RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KONSERVASI TUMBUHAN OBAT HUTAN TROPIKA BERBASIS WEB
PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2013 Prakoso Bayu Adi Widyanto NIM E34070108
ABSTRAK PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO. Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web. Dibimbing oleh ERVIZAL A. M. ZUHUD dan LILIK BUDI PRASETYO. Tumbuhan obat merupakan potensi kekayaan alam luar biasa bagi Indonesia dengan tidak kurang dari 2039 spesies yang berasal dari hutan Indonesia. Di sisi lain, pemanfaatan tumbuhan obat mengalami tantangan yang besar berupa degradasi baik pada aspek spesies tumbuhan obat maupun pada aspek pengetahuan dan kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi sistem informasi berbasis web, menganalisis tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat, serta mendapatkan respon dari adanya sistem informasi yang dibangun. Pembangunan sistem meliputi perencanaan, analisis, desain, implementasi termasuk didalamnya uji coba dan survei pada masyarakat, dan perawatan sistem. Aplikasi sistem informasi yang berisi data tumbuhan obat berhasil dibangun dan diimplementasikan pada masyarakat. Berdasarkan survei saat implementasi, sistem informasi yang dibangun memberikan pengaruh kenaikan tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat. Kata kunci: sistem informasi, tumbuhan obat, web
ABSTRACT PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO. Development of Web-Based Information System of Concervation of Forest Tropical Medical Plant. Uder Supervision of ERVIZAL A. M. ZUHUD and LILIK BUDI PRASETYO. Medicinal plants are tremendous natural richness in Indonesia with at least 2039 species from Indonesian forest. On the other hand, the use of medicinal plants experiencing great challenges such as degradation of either in medicinal plant species or in indigenous knowledge aspects in the use of medicinal plants. The purpose of this study was to produce a web-based information system applications, analyzing the level of people's interest in medicinal plants, and the response of the information system. System development includes planning, analysis, design, implementation and testing including a survey on the public, and system maintenance. Information system that contains data of medicinal plants was successfully built and implemented on the community. Based on the current survey implementation, information system gives effect to the increase in the level of public interest in medicinal plants. Keywords: information system, medicinal plant, web.
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KONSERVASI TUMBUHAN OBAT HUTAN TROPIKA BERBASIS WEB
PRAKOSO BAYU ADI WIDYANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web Nama : Prakoso Bayu Adi Widyanto NIM : E34070108
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS Pembimbing I
Prof Dr Ir Lilik B. Prasetyo, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 ini adalah Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Bapak Prof. Dr. Ir. Lilik B. Prasetyo, M.Sc selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dan menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si yang selaku pembimbing akademik selama penulis menuntut ilmu di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Terima kasih juga penulis sampaikan pada staf pegawai Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Bapak Basuki, Bapak Santa, dan Ibu Minah. Tak lupa ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, istri, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013 Prakoso Bayu Adi Widyanto
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat Basisdata Sistem Informasi Web dan Internet Pemrograman Web METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Jenis Data Metode Pembangunan Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Analisis Sistem Desain Sistem Implementasi Sistem Perawatan Sistem SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii vii 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 5 5 5 5 5 6 6 6 8 16 24 26 26 26 26 29
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Siklus pengembangan hidup sistem Skema basisdata yang digunakan pada sistem informasi ini Tampilan halaman awal Tampilan halaman/modul “Data Tanaman” Tampilan tautan “Data” Tampilan tautan “Khasiat” Tampilan tautan “Lihat Ramuan” Tampilan modul “Data Penyakit” Halaman daftar ramuan (contoh pada penyakit batuk) Tampilan modul “Pencarian” dan contoh hasil pencarian Tampilan halaman login untuk administator sistem informasi Contoh halaman administrasi untuk menambah data Grafik tingkat ketertarikan responden terhadap tumbuhan obat Sumber pengetahuan tentang tumbuhan obat Persentase tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah spesies tumbuhan obat Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah spesies tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi Persentase tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah khasiat tumbuhan obat Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah khasiat tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi Persentase tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah ramuan tumbuhan obat Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah ramuan tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi Persentase penilaian responden terhadap tampilan web Persentase penilaian responden terhadap ketersediaan informasi pada web sistem informasi Persentase penilaian responden terhadap kemudahan akses web sistem informasi
5 9 10 11 11 12 12 13 13 14 15 15 17 18 18 19 19 20 21 21 22 23 23
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Daftar jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai contoh data Kuisioner dalam implementasi sistem informasi
31 36
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuhan obat merupakan salah satu sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dengan potensi sangat besar untuk dikembangkan. Hasil pendataan yang dilakukan oleh Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB, berdasarkan berbagai penelitian dan literatur, sampai dengan tahun 2001 terdapat tidak kurang dari 2039 spesies tumbuhan berkhasiat obat yang berasal dari hutan Indonesia (Zuhud 2009). Saat ini, lebih dari sepuluh tahun berselang, sangat mungkin jumlah spesies tumbuhan berkhasiat obat yang ditemukan semakin bertambah banyak. Hutan telah lama menjadi tempat masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk untuk memenuhi kebutuhan akan tumbuhan obat. Umumnya, pemanfaatan tumbuhan obat dari hutan secara langsung dilakukan oleh masyarakat pedalaman atau tradisional. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat tradisional telah diwariskan secara turun temurun sehingga menjadikannya sebagai tradisi dan pengetahuan lokal (Windadri et al. 2006). Keterkaitan antara pengetahuan lokal berbagai etnis tentang pengobatan menggunakan tumbuhan obat yang beraneka ragam inilah yang disebut etnofitomedika yang merupakan bagian dari etnobotani (Pramesthi 2008). Pengetahuan tradisional atau kearifan lokal berbagai etnis yang hidup dan telah menggantungkan hidupnya pada ekosistem hutan merupakan aset yang tidak ternilai harganya bagi pembangunan kesehatan bangsa (Zuhud 2009). Lebih dari 500 lema atau entri dimiliki oleh Indonesia dalam kategori sosial budaya, yang mana bervariasi dalam kategori suku bangsa, sub suku bangsa, dan lain-lainnya, yang salah satunya berisi tentang pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam, termasuk tumbuhan obat (Windadri et al. 2006). Besarnya potensi dalam bidang pengobatan tradisional, baik aspek bahan (tumbuhan obat) maupun pengetahuan tradisional, seharusnya dapat menjadikan Indonesia dapat mandiri dan berdaulat di bidang pembangunan kesehatan. Akan tetapi sangat disayangkan bila melihat fakta bahwa kekayaan yang begitu besar ini belum dimanfaatkan secara optimal dan maksimal. Di sisi lain, pemanfaatan tumbuhan obat mengalami tantangan yang besar berupa degradasi baik pada aspek spesies tumbuhan obat maupun pada aspek pengetahuan dan kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Degradasi ini disebabkan oleh semakin terbukanya arus informasi dan komunikasi, perubahan kondisi ekosistem (baik kualitas maupun kuantitas), dan modernisasi, yang mana ketiga hal tersebut secara kumulatif menyebabkan terjadinya perubahan kultur masyarakat secara perlahan. Pergeseran kultur masyarakat ini menyebabkan kearifan lokal dan pengetahuan lokal masyarakat tradisional, dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat, mulai tersisihkan. Upaya pendokumentasian pengetahuan lokal ini, melalui studi etnobotani dan difokuskan pada etnofitomedika tidak hanya penting bagi konservasi tradisi kultural dan keanekaragaman hayati, tapi juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan komunitas dan pengembangan obat-obatan masa kini dan masa depan (Muthu et al. 2006). Kondisi ini mendorong perlu dilakukannya upaya untuk mencegah punahnya kearifan dan pengetahuan lokal
2 masyarakat tradisional, dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat, akibat perubahan kultur yang terjadi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pembuatan sistem informasi menggunakan teknologi komputer berbasis web. Pengembangan sistem informasi ini memberikan dua manfaat. Pertama, sistem informasi yang dibangun dapat berfungsi sebagai media pendokumentasian tumbuhan obat, pemanfaatan tumbuhan obat, serta etnis yang memanfaatkan tumbuhan obat. Kedua, sistem informasi yang dibangun dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat berbagai kalangan, seperti untuk pencarian informasi jenis tumbuhan obat, jenis tumbuhan obat berdasarkan jenis penyakit, jenis tumbuhan obat berdasarkan etnis, dan cara pemanfaatan tumbuhan obat.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Membangun aplikasi sistem informasi berbasis web yang dapat digunakan sebagai alat pendokumentasian sekaligus menjadi penyedia tumbuhan obat 2. Menganalisis tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat sebelum dan setelah dibangunnya aplikasi sistem informasi berbasis web ini. 3. Mendapatkan respon dari masyarakat mengenai konten aplikasi yang telah dibangun untuk pengembangan lanjutan aplikasi sistem informasi berbasis web ini.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Dapat diwujudkannya suatu aplikasi sistem informasi berbasis web yang dapat yang berfungsi sebagai alat pendokumentasian sekaligus menjadi penyedia informasi tumbuhan obat. 2. Diperolehnya data tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat sebelum dan setelah dibangunnya aplikasi sistem informasi berbasis web ini. 3. Diperolehnya respon dari masyarakat mengenai konten aplikasi yang telah dibangun untuk pengembangan lanjutan aplikasi sistem informasi berbasis web ini.
TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat Zuhud et al. (1994) menyatakan bahwa tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan yang diketahui dan dipercaya memiliki khasiat obat. Sedangkan Rostiana et al. (1992) menyatakan bahwa tumbuhan dengan penggunaan utama
3 sebagai obat-obatan yang sebagian atau seluruh bagian dari tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai obat, bahan, atau ramuan obat-obatan. Zuhud (1994) mengelompokkan tumbuhan obat ke dalam 3 golongan, yaitu tumbuhan obat tradisional, tumbuhan obat modern, dan tumbuhan obat potensial. Tumbuhan obat tradisional adalah spesies tumbuhan yang memang oleh masyarakat telah digunakan sebagai bahan obat tradisional. Tumbuhan obat modern adalah spesies tumbuhan yang telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Adapun tumbuhan obat potensial adalah spesies yang diduga kuat memiliki khasiat obat, namun belum pasti karena belum ada tindakan penelitian ilmiah atasnya serta penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri. Aliadi dan Sangat-Roemantyo (1994) menyatakan bahwa suku-suku bangsa di Indonesia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk pengobatan tradisional, namun antara tiap suku memiliki perbedaan pengetahuan dalam pengobatan tradisional. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat tradisional ini beberapa telah dibuktikan secara ilmiah, namun masih banyak yang belum diteliti dan dipublikasikan secara luas (Windadri et al. 2006). Basis Data Basis data adalah kumpulan dari unsur-unsur data yang digabungkan secara terpadu yang secara logika memiliki keterpautan sama dengan yang lainnya (O’Brien 2005). Basis data menggabungkan rekaman-rekaman elemen-elemen data yang sebelumnya tersimpan dalam ‘wadah’ terpisah ke dalam suatu ‘wadah’ bersama dari sehingga dapat menyediakan informasi bagi berbagai aplikasi. Seperti komponen sistem informasi lainnya, basis data harus membantu sebuah organisasi mencapai tujuannya. “Pendekatan pemrosesan file” dalam pemrosesan data telah digantikan oleh “pendekatan manajemen basis data” sebagai dasar dari metode modern dari pengelolaan data terorganisasi. Pendekatan baru ini menggabungkan rekamanrekaman data yang dahulu berada dalam file-file terpisah ke dalam suatu basis data yang dapat diakses oleh berbagai program aplikasi yang berbeda. Pendekatan manajemen basis data ini dapat terwujud berkat adanya “Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System/DBMS)”. DBMS terdiri dari sekelompok program yang memanipulasi basis data dan menyediakan antarmuka (interface) antara basis data, pengguna basis data, dan program aplikasi lain (Stair dan Reynold 2010). Sistem Informasi Sistem informasi dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan elemen informasi, meliputi cara merancangm mengaktifkan, menangani, memelihara, dan memanfaatkan informasi (Rochim 2002). Selaras dengan pernyataan tersebut, Stairs dan Reynold (2010) menyatakan bahwa sistem informasi merupakan seperangkat unsur atau komponen yang saling terkait yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan, dan menyebarluaskan data dan informasi sehingga memberikan reaksi korektif untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai.
4 Sistem informasi dapat berupa kombinasi yang terorganisasi dari orangorang (people), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jejaring komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarluaskan informasi dalam sebuah keorganisasian (O’Brien 2005). Wahyono (2004) dalam Sanjaya (2006) menyatakan bahwa sistem informasi berbasis komputer adalah suatu sistem yang mengintegrasikan sistem-sistem lain, dalam hal ini sistem manusia-mesin dan sistem komputer, dengan menggunakan komponen-komponen pendukung, seperti komputer (perangkat keras dan perangkat lunak), basis data, dan prosedur-prosedur (algoritma), yang bertujuan untuk menghasilkan suatu informasi yang dapat digunakan untuk membantu mengelola dan memantau kinerja suatu operasi dan/atau manajemen, serta dapat digunakan untuk pendukung pengambilan keputusan. Web dan Internet Keberadaan istilah internet dan web tidak akan terlepas dari istilah WWW. World Wide Web (WWW) sering disalah artikan sebagai internet itu sendiri. Menurut Godbole dan Kahate (2002), tidak sedikit orang yang bingung dan salah mengartikan bahwa WWW adalah internet itu sendiri. Padahal, WWW tidak lain hanyalah sebuah aplikasi sebagaimana email dan FTP (File Transfer Protocol), yang sama-sama menggunakan Internet untuk komunikasi. Internet pada dasarnya adalah sebuah jaringan yang sangat besar yang menghubungkan jaringan-jaringan komputer. Internet merupakan jaringan virtual (virtual network). Istilah virtual ini muncul untuk menggambarkan bahwa sebetulnya ini adalah jaringan dari sejumlah jaringan yang satu sama lain mungkin memiliki perbedaan karakteristik perangkat keras dan perangkat lunaknya, dan belum dapat bekerja secara lancar satu dengan yang lainnya (Godbole dan Kahate 2002). Pemrograman Web Sebuah halaman web secara sederhana dibangun oleh sebuah file komputer dengan tipe tertentu yang ditulis dengan sebuah ‘bahasa’ yang dirancang secara istimewa yang dinamakan Hyper Text Markup Language (HTML). Setiap halaman web dapat memiliki teks, gambar, suara, video dan bahkan animasi yang ditujukan agar orang-orang dapat melihat atau mendengarkannya. HTML merupakan bahasa dasar yang hampir selalu digunakan dalam membangun sebuah web. Awalnya web hanya dibangun menggunakan bahasa HTML. Akan tetapi, dalam perkembangannya, muncul bahasa-bahasa baru untuk pemrograman web yang menjadikan sebuah web menjadi lebih dinamis dalam menyajikan informasi. Salah satu dari bahasa pemograman web yang paling terkenal dan paling banyak digunakan adalah PHP.
5
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB. Penelitian dilaksanakan mulai Oktober 2011 hingga Desember 2011. Alat dan Bahan Alat : 1. Laptop/Notebook atau Personal Computer. 2. Perangkat lunak berupa: XAMPP, Notepad++, Adobe Photoshop CS, dan Internet browser seperti Mozilla Firefox, Google Chrome, dan lain-lain. Bahan: 1. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia jilid I-X. 2. Lembar kuisioner. Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia jilid I-X, berupa: Nama tanaman, nama ilmiah, famili tanaman, habitus, bagian berguna dari tanaman, kandungan kimia, sifat kimiawi dan manfaat empiris, gambar tanaman, nama daerah tanaman, etnis, kategori penyakit, nama penyakit, dan ramuan. Data-data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari literatur. Metode Pembangunan Sistem Metode yang digunakan dalam pembangunan Sistem Informasi Tumbuhan Obat Etnis ini menggunakan metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle atau SDLC) dengan pendekatan Waterfall berdasarkan Satzinger et al. (2007) yang meliputi: perencanaan, analisis, desain, implementasi, serta perawatan (Gambar 1). Perencanaan
Analisis
Desain Implementasi Perawatan
Gambar 1 Siklus pengembangan hidup sistem (modifikasi dari Satzinger et al. 2007).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Pemilihan tumbuhan obat sebagai objek pembangunan sistem informasi ini dikarenakan oleh semakin tergerusnya pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat terkait tumbuhan obat. Selain itu, pemilihan ini juga didasarkan pada kerusakan hutan sebagai habitat alami dan sumber plasma nutfah tumbuhan obat sebagai fakta yang tidak bisa disangkal. Di sisi lain, keberadaan tumbuhan obat menjadi salah satu bagian dari tren masyarakat global saat ini memiliki kecenderungan pada gaya hidup back to nature. Tren ini menjadikan tumbuhan obat kini sebagai komoditas baru yang memiliki nilai jual tinggi. Kekeliruan dalam menanggapi tren baru ini justru dapat menyebabkan tumbuhan obat di Indonesia semakin terancam kelestariannya. Termasuk di dalamnya eksploitasi dari alam yang berlebihan tanpa memenuhi kaidah pemanfaatan yang lestari. Alasan-alasan di atas cukup menjadi dasar untuk memberikan perhatian lebih pada tumbuhan obat dan menjadikan tumbuhan obat sebagai objek kajian dalam pembangunan sistem informasi ini. Sistem informasi yang dibangun merupakan sistem informasi berbasis web. Pemilihan teknologi web sebagai dasar dalam membangun sistem informasi ini dikarenakan cakupan penggunaan sistem informasi ini akan lebih luas. Dalam membangun sistem informasi ini, diperlukan sumberdaya-sumberdaya yang memungkinkan pembangunan sistem informasi ini dapat direalisasikan. Sumberdaya-sumberdaya yang dimaksud yaitu: a. Data. Sistem informasi ini dibangun menggunakan basis data (database) sebagai sumber utama penyediaan informasi yang akan ditampilkan kepada pengguna. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan data mutlak diperlukan untuk membangun sistem informasi ini. b. Waktu, tenaga dan pikiran. Guna memberikan hasil yang optimal, pembangunan sistem informasi ini dilakukan dengan perencanaan dan perancangan matang. Pembangunan sistem informasi ini memerlukan alokasi waktu, tenaga, dan pikiran untuk menyeleksi data, memasukkan data, mengoreksi data, membuat kode program, membuat desain tampilan, dan aktivitas-aktivitas terkait lainnya guna merealisasikan sistem informasi yang optimal. c. Biaya. Biaya menjadi komponen yang tidak kalah penting bagi pembangunan sistem ini. Biaya yang dimaksud terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Keberadaan komponen ini memberikan pengaruh pada kelancaran dalam pembangunan sistem informasi ini. d. Perangkat keras. Keberadaan perangkat keras mutlak diperlukan dalam pembangunan sistem informasi ini.
Analisis Sistem Analisis Teknologi Sistem informasi ini dibangun berbasis teknologi web dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai sistem manajemen basis datanya.
