PENGARUH DANA DA PIHAK KETIGA (DPK), CAP CAPITAL ADEQUACY RATIO RAT (CAR), NON PERFORMING NG LOAN (NPL) TERHAD HADAP PENYALURAN KREDIT T US USAHA RAKYAT (KUR) Studi Kasus sus Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tbk
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh : Anggono Yuda Prabowo 0810213003
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS FAK EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL Artikel Jurnal dengan judul : PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL) TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Yang disusun oleh : Nama
:
Anggono Yuda Prabowo
NIM
:
0810213003
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 16 Desember 2013
Malang, 16 Desember 2013 Dosen Pembimbing,
Dr. Ghozali Maski, SE., MS. NIP. 19580927 198601 1 002
Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Anggono Yuda Prabowo Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email :
[email protected]
ABSTRAK
Salah satu layanan kredit yang ada pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang mulai diluncurkan pemerintah sejak 5 November 2007. Kredit Usaha Rakyat adalah program pemerintah bagi pengusaha mikro maupun makro dalam penyediaan modal pengembangan usaha. Bank memiliki faktor-faktor dari sisi internal perbankan yang mampu mempengaruhi penyaluran kredit, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL). Pendekatan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan periode penelitian setiap triwulan sejak 2008-2012. Sampel penelitian meliputi 20 sampel dari 5 laporan keuangan dalam periode triwulan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode documentary-historical dengan data time series. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik (uji normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi). Uji hipotesis menggunakan pengujian secara parsial (uji t), simultan (uji F), dan uji koefisien determinasi (R2). Hasil penelitian menunjukkan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan nilai thitung (6,495) > ttabel (2,119) dan p-value (0,000) < α (0,05). Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan nilai thitung (2,954) > ttabel (2,119) dan p-value (0,009) < α (0,05). Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (-0,116) < ttabel (2,119) dan p-value (0,909) > α (0,05). Hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung (64,020) > Ftabel (3,24) dan nilai p-value = 0,000 < α (0,05). Hal ini berarti DPK, CAR, dan NPL berpengaruh signifikan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai standardized coefficients 1,080, lebih besar dibandingkan variabel CAR dan NPL. Dengan demikian, variabel DPK)berpengaruh dominan terhadap Penyaluran Kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Kredit Usaha Rakyat (KUR)
A. PENDAHULUAN Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara, khususnya di bidang pembiayaan perekonomian. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya.
Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal. Krisis moneter 1997-1998 yang melanda perekonomian Indonesia telah berimbas pada sektor perbankan. Krisis yang diawali dengan devaluasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS telah menimbulkan ledakan kredit macet dan melunturkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga perbankan, yang pada gilirannya melemahkan fungsi intermediasi perbankan. Masyarakat kala itu banyak menarik dananya (rush) yang ada di bank swasta dan mengalihkannya ke bank yang dianggap aman (flight to safety), yakni bank asing dan bank BUMN. Untuk mencegah hal ini bank-bank mematok suku bunga dananya dengan sangat tinggi, yang diikuti dengan penyesuaian suku bunga kredit. Penyaluran kredit perbankan praktis terhenti karena sektor riil tidak mampu menyerap dana yang mahal harganya. Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006). Menurut Retnadi (2006) kemampuan menyalurkan kredit oleh perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga. Dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain-lain. Sementara menurut Sinungan (2000) kebijakan perkreditan harus memperhatikan beberapa faktor seperti: keadaan keuangan bank saat ini, pengalaman bank, dan keadaan perekonomian. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya, 2009). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Salah satu layanan kredit yang ada pada Bank Mandiri adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) mulai diluncurkan pemerintah sejak 5 November 2007. Dengan adanya KUR ini diharapkan para pengusaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat meminjamkan modal minimal hanya dengan melengkapi surat keterangan usaha (SKU) dari kepala desa saja selama usahanya layak untuk diberi pinjaman. KUR adalah program pemerintah yang dimana jaminannya dijamin oleh pemerintah. Kredit ini difokuskan pada tujuh sektor usaha yakni pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan perdagangan. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) berlaku sejak Maret 2008 dengan bunga 13,5 persen pertahun dan jumlah kredit maksimal adalah lima juta rupiah. KUR merupakan program pinjaman yang diberikan kepada nasabah yang sama sekali belum pernah menikmati pinjaman di bank. Adanya program ini membuat banyak minat pengusaha untuk memanfaatkannya sebagai tambahan modal usahanya. Oleh karena itu Bank Mandiri harus lebih selektif dalam mencairkan KUR ini kepada nasabah sehingga sasaran untuk penambahan modal bagi pengusahan dapat tercapai. Penelitian ini akan menguji pengaruh faktor-faktor variabel-variabel independen yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) sebagai faktor internal, terhadap variabel dependen penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penelitian dilakukan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.” Dengan penjelasan yang dijabarkan di atas, maka pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : bagaimanakah pengaruh variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk?, serta untuk mengetahui variabel manakah yang lebih dominan mempengaruhi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk?
