ISBN :979-97017-5-g
Qrosifing S eminar
$fasionaf Qeterna fotn
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Prosiding Seminor Nosionol Peternokon
PEN DEKATAN TERPADU UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI SAPI BALI DI NTB1 Oleh:
'
Dqhlonuddin Yusuf Akhyor Sutoryonoz
1. Pendahuluan
Swasembada daging 2005 yang dicanangkan pemerintah tidak tercapai, bahkan lndonesia masih mengimpor 26% dari kebutuhan ciaging sapi dalam negeri (20% sapi
hidup, 6% daging beku; Hadi et al, 2002). Data dari Australian Bureau of Statistics (Rutherford et al., 2004) menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan selama krisis moneter, impor sapi potong hidup lndonesia dari Australia kembali meningkat secara drastis, yaitu dari 276.000 ekor pada tahun 2000 menja"di 289,525,429.615 dan 387.160
pada tahun 2001, 2002 dan 2003. Dalam 5 bulan pertama tahun 2004 total impor sapi
potong dari Australia mencapai 123.398 atau 24.680 ekor per bulan. Ketergantungan terhadap impor ini akan terus meningkat karena produksi sapi potong dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk.
Sapi Bali adalah sapi potong utama di lndonesia Timur. Talib et al. (2003) melaporkan bahwa populasi sapi Bali NTB pada tahun 2001 menempati urutan ke tiga dari 5 propinsi sumber sapi Bali utama di lndonesia, yaitu Sulawesi Selatan (751.277 ekor), Bali (533.042
ekor), NTT (472.626 ekor), NTB (392.090 ekor) dan Lampung (256.312 ekor). Dalam kurun waktu 1998
-
2001 populasi sapi Bali NTB mengalami penurunan sebesar 8.8% per
tahun.
Penurunan populasi sapi Bali ini diduga karena telah terjadi penurunan mutu genetik
akibat seleksi negatif yang terjadi secara terus menerus. Akan tetapi banyak ahli ' Makalah dipresentasikan pada seminar nasional peternakan di Kupang
2
Staf pengajar pada Fakultas Peternakan Universitas Mataram
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Prosiding Seminar Nosionol Peternokon
t'
disebabkan oleh tingkat berpendapat bahwa penurunan populasi ini lebih banyak meningkatkan produksi' pengeluaran ternak yang tidak sebanding dengan kemampuan berkesinambungan Oleh sebab itu, program peningkatan produksi yang terpadu dan salah satu penghasil merupakan prioritas utama untuk rnengernbahkan NTts sebagai
ternak potong nasional. 2. Peluang pengembangan
peluang pengembangan sapi Bali di NtB sangat besar karena pasar domestlk masih tahurl 1999, NTB masiil sangat terbuka. Tabel 1 menunjukkan bahwa sampai dengan namun jumlah tersebut mampu mengirim 33.000 ekor sapi ke oaerah lain di lndonesia, jumlah pengiriman sapi potong menurun sangat drastis sejak tahun 2000. Penurunan yang disebabkan oleh sulitnya sangat drastis dibandingkan dengan pengiriman sapi bibit, kg)' sapi dengan berat yang layak untuk dipotong (minimal 300 mendapatkan
No
I 2 3
4 5 6
k besar dari NTB ke daelq!-lq!! il-lnlqlggg 2002 2001 2000 1999 Jenis ternak 0 0 0 (uda potonq 0 56 581 1 005 (uda Bibit 697 16910 11108 20608 27143 Saoi ootono 3110 2729 616 581 3 Saoi Bibit 12768 13217 14669 Vorlr'srr nntnnn 14590 260 3696 1154 1464 Kerbau bibit
2003 2223 0
6099 4340 11390
1
0
jantan, 128 betina) tahun 2002 dan 550 ekor lronisnya, NTB mengekspor 908 ekor (857 juga mengekspor 255 ekor sapi (betina) sapi Bali bibit ke Malaysia. Pada tahun 2002, NTB Bali bibit (26 jantan, 229 betina) ke Timor Leste'
populasi dasar sapi Bali NTB Hal tersebut diatas merupakan ancaman bagi kelestarian peluang pasar' baik domestik namun merupakan indikasi yang sangat jelas bahwa besar lagi apabila sapi lokal maupun ekspor sangat besar. Peluang tersebut akan lebih upaya mecapai dapat menggantikan posisi sapi impor (substitusi impor) dalam pengembangan sapi Bali di NTB swasembada daging. Hal-hal lain yang mendukung diantaranya adalah:
-
point yang sangat baik ketersediaan kandang kelompok, yang merupakan entry untuk adopsi dan diffusi teknologi'
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Prosiding Seminor Nosionol Peternokon
/
-
Animo peternak untuk memelihara sapi masih sangat baik, rneskipun kalalt dihitung secara ekonomis, iidak banyak keuntungan yang dapat diharapkan.