7 Keduanya terintegrasi dalam perangkat lunak XAMPP. XAMPP sendiri adalah suatu paket instalasi perangkat lunak yang berisikan teknologi server Apache, dan disertai beberapa perangkat lunak/bahasa pemrograman/modul pendukung yang biasa digunakan untuk membangun suatu web atau aplikasi berbasis web. XAMPP berisikan antara lain PHP, MySQL, PHPMyAdmin, Perl, dan lain-lain. Pemilihan basis web didasari pada sifat teknologi web yang memiliki keunggulan dalam jangkauan penyebaran informasi. Ditambah lagi dengan adanya program internet masuk desa yang merupakan program pemerintah, jangkauan sistem informasi berbasis web ini dapat semakin tersebar ke penjuru Indonesia. Selain itu keunggulan lain dari penggunaan teknologi web adalah kapasitas daya tampung data yang besar. Dibanding pengumpulan data menggunakan buku, penggunaan teknologi web jauh lebih efisien karena data disimpan dalam bentuk file-file digital di harddisk server. Masih terdapat keunggulan-keunggulan lain penggunaan teknologi web yang tidak memungkinkan untuk disebutkan secara detail. Analisis Informasi Data yang digunakan sebagai sumber informasi dalam sistem informasi ini berasal dari Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia jilid I-XI. Informasi tambahan diambil dari buku-buku serupa, jurnal ilmiah, maupun situs-situs dari lembaga terkait. Informasi yang digunakan untuk membangun sistem informasi ini yaitu: a. Informasi data tumbuhan. Informasi data tumbuhan yang dimaksud yaitu nama tumbuhan, nama ilmiah tumbuhan, famili tumbuhan, habitus, bagian yang digunakan, deskripsi fisik tumbuhan, informasi singkat budidaya tumbuhan, kandungan kimiawi, sifat dan rasa, serta gambar tumbuhan. b. Informasi etnis. Informasi etnis yang dimaksud yaitu nama lokal/daerah dari tumbuhan, etnis, dan daerah (provinsi dan/atau pulau). c. Informasi penyakit dan ramuan. Informasi penyakit dan ramuan yang dimaksud yaitu kategori penyakit, nama penyakit, dan ramuan (bahan dan cara meracik serta penggunaannya). Analisis Pengguna Pengguna yang menjadi sasaran dari sistem informasi ini adalah masyarakat secara umum yang dapat menggunakan komputer, internet dan terhubung dengan jaringan internet. Sistem informasi juga dapat digunakan oleh pelajar/mahasiswa dan pendidik sebagai media belajar, terapis atau tenaga kesehatan, pakar, dan profesi lainnya untuk kebutuhan masing-masing. Adapun alasan pemilihan masyarakat umum, tanpa dikhususkan profesi tertentu, sebagai pengguna adalah untuk mengukur sejauh mana sistem informasi berbasis web ini dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat, tanpa membatasi tingkat ekonomi, pendidikan, maupun profesinya. Analisis Biaya dan Resiko Pembangunan sistem informasi berbasis web ini membutuhkan biaya. Terdapat 3 komponen biaya utama yang dibutuhkan untuk pembangunan sistem informasi ini, antara lain untuk penelusuran data, pembelian nama domain web, dan sewa space hosting. Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan sistem
8 informasi ini relatif murah. Bila mengesampingkan adanya kebutuhan dana untuk penelusuran data, maka kebutuhan dana yang pasti dibutuhkan adalah untuk pembelian nama domain web dan sewa server hosting. Dana yang dibutuhkan untuk pembelian nama domain web maupun sewa server hosting cukup bervariatif tergantung harga yang ditetapkan penyedia layanan. Harga sebuah domain web bervariasi berkisar antara Rp 50.000 sampai Rp 120.000 pertahunnya. Begitu juga dengan biaya sewa server hosting yang jauh lebih variatif tergantung kapasitas, jenis perangkat keras yang digunakan, dan masih banyak variabel lainnya. Dalam pembangunan sistem informasi berbasis web ini, penulis mengeluarkan biaya Rp 90.000 untuk biaya nama domain selama setahun dan Rp 100.000 untuk biaya sewa server hosting selama setahun. Pemilihan teknologi web tentunya memiliki resiko tersendiri, terutama aspek keamanan sistem. Begitu juga dengan sistem informasi berbasis web ini, faktor keamanan merupakan resiko yang harus diperhitungkan dalam pembangunan dan pengembangan sistem informasi ini. Masalah keamanan web merupakan masalah penting karena akan terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi web. Beberapa bentuk perusakan yang kerap muncul dalam masalah keamanan web antara lain perusakan tampilan web, perusakan sistem navigasi, dan pada tingkat yang lebih parah dapat berupa pencurian data disertai perusakan sistem web secara keseluruhan (Newman 2002).
Desain Sistem Desain Basis Data Desain basis data merupakan rancangan basisdata untuk menyimpan hasil masukkan data (termasuk modifikasinya) dan untuk keperluan manajemen data yang tersimpan dalam bentuk tabel dan memiliki relasi antar tabel. Sidik (2005) menyatakan bahwa perancangan suatu basis data dipengaruhi oleh kejelian dalam menganalisis sistem yang ingin dihasilkan dan hasil perancangan tersebut akan memberikan pengaruh yang signifikan pada sistem yang dihasilkan. Sebagai contoh sistem informasi berbasis web ini dibangun untuk bisa menampilkan informasi mengenai tumbuhan obat dan kegunaannya. Oleh karena itu basis data yang dibangun dalam sistem informasi ini harus dapat menampung informasiinformasi terkait yang sekiranya sesuai dengan tujuan umum sistem informasi ini. Basis data yang dibangun untuk sistem informasi berbasis web ini terdiri dari sepuluh tabel. Kesepuluh tabel tersebut yaitu user, modul, hubungi, tb_daerah, tb_etnis, tb_tanaman, tb_penyakit, tb_katpenyakit, tb_namadaerah, dan tb_ramuan. Masing-masing tabel tersebut terdiri dari beberapa field atau kolom yang dapat menampung dan menyimpan data yang dimasukkan. Tidak semua tabel dalam basis data ini memiliki relasi satu sama lainnya. Skema basis data pada sistem informasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.
9
Gambar 2 Skema basis data yang digunakan pada sistem informasi ini. Desain Antarmuka Desain antarmuka merupakan salah satu bagian penting dari suatu sistem informasi. Melalui desain antarmuka inilah pengguna dapat mengetahui lokasilokasi informasi yang ingin mereka ketahui. Dalam sistem informasi ini, desain antarmuka dibagi menjadi dua tampilan, yakni tampilan antarmuka untuk pengguna dan tampilan antarmuka untuk administrator sistem informasi. Tampilan antarmuka, baik untuk pengguna maupun administrator, dibuat semenarik mungkin untuk mempermudah penggunaan aplikasi sistem informasi ini. Bagi pengguna, tampilan antarmuka yang menarik akan memudahkan mereka untuk mencari informasi yang dibutuhkan tanpa memerlukan waktu yang lama. Adapun bagi administrator, tampilan antarmuka yang menarik akan memudahkannya untuk melalukan penambahan dan penghapusan serta pembaruan data. Kemudahan tersebut akan menambah efisiensi kerja administrator sistem informasi tersebut.
10
Gambar 3 Tampilan halaman awal.
Tampilan halaman awal atau halaman index pengguna dirancang dalam bentuk tabel yang terdiri dari bagian header, bagian kiri, bagian kanan, dan bagian footer (Gambar 3). Bagian header memuat gambar tampilan atas yang berisikan nama sistem informasi dan keterangan lainnya. Bagian kiri berisikan navigasi sistem informasi dan banner link yang akan menghubungkan pengguna ke suatu alamat web ketika pengguna menekan banner tersebut menggunakan kursor. Navigasi yang ditampilkan di bagian kiri berbentuk teks tautan yang akan mengarahkan pengunjung ke halaman lain dalam sistem informasi ini. Terdapat 3 tautan pada bagian kiri (navigasi) yaitu Home, Tentang Situs, dan Hubungi Kami. Bagian kanan dibagi menjadi 3 sub bagian, yaitu welcome message, navigasi modul, dan statistik sistem informasi. Bagian kanan menjadi tempat ditampilkannya informasi-informasi, baik informasi ketika pengunjung menekan teks tautan navigasi di bagian kiri maupun ketika pengunjung menekan tombol navigasi modul. Terdapat 4 modul utama yang ditampilkan di halaman depan sistem informasi ini, yaitu Data Tanaman, Data Penyakit, Pencarian, dan Kategori Penyakit. Modul “Data Tanaman” berisikan daftar spesies tumbuhan yang terdapat dalam basisdata sistem informasi ini. Total 181 spesies tumbuhan
11 terdapat dalam basisdata sistem informasi ini. Spesies-spesies yang dimuat dalam sistem informasi berbasis web ini dipilih secara sembarang dengan sumber data berasal dari Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-X. Tidak ada pertimbangan khusus untuk menentukan kriteria spesies yang akan digunakan sebagai data sampel dalam sistem informasi ini. Tampilan modul “Data Tanaman” dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Tampilan halaman/modul “Data Tanaman”.
Tautan “data” akan mengarahkan pengguna pada halaman yang berisikan deskripsi tumbuhan. Informasi deskripsi tumbuhan yang akan ditampilkan pada pengguna adalah gambar tumbuhan, nama tumbuhan, nama daerah tumbuhan dari berbagai etnis, nama ilmiah, famili, habitus, bagian berguna, deskripsi botani, budidaya, kandungan kimia, dan sifat kimiawi.(Gambar 5)
Gambar 5 Tampilan tautan “data”.
12 Tautan “khasiat” akan mengarahkan pengunjung ke halaman lain yang memuat daftar khasiat tumbuhan tersebut. Daftar khasiat ini tersusun dalam tabel yang berisikan nama penyakit yang dapat ditangani dengan tumbuhan tersebut dan tautan yang berisikan ramuannya. (Gambar 6)
Gambar 6 Tampilan tautan “khasiat”. Tautan “Lihat Ramuan” akan mengarahkan pengguna ke halaman lain yang berisikan ramuan spesifik untuk menangani/mengobati penyakit dan salah satu bahan ramuannya adalah spesies tersebut. Ramuan ditampilkan dalam bentuk teks paragraf yang berisikan bahan-bahan yang dibutuhkan, takaran, cara pengolahan bahan menjadi ramuan, serta cara pemakaian ramuan tersebut. (Gambar 7)
Gambar 7 Tampilan tautan “Lihat Ramuan”. Modul kedua yang ditampilkan di halaman depan adalah modul “Data Penyakit”. Modul ini merupakan halaman yang berisikan daftar yang berisikan nama penyakit, kategori penyakitnya, dan sebuah tautan. Daftar ini disusun dalam bentuk tabel yang diurutkan berdasarkan nama penyakit. Jumlah nama penyakit yang tersimpan dalam basisdata sistem informasi ini adalah 494 penyakit. Jumlah sebanyak itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain perbedaan penyebutan untuk penyakit yang sama atau mirip. Selain itu juga terdapat beberapa penyakit yang memiliki variasi gejala sehingga dimasukkan dan dianggap sebagai satu jenis penyakit tertentu. Sebagai contoh pada penyakit batuk, penyakit ini memiliki beberapa variasi gejala yang dapat dianggap sebagai penyakit yang berbeda, seperti batuk berdahak, batuk dan muntah darah, batuk darah, batuk disertai sesak,
13 batuk lendir dan darah, dan lain-lain. Begitu juga halnya pada beberapa jenis penyakit lain. (Gambar 8)
Gambar 8 Tampilan modul “Data Penyakit”. Tautan “Lihat Daftar Ramuan” yang terdapat pada modul ini akan mengarahkan pengguna pada halaman lain yang berisi daftar ramuan untuk penyakit tertentu. Suatu penyakit yang terdata di sistem informasi ini memiliki kemungkinan untuk mempunyai lebih dari satu ramuan. Sebagai contoh ketika pengguna menekan tautan yang terdapat pada baris penyakit batuk. Pengguna akan diarahkan pada halaman yang berisikan daftar ramuan yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit batuk. Penyakit batuk, dalam sistem informasi ini, memiliki 22 ramuan (Gambar 9). Ketersediaan ramuan yang banyak akan memudahkan pengguna untuk mencari ramuan yang paling memungkinkan digunakan, baik atas pertimbangan ketersediaan bahan, kemudahan pembuatan ramuan, maupun pertimbangan lainnya.
