Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN ENDEED UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN DIGTAL LITERACY PADA MATA KULIAH ETIKA PROFESI Implementation Of Problem Based Learning With Open Endeed To Increase Communicaion Ability And Digital Literacy In Professional Ethics Course Santi Kusuma Fajarwati S.Pd Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang, HP/Telp. 08123325705; e-mail:
[email protected] Abstrak Penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan digital literasi mahasiswa pada mata kuliah etika profesi. Penelitian ini dilakukan di jurusan biologi FMIPA UM dengan berbasis Lesson Study selama dua siklus yang terdiri dari empat pertemuan pada semester ganjil 2014-2015. Tahap lesson study yang dilakukan terdiri dari tahap Plan, Do, dan See. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran dilakukan tahap Plan oleh pengajar untuk menjelaskan proses pembelajaran yang akan dilakukan dan mendapatkan masukan dari observer. Saat proses pembelajaran, observer mengamati proses pembelajaran yang berlangsung (tahap Do) dan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakanlah tahap See untuk mengevaluasi proses pembelajaran. Aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi dan digital literasi. Kemampuan komunikasi merupakan kemampuan dalam mengutarakan pertanyaan dan pendapatnya dalam suatu forum pembelajaran, data diperoleh selama proses pembelajaran melalui lembar observasi. Lembar observasi penilaian kemampuan berkomunikasi terdiri dari 3 deskriptor, adapun nilai yang diperoleh secara keseluruhan mengalami peningkatan dari siklus 1 sebesar 86,87 menjadi 87,92 pada siklus 2. Kemampuan digital literasi mahasiswa dinilai menggunakan lembar penilaian yang terdiri dari 4 deskriptor. Kemampuan digital literasi mahasiswa juga mengalami peningkatan dari siklus 1 sebesar 90,75 menjadi 90,82 pada siklus 2. Kata Kunci: pembelajaran berbasis masalah, pendekatan open endeed, kemampuan berkomunikasi, digital literasi. Abstract implementation of problem based learning with open endeed o increase communication ability and digital literacy in professional ethics course. This research held in biology of Matematics and Science Faculty with Lesson study in two siklus that consist of four meeting at the first semester 2014-2015. The stage of lesson study are Plan, Do, and See. Before implementing the learning process carried out by the teacher Plan stage to explain the learning process and get feedback from the observer. When the learning process, the observer observing the learning process that takes place (stage Do) and after the learning process is completed lecture do the see stage to evaluate the learning process. There are two aspects that valuing in this research, they are communication ability and digital literacy. The communication ability is the student‘s ability to express questions and opinions in a forum for learning, the data obtained from the observation sheets during the learning process through observation sheet. Observation sheet communication skills assessment consists of three descriptors, while the value obtained overall has increased from cycle 1 at 86.87 become 87.92 in cycle 2. Digital literacy ability valuing by assessment sheet consists of four descriptors. Digital literacy ability also increased from cycle 1 at 90.75 into 90.82 in cycle 2. Key words: problem based learning, open endeed, communication ability, digital literacy. 1148
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN Zaman semakin lama semakin berkembang begitu pula dengan standar yang harus dimiliki oleh setiap individu juga mengalami peningkatan sehingga tuntutan pendidikan juga semakin meningkat mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Pada abad 21 saat ini kemampuan dalam hal bertindak sangat dibutuhkan untuk dapat terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Salah satu kemampuan bertindak yang penting yang harus dimiliki oleh individu yang hidup di abad 21 ini adalah kemampuan berkomunikasi. Seperti diketahui bahwa komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain sehingga dengan menguasai kemampuan berkomunikasi dapat menghubungkan individu dengan individu lainnya. Kemampuan berkomunikasi pada dasarnya sudah dimiliki oleh individu sejak lahir hanya saja dalam perkembangannya kemampuan berkomunikasi tersebut ada yang terasah dan ada yang tidak terasah dengan baik sehingga berdampak saat individu tersebut beranjak dewasa dan membutuhkan komunikasi dengan dunia luar. Perkembangan zaman juga membawa dampak pada perubahan penggunaan teknologi yang digunakan yang semakin maju dan jika generasi muda tidak dapat mengimbangi perubahan teknologi yang sedang berkembang tersebut bukan tidak mungkin generasi muda hanya akan menjadi pengguna dari teknologi yang ada tanpa bisa mengembangkan atau menciptakan suatu teknologi baru bagi kehidupan. Oleh karena itu kemampuan generasi muda dalam mengikuti perkembangan teknologi harus terus digalakkan agar generasi muda tidak ketinggalam zaman dan menjadi generasi yang ―melek teknologi.