PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA PELATIHAN INTERNASIONAL KAWASAN KONSERVASI BAGI NEGARA NEGARA ASIA PASIFIK
www.koran-jakarta.com Sektor Kelautan
RI Dukung Kerja Sama Kelautan AsiaPasifik ISTIMEWA
TEGAL - Indonesia memberikan dukungan terhadap program kerja sama antara negara berkembang atau South-South Corporation kawasan Asia-Pasifik di bidang kelautan dan perikanan. Dukungan ini sebagai bentuk komitmen Indonesia secara aktif memperkuat dan meningkatkan hubungan ekonomi antara negaranegara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Salah satu bentuk dukungan tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan International Training Program on Marine Protected Area Management Planning yang melibatkan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusiaa Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Hal ini tidak terlepas dari posisi Indonesia sebagai pelopor The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF), yang merupakan bentuk kerja sama enam negara yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Pulau Solomon, dan Timor Leste sejak tahun 2007. Pelatihan yang diikuti peserta dari sejumlah negara berkembang di Asia-Pasifik, seperti Papua Nugini, Fiji, Karibati, dan Timor Leste tersebut berlangsung 3-13 Juni 2013 di Tegal, Jawa Tengah. Kepala BPSDM Kementerian Kelautaan dan Perikanan, Suseno Sukoyono, menyatakan program ini disusun untuk mengelola dan memperkuat sumber daya alam (SDA) melalui sumber daya manusia (SDM). "Penentuan jenis pelatihan kali ini berdasarkan bentuk komitmen Indonesia untuk bersamasama dengan negara sahabat di kawasan regional untuk meningkatkan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan," kata Suseno dalam sambutannya saat pembukaan pelatihan di Tegal, Selasa (4/6). Selain itu, lanjutnya, pertimbangan pemilihan jenis pelatihan juga berdasar komitmen KKP melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan dengan konsep blue economy. Negara Kontributif Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik (IDP) Kementerian Luar Negeri, AM Fachir, mengungkapkan program ini juga mengusung misi kebangsaan dengan memosisikan Indonesia sebagai negara kontributif. Menurutnya, Indonesia berupaya untuk berbagi pengetahuan dengan negara berkembang yang memiliki kepentingan sama sebagai negara
maritim dan berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. "Kita tidak mengajarkan, tapi berbagi, bekerja sama, dan menjalin kemitraan," kata Fachir. Selain itu, tambahnya, Indonesia mencoba melihat secara luas, bukan hanya dari segi pelatihan, tapi peluang untuk ekonomi dari bentuk kerja sama yang dibina saat ini. SouthSouth Corporation sudah menjadi program nasional, program tersebut melibatkan semua stakeholders alias pemangku kepentingan. Sementara itu, Duta Besar Republik Fiji, Ratu Seremaia Tuinausori Cavuilati, menyambut baik pelatihan tersebut. Dia berharap kerja sama ini menjadi fondasi untuk membangun kemitraan di bidang lain, ke depan. "Saya sangat menghargai inisiatif Indonesia untuk membentuk South-South Corporation. Semoga ke depannya bukan hanya kerja sama di sektor perikanan saja yang dikembangkan, tetapi di sektor lainnya seperti pertanian," kata Cavuilati. ins/E-3
www.mediarakyat99.com
KEMLU dan KKP Gelar Pelatihan Konservasi Bagi Negara Asia Pasifik Tegal (Media Rakyat) Sebagai bagian dari dukungan Indonesia terhadap South-South Cooperation (Kerja Sama Selatan-Selatan) dan komitmen Indonesia untuk berperan dalam kancah pembangunan ekonomi masyarakat dunia, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyelenggarakan pelatihan internasional bagi negara-negara sahabat. Pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk aktif dalam pembentukan keseimbangan pembangunan ekonomi dengan memperkuat dan meningkatkan hubungan ekonomi negaranegara berkembang yang menjadi tujuan dari kerja sama Selatan-Selatan, hasil kerja sama Kemlu dengan Kementerian terkait. Pada kesempatan