-
Sapi Bali mendapat perhatian lembaga riset, cialam dan luar negei. Sejak 2001, ACIAR sudah rneitdanai beberapa peneiitian untuk peningkatan produktivitas sapi Bali di NTB.
3. Kendala dalt atternatif solusinya Semua pihak menyadari bahwa sapi Bali sangat sesuai dengan kondisi geografis, sosialekonomi dan buCaya peternak setempat, sehingga pemerintah telah mencanangkan Pulau Sumbawa (NTB) sebagai pusat pembibitan sapi Bali nasional. Akan tetapi, sampai saat ini
pulau Sumbawa belum mampu berperan sebagai pusat bibit sapi Bali nasional seperti yang diharapkan. Dalam 5 tahun terakhir, propinsi NTB justru tidak mampu memenuhi target pengiriman sapi ke daerah lain di lndonesia, yang merupakan indikasi kuat bahwa kesinambungan peternakan sapi Bali NTB sudah terganggu. Beberapa hal yang
memerlukan perhatian serius oleh semua pihak dalam rangka mendukung upaya peningkatan produktivitas sapi Bali secara terpadu adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan pakan
Kendala utama yang dihadapi peternak, terutama didaerah intensif seperti di Lombok, adalah terbatasnya kemampuan peternak untuk menyediakan pakan karena umumnya peternak bergantung pada rumput lapangan yang harus disabit di pematang sawah atau pinggir jalan. Saat ini peternak sudah harus membayar rumput yang ada di pematang sawah atau tanah tegalan milik orang lain dengan harga yang cukup mahal (sampai Rp 200.000 untuk seluruh pematang dalam lahan sawah seluas 1 Ha). Akibatnya satu KK hanya mampu memelihara rata-rata 2 ekor sapi.
program peningkatan produksi pakan yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan lebih banyak berupa penanaman rumput unggul, meskipun di beberapa lokasi tidak sesuai dengan kondisi lahan. penggunaan limbah pertanian tidak dilakukan secara komprehensif (misalnya tidak diimbangi dengan penyediaan konsentrat dan suplemen lainnya sehingga tidak rnencapai hasil yang diharapkan. percobaan pemberian ransum komplit dengan kandungan jerami amoniasi (50% dari total per hari ransum) mampu menghasilkan pertambahan berat badan sekitar 0.5 -0'6 kg
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor 59
I
Prosiding Seminar Nosionol Peternokon
ternak dan analisis finansial (Dahlanuddin, 2005; tidak dipublikasikan). Produktivitas yang dicapai dengan pemberian dengan pemberian pakan komplit ini sama dengan
komplit memungkinkan peternak rumput lapangan. Akan tetapi, penggunaan ransum jauh iebin banyak dan iirnbah pei'taniarr dapat memelihara sapi cialam jumiah 5'ang (tidak dibakar percuma)' menjadi komoditi yang bernilai ekeonomi ransum komplit tentunya sangat sesuai Pengunan limbah pertanian sebagai komponen (crop-Livestock System' cLS)' Pola lain yang dengan Pola lntegrasi Ternak Tanaman
saatinisedangdiujidibeberapalokasidilhdonesiaTimur(ProjectAC|ARAS2/2004/005)
pemilihan komoditi tanaman pangan dan pakan adalah penerapan besf-bef hasil modeling pirihan kepada peternak untuk di rahan marginar. penerapan moder ini akan memberikan tanaman pangan maupun dari tanaman menyediakan pakan ternak, baik dari lirnbah pakan yang paling menguntungkan secara ekonomis'
