat diterapkan secara luas di berbagai wilayah, tetapi dapat memelihara fokus kekhususan wilayah. Jika mungkin, kursus harus diberikan dalam bahasa yang paling sesuai untuk wilayah. 294. Perhatian khusus harus diberikan untuk integrasi gender, terutama pelatihan di lapangan bagi perempuan pedesaan, karena mereka memainkan peran signifikan dalam memelihara dan mengembangkan SDGTPP dan yang terkait dengan pengetahuan dan tradisi, yang kadang-kadang kurang dihargai. 295. Kapasitas untuk membuat materi pelatihan dan menawarkan atau mengkoordinasikan program pelatihan perlu terus ditingkatkan di tingkat internasional. 296. Penelitian/teknologi: Apabila memungkinkan, pelatihan harus dihubungkan dengan penelitian dan pengembangan yang sedang berlangsung dalam organisasi pendidikan dan profesional dan program nasional. Upaya harus dilakukan untuk melibatkan mahasiswa dan staf profesional di kegiatan lapangan dan penelitian. 297. Koordinasi/administrasi: Kursus pelatihan harus dikembangkan dan ditawarkan dengan bekerja sama yang erat dengan jejaring kerja internasional dan regional dan program nasional. Selain itu, program lanjutan harus dipersiapkan bekerja sama dengan konsorsium akademik internasional dan regional atau asosiasi yang relevan dalam menanggapi kebutuhan nasional. 18. Mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 298. Latar Belakang: Penyadaran publik adalah kunci untuk memobilisasi opini umum, serta membangkitkan dan memelihara aksi politik nasional, regional dan internasional yang tepat. Salah satu hal yang sangat penting untuk keberhasilan setiap program konservasi adalah mengkomunikasikan secara efektif tentang banyaknya manfaat SDGTPP yang dapat membawa pada ketahanan pangan dan mata pencaharian berkesinambungan. Pada beberapa tahun terakhir telah terlihat pemahaman yang meningkat mengenai pentingnya SDGTPP dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Minat terhadap spesies yang kurang dimanfaatkan ternyata
meningkat karena potensi mereka yang tetap produktif di bawah skenario iklim berbeda dan untuk memberikan peluang sebagai tempat produk bernilai tinggi. Terdapat juga peningkatan pengakuan oleh para ilmuwan dari potensi KLT yang berkontribusi pada intensifikasi produksi yang berkelanjutan, tapi ini belum diketahui khalayak yang luas. Keprihatinan atas peningkatan penyakit global yang berkaitan dengan gaya hidup, telah meningkatkan minat dalam hal manfaat nutrisi, yang dapat diperoleh dari eksplorasi dan eksploitasi SDGTPP. Berbagai negara berusaha untuk mengurangi biaya makanan impor dengan merevitalisasi produksi pangan lokal, yang seringkali memiliki nilai budaya juga. Perangkat jejaring kerja sosial menyediakan cara-cara yang sangat efektif untuk membuat pesan yang dapat sampai kepada beberapa orang secara signifikan, khususnya generasi muda. Namun demikian, peningkatan kesadaran di kalangan pembuat kebijakan, donor dan masyarakat umum akan nilai SDGTPP adalah tantangan yang terus berlanjut. 299. Program penyadaran publik yang bertarget dapat mendorong pengembangan hubungan internasional dan mekanisme kerjasama seperti jejaring kerja, yang melibatkan berbagai sektor, instansi dan pemangku kepentingan. Dalam negara, penyadaran masyarakat dapat mendukung upaya untuk melibatkan sektor swasta, masyarakat adat dan lokal, dan organisasi lokal dan non-pemerintah dalam kegiatan nasional sumber daya genetik, sehingga menjamin dasar yang lebih luas untuk melestarikan dan menggunakan SDGTPP secara berkelanjutan. Kerjasama dengan media di tingkat lokal dan nasional merupakan aspek penting dari peningkatan kesadaran. Penciptaan hubungan yang kuat antara kampanye kesadaran publik yang dilaksanakan oleh organisasi internasional dan program nasional dan organisasi dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi biaya. Program penyadaran yang sukses dapat membawa keuntungan finansial, seperti dapat dilihat dalam hal Trust yang dibentuk pada tahun 2004 sebagai dana khusus yang didedikasikan untuk mendukung konservasi SDGTPP dan mempromosikan pemanfaatannya di seluruh dunia. 