ini Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik (Ditjen IDP) Kemlu bekerja sama dengan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menyelenggarakan Pelatihan Internasional Perencanaan Kawasan Konservasi bagi negaranegara Pasifik, tanggal 3-13 Juni 2013, di Tegal, Jawa Tengah. Kerja sama Kemlu dan KKP pada penyelenggaraan pelatihan ini bukanlah hal baru. Dalam lima tahun terakhir, Kemlu dan KKP telah menyelenggarakan 11 pelatihan internasional bagi SDM kelautan dan perikanan yang diikuti oleh 200 orang peserta dari 26 negara. Ruang lingkup pelatihan terus dikembangkan. Semula pelatihan fokus di bidang penangkapan ikan dan budidaya, namun dua tahun ini ruang lingkup diperluas menjadi penanganan ikan pasca panen dan bahkan tahun ini dilaksanakan pelatihan yang bernuansa pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Pada pelatihan ini para peserta terdiri dari 10 orang dari kawasan Asia Pasific (Papua Nugini, Fiji, Kiribati, dan Timor Leste) serta 3 orang dari Indonesia (Sorong, Papua Barat), bertempat di Hotel Karlita Tegal dan Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Tegal. Materi pelatihan adalah kombinasi materi MPA 101 dan MPA Planning Management milik National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) sebanyak 70 jam pembelajaran. Selain itu, dilakukan pula Field Trip di kawasan silvofisheries Tegalsari. Kegiatan Field trip ini merupakan praktek penyemaian dan penanaman bakau serta budidaya kepiting soka yang dilanjutkan dengan kunjungan ke pusat kerajinan Tegal. Bertindak sebagai fasilitator pelatihan berasal dari Institut Pertanian Bogor; Conservation Indonesia; The Nature Conservancy; BPPP Tegal. Adapun narasumber pelatihan berasal dari Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Bakau Mulya dan P2MKP Griya Karya Tiara Kusuma. Kepala BPSDM KP, Suseno Sukoyono, pada sambutannya saat membuka pelatihan, Selasa (4/6), di BPPP Tegal, mengatakan penentuan jenis pelatihan kali ini berdasarkan bentuk komitmen Indonesia untuk bersama-sama dengan negara sahabat di kawasan regional untuk meningkatkan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Hal ini tidak lepas dari posisi Indonesia yang mempelopori The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) sebagai sebuah kerja sama yang diikuti
enam negara (Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Philippines, Solomon Islands and Timor Leste) sejak tahun 2007. Selain itu, pertimbangan pemilihan jenis pelatihan juga berdasarkan komitmen KKP untuk melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan dengan konsep blue economy. Presiden Susilo Bambang Yuhyono pada Rio+20 Summit Sidelines di Brazil Tahun 2012 berkomitmen untuk memperkuat upaya Indonesia guna membangun blue economy yang akan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di seluruh daerah laut dan pesisir. Ia menegaskan kembali kepemimpinan Indonesia pada CTI untuk kehidupan laut, keamanan pangan, dan perubahan iklim. Menurut Suseno konsep blue economy merupakan pembangunan berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan yang dilandasi prinsip-prinsip peningkatan dan keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan, efisiensi alam, tidak merusak lingkungan, peningkatkan pendapatan dan perluasan lapangan pekerjaan melalui pengembangan usaha dan investasi inovatif dan kreatif untuk kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial. Pada kongres dunia blue economy di Madrid, Spanyol, bulan April lalu, Indonesia telah menyampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam kerangka blue economy, yang akan ditindaklanjuti dengan sinergi yang lebih luas bersama negara-negara lain yang juga memiliki komitment yang kuat dalam mengembangkan pembangunan yang berkelanjutan berbasis blue economy. Karenanya tak heran, komitmen Indonesia terhadap isu-isu konservasi sangatlah besar. Salah satu target yang akan dicapai Indonesia adalah luas kawasan konservasi perairan