Gambar 9 Halaman daftar ramuan (contoh pada penyakit batuk).
14 Modul selanjutnya yang ditampilkan di halaman depan sistem informasi ini adalah modul “Kategori Penyakit”. Modul ini berisikan daftar kategori penyakit dan tautan yang akan mengarahkan pengguna pada halaman lain yang berisikan daftar penyakit. Ada kemiripan pada halaman ini dan modul “Data Penyakit” yaitu sama-sama memperlihatkan daftar penyakit. Perbedaannya adalah halaman ini berisi daftar penyakit yang berada dalam satu kategori penyakit yang sama, misal penyakit pernafasan. Adapun daftar penyakit yang ditampilkan pada modul “Data Penyakit” merupakan daftar seluruh penyakit yang terdata dalam sistem informasi ini, tidak spesifik berdasarkan salah satu kategori. Modul “Pencarian” merupakan modul lain yang juga ditampilkan pada halaman depan sistem informasi ini. Modul ini berfungsi untuk membantu pengguna mencari informasi yang lebih spesifik ingin diketahui. Tampilan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Tampilan modul “Pencarian” (atas) dan contoh hasil pencarian (bawah). Modul “Pencarian” ini dibagi menjadi 3 jenis pencarian, yaitu pencarian pada data tanaman yang didasarkan nama lokal (nama tanaman) atau nama ilmiah, pencarian didasarkan pada nama daerah, dan yang terakhir adalah pencarian berdasarkan nama penyakit (mencari ramuan). Selanjutnya pengguna akan diarahkan pada hasil pencarian. Hasil pencarian untuk pencarian berdasarkan nama tanaman, nama ilmiah, atau nama daerah, berupa halaman daftar tanaman seperti halnya pada modul “Data Tanaman”. Perbedaannya adalah halaman ini berisi daftar yang spesifik mengandung kata kunci yang dimasukkan dalam modul pencarian. Begitu juga halnya dengan pencarian berdasarkan nama penyakit. Pengguna akan diarahkan pada halaman yang berisikan daftar penyakit yang mengandung kata kunci yang dimasukkan dalam modul pencarian. Tampilan antarmuka administrator merupakan area tempat administrator sistem informasi untuk menambah, menghapus, dan merubah data yang terdapat
15 dalam basisdata sistem informasi. Melalui tampilan antarmuka ini, administrator tidak perlu melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan mengakses basisdata secara langsung. Akses basisdata secara langsung sangat berbahaya dan rawan bila dilakukan dalam kondisi online karena dapat menjadi celah untuk terjadinya serangan terhadap sistem informasi berbasis web.
Gambar 11 Tampilan halaman login untuk administator sistem informasi. Sebelum memasuki bagian tampilan antarmuka administator, administrator akan dihadapkan pada halaman login seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Administrator harus memasukkan username dan password yang dimilikinya dengan benar. Bila terjadi kesalahan, maka administrator tidak dapat memasuki area admin. Administrator dapat melakukan penambahan, pengubahan, maupun penghapusan data-data melalui halaman administrasi ini. Masing-masing data seperti data tumbuhan, penyakit, ramuan, dan nama daerah, terpisah pada modulmodul administrasi masing-masing. Pemisahan ini berguna untuk memudahkan administrator sistem informasi dalam mengelola data/informasi yang seharusnya ditampilkan atau tidak. Contoh halaman untuk melakukan penambahan data dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Contoh halaman administrasi untuk menambah data.
16 Implementasi Sistem Tingkat kepuasan pengguna merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sistem informasi ini. Gambaran tingkat kepuasan pengguna diperoleh dengan survei sederhana yang melibatkan 34 orang responden dari berbagai profesi. Pengambilan data survei dilakukan secara online dan offline dengan proporsi 20 orang (59%) secara online dan 14 orang (41%) secara offline. Ragam profesi yang didapat selama survei adalah 7 jenis profesi (tabel 1), yaitu mahasiswa (9 orang), karyawan (8 orang), wiraswasta (5 orang), ibu rumah tangga (6 orang), guru (2 orang), serta pelajar (3 orang) dan tidak bekerja (1 orang). Tabel 1 Profesi responden Profesi Mahasiswa Karyawan Wiraswasta Ibu rumah tangga Guru Pelajar Tidak bekerja
Jumlah (orang) 9 8 5 6 2 3 1
Pengambilan data survei melalui pengisian kuisioner dilakukan sebanyak dua kali, diselingi dengan review terhadap web sistem informasi tumbuhan obat. Survei pertama dilakukan untuk mengetahui tingkat persepsi dan pengetahuan dasar masyarakat mengenai tumbuhan obat. Adapun survei kedua adalah untuk mengetahui tingkat pengaruh keberadaan web sistem informasi tumbuhan obat yang telah dirancang-bangun terhadap persepsi dan pengetahuan masyarakat secara instan. Pengambilan data secara online, mulai mengisi kuisioner awal, melakukan review terhadap web, dan mengisi kuisioner akhir, membutuhkan waktu rata-rata 17,83 menit dalam rentang waktu 2 – 55 menit. Pengambilan data secara online dilakukan dengan menyebarkan undangan pengisian survei secara acak kepada masyarakat untuk mengisi kuisioner online dan melakukan review terhadap isi web. Peran jejaring sosial sangat dominan dalam penyebaran undangan ini. Penyebaran undangan dilakukan menggunakan media Facebook yang merupakan salah satu situs jejaring sosial terbesar. Jejaring sosial menjadi alat yang efektif untuk mendapatkan responden yang beragam, baik dari segi usia, jenis kelamin, maupun pekerjaan/profesi. Pengambilan data secara offline membutuhkan waktu rata-rata 45 menit. Perbedaan waktu ini dikarenakan pada saat pengambilan data secara offline, responden dibimbing mulai pengisian survei awal, review terhadap isi web, sampai pengisian survei akhir/kedua. Berbeda dengan pengambilan data secara online, responden melakukan pengisian survei awal, review terhadap isi web, dan pengisian survei akhir tanpa ada pembimbingan. Dapat dilihat perbedaan signifikat bahwa proses pembimbingan, terutama saat review isi web, memberikan pengaruh terhadap waktu kunjungan responden terhadap keseluruhan isi web.
17 Tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat dapat dilihat dalam Gambar 13. Berdasarkan survei awal, dari 3 opsi jawaban yang diberikan mengenai ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat, yaitu: tidak tertarik (tidak berminat untuk mengetahui/tidak peduli), cukup tertarik (sekedar untuk mengetahui informasi-informasi yang bersifat umum), sangat tertarik (berminat untuk mengetahui lebih lanjut informasi-informasi yang lebih mendalam), sebanyak 20 orang (58,82%) menyatakan cukup tertarik, 14 orang (41,18%) menyatakan sangat tertarik, dan tidak seorangpun responden menyatakan tidak tertarik. Setelah responden melakukan review terhadap isi terdapat perubahan komposisi tingkat ketertarikan terhadap tumbuhan obat. Hasil kuisioner akhir mengenai tingkat ketertarikan terhadap tumbuhan obat, diketahui bahwa sebanyak 18 orang (52,94%) menyatakan cukup tertarik dan 16 orang (47,06%) menyatakan sangat tertarik. Berdasarkan data ini, terlihat ada perubahan tingkat ketertarikan dari awalnya cukup tertarik menjadi sangat tertarik. Perubahan ini mengindikasikan sistem informasi berbasis web ini memberikan pengaruh pada responden yang awalnya hanya tertarik untuk mengetahui informasi yang bersifat umum tentang tumbuhan obat, menjadi memiliki keinginan untuk mengetahui informasi lebih mendalam mengenai tumbuhan obat. 70% 58,82%
60%
52,94% 47,06%
50% 41,18%
40%
Tidak Tertarik Cukup Tertarik
30%
Sangat Tertarik
20% 10% 0%
0%
Survei Awal
Survei Akhir
0%
Gambar 13 Grafik tingkat ketertarikan responden terhadap tumbuhan obat. Aspek sumber pengetahuan tentang tumbuhan obat dalam survei ini responden diberikan 4 opsi pilihan, yaitu buku, orang lain (guru, orang tua, kerabat, dll), internet, dan sumber lain (Gambar 14). Melalui survei tersebut diperoleh hasil bahwa opsi yang menjadi rujukan terbanyak sebagai sumber pengetahuan tentang tumbuhan obat adalah orang lain (guru, orang tua, kerabat, dll) sebanyak 18 orang (52,94%). Sisanya sebanyak 11 orang (32,35%) memilih internet dan 5 orang (14,71%) memilih buku sebagai sumber pengetahuan mengenai tumbuhan obat.
