Protozoologi IMA YUDHA PERWIRA
Protozoologi merupakan cabang biologi (dan
mikrobiologi) yang mengkhususkan diri dalam mempelajari kehidupan dan klasifikasi Protozoa. Secara klasik, objek pengkajiannya adalah empat kelompok besar protozoa: amoeboidea, ciliata, flagellata, dan sporozoa.
Morfologi Protozoa Struktur dari sel Protozoa terdiri dari dua
bagian: Sitoplasma dan Nukleus atau inti. Sitoplasma terdiri dari: Ektoplasma dan Endoplasma Ektoplasma yaitu bagian luar yang terdiri dari hialin yang jernih dan homogen dengan struktur yang elastis. Ektoplasma mempunyai beberapa fungsi. Ektoplasma berfungsi sebagai alat pergerakan dengan cara membuat: Pseudopodia pada kelas Rhizopoda, Silia pada kelas Ciliata, Flagel pada kelas Mastigophora (Flagellata) dan Membran bergelombang pada Mastigophora.
Ektoplasma berfungsi mengambil makanan yaitu
Protozoa bergerak dan mengambil makanan dengan pseudopodia, makanan cair diserap secara osmosis sedang makanan padat melalui sitoplasma (mulut yang rudimenter) lalu melalui sitofaring membentuk tabung ke dalam endosplasma. Dalam vakuola, makanan diubah oleh enzim hingga dapat dicerna. Ektoplasma berfungsi untuk ekskresi dilakukan dengan tekanan osmosis dan difusi. Pada beberapa spesies ekskresi dilakukan oleh vakuola kontraktil, tapi pada umumnya ekskresi dilakukan melalui permukaan sel yaitu lubang khusus sitopage.
Ektoplasma berfungsi untuk respirasi secara langsung
dengan mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida atau secara tidak langsung dengan mengambil oksigen yang dilepas oleh aktivitas enzim dari persenyawaan kompleks. Ektoplasma berperan dalam bertahan diri yaitu dengan melindungi bagian yang lebih dalam. Pada stadium trofozoit ektoplasma berbentuk selaput tipis yang tidak memberi bentuk tetap pada golongan Amoeba, tapi memberi bentuk tetap pada Ciliata dan Mastigophora. Pada stadium kista, ektoplasma membentuk selaput kuat yang disebut dinding kista. Bentuk dinding kista ini diperlukan untuk kelangsungan hidup diluar hospes dan sebagai pertahanan terhadap zat di saluran percaernaan.
Endoplasma adalah bagian dalam dari sel, tidak
jernih yang berbutir – butir dan di dalamnya terdapat inti. Di dalam endoplasma ini terdapat vakuola makanan, makanan cadangan, vakuola kontraktil, benda asing, dan benda kromatoid. Pada Mastigophora biasanya terdapat kinetoplasma yang terdiri dari benda para basal dan bleparoplas, yaitu tempat keluar flagel.
Nukleus atau Inti adalah bagian terpenting yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup dan untuk reproduksi serta untuk mengatur metabolisme. Nukleus terdiri dari membran inti (selaput inti) yang meliputi serabut inti (retikulum) yang berisi cairan dan kariosom. Dalam nukleus yang berbentuk vesikel, butir – butir kromatin berkumpul membentuk butir tunggal. Dalam nukleus yang berbentuk granula butir – butir tersebar merata. Struktur inti, terutama susunan kromatin dan kariosom berperan dalam membedakan spesies dari Protozoa.
Ektoplasma Alat Pergerakan Mengambil Makanan Alat Ekskresi Alat Respirasi
Alat Perlindungan
Endoplasma Tempat vakuola makanan, makanan cadangan, vakuola kontraktil, benda asing, dan benda kromatoid
Nukleus
Pusat Pengaturan Metabolisme
Protozoa dibedakan dari algae karena tidak
berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Klasifikasi Protozoa Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme
gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina. Protozoa yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora. Protozoa yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora. Protozoa yang tidak dapat bergerak dan merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa.
Commitee on Systematics and Evolution of the
Society of Protozoologist pada Tahun 1980 mengklasifikasikan Protozoa menjadi 7 kelas baru. Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas.
Perkembangan Taksonomi Protozoa
Protozoologi Klasik Mastigophora Sarcodina
Protozoologist Comittee1980 Sarcomastigophora
Ciliaphora
Ciliaphora
Sporozoa
Acetospora Apicomplexa
Anggota Genera Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor Genera Paramyxa
Microspora
Genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria Genera Metchnikovella
Myxospora
Genera Myxidium dan Kudoa
Labyrinthomorpha
Perkembangbiakan Protozoa Protozoa dapat berkembang biak secara seksual dan
aseksual. Secara aseksual protozoa dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak sel (biner), pada Flagelata pembelahan terjadi secara longitudinal dan pada Ciliata secara transversal. Beberapa jenis protozoa membelah diri menjadi banyak sel (schizogony). Pada pembelahan schizogony, inti membelah beberapa kali kemudian diikuti pembelahan sel menjadi banyak sel anakan.
Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui cara
konjugasi, autogami, dan sitogami. Protozoa umumnya berada dalam bentuk diploid. Protozoa umumnya mempunyai kemampuan untuk memperbaiki selnya yang rusak atau terpotong. Beberapa Ciliata dapat memperbaiki selnya yang tinggal 10 % dari volume sel asli asalkan inti selnya tetap ada.
Fisiologi Protozoa Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik,
tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkungan anaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.
Pinositosis Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksigen
dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Pada awalnya tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri.
Fagositosis Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara
fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Pada awalnya partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola besar tersebut kemudian mengecil dan mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel.
Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di
permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.