sapi persilangan ? b. Kesesuaian bangsa sapi: Sapi Bali atau TahunlggTpemerintahmengimporlebihdari2000ekorinduksapiBrahmandariAustralia Lombok' Tujuannya adalah untuk menciptakan untuk disilangkan dengan sapi Brangus di .Garur Lombok,, yang diharapkan .memiriki produktivitas tinggi dan sesuai sapi Brangus mendukung pengembangan sapi Bali karena dengan kondisi setempat. Kebijakan ini tidak persilangan menyebabkan turunnya persepsi masyarakat tentang keunggulan sapi beberapa tahun berjalan' preferensi terhadap sapi Bali. Kenyataannya, setelah sangat buruk karena peternak tidak penampilan produksi sapi Brahman impor tersebut pemberian pakan sehingga pola pemberian disiapkan dengan baik terutama dalam hal pada malnutrisi dan akhirnya tidak dengan sapi Bali, yang berdampak pakan disamakan
mampu berproduksi sebagaimana diharapkan'
sapi Bari rebih unggul dibandingkan saat ini, sebagian besar peternak rebih yakin bahwa Hasir survey terhadap peternak sapi persirangan untuk kondisi peternakan tradisionar. dari 84% responden (n =100) menyukai (Zaenuri et al., 2003) menunjukkan bahwa lebih yang menyukai sapi persilangan' Menurut sapi Bali dibandingkan hanya 9 % responden reproduksi yang baik' mudah dipelihara' peternak, sapi Bali disukai karena; penampilan dan harganya lebih terjangkau dibandingkan telah beradaptasi dengan kondisi setempat
sapi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan dengan sapi persilangan. Kenyataan ini
persilangan,sapiBalilebihsesuaidengankondisialamdankapasitas(skill'finansial)
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
t_-
Prosiding Seminor Nosionol Peternokon
petani setempat sehingga perlu ada upaya pemerintah untuk lebih
intensif
mengembangkan sistim produksi sapi Bali yang berkesinambungan.
c. Sistim perkawinan: Kawin alarn atau lE ? hanya Dradjat (2002) meiaporkan bahwa hasil lB di Kecamatan Gerung, Lombok Barat, penelitian ACIAR menghasilk an 16-240/o dari jumlah betina produktif. Sebaliknya, hasil
(poppi et al, 2004) menunjukkan bahwa introduksi pejantan dan kawin alam terkontrol pada kelompok peternak di Kelebuh dapat menghasilkan angka penyapihan diatas 90%.
penerapan lB pada sapi Bali
,"O"trtny, tidak sesuai dengan kebutuhan
peternakan
prasyarat rakyat yang umumnya bersifat subsisten yang tidak mudah untuk menyediakan (lihat dasar yang harus dipenuhi agar lB dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan
Drajat, 2OO2;2005). Akibatnya peternak saat ini cenderung memilih kawin alam yang tingkat keberhasilannya bisa dipastikan, sebagaimana hasil survey pada Tabel 3. Tabel 3. Pendapat peternak (351 responden) tentang sistim perkawinan yang dikehendaki hlanuddin et al Total Tidak tahu (abupaten Keduanya IB Kawin alam 100 2 15 8 73 -ombok Tenqah 104 12 7 10 75 LombokBarat 99 10 22 27 40 Lombok Timur 48 1 0 0 47 Sumbawa 351 25 44 45 235 Iotal
pendapat peternak tersebut menunjukkan bahwa mayoritas peternak menyukai kawin alam dibandingkan dengan lB.
d. Ketersediaan peiantan Kendala lain yang cukup penting adalah terbatasnya jumlah pejantan yang tersedia di masyarakat (Tabel4) karena memelihara pejantan dianggap tidak menguntungkan.