18 60,00%
52,94%
50,00% 40,00%
Buku
32,35%
30,00%
Orang lain 14,71%
20,00% 10,00%
Internet 0%
Sumber lain
0,00% Sumber Pengetahuan
Gambar 14 Sumber pengetahuan tentang tumbuhan obat. Data di atas menunjukkan bahwa tradisi untuk mewariskan pengetahuan dan kearifan lokal secara lisan pada masyarakat saat ini sebenarnya masih merupakan cara yang ampuh untuk mempertahankan pengetahuan dan kearifan lokal tersebut. Hal menarik lain yang dapat diperoleh dari data di atas adalah keberadaan internet sebagai sumber informasi yang mampu menggeser fungsi buku. Sifat internet yang dapat menampung informasi lebih banyak menjadi salah satu alasan kuat internet menggeser fungsi buku sebagai sumber pengetahuan pilihan pilihan responden. Didukung semakin berkembangnya teknologi digital yang memungkinkan mendokumentasikan buku ke dalam bentuk data digital semakin memperkaya kumpulan data dan informasi di dalam internet. Selain alasan-alasan tersebut, masih banyak lagi faktor yang menjadikan internet sebagai preferensi rujukan pengetahuan oleh masyarakat menggeser buku. Tingkat pengetahuan mengenai spesies tumbuhan obat, berdasarkan survei awal (Gambar 15) dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sebanyak 17 orang (50%) mengetahui sedikit spesies tumbuhan obat (1-10 spesies). Sedangkan 11 orang responden (32,35%) mengetahui cukup banyak (11-25 spesies), dan sisanya sebanyak 6 orang (17,65%) mengetahui banyak (>25 spesies). Banyak (> 25 Spesies); 17,65%
Cukup Banyak (1125 spesies); 32,35%
Sedikit (1-10 spesies); 50,00%
Gambar 15 Persentase tingkat pengetahuan awal awal responden mengenai jumlah spesies tumbuhan obat. Survei kedua dilakukan setelah reponden melakukan review terhadap isi web sistem informasi. Survei kedua dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan terhadap tingkat pengetahuan jumlah spesies tumbuhan obat. Berdasarkan survei kedua, didapatkan hasil bahwa sebanyak 9 orang (26,47%)
19 menyatakan tidak ada peningkatan pengetahuan jumlah spesies tumbuhan obat setelah melakukan review terhadap isi web sistem informasi tumbuhan obat. Sebanyak 12 orang (35,29%) menyatakan mendapatkan peningkatan pengetahuan sedikit (1-5 spesies). Jumlah terbesar responden sebanyak sebanyak 11 orang (32,35%) menyatakan mendapat peningkatan pengetahuan cukup banyak (6-15 spesies). Adapun sisa sebanyak 2 orang responden (5,88%) menyatakan mendapat peningkatan pengetahuan banyak (> 15 spesies) (Gambar 16). Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bahwa penggunaan sistem informasi berbasis web ini memberikan peningkatan pengetahuan mengenai spesies tumbuhan obat kepada mayoritas responden sebanyak 25 orang (73,53%). Rosmiati (2010) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang spesies tumbuhan obat berpengaruh pada tingkat pemanfaatan tumbuhan obat di masyarakat. Semakin banyak pengetahuan masyarakat akan spesies tumbuhan obat memberikan peluang lebih besar pada pemanfaatan tumbuhan obat di tengahtengah masyarakat. Cukup Banyak (6-15 spesies); 32,35%
Tidak ada; 26,47% Sedikit (1-5 spesies); 35,29%
Banyak (> 15 Spesies); 5,88%
Gambar 16 Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah spesies tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi. Aspek selanjutnya yang diperoleh dari survei adalah peningkatan pengetahuan mengenai jumlah khasiat tumbuhan obat. Melalui survei awal dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 23 orang (67,65%) mengetahui sedikit khasiat tumbuhan obat (1-10 khasiat). Sebanyak 9 orang responden (26,47%) memiliki tingkat pengetahuan pengetahuan khasiat tumbuhan obat cukup banyak (1125 khasiat) dan 2 orang responden (5,88%) memiliki tingkat pengetahuan khasiat tumbuhan obat banyak (> 25 khasiat) (Gambar 17). Cukup Banyak (1125 spesies); 26,47% Banyak (> 25 Spesies); 5,88%
Sedikit (110 spesies); 67,65%
Gambar 17 Persentase tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah khasiat tumbuhan obat.
20 Berdasarkan pelaksanaan survei kedua didapati hasil bahwa 11 orang responden (32,35%) menyatakan tidak ada peningkatan pengetahuan jumlah khasiat tumbuhan obat (Gambar 18). Sebanyak 18 orang (52,94%) menyatakan mendapatkan peningkatan pengetahuan jumlah khasiat tumbuhan obat sedikit (1-5 khasiat). Sebanyak 3 orang (8,82%) menyatakan mendapatkan peningkatan pengetahuan jumlah khasiat tumbuhan obat cukup banyak (6-15 khasiat). Adapun sisanya sebanyak 2 orang (5,88%) mengaku mendapatkan peningkatan pengetahuan jumlah khasiat tumbuhan obat banyak (> 15 khasiat). Tingkat pengetahuan mengenai khasiat tumbuhan obat tidak seperti halnya dengan tingkat pengetahun mengenai spesies tumbuhan tumbuhan obat. Khasiat tumbuhan obat bisa begitu bervariasi. Satu spesies tumbuhan obat sangat mungkin untuk memiliki lebih dari satu khasiat. Keengganan masyarakat menggunakan tumbuhan obat dan lebih memilih menggunakan obat-obatan modern diduga disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui khasiat-khasiat penting yang terkandung dalam spesies tumbuhan obat (Rosmiati 2010). Sedikit (15 khasiat); 43,48%
Cukup Banyak (615 khasiat); 8,70%
Tidak ada; 39,13%
Banyak (> 15 khasiat); 8,70%
Gambar 18 Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah khasiat tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi. Aspek selanjutnya adalah tingkat pengetahuan jumlah ramuan tumbuhan obat. Berdasarkan survei awal dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 30 orang (88,24%) memiliki tingkat pengetahuan mengenai ramuan tumbuhan obat sedikit (1-10 -10 ramuan). Sedangkan 2 orang responden (5,88%) memiliki tingkat pengetahuan cukup banyak (11-25 ramuan). Sisanya sebanyak 2 orang (5,88%) memiliki tingkat pengetahuan ramuan tumbuhan obat banyak (> 25 ramuan) (Gambar 19). Berdasarkan data survei awal di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap ramuan tumbuhan obat merupakan suatu pengetahuan unik yang tidak dengan mudah dapat dikuasai oleh banyak orang. Terlebih bila dilihat dari sudut pandang bahwa responden yang diambil bukanlah responden yang berasal atau bertempat tinggal di daerah terpencil. Arus informasi dan komunikasi yang begitu terbuka berperan dalam menggerus tingkat pengetahuan lokal yang ada di masyarakat, tidak terkecuali pengetahuan lokal lokal tentang tumbuhan obat. Selain itu faktor semakin banyaknya obat-obatan modern dan berasal dari luar Indonesia turut menjadi penyebab erosi pengetahuan lokal tumbuhan obat yang berada di masyarakat (Setyowati dan Wardah 2007).
21 Banyak (> 25 Cukup Banyak (11- ramuan); 5,88% 25 ramuan); 5,88%
Sedikit (1-10 ramuan); 88,24%
Gambar 19 Persentase tingkat tingkat pengetahuan awal responden mengenai jumlah ramuan tumbuhan obat. Setelah dilaksanakan survei kedua diperoleh data bahwa sebanyak 10 orang responden (29,41%) menyatakan tidak ada peningkatan pengetahuan mengenai ramuan obat setelah melakukan review terhadap isi web sistem informasi tumbuhan obat. Sebanyak 20 orang responden (58,82%) menyatakan ada peningkatan pengetahuan ramuan tumbuhan obat sedikit (1-5 ramuan). Sedangkan 2 orang (5,88%) menyatakan ada peningkatan pengetahuan cukup banyak (6-15 ramuan) dan sisanya sebanyak 2 orang (5,88%) menyatakan ada peningkatan pengetahuan banyak (> 15 ramuan) (Gambar 20).
Tidak ada; 29,41% Sedikit (1-5 ramuan); 58,82%
Banyak (> 15 ramuan); 5,88% Cukup Banyak (615 ramuan); 5,88%
Gambar 20 Persentase peningkatan pengetahuan responden mengenai jumlah jum ramuan tumbuhan obat setelah implementasi sistem informasi. Pengetahuan mengenai ramuan tumbuhan obat menjadi penting karena memberikan pengaruh pada tingkat mau atau tidaknya masyarakat menggunakan tumbuhan obat. Pada umumnya, tingkat pengetahuan mengenai ramuan tumbuhan obat yang rendah ditambah dengan belum diketahuinya proses pembuatan dan pengolahan tumbuhan obat yang baik oleh masyarakat menjadi faktor penghambat upaya pengembangan tumbuhan tumbuhan obat di masyakarat (Rosmiati 2010). Penggunaan sistem informasi berbasis web memberikan pengaruh berupa peningkatan pengetahuan responden terhadap jumlah ramuan tumbuhan obat. Tidak bisa disangkal bahwa peningkatan pengetahuan jumlah ramuan tumbuhan
22 obat pada responden mayoritas berada pada skala sedikit (1-5 ramuan) namun peningkatan ini tetap patut diapresiasi dan disambut optimis. Secara singkat, penggunaan sistem informasi berbasis web ini telah memberikan dampak positif bagi upaya konservasi tumbuhan tumbuhan obat. Apabila upaya penyebaran informasi mengenai sistem informasi berbasis web ini dapat lebih digencarkan, sangat memungkinkan peningkatan pengetahuan jumlah ramuan tumbuhan obat di masyarakat dapat lebih tinggi lagi. Tampilan web sistem informasi tumbuhan obat menjadi salah satu poin yang ditanyakan dalam survei kedua. Sebanyak 3 orang responden (8,82%) menilai tampilan web kurang menarik. Responden menilai bahwa tampilan terlalu kaku dan terkesan sangat sederhana. Adapun 21 responden (61,76%) menilai tampilan web sudah cukup menarik dan sisanya sebanyak 10 orang responden (29,41%) menilai tampilan web menarik (Gambar 21). Kurang Menarik; 8,82% Menarik; 29,41% Cukup Menarik; 61,76%
Gambar 21 Persentase penilaian responden terhadap tampilan web. Tampilan web yang baik memberikan dampak positif pada web. Pengunjung web akan lebih nyaman dalam menjelajah isi web sehingga otomatis informasi, pesan penting, dan manfaat yang ingin disajikan pada pengunjung akan tersampaikan dengan baik (Hakim dan Mutmainah 2003). Sebaliknya tampilan web yang buruk dapat memberikan dampak negatif. Pengunjung web dapat merasa tidak nyaman, frustasi dan meninggalkan web. Dampak negatif bagi pengelola web bisa lebih parah jika pengunjung yang kecewa memberitakan kekurangan web yang dikunjunginya pada orang lain. Oleh karena itu aspek tampilan tidak bisa dikesampingkan dalam pembangunan sebuah sistem informasi berbasis web. Aspek ketersediaan dan kelengkapan informasi merupakan poin lain yang ditanyakan pada responden dalam survei kedua. Mayoritas responden sebanyak 20 orang (58,82%) menyatakan bahwa informasi yang disajikan dalam web sistem informasi sudah lengkap. Adapun 11 orang (32,35%) menyatakan informasi yang disajikan cukup lengkap dan sisanya sebanyak 3 orang (8,82%) menyatakan informasi yang disajikan kurang lengkap (Gambar 22).