‖ Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan selama dua kali diketahui bahwa kemampuan berkomunikasi telah dimiliki oleh setiap mahasiswa hanya saja kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa masih kurang, jadi seakan-akan hanya mahasiswa tertentu saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Kemampuan digital literasi mahasiswa juga cukup baik, hal ini ditunjukkan dari presentasi yang disajikan oleh kelompok presenter yang menggunakan berbagai macam media pembelajaran dan memuat kasus dari berbagai media cetak dan elektronik. Kelemahannya terkadang mahasiswa masih bingung untuk menentukan apakah sumber yang dimilikinya merupakan sumber yang valid ataukah tidak, selain itu mahasiswa cenderung tidak mencantumkan sumber yang digunakannya sebagai referensi dalam bertanya atau dalam mengemukakan pendapatnya. Disisi lain kemampuan digital literasi mahasiswa hanya terlihat dari mahasiswa yang presentasi saja dan juga dari mahasiswa tertentu yang bertanya atau berpendapat dengan mencantukan sumbernya, untuk mahasiswa lain yang tidak presentasi dan bertanya atau berpendapat tanpa menyampaikan sumbernya tidak dapat diukur kemampuan digital literasinya. Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti melakukan suatu tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi mahasiswa dan juga meningkatkan kemampuan digital literasi mahasiswa yang diharapkan dapat berguna sebagai bekal mahasiswa baik dalam bidang pendidikan maupun bekal hidup di masyarakat setelah lulus dari Universitas Negeri Malang. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada permasalahan yang diberikan oleh pengajar kepada mahasiswa untuk dipecahkan secara bersama-sama atau secara individu. Menurut Muhamad Nur, 2012 menyatakan bahwa pembalajaran berbasis masalah merupakan pengajaran yang memberikan tantangan 1149
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
bagi siswa untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata (terbuka) secara induvidu maupun kelompok. Dengan memberikan permasalahan, diharapkan mahasiswa kreatif untuk memberikan pemecahan permasalahan sesuai dengan sumber belajar yang diperolehnya dan juga berdasarkan pemikirannya dengan demikian satu orang dapat memiliki pemecahan masalah yang berbeda dengan mahasiswa lainnya walaupun permasalahan yang dihadapinyaa sama sesuai dengan salah satu kelebihan dari pembelajaran berbasis masalah yaitu dapat melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui aktifitas belajar. Untuk dapat bertanya dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang diberikan oleh pengajar, mahasiswa harus melakukan kajian pustaka. pustaka yang digunakan mahasiswa dapat berupa segala macam sumber belajar baik berupa sumber belajar cetak maupun elektronik dengan sumber yang jelas. Sehingga digital literasi mahasiswa dapat ditingkatkan dengan mencari dan memilih sumber belajar yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Dalam penelitian ini model pembelajaran berbasis masalah dipadukan dengan pendekatan open endeed. Pendekatan open endeed merupakan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban atas pertanyaan atau permasalahan lebih dari satu macam. Berdasarkan pendapat Shimada (1997) menyatakan bahwa suatu masalah open endeed merupakan masalah yang banyak penyelesaiannya dan banyak cara untuk mendapatkan penyelesaian. Pendekatan open endeed dalam penelitian ini disisipkan di dalam pemberian permasalahan pada fase sarasehan, dimana mahasiswa akan dihadapkan dengan sebuah permasalahan yang dapat dipecahkan dengan berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan banyak jawaban. Pendekatan ini cocok untuk mata kuliah etika profesi dalam menyikapi profesi guru saat ini karena dalam menyikapi kondisi guru saat ini tidak ada satu jawaban pasti terhadap suatu permasalahan yang ada di dalam kehidupan nyata. Sesuai dengan pendapat Takahashi (2006) yang menyatakan bahwa soal terbuka (open endeed) merupakan permasalahan yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaiannya. Berdasarkan kajian pustaka tersebut maka peneliti menggunakan model pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed untuk meningatkan kemampuan berkomunikasi dan digital literasi mahasiswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus yang berbasis Lesson Study. Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari Plan, Do, dan See. Peneliti berperan sebagai dosen model dan observer dalam proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Universitas Negeri Malang Jl. Semarang kelas A jurusan Pendidikan Biologi angkatan 2012. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Biologi off A semester V tahun pelajaran 2014/2015 Universitas Negeri Malang dengan jumlah mahasiswa 25 orang yang terdiri dari 1 mahasiswa laki-laki dan 24 mahasiswa perempuan.