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Prosiding Seminor Ncsionol Peternokon
Tabel 4. Ketersediaan pejantan di dalam kelompok(Dahlanuddin
lbrtpaterr ombok Tenoah
-ombokBarat -ombok Timur Sumbawa
Tidak
Tidak ada
I
2-1
>1
4B
23
19
I
21
12
17
15
29 22
2
2
6
I
et al., 2oo4)
n'ieniawab
Total
1
100
29
13
104
19
26
99
6
32
48
Dukungan pemerintah yang sangat diharapkan masyarakat adalah penyediaan pejantan untuk mendukung sistim kawin alam di setiap kelompok. Pejantan dibantu oleh pemerintah
untuk dijadikan asset abadi kelompok; dipelihara oleh anggota kelompok dengan mendapat upah dari setiap perkawinan (misalnya Rp 10000 per service) dan menjualnya
setelah musim kawin selesai. Dana hasil penjualan disimpan oleh kelompok untuk digunakan pada musim perkawinan tahun berikutnya.
Program bantuan pejantan ini akan lebih baik dibandingkan dengan program pengadaan
ternak oleh pemerintah, baik melalui perguliran .maupun bantuan langsung masyarakat (BLM) yang sebetulnya hanya memindahkan ternak dari pulau yang lain bahkan dari kabupaten yang lain dalam wilayah NTB. Hasil penelitian ACIAR (Poppi et al., 2OO4) menunjukkan bahwa penyediaan pejantan dan pola kawin alam terkontrol dalam sistim manajemen terpadu dapat meningkatkan angka penyapihan diatas g0%, memperpendek jarak beranak (setahun sekali), meningkatkan berat lahir dan berat sapih.
e. Keamanan beternak
Faktor keamanan merupakan kendala yang sangat menghambat motivasi masyarakat untuk betemak. Pencurian ternak sudah menjadi masalah yang sangat sulit disetesaikan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya populasi ternak di NTB. Hal inilah yang memotivasi masyarakat untuk membentuk kandang kelompok, yang saat ini sudah sangat umum ditemui di Pulau Lombok (Tabel 2). Dengan sistim kandang ketompok, penjagaan keamanan pada malam hari bisa dilakukan secara kolektif. Akan tetapi, akhir-akhir ini,
jumlah kandang kelompok cenderung berkurang karena sebagian masyarakat beranggapan kondisi keamanan cukup membaik sehingga terlalu perlu untuk bergabung
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
I
Prosiding Seminor Nosionol Peternokon
dalam kandang kelompok untuk mengatasi keamanan. Kenyataannya, masalah pencurian ternak masing sering terjadi sehingga keberdaan kandang kelompok ini pedu ditingkatkan.
Sebetulnya fungsi kandang kelompok bisa dikembangkan pada fungsi-fungsi diluar
penjagaan keamarran seperti yang teriihat pada iampiran
i.
Kandang kelompok
sebetulnya merupakan entry point yang sangat baik untuk adopsi dan diffusi teknologi, meskipun saat ini belum banyak kelompok yang dimanfaatkan untuk tujuan tersebut. Tabel 2. Tujuan utanra memberttuk kandang kelompok di NTB (Dahlanuddin et al., 2004)
luiuan
(abupaten
Ya
Meniaqa keamanan
-omboklengah
91
Vleniaoa kebersihan
ombok Barat ombok Timur Sumbawa -ombok Tenoah -ombok Barat -ombok Timur Sumbawa
Tidak
Total
I
100
94 90
10
104
2
76 80
46 24 24
81
18
I
47
I
99 48 100
104 99 48
Jaminan keamana beternak ini perlu diupayakan oleh pemerintah daerah, misalnya membentuk Perda yang mengatur soal keamanan, penyuluhan dan pendekatan melalui berbagai elemen masyarakat seperti tokoh agama.
f. Pentingnya peran penyuluh: Revitalisasi institusi penyuluhan Sejak otonomi daerah, fungsi penyuluh pertanian sebagian besar mengalami penurunan karena sebagian pemerintah Kabupaten
/ Kota telah menghilangkan institusi
penyuluhan
sehingga aktivitas penyuluhan dibidang peternakan sangat rendah. Revitalisasi institusi
penyuluhan
dan peningkatan kapasitas (capacity building) penyuluh
peternakan,
khususnya tentang manajemen pemeliharaan sapi Bali, sangat diperlukan. Peningkatan
kemampuan penyuluh dalam hal teknis peternakan sapi Bali sangat penting karena urnumnya penyuluh pertanian berperan multifungsi dan tidak terfokus hanya pada bidang tertentu.