seluas 20 juta ha pada tahun 2020, di mana pada tahun 2012 telah tercapai luas kawasan konservasi perairan seluas 15,78 juta ha. Sementara itu sampai dengan tahun 2014 diperlukan lebih dari 2.544 pengelola kawasan konservasi perairan yang terdiri dari Managerial Level, Middle Level, dan Ranger Level. Untuk memenuhi target pemenuhan SDM kommpeten tersebut, BPSDM KP telah menyelenggarakan serangkaian kegiatan pelatihan (MPA 101, EAFM, GIS, Tourism Guidance, Public Consultation, dsb) yang selama tiga tahun terakhir telah mencapai jumlah 981 peserta. Ia menambahkan, dalam rangka mempersiapkan SDM pengelola kawasan konservasi tersebut, KKP telah menyusun standar kompetensi khusus pada pekerjaan perencanaan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Standar ini selanjutnya menjadi sumbangsih kami yang juga dapat menjadi referensi bagi pengembangan kawasan konservasi perairan di kawasan regional. Suseno berharap pelatihan ini memberikan kesempatan peserta untuk belajar pengalaman Indonesia secara praktek mengenai manajemen fundamental dan perencanaan untuk daerah perlindungan laut. Ia juga berharap bahwa pelatihan ini akan memainkan peran penting sebagai forum untuk bertukar ide antara Indonesia dan peserta dari negara-negara sahabat untuk membangun sinergi dan kerjasama dalam pembangunan kelautan dan perikanan. “Saya percaya bahwa melalui fasilitas pelatihan yang tersedia serta fasilitator dan narasumber yang berpengalaman, para peserta akan memperoleh keterampilan dan pengalaman yang sangat berharga, jejaring yang kuat, serta dapat menerapkannya di negara masing-masing dan menularkan ilmunya pada masyarakat setempat” tambah Suseno
www.ciputranews.com
Dubes Papua Nugini Apresiasi Pelatihan Konservasi Duta Besar Papua Nugini Peter Illou menyampaikan apresiasi pada Pemerintah Indonesia terkait pelatihan konservasi kawasan perairan untuk negara Asia Pasifik. 'Pemerintah Papua Nugini berterima kasih dengan terselenggarannya kegiatan pelatihan konservasi ini karena hal ini pertama kali kami mengikuti di Tegal,' katanya di Tegal Selasa malam. Ia mengatakan bahwa pelatihan konservasi itu akan bermanfaat untuk Papua Nugini dan peserta berasal dari negara lainnya karena kegiatan tersebut tidak hanya membahas masalah ekonomi melainkan juga bidang kelautan dan perikanan. 'Oleh karena itu, negara Papua Nugini akan terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia pada bidang spesialis tuna,' katanya. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusian, Kelautan, dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Suseno Sukoyono mengatakan bahwa penentuan jenis pelatihan di Balai Pendidikan, Pelatihan Perikanan (BPPP) Tegal berdasarkan bentuk komitmen Indonesia bersama-sama dengan negara sahabat di kawasan regional untuk meningkatkan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Hal itu, kata dia, tidak lepas dari posisi Indonesia yang memelopori 'The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF)'.(ant/rd)
KKP Siapkan SDM Berskala Internasional Konservasi Perairan Laut Tegal - Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Suseno Sukoyono mengatakan pemerintah telah memasang target kawasan konservasi perairan seluas 20 juta hektar di 2020. Hingga 2012 lalu, dari target itu telah tercapai 15,78 hektar. Selain itu, Suseno juga menjelaskan, solusi yang akan dilakukan selanjutnya untuk memperbaiki kerusakan laut adalah dengan Marine Protected Area (MPA) “Hal ini dapat bantu memelihara sekaligus memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan melalui partisipasi aktif masyarakat,” ujar Suseno pada acara International Training Program on Marine Protected Area Management Planning, di Tegal, Jawa Tengah, Selasa (4/6). Hal ini, lanjut Suseno, sejalan dengan komitmen KKP untuk melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan dengan konsep blue economy (ekonomi biru). Suseno mengatakan, ini merupakan pembangunan berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan yang dilandasi prinsip-prinsip peningkatan dan keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan, efisiensi alam, tidak merusak lingkungan. “Peningkatkan pendapatan dan perluasan lapangan pekerjaan melalui pengembangan usaha dan investasi inovatif dan kreatif untuk kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial,” imbuhnya. Pada Kongres Dunia Blue Economy di Madrid, Spanyol, bulan April lalu, Indonesia telah menyampaikan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam kerangka blue economy, yang akan ditindaklanjuti dengan sinergi yang lebih luas bersama negara-negara lain yang juga memiliki komitmen yang kuat dalam mengembangkan pembangunan yang berkelanjutan berbasis blue economy. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rio+20 Summit Sidelines di Brazil Tahun 2012 berkomitmen untuk memperkuat upaya Indonesia guna membangun blue economy yang akan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di seluruh daerah laut dan pesisir. Ia menegaskan kembali kepemimpinan Indonesia pada The Coral Triangle Initiative (CTI) untuk kehidupan laut, keamanan pangan, dan perubahan iklim. Pendekatan Sinergi Lebih lanjut Suseno menjelaskan pendekatan sinergi terkait untuk menghindari tumpang tindih kewenangan dan pengawasan antar lembaga terkait, BPSDM KP bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) adalah dengan KKP Incorporated. “Contoh nyata adalah Pelatihan di Tegal. BPSDMKP juga bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan untuk mencetak SDM kelautan yang unggul dan saat ini bekerja baik di dalam maupun luar negeri sebagai awak maupun nakhoda kapal perikanan,” kata Suseno. Menurut dia, International Training di Tegal menunjukkan Indonesia siap tampil dan berkontribusi mencetak SDM unggul tidak hanya skala nasional, tetapi sekaligus di kancah internasional. Sementara itu sampai dengan tahun 2014 diperlukan lebih dari 2.544 pengelola kawasan konservasi perairan yang terdiri dari Managerial Level, Middle Level, dan Ranger Level.
Untuk memenuhi target pemenuhan SDM kommpeten tersebut, BPSDM KP telah menyelenggarakan serangkaian kegiatan pelatihan (MPA 101, EAFM, GIS, Tourism Guidance, Public Consultation, dsb) yang selama tiga tahun terakhir telah mencapai jumlah 981 peserta. Dia menambahkan, dalam rangka mempersiapkan SDM pengelola kawasan konservasi tersebut, KKP telah menyusun standar kompetensi khusus pada pekerjaan perencanaan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Standar ini selanjutnya menjadi sumbangsih kami yang juga dapat menjadi referensi bagi pengembangan kawasan konservasi perairan di kawasan regional. Suseno berharap pelatihan ini memberikan kesempatan peserta untuk belajar pengalaman Indonesia secara praktek mengenai manajemen fundamental dan perencanaan untuk daerah perlindungan laut. Ia juga berharap bahwa pelatihan ini akan memainkan peran penting sebagai forum untuk bertukar ide antara Indonesia dan peserta dari negara-negara sahabat untuk membangun sinergi dan kerjasama dalam pembangunan kelautan dan perikanan. “Saya percaya bahwa melalui fasilitas pelatihan yang tersedia serta fasilitator dan narasumber yang berpengalaman, para peserta akan memperoleh keterampilan dan pengalaman yang sangat berharga, jejaring yang kuat, serta dapat menerapkannya di negara masing-masing dan menularkan ilmunya pada masyarakat setempat” tambah Suseno. Sementara itu, Duta Besar Papua Nugini Peter Illou menyampaikan apresiasi pada Pemerintah Indonesia terkait pelatihan konservasi kawasan perairan untuk negara Asia Pasifik. “Pemerintah Papua Nugini berterima kasih dengan terselenggarannya kegiatan pelatihan konservasi ini karena hal ini pertama kali kami mengikuti di Tegal,” Ujarnya. Peter mengatakan bahwa pelatihan konservasi itu akan bermanfaat untuk Papua Nugini dan peserta berasal dari negara lainnya karena kegiatan tersebut tidak hanya membahas masalah ekonomi melainkan juga bidang kelautan dan perikanan.