1150
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Variabel Pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan open ended Kemampuan berkomunikasi Kemampuan digital literacy
Data dan Sumber Data Instrumen Lembar observasi keterlaksanaan Lembar observasi kemampuan berkomunikasi Lembar observasi kemampuan digital literacy
Teknik Observasi Observasi Portofolio
Analisis data dilakukan dengan cara mengisi rubrik penilaian observasi yang dilanjutkan dengan mengolah data mentah tersebut. Langkah-langkah analisis data kemampuan berkomunikasi dan digital literasi sebagai berikut. a) Memberikan skor pada rubrik penilaian kemampuan berkomunikasi dan digital literasi mahasiswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. b) Menjumlahkan skor masing-masing rubrik penilaian dengan rumus sebagai berikut. Skor Total = c) Membandingkan hasil analisis data kemampuan berkomunikasi dan digital literacy mahasiswa pada siklus 1 dan 2 untuk mengetahui perkembangannya. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut PTK LESSON STUDY PTKLS Pembentukan Observasi Awal Observasi Awal: Kelompok Lesson Kegiatan yang dilaksanakan pada Study tahap ini adalah sebagai berikut. a. Melakukan observasi di kelas yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian meliputi mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran dan mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Pembentukan Kelompok Lesson Study Kegiatan poin a dan b dilaksanakan pada tanggal 05, 12 dan19 September 2014 1. PLAN: Kegiatan Pra Penelitian 1. Mengidentifikasi dan Perencanaan (Mengidentifikasi dan merumuskan Merumuskan Masalah masalah yang terjadi di kelas, Penguasaan materi pembelajaran (skenario) menyusun rencana tindakan – Plan) Kemampuan berdasarkan kondisi Kegiatan yang dilaksanakan pada kognitif, afektif, dan kelas dan fokus tahap ini adalah sebagai berikut. psikomotor mahasiswa kompetensi yang a. Melakukan identifikasi dan Strategi yang ingin dicapai secara merumuskan masalah yang diterapkan 1151
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
kolaboratif. Skenario (RPP) Perangkat (media untuk trik pembelajaran) 2. Menyusun Rencana Tindakan menyusun skenario pembelajaran (RPP) menyiapkan media untuk trik pembelajaran 1. Melaksanakan Tindakan Melaksanakan proses pembelajaran dengan berperan sebagai dosen model sesuai dengan RPP yang telah dibuat
2. DO: Pelaksanaan pembelajaran oleh dosen modeldengan skenario yang telah dikembangkan bersama
4. Mengobservasi dan Mengambil Data Keterlaksanaan rencana tindakan (lembar observasi) Aktivitas belajar siswa (lembar observasi) Catatan anekdotal (hasil pengamatan yang tidak termuat dalam lembar observasi)
Observasi pembelajaran oleh anggota kelompok (tim LS) yang difokuskan pada aktivitas belajar siswa, dan merekam fakta/fenomena belajar yang menarik
dijumpai di kelas pada saat kegiatan observasi. b. Menyusun skenario pembelajaran (RPP) c. Menyiapkan media untuk penunjang trik pembelajaran yang akan dilakukan Dilaksanakan pada tanggal 11-16 Oktober 2014 (Siklus 1) dan pada tanggal 27-30 Oktober 2014 (siklus 2)
1152
Pelaksanaan Penelitian (Melaksanakan tindakan, mengobservasi dan mengambil data) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut. Dosen model: Melakukan kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dan dioersiapkan pada saat tahap plan. Observer: a. Melakukan observasi pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas belajar siswa, dan merekam fakta/fenomena belajar yang menarik Keseluruhan fenomena yang dijumpai oleh observer ketika di kelas dituliskan dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran siswa, catatan lapangan, dan lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan Lesson Study. b. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru. Berkaitan dengan hal ini, maka observer juga mengisi lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh dosen. c. Membantu dosen untuk mengasses keterampilan sosial mahasiswa dengan menggunakan rubrik penilaian keterampilan mahasiswa. Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 dan 24 Oktober 2014 (Siklus 1) dan tanggal 31 Oktober 2014 dan 5 Nopember
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