300. Tujuan: Untuk menjamin dukungan yang berkelanjutan bagi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP dari para pembuat kebijakan dan masyarakat umum. 301. Untuk mendukung dan memperkuat mekanisme, terutama di negara berkembang. Untuk mengkoordinasikan kegiatan penyadaran publik yang melibatkan mentargetkan semua pemangku kepentingan. Untuk mengintegrasikan sepenuhnya penyadaran masyarakat ke dalam kegiatan program nasional, regional dan internasional. 302. Kebijakan/strategi: Upaya yang lebih besar diperlukan untuk memperkirakan nilai utuh dari SDGTPP, untuk menilai dampak dari pemanfaatannya serta untuk membawa informasi tersebut untuk mendapatkan perhatian dari para pembuat kebijakan dan masyarakat umum. Hal yang perlu dipertimbangkan saat mengembangkan kegiatan SDGTPP adalah penyadaran masyarakat dan peran sasaran target khusus yang dapat berperan dalam melestarikan sumber daya genetik tanaman. 303. Beberapa strategi nasional harus mengakui peran semua pemangku kepentingan SDGTPP dalam mengembangkan kegiatan penyadaran publik. Pemerintah harus mengakui dan mendorong kegiatan organisasi non-pemerintah dalam meningkatkan penyadaran publik, dan harus dilakukan upaya untuk mendorong pengembangan kemitraan publik-swasta pada kampanye penyadaran publik. Peran penting dari masyarakat adat dan lokal dalam usaha pengelolaan konservasi in situ atau lekat-lahan, dan sistem pengetahuan tradisional dan praktek, harus sepenuhnya dipertimbangkan. 304. Materi penyadaran publik sebaiknya diproduksi dalam bahasa yang sesuai, untuk memfasilitasi pemanfaatan yang luas di dalam negara dan harus memanfaatkan seluruh pilihan TIK yang tersedia. 305. Agar efektif dan memastikan jangkauan yang memadai, penyadaran publik harus cukup didukung oleh sumber daya manusia dan keuangan. 306. Kapasitas: Program Nasional SDGTPP seharusnya memiliki focal point terlatih yang bekerja sama dengan pengelola program dan mengembangkan alat yang sesuai untuk penyadaran publik. Jika hal ini gagal, semua staf dalam program SDGTPP harus mengembangkan paling tidak kapasitas tertentu untuk menyuarakan pentingnya tujuan program dan kegiatan pembangunan pertanian berkelanjutan dan pengembangan dalam konteks yang lebih luas. Mereka harus bisa mengkomunikasikan pesan mereka kepada semua pemangku kepentingan dengan menggunakan
peralatan yang tepat dan terus mengikuti pendekatan baru dan inovatif untuk meningkatkan kesadaran publik. 307. Program Nasional SDGTPP seharusnya bekerjasama dengan orang terkenal dan berpengaruh untuk meningkatkan akses media dan agar menarik perhatian. Upaya tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan dan memperkuat hubungan dengan media massa lokal dan mendorong mereka untuk memuat isu SDGTPP secara rutin, juga mengikutsertakan mereka dalam lokakarya komunikasi dan pertemuan untuk memperoleh pemahaman lebih baik tentang bidang yang disosialisasikan. 308. Program Nasional SDGTPP seharusnya memanfaatkan penyadaran masyarakat dan teknologi yang dihasilkan di tingkat regional dan internasional untuk digunakan dalam upaya komunikasi mereka sendiri. Perangkat ini dan informasi yang mereka sampaikan harus tepat dalam merefleksikan situasi dan prioritas nasional. Informasi ini akan berguna dalam mendukung strategi dan kegiatan penyadaran publik nasional. Menyesuaikannya dengan peralatan yang sudah ada akan cukup mengurangi biaya untuk program nasional. Hal ini tidak bertentangan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas untuk menghasilkan materi penyadaran publik di tingkat nasional. 