B. KAJIAN PUSTAKA Menurut Kasmir (2008) kata kredit berasal dari kata Yunani Credere yang berarti kepercayaan, atau berasal dari Bahasa Latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut kemudian dibakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 bab 1 pasal 1, 2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut: “Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”. Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu yang tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain (Kasmir, 2007): 1) Mencari keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. 2) Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut pihak debitur akan dapat memperluas dan mengembangkan usahanya. 3) Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Sementara fungsi kredit menurut Kasmir (2007) adalah sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan daya guna uang Jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit. 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3) Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4) Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5) Sebagai alat stabilitas ekonomi Kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa. Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan adalah hal yang sangat mendasar yang menciptakan kesepakatan antara pihak yang memberikan kredit dan pihak yang menerima kredit untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban yang telah disepakati, baik dari jangka waktu peminjaman sampai masa pengembalian kredit serta balas jasa yang diperoleh, maka unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2007): a. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian, penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern.
b.
Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c. Jangka waktu Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. d. Risiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik yang disengaja oleh nasabah maupun yang tidak di sengaja. e. Balas jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Perencanaan penyaluran kredit harus dilakukan secara realistis dan objektif agar pengendalian dapat berfungsi dan tujuan tercapai. Perencanaan penyaluran kredit harus didasarkan pada keseimbangan antara jumlah, sumber, dan jangka waktu dana agar tidak menimbulkan masalah terhadap tingkat kesehatan dan likuiditas bank. Jelasnya, rencana penyaluran kredit harus seimbang dengan rencana penerimaan dana. Kedua rencana ini harus diperhitungkan secara terpadu oleh perencanaan yang baik dan benar. Dalam rencana penyaluran kredit ini harus ada pedoman tentang prosedur, alokasi, dan kebijaksanaannya. (Hasibuan, 2006). Indikator efektivitas perbankan dalam menyalurkan kredit adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit dengan dana yang diterima yang meliputi giro, deposito, dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, modal inti, dan modal pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antarbank). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, angka LDR seharusnya berada di sekitar 85% - 110% (Manurung, 2004). Menurut Warjiyo (dalam Siregar, 2006) mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar dipergunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan. Dalam kenyataannya anggapan seperti itu tidak selamanya benar. Selain dana yang tersedia perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dana pihak ketiga dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Dendawijaya (2009) mendefinisikan dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari masyarakat. Ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, 2009). Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Pertumbuhan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit yang pada akhirnya LDR juga akan meningkat. Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposit. CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9%. Tetapi karena kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi, maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 dikelompokkan dalam:
1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR 4% atau lebih. 2. Bank take over atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B, jika bank tersebut memiliki CAR antara -25% sampai 4%. 3. Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari 25%. Bank dengan klasifikasi C inilah yang dilikuidasi (Siamat, 1999). NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit. Agar kinerja berapor biru maka setiap bank harus menjaga NPL-nya dibawah 5%, hal ini sejalan dengan ketentuan Bank Indonesia. Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank (Bank Indonesia, 2010). Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM) (Bank Indonesia, 2010). Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM-K yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. Usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKM-K) yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha prodiktif antara lain: pertanian, perikanan, dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. (NN. Kredit Usaha Rakyat tanpa Jaminan. http://kredit-usaha-rakyat.co.cc.). Retnadi, seorang pengamat dan praktisi perbankan memakai KUR sebagai “ Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKM-K) yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dan Perusahaan Penjamin “ (Admin. Peluncuran KUR. http://www.bni.co.id). Menurut Robinson dalam Wirjowijono (2005: 89), pinjaman dalam bentuk mikro kredit merupakan salah satu upaya yang ampuh dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi di antara mereka, yang mencakup: masyarakat yang sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif, kedua masyarakat yang dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor), dan yang ketiga yaitu masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income). Keuangan mikro adalah penyaluran jasa keuangan kepada rakyat kecil, lemah/miskin, dan para wirausaha. Sejak tahun 1970 an, microfinance telah mengalami peningkatan dalam perkembangannya, dan dalam prakteknya merupakan penggabungan konsep pengembangan sosial dan ekonomi, juga merupakan atau sebagai prinsip yang mendasari promosi dan keuangan pasar/penjualan.kombinasi ini telah membawa dampak jumlah pertumbuhan lembaga keuangan mikro yang berkelanjutan dalam pengembangan dunia. UMKM dan Koperasi yang membutuhkan kredit dapat menghubungi Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana terdekat. Selanjutnya, pihak yang mengajukan kredit memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan bank pelaksana dan mengajukan surat permohonan kredit/ pembiayaan kemudian bank pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan (bank pelaksana berwenang memberikan persetujuan atau menolak permohonan kredit).
C. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah rancangan atau pendekatan yang banyak dipengaruhi oleh jenis dan banyaknya variabel (Suharsimi, 2010: 85). Pendekatan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian akan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dan membuat analisis perhitungan berdasarkan data yang ada serta mendiskripsikannya secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang akan diselidiki. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang merupakan salah satu bank yang memiliki layanan kredit, salah satunya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Untuk itu, data-data yang berkaitan dengan penelitian ini dapat diakses di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Adapun data-data yang diamati adalah data-data yang berkaitan dengan KUR, DPK, CAR, dan NPL. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dengan periode penelitian setiap triwulan selama 5 tahun sejak 2008-2012, sehingga jumlah observasi adalah 20 sampel dari 5 laporan keuangan dalam periode triwulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pengumpulan data historis (documentary-historical) dengan menggunakan data time series. Penelitian ini dengan mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku dan penelitian terdahulu. Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data-data yang dikumpulkan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Kredit Usaha Rakyat yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, yang perumusannya adalah sebagai berikut : logY = a + 1 logX1 + 2 logX2 + 3 logX3 + e Dimana: Y = Penyaluran Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada periode t a = Konstanta Persamaan Regresi β1 ,β2 , 3 = Koefisien Regresi = Dana Pihak Ketiga PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada periode t X1 X2 = Capital Adequacy Ratio PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada periode t X3 = Non Performing Loan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada periode t e = Standard Error Dari hasil perhitungan dengan model dasar tersebut nantinya akan diketahui faktor-faktor yang mempunyai pengaruh berarti (signifikan) terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu juga dapat diketahui apakah pengaruh variabel bebas sesuai dengan hipotesa yang digunakan. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable pengganggu dan residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik (non-parametrik Kolmogorof-Smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05 (Ghozali, 2006). Uji Multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 (Ghozali, 2006). Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedastisitas antara