5. Menganalisis dan Menginterpretasi Data Kompilasi dan pengelolaan data Analisis data kuantitatif (secara deskriptif atau statistik) Analisis data kualitatif secara deskriptif Menginterpretasi data (membaca/mencermati, menghubunghubungkan, menarik simpulan)
SEE: Refleksi melalui kegiatan diskusi refleksi diri dosen model komentar semua pengamat Revisi skenario pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya berdasarkan masukan dari refleksi
6. Menyusun Laporan PTK Menyusun hasil PTK
2014 (Siklus 2) Pasca Penelitian (Menganalisis dan menginterpretasi data, merefleksi dan menyusun rencana tindak lanjut) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut. a. Refleksi diri dosen model b. Pemberian komentar observer c. Kompilasi dan pengelolaan data d. Analisis yang dikumpulkan e. Menginterpretasi data. f. Merancang skenario (RPP) untuk kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 dan 24 Oktober 2014 (siklus 1) dan tanggal 31 Oktober 2014 dan 5 Nopember 2015 (siklus 2) atau setiap selesai dilakukan kegiatan pembelajaran (Do). Menyusun laporan PTKLS
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari penelitin ini berupa data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran, kemampuan berkomunikasi, dan digital literasi mahasiswa. Observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan oleh 3 orang observer menggunakan lembar keterlaksanaan pembelajaran. Terdapat 3 tahap dalam lesson study yaitu plan, do, dan see. Pada siklus 1 berdasarkan penilaian keterlaksanaan pembelajaran tahap perencanaan ratarata keseluruhan adalah 0,96 yang menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan tahap perencanaan telah dilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil penilaian oleh observer menggunakan lembar observasi keterlaksanaa pembelajaran tahap Do diperoleh rata-rata total sebesar 0,77 yang artinya hampir seluruh kegiatan telah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan setiap indikatornya, dari 20 indikator yang ada 13 diantarnya mendapatkan nilai yang sempurna atau dengan kata lain telah dilakukan dengan baik oleh dosen model hanya ada 4 indikator yang tidak mendapatkan nilai sempurna dan ada 1 indikator yang mendapatkan nilai yang rendah yaitu 0,3 tentang miskonsepsi yang dilakukan oleh dosen model. Berdasarkan hasil penilaian observasi keterlaksanaan proses pembelajaran tahap see diperoleh rata-rata nilai sebesar 0,975 yang mengindikasikan bahwa hampir seluruh kegiaatan pada tahap see telah dilakukan dengan baik oleh dosen model dan observer. Pada siklus 2 berdasarkan penilaian keterlaksanaan pembelajaran tahap perencanaan rata-rata keseluruhan adalah 0,95 yang menunjukkan bahwa sebagian besar 1153
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
kegiatan tahap perencanaan telah dilakukan dengan baik. Pada setiap indikator juga menunjukkan nilai yang maksimal, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut telah dilakukan kecuali pada kegiatan nomor 3 tentang pengelolaan waktu yang sangat kurang sekali karena waktu pembelajaran melebihi dari waktu yang telah direncanakan dalam RPP. Berdasarkan hasil penilaian oleh observer menggunakan lembar observasi keterlaksanaa pembelajaran tahap Do diperoleh rata-rata total sebesar 0,95 yang artinya hampir seluruh kegiatan telah dilaksanakan dengan baik oleh dosen model. Dilihat berdasarkan setiap indikatornya, dari 19 indikator hanya indikator nomor 16 yang berkaitan dengan pengelolaan waktu saja yang masih sangat kurang (mendapatkan poin terburuk). Berdasarkan hasil penilaian observasi keterlaksanaan proses pembelajaran tahap see diperoleh rata-rata nilai sebesar 0,92 yang mengindikasikan bahwa hampir seluruh kegiaatan pada tahap see telah dilakukan dengan baik oleh dosen model dan observer. Hanya pada deskriptor atau kegiatan nomor 5 saja yang mendapatkan nilai terburuk karena observer lebih condong kepada pengelolaan alokasi waktu yang kurang baik. Penilaian kemampuan berkomunikasi mahasiswa menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi Pada siklus 1 kemampuan berkomunikasi menggunakan lembar observasi kemampuan berkomunikasi diketahui bahwa rata-rata keseluruhan nilai yang diperoleh adalah 86,87 yang menunjukkan nilai yang sangat memuaskan. Sedangkan jika dilihat berdasarkan nilai pada setiap