309. Kesadaran akan nilai SDGTPP dan peran ilmuwan, pemulia tanaman, petani, dan masyarakat adat dan lokal dalam mempertahankan dan memperbaiki sumber daya yang berharga harus dipromosikan di sekolah-sekolah pada semua tingkat pendidikan serta di lembaga penelitian khusus bidang pertanian. Hal ini melibatkan produksi materi pendidikan dan pelatihan berdasarkan studi kasus. Hal ini akan memerlukan hubungan kerja dengan lembaga pendidikan nasional. Peran penting taman botani dalam menciptakan kesadaran juga harus dipertimbangkan dan dipromosikan oleh komunitas SDGTPP. 310. Taman botani sederhana, arboretum dan bank gen lapangan yang terkait dengan universitas, sekolah dan lembaga lainnya harus diperkuat dan didorong untuk mempromosikan pendidikan dan kesadaran publik. 311. Penelitian/teknologi: Penelitian tentang kebutuhan informasi oleh audien target harus dilakukan sebelum meluncurkan setiap inisiatif penyadaran masyarakat. Pembuat kebijakan menjadi target penting untuk setiap kampanye kesadaran, dan penelitian diperlukan untuk mendukung promosi kebijakan yang tepat untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman genetik, termasuk penilaian segi ekonomis dari SDGTPP. Pada tingkat internasional, penelitian harus dilakukan pada pemanfaatan perangkat TIK untuk memenuhi kebutuhan penyadaran publik. Dampak dari materi promosi tidak harus diasumsikan, ada kebutuhan analisis dampak terhadap produk penyadaran sehingga sumber daya yang terbatas dapat digunakan dengan dampak yang maksimal. 312. Koordinasi/administrasi: Koordinasi dan fasilitasi diperlukan pada setiap tingkatan untuk rasionalisasi dan mengakibatkan efisiensi biaya untuk kegiatan penyadaran publik. Program nasional dan yang lainnya bisa mengambil keuntungan dari materi yang dikembangkan pada tingkat regional dan internasional. Keterkaitan antara organisasi regional dan internasional, sektor benih swasta, dan organisasi non-pemerintah akan memfasilitasi identifikasi peluang untuk kegiatan kolaboratif. Pendekatan multisektoral dan multi-lembaga terkoordinasi dapat meningkatkan kekuatan pesan.
Implementasi dan Pendanaan Rancang Tindak Global Kedua 313. RTG Kedua menyediakan kerangka kerja yang disepakati secara internasional yang penting bagi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan. RTG Kedua adalah komponen pendukung Traktat Internasional sesuai Pasal 14 dan yang pelaksanaannya akan menjadi kontribusi penting untuk mencapai tujuan dari Traktat Internasional. Ini juga akan memudahkan implementasi KKH di bidang keanekaragaman pertanian dan membantu pencapaian target Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati 2011-2020. 314. Tindak lanjut proses penyeruan untuk adanya tindakan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional dan harus melibatkan semua pihak terkait: pemerintah, otoritas lokal dan regional, organisasi regional dan internasional, baik antar pemerintah dan non-pemerintah, komunitas ilmiah, sektor swasta, masyarakat adat dan lokal, pemulia, petani dan produsen pertanian lainnya dan asosiasinya. 315. Perkembangan secara keseluruhan pada pelaksanaan RTG Kedua yang bergulir dan proses tindak lanjut yang terkait akan dipantau dan dibimbing oleh pemerintah dan Anggota FAO lain melalui Komisi. Untuk melaksanakan fungsi ini, Komisi akan merencanakan penelaahan atas pelaksanaan RTG Kedua serta penelaahan terhadap RTG Kedua sendiri dalam Program Kerja Multi-Tahun, bekerja sama dengan Badan Pengatur Traktat Internasional. Penelaahan ini harus berkaitan dengan kemajuan yang tercapai dalam pelaksanaan, elaborasi, dan penyesuaian RTG Kedua di tingkat nasional, regional dan internasional, yang layak. Peninjauan pertama pelaksanaan RTG Kedua harus dilakukan oleh Komisi pada Sidang Reguler Kelimabelas, termasuk penilaian terhadap pencapaiannya serta kesenjangan dan keuangan dan kebutuhan lainnya untuk pelaksanaannya, sesuai dengan Resolusi 1/2011 dari Komisi. 