lain: metode grafik, park glejser, rank spearman dan barlett. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan metode uji glejser. Uji glejser dapat dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual sebagai variabel dependen dengan semua variabel independen dalam model. Jika signifikansi berarti ada heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2006). Setelah melakukan pengujian normalitas dan pengujian asumsi-asumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 3 (H3). Pengujian tingkat penting (test of significance) ini merupakan suatu prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dengan alat analisis yaitu uji kesesuaian model, uji t dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila uji nilai statistikanya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistikanya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan uji F. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel, apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel maka Ha akan diterima dan Ho akan ditolak dengan kata lain model layak, demikian pula sebaliknya. Nilai F hitung dihitung dengan rumus:
R2
(k − 1) (1 − R ) (n − k ) ESS Dimana R2 = TSS Fhitung =
2
Keterangan : R2 = Koefisien Determinasi ESS = Explained Sum of Squared TSS = Total Sum of Squared = Residual Sum of Squared 1-r2 N = Jumlah Observasi K = Jumlah Variabel bebas Untuk menentukan variabel dominan berdasarkan pada besarnya koefisien standar (standardized coefficients), dimana dari ketiga variabel tersebut yang koefisiennya paling besar merupakan variabel dominan. Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 R2 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut: R2 = R2
ESS TSS
= Koefisien determinasi majemuk (multiple coeficient of determinant), yaitu proporsi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama. ESS = Explained sum of squares, atau jumlah kuadrat yang dijelaskan atau variabel nilai variabel terikat yang ditaksir di sekitar rata-ratanya. TSS = Total sum of squares, atau total variabel nilai variabel terikat sebenarnya di sekitar rata-rata sampelnya. Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik atau makin tepat garis regresi yang diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka menunjukkan semakin tidak tepatnya garis regresi untuk mengukur data observasi.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda yaitu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari beberapa variabel bebas dan variabel terikat serta mengetahui besar pengaruhnya. Selain itu regresi dapat pula digunakan untuk memprediksi nilai dari variabel terikat berdasarkan model yang sudah terbentuk. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS dapat menghasilkan nilai olah data dengan persamaan regresi sebagai berikut : Tabel 1 : Perhitungan Regresi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) Variabel Variabel Unstandard Standard t hitung Sig. T Keputusan Bebas Terikat Koefisien B Koefisien Thd. Ho Beta DPK CAR NPL
KUR KUR KUR
4,601 1,589 -0,040
Koef. Korelasi Berganda : R Square (R2) : Adj. R. Square (R2) : : Sig. F : Konstanta Sumber : Data Sekunder diolah, 2013.
0,961 0,923 0,909 0,000 -23,723
1,018 0,216 -0,018
F hitung Standar Error
α
N
6,495 2,954 -0,116
0,000 0,009 0,909
Ditolak Ditolak Diterima
64,020 0,11498 5% 20
Berdasarkan tabel analisis regresi linier berganda diatas, maka model persamaan regresi linier berganda yang terbentuk adalah : logY = -23,723 + 1,018 log X1 + 0,216 log X2 - 0,018 log X3 Dari hasil analisa regresi linier berganda diperoleh penjelasan sebagai berikut: b1= 1,018 merupakan slope atau koefisien arah variabel DPK (X1) yang mempengaruhi KUR (Y), artinya variabel DPK berpengaruh positif sebesar 1,018 terhadap KUR, jika variabel lainnya dianggap konstan. b2= 0,216 merupakan slope atau koefisien arah variabel CAR (X2) yang mempengaruhi KUR (Y), artinya variabel CAR berpengaruh positif sebesar 0,216 terhadap KUR, jika variabel lainnya dianggap konstan. b3= -0,018 merupakan slope atau koefisien arah variabel NPL (X3) yang mempengaruhi KUR (Y), artinya variabel NPL berpengaruh negatif sebesar 0,018 terhadap KUR, jika variabel lainnya dianggap konstan. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dari masing-masing DPK (X1), CAR (X2), dan NPL (X3), hasilnya menunjukkan bahwa adanya korelasi berganda (R) sebesar 0,961. Angka tersebut menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas (DPK, CAR, dan NPL) terhadap variabel terikat (KUR). Analisis uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh dari seluruh variabel independent, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1), Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2), dan Non Performing Loan (NPL) (X3) sebagai variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent, yaitu penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Melalui penghitungan data dengan menggunakan program SPSS, Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai Fhitung sebesar 64,020. Dari angka tersebut berarti Fhitung (64,020) lebih besar daripada Ftabel (3,24) dan nilai p-value = 0,000 lebih kecil dari level of significant (α = 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan “Diduga Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.” terbukti kebenarannya.