deskriptornya, deskriptor nomor 1 mendapatkan nilai yang tertinggi yaitu 93,75 yang menunjukkan bahwa mahasiswa telah mampu menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya dengan sangat baik meliputi kemampuan mahasiswa dalam memahami tujuan dari pertanyaan dan pendapat yang diajukan serta dapat menyampaikannya dengan baik. Berdasarkan hasil observasi kemampuan berkomunikasi pada siklus 2 diketahui bahwa rata-rata keseluruhan nilai yang diperoleh adalah 87,92 yang menunjukkan nilai yang sangat memuaskan. Sedangkan jika dilihat berdasarkan nilai pada setiap deskriptornya, deskriptor nomor 1 mendapatkan nilai yang tertinggi yaitu 91,25 yang menunjukkan bahwa mahasiswa telah mampu menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya dengan sangat baik meliputi kemampuan mahasiswa dalam memahami tujuan dari pertanyaan dan pendapat yang diajukan serta dapat menyampaikannya dengan baik. Hasil penilaian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penilaian pada siklus 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berkomunikasi mahasiswa. Penilaian digital literasi mahasiswa menggunakan lembar penilaian. Berdasarkan hasil penilaian artikel yang telah dilakukan oleh dosen model pada siklus 1 menggunakan kriteria yang telah dibuat dalam lembar penilaian artikel diperoleh nilai rata-rata keseluruhan sebasar 90,75 yang menunjukkan bahwa kemampuan digital literacy mahasiswa baik bahkan pada deskriptor nomor 1 yaitu dalam hal kemampuan memilih informasi mahasiswa telah mahir dalam menguasai cara mencari sumber informasi dan mampu memilih informasi yang paling tepat sesuai dengan materi pembelajaran dan permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian artikel pada siklus 2 diperoleh nilai rata-rata keseluruuhan sebasar 90,82 yang menunjukkan bahwa kemampuan digital literacy mahasiswa baik bahkan pada deskriptor nomor 1 yaitu dalam hal kemampuan memilih informasi mahasiswa telah mahir dalam menguasai cara mencari sumber informasi dan mampu memilih informasi yang paling tepat sesuai dengan materi 1154
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
pembelajaran dan permasalahan yang diajukan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan digtal literasi mahasiswa. PEMBAHASAN Pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu permasalahan untuk dikaji bersama-sama dengan menggunakan berbagai literatur dan dari berbagai macam sudut pandang yang berbeda. Pendekatan yang dapat mengakomodasi ciri dari pembelajaran berbasis masalah tersebut adalah pendekatan open endeed karena pendekatan open endeed merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permaslaahan dengan jawaban terbuka. Artinya dari satu pertanyaan bisa memunculkan berbagai macam jawaban. Adapun sintaks secara umum pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 tahapan utama yaitu 1) Tahap orientasi masalah Tahap orientasi masalah merupakan tahapan dimana mahasiswa diperkenalkan atau dijelaskan tentang tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran yang aan dibahas pada pertemuan ini. Tahapan ini sering dilewatkan oleh pengajar karena sudah tertera di dalam RPS, pada saat proses pembelajaran hanya dibicarakan tentang materi yang akan dikaji pada pertemuan tersebut. 2) Tahap mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap mengorganisasi siswa untuk belajar merupakan tahapan untuk membantu mahasiswa untuk mendefinisikan dan mengorganisir tugas belajar yang berhubungan dnegan masalah atau materi pembelajaran. Pada tahapan ini mahasiswa akan mendapatkan penjelasan tentang materi pembelajaran yang akah dikaji pada pembelajaran selanjutnya dan pada tahap ini pula dapat ditentukan tema sarasehan yang akan dikaji dalam pembelajaran. Penentuan tema sangat penting karena dari tema yang telah ditentukan akan dapat mengakomodasi seluruh kompetensi yang diharapkan dapat terpenuhi dari materi pembelajaran yang sedang dikaji. Dalam hal ini pendekatan open endeed sangat dibutuhkan, dengan menentukan tema sarasehan yang bersifat open endeed artinya memungkingkan jawaban terbuka dari berbagai sudut pandang dapat memperkaya wawaasan mahasiswa dan juga dapat meningkatkan kemampuan digital literasinya karena mahasiswa akan berusaha untuk mencari sumber belajar yang sesuai dengan permasalahannya dan juuga disesuaikan dengan perannya di dalam kelompok di kelas. 