3. Kesimpulan dan rekomendasi
Agar produksi sapi Bali
di
NTB dapat ditingkatkan secara signifikan,
program
pengembangan tidak dapat dilakukan secara parsial, misalnya hanya memperbaiki aspek
reproduksi atau nutrisi saja, namun diperlukan pendekatan yang terpadu dan 63 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
I
f
Prosiding Semincr Msionol Peternokon
berkesinambungan. Dengan memperhatikan berbagai aspek yang telah diuraikan diatas maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
a.
pola pemeliharaan terpaclu (kawin alam terkcntrol, prenyediaan pejantan terseleksi,
pengaturan penyapihan dan penyesuaian ketersediaan pakan dengan siklus reproduksi ternak) yang didemonstrasikan
di Kelebuh
(Lombok Tengah) perlu
disebarluaskan (sca/ing up). Sebagai langkah awal, pemerintah menyediakan pejantan untuk disebarkan ke ketompok-kelompok peternak yang nantinya menjadi asset abadi kelomPok.
b.
Dukungan petuga's penyuluh yang handal untuk mempercepat adopsi dan diffusi teknologi yang direkomendasikan sangat vital cialam upaya pengembangan sapi Bali di NTB. Oleh sebab itu, program revitalisasi institusi dan personel penyuluhan perlu didukung ciengan sungguh-sungguh.
Keberadaan kandang kelompok, yang unik untuk Pulau Lombok, merupakan respon masyarakat terhadap ancaman keamanan ternak, sehingga pemerintah
perlu meningkatkan jaminan keamanan bagi peternak. Kandang kelompok ini merupakan entry poinf yang sangat penting untuk proses adopsi dan diffusi teknologi yang direkomendasikan. d.
penggunaan limbah pertanian telah lama direkomendasikan oieh pemerintah namun adopsi teknologi dalam hal ini sangat rendah karena secara individu, peternak tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk aplikasi teknologi dengan input dari luar rumah tangga petani. Adopsi teknologi ini dapat ditingkatkan dengan pendekatan kelompok, salah satunya dengan pembentukan unit produksi pakan
.l
t
l, l, I
1
komplit pada tiaptiap kelompok. Bantuan finansial awal diharapkan dari pemerintah daerah dan teknis dapat disediakan oleh perguruan tinggi dan BPTP.
ii
:l l I
fi .l.i lr
lt
llrr ;lt1
ilil liit
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor il,, llr
I
!111
k
Prosiding Seminor Nosionol Peternokon
Daftar pustaka Dahlanuddin, A. Muzani, Lia Hadiawati and J. G. Bulu (2004). Current protitus of collective housing systems for Bali cattle production in Lombok and Sumbawa. ACIAR AS2/2000/1 C3 project report. Dradjat, A. S. (2002). Penampilan reproduksi sapi Bali dengan menggunakan inseminasi Kecamatan Gerung Lombok Barat. Journal llmu dan Teknologi buatan Peternakan. 1: 1- 4.
di
Hadi, P.U., llham, N., Thahar, A., Winarso, B., Vi Rcent, D., Quirke, lndonesia's Beef lndustry. ACIAR Monograph.
D. (2002) lmproving
Poppi, D.P, G Fordyce, T. Panjgitan, Dahlanuddin, Mashur anci A. Muzani QAlq. Developing an integrated development package for bali cattle in eastern island of lndcnesia. ACIAR A52/2000/103 Final Report. Rutherford, A., Dahlanuddin, Hermansyah Pany, L. A. Zenuri, K. Puspadi, Y. G. Bulu and Lia Hadiawati (2004). Economic and marketing factors affecting the adoption and impact of the integrated production system (lPS) developed for Bali cattle in the eastern islands of lndonesia. ACIAR A52/2000/103 (extension) project report.
Zaenuri,1.A., Panjaitan, T.S., Dahlanuddin (2003) Farmer Perceptions of Bali Cattle Production and Marketing on Lombok and Sumbawa. ACIAR A32/2000/103 project report
#ntl###$$ffi
PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor ss ffiF*i#,tfi#Sffiltdli$,.