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen, yaitu variabel dana pihak ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu kredit usaha rakyat (KUR), maka digunakan uji t (t- test) yaitu dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan tTabel, sedangkan nilai t Tabel pada alpha sebesar 5% dapat diperoleh angka sebesar 2,119 pada taraf nyata 5% ( α =0,05) atau perbandingan nilai signfikan t. Apabila thitung > ttabel atau nilai Sig.t < 0,05 berari Ho ditolak, sebaliknya thitung < ttabel atau nilai Sig.t > 0,05 berari Ho diterima. Dari uraian hasil thitung dan t table, maka dapat diuraikan hasil analisis secara parsial yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengaruh variabel DPK (X1) terhadap KUR (Y), dari hasil perhitungan parsial menunjukkan bahwa pada taraf nyata 5% ( α =0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai tabel sebesar 2,119. Dengan pengujian statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 6,495 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, maka disimpulkan bahwa maka secara parsial variabel DPK (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap KUR. 2. Pengaruh variabel CAR (X2) terhadap KUR (Y), dari hasil perhitungan parsial menunjukkan bahwa pada taraf nyata 5% ( α =0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai tabel sebesar 2,119. Dengan pengujian statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 2,954 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel CAR (X2) berpengaruh signifikan terhadap KUR. 3. Pengaruh variabel NPL (X3) terhadap KUR (Y), dari hasil perhitungan parsial menunjukkan bahwa pada taraf nyata 5% ( α =0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai tabel sebesar 2,119. Dengan pengujian statistik diperoleh nilai t hitung sebesar -0,116 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,909, maka disimpulkan bahwa secara parsial variabel NPL (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap KUR. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dari hasil penelitian pada tabel 4.2, dapat diketahui bahwa besarnya Multiple Correlation Coeficient (R) adalah 0,961 yang berarti adanya hubungan yang kuat dan bersifat positif antara variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1), Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2) dan Non Performing Loan (NPL) (X3) terhadap besarnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Besarnya Multiple Coeficient of Determination (R Square) adalah 0,923 atau 92,3% yang berarti 92,3% besarnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dapat dijelaskan oleh variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL), sedangkan sisanya, yaitu 7,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dapat diketahui dari hasil perbandingan koefisien regresi masing-masing variabel. Dengan menggunakan standardized Coeficient Beta mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel independent (bebas) yang terdiri dari variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), dan variabel Non Performing Loan (NPL). Berdasarkan nilai standardized coefficients yang ditunjukkan pada output SPSS, diketahui bahwa nilai beta untuk variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah sebesar 1,080, sedangkan nilai beta untuk variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) masing-masing adalah sebesar 0,216 dan -0,018. Berdasarkan nilai beta standardized coefficients pada ketiga variabel bebas tersebut maka nilai beta standardized coefficients pada variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih besar dibandingkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL). Dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh dominan terhadap Penyaluran Kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dibandingkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL). Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ”Diduga Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh dominan terhadap Penyaluran Kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.,” terbukti kebenarannya. Uji normalitas data dilakukan untuk memastikan bahwa semua data dalam penelitian ini adalah menyebar normal (Ghozali, 2006). Untuk menguji normalitas data ini dapat dilakukan melalui olah data dengan program SPSS dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2 : Uji Normalitas Unstandardized Residual N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
20 .0000000 .10522652 .156 .075 -.156 .697 .717
a. Test distribution is Normal. Sumber : Output SPSS. Berdasarkan table 2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,697 dengan tingkat signifikansi jauh diatas 0,05 yaitu 0,717. Dengan kata lain bahwa nilai KS tidak signifikan, hal ini berarti residual terdistribusi secara normal. Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah ditemukan adanya korelasi yang sangat kuat antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2006). Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Apabila tolerance lebih dari 10% dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Tabel 3 : Nilai Tolerance dan VIF Variance Influence Variabel Bebas Tolerance Factor (VIF) Penelitian Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1) 8,247 0,121 Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2)
1,095
0,913
Non Performing Loan (NPL) (X3)
8,185
0,122