3) Tahap membimbing penyelidikan individu maupum kelompok Tahapan ini juga dilakukan mahasiswa diluar jam belajar karena pada tahapan ini diharapkan seluruh mahasiswa menggunakan seluruh daya upayanya dan kemmapuannya untuk mendapatkan informasi sedetail mungkin dan seakurat mungkin yang berhubungan dengan materi pembelajaran dan permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal ini kemampuan digital literasi mahasiswa akan diuji, sejauh mana kemampuan mahasiswa untuk mencari dan mengolah informasi yang diperolehnya tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi diri mahasiswa. 4) Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahapan ini mahasiswa menyajikan karya yang dibuatnya dalam bentuk apapun, misalnya dalam bentuk presentasi, artikel, poster atau yang lainnya. Dalam hal ini kemampuan digital literasi dan kemampuan berkomunikasi mahasiswa juga diuji. Jika 1155
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
mahasiswa menampilkan karyanya dalam bentuk presentasi maka kemampuan berkomunikasi dan digital literasinya diuji sedangkan jika karyanya berupa tertulis misalnya poster atau artikel maka kemampuan digital literasinya yang dinilai. 5) Mengembangkan dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahapan ini pengajar membantu mahasiswa untuk melakukan evaluasi terhadap permasalahan yang dihadapi dan bagaimana cara pemecahannya. Berdasarkan tahapan pembelajaran berbasis masalah tersebut maka pendekatan open endeed dapat dipadukan didalam salah satu tahapannya sehingga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan digital literasi mahasiswa. Pada penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed dapt meningkatkan kemampuan berkomunikasi mahasiswa, hal ini ditunjukkan dari hasil penilaian yang telah dilakukan selam 2 siklus. Partisipasi mahasiswa dalam kegiatan diskus dan sarasehan mengalami peningkatan dari 9 orang yang tidak bertanya atau berpendapat pada siklus 1 menjadi 5 orang saja pada siklus 2 dengan total seluruh mahasiswa 25 orang. Peningkatan partisipasi mahasiswa tersebut karena adanya penambahan model-pendekatan pembelajaran yang digunakan. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan tema sarasehan yang bersifat open endeed maka dapat memungkinkan berbagai macam solusi yang ditawarkan oleh mahasiswa mengenai suatu permasalahan yang sedang dikaji yang berdampak pada tingginya tingkat partisipasi mahasiswa dalam forum diskusi dan sarasehan. Selain itu trik yang digunakan juga menjadi fasilitas mahasiswa untuk berpartisipasi karena dengan menggunakna trik dan taktik ticket games dapat menjadikan seluruh mahasiswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Jika dilihat dari penilaian lembar observasi kemampuan berkomunikasi pada siklus 1 secara keseluruhan total nilai yang diperoleh sebesar 86,78 dengan predikat sangat baik sedangkan pada siklus 2 total nilai yang diperoleh sebesar 89,38 dengan predikat sangat baik pula. Jika dilihat dari setiap indikatornya maka pada deskriptor nomor 1 tentang kemampuan menyampaikan pertanyaan dan pendapat pada siklus 1 sebesar 93,75 dan pada siklus 2 sebesar 91,25, terjadinya penurunan ini dikarenakan kondisi kelas yang kurang kondusif pada siklus 2 sehingga mahasiswa terlihat lebih banyak membubuhi pertanyaan dan pendapatnya dengan bercanda. Pada deskriptor kedua yaitu tentang kemampuan dalam menggunakan bahasa tidak mengalami penurunan dan juga kenaikan, hal ini karena mahasiswa terbiasa menggunakan bahasa daerahnya masing-masing tetapi setelah belajar di UM lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia pada saat mengajar maka kemampuan menggunakan bahasa baku mahasiswa juga meningkat. Untuk dapat meningkatkan kemampuan ini lebih baik lagi kalau dalam setiap pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia yang baku, hal ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam menggunakan bahasa baku dan sebagai bekal untuk mahasiswa jika mengajar di luar pulau Jawa. Pada deskriptor nomor 3 yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dengan jelas mengalami kenaikan nilai dari 81,25 menjadi 87,5 terjadinya kenaikan ini salah satunya dikarenakan suasana belajar yang dibuat senyaman mungkin oleh mahasiswa dan juga oleh dosen model. Selain itu kemampuan berkomunikasi dengan jelas dapat meningkat pada diri mahasiswa karena mahasiswa telah diberika permasalahan beberapa hari sebelum proses pembelajaran 1156