23 Kurang Lengkap; 8,82% Cukup Lengkap; 32,35%
Lengkap; 58,82%
Gambar 22 Persentase penilaian responden terhadap ketersediaan informasi pada web sistem informasi. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sistem informasi berbasis web yang dibangun dapat menyajikan informasi yang cenderung lengkap menurut penilaian responden. Memang tidak bisa disangkal bahwa informasi yang tersedia tidak sepenuhnya lengkap secara sempurna. Akan tetapi perlu dipahami kembali sistem informasi berbasis web yang dibangun dapat diperbarui dengan mudah secara berkala sehingga kekurangan informasi yang ada dapat dilengkapi dikemudian hari. Selain itu kemudahan tersebut tersebut juga memungkinkan pengelola untuk memasukkan data-data informasi hasil penelitian terbaru mengingat potensi tumbuhan obat di Indonesia belum sepenuhnya diteliti. Poin terakhir yang ditanyakan dalam survei kedua adalah aspek kemudahan akses. Berdasarkan hasil survei sebanyak 23 orang responden (67,65%) menyatakan bahwa sistem informasi berbasis web yang dibangun mudah diakses dan sisanya sebanyak 11 orang (32,35%) menyatakan cukup mudah diakses. Tidak ada seorangpun responden yang menyatakan web sistem sistem informasi yang dibangun sulit diakses (Gambar 23). kurang; 0,00% cukup; 32,35% mudah; 67,65%
Gambar 23 Persentase penilaian responden terhadap kemudahan akses web sistem informasi. Berdasarkan data dan gambar di atas dapat diketahui bahwa responden secara keseluruhan menilai sistem informasi berbasis web ini cenderung mudah di akses. Mudah atau tidaknya suatu sistem informasi berbasis web untuk di akses erat kaitannya dengan perangkat keras yang digunakan. Dilihat dari sisi pengelola, perangkat keras yang dimaksud adalah server yang digunakan pada penyedia jasa
24 hosting. Agar mudah diakses, spesifikasi server yang digunakan haruslah prima. Selain dari sisi pengelola, pengguna/pengunjung sistem informasi ini pun harus memperhatikan perangkat keras yang digunakan disamping faktor penyedia layanan internet yang digunakan. Kemampuan akses dari perangkat berbeda bisa memberikan dampak yang berbeda juga. Pengguna yang menggunakan perangkat komputer, baik Personal Computer (PC) maupun laptop/notebook, dan perangkat tambahan seperti modem, kabel lan, ataupun WiFi, akan mendapatkan kemampuan akses yang berbeda dengan pengguna yang menggunakan perangkat seperti Handphone, Smartphone, atau Tablet. Respon balik dari responden diperoleh melalui isian saran pada kuisioner yang disediakan. Secara garis besar, saran yang diberikan dapat dibagi ke dalam dua bagian, yakni saran mengenai konten sistem informasi dan saran mengenai sistem informasi secara keseluruhan. Saran mengenai konten antara lain untuk melengkapi data-data yang masih kurang lengkap, penggunaan gambar yang lebih banyak untuk tiap spesies yang diidentifikasikan, serta pencantuman literaturliteratur terkait untuk memperkuat nilai informasi yang disampaikan. Adapun saran mengenai sistem informasi secara umum antara lain penyederhanaan navigasi untuk menampilkan informasi pada pengguna, perbaikan tampilan agar lebih dinamis dan tidak terkesan monoton, serta sosialisasi keberadaan sistem informasi yang lebih luas untuk menjangkau masyarakat lebih banyak lagi. Responden juga memberikan tanggapan positif mengenai keberadaan sistem informasi ini. Menurut responden keberadaan sistem informasi ini bermanfaat karena memberikan informasi yang dapat diaplikasikan dikehidupan sehari-hari. Perawatan Sistem Evaluasi Kuisioner Perawatan sistem dilakukan untuk memastikan sistem informasi yang dibuat dapat berjalan dengan baik setelah tahapan tes dan implementasi. Perawatan sistem dapat dilakukan berdasarkan umpan balik pengguna yang didapat melalui kuisioner saat implementasi sistem. Selain itu perawatan sistem juga dapat dilakukan berdasarkan pengamatan pribadi terhadap kinerja sistem. Beberapa masukan yang diperoleh dari pengguna lebih terfokus pada upaya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan data yang telah ada dan penyempurnaan tampilan desain antarmuka pengguna. Adapun berdasarkan pengamatan pribadi aspek yang patut menjadi perhatian serius dari sistem ingormasi ini adalah keamanan sistem. Saat melakukan tahapan implementasi, sistem informasi berbasis web ini memiliki masalah pada aspek keamanan sistem. Sistem informasi berbasis web yang dibangun berhasil dibobol melalui metode SQL Injection. Melalui metode ini, seseorang selain pengelola web dapat mengekspolitasi isi basisdata sebuah web melalui data yang disisipkan dalam query SQL (Zam 2012). Diduga permasalahan keamanan sistem ini disebabkan adanya kelemahan pada kode program yang memberikan celah keamanan yang mampu dieksploitasi oleh orang lain selain pengelola sistem. Oleh karena itu, pada tahapan perawatan sistem ini langkah utama yang diambil adalah perbaikan kode program guna menutup celah keamanan yang ada.
25 Kebijakan Pembatasan Akses Kebijakan mengenai transfer/akses terhadap data-data yang terdapat di dalam sistem informasi perlu dikaji lebih dalam. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data yang berasal dari berbagai penelitian yang kemudian dihimpun dalam Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia, yang mana jilid I-V merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM dengan Yayasan Sarana Wana Jaya serta jilid VI-X merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Kehutanan IPB dengan Yayasan Sarana Wana Jaya. Data-data yang berasal dari buku tersebut dan digunakan dalam pembangunan sistem informasi ini merupakan data yang penting dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut. Keberadaan sistem informasi tumbuhan obat yang telah dibangun disatu sisi bermanfaat sebagai media dokumentasi sekaligus sebagai sarana untuk menyebarkan informasi tumbuhan obat secara lebih luas dan efisien kepada masyarakat. Disisi lain keberadaan sistem informasi ini juga dapat memberikan dampak negatif karena sifat aksesnya yang terbuka dan dapat dijangkau oleh seluruh orang di dunia selama terhubung dengan jaringan internet. Dikatakan negatif karena data-data yang terdapat di dalam sistem informasi ini dapat dengan mudah diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dan kemudian dijadikan sebagai bahan referensi/acuan penelitian maupun komersial. Perlindungan terhadap data-data yang terdapat di dalam sistem informasi mutlak diperlukan sebagai wujud komitmen terhadap perlindungan kekayaan intelektual dan pengetahuan tradisional. Subagyo (2001) dalam Subroto dan Suprapedi (2001) menjelaskan bahwa dalam penelusuran di Database Paten Eropa sedikitnya ada 41 paten yang dimiliki oleh Jepang menggunakan bahan dari Indonesia dan kemungkinan berasal dari pengetahuan tradisional Indonesia juga. Paten-paten tersebut antara lain dibidang farmasi, kosmetika, dan makanan. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada negara lain yang melakukan hal yang sama dan komersialisasi semacam ini tidak mendatangkan keuntungan dan manfaat sedikitpun bagi Indonesia bahkan berpotensi merugikan. Pencurian data semacam ini terjadi karena tidak adanya kontrol dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan pengetahuan tradisional yang banyak terdapat di negeri ini. Implementasi perlindungan data pada sistem informasi yang telah dibangun dapat dilakukan dengan cara memberikan pembatasan untuk mengakses data-data penting seperti habitus, detail cara budidaya, dan detail ramuan. Ketiga data ini memiliki nilai penting karena dapat digunakan untuk diteliti lebih lanjut dan dikomersialkan. Pembatasan akses yang dimaksud dapat dilakukan dengan tidak menampilkan data-data yang disebutkan untuk akses secara umum. Akses hanya diberikan pada orang-orang atau instansi tertentu dengan menggunakan username dan password untuk mengaksesnya. Mekanisme untuk mendapatkan akses terhadap data-data penting yang dimaksud dapat ditentukan oleh pemilik data, yakni Fakultas Kehutanan IPB, Fakultas Kehutanan UGM, dan Yayasan Sarana Wana Jaya. Tidak menutup kemungkinan juga melibatkan unsur pemerintah, dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing.