316. Untuk tujuan ini, Komisi pada Sidang Reguler Keempat belas, akan menyepakati format untuk laporan kemajuan serta kriteria dan indikator untuk memantau pelaksanaan RTG Kedua, mengembangkan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh Komisi dalam pengembangan indikator tersebut dan format pelaporan. Kesimpulan Komisi harus mendapatkan perhatian pemerintah terkait dan lembaga internasional dalam mengisi kesenjangan, memperbaiki ketidakseimbangan atau kurangnya koordinasi dan mempertimbangkan kegiatan atau inisiatif baru. Kesimpulan Komisi yang memiliki dampak utama kebijakan akan menjadi perhatian Konferensi dan Dewan FAO, Badan Pengatur Traktat Internasional dan Konferensi Para Pihak KKH dan/atau Komisi Pembangunan Berkelanjutan untuk bertindak, memberi dukungan atau informasi, yang sesuai. 317. Penerapan penuh dari RTG Kedua memerlukan peningkatan yang signifikan dalam kegiatan SDGTPP yang saat ini sedang berlangsung. RTG Kedua harus diimplementasikan secara progresif dan didukung oleh sumber keuangan yang memadai serta harus dijalankan sesuai dengan lingkup RTG Kedua. Setiap negara harus menentukan prioritas sendiri dalam bidang kegiatan prioritas yang disepakati dalam RTG Kedua dan dalam rangka kebutuhan pembangunan pangan dan pertanian. 318. Sejauh ini, pendanaan yang paling signifikan untuk SDGTPP bagi sebagian besar wilayah telah disediakan oleh pemerintah maupun sumber dana dalam negeri lainnya. Sumber dana yang besar untuk SDGTPP juga termasuk sumber bilateral dan regional dan organisasi multilateral. 319. Mengingat pentingnya kontribusi sumber daya dari dalam negeri, baik sektor publik dan swasta, masing-masing negara harus membuat usaha yang memungkinkan untuk menyediakan dana, sesuai dengan kapasitasnya, dukungan keuangan sehubungan dengan kegiatan nasional tersebut yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari RTG Kedua yang sejalan dengan rencana, prioritas dan program nasional. 320. Kerja sama internasional untuk konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP harus diperkuat, khususnya untuk mendukung dan melengkapi upaya negara-negara berkembang dan negara dengan ekonomi dalam transisi. Badan Pengatur Traktat Internasional akan memegang peran kunci dalam hal ini. Sejauh mana negara-negara berkembang dan negara dengan ekonomi dalam transisi secara efektif akan memenuhi komitmen mereka di bawah RTG Kedua akan sangat tergantung pada
pelaksanaan yang efektif dari Traktat Internasional dan Strategi Pendanaannya. Dua elemen yang relevan dari Strategi Pendanaan yang akan mendukung pelaksanaan RTG Kedua adalah Dana Pembagian-keuntungan dan Trust. Dana Pembagian-keuntungan berada di bawah kontrol langsung dari Badan Pengatur dan digunakan oleh Badan Pengatur untuk memicu kerjasama internasional di bidang SDGTPP, dengan mempertimbangkan RTG yang bergulir6. Trust merupakan elemen penting dari Strategi Pembiayaan dan mempromosikan kegiatan konservasi hemat biaya dan efisien sesuai dengan RTG. Segala upaya juga harus dilakukan untuk mencari sumber baru, tambahan dan inovatif dari pendanaan dalam rangka pelaksanaan RTG Kedua. 321. Melalui pemantauan Strategi Pendanaan Traktat Internasional, Badan Pengatur akan dapat memantau sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaan RTG Kedua. Prioritas untuk dukungan Strategi Pendanaan adalah kegiatan prioritas dari RTG yang telah berjalan. Pemantauan Strategi Pendanaan sumber daya di bawah Dana Pembagian-keuntungan tidak di bawah kontrol langsung Badan Pengatur itu. 322. Dalam rangka meminta partisipasi seluas-luasnya dan mendukung pelaksanaannya, RTG Kedua harus dilaporkan kepada badan-badan utama internasional, regional dan nasional dan forum yang berhubungan dengan pangan dan pertanian dan keanekaragaman hayati termasuk, Dewan FAO, Konferensi Para Pihak KKH, Komisi Pembangunan Berkelanjutan, dan badan pengatur dari Program Lingkungan Hidup PBB, Global Environment Facility, the United Nations Development Programme, the International Fund for Agricultural Development, Bank Dunia, the Common Fund for Commodities, Regional Development Bank, CGIAR, dan Trust, dan konstituen anggota mereka harus diundang untuk mempromosikan dan mengambil bagian, yang sesuai, dalam pelaksanaan RTG Kedua.