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
dengan demikian mahasiswa dalam berlatih atau mengingat apa saja yang akan dingkapkan atau ditanyakannya pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian singkat selama 2 siklus tersebut dapat diketahui dengan adanya pembelajaran berbasis masalaha menggunakan pendekatan open endeed dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi mahasiswa kelas A pendidikan biologi angkatan 2012. Penerapan pembalajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed dapat meningkatkan kemampuan digital literasi dibuktikan dari hasil penilitian yang telah dilakukan selama 2 siklus. Digital literasi merupakan kemampuan mahasiswa untuk memilih, mengevaluasi, dan menimbang sumber bacaan yang dijadikan referensi dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan perubahan zaman saat ini wajar jika kemampuan digital literasi sangat dibutuhkan oleh mahasiswa, hal ini karena pada abad 21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah tidak terbendung lagi maka mahasiswa juga harus mampu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi tersebut. Tetapi tidak semua sumber belajar yang ada merupakan sumber belajar yang relevan dan akuntabel, terkadang sumber belajar yang banyak ditemukan tersebut bukan dari ahlinya sehingga dapat menyesatkan jika meyakininya oleh karena itu dibutuhkanlah kemampuan untuk memilih dan mengevaluasi sumber belajar yang diperoleh mahasiswa tersebut dan kemampuan tersebut dikenal dengan istilah digital literacy. Kemampuan digital literacy dapat dinilai dengan menggunakan lembar penilaian dan sumbernya bisa diperoleh dari berbagai macam dokumen yang dihasilkan oleh siswa. Dalam penelitian ini menggunakandokumen berupa artikel, artikel yang diserahkan oleh mahasiswa merupakan artikel yang menjadi sumber bacaan utama mahasiswa sebagai bekal sebelum mengikuti perkuliahan. Dengan mengetahui artikel yang berfungsi sebagai sumber bacaan tersebut, dosen model dapat mengetahui kemampuan digital literasi mahasiswa karena dari situlah diketahui apakah mahasiswa sudah dapat memilih dan mengevaluasi artikel yang digunakannya sebagai sumber bacaan ataukah belum. Menurut Greinstein, 2012 penilaian digital literasi mahasiswa dapat dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian dengan 3 deskriptor utama yaitu memilih, mengevaluasi, dan menimbang sumber bacaan. Lembar penilaian artikel yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari standar penilaian digital literasi yang ditentuka oleh Greinstein. Berdasarkan hasil penilaian artikel menggunakan lembar penilaian artikel diperoleh data secara umum terjadi peningkatan nilai kemampuan digital literasi mahasiswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 total nilai yang diperoleh mahasiswa sebesar 90,75 sedangkan pada siklus 2 total nilai yang diperoleh sebesar 90,82 peningkatan yang terjadi sangat tipis sekali hal ini dikarenakan waktu untuk mencari artikel yang terlalu sedikit yaitu kurang dari satu minggu dengan kriteria yang telah ditentukan sehingga mahasiswa merasa kesulitan untuk mencari artikel yang sesuai dengan kriteria dalam jangka waktu kurang dari satu minggu tersebut. jika dijabarkan sesuai dengan masing-masing deskriptor, pada deskriptor nomor 1 berkaitan dengan keseusian artikel yang dipilih dengan tema materi pembelajaran mahasiswa mendapatkan nilai sempurna yaitu 100. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mengerti tema apa yang harus mereka cari disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan dikaji. Deskriptor kedua yaitu artikel 1157
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