26
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkanlah suatu rancang bangun sistem informasi berbasis web mengenai tumbuhan obat. Sistem informasi ini dapat berjalan dengan baik di internet dan telah diimplementasikan pada masyarakat. Data yang digunakan dalam sistem informasi ini bersumber dari buku Koleksi Tumbuhan Obat Indonesia jilid I-XI. Jumlah spesies yang digunakan sebagai contoh data dalam sistem informasi ini 181 spesies. Mengenai tingkat ketertarikan masyarakat terhadap tumbuhan obat, terdapat peningkatan setelah implementasi sistem informasi yang dibuat dibanding sebelum implementasi. Peningkatan ini menunjukkan bahwa sistem informasi yang dibuat memberikan pengaruh terhadap tingkat ketertarikan masyarakat pada tumbuhan obat. Selain itu masyarakat juga aktif dalam memberikan respon balik dari adanya sistem informasi ini. Kelengkapan data, perbaikan tampilan, dan sosialiasi yang lebih luas merupakan beberapa contoh masukan yang diberikan oleh masyarakat terhadap sistem informasi ini. Diperlukan adanya pembatasan akses terhadap data-data tertentu yang penting dan sensitif seperti data habitus, detail cara budidaya, dan detail ramuan. Pembatasan akses diperlukan karena data-data tersebut berpotensi untuk diteliti lebih lanjut, dikomersialkan, dan dipatenkan oleh pihak lain yang berkepentingan. Pembatasan akses dimaksudkan sebagai wujud perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan pengetahuan tradisional masyarakat.
Saran Perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk meningkat performa sistem informasi selanjutnya. Pengembangan yang perlu dilakukan antara lain pelengkapan serta penambahan data tumbuhan obat, perbaikan terhadap tampilan sistem. Selain itu, sebelum disosialisasikan luas pada masyarakat, perlu juga dirumuskan suatu mekanisme perlindungan kekayaan intelektual terhadap datadata yang terdapat di dalam sistem informasi. Perlindungan dimaksudkan agar pengetahuan tradisional yang ditampilkan tidak dimanfaatkan dan dikomersialisasikan oleh pihak lain yang berkepentingan sehingga berpotensi merugikan masyarakat pemiliki pengetahuan tradisional, peneliti yang telah menghimpun data, dan kedaulatan negara.
DAFTAR PUSTAKA Aliadi A, Sangat-Roemantyo H. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Di dalam: Zuhud EAM, Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan
27 Tropika Indonesia. Bogor (ID): Jurusan KSH Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN) Godbole AS, Kahate A. 2002. Web Technologies TCP/IP Architecture, and Java Programming. New Delhi (IN): Tata McGraw-Hill Hakim L, Mutmainah S. 2003. Rahasia dan Trik Mendesain Situs Cantik. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Muthu C, Ayyanar M, Raja N, Ignacimuthu S. 2006. Medicinal Plants Used by Traditional Healers in Kancheepuram District of Tamil Nadu, India. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine [Internet]. [diunduh 2009 Des 29]; 2 (43). Tersedia pada: http:// www.ethnobiomed.com/content/2/1/43 Newman F. 2002. Singkat Tepat Jelas Mengamankan Web Server dari Serangan Hacker/Cracker. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. O’Brien JA. 2005. Introduction to Information System. Arizona (US): McGraw Hill. Pramesthi AY. 2008. Kajian Etnofitomedika dan Potensi Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus di Desa Montong Betok, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rochim T. 2002. Sistem Informasi. Bandung (ID): Penerbit ITB. Rostiana O, Abdullah A, Wahid P. 1992. Penelitian Plasma Nutfah Tanaman Obat. Di dalam Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Rudjiman, Adriyani DT, Indriyanto, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I, Saraswati R. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid IV. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Sanjaya R. 2006. Sistem Informasi Tumbuhan dan Tanaman Berkhasiat Obat Berbasis Compact Disc-Read Only Memory (CD-ROM) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Satzinger J, Jackson R, Burd S. 2007. System Analysis and Design in a Changing World, Fourth Edition. Boston (US): Thomson Course Technology. Setyowati FM, Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Talang Mamak di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Biodiversitas. 8 (3):228-232.
28 Sidik B. 2005. MySQL Untuk Pengguna, Administrator, dan Pengembangan Web. Bandung (ID): Informatika. Stair R, Reynolds G. 2010. Fundamentals of Information Systems. Boston (US): Cengage Learning. Subroto MA, Suprapedi. 2001. Aspek-Aspek Hak Kekayaan Intelektual dalam Penyusunan Perjanjian Penelitian dengan Pihak Asing Di Bidang Biologi [Internet].[Diunduh 2013 Mei 21]. Tersedia pada: www.jaist.ac.jp/~witarto/paper/peneliti_asing.pdf Walujo EB. 2008. Research Ethnobotany in Indonesia and the Future Perspective [review]. Biodiversitas. 9(1):59-63. Williams B, Sawyer S. 2003. Using Information Technology A Practical Introduction to Computers & Communication. New York (US): McGraw-Hill. Williams LAD. 2006. Ethnomedicine [editorial]. West Indian Med J. 55(4):215. Windadri FI, Rahayu M, Uji T, Rustiami H. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Lokal Suku Muna di Kecamatan Wakarumba, Kabupaten Muna, Sulawesi Utara. Biodiversitas. 7(4):333-339. Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Di dalam: Zuhud EAM, Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor (ID): Jurusan KSH Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN) Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E, Hikmat A, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid VI. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid VII. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid VIII. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid IX. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. __________________________________________________. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid X. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Zuhud EAM. 2009. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 6(6):227-232.
29 Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai contoh data No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Tanaman Alang-alang Alamanda Alpukat Andong Anggur Angsana Arben hutan Awar-awar Bambu kuning Bandotan Bangle Batrawali Bawang merah Bawang putih Bayam Merah Bayam Duri Begonia Belimbing manis Belimbing wuluh Beluntas Benalu Beringin Baroco Bugenvil Bunga Kenop Bunga Kertas Bunga Lilin Bunga Pagoda Bunga Tasbih Cabai Merah Cabai rawit Calingcing Ceguk Randa nunut Cengkeh Ceremai Cincau rambat Ciplukan Dadap serep Daruju Daun dewa
Nama Ilmiah Tanaman Imperata cylindrica Allamanda cathartica Persea gratissima Cordyline fruticosa Vitis vinifera Pterocarpus indicus Rubus reflexus Ficus septicum Gigantolochloa apus Ageratum conyzoides Zingiber purpureum Tinospora crispa Allium cepa Allium sativum Amaranthus tricolor Amaranthus spinosus Begonia fimbristipulata Averrhoa carambola Averrhoa bilimbi Pluchea indica Loranthus parasiticus Ficus benjamina Celosia argentea Bougainvillea glabra Gomphrena globosa Zinnia elegans Pachytachys lutea Clerodendrum japonicum Canna indica Capsicum annum Capsicum frutescens Oxalis barrelieri Quisqualis indica Drymaria cordata Syzygium aromaticum Phyllanthus acidus Cylea barbata Physalis angulata Erythrina lithosperma Acanthus ilicifolius Gynura segetum
Famili Poaceae Apocynaceae Lauraceae Liliaceae Vitaceae Fabaceae Rosaceae Moraceae Poaceae Asteraceae Zingiberaceae Menispermaceae Liliaceae Liliaceae Amaranthaceae Amaranthaceae Begoniaceae Oxalidaceae Oxalidaceae Asteraceae Loranthaceae Moraceae Amaranthaceae Nyctaginaceae Amaranthaceae Asteraceae Acanthaceae Verbenaceae Cannaceae Solanaceae Solanaceae Oxalidaceae Combretaceae Caryophyllaceae Myrtaceae Euphorbiaceae Menispermaceae Solanaceae Papilionaceae Acanthaceae Asteraceae
30 Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai contoh data (lanjutan) No. 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Nama Tanaman Daun suji Daun sendok Daun ungu Delima Drakaena Dringo Durian Pohon Merah Ganyong Iris kuning Jahe Jambu air Jambu biji Jambu monyet Jarak Jarak pagar Jarong Jati belanda Iler Jengger ayam Jeruk bali Jeruk manis Jeruk nipis Jeruk purut Jukut pendul Kaca piring Kacang tanah Kaliandra Sawi tanah Kamboja Kangkung Karuk Katuk Kayu manis Kedondong Kedondong laut Keji beling Keladi hias Keladi tikus Kelapa Kemangi
Nama Ilmiah Tanaman Pleomele angustifolia Plantago major Graptophyllum pictum Punica granatum Dracaena sanderiana Acorus calamus Durio zibethinus Euphorbia pulcherrima Canna edulis Iris tectorum Zingiber officinale Syzygium aqueum Psidium guajava Anacardium occidentale Ricinus communis Jathropha curcas Achyranthes aspera Guazuma ulmifolia Coleus scutellariodes Celosia cristata Citrus maxima Citrus aurantium Citrus aurantifolia Citrus hystrix Kyllinga monocephala Gardenia augusta Arachis hypogaea Calliandra haematocephala Nasturtium montanum Plumeria rubra Ipomea aquatica Piper sarmentosum Sauropus androginus Cinnamomum burmannii Lannea grandis Nothopanax fruticosum Seriocalyx crispus Caladium bicolor Typhonium flagelliforme Cocos nucifera Ocimum sanctum
Famili Liliaceae Plantaginaceae Acanthaceae Lithraceae Agavaceae Araceae Bombacaceae Euphorbiaceae Cannaceae Iridaceae Zingiberaceae Myrtaceae Myrtaceae Anacardiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Amaranthaceae Verbenaceae Labiateae Amaranthaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Rutaceae Cyperaceae Asteraceae Fabaceae Fabaceae Brassicaceae Apocynaceae Convolvulaceae Piperaceae Euphorbiaceae Lauraceae Anacardiaceae Araliaceae Acanthaceae Araceae Araceae Arecaceae Lamiaceae
31 Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai contoh data (lanjutan) No.