6
Tiga bidang prioritas saat ini adalah: 1. Pertukaran informasi, transfer teknologi dan pembangunan kapasitas (mencerminkan kegiatan prioritas 15 dan 19 dari RTG, kira-kira sesuai dengan kegiatan prioritas 13 dan 17 dari RTG Kedua); 2. Mengelola dan menkonservasi sumber daya genetik tanaman secara lekat-lahan (mencerminkan kegiatan prioritas 2 dari RTG, kira-kira sesuai dengan kegiatan prioritas 2 dari RTG Kedua); dan 3. Pemanfaatan sumber daya genetik tanaman secara berkelanjutan (mencerminkan kegiatan prioritas 9, 10, dan 11 dari RTG, kira-kira sesuai dengan kegiatan prioritas 8, 9 dan 10 dari RTG Kedua). 6
Tujuan dari Trust adalah untuk menjamin konservasi jangka panjang dan ketersediaan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian dengan tujuan mencapai ketahanan pangan global dan keberlanjutan pertanian. Trust, sejalan dengan Konstitusi harus terutama tanpa merugikan secara umum dari ketentuan sebelumnya, (a) berusaha keras menjaga koleksi yang unik dan berharga dari sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang dikelola secara ex situ, dengan prioritas diberikan kepada sumber daya genetik tanaman yang termasuk dalam Lampiran I Perjanjian Internasional atau merujuk pada Pasal 15.1(b) Traktat Internasional; (b) mempromosikan efisiensi berorientasi tujuan, efisien secara ekonomi dan keberlanjutan sistem global konservasi ex situ sejalan dengan Traktat Internasional dan Rancang Tindak Global untuk Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian; (c) mempromosikan regenerasi, karakterisasi, dokumentasi dan evaluasi sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, dan pertukaran informasi yang terkait; (d) mempromosikan ketersediaan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian; (e) mempromosikan pembangunan kapasitas nasional dan regional, termasuk pelatihan personel kunci, yang terkait dengan hal-hal di atas.
Daftar akronim dan singkatan
KKH
Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity/CBD)
CGIAR
Consultative Group on International Agricultural Research
KLT
Kerabat Liar Tanaman (Crop Wild Relatives/CWR)
EURISCO
European Internet Search Catalogue
FAO
Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization of the United Nations)
GCP
Generation Challenge Programme
GIPB
Global Partnership Initiative for Plant Breeding Capacity Building
SIG
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS)
RTG
Rancang Tindak Global (Global Plan of Action/GPA)
GPS
Global Positioning System
GRIN
Germplasm Resources Information Network
TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technologies/ICT)
HAKI
Hak Atas Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights/IPR)
Sistem Multilateral
Sistem Multilateral untuk Akses dan Pembagian Keuntungan (Multilateral System of Access and Benefit Sharing/Multilateral System)
MYPOW
Multi-Year Programme of Work of the Commission
NARS
National Agricultural Research System
MBIN
Mekanisme Berbagi Informasi Nasional dalam Implementasi RTG (National Information Sharing Mechanism on GPA implementation/NISM)
SDGTPP
Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Plant Genetic Resources for Food and Agriculture/PGRFA)
Second Report
Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture
Komisi
Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian (the Commission on Genetic Resources for Food and Agriculture/the Commission)
Traktat Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Internasional Pertanian (the International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture/the International Treaty)
Trust
the Global Crop Diversity Trust
WIEWS
World Information and Early Warning System on PGRFA
MBID
Mekanisme Berbagi Informasi Dunia pada Pelaksanaan RTG (World Information Sharing Mechanism on GPA Implementation/WISM)
Rancang Tindak Global (RTG) Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan dan Pertanian diadopsi oleh Dewan FAO pada Sidang 143 pada tahun 2011. Ini adalah pemutakhiran Rancang Tindak Global untuk Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan Sumber Daya Genetik Tanaman yang diadopsi pada Konferensi Teknis Internasional Keempat tentang Sumber Daya Genetik Tanaman yang diadakan di Leipzig pada tahun 1996. Rancang Tindak Global Kedua membahas tantangan baru, seperti perubahan iklim dan kerawanan pangan, serta peluang baru, termasuk metodologi informasi, komunikasi dan molekuler. Dokumen ini berisi 18 kegiatan prioritas dikelompokkan dalam empat kelompok utama: Konservasi in situ dan pengelolaannya; Konservasi ex situ; Pemanfaatan berkelanjutan; dan Pembangunan kapasitas lembaga dan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Divisi Produksi dan Perlindungan Tanaman Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa Viale delle Terme di Caracalla 00153, Roma, Italia Fax: + 3906 570 56347 E-mail:
[email protected] Website: http://www.fao.org/agriculture/crops/agp-home/en
TIM PENTERJEMAH Sutrisno Andari Risliawati Lina Herlina Nurwita Dewi Try Zulchi Prasetiyo Hariyadi Higa Afza Evy Juliantini