yang dipilih bersifat up to date ataukah tidak, dalam hal ini terjadi peningkatan dari siklus 1 sebesar 90 menjadi 93,3 pada siklus 2. Peningkatan tersebut terjadi karena pada akhir siklus 2 mahasiswa diberi pengumuman untuk mencari artikel yang up to date atau paling tidak 3 tahun terakhir. Deskriptor ketiga yaitu artikel yang diperoleh harus berbasis kasus ini juga mengalami peningkatan pada siklus 1 sebesar 83 dan pada siklus 2 sebesar 93,3. Setelah mendapatkan pengarahan bahwa artikel yang baik adalah artikel yang berbasis kasus buka hanya artikel yang memuat kajian pustaka saja maka mahasiswa lebih memilih artikel yang berbasis kasus daripada artikel yang berisi tentang kajian pustaka. deskriptor terakhir yaitu sumber artikel berasal dari sumber yang terpercaya ini megalami penurunan dari 90 pada siklus 1 menjadi 76,67 pada siklus 2 hal ini diksrenakan mahasiswa terkadang sulit membedakan antar sumber yang berbasis kasus yang dimuat pada media online dengan kasus tidak nyata yang juga sering dimuat dimedia online. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yaitu penerapan pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan digital literasi mahasiswa. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru a) Implementasi pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan digital literasi sehingga perlu dikembangkan untuk pembelajaran lainnya. b) Implementasi lesson study secara berkelanjutan akan membantu dosen mempercepat peningkatan profesionalismenya. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Implementasi pembelajaran berbasis masalah menggunakan pendekatan open endeed dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan digital literasi mahasiswa, sehingga dapat dikombinasikan dengan strategi atau taktik pembelajaran lainnya sesuai dengan kecakapan yang ingin dicapai oleh pengajar. DAFTAR PUSTAKA Heinemann. 2008. Why Use Open-Ended Question?. (Online). (http://books.heinemann.com/math/reasons.cfm, diakses 10 Desember 2014), Inprasitha, M. 2008. Open-ended Approach and Teacher Education. Journal of Education. (Online). (http://www.human.tsukuba.ac.jp/~mathedu/journal/vol25/inprasitha.pdf, diakses 09 Desember 2014). Lidinillah D.A.M. 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Jurnal Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 2 Mei 2012 Halaman 53-59. (Online). (http://www.pembelajaranberbasismasalah.jurnalpendidikanbiologi/4/2012.pdf, diakses 09 Desember 2014). 1158
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Livne, N.L, Livne, O. E., & Wight, C. A. (2008). Enhanching Mathematical Creativity Through Multiple Solutions to Open-Ended Problems Online. (Online). (http://www.iste.org/Content/NavigationMenu/Research/ NECC_Research_Paper_Archives/NECC2008/Livne.pdf, diakses 09 Desember 2014). Nohda, N. (2008). A Study of ―Open-Approach‖ Method in School Mathematics Teaching – Focusing On Mathematical Problem Solving Activities. (Online). (http://www.nku.edu/~sheffield/nohda.html, diakses 09 Desember 2014). Permanasari V, Sugiarto B, dan Ira K. 2013. Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Openended Terhadap Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Pada Materi Trigonometri Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa .Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol.1 No.1 Maret 2013. (Online). (http://www.efektifitaspendekatanpembelajaranopenendeenterhadapkemampuanber pikirmatematissiswa,jurnalpendidikanmatematik.pdf, diakses 09 Desember 2014) Retanningdyah K. Y. 2013. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatak Hasil Belajar Materi Pemanfaatan Lingkungan Hidp pada Siswa kelas XI IPA MAN 1 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Shimada. 1997. Lesson Study for Effective Use of Open-Ended Problems. (Online), (http://e-archive.criced.tsukuba.ac.jp.pdf, diakses 09 Desember 2014). Siswanto, Maridi, Dan Marjono. 2012. Pengaruh Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas Vii Smp Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. (Online). (http://www.pengaruhmodelproblembasedlearningterhadapkemampuanmemecahka nmasalahdanhasilbelajarkognitifsiswa.pdf, diakses 09 Desember 2014) Syaban, M. 2008. Menggunakan Open-Ended Problem untuk Memotivasi Berpikir Matematika. (Online). (http://educare.efkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=54, diakses 10 Desember 2014). Takahashi, A. 2008. Communication as Process for Students to Learn Mathematical. (Online). (http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/ apec2008/papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi_USA.pdf, diakses 10 Desember 2014).
1159