Sumber : Output SPSS. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai Variance Influence Factor (VIF) ketiga variabel lebih kecil dari 10. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1) memiliki nilai VIF = 8,247, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2) = 1,095 , dan variabel Non Performing Loan (NPL) (X3) = 8,185. Dari nilai VIF ketiga variabel tersebut berarti tidak terdapat korelasi yang kuat di antara salah satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Artinya, persoalan multikolinearitas di antara semua variabel bebas masih dapat ditolerir. Sedangkan nilai tolerance variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1) adalah sebesar 0,121, variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2) = 0,913, dan variabel Non Performing Loan (NPL) (X3) = 0,122. Nilai tolerance ketiga variabel menunjukkan lebih besar dari 0,1. Artinya, di antara variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Dengan demikian, hasil uji regresi masing-masing variabel adalah signifikan. Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode (t) dengan tingkat kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2006). Pengujian Autokorelasi dalam penelitian ini dengan meggunakan pengujian Durbin–Watson (DW test). Tabel 4 : Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 .961a .923 .909 a. Predictors: (Constant), logNPL, logCAR, logDPK b. Dependent Variable: logKUR
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson .11498
1.584
Berdasarkan Tabel 4 nilai D-W adalah 1,584. Nilai DW sebesar 1,584 ini selanjutnya dibandingkan nilai tabel DW (dengan df 5%, jumlah sampel (n) = 20, dan jumlah variabel bebas (k) = 3), maka didapat nilai dl = 0,89; du = 1,55. Oleh karena nilai DW (1,584) terletak pada kriteria du < d < 4 – du, yaitu 1,55 < 1,584 < 2,45, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak terdapat autokorelasi, positif atau negatif. Uji heteroskedastisitas adalah sebuah uji klasik dalam regresi untuk memastikan bahwa tidak terjadi varians yang berbeda di antara responden penelitian dalam memberikan jawaban atas kuesioner yang diberikan (Ghozali, 2006). Pengujian ini dapat dilakukan melalui SPSS dengan mengidentifikasikan sebagai berikut: Tabel 5 : Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser Unstandardized Coefficients Model (Constant)
B
Std. Error -.947
4.136
logDPK
.254
.763
logCAR
.237
logNPL
-.254
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. -.229
.822
.380
.333
.743
.338
.217
.700
.495
.268
-.647
-.947
.358
Sumber : Output SPSS. Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa variabel DPK, CAR, dan NPK memiliki nilai signifikansi 0,743; 0,495; 0,358 yang kesemuanya memiliki nilai diatas 0,01. Hal ini berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model ini, dengan kata lain semua variabel independen yang terdapat dalam model ini memiliki sebaran varian yang sama/homogen. Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan diatas dapat diperoleh sebagai berikut: Hasil pengujian statistik dengan uji-t menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai t = 6,495 dan tingkat signifikansi =0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini diperoleh ini sudah sesuai dengan teori-teori, penelitian empiris sebelumnya dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan yakni faktor Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran Kredit usaha Rakyat (KUR). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Soedarto (2004), Billy Arma Pratama (2010) dan Anita Maharani (2011) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap kredit perbankan. Hasil pengujian statistik dengan uji-t menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t = 2,954 dengan nilai signifikansi 0,009 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedarto (2004) dan Anita Maharani (2011) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap kredit perbankan. CAR yang tinggi memungkinkan bank memiliki modal yang cukup namun belum diikuti pemanfaat modal ke dalam aktiva yang menguntungkan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Billy Arma Pratama (2010) yang menyebutkan bahwa CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil pengujian statistik dengan uji-t menunjukkan bahwa variabel Non Performing Loan (NPL) dalam penelitian ini berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit dengan nilai t = -0,116 dan nilai signifikansi 0,909 lebih besar dari 0,05 (5%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dihasilkan oleh Himaniar Triasdini (2010), Pratama (2010) dan Anita Maharani (2011), yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit perbankan. Hasil uji simultan ini menghasilkan nilai F tabel sebesar 64,020 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai F tabel untuk model regresi di atas adalah 3,24 (F hitung lebih besar dari nilai F tabel) dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 ini menujukkan bahwa variabel independen yang antara lain Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai koefisien standar (standardized coefficients) pada variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) paling tinggi yaitu 1,018 dibandingkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Artinya, secara parsial dana pihak ketiga (DPK) merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. selama tahun 2008-2012. Hal ini sekaligus sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pengaruh variabel independen yang berupa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada tahun 2008 – 2012, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Bahwa variabel dana pihak ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Kredit Usaha Rakyat (KUR). 