Nama Tanaman
83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123
Kembang coklat Kembang merak Kembang pukul empat Kembang sepatu Kembang teleng Kemukus Kemuning Kenanga Kencur Ketapang Ketepeng cina Ki koneng Ki tolod Kluwih Kopi Krokot Kucing-kucingan Kumis kucing Kunyit Labu merah Lada Lempuyang pahit Lengkuas Leunca Lidah buaya Lidah mertua Lobak Mahkota dewa Mahoni Mangga Mangkokan Markisa Mawar Melati Melinjo Mengkudu Meniran Mentimun Nanas Nanas kerang Nangka
Nama Ilmiah Tanaman Zephyranthes candida Caesalpinia pulcherrima Mirabilis jalapa Hibiscus rosa-sinensis Clitoria ternatea Piper cubeba Murraya paniculata Cananga odorata Kaempferia galanga Terminalia catappa Cassia alata Arcangelisia flava Isotoma longiflora Artocarpus communis Coffea robusta Portulaca oleraceae Acalypha indica Orthosiphon aristatus Curcuma domestica Cucurbita moschata Piper nigrum Zingiber americans Alpinia galanga Solanum nigrum Aloe vera Sansevieria trifasciata Raphanus sativus Phaleria macrocarpa Swietenia mahagoni Mangifera indica Nothopanax scutellarium Passiflora edulis Rosa chinensis Jasminum sambac Gnetum gnemon Morinda citrifolia Phyllanthus ninuri Cucumis sativus Ananas comosus Rhoeo discolor Artocarpus heterophyllus
Famili Amaryllidaceae Fabaceae Nyctaginaceae Malvaceae Fabaceae Piperaceae Rutaceae Annonaceae Zingiberaceae Combretaceae Fabaceae Menispermaceae Campanulaceae Moraceae Rubiaceae Portulacaceae Euphorbiacea Lamiaceae Zingiberaceae Cucurbitaceae Piperaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Solanaceae Liliaceae Agavaceae Brassicaceae Thymelaeaceae Meliaceae Anacardiaceae Araliaceae Passifloraceae Rosaceae Oleaceae Gnetaceae Rubiaceae Euphorbiacea Cucurbitaceae Bromeliaceae Commelinaceae Moraceae
32 Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai contoh data (lanjutan) No.
Nama Tanaman
124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164
Nona makan sirih Oyong Pacar air Pacing Pala Pandan wangi Patah tulang Patikan cina Patikan kebo Pegagan Pepaya Petai china Pohon sig-sag Pulai Pulutan Putri malu Rambutan Rumput bambu Rumput mutiara Saga Salam Sambang colok Sambang darah Sambiloto Sawi langit Semanggi Semanggi gunung Sembung Senggani Sereh Sidaguri Simbar menjangan Sirih Sirsak Sisik naga Soka Som jawa Sosor bebek Sri rejeki Srikaya Sukun
Nama Ilmiah Tanaman Clerodendron thomsonae Luffa cylindrical Impatiens balsamina Costus speciosus Myristica fragrans Pandanus amaryllifolius Euphorbia tirucalli Euphorbia thymifolia Euphorbia hirta Centella asiatica Carica papaya Leucaena leucocephala Pedilanthus tithymaloides Alstonia scholaris Urena lobata Mimosa pudica Nephelium lappaceum Pogonatherum crinitum Hedyotis corymbosa Abrus precatorius Syzygium polyanthum Aerva sanguinolenta Excoecaria cochinchinensis Andrographis paniculata Vernonia cinerea Marsilea crenata Hydrocotyle sibthorpioides Blumea balsamifera Melastoma malabathricum Cymbopogon nardus Sida rhombifolia Platycerum bifucartum Piper betle Annona muricata Drymoglossum piloselloides Ixora coccinea Talinum paniculatum Kalanchoe pinnata Dieffenbachia seguine Annona squamosa Artocarpus communis
Famili Verbenaceae Cucurbitaceae Balsaminaceae Zingiberaceae Myristicaceae Pandanaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Apiaceae Cariccaceae Fabaceae Euphorbiaceae Apocynaceae Malvaceae Mimosaceae Sapindaceae Poaceae Rubiaceae Fabaceae Myrtaceae Acanthaceae Euphorbiaceae Acanthaceae Asteraceae Marsileaceae Apiaceae Asteraceae Melastomataceae Poaceae Malvaceae Polypodiaceae Piperaceae Annonaceae Polypodiaceae Rubiaceae Portulacaceae Crassulaceae Araceae Annonaceae Moraceae
33 Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai contoh data (lanjutan) No. 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181
Nama Tanaman Suruhan Tahi kotok Takokak Tapak dara Tapak liman Teki Tembelekan Tempuh wiyang Tempuyung Temu hitam Temu kunci Temulawak Tomat Waru laut Wijaya kusuma Zebrina Sawi
Nama Ilmiah Tanaman Peperomia pellucida Tagetes erecta Solanum torvum Catharanthus roseus Elephantopus scaber Cyperus rotundus Lantana camara Emilia sonchifolia Sonchus arvensis Curcuma aeruginosa Boesenbergia rutunda Curcuma xanthorrhiza Solanum lycopersicum Hibiscus tiliaceus Epiphyllum oxypetalum Zebrina pandula Brassica juncea
Famili Piperaceae Asteraceae Solanaceae Apocynaceae Asteraceae Cyperaceae Verbenaceae Asteraceae Asteraceae Zingiberaceae Zingiberaceae Zingiberaceae Solanaceae Malvaceae Cactaceae Commelinaceae Brassicaceae
34 Lampiran 2 Kuisioner dalam implementasi sistem informasi Kuisioner Awal Dalam rangka penelitian skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web”, oleh Prakoso Bayu Adi Widyanto, NIM E34070108, Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB
1. Seberapa besar ketertarikan anda terhadap tumbuhan obat? a. Tidak tertarik (tidak berminat untuk mengetahui/tidak peduli) b. Cukup tertarik (sekedar untuk mengetahui informasi-informasi yang bersifat umum) c. Sangat tertarik (berminat untuk mengetahui lebih lanjut informasi-informasi yang lebih mendalam) 2. Sebutkan sumber Anda untuk mengetahui tumbuhan obat (pilih salah satu yang paling utama)? a. Buku b. Orang lain/orang tua/guru c. Internet d. Sumber lain, _______________ 3. Saat ini berapa banyak spesies tumbuhan obat yang benar-benar anda ketahui? a. sedikit (1-10 spesies) b. cukup (11-25 spesies) c. banyak (>25 spesies) 4. Dari sejumlah tumbuhan obat yang anda ketahui pada nomor 3, berapa banyak khasiat tumbuhan obat tersebut yang benar-benar anda ketahui? a. sedikit (1-10 khasiat) b. Cukup (11-25 khasiat) c. banyak (>25 khasiat) 5. Dari sejumlah tumbuhan obat yang anda ketahui pada nomor 3, berapa banyak macam ramuan obat dari tumbuhan-tumbuhan tersebut yang anda ketahui? a. sedikit (1-10 ramuan) b. cukup (11-25 ramuan) c. banyak (>25 ramuan) 6. Menurut anda, bagaimana kemudahan akses mengenai tumbuhan obat pada media internet saat ini? a. Kurang (minim publikasi, situs-situs tidak diketahui, informasi tidak terhimpun dengan baik) b. Cukup (publikasi ada, situs-situs diketahui, informasi tidak terhimpun dengan baik) c. Lengkap (publikasi ada, situs-situs diketahui, informasi terhimpun dengan baik)
35 Lampiran 2 Kuisioner dalam implementasi sistem informasi (lanjutan) Kuisioner Akhir Dalam rangka penelitian skripsi dengan judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web”, oleh Prakoso Bayu Adi Widyanto, NIM E34070108, Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB
1. Setelah anda mengunjungi situs web tumbuhanobat.com, kini seberapa besar ketertarikan anda terhadap tumbuhan obat? a. Tidak tertarik b. Cukup tertarik c. Sangat tertarik 2. Setelah anda mengunjungi situs web tumbuhanobat.com, apakah ada penambahan pengetahuan terkait jumlah spesies tumbuhan obat yang kini anda ketahui? a. tidak ada (sama seperti kuisioner awal) b. ya, ada sedikit (1-5 spesies) c. ya, ada cukup banyak (6-15 spesies) d. ya, ada banyak (>15 spesies) 3. Setelah anda mengunjungi situs web tumbuhanobat.com, apakah ada penambahan pengetahuan terkait jumlah khasiat tumbuhan obat yang kini anda ketahui? a. tidak ada (sama seperti kuisioner awal) b. ya, ada sedikit (1-5 khasiat) c. ya, ada cukup banyak (6-15 khasiat) d. ya, ada banyak (>15 khasiat) 4. Setelah anda mengunjungi situs web tumbuhanobat.com, apakah ada penambahan pengetahuan terkait jumlah ramuan obat (berbahan tumbuhan obat) yang kini anda ketahui? a. tidak ada (sama seperti kuisioner awal) b. ya, ada sedikit (1-5 ramuan) c. ya, ada cukup banyak (6-15 ramuan) d. ya, ada banyak (>15 ramuan) 5. Menurut anda, bagaimana tampilan situs tumbuhanobat.com? a. Kurang menarik b. Cukup menarik c. Menarik 6. Menurut anda, bagaimana ketersediaan informasi yang ditampilkan di situs tumbuhanobat.com? a. Kurang lengkap b. Cukup lengkap c. Lengkap
36 Lampiran 2 Kuisioner dalam implementasi sistem informasi (lanjutan) 7. Menurut anda, tumbuhanobat.com? a. Sulit diakses
bagaimana
kemudahan
b. Cukup mudah
akses
pada
situs
web
c. Mudah
8. Saran anda untuk pengembangan situs tumbuhanobat.com ke depannya? __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________
37
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 April 1989 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Pudjolaksono dan Ibu Endang Purwanti. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Tunas Sejahtera yang kemudian dilanjutkan di SDN Taman Pagelaran tahun 1995-2001. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Dramaga pada tahun 2001-2004, dan kemudian di SMA Plus Bina Bangsa Sejahtera pada tahun 20042007. Setelah lulus SMA pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun yang sama melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yakni sebagai pengurus Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB tahun 2007-2010, anggota Kelompok Pemerhati Flora Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KPF HIMAKOVA) tahun 2008, dan ketua Majelis Taklim Al-Asyjaar Fahutan tahun 2008-2009. Selain itu penulis juga aktif dalam program kewirausahaan, diantaranya sebagai peserta Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) tahun 2010 yang diadakan oleh DPKHA IPB. Tahun 2009 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutam (PPEH) di CA/TWA Kamojang dan CA Leuweung Sancang. Tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Konservasi Tumbuhan Obat Hutan Tropika Berbasis Web” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS, dan Prof. Dr. Ir. Lilik B. Prasetyo, M.Sc.