www.indonesiarayanews.com
Dubes Papua Nugini Apresiasi Pelatihan Konservasi @IRNewscom I Tegal: DUTA Besar Papua Nugini Peter Tillou menyampaikan apresiasi pada Pemerintah Indonesia, terkait pelatihan konservasi kawasan perairan untuk negara Asia Pasifik. "Pemerintah Papua Nugini berterima kasih dengan terselenggarannya kegiatan pelatihan konservasi ini, karena hal ini pertama kali kami mengikuti di Tegal," katanya di Tegal, Selasa (4/6) malam. Ia mengatakan bahwa pelatihan konservasi itu akan bermanfaat untuk Papua Nugini dan peserta berasal dari negara lainnya, karena kegiatan tersebut tidak hanya membahas masalah ekonomi melainkan juga bidang kelautan dan perikanan. "Oleh karena itu, negara Papua Nugini akan terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia pada bidang spesialis tuna," ujarnya. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusian, Kelautan, dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Suseno Sukoyono mengatakan bahwa penentuan jenis pelatihan di Balai Pendidikan, Pelatihan Perikanan (BPPP) Tegal berdasarkan bentuk komitmen Indonesia bersama-sama dengan negara sahabat di kawasan regional untuk meningkatkan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Hal itu, kata dia, tidak lepas dari posisi Indonesia yang memelopori 'The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF)'. Kerja sama itu, katanya, diikuti oleh enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Solomon Islands, dan Timor Leste, sejak 2007. "Selain itu, pertimbangan pemilihan jenis pelatihan juga berdasar komitmen KKP melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan dengan konsep 'blue economy," jelasnya. [ant]
Dubes Papua Nugini Apresiasi Pelatihan Konservasi Jumat, 07 Jun 2013 12:32:20 WIB
Tegal, Antara Jateng - Duta Besar Papua Nugini Peter Illou menyampaikan apresiasi pada Pemerintah Indonesia terkait pelatihan konservasi kawasan perairan untuk negara Asia Pasifik. "Pemerintah Papua Nugini berterima kasih dengan terselenggarannya kegiatan pelatihan konservasi ini karena hal ini pertama kali kami mengikuti di Tegal," katanya di Tegal Selasa malam. Ia mengatakan bahwa pelatihan konservasi itu akan bermanfaat untuk Papua Nugini dan peserta berasal dari negara lainnya karena kegiatan tersebut tidak hanya membahas masalah ekonomi melainkan juga bidang kelautan dan perikanan. "Oleh karena itu, negara Papua Nugini akan terus meningkatkan kerja sama dengan Indonesia pada bidang spesialis tuna," katanya. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusian, Kelautan, dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Suseno Sukoyono mengatakan bahwa penentuan jenis pelatihan di Balai Pendidikan, Pelatihan Perikanan (BPPP) Tegal berdasarkan bentuk komitmen Indonesia bersama-sama dengan negara sahabat di kawasan regional untuk meningkatkan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan. Hal itu, kata dia, tidak lepas dari posisi Indonesia yang memelopori "The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF)". Kerja sama itu, katanya, diikuti oleh enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Solomon Islands, dan Timor Leste, sejak 2007. "Selain itu, pertimbangan pemilihan jenis pelatihan juga berdasar komitmen KKP melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan dengan konsep 'blue economy," katanya. Editor : Mahmudah
NERACA, 7 JUNI 2013
KORAN JAKARTA, 7 JUNI 2013
SUARA PEMBARUAN, 6 JUNI 2013