2. Variabel dana pihak ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sedangkan untuk variabel Non Performing Loan (NPL) benilai negatif dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hal ini dikarenakan semakin tingginya Non Performing Loan (NPL) akan mengakibatkan munculnya pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Dengan demikian besarnya NPL menjadi salah satu penghambat tersalurnya kredit perbankan. 3. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh dominan terhadap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hal tersebut disebabkan karena dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Saran Berdasarkan kesimpulan analisis yang telah dilakukan maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pihak manajemen bank agar berupaya meningkatkan kolektibilitas kreditnya sehingga dapat mengurangi rasio NPL dan memupuk Dana Pihak Ketiga, hal tersebut dikarenakan dapat meningkatkan kegiatan pada penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). 2. Untuk lebih meningkatkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di daerah, perlu adanya kebijakan dari pemerintah mendorong bank – bank menjadi pelaksana Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk Bank Pembangunan Daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 3. Bagi kepentingan penelitian lebih lanjut, perlu disarankan agar peneliti selanjutnya sebaiknya menganalisis faktor yang lainnya agar analisis lebih dihasilkan secara menyeluruh dan seimbang serta kinerja PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk di Indonesia sebaiknya lebih ditingkatkan. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA Admin. Peluncuran KUR. http://www.bni.co.id. Diakses tanggal 18 November 2012. Ali, Mashud. 2004. Asset Liability Management: Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. Jakarta: PT. Gramedia. Ashari. 2010. Potensi Lembaga Keuangan Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pengembangannya. http://pse.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 19 November 2012 Bank
Indonesia. 2010. Serba-Serbi Kredit Usaha Rakyat. http://www.bi.go.id./NR/rdonlyre/DDE3BFBD/3879/45FD/A30E/30E4EAD5B11/Supleme n4. Diakses tanggal 21 November 2012.
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. 2011. Statistik Perbankan Indonesia. Vol. 9, No. 7, Juni 2011, Bank Indonesia. www.bi.go.id. Diakses tanggal 24 November 2012. Fransisca dan Siregar. 2009. Pengaruh Faktor Internal Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Go Public di Indonesia Periode 2005-2007. Jurnal Penelitian Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Dikutip dari http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi6.html. Diakses tanggal 25 Desember 2012. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasibuan, Malayu. 2006. Dasar-Dasar Perbankan. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah. Insukindro. 1995. Ekonomi Uang dan Bank, Teori dan Pengalaman di Indonesia. Edisi 1 cetakan ketiga. Yogjakarta: BPFE UGM. Kasmir. 2007. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. _____. 2008. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 8. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Maharani, Anita. 2011. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Jumlah Kreditpada Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Cabang Makassar. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Makassar: Program Strata Satu Manajemen UNHAS Manurung, Mandala, Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta: Penerbit FE UI. Maria Oterio. 2005. Bringing Development Back into Microfinances. Journal of Microfinance Volume 1. http://www.journalofmicrofinance.co.id. Diakses tanggal 13 Januari 2013. NN. Kredit Usaha Rakyat tanpa Jaminan. http://kredit-usaha-rakyat.co.cc.) Diakses tanggal 23 Desember 2012. Pratama, Billy Arma. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum Indonesia Periode 2005-2009). Tesis. Tidak Dipublikasikan. Semarang: Program Pascasarjana Magister Manajemen UNDIP. Retnadi, Djoko. 2006. Perilaku Penyaluran Kredit Bank. Jurnal Kajian Ekonomi 2006.
Sentausa, Sentot A. 2009. Perbankan Minta BI Mempermudah Aturan. Kompas.com. Rabu 25 Maret 2009. Siamat, Dahlan. 1999. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara Siregar,Togi T.M.2006. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredi pada Bank Pemerintah Sumatera Utara. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Medan: Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Soedarto, Moch. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus pada BPR Wilayah Kerja BI Semarang). Tesis. Tidak Dipublikasikan. Semarang: Program Pascasarjana Magister Manajemen UNDIP. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Jakarta. Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Perihal Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (CAMELS Rating), Bank Indonesia, Jakarta. Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. 2006. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Wardoyo, Hendro Prabowo. 2010. Model Pengelolaan dan Pengembangan Kredit Mikro Koperasi Warga Tiara Kusuma Jakarta. http://repository.gunadarma.ac.id. Diakses tanggal 26 Januari 2013. Widjanarto. 2003. Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
.